lands cap

22
A. PENDAHULUAN Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel transisional adalah keganasan yang umum terjadi pada saluran genitourinari. 1 Karsinoma buli atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor yang paling sering terjadi pada traktus urinarius, disusul karsinoma ginjal dan ureter. 2 Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%. The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan 15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut. Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65 tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker yang paling banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal. Di Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti. Di dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang terdiagnosis kanker vesica urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut, dan 90% diantaranya merupakan karsinoma sel transisional. Kanker vesica urinaria yang masih dalam tahap awal memiliki prognosis lebih baik dan tatalaksana yang lebih efektif, 1

Upload: fifianariani

Post on 10-Feb-2016

253 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Lands Cap

A. PENDAHULUAN

Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel

transisional adalah keganasan yang umum terjadi pada saluran

genitourinari.1 Karsinoma buli atau karsinoma pada vesica

urinaria merupakan tumor yang paling sering terjadi pada

traktus urinarius, disusul karsinoma ginjal dan ureter.2

Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial

merupakan jenis karsinoma buli yang paling sering dijumpai

dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel

skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%.

The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus

kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan

15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut.

Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan

pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65

tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di

urutan keempat dalam kanker yang paling banyak menyerang

pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal. Di

Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti. Di

dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang

terdiagnosis kanker vesica urinaria dan 108.000 diantaranya

meninggal akibat penyakit tersebut, dan 90% diantaranya

merupakan karsinoma sel transisional. Kanker vesica urinaria

yang masih dalam tahap awal memiliki prognosis lebih baik dan

tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien harus dipantau

dengan teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang

kekambuhannya sekitar 50-80%.

A. ANATOMI

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana

terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari

zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap

zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih).

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (renal) yang

menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal

ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria

(VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin

dikeluarkan dari vesika urinaria.

1

Page 2: Lands Cap

Gambar 1 : Organ Sistem Urinarius3

Renal / Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang

yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan

sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke

bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua

belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga

kesebelas.3

Gambar 2 : Struktur Anatomi Ginjal4

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di

belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot

besar, transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas

mayor. Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 -13

cm, lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm, dan beratnya sekitar 150

gram. Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah

serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi

medialnya berbentuk cekung karena adanya hilus. Beberapa

struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus adalah

arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter.

Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang

berikat longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat

dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.

2

Page 3: Lands Cap

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ

ini berbentuk seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang

simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat

mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Gambar 3 : Struktur Anatomi Vesika

Urinaria4

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Sebelah luar (peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir,

ekspulsi urin, dan anti reflek. Sebagai reservoir, buli-buli

manusia mempunyai kapasitas antara 200 sampai dengan 400

ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang

dari ginjal. Selama pengisian ini sampai kapasitasnya terpenuhi,

tekanan dalam buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20.

bila buli-buli penuh dindingnya teregang dan menyebabkan

rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli, akibatnya

tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai

perasaan ingin kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior

otomatis membuka. Urin belum keluar karena masih ditahan

oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot bergaris dengan

persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari

( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh

yang bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli-

buli meningkat antara 70 – 100 cm H20. Urin yang ada dalam

buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal. Arah ureter bagian

3

Page 4: Lands Cap

distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta

lokasinya yang submukos menyebabkan terjadinya mekanisme

klep yang mencegah urin ke arah ginjal (refluk)4

B. DEFINISI

Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel

transisional adalah keganasan yang umum terjadi pada saluran

genitourinari. Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi

di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu

di ginjal, ureter, buli-buli atau uretra posterior. Kanker

terbentuk ketika sel-sel yang biasanya ditemukan dalam tubuh

kita tumbuh dengan cepat dan tanpa kendali.1

C. ETIOLOGI

Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan

rumit, dan beberapa substansi-substansi dalam industri kimia

diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942). Salah satunya

adalah sifat karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah

ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan

menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak

dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama. Substansi

kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah

benzidine.

Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan

karsinogen yang banyak terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor

resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma

buli-buli adalah:

1. Pekerjaan

Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium,

pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/

pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen

berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan

4-aminobifamil).

2. Perokok

4

Page 5: Lands Cap

Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-

6 kali lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok

mengandung bahan karsinogen amin aromatik dan

nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih

Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus

spp menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat

karsinogen.

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan

Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang

mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-

obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin,

opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu

lama dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-

buli.

