lampiran a: hasil kuisioner
TRANSCRIPT
xviii
LAMPIRAN A: HASIL KUISIONER
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
LAMPIRAN B: TRANSKIP WAWANCARA SEJARAWAN Wawancara Ahli
Wawancara dilakukan dengan Agus Setiyanto, seorang sejarawan asal Bengkulu.
Wawancara ini dilakukan via aplikasi zoom pada Kamis, 18 Februari 2021 pada
pukul 09.35-10.03 WIB.
P: Penulis / N: Narasumber
P: Halo, Selamat pagi pak.
N: Ya.
P: Ya, perkenalkan kembali. Nama saya Agnessa Nathania Dessandra dari
Universitas Multimedia Nusantara. Saya sedang mengerjakan tugas akhir
tentang perancangan media informasi mengenai kisah Pahlawan Nasional
Fatmawati. Untuk hal itu, saya membutuhkan wawancara dengan
sejarawan untuk kebutuhan pendalaman mengenai kisah Pahlawan
Nasional Fatmawati itu sendiri dan juga tentang fenomena yang terjadi
dari sudut pandang Bapak sebagai sejarawan. Ya, sebelumnya saya minta
ijin untuk mendokumentasi kegiatan wawancara ini ya pak.
N: Ya.
P: Sebelumnya saya screenshot dulu ya pak sebagai bukti laporan.
N: Ya. Oke.
P: Ya. Pertama-tama, boleh perkenalkan nama, diri Bapak secara singkat
terlebih dahulu? Seperti sudah lama berkecimpung di dunia atau di bidang
sejarah ini?
xxvi
N: Ya, saya lahir di Kudus 21 April 1958. Pendidikan S1 dari Undip
Diponegoro Semarang. Nah masuk tahun 79, lulus tahun 84 jurusan
sejarah, S2nya di UGM juga program studi sejarah lulus tahun 95 masuk
92 kemudian S3nya di UIN Sunan Kalijaga mengambil studi Islam juga
tentang sejarah Bengkulu.
P: Ya.
N: Nah sekarang posisinya sebagai dosen di Universitas Bengkulu sejak 1987
sampai sekarang.
P: Kalau dalam bidang sejarah, sebagai sejarawan sudah berapa lama ya pak
kira-kira?
N: Ya sejak kuliah di Undip sudah sebagai mahasiswa sejarah sampai hingga
saat ini.
P: Oh ya. Baik, saya mulai pertanyaannya ya pak.
N: Oke.
P: Ya. Jadi sebelumnya juga saya sudah mencari-cari tentang data-data
dan menemukan beberapa fakta bahwa seperti dari webinar Kepahlawanan
generasi muda itu mulai tidak mengenali mengenai sejarah-sejarah para
pahlawan dan juga jasa-jasanya. Menurut Bapak, dari sudut pandang
sejarawan itu sendiri apa akibatnya apabila generasi muda sekarang sudah
tidak mengenal mengenai sejarah para pahlawan.Apa urgensinya dan
relevansinya dengan kehidupan saat ini?
N: Kalau kita bicara tentang generasi muda. Generasi muda inikan penerus
dari generasi tua ya.
xxvii
P: Ya.
N: Ketika generasi sebelumnya tidak mewariskan sejarah bangsanya
termasuk juga sejarah pahlawan di tanah air kita maka sidak tentu
generasi yang kini tidak memiliki warisan tentang sejarahnya jadi
warisan sejarah itu memang harus diturunkan antara turun temurun
dari generasi ke generasi.Melalui apa? Ya melalui pendidikan formal,
pendidikan informal. Nah melalui pendidikan formal misalnya pada jaman
saya memang ada pelajaran sejarah hingga kami mengenal betul tokoh-
tokoh nama-nama Pahlawan Nasional.Oleh karena ini dipengaruhi oleh
kurikulum-kurikulum di dalam sekolah. Ketika kurikulum di dalam
sekolah tidak ada pembelajaran sejarah maka kita tahu bahwa kurikulum-
kurikulum yang kemarinkan sudah mengalami dinamika.
P: Ya
N: Sehingga pelajaran sejarah diganti dan disatukan dengan IPS dan
seterusnya sehingga sejarah secara khusus tidak ada sehingga guru-
gurunya pun tidak punya kesempatan untuk mengajarkan warisan-
warisan leluhur termasuk pahlawan dan nilai-nilai kepahlawanannya tidak
diajarkan. Memang di kurikulumnya tidak ada. Nah sekarang ini,
pelajaran sejarah semakin pupus karena memang tidak ada kurikulum
secara khusus. Sehingga akibatnya ya generasi kini tidak banyak yang
mengenal tentang sejarah. Banyak yang tidak mengenal tentang pahlawan-
pahlawan bahkan Pahlawan Nasional dan Pahlawan Daerahnya tidak kenal
tetapi tidak semua generasi muda, generasi milenial ini juga secara
xxviii
mandiri ada yang juga malah ingin melihat apa saja sih warisan-warisan
budaya, produk-produk budaya masa lampau sehingga generasi yang
memang tidak semuanya mungkin segelintiran dua lintir generasi muda
yang memang peduli terhadap sejarah dan tertarik kepada sejarah. Oleh
karena itu, maka dia akan membuka kan sudah ada aplikasi di internet
google. Banyak sekali aplikasi-aplikasi internet yang digunakan untuk
memahami dan mempelajari, membrowsing apa saja yang ingin dia
ketahui termasuk para Pahlawan Daerahnya, para Pahlawan
Nasionalnya. Begitu.
P: Ya. Saya juga menemukan fakta bahwa dari Kongres Pancasila VI oleh
Pusat Studi Pancasila UGM dan juga Pattimura Ambon pada tahun 2014
mengatakan bahwa terjadi adanya bias gender dalam penulisan sejarah.
Jadi peran-peran perempuan itu sendiri jarang dibahas dalam sejarah-
sejarah lalu juga jurnal, data dari jurnal Wulandari tahun 2020 juga
mengatakan demikian. Bahwa peran perempuan itu jarang dibahas di
sejarah nasional dan juga sejarah dalam pendidikan formal
terutamanya.Menurut Bapak apakah itu relevan?
N: Ya, masalah gender dan peran sejarahnya ya.Saya kira ini memang sejarah
dikemas sedemikian rupa dan dalam konteks tradisinya. Oleh karena ini,
dulu tradisi kaum perempuan tidak banyak.
P: Ya.
N: Diberi kesempatan untuk bergerak, tidak banyak diberi kesempatan
untuk berperan di kehidupan sosial, kehidupan masyarakat, kehidupan
xxix
berbangsa dan bernegara sehingga gender, peran perempuan ini pada
jamannya. Pada jaman kemarin-kemarin itu masih tersisih ya. Jadi masih
nanggung, sehingga karena tidak mendapat kesempatan, tidak
mendapat peran. Jadi gini, kenapa gender malah membias dalam
perkembangan sejarah. Ya itu tadi dipengaruhi oleh sejarah perkembangan
masyarakat kini. Nah pada jamannyakan memang perempuan tidak banyak
diberi kesempatan untuk berperan.
P: Ya.
N: Ya, dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat dan dalam
kehidupan sejarahnya sehingga tidak banyak diketahui peran
perempuan yang luar biasa. Hanya beberapa tokoh ya.
P: Ya.
N: Mengambil peran seperti Raden Kartini bahkan sebelumnya ada Cut Nyak
Dien dan dalam sejarah itu kan ada Ratu Lingga, Ratu Shima. Itu contoh-
contoh ya bahwa sebenarnya dalam sejarah, peran perempuan itu ada
kesempatan cuma banyak yang belum ditulis dalam sejarah.
P: Ya.
N: Peristiwanya ada tapi mungkin penulisan sejarahnya yang minim.
P: Ya
N: Tapi juga memang ada pembatasan-pembatasan peran dari jaman-jaman
kemarin tapi sekarang inikan sudah tidak ada lagi bahkan mungkin di
jaman kemerdekaan sudah diberikan kesempatan yang sama baik dia
xxx
mengisi dalam perjuangan, dalam kepanduan, dalam berbagai macam
peristiwa-peristiwa sejarah di daerah maupun tingkat nasional.
P: Ya. Nah, pak saya juga mendapat data dari jurnal Wulandari tahun 2020
ada pembahasan mengenai peran perempuan itu akan membuat sejarah
lebih analitis, kritis dan juga membantu penanaman bela negara terutama
untuk kaum perempuan Indonesia. Bagaimana pandangan Bapak sebagai
sejarawan mengenai hal ini pak?
N: Sebenarnya juga dalam konteks dinamika jaman, perempuankan sudah
mendapatkan kesempatan dan peran yang sama, tidak ada pembedaan,
tidak ada diskriminasi dalam berkiprah.
P: Ya.
N: Semuanya diberi kesempatan sama. Walaupun sejatinya masih
didominasi oleh kaum Adam. Kaum lelaki tetapi tidak ada undang-
undang, tidak ada peraturan, tidak ada tradisi, tidak memberi kesempatan
pada kaum perempuan. Kemungkinan ada peran di sekitar namun kecil
yang memang tidak patut, tidak patut dilakukan oleh kaum perempuan.
Mungkin tradisi seperti manjat genteng. Manjat-manjat itukan.
P: Ya.
N: Tradisi-tradisi kecil tapi sekarangkan ada panjat-panjatan Tidak, tidak
tradisi. Panjat tebing dan sebagaimananya gitu itukan kaum perempuan.
Olahraga-olahraga atau ada event-event baik daerah maupun nasional dan
yang tidak ada pembatasan sehingga masalah peran perempuan baik pada
jaman kalau ditarik ke belakang, mungkin pada masa penjajahan
xxxi
sebenarnya ada juga. Karena ada juga di dalam gerakan sosial. Peran-
peran perempuan justru menonjol ya misalnya.
P: Ya.
N: Misalnya Cut Nyak Dien tadi, kemudian ada Dewi Sartika dan selain itu
berjuang secara fisik itu. Artinya apa? Mungkin ada juga gerakan-gerakan
yang dipimpin oleh kaum perempuan yang tidak sempat ditulis dalam
sejarah.
P: Ya. Oleh karena itu berarti penting untuk dibahas ya pak?
N: Iya.
