lampiran i peraturan direktur jenderal pajak nomor : … filepermohonan pengukuhan pkp yang diterima...

22
www.peraturanpajak.com [email protected] LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT TATA CARA PENANGANAN BERKAS WAJIB PAJAK, INFORMASI PERPAJAKAN DAN PENDAFTARAN WAJIB PAJAK A. KPP Lama atau KPP Pratama KPP Lama atau KPP Pratama melakukan inventarisasi dan pembenahan berkas Wajib Pajak seta pemutakhiran data Wajib Pajak; B. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan 1. Tata cara pemindahan berkas Wajib Pajak dan Informasi perpajakan: a. KPP Pratama Induk bertanggung jawab atas kelengkapan dan keutuhan seluruh berkas Wajib Pajak dan informasi perpajakan yang akan di administrasikan di KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan; b. KPP Pratama Induk memberi tanda khusus pada berkas Wajib Pajak yang akan di administrasikan pada KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan, meliputi: 1) Berkas Induk di seksi TUP; 2) Berkas pengawasan pembayaran masa dan berkas pemeriksaan serta berkas surat/dokumen di seluruh seksi PPh dan seksi PPN dan PTLL; 3) Berkas penagihan secara lengkap dan berkas surat/dokumen lainnya di seksi penagihan; 4) Berkas data Wajib Pajak di seksi PDI; 5) Berkas keberatan dan berkas surat/dokumen lainnya di seksi Penerimaan dan keberatan. c. KPP Pratam Induk meneliti dan melengkapi Daftar Isi Berkas pada setiap berkas sebagaimana tersebut pada angka 1 huruf b; d. KPP Pratama Induk membuat Daftar Berkas yang akan diserahkan kepada KPP Pratama Pecahan sebagai lampiran Berita Acara Serah Terima Berkas; e. Penyerahan berkas berikut Berita Acara Serah Terima Berkas harus sudah diselesaikan oleh KPP Pratama Induk selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan; f. Berkas Wajib Pajak yang masih digunakan oleh KPP Pratama Induk untuk mnyelesaikan proses pemeriksaan, penagihan, dan/atau pemusatan PPN Terutang, harus sudah diterima oleh KPP Pratama Pecahan secara lengkap selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah proses tersebut diselesaikan atau 7 (tujuh) hari kerja sebelum batas akhir penyelesaian, kecuali yang telah diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini. 2. Pendaftaran Wajib Pajak a. KPP Pratama Pecahan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang tempat tinggal atau tempat kedudukannya di wilayah kerjanya paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah SMO KPP Pratama Pecahan; b. Permohonan NPWP yang diterima oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan harus diselesaikan pada hari yang sama; c. Permohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai dengan 3 (tiga) hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk; d. Permohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari setelah SMO KPP Pratama Pecahan. DIREKTUR JENDERAL PAJAK, ttd. DARMIN NASUTION NIP 130605098

Upload: dinhphuc

Post on 20-Aug-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PENANGANAN BERKAS WAJIB PAJAK,

INFORMASI PERPAJAKAN DAN PENDAFTARAN WAJIB PAJAK

A. KPP Lama atau KPP Pratama

KPP Lama atau KPP Pratama melakukan inventarisasi dan pembenahan berkas Wajib Pajak seta

pemutakhiran data Wajib Pajak; B. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

1. Tata cara pemindahan berkas Wajib Pajak dan Informasi perpajakan:

a. KPP Pratama Induk bertanggung jawab atas kelengkapan dan keutuhan seluruh berkas Wajib

Pajak dan informasi perpajakan yang akan di administrasikan di KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan;

b. KPP Pratama Induk memberi tanda khusus pada berkas Wajib Pajak yang akan di

administrasikan pada KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan, meliputi:

1) Berkas Induk di seksi TUP;

2) Berkas pengawasan pembayaran masa dan berkas pemeriksaan serta berkas

surat/dokumen di seluruh seksi PPh dan seksi PPN dan PTLL;

3) Berkas penagihan secara lengkap dan berkas surat/dokumen lainnya di seksi penagihan;

4) Berkas data Wajib Pajak di seksi PDI;

5) Berkas keberatan dan berkas surat/dokumen lainnya di seksi Penerimaan dan keberatan.

c. KPP Pratam Induk meneliti dan melengkapi Daftar Isi Berkas pada setiap berkas sebagaimana tersebut pada angka 1 huruf b;

d. KPP Pratama Induk membuat Daftar Berkas yang akan diserahkan kepada KPP Pratama

Pecahan sebagai lampiran Berita Acara Serah Terima Berkas;

e. Penyerahan berkas berikut Berita Acara Serah Terima Berkas harus sudah diselesaikan oleh KPP

Pratama Induk selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan;

f. Berkas Wajib Pajak yang masih digunakan oleh KPP Pratama Induk untuk mnyelesaikan proses

pemeriksaan, penagihan, dan/atau pemusatan PPN Terutang, harus sudah diterima oleh KPP Pratama Pecahan secara lengkap selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah proses tersebut diselesaikan atau 7 (tujuh) hari kerja sebelum batas akhir penyelesaian, kecuali yang telah diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini.

2. Pendaftaran Wajib Pajak

a. KPP Pratama Pecahan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang tempat tinggal atau tempat kedudukannya di wilayah kerjanya paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah SMO KPP Pratama Pecahan;

b. Permohonan NPWP yang diterima oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan

harus diselesaikan pada hari yang sama;

c. Permohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai dengan 3 (tiga)

hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

d. Permohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus

diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari setelah SMO KPP Pratama Pecahan.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 2: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PEMECAHAN DATA MASTER FILE, ALAT KETERANGAN, PEREKAMAN DATA

DAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) WAJIB PAJAK

A. KPP Lama atau KPP Pratama

KPP Lama atau KPP Pratama harus melakukan perekaman data Alat Keterangan, Surat Pemberitahuan Masa

PPh Pasal 21/26, 22, 23/26, Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, PPN dan PPn BM serta Surat Pemberitahuan Tahunan PPh sesuai ketentuan yang berlaku.

B. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

1. Pemecahan Master File

a. Pemecahan Data Master File di KPP Pratama Induk harus sudah selesai selambat-lambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak SMO KPP Pratama Pecahan;

b. Kepala KPP Pratama Induk menunjuk petugas Operator Console untuk melakukan pemecahan

Master File pada KPP Pratama Pecahan sebelum SMO KPP Pratama Pecahan.

2. Perekaman data dalam bentuk Alat Keterangan

a. Perekaman data Alat Keterangan yang diterima sebelum SMO KPP Pratama Pecahan menjadi

tanggung jawab KPP Pratama Induk;

b. Perekaman data Alat Keterangan yang diterima sejak SMO KPP Pratama Pecahan menjadi

tanggung jawab KPP Pratama Pecahan.

3. Perekaman Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26, 22, 23/26, Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, PPN

dan PPn BM

a. Perekaman SPT Masa yang diterima sebelum SMO KPP Pratama Pecahan menjadi tanggung

jawab KPP Pratama Induk;

b. Perekaman SPT Masa yang diterima sejak SMO KPP Pratama Pecahan menjadi tanggung jawab

KPP Pratama Pecahan.

