lamp iran
DESCRIPTION
vdvdTRANSCRIPT
123
A. RUMUSAN PERTANYAAN YANG DIGUNAKAN DALAM
WAWANCARA
1. Pertanyaan untuk Kepala Sekolah sebagai Pembina
Pendapat guru tentang
pendidikan karakter
1. Apakah sudah ada sosialisasi atau
pembekalan yang mengarah pada kampanye
penerapan pendidikan karakter?
2. Bagaimana pendidikan karakter menurut
menurut Bapak?
Penerapan pendidikan
karakter
3. Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan
karakter di sekolah?
4. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar
yang Bapak sarankan sudah mengarah pada
pendidikan karakter?
5. Apakah pembelajaran di setiap mata
pelajaran di SMA Negeri 7 Surakarta sudah
mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)?
6. Berdasarkan apa sajakah pengambilan nilai
siswa yang Bapak sarankan kepada guru?
Kendala 7. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam
menerapkan pendidikan karakter di SMA
Negeri 7 Surakarta?
8. Apa sajakah hal yang merusak karakter anak
menurut Bapak?
Solusi 9. Apa solusi yang Bapak terapkan dalam
mengatasi kendala yang ada?
10. Apakah saran Bapak terhadap
guru/orangtua/siswa untuk menunjang
tertanamnya karakter dalam diri siswa?
124
2. Pertanyaan untuk Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum
Pendapat guru tentang
pendidikan karakter
1. Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan
yang mengarah pada kampanye penerapan
pendidikan karakter?
2. Bagaimana pendidikan karakter menurut Ibu?
Penerapan pendidikan
karakter
3. Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan
karakter di sekolah?
4. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar
yang Ibu gunakan sudah menunjang
pendidikan karakter?
5. Apakah pembelajaran di setiap mata pelajaran
di SMA Negeri 7 Surakarta sudah mengarah
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)?
6. Berdasarkan apa sajakah pengambilan nilai
siswa yang Ibu sarankan kepada guru?
Kendala 7. Menurut Ibu apakah ada kendala dalam
penerapan pendidikan karakter di SMA
Negeri 7 Surakarta?
Solusi 8. Apa solusi yang Ibu terapkan dalam
mengatasi kendala yang ada?
9. Apakah saran Ibu terhadap
guru/orangtua/siswa untuk menunjang
tertanamnya karakter dalam diri siswa?
125
3. Pertanyaan yang Diajukan kepada Guru
Pendapat guru tentang
pendidikan karakter
1. Sudah pernahkah Bapak/Ibu menerima
sosialisasi/pembekalan terkait pendidikan
karakter?
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai
pendidikan karakter?
3. Perlukah pendidikan karakter diterapkan
dalam pembelajaran?
Penerapan pendidikan
karakter
4. Apakah Bapak/Ibu sudah menerapkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia? Bagaimana
penerapannya?
5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan
pendidikan karakter di sekolah?
6. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar
yang Bapak/Ibu gunakan sudah menunjang
pendidikan karakter?
7. Apakah pembelajaran pendidikan bahasa
Indonesia yang Bapak/Ibu terapkan sudah
mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)?
8. Berdasarkan apa saja kah pengambilan nilai
siswa yang Bapak/Ibu terapkan?
Kendala 9. Apakah kendala dalam penerapan
pendidikan karakter?
Solusi 10. Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam
mengatasi kendala yang ada?
11. Adakah saran Bapak/Ibu terhadap
guru/orangtua/siswa untuk menunjang
tertanamnya karakter dalam diri siswa?
126
B. TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
1. Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2013 pukul 11.15 di Kantor
Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta, yaitu Bapak Drs.Sukardjo,M.A.
Adapun wawancaranya sebagai berikut.
Peneliti
Kepsek
Peneliti
Kepsek
:
:
:
:
“Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan yang mengarah
pada kampanye penerapan pendidikan karakter?”
“Sudah Mbak, bahkan di SMA 7 tiap semester ada pemilihan
siswa berkarakter dan diberi hadiah oleh sekolah, nah itu yang
memilih teman sesama siswa, guru, kemudian pembina OSIS,
guru termasuk guru BK. Itu arsipnya ada di tempatnya Pak
Mustajab Waka kesiswaan. Kekurangannya jika hanya siswa yang
milih itu ada yang tidak serius, anak-anak yang nakal terkadang
malah dipilih.”
“Kalau kepada guru Bapak, apakah sudah ada pembekalan?”
“Guru-guru, sudah, pendidikan karakter itu terintegrasi dengan
semua Mapel, bahkan kemarin dari SMA 7 ada yang ditunjuk dari
Ma’arif Institud Jakarta untuk menyusun modul yang terkait
dengan Pendidikan Karakter, yaitu dari PKN ada Drs. Joko Budi,
kemudian dari Agama Islam ada Bapak Mustajab. Kegiatan itu
berlangsung berulang kali, Ma’arif Institud Jakarta bekerja sama
dengan Kemendikbud. Setiap satuan pelajaran itu RPPnya harus
sudah mengarah pada pendidikan karakter, kalau belum berarti
guru tersebut tidak mempelajari apa yang harus dimasukkan
dalam RPP. Kalau RPP sudah dimasukkan, berarti kan harus
diterapkan dalam pembelajaran. Pendidikan karakter itu kan
misalnya anak terlambat masuk kemudian guru mengingatkan, itu
kan sudah termasuk pembinaan karakter.”
