landasan teori volume material
TRANSCRIPT
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2010 pasal 1).
3.2. Bagian-bagian Jalan
Menurut UU no 38 tahun 2004 tentang jalan, bagian-bagian jalan meliputi:
a. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA), meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman.
b. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), merupakan sejalur tanah tertentu di luar
Ruang Milik Jalan yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah.
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja): ruang sepanjang jalan diluar Damija,
dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sesuai fungsi jalan:
- Jalan Arteri minimum 20 meter
- Jalan Kolektor 15 meter
- Jalan Lokal minimum 10 meter
d. Ruang Milik Jalan ( Rumija) meliputi Ruang Manfaat Jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar Ruang Manfaat Jalan.
3.3. Struktur Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan jalan adalah suatu struktur perkerasan jalan yang berupa lapisan
– lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas.
3.3.1. Jenis Perkerasan Jalan
Gambar III.1. Damaja, Dawasja, Damija di lingkungan jalan antar kota
Sumber: Konstruksi Jalan Raya, badan Penerbit PU
Gambar III.2. Lapisan Struktur Perkerasan Jalan
Sumber: Standar konstruksi dan bangunan No. 007/BM/2009 PU BINA MARGA
Berdasarkan “Perancangan Tebal Perkerasan Jalan” 1993, perkerasan jalan terdiri
atas tiga macam, yaitu:
1. Perkerasan kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas
plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga
tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering
disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton
di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal
lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Gambar struktur perkerasan
kaku dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Yaitu suatu perkerasan yang menggunakan bahan campuran aspal dan agregat atau
bahan-bahan yang bersifat tidak kaku atau lentur. Pada perkerasan kaku
membutuhkan biaya awal yang tinggi tetapi biaya perawatannya kecil, sedangkan
untuk perkerasan lentur sebaliknya.
Sumber: Pedoman perencanaan perkerasan lentur PU Bina marga
Gambar III.3. Struktur lapisan perkerasan kaku
3. Struktur Perkerasan Komposit
Konstruksi perkerasan komposit merupakan kombinasi antara perkerasan kaku dan
perkerasan lentur yang dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Susunan lapis perkerasan adalah seperti
diperlihatkan pada Gambar III.5.
3.4. Bagian- Bagian Struktur Jalan
3.4.1. Lapisan Tanah Dasar (subgrade )
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain
lain.
3.4.2. Lapisan Pondasi Bawah ( subbase course )
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah
dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai:
Sumber: Pedoman perencanaan perkerasan lentur PU Bina Marga
Gambar III.4. Struktur lapisan perkerasan lentur
Sumber: Modul Kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan
Gambar III.5. Susunan lapisan perkerasan komposit
a) Bagian dari konstruksi untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal pelaksanaan pekerjaan.
e) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
3.4.3. Lapisan Pondasi Atas ( base course )
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi
bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
b) Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume
pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
3.4.4. Lapisan Permukaan ( surface Course )
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai:
a) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
c) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan di bawahnya.
3.5. Pelaksanaan Pekerjaan
3.5.1. Pekerjaan Persiapan
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek
adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam
pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek
itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.
b. Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat
mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan. Oleh
karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam pekerjaan dapat
menunjang kelancaran dan terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi
proyek, mulai dari tahap pelaksanaan sampai akhir tahap pelaksanaan.
c. Mobilisasi Material
Mobilisasi material meliputi penyiapan material seperti agregat A dan B, serta aspal
yang akan dibawa ke lokasi proyek.
3.5.2. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan ini meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Pekerjaan Pembersihan dan Persiapan
Pada awal pekerjaan konstruksi jalan baru atau pengembangan jalan yang telah ada,
biasanya terdapat masalah pembersihan dan persiapan. Masalah yang dihadapi dapat
berbeda tergantung lokasi pekerjaan. Di daerah pedesaan, pohon mungkin harus
ditebang dan dibersihkan dari daerah lokasi pekerjaan. Semak belukar harus dicabut
dan dibakar ditempat, pagar sementara mungkin perlu dibuat dan akses harus
disediakan untuk memungkinkan masyarakat lewat di lokasi pekerjaan.
