landasan teori 2.1 pengertian merek....bagi konsumen dan merupakan petunjuk untuk mendapatkan barang...
TRANSCRIPT
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN MEREK.
Merek memegang peranan penting dalam proses keputusan pembelian
suatu produk dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen. Konsumen akan
mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli untuk produk
tertentu. Adanya merek akan memudahkan konsumen dalam mengidentifikasikan
dan melakukan pembelian suatu produk. Akan sangat membingungkan apabila
konsumen ingin membeli suatu produk tanpa mengetahui mereknya. Di Indonesia
merek diatur oleh undang-undang no. 19/1992.
Hampir semua produk dari perusahaan mempunyai merek, sehingga jarang
sekali barang yang tidak bermerek. Untuk memberikan kejelasan tentang
pengertian merek, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh ahli
manajemen.
Menurut Kotler (1997 : 63) merek adalah "nama, istilah, tanda, simbol,
atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari produk pesaing." Merek merupakan petunjuk bagi
konsumen untuk mendapatkan barang dengan mutu yang dapat diandalkan dan
akan menjanjikan pembelian ulang dari konsumen untuk merk tersebut.
Menurut Hague dan Jackson (1993 : 111) merek adalah "tanda pemikiran
yang diharapkan oleh produsen agar diingat pada waktu belanja dan didesakkan
agar menyingkirkan semua merek lainnya."
6
Dari beberapa pendapat mengenai merek tersebut dapatlah disimpulkan
secara umum bahwa merek adalah nama, huruf, kata-kata, angka, warna, dan
kombinasi itu semua yang diberikan oleh negara kepada perusahaan untuk dapat
membedakan barang dan jasa yang diperdagangkan.
Menurut Evans dan Berman (1992:304) ada empat tipe penandaan merek
yaitu:
a. "Nama merek, yaitu bagian dari suatu merek yang dapat dilafalkan atau
diucapkan.
b. Tanda merek, yaitu bagian dari suatu merek yang dapat dikenali tetapi tidak
dapat dilafalkan.
c. Karakter dagang, yaitu tanda merek yang diwujudkan dalam bentuk manusia.
d. Merk dagang, yaitu merek atau bagian dari suatu merek yang mendapat
perlindungan hukum karena mampu memperoleh hak secara eksklusif."
2.2 KEPUTUSAN PEMBERIAN MEREK.
Pemberian merek merupakan keputusan yang dianggap pentmg bagi
perusahaan dalam memasarkan produknya, karena akan menambah nilai pada
produk yang dihasilkan. Bagi perusahaan pemberian merek dianggap menjamin
keberanian konsumen dalam menentukan pilihan pembelian ulang dan dengan
merek dapat diciptakan kelompok pembeli setia yang kemudian dapat digunakan
perusahaan sebagai sarana segmentasi pasar. Citra perusahaan akan terbentuk
dengan baik apabila perusahaan dapat menciptakan suatu kualitas atau mutu
merek yang baik dengan menyandang nama perusahaan, merek dapat membantu
mengiklankan mutu produk dan besaraya perusahaan.
7
Fungsi pemberian merek tidak hanya penting bagi perusahaan, tetapi juga
mempunyai fungsi positif bagi konsumen yang ingin memiliki suatu produk
perusahaan tertentu. Pemberian merek juga akan memberikan kepuasan regular
bagi konsumen dan merupakan petunjuk untuk mendapatkan barang atau produk
yang berkualitas baik, serta dapat meningkatkan keberadaan atau status seseorang.
Dalam pemberian merek bagi produknya perusahaan tidak akan melakukannya
dengan sembarangan, tetapi ada cara-carayang baik dalam menentukan merek.