127
Peneliti
Kepsek
:
:
“Bagaimana pendidikan karakter menurut Bapak?”
“Pendidikan yang berfungsi untuk membentuk watak anak,
kepribadian anak, budi pekerti anak lebih spesifiknya, sehingga
anak mempunyai budi pekerti yang baik, budi pekerti yang luhur,
karakter yang mulia. Itu pelaksanaannya bisa dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah, di masyarakat, di rumah. Kalau
di sekolah termasuk terkait dengan tata tertib di sekolah.”
Peneliti
Kepsek
:
:
“Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan karakter di
sekolah?”
“Kalau saya, pendidikan karakter saya berikan kepada seluruh
warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan juga siswa. Bentuk
pendidikan karakter yang saya berikan adalah, saya sendiri harus
bisa di contoh dalam prilaku setiap hari. Baik dalam hal
kedisiplinan dan ketertiban, dan dalam menjalankan agamanya.
Itu di visi misi ada. Sesuai dengan misi sekolah, untuk
meningkatkan keimanan yang kristiani itu ya ada kegiatan
pendalaman iman 1 bulan sekali, yang muslim juga ada, baik
yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, seperti di
masjid kubah emas, gua maria, dan lain sebagainya. Kemudian
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah saya ikut terjun langsung
untuk mengingatkan mereka yang tidak tertib. Kadang tidak harus
saya, teman-teman guru melalui tangan panjang saya juga bisa
melakukan itu. Tidak harus dengan teguran keras, tapi bisa
dengan sindiran-sindiran, dengan begitu saja sudah malu Mbak.
Begitu pula dengan siswa, misalnya ada siswa yang bajunya tidak
dimasukkan, saya ikut mengingatkan. Yang terlambat pun
demikian, itu kan sudah mengarah pada pendidikan karakter.
Namun demikian, pendidikan karakter untuk menuju budi pekerti
luhur dan akhlak mulia itu kan tidak semudah itu ya Mbak, perlu
dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus. Jadi
128
Peneliti
Kepsek
Peneliti
Kepsek
:
:
:
:
prinsipnya pendidikan karakter harus dilakukan secara terus-
menerus. Di SMA 7 juga ada raport guru loh Mbak. Guru dinilai
oleh murid, dan saya sediri dinilai oleh guru. Ini saya tunjukkan
bukti fisiknya
.
Itu semua guru juga dapat. Nanti rencananya akhir tahun juga
akan saya berikan raport lagi. Dengan begitu guru tidak bisa
menilai siswa dengan suka-suka. Kalau Diknas merencanakan
PKG itu SMA 7 sudah mendahului.”
“Apakah pembelajaran di setiap mata pelajaran di SMA Negeri 7
Surakarta sudah mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)?”
“SKL sudah diterapkan terutama guru-guru kelas XII. Terutama
pada pelajaran tertentu. Semua sudah saya berikan baik pada guru
dan siswa. SKL yang seperti ini (yang ada diproposal) ini sudah
tercapai Mbak.”
“Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak
sarankan kepada guru?”
“Tentunya disesuaikan dengan program kurikulum. Ada penilaian
ulangan harian, ulangan mid semester, remidi, semester, dan juga
ujian akhir. Standarnya juga harus diperhatikan, kalau SMA 7
129
masih menggunakan pembelajaran tuntas, meskipun menurut teori
tidak sesuai dengan mendidikan di Indonesia. Menurut teori,
kurikulum di Indonesia tidak sesuai jika menggunakan master
learning kenaikan kelas tidak ada di pembelajaran tuntas.
Aturannya, nilai tidak tuntas minimal 3 mata pelajaran. Kalau
master learning beranggapan bahwa tidak ada siswa yang bodoh,
hanya waktu menyelesaikan saja yang berbeda. Kalau di SMA 7
saya mengambil kebijakan begini mba, kalau ada mata pelajaran
yang belum tuntas 5 pelajaran misalnya, maka di semester 2 harus
dituntaskan. Begitu pula apabila ada siswa yang di kelas X belum
tuntas, harus dituntaskan di kelas XI. Jadwal remidiasi ditentukan
oleh guru dan siswa yang bersangkutan. Maka di POS ada kalimat
“Anak dinyatakan lulus apabila sudah menyelesaikan proses
belajar mengajar” kalau syarat mengikuti ujian hanya, ”memiliki
raport kelas X, XI, dan XII.”. Ini betul-betul saya perhatikan
Mbak, dan semua siswa kelas XII semua sudah tuntas.”
Peneliti
Kepsek
Peneliti
Kepsek
:
:
:
:
“Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter di
SMA Megeri 7 Surakarta?”
“Kendalanya, kekompakannya kurang Mbak, ada yang sangat
peduli, ada yang peduli, cukup peduli, kurang peduli, dan bahkan
tidak peduli Mbak. Kemarin saya tekankan pada teman-teman
bahwa semua guru harus peduli jangan hanya dipasrahkan pada
pembina OSIS dan guru BK saja. Kepada siswa kesadaran untuk
berprilaku baik itu masih kurang.”
“Apa yang merusak karakter anak menurut Bapak?”