P: Ya. Saya juga menemukan data dari jurnal Ulandari 2017 bahwa
sebagian masyarakat inikan mengenal tentang sosok Fatmawati sebagai
penjahit bendera Pusaka Merah Putih namun memang sebenarnya ada
beberapa jasa yang mungkin tidak tersampaikan dalam sejarah tersebut.
Bapak sendiri setelah saya cari pernah menerbitkan artikel mengenai
“Nilai-Nilai Perjuangan Fatmawati pada tahun 1997.” Bolehkah
dijelaskan pak sebenarnya sosok Fatmawati sebagai Pahlawan Nasional ini
bagaimana dan apa saja nilai-nilai perjuangan yang jarang disebutkan di
dalam sejarah?
N: Ya. Fatmawati sejak kecil itukan sudah dilatih dalam tradisi yang cukup.
Cukup menonjol terutama dalam etos kerja pada jaman kecilnya
Fatmawati di lingkaran masyarakat ada etos kerja, semangat kerja yang
luar biasa, kreativitas, pada jamannya Fatmawati kecil memang sudah
ditantang melalui pengajaran-pengajaran di kampungnya sehingga dia
xxxii
mendapat pelajaran yang cukup bagus untuk bisa berpikir secara kritis.
Oleh karena itu, ketika berjumpa dengan Bung Karno itukan Bung Karno
kaget juga dari anak yang baru usia segini kok sudah kritis dan bisa
berdiskusi. Bisa diajak ngomong dengan Bung Karno dengan enaknya.
Bung Karno merasa Fatmawati ini teman diskusi yang tidak hanya dialogis
tapi monologis jadi ada diskusi kemudian ada pertanyaan ada jawaban dan
saling menanyakan dan juga saling memberikan jawaban dan disitulah
kalau kita perhatikan buku-buku yang terkait pertemuan dengan Bung
Karno dengan Fatmawati dalam catatan Fatmawati sedikit-sedikit dia
tulis kemudian ada juga pengakuan dari Bung Karno akhirnya yang mana
Fatmawati sudah kritis sejak masa kecilnya sehingga dia peka terhadap
lingkungan sosialnya. Ia juga kreatif sudah mulai mandiri ya.
P: Ya.
N: Belajar berjualan dan kemudian mengaji dan seterusnya sehingga tempaan
masa kecil Fatmawati itu sudah matang sehingga ada jiwa-jiwa
kepahlawanan itu sudah ada, jiwa-jiwa patritotisme sudah ada, jiwa-jiwa
kemandirian sudah ada maka ketika dia sudah bersama Bung Karno itukan
dia memang dikesankan hanya sekedar menjahit bendera Merah Putih
namun sesungguhnya, dia punya pemikiran yang besar terhadap
perkembangan masa depan bangsanya.
P: Ya.
N: Sehingga ketika dia menyimpan kain merah dan putih itu sudah lama.
Kira-kira paling tidak satu setengah tahun lebih ia sudah menyimpannya.
xxxiii
Artinya itu memang sudah mau disiapkan sebagai bendera kebangsaan
Republik Indonesia nanti dan ternyata memangkan bendera itu sudah
disiapkan. Kain itu karena sudah ada kainnya. Jadi artinya apa? Pemikiran
Fatmawati itu tidak sekedar menjahitnya tetapi sudah punya pemikiran dan
gagasan mengenai nasionalisme. Begitu.
P: Kalau saya baca juga di buku-bukunya, ia juga membantu dalam dapur-
dapur umum kemudian juga membantu perbekalan seperti memberi makan
dari istri tentara-tentara militer yang pergi bergerilyawan itu ya pak?
N: Ya jadi ketika Jakarta harus pindah ke Yogyakarta. Itu luar biasa.
Fatmawati ikut berjuang juga membantu para pejuang RI yang saat itu
memang membutuhkan banyak pertolongan, membutuhkan banyak
bantuan. Fatmawati itu sebagai istri Presiden tidak mau dia duduk manis
ya. Karena dia memiliki jiwa-jiwa juang yang tinggi, memiliki
semangat nasionalisme yang tinggi sehingga bangunan karakter yang ada
dalam Fatmawati itu terus bergerak. Karena memang dia punya jiwa-jiwa
nasionalisme. Jiwa-jiwa patritotisme mempunyai semangat untuk
membantu saling tolong menolong. Jadi ini didapatkan berdasarkan
tempaan masa kecil Fatmawati.
P: Ya. Menurut Bapak sebagai sejarawan apakah penting ada media
informasi yang membahas mengenai Kisah Pahlawan Nasional Fatmawati
untuk generasi muda? Kira-kira sejauh apa baiknya pembahasannya
ataukah ada hal-hal yang perlu dihindari supaya tidak terjadi kontroversi?
xxxiv
N: Ya sesungguhnya Fatmawati ini sudah mengglobal, saya kira sudah
banyak dibahas tentang nilai-nilai perjuangan Fatmawati selama ini.
Mungkin selama ini dari sisi-sisi lain, yang diekstrakulasikan, yang perlu
dipisahkan, yang perlu dianalisis seberapa jauh sih seorang Fatmawati
yang juga First Ladynya Indonesia yang memiliki peran yang luar biasa
ya tidak sekedar menjahit bendera, tidak sekedar yang membantu-bantu
pejuang tapi dia itu punya prinsip yang luar biasa. Maka ketika Bung
Karno mau menikah lagi itukan dia lebih punya prinsip. Dia anti
poligami. Walaupun memang Islam mengajarkan tetapi prinsip yang
luar biasa, dia merasakan bahwa wanita punya harga diri, wanita punya
kekuatan dan punya potensi, wanita itu punya prinsip. Sehingga ketika
Bung Karno minta ijin dan akan menikah lagi maka Fatmawati menolak
tapi dia harus mengambil resiko memisahkan diri. Dia harus bercerai
dengan Bung Karno apabila memang dan di kala itu memang prinsip dari
awal yang sudah dilakukan oleh Fatmawati dan ketika waktu Bung Karno
mau melamar Fatmawatipun dia juga tidak mau dimadu, tidak mau ada
orang lain. Artinya dia tidak suka poligami ya. Supaya tanggung jawabnya
tunggal. Oleh karena itu maka ketika Bung Karno sudah melepas Inggit
baru Fatmawati menerima.
P: Kalau misalnya dari sisi pembahasan konten itu lebih baik dibahas dari
awal lahir hingga wafat atau seperti peran-perannya saja pak? Misalnya
peristiwa-peristiwa penting di Yogyakarta. Pemindahan Jakarta ke
Yogyakarta itukan juga cukup signifikan pak.
xxxv
N: Ya sebenarnya banyak sekali ya. Tidak hanya itu saja, dari profile
itu dijadikan wakil ya bagaimana seorang presiden yang begitu sangat
kalau profile mungkin secara sederhana. Kesederhanaannya itu justru bisa
membangkitkan semangat bagi generasi milenial terutama kalau kaum
perempuan yang sekarang ini. Perempuan yang sekarang ini ya itukan
banyak dinilai ya tanda petik ya. Karena ini ya ada pengaruh globalisasi
yang luar biasa. Jadi sehingga kesan konsumerisme, kesan gemebyar,
kesan gemerlap, kesan berhura-hura. Ini kalau disandingkan dengan apa
yang dimiliki Fatmawati ini harus bisa menjadi bahan diskusi atau
pembahasan menarik karena Fatmawati memiliki kualitas karakter yang
kuat ya.
P: Ya.
N: Walaupun dia punya kesempatan, dia punya potensi, dia istri Presiden, dia
bisa ingin menuruti keinginan apa saja tapi ketika mau serah terima, dia
justru pinjam perhiasan itu sebetulnya terpaksa karena dia orang
sederhana. Dia terpaksa keadaan.Wah ini masa seorang istri presiden tidak
bawa gelang, gak bawa perhiasan. Jadi sebenarnya Fatmawati itu tidak
mau begitu tetapi mungkin karena dia itu istri Presiden. Dia menghargai
presiden sehingga dia yang tidak punya, dia biasa dengan gemerlapan-
lapan itu punya maka dia pinjam. Ceritanyakan dia pinjam.
P: Ya.
N: Dipinjamin ke dia saja hanya untuk menghargai karena dia mau ke India,
dia mau ke luar negeri. Nah itu ceritanya memang sudah membuktikan
xxxvi
bahwa Fatmawati dengan kesederhanaanya itu patut dibuat model atau
contoh untuk generasi muda.
P: Ya. Kalau untuk media informasi sebenarnya saya sudah mencari-cari jadi
ada 3 buah buku, ada buku autobiografi tentang Catatan Kecil Bersama
Bung Karno, ada juga Fatmawati Sukarno The First Lady yang Bapak juga
menjadi narasumbernya, yang karya oleh Bapak Arifin dan juga ada satu
lagi tentang Suka Duka Fatmawati. Selain itu adakah media informasi
lainnya kalau Bapak tahu sebagai sejarawan?
N: Banyak sebetulnya. Karena kemarin juga sudah barusan menulis tentang
Bung Karno ya. Otomatis menyenggol-nyenggol Fatmawati juga. Kan
misalnya dari Remadanka itukan ada Pintu Gerbang. Menghantar ke pintu
Gerbang itu banyak catatan walaupun memang riwayat kisahnya Inggit
tetapikan juga menyinggung-menyinggung tentang Fatmawati kemudian
biografi atau tulisannya seorang Cina yang muslim itu juga banyak
menyinggung tentang Bung Karno dan Fatmawati itu juga. Bahkan kita
tahu persis percintaan Bung Karno dengan Fatmawati kemudian
berpisahnya kemudian ketemu kembali bahwa. Ya memang pisah, ya
padam pada jaman ketika Jepang masuk itu. Catatan dari seorang Cina
yang sudah Islam.Itukan juga banyak cerita. Saya nanti cari bukunya.
P: Ya.
N: Ada yang mengisahkan tentang itu.
P: Oke.
xxxvii
N: Artinya referensi tentang Fatmawati itu bisa digali dari buku-buku yang
lain. Terutama buku-buku Bung Karno itu pasti.
P: Ada terselip perannya ya?
N: Ada, sedikit menyenggol tentang Fatmawati.
P: Ya. Terakhir saya ingin menanyakan apakah Bapak bersedia untuk
dihubungi ke depannya untuk perancangan konten sehingga perancangan
konten yang saya buat ini valid pak?
N: Oke. Insyaallah.