4. Perekaman Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh)

a. Perekaman SPT Tahunan PPh yang diterima sebelum SMO KPP Pratama Pecahan menjadi tanggung jawab KPP Pratama Induk;

b. Perekaman SPT Tahunan PPh yang diterima sejak SMO KPP Pratama Pecahan menjadi tanggung

jawab KPP Pratama Pecahan.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 3: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN BEBAS, PEMBERIAN KEPUTUSAN PENGURANGAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 25, PELAYANAN PELUNASAN BEA MATERAI DENGAN CARA LAIN, PEMINDAHBUKUAN (Pbk), DAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR IMBALAN

BUNGA (SPMIB)

A. KPP Lama atau KPP Pratama

KPP Lama atau KPP Pratama memberikan pelayanan atas Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan (SKB PPh), Surat Keterangan Fiskal, Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (SKB PPN), Permohonan Pengurangan Ansuran Pajak Penghasilan Pasal 25, Pelayanan Pelunasan Bea Materai dengan cara lain.

Pemindahbukuan (Pbk), dan Penerbitan Surat Perintah Membayar imbalan Bunga (SPMIB). B. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

1. Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan (SKB PPh)

a. Pasal 22

(1) Permohonan SKB PPh Pasal 22 yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai dengan 6

(enam) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

(2) Permohonan SKB PPh Pasal 22 yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain angka (1)

tetap diproses oleh KPP Pratama Induk dan dalam hal sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan belum diterbitkan Surat Persetujuan/Penolakan SKB PPh Pasal 22, permohonan

tersebut diselesaikan oleh KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama atau Pecahan;

(3) Berkas Persetujuan/Penolakan SKB PPh Pasal 22 yang telah diterbitkan Surat

Persetujuan/Penolokan SKB PPh Pasal 22 oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus diserahkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

b. Pasal 23

(1) Permohonan SKB PPh Pasal 23 yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai denngan 6

(enam) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

(2) Permohonan SKB PPh Pasal 23 yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain angka 1

(satu) tetap diproses oleh KPP Pratama Induk dan dalam hal sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan belum diterbitkan Surat Persetujuan/Penolakan SKB PPh Pasal 23, permohonan tersebut diselesaikan oleh KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah SMO KPP Pratama atau Pecahan;

(3) Berkas Persetujuan/Penolakan SKB PPh Pasal 23 yang telah diterbitkan Surat

Persetujuan/Penolakan SKB PPh Pasal 23 oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus diserahkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

2. Surat Keterangan Fiska

a. Permohonan Surat Keterangan Fiskal yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai dengan 4

(empat) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

b. Permohonan Surat Keterangan Fiskal yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf a

tetap diproses oleh KPP Pratama Induk dan dalam hal ini sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan belum diterbitkan Surat Keterangan Fiskal, permohonan tersebut diselesaikan oleh KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah SMO KPP Pratama Pecahan;

c. Berkas permohonan dan Surat Keterangan Fiskal yang telah diterbitkan oleh KPP Pratama

Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus diserahkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

3. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (SKB PPN)

a. Permohonan SKB PPN yang diterima oleh KPP Pratama Induk sampai dengan 6 (enam) hari

kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

b. Permohonan SKB PPN yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf a tetap diproses oleh

KPP Pratama Induk dan dalam hal sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan belum diterbitkan Surat Peresetujuan/Penolakan SKB PPN, permohonan tersebut diselesaikan oleh KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah SMO KPP Pratama atau Pecahan;

c. Berkas Persetujuan/Penolakan SKB PPN yang telah diterbitkan Surat Persetujuan/Penolakan

SKB PPN oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus diserahkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, bersamaan dengan pengiriman berkas pengawasan pembayaran masa tahun berjalan Wajib

Page 4: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

Pajak yang bersangkutan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

4. Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

a. Permohonan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 yang diterima oleh KPP Pratama Induk

sampai dengan 6 (enam) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaiakan oleh KPP Pratama Induk;

b. Permohonan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain

huruf a tetap diproses oleh KPP Pratama Induk dan dalam hal sampai dengnan SMO KPP Pratama Pecahan belum diterbitkan Surat Persetujuan/Penolakan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25, permohonan tersebut diselesaikan oleh KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah SMO KPP Pratama atau Pecahan;

c. Berkas Persetujuan/Penolakan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 yang telah diterbitkan

Surat Persetujuan/Penolakan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus diserahkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, bersamaan dengan pengiriman berkas pengawasan pembayaran masa tahun berjalan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

5. Pelayanan Pelunasan Bea Materai Dengan Cara Lain

a. Permohonan pelunasan Bea Materai dengan cara lain yang diterima oleh KPP Pratama Induk

sampai dengan 6 (enam) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

b. Permohonan pelunasan Bea Materai dengan cara lain yang diterima sebelum SMO KPP Pratama

Pecahan diselesaikan oleh KPP Lama atau KPP Induk.

c. Laporan-laporan bulanan sehubungan dengan pelunasan Bea Materai dengan cara lain yang

jatuh temponya yang batas akhir pelaporannya sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk.

d. Salinan laporan pelunasan Bea Materai dengan cara lain atas nama Wajib Pajak yang terdaftar

pada KPP Pratama Pecahan untuk bulan-bulan sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, oleh KPP Pratama Induk wajib dikirimkan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus

6. Pemindahbukuan (Pbk)

a. Permohonan Pemindahbukuan yang diterima sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diproses oleh

KPP Pratama Induk;

b. Berkas Permohonan Pemindahbukuan yang belum diselesaikan sampai dengan SMO KPP

Pratama Pecahan tetap diproses oleh KPP Pratama Induk, namun penerbitan Bukti Pemindahbukuan tersebut dilakukan oleh Kepala KPP Pratama Induk atau Kepala KPP Pratama Pecahan;

c. Berkas Permohonan Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud dalam pada huruf b dari Wajib

Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pecahan, wajib dikirim ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum jatuh tempo batas akhir penerbitan Bukti Pemindahbukuan;

d. Proses permohonan Pemindahbukuan sebagaimana pada huruf b dari satu Wajib Pajak kepada

Wajib Pajak lainnya, diproses sesuai dengan ketentuan pada huruf c, sedangkan apabila karena SMO KPP Pratama mengakibatkan terpisahnya domisili KPP yang mengadministrasikan Wajib Pajak yang dikurangi mengirim Pbk dengan yang menerima Pbk, proses tersebut harus menggunakan tata cara SPH kirim;

e. Permohonan pemindahbukuan yang diterima sejak setelah SMO KPP Pratama Pecahan diproses

oleh KPP Pratama Pecahan;

f. Berkas Permohonan Pbk atas nama Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pecahan yang

telah diterbitkan sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, harus dikirim ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama Pecahan bersamaan dengan pengiriman berkas pengawasan pembayaran masa tahun berjalan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan menggunakan Surat Pengantar Khusus.

7. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

a. Atas SPMIB yang belum diterbitkan sampai dengnan SMO KPP Pratama Pecahan, proses

rekonsiliasinya diselesaikan oleh KPP Pratama Induk, sedangkan penerbitan SKPIB/SPMIB dilaksanakan oleh KPP Pratama Induk atau KPP Pratama Pecahan berdasarkan rekonsiliasi KPP Pratama Induk;

b. Hasil rekonsiliasi KPP Lama atau KPP Pratama Induk atas nama Wajib Pajak yang terdaftar pada

KPP Pratama Pecahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, harus dikirim ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jatuh tempo batas akhir penerbitan SKPIB/SPMIB;

c. SPMIB permohonan Imbalan Bunga atas SKPLB atau Keputusan Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali yang diterbitkan sejak SMO KPP Pratama Pecahan, diproses dan diterbitkan oleh KPP Pratama Pecahan.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd.