Karakteristik pemberian merek yang baik yaitu : a. Nama merek harus mewakili karakteristik, manfaat, penggunaan, dan mutu
dari produk perusahaan. b. Merek harus mudah diucapkan, dilafalkan, dan diingat. Nama merek yang
pendek biasanya lebih mudah diingat daripada yang panjang. c. Merek harus dengan mudah bisa dibedakan dengan merek produk lain. d. Merek lebih baik mempunyai hak untuk didaftarkan dan mendapatkan
perlindungan hukum dari pemerintah untuk menghindari terjadinya pemalsuan merek11
2.3 KESETIAN MEREK.
Dalam pemenuhan kebutuhannya konsumen membeli produk dengan
merek tertentu. Jika konsumen merasa puas dengan merek pilihannya, maka
konsumen akan ingat dan mulai setia terhadap merek tersebut. Kalau konsumen
tidak merasa puas dengan merek pilihannya, maka pada pembehan berikutnya
konsumen akan membeli merek yang lain. Konsumen yang setia pada merek
produk tertentu dalam keputusan pembelian merek tersebut tidak akan
membandingkan dengan merek-merek lainnya, karena konsumen tidak mau
dengan mudah menerima informasi dari merek-merek lainnya.
' skripsi/ tugas akhir no. 1109/em/1998, pengaruh kesan merek dan harga dalam pembelian televisi merek toshiba di Surabaya, hal 15
K
2.4 KESAN MEREK.
Kesan merek adalah persepsi tenlang suatu merek yang menggambarkan
tentang segala sesuatu pada merek tersebut dan terdapat dalam ingatan konsumen.
Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam merek tersebut hams dapat ditempatkan
dalam ingatan konsumen. Dengan melekatnya kesan merek dalam ingatan
konsumen maka diharapkan konsumen melakukan pembelian dari produk
tersebut.
Identitas merek yang membedakan produk suatu perusahaan dengan
produk perusahaan pesaing akan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk
mengingat kembali merek dari produk tersebut. Karena segala sesuatu yang
terjalin pada suatu merek akan meinbantu konsumen mengingat kembali
informasi tentang produk, khususnya dalam keputusan untuk membeli. Dapat
menimbulkan perasaan berbeda terhadap suatu produk jika dibandingkan dengan
produk sejenis karena kepercayaannya terhadap merek produk tersebut.
Didalam melaksanakan proses pembelian konsumen diharapkan
mempunyai kesan yang positif sehingga tidak mempengaruhi konsumen terhadap
penmgkatan harga, konsumen bersedia untuk mencari saluran distribusi dan dapat
meningkatkan efektifitas komunikasi pemasaran. Dengan demikian kesan merek
tidak dapat timbul dengan sendirinya, tetapi harus dibentuk sedemikian rupa agar
dapat mempengaruhi persepsi konsumen dalam membeli produk suatu
perusahaan.
9
2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKESAN MERER.
a. Pembungkus.
Pembungkus sebenamya merupakan hasil dari proses pengemasan yang
merupakan bagian dari strategi produksi. Menurut Kotler (1997:77) "pengemasan
mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus
untuk suatu produk." Wadah atau pembungkus ini disebut kemasan. Suatu
kemasan hams dirancang sedemikian rupa agar mampu memikat konsumen,
memberikan manfaat-manfaat produk, menumbuhkan keyakinan dan membuat
tumbuhnya suatu kesan yang menyenangkan terhadap produk tersebut. Kemasan
bukan hanya memberikan perlindungan pada produk tapi juga ada kemungkinkan
untuk meningkatkan penggunaan kemasan sebagai sarana pemasaran yang
potensial. Kemasan dapat meningkatkan citra merek dan citra perusahaan, karena
apabila kemasan dirancang dengan baik dan memikat konsumen maka akan
membuat konsumen mengenal perusahaan dan merek.
b. Label.
Label adalah bagian dari suatu kemasan yang mengidentifikasikan suatu
produk atau merek dan menunjukan nama merek atau penjelasan secara luas dan
produk tersebut. Menurut Kotler (1997:78) "label memiliki beberapa fungsi.
antara lain: mengidentifikasikan, menentukan kelas, dan menjelaskan produk atau
merek."
c. Kualitas.