D. KLASIFIKASI

Karsinoma sel transisional dapat diklasifikasikan

berdasarkan lokasi dan stadiumnya, dengan menggunakan

klasifikasi TNM.

1. Klasifikasi TNM AJCC/UICC 2002 Tumor primerTx Tumor primer tak ditemukanT0 Tidak ada tumor primerTa Karsinoma papiler noninvasiveTis Karsinoma in situ “flat tumor”

T1 Tumor menginvasi jaringan ikat subepitelialT2 Tumor menginvasi otot T2a Tumor menginvasi otot superficial (inner

half) T2b Tumor menginvasi otot lapisan dalam (outer

half)5

Page 6: Lands Cap

T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika T3a secara miskoskopik T3b secara makroskopik (massa ekstravesika)

T4 Tumor telah menginvasi salah satu dari: prostate, uterus, vagina, dinding pelvis, dinding abdomen.

T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, vagina T4b Tumor menginvasi dinding pelvis, dinding

abdomen

N Kelenjar getah bening regional (true pelvis, dibawah bifurcasio arteri iliaka komunis)

Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan

N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional

N1 Metastasis pada satu kelenjar ukuran < 2 cmN2 Matastasis pada kelenjar tunggal atau multipel

ukuran 2 – 5 cmN3 Metastasi pada kelenjar ukuran > 5 cm

M Metastasis jauhMx Metastasis jauh tak dapat ditentukanM0 Tidak ada metastasis jauhM1 Metastasis jauh

Grading :Grade 1 : diferensiasi baikGrade 2 : diferensiasi sedangGrade 3 : diferensiasi buruk

StadiumStadium 0a Ta N0 M0Stadium 0is Tis N0 M0Stadium I T1 N0 M0Stadium II T2a,b N0 M0Stadium III T3a,b N0 M0

T4a N0 M0Stadium IV T4b N0 M0

Any T N1,N,N3 M0 Any T Any N M1

E. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria,

baik itu gross hematuria maupun inikroskopik hematuria,

intermiten dan tidak terasa nyeri (painless). Gejala iritatif

berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria dapat terjadi

pada pasien- pasien dengan karsinoma in situ , Keluhan

berupa nyeri yang tumpul pada pinggang, perubahan pola

buang air besar atau teraba masa bisa merupakan gejala awal

dan karsinoma vesika urinaria invasif. Kadang-kadang dapat

terjadi hidrorefrosis yang dapat menyebabkkan rasa pegal

dan tidak nyaman pada pinggang maupun insufisiensi ginjal

akibat obstruksi ureter.

6

Page 7: Lands Cap

Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria,

ditemukan 85% penderita. Keluhan tersebut biasanya muncul

secara intermiten. Gejala lain adalah iritasi buli sebanyak

25%. Keluhan frekuensi, urgensi dan disuria yang sering

dihubungkan dengan Tis difus atau karsinoma buli invasif.

Semua gejala tersebut disertai oleh sedikitnya mikroskopik

hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri pinggang karena

obstruksi ureter, udem ekstremitas bawah, dan massa di

pelvis. Pada stadium lanjut disertai gejala penurunan berat

badan, nyeri tulang atau abdomen.

2. Pemeriksaan Fisik

Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua

penderita tumor buli. Pasien dengan tumor terbatas pada

mukosa atau submukosa umumnya pemeriksaan fisiknya

normal. Perlu dilakukan pemeriksaan pelvis bimanual

secara seksama untuk mencari adanya massa atau

indurasi pada palpasi. Pasien dengan tumor buli yang

besar atau stadium lanjut mungkin ditemukan nyeri

abdomen, massa buli-buli atau indurasi. Pada pasien-

pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor yang

besar bisa teraba massa tumor berupa indurasi di daerah

suprapubik pada pemeriksaan bimanual yang dilakukan

secara hati-hati dalam stadium anestesi

Pemeriksaan bimanual dilakukan sebelum dan

sesudah tindakan endoskopi (TURBT) dan mempunyai

nilai klinis dalam menentukan staging awal . Pada

pemeriksaan bimanual sebelum TUR teraba masa tetapi

setelah TUR masanya hilang , secara klinis stadium T2,

apabila massa masih dapat dipalpasi stadium T3a atau

lebih tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena tumor

melakukan infiltrasi secara lokal. Tumor yang masih bisa

digerakkan (mobile) masuk dalam stadium dibawah T3b,

bila tumor tidak dapat digerakkan masuk dalam stadium

T4, Pada tumor yang telah mengalaini metastasis

mungkin didapatkan hepatomegali atau limpedema, oleh

karena oklusi pada kelenjar limpe pelvikal.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, gula

darah, ureum, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati,

urinalisis, kultur urin (pada kasus-kasus tertentu),

golongan darah, waktu perdaraian dan pembekuan.

