landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-2-00163-di...

40
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Panti Asuhan 2.1.1 Definisi Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 2004:4). Santoso (2005) memberikan pengertian sebuah panti asuhan sebagai suatu lembaga yang sangat terkenal untuk membentuk perkembangan anak- anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua

Upload: hoangtuyen

Post on 22-May-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Panti Asuhan

2.1.1 Definisi

Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan

sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan

pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali

anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh

sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan

turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 2004:4).

Santoso (2005) memberikan pengertian sebuah panti asuhan sebagai

suatu lembaga yang sangat terkenal untuk membentuk perkembangan anak-

anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama

dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang

menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan

bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan

bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan

merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi

memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua

9

dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka

memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sampai mencapai tingkat

kedewasaan yang matang serta mampu melaksanakan perannya sebagai

individu dan warga negara didalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.2 Sejarah Umum

Dalam sejarah, pertama kalinya rumah yatim piatu di Batavia

didirikan secara sederhana yaitu pada tahun 1629 tepatnya pada masa

pemerintahan Gubernur Jenderal Jacques Specx. Rumah panti asuhan ini

dikelola oleh para diakon (pelayan) Gereja Protestan yang berada di Jalan

Kaaimansgracht, kini Jl. Kemukus. Rumah sederhana ini kemudian diganti

dengan gedung baru yang konstruksinya terbuat dari batu yang dapat

menampung puluhan anak pada tahun 1639 (Heuken, 2005).

Pada tahun 1662, rumah yatim piatu baru yang besar dibangun di

Jl.Orpa (dari kata Portugis orfan, artinya anak yatim piatu) kemudian berganti

nama menjadi jalan Roa Malaka II. Dalam weeshuis (rumah yatim piatu

dalam Bahasa Belanda) ini tinggal anak campuran atau Indo yang lahir di luar

pernikahan. Selain itu tinggal pula kurang lebih sepuluh orang lanjut usia dan

dua puluh lima budak yang sebagian besar wanita.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Leonard du Bus de

Gisignies (1826-1830) terjadi penutupan rumah yatim piatu. Hal ini

dilatarbelakangi oleh keadaan Kota Batavia yang saat itu sudah tidak sehat

lagi terbukti dari jumlah angka kematian yang tinggi ditambah dengan

banyaknya jumlah anak yatim piatu yang terlantar akibat kurang memadainya

rumah yatim piatu ini.

10

Gereja milik orang Inggris baru mulai merintis weezengestich (rumah

untuk menampung orang tidak waras) di Jl. Prapatan yang juga menampung

anak-anak yatim piatu pada tahun 1834 yang kemudian dipindah ke bangunan

yang kini dipakai oleh Lembaga Administrasi Negara di Jl. Veteran di tahun

1854.

Sebuah rumah panti asuhan yang besar akhirnya dibuka pada tahun

1844 di Jl. Gajah Mada, yang kini menjadi Gedung Arsip Nasional. Rumah

tersebut merupakan rumah mewah bekas kediaman Reiner de klerk yang

dibeli oleh College van der Hervormde Gemeente (Dewan Gereja Jemaat

Pembaharuan), dan diperuntukkan sebagai gereja dan rumah yatim piatu.

Namun, rumah yatim piatu itu akhirnya dijual kepada pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1900 dikarenakan pendapat dewan gereja yang

menyatakan bahwa tempat itu kurang cocok untuk gereja dan rumah yatim

piatu berhubung banyak sekali orang Cina dan Arab yang membangun rumah

di daerah Molenvliet. Kurang lebih dua puluh lima anak dipindahkan

sementara waktu ke beberapa rumah sederhana di kompleks yang kini dipakai

oleh Galeri nasional di Jl. Merdeka Timur pada tahun 1915 (Maulana, 2009).

Beberapa panti asuhan juga didirikan, tetapi baru pada awal abad ke-

20 sebuah bangunan yang khusus diperuntukkan menjadi panti asuhan

didirikan dibawah naungan Perhimpunan Vincentius. Bangunan tersebut

menjadi asrama anak laki-laki dan perempuan. Meski sempat diambil alih

oleh tentara Jepang untuk digunakan oleh Romusha, namun ketika Jepang

kalah perang, gedung-gedung dikembalikan pada tahun 1946 walau dalam

keadaan kotor dan rusak. (Maulana, 2009).

11

Sejak tahun 1946, panti asuhan semakin marak didirikan sebagai salah

satu solusi untuk menampung anak-anak korban perang. Dan sampai

sekarang, beragam jenis panti asuhan telah dibangun menurut kebijakan dan

tujuan masing-masing lembaga maupun organisasi yang berkembang di

Indonesia.

2.1.3 Fungsi dan Tujuan

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997), panti asuhan

memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai

pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.

2) Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.

3) Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang).

Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan

masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia

(1997) yaitu:

1) Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial

kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke

arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan

kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup

layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan

masyarakat.

2) Penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan

sehingga terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian matang dan

12

berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang

hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan

keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Nasional

menyatakan standar pelayanan panti asuhan adalah seperti orang tua bagi

anak-anak yang ditempatkan di panti asuhan, dan selayaknya orang tua maka

panti asuhan bertanggung jawab untuk memenuhi pemenuhan hak-hak anak-

anak yang meliputi hak terhadap perlindungan, (terkait dengan martabat anak

dan meliindungi anak dari kekerasan); hak terhadap tumbuh kembang

(mendukung perkembangan kepribadian anak, memfasilitasi relasi anak

dengan keluarga dan pihak lainnya secara positif dan menyekolahkan anak);

hak terhadap partisipasi (mendengar, mempertimbangkan serta

mengimplementasikan suara dan pilihan anak); serta memenuhi hak anak

terhadap kelangsungan hidup (memenuhi kebutuhan dasar anak terhadap

makanan, minuman dan fasilitas yang aman).

Panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak juga

memfasilitasi pemeriksaan kesehatan oleh tenaga profesional seperti

memastikan setiap anak menerima vaksinasi, imunisasi, vitamin, obat cacing,

dan berbagai kebutuhan lain sesuai dengan usia dan kebutuhan tumbuh

kembang mereka. Pertolongan Pertama pada Kecelakan (P3K) juga

disediakan untuk kebutuhan darurat.

13

2.1.4 Klasifikasi Jenis Kegiatan/Pekerjaan

Berdasarkan Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak, klasifikasi kegiatan/pekerjaan dapat disimpulkan

menjadi:

1) Penghuni

a. Anak-anak

Pada dasarnya seorang anak yang menjadi penghuni panti

asuhan tidak diperkenankan/dilarang untuk diperkerjakan

dalam pekerjaan berbahaya atau yang pekerjaan yang dapat

membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral anak-anak.

Anak-anak di panti asuhan juga tidak dilibatkan dalam

pekerjaan yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan dan

hak-hak anak.

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak-anak panti

asuhan seperti piket dibatasi pada jenis pekerjaan yang

ditujukan untuk meningkatkan keterampilan hidup/life skill

seperti membersihkan kamar anak, mencuci dan menyetrika

baju pribadi, serta membantu menyiapkan makanan pada hari

libur anak.

Anak-anak diberi kesempatan untuk mengatur sendiri waktu

mereka dengan tetap memberi berbagai pertimbangan

pengaturan waktu secara bertanggung jawab mencakup waktu

makan, waktu sekolah, waktu belajar, waktu ibadah, waktu

bermain, waktu beristirahat dan waktu piket secara

proporsional.

14

Selain itu, anak-anak panti asuhan juga didukung untuk

melaksanakan praktek dan praktek budaya. Anak-anak

mendapatkan fasilitas dan sarana yang mendukung

komunikasi seperti penggunaan telepon ataupun internet

dalam waktu yang telah ditentukan yaitu pukul 09.00 WIB

sampai 21.00 WIB dalam pengawasan pengasuh.

b. Pengasuh

Pengasuh dalam sebuah panti asuhan tidak diperkenankan

merangkap tugas lain selain mengasuh anak-anak panti

asuhan. Jumlah pengasuh juga disesuaikan dengan gender

serta kebutuhan anak berdasarkan usia dan tahap

perkembangan anak penghuni panti asuhan. Sangat disarankan

bagi panti asuhan untuk menciptakan lingkungan tempat

tinggal yang menyerupai keluarga dan memungkinkan anak

asuh untuk memperoleh pengasuhan dari pengasuh tetap/tidak

berubah-ubah seperti halnya dari orang tua dengan

perbandingan minimal satu orang pengasuh bagi lima anak.

Pengasuh berperan membantu kehidupan dan kegiatan anak

panti asuhan secara kontinu 24 jam yang meliputi kegiatan

merawat anak, mengawasi anak, mendampingi anak dan

mendukung aktivitas anak dari sisi psikologi dan mental.

Pengasuh juga berkewajiban untuk menyimpan segala

berkas/dokumen yang menyangkut privasi anak dalam tempat

penyimpanan tertutup yang tidak terbuka untuk umum.

15

c. Petugas Keamanan

Melakukan pengamanan di lingkungan panti asuhan dan

memahami tentang perlindungan anak, mencakup berpatroli

malam.

d. Petugas Kebersihan

Membersihkan lingkungan panti asuhan.

e. Juru Masak

Menyiapkan makanan yang memenuhi standar pemenuhan

nutrisi dengan prinsip higienis.

2) Pekerja Sosial Profesional

Mengacu kepada Permensos No. 108/HUK/2009 tentang

sertifikasi bagi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan

Sosial, seorang pekerja sosial melaksanakan fungsi dan peran/tugas

secara langsung yang mencakup fungsi penanganan masalah anak dan

keluarganya, fungsi pengelolaan sumber dan fungsi edukasi.

Pelayanan yang dilakukan oleh seorang pekerja sosial mencakup

lingkup anak-anak sebagai penghuni panti asuhan, pengasuh anak-

anak panti asuhan, keluarga anak, komunitas dan pemerintah yang

diwakili oleh Dinas Sosial/Instansi Sosial.

2.1.5 Klasifikasi Fasilitas

Panti asuhan harus menyediakan fasilitas yang lengkap, memadai,

sehat dan aman bagi anak untuk mendukung pelaksanaan pengasuhan.

Sebuah panti asuhan harus dibangun di tengah-tengah masyarakat

yang memungkinkan anak-anak untuk mengakses berbagai fasilitas edukasi

16

maupun rekreasi, serta mendukung anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan

kemasyarakatan dan jauh dari kemungkinan untuk mengalami kekerasan di

lingkungan panti asuhan.

Apabila perlu, panti asuhan dapat menyediakan fasilitas umum yang

dapat digunakan bersama dengan masyarakat sekitar seperti sarana olahraga,

sarana untuk ibadah, sarana bermain dan berkesenian selama tidak

membahayakan kepentingan anak. Selain itu, panti asuhan harus aman untuk

dijadikan tempat tinggal dan tempat beraktivitas bagi anak, dalam hal ini

standar keselamatan dan keamanan haruslah diperhatikan.

2.1.6 Persyaratan Umum

Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2004 tentang Standarisasi

Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial memuat kondisi dan kinerja

tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau lembaga

pelayanan sosial lainnya yang sejenis, dalam hal ini panti asuhan termasuk

salah satunya. Persyaratan umum sebuah panti asuhan adalah:

1. Kelembagaan, meliputi:

- Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi

yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan

pembinaan profesionalnya.

- Visi dan Misi. Memiliki landasan yang berpijak pada visi dan

misi.

- Organisasi dan Tata Kerja. Memiliki struktur organisasi dan

tata kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan.

