laju reaksi
DESCRIPTION
laju reaksiTRANSCRIPT
I. Judul Praktikum
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi)
II. Tujuan Praktikum
2.1 Mempu memahami proses reaksi yang terjadi (reaksi antara H2O2 dengan HI).
2.2 Mampu melakukan titrasi dengan baik dan benar.
2.3 Mampu menentukan konstanta kecepatan reaksi.
III. Dasar Teori
Pada suhu kamar, cairan hydrogen peroksida (H2O2) mengalami reaksi autoprotolitik.
Reaksi : 2H2O2 H3O2+ + HO2- (k = 1,55 . 10-12)
H2O2 adalah pelarut protonik disamping sebagai oksidator kuat, baik dalam suasana asam atau
basa. Hydrogen peroksida dalam suhu kamar juga akan terurai menjadi
2H2O2 2 H2O + O2 ΔH = -23,6 kkal
Dengan adanya katalisator (misalnya Cl2, Br2, Fe) maka penguraian akan semakin cepat
demikian pula jika suhu dinaikkan. Hidrogen peroksida membebaskan iodium yang berasal dari
kalium iodide yang telah diasamkan dengan asam sulfat. Kecepatan reaksi bergantung pada
konsentrasi peroksida, kalium iodide dan asam sulfatnya. Jika reaksi irreversible (karena adanya
natrium tiosulfat yang akan merubah yodium bebas menjadi asak yodida kembali), maka
kecepatan reaksi besarnya seperti pada reaksi pembentukkan sampai konsentrasi terakhir tidak
berubah. Reaksi yang terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
H2O2 + 2KI + H2SO4 K2SO4 + I2 + 2H2O
2S2O32- + I2 2I- + S4O6
2-
Pada percobaan ini, kecepatan reaksi hanya bergantung pada berkurangnya konsentrasi
hydrogen iodide saja, sehingga reaksi mengikuti reaksi orde / tingkat 1. Pada larutan yang
mempunyai keasaman tinggi atau konsetrasi iodide yang tinggi, diperoleh kecepatan reaksi yang
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 1
lebih besar. Kecepatan indicator kanji terhadap iod sangat diperlukan, dimana kanji dan iod akan
bereaksi membentuk senyawa komplek yang berwarna biru, karena adanya adsorpsi iod oleh
kolodi kanji. Besarnya adsorpsi larutan kanji terhadap iod dipengaruhi oleh konsentrasi iodide
yang tersedia. Timbulnya warna biru bukan hanya ditentukan oleh konsentrasi iod saja,
melainkan karena adanya iodida.
Kolthof menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi iodide, kepekaannya akan naik
perlahan, tetapi jika semakin rendah konsentrasi iodidanya, maka kepekaannya akan menurun
dengan cepat.
Untuk menentukan kecepatan reaksi perlu ditentukan konstranta kecepatan reaksi :
−dCdt
= k . Cn untuk reaksi tingkat 1, maka n = 1
−dCdt
= k . C
−dtC
= k . dt
Setelah diintegralkan, diperoleh
Ln . C = -k . t
Ln . CbCo
= -k . t
K = - 1t
Ln CtCo
atau K = - 1t
Ln CoCt
Keterangan : Co = konsentrasi awal (mula-mula)
Ct = konsentrasi setelah t detik
K = konstanta kecepatan reaksi
Volume tiosulfat yang digunakan untuk titrasi sebanyak b pada saat t detik, adalah jumlah
peroksida yang bereaksi selama t detik. Konsentrasi setelah t detik besarnya adalah (a – b). a
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 2
In
tKurva In(a-b) terhadap t
t
In (a - b)
Kurva In(a-b) terhadap t
adalag banyaknya (volume) tiosulfat yang dimasukkan pada saat to atau mula-mula,
persamaannya menjadi :
K = 1t
Ln (aa−b
)
Kt = Ln (aa−b
) ............. (1)
Kurva t lawan Ln (aa−b
) akan memperoleh harga k yang adalah koefisien (gradien) dari
garis lurus.
