laju pertumbuhan pdrb - file · web viewmeskipun pertumbuhan ekonomi sulawesi tenggara...

33
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 2.1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sebesar 2,22% (yoy) pada kurun waktu tahun 2010- 2012, namun kemudian mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV Tahun 2014 tumbuh sebesar 5,31% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 5,86% (yoy). Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan terkontraksinya ekspor luar Negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 januari 2014 yang lalu. Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan perekonomian secara Nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara, masih berada di atas level pertumbuhan ekonomi Nasional yang hanya tumbuh 5% (yoy) pada Tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode mendatang. Gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional selama kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini: KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 II- 1

Upload: duongminh

Post on 30-Jan-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 20142.1.1 Laju Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan

sebesar 2,22% (yoy) pada kurun waktu tahun 2010-2012, namun kemudian

mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014. Perekonomian Provinsi

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV Tahun 2014 tumbuh sebesar 5,31% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 5,86%

(yoy). Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan terkontraksinya

ekspor luar Negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak

diberlakukannya UU Minerba pada 12 januari 2014 yang lalu.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami

penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

perekonomian secara Nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara, masih berada di

atas level pertumbuhan ekonomi Nasional yang hanya tumbuh 5% (yoy) pada Tahun

2014. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki

potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode mendatang. Gambaran tingkat

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional selama kurun

waktu 2010-2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 1

Page 2: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Gambar 2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2011-2014 (persen)

2010 2011 2012 2013 20140

2

4

6

8

10

12

8.19 8.6810.41

7.286.36.1 6.2 6 5.6 5

Pertumbuhan Ekonomi Su-lawesi Teng-gara

Pertumbuhan Ekonomi Na-sional

Sumber: BPS Sultra, 2015

2.1.2. Struktur PDRB1) PDRB Menurut Sisi Penawaran

Secara umum distribusi PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas 9

sektor usaha yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri

pengolahan; (4) listrik/gas/air bersih; (5) kontruksi dan bangunan; (6) perdagangan,

hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan; (9) jasa-jasa. Seluruh sektor ini memiliki keterkaitan yang erat

satu sama lain sehingga jika salah satu sektor mengalami perubahan maka akan

ikut mempengaruhi sektor lainnya.

Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2014 menurut sisi

penawaran masih didominasi oleh sektor pertanian. Meski demikian, sektor ini terus

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada tabel bahwa pada

Tahun 2008 sektor pertanian mencapai 36,44 persen dan terus menurun hingga

pada Tahun 2014 hanya sebesar 29,39 persen. Penurunan kontribusi sektor

pertanian karena dipengaruhi oleh menurunnya produksi beberapa komoditas

selama kurun waktu Tahun 2008-2014. Kecenderungan kontribusi PDRB sektor

pertanian yang terus mengalami penurunan berbanding terbalik dengan kontribusi

sektor lain yang cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu Tahun 2008-

2014.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 2

Page 3: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang terbesar dalam

pembentukan PDRB provinsi Sulawesi Tenggara, oleh karena itu sektor tersebut

menjadi prioritas pembangunan daerah dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2013-2018, terutama untuk mewujudkan agenda pembangunan ekonomi,

melalui peningkatan produksi pangan strategis, meliputi: perbaikan infratsruktur

pendukung produksi pertanian, perikanan dan peternakan; peningkatan akses petani

dan peternak atas sarana produksi (pupuk, bibit, dll); penguatan permodalan;

peningkatan kompetensi SDM petani maupun peternak; serta pemanfaatan teknologi

berupa penguatan kerjasama antar dinas terkait dengan penyuluh ataupun

akademisi.

Tabel 2.1. Distribusi PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Sektor Usaha Tahun 2008-2014 (Persen)

No. Sektor-sektor ekonomi Tahun2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014**

1. Pertanian 36,44 35,02 33,19 31,87 30,61 30,02 29,392. Pertambangan dan

Penggalian4,60 4,28 4,90 6,07 7,75 7,74 6,49

3. Industri Pengolahan 7,62 6,43 7,14 6,91 6,35 6,11 6,014. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,87 0,93 0,93 0,92 0,98 1,08 1,145. Bangunan 7,40 7,72 8,26 8,54 8,78 8,89 9,436. Perdagangan, Hotel dan

Restoran16,26 17,45 18,12 18,57 19,06 19,71 20,26

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8,47 9,26 9,29 9,19 8,97 8,82 8,72

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

5,37 5,30 5,53 5,93 5,96 6,23 6,36

9. Jasa – Jasa 12,97 13,61 12,64 12,00 11,54 11,41 12,19* Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Prov. Sultra, 2015

2) PDRB Menurut Sisi Permintaan

Secara umum PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara menurut penggunaan terdiri

atas 6 (enam) komponen yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi

pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor dan impor.