Pada daerah kota sangat sulit untuk menghindari gangguan terhadap akses publik
saat terjadi pekerjaan. Oleh sebab itu, diperlukan banyak pertimbangan, misalnya
menyangkut pemindahan tiang telepon, lampu penerangan, dan utilitas lainnya.
2. Pengupasan Tanah
Hampir dalam setiap situasi, permukaan tanah asli harus dibuang bahkan untuk
keadaan dimana permukaannya akan ditingkatkan. Hal ini dilakukan karena ada
bahaya seperti tumbuhnya tanaman, selain itu terdapat pula resiko pembusukan dan
lapis tanah dasarnya menjadi tidak stabil akibat kadar humus pada tanah.
3. Penggalian
Penggalian harus segera dilakukan setelah pengupasan atas tanah asli. Jika tanah
hasil galian akan digunakan sebagai bahan timbunan ditempat lain, maka perlu
memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Jika permukaan tanah terlalu basah (jika kadar airnya lebih besar daripada
kadar air optimum), maka tanah menjadi plastis bahkan hampir cair.
b) Jika permukaan tanah kering, maka tanah mudah retak dan hancur.
4. Penimbunan
Cara Pelaksanaannya sebagai berikut:
a) Clearing & grubbing, pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
b) Top Soil & Stripping, pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar
kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.
c) Compaction of foundation of Embankment.
d) Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
e) Lapisan ini perlu di uji kepadatannya terlebih dahulu, lalu diteruskan dengan
pekerjaan selanjutnya, yaitu penimbunan.
f) Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis setebal ± 20.
3.5.3. Subbase Course
Setelah lapisan sub-grade telah memenuhi syarat-syarat evaluasi dan kepadatan, kita
akan memulai pekerjaan subbase course. Setelah pemasangan patok selesai, untuk
menentukan ketinggian/ ketebalan lapisan maka kita akan mendatangkan material
subbase ke lapangan dan dimulai proses peghamparan. Selanjutnya, akan dilakukan
pemadatan. Pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah/ tinggi.
Setelah permukaan diratakan dengan motor grader, maka proses pemadatan
berikutnya dilakukan dengan Tandem Roller, dan finishing dengan Pneumatic Tired
Roller.
3.5.4. Base Course
Pada prinsipnya, pekerjaan base course sama saja dengan pekerjaan subbase course,
yaitu:
a. Permukaan subbase course harus sudah rata dan padat
b. Dipasang patok-patok untuk pedoman ketinggian.
c. Dilakukan penghamparan dan pemadatan material dengan alat berat.
3.5.5. Pekerjaan Lapis Permukaan
Pekerjaan lapis permukaan terdiri dari beberapa item pekerjaan, antara lain adalah
lapis resap pengikat (coating), lapis pengisi rongga. Prime coat adalah lapis tipis
aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi atas sebelum lapis berikutnya
dihampar. Aspal cair ini dapat meresap ke dalam lapis pondasi mengisi rongga dan
memperkeras permukaan serta mengikat lapis pondasi dan lapis permukaan. Hal
pertama yang dilakukan pada pekerjaan lapisan penetrasi ini adalah memanaskan
aspal yang ada di dalam drum yang telah dibuka di bagian badan atau tutup dari
drum tersebut. Pemanasan aspal ini tidak boleh terlalu panas karena dapat
menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak.
Cara pemasangan prime coat:
Pemasangan prime coat menggunakan asphalt distributor, yaitu truk yang dilengkapi
penyemprot, pompa dan aspal. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas
untuk menjaga suhu aspal. Sebelum dilakukan pemasangan, harus dipastikan daerah
tersebut bebas kotoran dan debu, lalu asphalt distributor harus dikalibrasikan terlebih
dahulu. Penyemprotan dilakukan sepanjang jalan, agar tidak mengganggu pekerjaan,
pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas terlebih dahulu. Setelah prime coat,
dilanjutkan dengan pemadatan (rolling), dan pekerjaan lapis AC-Base.
