lampiran 1. perhitungan jumlah responden menggunakan

98
165 Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft Universitas Sumatera Utara

Upload: lethuy

Post on 31-Dec-2016

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

165

Lampiran 1.

Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

166

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1: Profesionalisme

Elemen Standar Deskripsi Ideal

1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi

sumpah/janji apoteker

Dalam melaksanakan pengabdian profesi,

apoteker senantiasa berpegang teguh pada

sumpah/janji apoteker Indonesia

1.2. Pelayanan apoteker

Setiap hari pada jam buka, minimal ada

satu apoteker pendamping untuk

memastikan terpenuhinya pelayanan

apoteker

1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode

etik apoteker Indonesia

Dalam bertindak dan mengambil

keputusan, apoteker berpedoman pada

prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker

Indonesia

1.4. Komitmen bekerja Apoteker mempunyai komitmen bekerja

sesuai standar kefarmasian

1.5. Komitmen kehadiran

Apabila berhalangan /terlambat hadir

segera memberitahu kepada individu yang

tepat di tempat kerja

1.6. Tanggungjawab

Apoteker menyelesaikan semua tugas yang

menjadi tanggungjawabnya, dengan

berpedoman pada standar prosedur

opersional

1.7. Kualitas kerja

Penyelesaian semua pekerjaan di apotek,

dilakukan dengan berpedoman pada standar

praktik

1.8. Pencapaian penghargaan Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar

praktik

1.9. Kemandirian

Apoteker mandiri dalam melakukan

pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi

orang lain

1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan bagi masyarakat

Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi

masyarakat, berpedoman pada standar

prosedur opersional dan dicatat dalam

catatan pengobatan

1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien

Dalam hal barang tidak tersedia,

pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan

dari tempat lain tanpa biaya tambahan

1.12. Perlakuan kepada pasien

Apoteker berinteraksi dengan pasien,

memperlakukan dengan rasa hormat yang

sama, terlepas dari latar belakang sosial

atau kemampuan bayarnya

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

167

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)

Elemen Standar Deskripsi Ideal

1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan

pasien untuk membayar

Apoteker memberikan alternatif pilihan

untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai

kemampuan bayar

1.14. Hubungan profesional dengan dokter

Apoteker membangun hubungan

profesional dengan dokter untuk

kemungkinan manajemen terapi terbaik

bagi pasien

1.15. Konsultasi dengan apoteker lain Apoteker melakukan konsultasi dan

kerjasama dengan apoteker/apotek lain

1.16. Kesalahan terapi

Apoteker melaporkan kejadian kesalahan

terapi walaupun tidak ada orang lain yang

menyadari, untuk ditindaklanjuti

penyelesaiannya dengan baik

1.17. Kritik konstruktif Apoteker merespon kritik konstruktif,

melalui penyediaan kotak saran

1.18. Belajar sepanjang hayat

Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

1.19. Program pengembangan profesi

berkelanjutan untuk peningkatan

kompetensi

Apoteker memiliki fasilitas yang

disediakan apotek dalam program

pengembangan profesi berkelanjutan bagi

peningkatan kompetensi

1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional

Apoteker secara teratur melakukan

penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional

1.21. Akses ke jasa informasi untuk

memungkinkan praktik efisien

Apoteker memiliki fasilitas akses tak

terbatas yang disediakan apotek ke sumber

informasi internet dan berbagai literatur

untuk kemungkinan praktik efisien

ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi

Pengelolaan sediaan farmasi melalui

perencanaan yang baik didukung kartu stok

dan buku defekta

2.2. Kualitas sediaan farmasi

Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur

resmi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

168

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)

Elemen Standar Deskripsi Ideal

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi

Penyimpanan sediaan farmasi didukung

fasilitas yang lengkap: lemari pendingin

khusus, rak yang memenuhi persyaratan

penyimpanan pada kondisi ruangan dengan

temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata

untuk mempermudah pencarian

2.4. Obat kadaluwarsa / rusak

Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1

tahun terakhir akan kadaluwarsa dan

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/ rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek

Penataan lingkungan apotik sesuai dengan

fungsi area/ruangan yang mencerminkan

pengaturan profesional

2.6. Area Konseling Area konseling tertutup/ terpisah dari

kegiatan lain

2.7. Ruang Tunggu Mempunyai ruang tunggu yang nyaman

2.8. Keuntungan Keuntungan diambil dengan menerapkan

HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek

2.9. Imbalan

Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan

yang telah ditetapkan, ditambah insentif

sesuai dengan perolehan laba

ASPEK STANDAR 3: DISPENSING

3.1. Persyaratan Administratif Resep Dilakukan penilaian persyaratan

administratif resep

3.2. Penyerahan obat atas resep dokter Penyerahan obat atas resep dokter

dilakukan oleh apoteker

3.3. Aspek ekonomi obat Apoteker mempertimbangan aspek

ekonomi obat

3.4. Penyerahan obat keras

Penyerahan obat keras hanya melalui resep

dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa

resep dilayani oleh apoteker dan dicatat

dalam catatan pengobatan pasien

3.5. Penjelasan dan informasi obat Apoteker memberikan penjelasan dan

informasi obat bagi pasien

ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN

4.1. Konseling Apoteker melaksanakan konseling pada

penggunaan obat

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

169

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)

Elemen Standar Deskripsi Ideal

4.2. Three prime questions

Apoteker menyampaian Three prime

questions pada penyerahan obat melalui

resep

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien

Apoteker melakukan komunikasi dengan

dokter tentang kemajuan terapi pasien

4.4. Kesesuaian farmasetik Apoteker mempertimbangankan kesesuaian

farmasetik

4.5. Pertimbangan Klinis Apoteker melakukan pertimbangan klinis

4.6. Catatan Pengobatan Pasien Apoteker membuat Catatan Pengobatan

Pasien

4.7. Monitoring Penggunaan Obat Apoteker melakukan Monitoring

Penggunaan Obat

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep Apoteker melakukan pemilihan pengobatan

tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien

4.9. Rujukan pasien ke dokter Apoteker melakukan rujukan pasien ke

dokter

ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi

masyarakat

Apoteker menyediakan informasi kesehatan

bagi masyarakat

5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien

dan tenaga kesehatan lain

Apoteker menyediakan informasi obat bagi

pasien dan dokter

5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat

Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran leaflet/brosur atau

poster; dan kegiatan pengabdian

masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

170

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

KATA PENGANTAR

Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU

Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia”, saya

membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya

mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner

pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui e-mail atau facebook, atau Teman

sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan

yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan ":::

→deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara

jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang

salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk

memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait

kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai

responden, saya ucapkan terimakasih

Peneliti,

Wiryanto

Fakultas Farmasi USU Medan

ABSTRAK

Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada kaidah-

kaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas

bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya

perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung

mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah

tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh

siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik

farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek

permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker

praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model

konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan

dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan

berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian

bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional, dan

memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas

hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang

model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas

terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan

kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas elemen-

elemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen praktik

dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik

serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik

farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin

berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju.

Kata kunci: Model revitalisasi, standar praktik, pembinaan, pengawasan, farmasi

komunitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

171

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

IDENTITAS RESPONDEN

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

Yang lain:

Tahun Lulus Apoteker

Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-3 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:

Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek

Ya

Tidak

Status Kepemilikan Apotek

BUMN

Perusahaan Swasta

Perorangan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

172

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA

Tidak ada

PNS

Non PNS

Kota Alamat Apotek:

Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1: Profesionalisme

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah /

janji apoteker ::: →Dalam melaksanakan

pengabdian profesi, apoteker senantiasa

berpegang teguh pada sumpah / janji

apoteker Indonesia

1.2. Pelayanan apoteker ::: →Setiap hari pada

jam buka, minimal ada satu apoteker

pendamping untuk memastikan

terpenuhinya pelayanan apoteker

1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik

apoteker Indonesia ::: →Dalam bertindak

dan mengambil keputusan, apoteker

berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik

Apoteker Indonesia

1.4. Komitmen bekerja ::: →Apoteker

mempunyai komitmen bekerja sesuai

standar kefarmasian

1.5. Komitmen kehadiran ::: →Apabila

berhalangan /terlambat hadir segera

memberitahu kepada individu yang tepat di

tempat kerja

1.6. Tanggungjawab ::: →Apoteker

menyelesaikan semua tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, dengan berpedoman

pada standar prosedur opersional

1.7. Kualitas kerja ::: →Penyelesaian semua

pekerjaan di apotek, dilakukan dengan

berpedoman pada standar praktik

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

173

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.8. Pencapaian penghargaan ::: →Menunjukkan

kinerja terbaik sesuai standar praktik

1.9. Kemandirian ::: →Apoteker mandiri dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa

intervensi orang lain

1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan

kesehatan bagi masyarakat :::

→Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi

masyarakat, berpedoman pada standar

prosedur opersional dan dicatat dalam

catatan pengobatan

1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien ::: →Dalam

hal barang tidak tersedia, pemenuhan

kebutuhan pasien diusahakan dari tempat

lain tanpa biaya tambahan

1.12. Perlakuan kepada pasien ::: →Apoteker

berinteraksi dengan pasien, memperlakukan

dengan rasa hormat yang sama, terlepas

dari latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya

1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien

untuk membayar ::: →Apoteker

memberikan alternatif pilihan untuk

pemenuhan kebutuhan pasien sesuai

kemampuan bayar

1.14. Hubungan profesional dengan dokter :::

→Apoteker membangun hubungan

profesional dengan dokter untuk

kemungkinan manajemen terapi terbaik

bagi pasien

1.15. Konsultasi dengan apoteker lain :::

→Apoteker melakukan konsultasi dan

kerjasama dengan apoteker/apotek lain

1.16. Kesalahan terapi ::: →Apoteker

melaporkan kejadian kesalahan terapi

walaupun tidak ada orang lain yang

menyadari, untuk ditindaklanjuti

penyelesaiannya dengan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

174

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.17. Kritik konstruktif ::: →Apoteker merespon

kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak

saran

1.18. Belajar sepanjang hayat ::: →Apoteker

mengikuti seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

1.19. Program pengembangan profesi

berkelanjutan untuk peningkatan

kompetensi ::: →Apoteker memiliki

fasilitas yang disediakan apotek dalam

program pengembangan profesi

berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi

1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional ::: →Apoteker secara

teratur melakukan penilaian sendiri atas

kompetensi dan aktivitas profesional

1.21. Akses ke jasa informasi untuk

memungkinkan praktik efisien :::

→Apoteker memiliki fasilitas akses tak

terbatas yang disediakan apotek ke sumber

informasi internet dan berbagai literatur

untuk kemungkinan praktik efisien

Aspek Standar 2: Manajerial

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi :::

→Pengelolaan sediaan farmasi melalui

perencanaan yang baik didukung kartu stok

dan buku defekta

2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: →Pengadaan

sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi :::