Kt = ln a – ln (a – b)
Ln (a – b) = -kt + ln a
Dengan membuat kurva antara ln (a – b) lawan t, diperoleh konstanta kecepatan
reaksinya, yaitu harga k sebagai koefisien arah garis lurus.
IV. Alat-alat dan Bahan
NO ALAT JUMLAH BAHAN
1 Buret 50 mL 1 Larutan H2O2 3%
2 Labu Erlenmeyer 1 L, 250 mL 1 Larutan H2SO4 2N
3 Gelas Ukur 100 mL 1 Larutan KMnO4 0.1 N
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 3
α α
Tg = - Kα Tg = - Kα
Mengencerkan 10 mL H2O2 3% menjadi 100 mL dalam labu takar
Menambahkan 10 mL Asam Sulfat 2NMemindahkan 10 mL H2O2 dari pengenceran ke Erlenmeyer 250 mL
Melakukan titrasi dengan larutan KMnO4 0.1 N catat volume saat berubah warna
Menimbang 2 gram Kristal KI dan masukan ke Erlenmeyer 250 mL
4 Gelas Kimia 200 mL 1 Kristal Kalium Iodida [ KI]
5 Labu ukur 100 mL 1 Larutan Na2S2O3 0.1 N
6 Labu Takar 100 mL 1 Larutan Kanji 10%
7 Stirer Magnetic 1 Larutan H2SO4 pekat
8 Stopwatch 1 Air Suling
9 Botol Semprot 1
10 Pemanas atau hot plate 1
V. Skema Kerja
a). Penentuan ekivalen H2O2 dengan tio sulfat
1. Larutan H2O2
2. Kristal KI
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 4
Melarutkan dengan 20 mL air sulingMenambahkan 1 mL Asam Sulfat pekat
Menambahkan 10 mL Larutan KMnO4 0.1 N dan biarkan 10 menit lamanya.
Memasukan larutan a ke bawah b dengan cepat, jalankan stopwatch
Menambahkan 2 mL larutan tiosulfat (dari buret
0
Menambahkan 3 mL larutan kanji & 1.5 gram KI yang telah dilarutkan air
Memasukan 500 mL air suling H2SO4 pekat 2N ke Erlenmeyer 1L
Membuat larutan bMembuat larutan a
Membuat 2 macam larutan
Memasukan 5mL H2O2 3% kedalam labu takar
Mengsi buret dengan larutan standar Na2S2O3 0.1N
b). Penentuan kecepatan reaksi
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 5
Mengaduk dengan pengaduk magnet dan mencatat waktu saat berubah warnaMenambahkan 2 mL larutan tiosulfat dari buret
Mencatat waktu saat larutan menjadi biru, hingga 10 data pengamatan
VI. Data Pengamatan
6.1 Penentuan Ekuivalen H2O2 dengan Tiosulfat
a. Titrasi 10 mL H2O2 dengan KMnO4 0,1 N = 7,00 mL (rata-rata) (x)
b. Titrasi 10 mL KMnO4 dengan Na2S2O3 0,1 N = 10,00 mL (rata-rata) (y)
6.2Penentuan Kecepatan Reaksi
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 6
No Na2S2O3 (b) mL t(s)
1 2 159
2 4 165
3 6 170
4 8 182
5 10 185
6 12 186
7 14 201
8 16 205
9 18 214
10 20 306
6.3 Pengamatan Reaksi
Reaksi yang terjadi Pengamatan
H2O2 3% + H2SO4 2 N Warna putih bening
H2O2 3% + H2SO4 2 N + KMnO4 0,1N Warna merah muda
Kristal KI + Asam sulfat pekat Warna kuning bening
Kristal KI + Asam sulfat pekat + KMnO4 Warna coklat
Kristal KI + Asam sulfat pekat + KMnO4 + Na2S2O3 Warna bening
H2SO4 + Kanji 1% + KI + H2O2 Warna biru
H2SO4 + Kanji 1% + KI + H2O2 + Na2S2O4 Tidak berwarna
VII. Pengolahan Data
7.1 Perhitungan
a. Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat
10 mL H2O2 0,3 % → x mLKMnO4
10 mL KMnO4 → y mLTiosulfat
1 mL KMnO4 → y
10mLTiosulfat
x mLKMnO4 → xy10mLTiosulfat
10 mL H2O2 0,3 % → xy10mLTiosulfat
10 mL H2O2 3 % → x ymLTiosulfat
10 mL H2O2 0,3 % → 7mLKMnO 4
10 mL KMnO4 → 10mLTiosulfat
1 mL KMnO4 → 1mLTiosulfat
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 7
x mLKMnO4 → 7mLTiosulfat
10 mL H2O2 0,3 % → 7mLTiosulfat
10 mL H2O2 3 % → 70mLTiosulfat
b. Penentuan Kecepatan Reaksi
a = volume tiosulfat yang ditambahkan saat t0 (mula-mula).
