lamp iran

31
123 A. RUMUSAN PERTANYAAN YANG DIGUNAKAN DALAM WAWANCARA 1. Pertanyaan untuk Kepala Sekolah sebagai Pembina Pendapat guru tentang pendidikan karakter 1. Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan yang mengarah pada kampanye penerapan pendidikan karakter? 2. Bagaimana pendidikan karakter menurut menurut Bapak? Penerapan pendidikan karakter 3. Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan karakter di sekolah? 4. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar yang Bapak sarankan sudah mengarah pada pendidikan karakter? 5. Apakah pembelajaran di setiap mata pelajaran di SMA Negeri 7 Surakarta sudah mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)? 6. Berdasarkan apa sajakah pengambilan nilai siswa yang Bapak sarankan kepada guru? Kendala 7. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 7 Surakarta? 8. Apa sajakah hal yang merusak karakter anak menurut Bapak? Solusi 9. Apa solusi yang Bapak terapkan dalam mengatasi kendala yang ada? 10. Apakah saran Bapak terhadap guru/orangtua/siswa untuk menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?

Upload: dinda-bunga-safitri

Post on 28-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

vdvd

TRANSCRIPT

123

A. RUMUSAN PERTANYAAN YANG DIGUNAKAN DALAM

WAWANCARA

1. Pertanyaan untuk Kepala Sekolah sebagai Pembina

Pendapat guru tentang

pendidikan karakter

1. Apakah sudah ada sosialisasi atau

pembekalan yang mengarah pada kampanye

penerapan pendidikan karakter?

2. Bagaimana pendidikan karakter menurut

menurut Bapak?

Penerapan pendidikan

karakter

3. Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan

karakter di sekolah?

4. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar

yang Bapak sarankan sudah mengarah pada

pendidikan karakter?

5. Apakah pembelajaran di setiap mata

pelajaran di SMA Negeri 7 Surakarta sudah

mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan

(SKL)?

6. Berdasarkan apa sajakah pengambilan nilai

siswa yang Bapak sarankan kepada guru?

Kendala 7. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam

menerapkan pendidikan karakter di SMA

Negeri 7 Surakarta?

8. Apa sajakah hal yang merusak karakter anak

menurut Bapak?

Solusi 9. Apa solusi yang Bapak terapkan dalam

mengatasi kendala yang ada?

10. Apakah saran Bapak terhadap

guru/orangtua/siswa untuk menunjang

tertanamnya karakter dalam diri siswa?

124

2. Pertanyaan untuk Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum

Pendapat guru tentang

pendidikan karakter

1. Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan

yang mengarah pada kampanye penerapan

pendidikan karakter?

2. Bagaimana pendidikan karakter menurut Ibu?

Penerapan pendidikan

karakter

3. Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan

karakter di sekolah?

4. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar

yang Ibu gunakan sudah menunjang

pendidikan karakter?

5. Apakah pembelajaran di setiap mata pelajaran

di SMA Negeri 7 Surakarta sudah mengarah

pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)?

6. Berdasarkan apa sajakah pengambilan nilai

siswa yang Ibu sarankan kepada guru?

Kendala 7. Menurut Ibu apakah ada kendala dalam

penerapan pendidikan karakter di SMA

Negeri 7 Surakarta?

Solusi 8. Apa solusi yang Ibu terapkan dalam

mengatasi kendala yang ada?

9. Apakah saran Ibu terhadap

guru/orangtua/siswa untuk menunjang

tertanamnya karakter dalam diri siswa?

125

3. Pertanyaan yang Diajukan kepada Guru

Pendapat guru tentang

pendidikan karakter

1. Sudah pernahkah Bapak/Ibu menerima

sosialisasi/pembekalan terkait pendidikan

karakter?

2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai

pendidikan karakter?

3. Perlukah pendidikan karakter diterapkan

dalam pembelajaran?

Penerapan pendidikan

karakter

4. Apakah Bapak/Ibu sudah menerapkan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia? Bagaimana

penerapannya?

5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan

pendidikan karakter di sekolah?

6. Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar

yang Bapak/Ibu gunakan sudah menunjang

pendidikan karakter?

7. Apakah pembelajaran pendidikan bahasa

Indonesia yang Bapak/Ibu terapkan sudah

mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan

(SKL)?

8. Berdasarkan apa saja kah pengambilan nilai

siswa yang Bapak/Ibu terapkan?

Kendala 9. Apakah kendala dalam penerapan

pendidikan karakter?

Solusi 10. Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam

mengatasi kendala yang ada?

11. Adakah saran Bapak/Ibu terhadap

guru/orangtua/siswa untuk menunjang

tertanamnya karakter dalam diri siswa?

126

B. TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

1. Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2013 pukul 11.15 di Kantor

Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta, yaitu Bapak Drs.Sukardjo,M.A.

Adapun wawancaranya sebagai berikut.

Peneliti

Kepsek

Peneliti

Kepsek

:

:

:

:

“Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan yang mengarah

pada kampanye penerapan pendidikan karakter?”

“Sudah Mbak, bahkan di SMA 7 tiap semester ada pemilihan

siswa berkarakter dan diberi hadiah oleh sekolah, nah itu yang

memilih teman sesama siswa, guru, kemudian pembina OSIS,

guru termasuk guru BK. Itu arsipnya ada di tempatnya Pak

Mustajab Waka kesiswaan. Kekurangannya jika hanya siswa yang

milih itu ada yang tidak serius, anak-anak yang nakal terkadang

malah dipilih.”

“Kalau kepada guru Bapak, apakah sudah ada pembekalan?”

