lamun
TRANSCRIPT
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 1/12
KOMUNITAS LAMUN DI PANTAI BAMA, TAMAN NASIONAL BALURAN – SITUBONDO
Oleh
Kelompok 1
Andarini Ayu Retnosari (1509 100 002), Silvina Resti Lestari (1509 100 015), NurlailaShofianita (1509 100 029), Fitri Wulandari Effendi (1509 100 060), Lidya Merciani (1508 100
058), Dadang Hidayatul Mustofa (1509 100 041), dan Enta Heri Yurisma (1508 100 066)
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institu Teknologi Sepuluh Nopember
2011
ABSTRAK
Praktikum mengenai komunitas lamun, nilai jenis dan kerapatan padang lamun,
dilaksanakan di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo pada tanggal 30 April 2011.
Dengan melakukan metode transek, serta dibuat plot kuadrat 50 x 50 cm dan dibuat sebanyak 5
buah transek dengan jarak tertentu sebagai lokasi pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan
dan proses identifikasi, spesies lamun yang ditemukan ada tujuh jenis yang tergolong ke dalam
dua famili dan enam marga yaitu Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata,
Thallasia hemprichii, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, dan Cymodocea serrulata.
Penyebaran lamun lebih banyak di tengah pantai dengan kondisi lebih dalam di daerah litoral.
Kerapatan lamun bervariasi dengan kaitannya dengan penutupan lamun yang mempengaruhi jenis lamun yang mendominasi hingga membentuk suatu zonasi, yakni lamun yang
mendominasi pada jarak lokasi pengamatan antara 0 meter adalah Cymodocea rotundata.
Sedangkan, pada jarak pengamatan 60 meter adalah Thalassia hemprichii . Serta, pengamatan
pada jarak 80 meter hingga 260 meter ditemui lamun dengan jenis Enhalus acoroides Selain itu,
dapat diamati pula pada lamun jenis Cymodocea rotundata merupakan spesies yang hampir
selalu ditemukan keberadaanya di tiap transek pengamatan dengan jarak pengamatan yang
dilakukan dari jarak 0 meter hingga jarak 220 meter. Golongan lamun diatas menunjukkan
bahwa diantara ketiga jenis lamun tersebut memiliki tingkatan zonasi yang berbeda, serta
tingkat penutupan dan kerapatan yang tinggi pada pantai Bama yang masing-masingnya
memiliki keterkaitan dengan karakteristik lamun serta substrat dan tipe perakaran yang dimilikioleh masing-masing jenis lamun tersebut.
Kata kunci: Lamun, Pantai Bama, Kerapatan dan Penutupan Lamun, Zonasi, karakteristik
lamun
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 2/12
ABSTRACT
The observation about seagrass community, the value of covering and density of the
seagrass bed, held on Bama Beach in Baluran National Park on 30th
of April 2011. Using the
transect methods with quadrat plot of 50 x 50 cm and made into 5 transects with a distance to
each transect for determined the location of observating. Based on the identification process,the seagrass spesies found were seven which belong to two families and six genus namely
Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus
acoroides, Syringodium isoetifolium, and Cymodocea serrulata. The distribution of seagrass
density was more in the middle of the beach which is deeper in a litoral area. The seagrass
density are variegated and related with the covering value which influenced the domination
spesies of seagrass to make the zonation of them, that is which domination in the observed
location from 0 meter is Cymodocea rotundata. Beside that, the location from 80 meters until
260 meters there are the zonation for Thalassia hemprichii. And, with the location of 80 meters
until 260 meters there are the zonation of Enhalus acoroides. So, the seagrass of Cymodocea
rotundata can easy to find at the location from 0 meter until 220 meters. Groups of the seagrassshowed that between the three of seagrass species have the different level of zonation, so that
they have the high covering value and the high density on Bama beach which each of them have
the relation with the seagrass characteristic, type of substrat and the type of stem root that
they have in each species of seagrass.
Keywords: Seagrass, Bama Beach, Density and covering value of seagrass , Zonation,
Seagrass characteristic
PENDAHULUAN
Lamun (seagrass) adalah tumbuhanberbunga (angiospermae) yang berbiji satu
(monokotil) dan mempunyai akar rimpang,
daun, bunga dan buah. Habitat lamun dapat
dipandang sebagai suatu komunitas, dalam
hal ini padang lamun merupakan suatu
kerangka struktural yang berhubungan
dalam proses fisik atau kimiawi yang
membentuk sebuah ekosistem. Secara
ekologis padang lamun memiliki peranan
penting bagi ekosistem. Lamun merupakansumber pakan bagi invertebrata, tempat
tinggal bagi biota perairan dan melindungi
mereka dari serangan predator. Lamun juga
menyokong rantai makanan dan penting
dalam proses siklus nutrien serta sebagai
pelindung pantai dari ancaman erosi
ataupun abrasi. Daerah padang lamun
dengan kepadatan tinggi akan dijumpai
fauna bentos yang lebih banyak biladibandingkan dengan daerah yang tidak ada
tumbuhan lamunnya. Ekosistem padang
lamun memiliki diversitas dan densitas
fauna yang tinggi dikarenakan karena
gerakan daun lamun dapat merangkap larva
invertebrata dan makanan tersuspensi pada
kolom air (Romimohtarto, 1999).