DARMIN NASUTION NIP 130605098

LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007

Page 5: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH

KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA ADMINISTRASI DAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

DAN PENYIDIKAN PAJAK

I. Administrasi Pemeriksaan Pajak A. KPP Lama

1. KPP Lama wajib menginventarisasi pemeriksaan yang sudah selesai dan menyerahkan laporan

pemeriksaan pajak (LPP), Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dan berkas pemeriksaan lainnya ke KPP Pratama, selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama dengan Surat Pengantar Khusus;

2. KPP Lama wajib menginventarisasi status pelaksanaan pemeriksaan seluruh SPT Tahunan PPh

Orang Pribadi, SPT Tahunan PPh Badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN yang belum selesai per 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama untuk dilaporkan ke KPP Pratama selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah SMO KPP Pratama dengan

menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-1;

3. Penerbitan surat ketetapan pajak (skp), Surat tagihan Pajak (STP), Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP), Bukti Pemidahbukuan (pbk), dan Surat

Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) sudah harus menggunakan nomenklatur KPP Pratama sejak SMO KPP Pratama;

4. Sejak SMO KPP Pratama, administrasi pemeriksaan pajak seperti pembuatan Daftar Nominatif,

penerbitan SP3, dan penyusunan laporan-laporan dilakukan oleh KPP Pratama. B. Karikpa dan Kanwil

1. Karikpa dan Kanwil wajib menginventarisasi pemeriksaan selain pemeriksaan bukti permulaan

yang sudah selesai dan menyerahkan laporan pemeriksaan pajak (LPP), KKP dan berkas pemeriksaan lainnya ke KPP Pratama, selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama dengan Surat Pengantar Khusus;

2. Kepala Karikpa dan Kabid Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan wajib menginventarisasi

status pelaksanaan pemeriksaan seluruh SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, SPT Tahunan PPh Badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN yang belum selesai per 1 (satu) hari sebelum SMO Pratama untuk dilaporkan kepada Kepala KPP Pratama selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah SMO KPP Pratama dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-1.

C. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

1. SPT tahunan PPh Orang Pribadi, SPT Tahunan PPh Badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa

PPh dan SPT Masa PPN, yang disampaikan oleh Wajib Pajak sejak SMO KPP Pratama Pecahan, diterima dan diproses oleh KPP Pratama Pecahan;

2. Kepala KPP Pratama Induk wajib menginventarisasi status pelaksanaan pemeriksaan seluruh

SPT Tahunan Orang Pribadi, SPT Tahunan PPh Badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN yang belum selesai per 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan untuk dilaporkan kepada Kepala KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah SMO KPP Pratama Pecahan, dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan

dalam Lampiran IV-1;

3. Dalam hal proses pemeriksaan oleh KPP Pratama Induk telah selesai, maka Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Penghitungan yang dihasilkan oleh KPP Pratama Induk wajib

disampaikan ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal batas akhir penerbitan skp dan atau STP yang bersangkutan;

4. Penerbitan surat ketetapan pajak (skp) dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP) sebelum SMO KPP

Pratama Pecahan dilakukan oleh KPP Pratama Induk dengan identitas NPWP Lama;

5. Penerbitan skp dan/atau STP setelah SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh KPP Pratama

Pecahan dengan identitas NPWP baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama Pecahan berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Penghitungan yang dihasilkan oleh KPP Pratama Induk selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah LPP dan Nota Penghitungan diterbitkan atau diterima dari KPP yang menyelesaikan proses pemeriksaan;

6. Atas skp dan/atau STP atas nama Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pecahan yang

telah diterbitkan oleh KPP Pratama Induk namun SKPKPP dan SPMKP belum diterbitkan sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan, maka penyelesaian Perhitungan Lebih Bayar (Plb) dan Pemindahbukuan (Pbk) dilaksanakan oleh KPP Pratama Induk sedangkan penandatanganan Bukti Pbk, SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh Kepala KPP Pratama Pecahan dengan identitas NPWP baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama Pecahan dengan tetap mematuhi ketentuan jangka waktu penyelesaian SKPKPP dan SPMKP.

II. Pelaksanaan dan Penyelesaian Pemeriksaan Pajak A. Pemeriksaan SPT Lebih Bayar

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan

Page 6: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

a. KPP Lama, Karikpa dan Kanwil

1) Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang telah diterbitkan dan jatuh tempo

SPT LB-nya paling lama 1 (satu) bulan setelah SMO KPP Pratama, pemeriksaan harus diselesaikan oleh KPP Lama, Karikpa atau Kanwil sampai dengan penerbitan LPP dan Nota Penghitungan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama;

2) Selain SP3 sebagaimana dimaksud pada angka 1), KPP Lama, Karikpa atau Kanwil

menerbitkan LPP Sumir dan penyelesaian pemeriksaannya dialihkan ke KPP Pratama;

3) SP3 yang diterbitkan LPP Sumir, LP2-nya dikembalikan kepada Direktur

Pemeriksaan dan Penagihan (P2) untuk kemudian pelaksanaan pemeriksaannya dan berkas-berkas pemeriksaannya dialihkan ke KPP Pratama dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-2;

4) Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP

yang baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama;

5) Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama;

6) Penerbitan Bukti Pemindahbukuan (Pbk), SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh

KPP Pratama.

b. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

SP3 yang diterbitkan oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan, atas Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Pecahan tetapi LPP-nya belum diselesaikan sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan diatur sebagai berikut :

1) Pemeriksaan harus diselesaikan oleh KPP Pratama Induk sampai dengan

penerbitan LPP dan Nota Penghitungan untuk kemudian dikirim KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum tanggal batas akhir penyelesaian;

2) Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP

yang baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama Pecahan;

3) Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan;

4) Penerbitan Bukti Pemindahbukuan (Pbk), SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh

KPP Pratama Pecahan.

2. SPT PPN dan PPn BM

a. KKP Lama, Karikpa dan Kanwil

1) Untuk permohonan restitusi PPN dan PPn BM yang telah diterima secara lengkap selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum SMO KPP Pratama, SP3-nya

diselesaikan oleh KPP Lama, Karikpa dan Kanwil sampai dengan penerbitan LPP dan Nota Penghitungan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama;

2) Untuk permohonan restitusi PPN dan PPn BM yang telah diterima secara lengkap

selain sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan SP3-nya belum diselesaikan sampai dengan SMO KPP Pratama, KPP Lama, Karikpa atau Kanwil menerbitkan LPP Sumir dan penyelesaian pemeriksaannya dialihkan ke KPP Pratama;

3) SP3 yang diterbitkan LPP Sumir, LP2-nya dikembalikan kepada Direktur

Pemeriksaan dan Penagihan (P2) untuk kemudian pelaksanaan pemeriksaannya dan berkas-berkas pemeriksaannya dialihkan ke KPP Pratama dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-2;

4) Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP

yang baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama;

5) Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama;

6) Penerbitan Bukti Pemindahbukuan (Pbk), SKPKPP, dan SPMKP dillaksanakan oleh

KPP Pratama;

b. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan Untuk permohonan restitusi PPN dan PPn BM yang diajukan sebelum SOM KPP Pratama

Pecahan, penyelesaiannya diatur sebagai berikut :

