landasan teori askep fugue
DESCRIPTION
tentang fugue dissociativeTRANSCRIPT
1. Gangguan disosiatif
Gangguan disosiatif memiliki kenampakan dasar yaitu terjadinya gangguan fungsi intergrasi terhadap kesadaran, memori, identitas, atau persepsi lingkungan. Gejala-gejala ini dapat mengganggu fungsi umum seseorang, termasuk kegiatan sosial dan pekerjaan, dan hubungan dengan orang lain. Gangguan disosiatif terkadang berhubungan dengan hubungan seseorang, kemampuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan kemampuan dalam menghadapi suaru kenyataan yang kejam atau traumatik.
Menurut DSM-IV-TR, ada berbagai tipe gangguan disosiatif, yaitu :
Dissociative AmnesiaKlien tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting (biasanya karena suatu trauma/stress). Gangguan ini dulunya disebut psychogenic amnesia.
Dissociative FugueKlien berulang kali pergi dari rumah atau tempat kerja secara tiba-tiba tanpa penjelasan apapun, pergi ke kota lain dan tidak mampu untuk mengingat masa lalu dan identitas dirinya. Orang tersebut mungkin akan membuat identitas baru.
Dissociative Identity Disorder(membentuk banyak identitas baru)Klien menunjukkan dua atau lebih identitas yang berbeda atau memiliki kepribadian yang berbeda yang sering ditunjukkan dari kebiasaannya. Keadaan tersebut diikuti dengan ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
Dissociative Depersonalization Klien memiliki perasaan seolah-olah jiwa dan raganya terpisah. Perasaan tersebut bisa terjadi berulang dan menetap.
2. Fugue Dissociative
Dissociative fugue, yang dulunya disebut psikogenik fugue, adalah salah satu dari sekelompok kondisi yang disebut gangguan disosiatif. Kata “fugue” berasal dari kata Latin untuk "terbang." Orang dengan disosiatif fugue sementara kehilangan ingatan akan identitas pribadinya dan berjalan atau bepergian jauh dari rumah mereka atau tempat kerja mereka secara impulsif. Mereka sering menjadi bingung tentang siapa mereka dan bahkan mungkin menciptakan identitas baru.
2.1 Tanda dan Gejala Secara lahiriah, orang dengan gangguan ini tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, seperti penampilan aneh atau perilaku aneh sehingga seringkali sulit untuk seseorang mengenali tanda dan gejalanya.
Beberapa gejala yang dialami oleh penderita disosiatif fugue adalah Melakukan perjalanan jauh dari rumah secara tiba-tiba dan tidak terencana Tidak mampu mengingat masa lalu dari hidupnya dan informasi penting tentang dirinya. Bingung atau kehilangan ingatan akan identitas dirinya sehingga terkadang mereka
membuat identitas baru Mengalami stress berat dan masalah dalam kehidupan sehari-harinya.
Jangka waktu orang mengalami disosiatif fugue cenderung singkat, mulai kurang dari satu hari hingga satu bulan.
2.2 Penyebab
Penyebab disosiatif fugue adalah stress berat yang mungkin berasal dari pengalaman traumatik seperti menjadi korban perang, kekerasan, kecelakaan, bencana, atau pernah menyaksikan/melihat secara langsung perilaku kekerasan. Pengalaman pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut dapat menyebabkan beberapa orang untuk melarikan diri untuk periode singkat dan kosong keluar masa lalu mereka.
2.3 Angka Kejadian
Angka kejadian disosiatif fugue relatif jarang. Frekuensi disosiatif fugue cenderung meningkat selama periode stres atau trauma, misalnya selama masa perang atau setelah bencana alam.
2.3 Cara mendiagnosa
Jika gejala dari disosiatif fugue muncul makan dokter akan memeriksa riwayat kesehatan terdahulu dan melakukan pengkajian fisik pada umumnya. Sesungguhnya tidak ada tes khusus yang harus dijalani oleh pasien yang mengalami disosiatif fugue, namun kadang Dokter mengajurkan untuk dilakukan beberapa tes diagnostik seperti neuroimaging, EEG, dan tes darah. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada penyakit fisik atau efek obat-obatan pada orang tersebut.
Setelah dipastikan bahwa tidak ada penyakit fisik dan tidak ada efek obat-obatan maka pasien tersebut akan dirujuk ke psikologis atau psikiatri atau tenaga kesehatan profesional yang khusus menangani kasus gangguan mental. Mereka akan mengkaji pasien lebih dalam dengan wawancara maupun alat ukur yang telah mereka rancang.
Salah satu kuesioner yang dapat digunakan untuk menscreening gejala gangguan disosiatif yaitu The Dissociative Experiences Scales. Dalam kuesioner tersebut terdapat 28 penyataan dan ada nilai dalam bentuk persen dari setiap pernyataan. Semakin tinggi nilai rata-rata dari seluruh pernyataan, semakin besar kemungkinan orang tersebut mengalami gangguan disosiatif.
Jika terbukti positif gangguan disosiatif maka dapat dilanjutkan pengkajian lebih dalam menggunakan wawancara mendalam contohnya The Dissociative Disorders Interview Schedule.
2.4 Terapi atau pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan disosiatif fugue adala untuk membebaskan seseorang dari stres dan trauma yang memicu fugue. Terapi/pengobatan juga bertujuan untuk mengembangkan metode koping yang baru untuk mencegah kambuhnya penyakit tersebut.
Pendekatan pengobatan terbaik tergantung pada individu, tingkat keparahan, dan gejala, tetapi kemungkinan besar akan mencakup beberapa kombinasi dari metode pengobatan berikut:
Psikoterapi: Merupakan salah satu jenis konseling. Psikoterapi adalah pengobatan utama untuk gangguan disosiatif. Perawatan ini menggunakan teknik yang dirancang untuk
mendorong pasien mampu untuk menyampaikan konflik dan meningkatkan kemampuan pasien dalam memandang masalahnya.
Terapi kognitif: Ini jenis terapi berfokus pada perubahan pola berpikir disfungsional dan menghasilkan peubahan perasaan dan perilaku.
Obat: Tidak ada obat untuk mengobati gangguan disosiatif sendiri. Namun, orang dengan gangguan disosiatif yang juga menderita depresi atau kecemasan mungkin bisa diberi obat-obatan seperti antidepresan, anticemas, atau obat-obatan antipsikotik.
Terapi Keluarga: Ini membantu untuk mengajarkan keluarga tentang gangguan dan penyebabnya, serta untuk membantu anggota keluarga mengenali gejala kekambuhan.
Terapi kreatif (art terapi, terapi musik): terapi ini memungkinkan pasien untuk mengeksplorasi dan mengungkapkan pikiran-nya dan perasaan dalam cara yang aman dan kreatif.
Hipnosis klinis: Metode pengobatan yang menggunakan relaksasi intens, konsentrasi, dan fokus perhatian untuk mencapai perubahan tingkat kesadaran (awareness), yang memungkinkan orang untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan kenangan mereka mungkin tersembunyi dari pikiran sadar mereka.
Pemberian intervensi pasca trauma sesegera mungkin dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan disosiatif.
Sumber :
Goldberg, Joseph. (2012, May 31). Mental Health and Dissociative Fugue. Retrieved from http://www.webmd.com/mental-health/dissociative-fugue
Videbeck, Sheila L. 2008. Psychiatric-Mental Health Nursing. Fourth Edition. United States : Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams and Wilkins
Sumbere momo