landasn teori rele bucholtz
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)
Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi
listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak
generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana
dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah
menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi energi listrik atau energi
lainnya sesuai dengan kebutuhannya. PLTG memiliki kelebihan yaitu energi
mekanik yang dihasilkan dari mesin turbin gas lebih besar dibandingkan pembangkit
listrik lainnya. Selain itu PLTG juga sebagai alternatif dari pembangkit listrik tenaga
air disaat musim kemarau dimana pada musim kemarau debit air sangat rendah.
Adapun kekurangan dari turbin gas adalah sifat korosif pada material yang
digunakan untuk komponen-komponen turbinnya karena harus bekerja pada
temperatur tinggi dan adanya unsur kimia bahan bakar minyak yang korosif (sulfur,
vanadium dll), tetapi dalam perkembangannya pengetahuan material yang terus
berkembang hal tersebut mulai dapat dikurangi meskipun tidak dapat secara
keseluruhan dihilangkan. Dengan tingkat efisiensi yang rendah hal ini merupakan
salah satu dari kekurangan sebuah turbin gas juga dan pada perkembangannya untuk
menaikkan efisiensi dapat diatur/ diperbaiki temperatur kerja siklus dengan
menggunakan material turbin yang mampu bekerja pada temperature tinggi dan
dapat juga untuk menaikkan efisiensinya dengan menggabungkan antara pembangkit
turbin gas dengan pembangkit turbin uap dan hal ini biasa disebut dengan combined
cycle.
Pembangkit listrik Tenaga Gas terdiri atas beberapa bagian-bagian penting
yang harus ada. Adapun bagian-bagian dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas adalah
sebagai berikut :
4
5
1. Natural Gas Line
Merupakan saluran masuknya udara alami dari luar yang membantu
proses pembakaran.
2. Oil Storage
Merupakan tangki yang digunakan untuk menampung bahan bakar.
3. Air Intake
Merupakan saluran masuknya udara dari atmosfer yang akan ditekan
kedalam ruang pembakaran menggunakan kompressor.
4. Compressor
Merupakan alat yang digunakan untuk menekan udara yang masuk dari
air intake menuju ke ruang pembakaran. Di dalam kompressor terjadi
proses kompresi, yaitu menaikkan temperatur dan tekanan dari udara agar
terjadi proses pembakaran yang sempurna.
5. Combustion Chambers
Merupakan tempat yang digunakan untuk proses pembakaran. Bahan
bakar dicampurkan dengan udara yang telah terkompresi dengan
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan tenaga
mekanik untuk menggerakkan turbin.
6. Turbin
Berfungsi mengubah aliran air menjadi energi mekanik. Air yang jatuh
akan mendorong baling-baling sehingga menyebabkan turbin berputar.
Putaran turbin dipengaruhi oleh besarnya laju aliran air. Semakin besar
laju aliran maka putaran turbin semakin cepat dan bila laju aliran kecil
maka putaran turbin akan lambat. Perputaran turbin ini dihubungkan ke
generator. Turbin air kebanyakan bentuknya seperti kincir angin.
7. Generator
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanis. Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu
rotor dan stator. Rotor terdiri dari besi yang dililit oleh kawat dan
dipasang secara melingkar sehingga membentuk pasangan kutub utara
dan selatan. Jika kutub ini dialiri arus eksitasi dari Automatic Voltage
Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor terletak satu poros
6
dengan turbin dan dihubungkan melalui gigi-gigi putar, sehingga jika
turbin berputar maka rotor juga ikut berputar. Generator selanjutnya
merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi listrik. Magnet yang
berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub
melewati "coil" yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang
kemudian menjadi listrik.
Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) Putaran.
Putaran dari generator dipengaruhi oleh putaran dari turbin.
b) Kumparan.
Banyak dan besarnya kumparan dari stator akan mempengaruhi
besarnya daya listrik yang dihasilkan.
c) Magnet.