1) Pemeriksaan harus dilanjutkan dan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk sampai dengan penerbitan LPP dan Nota Penghitungan dengan memperhatikan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 tanggal 15 Agustus 2006 tentang Jangka Waktu Penyelesaian Dan Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

2) Pemeriksaan terhadap SPT PPN Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama

Pecahan yang harus sudah diterbitkan surat ketetapan pajaknya selambat-lambatnya 2 (dua) bulan dan 4 (empat) bulan sejak berkas diterima lengkap sebagaimana tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 tanggal 15 Agustus 2006, maka LPP dan Nota Penghitungan di kirim ke KPP Pratama selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum batas akhir pemeriksaan;

3) Atas pemeriksaan terhadap SPT PPN Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama

Pecahan yang harus diterbitkan surat ketetapan pajaknya selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sejak berkas diterima lengkap sebagaimana tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Nomor Per-122/PJ/2006 tanggal 15 Agustus 2006, maka LPP dan Nota Penghitungan dikirim ke KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal batas akhir penyelesaian atau

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak SMO KPP Pratama Pecahan;

Page 7: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

4) Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP

yang baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama Pecahan;

5) Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan;

6) Penerbitan Bukti Pemindahbukuan (Pbk), SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh

KPP Pratama Pecahan B. Pemeriksaan Selain Pemeriksaan SPT Lebih Bayar :

1. KPP Lama, Karikpa dan Kanwi

a. Penugasan Pemeriksaan atau LP2 yang sampai dengan sebelum SMO KPP Pratama belum

diterbitkan SP3, segera dikembalikan kepada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-2 untuk kemudian pelaksanaan pemeriksaannya dialihkan kepada KPP Pratama;

b. Penugasan Pemeriksaan atau LP2 yang sampai dengan sebelum SMO KPP Pratama telah

diterbitkan SP3 tetapi belum disampaikan kepada Wajib Pajak, dibuatkan LPP Sumir, untuk selanjutnya LP2 tersebut segera dikembalikan kepada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV-2 sebagai dasar penerbitan LP2 pengganti untuk dilaksanakan pemeriksaan oleh KPP Pratama.

c. Pemeriksaan yang telah dimulai sebelum ditetapkannya KPP Pratama tetapi LPP-nya

belum diselesaikan sampai ditetapkannya KPP Pratama, pemeriksaan tersebut harus segera dialihkan kepada KPP Pratama dengan ketentuan sebagai berikut :

1) KPP lama, Karikpa dan Kanwil menerbitkan LPP Sumir yang memuat kemajuan

pemeriksaan;

2) Berkas Wajib Pajak, KKP dan LPP Sumir diserahkan kepada KPP Pratama

selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama;

3) LP2 dikembalikan kepada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan untuk diproses

pengalihan pelaksanaan pemeriksaannya;

4) Pemeriksaan dilanjutkan oleh KPP Pratama dengan menerbitkan SP3 berdasarkan

LP2 dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.

2. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

Penugasan Pemeriksaan atau LP2 yang telah dimulai sebelum SMO KPP Pratama Pecahan tetapi LPP-nya belum diselesaikan sampai SMO KPP Pratama Pecahan, pemeriksaan tersebut diteruskan dan diselesaikan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan yang batas akhir penyelesaiannya dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari

setelah SMO KPP Pratama Pecahan maka :

1) Pemeriksaan diteruskan dan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk dengan

menerbitkan LPP dan Nota Penghitungan;

2) LPP dan Nota Penghitungan dikirimkan ke KPP Pratama Pecahan yang

mengadministrasian Wajib Pajak tersebut;

3) Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP baru

sebagai Wajib Pajak KPP Pratama Pecahan;

4) Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan;

5) Penerbitan Bukti Pbk, SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh KPP Pratama

Pecahan.

b. Pemeriksaan yang batas akhir penyelesaiannya lebih dari 60 (enam puluh) hari setelah SMO KPP Pratama Pecahan maka pemeriksaan dialihkan ke KPP Pratama Pecahan yang

bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) KPP Pratama Induk menerbitkan LPP Sumir yang memuat kemajuan pemeriksaan;

2) Berkas Wajib Pajak, Kertas Kerja Pemeriksaan yang telah diselesaikan dan LPP

Sumir diserahkan ke KPP Pratama yang bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah SMO KPP Pratama Pecahan dan mengembalikan LP2 ke Direktorat P2 untuk diproses pengalihan pelaksanaan pemeriksaannya;

3) Pemeriksaan dilanjutkan oleh KPP Pratama Pecahan yang bersangkutan dengan menerbitkan SP3 berdasarkan LP2 dari Direktorat P2.

C. Pemeriksaan Bukti Permulaan

1. Penugasan Pemeriksaan Bukti Permulaan dari Direktorat Intelijen dan Penyidikan yang belum

diterbitkan SP3-nya sampai dengan SMO KPP Pratama Induk, pelaksanaan pemeriksaannya dialihkan ke Kantor Wilayah dengan menggunakan Surat Pengalihan secara khusus, dilampiri dengan fotokopi Permintaan Pemeriksaan;

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan yang telah dimulai sebelum SMO KPP Pratama Induk tetapi

LPP-nya belum diselesaikan sampai dengan SMO KPP Pratama Induk, diatur sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Bukti Permulaan tersebut dialihkan ke Kantor Wilayah;

b. UP3 lama atau KPP Lama menerbitkan LPP Sumir yang memuat kemajuan pemeriksaan;

c. Berkas Wajib Pajak, KKP, dan LPP Sumir diserahkan kepada Kantor Wilayah

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum SMO KPP Pratama Induk;

d. Dalam hal pemeriksaan bukti permulaan tidak ditingkatkan menjadi penyidikan pajak,

LPP dan Nota Penghitungan dibuat dengan menggunakan NPWP baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama. Penerbitan skp dan/atau STP maupun produk hukum lainnya dilaksanakan KPP Pratama Induk

D. Penyidikan

Page 8: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

Penyidikan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa di Karikpa diatur sebagai berikut :

1. Penugasan Penyidikan yang belum dimulai sampai dengan SMO KPP Pratama dialihkan ke

Kantor Wilayah dengan menggunakan Surat Pengalihan secara khusus, dilampiri fotokopi Penugasan Penyidikan;

2. Penugasan Penyidikan yang telah dilaksanakan sebelum SMO KPP Pratama, diatur sebagai

berikut :

a. Penyidikan dialihkan ke Kanwil;

b. Berkas penyidikan dan kemajuan penyidikannya dialihkan ke Kantor Wilayah

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum SMO KPP Pratama;

c. Dalam hal penyidikan tidak dilanjuti dengan penyerahan berkas penyidikan ke Kejaksaan

Agung, LPP dan Nota Penghitungan yang diselesaikan setelah SMO KPP Pratama menggunakan NPWP baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama. Penerbitan skp dan/atau STP maupun produk hukum lainnya dilaksanakan KPP Pratama;

d. Dalam hal penyidikan ditindaklanjuti dengan penyerahan berkas penyidikan ke Kejaksaan

Agung, proses selanjutnya tetap menjadi tanggung jawab penyidik. E. Lain-lain

1. Kantor Wilayah

a. Mengkompilasi tugas Pemeriksaan Bukti Permulaan yang ditingkatkan menjadi

penyidikan pajak dan yang dialihkan dari UP3 Lama;

b. Mengusulkan penerbitan LP2 kepada Direktorat Intelijen dan Penyidikan atas

pemeriksaan Bukti Permulaan yang ditingkatkan menjadi penyidikan pajak dan yang dialihkan dari UP3 Lama.

