landasan hukum latber

5
BAB I 1.1 Tinjauan Perundang-undangan yang Mengatur Tupoksi Apoteker sebagai Pengawas dan Pengujian Mutu Pangan dan Makanan Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam ini dapat diolah menjadi sumber pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gizi bagi masayarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk makanan semakin meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya, termasuk juga dengan semakin banyaknya iklan dan promosi di berbagai media yang mendorong masyarakat sebagai konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional, sementara pengetahuan masyarakat yang masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk makanan secara tepat, benar dan aman. Merupakan tugas dari pemerintah Negara Indonesia untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Hal ini ditegaskan pula pada pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Hal ini menyatakan bahwa merupakan tanggung jawab dari pemerintah untuk menjamin bahwa sumber daya alam yang selanjutnya akan diolah menjadi pangan terjamin keamanannya. Dalam menjamin keamanan pangan untuk masyarakat, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

Upload: anak-agung-sinta-dewi

Post on 23-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

farfor

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Hukum Latber

BAB I

1.1 Tinjauan Perundang-undangan yang Mengatur Tupoksi Apoteker sebagai Pengawas

dan Pengujian Mutu Pangan dan Makanan

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber

daya alam ini dapat diolah menjadi sumber pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gizi

bagi masayarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk makanan semakin meningkat seiring

dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya, termasuk juga dengan

semakin banyaknya iklan dan promosi di berbagai media yang mendorong masyarakat sebagai

konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional, sementara

pengetahuan masyarakat yang masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan

produk makanan secara tepat, benar dan aman. Merupakan tugas dari pemerintah Negara

Indonesia untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia, seperti yang tercantum dalam

pembukaan UUD 1945. Hal ini ditegaskan pula pada pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang

menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Hal ini menyatakan bahwa merupakan tanggung

jawab dari pemerintah untuk menjamin bahwa sumber daya alam yang selanjutnya akan diolah

menjadi pangan terjamin keamanannya.

Dalam menjamin keamanan pangan untuk masyarakat, dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung

jawab. Agar tercapainya hal tersebut, maka dibentuklah undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

mengenai perlindungan konsumen. Negara juga berkewajiban mewujudkan ketersediaan,

keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup aman, bermutu, dan bergizi

seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di

seluruh wilayah Indonesia.

Pengawasan dan pengendalian mutu harus dilakukan sejak awal proses produksi sampai

saluran distribusi untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan jaminan keamanan

produk. Pengawasan di bidang makanan dilakukan oleh 3 (tiga) komponen meliputi pemerintah,

produsen, dan konsumen (masyarakat). Dalam hal ini pengawasan dari komponen pemerintah

Page 2: Landasan Hukum Latber

dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM dibentuk berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005. Berdasarkan peraturan

perundang-undangan tersebut, Badan POM melaksanakan Tugas Pemerintahan di bidang

Pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian integral dari

upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi masyarakat

dari produk Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam sistem

pengawasan full spectrum mulai dari pre-market hingga post-market control yang disertai

dengan upaya penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan, peran peraturan

perundang-undangan/regulasi sangatlah penting. Landasan hukum yang mendasari BPOM dalam

melakukan pengawaan pada pangan/makanan antara lain Undang-Undang Dasar 1945; Undang

Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan; Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen; Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan; Peraturan

Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan; Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan; Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 82/Menkes/1996 tentang pencantuman tulisan “Halal” pada label makanan; Peraturan

Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.1.23.3516 tahun 2009 tentang izin edar produk obat, obat

tradisional, kosmetik, suplemen makanan dan makanan yang bersumber, mengandung, dari

bahan tertentu dan atau mengandung alkohol; Peraturan Kepala BPOM RI Nomor

HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang pengawasan kemasan pangan; Peraturan Kepala

BPOM RI Nomor 28 Tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat, bahan obat

tradisional, bahan suplemen kesehatan, dan bahan pangan ke dalam wilayah Indonesia.

Untuk membantu dalam menjalankan teknis kebijakan dari kebijakan-kebijakan yang

dibuat oleh BPOM, pada masing-masing daerah dibentuklah Balai Besar Badan Pengawasan

Obat dan Makanan (BBPOM). BBPOM merupakan unit pelaksana teknis tipe A yang memiliki 5

bidang guna menjalankan tugas dan fungsinya, salah satunya ialah bidang pengujian

Mikrobiologi. Pada bidang ini biasanya peran apoteker sangat besar dalam pengawasan

makanan. Salah satu bentuk sistem pengawasan ini dilakukan dengan pengujian secara

Page 3: Landasan Hukum Latber

laboratoruim. Pengujian secara mikroba antara lain ditujukan untuk mendeteksi adanya mikroba

patogen, menguji sterilitas, maupun mendeteksi kebenaran fungsi suatu zat (misal, koefisien

fenol, uji potensi, dll). Pada umumnya metode analisis yang menjadi acuan adalah hasil kajian

dari PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional) yang merupakan bagian struktural

Badan POM. Bidang ini membuat berbagai metode pengujian dengan mendatangkan tenaga ahli

kefarmasian dari universitas-universitas terkemuka di Indonesia.

Bidang pengujian lain yang dapat dilakukan oleh seorang apoteker padan BBPOM yaitu

pengujian pangan dan bahan berbahaya. Tupoksi dari bidang ini tidak jauh berbeda dengan

pengujian pada bidang mikrobiologi. Bidang ini akan melakukan pengujian terhadap sampel

yang ada. Hal ini bertujuan untuk menjamin keajegan keamanan dan mutu obat yang beredar di

masyarakat. Hal ini berkaitan langsung dengan misi menjalankan pengawasan post-

market produk guna mencapai visi Badan POM, yaitu “Menjadi pengawas obat dan makanan

yang Inovatif, Kredibel, dan diakui secara international guna melindungi masyarakat”.

Terdapat 2 bidang non-lab dalam BBPOM, yaitu Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi

Konsumen serta Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi

Konsumen dipecah menjadi Seksi Sertifikasi dan Seksi Layanan Informasi Konsumen. Seksi

Sertifikasi menjalankan tupoksinya memberikan sertifikasi terhadap produk dan sarana produksi

dan distribusi yang menjadi kewenangan BBPOM. Seksi Layanan Informasi Konsumen akan

memberikan segala informasi yang ditanyakan oleh konsumen dan jika tidak bisa dijawab

langsung maka akan dicarikan informasinya untuk kemudian diinfokan ke konsumen. Adapun

bidang Pemeriksaan dan Penyelidikan juga dipisahkan menjadi Seksi Pemeriksaan dan Seksi

Penyidikan. Seksi Pemeriksaan menjalankan tupoksi terkait pemeriksaan produk, sarana

produksi, dan sarana distribusi yang ada. Hal ini termasuk penyamplingan produk, baik rutin

maupun keadaan khusus,  yang selanjutnya akan di uji secara laboratorium oleh bidang terkait.

Seksi Penyidikan akan menindaklanjuti hasil pemeriksaan yang tak memenuhi syarat yang

selanjutnya bisa dilakukan pembinaan terhadap pihak terkait. Secara tidak langsung semua

bidang saling terintegrasi secara penuh dalam menjalankan pengawasan.