17

2. Sumber Daya Manusia, mencakup dua aspek:

- Aspek penyelenggara panti, terdiri dari tiga unsur:

o Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala

unit yang ada dibawahnya.

o Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur,

pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya.

o Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh,

juru masak, petugas kebersihan, satpam dan sopir.

- Pengembangan personil panti seperti SDM.

3. Sarana Prasarana, mencakup:

- Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan asesmen, bimbingan

sosial, ketrampilan fisik dan mental.

- Perkantoran. Memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu,

kamar mandi, WC, dan peralatan kantor seperti: alat

komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan

dokumen.

- Umum. Memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci,

kerapihan diri, belajar, kesehatan dan peralatannya (serta

ruang perlengkapan).

4. Pembiayaan

- Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun

tidak tetap.

18

5. Pelayanan Sosial Dasar

- Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan

sehari-hari klien, meliputi: makan, tempat tinggal, pakaian,

pendidikan, dan kesehatan.

6. Monitoring dan Evaluasi, meliputi:

- Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang

diberikan kepada klien.

- Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien,

untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien

setelah memperoleh proses pelayanan.

2.1.7 Persyaratan Fasilitas

Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak mewajibkan panti asuhan untuk menyediakan tempat tinggal yang

memenuhi kebutuhan dan privasi anak. Dalam hal ini dapat dipraktekkan

dengan cara:

- Menyediakan tempat tinggal dan ruang tidur yang berbeda antara laki-laki

dan perempuan.

- Menyediakan ruangan untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitas anak,

seperti ruang belajar, ruang bermain, ruang olahraga, perpustakaan, ruang

kesenian, ruang pelayanan kesehatan, ruang ibadah, ruang makan, dsb.

- Ruang yang terkait dengan privasi anak, misalnya kamar tidur, kamar

mandi, dan toilet harus dilengkapi pintu yang dapat dikunci agar

keamanan anak terjaga.

19

- Menyediakan tempat tinggal untuk pengasuh agar pengasuh dapat

memantau aktivitas anak sepanjang hari termasuk di malam hari.

- Menyediakan kamar tidur dengan ukuran 9 m² untuk 2 anak, yang

dilengkapi lemari untuk menyimpan barang pribadi anak, meja dan kursi

belajar.

- Setiap anak memiliki tempat tidur sendiri yang dilengkapi dengan seprei,

kasur, bantal dan selimut.

- Kamar tidur memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup di siang

maupun malam hari, serta memiliki pintu dan jendela yang terkunci.

- Di dalam kamar anak tidak terdapat barang yang membahayakan anak,

misalnya kompor.

- Menyediakan perlengkapan kebersihan seperti sapu, pembersih debu (lap,

kemoceng) di setiap kamar.

- Dekorasi kamar anak disesuaikan dengan selera dan perkembangan anak,

termasuk ketersediaan cermin.

- Kamar mandi dalam keadaan bersih, dilengkapi sarana kebersihan seperti

sikat kamar mandi, sabun pembersih lantai, dan pewangi ruangan.

Memiliki pencahayaan yang cukup baik pada siang maupun malam hari

dan memiliki ventilasi untuk sirkulasi udara, serta lantai yang tidak licin.

Ratio penyediaan kamar mandi 1 : 5 anak.

- Ruang makan mengakomodasikan kegiatan berkomunikasi selama makan

baik antar anak maupun dengan pengasuh.

- Ruang dapur disertai perlengkapan memasak yang memadai, bersih dan

aman untuk digunakan kepentingan anak.

20

- Menyediakan tempat beribadah yang dilengkapi prasarana untuk kegiatan

ibadah.

- Menyediakan ruang kesehatan yang memberikan pelayanan regular yang

dilengkapi petugas medis, perlengkapan medis dan obat-obatan sesuai

kebutuhan penyakit anak.

- Menyediakan ruang belajar dan perpustakaan dengan pencahayaan yang

cukup baik siang maupun malam hari dilengkapi dengan meja dan kursi,

serta lemari buku yang bisa dijangkau oleh anak.

- Menyediakan ruang bermain, olahraga dan kesenian yang dilengkapi

peralatan yang sesuai dengan minat dan bakat anak, bersifat terbuka untuk

umum dengan mempertimbangkan jenis olahraga yang dapat dilakukan

bersama.

- Ruang dan fasilitas yang dimiliki harus dapat dimanfaatkan oleh anak

laki-laki dan perempuan bahkan anak cacat tanpa diskriminasi.

- Menyediakan ruangan yang dapat digunakan untuk berkonsultasi secara

pribadi.

- Ruang tamu mengakomodasikan kegiatan pengisian buku tamu bagi

orang yang datang berkunjung.

2.2 Tinjauan Khusus Panti Asuhan

2.2.1 Panti Asuhan Vincentius Putera

Panti Asuhan Vincentius Putera berlokasi di Jl. Kramat Raya no. 134,

Jakarta. Panti asuhan ini merupakan panti asuhan pertama yang didirikan di

Indonesia dan masih beroperasi sampai saat ini. Panti asuhan ini bernaung di

bawah Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) dengan sumber dana utama

21

berasal dari Yayasan Vincentius dibantu oleh sumbangan umat Katolik dari

berbagai gereja di seluruh Keuskupan Agung Jakarta, sumbangan donatur

tetap, Pemda DKI Jakarta, Yayasan Dharmais dan donasi lainnya.

Gambar 2.1 Akses Lokasi Panti Asuhan Vincentius Putera.

(sumber: maps.google.com)

Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putera ini menghadap ke arah

Timur Laut dengan halaman depan yang tidak begitu luas karena berdekatan

dengan jalan raya. Lokasi panti asuhan yang berada tepat di samping jalan

raya memberikan kemudahan bagi anak-anak panti, pengasuh serta pengurus

untuk mendapatkan alat transportasi. Halaman belakang panti asuhan sangat

luas hingga memungkinkan anak-anak panti untuk melakukan kegiatan

olahraga seperti bermain bola dan sebagainya.