2. KPP Pratama, KPP Pratama Induk atau Pecahan melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Mengkompilasi tugas pemeriksaan pajak yang dialihkan dari UP3 Lama;

b. Mengusulkan penerbitan LP2 kepada Direktorat P2 atas pemeriksaan pajak yang

dialihkan dari UP3 Lama.

3. Khusus untuk KPP Pratama yang mempunyai SMO KPP Pratama tanggal 12 Juni 2007 sesuai

dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-86/PJ/2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat, penyelesaian pemeriksaannya diatur sebagai berikut :

a. Sp3 yang telah diterbitkan oleh Karipka dan KPP Lama harus dibuatkan LPP Sumir selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum SMO KPP Pratama, kecuali untuk SP3 yang

diperkirakan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah SMO KPP Pratama, penyelesaiannya dilakukan oleh Karikpa dan KKP Lama dalam jangka waktu tersebut;

b. Pembuatan LPP dan Nota Penghitungan atas pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

huruf a dilakukan oleh Karikpa dan KPP Lama;

c. LPP dan Nota Penghitungan dikirimkan ke KPP Pratama yang mengadministrasikan Wajib

Pajak tersebut;

d. Identitas Wajib Pajak dalam LPP dan Nota Penghitungan menggunakan NPWP baru sebagai Wajib Pajak KPP Pratama yang bersangkutan

e. Penerbitan skp dan/atau STP dilaksanakan oleh KPP Pratama;

f. Penerbitan Bukti Pbk, SKPKPP, dan SPMKP dilaksanakan oleh KPP Pratama.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 9: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN IV-1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI

SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ........................................................................(1) ===================================

DAFTAR INVENTARISASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

No

Nama WP

NPWP/NPPKP

Jenis SPT

Tahun Pajak/ Masa Pajak

Nomor LP2

Jenis Pemeriksaan

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

...................,...............20........(2) Kepala Kantor, ............................... (3) NIP

Page 10: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR INVENTARISASI PELAKSANAAN

PEMERIKSAAN

Angka 1 : Diisi dengan nama Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak yang membuat dan mengeluarkan Daftar

Inventarisasi Pelaksanaan Pemeriksaan.

Angka 2 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun dibuatnya Daftar Inventarisasi Pelaksanaan

Pemeriksaan.

Angka 3 : Diisi dengan nama, NIP, dan tanda tangan Kepala serta cap jabatan.

KOLOM

Kolom 1 : Cukup jelas

Kolom 2 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa

Kolom 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak

Kolom 4 : Diisi dengan jenis SPT (misal: SPT Lebih Bayar)

Kolom 5 : Diisi dengan tahun pajak yang diperiksa

Kolom 6 : Diisi dengan nomor LP2

Kolom 7 : Diisi dengan jenis pemeriksaan (misal : Pemeriksaan Khusus)

Kolom 8 : Diisi dengan informasi lain yang tidak tercakup dalam kolom-kolom sebelumnya

Page 11: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN IV-2 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ........................................................................(1) ================================

Nomor : .................................. (2) .................,..........20..........(3) Sifat : Segera Lampiran : ................................. (4)

Hal : Pengalihan Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak Yth. Kepala Kantor ........................................ Jl. .......................................(5) Dengan ini disampaikan bahwa pemeriksaan terhadap Wajib Pajak :

Nama : ........................................................................................ (6)

NPWP : (7)

Tahun Pajak : (8)

Kode Pemeriksaan : (9)

dialihkan pemeriksaannya dari ............................................(10) ke ............................................. (11) dengan alasan ..................................................................................(12)

Demikian untuk menjadi perhatian. Kepala Kantor, ........................................ (13) NIP tembusan : 1. ..................................(14)

dst

Page 12: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN PENGALIHAN UNIT

PELAKSANA PEMERIKSAAN PAJAK

Angka 1 : Diisi dengan nama Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak (UP3) yang mengalihkan pemeriksaan.

Angka 2 : Diisi dengan nomor surat.

Angka 3 : Cukup jelas.

Angka 4 : Cukup jelas.

Angka 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang akan diperiksa.

Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang baru sebagai Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak

Pratama.

Angka 8 : Diisi dengan Tahun Pajak yang diperiksa.

Angka 9 : Diisi dengan Kode Pemeriksaan.

Angka 10 : Diisi dengan UP3 lama.

Angka 11 : Diisi dengan UP3 baru.

Angka 12 : Diisi dengan alasan pengalihan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

Angka 13 : Diisi dengan nama, NIP, dan tanda tangan Kepala serta cap jabatan.

Angka 14 : Tembusan dikirim antara lain kepada :

1. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan

2. Kepala Kanwil ....

Page 13: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DAN PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG PAJAK KEPADA WAJIB PAJAK

A. KPP Lama

Pelaksanaan penagihan aktif dan pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak kepada Wajib

Pajak yang telah dimulai oleh KPP Lama ditindak lanjuti oleh KPP Pratama atau KPP Pratama Induk.

B. KPP Pratama Induk dan Pecahan

1. STP Bunga Penagihan

a. Penerbitan STP Bunga Penagihan sebelum tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh

KPP Pratama Induk;

b. Penerbitan STP Bunga Penagihan setalah tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh

KPP Pratama Pecahan. 2. Surat Teguran

a. Penerbitan Surat Teguran sebelum tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh KPP

Pratama Induk;

b. Penerbitan Surat Teguran setelah SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh KPP Pratama

Pecahan. 3. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus

a. Penerbitan Surat Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus sebelum tanggal SMO KPP Pratama

Pecahan dilakukan oleh KPP Pratama Induk;

b. Penerbitan Surat Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus setelah SMO KPP Pratama Pecahan

dilakukan oleh KPP Pratama Pecahan. 4. Surat Paksa

a. Penerbitan dan Penyimpanan Surat Paksa sebelum tanggal SMO KPP Pratama Pecahan

dilakukan oleh KPP Pratama Induk;

b. Penerbitan dan penyampaian Surat Paksa setelah tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan

oleh KPP Pratama Pecahan. 5. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

a. Penerbitan dan pelaksanaan SPMP sebelum tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh

KPP Pratama Induk;

b. Penerbitan dan pelaksanaan SPMP setelah tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilakukan oleh

KPP Pratama Pecahan. 6. Pengumuman Lelang

a. Proses Pengumuman Lelang atas objek sita yang sesuai ketentuan sudah harus dilakukan

sebelum tanggal SMO KPP Pratama Pecahan dilaksanakan oleh KPP Pratama Induk;

b. Proses Pengumuman Lelang atas objek sita yang sesuai ketentuan sudah harus dilakukan

setelah tanggal SMO KPP Pratama Pecahan, dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan. 7. Pelaksanaan Lelang

a. Pelaksanaan Lelang atas objek sita yang sesuai ketentuan sudah harus dilelang sebelum

tanggal SMO Pecahan harus dihadiri/disaksikan oleh Pejabat KPP Pratama Induk;

b. Pelaksanaan Lelang atas objek sita yang sesuai ketentuan sudah harus dilelang setelah tanggal

SMO Pecahan harus dihadiri/disaksikan oleh pejabat KPP Pratama Induk dan Pejabat KPP Pratama Pecahan;

c. Pembayaran Pajak dari hasil pelelangan objek sita yang dimiliki oleh Wajib Pajak KPP Pratama

Pecahan, menggunakan identitas NPWP KPP Pratama Pecahan. 8. Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Utang Pajak

a. Permohonan Angsuran atau Penundaan Pembayaran Utang Pajak yang diterima sebelum

tanggal SMO Pecahan diproses oleh KPP Pratama Induk;

b. Penerbitan Keputusan atas permohonan Angsuran atau Penundaan Pembayaran Utang Pajak

sebelum tanggal SMO Pecahan dilakukan oleh KPP Pratama Induk;

c. Permohonan Angsuran atau Penundaan Pembayaran Utang Pajak yang diterima sebelum

Page 14: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

tanggal SMO Pecahan belum diterbitkan keputusannya, proses penyelesaian selanjutnya dilakukan oleh KPP Pratama Pecahan.

d. Permohonan Angsuran atau Penundaan Pembayaran Utang Pajak yang diterima setelah tanggal

SMO Pecahan diproses oleh KPP Pratama Pecahan.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ttd.