P: Ya. Makasih banyak ya pak. Ya, terima kasih. Sekian wawancara pada
hari ini. Terima kasih sudah meluangkan waktunya ya pak.
N: Oke, selamat sukses ya.
P: Ya.
N: Untuk Agnessa Nathania.
P: Ya, terima kasih banyak ya pak.
N: Oke.
xxxviii
LAMPIRAN C: TRANSKIP WAWANCARA EDITOR Wawancara Ahli
Wawancara dilakukan dengan Joko Wibowo, seorang editor Elex Media
Komputindo. Wawancara ini dilakukan via aplikasi zoom pada Rabu, 24 Maret
2021 pada pukul 17.33- 18.00 WIB.
P: Penulis / N: Narasumber
P: Selamat sore Bapak.
N: Selamat sore Mbak.
P: Ya, perkenalkan kembali. Nama saya Agnessa Nathania Dessandra dari
Universitas Multimedia Nusantara jurusan Desain Komunikasi Visual.
Saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir tentang perancangan media
informasi mengenai kisah Pahlawan Nasional Fatmawati yang akan berupa
novel grafis. Untuk hal tersebut, saya membutuhkan beberapa data dan
riset kepada Bapak sebagai editor.
N: Oke.
P: Ya, sebelumnya saya ingin minta ijin untuk merekam kegiatan wawancara
ini ya pak.
N: Boleh, silahkan.
P: Ya. Saya screenshot dulu ya pak sebagai bukti dokumentasi.
N: Ya.
P: Ya. Terima kasih pak. Pertama-tama boleh perkenalkan diri Bapak dulu
secara singkat?
xxxix
N: Saya Joko Wibowo. Saya editor kebukuan di Elex Media Komputindo.
Ya, itu saja cukup.
P: Oke, baik. Saya akan langsung mulai pertanyaannya ya pak.
N: Ya.
P: Bagaimana spesifikasi buku novel grafis yang baik, yang saat ini beredar
di pasaran pak?
N: Kalau sekarang itu, untuk novel grafis ya.
P: Ya.
N: Novel grafis yang kebanyakan beredar itu ukurannya rata-rata 14x21 cm,
seukuran buku tulis ya.
P: Ya. Kalau untuk teknik binding dan jenis kertas material itu bagaimana
pak?
N: Jilid slam dan western binding. Sama seperti kebanyakan buku-buku
lainnya yang kita terbitkan ya.
P: Ya.
N: Terus kalau jenis kertas itu karena umumnya novel grafis berwarna itu kita
pakai HVS 80 yang putih itu ya. HVS 80 gram.
P: Kalau dari segi harga bagaimana pak? Rata-rata harganya berapa?
N: Rata-rata harganya sekitar 60 sampai 70 ribu dan itu kurang lebih sekitar
160 halaman. 128-160 halaman.
P: Oke. Kira-kira bagaimana tren novel grafis saat ini pak dan berapa rentang
usia audiens yang membeli novel grafis tersebut?
xl
N: Nah, sekarang saya mau tanya dulu sebenarnya yang dimaksud novel
grafis menurut sama mbak Agnessa itu yang seperti apa ya?
P: Novel grafis yang biasanya dikemas dalam bentuk komik gitu pak,
sequential imagery.
N: Komik ya berarti?
P: Ya.
N: Bentuknya komik tapi hanya panelnya lebih teratur gitukan ya?
P: Ya, betul.
N: Betul. Kalau kita itu, komik yang dianggap sebagai novel grafis di Elex itu
kebanyakan adalah komik lokal.
P: Ya.
N: Lokal kaya model si Juki. Nah saya tidak tahu apakah Juki masuk kategori
itu ya?
P: Juki.
N: Nah termasuk nggak tuh? Tadikan model panel lebih teratur, berwarna,
ketebalan seperti yang saya bilang tadi 128 sampai 160 halaman,
ukurannya juga tadi 14x21. Nah terus ada lagi kita, tadi gini soal tadi
audiens. Nah soal audiens tuh kalau untuk novel grafis karena kebanyakan
di kita, novel grafis yang terbit itu adalah sifatnya netral yang tema-
temanya ya.
P: Ya.
xli
N: Temanya.. intinya novel itu sifatnya netral. Maka bisa dikonsumsi, bisa
dibaca. Oleh rentang usia SD ya, dari yang sudah mulai lancar membaca
dari usia sembilanlah ya.
P: Oke.
N: 9 sampai sekitar 15 sampai 17 tahun.
P: Baik. Untuk saat ini apakah ada contoh novel grafis yang baik atau best
selling novel grafis yang bisa saya jadikan pedoman, mungkin terutama
yang membahas biografi tentang tokoh terkenal apalagi Pahlawan
Nasional.
N: Kalau untuk novel grafis. Nah kalau di kita, kebanyakan sejauh ini sih
terjemahan ya kalau ngomong soal tokoh terkenal ya. Itu seperti tokoh-
tokoh ternama. Tokoh ternama dan penemu itu yang terkenal kaya
misalnya Albert Einstein terus Newton lalu Tesla yang model seperti
itulah. Kalau yang Pahlawan Nasional sejauh ini, di Elex ya secara khusus
belum pernah sih.
P: Belum pernah.
N: Kalau mau mencari acuan modelnya tadi yang misalnya best-selling boleh
dicek tokoh-tokoh penemu yang tadi, yang diterbitkan oleh Elex.
P: Ya. Kalau dalam perancangan novel grafis ini, saya bermaksud
menargetkan kepada audiens generasi muda untuk target primer usia 15-21
tahun dan untuk target sekunder 22-24 tahun. Nah terkait dengan hal
tersebut, pemilihan warna dan gaya visual yang seperti apakah yang
diminati oleh target primer dan masih dianggap menarik oleh target
xlii
sekunder tersebut? Apakah hitam putih atau berwarna atau dalam gaya
kartun atau semi realis pak?
N: Kalau soal warna ya, soal warna itu orang pada umumnya terlepas dari
rentang usianya itu lebih suka yang berwarna sih.
P: Ya.
N: Lebih suka berwarna, sifatnya ekspresif gitu ya gaya ilustrasinya. Jadinya
nggak datar. Adegan-adegannya gitu ya lebih ekspresiflah.
P: Ya.
N: Di dalam novel grafis ini, baik misalnya dia sedang berdialog atau sedang
mengerjakan sesuatu. Nah itu yang sifatnya lebih ekspresif itu yang lebih
menarik.
P: Oh, baik.
N: Begitu. Nah kalau soal kartun. Kartun dan realis itu tergantung tadi ya
yang mau disampaikan apa? Kalau kartun lebih yang sifatnya mungkin
konten-konten atau tema yang tidak terlalu serius.
P: Oke, baik.
N: Tidak terlalu serius, tidak perlu pertanggungjawaban. Ya bisa sih kalau
kaya kartun biologi itukan ada juga pertanggungjawaban ilmiahnya tapi
tujuannya supaya yang tadinya kontennya berat bisa menjadi kesannya
lebih ringan. Orang lebih enak membacanya, lebih gampang
memahaminya. Gitu ya.
P: Ya.
xliii
N: Tujuan menggunakan kartun. Kalau bicara soal tokoh itu sih dari sudut
pandang saya lebih yang sifatnya semi realis.
P: Ya.
N: Kalau kartun bisa juga. Bisa juga kalau yang tokohnya mungkin kesannya
serius ya. Tokoh-tokoh yang serius kaya tokoh-tokoh pengetahuan yang
berat dan ada teori-teori yang harus disampaikan itukan. Dasar ilmiah
yang harus disampaikan. Mereka supaya lebih ringan kemudian dibuat
kartunnya. Nah itu lebih cocok menurut saya.
P: Ya.
N: Tapi kalau yang tadi tokoh perjuangan ya satu poinnya soal penghargaan
karena dia seorang pejuang ya. Ya menurut saya lebih cocok yang semi
realis gitu.
P: Ya. Kalau dari warna sendiri biasanya warnanya, kan kalau untuk harga
printing sendirikan ada beberapa warna yang harus digunakan. Itukan
semakin banyak warna yang digunakan akan semakin mahal. Kalau untuk
pertimbangan misalkan seperti perancangan novel grafis pertama itu lebih
baik apakah hitam putih atau berwarna tapi warna-warna yang tertentu saja
pak?
N: Kalau soal warna hitam putih atau tidak atau berwarna ya, lebih ke ini juga
sebenarnya terkait dengan harga jual juga tadi. Harga jual dan tema lalu
segmen gitukan. Kadang gini juga hitam putih itu juga belum bisa jadi
acuan bahwa kemudian barangnya laku, bukunya laku dengan harga
murah juga.
xliv
P: Ya.
N: Tapi juga dengan berwarna belum juga kemudian serta merta nggak laku
juga jadi orang malas beli juga gitu. Maka tadi penting kita pilih dulu
sebenarnya temanya. Tema yang kuat apa, misalnya tadi soal tokoh ya.
Saya ambil contoh yang dari luar nemu misalnya antara Albert Einstein
dengan Newton kuat mana gitu mana yang menjadi prioritas dulu untuk
diterbitkan? Darisitu baru kemarin kita tentukan tuh. Oh kayanya Albert
Einstein kemarin lebih bagus deh gitukan. Nah kalau sudah melihat lebih
bagus gini. Lebih kuat kontennya sebenarnya mau dibuat hitam putih atau
mau dibuat warna itu tidak lagi menjadi persoalan besar gitukan.
P: Ya.
N: Tetapi kalau kemudian di pasar ada produk yang sama dari penerbit yang
berbeda. Kalau dia ternyata menerbitkan dengan harga ya, harga tertentu.
Format ini tadi format hitam putih atau berwarna menjadi pertimbangan
gitu loh. Gimana caranya misalnya kompetitor kita dengan topik yang
sama menerbitkan berwarna harganya 50 ribu. Nah ini nih sudah menjadi
bahan pertimbangan kita. Sama-sama kuat topiknya, sama-sama kuat
tokohnya tapi bagaimana caranya, strategi harganya kita bisa bikin novel
grafis yang berwarna dan lebih murah gitu atau misalnya ternyata hitam
putih dan tetap menarik. Yakan tidak kalah dengan yang berwarna dan
lebih murah ya ayo kita main disitu. Jadi pertimbangan awalnya sih bukan
soal warna dan tidak berwarna tapi konten mau apa nih, segmen
xlv
pembacanya lebih suka yang mana gitu baru kita rumuskan ambil topik
apa kemudian pada tahap berikutnya adalah formatnya yakan.