3.6. Material
3.6.1. Agregat
Agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang
berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral ppadat beruppa ukuran
besar mauppun kecil atau fragmen‐fragmen (Silvia Sukirman, Beton Aspal Campur
Panas, 2003).
Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan, ditentukan juga
dari sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan material lain.
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Oleh karena itu
perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan suatu agregat yang akan digunakan
sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan
ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk
menyerap air, berat jenis dan daya pelekat dengan aspal.
Berdasarkan besar partikel –partikelnya agregat dibedakan menjadi :
a. Agregat kasar, yaitu agregat yang memiliki ukuran > 4,75 mm menurut ASTM
atau > 2mm AASHTO. Agregat kasar adalah batu pecah atau kerikil pecah,
bersih, keras (abrasi maksimum 40%),65% berupa agregat yang berukuran lebih
besar 2,36 mm dan lebih kecil dari 20 mm dan mempunyai minimum dua bidang
pecah.
b. Agregat halus, yaitu agregat yang memiliki ukuran < 4,75 mm menurut ASTM
atau < 2 mm dan > 0,075 mm menurut AASHTO.Agregat halus berupa batu
pecah halus atau pasir atau keduanya, bersih ,`keras bebas dan lempung dengan
partikel lewat saringan 0,075mm maksimum 8% dan ukuran butir < 0,5 mm.
c. Abu batu/ mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan
no.200. Sebagai filler dapat digunakan debu batu kapur atau semen portland.
Tabel III.1. Ukuran Bukaan Saringan
Ukuran
Saringan
Bukaan (mm) Ukuran Saringan Bukaan(mm)
4” 100 3/8” 9,5
3½” 90 No.4 4,75
3” 75 No .8 2,36
2½” 63 No.16 1,18
2” 50 No.30 0,6
1½” 37,5 No.50 0,3
1 25 No.100 0,15
¾” 19 No.200 0,075
1/2” 12,5
Tabel III.2. Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Macam saringan Persentase Lolos Berat
ASTM(mm) Inch Kelas A Kelas B Kelas C
76,2 3” 100 - -
50,8 2” - 100 -
38,1 1½” 60-90 70-100 100
25,4 1” 46-78 55-85 -
Sumber: Sukirman Silvia, “beton Aspal Campur Panas”, 2003, Jakarta: Granit
19,1 3/4” 40-70 50-80 -
9,5 3/8” 24-56 40-70 -
4,75 #4 13-45 30-60 -
2,36 #8 6-36 - 70-100
1,475 #10 - 20-50 -
0,6 #30 2-22 - -
0,425 #40 2-18 10-30 -
0,07 #200 0-10 5-15 55-85
Tabel III.3. Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat
Sifat-sifat Metode Pengujian
SNI/AASHTO
Batas Maksimum yang diijinkan
Agregat
Halus
Agregat Kasar
Kehausan agregat
dengan mesin Los
Angeles
SNI 03-2417-1990
(AASHTO T 96)
- 40%
Sifat kekekalan
bentuk agregat
terhadap larutan
natrium sulfat dan
megnesium sulfat
SNI 03-3407-1994
(AASHTO T 104)
10% 12%
Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
Sumber : Ir. Sony Sulaksono W., M.Sc, Departemen Teknik Sipil “Rekayasa jalan” : Itb
Sumber: Sukirman Silvia, “beton Aspal Campur Panas”, 2003, Jakarta: Granit
1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability), lapisan perkerasan dipengaruhi
oleh :
a) Gradasi
b) Ukuran Maximum
c) Kadar Lempung
d) Kekerasan dan Ketahanan
e) Tekstur permukaan
2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik di pengaruhi oleh :
a) Porositas
b) Kemungkinan basah
c) Jenis agregat
3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan aman
dipengaruhi oleh:
a) Tahanan geser (ski resistance)
b) Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bitu minous mix
workability)
Pada Proyek Pekerjaan Peningkatan Jalan Akses ke Pelabuhan Penyeberangan Feri
Tanjung Api-Api menggunakan agregat. Secara teoritis, untuk mengetahui berapa
volume material dapat dihitung menggunakan rumus balok seperti di bawah ini:
V = P x L x T ……………………........................( Persamaan III.1. )
Dimana :
P = panjang pekerjaan agregat
L = lebar jalan
T = tinggi atau tebal permukaan jalan.