DARMIN NASUTION NIP 130605098

Page 15: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN VI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

PELAKSANAAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN, KEBERATAN, BANDING, PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/

PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK YANG TIDAK BENAR

A. KPP Lama atau KPP Pratama

1. Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 16 tahun

2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (Undang-Undang KUP) yang belulm diselesaikan oleh KPP Lama sampai dengan SMO KPP Pratama diselesaikan oleh KPP Pratama;

2. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar, yang jatuh temponya sampai dengan 2 (dua) bulan setelah SMO KPP Pratama, diselesaikan oleh KPP Lama;

3. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar, yang jatuh temponya lebih dari 2 (dua) bulan setelah SMO KPP Pratama dan belum diselesaikan, dialihkan ke Kanwil dengan membuat berita acara serah terima khusus selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum SMO KPP Pratama;

4. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar, yang diselesaikan sebelum SMO KPP Pratama dan tindak lanjutnya belum dilaksanakan oleh KPP Lama, maka penerbitan Bukti Pbk atau Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dilaksanakan oleh KPP Pratama;

5. Jawaban atas permintaan Surat Uraian Banding dan Surat Tanggapan yang belum diselesaikan oleh

KPP Lama sebelum SMO KPP Pratama diselesaikan oleh KPP Pratama; 6. Putusan Banding yang diterima sebelum SMO KPP Pratama ditindak lanjuti oleh KPP Lama; 7. Putuusan Banding yang diterima oleh KPP Lama tetapi belum selesai ditindak lanjuti sampai dengnan

SMO KPP Pratama, maka penerbitan Pemindahbukuan (Pbk), Perhitungan Lebih (Plb), SKPKPP dan SPMKP, serta Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB) dilaksanakan oleh KPP Pratama.

B. KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan

1. Permohonan Pembetulan atas surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak dan surat keputusan yang

diterbitkan oleh KPP Pratama Induk yang jatuh temponya paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah SMO KPP Pratama Pecahan harus diselesaikan oleh KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan;

2. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar, yang jatuh temponya sampai dengnan 2 (dua) bulan setelah SMO KPP Pratama Pecahan, diselesaikan oleh KPP Pratama Induk;

3. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

pembatalan Ketetapan pajak yang Tidak Benar, yang jatuh temponya lebih dari 2 (dua) bulan setelah SMO KPP Pratama Pecahan dan belum diselesaikan, dialihkan ke Kanwil dengan membuat berita acara serah terima khusus selambat-lambtanya3 (tiga) hari sebelum SMO KPP Pratama Pecahan;

4. Permohonan Keberatan, Pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar, yang diselesaikan sebelum SMO KPP Pratama pecahan

dan tindak lanjutnya belum dilaksanakan oleh KPP Pratama Induk, maka penerbitan Bukti Pbk atau Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan;

5. Jawaban atas permintaan Surat Uraian Banding dan Surat Tanggapan yang belum diselesaikan oleh

KPP Pratama Induk sebelum SMO KPP Pratama Pecahan diselesaikan oleh KPP Pratama Induk; 6. Putusan Banding yang diterima sebelum SMO KPP Pratama Pecahan ditindak lanjuti oleh KPP Pratama

Induk; 7. Putusan Banding yang diterima sejak SMO KPP Pratama Pecahan ditindak lanjuti oleh KPP Pratama

Pecahan; 8. Putusan Banding yang diterima oleh KPP Pratama Induk sejak SMO KPP Pratama Pecahan dikirimkan

ke KPP Pratama Pecahan dengan tembusan ke Kantor Wilayah paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal terima putusan tersebut;

Page 16: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

9. Putusan Banding yang diterima oleh KPP Pratama Induk tetapi belum selesai ditindaklanjuti sampai dengan SMO KPP Pratama Pecahan, harus dikirim ke KPP Pratama Pecahan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo dan penyelesaian penerbitan Pemindahbukuan (Pbk), Perhitungan Lebih (Plb), SKPKPP dan SPMKP, serta SPMIB dilaksanakan oleh KPP Pratama Pecahan

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 17: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN VII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PENGALIHAN TUGAS DAN FUNGSI KPPBB KEPADA KPP PRATAMA DAN KANWIL

A. Tata cara Pemindahan Berkas Subjek dan Objek Pajak

1. KPPBB memilih berkas subjek dan objek pajak sesuai dengan wilayah kerja KPP Pratama termasuk

KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan, serta mengirimkan berkas-berkas tersebut dengan Berita Acara Serah Terima selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama atau KPP Pratama Induk ke:

a. KPP Pratama atas berkas-berkas :

(1) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan dokumen pendukungnya;

(2) Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP);

(3) Surat Tanda Terima Setoran (STTS) dan arsip lainnya yang berhubungan dengan tanda

terima pembayaran PBB.

(4) Buku struk Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (Struk SPPT);

(5) Berita Acara penyampaian SPPT tahun berjalan;

(6) Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan BPHTB (STB), Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar (SKBKB), Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar

Tambahan (SKBKBT), dan Surat Tegoran PBB dan BPHTB;

(7) Arsip pelayanan, antara lain: berkas pembetulan, berkas mutasi subjek dan objek pajak, serta berkas palayanan lainnya yang telah ditindak lanjuti dan yang sedang dalam proses

tindak lanjut diberi penjelasan seperlunya;

(8) Pengumpulan Informasi Harga Pasar, berkas Pembentukan Bank Data Perpajakan, Berkas Info Rinci Objek Pajak (IROP), Peta Blok, Peta Kelurahan, Peta Zona Nilai Tanah

(Peta ZNT), SK Menkeu tentang Klasifikasi NJOP beserta lampirannya, Laporan Hasil Penilaian Individual dan data pendukungnya;

(9) SPPT hasil cetak massal maupun hasil proses pelayanan (salinan dll) yang belum/tidak

tersampaikan kepada Wajib Pajak berikut hasil peneliltian/tindak lanjut atas SPPT tersebut;

(10) Surat Setoran BPHTB (SSB) yang telah dipilah (SSB lembar 2 dan 3) serta berkas

administrasi dan pendukungnya;

(11) Berkas lainnya yang berhubungan dengan administrasi subjek dan objek pajak PBB dan BPHTB.

b. Kantor Wilayah, atas berkas-berkas keberatan, pengurangan dan banding PBB dan BPHTB, serta berkas-berkas yang berhubungan dengan kewenangan Kantor Wilayah lainnya.