“Guru-guru, sudah, pendidikan karakter itu terintegrasi dengan

semua Mapel, bahkan kemarin dari SMA 7 ada yang ditunjuk dari

Ma’arif Institud Jakarta untuk menyusun modul yang terkait

dengan Pendidikan Karakter, yaitu dari PKN ada Drs. Joko Budi,

kemudian dari Agama Islam ada Bapak Mustajab. Kegiatan itu

berlangsung berulang kali, Ma’arif Institud Jakarta bekerja sama

dengan Kemendikbud. Setiap satuan pelajaran itu RPPnya harus

sudah mengarah pada pendidikan karakter, kalau belum berarti

guru tersebut tidak mempelajari apa yang harus dimasukkan

dalam RPP. Kalau RPP sudah dimasukkan, berarti kan harus

diterapkan dalam pembelajaran. Pendidikan karakter itu kan

misalnya anak terlambat masuk kemudian guru mengingatkan, itu

kan sudah termasuk pembinaan karakter.”

127

Peneliti

Kepsek

:

:

“Bagaimana pendidikan karakter menurut Bapak?”

“Pendidikan yang berfungsi untuk membentuk watak anak,

kepribadian anak, budi pekerti anak lebih spesifiknya, sehingga

anak mempunyai budi pekerti yang baik, budi pekerti yang luhur,

karakter yang mulia. Itu pelaksanaannya bisa dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari di sekolah, di masyarakat, di rumah. Kalau

di sekolah termasuk terkait dengan tata tertib di sekolah.”

Peneliti

Kepsek

:

:

“Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan karakter di

sekolah?”

“Kalau saya, pendidikan karakter saya berikan kepada seluruh

warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan juga siswa. Bentuk

pendidikan karakter yang saya berikan adalah, saya sendiri harus

bisa di contoh dalam prilaku setiap hari. Baik dalam hal

kedisiplinan dan ketertiban, dan dalam menjalankan agamanya.

Itu di visi misi ada. Sesuai dengan misi sekolah, untuk

meningkatkan keimanan yang kristiani itu ya ada kegiatan

pendalaman iman 1 bulan sekali, yang muslim juga ada, baik

yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, seperti di

masjid kubah emas, gua maria, dan lain sebagainya. Kemudian

dalam kehidupan sehari-hari di sekolah saya ikut terjun langsung

untuk mengingatkan mereka yang tidak tertib. Kadang tidak harus

saya, teman-teman guru melalui tangan panjang saya juga bisa

melakukan itu. Tidak harus dengan teguran keras, tapi bisa

dengan sindiran-sindiran, dengan begitu saja sudah malu Mbak.

Begitu pula dengan siswa, misalnya ada siswa yang bajunya tidak

dimasukkan, saya ikut mengingatkan. Yang terlambat pun

demikian, itu kan sudah mengarah pada pendidikan karakter.

Namun demikian, pendidikan karakter untuk menuju budi pekerti

luhur dan akhlak mulia itu kan tidak semudah itu ya Mbak, perlu

dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus. Jadi

128

Peneliti

Kepsek

Peneliti

Kepsek

:

:

:

:

prinsipnya pendidikan karakter harus dilakukan secara terus-

menerus. Di SMA 7 juga ada raport guru loh Mbak. Guru dinilai

oleh murid, dan saya sediri dinilai oleh guru. Ini saya tunjukkan

bukti fisiknya

.

Itu semua guru juga dapat. Nanti rencananya akhir tahun juga

akan saya berikan raport lagi. Dengan begitu guru tidak bisa

menilai siswa dengan suka-suka. Kalau Diknas merencanakan

PKG itu SMA 7 sudah mendahului.”

“Apakah pembelajaran di setiap mata pelajaran di SMA Negeri 7

Surakarta sudah mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan

(SKL)?”

“SKL sudah diterapkan terutama guru-guru kelas XII. Terutama

pada pelajaran tertentu. Semua sudah saya berikan baik pada guru

dan siswa. SKL yang seperti ini (yang ada diproposal) ini sudah

tercapai Mbak.”

“Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak

sarankan kepada guru?”

“Tentunya disesuaikan dengan program kurikulum. Ada penilaian

ulangan harian, ulangan mid semester, remidi, semester, dan juga

ujian akhir. Standarnya juga harus diperhatikan, kalau SMA 7

129

masih menggunakan pembelajaran tuntas, meskipun menurut teori

tidak sesuai dengan mendidikan di Indonesia. Menurut teori,

kurikulum di Indonesia tidak sesuai jika menggunakan master

learning kenaikan kelas tidak ada di pembelajaran tuntas.

Aturannya, nilai tidak tuntas minimal 3 mata pelajaran. Kalau

master learning beranggapan bahwa tidak ada siswa yang bodoh,

hanya waktu menyelesaikan saja yang berbeda. Kalau di SMA 7

saya mengambil kebijakan begini mba, kalau ada mata pelajaran

yang belum tuntas 5 pelajaran misalnya, maka di semester 2 harus

dituntaskan. Begitu pula apabila ada siswa yang di kelas X belum

tuntas, harus dituntaskan di kelas XI. Jadwal remidiasi ditentukan

oleh guru dan siswa yang bersangkutan. Maka di POS ada kalimat

“Anak dinyatakan lulus apabila sudah menyelesaikan proses

belajar mengajar” kalau syarat mengikuti ujian hanya, ”memiliki

raport kelas X, XI, dan XII.”. Ini betul-betul saya perhatikan

Mbak, dan semua siswa kelas XII semua sudah tuntas.”

Peneliti

Kepsek

Peneliti

Kepsek

:

:

:

:

“Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter di

SMA Megeri 7 Surakarta?”