3.6.2. Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur
tertentu, aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel
agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang
ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan makadam ataupun
peleburan.
Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat (sifat
termoplastis).
Jenis Aspal berdasarkan cara diperolehnya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Aspal alam, dapat dibedakan atas:
a) Aspal gunung (rock asphalt), contohnya adalah aspal dari pulau beton
b) Aspal danau (lake asphalt), contohnya adalah aspal dari Bermudez, Trinidad.
2. Aspal buatan
a) Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
b) Tar, merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk
perkerasan jalan kara lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan
temperatur dan beracun.
Aspal yang digunakan pada konsturksi perkerasan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat memberi ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal
itu sendiri.
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada
dari agregat itu sendiri.
3.7. Peralatan
Semua peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
sesuai dengan petunjuk pengawas teknik. Peralatan tersebut harus dari tipe dan
ukuran yang tepat, dikoordinasikan sebaik–baiknya dan dijalankan sesuai dengan
aturan yang seharusnya agar memberikan hasil yang baik.
3.7.1. AMP (Asphalt Mixing Plant)
AMP adalah satu kesatuan unit mesin yang bekerja mensuplai, memanaskan,
menyaring agregat kemudian mencampur dengan aspal sehingga menjadi suatu
campuran yang dikenal dengan AC-BC , AC-WC dan sebagainya. Karena dalam
memproduksi campuran untuk kepentingan perkerasan jalan dalam jumlah besar,
maka digunakan AMP, sehingga jumlah campuran yang dibutuhkan terpenuhi.
Adapun unit- unit dari AMP adalah sebagai berikut :
a. Cold bins (penyalur agregat dingin) dan cold agregat
Cold bins agregat feeder adalah komponen utama dari suatu unit Asphal Mixing
Plant (AMP). Pada umumnya cold bins terdiri dari tiga atau lebih sebagai tempat
penampungan masing-masing ukuran agregat serta disediakan pintu bukaan atau
(cold agregat feeder ) untuk mensuplai agregat ke dryer melalui belt conveyor (ban
berjalan). Dimana pada Cold Bin untuk Hot Mix terdapat Bin I (pasir), Bin II
(agregat kasar), Bin III (agregat sedang), Bin IV(abu batu).
b. Pengering (dryer)
Dryer mempunyai bentuk silinder drum dengan ukuran diameter antara satu sampai
tiga meter dengan empat atau dua belas meter panjang, yang senantiasa berputar
sebagai tempat pembakaran agregat dari cold feeder. Pemanas dilakukan oleh
pembantu atau burner yang ditempatkan pada salah satu ujungnya. Hal penting yang
harus diperhatikan pada dryer yaitu:
a) Keseimbangan antara bahan bakar dan tekanan air pada burner.
b) Pasa AMP dimana dryernya dapat disetel kemiringan.
c) Dryer dilengkapi satu unit pembantu yaitu Dust collector (perangkap debu).
Sumber: Manual Konstruksi dan Bangunan PU Bina Marga
Gambar III.6. Asphalt Mixing Plant
c. Saringan agregat halus (Screening hot agregat)
Screening hot agregat adalah untuk memisahkan agregat menurut ukurannya. Untuk
penakaran dan pemisahan butiran yang mempunyai ukuran yang lebih maupun
jumlahnya. Oleh karena itu telah tersedia cerobong overflow atau aliran berlebihan
yang akan membuangnya keluar.
d. Hot bin
Alat ini berfungsi untuk menampung fraksi. Dimensi Hot Bin cukup besar untuk
menampung material guna kelangsungan produksi selama operasi pada kapasitas
penuh tanpa overflow yang akan membuangnya keluar.
e. Timbangan
Agregat dari hot bins ditimbang beratnya di dalam kotak timbangan sebelum
dimulainya produksi.kotak timbangan agregat serta skala timbangan harus diperiksa
untuk mendapatkan hasil timbangan yang benar-benar akurat.
f. Pugmil (mixer)
Letaknya dibawah hot bin dan bucket agregat. Setelah berat masing-masing agregat
ditimbang sesuai komposisi campurannya, maka agregat tersebut tercampur dalam
pugmil.