Keenam komponen ini mempunyai saling keterkaitan yang erat dimana apabila salah

satu kelompok mengalami perubahan maka kelompok lainnya juga akan ikut

berubah.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 3

Page 4: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Tabel 2.2 PDRB Sulawesi Tenggara Menurut Komponen Penggunaan/Sisi

Permintaan Tahun 2010-2014

Sumber: BPS Prov. Sultra, 2014

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa selama periode 2010 – 2014, produk

yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 50 persen). Ekspor juga

mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 22 s.d 40 persen produk

Sulawesi Tenggara mampu menembus pasar nasional maupun internasional;

demikian halnya impor masih mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 32

s.d 46 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Di sisi

lain, pengeluaran untuk kapital (PMTB) juga mempunyai peran relatif besar dengan

kontribusi sekitar 35 s.d 43 persen. Proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada

rentang 14,93 – 17,37 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam

menyerap produk domestik tidak terlalu besar.

Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB

menurut pengeluaran. Data berikut menunjukan hal tersebut, di mana sebagian

besar produk domestic dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir

rumah tangga. Data berikut, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2014

konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan, sejalan dengan

kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah

penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada

gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi

pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 4

Page 5: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

2014 cukup fluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 52,56 persen dan

titik terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 50,08 persen.

Gambar 2.2. PDRB Sulawesi Tenggara Menurut Komponen Penggunaan/Sisi

Permintaan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 20140

20406080

100120140160180200

52.56 50.62 50.08 51.32 51.44

1.32 1.25 1.12 1.07 1.1115.93 17.37 15.51 15.27 14.93

43.44 40.38 36.35 35.83 37.13

22.66 29.25 27.94 31.32 40.96

36.55 37.9532.6 36.06

46.33

ImporEksporPerubahan InventoriPMTBKonsumsi PemerintahKonsumsi LNPRT Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: BPS Sultra, 2015

Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran

sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah

semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga

dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu

wilayah. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir

pemerintah terhadap PDRB mengalami penurunanan, dari hanya 15,93 persen di

tahun 2010 hingga menjadi 14,93 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode

tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2014; sedangkan proporsi tertinggi

pada tahun 2011 yang mencapai 17,37 persen. Peningkatan tersebut cenderung

didominasi oleh pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 5

Page 6: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

2.1.3. PDRB Per Kapita dan Distribusi PendapatanSalah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah

dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita, yang dihitung berdasarkan total PDRB

dibagi dengan jumlah penduduk berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.

Tren peningkatan pendapatan perkapita masyarakat atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan disajikan pada table dan gambar berikut :

Tabel 2.3. PDRB Perkapita Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013* 2014**0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

6.12 6.386.95

7.558.23

3.74.84

6.34 6.5 6.47

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: BPS Prov. Sultra, 2015

PDRB per-kapita Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun, seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini

menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Sulawesi Tenggara rata-rata

mampu menciptakan PDRB (atau nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-

masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per-kapita secara “riil” juga

selalu meningkat di kisaran 4 sampai 9 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut

diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada

kisaran 2 persen setiap tahunnya, dengan demikian maka pertumbuhan per-kapita

tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas. Gambaran

tersebut memberikan informasi bahwa kesejahteraan penduduk Sulawesi Tenggara

selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 mengalami peningkatan. Fakta ini

menunjukkan bahwa strategi danh kinerja pelaksanaan pembangunan yang

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 6

Page 7: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat di daerah ini telah memberikan

manfaat terhadap perekonomian daerah.