Praktikum lamun yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi jenis-jenis lamun denganmenggunakan metode standar untuk
mengetahui kerapatan dan penutupan
lamun. Selain itu, dalam praktikum ini juga
dapat memahami faktor-faktor fisik
hidrodinamika yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan penyebaran lamun,
diantaranya berupa faktor salinitas, tipe
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 3/12
substrat, suhu, dan kecerahan air.
Praktikum dilaksanakan di Taman Nasional
Baluran pada tanggal 29-30 April 2011
dimana formasi padang lamun tersebar
pada pantai-pantai dengan kelerengan
landai pantai-pantai dan tidak memilikigelombang air yang terlalu ekstrim antara
lain terdapat di sekitar pantai Bama.
Digunakan metode transek yang dibuat
tegak lurus dengan garis pantai dengan
beberapa stasiun sampling pada tiap jarak
20 meter. Serta, dihitung kerapatan masing-
masing jenis lamun yang jumpai dengan
kuadrat 50 x 50 cm untuk lamun Enhalus
acoroides dan kuadrat 20 x 20 cm untuk
jenis lamun lainnya. Selain itu, jugadiperkirakan persentase tutupan masing-
masing jenis lamun yang dijumpai dalam
kuadrat untuk dilakukan scoring dalam grid
10 x 10 cm pada tiap spesies lamun.
Definisi Lamun
Lamun atau yang disebut dengan
seagrass didefinisikan sebagai satu-satunya
tumbuhan berbunga ( Angiospermae) yang
mampu beradaptasi secara penuh di
perairan yang kadar salinitasnya cukuptinggi atau hidup terbenam di dalam air dan
memiliki rhizoma, daun, batang dan akar
sejati. Lamun juga memiliki pembuluh,
berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak
dengan biji dan tunas. Karena adanya
lingkungan yang sangat mendukung di
perairan pesisir, maka tumbuhan lamun
dapat hidup dan berkembang dengan
optimal (Romimohtarto, 1999).
Padang lamun (seagrass bed )merupakan tumbuhan berbunga, berbuah,
berdaun dan berakar sejati yang tumbuh
pada substrat berlumpur, berpasir sampai
berbatu yang hidup terendam di dalam air
laut dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air
yang baik. Lamun mengkolonisasi suatu
daerah melalui penyebaran buah
( propagule) yang dihasilkan secara seksual.
Ekosistem padang lamun merupakan salah
satu ekosistem di laut dangkal yang
produktif (Mann, 2000).
Menurut Nontji (1993), padang
lamun merupakan ekosisitem pesisir yangditumbuhi lamun sebagai vegetasi yang
diminan. Komunitas lamun berada diantara
batas terendah daerah pasang surut samoai
kedalaman tertentu dimana cahaya
matahari masih dapat menjangkau hingga
ke dasar laut. Ekosistem padang lamun
memiliki ciri-ciri sebagai berikut yang
berbeda dengan ekosistem lainnya:
1. Terdapat di perairan pantai yang landai,
di dataran lumpur atau pasir2. Pada batas terendah daerah pasang
surut dekat hutan bakau atau di dataran
terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30
meter, di perairan tenang dan
terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya
matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme
secara optimal jika keseluruhan
tubuhnya terbenam air termasuk daurgeneratif
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang
berkembang baik.
Klasifikasi dan Karakteristik Lamun
Tanaman lamun memiliki bunga,
berpolinasi, menghasilkan buah dan
menyebarkan bibit seperti tumbuhan darat.
Lamun merupakan tumbuhan lautmonokotil yang secara utuh memiliki
perkembangan sistem perakaran dan
rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi,
lamun berada pada Sub kelas
Monocotyledoneae, kelas Angiospermae.
Telah ditemukan sedikitnya 50 jenis spesies
lamun yang terdiri atas 12 genera dan 2
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 4/12
famili (Potamogetonaceae dan
Hydrocharitaceae). Di pantai Bama telah
diidentifikasi sebanyak 6 genera lamun,
yaitu Enhalus, Thalassia, Cymodocea,
Halodule, Halophila, dan Syringodium
dengan ciri-ciri spesifik. Secara rinciklasifikasi lamun menurut Borum (2004),
adalah sebagai berikut :
Divisio : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Familia : Potamogetonacea
Subfamilia : Zosteroideae
Genus : Zostera, Phyllospadix,
Heterozostera.
Di Indonesia ditemukan sekitar 15
jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1)Hydrocharitaceae, dan (2)
Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk
komunitas padang lamun tunggal, antara
lain: Thalassia hemprichii, Enhalus
acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea
serrulata, Syringodium isoetifolium dan
Thallassodendron ciliatum. Adanya suatu
eksistensi lamun di laut merupakan hasil
dari beberapa adaptasi yang dilakukan
termasuk toleransi terhadap salinitas yang
tinggi, kemampuan untuk menancapkanakar di substrat sebagai jangkar, dan juga
kemampuan untuk tumbuh dan melakukan
reproduksi pada saat terbenam. Salah satu
hal yang paling penting dalam adaptasi
reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi
di bawah air (Mann, 2000).