22

Panti asuhan ini berada dalam satu kompleks yang terdiri dari

bangunan lama panti asuhan, kantor, gereja, sekolah SD, SMP, dan STM

serta mess pegawai. Bangunan tidak terlihat mencolok dikarenakan terhalang

dengan pepohonan dan gedung di sekitarnya.

a. Sejarah

Pada tahun 1983, Pastor Van Santen SJ membuka dan memberkati St.

Joseph Stichting di Kwini yang menampung 29 anak laki-laki yang

sampai saat itu dititipkan oleh Vincentius kepada beberapa keluarga

Katolik setempat. Rumah dan pola hidup berlangsung sederhana karena

kemiskinan yang melanda dan banyak sekali anak-anak yang

membutuhkan uluran tangan serta tempat berlindung.

Pada tahun 1910 sebidang tanah luas di Jl. Kramat Raya 134 dibeli oleh

Vincentius untuk membangun rumah penampungan anak-anak. Disusul

lima tahun kemudian dibuat bangunan yang lebih modern yang dirancang

dan dibangun oleh Biro Arsitek Hulswit-Fermon-Cuypers yang

merancang dan mendirikan banyak gedung untuk Gereja. Bangunan baru

itu menjadi asrama anak laki-laki sedangkan anak perempuan

dipindahkan dari Jl. Pos bersama dengan delapan suster Ursulin ke

Kramat dan tinggal di bagian belakang.

Pada tahun 1920-an dan 1930-an, jumlah anak yang ditampung oleh

Vincentius semakin naik. Dana yang diperlukan semakin banyak,

kesulitan yang dihadapi mencakup mencari dana yang memadai untuk

memperoleh dan membiayai pegawai yang pandai mendidik dan

mengawasi anak-anak hingga solusi yang diambil adalah mengajak

23

pensiunan tentara untuk menjadi pegawai. Namun pada tahun 1929 Pater

Fransiskan tiba dan tugas para Pastor Jesuit di Rumah Vincentius (bagian

putra) diserahkan kepada Ordo Fransiskan.

Selama kurun waktu 1942-1943 (masa penjajahan Jepang) para pastor,

bruder maupun suster masuk kamp-kamp tahanan, sedangkan rumah-

rumah panti asuhan digunakan sebagai markas oleh serdadu Jepang dan

untuk sementara sebagian anak asuh ditampung di Jl. Nusantara, Jl. Pos

dan Rumah Yatim Piatu Prapatan di Jl. Veteran. Rumah Vincentius

digunakan sebagai tempat persinggahan Romusha yang menunggu

pemberangkatan.

Selama perang, Batavia Vereeniging sangat didukung oleh ketabahan

Mgr. Wilekens dalam menghadapi tentara Jepang dan kelihaian Tuan

Helfrich yang mengumpulkan derma berharga murah, memperoleh

pembantu-pembantu sederhana namun berdedikasi dan memikirkan

kesibukan bagi 204 anak laki-laki serta 193 anak perempuan.

Pater van der Veldt OFM kembali ke Kramat dan menemukan Tuan

Helfrich dengan 224 anak. Rehabilitasi gedung dimulai, banyak masalah

dihadapi: dari segi materiil gedung-gedung harus diperbaiki, dana untuk

makanan, pakaian dan kesehatan anak-anak (banyak anak mengidap

TBC).

Sampai pada masa akhir pemerintah koloninal, mayoritas adalah anak

Indo (sesuai tujuan para pendiri Yayasan Vincentius pada pertengahan

abad ke-19). Kebijakan itu diubah pada 26 Februari 1946 dimana anak

dari semua suku bangsa yang perlu dan dapat dibantu akan diterima di

24

Rumah Vincentius yang mengakibatkan dominasi anak Indo sudah tidak

ditemukan lagi.

b. Visi dan Misi

Visi yang dipaparkan oleh Panti Asuhan Vincentius Putera adalah:

Membangun masyarakat bahagia dengan mempersiapkan anak yang

beriman, tangguh, dan mandiri dalam sebuah komunitas cinta kasih.

Misi yang diemban oleh panti asuhan ini adalah:

- Menghadirkan Kristus yang berempati kepada manusia.

- Menanamkan kegembiraan agar dapat menumbuhkan rasa syukur.

- Memberikan pembinaan pendidikan, ketrampilan untuk bekal masa depan

dalam mewujudkan pribadi yang beriman, tangguh dan mandiri sebagai

manusia yang utuh.

- Menyediakan tempat pelayanan untuk meningkatkan mutu hidup.

Struktur organisasi Panti Asuhan Vincentius Putera adalah sebagai

berikut:

Bagan 2.1 Struktur organisasi Panti Asuhan Vincentius Putera.

c. Data Penghuni dan Pengurus

25

Penghuni dan pengasuh dibagi menjadi 3 grup berdasarkan tingkat

pendidikan anak-anak panti asuhan, yaitu:

Jumlah Penghuni Jumlah Pengasuh

SD 84 13

SMP 41 6

STM/SMA 19 6

Total 144 25

Tabel 2.1 Jumlah penghuni & pengasuh Panti Asuhan Vincentius Putera.

Berikut daftar pengurus dan pekerja sosial profesional panti asuhan:

Jumlah Pengurus/Pekerja

Sosial Profesional

Juru Masak 9

Petugas Kebersihan 8

Petugas Keamanan 5

Kepala Panti Asuhan 1

Psikolog 1

Sekretariat 2

Administrasi 3

Personalia 3

Total 32

Tabel 2.2 Jumlah pengurus & pekerja sosial profesional Panti Asuhan Vincentius Putera.

d. Program Kegiatan

- Rohani:

26

o Misa.

o Pendalaman Iman Masa Advent & Prapaskah.

o Pendalaman Kitab Suci.

o Doa Rosario.

o Rekoleksi.

o Koor.