“Kendalanya, kekompakannya kurang Mbak, ada yang sangat

peduli, ada yang peduli, cukup peduli, kurang peduli, dan bahkan

tidak peduli Mbak. Kemarin saya tekankan pada teman-teman

bahwa semua guru harus peduli jangan hanya dipasrahkan pada

pembina OSIS dan guru BK saja. Kepada siswa kesadaran untuk

berprilaku baik itu masih kurang.”

“Apa yang merusak karakter anak menurut Bapak?”

“Kalau di sekolah ya pengaruh teman-temannya yang tidak

berkarakter baik. Misalnya merokok, anak dikatai “kamu banci.”

begitu saja sudah terpengaruh Mbak. Masyarakat juga. Peraturan

yang tidak dilakukan dengan kontinyu juga dapat merusak

130

karakter, misalnya, ada lampu merah ditabrak. Di rumah juga

orangtua harus menerapkan pendidikan karakter, teladan itu

penting. Misal orangtuanya kawin cerai itu juga merusak karakter,

padahal orangtua yang seharusnya memberikan teladan yang baik

bagi anak yang setiap hari dilihat anak. Media itu juga

berpengaruh. Kalau Mbak melihat di Televisi, di film-film

kegiatan yang mungkin berbahaya selalu ada tulisan jangan

dituru. Meskipun acara kekerasan ditayangkan lewat dari tengah

malam tapi anak masih bisa menonton. Makanya acara-acara

televisi harus disensor dengan ketat, jika tidak, anak bisa

menirukan kegiatan tersebut dan melakukan kekerasan kepada

adiknya atau temannya.”

Peneliti

Kepsek

Peneliti

Kepsek

:

:

:

:

“Apa solusi yang Bapak terapkan dalam mengatasi kendala

tersebut?”

“Pendidikan karakter itu harus dilaksanakan secara terus menerus,

semua pihak harus ikut berkontribusi. Dalam menerapkan

pendidikan karakter tidak perlu ada kekerasan, karena kekerasan

hanya akan menimbulkan dendam, sakit hati, sehingga tidak akan

menghasilkan karakter yang baik. Boleh memberikan sanksi tapi

harus mendidik. Harus ada pengawasan, kepedulian, keteladanan

baik dari guru dan orangtua.”

“Adakah saran Bapak terhadap guru/orangtua/siswa untuk

menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?”

“Harus ada kekompakan dan kepedulian serta harus

dilaksanakan secara terus menerus, tidak boleh tergantung

mood. Itu saja Mbak.”

131

2. Wawancara dengan Ibu Aniek Windrayani, S.Pd.

Penelitian ini dilakukan pada Rabu, tanggal 30 Januari 2013 Pukul 10.25

sampai 11.00 di kantor guru SMA Negeri 7 Surakarta kepada Wakil kepala

sekolah bagian kurikulum Ibu Aniek Windrayani, S.Pd.

Peneliti

Bu Aniek

:

:

“Selamat siang Ibu, saya Rizka Rahmawati dari UNS ingin

melakukan penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Data yang saya

butuhkan berhubungan dengan kurikulum di SMA Negeri 7

Surakarta. Apakah sudah ada Bu sosialisasi atau pembekalan

yang mengarah pada kampanye penerapan pendidikan

karakter? Bagaimana pendidikan karakter menurut Ibu?”

“Sebenarnya tidak ada materi khusus yang mengupas

pendidikan karakter, bahkan pembekalanpun tidak ada yang

spesifik membahas pendidikan karakter, tapi pendidikan

karakter disisipkan ketika ada pembekalan tentang peningkatan

kinerja guru. Pendidikan karakter itu tidak bisa sekadar

disampaikan dalam kalimat Mbak, tapi guru harus memberikan

teladan tentang karakter yang baik. Misalnya guru memberikan

tugas kepada siswa untuk dikumpulkan pada hari Kamis pada

jam pelajarannya, ya guru harus tegas kepada siswa agar siswa

disiplin. Terkadang ada tipe guru yang memberikan tugas

kepada siswanya dan segera dikoreksi, dinilai, dibagikan,

sekalidus dievaluasi. Tapi ada juga guru yang tidak segera

mengoreksi tugas siswa, bahkan ada siswa yang tugasnya harus

ditagih guru mata pelajaran tertentu karena tidak segera

dikumpulkan. Itulah kedisiplinan. Siswa itu memperhatikan

dan niteni karakter guru juga Mbak.”

“Contoh lagi, misalnya dalam pelajaran Fisika. Siswa tidak

harus menuliskan PHnya 7 jika dalam penelitiannya hanya

diketahui 5. Meskipun dalam contoh demonstrasi gurunya

menunjukkan PHnya 7. Ini melatih kejujuran dan tanggung

132

Peneliti

Bu Aniek

Peneliti

Bu Aniek

Peneliti

Bu Aniek

:

:

:

:

:

:

jawab siswa. Dalam hal ini, guru juga harus memberikan

apresiasi kepada siswa, bukan hanya menilai siswa dari segi

kognitifnya saja.”

“Kebetulan saya guru mata pelajaran Agama Islam. Setiap

masuk kelas saya membawa angket untuk diisi siswa. Dalam

angket tersebut isinya antara lain melaksanakan salat 5 waktu

atau tidak, jamaah atau tidak. Misalnya ada siswa yang hari ini

tidak salat subuh ya harus tetap dituliskan apa adanya.

Berikutnya peran saya adalah memberikan bimbingan kepada

mereka dan memberikan tugas untuk melaksanakan salat lima

waktu tanpa ada yang ditinggalkan dalam waktu satu pekan.