Morfologi LamunDi dalam mengetahui dan
mengidentifikasi jenis-jenis lamun yang
ditemukan, terlebih dahulu harus
memahami morfologi vegetatif yang dimiliki
oleh lamun, diantaranya adalah morfologi
akar dan rhizoma, batang, dan daun.
Berikut ini merupakan morfologi yang
menjadi ciri dasar dari lamun yang
ditemukan di perairan:
Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan
anatomi akar yang jelas antara jenis lamunyang dapat digunakan untuk taksonomi.
Akar. Jika dibandingkan dengan tumbuhan
darat, akar dan akar rambut lamun tidak
berkembang dengan baik. Namun,
beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki
fungsi yang sama dengan tumbuhan darat.
Akar-akar halus yang tumbuh di bawah
permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi
khusus (contohnya : aerenchyma, selepidermal) terhadap lingkungan perairan.
Semua akar memiliki pusat stele yang
dikelilingi oleh endodermis. Stele
mengandung phloem (jaringan transport
nutrien) dan xylem (jaringan yang
menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena
akar lamun tidak berkembang baik untuk
menyalurkan air maka dapat dikatakan
bahwa lamun tidak berperan penting dalam
penyaluran air ( Nontji, 1993)
Rhizoma dan batang
Struktur rhizoma dan batang lamun
memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan saluran di
dalam stele. Rhizoma, bersama sama
dengan akar, menancapkan tumbuhan
ke dalam substrat. Rhizoma seringkali
terbenam di dalam substrat yang dapat
meluas secara ekstensif dan memiliki
peran yang utama pada reproduksi
secara vegetatif dan reproduksi yangdilakukan secara vegetatif merupakan
hal yang lebih penting daripada
reproduksi dengan pembibitan karena
lebih menguntungkan untuk
penyebaran lamun. Rhizoma merupakan
60 – 80% biomas lamun (Nontji, 1993).
Daun
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 5/12
Seperti semua tumbuhan monokotil,
daun lamun diproduksi dari meristem basal
yang terletak pada potongan rhizoma dan
percabangannya. Beberapa bentuk
morfologi sangat mudah terlihat yaitu
bentuk daun, bentuk puncak daun,keberadaan atau ketiadaan ligula.
Contohnya adalah puncak daun Cymodocea
serrulata berbentuk lingkaran dan berserat,
sedangkan Cymodocea rotundata datar dan
halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian
yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru
tumbuh dan melindungi daun
mudaAnatomi yang khas dari daun lamun
adalah ketiadaan stomata dan keberadaankutikula yang tipis. Kutikula daun yang tipis
tidak dapat menahan pergerakan ion dan
difusi karbon sehingga daun dapat
menyerap nutrien langsung dari air laut. Air
laut merupakan sumber bikarbonat bagi
tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan
karbon inorganik dalam proses fotosintesis
(Nontji, 1993).
Faktor Yang Berpengaruh TerhadapPertumbuhan dan Penyebaran Lamun
Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap distribusi dan
kestabilan ekosistem padang lamun adalah :
Kecerahan
Penetrasi cahaya yang masuk ke
dalam perairan sangat mempengaruhi
proses fotosintesis yang dilakukan oleh
tumbuhan lamun. Jika kadar kecerahan
airnya rendah, maka akan menggangguproses fotosintesis yang akan mengganggu
produktivitas primer ekosistem lamun
(Susetiono, 2007).
Temperatur
Secara umum ekosistem padang
lamun ditemukan secara luas di daerah
bersuhu dingin dan di tropis. Sehingga,
mengindikasikan bahwa lamun memiliki
toleransi yang luas terhadap perubahantemperature. Lamun dapat tumbuh optimal
hanya pada temperatur 28 – 300C. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan proses
fotosintesis yang akan menurun jika
temperatur berada di luar kisaran tersebut
(Susetiono, 2007).
Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir
tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan
nilai optimumnya adalah 35 ‰. Sebab,adanya penurunan tingkat salinitas akan
menurunkan tingkat fotosintesis lamun.
Salinitas juga berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar
daun dan berpengaruh pada tingkat
kerapatan. Karena tingkat kerapatan akan
semakin meningkat dengan meningkatnya
salinitas (Susetiono, 2007).
Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai
macam tipe sedimen, mulai dari lumpur
sampai karang. Kebutuhan substrat yangutama adalah berkaitan dengan kedalaman
sedimen yang cukup sebagai perlindungan
tanaman dari arus laut dan tempat
pengolahan dan pemasok nutrient (Bengen,
2001).
Kecepatan arus
Produktivitas padang lamun juga
dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan.
Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik, jenis Thallassia testudiummempunyai kemampuan maksimal untuk
tumbuh (Bengen, 1999).