Magnet dihasilkan dari putaran rotor.
8. Transformator
Berfungsi untuk mentransmisikan dan mengubah energi dari ukuran satu
ke ukuran yang lain. Transformator yang digunakan adalah transformator
step up. Karena digunakan untuk mengubah energi yang dihasilkan
generator menjadi energi yang lebih besar ukuranya.
9. Jalur Transmisi
Berfungsi untuk mengalirkan energi listrik dari PLTA menuju konsumen
listrik yaitu rumah-rumah dan pusat industri.
10. Exhaust
Merupakan saluran pembuangan udara-udara sisa yang tidak terpakai lagi
setelah digunakan untuk memutar turbin.
Prinsip kerja dari PLTG yaitu bahan bakar minyak yang akan digunakan
ditampung pada suatu kilang yang dinamakan oil storage. Dari oil storage bahan
bakar akan dialirkan menuju ke ruang pembakaan untuk proses pembakaran. Udara
dari atmosfer masuk ke dalam proses melalui air intake. Sebelum masuk ke ruang
pembakaran, udara dari atmosfer terlebih dahulu dilakukan proses kompresi oleh alat
7
yang dinamakan kompressor. Dengan adanya kompresi maka udara dari atmosfer
akan terjadi kenaikan temperatur dan tekanan agar proses pembakaran terjadi dengan
sempurna. Bahan bakar dan udara yang terkompresi bertemu di ruang pembakaran
dan terjadi proses pembakaran.
Setelah proses pembakaran maka akan dihasilkan energi meknik. Energi
mekanik inilah yang akan digunakan untuk memutar turbin. Putaran dari turbin
digunakan untuk menggerakkan generator. Generator yang berputar akan
menghasilkan medan magnet karena motor yang berputar bersinggungan dengan
kumparan yang ada di stator. Medan magnet ini akan menjadi energi listrik. Dari
generator energi listrik diteruskan ke transformator untuk penguatan energi. Dari
transformator listrik dialirkan ke seluruh konsumen listrik.
B. TRANSFORMATOR DAYA
Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat
dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu transformator
diharapkan dapat beroperasi secara maksimal.
Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu, maka cara
pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu tranformator harus
dipelihara dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik, dan tepat.
Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian tranformator dan
bagian-bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian lainnya.
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi tranformator
500/150 KV dan 150/70 KV biasa disebut Interbus Transformator (IBT).
Transformator 150/20 KV dan 70/20 KV disebut juga trafo distribusi.Titik netral
transformator ditanahkan sesuai dengan kebutuhan unutk sistem pengamanan/
proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 KV ditanahkan secara langsung di sisi
8
netral 150 KV dan transformator 70/20 KV ditanahkan dengan thanan rendah atau
tahanan tinggi atau langsung disisi netral 20 KV-nya.
Transformator dapat dibagi menurut fungsi/pemakaian seperti :
1. Transformator Mesin (Pembangkit).
2. Transformator Gardu Induk.
3. Transformator Distribusi.
Transformator dapat juga dibagi menurut Kapasitas dan Tegangan seperti :
1. Transforamator besar.
2. Transforamator sedang.
3. Transforamator kecil.
C. SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
Tujuan dari sistem tenaga listrik adalah untuk menghasilkan dan menyalurkan
energi listrik ke konsumen. Sistem tenaga listrik harus dirancang dan dikelola dengan
baik agar dapat memberikan energi listrik kepada konsumen dengan andal dan
ekeonomis. Gangguan pada sistem kelistrikan akan menganggu rutinas masyarakat
secara normal, dimana gangguan kelistrikan ini dapat berupa listrik sering padam
atau padam kepanjangan, sehingga sangat diperlukan peningkatan keandalan dan
keamanan pasokan listrik.
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani
konsumen salah satunya tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab
itu dalam perancangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-
kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan. Dari
hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan,
seperti spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-
besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan
proteksi.