Pada pertemuan berikutnya dicek lagi perkembangannya, dan

memberikan tugas demikian lagi. Hal ini untuk meningkatkan

religiusitas, kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab.”

“Apakah RPP dan silabus sudah diterapkan RPP berkarakter

Bu?”

“Sudah Mbak. Guru-guru sudah menerapkan RPP dan silabus

berkarakter.”

“Apa kendala penerapan pendidikan karakter menurut Ibu?”

“Seperti yang saya sampaikan tadi Mbak, guru itu harus

memberikan teladan kepada siswa, tapi terkadang guru-guru itu

masih kurang kompak. Ada guru yang sangat disiplin, mau

menegur siswa ketika siswa melanggar etika dan peraturan, tapi

juga ada guru yang diam saja. Jika seperti itu siswa akan

bingung meneladani yang mana. Sehingga penanaman

pendidikan karakter kurang bisa optimal.”

“Kendala yang lain Bu?”

“Guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi dan

perkembangan zaman Mbak. Pernah kami melakukan

133

Peneliti

Bu Aniek

:

:

sosialisasi mencontek siswa baik yang tradisional maupun

konvensional. Yang tradisional misalnya ketika ujian bangku

sudah ditata dengan jarak yang renggang, tapi pada hari ke 2

dan seterusnya bangku semakin berdempetan lagi. Siswa tidak

kehabisan akal juga untuk mencontek, ada contekan siswa yg

ditulis di kaki, di kertas buram untuk menghitung dan diberikan

kepada temannya, ada yang menjatuhkan sesuatu modus untuk

melihat jawaban temannya atau agar jawabannya bisa dibaca

temannya, dan lain-lain. Yang konvensional menggunakan

internet, hand phone baik di foto atau pun sms, dan pernah

kami kecolongan mengira bahwa tulisan yang di papan tulis

adalah materi pelajaran yang belum dihapus tapi ternyata itu

adalah contekan siswa yang sengaja ditulis di papan tulis, dan

masih banyak yang lain Mbak.

“Guru juga perlu menggunakan teknologi untuk variasi proses

pembelajaran di kelas Mbak. Tapi ada guru yang masih

mencintai metode ceramah.”

“Kendala yang lain, begini Mbak, pendidikan karakter itu tidak

hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orangtua. Orangtua

juga harus kompak. Jangan sampai ayah bilang tidak, ibu

bilang iya. Jika seperti itu, anak akan memihak pada yang

menguntungkan. Orangtua dan guru harus bekerja sama dalam

hal ini.”

“Lantas, apa saja solusi yang diterapkan dalam mengatasi

kendala pendidikan karakter Bu?”

“Yang pertama Kepala Sekolah sebagai Pembina melakukan

pendekatan dan bimbingan kepada guru-guru. Kedua, guru-

guru harus kompak. Meskipun ada tipe guru yang keras dan

sabar, itu tidak harus diubah. Tapi memberikan porsi yang

sesuai dengan kebutuhan siswa untuk saling melengkapi.

134

Ketiga, guru dan seluruh komponen sekolah harus saling

mendukung serta memberikan teladan. Bapak tukang kebun

juga harus menanamkan cinta lingkungan kepada siswa.

Keempat adalah orangtua. Teladan orangtua, kekompakan

orangtua, serta keterbukaan dalam keluarga.”

3. Wawancara dengan Bapak Sriyadi, S.Pd.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 31 Februari 2013 di ruang guru

SMA Negeri 7 Surakarta dengan Bapak Sriyadi, S.Pd. pada pukul 09.05 sampai

pukul 10.59. Transkrip wawancara sebagai berikut.

Peneliti

Pak Sriyadi

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

:

:

Apakah sudah ada sosialisasi atau pembekalan yang

mengarah pada kampanye penerapan pendidikan karakter?

“Sosialisasi secara khusus belum ada, tapi sudah disisipkan

saat pembekalan wali kelas setiap hari senin minggu

pertama. Saya di sini dipasrahi jadi wali kelas XI IPA 2.”

Perlukah pendidikan karakter menurut Bapak?

“Sangat perlu, mengingat hampir terkikisnya peradaban

terutama unggah-unggu murid terhadap orang yang lebih

tua. Saat ini murid hampir tidak kenal dengan unggah-

ungguh, saat berbicara dengan guru itu terkadang mereka

belum bisa menempatkan diri. Nah, dari situ perlu adanya

pendidikan karakter.”

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

Bagaimana Bapak menerapkan pendidikan karakter di

sekolah?

“Saya mendukung program-program sekolah. Seperti

salaman di depan saat memasuki gerbang sekolah itu juga

sebagian kecil penerapan pendidikan karakter di sekolah.

Siswa-siswi muslim diwajibkan untuk beribadah saat jam

istirahat, menerapkan disiplin sejak berangkat sekolah.

135

Peneliti

Pak Sriyadi

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

:

:

Guru sebagai teladan wajib memberikan contoh. Tidak

boleh guru hanya ngomong, tapi tidak memberikan teladan

dalam aktivitasnya.”

Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar yang Bapak

sarankan sudah mengarah pada pendidikan karakter?

“Sudah ada dalam RPP. Saya juga memilah-milah contoh

yang akan diberikan kepada siswa. Kadang ada buku yang

asal-asalan memberikan contoh. Tugas guru adalah

memilahnya agar yang diberikan guru kepada siswa adalah

yang terbaik.”

Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak

laksanakan?

“Pelajaran Bahasa Indonesia itu materinya sangat banyak,

sedangkan waktu yang diberikan itu terbatas. Ya, seperti

ini, saya memberikan inti dari pelajaran tersebut,

memberikan contoh dalam mengerjakan, memberikan

bimbingan kepada siswa. Nilai diambil dari tugas, dan

ulangan harian.”