B. Pemisahan Basis Data Sismiop dan SIN, Bank Data Nilai Pasar Properti dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pemisahan Basis Data Sismiop dan SIN, Bank Data Nilai Pasar Properti, dan Sistem Informasi Geografis (SIG) beserta semua data pendukungnya dibagi sesuai wilayah kerja masing-masing KPP Pratama dibawah

koordinasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. C. Pelayanan

1. Kegiatan pencetakan dan penyampaian SPPT PBB massal sebelum SMO KPP Pratama menjadi

tanggung jawab KPPBB;

2. Kegiatan pencetakan dan penyampaian SPPT PBB massal sebelum setelah SMO KPP Pratama menjadi

tanggung jawab KPP Pratama;

3. SPPT yang dicetak KPPBB baik hasil cetak massal atau proses pelayanan (salinan SPPT dll) dan

belum/tidak tersampaikan kepada Wajib Pajak, sejak SMO KPP Pratama menjadi tanggung jawab KPP Pratama;

4. SPPT PBB yang telah dicetak KPPBB tetap berlaku dan KPP Pratama tidak perlu mencetak ulang;

5. Tindakan administrasi dan pelayanan setelah SMO KPP Pratama selanjutnya merupakan tanggung jawab KPP Pratama;

6. Dalam 2 (dua) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB hanya melaksanakan pelayanan

administrasi PBB (salinan, mutasi, permohonan pengurangan, keberatan, restitusi, dan lain-lain) dan pelayanan BPHTB (konfirmasi SSB, pengurangan, dan lain-lain) yang bersifat menerima berkas dari Wajib Pajak, dan proses selanjutnya merupakan tanggung jawab KPP Pratama atau Kantor Wilayah

sesuai tugas dan wewenangnya. D. Penagihan

1. Selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB talah membuat

ringkasan/uraian seperlunya berikut koordinasi dengan instansi terkait (Pemda, dll) atas tindakan penagihan yang telah/sedang dilaksanakan atas STP, SKP, STB, SKBKB, SKBKBT dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang

Page 18: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat tanggal jatuh tempo;

2. Setelah SMO KPP Pratama, tindakan penagihan apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum

dalam SPPT, STP, SKP, STB, SKBKB, SKBKBT dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar setelah lewat tanggal jatuh tempo merupakan tanggung jawab KPP Pratama;

3. Surat Teguran

a. Penerbitan Surat Teguran sebelum SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPPBB;

b. Penerbitan Surat Teguran setelah SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPP Pratama.

4. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus

a. Penerbitan Surat Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus sebelum SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPPBB;

b. Penerbitan Surat Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus setelah SMO KPP Pratama dilakukan

oleh KPP Pratama.

5. Surat Paksa

a. Penerbitan dan penyampaian Surat Paksa sebelum SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPPBB;

b. Penerbitan dan penyampaian Surat Paksa setelah SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPP

Pratama.

6. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

a. Penerbitan dan pelaksanaan SPMP sebelum SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPPBB;

b. Penerbitan dan pelaksanaan SPMP setelah SMO KPP Pratama dilakukan oleh KPP Pratama.

7. Pengumuman Lelang

a. Proses pengumuman Lelang atas objek sita yang sesuai ketentuan sudah harus dilakukan

sebelum SMO KPP Pratama dilaksanakan oleh KPPBB; F. Administrasi Penerimaan PBB dan BPHTB

1. 7 (tujuh) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB telah menyusun rencana penerimaan dan

memilah realisasi penerimaan PBB maupun BPHTB per wilayah kelurahan/ kecamatan/ kabupaten/ kota sesuai wilayah kerja KPP Pratama baik rencana dan realisasi pokok tahun berjalan dan tunggakan tahun-tahun sebelumnya;

2. 7 (tujuh) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah sesuai wilayah kerja KPP Pratama dan 2 (dua) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama telah mendapat/menerima pemberitahuan dari Gubernur/Bupati dan/atau Walikota atas nama Bank dan

nomor rekening Kas Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota sesuai wialayah kerja KPP Pratama untuk selanjutnya disampaikan ke KPP Pratama terkait dengan Berita Acara;

3. 7 (tujuh) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB telah berkoordinasi dengan Bank/Kantor Pos

Operasional III PBB maupun Bank/Kantor Pos Operasional III BPHTB dalam rangka pembukaan rekening Kas Negara qq PBB dan Rekening Kas Negara qq PBB dan Nomor Rekening Kas Negara qq BPHTB oleh Bank BO III untuk KPP Pratama. Nomor Rekening Kas Negara qq PBB dan Nomor Rekening Kas Negara qq BPHTB lama (KPPBB) untuk tidak dirubah namun dialihkan kepada KPP Pratama yang menempati/mendekati gedung KPPBB terkait;

4. 7 (tujuh) hari kerja sebelum SMO KPP Pratama, KPPBB telah berkoordinasi dengan Bank yang on line

dengan MPN yang kedudukannya sekota dengan KPP Pratama terkait untuk membuka rekening KPP Pratama untuk menampung pemindahbukuan pembayaran PBB sektor pertambanngan migas dalam hal yang ditunjuk sebagai Bank/Kantor Pos Operasional III di Kabupaten/Kota yang bersangkutan adalah Kantor Pos;

5. Kantor Wilayah memantau dan membantu dalam rangka pembukaan rekening sebagaimana tersebut

pada angka 3 dan 4 di atas, dan sejak SMO KPP Pratama, Kantor Wilayah segera berkoordinasi dengan Bank/Kantor Pos Operasional III PBB maupun BPHTB untuk meminta laporan pembukaan rekening Kas Negara qq PBB Maupun qq BPHTB KPP Pratama dan meneruskan kepada Pratama terkait;

6. Rekening Penerimaan PBB (Rekening Kas Negara q.q PBB) dan Rekening Penerimaan BPHTB

(Rekening Kas Negara q.q BPHTB) pada Bank Operasional untuk PBB dan Bank Operasional untuk BPHTB untuk menampung Penerimaan PBB dan BPHTB dari Bank Persepsi PBB dan BPHTB dipersiapkan oleh Kanwil sebelum SMO KPP Pratama. Tanggung jawab pelimpahan penerimaan pada bulan pertama pada saat SMO KPP Pratama menjadi tanggung jawab KPP Pratama. KPP Pratama tertentu eks KPPBB (yang menempati/mendekati gedung KPPBB terkait) ditentukan oleh Kanwil

melakukkan koordinasi dengan Kanwil;

7. Kanwil memantau dan membantu penyiapan pembukuan rekening penerimaan PBB dan BPHTB dalam

bentuk koordinasi dan pemberitahuan kepada bank opersional dan bank persepsi. G. Lain-lain

1. Dalam hal KPPBB telah melebur ke dalam KPP Pratama maka:

a. Segala tanggung jawab penyelesaian pekerjaan oleh KPPBB sebagaimana diatur dalam huruf A sampai denngan huruf G diatur lebih lanjut oleh Kepala Kantor Wilayah;

b. Berkas subjek dan objek dari KPPBB yang kerana teknis dan kondisi tidak bisa terbagi ke masing-masing KPP Pratama dan belum dapat dimusnahkan menurut peraturan perundang-undangan ditempatkan pada KPP Pratama tertentu yang ditetapkan oleh Kepala

Kanwil DJP. Penentuan KPP Pratama tempat penyimpanan berkas yang tidak bisa terbagi tersebut diupayakan pada KPP Pratama yang secara fisik bertempat pada kantor KPPBB tersebut;

c. Seluruh formulir perpajakan yang sudah tercetak menggunakan nomenklatur KPPBB setelah

SMO KPP Pratama masih dapat dipergunakan oleh KPP Pratama dengan penyesuaian seperlunya sampai dengan 31 Desember 2007.

