landasan teori volume material

27
LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2010 pasal 1). 3.2. Bagian-bagian Jalan Menurut UU no 38 tahun 2004 tentang jalan, bagian-bagian jalan meliputi: a. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA), meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman. b. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), merupakan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Milik Jalan yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah. c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja): ruang sepanjang jalan diluar Damija, dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sesuai fungsi jalan: - Jalan Arteri minimum 20 meter - Jalan Kolektor 15 meter

Upload: windy-dea-octarina

Post on 07-Feb-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Teori Volume Material

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

kabel (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2010 pasal 1).

3.2. Bagian-bagian Jalan

Menurut UU no 38 tahun 2004 tentang jalan, bagian-bagian jalan meliputi:

a. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA), meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan

ambang pengaman.

b. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), merupakan sejalur tanah tertentu di luar

Ruang Milik Jalan yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah.

c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja): ruang sepanjang jalan diluar Damija,

dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sesuai fungsi jalan:

- Jalan Arteri minimum 20 meter

- Jalan Kolektor 15 meter

- Jalan Lokal minimum 10 meter

d. Ruang Milik Jalan ( Rumija) meliputi Ruang Manfaat Jalan dan sejalur tanah

tertentu di luar Ruang Manfaat Jalan.

Page 2: Landasan Teori Volume Material

3.3. Struktur Perkerasan Jalan

Struktur perkerasan jalan adalah suatu struktur perkerasan jalan yang berupa lapisan

– lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas.

3.3.1. Jenis Perkerasan Jalan

Gambar III.1. Damaja, Dawasja, Damija di lingkungan jalan antar kota

Sumber: Konstruksi Jalan Raya, badan Penerbit PU 

Gambar III.2. Lapisan Struktur Perkerasan Jalan

Sumber: Standar konstruksi dan bangunan No. 007/BM/2009 PU BINA MARGA

Page 3: Landasan Teori Volume Material

Berdasarkan “Perancangan Tebal Perkerasan Jalan” 1993, perkerasan jalan terdiri

atas tiga macam, yaitu:

1. Perkerasan kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas

plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering

disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton

di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan

mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian

terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini

berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal

lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Gambar struktur perkerasan

kaku dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

2. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Yaitu suatu perkerasan yang menggunakan bahan campuran aspal dan agregat atau

bahan-bahan yang bersifat tidak kaku atau lentur. Pada perkerasan kaku

membutuhkan biaya awal yang tinggi tetapi biaya perawatannya kecil, sedangkan

untuk perkerasan lentur sebaliknya.

Sumber: Pedoman perencanaan perkerasan lentur PU Bina marga

Gambar III.3. Struktur lapisan perkerasan kaku

Page 4: Landasan Teori Volume Material

3. Struktur Perkerasan Komposit

Konstruksi perkerasan komposit merupakan kombinasi antara perkerasan kaku dan

perkerasan lentur yang dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau

perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Susunan lapis perkerasan adalah seperti

diperlihatkan pada Gambar III.5.

3.4. Bagian- Bagian Struktur Jalan

3.4.1. Lapisan Tanah Dasar (subgrade )

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan

lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Lapisan

tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau

tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain

lain.

3.4.2. Lapisan Pondasi Bawah ( subbase course )

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah

dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai:

Sumber: Pedoman perencanaan perkerasan lentur PU Bina Marga

Gambar III.4. Struktur lapisan perkerasan lentur

Sumber: Modul Kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan

Gambar III.5. Susunan lapisan perkerasan komposit

Page 5: Landasan Teori Volume Material

a) Bagian dari konstruksi untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

b) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

c) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis

pondasi atas.

d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat

lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal pelaksanaan pekerjaan.

e) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

3.4.3. Lapisan Pondasi Atas ( base course )

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi

bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

b) Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat

menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu

dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume

pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

3.4.4. Lapisan Permukaan ( surface Course )

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda

kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai:

a) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

b) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).

c) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul

oleh lapisan di bawahnya.

Page 6: Landasan Teori Volume Material

3.5. Pelaksanaan Pekerjaan

3.5.1. Pekerjaan Persiapan

a. Mobilisasi Tenaga Kerja

Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek

adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam

melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam

pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek

itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.

b. Mobilisasi Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat

mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan. Oleh

karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam pekerjaan dapat

menunjang kelancaran dan terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi

proyek, mulai dari tahap pelaksanaan sampai akhir tahap pelaksanaan.

c. Mobilisasi Material

Mobilisasi material meliputi penyiapan material seperti agregat A dan B, serta aspal

yang akan dibawa ke lokasi proyek.