a = 5
10 xy mL
a = xy2
mL
a = 702
mL
a = 35 mL dimana a = 35 mL dan b = 2 mL
Menghitung Konstanta Kecepatan reaksi :
k = ln(a−b)t (s)
Tabel Hasil Perhitungan
No. B(Na2S2O3)
(mL)
a
(xy2
) mL
T
(sekon)
a-b Ln (a-b) Ln{a/(a-b)}
k (s-)
1 2 35 159 33 3,496 0,058 0,000364
2 4 35 165 31 3,433 0,121 0,000733
3 6 35 170 29 3,367 0,187 0,00110
4 8 35 182 27 3,295 0,259 0,00142
5 10 35 185 25 3,218 0,336 0,00181
6 12 35 186 23 3,135 0,419 0,00225
7 14 35 201 21 3,044 0,510 0,00253
8 16 35 205 19 2,944 0,610 0,00297
9 18 35 214 17 2,833 0,721 0,00336
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 8
10 20 35 306 15 2,708 0,847 0,00276
0 50 100 150 200 250 300 3500
0.5
1
Grafik ln {a/(a-b)} terhadap t (s-1)ln {a/(a-b)} Linear (ln {a/(a-b)})
t (s-1)
ln {a
/ (a
-b)} k = tg αk = y / xk = 0.789 / 147 k = 5,3 x 10-3 s-1
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 9
100 150 200 250 300 3500
2
4Grafik ln (a-b) terhadap t(s-1)
ln (a-b)Linear (ln (a-b))
-k = tg α-k = y / x- k = 0.788 / 147 k = (-5,3 x 10-3) s-
1
VII. Pembahasan
8.1 Azka Muhammad
1. Hidrogen Peroksida merupakan pelarut protonik, disamping sebagai oksidator kuat baik
dalam suasana asam maupun suasana basa
2. Kecepatan reaksi sangat bergantung pada konsentrasi hidrogen peroksida, kalium iodida,
dan asam sulfat. Jika konsentrasinya rendah, reaksi akan berlangsung lambat
3. Kecepatan reaksi juga bergantung pada suhu. Jika suhu dinaikkan, reaksi akan
berlangsung lebih cepat
4. Semakin lama kecepatan reaksi akan menurun, karena konsentrasi kalium iodida yang
berkurang akibat penguapan, sehingga ketika kalium iodida habis, reaksi tidak akan
terjadi dan larutan akan tetap berwarna putih.
8.2 Fajar Nugraha
A. Penentuan Ekivalen H2O2 dengan Tiosulfat
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 10
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa perlakuan, yakni untuk menentukan
penentuan ekuivalen H2O2 dengan tiosulfat dan penentuan kecepatan reaksi.