9
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator,
transformator, motor listrik, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal
operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung
singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.
Sistem tenaga listrik memerlukan modal yang sangat besar dalam investasi.
Sehingga untuk memaksimal keuntungan atas pengeluaran investasi yang telah
dilakukan maka sistem tenaga tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin
dengan meningkatkan keandalan dan keamanan sistem tenaga. Dalam kondisi
apapun suatu sistem harus dapat beroperasi secara aman, akan tetapi pada kenyataan
dalam pengoperasian suatu sistem tenaga yang telah dirancang sangat baik maka
tetap terjadi gangguan pada sistem tenaga. Dimana gangguan tersebut merupakan
resiko dari suatu sistem yang beroperasi.
Kekuatan yang besifat merusak akibat adanya gangguan arc yang membawa
arus yang sangat besar yang dapat membakar konduktor tembaga atau mengelas
laminasi inti dalam transformator dalam waktu yang sangat singkat (beberapa puluh
atau ratus milidetik). Sehingga diperlukan proteksi yang memadai untuk mendeteksi
dan melepaskan peralatan dari sistem tenaga sehingga dapat melindungi peralatan
dari kerusakan.
1. Zona Proteksi
Filosofi dasar dari aplikasi proteksi adalah membagi sistem tenaga ke dalam
daerah-daerah (Zona Proteksi) operasi yang memberikan pengamanan yang memadai
dengan jumlah sistem yang diputus minimal. Untuk membatasi luasnya sistem tenaga
listrik yang terputus saat terjadi gangguan, maka sistem proteksi dibagi dalam zona-
zona proteksi. Pada zona perbatasan, zona proteksi harus tumpang tindih (overlap)
sehingga tidak ada bagian dari sistem yang tidak terproteksi. Setiap zona proteksi
dibatasi oleh PMT. Tipikal proteksi dan zona proteksinya ditunjukkan seperti gambar
berikut.
10
Gambar 2.1. Sistem tenaga dan daerah proteksinya.
2. Tujuan Sistem Proteksi
Tujuan dari sistem proteksi sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan,
baik peralatan yang terganggu maupun peralatan yang dilewati arus
gangguan.
b. Mengisolasi area atau sistem yang terganggu secepat mungkin dan sekecil
mungkin. Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka
akan semakin sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat.
c. Mencegah meluasnya gangguan.
d. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
3. Fungsi Sistem Proteksi
Adapun fungsi dari sistem proteksi sebagai berikut :
a. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal pada bagian sistem
yang diamankan.
b. Memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu
dari sistem yang sehat, sehingga sistem dapat terus berfungsi
Dasar pemilihan proteksi sistem tenaga listrik dan sistem proteksi adalah
11
sebagai berikut :
a. Mengurangi kerusakan pada peralatan yang terganggu dan peralatan yang
berdekatan dengan titik gangguan.
b. Mengurangi gangguan meluas.
c. Meminimalisasi durasi gangguan.
d. Meminimalisasi bahaya pada manusia.
e. Memaksimalkan ketersediaan listrik untuk konsumen.
Persyaratan desain proteksi harus dipertimbangkan untuk memastikan sistem
tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi yang andal. Persyaratan desain ini
digunakan sebagai dasar yang harus dipenuhi pada aplikasi dan pemilihan sistem
proteksi dalam sistem tenaga listrik, khususnya pada instalasi baru. Desain juga harus
mempertimbangkan tipe peralatan atau komponen sistem tenaga listrik yang akan
diproteksi.
Terdapat beberapa persyaratan dalam suatu sistem proteksi, yaitu:
a. Selektivitas
Sistem proteksi harus mampu menentukan daerah kerjanya dan atau fasa
yang terganggu secara tepat. Peralatan dan sistem proteksi hanya
memisahkan bagian dari jaringan yang sedang terganggu. Zona proteksi harus
tepat dan memadai untuk memastikan bahwa hanya bagian yang terganggu
yang dipisahkan dari sistem pada saat terjadi gangguan atau kondisi
abnormal.
b. Kecepatan
Elemen sistem proteksi harus mampu memberikan respon sesuai dengan
kebutuhan peralatan yang dilindungi untuk meminimalisasi terjadinya
gangguan meluas, lama gangguan dan gangguan pada stabilitas sistem.
