lands cap
DESCRIPTION
kkTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel
transisional adalah keganasan yang umum terjadi pada saluran
genitourinari.1 Karsinoma buli atau karsinoma pada vesica
urinaria merupakan tumor yang paling sering terjadi pada
traktus urinarius, disusul karsinoma ginjal dan ureter.2
Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial
merupakan jenis karsinoma buli yang paling sering dijumpai
dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel
skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%.
The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus
kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan
15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut.
Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan
pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65
tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di
urutan keempat dalam kanker yang paling banyak menyerang
pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal. Di
Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti. Di
dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang
terdiagnosis kanker vesica urinaria dan 108.000 diantaranya
meninggal akibat penyakit tersebut, dan 90% diantaranya
merupakan karsinoma sel transisional. Kanker vesica urinaria
yang masih dalam tahap awal memiliki prognosis lebih baik dan
tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien harus dipantau
dengan teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang
kekambuhannya sekitar 50-80%.
A. ANATOMI
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (renal) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal
ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria
(VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
1
Gambar 1 : Organ Sistem Urinarius3
Renal / Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang
yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke
bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua
belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga
kesebelas.3
Gambar 2 : Struktur Anatomi Ginjal4
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di
belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot
besar, transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas
mayor. Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 -13
cm, lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm, dan beratnya sekitar 150
gram. Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah
serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi
medialnya berbentuk cekung karena adanya hilus. Beberapa
struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus adalah
arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter.
Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang
berikat longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat
dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
2
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ
ini berbentuk seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang
simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Gambar 3 : Struktur Anatomi Vesika
Urinaria4
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir,
ekspulsi urin, dan anti reflek. Sebagai reservoir, buli-buli
manusia mempunyai kapasitas antara 200 sampai dengan 400
ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang
dari ginjal. Selama pengisian ini sampai kapasitasnya terpenuhi,
tekanan dalam buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20.
bila buli-buli penuh dindingnya teregang dan menyebabkan
rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli, akibatnya
tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai
perasaan ingin kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior
otomatis membuka. Urin belum keluar karena masih ditahan
oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot bergaris dengan
persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari
( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh
yang bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli-
buli meningkat antara 70 – 100 cm H20. Urin yang ada dalam
buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal. Arah ureter bagian
3
distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta
lokasinya yang submukos menyebabkan terjadinya mekanisme
klep yang mencegah urin ke arah ginjal (refluk)4
B. DEFINISI
Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel
transisional adalah keganasan yang umum terjadi pada saluran
genitourinari. Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi
di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu
di ginjal, ureter, buli-buli atau uretra posterior. Kanker
terbentuk ketika sel-sel yang biasanya ditemukan dalam tubuh
kita tumbuh dengan cepat dan tanpa kendali.1
C. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan
rumit, dan beberapa substansi-substansi dalam industri kimia
diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942). Salah satunya
adalah sifat karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah
ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan
menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak
dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama. Substansi
kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah
benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan
karsinogen yang banyak terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor
resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma
buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium,
pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/
pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen
berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan
4-aminobifamil).
2. Perokok
4
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-
6 kali lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok
mengandung bahan karsinogen amin aromatik dan
nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus
spp menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat
karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang
mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-
obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin,
opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu
lama dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-
buli.
D. KLASIFIKASI
Karsinoma sel transisional dapat diklasifikasikan
berdasarkan lokasi dan stadiumnya, dengan menggunakan
klasifikasi TNM.
1. Klasifikasi TNM AJCC/UICC 2002 Tumor primerTx Tumor primer tak ditemukanT0 Tidak ada tumor primerTa Karsinoma papiler noninvasiveTis Karsinoma in situ “flat tumor”
T1 Tumor menginvasi jaringan ikat subepitelialT2 Tumor menginvasi otot T2a Tumor menginvasi otot superficial (inner
half) T2b Tumor menginvasi otot lapisan dalam (outer
half)5
T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika T3a secara miskoskopik T3b secara makroskopik (massa ekstravesika)
T4 Tumor telah menginvasi salah satu dari: prostate, uterus, vagina, dinding pelvis, dinding abdomen.