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter

di SMA Negeri 7 Surakarta?

“Kendala tidak ada, yang tidak patuh iu menjadi karakter

yang buruk. Selama saya di sini sejak tahun 2005, belum

ada laporan siswa merokok di sekolah, tertangkap pacaran,

dan laporan kehilangan yang berasal dari dalam. Meskipun

pernah beberapa waktu yang lalu ada kehilangan motor,

tapi itu bukan dari anak SMA 7, tapi dari orang luar

sekolah. Kendala yang lain, orangtua masih menyerahkan

pendidikan dan perbaikan akhlak siswa kepada sekolah,

136

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

tapi orangtua lepas tangan. Seharusnya orangtua dan guru

itu saling berkolaborasi agar anak mempunyai karakter

yang baik.

Apa yang merusak karakter anak menurut Bapak?

“Pendidikan berkarakter itu seharusnya juga diterapkan di

rumah. Tapi terkadang ada orangtua yang sering

menghardik anak. Misalnya anak mau berangkat sekolah

dan mau minta uang saku. Karena terlalu pagi, orangtua

bilang “Arep sekolah yo ndang budhal wae, ndak usah

nggugah Bapak. Isuk-isuk wis ngganggu wong turu.(mau

sekolah ya berangkat saja, tidak usah membangunkan

Bapak. Pagi-pagi sudah mengganggu orang tidur.)”.

Orangtua yang seperti itu ada, dan mereka tidak sadar kalau

itu ditirukan anak. Sesampainya anak di sekolah, mereka

melampiaskan itu ke teman-temannya, misalnya, bersikap

kasar dengan temannya, tidak menghargai temannya, dan

lain-lain. Hal itu yang bisa merusak karakter anak yang

telah dibangun di sekolah.”

Peneliti

Pak Sriyadi

:

:

Apa solusi yang Bapak terapkan dalam mengatasi kendala

tersebut?

“Untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran, misalnya

ada anak yang ramai saat saya menerangkan, biasanya saya

berhenti sebentar dan menghimbau yang ramai.

Memberikan teladan itu yang pasti, sudah menjadi tugas

guru untuk mendidik karakter. Ada tahapan-tahapannya,

yang paling kecil dari peringatan guru di dalam kelas dan di

luar jam pelajaran, wali kelas, kalau sudah keterlaluan

dipanggilkan BP, kalau BP tidak bisa mengatasi biasanya

memanggil wali murid.”

137

3. Wawancara dengan Ibu Siti Shofiyah, S.Pd.

Wawancara dilakukan dengan ibu Siti Shofiyah, S.Pd pada hari Rabu, 06

Februari 2013 di ruang guru SMA Negeri 7 Surakarta pada pukul 10.39 sampai

11.10. Trankrip wawancara sebagai berikut.

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

:

:

:

:

:

:

:

:

Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait

pendidikan karakter?

“Secara langsung belum ada, tapi dulu pernah diinfokan oleh pak

Mustajab wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Dulu bagian

kesiswaan juga pernah mengadakan penilaian siswa berkarakter,

tapi yang tahu kriterianya ya bagian kesiswaan Mbak.”

Bagaimana pendapat Ibu mengenai pendidikan karakter?

“Baik Mbak. Tapi yang ditanyakan di sini pendidikan karakter

yang seperti apa ya? Masalahnya agak susah menerapkan

pendidikan karakter jika tidak ada panduannya.

Jadi Kemendiknas dulu sekarang Kemendikbud telah membuat

panduan tentang pendidikan karakter dan karakter yang harus

disampaikan guru dalam pembelajaran itu seperti ini Ibu (sambil

menunjukkan BAB 1 skripsi)

“Kalau yang dimaksudkan seperti ini saya kira memang perlu

dilaksanakan Mbak.”

Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran?

“Perlu Mbak.”

Peneliti

Bu Shofi

:

:

Apakah Ibu sudah menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia? Bagaimana penerapannya?

“Kalau mengingatkan siswa unuk jujur itu pasti Mbak, saya guru

Bahasa Indonesia, tapi saya juga ikut menghimbau murid untuk

rajin beribadah. Kebetulan istirahat kedua itu bertepatan dengan

waktu salat dhudur. Tapi terkadang alasan salat yang

138

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

:

:

:

:

:

:

dimanfaatkan oleh siswa-siswa yang bandel untuk terlambat

masuk kelas. Nah, saya menerapkan hukuman kepada siswa-siswa

yang terlambat masuk kelas dengan menyanyi atau berpuisi.”

Hukuman itu juga diterapkan bu?

“Iya Mbak, pada pertemuan berikutnya siswa jadi lebih disiplin.”

Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan karakter di sekolah?

“Maksudnya di luar kelas atau saya tidak ngajar di kelas mereka

ya Mbak? Di luar kelas saya sering menegur siswa yang tidak

menengenakan atribut sekolah dengan lengkap dan rapi. Kalau

ada yang bajunya tidak dimasukkan misalnya, saya menegur “tak

dandani opo kok lebokne dewe?”

Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar yang Ibu gunakan

sudah menunjang pendidikan karakter?

“Kalau soal di buku kurang jelas, kadang saya ubah Mbak, agar

lebih dipahami siswa tentunya. Kalau buku pegangan saya rasa

tidak ada yang salah. Tapi dulu pernah saya mendapati wacana

yang kurang baik dikonsumsi siswa. Tapi hal-hal seperti itu saat

ini kan bukan lagi menjadi hal yang tabu Mbak. Kadang kita

menutup-nutupi tapi media fulgar menayangkan. Kalau RPP,

semua materi sudah selesai di semester 1 tinggal silogisme yang

belum. Selebihnya sudah diulang-ulang di kelas X dan XI.