Desain sistem proteksi harus mempertimbangkan kecepatan pemutusan
gangguan untuk memisahkan sumber gangguan. Waktu pemutusan gangguan
harus memenuhi nilai yang disyaratkan, yang mempertimbangkan waktu
kerja relai dan sinyal pembawa (FO/ PLC), waktu kerja PMT dan faktor
keamanan. Semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar
kerusakan peralatan.
12
c. Sensitivitas (Kepekaan)
Sistem proteksi harus mampu mendeteksi sekecil apapun
ketidaknormalan sistem dan beroperasi dibawah nilai minimum gangguan.
Studi koordinasi sistem proteksi harus dilakukan untuk menentukan
sensitivitas seting dan memastikan relai bekerja dengan benar.
d. Reliabilitas (Keandalan)
Kemungkinan suatu sistem proteksi dapat bekerja benar sesuai fungsi
yang diinginkan dalam kondisi dan jangka waktu tertentu (IEV 448-12-05).
Proteksi diharapkan bekerja pada saat kondisi yang diharapkan terpenuhi dan
tidak boleh bekerja pada kondisi yang tidak diharapkan. (SPLN T5.002-1:
2010).
Keandalan sistem proteksi terbagi dua yaitu Keterpercayaan (Dependability)
dan Keterjaminan (Security). Pemilihan Keterpercayaan dan keterjaminan
harus diperhatikan dalam desai sistem proteksi.
1) Keterpercayaan (Dependability) : Derajat kepastian suatu sistem
proteksi tidak mengalami gagal kerja pada kondisi yang diperlukan
dalam jangka waktu tertentu. (SPLN T5 002-1 2010).
Pemilihan keterpercayaan mempertimbangkan level tegangan sistem
dan pentingnya peralatan yang diproteksi. Keterpercayaan dapat
diperoleh dan ditingkatkan dengan :
Duplikasi proteksi utama dan/atau proteksi cadangan untuk
mengantisipasi kegagalan proteksi utama.
Duplikasi proteksi utama dengan prinsip operasi yang sama
dengan skema proteksi yang berbeda. (Aturan Jaringan Sistem
Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007).
Pemisahan relai proteksi utama dan proteksi cadangan secara
fisik.
Proteksi cadangan lokal.
Proteksi cadangan jauh.
Pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan
transformator tegangan untuk proteksi utama dan proteksi
cadangan.
13
Pemisahan sistem power supply DC untuk proteksi utama di
level tegangan 500kV.
Menjaga keandalan teleproteksi.
2) Keterjaminan (Security) : Derajat kepastian suatu sistem proteksi
tidak mengalami kesalahan kerja pada kondisi yang ditentukan dalam
jangka waktu tertentu (IEV 448-12-06) (SPLN T5.002-1: 2010).
Elemen sistem proteksi diharapkan tidak salah kerja/stabil pada
kondisi sistem yang disyaratkan (di luar zona proteksinya). Pemilihan
keterjaminan mempertimbangkan level tegangan sistem dan
pentingnya peralatan yang diproteksi. Umumnya diaplikasikan pada
proteksi busbar yang mensyaratkan keterjaminan tinggi untuk
mengurangi salah kerja.
e. Pertimbangan Ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
pesyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi
justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula
sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang
terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung
(back up).