- Non Rohani:

o Seni Musik: band, gitar, organ, koor, paduan suara.

o Olahraga: futsal, volley ball, basket, sepakbola, badminton.

o Bimbingan Konseling.

o Komputer.

o Humaniora: komunitas film, pelatihan, seminar.

o Praktek Elektro.

e. Aktifitas

Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan adalah sebagai berikut:

Aktifitas Waktu

Bangun 4.30 WIB

Kerja Lingkungan 4.45 WIB

Mandi 5.15 WIB

Doa Pagi/Misa 5.45 WIB

Sarapan 6.15 WIB

Sekolah 7.00 WIB

Makan Siang 13.00 WIB

Mandi 14.00 WIB

27

Hobby / Olahraga / Belajar

15.00 WIB

Mandi 17.00 WIB

Makan Malam 18.00 WIB

Belajar 19.00 WIB

Doa Malam 20.30 WIB

Tidur 21.00 WIB

Tabel 2.3 Alur kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan.

Apabila memasuki masa libur sekolah, sebagian besar anak-anak panti

asuhan dikembalikan ke rumah orang tua/wali masing-masing. Namun

bagi anak yang sudah tidak memiliki orang tua/wali lagi maka akan tetap

berada di dalam panti asuhan dengan kegiatan seperti berikut:

Aktifitas Waktu

Bangun 4.30 WIB

Kerja Lingkungan 4.45 WIB

Mandi 5.15 WIB

Doa Pagi/Misa 5.45 WIB

Sarapan 6.15 WIB

Hobby / Belajar / Menonton TV

7.00 WIB

Makan Siang 13.00 WIB

Bermain / Istirahat / Olahraga

14.00 WIB

Mandi 17.00 WIB

Makan Malam 18.00 WIB

28

Menonton TV / Belajar

19.00 WIB

Doa Malam 20.30 WIB

Tidur 21.00 WIB

Tabel 2.4 Alur kegiatan hari libur anak-anak panti asuhan

Kegiatan para pengasuh sendiri mengikuti kegiatan anak-anak panti

asuhan karena memang para pengasuh membantu anak-anak panti dalam

kehidupan sehari-hari. Pekerjaan pengasuh dilakukan secara bergiliran

dalam waktu 24 jam, yaitu:

Shift 1 05.30 WIB - 14.30 WIB

Shift 2 14.30 WIB - 21.00 WIB

Shift 3 21.00 WIB - 05.30 WIB

Tabel 2.5 Jadwal pergantian shift pengasuh.

f. Fasilitas

Luasnya bangunan panti asuhan ini memungkinkan anak-anak panti

asuhan untuk melakukan beragam aktifitas. Fasilitas-fasilitas yang

disediakan berupa:

- Ruang Tamu: menerima tamu yang datang ke panti asuhan.

- Kantor Sekretariat: mengurus proses pendaftaran dan penerimaan anak-

anak ke dalam panti asuhan, serta mengurus penerimaan donasi dari

donatur.

29

- Kantor Administrasi: mengurus masalah yang berhubungan dengan keuangan

dan pendataan pembelanjaan, dll.

- Kantor Personalia: mengurus masalah sumber daya manusia.

- Kantor Berkas: menyimpan segala berkas dan dokumen.

- Kantor Kepala Panti

- Ruang Pameran: memamerkan segala penghargaan yang didapat oleh panti

asuhan melalui beragam jenis perlombaan yang telah diikuti.

- Ruang Pengasuh: tempat para pengasuh menyimpan barang-barang pribadi dan

beristirahat.

- Ruang Rapat: pengurus dan pengasuh panti asuhan mengikuti rapat bulanan.

- Ruang Makan

- Dapur

- Ruang Belajar: terdapat tiga ruang belajar sesuai dengan pembagian anak-anak

berdasarkan tingkat pendidikan sekolah. Ketiga ruang belajar ini memiliki

bentuk yang sama dengan fasilitas yang sama.

- Ruang Tidur

- Kamar Mandi/Toilet

- Klinik: terbagi atas klinik untuk anak dengan penyakit biasa dan klinik untuk

anak dengan penyakit menular.

- Ruang Laundry: mesin cuci hanya digunakan oleh pengasuh, anak-anak panti

asuhan hanya membantu untuk menjemur pakaian saja.

- Ruang Jahit: digunakan hanya oleh pengasuh panti asuhan untuk memperbaiki

baju anak-anak panti yang telah rusak.

- Ruang Komputer: disertai dengan area server.

- Kapel: tempat pelaksanaan doa pagi dan misa.

- Ruang Hobby Musik: dilengkapi dengan studio rekaman.

- Ruang Hobby Kesenian

- Perpustakaan

30

- Ruang Olahraga

- Area Taekwondo & Karate

- Lapangan Sepakbola

- Lapangan Volley dan Futsal

- Lapangan Badminton

- Lapangan Basket

- Area Pemilahan Sampah

- Tempat Bermain

- Area Parkir

2.2.2 Panti Asuhan Desa Putera

Panti asuhan ini berlokasi di Jl. Desa Putera No. 24, Srengseng Sawah

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bangunan menghadap Barat.

31

Gambar 2.43 Akses lokasi Panti Asuhan Desa Putera.

(sumber: http://padestra.org/2011/kontak)

Bangunan terletak jauh dari jalan raya, namun dikelilingi oleh

lapangan rumput yang hijau. Panti asuhan ini terletak dalam kompleks yang

sama dengan sekolah SD – SMA Yayasan Budi Mulia.

a. Sejarah

Waktu Perang Dunia II berakhir, banyak sekali anak-anak yang

menjadi korban dan terlantar hidupnya karena kehilangan orang

32

tua dan saudara. Ribuan anak hidup dengan menggelandang,

mengemis dan bergerombol.