Sekarang pegangan saya ini Mbak (sambil menunjukkan SKL UN

bahasa Indonesia) sampai lecek seperti ini. Malah terkadang kalau

soal menyimpang dari ini saya lompati. Kalau jadi guru kelas XII

itu tanggung jawabnya lebih besar Mbak, kadang dosen menuntut

untuk tetap menyampaikan materi dengan menginovasi

pembelajaran, tapi itu tidak dapat diterapkan di kelas XII. Kalau

semester 1 kemarin masih bisa, kalau sekarang sudah mendekati

UN bisanya bahas soal Mbak.”

139

Peneliti

Bu Shofi

:

:

Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa yang Bapak/Ibu

terapkan?

“Test tulis, pertanyaan-pertanyaan saat KBM, pengamatan di

kelas, dan tentunya sikap siswa Mbak. Kadang ada Mbak, siswa

yang tidak pernah memperhatikan pelajaran, ramai sendiri gitu

jadi kurang legawa Mbak memberikan nilai yang bagus. Anak

yang memperhatikan saat diajar nilainya rendah saya mau

memberikan tambahan nilai karena sikap di kelas juga

diperhitungkan, tapi kalau di kelas ramai sendiri, bikin gaduh,

tidak pernah memperhatikan pelajaran dan nilainya bagus kadang

ya saya kurangi Mbak nilainya. Logikanya kalau seperti itu

jawabannya dari hasil contekan Mbak. Ada tipe siswa yang di

kelas itu tidur, tapi kalau dikasih pertanyaan bisa jawab, tapi ya

1000:1 Mbak siswa yang seperti itu, belum tentu setiap angkatan

ada.”

Peneliti

Bu Shofi

:

:

Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?

“Kendalanya ya siswa yang seperti itu Mbak. Geregetan kadang-

kadang.”

Peneliti

Bu Shofi

Peneliti

Bu Shofi

:

:

:

:

Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam mengatasi kendala

tersebut?

“Solusinya legawa, ikhlas ke hatinya sendiri. Guru harus bisa

memberi contoh dan menerapkan perilaku yang baik di sekolah

dan di luar sekolah.”

Adakah saran Bapak/Ibu terhadap guru/orangtua/siswa untuk

menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?

“Kalau untuk guru belum ada Mbak, karena saya juga tergolong

orang baru di sini, masih banyak senior saya. Guru tugasnya

memberi teladan kepada siswa. Jika ada peraturan semua pihak

140

menaatinya. Siswa harus tertib dengan tata tertib sekolah.

Orangtua harus memberikan contoh yang baik kepada anak. Itu

intinya.”

4. Wawancara dengan Ibu Colin Widi Widawati, S.Pd.

Wawancara dengan Ibu Colin pada hari Senin, tanggal 4 Februari 2013 pukul

19.30 sampai pukul 20.35 di WSS. Trankrip wawancara sebagai berikut.

Peneliti

Bu Colin

Peneliti

Bu Colin

Peneliti

Bu Colin

:

:

:

:

:

:

Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait

pendidikan karakter?

“Karena saya baru 3 pekan mengajar di SMA 7, jadi saya

belum mendapatkan pembekalan dari pihak sekolah mengenah

pendidikan karakter, tapi dulu sudah sedikit di jelaskan saat

saya masih kuliah.”

Bagaimana pendapat Ibu mengenai pendidikan karakter?

“Sebenarnya pendidikan karakter sangat mempengaruhi

kepribadian siswa, tapi dalam praktiknya susah sekali.”

Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam

pembelajaran?

“Perlu, tetapi dalam penerapannya susah. Karena tipe setiap

kelas berbeda jadi metode yang diterapkan pun berbeda.

Karena guru bahasa Indonesia setiap kelas itu ada dua, jadi

susah menyiapkan materinya. Jam terbang juga

mempengaruhi.”

Peneliti

Bu Colin

:

:

Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?

“Kendala dalam pembelajaran dan pendidikan karakter dalam

pembelajaran adalah sikap siswa itu sendiri dalam menerima

pembelajaran. Siswa sekarang semaunya sendiri. Apalagi saya

141

masih penyesuaian, masih lembek saat mengajar, terlalu

kasihan dengan siswa, tidak berani dengan siswa, dan siswa itu

banyak maunya. Saya belum bisa meladeni mereka.”

Peneliti

Bu Colin

:

:

Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam mengatasi kendala

tersebut?

“Belum bisa memberi solusi.”

5. Wawancara dengan Ibu Nira Shacchari

Wawancara dilakukan dengan ibu Nira Shashari pada hari Jumat, 08 Februari

2013 di ruang guru SMA Negeri 7 Surakarta pada pukul 10.39 sampai 11.25.

Trankrip wawancara sebagai berikut.

Peneliti

Bu Nira

Peneliti

Bu Nira

:

:

:

:

Sudah pernahkan Ibu menerima sosialisasi/pembekalan terkait

pendidikan karakter?

“Belum, belum ada sosialisasi terkait pendidikan karakter. Saya

menerapkannya berdasarkan pengalaman saja Mbak. Dari materi

Bahasa Indonesia dan dikembangkan menjadi budi pekerti, sopan

santun, serta unggah-ungguh.”

Berarti Ibu mengartikan pendidikan pendidikan karakter hampir

sama dengan pendidikan budi pekerti Bu?