Percobaan pertama, dimana mencampurkan 10 mL H2SO4 2 N dengan
pengenceran 10 mL H2O3 3% dalam labu takar 100 mL terlihat berwarna putih bening.
Hasil pencampran tersebut dititrasi dengan KMnO4 0.1 N hingga mencapai titik
ekuivalen dengan ditandai perubahan warna menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi
yakni:
2KM nO4+5H 2O 2+3H 2SO 4→K2SO 4+2MnSO4+8H 2O+5O2
Percobaan kedua, dimana mencampurkan kristral KI, H2SO4 dengan KMnO4
terlihat coklat gelap. Setelah didiamkan selamat 10 menit, lalu dititrasi dengan Na2S2O3
hingga mencapai titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warna menjadi bening.
Reaksi yang terjadi yakni:
KMnO4+2H 2SO4+KI +2H+¿→K2 SO4+ I2+2MnSO4+4 H2O¿
I 2+2S2O32−¿→2 I−¿+S4O 6
2−¿¿¿ ¿
Pada percobaan ini titik ekivalen ditandai dengan adanya perubahan warna dari bening menjadi
merah muda.
terdapat kesalahan pada saat praktikum , yaitu saat penentuan ekuivalen H 2O2 , volume
yang diperoleh hanya 7 mL KMnO4 seharusnya lebih banyak ± 20 mL . Diduga kesalahan
tersebut diakibatkan oleh larutan H2O2 yang telah lama di simpan. Karena pada suhu kamar,
cairan hidrogen peroksida mengalami reaksi autoprotolitik. Reaksinya :
2H 2O2↔H 3O2+¿+HO−2¿
Hidrogen Peroksida dalam suhu kamar juga akan terurai menjadi :
2H 2O2↔2H 2O+O2
Sehingga mol H2O2 berkurang , dan konsentrasinya pun turun sehingga hanya sedikit KMnO4
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi H2O2
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 11
Penentuan titik ekivalen dengan tiosulfat,Diawali dengan menambahkan KMnO4 ke dalam
larutan KI pada suasana asam. mencampurkan kristral KI, H2SO4 dengan KMnO4 terlihat
coklat gelap. Setelah didiamkan selamat 10 menit, lalu dititrasi dengan Na2S2O3 hingga
mencapai titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warna menjadi bening. Reaksi yang
terjadi yakni:
KMnO4+2H 2SO4+KI +2H+¿→K2 SO4+ I2+2MnSO4+4 H2O¿
I 2+2S2O32−¿→2 I−¿+S4O 6
2−¿¿¿ ¿
B. Penentuan Kecepatan Reaksi
Penentuan kecepatan reaksi diawali dengan mencampurkan larutan A dan Larutan B dan
kemudian dititrasi dengan Na2S2O3.Pada larutan b terbentuk Asam Iodida karena pengasaman
kristal KI dengan asam sulfat pekat
Reksinya adalah:
KI(aq) + H2SO4(aq) → HI(aq) + K2SO4(aq)
Asam iodide ini kemudian akan bereaksi dengan asam peroksida,rekasinya adalah:
H2O2 + 2 HI → I2 + 2 H2O
Di dalam larutan B pun ditambahkan larutan kanji (amilum) yang berfungsi untuk
mendeteksi apakah iodium habis bereaksi dengan tiosulfat. Sebelum penambahan tiosulfat,
larutan berwarna biru namun setelah ditambahkan tiosulfat, larutan akan berubah menjadi tidak
berwarna (bening).Hal itu karena amilum bereaksi dengan tiosulfat dan membebaskan ion I - yang
tidak berwarna.Namun setelah beberapa menit larutan akan berubah kembali menjadi biru
karena tiosulfat habis, maka iod hasil reaksi hidrogen peroksida dan kalium iodida berlebih
karena tidak ada senyawa lain yang menangkapnya. Perubahan warna larutan dari bening
menjadi biru, Inilah yang digunakan dalam mengukur waktu habisnya tiosulfat yang
ditambahkan, dimana tiosulfat setara dengan peroksida.Dari sana didapatkan data 10
waktu.Melalui data tersebut dan beberapa perhitungan dapat dibuat sebuah grafik.Dari grafik
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 12
tersebut dapat ditentukan konstanta kecepatan reaksinya,yaitu dengan menghitung gradient dari
grafik
8.3 Eveline Fauziah
a. Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat
Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat terlebih dahulu larutan H2O2 di
standarisasi dengan KMnO4, hal ini di sebabkan karena H2O2 merupakan senyawa yang
tidak stabil yang mudah mengurai menjadi molekul air dan oksigen.