Persentase Penutupan Lamun
Persentase penutupan lamun
berdasarkan Atobe dan Saito, dalam English
et al (1994) dengan menggunakan grid
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 6/12
berukuran 10 x 10 cm adalah sebagai
berikut:
Kelas Jumlah
substrat
tertutupi
% substrat
tertutupi
Mid
point
% (M)5 ½ sampai
seluruhnya
50 - 100 75
4 ¼ sampai ½ 25 - 50 37,5
3 1/8 sampai ¼ 12,5 – 25 18,75
2 1/16 sampai
1/8
6,25 –
12,5
9,38
1 Kurang dari
1/16
< 6,25 3,13
0 Tidak ada 0 0
Penutupan (C) setiap spesies pada
setiap kuadrat 50 x 50 cm dihitung
berdasarkan formulasi berikut:
C =∑
∑ , dimana:
Mi= persentase mid point kelas i
f = frekuensi (jumlah sektor dengan kelas
dominansi yang sama)
(Suryantara, 2005).
METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di pantai
Bama Taman Nasional Baluran, Situbondo
pada tanggal 30 April 2011. Pengamatan
dilakukan disepanjang transek yang telah
dibuat tegak lurus garis pantai dengan batas
akhir transek sebagai batas terluar
keberadaan lamun. Pengamatan dilakukan
pada waktu pagi hingga siang hari saat airlaut mulai surut sekitar pukul 08.00 – 13.00.
B. Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah meteran lapangan,
tonggak kayu, alat selam, kotak
kuadratukuran 50 x 50 cm dengan 25 buah
sektor yang terdiri atas grid berukuran 10 x
10 cm, print out gambar jenis-jenis lamun
yang sudah dilaminasi, dan peralatan tulis
tahan air.
C. Cara Kerja
Penelitian dilakukan dengan metode
transek. Metode transek dan petak contoh(transect plot) merupakan metode
pencuplikan contoh populasi suatu
komunitas dengan pendekatan petak
contoh yang berada pada garis yang ditarik
melewati wilayah ekosistem tersebut.
Pengamatan lamun dilakukan pada saat air
laut mengalami surut, dengan kedalaman
air antara 20 – 50 cm. Transek kuadrat yang
digunakan berukuran 50 x 50 m. Kemudian
pada tiap kuadrat dibagi menjadi 25 sektoryang masing-masing grid berukuran 10 x 10
cm. Berdasarkan 25 sektor tersebut diamati
salah satu dari 5 ruang yaitu di masing-
masing pojok (4 buah) dan satu di tengah
untuk menghitung kerapatan lamun selain
dari jenis Enhalus, sedangkan pada lamun
jenis Enhalus dilakukan penghitungan
kerapatan lamun pada keseluruhan sektor
pada kuadrat. Untuk memperkirakan
persentase tutupan lamun dilakukan
dengan melakukan scoring dalam gridberukuran 10 x 10 cm. Di masing-masing
kotak pengamatan, dihitung jumlah
tumbuhan lamun yang ada untuk
mengetahui tingkat kerapatannya. Ada
sebanyak 5 buah transek pengamatan
dengan jarak yang telah diatur antar
transek untuk membandingkan zonasi
lamun yang terdapat di pantai Bama Taman
Nasional baluran. Transek kuadrat
diletakkan pada tiap stasiun samplingsebanyak dua kali replikasi (diletakkan di
bagian kanan dan bagian kiri). Batas awal
transek adalah titik garis pantai (inshore)
sedangkan batas akhir transek adalah batas
terluar keberadaan lamun hingga terlihat
adanya karang. Garis transek dibuat tegak
lurus garis pantai. Transek pertama
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 7/12
diletakkan pada pinggir pantai yang mulai
terdapat lamunnya. Jarak antara
pengamatan transek pertama dengan
berikutnya, yaitu 20 m ke arah laut. Pada
setiap transek, dibuat beberapa stasiun
sampling dengan jarak yang sama, yaknisejauh 20 meter. Diidentifikasi sampel
lamun dilakukan secara insitu dengan
mengambil sampel jenis lamun pada
transek kuadrat dan dicocokkan dengan
karakteristik yang ada pada print-out
gambar jenis-jenis lamun yang telah
dilaminasi. Dicatat perkiraan tutupan oleh
suatu jenis lamun dan dihitung jumlah
kerapatannya.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Analisa Data
Berdasarkan data hasil praktikum,
dapat diamati bahwa terdapat 7 jenis lamun
pada lokasi pengamatan di Pantai Bama
Taman Nasional Baluran yang disajikan
dalam tabel 1. Diantaranya adalah Halodule
pinifolia, Halophila ovalis, Cymodocea
rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus
acoroides, Syringodium isoetifolium, dan
Cymodocea serrulata. Data spesies jenislamun yang telah didapatkan akan diolah
menjadi data tabel yang terlampir. Data
tabel tersebut akan diterjemahkan menjadi
data grafik yang menunjukkan zonasi
spesies lamun pada Pantai Bama di Taman
Nasional Baluran tersebut. Dengan adanya
grafik zonasi lamun, maka dapat diketahui
jenis spesies lamun yang mendominasi di
suatu wilayah pengamatan pada
keseluruhan lokasi transek pengamatan.Berdasarkan grafik zonasi lamun
(terlampir), maka dapat diamati pada jarak
pengamatan 0 meter, di transek 3 hingga
transek 5 ditemui spesies jenis lamun
Cymodocea rotundata yang terlihat
mendominasi. Sedangkan pada jarak lokasi
pengamatan 60 meter, spesies jenis lamun
Thalassia hemprichii ditemui di seluruh
transek pengamatan kecuali pada transek 4.
Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak
pengamatan 60 meter tersebut spesies
lamun jenis Thalassia hemprichii
mendominasi wilayah atau lokasi tersebut.Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada
lokasi pengamatan pada jarak 80 meter
hingga 260 meter di transek 1 hingga
transek 3 ditemui lamun dengan jenis
Enhalus acoroides yang mendominasi
wilayah tersebut dengan keberadaannya
yang berjumlah banyak di sepanjang ketiga
transek tersebut. Selain itu dapat diamati
pula pada lamun jenis Cymodocea
rotundata merupakan spesies yang hampirselalu ditemukan keberadaanya di tiap
transek pengamatan dengan jarak
pengamatan yang dilakukan dari jarak 0
meter hingga jarak 220 meter. Hal ini
menunjukkan bahwa Cymodocea rotundata
merupakan jenis spesies yang mampu
bertahan dibandingkan dengan jenis lamun
lainnya pada perairan yang diamati, yang
ditinjau dari jenis tipe substrat dan sistem
perakaran yang dimilikinya. Sehingga,
berdasarkan grafik yang telah dijabarkandiatas dapat diketahui tipe zonasi lamun
yang mendominasi di perairan Pantai Bama
di Taman Nasional Baluran tersebut.
Setelah dilakukan pendataan mengenai
zonasi lamun tersebut, maka dilakukan
proses identifikasi lamun berdasarkan
karakteristik yang dimiliki sebelum
dilanjutkan dengan perhitungan nilai
penutupan dan nilai kerapatan lamun
berdasarkan data pengamatan tiapkelompok dengan jarak transek yang telah
ditentukan.
Berdasarkan data yang diperoleh
oleh kelompok I (data terlampir), nilai
penutupan lamun yang paling besar adalah
golongan lamun jenis Cymodocea rotundata
dengan nilai 51.326 dengan jumlah
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 8/12
kerapatan sebanyak 247 tegakan.
Sedangkan pada lamun jenis Halodule
pinifolia memiliki nilai penutupan 39.2124
dengan jumlah kerapatan sebanyak 344
tegakan. Pada lamun jenis Thallasia
hemprichii dengan nilai 37.8552 dengan jumlah kerapatan sebanyak 351 tegakan.
Pada jenis lamun Enhalus acoroides
memiliki nilai penutupan sebesar 6.8782
dengan jumlah kerapatan sebanyak 323
tegakan. Sementara pada jenis lamun
Halophila ovalis memiliki nilai penutupan
sebesar 2.1284 dengan jumlah kerapatan
sebanyak 32 tegakan. Serta pada
Syringodium isoetifolium memiliki nilai
penutupan sebesar 1.001 dengan jumlahkerapatan sebanyak 14 tegakan. Seperti
yang ditegaskan dalam Suryantara (2005),
persentase tutupan yang dihasilkan,
dihitung berdasarkan ketentuan mid point
dan frekuensi (jumlah sektor dengan kelas
dominansi yang sama) dengan rumus:
C =∑
∑
Pembahasan
Telah dilakukan pengamatanterhadap data tabel dan data grafik
mengenai zonasi lamun. Serta telah
dianalisa mengenai jenis-jenis lamun yang
ditemukan mendominasi dan membentuk
suatu zonasi berdasarkan tingkat
kerapatannya. Menentukan tingkatan
zonasi yang diamati berdasarkan data
grafik, dibuat berdasarkan tingkat
kerapatan lamun yang telah dihitung pada
tiap transek pengamatan. Ditentukan
berdasarkan tingkat kerapatan sebab jika
ingin mengetahui tingkatan zonasi yang
diamati secara keseluruhan transek, maka
sebelumnya dilakukan pendataan terhadap
jumlah tegakan pada tiap jenis lamun yang
ditemukan per luas plot kuadrat yang
dipakai. Alasan tidak digunakannya tingkat
penutupan lamun sebagai data yang
digunakan untuk pembuatan grafik zonasi
adalah bahwa pada penutupan tersebut
hanya berdasarkan persentase dari jenis
lamun tersebut terlihat menutupi plot
kuadrat dengan dilakukan proses scoring.Sehingga tidak dapat dipastikan bahwa
pada penutupan lamun yang bernilai tinggi
juga akan memiliki tingkat kerapatan yang
tinggi, begitu pula sebaliknya. Sebab,
tingkat penutupan lamun juga dipengaruhi
oleh morfologi atau bentuk daun dari lamun
yang terlihat menutupi plot kuadrat
tersebut.
