landasan filosofis dan psikologis dalam pengembangan kurikulum

11
“Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum” Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum” (Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum) Dosen Mata Kuliah Manerah, M.Pd UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Disusun Oleh : Kelompok 4 1. 1) Irvani Mufidah (109018300083) 2) Neneng Komalasari (109018300101) 3) Deasy Ajeng WP. (1090183000 )

Upload: alohayahoo

Post on 31-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

“Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum”

“Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum”

 (Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum)

Dosen Mata Kuliah

Manerah, M.Pd

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1.      

1)   Irvani Mufidah         (109018300083)

2)   Neneng Komalasari  (109018300101)

3)   Deasy Ajeng WP.     (1090183000     )

Page 2: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDYATULLAH

JAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan memuliakannya diatas makhluk-makhluk yang lain.Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas pemimpin umat islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan pengikunya hingga akhir zaman.           Alhamdulillah  berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang singkat ini dengan judul “Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum”. Makalah ini terdiri dari pokok-pokok bahasan materi yang membahas mengenai Landasan perkembangan kurikulum yakni meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan sosial-budaya dalam pengembangan kurikulum. Materi ini disajikan secara ringkas yang kami ambil dari beberapa sumber referensi terpilih.

Terima kasih kepada Ibu Manerah, M.Pd selaku dosen  mata kuliah Pengembangan Kurikulum, yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan tugas  makalah ini. Selain itu kami  juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang bersedia mempelajari dan memberikan masukan atas makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan bagi kita semua selaku calon pendidik generasi umat Islam  di masa depan.

              Jakarta, 31 Maret 2011

Penyusun

Kelompok Empat

DAFTAR ISI

                                                                        

          i 

Page 3: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iDAFTAR ISI..................................................................................................... iiBAB I   ...... PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II  ...... PEMBAHASAN .......................................................................... 2A.                Landasan Pengembangan Kurikulum................................      2   B.                 Landasan Filosofis Pengembangan Kurikuluma.    Pengertian Filosofis.......................................................   2b.    Cabang-cabang Filosofis...............................................   3c.    Manfaat Filsafat............................................................    4d.      Hubungan Antara Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan...         4C.                Landasan Psikologis Pengembangan Kurikuluma.    Pengertian Psikologis....................................................    5b.    Bidang-Bidang Psikologi yang Mendasari Kurikulum....     5D.                Landasan Sosiologis (Sosial Budaya) dalam

Pengembangan Kurikulum

a.    Pengertian Sosiologis....................................................     8b.    Masyarakat dan Kurikulum...........................................     9c.    Kebudayaan dan Kurikulum.........................................      11

BAB III  . PENUTUP  ......................................................................................     

13DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

Page 4: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

BAB IPENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkan.

Landasan pengembangan kurikulum dapat menjadi titik tolak sekaligus titik sampai. Titik tolak berarti pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaharuan tertentu seperti penemuan teori belajar yang baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi sekolah. Titik sampai berarti urikulum harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat merealisasi perkembangan tertentu, seperti dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tuntutan-tuntutan sejarah masa lalu, perbedaan latar belakang  murid, nilai-nilai masyarakat, dan tuntutan kultur terentu.[1]

Adapun landasan-landasan utama dalam pengembangan kurikulum yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya dan landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan pada makalah ini hanya dibahas tentang landasan filosofis, landasan psikologis serta landasan sosial budaya.

BAB II“Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan

Kurikulum”

A.    Landasan Pengembangan KurikulumKurikulum sebagai rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang cukup sentral dalam

seluru kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan di dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dsan penelitian yang mendalam.

Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, serta perkembangan ilmu dan teknologi.

    Landasan filosofis Pengembangan Kurikulum Pengertian

Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa inggris “phylosophy”yang berasal dari perpaduan bahasa Yunani “philien”yang berarti cinta (love) dan “sophia”  (wisdom)

Page 5: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

yangberarti kebijaksanaan. Jadi  secara  etimologi  filsafat  berarti  cinta kebijaksanaan  atau love of wisdom.[2]Secara  operasional  filsafat  mengandung  dua  pengertian,  yakni sebagaiproses  (berfilsafat)  dan  sebagai  hasil  berfilsafat  (sistem teori  atau  pemikiran).

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip belajar serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal yang pokok yakni:

    Cita-cita nasional    Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat

Filsafat pendidikan sebagai suatu pandangan hidup bukan menjadi hiasan lidah belaka, melainkan harus meresapi tingkah laku semua anggota masyarakat. Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.

Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini dan diharapkan oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita  tentang model manusia yang diharapkan, sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan objektif.[3] Hopkin dalam bukunya interaction the Democratic process,mengemukakan kriteria, antara lain:

    Kejelasan, filsafat atau keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.    Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelididkan yang akurat.    Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.

    Cabang-cabang FilsafatAda tiga cabang besar filasafat, yaitu:

    Metafisika, yang membahas segala yang ada dalam alam ini dan membahas  hakikatkenyataan  atau  realitas  yang  meliputi  (1) metafisika  umum,  dan  (2) metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta),  teologi (hakikat ketuhanan) dan antropologi filsafat (hakikat manusia).

    Epistemologi, yang membahas kebenaran dan membahas  hakikat  pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan,  dan  batas-bataspengetahuan);  dan  hakikat penalaran (induktif dan deduktif).

    Aksiologi, yang membahas  hakikat  nilai  dengan  cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan estetika (hakikat keindahan).