“Kalau di sekolah ya pengaruh teman-temannya yang tidak
berkarakter baik. Misalnya merokok, anak dikatai “kamu banci.”
begitu saja sudah terpengaruh Mbak. Masyarakat juga. Peraturan
yang tidak dilakukan dengan kontinyu juga dapat merusak
130
karakter, misalnya, ada lampu merah ditabrak. Di rumah juga
orangtua harus menerapkan pendidikan karakter, teladan itu
penting. Misal orangtuanya kawin cerai itu juga merusak karakter,
padahal orangtua yang seharusnya memberikan teladan yang baik
bagi anak yang setiap hari dilihat anak. Media itu juga
berpengaruh. Kalau Mbak melihat di Televisi, di film-film
kegiatan yang mungkin berbahaya selalu ada tulisan jangan
dituru. Meskipun acara kekerasan ditayangkan lewat dari tengah
malam tapi anak masih bisa menonton. Makanya acara-acara
televisi harus disensor dengan ketat, jika tidak, anak bisa
menirukan kegiatan tersebut dan melakukan kekerasan kepada
adiknya atau temannya.”
Peneliti
Kepsek
Peneliti
Kepsek
:
:
:
:
“Apa solusi yang Bapak terapkan dalam mengatasi kendala
tersebut?”
“Pendidikan karakter itu harus dilaksanakan secara terus menerus,
semua pihak harus ikut berkontribusi. Dalam menerapkan
pendidikan karakter tidak perlu ada kekerasan, karena kekerasan
hanya akan menimbulkan dendam, sakit hati, sehingga tidak akan
menghasilkan karakter yang baik. Boleh memberikan sanksi tapi
harus mendidik. Harus ada pengawasan, kepedulian, keteladanan
baik dari guru dan orangtua.”
“Adakah saran Bapak terhadap guru/orangtua/siswa untuk
menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?”
“Harus ada kekompakan dan kepedulian serta harus
dilaksanakan secara terus menerus, tidak boleh tergantung
mood. Itu saja Mbak.”
131
2. Wawancara dengan Ibu Aniek Windrayani, S.Pd.
Penelitian ini dilakukan pada Rabu, tanggal 30 Januari 2013 Pukul 10.25
sampai 11.00 di kantor guru SMA Negeri 7 Surakarta kepada Wakil kepala
sekolah bagian kurikulum Ibu Aniek Windrayani, S.Pd.
Peneliti
Bu Aniek
:
:
“Selamat siang Ibu, saya Rizka Rahmawati dari UNS ingin
melakukan penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Data yang saya
butuhkan berhubungan dengan kurikulum di SMA Negeri 7
Surakarta. Apakah sudah ada Bu sosialisasi atau pembekalan
yang mengarah pada kampanye penerapan pendidikan
karakter? Bagaimana pendidikan karakter menurut Ibu?”
“Sebenarnya tidak ada materi khusus yang mengupas
pendidikan karakter, bahkan pembekalanpun tidak ada yang
spesifik membahas pendidikan karakter, tapi pendidikan
karakter disisipkan ketika ada pembekalan tentang peningkatan
kinerja guru. Pendidikan karakter itu tidak bisa sekadar
disampaikan dalam kalimat Mbak, tapi guru harus memberikan
teladan tentang karakter yang baik. Misalnya guru memberikan
tugas kepada siswa untuk dikumpulkan pada hari Kamis pada
jam pelajarannya, ya guru harus tegas kepada siswa agar siswa
disiplin. Terkadang ada tipe guru yang memberikan tugas
kepada siswanya dan segera dikoreksi, dinilai, dibagikan,
sekalidus dievaluasi. Tapi ada juga guru yang tidak segera
mengoreksi tugas siswa, bahkan ada siswa yang tugasnya harus
ditagih guru mata pelajaran tertentu karena tidak segera
dikumpulkan. Itulah kedisiplinan. Siswa itu memperhatikan
dan niteni karakter guru juga Mbak.”
“Contoh lagi, misalnya dalam pelajaran Fisika. Siswa tidak
harus menuliskan PHnya 7 jika dalam penelitiannya hanya
diketahui 5. Meskipun dalam contoh demonstrasi gurunya
menunjukkan PHnya 7. Ini melatih kejujuran dan tanggung
132
Peneliti
Bu Aniek
Peneliti
Bu Aniek
Peneliti
Bu Aniek
:
:
:
:
:
:
jawab siswa. Dalam hal ini, guru juga harus memberikan
apresiasi kepada siswa, bukan hanya menilai siswa dari segi
kognitifnya saja.”
“Kebetulan saya guru mata pelajaran Agama Islam. Setiap
masuk kelas saya membawa angket untuk diisi siswa. Dalam
angket tersebut isinya antara lain melaksanakan salat 5 waktu
atau tidak, jamaah atau tidak. Misalnya ada siswa yang hari ini
tidak salat subuh ya harus tetap dituliskan apa adanya.
Berikutnya peran saya adalah memberikan bimbingan kepada
mereka dan memberikan tugas untuk melaksanakan salat lima
waktu tanpa ada yang ditinggalkan dalam waktu satu pekan.
Pada pertemuan berikutnya dicek lagi perkembangannya, dan
memberikan tugas demikian lagi. Hal ini untuk meningkatkan
religiusitas, kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab.”
“Apakah RPP dan silabus sudah diterapkan RPP berkarakter
Bu?”
“Sudah Mbak. Guru-guru sudah menerapkan RPP dan silabus
berkarakter.”