Berdasarkan pengamatan pada
grafik, telah dijelaskan bahwa pada jarakpengamatan 0 meter, di transek 3 hingga
transek 5 ditemui spesies jenis lamun
Cymodocea rotundata yang terlihat
mendominasi. Jenis lamun tersebut
merupakan jenis spesies lamun yang
terlihat mendominasi di daerah intertidal
sebagai spesies pemula atau sebagai spesies
lamun yang banyak dijumpai pada jarak
pengamatan 0 meter. Jika dikaitkan dengan
karakteristik atau morfologi yang
dimilikinya, bahwa jenis lamun Cymodocea
rotundata memiliki daun datar yang
berbentuk pita dengan pinggriran daun
bulat dimana ukuran daun tersebut
tergolong kecil, serta memiliki sistem
perakaran serabut tanpa cabang. Selain itu,
pada jarak pengamatan 0 meter memiliki
tipe substrat yang berpasir sedikit lumpur
sehingga sesuai dengan sistem perakaran
yang dimilikinya. Hal itulah yang menjadi
alasan mengapa lamun jenis Cymodocearotundata banyak ditemukan pada daerah
intertidal sebagai spesies lamun pemula
yang pertama kali ditemukan selain spesies
lamun lainnya yang juga terlihat
membentuk zonasi di pinggiran perairan
pantai Bama tersebut.
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 9/12
Sedangkan pada jarak lokasi
pengamatan 60 meter, spesies jenis lamun
Thalassia hemprichii ditemui di seluruh
transek pengamatan kecuali pada transek 4.
Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak
pengamatan 60 meter tersebut spesieslamun pada jenis Thalassia hemprichii
mendominasi wilayah atau lokasi tersebut.
Jika dilakukan analisis berdasarkan
karakteristik atau morfologi yang dimiliki
oleh jenis lamun tersebut, maka Thalassia
hemprichii memiliki sistem perakaran
dengan rimpang yang tertanam di dalam
substrat sehingga memiliki sistem
perakaran yang lebih kuat dibandingkan
jenis lamun Cymodocea rotundata. Maka, jenis lamun Thalassia hemprichii dapat
terlihat mendominasi di jarak pengamatan
yang lebih jauh dengan kedalaman perairan
yang lebih dalam daripada Cymodocea
rotundata yang terlihat mendominasi di
pesisir perairan dengan tingkat kedalaman
yang lebih rendah. Jika diamati, terdapat
perbedaan tipe dan ukuran daun yang
dimiliki oleh jenis lamun yang mendominasi
pada jarak pengamatan tertentu. Sperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwapada lamun jenis Cymodocea rotundata
memiliki ukuran daun yang lebih kecil
daripada lamun jenis Thalassia hemprichii
yang berukuran lebih besar. Hal ini terkait
dengan zonasi pada kedua lamun yang
berbeda. Semakin jauh keberadaannya dari
pesisir perairan akan didominasi oleh zonasi
lamun yang memiliki ukuran daun yang
lebih besar, tentunya hal ini dibuktikan dan
ditunjukkan pada perolehan zonasi di grafikyang tertera. Hal tersebut terkait dengan
adanya pengaruh arus yang lebih besar
pada kedalaman perairan yang lebih dalam.
Sehingga, ukuran daun yang lebih besar
merupakan suatu adaptasi yang dilakukan
oleh lamun untuk menjaganya dari
pengaruh arus gelombang selain dengan
sistem perakarannya yang menancap kuat
pada susbstrat perairan tersebut.
Selain itu, pada pengamatan pada
lokasi pengamatan pada jarak 80 meter
hingga 260 meter di transek 1 hingga
transek 3 ditemui lamun dengan jenisEnhalus acoroides yang mendominasi
wilayah tersebut dengan keberadaannya
yang berjumlah banyak di sepanjang ketiga
transek tersebut. Dilakukan analisis yang
dikaitkan dengan karakteristik dan
morfologi tubuhnya yakni pada lamun jenis
Enhalus acoroides memiliki ukuran daun
yang besar dan helaian pita yang panjang,
rhizoma yang tertanam didalam substrat
dengan diameter lebih dari 1 cm denganrambut-rambut kaku yang berwarna hitam.
Hal tersebut merupakan mekanisme
adaptasi yang dilakukan oleh jenis lamun
tersebut untuk menahan tubuhnya dari
hempasan gelombang yang cukup besar,
sehingga diperlukan sistem perakaran yang
kuat untuk menancap pada tipe substrat
yang bersedimen lumpur seiring dengan
kedalaman perairan yang semakin dalam.
Dengan ukuran daun yang cukup besar
dapat meredakan hempasan gelombangyang biasanya dijadikan sebagai tempat
berlindung bagi fauna asosiasi yang
ditemukan disekitarnya. Maka, tak jarang
jika ujung daun yang ditemukan pada
spesies ini tidak utuh lagi akibat terkena
hempasan gelombang air didasar perairan.
Dapat dianalisis bahwa hanya terdapat
spesies jenis Enhalus acoroides yang terlihat
mendominasi sehingga membentuk zonasi
pada jarak pengamatan terjauh yang dapatdilakukan dalam praktikum ini, walaupun
masih terdapat spesies lamun jenis lain
yang juga ditemukan dalam jumlah lebih
sedikit. Sebab, pada Enhalus acoroides
ditunjang dengan sistem perakarannya yang
sangat kuat melekat pada substratnya maka
dapat hidup dengan perairan yang lebih
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 10/12
dalam dengan asumsi semakin besarnya
gelombang air di perairan yang lebih dalam.