→Penyimpanan sediaan farmasi didukung

fasilitas yang lengkap: lemari pendingin

khusus, rak yang memenuhi persyaratan

penyimpanan pada kondisi ruangan dengan

temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata

untuk mempermudah pencarian

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

175

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

2.4. Obat kadaluwarsa / rusak ::: →Membuat

penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun

terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan

obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek ::: →Penataan

lingkungan apotik sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang mencerminkan

pengaturan profesional

2.6. Area Konseling ::: →Area konseling

tertutup/ terpisah dari kegiatan lain

2.7. Ruang Tunggu ::: →Mempunyai ruang

tunggu yang nyaman

2.8. Keuntungan ::: →Keuntungan diambil

dengan menerapkan HET, untuk memenuhi

biaya tetap apotek

2.9. Imbalan ::: →Apoteker menerima imbalan

sesuai imbalan yang telah ditetapkan,

ditambah insentif sesuai dengan perolehan

laba

Aspek Standar 3: Dispensing

3.1. Persyaratan Administratif Resep :::

→Dilakukan penilaian persyaratan

administratif resep

3.2. Penyerahan obat atas resep dokter :::

→Penyerahan obat atas resep dokter

dilakukan oleh apoteker

3.3. Aspek ekonomi obat ::: →Apoteker

mempertimbangan aspek ekonomi obat

3.4. Penyerahan obat keras ::: →Penyerahan obat

keras hanya melalui resep dokter,

penyerahan obat daftar OWA tanpa resep

dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam

catatan pengobatan pasien

3.5. Penjelasan dan informasi obat ::: →Apoteker

memberikan penjelasan dan informasi obat

bagi pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

176

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

4.1. Konseling ::: →Apoteker melaksanakan

konseling pada penggunaan obat

4.2. Three prime questions ::: →Apoteker

menyampaian Three prime questions pada

penyerahan obat melalui resep

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien ::: →Apoteker

melakukan komunikasi dengan dokter

tentang kemajuan terapi pasien

4.4. Kesesuaian farmasetik ::: →Apoteker

mempertimbangankan kesesuaian

farmasetik

4.5. Pertimbangan Klinis ::: →Apoteker

melakukan pertimbangan klinis

4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: →Apoteker

membuat Catatan Pengobatan Pasien

4.7. Monitoring Penggunaan Obat :::

→Apoteker melakukan Monitoring

Penggunaan Obat

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep :::

→Apoteker melakukan pemilihan

pengobatan tanpa resep yang paling sesuai

bagi pasien

4.9. Rujukan pasien ke dokter ::: →Apoteker

melakukan rujukan pasien ke dokter

Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat

5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi

masyarakat ::: →Apoteker menyediakan

informasi kesehatan bagi masyarakat

5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan

tenaga kesehatan lain ::: →Apoteker

menyediakan informasi obat bagi pasien dan

dokter

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

177

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat

::: →Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran leaflet/brosur atau

poster; dan kegiatan pengabdian

masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya

KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM:

Mohon dituliskan dibawah ini

Diberdayakan oleh Google Docs

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

178

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.1 1.11 1.12 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7

1.1 Pearson Correlation 1 .349* .560

** .550

** .145 .373

** .480

** .280

* .440

** .389

** .210 .239 .640

** .100 .363

** .224 .024 .255 .291

*

Sig. (2-tailed) .013 .000 .000 .317 .008 .000 .049 .001 .005 .144 .095 .000 .491 .010 .119 .870 .074 .041

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.2 Pearson Correlation .349* 1 .363

** .456

** .233 .224 .530

** .448

** .447

** .312

* .244 .381

** .382

** .292

* .452

** .319

* .150 .498

** .310

*

Sig. (2-tailed) .013 .010 .001 .104 .117 .000 .001 .001 .027 .088 .006 .007 .040 .001 .024 .300 .000 .028

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.3 Pearson Correlation .560** .363

** 1 .486

** .341

* .583

** .526

** .427

** .281

* .262 .591

** .356

* .532

** .220 .328

* .442

** .076 .211 .268

Sig. (2-tailed) .000 .010 .000 .015 .000 .000 .002 .048 .066 .000 .011 .000 .125 .020 .001 .598 .142 .060

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.4 Pearson Correlation .550** .456

** .486

** 1 .208 .250 .678

** .420

** .640

** .556

** .273 .323

* .717

** .156 .459

** .476

** .167 .224 .454

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .146 .080 .000 .002 .000 .000 .055 .022 .000 .280 .001 .000 .246 .118 .001

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.5 Pearson Correlation .145 .233 .341* .208 1 .372

** .241 .343

* .303

* .054 .250 .137 .171 .085 .177 .265 .195 .259 .173

Sig. (2-tailed) .317 .104 .015 .146 .008 .092 .015 .032 .710 .080 .343 .239 .559 .219 .063 .174 .069 .230

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.6 Pearson Correlation .373** .224 .583

** .250 .372

** 1 .333

* .357

* .276 .232 .671

** .318

* .393

** .358

* .515

** .436

** .028 .249 .380

**

Sig. (2-tailed) .008 .117 .000 .080 .008 .018 .011 .053 .106 .000 .024 .005 .011 .000 .002 .849 .081 .006

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.7 Pearson Correlation .480** .530

** .526

** .678

** .241 .333

* 1 .649

** .688

** .640

** .350

* .405

** .585

** .323

* .421

** .437

** .301

* .302

* .434

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .092 .018 .000 .000 .000 .013 .004 .000 .022 .002 .002 .033 .033 .002

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

1.8 Pearson Correlation .280* .448

** .427

** .420

** .343

* .357

* .649

** 1 .583

** .359

* .312

* .474

** .351

* .306

* .334

* .388

** .116 .207 .206

Sig. (2-tailed) .049 .001 .002 .002 .015 .011 .000 .000 .010 .027 .001 .013 .031 .018 .005 .423 .150 .152

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

179

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

2.8 2.9 2.1 2.11 2.12 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 5.1 5.2 Total

.353* .246 -.021 .233 .123 .336

* .356

* .092 .280

* .475

** .331

* .458

** .246 .485

** .118 .180 .262 .388

** .220 .169 .332

* .493

**

.012 .085 .884 .103 .395 .017 .011 .525 .049 .000 .019 .001 .085 .000 .416 .210 .066 .005 .125 .247 .019 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.363** .429

** .445

** .283

* .343

* .547

** .395

** .240 .489

** .663

** .567

** .467

** .407

** .566

** .484

** .632

** .510

** .404

** .401

** .224 .444

** .681

**

.010 .002 .001 .046 .015 .000 .004 .094 .000 .000 .000 .001 .003 .000 .000 .000 .000 .004 .004 .121 .001 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.168 .378** .123 .072 -.031 .371

** .382

** .373

** .304

* .514

** .274 .398

** .267 .386

** .237 .369

** .325

* .288

* .119 .233 .322

* .541

**

.244 .007 .395 .619 .829 .008 .006 .008 .032 .000 .054 .004 .061 .006 .098 .008 .021 .043 .409 .107 .022 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.421** .549

** .347

* .325

* .105 .420

** .455

** .099 .322

* .537

** .323

* .315

* .443

** .541

** .393

** .434

** .467

** .433

** .176 .265 .550

** .665

**

.002 .000 .014 .021 .469 .002 .001 .492 .022 .000 .022 .026 .001 .000 .005 .002 .001 .002 .222 .066 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.174 .181 .278 .256 .083 .208 .125 .420** .086 .321

* .142 .246 .154 .301

* .267 .253 .283

* .187 .169 .070 .115 .363

**

.227 .207 .051 .073 .567 .148 .387 .002 .554 .023 .324 .085 .286 .033 .061 .076 .046 .194 .240 .633 .426 .010

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.316* .285

* .159 .136 .218 .357

* .275 .490

** .174 .369

** .291

* .354

* .148 .161 .190 .219 .243 .450

** .286

* .235 .286

* .509

**

.026 .044 .269 .345 .128 .011 .053 .000 .228 .008 .040 .012 .305 .265 .185 .127 .089 .001 .044 .104 .044 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.410** .439

** .521

** .371

** .137 .508

** .526

** .308

* .410

** .562

** .364

** .384

** .497

** .641

** .491

** .500

** .527

** .278 .336

* .304

* .510

** .735

**

.003 .001 .000 .008 .343 .000 .000 .030 .003 .000 .009 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .050 .017 .034 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.090 .295* .326

* .266 .054 .455

** .315

* .448

** .320

* .552

** .101 .198 .506

** .628

** .345

* .523

** .617

** .190 .157 .314

* .538

** .602

**

.535 .038 .021 .062 .707 .001 .026 .001 .023 .000 .486 .167 .000 .000 .014 .000 .000 .186 .277 .028 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

180

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

4.4 Pearson Correlation .118 .484** .237 .393

** .267 .190 .491

** .345

* .457

** .501

** .233 .375

** .295

* .256 .313

* .490

** .361

* .274 .350

*

Sig. (2-tailed) .416 .000 .098 .005 .061 .185 .000 .014 .001 .000 .104 .007 .040 .073 .027 .000 .010 .054 .013

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

4.5 Pearson Correlation .180 .632** .369

** .434

** .253 .219 .500

** .523

** .500

** .423

** .265 .447

** .453

** .203 .456

** .545

** .351

* .433

** .341

*

Sig. (2-tailed) .210 .000 .008 .002 .076 .127 .000 .000 .000 .002 .063 .001 .001 .157 .001 .000 .012 .002 .016

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

4.6 Pearson Correlation .262 .510** .325

* .467

** .283

* .243 .527

** .617

** .561

** .472

** .297

* .508

** .520

** .318

* .406

** .555

** .368

** .351

* .334

*

Sig. (2-tailed) .066 .000 .021 .001 .046 .089 .000 .000 .000 .001 .036 .000 .000 .024 .003 .000 .009 .012 .018

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

4.7 Pearson Correlation .388** .404

** .288

* .433

** .187 .450

** .278 .190 .425

** .401

** .404

** .431

** .498

** .152 .509

** .437

** .130 .265 .488

**

Sig. (2-tailed) .005 .004 .043 .002 .194 .001 .050 .186 .002 .004 .004 .002 .000 .291 .000 .001 .370 .063 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

4.8 Pearson Correlation .220 .401** .119 .176 .169 .286

* .336

* .157 .359

* .396

** .223 .359

* .455

** .073 .376

** .429

** .299

* .324

* .508

**

Sig. (2-tailed) .125 .004 .409 .222 .240 .044 .017 .277 .010 .004 .120 .011 .001 .615 .007 .002 .035 .022 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

5.1 Pearson Correlation .169 .224 .233 .265 .070 .235 .304* .314

* .387

** .261 .301

* .275 .224 .015 .358

* .421

** .394

** .146 .214

Sig. (2-tailed) .247 .121 .107 .066 .633 .104 .034 .028 .006 .070 .035 .056 .126 .919 .012 .003 .005 .317 .140