“Apa kendala penerapan pendidikan karakter menurut Ibu?”
“Seperti yang saya sampaikan tadi Mbak, guru itu harus
memberikan teladan kepada siswa, tapi terkadang guru-guru itu
masih kurang kompak. Ada guru yang sangat disiplin, mau
menegur siswa ketika siswa melanggar etika dan peraturan, tapi
juga ada guru yang diam saja. Jika seperti itu siswa akan
bingung meneladani yang mana. Sehingga penanaman
pendidikan karakter kurang bisa optimal.”
“Kendala yang lain Bu?”
“Guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi dan
perkembangan zaman Mbak. Pernah kami melakukan
133
Peneliti
Bu Aniek
:
:
sosialisasi mencontek siswa baik yang tradisional maupun
konvensional. Yang tradisional misalnya ketika ujian bangku
sudah ditata dengan jarak yang renggang, tapi pada hari ke 2
dan seterusnya bangku semakin berdempetan lagi. Siswa tidak
kehabisan akal juga untuk mencontek, ada contekan siswa yg
ditulis di kaki, di kertas buram untuk menghitung dan diberikan
kepada temannya, ada yang menjatuhkan sesuatu modus untuk
melihat jawaban temannya atau agar jawabannya bisa dibaca
temannya, dan lain-lain. Yang konvensional menggunakan
internet, hand phone baik di foto atau pun sms, dan pernah
kami kecolongan mengira bahwa tulisan yang di papan tulis
adalah materi pelajaran yang belum dihapus tapi ternyata itu
adalah contekan siswa yang sengaja ditulis di papan tulis, dan
masih banyak yang lain Mbak.
“Guru juga perlu menggunakan teknologi untuk variasi proses
pembelajaran di kelas Mbak. Tapi ada guru yang masih
mencintai metode ceramah.”
“Kendala yang lain, begini Mbak, pendidikan karakter itu tidak
hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orangtua. Orangtua
juga harus kompak. Jangan sampai ayah bilang tidak, ibu
bilang iya. Jika seperti itu, anak akan memihak pada yang
menguntungkan. Orangtua dan guru harus bekerja sama dalam
hal ini.”
“Lantas, apa saja solusi yang diterapkan dalam mengatasi
kendala pendidikan karakter Bu?”
“Yang pertama Kepala Sekolah sebagai Pembina melakukan
pendekatan dan bimbingan kepada guru-guru. Kedua, guru-
guru harus kompak. Meskipun ada tipe guru yang keras dan
sabar, itu tidak harus diubah. Tapi memberikan porsi yang
sesuai dengan kebutuhan siswa untuk saling melengkapi.
134
Ketiga, guru dan seluruh komponen sekolah harus saling
mendukung serta memberikan teladan. Bapak tukang kebun
juga harus menanamkan cinta lingkungan kepada siswa.
Keempat adalah orangtua. Teladan orangtua, kekompakan
orangtua, serta keterbukaan dalam keluarga.”
3. Wawancara dengan Bapak Sriyadi, S.Pd.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 31 Februari 2013 di ruang guru
SMA Negeri 7 Surakarta dengan Bapak Sriyadi, S.Pd. pada pukul 09.05 sampai
pukul 10.59. Transkrip wawancara sebagai berikut.
Peneliti
Pak Sriyadi
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
:
:
Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan yang
mengarah pada kampanye penerapan pendidikan karakter?
“Sosialisasi secara khusus belum ada, tapi sudah disisipkan
saat pembekalan wali kelas setiap hari senin minggu
pertama. Saya di sini dipasrahi jadi wali kelas XI IPA 2.”
Perlukah pendidikan karakter menurut Bapak?
“Sangat perlu, mengingat hampir terkikisnya peradaban
terutama unggah-unggu murid terhadap orang yang lebih
tua. Saat ini murid hampir tidak kenal dengan unggah-
ungguh, saat berbicara dengan guru itu terkadang mereka
belum bisa menempatkan diri. Nah, dari situ perlu adanya
pendidikan karakter.”
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan karakter di
sekolah?
“Saya mendukung program-program sekolah. Seperti
salaman di depan saat memasuki gerbang sekolah itu juga
sebagian kecil penerapan pendidikan karakter di sekolah.
Siswa-siswi muslim diwajibkan untuk beribadah saat jam
istirahat, menerapkan disiplin sejak berangkat sekolah.
135
Peneliti
Pak Sriyadi
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
:
:
Guru sebagai teladan wajib memberikan contoh. Tidak
boleh guru hanya ngomong, tapi tidak memberikan teladan
dalam aktivitasnya.”
Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar yang Bapak
sarankan sudah mengarah pada pendidikan karakter?
“Sudah ada dalam RPP. Saya juga memilah-milah contoh
yang akan diberikan kepada siswa. Kadang ada buku yang
asal-asalan memberikan contoh. Tugas guru adalah
memilahnya agar yang diberikan guru kepada siswa adalah
yang terbaik.”
Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak
laksanakan?
“Pelajaran Bahasa Indonesia itu materinya sangat banyak,
sedangkan waktu yang diberikan itu terbatas. Ya, seperti
ini, saya memberikan inti dari pelajaran tersebut,
memberikan contoh dalam mengerjakan, memberikan
bimbingan kepada siswa. Nilai diambil dari tugas, dan
ulangan harian.”
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter
di SMA Negeri 7 Surakarta?