Gambar 2.3 PDRB Perkapita Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 20140

10000200003000040000500006000070000

21572.99 24302.0227582.17 29641.29 32114.86

21572.9923337.99

25489.426817.62

27898.67

PDRB perkapita ADHK

PDRB perkapita ADHB

Sumber: BPS Sultra, 2015

2.1. 4. Laju InflasiGambaran umum tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari

laju inflasi di Kota Kendari dan Kota Bau-bau. Berdasarkan rilis inflasi yang

dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau,

menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai 8,45% (yoy) pada triwulan IV 2014. Angka inflasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang mencapai

1,83% (yoy). Peningkatan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan

meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau.

Tingginya laju inflasi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau turut

disebabkan oleh fenomena nasional yakni naiknya harga BBM bersubsidi. Di

Kota Kendari, kelompok transportasi dan komunikasi di Kota Kendari mengalami

laju inflasi tertinggi yakni sebesar12,50% (yoy), diikuti kelompok perumahan

sebesar 8,55% (yoy) dan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi

sebesar 6,69% (yoy). Sedikit berbeda dengan kondisi di Kota Kendari, tingkat inflasi

di Kota Baubau secara dominan didorong oleh pergerakan tingkat inflasi kelompok

bahan makanan sebesar 17,02% (yoy), sementara kelompok transportasi

mengalami inflasi sebesar 5,71% (yoy).

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 7

Page 8: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Gambar 2.6 Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 20140

2

4

6

8

3.875.09 5.25

5.92

8.45

INFLASI

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014

Gambar tersebut di atas menunjukkan laju inflasi dalam kurun waktu 2010-

2014 dimana sebelumnya inflasi cukup dapat terkendali pada Tahun 2010-2013

yang peningkatannya hanya berkisar satu digit dan pada Tahun 2014 terjadi

peningkatan inflasi sampai dua digit.

Peningkatan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2014,

terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food.

Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong

peningkatan pada periode tersebut. Peningkatan inflasi di kelompok tersebut

sudah terjadi sejak bulan Oktober 2014, dimana terdapat kebijakan peningkatan

tarif tenaga listrik (TTL). Pada bulan tersebut, peningkatan tarif listrik di Kota

Kendari mencapai 4,71% (mtm) dan di Kota Baubau sebesar 4,27% (mtm). Selain itu,

pada bulan tersebut tercatat pula kenaikan harga rokok kretek dan rokok putih di

Kota Kendari masing-masing sebesar 1,45% (mtm) dan 0,63% (mtm) yang

turut memberikan sumbangan inflasi di komponen administered prices. Selanjutnya,

tekanan inflasi dari komponen administered prices semakin tinggi di bulan

November 2014 seiring dengan kebijakan peningkatan harga BBM bersubsidi pada

tanggal 18 November 2014. Sejak tanggal tersebut, harga bensin premium naik

dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan harga komoditas solar dari Rp 5.500 menjadi

Rp 7.500. Kenaikan Rp 2.000 pada kedua komoditas tersebut telah memicu

terjadinya kenaikan tarif angkutan darat dalam kota untuk perorangan oleh para

pelaku usaha yaitu dari yang semula Rp4.000 menjadi Rp5.000.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 8

Page 9: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan IV 2014

juga menunjukkan perkembangan harga yang meningkat, terutama pada

bulan November dan Desember 2014. Peningkatan harga yang terjadi

tersebut disebabkan oleh terhambatnya produksi, kenaikan biaya transportasi

dan adanya faktor spekulan terutama di komoditas cabai rawit. Sementara

itu, di Kota Baubau, tingginya gelombang laut selama rentang bulan

November menyebabkan kelangkan stok ikan di pasaran yang pada

akhirnya mendorong kenaikan indeks harga komoditas ikan segar di Kota

Baubau. Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Desember 2014, sehingga

di Kota Kendari terjadi peningkatan harga terutama pada sub-kelompok ikan

segar seperti komoditas kerang (14,60%, mtm) dan ikan tembang (13,37%,

mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang

mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai

rawit (39,64%, mtm) serta cabai merah (66,78%, mtm). Bahkan di Kota

Baubau, komoditas cabai rawit meningkat sebesar 70,60% (mtm) dan cabai

merah 64,66% (mtm).