3.5.2. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan ini meliputi kegiatan-kegiatan:

1. Pekerjaan Pembersihan dan Persiapan

Pada awal pekerjaan konstruksi jalan baru atau pengembangan jalan yang telah ada,

biasanya terdapat masalah pembersihan dan persiapan. Masalah yang dihadapi dapat

berbeda tergantung lokasi pekerjaan. Di daerah pedesaan, pohon mungkin harus

ditebang dan dibersihkan dari daerah lokasi pekerjaan. Semak belukar harus dicabut

dan dibakar ditempat, pagar sementara mungkin perlu dibuat dan akses harus

disediakan untuk memungkinkan masyarakat lewat di lokasi pekerjaan.

Page 7: Landasan Teori Volume Material

Pada daerah kota sangat sulit untuk menghindari gangguan terhadap akses publik

saat terjadi pekerjaan. Oleh sebab itu, diperlukan banyak pertimbangan, misalnya

menyangkut pemindahan tiang telepon, lampu penerangan, dan utilitas lainnya.

2. Pengupasan Tanah

Hampir dalam setiap situasi, permukaan tanah asli harus dibuang bahkan untuk

keadaan dimana permukaannya akan ditingkatkan. Hal ini dilakukan karena ada

bahaya seperti tumbuhnya tanaman, selain itu terdapat pula resiko pembusukan dan

lapis tanah dasarnya menjadi tidak stabil akibat kadar humus pada tanah.

3. Penggalian

Penggalian harus segera dilakukan setelah pengupasan atas tanah asli. Jika tanah

hasil galian akan digunakan sebagai bahan timbunan ditempat lain, maka perlu

memperhatikan beberapa hal berikut:

a) Jika permukaan tanah terlalu basah (jika kadar airnya lebih besar daripada

kadar air optimum), maka tanah menjadi plastis bahkan hampir cair.

b) Jika permukaan tanah kering, maka tanah mudah retak dan hancur.

4. Penimbunan

Cara Pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Clearing & grubbing, pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.

b) Top Soil & Stripping, pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar

kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.

c) Compaction of foundation of Embankment.

d) Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.

e) Lapisan ini perlu di uji kepadatannya terlebih dahulu, lalu diteruskan dengan

pekerjaan selanjutnya, yaitu penimbunan.

f) Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis setebal ± 20.

3.5.3. Subbase Course

Setelah lapisan sub-grade telah memenuhi syarat-syarat evaluasi dan kepadatan, kita

akan memulai pekerjaan subbase course. Setelah pemasangan patok selesai, untuk

menentukan ketinggian/ ketebalan lapisan maka kita akan mendatangkan material

Page 8: Landasan Teori Volume Material

subbase ke lapangan dan dimulai proses peghamparan. Selanjutnya, akan dilakukan

pemadatan. Pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah/ tinggi.

Setelah permukaan diratakan dengan motor grader, maka proses pemadatan

berikutnya dilakukan dengan Tandem Roller, dan finishing dengan Pneumatic Tired

Roller.

3.5.4. Base Course

Pada prinsipnya, pekerjaan base course sama saja dengan pekerjaan subbase course,

yaitu:

a. Permukaan subbase course harus sudah rata dan padat

b. Dipasang patok-patok untuk pedoman ketinggian.

c. Dilakukan penghamparan dan pemadatan material dengan alat berat.

3.5.5. Pekerjaan Lapis Permukaan

Pekerjaan lapis permukaan terdiri dari beberapa item pekerjaan, antara lain adalah

lapis resap pengikat (coating), lapis pengisi rongga. Prime coat adalah lapis tipis

aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi atas sebelum lapis berikutnya

dihampar. Aspal cair ini dapat meresap ke dalam lapis pondasi mengisi rongga dan

memperkeras permukaan serta mengikat lapis pondasi dan lapis permukaan. Hal

pertama yang dilakukan pada pekerjaan lapisan penetrasi ini adalah memanaskan

aspal yang ada di dalam drum yang telah dibuka di bagian badan atau tutup dari

drum tersebut. Pemanasan aspal ini tidak boleh terlalu panas karena dapat

menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak.