“Kendala tidak ada, yang tidak patuh iu menjadi karakter
yang buruk. Selama saya di sini sejak tahun 2005, belum
ada laporan siswa merokok di sekolah, tertangkap pacaran,
dan laporan kehilangan yang berasal dari dalam. Meskipun
pernah beberapa waktu yang lalu ada kehilangan motor,
tapi itu bukan dari anak SMA 7, tapi dari orang luar
sekolah. Kendala yang lain, orangtua masih menyerahkan
pendidikan dan perbaikan akhlak siswa kepada sekolah,
136
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
tapi orangtua lepas tangan. Seharusnya orangtua dan guru
itu saling berkolaborasi agar anak mempunyai karakter
yang baik.
Apa yang merusak karakter anak menurut Bapak?
“Pendidikan berkarakter itu seharusnya juga diterapkan di
rumah. Tapi terkadang ada orangtua yang sering
menghardik anak. Misalnya anak mau berangkat sekolah
dan mau minta uang saku. Karena terlalu pagi, orangtua
bilang “Arep sekolah yo ndang budhal wae, ndak usah
nggugah Bapak. Isuk-isuk wis ngganggu wong turu.(mau
sekolah ya berangkat saja, tidak usah membangunkan
Bapak. Pagi-pagi sudah mengganggu orang tidur.)”.
Orangtua yang seperti itu ada, dan mereka tidak sadar kalau
itu ditirukan anak. Sesampainya anak di sekolah, mereka
melampiaskan itu ke teman-temannya, misalnya, bersikap
kasar dengan temannya, tidak menghargai temannya, dan
lain-lain. Hal itu yang bisa merusak karakter anak yang
telah dibangun di sekolah.”
Peneliti
Pak Sriyadi
:
:
Apa solusi yang Bapak terapkan dalam mengatasi kendala
tersebut?
“Untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran, misalnya
ada anak yang ramai saat saya menerangkan, biasanya saya
berhenti sebentar dan menghimbau yang ramai.
Memberikan teladan itu yang pasti, sudah menjadi tugas
guru untuk mendidik karakter. Ada tahapan-tahapannya,
yang paling kecil dari peringatan guru di dalam kelas dan di
luar jam pelajaran, wali kelas, kalau sudah keterlaluan
dipanggilkan BP, kalau BP tidak bisa mengatasi biasanya
memanggil wali murid.”
137
3. Wawancara dengan Ibu Siti Shofiyah, S.Pd.
Wawancara dilakukan dengan ibu Siti Shofiyah, S.Pd pada hari Rabu, 06
Februari 2013 di ruang guru SMA Negeri 7 Surakarta pada pukul 10.39 sampai
11.10. Trankrip wawancara sebagai berikut.
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
:
:
:
:
:
:
:
:
Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait
pendidikan karakter?
“Secara langsung belum ada, tapi dulu pernah diinfokan oleh pak
Mustajab wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Dulu bagian
kesiswaan juga pernah mengadakan penilaian siswa berkarakter,
tapi yang tahu kriterianya ya bagian kesiswaan Mbak.”
Bagaimana pendapat Ibu mengenai pendidikan karakter?
“Baik Mbak. Tapi yang ditanyakan di sini pendidikan karakter
yang seperti apa ya? Masalahnya agak susah menerapkan
pendidikan karakter jika tidak ada panduannya.
Jadi Kemendiknas dulu sekarang Kemendikbud telah membuat
panduan tentang pendidikan karakter dan karakter yang harus
disampaikan guru dalam pembelajaran itu seperti ini Ibu (sambil
menunjukkan BAB 1 skripsi)
“Kalau yang dimaksudkan seperti ini saya kira memang perlu
dilaksanakan Mbak.”
Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran?
“Perlu Mbak.”
Peneliti
Bu Shofi
:
:
Apakah Ibu sudah menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia? Bagaimana penerapannya?
“Kalau mengingatkan siswa unuk jujur itu pasti Mbak, saya guru
Bahasa Indonesia, tapi saya juga ikut menghimbau murid untuk
rajin beribadah. Kebetulan istirahat kedua itu bertepatan dengan
waktu salat dhudur. Tapi terkadang alasan salat yang
138
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
:
:
:
:
:
:
dimanfaatkan oleh siswa-siswa yang bandel untuk terlambat
masuk kelas. Nah, saya menerapkan hukuman kepada siswa-siswa
yang terlambat masuk kelas dengan menyanyi atau berpuisi.”
Hukuman itu juga diterapkan bu?
“Iya Mbak, pada pertemuan berikutnya siswa jadi lebih disiplin.”
Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
“Maksudnya di luar kelas atau saya tidak ngajar di kelas mereka
ya Mbak? Di luar kelas saya sering menegur siswa yang tidak
menengenakan atribut sekolah dengan lengkap dan rapi. Kalau
ada yang bajunya tidak dimasukkan misalnya, saya menegur “tak
dandani opo kok lebokne dewe?”
Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar yang Ibu gunakan
sudah menunjang pendidikan karakter?
“Kalau soal di buku kurang jelas, kadang saya ubah Mbak, agar
lebih dipahami siswa tentunya. Kalau buku pegangan saya rasa
tidak ada yang salah. Tapi dulu pernah saya mendapati wacana
yang kurang baik dikonsumsi siswa. Tapi hal-hal seperti itu saat
ini kan bukan lagi menjadi hal yang tabu Mbak. Kadang kita
menutup-nutupi tapi media fulgar menayangkan. Kalau RPP,
semua materi sudah selesai di semester 1 tinggal silogisme yang
belum. Selebihnya sudah diulang-ulang di kelas X dan XI.