Kualitas suatu produk sangat penting peranannya karena dengan kualitas
yang baik akan menjanjikan konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada
10
produk tersebut. Apabila suatu produk menghasilkan kualitas yang jelek maka
konsumen akan memberikan suatu kesan yang kurang baik terhadap produk, yang
mengakibatkan konsumen malas atau tidak mau membeli produk tersebut.
Kualitas menunjukan tingkat mutu yang merupakan suatu cara pokok dalam
penetapan suatu produk dimata konsumen.
Kualitas suatu produk harus diukur dari sudut persepsi konsumen atau
pembeli terhadap mutu produk itu dan perusahaan harus juga memperhatikan
segmen pasar tertentu yang menjadi sasaran perusahaan.
d. Promosi.
Promosi merupakan salah satu segmen dari rangkaian kegiatan pemasaran
suatu barang. Dimana penjual memperkenalkan produk kepada calon konsumen
dan membujuk agar membeli, serta mengingatkan kembali konsumen lama agar
melakukan pembelian ulang.
Menurut Basu Swastha dan Irawan (1990:349) promosi adalah "arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau
organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran."
Pada dasarnya promosi adalah suatu cara untuk mempengaruhi konsumen
agar suka membeli barang dengan merek tertentu, dan dengan menggunakan alat-
alat promosi yang ada diharapkan akan dapat dicapai tujuan promosi itu sendiri
dan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan volume penjualan.
Menurut Kotler (1997:237) "berbagai kemungkinan tujuan dari promosi,
yaitu:
11
• Untuk menginformasikan (memberitahukan pasar tentang suatu produk
baru, mengkoreksi kesan yang salah, membangun citra perusahaan)
• Untuk membujuk (membentuk preferensi merek, mendorong alih merek)
• Untuk mengingatkan (membuat pembeli tetap ingat produk itu walau tidak
sedang musimnya, mempertahankan kesadaran puncak)."
2.6 PENGERTIAN SALURAN DISTRffiUSI.
Banyak perusahaan tidak dapat mencapai target penjualannya karena tidak
tepatnya saluran distnbusi yang digunakan didalam memasarkan barang hasil
produksinya. Perhatian produsen harus diarahkan untuk selalu menyebarluaskan
atau mendistribusikan produknya ke berbagai tempat. Definisi saluran distribusi
seperti yang dikatakan oleh Stanton (1994:363) adalah "suatu saluran distribusi
terdiri dari serangkaian orang dan perusahaan yang terlibat dalam pemindahan hak
milik suatu produk ketika produk tersebut berpindah dari produsen ke konsumen
akhir atau pemakai." Sedangkan menurut Nitisemito (1993:102) pengertian
saluran distribusi adalah "lembaga-lembaga distributor atau lembaga-lembaga
penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan
barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen."
Penentuan saluran distribusi merupakan salah satu dari keputusan
manajemen yang penting dibidang pemasaran, kesalahan dalam pemilihan saluran
distribusi dapat mengakibatkan terhambatnya penyaluran produk perusahaan serta
akan menggangu kelancaran penjualan. Maka dari itu saluran distribusi ini harus
dipertimbangkan secara matang dan tidak boleh diabaikan begitu saja.
12
2.7 FUNGSI SALURAN DISTRIBUSI.
Maksud penyusunan saluran distribusi ini adalah untuk menjembatani
jurang pemisah barang dan jasa dari organisasi yang dapat mempergunakannya,
disini akan terlibat pula fungsi utama dari saluran distribusi. Menurut Kotler
(1997:141) "fungsi utama dari saluran distribusi adalah :
a. Informasi.
Pengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran, mengenai
pelanggan, pesaing serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun
yang potensial dalam lingkungan pemasaran.
b. Promosi.
Pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif yang dirancang untuk
menarik pelanggan pada penawaran tersebut.
c. Negosiasi.
Usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain
sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.
d. Pemesanan.
Komunikasi dari para anggota saluran pemasaran ke produsen mengenai minat
untuk membeli.
e. Pembiayaan.
Perolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk membiayai
persediaan pada berbagai tingkat saluran pemasaran.
13
f. Pengambilan resiko.
Penanggungan resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran
pemasaran tersebut.
g. Pemilikan fisik.
Kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk fisik dari bahan mentah
sampai ke pelanggan akhir.
h. Pembayaran.
Pembeli membayar tagihannya ke penjual lewat bank dan institusi keuangan
lamnya.
i. Hakmilik.
Transfer kepemilikan sebenarnya dari satu organisasi atau orang ke organisasi
atau orang yang lain."
2.8 TUJUAN SALURAN DISTRIBUSI.
Tujuan saluran distribusi adalah untuk membuat suatu produk tersedia dan
terjangkau oleh populasi sasaran. Pemasar harus memahami tingkat hasil
pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan sebagai sasaran. Menurut Kotler
(1997:146) "saluran distribusi menghasilkan lima hasil pelayanan, yaitu :
a. Ukuran lot, adalah jumlah unit yang saluran pemasaran perbolehkan untuk
dibeli satu pelanggan setiap kali pembelian.
b. Waktu tunggu, adalah rata-rata waktu pelanggan saluran itu menunggu untuk
menerima barang.
c. Kenyamanan tempat, menyatakan tingkat kemudahan yang disediakan saluran
pemasaran bagi pelanggan untuk membeli produk itu.
I I
d. Variasi produk, menyatakan luasnya keragaman yang diberikan oleh saluran
pemasaran. Biasanya pelanggan memilih keragaman yang lebih banyak karena
meningkatkan peluang pelanggan untuk menemukan yang ia butuhkan.
e. Pelayanan pendukung, menyatakan pelayanan tambahan (kredit, pengiriman,
instalasi) yang disediakan oleh saluran tersebut. Semakin besar pelayanan
pendukung, semakin banyak pekerjaan yang diberikan oleh saluran pemasaran
tersebut."
2.9 JENIS SALURAN DISTRIBUSI.
Setelah dijelaskan mengenai fungsi dan tujuan saluran distribusi maka
dibawah ini diuraikan mengenai jenis saluran distribusi. Macam-macam saluran
distribusi yang digunakan untuk barang konsumsi menurut Basu Swastha dan
Irawan (1990:295-297) adalah:
1. "Produsen-konsumen.
Saluran distribusi ini merupakan saluran distribusi yang paling sederhana dan
paling pendek, karena dalam menyalurkan barangnya produsen tidak
menggunakan jasa perantara, melainkan langsung ke konsumen dengan
melalui pos atau mendatangi rumah konsumen.
2. Produsen-pengecer-konsumen.
Dalam saluran ini pengecer melakukan pembelian secara langsung ke
produsen dan menjualnya kembali kapada konsumen akhir. Ada juga beberapa
produsen yang mendirikan toko pengecer untuk melayani penjualan langsung
kepada konsumen, tetapi kondisi seperti ini jarang dipakai.
3. Produsen-pedagang besar-pengecer-konsumen.
is
Saluran distribusi seperti ini sering disebut saluran distribusi tradisional dan
banyak digunakan oleh produsen. Disini produsen hanya menjual barangnya
kepada pedagang besar saja dalam jumlah besar dan tidak melayani penjualan
eceran. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar dan pembelian oleh
konsumen dilayani pengecer saja.
4. Produsen-agen-pengecer-konsumen.
Dalam saluran distribusi ini produsen menggunakan agen sebagai penyalur
bagi barang-barang yang dihasilkan untuk sampai kepada pengecer.
5. Produsen-agen-pedagang besar-pengecer-konsumen.
Dalam saluran distribusi ini produsen menggunakan agen untuk menyalurkan
barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada para
pengecer."