Sementara itu, terdapat lamun jenis
Cymodocea serrulata yang merupakan
spesies yang hampir selalu ditemukan
keberadaanya di tiap transek pengamatandengan jarak pengamatan yang dilakukan
dari jarak 0 meter hingga jarak 220 meter.
Hal ini menunjukkan bahwa Cymodocea
rotundata merupakan jenis spesies yang
mampu bertahan dibandingkan dengan
jenis lamun lainnya pada perairan yang
diamati, yang ditinjau dari jenis tipe
substrat dan sistem perakaran yang
dimilikinya. Yakni, walaupun dengan sistem
perakarannya serabut dan memiliki rhizomayang tertanam pada substrat, lamun jenis
tersebut memiliki pertahanan yang kuat
untuk hidup di berbagai kedalaman
perairan sehingga lamun tersebut masih
mampu dalam menyerap nutrient yang
didapat dari substratnya. Hal ini dibuktikan
pada grafik zonasi lamun yang
menunjukkan bahwa hampir disetiap jarak
pengamatan di keseluruhan transek dapat
selalu dijumpai lamun jenis Cymodocea
rotundata tersebut.Setelah dilakukan pengamatan dan
analisis jenis lamun berdasar jarak
pengamatan dan transek secara
keseluruhan untuk menentukan zonasinya.
Maka, selanjutnya dilakukan analisis
keterkaitan antara hubungan antara nilai
kerapatan dan penutupannya. Berdasarkan
data yang diperoleh oleh kelompok I (data
terlampir), nilai penutupan lamun yang
paling besar adalah golongan lamun jenisCymodocea rotundata dengan nilai 51.326
dengan jumlah kerapatan sebanyak 247
tegakan. Hal ini dapat dianalogikan bahwa
semakin tingginya tingkat kerapatan, maka
tingkat penutupannya juga akan semakin
tinggi. Tentunya, hal tersebut juga
dipengaruhi oleh ukuran helaian daun
lamun yang terlihat menutupi plot kuadrat
yang diamati. Sehingga, tingkat penutupan
lamun yang tinggi tidak akan menjamin
bahwa lamun jenis tersebut juga memiliki
tingkat kerapatan yang tinggi pula.
Dibuktikan dengan data yang diperoleh olehkelompok 1, bahwa Cymodocea rotundata
dengan nilai penutupan 51.326 memiliki
keterkaitan dengan jumlah kerapatannya
sebanyak 247 tegakan. Cymodocea
rotundata yang memiliki ukuran daun yang
tergolong kecil jika ditemukan kerapatan
yang bernilai tinggi, akan mempengaruhi
tingkat penutupannya yang bernilai besar.
Hal yang sama juga diamati pada nilai
penutupan Halodule pinifolia sebesar39,2124 dengan tingkat kerapatan sejumlah
344 tegakan. Maka, dengan jumlah tegakan
yang semakin besar akan mempengaruhi
besarnya nilai penutupan, yang juga ditinjau
berdasarkan tipe daunnya yang tegak
sehingga terlihat perbedaan dalam
penutupan plot kuadrat jika dibandingkan
dengan Enhalus acoroides yang memiliki
tipe daun yang terletak mendatar diatas
substrat sehingga sangat terlihat menutupi
plot kuadrat dengan penuh. Selain itu, padapenutupan Halophila ovalis memiliki nilai
penutupan sebesar 2,1284 dengan tingkat
kerapatan yang rendah yaitu sebanyak 32
tegakan. Hal ini membuktikan bahwa antara
tingkat kerapatan dan penutupan memiliki
keterkaitan, yakni jika kerapatan dengan
jumlah tegakan yang rendah juga ditunjang
dengan morfologi daun yang berukuran
kecil juga akan mempengaruhi tingkat
penutupan yang rendah.Bila dilakukan perbandingan antara
data yang didapat pada kelompok 2, yakni
pada lamun jenis Halophila ovalis memiliki
nilai penutupan yang rendah yakni 0,5008
yang sebanding dengan nilai kerapatannya
yang juga rendah berjumlah 8 tegakan.
Serta, menurut data yang diperoleh oleh
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 11/12
kelompok 3, membuktikan bahwa adanya
kaitan antara jumlah tingkat kerapatan yang
rendah dengan nilai penutupan yang
dihasilkan juga bernilai rendah dari hasil
nilai penutupan lamun jenis Halodule
pinifolia sebesar 10,82 dengan tingkatkerapatan sebanyak 25 tegakan, serta pada
lamun jenis Halophila ovalis dengan nilai
penutupan lamun 7,695 dan nilai kerapatan
berjumlah 36 tegakan.