3.7.2. Dump Truck
Dump truck berfungsi sebagai alat angkut agregat ke lokasi proyek serta sebagai
pengangkut campuran aspal.
3.7.3. Motor Grader
Motor grader adalah alat berat yang digunakan untuk membentuk permukaan
penghamparan agregat, sedangkan pekerjaan lainnya yang dilakukan motor grader
adalah meratakan permukaan tanah untuk pengamparan agregat, menghaluskan
permukaan , menggusur serta membersihkan lereng.
3.7.4. Compressor
Compressor adalah alat untuk membersihkan debu atau kotoran-kotoran yang
melekat pada permukaan badan jalan.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar III.7. Dump Truck
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar III.8. Motor Grader
3.7.5. Asphalt Sprayer
Aspahlt sprayer adalah alat untuk menyemprotkan aspal pengikat (tack coat) atau
lapis resap pengikat (prime coat).
3.7.6. Asphalt Finisher
Aspahlt finisher adalah alat untuk meghamparkan campuran aspal ke permukaan
jalan. Pada waktu penghamparan, asphalt finisher dibantu dengan alat –alat seperti
pengaruk, sekop, dan lain-lain.
Sumber: Manual Konstruksi dan Bangunan PU Bina Marga
Gambar III.9. Compressor
Sumber: Dokumentasi Penulis
3.7.7. Tandem Roller
Tandem roller adalah alat untuk memadatkan permukaan jalan setelah dilakukan
proses penghamparan aspal.
3.7.8. Pneumatic Tired Roller
Pneumatic tired roller adalah alat yang merupakan jenis alat penggilas dengan roda
ban angin. Alat ini biasanya digunakan untuk pemadatan pasir atau kerikil berpasir
(agregat) atau untuk penghalus pemadatan. Rodanya dipasang dengan 2 sumbu
dengan 5 roda berada pada sumbu depan dan 4 roda pada sumbu belakang kendaraan
yang berfungsi sebagai sumbu setir atau pengarah setirnya bekerja dengan sistem
hidrolik. Rodanya mengalami pembelokan sebesar 5-6 derajat.
Gambar III.10. Asphalt Finisher
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar III.11. Tandem Roller
Sumber: Dokumentasi Penulis
3.8. Tenaga Kerja
Dalam proyek dibutuhkan suatu tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dilihat dari bentuk
hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek
khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja borongan.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani ikatan
kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor. Umumnya diikuti dengan latihan,
sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar. Sedangkan
tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan kerja
yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja dengan kontraktor untuk jangka
waktu tertentu.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, dengan memperhatikan usaha
menyeimbangkan antara jumlah tenaga kerja dan pekerjaan yang tersedia. Oleh
karena itu dalam menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi
faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja.
Ada beberapa alternatif yang digunakan untuk menghitung jumlah tenaga kerja
dalam sebuaha pekerjaan, antara lain :
1. Pengalaman Pekerjaan
Pengalaman merupakan hal yang paling penting. Dari pengalaman dari setiap item
pekerjaan konstruksi tentu dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Standar Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Dengan pedoman analisa harga satuan yang dikeluarkan oleh PU Bina Marga juga
bisa menentukan jumlah material dan tenaga kerja dalam sebuah pekerjaan.
Untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja, langkah pertamanya adalah perlu
mengetahui jumlah tenaga kerja yang diperlukan proyek. Faktor utama yang
mempengaruhi jumlah tenaga kerja adalah produktivitas tenaga kerja.
Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total
lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam/orang atau bulan/orang dibagi
dengan kurun waktu pelaksanaan.
Menurut Soeharto (1995), salah satu cara untuk mencari berapa jumlah tenaga kerja
yang diperlukan dapat menggunakan rumusan perhitungan dibawah ini:
Jml tng krj =Volume pekerjaan yang diselesaikan 1 hari x koefisien tenaga m3
Jam kerja efektif / hari ..(Persamaan III.2.)
Keterangan:
Jml tng krj= jumlah tenaga kerja