“Iya Mbak. Sesuai pengalaman saya seperti itu. Kalau lebih

detailnya saya belum tahu. Seperti di kelas tadi Mbak, guru itu

harus mau mengakui kekurangannya di depan siswa. Kita harus

mengakui kalau jawaban siswa lebih tepat, dan mengakui

kekurangan kita. Di kelas yang siswanya pintar-pintar seperti tadi,

kalau kita tetap bersikukuh dengan jawaban kita kadang siswa jadi

tidak percaya kepada kia. Berbeda halnya dengan praktikan,

praktikan (PPL) harus menunjukkan dirinya paling bisa, paling

tahu, paling pandai biar percaya diri dan tidak minder.”

142

Peneliti

Bu Nira

:

:

Iya Bu, Ibu Benar. Perlukah pendidikan karakter diterapkan

dalam pembelajaran?

“Perlu Mbak. Mengajar Bahasa Indonesia itu susah-susah

gampang Mbak. Saya sebenarnya lulusan sastra Prancis, bedanya

Bahasa Indonesia dengan Bahasa Prancis di sini adalah Bahasa

Indonesia bahasa sehari-hari kita, jadi terkadang disepelekan

siswa, kalau Bahasa Prancis bahasa yang baru jadi

mempelajarinya senang, karena dianggap hal baru. Makanya kita

sebagai guru Bahasa Indonesia harus membuat anggapan bahwa

meskipun Bahasa Indonesia itu bahasa sehari-hari kita, tapi

Bahasa Indonesia itu tidak mudah. Jadi guru harus bisa membuat

soal ulangan yang sukar.”

Peneliti

Bu Nira

:

:

Apakah Ibu sudah menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia? Bagaimana penerapannya?

“Itu berjalan dengan sendirinya Mbak, guru harus punya batasan

dengan siswa, tapi harus disegani, bukan ditakuti. Ketika di

dalam kelas, saya selalu menciptakan suasana kekeluargaan yang

tetap ada batasannya. Jangan terlalu dekat dengan siswa, nanti

guru tidak dihargai kalau seperti itu. Ada siswa yang berbicara

dengan guru itu seperti ngobrol dengan teman tidak punya

unggah-ungguh. Saya juga selalu memilah-milah materi yang

akan saya sampaikan ke siswa Mbak. Seperti menyangkutkan

materi dengan kasus PSK, narkoba, dan lain lain agar siswa

waspada. Melalui hikayat, cerita rakyat, dan cerpen saya

mencoba menyampaikan amanat yang bisa dijadikan siswa dalam

pegangannya. Melalui puisi pejuangan, kenegaraan dan lain-lain

saya mencoba memberikan siswa membawa siswa untuk lebih

mencintai tanah air. Dulu sebelum menyampaikan materi saya

selalu belajar. Meringkas dari sekian banyak sumber dan saya

143

Peneliti

Bu Nira

Peneliti

Bu Nira

Peneliti

Bu Nira

Peneliti

Bu Nira

:

:

:

:

:

:

:

:

sampaikan ringkasan tersebut. Saya juga memilah mana yang

baik untuk disampaikan kepada siswa dan melewati contoh-

contoh yang kurang mendidik, makanya buku saya banyak

Mbak.”

“Bagaimana Ibu menerapkan pendidikan karakter di sekolah?

“Mengingatkan, siswa yang tidak menaati tata tertib itu saya

ingatkan Mbak. Mengingatkan yang baik dan yang buruk. Begitu

Mbak.”

Apa tujuan Ibu memilah materi yang disampaikan? Apakah RPP

yang Ibu terapkan sudah menggunakan RPP berkarakter?

“Tujuan memilah selain memperkaya pengetahuan, kita tidak

boleh percaya dan puas dengan satu sumber saja Mbak. Guru

harus kreatif dan cerdas memberikan sesuatu kepada siswa. Saya

belum paham benar apa yang dimaksudkan dengan pendidikan

karakter, tapi RPP yang saya gunakan sudah merujuk pada

panduan yang baru, nanti bisa Mbak Rizka analisis sendiri.”

Tadi Ibu menyebutkan bahwa soal yang kita berikan kepada siswa

adalah soal yang bisa membuat siswa merasa pelajaran Bahasa

Indonesia adalah pelajaran yang sukar, lantas bagaimana jika

banyak siswa yang tidak mencapai KKM?

“Benar Mbak, siswa yang tidak mencapai KKM kan bisa remidi.

Misalnya banyak siswa yang remidi pada nomor soal 2 dan 3, saya

mengembangan soal tersebut menjadi 5 soal misalnya, agar siswa

mau belajar. Sedangkan soal-soal yang sudah banyak yang lulus,

saya anggap anak-anak bisa.”

Lantas bagaimana Ibu memberikan nilai kepada siswa?

“Nilai saya ambil dari ulangan harian 1, 2, mid semester, ulangan

144

harian 3 dan ulangan semester Mbak.

Peneliti

Bu Nira

Peneliti

Bu Nira

:

:

:

:

Afektif dan psikomotorik tidak dipertimbangkan Bu?

“Saya rasa kalau anak tidak kebangeten tidak saya pertimbangkan

Mbak.”

Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan karakter?

“Kendalanya saya rasa tidak ada Mbak. Karena saya selalu

belajar dari pengalaman dan semua itu berjalan mengalir. Sudah

enjadi kewajiban guru untuk mengingatkan dan memberikan

teladan kepada siswa.”

Peneliti

Bu Nira

:

:

Adakah saran Bapak/Ibu terhadap guru/orangtua/siswa untuk

menunjang tertanamnya karakter dalam diri siswa?