Selain itu juga dilakukan
perbandingan hasil data yang diperoleh
pada kelompok 4, yakni pada nilai
penutupan lamun jenis Halophila ovalis
adalah 2,38 dengan tingkat kerapatannya
yang juga rendah yakni sebanyak 28tegakan. Hal ini juga ditinjau dari ukuran
daunnya yang berukuran kecil sehingga
akan mempengaruhi penutupan pada plot
kuadrat yang juga bernilai kecil. Demikian
halnya pada data pengamatan yang
diperoleh dari kelompok 5 pada lamun jenis
Enhalus acaoroides memiliki tingkat
penutupan yang paling tinggi dengan nilai
5,0651 yang didukung dengan tingkat
kerapatannya yang tinggi sebanyak 886
tegakan. Penjabaran tersebut akan lebihmudah diamati pada grafik penutupan dan
grafik kerapatan yang terlampir.
Didalam penyebaran dan
pertumbuhan lamun pada suatu perairan
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan seperti, temperatur, tingkat
salinitas, dan tipe substrat perairan.
Dikaitkan dengan data yang diperoleh
ketika dilakukan praktikum, maka diperoleh
data temperaturnya adalah 30
C dengantingkat salinitas sebesar 35 ‰ dan tipe
substrat yang berpasir sedikit berlumpur
pada pesisir perairan serta bersubstrat
lumpur sedikit berpasir pada jarak
pengamatan terjauh. Sehingga berdasarkan
data yang didapat dari literature bahwa
lamun dapat tumbuh dengan optimal pada
kisaran suhu 28-30° C, kadar salinitas
optimum sebesar 35 ‰, dan tipe substrat
yang dapat memasok nutrient yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan lamun.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum komunitas lamun ini adalah
berdasarkan data pengamatan dari
keseluruhan transek, bahwa diamati pada
jarak pengamatan 0 meter, di transek 3
hingga transek 5 ditemui spesies
Cymodocea rotundata yang terlihat
mendominasi. Sedangkan pada jarak
pengamatan 60 meter, spesies Thalassiahemprichii ditemui di seluruh transek
pengamatan kecuali pada transek 4.
Selanjutnya, pada jarak 80 meter hingga
260 meter di transek 1 hingga transek 3
ditemui lamun dengan jenis Enhalus
acoroides yang mendominasi wilayah.
Selain itu dapat diamati pula pada lamun
jenis Cymodocea rotundata merupakan
spesies yang hampir selalu ditemukan
keberadaanya di tiap transek pengamatan
dengan jarak pengamatan yang dilakukandari jarak 0 meter hingga jarak 220 meter.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh
kelompok I, nilai penutupan lamun yang
paling besar adalah golongan lamun jenis
Cymodocea rotundata dengan nilai 51.326
dengan jumlah kerapatan sebanyak 247
tegakan. Hal ini dapat dianalogikan bahwa
semakin tingginya tingkat kerapatan, maka
tingkat penutupannya juga akan semakin
tinggi. Tentunya, hal tersebut jugadipengaruhi oleh ukuran helaian daun
lamun yang terlihat menutupi plot kuadrat
yang diamati. Sehingga, tingkat penutupan
lamun yang tinggi tidak akan menjamin
bahwa lamun jenis tersebut juga memiliki
tingkat kerapatan yang tinggi pula.
5/14/2018 LAMUN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lamun-55a823ff18ea6 12/12
DAFTAR PUSTAKA
Azkab, MH. 1998. Pertumbuhan dan
Produksi Lamun, Enhalus acoroides
Di Rataan Terumbu Di Pari Pulau
Seribu. Dalam P3O-LIPI, TelukJakarta: Jakarta.
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan
Sumberdaya Alam Pesisir Laut.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan IPB: Bogor.
Bengen, D.G. dan R. Dahuri, 1999.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Tepat dan Terpadu ,
Makalah Pada TutorialPengetahuan Lingkungan Seri III:
Dasar-dasar Ekologi dan
Keanekaragaman Hayati. ITENAS.
Bandung.
Borum, J., Duarte, C.M., Krause-Jensen, D.,
and Greve, T.M. 2004. European
seagrasses: an introduction to
monitoring and management. EU
project Monitoring and Managing of
European Seagrasses. 95 pp.
Dermawan, A et all. 2008. Kebijakan dan
Strategi Konservasi Sumber Daya
Ikan dan Lingkungannya di Perairan
Daratan. Departemen Kelautan dan
Perikanan
English, et al . 1994. Survey Manual for
Tropical Marine Resources. ASEAN-
Australia Marine Science Project:
Living Coastal Resources
Kiswara, W. 1985. Habitat dan Sebaran
Geografik Lamun. Bidang: Seagrass.
Laporan Intern LON-LIPI
Mann, K.H. 2000. Ecology of Coastal Water
: With Implication for Management.
Blackwell Science, Inc.:
Massachusets.
Nontji, A. 1987. The Ecology of the
Indonesian Seas. Program
Pascasarjana, IPB: Bogor.
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001.
Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi-LIPI:
Jakarta.
Suryantara, I.W.A. 2005. Studi Komunitas
Padang lamun di Perairan Pantai
Sanur dan Nusa Dua Bali. Tesis
Program Magister, Program StudiIlmu Lingkungan, Program
Pascasarjana, Universitas Udayana:
Denpasar.