T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, vagina T4b Tumor menginvasi dinding pelvis, dinding
abdomen
N Kelenjar getah bening regional (true pelvis, dibawah bifurcasio arteri iliaka komunis)
Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan
N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis pada satu kelenjar ukuran < 2 cmN2 Matastasis pada kelenjar tunggal atau multipel
ukuran 2 – 5 cmN3 Metastasi pada kelenjar ukuran > 5 cm
M Metastasis jauhMx Metastasis jauh tak dapat ditentukanM0 Tidak ada metastasis jauhM1 Metastasis jauh
Grading :Grade 1 : diferensiasi baikGrade 2 : diferensiasi sedangGrade 3 : diferensiasi buruk
StadiumStadium 0a Ta N0 M0Stadium 0is Tis N0 M0Stadium I T1 N0 M0Stadium II T2a,b N0 M0Stadium III T3a,b N0 M0
T4a N0 M0Stadium IV T4b N0 M0
Any T N1,N,N3 M0 Any T Any N M1
E. Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria,
baik itu gross hematuria maupun inikroskopik hematuria,
intermiten dan tidak terasa nyeri (painless). Gejala iritatif
berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria dapat terjadi
pada pasien- pasien dengan karsinoma in situ , Keluhan
berupa nyeri yang tumpul pada pinggang, perubahan pola
buang air besar atau teraba masa bisa merupakan gejala awal
dan karsinoma vesika urinaria invasif. Kadang-kadang dapat
terjadi hidrorefrosis yang dapat menyebabkkan rasa pegal
dan tidak nyaman pada pinggang maupun insufisiensi ginjal
akibat obstruksi ureter.
6
Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria,
ditemukan 85% penderita. Keluhan tersebut biasanya muncul
secara intermiten. Gejala lain adalah iritasi buli sebanyak
25%. Keluhan frekuensi, urgensi dan disuria yang sering
dihubungkan dengan Tis difus atau karsinoma buli invasif.
Semua gejala tersebut disertai oleh sedikitnya mikroskopik
hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri pinggang karena
obstruksi ureter, udem ekstremitas bawah, dan massa di
pelvis. Pada stadium lanjut disertai gejala penurunan berat
badan, nyeri tulang atau abdomen.
2. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua
penderita tumor buli. Pasien dengan tumor terbatas pada
mukosa atau submukosa umumnya pemeriksaan fisiknya
normal. Perlu dilakukan pemeriksaan pelvis bimanual
secara seksama untuk mencari adanya massa atau
indurasi pada palpasi. Pasien dengan tumor buli yang
besar atau stadium lanjut mungkin ditemukan nyeri
abdomen, massa buli-buli atau indurasi. Pada pasien-
pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor yang
besar bisa teraba massa tumor berupa indurasi di daerah
suprapubik pada pemeriksaan bimanual yang dilakukan
secara hati-hati dalam stadium anestesi
Pemeriksaan bimanual dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan endoskopi (TURBT) dan mempunyai
nilai klinis dalam menentukan staging awal . Pada
pemeriksaan bimanual sebelum TUR teraba masa tetapi
setelah TUR masanya hilang , secara klinis stadium T2,
apabila massa masih dapat dipalpasi stadium T3a atau
lebih tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena tumor
melakukan infiltrasi secara lokal. Tumor yang masih bisa
digerakkan (mobile) masuk dalam stadium dibawah T3b,
bila tumor tidak dapat digerakkan masuk dalam stadium
T4, Pada tumor yang telah mengalaini metastasis
mungkin didapatkan hepatomegali atau limpedema, oleh
karena oklusi pada kelenjar limpe pelvikal.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, gula
darah, ureum, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati,
urinalisis, kultur urin (pada kasus-kasus tertentu),
golongan darah, waktu perdaraian dan pembekuan.