Standarisasi H2O2 oleh KMnO4 berada pada suasana asam, asam yang digunakan
dalam percobaan adalah H2SO4. Suasana asam ini berfungsi agar MnO4- teroksidasi
menjadi Mn2+ dan mempercepat proses reaksi. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan
adalah 2 N dan pada proses titrasi dilakukan secara perlahan. Kedua hal tersebut dapat
mencegah terbentuknya mangan oksida yang merupakan katalis aktif yang dapat
menguraikan H2O2.
Reaksi yang terjadi :
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ → 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
Pada percobaan ini titik ekivalen di tandai dengan adanya perubahan warna larutan
dari tidak berwarna menjadi merah muda yaitu pada saat volume KMnO4 7,00 mL.
Penentuan titik ekivalen dengan tiosulfat, Diawali dengan menambahkan KMnO4
ke dalam larutan KI pada suasana asam.
Reaksinya adalah :
KI(s) + H2O(aq) ® KI(aq)
KI(aq) + H2SO4(aq) → HI(aq) + K2SO4(aq)
Pada penambahan tersebut dihasilkan larutan yang berwana coklat
kemerahan.Setelah itu dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 secara perlahan, penambahan ini
menghasilkan warna larutan tidak berwarna,hal itu menandakan titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadi pada saat setelah penambahan larutan Na2S2O3 sebanyak 10,0 mL
a. Penentuan kecepatan reaksi
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 13
Penentuan kecepatan reaksi di awali dengan mencampurkan larutan Adan larutan
B. Pada larutan B terjadi reaksi antara garam KI dengan H2SO4 membentuk asam iodida
(HI). Reaksi :
2KI + H2SO4 2HI + K2SO4
Dimana ketika larutan A dan B di campurkan, iodida akan teroksidasi menjadi
iodin karena bereaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Reaksi :
HI + H2O2 I2 + H2O
Kanji yang terdapat di dalam larutan B berfungsi untuk mendeteksi ketika iodium
bereaksi habis dengan tiosulfat. Sebelum penambahan tiosulfat, larutan berwarna biru.
Namun setelah penambahan tiosulfat, larutan akan berubah menjadi tidak berwarna. Hal
itu di sebabkan Iodium tereduksi oleh tiosulfat menjadi iodida sehingga larutan menjadi
tidak berwarna. Setelah beberapa menit larutan akan berubah warna menjadi biru kembali
karena tiosulfat habis bereaksi, maka iodium hasil reaksi antara iodida dan H2O2 berlebih
tidak ada yang mengoksidasinya. Pada percobaan ini waktu perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi biru merupakan data yang diperlukan untuk menghitung konstanta
kecepatan reaksi,data yang di dapatkan hanya empat data waktu perubahan warna larutan,
di karenakan lamanya waktu perubahan warna larutan. Hal ini disebabkan konsentrasi
kanji yang sangat kecil di dalam larutan sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk
mengidentifikasi adanya iodium dalam larutan oleh kanji. Melalui keempat data tersbut
dan beberapa perhitungan dapat dibuat sebuah grafik, dari garafik tersebut dapat di
tentukan konstanta kecepatan reaksinya, yaitu dengan menghitung gradien dari grafik.
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 14
Laju Reaksi 1 (Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi) 15