Residen Batavia pada waktu itu Mr. J.E. Ysebart merasa prihatin

dengan nasib mereka dan mendekati Mgr. Willekens (Vikaris

Apostolik) agar umat Katolik dapat menolong. Pemerintah kota

meminjamkan sebidang tanah beserta bangunan di atasnya di

daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan yang dipakai untuk

merawat orang sakit jiwa. Mgr. Willekens meminta agar

Kongregasi Bruder Budi Mulia di Gunung Sahari dan Batavia's

Vereeniging (Yayasan Vincentius) untuk menanggulangi masalah

berat anak-anak terlantar ini.

Bruder-bruder Budi Mulia dengan cepat membangun rumah

bambu dan memilih tenaga bantu, karena pada Juni 1947 sudah

tiba 250 anak yang dikumpulkan dalam hunian Rustenburg (kini

Cawang), di Rawa Badok dan Tanjungpriok.

Panti Asuhan Desa Putera didirikan pada tanggal 30 Juni 1947 dan

pengelolaan Panti Asuhan ini dipercayakan sepenuhnya kepada

Bruder Budi Mulia (BM).

Beberapa hari sesudahnya sebagian anak yang lebih besar

melarikan diri. Mereka sudah besar dan terlatih, maka malam hari

melarikan diri dengan membawa barang apa saja. Pada tahun-

tahun pertama, dari seribu anak yang diterima, kurang lebih tujuh

ratus keluar dengan diam-diam. Pada tahun 1951 sekitar 40 anak

pada suatu malam menyerang ketiga Bruder, mengunci mereka di

kantor, lalu kabur dengan membawa barang apa saja. Akhirnya

33

secara perlahan-lahan anak yang hanya tahu bermain ini dilatih

dan dibiasakan bekerja di bengkel kayu sederhana (1954; pada

1974 diperluas dengan bengkel besi dan latihan montir).

Bengkel kayu itu pada 1998 diganti dengan tempat pembuatan

lilin indah. Penjilidan buku, peternakan sapi (1962-1985), kuda,

itik dan ayam serta perkebunan kelapa dan ceruk menjadi tempat

kesibukan dan pelatihan anak-anak. Anak yang pernah sekolah

diberi kursus, supaya menjadi guru bagi yang lain. Bangku untuk

sekolah dan peralatan lain dibuat di bengkel sendiri.

Pada akhir 1950 dibuka Sekolah Guru Bantu selama dua tahun

sesudah SD, yang pada 1952 sudah menjadi SBG dengan 172

siswa, lalu pada 1960 menjadi SMP. Penerimaan anak jalanan

dihentikan karena daya tampung terbatas, mutu pendidikan

ditingkatkan, rumah bambu diganti bangunan batu, sekolah

dilengkapi dengan Sekolah Rakyat (SR), SR Pertanian, SR

Pertukangan dan kursus agama dibuka dengan kapel bagus yang

didirikan di kompleks Desa Putera (1950). Kapel ini menjadi Stasi

untuk umat Katolik yang tinggal di sekitarnya.

Karena banyak gedung terbakar pada 1963, maka dibangun

kembali dengan yang lebih baik dan luas. Bengkel penjilidan

berkembang menjadi percetakan sederhana dan dengan bantuan

CEBEMO dan mesin cetak bekas dari Belanda ditingkatkan

menjadi Sekolah Tehnik Menengah Grafika (1972).

Kini Desa Putera diakui sebagai Perguruan Grafika Terbaik

dengan percetakan modern yang menghasilkan cetakan bermutu.

34

Anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal dilatih dalam

Graphic Training Centre (1993). Usaha lain adalah klinik

sederhana untuk anak-anak asrama (1956), yang kemudian

menjadi poliklinik (1970) untuk umum juga, yang dikelola oleh

yayasan Melania (1973; sejak 1992 oleh yayasan Budi Mulia)

sebagai Balai Kesehatan Masyarakat dengan dokter dan perawat.

b. Visi dan Misi

Visi yang diikuti oleh Panti Asuhan Desa Putera adalah ikut serta

dalam karya penyelamatan Allah melalui pelayanan kepada

masyarakat kecil, lemah, miskin dan tersingkir sehingga mampu

mandiri.

Misi yang diemban oleh panti asuhan ini adalah:

- Memperjuangkan keadilan dan membebaskan masyarakat Panti

Asuhan dari kesusahan melalui: perlindungan anak, pendidikan,

pembinaan, pendampingan dan memberikan kehidupan yang

layak.

- Membimbing, mengasuh, mengarahkan dan memberdayakan anak

Panti Asuhan agar menjadi manusia mandiri, berbudi pekerti luhur

dan bertaqwa kepada Tuhan.

Struktur organisasi Panti Asuhan Desa Putera adalah sebagai

berikut:

35

Bagan 2.2 Struktur organisasi Panti Asuhan Desa Putera.

c. Data Penghuni dan Pengurus

Anak-anak panti asuhan terbagi atas 4 grup berdasarkan tingkat

pendidikan, yaitu:

Tabel 2.6 Jumlah penghuni & pengurus Panti Asuhan Desa Putera.

Pengurus panti asuhan dibagi menjadi:

Jumlah Penghuni Jumlah Pengasuh

SD 1,2,3 25

8 SD 4,5,6 27

SMP 25

SMK 10

Total 87 8

36

Jumlah Pengurus/Pekerja Sosial Profesional

Pimpinan Panti Asuhan

1

Sekretaris 1

Bendahara 1

Logistik 1

Juru Masak 6

Petugas Laundry 3

Tukang Kebun 2

Petugas Kebersihan 2

Supir 1

Total 18

Tabel 2.7 Daftar pengurus & pekerja sosial profesional Panti Asuhan Desa Putera.

d. Program Kegiatan

- Rohani:

o Misa Harian.

o Misa Jumat Pertama.

o Doa Bersama

- Non Rohani:

o Lab. Komputer.

o Koor.

o Menari.

o Kebersihan Umum

37

o Bimbingan Psikologi.

o Bimbingan Mental dan Kepribadian.

o Olahraga: sepak bola, futsal, basket, volley, badminton, tenis

meja.

e. Aktifitas

Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan ini adalah:

Aktifitas Waktu

Bangun 5.00 WIB

Mandi 5.15 WIB

Doa Pagi 5.45 WIB

Sarapan 6.15 WIB

Sekolah 7.00 WIB

Mandi 13.00

Makan Siang 13.30 WIB

Tidur Siang/Belajar

14.00 WIB

Bermain 15.30 WIB

Mandi 17.30 WIB

Makan Malam 18.00 WIB

Belajar 19.00 WIB

Tidur 21.00 WIB

Tabel 2.8 Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan.