Cara pemasangan prime coat:

Pemasangan prime coat menggunakan asphalt distributor, yaitu truk yang dilengkapi

penyemprot, pompa dan aspal. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas

untuk menjaga suhu aspal. Sebelum dilakukan pemasangan, harus dipastikan daerah

tersebut bebas kotoran dan debu, lalu asphalt distributor harus dikalibrasikan terlebih

dahulu. Penyemprotan dilakukan sepanjang jalan, agar tidak mengganggu pekerjaan,

pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas terlebih dahulu. Setelah prime coat,

dilanjutkan dengan pemadatan (rolling), dan pekerjaan lapis AC-Base.

Page 9: Landasan Teori Volume Material

3.6. Material

3.6.1. Agregat

Agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang

berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral ppadat beruppa ukuran

besar mauppun kecil atau fragmen‐fragmen (Silvia Sukirman, Beton Aspal Campur

Panas, 2003).

Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan, ditentukan juga

dari sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan material lain.

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan

untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Oleh karena itu

perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan suatu agregat yang akan digunakan

sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan

ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk

menyerap air, berat jenis dan daya pelekat dengan aspal.

Berdasarkan besar partikel –partikelnya agregat dibedakan menjadi :

a. Agregat kasar, yaitu agregat yang memiliki ukuran > 4,75 mm menurut ASTM

atau > 2mm AASHTO. Agregat kasar adalah batu pecah atau kerikil pecah,

bersih, keras (abrasi maksimum 40%),65% berupa agregat yang berukuran lebih

besar 2,36 mm dan lebih kecil dari 20 mm dan mempunyai minimum dua bidang

pecah.

b. Agregat halus, yaitu agregat yang memiliki ukuran < 4,75 mm menurut ASTM

atau < 2 mm dan > 0,075 mm menurut AASHTO.Agregat halus berupa batu

pecah halus atau pasir atau keduanya, bersih ,`keras bebas dan lempung dengan

partikel lewat saringan 0,075mm maksimum 8% dan ukuran butir < 0,5 mm.

c. Abu batu/ mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan

no.200. Sebagai filler dapat digunakan debu batu kapur atau semen portland.

Page 10: Landasan Teori Volume Material

Tabel III.1. Ukuran Bukaan Saringan

Ukuran

Saringan

Bukaan (mm) Ukuran Saringan Bukaan(mm)

4” 100 3/8” 9,5

3½” 90 No.4 4,75

3” 75 No .8 2,36

2½” 63 No.16 1,18

2” 50 No.30 0,6

1½” 37,5 No.50 0,3

1 25 No.100 0,15

¾” 19 No.200 0,075

1/2” 12,5

Tabel III.2. Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Macam saringan Persentase Lolos Berat

ASTM(mm) Inch Kelas A Kelas B Kelas C

76,2 3” 100 - -

50,8 2” - 100 -

38,1 1½” 60-90 70-100 100

25,4 1” 46-78 55-85 -

Sumber: Sukirman Silvia, “beton Aspal Campur Panas”, 2003, Jakarta: Granit

Page 11: Landasan Teori Volume Material

19,1 3/4” 40-70 50-80 -

9,5 3/8” 24-56 40-70 -

4,75 #4 13-45 30-60 -

2,36 #8 6-36 - 70-100

1,475 #10 - 20-50 -

0,6 #30 2-22 - -

0,425 #40 2-18 10-30 -

0,07 #200 0-10 5-15 55-85

Tabel III.3. Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat-sifat Metode Pengujian

SNI/AASHTO

Batas Maksimum yang diijinkan

Agregat

Halus

Agregat Kasar

Kehausan agregat

dengan mesin Los

Angeles

SNI 03-2417-1990

(AASHTO T 96)

- 40%

Sifat kekekalan

bentuk agregat

terhadap larutan

natrium sulfat dan

megnesium sulfat

SNI 03-3407-1994

(AASHTO T 104)

10% 12%

Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan

dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Sumber : Ir. Sony Sulaksono W., M.Sc, Departemen Teknik Sipil “Rekayasa jalan” : Itb

Sumber: Sukirman Silvia, “beton Aspal Campur Panas”, 2003, Jakarta: Granit

Page 12: Landasan Teori Volume Material

1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability), lapisan perkerasan dipengaruhi

oleh :

a) Gradasi

b) Ukuran Maximum

c) Kadar Lempung

d) Kekerasan dan Ketahanan

e) Tekstur permukaan

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik di pengaruhi oleh :

a) Porositas

b) Kemungkinan basah

c) Jenis agregat

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan aman

dipengaruhi oleh:

a) Tahanan geser (ski resistance)

b) Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bitu minous mix

workability)

Pada Proyek Pekerjaan Peningkatan Jalan Akses ke Pelabuhan Penyeberangan Feri

Tanjung Api-Api menggunakan agregat. Secara teoritis, untuk mengetahui berapa

volume material dapat dihitung menggunakan rumus balok seperti di bawah ini:

V = P x L x T ……………………........................( Persamaan III.1. )

Dimana :

P = panjang pekerjaan agregat

L = lebar jalan

T = tinggi atau tebal permukaan jalan.