Sekarang pegangan saya ini Mbak (sambil menunjukkan SKL UN
bahasa Indonesia) sampai lecek seperti ini. Malah terkadang kalau
soal menyimpang dari ini saya lompati. Kalau jadi guru kelas XII
itu tanggung jawabnya lebih besar Mbak, kadang dosen menuntut
untuk tetap menyampaikan materi dengan menginovasi
pembelajaran, tapi itu tidak dapat diterapkan di kelas XII. Kalau
semester 1 kemarin masih bisa, kalau sekarang sudah mendekati
UN bisanya bahas soal Mbak.”
139
Peneliti
Bu Shofi
:
:
Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak/Ibu
terapkan?
“Test tulis, pertanyaan-pertanyaan saat KBM, pengamatan di
kelas, dan tentunya sikap siswa Mbak. Kadang ada Mbak, siswa
yang tidak pernah memperhatikan pelajaran, ramai sendiri gitu
jadi kurang legawa Mbak memberikan nilai yang bagus. Anak
yang memperhatikan saat diajar nilainya rendah saya mau
memberikan tambahan nilai karena sikap di kelas juga
diperhitungkan, tapi kalau di kelas ramai sendiri, bikin gaduh,
tidak pernah memperhatikan pelajaran dan nilainya bagus kadang
ya saya kurangi Mbak nilainya. Logikanya kalau seperti itu
jawabannya dari hasil contekan Mbak. Ada tipe siswa yang di
kelas itu tidur, tapi kalau dikasih pertanyaan bisa jawab, tapi ya
1000:1 Mbak siswa yang seperti itu, belum tentu setiap angkatan
ada.”
Peneliti
Bu Shofi
:
:
Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?
“Kendalanya ya siswa yang seperti itu Mbak. Geregetan kadang-
kadang.”
Peneliti
Bu Shofi
Peneliti
Bu Shofi
:
:
:
:
Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam mengatasi kendala
tersebut?
“Solusinya legawa, ikhlas ke hatinya sendiri. Guru harus bisa
memberi contoh dan menerapkan perilaku yang baik di sekolah
dan di luar sekolah.”
Adakah saran Bapak/Ibu terhadap guru/orangtua/siswa untuk
menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?
“Kalau untuk guru belum ada Mbak, karena saya juga tergolong
orang baru di sini, masih banyak senior saya. Guru tugasnya
memberi teladan kepada siswa. Jika ada peraturan semua pihak
140
menaatinya. Siswa harus tertib dengan tata tertib sekolah.
Orangtua harus memberikan contoh yang baik kepada anak. Itu
intinya.”
4. Wawancara dengan Ibu Colin Widi Widawati, S.Pd.
Wawancara dengan Ibu Colin pada hari Senin, tanggal 4 Februari 2013 pukul
19.30 sampai pukul 20.35 di WSS. Trankrip wawancara sebagai berikut.
Peneliti
Bu Colin
Peneliti
Bu Colin
Peneliti
Bu Colin
:
:
:
:
:
:
Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait
pendidikan karakter?
“Karena saya baru 3 pekan mengajar di SMA 7, jadi saya
belum mendapatkan pembekalan dari pihak sekolah mengenah
pendidikan karakter, tapi dulu sudah sedikit di jelaskan saat
saya masih kuliah.”
Bagaimana pendapat Ibu mengenai pendidikan karakter?
“Sebenarnya pendidikan karakter sangat mempengaruhi
kepribadian siswa, tapi dalam praktiknya susah sekali.”
Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam
pembelajaran?
“Perlu, tetapi dalam penerapannya susah. Karena tipe setiap
kelas berbeda jadi metode yang diterapkan pun berbeda.
Karena guru bahasa Indonesia setiap kelas itu ada dua, jadi
susah menyiapkan materinya. Jam terbang juga
mempengaruhi.”
Peneliti
Bu Colin
:
:
Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?
“Kendala dalam pembelajaran dan pendidikan karakter dalam
pembelajaran adalah sikap siswa itu sendiri dalam menerima
pembelajaran. Siswa sekarang semaunya sendiri. Apalagi saya
141
masih penyesuaian, masih lembek saat mengajar, terlalu
kasihan dengan siswa, tidak berani dengan siswa, dan siswa itu
banyak maunya. Saya belum bisa meladeni mereka.”
Peneliti
Bu Colin
:
:
Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam mengatasi kendala
tersebut?
“Belum bisa memberi solusi.”
5. Wawancara dengan Ibu Nira Shacchari
Wawancara dilakukan dengan ibu Nira Shashari pada hari Jumat, 08 Februari
2013 di ruang guru SMA Negeri 7 Surakarta pada pukul 10.39 sampai 11.25.
Trankrip wawancara sebagai berikut.
Peneliti
Bu Nira
Peneliti
Bu Nira
:
:
:
:
Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait
pendidikan karakter?
“Belum, belum ada sosialisasi terkait pendidikan karakter. Saya
menerapkannya berdasarkan pengalaman saja Mbak. Dari materi
Bahasa Indonesia dan dikembangkan menjadi budi pekerti, sopan
santun, serta unggah-ungguh.”