P: Ya.
N: Berwarna atau hitam putih. Lalu bandingkan juga dengan kompetitor.
Kompetitor bermain seperti apa strateginya gimana, strategi harganya. Nah
disitu kita tetapkan gitu.
P: Ya. Kalau untuk novel grafis saat ini rata-rata sudah mainnya berwarna ya
pak?
N: Berwarna karena di luar tadi kompetitor itu juga banyakan bermain dengan
warna gitu, Mbak.
P: Ya. Baik, apabila memperhatikan tingkat attention span dari pembaca
sendiri berapakah jumlah ideal dari novel grafis itu pak?
N: Jumlah apanya nih?
P: Dari tingkat attention spannya, bisa dalam serial atau satu buku gitu pak?
N: Gini kalau itu sih lebih ke ini juga, kebiasaan pembelian dari pembaca ya.
Yang saya pelajari orang Indonesia itu, konsumen Indonesia lebih senang
beli kalau dalam satu buku isinya banyak.
P: Oke, baik.
N: Gitu, atau tadi kira-kira misalnya ya hanya satu topik. Dari satu topik ini
gue bisa dapat berapa banyak kontennya terus apakah topik ini kemudian
bisa membuat saya itu secara gengsi juga bisa sama dengan yang lain gitu
loh. Makanya kalau bukunya lagi menjadi bahan pembicaraan, “oh kalau
gue beli gue juga bisa kaya mereka” gitukan. Ikut trenlah istilahnya.
xlvi
Istilahnya bisa ikut tren juga, nah itu juga jadi bahan pertimbangan tuh
biasanya.
P: Ya.
N: Kaya gitu Mbak.
P: Kalau dari segi efektivitas bagaimana pak?
N: Nah itu tadi. Itukan sudah kita lihat ya kalau sudah kuat disitu misalnya
tadi ya ternyata mereka lebih senang yang model untuk topik ini ya. Lebih
senang yang model satu buku dengan banyak judul ya berarti kita buatnya
tadi satu tapi dengan banyak topik atau yang terkait dengan tren tadi kita
bisa buat panjang tuh.
P: Serialisasi gitu ya pak.
N: Tapi juga gini pengalaman biasanya serial itu kuat hanya 1 sampai 5
volume kalau yang terkait model-model novel grafis gini. Karena tadikan
terkait dengan budget, anggaran belanjanya jugakan sama topiknya juga
gitu. Kalau tokohnya sama, temanya kurang lebih mirip-mirip. Ya orang
ya sudah merasa cukup saja gitu. Ini dari hasil sales, penelitian
berdasarkan data hasil penjualan yang kita punya ya terus ya sudah kenapa
harus kita panjang-panjangin gitu. Lain kalau temanya pengetahuan ya.
P: Ya.
N: Komik pengetahuan kalau contoh misalnya why gitukan itu bisa orang
volumenya panjang tahan tuh. Karena apa? Ada kebutuhan tadi, kebutuhan
dasarnya anak bisa belajar lebih banyak gitu.
P: Ya.
xlvii
N: Bisa mengayakan pengetahuan yang kita punya. Nah itu kebutuhan dasar
itu terjawab sehingga mau sepanjang apa orang pasti beli.
P: Baik. Kalau untuk segi promosi sendiri biasanya buku-buku ini
dipromosikan melalui media sosialkah atau bagaimana pak?
N: Ya betul. Sekarangkan jamannya digital ya. Jamannya digital maka sebisa
mungkin kita main di kanal-kanal digital yang cocok ya. Kata kuncinya
adalah cocok begitu. Jadi misalnya kita mau main di range usia 15
sampai 24 tahun. Kira-kira sosmed mana yang paling pas gitukan. Oh,
main di tiktok ya itu tadi berarti kita harus bikin konten yang cocok dari
buku yang kita buat di tiktok. Misalnya kita cek, oh instagram nih lebih ini
engagementnya lebih bagus kalau untuk buku kaya gitu dengan range usia
15 sampai 24. Nah kita main disitu. Jadi fokusnya adalah lihat audiensnya
dulu ketika kita melempar materi promosinya. Cocok apa enggak?
Kuncinya disitu sih.
P: Baik, ya. Kalau untuk novel grafis sendiri biasanya gaya bahasa apa yang
biasa digunakan terutama untuk biografi tokoh-tokoh terkenal tersebut?
N: Kalau gaya bahasa sih tetap yang baku ya gaya bahasa baku tapi sebisa
mungkin adaptasi, sebisa mungkin mengadopsi atau menggunakan bahasa
sehari-hari yang lebih luwes gitu loh. Karena kitakan gini namanya
penerbit itukan tetap harus memperhatikan segi tata bahasa juga ya.
P: Ya.
xlviii
N: Jadi tetap segi bahasa diperhatikan tapi juga mengadopsi tadi yang bahasa
keseharian supaya bisa lebih luwes, lebih bisa mendekatkan ke
pembacanya.
P: Ya.
N: Kurang lebih seperti itu sih.
P: Kalau misalnyakan, misalnya perancangan tentang Fatmawati inikan
menggunakan bahasa baku jaman dulu. Apakah lebih baik ditranslasikan
menjadi bahasa keseharian atau tetap mengadopsi dari bahasa baku jaman
dulu itu pak?
N: Ya..
P: Semisal di panel komik kan ada kaya balon omongan seperti itu pak.
N: Ya harus keseharian sih.
P: Harus tetap keseharian ya.
N: Tata bahasanya mesti benar juga gitu. Tidak serta merta. Kan gini, tidak
serta merta kemudian menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sopan gitu
ya.
P: Ya.
N: Nah itu harus dihindarin menurut saya. Keseharian tetap dalam konteks
yang sopan dan juga dengan tata bahasa. Keseharian itu maksudnya juga
sesuai dengan segmen tadi ya, Mbak.
P: Ya.
N: Segmen yang disasar gitu.
xlix
P: Terakhir apakah buku novel grafis dalam bentuk cetak ini masih diminati
oleh audiens dan apakah seiring perkembangan jaman sudah mulai seperti
dipublish buku cetak dan juga ada buku digitalnya seperti e-kindle atau
sebagainya pak?
N: Ya, terkait dengan cetak. Buku cetak tadi kembali lagi kita mesti lihat
kontennya dulu. Yakan?
P: Ya.
N: Yang menarik apa dulu pertama, yang layak, yang bisa diterima pasar
seperti apa gitukan?
P: Ya.
N: Kalau misalnya ngomong Pahlawan Nasional kira-kira siapa gitu, kira-kira
Pahlawan Nasional yang sering dipelajari di sekolah itu apa? Nah itu
memotretnya, cara-cara yang sederhana memotretnya tuh kaya gitu-gitu.
Itu yang kita buat gitu sehingga pertanyaan masih digemari atau tidak bisa
terjawab disitu.
P: Ya.
N: Karena berangkat dari kebutuhan yang digemari ini dari kebutuhan
pembacanya. Nah kalau e-book itu sebenarnya gini kalau e-book, jualan e-
book itu tidak jauh berbeda dengan cetak dari kita ini ya, dari pengalaman
kita di penerbitan. Biasanya kalau cetaknya bagus, e-booknya itu juga
bagus gitu loh. Tadi kalau misalnya kita terbitkan dan ternyata sesuai
dengan kebutuhan pembaca, e-booknya pun sama. Apalagi temanya soal
pendidikan nih kaya gini nih.
l
P: Ya.
N: Pahlawan Nasional. Karena apa? Sekarang banyak perpus tumbuh tuh
yakan baik di lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan atau sifatnya
untuk CSR gitu.
P: Ya.
N: Jadi menurut saya, peluangnya tadi kalau memang sesuai dengan
kebutuhan, pendidikan, pahlawan apa yang sering dipelajari baik cetak
maupun e-booknya pasti akan banyak pembelinya.
P: Ya. Kalau berdasarkan sales atau penjualan, saat ini kira-kira berarti buku
cetak masih diminati atau tidak pak?
N: Masih.
P: Masih?
N: Justru e-book sekalipun pertumbuhannya ya kaya sekarang dalam kondisi
pandemik sekarang itu pertumbuhannya cukup signifikan ya tapi belum
bisa menggantikan jualan yang cetak.
P: Baik. Kalau untuk percetakan sendiri biasanya berapa eksemplar ya pak
kalau misalnya sekali rilis?
N: Eksemplar ini juga tergantung tadi nih kebutuhan pasar juga gitu. Kalau
tadi demandnya tinggi kita bisa cetak lebih dari 2000 eksemplar gitu.
P: Ya.
N: Tapi kalau biasa-biasa saja, ya kita gunakan standar yang kita anggap
efisien 2000 eksemplar biasanya. Kalau untuk berwarna sih rata-rata 2000
untuk efisiensi biaya cetak.
li
P: Ya. Kemudian, ini masih berhubungan dengan gaya bahasa sih pak. Kan
biasanya dalam buku ada narasi yang pakai sudut pandang orang pertama
ada sudut pandang orang ketiga misalnya kaya menggunakan. Misalnya
nama Fatmawati ada yang menyebutkan seperti dari balonnya langsung
pakai aku atau saya.
N: Ya.
P: Kalau untuk hal tersebut, kira-kira yang lebih menjual itu yang
menggunakan sudut pandang orang keberapa ya pak?
N: Karena ini novel grafis ya.
P: Ya.
N: Visual kemudian yang digambarkan adalah tokohnya langsung ya berarti
lebih menggunakan sudut pandang orang pertama.
P: Jadi lebih dekat juga dengan audiens ya pak?
N: Ya. Kan juga biografi kan.
P: Ya.
N: Namanya biografi itukan dari sudut pandang orang pertama.
P: Ya.
N: Biasanya.
P: Ya. Kalau mengenai novel grafis Pahlawan Nasional, apakah Bapak
mempunyai rekomendasi mungkin contoh-contoh yang baik?
N: Contoh yang sudah jadi ya.
P: Ya.
N: Itu saya kalau rekomendasi, saya sejauh ini belum punya.
lii
P: Ya.
N: Karena saya jarang menemui ada produk novel grafis Pahlawan Nasional.
Belum menemui yang dijual di toko.
P: Ya.
N: Gitu, kebanyakan tadi lebih ke yang sifatnya humor yang contohnya kaya
Juki atau tokoh-tokoh penemuan gitu dari luar atau terjemahan.