    Manfaat Filsafat Pendidikan

Page 6: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

Filsafat  pendidikan  pada  dasarnya  adalah  penerapan  dari pemikiran-pemikiranfilsafat  untuk  memecahkan  permasalahan pendidikan.  Dengan  demikian  filsafat  memilikimanfaat  dan memberikan  kontribusi  yang  besar  terutama  dalam memberikan kajiansistematis  berkenaan  dengan  kepentingan  pendidikan. Nasution  (1982)  mengidentifikasibeberapa  manfaat  filsafat pendidikan, yaitu:

    Filsafat  pendidikan  dapat  menentukan  arah  akan  dibawa  ke mana  anak-anak melaluipendidikan di  sekolah? Sekolah  ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.

    Dengan  adanya  tujuan  pendidikan  yang  diwarnai  oleh  filsafat yang  dianut,  kita mendapatgambaran  yang  jelas  tentang  hasil yang  harus  dicapai. Manusia  yang  bagaimanakah  yangharus diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu?

    Filsafat  dan  tujuan  pendidikan  memberi  kesatuan  yang  bulat kepada segala usaha pendidikan.

    Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.

    Tujuan  pendidikan  memberikan  motivasi  atau  dorongan  bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.    Hubungan Antara Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Donald Butler (1957)mengatakan, filsafat memberikan arah & metodologi terhadap praktek pendidikan; praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filsafatBrubacher (1950), mengemukakan 4 pandangan tentang hubungan ini :

    Filsafat merupakan dasar utama dalam filsafat pendidikan    Filsafat merupakan bunga, bukan akar pendidikan    Filsafat pendidikan berdiri sendiri sebagai disiplin yang mungkin memberi keuntungan dari kontak dengan filsafat, tetapi kontak tersebut tidak penting

    Filsafat dan teori pendidikan menjadi satuJohn Dewey menyatakan,filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, seperti pendidikan sama dengan kehidupan

C.     Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum     Pengertian

Apa yang dimaksud dengan kondisi psikologis itu? Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Prilaku-prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status individu diantara individu-individu lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.

    Bidang-Bidang Psikologi yang Mendasari KurikulumPeserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Tugas

Page 7: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Sejak kelahiran sampai menjelang kematian, anak selalu berada dalam proses perkembangan, perkembangan seluruh aspek kehidupannya. Tanpa pendidikan di sekolah, anak tetap berkembang, tetapi dengan pendidikna di sekolah tahap perkembangannya menjadi lebih tinggi dan lebih luas. Apa yang dididikkan dan bagaimana cara mendidiknya, perlu disesuaikan dengan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu menjadi kejian Psikologi Perkembangan.

Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Belajar.

    Psikologi PerkembanganPsikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu

masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa.[4] Psikologiperkembangan  merupakan  cabang  dari  psikologi yang  mempelajari  proses  perkembanganindividu,  baik  sebelum maupun  setelah  kelahiran  berikut  kematangan  perilaku"  (J.P. Chaplin,  1979).  Sementara  itu  Ross  Vasta,  dkk.  (1992) mengemukakan  bahwa  psikologiperkembangan  adalah  "Cabang psikologi  yang  mempelajari  perubahan  tingkah  laku  dan kemampuan  sepanjang  proses  perkembangan  individu  dari mulai masa  konsepsi  sampaimati".

    Metode dalam psikologi perkembanganPengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat

longitudinal, cross sectional,psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan  dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, sejak lahir sampai dengan dewasa, seperti yang pernah dilakukan oleh Williard C. Olson. Metode cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel. Ia mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkat usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkemmbangan dan kemampuan, serta perilaku mereka. Studi Psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund Freud beserta para pengikutnya. Studi ini ba     nyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak (balita). Menurut mereka pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa balita itu dapat mengganggu perkembangan pada masa-masa berikutnya. Metode sosiologik digunakan oleh Robert Huvighurst. Ia mempelajari perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Metode lain yang sering digunakan untuk mengkaji perkembangan anak adalah studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli psikologi perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola perkembangan anak. Studi demikian pernah dilakukan oleh Jean Peaget tentang perkembangan kognitif anak.[5]

    Teori perkembanganAda tiga teori pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan

(stage approach),pendekatan diferrensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Menurut pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang

Page 8: Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum

berbeda dengan tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikategorikan atas kelompok-kelompok yang berbeda.

Dalam pendekatan pentahapan, dikenal dua variasi.Pertama,pendekatan yang bersifat menyeluruh mencakup segala segi perkembangan.Kedua,pendekatan yang bersifat khusus mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja.

Dalam pendekatan yang bersifat khusus, kita mengenal pentahapan-pentahapan dari piaget, kholberg, Erikson, dan sebagainya. Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkembangan dari dari kemampuan kognitif anak. Dalam perkembangan kognitif menurut piaget, yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melalui penguasaan kategori itu, anak mengenal lingkungan dan memecahkan berbagai problemayang dihadapi dalam lingkungannya.Ada empat tahap perkembangan kognitif anak menurut piaget, yaitu:

    Tahap sensorimotor, usia 0-2 tahun    Tahap praoperasional, usia 2-4 tahun    Tahap Konkret Oprasional, usia 7-11 tahun    Tahap Formal Operasional, usia 11-15 tahun    Psikologi BelajarPsikologi Belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikatagorikan sebagai perilaku belajar.Menurut Morris L. Bigge dan Mourice P. Hunt (1980, hlm. 226-227) ada tiga keluarga atau rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme, danCognitive Gestalt Field.[6]

    Menurut rumpun teori mental secara herediter, anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut.

    Menurut rumpun teori belajar behaviorisme, anak atau individu tidak memiliki atau membawa potensin apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat atau berupa lingkungan manusia, alam, budaya, religi yang membentuknya). Perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat, diamati.

    Rumpun ketiga yakni kognitif gestalt field, menyatakan belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu menemukan vcara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif dan kreatif.