2.1.5. Tingkat Kemiskinan

Angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya

penurunan pada kurun Tahun 2010-2013. Pada Tahun 2014 tingkat kemiskinan

Provinsi Sulawesi Tenggara menurun menjadi 12,77 % dibandingkan tingkat

kemiskinan Tahun 2013 yaitu sebesar 12,83 %. Kondisi tingkat kemiskinan Provinsi

Sulawesi Tenggara pada Tahun 2010-2014 dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 2.7 Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 20140

5

10

15

2017.05

14.61 13.06 12.83 12.77

Tingkat Kemiskinan

Sumber: BPS Prov. Sultra, 2015

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 9

Page 10: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Berdasarkan data dari BPS Sulawesi Tenggara, jumlah penduduk miskin

(penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada

bulan Maret 2014 adalah 342,26 ribu orang (14,05) persen dan menurun menjadi

314,09 ribu orang (12,77) persen pada bulan November 2014 yang artinya penduduk

miskin di Sulawesi Tenggara berkurang 28,17 ribu orang seiring dengan berbagai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Dibandingkan dengan

penduduk miskin pada bulan September 2013 yang berjumlah 330.840 orang, berarti

jumlah penduduk miskin naik 11.420 orang. Selama periode September 2013–Maret

2014, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 340 orang, sementara di

daerah perkotaan bertambah 11.080 orang.

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak

banyak berubah. Pada bulan September 2013, sebagian besar penduduk miskin

berada di daerah perdesaan yakni 293.670 orang (88,76 persen) dari total penduduk

miskin di Sulawesi Tenggara, dan pada bulan Maret 2014 penduduk miskin yang

berada di daerah pedesaan berjumlah 294.010 orang (85,90 persen)  dari total

penduduk miskin.

Gambar 2.8 Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2014

2009 2010 2011 2012 2013 20140

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

500,000

26,190 22,180 28,330 29,560 31,72052,250

408,150378,520

305,950270,470 269,990

290,010

Jumlah Penduduk Miskin Pedesaan

Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan

Sumber: BPS Prov. Sultra, 2014

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 10

Page 11: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

2.1.6. Pangsa Angkatan Kerja MenganggurTingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Tenggara meningkat dari 4,38%

pada tahun 2013 menjadi 4,43% pada tahun 2014. Meskipun sempat mengalami

penurunan dari 4,77% pada tahun 2010 menjadi 3,06% pada tahun 2011. Namun,

secara umum selama kurun waktu lima tahun terakhir tingkat pengangguran terbuka

di Sulawesi Tenggara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada Agustus

2014, jumlah penduduk yang menganggur meningkat sebanyak 2.374 orang, atau

sebesar 5,19%, yoy.

Gambar 2.9 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara

2010 2011 2012 2013 20140123456

4.77

3.064.04 4.38 4.43

Tingkat Pengangguran Terbuka/ TPT (%)

Sumber: BPS Sultra, 2014

Bertambahnya penduduk yang menganggur juga tercermin dari jumlah

lapangan pekerjaan yang berkurang. Dari hasil Survei Konsumen, masyarakat

merasakan bahwa terjadi penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan IV

2014. Penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian,

maka pekerja yang berada sektor informal juga mendominasi struktur

ketenagakerjaan di Provinsi ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi

Tenggara mencapai sebesar 67,86% atau 703.948 orang lebih tinggi dibandingkan

Agustus 2013 sebesar 67,44% atau 672.498 orang. Meskipun demikian, dari sisi

kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan

pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai

13,27% pada Agustus 2014, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru

mencapai 13,05% dari keseluruhan penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 11

Page 12: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin berkurang dari 61,23% di

Agustus 2013 menjadi 60,85% di Agustus 2014.

Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor jasa dan sektor perdagangan

dan rumah makan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di

Sulawesi Tenggara dengan pangsa masing-masing sebesar 42,62%, 18,89% dan

18,65%. Meskipun demikian, peningkatan terbesar terjadi pada sektor konstruksi

dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 12,81% (yoy). Sebaliknya, penurunan

terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 13,2% (yoy) seiring dengan

pembatasan ekspor mineral mentah sesuai dengan UU Minerba tahun 2009. Meskipun jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat, namun belum

pulihnya kinerja semua sektor ekonomi utama berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja di Sulawesi Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat

kesejahteraan mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal

tersebut terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100

dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Perkembangan jumlah penduduk yang telah bekerja dapat juga diketahui dari

tingkat partisipasi angkatan kerja, yang sejak Tahun 2010 cenderung menurun setiap

Tahunnya, namun pada Tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 66,87 persen

disbanding Tahun 2013 sebesar 65,79 persen seperti yang ditunjukkan seperti

gambar berikut

Gambar 2.10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%)

2010 2011 2012 2013 201462

64

66

68

70

72

74

71.84 71.42

67.35

65.7966.87

Sumber: BPS Sultra 2014

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 12

Page 13: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa peningkatan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari Tahun 2013 ke Tahun 2014 sebesar 1,08

persen, hal tersebut terjadi karena disebabkan meningkatnya kegiatan investasi baik

dalam bidang infrastruktur maupun pembangunan smelter nikel.