38

Apabila memasuki masa libur sekolah, sebagian besar anak-anak

panti asuhan dikembalikan ke rumah orang tua/wali masing-

masing. Namun apabila terdapat anak yang sudah tidak memiliki

orang tua/wali lagi maka akan tetap berada di dalam panti asuhan

dengan kegiatan seperti berikut:

Aktifitas Waktu

Bangun 5.30 WIB

Mandi 5.45 WIB

Doa Pagi 6.00 WIB

Sarapan 7.00 WIB

Olahraga 8.00 WIB

Mandi 11.00 WIB

Makan Siang 13.00 WIB

Tidur Siang 14.00 WIB

Bermain 15.30 WIB

Mandi 17.30 WIB

Makan Malam 18.00 WIB

Menonton TV/Belajar

19.00 WIB

Tidur 21.00 WIB

Tabel 2.9 Kegiatan anak-anak panti asuhan ketika libur sekolah.

Kegiatan pengasuh sendiri hanya mendampingi dan memantau

kegiatan anak-anak panti asuhan. Pengasuh di panti asuhan ini

39

tidak tinggal di dalam panti selama 24 jam melainkan pengurus

panti asuhanlah yang tinggal di dalam panti asuhan.

f. Fasilitas

- Ruang Tamu

- Kantor Pengurus

- Ruang Konsultasi

- Ruang Pengasuh

- Ruang Makan/Belajar/Rekreasi

- Dapur

- Area Mandi

- Area Laundry: mencakup area menggosok pakaian.

- Ruang Komputer.

- Ruang Tidur: pada dasarnya ruang tidur untuk anak SD dan

SMP/SMK adalah sama bentuk dan isinya.

- Area Kesenian

- Lapangan Bola

- Lapangan Badminton

- Lapangan Volley

- Lapangan Futsal

- Lapangan Basket

- Tenis Meja

2.2.3 Panti Asuhan Abigail

Panti Asuhan Abigail terletak di Jalan Setia Kawan No. 12, Pamulang

Barat. Bangunan panti asuhan ini menghadap ke arah Utara.

40

Gambar 2.61 Akses lokasi Panti Asuhan Abigail.

(sumber: maps.google.co.id)

Bangunan panti asuhan terletak jauh dari jalan raya, dengan akses

jalan yang sempit dan hanya selebar satu mobil. Di sekeliling bangunan panti

asuhan terdapat rumah warga yang saling berhimpitan. Di belakang bangunan

panti asuhan terdapat waduk yang dikelilingi pepohonan. Panti Asuhan

Abigail memiliki gedung kamar laki-laki dan gedung kamar perempuan yang

terpisah dan dihubungkan oleh kantor pengasuh panti asuhan.

a. Sejarah

Yayasan Abigail berdiri pada tanggal 14 Agustus 1993, sebuah

yayasan yang menampung anak yatim piatu dan anak terlantar

dengan cara mendirikan rumah asuh bagi anak-anak tersebut.

Pada awal berdiri, panti asuhan menampung 5 orang anak terlantar

akibat korban kekerasan dalam rumah tangga atau yang biasa

disebut anak korban KDRT. Dalam perkembangannya, Yayasan

Abigail membeli tanah seluas ±800 m² di daerah Pamulang.

41

Selanjutnya di atas tanah tersebut dibangun sebuah asrama dengan

bantuan dana dari Ibu Jeane Sondakh selaku salah satu pendiri

yayasan. Asrama ini dibagun dua lantai dilengkapi dengan aula

dan sebuah kantor.

Lima anak terlantar tersebut menjadi fokus awal pelayanan Panti

Asuhan Abigail. Sejalan dengan waktu, anak asuh berkembang

hingga pernah mencapai 78 anak dengan kisaran umur 0 tahun

hingga usia tamat SMU.

Anak-anak yang diasuh di Panti Asuhan Abigail adalah korban

KDRT, kehilangan kedua orang tua, dari daerah-daerah konflik,

anak yang lahir karena pergaulan bebas, atau anak-anak yang lari

dari orang tua/kerabat dekatnya karena akan dijual ke luar negeri.

b. Visi & Misi

Visi yang dijunjung oleh Panti Asuhan Abigail adalah menjadi

garam dan terang dunia melalui pelayanan kepada anak-anak

terlantar yang dipercayakan Tuhan dalam pengasuhan kami.

Misi yang diteraptkan oleh Panti Asuhan Abigail dalam

mendukung visi yang dimiliki adalah memberikan makanan

jasmani dan rohani bagi anak-anak, karena itu sekalipun ada anak

yang tidak memiliki orang tua atau sudah diserahkan sepenuhnya

oleh orang tuanya kepada Panti Asuhan Abigail maka pihak panti

asuhan tidak akan menyerahkan anak-anak untuk diadopsi oleh

siapapun. Anak-anak yang sudah diserakan kedalam pengasuhan

Panti Asuhan Abigail akan dididik hingga tamat belajar setingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA), selanjutnya dikembalikan kepada

42

orang tua atau walinya. Bagi yang tidak memiliki orang tua/wali

akan tetap tinggal di asrama hingga mandiri.