7

Page 8: Lands Cap

Beberapa pemeriksaan khusus untuk karsinoma sel

transisional adalah:

1) Sitologi urin

Sampel urin diperiksa dibawah inikroskop

untuk melihat ada tidaknya sel kanker yang

mengalami eksfoliasi dalam urin. Sampel

didapatkan dengan membilas kandung kencing

dengan Naci 0,9 % melalui kateter atau sistoskop

dan kemudian diperiksa dibawah inikroskop.

Pemeriksaan sitologi urin bisa digunakan sebagai

sarana skrining dan menilai respon terapi.

Pemeriksaan sitologi sebaiknya dilakukan pada

seluruh pasien dengan kecurigaan karsinoma buli.

Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan yaitu

hasilnya kurang baik pada penderita tumor

berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya

30%, pada tumor berdiferensiasi buruk atau

karsinoma in situ masih terdapat false negatif

sebesar 20%. Untuk meningkatkan kepekaan

pemeriksaan sitologi urin dapat dilakukan bladder

washing secara mekanik dengan normal salin.

Tindakan ini memberikan hasil positif 10% pada

tumor grade 1, 50% pada tumor grade 2 dan 90%

pada penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini

dilakukan pada urin pasien yang telah mendapat

hidrasi yang cukup sehingga didapatkan spesimen

yang adekuat.

2) Flow Cytometri

Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan

kromosom dan sel tumor.

3) Assay Urin

Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin

tergantung dan bermacam-macam faktor antara

lain dan adekuat tidaknya sampel, stadium dan

derajat deferensia tumor dan pengalaman dan

sitopatologis. Oleh karena itu sekarang

dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat test,

NMP 22, FDP, Telomerase dan. analisis

inikrosatelit. Semua pemeriksaan ini digunakan

untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma

vesika urinaria terutama jenis karsinoma sel

transisional.

8

Page 9: Lands Cap

BTAstat test adalah pemeriksaan

imunokromatografi yang digunakan untuk

mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA)

di dalam urin. Antigen yang dideteksi adalah

human complement factor-H related protein

NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah

aparatus protein yang berperan dalam initosis

inti sel dan terlibat dalam distribusi kromatin sel.

NMP-22 ada di semua jenis sel terutama di

matrik inti sel. NMP-22 dilepaskan oleh inti sel

tumor selama apoptosis. NMP-22 didapatkan

dalam urin penderita karsinoma vesika urinania 25

kali lebih banyak dibandingkan dengan orang

normal Telomerase adalah suatu enzim

ribonukleoprotein yang inaktif pada sel epitelial

normal tetapi reaktifpada sel kanker.

4. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi

Intra Vena (PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku

pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran

kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada

pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada

buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional

yang berada di ureter atau pielum, dan dapat

mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan

saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli

tersebut. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis

merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke

ureter atau muara ureter.

Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan

pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan

pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan

untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.

9

Page 10: Lands Cap

Pemeriksaan urografi intravena (IVU/IVP)

diindikasikan pada semua pasien dengan kecurigaan

keganasan buli. Pemeriksaan ini tidak terlalu sensitif

terutama pada tumor berukuran kecil. Tetapi pemeriksaan

ini berguna untuk mengetahui apakah ada keterlibatan

saluran kemih bagian atas pada tumor urotelial yang

dapat mempengaruhi pilihan tata laksana. Tumor yang

besar akan terlihat sebagai filling defect pada fase

sistogram atau hanya sekitar 50% penderita saja.

Pembesaran buli yang tidak simetris juga mencurigakan

keganasan. Penyebab lain filing defek adalah adanya

bekuan darah, lipatan buli karena belum penuh atau

karena desakan organ ekstravesika. Untuk meningkatkan

sensitivitas pemeriksaan tersebut harus dibuat foto fase

awal pengisian, saat buli penuh dan fase pengosongan

buli-buli. Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan

hidroneprosis sering menandakan tumor sudah

menginvasi otot detrusor yang terbukti pada sekitar 90%

penderita karsinoma sel transisional.

Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan

standar yang digunakan untuk evaluasi keluhan

hematuria. Pada karsinoma vesika urinaria pyelografi

intravena memberikan gambaran filling defek, USG dapat

juga digunakan untuk mendeteksi adanya tumor vesika

urinaria dan adanya gangguan pada traktus urinarius

bagian atas.