2.10 PENGENDALIAN TERHADAP SALURAN DISTRIBUSI.
Dimaksudkan agar perusahaan dapat menilai dan menganalisis berhasil
tidaknya kebijaksanaan saluran distribusi yang telah ditetapkan sehingga dapat
dilaksanakan perbaikan. Menurut Basu Swastha dan Lrawan (1990:307)
"pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a. Produsen harus menyatakan bahwa tugasnya tidak berakhir pada saat produk
terjual, tetapi masih perlu memberikan pelayanan sesudah penjualan kepada
pembeli akhir. Oleh karena itu program tersebut harus dikoordinasikan dengan
para penyalur sehingga komunikasi dengan pembeli akhir dan informasi dapat
diperoleh secara cepat dan tepat.
16
b. Produsen haras menyatakan bahwa masalah yang dihadapi penyalur
merupakan masalah bagi produsen dan tidak dapat diabaikan jika ingin
mempertahankan posisi pasarnya.
c. Produsen harus memberi ganti kepada penyalur atas garansi dan servis lain
yang diberikan kepada para pembeli.
d. Produsen haras dapat memberikan semangat kepada para penyalur dengan
membenkan sejumlah insentif. Beberapa teknik pemberian insentif yang dapat
digunakan antara lain:
$ Konsesi harga
# Bantuan keuangan
$ Proteksi"
2.11 PENGERT1AN KUALITAS PELAYANAN.
Secara umum service berarti jasa atau layanan. Service juga dapat
dibedakan sebagai produk dan non-produk. Service sebagai produk adalah hasil
produk tidak kentara dari perusahaan yang bergerak dibidang jasa, seperti
perasahaan asuransi, perbankan dan sebagainya. Sedangkan service sebagai non-
produk biasanya berapa after sales service, seperti garansi, penyediaan onderdil
yang cukup dan sebagainya.
Service adalah suatu kegiatan manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual ke konsuinen. Menurut Kotler (1997:83) service atau pelayanan
adalah "setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
17
kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu
produk fisik."
Pelayanan yang memuaskan akan memberikan gambaran yang baik
terhadap produsen. Sebaliknya jika pelayanan mengecewakan, maka kesan yang
tercipta akan buruk jadinya. Selain itu apabila pelayanan yang baik dapat benar-
benar dilaksanakan, maka ini akan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menciptakan persaingan yang bersifat non price competition.
Agar pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen, maka perlu
adanya service manajemen. Service manajemen merupakan pendekatan total
secara organisasi untuk menjadikan pelayanan lebih baik. Sevice manajemen
menjadikan organisasi berorientasi pada konsumen, ini berarti kebutuhan dan
harapan-harapan konsumen merupakan fokus utama dalam bisnis.
Dalam pelayanan terdapat tiga komponen utama yang penting bagi pengarahan organisasi jasa. Komponen utama tersebut adalah : 1. Konsumen (pelanggan).
Perusahaan perlu memiliki kesepakatan bahwa penting sekali untuk mengetahui siapa pelanggannya. Pelanggan harus diidentifikasikan baik dari segi demografi maupun psikografi.
2. Strategi pelayanan. Ada dua bagian yang penting, komitmen perusahaan dalam pelayanan sebagai fokus ke dalam dan janji pelayanan kepada konsumen yang merupakan fokus keluar. Strategi pelayanan menjadi model manajemen untuk keputusan-keputusan yang akan datang bagi perusahaan, pelayanan, dan operasi itu sendiri. Strategi ini haruslah didasarkan pada pemahaman yang baik akan pelanggan.
3. Orang-orang yang terlibat. Orang-orang yang terlibat dalam pelayanan ini termasuk seluruh staf, manajemen dan karyawan organisasi. Seluruh personalia harus mengetahui, memahami, dan komitmen akan janji pelayanan yang ditetapkan dalam strategi pelayanan.2)
2) skripsi/tugas akhir no. 669/tm/l996, pengaruh kualitas pelayanan forklift terhadap peningkatan penyewaan usaha jasa angkutan darat di surabaya (studi kasus pada cv. x), bal 21
18
Setelah dijelaskan mengenai arti dari pelayanan, sekarang kita akan
melihat apakah kualitas pelayanan itu. Menurut Parasuraman dan Berry (1991.19)
kualitas pelayanan itu sendiri adalah "persepsi dari konsumen terhadap
keunggulan atau kelebihan pelayanan."