D. RELE PROTEKSI
Rele merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk memonitor kondisi
rangkaian dan memberikan instruksi untuk memutus rangkaian saat terjadi kondisi
gangguan. Atau dengan kata lain, rele adalah sebuah alat yang bekerja secara
otomatis mengatur/ memasukkan suatu rangkaian listrik (rangkaian Trip atau Alarm)
akibat adanya perubahan rangkaian yang lain. Rele juga merupakan suatu peralatan
yang dirancang untuk menghasilkan perubahan pada rangkaian output apabila nilai
parameter input telah mencapai nilai yang ditetapkan sebelumnya (SPLN T5.002-1:
2010).
14
Sedangkan yang dimaksud dengan rele proteksi adalah suatu rele listrik yang
digunakan untuk mengamankan peralatan peralatan listrik terhadap kondisi
abnormal. Rele Proteksi juga merupakan perlengkapan untuk mendeteksi gangguan
atau kondisi ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk
membebaskan/ mengisolasi gangguan, menghilangkan kondisi tidak normal, dan
untuk menghasilkan sinyal atau indikasi (SPLN T5.002-1: 2010). Rele proteksi
pembangkit merupakan suatu rele proteksi yang digunakan untuk mengamankan
peralatan peralatan listrik seperti generator, trafo utama, trafo bantu dan motor-motor
listrik pemakaian sendiri suatu pembangkit listrik.
Rele proteksi yang paling sering dijumpai pada pembangkit antara lain adalah
proteksi trafo, proteksi motor dan proteksi generator.
Gambar 2.2. Contoh relai proteksi
Waktu Kerja Rele (Relay Operating Time) adalah rentang waktu sejak
gangguan muncul sampai dengan saat kontak keluaran relai terhubung
(mengeluarkan perintah trip) (SPLN T5.002-1: 2010). Dimana waktu kerja rele
merupakan salah satu perhitungan dalam menentukan waktu pembebasan gangguan
(Fault Clearing Time) yang merupakan rentang waktu sejak gangguan muncul
sampai gangguan dibebaskan dari sistem (SPLN T5.002-1: 2010).
1. Tabel Kode Rele Dan Fungsi Rele
Nama Relay No Fungsi Relay
Kode
Timer Over Current Relay 51 Mendeteksi besarnya arus yang melebihi batas dalam waktu
15
yang ditentukan.
Instantaneous Over 50 Mendeteksi besarnya arusnya yang melebihi batas yang
Current relay ditentukan dalam waktu seketika
Directional Reverse 32 Mendeteksi daya balik, sehingga mencegah generator
Power Relay bekerja sebagai motor.
Over Voltage Relay 59 1. Bila terpasang di titik netral generator atau trafo tegangan
yang dihubungkan segitiga terbuka, untuk mendeteksi
gangguan stator hubung bumi.
2. Bila terpasang pada terminal generator, untuk mendeteksi
tegangan lebih
Loss of Excition Relay 40 Mendeteksi kehilangan medan penguat generator.
Negative Sequence 46 Mendeteksi arus urutan negatif yang tidak seimbang pada
Relay batas-batas yang tidak diizinkan.
Frequency Relay 81 Mendeteksi Frekuensi pada generator.
Over Exciting (volt/herzt) 59/81 Mendeteksi penguat lebih pada generator
Relay (24)
Differential Relay 87 Mendeteksi gangguan hubung singkat pada daerah yang
diamankan.
UnderVoltage relay 27 Mendetaksi tegangan kurang
16
Earth Fault Relay 64 Mendeteksi gangguan 1 fasa ke tanah
Relay Out of step (relay 78 Mendeteksi gangguan yang dapat menyebabkan generator
lepas sinkron) beroperasi Asinkron
Distance Relay 21 Mendeteksi gangguan hubung singkat pada jaringan transmisi
Breaker Failure Relay 50 BF Pengaman kegagalan buka CB.