P: Oke. Baik, saya pikir sudah cukup pak wawancara pada hari ini. Terima
kasih sudah meluangkan waktunya ya pak.
N: Ya, sama-sama Mbak.
P: Ya, selamat sore Bapak.
N: Ya, selamat sore. Semoga sukses ya Tugas Akhirnya.
P: Terima kasih pak. Semoga sehat selalu ya pak.
N: Ya sama-sama Mbak.
liii
LAMPIRAN D: WAWANCARA KONTEN DENGAN
SEJARAWAN Wawancara Ahli
Wawancara dilakukan dengan Agus Setiyanto, sejarawan Bengkulu. Wawancara
ini dilakukan via aplikasi zoom pada Kamis, 1 April 2021 pada pukul 15.05- 15.50
WIB.
P: Penulis / N: Narasumber
P: Selamat sore pak.
N: Gimana Agnes?
P: Jadi maksud tujuan wawancara saya untuk hari ini adalah untuk
memperdalam konten dan sebagai bahan diskusi untuk pembuatan kateren
nanti pak. Sebelumnya saya ingin minta ijin merekam kegiatan wawancara
ini ya pak. Saya screenshot dulu ya pak sebagai bukti dokumentasi.
N: Ya.
P: Pada wawancara 18 Februari 2021 kemarin, Bapak pernah mengatakan
bahwa Fatmawati itu suka berdialog secara monologis dan dialogis kepada
Sukarno dan apakah itu ada naskah atau transkipnya pak? Tentang buah-
buah pemikiran dan idenya itu pak?
N: Ya, itu sebenarnya sudah ada pengakuan baik dari Fatmawati itu sendiri
dalam bukunya yang Catatan Kecil ya dan juga pengakuan dari Bung
Karno yang sudah dibukukan dalam Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat yang telah diwawancarai oleh Cindy Adams.
P: Oke.
liv
N: Apa yang disampaikan oleh Fatmawati dan Bung Karno itu memang
ketemu bahwa memang ketika waktu luang dan waktu luang itukan ketika
Inggit akan menjual jeep ke Yogya ya. Karena jeep mau dijual ke taman
siswa. Nah waktu luang digunakan oleh Bung Karno ketemu dengan
Fatmawati bicara berdua diskusi berdua ngobrol di samping jalan di Pantai
Panjang dan obrolan itu ya luar biasa. Fatmawati yang pada saat itu juga
belum begitu. Tanda petik ya baru proses, proses pematangan jiwa sudah
mau beranjak ke dewasa mampu mengimbangi dialogis dengan Bung
Karno. Ya begitu.
P: Kalau misalnya seperti Kartinikan ada buku-buku tentang buah
pemikirannya. Apakah ada seperti sumber data-data transkipnya begitu
pak? Buah-buah pemikiran dari Fatmawati.
N: Tidak ada, itu disampaikan oleh dua-duanyakan.
P: Secara lisan saja ya pak berarti?
N: Fatmawati itu ketika menulis buku tentang Catatan Kecil Bersama Bung
Karno itukan ada bukunya diakan ada cerita juga.
P: Oke.
N: Cerita dalam buku itu yang sudah dibukukan.
P: Oke.
N: Kemudian ketika Bung Karno diwawancarai oleh Cindy Adams juga
bercerita dibukukan dalam buku yang diberi judul Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat.
lv
P: Kemudian saat Agresi Militer II, Fatmawati sempat menjadi tawanan
Belanda dan saat itukan Sukarno diasingkan dan Fatmawati tinggal
bersama keluarganya dan berdasarkan buku autobiografinya dikatakan
bahwa Fatmawati juga membantu peluru-peluru pelor dari intimidasi
tentara Belanda berserakan di halaman rumahnya dan diberikan kepada
kurir kemerdekaan atau gerilyawan. Untuk itu, gerilyawan saat itu
potretnya bagaimana ya pak?
N: Ya, sebenarnya kita tidak tahu persis tapikan itukan cerita Fatmawati yang
sudah ditulis dalam bukunya itu. Nah sebenarnya juga pada saat revolusi
itu ketika Fatmawati menemani Bung Karno ya sampai di Yogya tapi
kemudian Belandakan masuk dan membombardir dimana Presiden Bung
Karno berada. Nah tetapi saat itu juga terjadi perlawanan dengan
bergerilya memang Fatmawati melakukan berbagai macam perjuangan ya
di antaranya itu tadi. Selain mengirimkan bahan-bahan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh para pejuang, para gerilyawan juga dia menurut
pengakuannya sendiri memberikan beberapa pelor ya kepada pejuang itu.
Itu bagian dari salah satu perjuangan. Sebenarnya apa saja yang bisa
diberikan oleh Fatmawati diberikan kepada para gerilyawan itu. Mungkin
ya ingat yang saya ingat saja ya, tapi jiwa, pikiran, tenaga dan juga
material itukan ketika memang dibutuhkan ya diberikan.
P: Ya.
N: Karena ketika itu juga Sultan Yogya itu juga mensupport perjuangan
habis-habisan. Jadi sebenarnya pada waktu itu tidak hanya Fatmawati
lvi
siapapun ketika para gerilyawan membutuhkan bantuan baik bantuan
kemanusiaan, bantuan yang berkaitan dengan apa saja. Saat itu juga
bantuan tentang akomodasi, bantuan tentang makanan dan minuman itu.
Itu semua masyarakat rakyat Indonesia tuh tidak usah diberi aba-aba sudah
otomatis mengalir. Apalagi Fatmawati yang mendampingi Bung Karno
terus dan dia juga langsung jiwa-jiwa nasionalisme, semangat patritotisme.
Jiwa-jiwanya itu luar biasa. Karena ketika waktu di Jakarta saja,
Fatmawati sering diajak dialog, diajak diskusi dengan Bung Karno. Ketika
Bung Karno sedang apa saja.
P: Oke.
N: Artinya juga sampai ketika Bung Karno mau berpidato mau apa saja. Itu
selalu dibicarakan dengan Fatmawati. Jadi jiwa Fatmawati otomatis
tergebleng disitu.
P: Oke.
N: Saya kira apa yang diberikan oleh Fatmawati itu adalah bagian dari rasa
kesadaran perjuangan dia.
P: Oke. Nah waktu itu, saya juga mencari sumber-sumber data bahwa
dikatakan Fatmawati ikut menyumbangkan ide mengenai gagasan
pesatuan dengan persamaan hak dimana ada persamaan nasib dan cita-cita.
Apakah itu benar pak?
N: Ya, sebenarnya ide-ide Fatmawati yang luar biasa itu sudah tercermin,
sudah tertanam ketika di Bengkulu. Di masa remajanya Fatmawatikan
punya nilai-nilai juang yang tinggi ya. Dia sudah tergembleng di situasi
lvii
kondisi kampong halamannya. Ketika ketemu di Bung Karno, semakin
matang dan ada proses pendewasaan, proses pengenalan cinta Tanah Air,
rasa membela Tanah Air itu sudah ditanamkan apalagi ketika ketemu
dengan Bung Karno itu ya saling sharing ya.
P: Ya.
N: Sehingga apa yang dilakukan oleh Fatmawati ketika dia punya ide-ide,
rasa nasionalisme, rasa senasib dan sepenanggungan mengalir begitu saja
gitu.
P: Oke.
N: Karena memang Fatmawati memang memiliki darah biologis yang orang-
orang yang memang pekerja keras, kemudian ulet, tangguh dan punya nilai
juang tinggi.
P: Kalau misalnya tentang kurir kemerdekaan tadi pak. Saya membaca dari
buku-buku juga ternyata kurir kemerdekaan itu ada kaya ibu-ibu pedagang
pasar yang menyamar jadi mereka seperti memberikan surat-surat itu dari
bakul-bakul di pasar itu secara tersembunyi.
N: Ya, ketika saluran informasi ketika sebagian kita masih dalam perjuangan.
Perjuangan itukan ada gerilya dan perang-perangan. Nah gerilya yang
samar-samar itu juga semua dilakukan karena pada saat itu memang ada
wilayah-wilayah tertentu yang sangat ketat, patrol-patroli colonial
sehingga para pejuang yang memang gigih itu dia punya berbagai macam
cara. Salah satunya adalah pakai penyamaran. Ada pejuang yang jadi
petani, jadi gelandangan, jadi orang-orang biasa tapi kemudian juga karena
lviii
kehati-hatian. Bahkan waktu jaman dulu yang lama itu, orang-orang
tertentu yang memang dicurigai. Jadi pengamanan wilayah-wilayah yang
ketat ya termasuk mungkin sebelum masuk pasar, sebelum masuk
wilayah-wilayah yang sangat strategis itu memang ada penjagaan, ada
pengawasan. Nah disitulah para pejuang mengatur siasat-siasatnya
bagaimana dia bisa menyalurkan informasi termasuk kalau ada info-info
penting tidak diposkan tapi melalui kurir-kurir yang dipercaya agar surat
ini, informasi ini sampai kepada para pejuang. Disitulah salah satu strategi
perjuangan yang dilakukan secara tersembunyi.
P: Ya. Saya juga pernah membaca juga kalau setelah kemerdekaan itu selama
satu bulan Fatmawati dan Sukarno itu tinggalnya berpindah-pindah untuk
mengecoh tentara Belanda dan juga waktu itu Sukarno pernah menyamar
menjadi tukang sayur dan Fatmawati menjadi tukang pecel gitu. Boleh
dijelaskan pak itu bagaimana?
N: Ya itu, gambaran dari sebenarnya memang itu bukan dilakukan oleh
Fatmawati dan Sukarno saja tapi memang bisa dilakukan oleh siapa saja
tapi benar memang Fatmawati tapi memang tadi karena situasi dan kondisi
yang memang harus dilakukan supaya perjuangannya tidak sampai
ketahuan. Karena memang yang diincar sebenarnya bukan Sukarnonya
tetapi memang sekutunya itu mau mematahkan perjuangan.
P: Oke.
N: Tapi kan Sukarno itukan sendiri tidak mungkin dia harus nongol. Kapan
dia harus nongol kapan dia harus bersembunyi. Nah ketika masa-masa
lix
perjuangan yang tidak jelas. Artinya karena kalau pemimpin kolonial itu
sudah kenal Bung Karno mungkin Sukarno tidak diapa-apain gitu ya.