Diungkapkan juga satu konsep yaitu :
Service Quality = satisfaction with service delivery
= perceived service delivery - expected service delivery
= P - E
perceived service delivery (P) adalah persepsi pelanggan terhadap kenyataan
pelayanan yang diterima sedangkan expected service delivery (E) adalah apa yang
dirasakan oleh pelanggan terhadap pelayanan yang seharusnya di berikan oleh
penyedia layanan.
Sedangkan menurut Glynn dan Barnes (1996:145) "kualitas pelayanan
adalah pengukuran terhadap seberapa baik pelayanan yang diberikan itu sesuai
dengan apa yang menjadi harapan dari konsumen."
2.12 D1MENSI KUALITAS PELAYANAN.
Menurut Glynn dan Barnes (1996:146-150) terdapat "sepuluh dimensi atau
ukuran kualitas pelayanan yang digunakan pelanggan dalam menilai pelayanan
yang diterimanya yaitu:
a. Tangibles (nyata).
Keadaan fisik fasilitas peralatan, personalia dan peralatan komunikasi yang
akan meningkatkan harapan dan perasaan pelanggan.
19
b. Reliability (keandalan).
Menyangkut kemampuan perusahaan yang menunjukan janji pelayanan yang
dapat diandalkan dan tepat.
c. Responsiveness (tanggungjawab).
Suatu kemauan baik dari pemberi layanan untuk membantu pelanggan dengan
pelayanan yang cepat.
d. Competence (cakap).
Pemberi layanan mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk melayani.
e. Courtesy (rasa hormat).
Pemberi layanan memiliki sopan santun, rasa hormat, perhatian dan
bersahabat dalam kontak pribadi.
f. Credibility (dapat dipercaya).
Pelayanan yang diberikan layak dipercaya, pemberi layanan tulus dan jujur.
g. Security (keamanan).
Pelanggan merasa bebas dari perasaan was-was, bahaya serta resiko yang
dihadapi.
h. Access (mudah dicapai).
Adanya pelayanan yang mudah dalam kontak hubungan dengan yang
memberi layanan.
i. Communication (komunikasi).
Melayani pelanggan dengan bahasa yang dapat dimengerti dan didengar
dengan baik.
20
j . Understanding the customer (mengerti pelanggan).
Kemauan pemberi layanan dengan berusaha untuk mengerti yang dibutuhkan
oleh pelanggannya.
Dari sepuluh dimensi umum ini kemudian digabungkan sehingga menjadi lima
dimensi service quality yang terdiri dari:
a. Tangibles.
Keadaan fisik fasilitas, peralatan, personalia, bahan-bahan komunikasi.
b. Reliability.
Suatu kemampuan perusahaan untuk memenuhi janji pelayanan yang dapat
diandalkan dan akurat.
c. Responsiveness.
Kemauan dari pemberi layanan untuk membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan yang cepat.
d. Assurance.
Pengetahuan dan rasa hormat dari para karyawan serta kemampuan mereka
untuk membawa kepercayaan dan keyakinan kepada konsumen.
e. Emphaty.
Sikap yang berpihak kepada kepentingan pelanggan."
2.13 MODEL KUALITAS PELAYANAN.
Sebuah model yang dikembangkan oleh Parasuraman dan Berry akan
membantu kita untuk mengidentifikasikan gap-gap yang terjadi antara kualitas
pelayanan yang diterima, dalam hal ini yang diterima konsumen dengan apa yang
21
mereka harapkan. Menurut Kotler (1997:92) model tersebut mengidentifikasikan
adanya lima gap, yaitu :
1. "Customer Expectation-Management Perception Gap.
Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen, manajemen
tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan.
2. Management Perception-Service Quality Spesification Gap.
Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa,
manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak
menetapkan suatu set standar kinerja spesifik.