Reclose Relay 79 Relay penutup balik
Directional Over current 67 Mendeteksi arus lebih dalam arah tertentu
Relay
Thermal Relay 49 Mendeteksi temperatur lebih
Gas Pressure Relay 63 Mendeteksi tekanan gas lebih
Bucholtz relay 96 Relay gas berlebih pada tangki transformator
Tabel 2.1. Nomor Kode Dan Fungsi Rele Yang Digunakan Oleh PLN
2. Simbol dan Nomor Kode Rele
17
Tabel 2.2. Simbol dan Nomor Kode Rele Yang Diguakan Oleh PLN
E. PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR
Transformator adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya secara
induksi elektromagnet.
Peralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari Relai Proteksi, Trafo Arus (CT),
Trafo Tegangan (PT/CVT), PMT, Catu daya AC/DC yang terintegrasi dalam suatu
rangkaian, sehingga satu sama lainnya saling keterkaitan. Fungsi peralatan proteksi
adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang
terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian
yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar.
Fungsi proteksi trafo tenaga terhadap gangguan adalah untuk memperoleh
efektifitas dan efisien dalam menentukan sistem proteksi trafo tenaga, maka setiap
peralatan proteksi yang dipasang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prediksi
gangguan yang akan terjadi yang mengancam ketahanan trafo itu sendiri. Jenis relai
proteksi yang dibutuhkan seperti table 2.3.
18
Table 2.3. Kebutuhan fungsi relai proteksi terhadap berbagai gangguan
Pola proteksi Trafo Daya menurut SPLN 52-1 tahun 1983, seperti pada tabel
2.4. Proteksi transformator dikelompokan berdasarkan kapasitasnya terdiri dari 3
(tiga) kelompok yaitu :
a. Sampai dengan 10 MVA.
b. Antara 10 MVA & 30 MVA.
c. 30 MVA ke atas.
Tabel 2.4. Tabel Klasifikasi Proteksi Trafo Berdasarkan Kapasitas Trafo
No Jenis Proteksi Kapasitas (MVA)
< 10 Antara 10 s.d 30 > 30
1 Rele Suhu
2 Rele Bucholtz
3 Rele Jansen
4 Rele Tekanan Lebih
19
5 Rele Differential -
6 Rele Tangki Tanah - -
7 Rele Hubung Tanah - -
Terbatas (REF)
8 Rele Beban Lebih (OLR) -
9 Rele Arus Lebih (OCR)
10 Rele Hubung Tanah
(GFR)
11 Pelebur (Fuse) - -
F. RELE BUCHOLTZ
Rele Bucholtz seperti gambar 2.2 berfungsi untuk mengamankan trafo dari
gangguan internal trafo yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat
adanya :
1. Hubung singkat antar lilitan dalam fasa.
2. Hubung singkat antar fasa.
3. Hubung singkat antar fasa ke tanah.
4. Busur api antara laminasi.
5. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
Gambar 2.2. Rele Bucholtz
20
Cara kerja rele bucholtz adalah gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir
melalui pipa dan tekanan gas ini akan mengerjakan relay dalam 2 tahap, yaitu :
Gambar 2.3. Cara Kerja Relai Bucholtz
1. Mengerjakan alarm (bucholtz 1st) pada kontak bagian atas (1).
2. Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah (2).
Analisa gas yang sering timbul pada rele bucholtz adalah sebagai berikut :
1. H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-
bagian konstruksi.
2. H2, C2H2 dan CH4 menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi
phenol terurai, misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
3. H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan
inti.
4. H2, C2H, CO2 dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada
lilitan inti.
Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholtz
sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal, berikut dijelaskan mengenai
Mekanisme Kerja Rele Bucholtz.
21
Rele bucholtz mengindikasikan Alarm saat gas
yang terbentuk terjebak di rongga rele bucholtz
dengan mengaktifkan satu pelampung.
Rele bucholtz mengindikasikan Trip saat gas
yang terbentuk terjebak di rongga relai bucholtz
dengan mengaktifkan kedua pelampung.
Rele bucholtz mengindikasikan Trip
saat muncul tekanan minyak yang
tinggi ke arah konservator.
Gambar 2.4. Mekanisme Kerja Rele Bucholtz