Page 19: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

2. Usulan Penetapan Angka Kredit bagi pejabat fungsional penilai selama bertugas di Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan harus sudah diselesaikan oleh Kepala KPPBB yang bersangkutan sebelum SMO KPP Pratama.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 20: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN VIII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

PELAKSANAAN ADMINISTRASI NON PERPAJAKAN YANG MENYANGKUT KEUANGAN, KEPEGAWAIAN, PERLENGKAPAN, DAN LAINNYA

A. Keuangan

1. Kantor Wilayah

a. mengusulkan kebutuhan biaya KPP Pratama kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak bagi

KPP Pratama;

b. mengusulkan revisi/pergeseran anggaran dari KPPBB dan Karikpa ke KPP Pratama, kepada

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;

c. mengusulkan perubahan kode Satuan Kerja (Satker) baru dan perubahan nama Satker kepada

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

2. KPP Lama, KPPBB dan Karikpa

menyusun dan mengusulkan kebutuhan biaya kepada Kepala Kantor Wilayah;

mengajukan usulan revisi/pergeseran anggaran kepada Kepala Kantor Wilayah.

B. Kepegawaian

1. Kepala Kantor Wilayah dapat menunjuk pejabat sementara di KPP Pratama.

2. Kepala Kantor Wilayah mengusulkan penempatan sementara pelaksana di KPP Pratama.

C. Perlengkapan

Menjelang berakhirnya seluruh tugas dan fungsi KPPBB dan Karikpa, maka :

1. KPPBB dan Karikpa bertanggung jawab untuk menyerahkan Sarana dan Inventaris dengan Berita

Acara Serah Terima kepada Kantor Wilayah selambat-lambatnya 4 (empat) hari sebelum berakhirnya tugas dan fungsi KPPBB dan Karikpa.

2. Kantor Wilayah mengatur pengalihan sarana dan inventaris kantor eks. KPPBB dan Karikpa kepada

KPP Pratama.

3. Kantor Wilayah melaporkan pengalihan sarana dan inventaris tersebut kepada Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Pajak. D. Lain-lain

1. Temuan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat fungsional yang terkait dengan Wajib Pajak/Objek

Pajak ditindak lanjuti oleh unit kerja tempat Wajib Pajak/Objek Pajak terdaftar.

2. Temuan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat fungsional yang menyangkut sanksi disiplin

ditindaklanjuti oleh unit kerja tempat pegawai tersebut bertugas.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd.

DARMIN NASUTION

NIP 130605098

Page 21: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

LAMPIRAN IX PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 87/PJ/2007 TENTANG : TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB

PAJAK, SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI PULAU JAWA DAN PULAU BALI SELAIN KPP PRATAMA DI WILAYAH KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

TATA CARA PENGGUNAAN FORMULIR PERPAJAKAN DAN FAKTUR PAJAK LAMA OLEH WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA PECAHAN

A. Formulir Perpajakan

1. Wajib Pajak wajib menggunakan Formulir Perpajakan Baru;

2. Wajib Pajak masih dapat menggunakan Formulir Perpajakan Lama setelah diberlakunya Surat

Keterangan Terdaftar sampai habis atau paling lambat tanggal 31 Desember 2007 untuk KPP Pratama Pecahan yang SMO KPP Pratama Pecahan tahun 2007;

3. Penggunaan Formulir Perpajakan Lama sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dilakukan dengan

mengganti kode KPP pada NPWP yang tertera dalam Formulir Perpajakan Lama;

4. Penggantian Kode KPP pada NPWP sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dilakukan dengan mencoret

Kode KPP tempat Wajib Pajak terdaftar sebelumnya dan menggantikan dengan Kode KPP Pratama Pecahan dibawahnya sedemikian rupa sehingga Kode KPP tempat Wajib Pajak terdaftar sebelumnya masih tetap dapat terbaca.

B. Faktur Pajak

1. Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan saat mulai digunakannya Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

Baru kepada Kepala KPP Pratama Pecahan sebelum menerbitkan Faktur Pajak baru;

2. Nomor Seri Faktur Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam angka 1, untuk penerbitan yang pertama

dimulai dengan nomor 00000001;

3. Pengusaha Kena Pajak masih dapat menggunakan Faktur Pajak Lama sampai habis atau paling lambat

tanggal 31 Desember 2007 untuk KPP Pratama Pecahan yang SMO-nya tahun 2007;

4. Penggunaan Faktur Pajak Lama, sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dilakukan dengan cara

menambahkan :

a. Kode KPP Pratama Pecahan, diatas atau di bawah kode KPP Lama pada kolom NPWP Lama;dan

b. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Baru, di atas atau di bawah kolom kode dan Nomor Seri

Faktur Pajak Lama.

dengan cara diketik sedemikian rupa tanpa coretan atau koreksi apapun yang dapat mengakibatkan

Faktur Pajak menjadi cacat;

5. Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 1 wajib melaporkan secara tertulis Kode

dan Nomor Seri Faktur Pajak Lama yang tidak digunakan kepada Kepala KPP Pratama Pecahan, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak SMO KPP Pratama Pecahan

C. Pemusatan Tempat Terutang PPN

1. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang sebelumnya telah mendapatkan izin pemusatan tempat terutang

PPN, namun:

a. penerbitan Faktur Pajak Standar belum dilakukan secara on-line antara Kantor Pusat dan

Kantor-kantor Cabangnya;dan/atau

b. terdapat satu atau lebih tempat kegiatan usaha yang ditetapkan sebagai Penyelenggara

Kawasan Berikat (PKB) dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha diKawasan Berikat (PDKB) dan/atau berada di Pulau Batam dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Wajib menyampaikan pemberitahuan Kode Cabang pada Faktur Pajak Standar secara tertulis kepada

Kepala KPP Pratama Pecahan paling lambat sehari sebelum Faktur Pajak Standar diterbitkan;

2. Kode Cabang pada Faktur Pajak Standar sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ditentukan sendiri

secara berurutan, dimulai dengan kode "000" untuk Kantor Pusat dan dimulai dari kode "001" untuk setiap Kantor Cabang;

3. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan Kode Cabang

pada Faktur Pajak standar sebagaimana dimaksud dalam angka 1, maka Faktur Pajak Standar yang diterbitkan sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan Faktur Pajak Cacat.

D. Pemberitahuan

1. Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat yang berhak

menandatangani Faktur Pajak Standar kepada Kepala KPP Pratama Pecahan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal SMO KPP Pratama Pecahan;

2. Pengusaha Kena Pajak dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) orang pejabat yang berhak

menandatangani Faktur Pajak Standar;

3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus dilampiri dengan contoh tanda tangan

masing-masing pejabat yang berhak menandatangani Faktur Pajak Standar;

4. Dalam Hal Pengusaha Kena Pajak tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan nama pejabat

yang berhak menandatangani Faktur Pajak Standar sebagaimana dimaksud dalam angka 1, maka

Page 22: LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : … filePermohonan pengukuhan PKP yang diterima oleh KPP Pratama Induk selain huruf c harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

www.peraturanpajak.com [email protected]

Faktur Pajak Standar yang diterbitkan sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan Faktur Pajak Cacat

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd.

DARMIN NASUTION NIP 130605098