5. Sistoskopi dan biopsi

Sistoskopi dilakukan oleh urologis,

mengevaluasi kantung kemih dengan pemeriksaan visual

langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu

cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan

dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari

bagian yang lebih tergantung dari kantung kemih, seperti

10

Page 11: Lands Cap

basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika.

Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.

Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan

biopsi mutlak dilakukan pada penderita dengan

persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita

berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat

dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus

dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat

infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya.

Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai

tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan).

6. CT scan atau MRI

Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ

sekitarnya. CT scanning merupakan x-ray detail dari

tubuh, yang menunjukkan persimpangan-persimpangan

dari organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar

x-ray konvensional. MRI lebih sensitif dari CT Scan,

yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar

limfe yang membesar di dekat tumor yang menunjukkan

bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.

7. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Tampak tumor ganas yang tumbuh berpapil-papil,

juga terlihat pada pemeriksaan mikroskopik, sehingga

tampak jaringan ikat di antara kelompok sel ganas yang

meliputi jaringan ikat tersebut. Epitel transisional

tersusun atas sel-sel lonjong, besar dengan inti

pleimorfik, basofilik, sitoplasma sedikit, yang

memberikan gambaran ganas.

F. PENATALAKSANAAN11

Page 12: Lands Cap

Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma

buli-buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli.

Pada tindakan ini dapat ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi

selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:

1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat

pengawasan yang ketat atau wait and see.

2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-

Fluoro Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan

Interferon

Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke

dalam buli melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas

pada pemberian secara sistemik. Terapi ini dapat sebagai

profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada

pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada

pasien dengan tumor buli superfisial yang mana transuretral

reseksi tidak dapat dilakukan.

Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu

dilakukan maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali.

Walaupun toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas sistemik

jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.

Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini

karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik berat.

Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake cairan

sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi

berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.

3. Sistektomi parsial, radikal atau total

Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif,

soliter yang berlokasi di sepanjang dinding posterolateral

atau puncak buli. Pada sistektomi radikal dilakukan

pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di

sekitarnya. Pada pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan

lemak sekitarnya, prostat dan vesika seminalis. Pada wanita

dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior

atas, ovarium.

Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan

jaringan sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi)

dan selanjutnya aliran urin dari kateter dialirkan melalui

beberapa cara diversi urine, antara lain:

a. Ureterosigmoidostomi

12

Page 13: Lands Cap

Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam

sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi

karena banyak menimbulkan penyulit.

b. Konduit usus

Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai

penampung urin, sedangkan untuk mengeluarkan urin

dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat

ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.

c. Diversi urin kontinen

Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum

dengan membuat stoma yang kontinen (dapat

menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian

dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi

mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang

terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.

d. Diversi urin Orthotopic

Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang

kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra.

Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena

berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma

yang dipasang di abdomen.

5. Radiasi eksterna

Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan

alternatif selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang

dalam. Rekurensi lokal sering terjadi.

6. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen

sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin

Stadium Tindakan

Superfisial

(Stadium 0 – A)

TUR Buli /

Fulgurasi

Instilasi intravesika

Invasif

(Stadium B-C-D1)

TUR Buli

Sistektomi/ radiasi

Metastasis

(Stadium D2)

Ajuvantivus

kemoterapi

Radiasi paliatif

13

Page 14: Lands Cap

Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase

regional atau metastase jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn

tumor invasif akan bermetastase jauh meskipun sudah dilakukan

sistektomi radikal dan radioterapi.

Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi

menunjukkan respon yang baik pada pasien tumor buli

metastase. Respon meningkat pada pemberian kombinasi:

methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.

G. PROGNOSIS

Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis

baik dengan angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 — 100

%

Tabel 2. Year Survival Rates for Bladder Cancer

Stage 5-Year Survival Rates %

Ta,T1,CIS 82-100

T2 63-83

T3a 67-71

T3b 17-57

T4 0-22

DAFTAR PUSTAKA

1. Steinberg, GD., 2014. Bladder Cancer. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.

2. Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder Carcinogenesis and Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug Discovery and Development.

CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.

3. Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw Hill : USA.

4. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto, 2000: 145-158

5. W.B, Saunders. Campbell’s Urology sixth edition. WB

Saunders Company. Philadelphia : 1992.

6. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.

EGC. Jakarta : 2005

14