N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 48 49 49 49 49 49 49

5.2 Pearson Correlation .332* .444

** .322

* .550

** .115 .286

* .510

** .538

** .602

** .543

** .293

* .491

** .557

** .112 .551

** .571

** .317

* .153 .424

**

Sig. (2-tailed) .019 .001 .022 .000 .426 .044 .000 .000 .000 .000 .039 .000 .000 .439 .000 .000 .025 .288 .002

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

Total Pearson Correlation .493** .681

** .541

** .665

** .363

** .509

** .735

** .602

** .755

** .680

** .529

** .626

** .700

** .358

* .709

** .708

** .438

** .540

** .592

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .001 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

181

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

.405** .668

** .691

** .651

** .319

* .527

** .572

** .325

* .127 .443

** .468

** .520

** .584

** .650

** 1 .718

** .755

** .453

** .523

** .376

** .426

** .707

**

.004 .000 .000 .000 .024 .000 .000 .021 .379 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .008 .002 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.320* .592

** .554

** .454

** .248 .602

** .608

** .381

** .387

** .731

** .465

** .540

** .591

** .700

** .718

** 1 .734

** .498

** .536

** .325

* .581

** .773

**

.024 .000 .000 .001 .082 .000 .000 .006 .005 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .023 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.416** .581

** .498

** .443

** .188 .654

** .518

** .301

* .354

* .671

** .411

** .561

** .736

** .781

** .755

** .734

** 1 .512

** .512

** .485

** .649

** .799

**

.003 .000 .000 .001 .192 .000 .000 .034 .012 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.597** .425

** .300

* .294

* .405

** .440

** .445

** .315

* .297

* .511

** .560

** .627

** .410

** .497

** .453

** .498

** .512

** 1 .577

** .341

* .542

** .665

**

.000 .002 .034 .038 .004 .001 .001 .026 .036 .000 .000 .000 .003 .000 .001 .000 .000 .000 .016 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.549** .321

* .415

** .526

** .349

* .418

** .548

** .201 .300

* .360

* .502

** .498

** .486

** .488

** .523

** .536

** .512

** .577

** 1 .306

* .527

** .617

**

.000 .023 .003 .000 .013 .003 .000 .161 .034 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .032 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.369** .417

** .356

* .316

* .122 .507

** .345

* .275 .183 .159 .325

* .429

** .390

** .309

* .376

** .325

* .485

** .341

* .306

* 1 .580

** .504

**

.009 .003 .012 .027 .403 .000 .015 .056 .209 .277 .023 .002 .006 .030 .008 .023 .000 .016 .032 .000 .000

49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49

.476** .503

** .383

** .284

* .190 .538

** .406

** .204 .383

** .479

** .276 .429

** .650

** .563

** .426

** .581

** .649

** .542

** .527

** .580

** 1 .723

**

.000 .000 .006 .045 .186 .000 .003 .155 .006 .000 .053 .002 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

.627** .683

** .632

** .529

** .435

** .721

** .671

** .454

** .511

** .767

** .654

** .660

** .724

** .761

** .707

** .773

** .799

** .665

** .617

** .504

** .723

** 1

.000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

182

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

Reliability

Case Processing Summary N %

Cases Valid 48 96.0

Excludeda 2 4.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.9560 40

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

183

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Pembinaan

dan

pengawasan:

Pemerintah

dan OP belum

tegas dan

belum

konsisten

Butuh proses

pembinaan

secara

bertahap

IAI masih

harus

berupaya

keras

mewujudkan

visi dan

melaksanakan

misi

Menambah

kewenangan

apoteker

>44 Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya

dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus

ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan

apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional.

Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan

kefarmasian bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang

berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak

konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah

dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak

menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik

kefarmasian yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana

seharusnya.

Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan

adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran

apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada

pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti

akan melaksanakan apa yang telah diatur.

IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap

kehadiran apoteker di sarana kefarmasian, dan IAI juga diberi

wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut

juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan.

Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan

dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan

dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker

dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan,

yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar

praktik dan tidak mengikuti kode etik.

Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA

tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir

semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan

apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat

kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses

untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang.

Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak

anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam

memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam

keanggotaan.

Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan

mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya.

Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu

dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan

perilaku profesional apoteker.

Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya

menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik

Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya

Database Apoteker yang ada harap diadakan selengkap-lengkapnya

ada petugas tetap yang mengupdatenya atau dibuat sistem di

mana apoteker dapat mengupdate status apotekernya sendiri,

misal dengan login ke account di IAI. Hal ini untuk memastikan

bahwa semua informasi terbaru tentang kebijakan maupun kegiatan

continuing education dapat tersosialisasi dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

184

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar

toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu

konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika

mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas

kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya.

Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus

dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk

memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya

sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh

apoteker sendiri.

Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh

pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi

izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar

kelayakan profesi

Permasalahan

praktis:

Rasa keadilan

belum

mendapatkan

perhatian

PSA tidak

memahami

aturan

Posisi tawar

sangat lemah

Persaingan

tidak sehat

>36 Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik

perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat

melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang

membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya

depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang

bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes

atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi

juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan

waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di

atas tadi....adilkah?

Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan

kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga

APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk

apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering

mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam

menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan

fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil...,

akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya)

sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi...

Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang

diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/PSA pun

seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker

juga nyaman dan dapat menjalankan kefarmasiannya sesuai dengan

yang diharapkan masyarakat.

Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan

menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik,

profesionalisme, karena harus mempertahankan omset. Saya

pernah beli di beberapa apotek, adalat oros, maintate, antidiabet

oral, dsb dengan mudahnya diberi tanpa ditanya ini itu. Beberapa

apotek ada yang melayani periksa asam urat, kolesterol, gula darah

dilakukan oleh AA. Di sebuah apotek yang terkenal bila beli obat

keras di beri struk pembayaran tertulis atas resep dokter.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

185

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Komitmen:

Menuju

paradigma

baru,

pelayanan

berorientasi

pasien

Menaikkan

nilai tawar

bagi

terwujudnya

praktik yang

lebih baik

Bekerja

sebagai APA

sebaik-

baiknya atau

tidak menjadi

APA sama

sekali

>50 Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang

diperlukan adalah:

a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan

lewat pelayanan kefarmasian agar dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien

b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented

c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam

produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease,

tapi managing desease, managing health dan preventing

desease

Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula

bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam

penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme,

manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian dan pelayanan

kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan

kewajiban Apoteker

Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan

hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya

apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek

nggak pernah .. bagaimana?

Kalau tak sanggup melaksanakan standar kefarmasian sebagai

apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak

memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan

menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu

profesi apoteker.

Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di

kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini....

Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka

malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di

atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes

maupun organisasi ISFI/IAI.

Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum

menerapkan pharmaceutical care

Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya

diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat

untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini. Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar,

sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya

Sebaiknya dilakukan tindakan yang real dalam pengembangan

peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai wacana karena

sampai saat ini belum terdapat perubahan yang nyata.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

186

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Kompetensi:

Pemberdaya-

an lembaga

pendidikan

Kompetensi

tidak bisa

diperoleh

hanya melalui

PUKA/SKPA

saja,

diperlukan

sistem

CPD/CE

Butuh

pengembang-

an kearah

ilmu-ilmu

sosial

humaniora

>18 Kompetensi bagi APA sangat penting, lembaga pendidikan

pencipta sumber daya apoteker yang kompeten, harus yang

pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan

misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud.

Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan

kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap

bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek

beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2

di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga

hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun….

bingung

Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang

meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker.

Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai

sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah

ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan

peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah

rasa percaya diri.

Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari

seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah

mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan

jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi

bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus

rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya

bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar

ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen

lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting

diketahui seorang apoteker.

Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul

sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh

dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat

wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk

memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi,

karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail

tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut

apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah

sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu

serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi

profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik

yang tepat antara pasien dan apoteker.

Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih

meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu

selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek

kefarmasian.

Untuk mencapai standar kompetensi seorang apoteker, harus

dimulai sejak dari kuliah. Pendidikan Tinggi Farmasi semestinya

memberikan fasilitas bagi perubahan paradigma mahasiswa, yang

selama ini scientist bergeser ke sosial dan komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

187

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang

klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya

percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih

mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA

Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia

siap baik dari sisi ilmu, kapasitas diri, percaya diri bisa jadi

apoteker profesional.

Imbalan:

Profesi APA

belum melum

menjanjikan

masa depan

Perlu ada

standarisasi

imbalan

Perlu adanya

persyaratan

studi

kelayakan

pada

pendirian

apotek

>31 Mohon untuk mensejahterakan apoteker, bila memang apoteker

dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji

apoteker di atas 2 juta....untuk syarat pendirian apotek yang

bukan milik apoteker..... karena sebagian apoteker masih berat bila

stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma

standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali....

Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya

kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana

profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang

pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai

wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan

merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benar-

benar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya.

Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai

komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan

PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP

51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya… apakah

PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan

apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik.

Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70%

jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS),

Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat

di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan

bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari

sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan).

Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan

dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu

meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base

kasus lapangan.... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya

sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat

atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi....

Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggung-

jawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang

diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek

juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg

terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Imbalan apoteker disesuaikan dengan standar kelayakan profesi

dan ada baiknya diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal

pendirian apotek ada baiknya dilakukan studi kelayakan oleh

pihak pendiri apotek dan oleh pemerintah sebagai pemberi izin

agar kelangsungan apotek dapat berjalan dengan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

188

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak

sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang

harus dilakukan.

Dukungan:

Secara umum

penelitian ini

mendapatkan

dukungan

positif

>117 Disertasi bapak sangat bagus.. Semoga hasil disertasi bapak

dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan

pekerjaan kefarmasian yang lebih aplikatif di Indonesia..

Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan

profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di

antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara

dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hak-

hak/upah atas jasa profesi kita.

Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat

terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia.

Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat

diterapkan....

Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat

bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang

farmasi.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara

nyata, tidak hanya sekedar wacana saja.

Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau

seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di

masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator,

sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional...

Komentar

lain-lain:

Masih ada

keinginan

untuk praktik

tidak

professional

Masih ada

ketidak

pahaman

profesi

>15 Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan

meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih

mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa

apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya

meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru

menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan

resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya

adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya

untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut.

Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut

berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan

adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali.

Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh

melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter"

HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu

karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak

ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes

terhadap harga.

Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat

apoteker.

Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di

negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan

apoteker karena berkaitan dengan biaya operasional apotek.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

189

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas (Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24

jam, setidaknya buka pukul 08.00 s/d 21.00) untuk memaksimalkan

pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping

demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka

berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker

pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi.

Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja

melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker?

Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja

menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker,

adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan

masyarakat.

Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker

bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan

pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang

racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau

penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan

apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon.

Demikian pula sebaliknya.

Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi

bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat

daripada harus membayar 2 apoteker

Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah

setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam

kuestioner

Total 292

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

190

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

Kata Pengantar

Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU

Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di

Indonesia”, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner pertama yang telah selesai dilakukan,

saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data

dimaksud adalah ►diskripsi keadaan nyata elemen-elemen standar praktik farmasi

komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan

Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan

►diskripsi untuk masing-masing elemen standar dengan cara “klik” kolom dengan

nomor yang sesuai dengan nomor ►diskripsi yang sejawat pilih di bawah ini. Oleh

karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang

sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini

sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan ►deskripsi

secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya.

Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat

akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Medan, 22 Juni 2012

Peneliti,

Wiryanto

Fakultas Farmasi USU Medan

IDENTITAS RESPONDEN

Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

Yang lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

191

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

Tahun lulus apoteker:

Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker

Pengelola Apotek

Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek

PNS di lingkungan Badan POM

PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan

PNS di Rumah Sakit Pemerintah

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta

Tidak ada pekerjaan lain

Yang lain:

Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-4 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:

Imbalan per bulan (Rp.)

Sampai dengan 1.000.000

>1.000.000 - 2.000.000

>2.000.000 - 3.000.000

>3.000.000 - 4.000.000

>4.000.000

Yang lain:

Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan

Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan

Standar Praktik sesuai PP.51/2009

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

192

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan

Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang

tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya

yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut

Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil

Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan

keadaan nyata di lapangan

sangat mungkin

mungkin

tidak mungkin

Kepemilikan Apotek

Milik Sendiri

Milik PSA perorangan

Milik Perusahaan Swasta

Milik BUMN

Yang lain:

Rata-rata jumlah lembar resep per hari.

Tuliskan dalam angka saja

Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep.

Tuliskan dalam angka saja

Rata-rata omset (Rp.) per hari.

Tuliskan dalam angka saja

Jumlah tenaga kefarmasian selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek.

Tuliskan dalam angka saja

Apoteker Pendamping

Tenaga Teknis Kefarmasian

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

193

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

Kota / Kabupaten.

Tuliskan nama kota atau kabupaten dimana apotek berada

KUESIONER Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Aspek Standar 1. Profesionalisme Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

1 2 3

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam

melaksanakan praktik kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang

teguh pada sumpah/janji ► 2. Tidak sepenuhnya berpegang teguh

pada sumpah/janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik

kefarmasian

1.2. Pelayanan langsung apoteker: ► 1. Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam

tertentu, tidak ada apoteker pendamping ► 3. Tidak dilakukan,

tidak ada apoteker pendamping

1.3. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia,

dalam bertindak dan mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman

pada prinsip-prinsip kode etik ► 2. Tidak sepenuhnya

berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah

bertindak dan mengambil keputusan

1.4. Komitmen bekerja apoteker: ► 1. Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai

kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja

1.5. Komitmen kehadiran apoteker, bila terlambat/berhalangan hadir:

► 1. Segera memberitahu ► 3. Tidak memberitahu

1.6. Tanggungjawab apoteker dalam menyelesaikan tugas: ► 1.

Menyelesaikan seluruh tugas yang menjadi tanggungjawabnya ►

2. Menyelesaikan sebagian tugas yang menjadi

tanggungjawabnya ► 3. Tidak menyelesaikan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya

1.7. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian semua

pekerjaan di apotek ► 1. Berpedoman pada standar prosedur

opersional ► 3. Berpedoman pada kebiasaan, belum ada standar

prosedur opersional

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

194

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

1 2 3

1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker: ► 1.

Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2.

Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan

situasi ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian

1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: ►

1. Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan ► 2.

Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak

diusahakan dari tempat lain

1.10. Perlakuan apoteker kepada pasien: ► 1. Berinteraksi dengan

pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya ► 2. Berinteraksi dengan pasien bila diperlukan ► 3.

Tidak berinteraksi dengan pasien

1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Dilakukan oleh siapa saja

1.12. Hubungan profesional apoteker dengan dokter: ► 1. Dibangun

untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien ► 3.

Tidak dibangun

1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek

lain: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan

1.14. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1.

Menindaklanjuti penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti

penyelesaiannya

1.15. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: ► 1. Merespon

dengan menyediakan kotak saran ► 2. Merespon, tidak

menyediakan kotak saran ► 3. Tidak merespon, tidak

menyediakan kotak saran

1.16. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan

organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam

rangka belajar sepanjang hayat: ► 1. Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti ► 2. Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti ► 3. Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti

1.17. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi

berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: ► 1. Lebih

dari 60% diberikan apotek ► 2. Kurang dari 60% diberikan

apotek ► 3. Kurang dari 30% diberikan apotek

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

195

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

1 2 3

1.18. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional

apoteker: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan

1.19. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih efisien: ► 1.

Disediakan apotek ► 3. Tidak disediakan apotek

Aspek Standar 2. Manajerial

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati

keadaan nyata di apotek sejawat

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi: ► 1. Melalui perencanaan yang

baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong ► 2.

Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah

satu kartu stok atau buku catatan barang kosong ► 3. Melalui

perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun

buku catatan barang kosong

2.2. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: ► 1.

Melalui jalur resmi ► 3. Tidak hanya melalui jalur resmi

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi: ► 1. Didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah

ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk

mempermudah pencarian ► 2. Kurang didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang

memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang

kurang teratur ► 3. Tidak didukung fasilitas yang memadai:

lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syarat-

syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur

2.4. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: ► 1. Membuat penandaan

bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 2. Tidak

membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan

kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/rusak ► 3. Tidak menangani secara khusus obat-

obat kadaluwarsa/rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek: ► 1. Sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional ► 2.

Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan ► 3. Tidak melakukan

penataan lingkungan apotik

2.6. Area Konseling: ► 1. Tertutup/terpisah dari kegiatan lain ► 2.

Tidak terpisah dari kegiatan lain ► 3. Tidak mempunyai area

konseling

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

196

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

1 2 3

2.7. Ruang Tunggu: ► 1. Nyaman ► 2. Seadanya ► 3. Tidak punya

2.8. Keuntungan: ► 1. Menerapkan sistem yang dapat menjamin

pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah

yang wajar ► 3. Menerapkan sistem yang tidak dapat menjamin

pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah

yang wajar

2.9. Imbalan apoteker: ► 1. Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif

sesuai omset ► 2. Layak sesuai ketentuan ► 3. Tidak layak,

tidak sesuai ketentuan

Aspek Standar 3. Dispensing

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati

keadaan nyata di apotek sejawat

3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Tidak dilakukan pengecekan

3.2. Penyerahan obat atas resep dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker

► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan

oleh siapa saja

3.3. Pertimbangan aspek ekonomi obat: ► 1. Dilakukan oleh Apoteker

► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

dilakukan

3.4. Penyerahan obat keras: ► 1. Hanya melalui resep dokter ► 2.

Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh

apoteker ► 3. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep

dokter oleh siapa saja

3.5. Penjelasan dan informasi obat: ► 1. Diberikan oleh Apoteker ►

2. Diberikan oleh tenaga kefarmasian ► 3. Diberikan oleh siapa

saja

Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati

keadaan nyata di apotek sejawat

4.1. Konseling pada penggunaan obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker

► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

197

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

1 2 3

4.2. Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep: ► 1.

Disampaikan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2.

Disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

dilakukan

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat► 1.

Dilakukan oleh apoteker 2. Dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan

4.4. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Tidak dilakukan

4.5. Pertimbangan Klinis: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.

Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan

4.6. Catatan Pengobatan Pasien: ► 1. Diselenggarakan oleh apoteker

► 2. Diselenggarakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

diselenggarakan

4.7. Monitoring Penggunaan Obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.

Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien:

► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja

4.9. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Tidak dilakukan

Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati

keadaan nyata di apotek sejawat

5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat,

pasien, dan tenaga kesehatan lain ► 1. Disediakan oleh Apoteker

► 2. Disediakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

disediakan

5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: ► 1. Dilakukan

melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau

poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan

sejenisnya ► 3. Tidak dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

198

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas (Sambungan)

Usulan/masukan yang lebih konstruktif pilihan deskripsi:

Apabila ada mohon dituliskan dibawah ini

Diberdayakan oleh Google Docs

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

199

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1. Profesionalisme

Elemen Standar Deskripsi Ideal

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi

sumpah / janji dalam melaksanakan

praktik kefarmasian

Senantiasa berpegang teguh pada sumpah /

janji

1.2 Akuntabilitas apoteker memenuhi kode

etik apoteker Indonesia, dalam

bertindak dan mengambil keputusan

Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik

1.3. Komitmen bekerja apoteker Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar

praktik

1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam

melakukan praktik kefarmasian,

Mempunyai kemandirian sikap, tanpa

intervensi orang lain

1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien

Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari

latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya

1.6. Pelayanan langsung apoteker Setiap hari pada jam buka, minimal ada

satu apoteker pendamping

1.7. Hubungan profesional apoteker dengan

dokter

Dibangun untuk kemungkinan manajemen

terapi terbaik bagi pasien

1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker

dengan apoteker dari apotek lain

Dilakukan

1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian

kesalahan terapi

Menindaklanjuti langsung penyelesaiannya

1.10. Sikap apoteker terhadap kritik

konstruktif

Menyediakan kotak saran untuk merespon

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat

Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti

1.12. Penilaian apoteker sendiri atas

kompetensi dan aktivitas

profesionalnya

Dilakukan

Aspek Standar 2. Manajerial

2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas

kerja

Berpedoman pada standar prosedur

opersional dalam menyelesaian semua

pekerjaan

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam

hal barang tidak tersedia

Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya

tambahan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

200

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)

Elemen Standar Deskripsi Ideal

2.3. Fasilitas untuk mengikuti program

pengembangan profesi berkelanjutan

dalam rangka peningkatan kompetensi

Lebih dari 60% diberikan apotek

2.4. Akses ke sumber informasi internet

dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker

menjadi lebih baik

Disediakan apotek

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi Melalui perencanaan yang baik, didukung

kartu stok dan buku catatan barang kosong

2.6. Pengadaan sediaan farmasi

hubungannya dengan kualitas

Melalui jalur resmi

2.7. Penyimpanan sediaan farmasi

Didukung fasilitas yang memadai: lemari

pendingin khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan dengan

temperatur ruangan yang telah ditetapkan,

dengan penataan yang sangat teratur untuk

mempermudah pencarian penyimpanan,

dengan penataan yang kurang teratur

2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak

Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1

tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/ rusak

2.9. Penataan lingkungan apotek Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan profesional

2.10. Area Konseling Tertutup/ terpisah dari kegiatan lain

2.11. Ruang Tunggu Nyaman

2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai

tenaga profesional

Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif

sesuai omset

ASPEK STANDAR 3. DISPENSING

Elemen Standar Deskripsi Ideal

3.1. Pengecekan persyaratan administratif

resep

Dilakukan oleh Apoteker

3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat Dilakukan oleh Apoteker

3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk

pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk

membayar

Dilakukan oleh apoteker

3.4. Penyerahan obat keras Hanya melalui resep dokter oleh Apoteker

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

201

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)