Karena itu tahu Sukarno amat sudah sangat terkenal tapi ditakutkan,
inikan ada para prajurit kolonialis yang tidak mengenal. Pokoknya begitu
mengenal asal mencurigakan langsung ditangkap dan mungkin malah
diinterogasi dan malah ditembak. Nah dikhawatirkan karena kondisi saat
itu memang mengharuskan ada perjuangan secara tantangan, ada
perjuangan gerilyawan da nada memang perjuangan dilakukan dengan
cara-cara supaya tidak ketahuan oleh musuhnya.
P: Ya. Mengenai dapur umum sendiri, boleh dijelaskan pak dapur umum itu
seperti apa dan bagaimanakah peran Fatmawati dalam dapur umum itu dan
apakah ada potret-potret yang mungkin bisa saya lihat sebagai referensi
visualnya pak?
N: Ya, itu hanya ada catatan, tulisan ya.
P: Ya.
N: Memori baik Sukarno maupun Fatmawati karena sudah ada di dalam
buku-buku itu saya kira memang tidak sempat ya. Tidak sempat difoto-
foto karena itu peristiwa berlalu, berjalan secara otomatis ya. Jadi
kalaupun ada foto-foto kan kondisinya tidak memungkinkan.
P: Ya.
N: Yakan. Kecuali kalau ada wartawan-wartawan perang, ada wartawan-
wartawan itu mungkin ada bagian dari foto-foto tapi jikala situasinya tidak
mengizinkan untuk menyempatkan dokumen, arsip maupun gambar-
lx
gambar sehingga peristiwa itu lenyap ya ditinggal jaman kecuali ada
kesaksiaan. Nah keadaan ketika Fatmawati dan Sukarno itu bercerita
bahwa ketika itu juga semua dapur umum dibuka. Jadi ada PKL, PKR itu
bergabung.
P: Ya.
N: Sehingga kemudian para pembantu, para perempuan yang diperbantukan
dalam kesatuan pembantu perang. Kan dulukan ada kesatuan pembantu
perang itukan sifatnya memang selain membantu kalau ada luka-luka
kemudian kalau ada yang kekurangan akomodasi, kekurangan makanan
minuman itu sudah ada bagian dari ngasih bantu. Makanya di rumah-
rumah, di masyarakat itu dibuka pelayanan semacam dapur umum ya.
Tujuannya adalah melayani para pejuang yang memang sedang dalam
kondisi yang dauber-uber oleh colonial sehingga dia memang harus lari ke
dalam desa, ke dalam wilayah yang banyak masyarakatnya, sehingga dia
artinya tidak diketahui bahwa para pejuang itu sudah bersembunyi berada
di tengah masyarakat.
P: Oke, dikatakan juga dalam buku Penyambung Lidah Rakyat, Fatmawati
memberikan ransum kepada barisan berani mati atau gerilyawan menjaga
Pegangsaan Timur saat upacara kemerdekaan untuk itu apakah hal itu
benar pak?
N: Ya. Apapun yang menjadi kesaksiaan Fatmawati maupun Bung Karno.
Karena itukan dia mengalami sendiri peristiwanya ya.
P: Ya.
lxi
N: Jadi dalam logika sejarah itu ada semacam interpretasi sejarah. Nah
kemudian ada analisis sejarah. Nah ketika yang berbicara adalah para
pelaku sejarah biasanya logika sejarahnya itu bisa menerima karena dia
kesaksian langsung ya.
P: Ya.
N: Oleh yang memang mengalami peristiwa jamannya sehingga tidak ada
tanda petik keraguan kecuali ada tafsir lain. Pendapat kemungkinan
terjadinya peristiwa begini, begini atau begini. Nah itu baru bisa diragukan
tapi kalau yang bicara adalah saksi mata itu sendiri seperti Fatmawati
terhadap pelaku sejarah, Bung Karno juga pelaku sejarah maka apa yang
disampaikan Fatmawati dan Bung Karno itu ya banyak benarnya gitu.
Kecuali misalnya durasi waktunya terlalu panjang lama, lalu pelakunya
sudah pikun sudah tua itu perlu dianalisis kembali. Perlu dikritisi kembali
tapi inikan ketika itu Fatmawati masih punya ingatan segar ketika
bercerita, menulis buku biografinya. Demikian juga Bung Karno ketika
walaupun kondisinya sudah tidak punya power lagi, sudah tidak berkuasa
lagi tetapi ketika diwawancarai dia media berita banyak ya bahkan ini
yang mewawancarai inikan seorang wartawan senior yang sudah
berpengalaman seperti itu seperti Cindy Adams.
P: Ya. Pada tahun 1945-1950 juga dikatakan dalam
direktoratk2krs.kemsos.go.id bahwa Fatmawati pernah membantu
memperebutkan arsip-arsip nasional melalui cara apa dan bagaimana
perebutan tentang arsip tersebut dan arsip tentang apakah itu pak?
lxii
N: Nah kalau itu saya belum tahu persis.
P: Baik.
N: Jaman itukan bisa jadi kemungkinan salah tafsir.
P: Ya.
N: Karena kalau memperebutkan arsip. Karena arsip inikan ada 2 macam ya.
Arsip yang dikuasai oleh kolonial Belanda berarti arsip itu berada di luar,
berada di Nederland.
P: Ya.
N: Atau mungkin di Inggris. Tapi ketika arsip itu masih adalam proses
sebenarnya yang paling banyak punya arsip inikan colonial.
P: Ya.
N: Arsip kolonial inikan yang melahirkan, yang membawakan memang
kolonial. Pada saat itukan kita sendirikan tidak memikirkan kearsipan
sehingga bisa jadi ketika jamannya sudah merdeka bahwa cara dalam
kolonial itukan secara sepihak memang yang menguasai kolonial tapi
kemudian secara paska kemerdekaan jauh itukan ada kolaborasi ada kerja
sama antara arsip-arsip di Nederland dan yang di Indonesia.
P: Ya.
N: Nah kalau belum ada itu kemungkinan yang dimaksud itu salah tafsir ya.
P: Ya.
N: Bahwa ada kemungkinan kita-kita mungkin dalam hal itu, Fatmawati
punya kesadaran tinggi. Wah ini bangsa Indonesia ini sejarahnya akan
tertutup apabila tidak ada dokumen-dokumen penguatnya. Apabila tidak
lxiii
ada arsipnya. Bisa jadi Fatmawati itu ada kesadaran yang luar biasa di
dalam literasi bahwa dia ingin bangsa Indonesia punya identitas, punya
catatan, punya sejarah. Salah satunya adalah dokumen.
P: Ya.
N: Nah ketika terjadi itu maka ada pemikiran timbul ini, arsip-arsip yang ada
di kolonial ini perlu dikembalikan gitu ya. Indonesia telah merdeka maka
arsip-arsip tentang Indonesia harus dibawa kembali. Itu kemungkinan.
P: Ya.
N: Fatmawati sudah mau melakukan seperti itu.
P: Ya. Kalau tidak salah di buku autobiografinya pernah dikatakan bahwa
waktu itu Belanda ingin membakar buku-buku buah pemikiran Sukarno
dan waktu itu diamankan oleh Fatmawati kurang lebih 8 buku. Kalau itu
apakah bisa dibilang memperebutkan arsip?
N: Nggak. Kalau itu nggak, jadi begini itu kejadian di Bengkulu ya.
P: Ya.
N: Jadi memang begini, Belanda waktu itukan di Bengkulu. Wah ini Jepang
kan waktu itu mau masuk Bengkulu itu ya.
P: Ya.
N: Maka Belanda tuh sebenarnya politiknya adalah politik bumi hangus. Nah
ketika dia terdesak, terpepet. Apa saja yang ada di wilayah yang dikuasai
termasuk asset-aset itu pemerintah terpikir ingin membumihanguskan
bahkan itu kemarin yang diledakan itu adalah kantong-kantong minyak
lxiv
kan kalau misalnya ingin isi minyak tuh semacam POM. Pangkalan
minyak itu.
P: Ya.
N: Diledakan, nah buku-buku Bung Karno yang digambarkan memang ada
sebagian yang digambarkan ada 11 peti ya tinggal beberapa peti yang
selamat karena semua terbakar ya.
P: Ya.
N: Terbakar atau sengaja dibakar itu tapi yang selamat itu, yang tidak
terbakar itu diselamatkan oleh disimpan oleh Fatmawati dan buku-buku
koleksi Bung Karno yang tersisa itu ada di rumah pengasingan Bung
Karno. Ada satu almari yang masih lumayan juga walaupun ada sekian
peti yang terbakar. Nah itu sebenarnya pada saat itu Bung Karno
rombongannya sudah dilarikan ke Padang gitu ya.
P: Ya.
N: Sehingga yang selamat kemudian buku itu disimpan di salah satu rumah
penduduk di Kebun Rose kalau tidak salah itu ya.
P: Dimana pak?
N: Di wilayah Kebun Rose itukan ada sekolahan ya sempat diselamatkan di
daerah Kebun Rose itu tapi kemudian buku itukan kabarnya mau dikirim
lagi ke Jakarta.
P: Oke.
N: Atas permintaan Sukarno, ceritanya kan begitu ya tapi sebagian memang
kayanya nggak jadi karena akhirnya buku itu kemudian ketika sudah ada
lxv
rumah peninggalan Bung Karno ya sudah buku itu disimpan di dalam
semacam museum ya. Rumah pengasingan Bung Karno diangkut gitu.
P: Oke. Bukunya kira-kira ada judulnya atau cuman kaya catatan-catatan gitu
pak?
N: Wah bukunya banyak sekali.
P: Bukunya banyak?
N: Buku-buku itu sebetulnya buku-buku koleksi Bung Karno selama di
pengasingan di Bengkulu ya. Selama pengasingan di Bengkulu Bung
Karnokan mengkoleksi buku-buku dengan gaji bulanan dia. Walaupun dia
kementrian tapikan dia mendapat gaji kaya PNS gitu.
P: Ya.
N: Gaji bulanan. Salah satu yang disukai Bung Karnokan itukan dia suka,
karena dia kutu bukukan dia suka membaca buku, suka pesan buku dari
luar Bengkulu kemudian dikirim dan dia memang gajinya sebagian
dihabiskan untuk beli buku gitu.
P: Ya, kalau saya boleh tahu bukunya judulnya apa saja ya pak?