Berarti Ibu mengartikan pendidikan pendidikan karakter hampir
sama dengan pendidikan budi pekerti Bu?
“Iya Mbak. Sesuai pengalaman saya seperti itu. Kalau lebih
detailnya saya belum tahu. Seperti di kelas tadi Mbak, guru itu
harus mau mengakui kekurangannya di depan siswa. Kita harus
mengakui kalau jawaban siswa lebih tepat, dan mengakui
kekurangan kita. Di kelas yang siswanya pintar-pintar seperti tadi,
kalau kita tetap bersikukuh dengan jawaban kita kadang siswa jadi
tidak percaya kepada kia. Berbeda halnya dengan praktikan,
praktikan (PPL) harus menunjukkan dirinya paling bisa, paling
tahu, paling pandai biar percaya diri dan tidak minder.”
142
Peneliti
Bu Nira
:
:
Iya Bu, Ibu Benar. Perlukah pendidikan karakter diterapkan
dalam pembelajaran?
“Perlu Mbak. Mengajar Bahasa Indonesia itu susah-susah
gampang Mbak. Saya sebenarnya lulusan sastra Prancis, bedanya
Bahasa Indonesia dengan Bahasa Prancis di sini adalah Bahasa
Indonesia bahasa sehari-hari kita, jadi terkadang disepelekan
siswa, kalau Bahasa Prancis bahasa yang baru jadi
mempelajarinya senang, karena dianggap hal baru. Makanya kita
sebagai guru Bahasa Indonesia harus membuat anggapan bahwa
meskipun Bahasa Indonesia itu bahasa sehari-hari kita, tapi
Bahasa Indonesia itu tidak mudah. Jadi guru harus bisa membuat
soal ulangan yang sukar.”
Peneliti
Bu Nira
:
:
Apakah Ibu sudah menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia? Bagaimana penerapannya?
“Itu berjalan dengan sendirinya Mbak, guru harus punya batasan
dengan siswa, tapi harus disegani, bukan ditakuti. Ketika di
dalam kelas, saya selalu menciptakan suasana kekeluargaan yang
tetap ada batasannya. Jangan terlalu dekat dengan siswa, nanti
guru tidak dihargai kalau seperti itu. Ada siswa yang berbicara
dengan guru itu seperti ngobrol dengan teman tidak punya
unggah-ungguh. Saya juga selalu memilah-milah materi yang
akan saya sampaikan ke siswa Mbak. Seperti menyangkutkan
materi dengan kasus PSK, narkoba, dan lain lain agar siswa
waspada. Melalui hikayat, cerita rakyat, dan cerpen saya
mencoba menyampaikan amanat yang bisa dijadikan siswa dalam
pegangannya. Melalui puisi pejuangan, kenegaraan dan lain-lain
saya mencoba memberikan siswa membawa siswa untuk lebih
mencintai tanah air. Dulu sebelum menyampaikan materi saya
selalu belajar. Meringkas dari sekian banyak sumber dan saya
143
Peneliti
Bu Nira
Peneliti
Bu Nira
Peneliti
Bu Nira
Peneliti
Bu Nira
:
:
:
:
:
:
:
:
sampaikan ringkasan tersebut. Saya juga memilah mana yang
baik untuk disampaikan kepada siswa dan melewati contoh-
contoh yang kurang mendidik, makanya buku saya banyak
Mbak.”
“Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
“Mengingatkan, siswa yang tidak menaati tata tertib itu saya
ingatkan Mbak. Mengingatkan yang baik dan yang buruk. Begitu
Mbak.”
Apa tujuan Ibu memilah materi yang disampaikan? Apakah RPP
yang Ibu terapkan sudah menggunakan RPP berkarakter?
“Tujuan memilah selain memperkaya pengetahuan, kita tidak
boleh percaya dan puas dengan satu sumber saja Mbak. Guru
harus kreatif dan cerdas memberikan sesuatu kepada siswa. Saya
belum paham benar apa yang dimaksudkan dengan pendidikan
karakter, tapi RPP yang saya gunakan sudah merujuk pada
panduan yang baru, nanti bisa Mbak Rizka analisis sendiri.”
Tadi Ibu menyebutkan bahwa soal yang kita berikan kepada siswa
adalah soal yang bisa membuat siswa merasa pelajaran Bahasa
Indonesia adalah pelajaran yang sukar, lantas bagaimana jika
banyak siswa yang tidak mencapai KKM?
“Benar Mbak, siswa yang tidak mencapai KKM kan bisa remidi.
Misalnya banyak siswa yang remidi pada nomor soal 2 dan 3, saya
mengembangan soal tersebut menjadi 5 soal misalnya, agar siswa
mau belajar. Sedangkan soal-soal yang sudah banyak yang lulus,
saya anggap anak-anak bisa.”
Lantas bagaimana Ibu memberikan nilai kepada siswa?
“Nilai saya ambil dari ulangan harian 1, 2, mid semester, ulangan
144
harian 3 dan ulangan semester Mbak.
Peneliti
Bu Nira
Peneliti
Bu Nira
:
:
:
:
Afektif dan psikomotorik tidak dipertimbangkan Bu?
“Saya rasa kalau anak tidak kebangeten tidak saya pertimbangkan
Mbak.”
Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?