2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2015 dan 2016Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 mulai

menunjukan peningkatan yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan Selama

triwulan II 2015 sebesar 7,4 persen (yoy) terakselerasi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 5,8 persen (yoy), angka tersebut juga tercatat

berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy). Peningkatan kinerja

ekonomi Sulawesi Tenggara tersebut didorong oleh perbaikan kinerja konsumsi

rumah tangga dan investasi serta ekspor luae Negeri. Peningkatan konsumsi rumah

tangga didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat dalam Bulan Ramadhan,

masa liburan sekolah dan persiapan Tahun ajaran baru.

Peningkatan investasi didorong oleh investasi pemerintah daerah atas

pembangunan sarana prasarana infrastruktur seperti pembangunan jalan dan

jembatan, pelabuhan laut khususnya pelabuhan penyeberangan, peningkatan nilai

tambah sumberdaya alam seperti hasil pertanian dalam arti luas, pertambangan

terutama nikel, aspal dan emas, serta focus pembangunan daerah pada kawasan

strategis provinsi seperti pusat kawasan industry pertambangan, perkebunan,

perikanan, pertanian, pariwisata, perdagangan serta kawasan strategis Teluk

Kendari. Peningkatan investasi tersebut diharapkan mampu mendorong

perekonomian daerah Sulawesi Tenggara.

Perkembangan pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2015 menunjukan perkembangan yang berkualitas dan siginifikan terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat, hal ini ditandai dengan capaian-capaian indikator makro

ekonomi yang semakin baik dari tahun ke tahun sehingga perekonomian Sulawesi

Tenggara Tahun 2016 diperkirakan dapat tumbuh sebanding dengan Tahun-tahun

sebelumnya. Pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015

adalah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkualitas mengalami

pertumbuhan yang berkelanjutan yang mampu meningkatkan pendapatan perkapita

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 13

Page 14: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

masyarakat dan mengurangi pengangguran serta tingkat kemiskinan, sehingga

dapat meningkatkan daya saing perekonomian Sulawesi Tenggara sebagaimana visi

pembangunan daerah 2013-2018. Melalui optimalisasi pemanfaatan dan

pemgelolaan sumberdaya yang kita miliki seperti sumber daya manusia maupun

sumber daya alam seperti pertanian dalam arti luas, pertambangan pariwisata, dan

sumberdaya lainnya. Mempertahankan pertumbuhan seperti pada tahun-tahun

sebelumya merupakan rencana pembangunan perekonomian Sulawesi Tenggara,

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara perlu berupaya untuk mempertahankan

pertumbuhan ekonomi tersebut, hal ini penting dilakukan untuk dapat mengejar

ketinggalan dibidang ekonomi yang saat ini masih relatif kecil dibanding rata-rata

Provinsi secara Nasional.

Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan masih menunjukkan tren

penurunan, bahkan selama tahun 2015 usaha di kategori ini masih mengalami

kontraksi. Pada periode laporan kategori tersebut tercatat mengalami kontraksi

sebesar 1,9% (yoy) setelah di periode sebelumnya juga terkontraksi sebesar 0,6%.

Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja kategori perikanan akibat

tingginya gelombang laut selama periode laporan.. Sementara itu, kinerja tanaman

perkebunan yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao juga masih rendah..

Meskipun demikian, panen raya padi yang terjadi pada periode laporan mampu

menahan kontraksi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan lebih dalam.

Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di

lapangan, saat ini terjadi pergeseran musim panen raya di hampir seluruh sentra

produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya yang biasanya terjadi di

rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi bulan April-

Mei. Pergeseran musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat

curah hujan selama awal periode triwulan I (bulan Februari) sehingga mengganggu

pola masa tanam komoditas padi.