7
Beberapa pemeriksaan khusus untuk karsinoma sel
transisional adalah:
1) Sitologi urin
Sampel urin diperiksa dibawah inikroskop
untuk melihat ada tidaknya sel kanker yang
mengalami eksfoliasi dalam urin. Sampel
didapatkan dengan membilas kandung kencing
dengan Naci 0,9 % melalui kateter atau sistoskop
dan kemudian diperiksa dibawah inikroskop.
Pemeriksaan sitologi urin bisa digunakan sebagai
sarana skrining dan menilai respon terapi.
Pemeriksaan sitologi sebaiknya dilakukan pada
seluruh pasien dengan kecurigaan karsinoma buli.
Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan yaitu
hasilnya kurang baik pada penderita tumor
berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya
30%, pada tumor berdiferensiasi buruk atau
karsinoma in situ masih terdapat false negatif
sebesar 20%. Untuk meningkatkan kepekaan
pemeriksaan sitologi urin dapat dilakukan bladder
washing secara mekanik dengan normal salin.
Tindakan ini memberikan hasil positif 10% pada
tumor grade 1, 50% pada tumor grade 2 dan 90%
pada penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini
dilakukan pada urin pasien yang telah mendapat
hidrasi yang cukup sehingga didapatkan spesimen
yang adekuat.
2) Flow Cytometri
Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan
kromosom dan sel tumor.
3) Assay Urin
Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin
tergantung dan bermacam-macam faktor antara
lain dan adekuat tidaknya sampel, stadium dan
derajat deferensia tumor dan pengalaman dan
sitopatologis. Oleh karena itu sekarang
dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat test,
NMP 22, FDP, Telomerase dan. analisis
inikrosatelit. Semua pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma
vesika urinaria terutama jenis karsinoma sel
transisional.
8
BTAstat test adalah pemeriksaan
imunokromatografi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA)
di dalam urin. Antigen yang dideteksi adalah
human complement factor-H related protein
NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah
aparatus protein yang berperan dalam initosis
inti sel dan terlibat dalam distribusi kromatin sel.
NMP-22 ada di semua jenis sel terutama di
matrik inti sel. NMP-22 dilepaskan oleh inti sel
tumor selama apoptosis. NMP-22 didapatkan
dalam urin penderita karsinoma vesika urinania 25
kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
normal Telomerase adalah suatu enzim
ribonukleoprotein yang inaktif pada sel epitelial
normal tetapi reaktifpada sel kanker.
4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi
Intra Vena (PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku
pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran
kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada
buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional
yang berada di ureter atau pielum, dan dapat
mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli
tersebut. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis
merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke
ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan
pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan
pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan
untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.
9
Pemeriksaan urografi intravena (IVU/IVP)
diindikasikan pada semua pasien dengan kecurigaan
keganasan buli. Pemeriksaan ini tidak terlalu sensitif
terutama pada tumor berukuran kecil. Tetapi pemeriksaan
ini berguna untuk mengetahui apakah ada keterlibatan
saluran kemih bagian atas pada tumor urotelial yang
dapat mempengaruhi pilihan tata laksana. Tumor yang
besar akan terlihat sebagai filling defect pada fase
sistogram atau hanya sekitar 50% penderita saja.
Pembesaran buli yang tidak simetris juga mencurigakan
keganasan. Penyebab lain filing defek adalah adanya
bekuan darah, lipatan buli karena belum penuh atau
karena desakan organ ekstravesika. Untuk meningkatkan
sensitivitas pemeriksaan tersebut harus dibuat foto fase
awal pengisian, saat buli penuh dan fase pengosongan
buli-buli. Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan
hidroneprosis sering menandakan tumor sudah
menginvasi otot detrusor yang terbukti pada sekitar 90%
penderita karsinoma sel transisional.
Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan
standar yang digunakan untuk evaluasi keluhan
hematuria. Pada karsinoma vesika urinaria pyelografi
intravena memberikan gambaran filling defek, USG dapat
juga digunakan untuk mendeteksi adanya tumor vesika
urinaria dan adanya gangguan pada traktus urinarius
bagian atas.
5. Sistoskopi dan biopsi
Sistoskopi dilakukan oleh urologis,
mengevaluasi kantung kemih dengan pemeriksaan visual
langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu
cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan
dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari
bagian yang lebih tergantung dari kantung kemih, seperti
10
basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika.
Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan
biopsi mutlak dilakukan pada penderita dengan
persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat
dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus
dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya.
Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan).
6. CT scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ
sekitarnya. CT scanning merupakan x-ray detail dari
tubuh, yang menunjukkan persimpangan-persimpangan
dari organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar
x-ray konvensional. MRI lebih sensitif dari CT Scan,
yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar
limfe yang membesar di dekat tumor yang menunjukkan
bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.
7. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Tampak tumor ganas yang tumbuh berpapil-papil,
juga terlihat pada pemeriksaan mikroskopik, sehingga
tampak jaringan ikat di antara kelompok sel ganas yang
meliputi jaringan ikat tersebut. Epitel transisional
tersusun atas sel-sel lonjong, besar dengan inti
pleimorfik, basofilik, sitoplasma sedikit, yang
memberikan gambaran ganas.
F. PENATALAKSANAAN11
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma
buli-buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli.
Pada tindakan ini dapat ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi
selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat
pengawasan yang ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-
Fluoro Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan
Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke
dalam buli melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas
pada pemberian secara sistemik. Terapi ini dapat sebagai
profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada
pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada
pasien dengan tumor buli superfisial yang mana transuretral
reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu
dilakukan maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali.
Walaupun toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas sistemik
jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.
Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini
karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik berat.
Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake cairan
sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi
berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif,
soliter yang berlokasi di sepanjang dinding posterolateral
atau puncak buli. Pada sistektomi radikal dilakukan
pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di
sekitarnya. Pada pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan
lemak sekitarnya, prostat dan vesika seminalis. Pada wanita
dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior
atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan
jaringan sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi)
dan selanjutnya aliran urin dari kateter dialirkan melalui
beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
12
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam
sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi
karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai
penampung urin, sedangkan untuk mengeluarkan urin
dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat
ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen
Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum
dengan membuat stoma yang kontinen (dapat
menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang
terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.
d. Diversi urin Orthotopic
Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra.
Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena
berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma
yang dipasang di abdomen.
5. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan
alternatif selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang
dalam. Rekurensi lokal sering terjadi.
6. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen
sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin
Stadium Tindakan
Superfisial
(Stadium 0 – A)
TUR Buli /
Fulgurasi
Instilasi intravesika
Invasif
(Stadium B-C-D1)
TUR Buli
Sistektomi/ radiasi
Metastasis
(Stadium D2)
Ajuvantivus
kemoterapi
Radiasi paliatif
13
Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase
regional atau metastase jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn
tumor invasif akan bermetastase jauh meskipun sudah dilakukan
sistektomi radikal dan radioterapi.
Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi
menunjukkan respon yang baik pada pasien tumor buli
metastase. Respon meningkat pada pemberian kombinasi:
methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.
G. PROGNOSIS
Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis
baik dengan angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 — 100
%
Tabel 2. Year Survival Rates for Bladder Cancer
Stage 5-Year Survival Rates %
Ta,T1,CIS 82-100
T2 63-83
T3a 67-71
T3b 17-57
T4 0-22
DAFTAR PUSTAKA
1. Steinberg, GD., 2014. Bladder Cancer. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.
2. Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder Carcinogenesis and Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug Discovery and Development.
CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.
3. Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw Hill : USA.
4. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto, 2000: 145-158
5. W.B, Saunders. Campbell’s Urology sixth edition. WB
Saunders Company. Philadelphia : 1992.
6. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC. Jakarta : 2005
14