3. Service Quality Specification-Service Delivery Gap.
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa, para
personil mungkin kurang terlatih atau tidak mampu atau tidak mau memenuhi
standar. Atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan, seperti
menyediakan waktu untuk mendengarkan para pelanggan dan melayani
mereka dengan cepat.
4. Service Delivery-External Communications to Customers Gap.
Kesenjangan antara penyampaian jasa dengan komunikasi ekstemal, harapan
konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat oleh para wakil
perusahaan dan iklan perusahaan.
5. Expected Service-Perceived Service Gap.
Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan, kesenjangan
ini terjadi bila memiliki persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut."
22
2.14 PENGERTIAN PERSEPSI.
Persepsi seringkali berbicara lebih kuat daripada fakta. Jadi menimbulkan
kesan bahwa persepsi konsumen terlihat lebih bemianfaat daripada menunjukan
fakta yang belum tentu dapat diterima oleh konsumen. Menurut Kotler (1997:240)
persepsi adalah "proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti
dari dunia ini." Artinya persepsi ini tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik
saja tetapi juga hubungan antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan
kondisi dalam did seseorang.
Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (1995:122) "perception can be
defined as (he process by which an individual select, organizes and interprets
stimuli into a meaningful and coherent picture of the world." Yang artinya suatu
proses dimana seorang individu menyeleksi, mengorganisasi, dan mengartikan
ransangan menjadi suatu gambaran yang lebih berarti. Studi tentang persepsi
adalah tentang apa yang manusia tambahkan atau kurangi secara tidak sadar
terhadap input-input rangsangan untuk memperoleh gambaran atau imajinasi bagi
diri manusia itu sendiri.
Menurut Rahmad (1996:87) "persepsi dirumuskan sebagai pemberian makna
terhadap stimulus inderawi atau pengulangan tentang obyek, peristiwa atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau menafsirkan
pesan."
Lebih jauh lagi Irwanto (1995:90) mendefmisikan persepsi sebagai "suatu
proses diterimanya rangsang sampai stimulus tersebut disadari dan dimengerti."
23
Dalam persepsi banyak menggunakan panca indera untuk menangkap stimulus
dari obyek-obyek yang ada di sekitar lingkungan. Suatu rangsangan (stimulus)
sebagai masukan untuk panca indera atau sensory receptor, fungsi dan sensory
receptor adalah untuk melihat, mendengarkan, mencium aroma, merasakan dan
menyentuh. Seiama ini teori persepsi manusia didominasi oleh dua asumsi yang
diragukan, yakni:
1. proses pembentukan kesan dianggap bersifat mekanis dan cenderung
mencerminkan sifat manusia yang memberi stimulus.
2. proses tersebut berada di bawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan
oleh pikiran atau kognisi.
Dalam hubungan antara persepsi dan penlaku dapat dilihat dan pendapat
Siagian (1994:18) bahwa "persepsi dapat diungkapkan sebagai proses melalui
mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan senson
mengenai lingkungannya. Interpretasi seseorang mengenai lingkungan tersebut
akan sangat berpengaruh pada penlaku, yang pada akhirnya menentukan faktor-
faktor yang dipandang sebagai motivasional (dorongan untuk melakukan
sesuatu)."
2.15 PROSES PEMBENTUKAN PERSEPSI.
2.15.1 Perhatian Terhadap Rangsangan Secara Seiektif.
Pada umumnya konsumen dihadapkan pada jumlah rangsangan yang sangat
banyak setiap harinya. Konsumen tidak mungkin menerima semua rangsangan ini.
Sebagian besar rangsangan akan disaring keluar, karena :
24
a. Konsumen kemungkinan akan lebih memperhatikan rangsangan yang
berhubungan dengan kebutuhan mereka pada saat itu.
b. Konsumen kemungkinan akan lebih banyak memperhatikan rangsangan yang
mereka harapkan.
c. Konsumen kemungkinan akan lebih memperhatikan rangsangan yang
penyimpangnya besar dalam hubungannya dengan ukuran rangsangan yang lebih
besar.