N: Bukunya banyak sekali, saya sekali saya tidak ada kesempatan.
P: Oh baik. Nanti coba saya cari ya
N: Karena bukunya sebagian besar inikan sudah ngelotok, kulitnya sudah
mengelupas tapi rata-rata ejaan bahasa Belanda, bahasa Prancis, Jerman
kemudian ada aliran politik, filsafat, macam-macam, musik. Segala
macam buku itu, kemudian belum termasuk yang berbagai macam aliran-
aliran, ada kedokteran, macam-macamlah. Jadi bukunya tidak terfokus ya.
lxvi
P: Ya.
N: Karena kitakan jaman dulu bukunya banyak, buku-buku politik Bung
Karno kemudian kemungkinan ada yang sudah dipinjam siapa, sudah
menyebar dimana yang kemudian tidak kembali lagi.
P: Oh, baik. Saya juga membaca dalam buku Catatan Kecil Fatmawati
bersama Bung Karno bahwa waktu itu saat itu sebutan Istana Negarakan
Istana Merdeka ada ruangan yang dipakai untuk mendidik perempuan-
perempuan Indonesia dalam bidang politik. Boleh dijelaskan pak apakah
peran Fatmawati saat itu? Apakah hanya menemani atau ikut mengajari
begitu pak?
N: Ya, sebenarnya kalau boleh dibilang Fatmawati inikan waktu masih
remaja kecilnya itu kan memang gaul ya.
P: Ya.
N: Dia ingin membangun kembali suasana di kampong halamannya dulu
jadi dia ini juga, dia tidak ingin diam walaupun dia di istana tetapi dia
tidak ingin diam apa yang mau dilakukan oleh seorang first ladynya
Indonesia gitu kecuali dia punya berbagai macam gagasan dan pemikiran.
Ketika dia ingin mengumpulkan ibu-ibu, kaum perempuan itu bisa terjadi
dan ternyata memang Fatmawati karena punya talenta sebagai pengajar,
sebagai guru, sebagai orang yang tanda petik bisa memberikan mentor apa
saja maka niat itu salah satunya diwujudkan dalam bentuk mengumpulkan
para perempuan, dididik, diajari dalam berbagai macam keterampilan dan
wawasan dan pengetahuan begitu.
lxvii
P: Ya. Berarti beliau ikut untuk mengajari itu ya pak saat di Istana Merdeka?
N: Ya, dia memang yang tanda petik memang salah satu mentornya.
P: Oh baik. Berarti mereka kayak, perempuan-perempuan Indonesia ini selain
diajarkan politik oleh Sukarno juga diajari keterampilan seperti menjahit,
seperti itu ya pak, seperti pendidikan buta huruf?
N: Ya. Artinya gini kalau dalam politik inikan urusannya Bung Karnolah ya.
P: Ya.
N: Nah Fatmawati melengkapi, melengkapi bahwa seorang perempuan itu
punya berbagai macam talenta ya.
P: Ya.
N: Sebenarnya talenta-talenta yang diberikan oleh Fatmawati ini yang
memang luput dari perhatian Bung Karno. Bung Karnokan memang
urusannya bagaimana perempuan bisa melek politik dan seterusya tapi
Fatmawati kemudian memberi mentor. Dia sebagai mentor ya.
P: Ya.
N: Memberi keterampilan lain supaya talenta kewanitaan, perempuan ini juga
terbangun. Dia selain sebagai pejuang perempuan, dia juga ibu rumah
tangga.
P: Ya.
N: Dan juga bisa memberikannya kan dia sebenarnya prinsip-prinsip
kemandirian perempuan yang sudah dimiliki oleh Fatmawati juga
diajarkan disana.
lxviii
P: Oke. Dalam direktoratk2krs.kemsos.go.id, Fatmawati juga diceritakan
bahwa Fatmawati berhasil memasukkan beberapa anggota wanita ke
dalam KNIP dan seperti Nyonya Wajikah Sukijo, Nyonya Pujo Utomo
dan Nyonya Mahmudah Masiud berdasarkan Penpres No.17 tahun
1949. Kira-kira kenapa dan apakah Fatmawati itu ikut rapat dan
mengajukan hal tersebut atau dan bagaimana dan apa pengaruhnya
masuknya anggota-anggota wanita tersebut dalam KNIP ini pak?
N: Ya, sebenarnya Fatmawatikan ada di belakang Bung Karno ya.
P: Ya.
N: Karena Bung Karno ini urusannya banyak juga dan ketika terjadi dialogis
dengan Bung Karno, ide-ide Fatmawati sudah disampaikan. Kenapa tidak
sebaiknya ini juga melibatkan kaum perempuan dan seperti itu ya ide-ide
berdua sebenarnya sih ya.
P: Ya.
N: Ketika ide berdua nyambung akhirnya ya eksekusinya ada di Bung Karno.
Tetep.
P: Ya. Karena memang sebenarnya dari buku-buku yang saya baca juga dan
jurnal juga. Jurnal Ulandari itu mengatakan bahwa sebenarnya memang
Fatmawati inikan ide-idenya banyak tapi sayangnya memang wujudnya
itu. Wujud fisiknya tidak ada hanya tersampaikan dari Sukarno. Jadi
mungkin karena itu tidak ada transkip-transkip kaya gitu ya pak?
N: Ya. Karena Fatmawati juga menghargai, dia mungkin juga sudah cukup
sebagai first ladynya Indonesia. Tentunya diakan punya peranan
lxix
bagaimana mengangkat kaum perempuan ini benar-benar tidak sekedar
sebagai pejuang perempuan tetapi juga perempuan punya talenta, punya
berbagai macam kebisaan, punya berbagai macam potensi yang perlu
dikembangkan itu sudah dipikirkan oleh Fatmawati pada jamannya.
P: Ya. KNIP sendirikan berhubungan dengan membantu Presiden itu dan
untuk bidang kewanitaan ini kira-kira berhubungan dengan apa ya pak?
Berhubungan dengan hal apa?
N: Ya, bidang kewanitaan inikan banyak ya. Karenakan kesadaran emansipasi
wanita pada saat itu sudah muncul ya.
P: Oke.
N: Tinggal mempertajam dan memperdalam dan istilah peran Fatmawati
untuk mempertajam, memperdalam emansipasi wanita dalam berbagai
macam bidang kehidupan.
P: Baik, sebagai Ibu Negara Pertama Indonesia, selama dia menjabat sebelum
keluar dari istana itu apa sajakah peran utama terbesar dari Fatmawati
selama pra-kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan sebelum
meninggalkan istana pak? Mungkin secara garis besar.
N: Ya, bahwa Fatmawati setelah berada di Jakarta bergabung dengan Bung
Karno dan menjadi istri Bung Karno, menjadi first ladynya Indonesia, dia
selalu mendampingi ya.
P: Ya.
N: Dengan Bung Karno dan memang itu Bung Karno membutuhkan seorang
pendamping yang ulet, yang gigih, yang luwes dan bisa memberikan
lxx
motivasi, mendorong kemudian memberi semangat sehingga ide-ide yang
bahkan apa yang dilakukan oleh Bung Karno sebetulnya sudah tergodok.
P: Ya.
N: Sudah teranalisis ya. Sudah tergodok banget bersama Fatmawati.
P: Ya.
N: Jadi ketika sampai ke, pindah kota ke Yogyakarta kemudian terjadi
gerilyawannya kemudian stop, Indonesia merdeka dan Bung Karno juga
diundang kemana-mana sampai ke luar negeri, ke India. Itu juga
Fatmawati selalu mendampingi.
P: Ya.
N: Makanya tidak heran ketika Fatmawati diajak ke luar negeri. Kalau tidak
salah satunya ke India. Fatmawati juga tidak banyak simpanan perhiasan
maka ada cerita yang lucu apa Nyonya Presiden atau first ladynya
Indonesia bahwa untuk menghargai status sebagai Nyonya Presiden atau
Istri Presiden maka dia terpaksa harus memakai perhiasan dengan cara
meminjam padahal sesungguhnya memang dia tidak. Memang orangnya
tidak, faktanya dan jiwanya memang jiwa-jiwa pejuang yang sejati itukan
hidupnya sederhana gitu.
P: Ya.
N: Tidak menyimpan atau menumpuk harta gitu. Itu salah satunya.
P: Meminjamnya itu dari siapa pak?
N: Ya, kabarnya itukan cerita dia ya.
P: Ya.
lxxi
N: Dia mengakui bahwa dia meminjam dengan Duta Besarnya mungkin
ketika ke India ya kan ketemu dengan Istri Duta Besar India atau mungkin
Menteri itu kemudian itukan barangkali juga dipaksakan ya.
P: Ya.
N: Karena dia adalah seorang wanita yang sederhana, itu memang ternyata
sederhana dalam hidup, sederhana dalam fisik tapi kemudian tidak
sederhana dalam jiwa dan pikirannya.
P: Ya.
N: Karena perhiasan dan segala macam itukan hanya kulitnya ya.
P: Ya.
N: Nah sebenarnya Fatmawati ingin menunjukkan bahwa seorang itu tidak
harus gemerlap.
P: Baik.
N: Itu luar biasa.
P: Kalau selain itu adakah hal lain pak yang signifikan yang mungkin bisa
saya angkat?
N: Ya, salah satunya kenapa Fatmawati keluar dari istana itu tadi. Karena
memang intinya dia tuh teguh pendirian mempertahankan prinsip.
P: Ya.
N: Bahwa Fatmawati itu punya prinsip yang kuat. Anti poligami gitu.
P: Baik. Kalau selain itu ada lagi pak?
N: Ya, dia tetap mempertahankan tersebut, teguh dalam pendirian. Dia secara
material tidak, sama sekali tidak memikirkan bahwa ketika dia punya
lxxii
kesempatan, punya kekuasaan yang luar biasa sebagai istri Presiden, ada
kecenderungan orang inikan mencari keuntungan-keuntungan material.
P: Ya.
N: Dan menumpuk-numpuk harta, warisan dan sebagainya tapi ini bagi
Fatmawati itu tidak ada gunanya, tidak penting dan yang penting adalah
harga diri dan dia punya prinsip teguh dan juga tetap giat dalam
menjalankan syariat.
P: Baik. Kalau tidak salah ketika menjadi Ibu Negara kan juga menemani
Sukarno untuk melakukan pidato-pidato waktu itu kalau tidak salah di
Cirebon ya pak, dia pernah memberikan pidato dalam lantunan kurang
lebih memberikan semangat-semangat gitu tapi dengan syariat Islam?