“Kendalanya saya rasa tidak ada Mbak. Karena saya selalu
belajar dari pengalaman dan semua itu berjalan mengalir. Sudah
enjadi kewajiban guru untuk mengingatkan dan memberikan
teladan kepada siswa.”
Peneliti
Bu Nira
:
:
Adakah saran Bapak/Ibu terhadap guru/orangtua/siswa untuk
menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?
“Wah, kalau sesama guru mau mengingatkan itu tidak bisa Mbak,
bukan wewenangnya, yang mengingatkan guru ya kepala
sekolah. Kalau sesama guru biasanya hanya sebatas sharing
seputar siswa. Kalau saran kepada orangtua, orangtua jangan
terlalu memaksakan kehendak anak, orangtua juga harus
memperhatikan teman main dan jam bermain siswa. Untuk siswa,
siswa jangan sampai punya gap di dalam kelas maupun di
lingkup sekolah. Harus bersyukur apa pun yang dimilikinya. Di
sekolah ini dari kalangan atas sampai kalangan bawah ada Mbak,
dan siswa harus sadar bahwa harta yang dimilikinya itu bukan
dari jerih payahnya, tapi dari orangtuanya. Jangan sombong itu
kuncinya. ”
6. Wawancara dengan Bapak Gandung Ismana
Wawancara dilaksanakan di ruang guru pada tanggal 9 Februari 2013 pada
pukul 10.00. dibawah ini adalah transkrip wawancaranya.
145
Peneliti
Bapak Gandhung
Peneliti
Bapak Gandhung
Peneliti
Bapak Gandhung
:
:
:
:
:
:
“Sudah pernahkan Bapak/Ibu menerima
sosialisasi/pembekalan terkait pendidikan
karakter?”
“Saya belum pernah menerima sosialisasi
pendidikan karakter. Dulu pernah ada diklat yang
membahas pendidikan karakter di Semarang, tapi itu
hanya untuk guru-guru mata pelajaran Agama dan
PPKN kalau tidak salah.”
“Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai
pendidikan karakter?”
“Pendidikan karakter itu baik, tapi saya belum paham
apa yang Anda maksudkan di sini. Sepenangkapan
saya, karakter itu watak. Pendidikan karakter berarti
mendidik watak siswa. Yang mempunyai watak atau
kepribadian yang kurang baik biar menjadi baik, dan
yang baik biar lebih baik. ”
“Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam
pembelajaran?”
“Perlu Mbak, guru itu ucapannya harus hati-hati
karena dijadikan contoh oleh siswa, penampilan
guru juga harus bisa menjadi contoh. Saat masuk
kelas guru mengucapkan salam itu juga sudah
menjadi contoh penerapan pendidikan karakter.”
Peneliti
Bapak Gandhung
:
:
“Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar
yang Bapak/Ibu gunakan sudah menunjang
pendidikan karakter?”
RPP sudah saya sesuaikan dengan panduan saat
saya PLPG dulu, tapi dosen yang satu dengan dosen
146
Peneliti
Bapak Gandhung
Peneliti
Bapak Gandhung
:
:
:
:
yang lain ternyata juga masih ada perbedaan Mbak.
Pembelajaran masih saya sesuaikan dengan buku
dengan sedikit menginovasinya. Sedikit cerita,
kemarin saya memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat video sebagai tugas akhir kelompok. Nanti
saya juga akan memberikan ulangan harian 1
dengan menayangkan video.”
“Apakah pembelajaran pendidikan bahasa
Indonesia yang Bapak/Ibu terapkan sudah
mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)?”
“Tidak Mbak.”
“Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa
yang Bapak/Ibu terapkan?”
“Begini Mbak, tentang pengambilan nilai kalau
nanti jadi guru ya jangan terlalu idealis, agak
longgar yang penting intinya sudah disampaikan ya
sebaiknya diberikan nilai. Tugas-tugas siswa
sebaiknya juga dipertimbangkan. Soal-soal pilihan
ganda itu juga dapat mematikan kreativitas siswa.”
Peneliti
Bapak Gandhung
:
:
“Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan
karakter?”
”Kontinyuitas yang agak sulit. Kadang moody,
kalau moodnya baik mengajarnya lebih kreatif,
kalau moodnya ndak bagus ya asal materi sampai
Mbak. Siswa juga mempengaruhi Mbak, kalau
setelah ulangan dan setelah olah raga kelas juga
jadi kurang kondusif Mbak.”
147
Peneliti
Bapak Gandhung
Peneliti
Bapak Gandhung
:
:
:
:
“Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam
mengatasi kendala tersebut?”
“Solusinya adalah kontinyuitasnya harus dijaga
Mbak.”
“Adakah saran Bapak/Ibu terhadap
guru/orangtua/siswa untuk menunjang tertanamnya
karakter dalam diri siswa?”
“Orangtua dan guru harusnya mengarahkan Mbak.”
148
Gambar 1. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta, Drs.Sukardjo, M.A.
Gambar 2. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Aniek Windrayani, S.Pd.
149
Gambar 3. Wawancara Siti Shofiyah, S.Pd.
Gambar 4. Kegiatan Belajar Mengajar Kelas XII-IPS1 bersama Ibu Siti Shofiyah,
S.Pd.
151
Gambar 7. Colin Widi Widawati, S.Pd.
Gambar 8. Pembelajaran Kelas XI-IPA2 (Colin Widi Widawati, S.Pd.)