Perhatian yang selektif dari konsumen berarti bahwa perusahaan harus
bekerja keras untuk menarik perhatian konsumen. Pesan yang disampaikan akan
hilang bagi sebagian besar konsumen yang tidak berada di dalam pasar untuk
produk tersebut. Bahkan bagi konsumen yang bevada di dalam pasar tersebut,
mereka mungkin tidak memperhatikan pesan yang disampaikan kecuali pesan
tersebut cukup menonjol diantara seluruh rangsangan yang mengelilingi
konsumen. Rangsangan yang mengandung pesan cukup menonjol memiliki
kemungkinan yang besar untuk diperhatikan konsumen. Perhatian konsumen
merupakan kunci bagi penerimaan rangsangan. Perhatian konsumen terhadap
rangsangan dapat diibaratkan sebagai pembuka jalan dalam proses terbentuknya
persepsi, sehingga berperan penting dalam proses pembentukan persepsi.
2.15.2 Mengingat Pesan dari Rangsangan Secara Selektif.
Konsumen cenderung mengingat pesan yang terkandung dalam rangsangan
yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka atau yang diinginkan saja.
Setelah konsumen mengingat pesan dari rangsangan secara selektif, maka terjadi
pengolahan atau pemrosesan data sensoris dalam benak konsumen.
25
2.15.3 Perubahan Makna Rangsangan Secara Selektif.
Setiap rangsangan yang diperhatikan tidak selalu berarti rangsangan tersebut
diterima konsumen seperti yang diharapkan. Konsumen berusaha menyesuaikan
pesan dari rangsangan yang masuk dengan kerangka berpikir yang dimiliki.
Perubahan makna rangsangan secara selektif menjelaskan kecenderungan
konsumen untuk mengubah pesan dari rangsangan sesuai dengan pengertiannya
sendiri. Setelah terjadi perubahan makna rangsangan secara selektif, selanjutnya
konsumen menafsirkan atau menerjemahkan ransangan. Konsumen cenderung
menerjemahkan pesan dari rangsangan dengan cara yang mendukung dan bukan
yang melawan konsep-konsep yang telah dimiliki.
26
2.16 KERANGKA PEMIKIRAN.
Gambar 2.16
Persepsi konsumen terhadap televisi merek Akari di Surabaya Selatan dilihat dari
kesan merek, saluran distnbusi, dan kualitas pelayanan.
27
2.17 DEF1NISI OPERASIONAL.
Prosedur pengukuran yang dipakai adalah:
a. Kesan merek televisi merek Akari di Surabaya Selatan, ditunjukkan
oleh skor yang diperoleh dari tanggapan konsumen mengenai
pembungkus, label, kualitas, dan promosi atau iklan televisi merek
Akari.
b. Saluran distribusi televisi merek Akari di Surabaya Selatan,
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari tanggapan konsumen
mengenai ukuran lot, waktu tunggu, kenyamanan tempat, variasi
produk, dan pelayanan pendukung yang disediakan oleh saluran
distribusi televisi merek Akari.
c. Kualitas pelayanan televisi merek Akari di Surabaya Selatan,
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari tanggapan konsumen
mengenai tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan
emphaty yang diberikan oleh produsen televisi merek Akari.
d. Persepsi konsumen produk televisi merek Akari di Surabaya Selatan,
ditunjukkan oleh persentase konsumen yang melakukan penilaian
terhadap kesan merek, saluran distribusi, dan kualitas pelayanan.
2.18 HIPOTESA.
Daiam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesa yaitu :
1. Diduga konsumen memiliki persepsi yang baik terhadap televisi merek
Akari di Surabaya Selatan jika dilihat dari kesan merek, saluran distribusi,
dan kualitas pelayanan.
2. Diduga ada persepsi konsumen terhadap salah satu variabel yang lebih
baik jika dibandingkan dengan persepsi konsumen terhadap variabel yang
lainnya.