3.6.2. Aspal

Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur

ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur

tertentu, aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel

agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang

Page 13: Landasan Teori Volume Material

ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan makadam ataupun

peleburan.

Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat (sifat

termoplastis).

Jenis Aspal berdasarkan cara diperolehnya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Aspal alam, dapat dibedakan atas:

a) Aspal gunung (rock asphalt), contohnya adalah aspal dari pulau beton

b) Aspal danau (lake asphalt), contohnya adalah aspal dari Bermudez, Trinidad.

2. Aspal buatan

a) Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi

b) Tar, merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk

perkerasan jalan kara lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan

temperatur dan beracun.

Aspal yang digunakan pada konsturksi perkerasan jalan berfungsi sebagai :

1. Bahan pengikat memberi ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal

itu sendiri.

2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada

dari agregat itu sendiri.

3.7. Peralatan

Semua peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

sesuai dengan petunjuk pengawas teknik. Peralatan tersebut harus dari tipe dan

ukuran yang tepat, dikoordinasikan sebaik–baiknya dan dijalankan sesuai dengan

aturan yang seharusnya agar memberikan hasil yang baik.

3.7.1. AMP (Asphalt Mixing Plant)

AMP adalah satu kesatuan unit mesin yang bekerja mensuplai, memanaskan,

menyaring agregat kemudian mencampur dengan aspal sehingga menjadi suatu

campuran yang dikenal dengan AC-BC , AC-WC dan sebagainya. Karena dalam

Page 14: Landasan Teori Volume Material

memproduksi campuran untuk kepentingan perkerasan jalan dalam jumlah besar,

maka digunakan AMP, sehingga jumlah campuran yang dibutuhkan terpenuhi.

Adapun unit- unit dari AMP adalah sebagai berikut :

a. Cold bins (penyalur agregat dingin) dan cold agregat

Cold bins agregat feeder adalah komponen utama dari suatu unit Asphal Mixing

Plant (AMP). Pada umumnya cold bins terdiri dari tiga atau lebih sebagai tempat

penampungan masing-masing ukuran agregat serta disediakan pintu bukaan atau

(cold agregat feeder ) untuk mensuplai agregat ke dryer melalui belt conveyor (ban

berjalan). Dimana pada Cold Bin untuk Hot Mix terdapat Bin I (pasir), Bin II

(agregat kasar), Bin III (agregat sedang), Bin IV(abu batu).

b. Pengering (dryer)

Dryer mempunyai bentuk silinder drum dengan ukuran diameter antara satu sampai

tiga meter dengan empat atau dua belas meter panjang, yang senantiasa berputar

sebagai tempat pembakaran agregat dari cold feeder. Pemanas dilakukan oleh

pembantu atau burner yang ditempatkan pada salah satu ujungnya. Hal penting yang

harus diperhatikan pada dryer yaitu:

a) Keseimbangan antara bahan bakar dan tekanan air pada burner.

b) Pasa AMP dimana dryernya dapat disetel kemiringan.

c) Dryer dilengkapi satu unit pembantu yaitu Dust collector (perangkap debu).

Sumber: Manual Konstruksi dan Bangunan PU Bina Marga

Gambar III.6. Asphalt Mixing Plant

Page 15: Landasan Teori Volume Material

c. Saringan agregat halus (Screening hot agregat)

Screening hot agregat adalah untuk memisahkan agregat menurut ukurannya. Untuk

penakaran dan pemisahan butiran yang mempunyai ukuran yang lebih maupun

jumlahnya. Oleh karena itu telah tersedia cerobong overflow atau aliran berlebihan

yang akan membuangnya keluar.

d. Hot bin

Alat ini berfungsi untuk menampung fraksi. Dimensi Hot Bin cukup besar untuk

menampung material guna kelangsungan produksi selama operasi pada kapasitas

penuh tanpa overflow yang akan membuangnya keluar.

e. Timbangan

Agregat dari hot bins ditimbang beratnya di dalam kotak timbangan sebelum

dimulainya produksi.kotak timbangan agregat serta skala timbangan harus diperiksa

untuk mendapatkan hasil timbangan yang benar-benar akurat.

f. Pugmil (mixer)

Letaknya dibawah hot bin dan bucket agregat. Setelah berat masing-masing agregat

ditimbang sesuai komposisi campurannya, maka agregat tersebut tercampur dalam

pugmil.