Dengan berdoa dan lantunan-lantunan pak.
N: Ya, ya. Fatmawatikan waktu masih remaja itukan dia banyak tanda petik
ya artis dari Bujon (?). Dia punya talenta bernyanyi, suaranya bagus,
narinya juga bagus. Kemudian dia juga bisa memainkan teatrikalnya,
dramanya. Bahkan ketika dia sekolah di sekolah Katholik ya.
P: Ya.
N: Kan setiap tahunnya itukan ada peringatan, peringatan natal gitu ya. Dia
mencoba menjadi peran Maria.
P: Ya.
N: Kemudian ada lagu-lagunya dan dia memerankan seorang tokoh Maria
yang cantik dan seterusnya dan mendapat pujian pada saat itu. Itu
menunjukkan bahwa dia juga pintar menyanyi dan seterusnya.
lxxiii
P: Ya.
N: Ini menunjukkan bahwa Fatmawati selain itu juga punya talenta di bidang
seni, seni pertunjukan.
P: Ya. Fatmawati sendirikan waktu itu di Yogyakarta pernah ketika dia ingin
melakukan dapur umum itu ketika dia minta bahan-bahannya tidak
diberikan oleh orang-orang di sekitarnya akhirnya dia pergi sendiri ke
pasar. Itu apakah benar pak?
N: Ya. Mungkin gini ya. Barangkali apa yang cari Fatmawati itu tidak ada di
kampung situ.
P: Ya.
N: Dan dia butuh bumbu misalnya kan tidak ada. Tidak setiap penduduk
itukan punya, menyimpan berbagai bahan keperluan dapur itu ya.
P: Ya.
N: Ketika itukan memang ditanya. Memang tidak ada, bukan tidak mau gitu.
Karena sudah begitu luar biasa, Fatmawati sudah dikenal di kalangan
penduduk saat itu ya. Artinya apa alternatifnya. Nah ini, ini Fatmawati
langsung kemudian punya kecerdasan, keterampilan. Nggak ada karena ini
butuh dia langsung aja ke pasar. Fatmawati tidak usah harus menunggu-
nunggu, tidak. Tanda petik kemandiriannya itu, tidak bergantung kepada
siapapun. Ketika dia membutuhkan dan tidak ada, dia tahu langsung oh
berarti ini di pasar, dia cari sendiri. Itu sebenarnya menunjukkan bahwa
Fatmawati itu punya kemandirian yang kuat dan tidak bergantung pada
siapapun.
lxxiv
P: Ya.
N: Ketika dia punya niatan, mau membantu dan seterusnya.
P: Baik. Waktu saat menikah, menyetujui untuk menikah dengan Sukarno
yang saya baca di bukunya Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa oleh
Abdul Karim dikatakan bahwa Fatmawati ini nikahnya diwakili ya pak
oleh Sudjono? Karena waktu itu Ir. Sukarno tidak sedang berada di
wilayah itu sih pak. Apakah itu benar?
N: Ya, benar, benar. Bahwa ketika itukan Bung Karno masih di Jakarta
sedang sibuk-sibuknya berjuang gitu ya.
P: Ya.
N: Sehingga ada salah satu keponakannya Kopral Sudjono namanya dijadikan
sebagai wakil jadi nikahnya dengan cara wali, wakil gitu.
P: Ya.
N: Nah itu memang di dalam ajaran Islam itu diperbolehkan. Karena kondisi
Sukarno yang tidak memungkinkan jadi akhirnya ya terjadilah pernikahan
secara wali, secara perwakilan gitu.
P: Kopral Sudjono ini pria ya pak?
N: Ya, itu salah satu kebetulan juga masih dianggap ponakan ya.
P: Masih dianggap ponakan. Boleh dijelaskan tidak pak, maksudnya
pernikahan dengan wali ini tuh seperti apa ya pak? Soalnya saya masih
belum ada gambarannya gitu. Apakah sama-sama berdiri di depan
penghulu terus ijab kabul atau secara gimana pak?
lxxv
N: Ya, sebenarnya ini walikan wakil istilahnya. Jadi tetap ada acara ijab kabul
tapi karena Bung Karno tidak hadir maka sebagai gantinya yang mewakili
itu adalah Sudjono tadi gitu.
P: Berarti yang ijab kabul ke penghulunya tetap Sudjono?
N: Ya tapi namanya yang ini Sukarno.
P: Oh baik. Waktu itu juga di bukunya ada dibilang kalau misalnya
Fatmawati itu karena pernikahannya wakil boleh terpisah gitu kaya
misalnya Fatmawati di ruangan lain tapi kaya Sudjono sendiri yang di
penghulu. Apakah mereka akhirnya duduk bareng-bareng atau terpisah?
N: Ya ketika terjadi ijab kabulkan harus hadir.
P: Oh harus hadir.
N: Harus hadir.
P: Ya.
N: Dan prosesnya itu sah atau tidak.
P: Baik. Berdasarkan hasil diskusi hari ini saya rencananya ingin membuat
kateren gitu pak. Kateren buat novel grafisnya. Nanti akan coba saya bagi-
bagi per halaman tentang konten-konten isinya. Sebenarnya dari artikel
Fatmawati yang Bapak kasih ke saya kemarin yang di word itu sudah
secara garis besar kehidupan Fatmawati sih Pak sama nilai-nilai
perjuangannya tapi mungkin saya bakal lebih fokusin ke peran-perannya
di pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan saat dia jadi Ibu Negara
sih pak.
N: Ya, ya.
lxxvi
P: Atau kira-kira ada yang, di Bengkulu kira-kira ada yang signifikan selain
bertemu dengan Bung Karno pak? Barangkali mungkin, sebenarnya
rencananya kalau bisa saya ingin mengcover kaya cerita-cerita yang tidak
ada dalam buku-buku yang selama ini beredar.
N: Oh ya. Ya sebenarnya masa remaja Fatmawati itukan juga bagus juga
gitukan bisa diekspos gitu ya.
P: Ya.
N: Bisa dieksplor juga.
P: Soalnya memang selama ini di pembelajaran sejarah, rata-rata fokusnya
menjahit bendera Merah Putih sih pak.
N: Ya, ya. Ini makanya yang perlu saya tegaskan.
P: Ya.
N: Fatmawati tuh sebenarnya tidak cuma menyimpan kain Merah Putih gitu
loh.
P: Ya.
N: Artinya tidak sekedar, tidak sekedar berperan sebagai penjahit. Kalau
sebagai penjahit siapapun kan bisa.
P: Ya.
N: Bukan itu masalahnya tapi bagaimana seorang Fatmawati itu sudah
menyimpan kain Merah Putih itu hampir satu setengah tahun gitu loh. Itu
apa bahwa Fatmawati punya perspektif ke depan bahwa Indonesia akan
merdeka. Ketika maka kain yang Merah Putih yang dititipkan oleh Bung
Karno itu disimpan terus.
lxxvii
P: Ya.
N: Sampai pada suatu masanya dan memang sudah punya gagasan, pemikiran
bahwa Indonesia akan merdeka bukan oh ini mau merdeka kita langsung
dijahit. Enggak. Itu persiapannya sudah jauh-jauh tahun ya.
P: Ya.
N: Merekakan ketika ketemu di Jakarta itukan sudah menskenario bahwa
Indonesia akan merdeka maka persiapan segala sesuatu sudah disiapkan.
Nah Fatmawati itu kemudian secara otomatis sudah menyimpannya, sudah
masuk dalam scenario bahwa Indonesia akan merdeka pada tahun sekian
bulan sekian gitu loh. Jadi tidak sekedar menjahit bendera tetapi sudah
merencanakan Indonesia bakal merdeka dan perlu persiapan bendera
Pusaka gitu.
P: Ya. Kurang lebih berarti pembahasan kalau bisa juga mengangkat sisi
remaja Fatmawati bagaimana perkembangan dan pertumbuhannya
kemudian juga mungkin yang Bengkulu tadi bisa saya masukkan untuk
yang dari Bengkulu tadi apakah ada nama-nama tokohnya Pak sebagai
gambaran referensi.
N: Selain dari Bapaknya.
P: Ya.
P: Kurang lebih seperti itu sih pak. Oh ya, kalau misalnya kan dari politik-
politik itu dikeluarkan buku Sarinah. Apakah ada mungkin kaya ide-ide
Fatmawati dalam buku Sarinah ini pak atau murni dari Sukarno saja tapi
diberikan kepada Fatmawati?
lxxviii
N: Bisa jadi. Karena gini, itukan ditulis oleh Bung Karno ya.
P: Ya.
N: Sedangkan Bung Karno inikan banyak mengenal kaum perempuan.
P: Baik.
N: Maka bisa jadi, nurani Bung Karno ini menyatakan bahwa apa Sarinah itu
ada berbagai macam perspektif Bung Karno tentang peempuan. Dia
langsung diberikan nama Sarinah itukan jelas nama perempuan.
P: Ya.
N: Tapi apakah itu ada dalam jiwa Inggit, jiwa Fatmawati, atau jiwa-jiwa
perempuan lain yang ada di hati Sukarno gitu. Tapi semuanya serba
mungkin.
P: Ya.
N: Karena apa yang dibuat oleh Bung Karno mengenai Sarinah inikan Bung
Karno dipengaruhi oleh pola pikir banyak tentang perempuan. Nah
perempuan Bung Karno itukan banyak.
P: Ya.
N: Jadi mungkin yang di Jepang, yang di Indonesia bagian timur, macam-
macam.
P: Baik. Jadi nanti coba ya pak dari hasil diskusi dan wawancara kita hari ini
saya bikin rundown atau secara garis besarnya. Saya bagi per halaman
supaya ada gambaran gitu. Saya ingin minta tolong Bapak untuk
validasi supaya apakah kontennya tepat atau mungkin ada tambah-
lxxix
tambahan. Mungkin nanti akan saya kirimkan lewat pdf , lewat WA atau
tidak words. Supaya Bapak juga bisa edit.
N: Ya. Silahkan
P: Terima kasih sudah meluangkan waktunya ya pak. Ya.
N: Ya.
P: Terima kasih banyak. Selamat sore.
N: Ya. Sama-sama. Selamat sore.
lxxx
LAMPIRAN E: FORM BIMBINGAN
lxxxi