Elemen Standar Deskripsi Ideal

3.5. Penyerahan obat atas resep dokter Dilakukan oleh apoteker

3.6. Penjelasan dan informasi obat Diberikan oleh Apoteker

Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian

4.1. Konseling pada penggunaan obat Dilakukan oleh apoteker

4.2. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien

Dilakukan oleh apoteker

4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik Dilakukan oleh apoteker

4.4. Pertimbangan Klinis Dilakukan oleh apoteker

4.5. Catatan Pengobatan Pasien Diselenggarakan oleh apoteker

4.6. Monitoring Penggunaan Obat Dilakukan oleh apoteker

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang

paling sesuai bagi pasien

Dilakukan oleh apoteker

4.8. Rujukan pasien ke dokter, bila

diperlukan,

Dilakukan oleh apoteker

Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

5.1. Informasi kesehatan termasuk

informasi obat bagi masyarakat,

pasien, dan tenaga kesehatan lain

Disediakan oleh Apoteker

5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat

Dilakukan melalui diseminasi informasi:

penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan

kegiatan pengabdian masyarakat:

penyuluhan dan sejenisnya

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

202

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

Standar 1. PROFESIONALISME

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi

sumpah/janji dalam melaksanakan

praktik kefarmasian:

Senantiasa berpegang teguh

pada sumpah/janji

Tidak sepenuhnya berpegang

teguh pada sumpah/janji

Tidak berpegang teguh pada

sumpah/janji 0

1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi

kode etik apoteker Indonesia, dalam

bertindak dan mengambil keputusan:

Berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak sepenuhnya

berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak pernah bertindak dan

mengambil keputusan 0

1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai standar praktik

Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai kondisi dan situasi Tidak menunjukkan kinerja 0

1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam

melakukan praktik kefarmasian:

Mempunyai kemandirian

sikap, tanpa intervensi orang

lain

Tidak mempunyai

kemandirian sikap, mengikuti

kondisi dan situasi

Tidak melakukan praktik

kefarmasian 0

1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:

Berinteraksi dengan pasien,

terlepas dari kondisi dan

situasi

Berinteraksi dengan pasien,

tergantung kondisi dan

situasi

Tidak berinteraksi dengan

pasien 0

Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi

2. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek

3. Besaran nilai setiap elemen standar adalah bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

203

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

1.6. Pelayanan langsung apoteker:

Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker

pendamping

Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 0

1.7 Hubungan profesional apoteker

dengan dokter, untuk kemungkinan

manajemen terapi terbaik bagi pasien:

Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 0

1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker

dengan apoteker dari apotek lain,

menuju praktik farmasi yang baik:

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 0

1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian

kesalahan terapi:

Menindaklanjuti secara

langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi

Tidak menindaklanjuti

secara langsung

penyelesaiannya

0

1.10 Sikap apoteker terhadap kritik

konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi

Tidak menyediakan kotak

saran 4

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

204

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat:

Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti 4

1.12. Penilaian apoteker sendiri atas

kompetensi dan aktivitas

profesionalnya :

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4

Standar 2. MANAJERIAL

2.1. Mewujudkan kualitas dan

akuntabilitas kerja:

Menerapkan standar prosedur

opersional dalam

menyelesaian semua pekerjaan

Tidak ada deskripsi

Tidak berpedoman pada

standar prosedur opersional

dalam menyelesaian semua

pekerjaan

4

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien

dalam hal barang tidak tersedia:

Diusahakan dari tempat lain

tanpa biaya tambahan

Diusahakan dari tempat lain

dengan biaya tambahan

Tidak diusahakan dari

tempat lain 4

2.3. Fasilitas untuk mengikuti program

pengembangan profesi berkelanjutan

dalam rangka peningkatan kompetensi:

Lebih dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 30% diberikan

apotek 4

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

205

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN

BOBOT NILAI 4 2 0

2.4. Akses ke sumber informasi

internet dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker

menjadi lebih baik:

Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:

Melalui perencanaan yang

baik, didukung kartu stok dan

buku catatan barang kosong

Melalui perencanaan yang

kurang baik, hanya didukung

salah satu kartu stok atau

buku catatan barang kosong

Melalui perencanaan yang

tidak baik, tidak didukung

kartu stok maupun buku

catatan barang kosong

4

2.6. Pengadaan sediaan farmasi

hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi

Tidak hanya melalui jalur

resmi 4

2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:

Didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin

khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan

dengan temperatur ruangan

yang telah ditetapkan, dengan

penataan yang sangat teratur

untuk mempermudah

pencarian

Kurang didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin dipakai umum, rak

yang kurang memenuhi

syarat-syarat penyimpanan,

dengan penataan yang kurang

teratur

Tidak didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin tidak ada, rak

yang tidak memenuhi syarat-

syarat penyimpanan, dengan

penataan yang tidak teratur

4

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

206

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN

BOBOT NILAI 4 2 0

2.8. Penanganan obat

kadaluwarsa/rusak:

Membuat penandaan bagi

obat-obat yang 1 tahun ke

depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang

sudah kadaluwarsa/rusak

Tidak membuat penandaan

bagi obat-obat yang 1 tahun

ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang

sudah kadaluwarsa/rusak

Tidak menangani secara

khusus obat-obat

kadaluwarsa/rusak 4

2.9. Penataan lingkungan apotek:

Sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan

profesional

Kurang sesuai dengan fungsi

area/ruangan

Tidak melakukan penataan

lingkungan apotik 4

2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari kegiatan

lain

Tidak terpisah dari kegiatan

lain

Tidak mempunyai area

konseling 4

2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4

2.12. Besaran imbalan apoteker

sebagai tenaga profesional:

Layak sesuai ketentuan,

ditambah insentif sesuai omset Layak sesuai ketentuan

Tidak layak, tidak sesuai

ketentuan 4

Standar 3. DISPENSING

3.1. Pengecekan persyaratan

administratif resep: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

207

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL

PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

3.2. Pertimbangan aspek ekonomi

obat: Dilakukan oleh Apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk

pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk

membayar:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter,

oleh apoteker

Kecuali dengan resep dokter,

dilayani tanpa resep dokter

oleh tenaga kefarmasian

Kecuali dengan resep dokter,

dilayani tanpa resep dokter

oleh siapa saja

0

3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga

kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 0

Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN

4.1. Konseling pada penggunaan obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

4.2. Komunikasi dengan dokter tentang

resep atau tentang pemberian terapi

pasien:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

208

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh apoteker Diselenggarakan oleh tenaga

kefarmasian

Diselenggarakan oleh siapa

saja 0

4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep

yang paling sesuai bagi pasien: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

4.8. Rujukan pasien ke dokter bila

diperlukan: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0

Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

5.1. Informasi kesehatan termasuk

informasi obat bagi masyarakat, pasien,

dan tenaga kesehatan lain:

Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga

kefarmasian Disediakan oleh siapa saja 0

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

209

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0

5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat:

Dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran

leaflet/brosur atau poster; dan

kegiatan pengabdian

masyarakat: penyuluhan dan

sejenisnya

Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4

Kehadiran Apoteker: Kehadiran 0

0 : 1 kali sebulan Imbalan 4

1 : 1 kali seminggu Omset

2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan

3 : setiap hari pada jam tertentu

4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping

Omset per hari/Imbalan per bulan: TTK

1 : =< 2.000.000

2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Identitas:

3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Nama Apotek:

4 : >5.000.000 Alamat:

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

210

Lampiran 9. Lembar Penentuan Kriteria Praktik Farmasi Komunitas

Nama Apotek: Kab./Kota: Hasil ke: . . Poin kumulatif: 64

Alamat: Provinsi: Tahapan: . . Akreditasi: tidak terakreditasi

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 12 1.00

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

0 4

4

2

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: bawah standar

Standar 1 4 1.00 tidak layak TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 4.00 sangat baik peringatan

Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Pencabutan Izin Sementara

Standar 5 4 2.00 kurang Pencabutan Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

211

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji

dalam melaksanakan praktik kefarmasian:

1 Senantiasa berpegang teguh pada

sumpah/janji

2 Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada

sumpah/janji

3 Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji

A

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik

apoteker Indonesia, dalam bertindak dan

mengambil keputusan:

1 Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik

2 Tidak sepenuhnya berpedoman pada

prinsip-prinsip kode etik

3 Tidak pernah bertindak dan mengambil

keputusan

A

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Keterangan:

lk >2 ≈ 4: Untuk level kehadiran lebih dari 2 diberikan bobot nilai 4

lk =2 ≈ 2: Untuk level kehadiran sama dengan 2 diberikan bobot nilai 2 lk <2 ≈ 0: Untuk level kehadiran kurang dari 2 diberikan bobot nilai 0

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

212

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.3. Komitmen bekerja apoteker:

1 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai

standar praktik

2 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai

kondisi dan situasi

3 Tidak menunjukkan kinerja

A

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan

praktik kefarmasian:

1 Mempunyai kemandirian sikap, tanpa

intervensi orang lain

2 Tidak mempunyai kemandirian sikap,

mengikuti kondisi dan situasi

3 Tidak melakukan praktik kefarmasian

A Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:

1 Berinteraksi dengan pasien, lepas dari

kondisi dan situasi

2 Berinteraksi dengan pasien, tergantung

kondisi dan situasi

3 Tidak berinteraksi dengan pasien

B

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk =2 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

213

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.6. Pelayanan langsung apoteker:

1 Setiap hari pada jam buka, minimal ada

satu apoteker pendamping

2 Setiap hari pada jam tertentu

3 Tidak setiap hari

C

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 2;

lk ≤2 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk =3 ≈ 2;

lk <2 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.7. Hubungan profesional apoteker dengan dokter,

untuk kemungkinan terapi terbaik bagi pasien:

1 Dibangun

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak dibangun

D

Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan

apoteker dari apotek lain, menuju praktik

farmasi yang baik:

1 Dilakukan

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak dilakukan

D Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

214

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan

terapi:

1 Menindaklanjuti secara langsung

penyelesaiannya

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak menindaklanjuti secara langsung

penyelesaiannya

D Level

Kehadiran

(lk)

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

lk >2 ≈ 4;

lk ≤2 ≈ 0

Observasi

Komitmen Profesional-

isme

1.10. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif:

1 Menyediakan kotak saran

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak menyediakan kotak saran

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Komitmen Profesional-

isme

1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan

yang diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi setempat

dalam rangka belajar sepanjang hayat:

1 Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti

2 Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti

3 Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

215

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen Profesional-

isme

1.12. Penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional apoteker:

1 Dilakukan

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak dilakukan

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.1. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam

menyelesaian semua pekerjaan di apotek:

1 Berpedoman pada standar prosedur

opersional

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak berpedoman pada standar prosedur

opersional

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang

tidak tersedia:

1 Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya

tambahan

2 Diusahakan dari tempat lain dengan biaya

tambahan

3 Tidak diusahakan dari tempat lain

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

216

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Dukungan

manajemen Manajerial

2.3. Fasilitas untuk mengikuti program

pengembangan profesi berkelanjutan dalam

rangka peningkatan kompetensi:

1 Lebih dari 60% diberikan apotek

2 Kurang dari 60% diberikan apotek

3 Kurang dari 30% diberikan apotek

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.4. Akses ke sumber informasi internet dan

berbagai literatur untuk memungkinkan praktik

apoteker menjadi lebih baik:

1 Disediakan apotek

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak disediakan apotek

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:

1 Melalui perencanaan yang baik, didukung

kartu stok dan buku catatan barang kosong

2 Melalui perencanaan yang kurang baik,

hanya didukung salah satu kartu stok atau

buku catatan barang kosong

3 Tidak melalui perencanaan yang baik,

tidak didukung kartu stok maupun buku

catatan barang kosong

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

217

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Dukungan

manajemen Manajerial

2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya

dengan kualitas:

1 Melalui jalur resmi

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak hanya melalui jalur resmi

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:

1 Didukung fasilitas yang memadai: lemari

pendingin khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan dengan

temperatur ruangan yang telah ditetapkan,

dengan penataan yang sangat teratur untuk

mempermudah pencarian

2 Kurang didukung fasilitas yang memadai:

lemari pendingin dipakai umum, rak yang

kurang memenuhi syarat-syarat

penyimpanan, dengan penataan yang

kurang teratur

3 Tidak didukung fasilitas yang memadai:

lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak

memenuhi syarat-syarat penyimpanan,

dengan penataan yang tidak teratur

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

218

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Dukungan

manajemen Manajerial

2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak:

1 Membuat penandaan bagi obat-obat yang

1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/rusak

2 Tidak membuat penandaan bagi obat-obat

yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/rusak

3 Tidak menangani secara khusus obat-obat

kadaluwarsa/rusak

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.9. Penataan lingkungan apotek:

1 Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan profesional

2 Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan

3 Tidak melakukan penataan lingkungan

apotik

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.10. Area Konseling:

1 Tertutup/terpisah dari kegiatan lain

2 Terbuka/tidak terpisah dari kegiatan lain

3 Tidak mempunyai area konseling

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

219

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Dukungan

manajemen Manajerial

2.11. Ruang Tunggu:

1 Nyaman

2 Seadanya

3 Tidak punya

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Dukungan

manajemen Manajerial

2.12. Imbalan apoteker sebagai tenaga profesional:

1 Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif

sesuai omset

2 Layak sesuai ketentuan

3 Tidak layak, tidak sesuai ketentuan

F

Level

Imbalan

(li)

li >2 ≈ 4;

li =2 ≈ 2;

li =1 ≈ 0

li >2 ≈ 4;

li =2 ≈ 2;

li =1 ≈ 0

li >2 ≈ 4;

li =2 ≈ 2;

li =1 ≈ 0

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Dispensing

3.1. Persyaratan administratif resep:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

220

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Dispensing

3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat:

1 Dilakukan oleh Apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Profesional-

isme

3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan

kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien

untuk membayar:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Dispensing

3.4. Penyerahan obat keras:

1 Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker

2 Kecuali dengan resep dokter, dilayani

tanpa resep dokter oleh tenaga

kefarmasian

3 Kecuali dengan resep dokter, dilayani

tanpa resep dokter oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

221

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Dispensing

3.5. Penyerahan obat atas resep dokter:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Dispensing

3.6. Penjelasan dan informasi obat:

1 Diberikan oleh Apoteker

2 Diberikan tenaga kefarmasian

3 Diberikan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.1. Konseling pada penggunaan obat:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.2. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian

terapi pasien

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

222

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Tidak dilakukan

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.4. Pertimbangan Klinis:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.5. Catatan Pengobatan Pasien:

1 Diselenggarakan oleh apoteker

2 Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian

3 Diselenggarakan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.6. Monitoring Penggunaan Obat:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

223

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling

sesuai bagi pasien:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Dilakukan oleh siapa saja

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Asuhan

Kefarmasian

4.8. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter:

1 Dilakukan oleh apoteker

2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

3 Tidak dilakukan

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Komitmen

kehadiran dan

keterlibatan

apoteker

Pelayanan

Kesmas

5.1. Informasi kesehatan bagi masyarakat, pasien,

dan tenaga kesehatan lain

1 Disediakan oleh Apoteker

2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian

3 Tidak disediakan

E Level

Kehadiran

(lk)

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

lk =4 ≈ 4;

lk >1 ≈ 2;

lk ≤1 ≈ 0

Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

224

Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan

level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)

Aspek

Permasalahan

Aspek

Standar Elemen Standar

Rumusan

Penilaian Variabel

Tahapan Pembinaan

Tahap Awal Tahap

Antara

Tahap

Lanjut

Dukungan

manajemen

Pelayanan

Kesmas

5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat:

1 Dilakukan melalui diseminasi informasi:

penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan

kegiatan pengabdian masyarakat:

penyuluhan dan sejenisnya

2 Tidak ada deskripsi

3 Tidak dilakukan

G Fakta

Lapangan Observasi Observasi Observasi

Keterangan:

Kode level frekuensi kehadiran (lk) apoteker:

0: sekali dalam sebulan

1: sekali dalam seminggu

2: 2-4 kali dalam seminggu

3: setiap hari pada jam tertentu

4: sepanjang jam buka apotek, ada apoteker pendamping

Kode level besaran imbalan (li) apoteker:

1: ≤ 2 juta rupiah per bulan

2: > 2 juta rupiah s/d 3 juta rupiah

3: > 3 juta rupiah s/d 5 juta rupiah

4: > 5 juta rupiah

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

225

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

Standar 1. PROFESIONALISME

1.1. Akuntabilitas apoteker

memenuhi sumpah/janji dalam

melaksanakan praktik

kefarmasian:

Senantiasa berpegang

teguh pada sumpah/janji

Tidak sepenuhnya

berpegang teguh pada

sumpah/janji

Tidak berpegang teguh

pada sumpah/janji 4 4 0 0 2

1.2. Akuntabilitas apoteker

memenuhi kode etik apoteker

Indonesia, dalam bertindak dan

mengambil keputusan:

Berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak sepenuhnya

berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak pernah bertindak

dan mengambil keputusan 4 4 0 0 2

1.3. Komitmen bekerja apoteker:

Menunjukkan kinerja

terbaik sesuai standar

praktik

Menunjukkan kinerja

terbaik sesuai kondisi dan

situasi

Tidak menunjukkan

kinerja 4 4 0 0 2

1.4. Kemandirian sikap apoteker

dalam melakukan praktik

kefarmasian:

Mempunyai kemandirian

sikap, tanpa intervensi

orang lain

Tidak mempunyai

kemandirian sikap,

mengikuti kondisi dan

situasi

Tidak melakukan praktik

kefarmasian 4 4 0 0 2

Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek

2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi

3. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek MDN 1 hingga MDN 5

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

226

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

1.5. Perlakuan apoteker kepada

pasien:

Berinteraksi dengan

pasien, terlepas dari

kondisi dan situasi

Berinteraksi dengan

pasien, tergantung

kondisi dan situasi

Tidak berinteraksi dengan

pasien 4 4 0 0 2

1.6. Pelayanan langsung

apoteker:

Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker

pendamping

Setiap hari pada jam

tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 0

1.7 Hubungan profesional

apoteker dengan dokter, untuk

kemungkinan manajemen terapi

terbaik bagi pasien:

Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 0

1.8. Konsultasi dan kerjasama

apoteker dengan apoteker dari

apotek lain, menuju praktik

farmasi yang baik:

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 0

1.9. Sikap apoteker terhadap

kejadian kesalahan terapi:

Menindaklanjuti secara

langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi

Tidak menindaklanjuti

secara langsung

penyelesaiannya

4 4 0 0 0

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

227

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

1.10 Sikap apoteker terhadap

kritik konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi

Tidak menyediakan kotak

saran 0 4 0 0 4

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat:

Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti 4 4 0 4 0

1.12. Penilaian apoteker sendiri

atas kompetensi dan aktivitas

profesionalnya :

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 4 4

Standar 2. MANAJERIAL

2.1. Mewujudkan kualitas dan

akuntabilitas kerja:

Menerapkan standar

prosedur opersional dalam

menyelesaian semua

pekerjaan

Tidak ada deskripsi

Tidak berpedoman pada

standar prosedur

opersional dalam

menyelesaian semua

pekerjaan

0 4 0 0 0

2.2. Pemenuhan kebutuhan

pasien dalam hal barang tidak

tersedia:

Diusahakan dari tempat

lain tanpa biaya tambahan

Diusahakan dari tempat

lain dengan biaya

tambahan

Tidak diusahakan dari

tempat lain 4 4 0 0 4

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

228

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

2.3. Fasilitas untuk mengikuti

program pengembangan profesi

berkelanjutan dalam rangka

peningkatan kompetensi:

Lebih dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 60%

diberikan apotek

Kurang dari 30%

diberikan apotek 4 4 0 4 0

2.4. Akses ke sumber informasi

internet dan berbagai literatur

untuk memungkinkan praktik

apoteker menjadi lebih baik:

Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:

Melalui perencanaan yang

baik, didukung kartu stok

dan buku catatan barang

kosong

Melalui perencanaan

yang kurang baik, hanya

didukung salah satu kartu

stok atau buku catatan

barang kosong

Melalui perencanaan

yang tidak baik, tidak

didukung kartu stok

maupun buku catatan

barang kosong

2 4 2 2 2

2.6. Pengadaan sediaan farmasi

hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi

Tidak hanya melalui jalur

resmi 4 4 0 0 4

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

229

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

2.7. Penyimpanan sediaan

farmasi:

Didukung fasilitas yang

memadai: lemari

pendingin khusus, rak

yang memenuhi

persyaratan penyimpanan

dengan temperatur

ruangan yang telah

ditetapkan, dengan

penataan yang sangat

teratur untuk

mempermudah pencarian

Kurang didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin dipakai umum,

rak yang kurang

memenuhi syarat-syarat

penyimpanan, dengan

penataan yang kurang

teratur

Tidak didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin tidak ada, rak

yang tidak memenuhi

syarat-syarat

penyimpanan, dengan

penataan yang tidak

teratur

2 4 2 2 2

2.8. Penanganan obat

kadaluwarsa/rusak:

Membuat penandaan bagi

obat-obat yang 1 tahun ke

depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat

yang sudah

kadaluwarsa/rusak

Tidak membuat

penandaan bagi obat-obat

yang 1 tahun ke depan

akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat

yang sudah

kadaluwarsa/rusak

Tidak menangani secara

khusus obat-obat

kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

230

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

2.9. Penataan lingkungan apotek:

Sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan

profesional

Kurang sesuai dengan

fungsi area/ruangan

Tidak melakukan

penataan lingkungan

apotik 4 4 2 2 4

2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari

kegiatan lain

Tidak terpisah dari

kegiatan lain

Tidak mempunyai area

konseling 2 2 0 0 2

2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 2 4 2 2 4

2.12. Besaran imbalan apoteker

sebagai tenaga profesional:

Layak sesuai ketentuan,

ditambah insentif sesuai

omset

Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai

ketentuan 4 4 0 2 2

Standar 3. DISPENSING

3.1. Pengecekan persyaratan

administratif resep: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

3.2. Pertimbangan aspek

ekonomi obat: Dilakukan oleh Apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

3.3. Pemberian alternatif pilihan

untuk pemenuhan kebutuhan

terkait ketidakmampuan pasien

untuk membayar:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

231

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep

dokter, oleh apoteker

Kecuali dengan resep

dokter, dilayani tanpa

resep dokter oleh tenaga

kefarmasian

Kecuali dengan resep

dokter, dilayani tanpa

resep dokter oleh siapa

saja

2 4 0 0 2

3.5. Penyerahan obat atas resep

dokter: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

3.6. Penjelasan dan informasi

obat: Diberikan oleh apoteker

Diberikan oleh tenaga

kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN

4.1. Konseling pada penggunaan

obat: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

4.2. Komunikasi dengan dokter

tentang resep atau tentang

pemberian terapi pasien:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

4.3. Pertimbangan kesesuaian

farmasetik: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

232

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh

apoteker

Diselenggarakan oleh

tenaga kefarmasian

Diselenggarakan oleh

siapa saja 2 4 0 0 2

4.6. Monitoring Penggunaan

Obat: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa

resep yang paling sesuai bagi

pasien:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

4.8. Rujukan pasien ke dokter

bila diperlukan: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2

Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

5.1. Informasi kesehatan

termasuk informasi obat bagi

masyarakat, pasien, dan tenaga

kesehatan lain:

Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga

kefarmasian

Disediakan oleh siapa

saja 2 4 0 0 2

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

233

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN

1

MDN

2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

5.2. Kegiatan peningkatan

kesehatan masyarakat:

Dilakukan melalui

diseminasi informasi:

penyebaran leaflet/brosur

atau poster; dan kegiatan

pengabdian masyarakat:

penyuluhan dan sejenisnya

Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 0 4 0 0 4

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

234

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Hasil observasi data apotek:

Kehadiran Apoteker: Kehadiran Apoteker 3 4 0 0 2

0 : 1 kali sebulan Imbalan Apoteker 4 4 1 2 2

1 : 1 kali seminggu Omset Apotek 3 4 4 4 4

2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan Apotek* MS BUMN PMA PMA BU

3 : setiap hari pada jam tertentu

4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping

0 1 0 0 0

Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: TTK

3 5 2 6 7

1 : =< 2.000.000

2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Nama Apotek: MDN

1 MDN 2

MDN

3

MDN

4

MDN

5

3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Alamat: Medan

4 : >5.000.000

Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS : Milik Sendiri

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan

BU : Badan Usaha Swasta

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

235

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 1 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 98

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

4 4 4 4 4 2 4 4 4 0 0 4 38 3.17

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

0 4 4 4 2 4 0 4 0 2 2 4 30 2.50

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 0 2 1

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: kurang

Standar 1 4 3.17 cukup TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 2.50 kurang peningkatan keterlibatan

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 1.00 tidak layak Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

236

3.753.8

3.853.9

3.954

1

2

34

5

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 2 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 158

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Lanjut Akreditasi: A

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 3.83

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

4 4 4 4 4 4 24 4

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 32 4

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

4 4 8 4

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: sangat baik

Standar 1 4 4.00 sangat baik TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 3.83 sangat baik peningkatan standar praktik

Standar 3 4 4.00 sangat baik KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Tetap

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

237

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 3 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 12

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: tidak terakreditasi

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

0 0 0 0 2 0 2 4 2 0 2 0 12 1.00

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

0 0 0 0

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: sangat tidak layak

Standar 1 4 0.00 sangat tidak layak TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 1.00 tidak layak peringatan

Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

238

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 4 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 26

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: tidak terakreditasi

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 8 0.67

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

0 0 4 0 2 0 2 4 2 0 2 2 18 1.50

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

0 0 0 0

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: sangat tidak layak

Standar 1 4 0.67 sangat tidak layak TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 1.50 bawah standar peringatan

Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

239

Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 5 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 80

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 0 4 18 1.50

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

0 4 0 0 2 4 2 4 4 2 4 2 28 2.33

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 4 6 3

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: kurang

Standar 1 4 1.50 bawah standar TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 2.33 kurang peningkatan keterlibatan

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

240

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

Standar 1. PROFESIONALISME

1.1. Akuntabilitas apoteker

memenuhi sumpah/janji dalam

melaksanakan praktik kefarmasian:

Senantiasa berpegang teguh

pada sumpah/janji

Tidak sepenuhnya berpegang

teguh pada sumpah/janji

Tidak berpegang teguh

pada sumpah/janji 4 4 2 2 4

1.2. Akuntabilitas apoteker

memenuhi kode etik apoteker

Indonesia, dalam bertindak dan

mengambil keputusan:

Berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak sepenuhnya

berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik

Tidak pernah bertindak

dan mengambil keputusan 4 4 2 2 4

1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai standar praktik

Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai kondisi dan situasi

Tidak menunjukkan

kinerja 4 4 2 2 4

1.4. Kemandirian sikap apoteker

dalam melakukan praktik

kefarmasian:

Mempunyai kemandirian

sikap, tanpa intervensi orang

lain

Tidak mempunyai

kemandirian sikap, mengikuti

kondisi dan situasi

Tidak melakukan praktik

kefarmasian 4 4 2 2 4

Keterangan:

1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek

2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi

3. Tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK yang berlatar warna hitam adalah nilai hasil peningkatan deskripsi elemen-elemen standar dalam proses revitalisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

241

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

1.5. Perlakuan apoteker kepada

pasien:

Berinteraksi dengan pasien,

terlepas dari kondisi dan

situasi

Berinteraksi dengan pasien,

tergantung kondisi dan situasi

Tidak berinteraksi dengan

pasien 4 4 2 2 4

1.6. Pelayanan langsung apoteker:

Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker

pendamping

Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 2

1.7 Hubungan profesional apoteker

dengan dokter, untuk kemungkinan

manajemen terapi terbaik bagi

pasien:

Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 4

1.8. Konsultasi dan kerjasama

apoteker dengan apoteker dari

apotek lain, menuju praktik farmasi

yang baik:

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 4

1.9. Sikap apoteker terhadap

kejadian kesalahan terapi:

Menindaklanjuti secara

langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi

Tidak menindaklanjuti

secara langsung

penyelesaiannya

4 4 0 0 4

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

242

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

1.10 Sikap apoteker terhadap kritik

konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi

Tidak menyediakan kotak

saran 4 4 4 4 4

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat:

Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti 4 4 4 4 4

1.12. Penilaian apoteker sendiri atas

kompetensi dan aktivitas

profesionalnya :

Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 4 4 4

Standar 2. MANAJERIAL

2.1. Mewujudkan kualitas dan

akuntabilitas kerja:

Menerapkan standar prosedur

opersional dalam

menyelesaian semua

pekerjaan

Tidak ada deskripsi

Tidak berpedoman pada

standar prosedur

opersional dalam

menyelesaian semua

pekerjaan

4 4 4 4 4

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien

dalam hal barang tidak tersedia:

Diusahakan dari tempat lain

tanpa biaya tambahan

Diusahakan dari tempat lain

dengan biaya tambahan

Tidak diusahakan dari

tempat lain 4 4 4 4 4

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

243

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

2.3. Fasilitas untuk mengikuti

program pengembangan profesi

berkelanjutan dalam rangka

peningkatan kompetensi:

Lebih dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 30%

diberikan apotek 4 4 4 4 4

2.4. Akses ke sumber informasi

internet dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker

menjadi lebih baik:

Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:

Melalui perencanaan yang

baik, didukung kartu stok dan

buku catatan barang kosong

Melalui perencanaan yang

kurang baik, hanya didukung

salah satu kartu stok atau buku

catatan barang kosong

Melalui perencanaan

yang tidak baik, tidak

didukung kartu stok

maupun buku catatan

barang kosong

4 4 4 4 4

2.6. Pengadaan sediaan farmasi

hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi

Tidak hanya melalui jalur

resmi 4 4 4 4 4

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

244

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:

Didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin

khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan

dengan temperatur ruangan

yang telah ditetapkan, dengan

penataan yang sangat teratur

untuk mempermudah

pencarian

Kurang didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin dipakai umum, rak

yang kurang memenuhi

syarat-syarat penyimpanan,

dengan penataan yang kurang

teratur

Tidak didukung fasilitas

yang memadai: lemari

pendingin tidak ada, rak

yang tidak memenuhi

syarat-syarat

penyimpanan, dengan

penataan yang tidak

teratur

4 4 4 4 4

2.8. Penanganan obat

kadaluwarsa/rusak:

Membuat penandaan bagi

obat-obat yang 1 tahun ke

depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang

sudah kadaluwarsa/rusak

Tidak membuat penandaan

bagi obat-obat yang 1 tahun ke

depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang

sudah kadaluwarsa/rusak

Tidak menangani secara

khusus obat-obat

kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

245

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

2.9. Penataan lingkungan apotek:

Sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan

profesional

Kurang sesuai dengan fungsi

area/ruangan

Tidak melakukan

penataan lingkungan

apotik 4 4 4 4 4

2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari

kegiatan lain

Tidak terpisah dari kegiatan

lain

Tidak mempunyai area

konseling 4 4 2 4 4

2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4 4 2 4 4

2.12. Besaran imbalan apoteker

sebagai tenaga profesional:

Layak sesuai ketentuan,

ditambah insentif sesuai

omset

Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai

ketentuan 4 4 2 2 4

Standar 3. DISPENSING

3.1. Pengecekan persyaratan

administratif resep: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

3.2. Pertimbangan aspek ekonomi

obat: Dilakukan oleh Apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

3.3. Pemberian alternatif pilihan

untuk pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk

membayar:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

246

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter,

oleh apoteker

Kecuali dengan resep dokter,

dilayani tanpa resep dokter

oleh tenaga kefarmasian

Kecuali dengan resep

dokter, dilayani tanpa

resep dokter oleh siapa

saja

2 4 2 2 2

3.5. Penyerahan obat atas resep

dokter: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga

kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN

4.1. Konseling pada penggunaan

obat: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

4.2. Komunikasi dengan dokter

tentang resep atau tentang

pemberian terapi pasien:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

4.3. Pertimbangan kesesuaian

farmasetik: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

247

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh

apoteker

Diselenggarakan oleh tenaga

kefarmasian

Diselenggarakan oleh

siapa saja 2 4 2 2 2

4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa

resep yang paling sesuai bagi

pasien:

Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

4.8. Rujukan pasien ke dokter bila

diperlukan: Dilakukan oleh apoteker

Dilakukan oleh tenaga

kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2

Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

5.1. Informasi kesehatan termasuk

informasi obat bagi masyarakat,

pasien, dan tenaga kesehatan lain:

Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga

kefarmasian

Disediakan oleh siapa

saja 2 4 2 2 2

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

248

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK

BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

5.2. Kegiatan peningkatan

kesehatan masyarakat:

Dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran

leaflet/brosur atau poster; dan

kegiatan pengabdian

masyarakat: penyuluhan dan

sejenisnya

Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 4 4

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

249

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Hasil observasi data apotek:

Kehadiran Apoteker: Kehadiran Apoteker 3 4 2 2 3

0 : 1 kali sebulan Imbalan Apoteker 4 4 2 2 3

1 : 1 kali seminggu Omset Apotek 3 4 4 4 4

2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan Apotek* MS BUMN PMA PMA BU

3 : setiap hari pada jam tertentu

4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping 0 1 0 0 0

Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: TTK 3 5 2 6 7

1 : =< 2.000.000

2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Nama Apotek: MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5

3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Alamat: Medan

4 : >5.000.000

Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS : Milik Sendiri

BUMN : Badan Usaha Milik Negara PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan

BU : Badan Usaha Swasta

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

250

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 1 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 128

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: B

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 46 3.83

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 4 6 3

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: cukup

Standar 1 4 3.83 sangat baik TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 4.00 sangat baik peningkatan mutu kinerja

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

251

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 2 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 160

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Lanjut Akreditasi: A

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

4 4 4 4 4 4 24 4

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

4 4 4 4 4 4 4 4 32 4

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

4 4 8 4

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: sangat baik

Standar 1 4 4.00 sangat baik TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 4.00 sangat baik peningkatan standar praktik

Standar 3 4 4.00 sangat baik KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Tetap

01234

1

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

252

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 3 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 90

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 4 4 22 1.83

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 2 2 38 3.17

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 0 2 1

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: kurang

Standar 1 4 1.83 bawah standar TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 3.17 cukup peningkatan keterlibatan

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 1.00 tidak layak Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

253

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 4 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 98

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 4 4 22 1.83

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 2 42 3.50

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 4 6 3

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: kurang

Standar 1 4 1.83 bawah standar TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 3.50 baik peningkatan keterlibatan

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

254

Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)

Nama Apotek: Medan 5 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 124

Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: B

Standar 1:

Profesionalisme

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata

4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 46 3.83

Standar 2:

Manajerial

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata

4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 44 3.67

Standar 3:

Dispensing

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor

2 2 2 2 2 2 12 2

Standar 4:

Asuhan Kefarmasian

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2

Standar 5:

Pelayanan Kesmas

5.1 5.2 total rerata

2 4 6 3

ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA

kriteria: cukup

Standar 1 4 3.83 sangat baik TINDAK LANJUT:

Standar 2 4 3.67 baik peningkatan mutu kinerja

Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:

Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara

Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap

0

1

2

3

41

2

34

5

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

255

Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap

pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 18502.500 19884.000 19561.500 19979.500 19806.500 19552.000

Wilcoxon W 45067.500 35284.000 46126.500 46544.500 46371.500 46117.000

Z -1.393 -.207 -.487 -.125 -.186 -.491

Asymp. Sig. (2-tailed) .163 .836 .626 .900 .852 .623

a. Grouping Variable: Jenis kelamin

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 18650.500 18953.500 18424.500 18631.000 19199.000 18676.000

Wilcoxon W 32511.500 32814.500 32285.500 32492.000 32894.000 32537.000

Z -1.162 -.902 -1.365 -1.184 -.626 -1.138

Asymp. Sig. (2-tailed) .245 .367 .172 .236 .531 .255

a. Grouping Variable: lama kelulusan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

std manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 3832.000 4280.500 4385.000 4874.000 4560.000 4237.000

Wilcoxon W 4328.000 4776.500 4881.000 5370.000 5056.000 4733.000

Z -2.163 -1.337 -1.151 -.245 -.846 -1.414

Asymp. Sig. (2-tailed) .031 .181 .250 .807 .398 .157

a. Grouping Variable: perguruan tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 92: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

256

Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap

pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar

(Sambungan)

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 14852.500 17022.000 16719.500 15792.500 16570.500 16030.000

Wilcoxon W 24863.500 27033.000 26730.500 25803.500 26581.500 26041.000

Z -2.298 -.238 -.529 -1.411 -.639 -1.178

Asymp. Sig. (2-tailed) .022 .812 .597 .158 .523 .239

a. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 11202.500 11956.000 11332.500 12256.500 11883.500 11565.000

Wilcoxon W 45918.500 46672.000 46048.500 46972.500 46336.500 46281.000

Z -1.777 -.914 -1.639 -.573 -1.001 -1.359

Asymp. Sig. (2-tailed) .076 .361 .101 .566 .317 .174

a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 9975.000 11615.500 9333.500 9734.000 10801.000 10268.500

Wilcoxon W 56946.000 58586.500 56304.500 56705.000 57466.000 57239.500

Z -2.244 -.365 -2.999 -2.531 -1.333 -1.904

Asymp. Sig. (2-tailed) .025 .715 .003 .011 .182 .057

a. Grouping Variable: apa merangkap pma

Universitas Sumatera Utara

Page 93: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

257

Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap

pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar

(Sambungan)

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 15659.000 15460.500 14331.500 14490.500 15784.500 14762.000

Wilcoxon W 27749.000 27550.500 26421.500 26580.500 27719.500 26852.000

Z -1.489 -1.679 -2.785 -2.624 -1.342 -2.347

Asymp. Sig. (2-tailed) .137 .093 .005 .009 .180 .019

a. Grouping Variable: frekuensi kehadiran

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

pendapat thd

profesionalis-

me

pendapat thd

manajerial

pendapat thd

asuhan

kefarmasian

pendapat thd

dispensing

pendapat thd

yankesmas

pendapat thd

std praktik

Mann-Whitney U 16521.500 16471.500 15990.500 16284.500 16693.000 16900.500

Wilcoxon W 31227.500 31177.500 35691.500 35985.500 31228.000 31606.500

Z -.400 -.449 -.927 -.635 -.143 -.028

Asymp. Sig. (2-tailed) .689 .654 .354 .526 .886 .978

a. Grouping Variable: lokasi apotek

Universitas Sumatera Utara

Page 94: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

258

Lampiran 14.

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden

terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi

komunitas

Mann-Whitney Test

Ranks

Jenis kelamin N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

Perempuan 53 49.94 2647.00

Laki-laki 50 54.18 2709.00

Total 103

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 1216.000

Wilcoxon W 2647.000

Z -.760

Asymp. Sig. (2-tailed) .447

a. Grouping Variable: Jenis kelamin

Mann-Whitney Test

Ranks

Perguruan

Tinggi N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

negeri 76 43.42 3300.00

swasta 13 54.23 705.00

Total 89

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 374.000

Wilcoxon W 3300.000

Z -1.473

Asymp. Sig. (2-tailed) .141

a. Grouping Variable: Perguruan Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 95: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

259

Lampiran 14.

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden

terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi

komunitas (Sambungan).

Mann-Whitney Test

Ranks

pengalaman

menjadi APA N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

=<5 tahun 58 50.85 2949.50

>5 tahun 39 46.24 1803.50

Total 97

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 1023.500

Wilcoxon W 1803.500

Z -.834

Asymp. Sig. (2-tailed) .404

a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Pekerjaan lain selain APA N Mean Rank

kriteria tingkat

pemenuhan standar

POM 3 48.17

Kemenkes 9 35.78

RS-Puskesmas 11 46.82

Dosen PTF 22 35.23

Lain-lain 10 35.25

Tidak ada 14 21.86

Total 69

Test Statisticsa,b

kriteria tingkat pemenuhan standar

Chi-Square 12.249

df 5

Asymp. Sig. .032

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA

Universitas Sumatera Utara

Page 96: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

260

Lampiran 14.

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden

terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi

komunitas (Sambungan).

Mann-Whitney Test

Ranks

Ada tidaknya

pekerjaan lain N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

Tidak Ada 14 21.86 306.00

Ada 55 38.35 2109.00

Total 69

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 201.000

Wilcoxon W 306.000

Z -2.880

Asymp. Sig. (2-tailed) .004

a. Grouping Variable: Ada tidaknya pekerjaan lain

Mann-Whitney Test

Ranks

Kehadiran di

apotek N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

tiap hari 62 36.51 2263.50

tidak tiap hari 38 73.33 2786.50

Total 100

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 310.500

Wilcoxon W 2263.500

Z -6.534

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Kehadiran di apotek

Universitas Sumatera Utara

Page 97: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

261

Lampiran 14.

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden

terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi

komunitas (Sambungan).

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Imbalan per bulan N Mean Rank

kriteria tingkat

pemenuhan standar

=<2.000.000 50 53.23

>2.000.000-3000000 25 34.64

>3000000-5000000 12 31.50

>5000000 1 10.50

Total 88

Test Statisticsa,b

kriteria tingkat pemenuhan standar

Chi-Square 15.935

df 3

Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Imbalan per bulan

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat

pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kepemilikan Apotek N Mean Rank

kriteria tingkat

pemenuhan standar

Milik sendiri 21 31.26

BUMN 9 32.83

Perusahaan swasta 13 40.81

Perorangan 55 61.25

Total 98

Test Statisticsa,b

kriteria tingkat pemenuhan standar

Chi-Square 24.820

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kepemilikan Apotek

Universitas Sumatera Utara

Page 98: Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

262

Lampiran 14.

Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden

terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi

komunitas (Sambungan).

Mann-Whitney Test

Ranks

lokasi apotek N Mean Rank Sum of Ranks

kriteria tingkat

pemenuhan standar

pulau jawa 49 46.43 2275.00

luar pulau

jawa

54 57.06 3081.00

Total 103

Test Statisticsa

kriteria tingkat pemenuhan standar

Mann-Whitney U 1050.000

Wilcoxon W 2275.000

Z -1.904

Asymp. Sig. (2-tailed) .057

a. Grouping Variable: lokasi apotek

Kruskal-Wallis Test

Ranks

rerata omset per hari N Mean Rank

kriteria tingkat

pemenuhan standar

=<2.000.000 40 56.18

>2.000.000-3000000 12 49.50

>3000000-5000000 20 51.35

>5000000 28 42.21

Total 100

Test Statisticsa,b

kriteria tingkat pemenuhan standar

Chi-Square 4.326

df 3

Asymp. Sig. .228

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: rerata omset per hari

Universitas Sumatera Utara