3.7.2. Dump Truck

Dump truck berfungsi sebagai alat angkut agregat ke lokasi proyek serta sebagai

pengangkut campuran aspal.

Page 16: Landasan Teori Volume Material

3.7.3. Motor Grader

Motor grader adalah alat berat yang digunakan untuk membentuk permukaan

penghamparan agregat, sedangkan pekerjaan lainnya yang dilakukan motor grader

adalah meratakan permukaan tanah untuk pengamparan agregat, menghaluskan

permukaan , menggusur serta membersihkan lereng.

3.7.4. Compressor

Compressor adalah alat untuk membersihkan debu atau kotoran-kotoran yang

melekat pada permukaan badan jalan.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar III.7. Dump Truck

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar III.8. Motor Grader

Page 17: Landasan Teori Volume Material

3.7.5. Asphalt Sprayer

Aspahlt sprayer adalah alat untuk menyemprotkan aspal pengikat (tack coat) atau

lapis resap pengikat (prime coat).

3.7.6. Asphalt Finisher

Aspahlt finisher adalah alat untuk meghamparkan campuran aspal ke permukaan

jalan. Pada waktu penghamparan, asphalt finisher dibantu dengan alat –alat seperti

pengaruk, sekop, dan lain-lain.

Sumber: Manual Konstruksi dan Bangunan PU Bina Marga

Gambar III.9. Compressor

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 18: Landasan Teori Volume Material

3.7.7. Tandem Roller

Tandem roller adalah alat untuk memadatkan permukaan jalan setelah dilakukan

proses penghamparan aspal.

3.7.8. Pneumatic Tired Roller

Pneumatic tired roller adalah alat yang merupakan jenis alat penggilas dengan roda

ban angin. Alat ini biasanya digunakan untuk pemadatan pasir atau kerikil berpasir

(agregat) atau untuk penghalus pemadatan. Rodanya dipasang dengan 2 sumbu

dengan 5 roda berada pada sumbu depan dan 4 roda pada sumbu belakang kendaraan

yang berfungsi sebagai sumbu setir atau pengarah setirnya bekerja dengan sistem

hidrolik. Rodanya mengalami pembelokan sebesar 5-6 derajat.

Gambar III.10. Asphalt Finisher

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar III.11. Tandem Roller

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 19: Landasan Teori Volume Material

3.8. Tenaga Kerja

Dalam proyek dibutuhkan suatu tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dilihat dari bentuk

hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek

khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi tenaga kerja langsung dan

tenaga kerja borongan.

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani ikatan

kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor. Umumnya diikuti dengan latihan,

sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar. Sedangkan

tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan kerja

yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja dengan kontraktor untuk jangka

waktu tertentu.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, dengan memperhatikan usaha

menyeimbangkan antara jumlah tenaga kerja dan pekerjaan yang tersedia. Oleh

karena itu dalam menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi

faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja.

Ada beberapa alternatif yang digunakan untuk menghitung jumlah tenaga kerja

dalam sebuaha pekerjaan, antara lain :

1. Pengalaman Pekerjaan

Pengalaman merupakan hal yang paling penting. Dari pengalaman dari setiap item

pekerjaan konstruksi tentu dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja untuk

menyelesaikan pekerjaan tersebut.

2. Standar Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Dengan pedoman analisa harga satuan yang dikeluarkan oleh PU Bina Marga juga

bisa menentukan jumlah material dan tenaga kerja dalam sebuah pekerjaan.

Untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja, langkah pertamanya adalah perlu

mengetahui jumlah tenaga kerja yang diperlukan proyek. Faktor utama yang

mempengaruhi jumlah tenaga kerja adalah produktivitas tenaga kerja.

Page 20: Landasan Teori Volume Material

Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total

lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam/orang atau bulan/orang dibagi

dengan kurun waktu pelaksanaan.

Menurut Soeharto (1995), salah satu cara untuk mencari berapa jumlah tenaga kerja

yang diperlukan dapat menggunakan rumusan perhitungan dibawah ini:

Jml tng krj =Volume pekerjaan yang diselesaikan 1 hari x koefisien tenaga m3

Jam kerja efektif / hari ..(Persamaan III.2.)

Keterangan:

Jml tng krj= jumlah tenaga kerja