Struktur organisasi Panti Asuhan Abigail berdasarkan beban kerja:

Bagan 2.3 Struktur organisasi Panti Asuhan Abigail berdasarkan beban kerja.

c. Data Penghuni dan Pengurus

Berdasarkan tingkat pendidikan, anak-anak panti asuhan dapat

dibagi menjadi:

Laki-laki Perempuan

Balita 2 Balita 2

TK 3 TK 1

SD 6 SD 2

SMP 4 SMP 4

43

SMA/SMK 4 SMA/SMK 13

Kuliah 4 Kuliah 6

Jumlah 23 Jumlah 28

Total 51 anak

Tabel 2.10 Jumlah anak-anak penghuni Panti Asuhan Abigail.

Panti Asuhan Abigail memiliki beberapa pengasuh yang

merangkap sebagai pengurus panti asuhan yang dibagi menurut

jenis kelaminnya, yaitu:

Jumlah

Pengasuh/Pengurus

Laki-laki 2

Perempuan 4

Total 6

Tabel 2.11 Jumlah pengasuh/pengurus Panti Asuhan Abigail.

d. Program Kegiatan

- Rohani:

o Doa Bersama.

o Kebaktian Minggu.

- Non Rohani:

o Catering Abigail.

o Badut.

o Panggung Boneka.

o Dekorasi Pesta (pernikahan dan ulang tahun).

44

o Tata Rias (baju pengantin modern).

o Musik.

e. Aktifitas

Pola pengajaran utama Panti Asuhan Abigail adalah kekeluargaan.

Hal ini yang menjadi acuan akan pola aktifitas anak-anak panti

asuhan dalam melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Segala

peraturan yang diberikan dapat diubah/ditangguhkan sewaktu-

waktu sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh masing-masing

anak. Secara umum, kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan

Abigail adalah:

Kegiatan Waktu

TK - SD SMP SMA/SMK Kuliah

Bangun 4.00 WIB 4.00 WIB 4.00 WIB 4.00 WIB

Doa Pagi 4.30 WIB 4.30 WIB 4.30 WIB 4.30 WIB

Sarapan 5.30 WIB 5.30 WIB 5.30 WIB 5.30 WIB

Kerja Rutin 6.00 WIB 6.00 WIB 6.00 WIB 6.00 WIB

Mandi 6.15 WIB 6.15 WIB 6.15 WIB 6.15 WIB

Sekolah 6.45 WIB 6.45 WIB 6.45 WIB 6.45 WIB

Makan Siang 11.00 WIB 13.00 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB

Mandi 12.00 WIB 13.30 WIB 14.30 WIB 16.30 WIB

Belajar / Les Privat

12.30 WIB 14.00 WIB 15.00 WIB 17.00 WIB

Bermain / Kegiatan Tari /

Tidur Siang 14.00 WIB 16.00 WIB 17.00 WIB 18.00 WIB

45

Mandi 17.00 WIB 18.00 WIB 18.30 WIB 19.00 WIB

Makan Malam 19.30 WIB 19.30 WIB 19.30 WIB 19.30 WIB

Doa Malam 20.00 WIB 20.00 WIB 20.00 WIB 20.00 WIB

Belajar 20.30 WIB 20.30 WIB 20.30 WIB 21.00 WIB

Tidur 21.00 WIB 21.00 WIB 22.00 WIB 23.00 WIB

Tabel 2.12 Kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan Abigail.

Panti Asuhan Abigail tidak mengizinkan anak-anak panti asuhan

untuk dikembalikan ke orang tua/wali selama menjadi tanggung

jawab Panti Asuhan Abigail. Hal ini menyebabkan semua

penghuni panti asuhan tetap berada di dalam lingkungan Panti

Asuhan Abigail. Anak-anak panti asuhan mendapat kebebasan

lebih untuk mengisi kegiatan mereka selama masa liburan sekolah.

Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan selama libur sekolah

secara umum adalah:

Kegiatan Waktu

Bangun 4.00 WIB

Doa Pagi 4.30 WIB

Sarapan 5.30 WIB

Kerja Rutin 6.00 WIB

Mandi 7.00 WIB

Bebas / Rekreasi 8.00 WIB

46

Mandi 18.00 WIB

Makan Malam 19.30 WIB

Doa Malam 20.00 WIB

Tidur 21.00 WIB

Tabel 2.13 Kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan Abigail selama libur sekolah.

Pengasuh yang bekerja di Panti Asuhan Abigail melakukan tugas

dan tanggungjawabnya dengan memantau setiap kegiatan yang

dilakukan oleh anak-anak panti asuhan. Pengasuh tersebut bekerja

merangkap sebagai pengurus yang mencakup tugas seorang juru

masak dan petugas kebersihan.

Pola pengajaran kekeluargaan diterapkan dengan menganggap

para pengasuh tersebut adalah keluarga dari anak-anak panti

asuhan sehingga semua pekerjaan yang menyangkut

keberlangsungan Panti Asuhan Abigail dikerjakan bersama oleh

pengasuh dan anak-anak penghuni panti asuhan selayaknya berada

di rumah sendiri.

f. Fasilitas

- Aula: merupakan tempat berkumpul untuk beribadah di hari

Minggu, namun pada hari biasa digunakan sebagai ruang

multiguna yang mengakomodasi kegiatan belajar/les privat dan

kegiatan tari.

- Kantor: selain sebagai tempat menerima tamu, ruang kantor juga

digunakan sebagai tempat menyortir donasi dari donatur.

47

- Dapur: kegiatan mempersiapkan makanan dilakukan secara

bersama oleh pengasuh dan anak-anak panti asuhan.

- Ruang Komputer & Perpustakaan

- Kamar Tidur Perempuan: pengasuh perempuan tidur bersama

anak-anak panti asuhan di ruangan yang sama.

- Kamar Tidur Laki-laki: pengasuh laki-laki tidur dalam ruangan

yang sama dengan anak-anak panti asuhan.

- Toilet

- Area Laundry

- Area Menonton TV

- Taman

- Lapangan Bola

- Area Parkir