“Wah, kalau sesama guru mau mengingatkan itu tidak bisa Mbak,

bukan wewenangnya, yang mengingatkan guru ya kepala

sekolah. Kalau sesama guru biasanya hanya sebatas sharing

seputar siswa. Kalau saran kepada orangtua, orangtua jangan

terlalu memaksakan kehendak anak, orangtua juga harus

memperhatikan teman main dan jam bermain siswa. Untuk siswa,

siswa jangan sampai punya gap di dalam kelas maupun di

lingkup sekolah. Harus bersyukur apa pun yang dimilikinya. Di

sekolah ini dari kalangan atas sampai kalangan bawah ada Mbak,

dan siswa harus sadar bahwa harta yang dimilikinya itu bukan

dari jerih payahnya, tapi dari orangtuanya. Jangan sombong itu

kuncinya. ”

6. Wawancara dengan Bapak Gandung Ismana

Wawancara dilaksanakan di ruang guru pada tanggal 9 Februari 2013 pada

pukul 10.00. dibawah ini adalah transkrip wawancaranya.

145

Peneliti

Bapak Gandhung

Peneliti

Bapak Gandhung

Peneliti

Bapak Gandhung

:

:

:

:

:

:

“Sudah pernahkan Bapak/Ibu menerima

sosialisasi/pembekalan terkait pendidikan

karakter?”

“Saya belum pernah menerima sosialisasi

pendidikan karakter. Dulu pernah ada diklat yang

membahas pendidikan karakter di Semarang, tapi itu

hanya untuk guru-guru mata pelajaran Agama dan

PPKN kalau tidak salah.”

“Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai

pendidikan karakter?”

“Pendidikan karakter itu baik, tapi saya belum paham

apa yang Anda maksudkan di sini. Sepenangkapan

saya, karakter itu watak. Pendidikan karakter berarti

mendidik watak siswa. Yang mempunyai watak atau

kepribadian yang kurang baik biar menjadi baik, dan

yang baik biar lebih baik. ”

“Perlukah pendidikan karakter diterapkan dalam

pembelajaran?”

“Perlu Mbak, guru itu ucapannya harus hati-hati

karena dijadikan contoh oleh siswa, penampilan

guru juga harus bisa menjadi contoh. Saat masuk

kelas guru mengucapkan salam itu juga sudah

menjadi contoh penerapan pendidikan karakter.”

Peneliti

Bapak Gandhung

:

:

“Apakah RPP, sumber belajar, dan bahan ajar

yang Bapak/Ibu gunakan sudah menunjang

pendidikan karakter?”

RPP sudah saya sesuaikan dengan panduan saat

saya PLPG dulu, tapi dosen yang satu dengan dosen

146

Peneliti

Bapak Gandhung

Peneliti

Bapak Gandhung

:

:

:

:

yang lain ternyata juga masih ada perbedaan Mbak.

Pembelajaran masih saya sesuaikan dengan buku

dengan sedikit menginovasinya. Sedikit cerita,

kemarin saya memberikan tugas kepada siswa untuk

membuat video sebagai tugas akhir kelompok. Nanti

saya juga akan memberikan ulangan harian 1

dengan menayangkan video.”

“Apakah pembelajaran pendidikan bahasa

Indonesia yang Bapak/Ibu terapkan sudah

mengarah pada Standar Kompetensi Lulusan

(SKL)?”

“Tidak Mbak.”

“Berdasarkan apa saja pengambilan nilai siswa

yang Bapak/Ibu terapkan?”

“Begini Mbak, tentang pengambilan nilai kalau

nanti jadi guru ya jangan terlalu idealis, agak

longgar yang penting intinya sudah disampaikan ya

sebaiknya diberikan nilai. Tugas-tugas siswa

sebaiknya juga dipertimbangkan. Soal-soal pilihan

ganda itu juga dapat mematikan kreativitas siswa.”

Peneliti

Bapak Gandhung

:

:

“Apakah ada kendala dalam penerapan pendidikan

karakter?”

”Kontinyuitas yang agak sulit. Kadang moody,

kalau moodnya baik mengajarnya lebih kreatif,

kalau moodnya ndak bagus ya asal materi sampai

Mbak. Siswa juga mempengaruhi Mbak, kalau

setelah ulangan dan setelah olah raga kelas juga

jadi kurang kondusif Mbak.”

147

Peneliti

Bapak Gandhung

Peneliti

Bapak Gandhung

:

:

:

:

“Apa solusi yang Bapak/Ibu terapkan dalam

mengatasi kendala tersebut?”

“Solusinya adalah kontinyuitasnya harus dijaga

Mbak.”

“Adakah saran Bapak/Ibu terhadap

guru/orangtua/siswa untuk menunjang tertanamnya

karakter dalam diri siswa?”

“Orangtua dan guru harusnya mengarahkan Mbak.”

148

Gambar 1. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta, Drs.Sukardjo, M.A.

Gambar 2. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Aniek Windrayani, S.Pd.

149

Gambar 3. Wawancara Siti Shofiyah, S.Pd.

Gambar 4. Kegiatan Belajar Mengajar Kelas XII-IPS1 bersama Ibu Siti Shofiyah,

S.Pd.

150

Gambar 5. Wawancara Dra. Nira Shacchari

Gambar 6. Pembelajaran Dra. Nira Shacchari

151

Gambar 7. Colin Widi Widawati, S.Pd.

Gambar 8. Pembelajaran Kelas XI-IPA2 (Colin Widi Widawati, S.Pd.)

152

Gambar 9. Pembelajaran Drs. Gandung Ismana

Gambar 10. Wawancara Sriyadi, S.Pd.

153

Gambar 11. Pembelajaran klas X-5 (Sriyadi, S.Pd.)