Tahun 2008-2014 peran sektor pertanian terus menurun dari 36,44 persen

pada Tahun 2008 menjadi 29 persen saja pada Tahun 2014. Kondisi ini tidak hanya

disebabkan oleh semakin meningkatnya kontribusi sektor lain seperti pertambangan

dan industri pengolahan tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat produksi pangan.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 14

Page 15: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Dalam rangka peningkatan peran sektor pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Peningkatan produksi pangan strategis, meliputi: perbaikan infratsruktur

pendukung produksi pertanian, perikanan dan peternakan; peningkatan akses

petani dan peternak atas sarana produksi (pupuk, bibit, dll); penguatan

permodalan; peningkatan kompetensi SDM petani maupun peternak; serta

pemanfaatan teknologi berupa penguatan kerjasama antar dinas terkait

dengan penyuluh ataupun akademisi.

2) Peningkatan kelancaran pasokan dan distribusi hasil pertanian, meliputi:

Pembangunan infrastruktur logistik pertanian dan pedesaan, serta pelabuhan

penghubung; identifikasi pola perdagangan intra maupun antar daerah;

mempersingkat rantai perdagangan antar daerah; serta pembangunan sub-

terminal agribisnis dan perikanan.

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai

menunjukan peningkatan yang didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan

dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sejalan dengan telah berlakunya

UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat

ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri pengolahan di

wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan

pemurnian mineral (smelter) tersebut akan memberikan nilai tambah yang jauh

lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, selain itu juga

dapat menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus

turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Meningkatkan

investasi dan mempercepat pembangunan industri olahan pertambangan (smelter)

merupakan kunci keberlanjutan pertumbuhan tinggi di industri pertambangan. Upaya

pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan

pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka.

Kinerja kategori pertambangan masih terus menunjukkan perbaikan, setelah

pada tahun 2014 mengalami kontraksi dan memberikan andil negatif, maka pada

triwulan II 2015 kategori pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi, yaitu

sebesar 12,0% (yoy). Peningkatan tersebut cukup tinggi dikarenakan di triwulan

sebelumnya kinerja kategori ini tumbuh pada level 9,4% (yoy). Tingginya tingkat

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 15

Page 16: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

pertumbuhan kategori tambang di periode laporan, selain disebabkan oleh based

point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di tahun 2014, juga disebabkan oleh

tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel dalam proses

pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya perkembangan di

kategori industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa

wilayah di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir di lapangan,

diketahui bahwa saat ini sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi

secara penuh.

Berbeda dengan kinerja di kategori pertambangan, pada triwulan II 2015

kinerja usaha kategori industri pengolahan mengalami perlambatan dengan hanya

tumbuh sebesar 11,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja di triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 18,2% (yoy). Perlambatan tersebut menahan

laju akselerasi perekonomian di periode laporan. Hal ini disebabkan karena produksi

feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan. Pada triwulan II 2015, produksi feronikel di

perusahaan tersebut tumbuh sebesar 16,1% (yoy), jauh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,6% (yoy).

Sejalan dengan penurunan yang terjadi pada kinerja kategori pengolahan,

realisasi kredit perbankan di kategori ini juga mengalami penurunan. Pada triwulan II

2015, kredit ke kategori industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 3,7% (yoy), lebih

rendah daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 8,3% (yoy).

Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kinerja sektor ini

dan tetap menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan

hasil konfirmasi dari beberapa pelaku usaha terkait, diketahui bahwa mayoritas

pelaku usaha kategori industri olahan relatif cenderung memilih memenuhi

kebutuhan modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui

fasilitas kredit perbankan.

Disamping industri pengolahan tambang (industri pengolahan logam dasar

besi dan baja), industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau cukup

potensial dikembangkan di Sulawesi Tenggara. Potensi industri pengolahan

makanan, minuman, dan tembakau tidak hanya terlihat dari nilai kontribusinya yang

cukup besar, tapi juga dari pertumbuhannya yang juga relatif pesat di Sulawesi

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 16

Page 17: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Tenggara sehingga dapat menjadi salah satu tujuan diversifikasi untuk menopang

pertumbuhan sektor industri dalam waktu dekat di Sulawesi Tenggara.

Dari sisi permintaan, Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2015 tercatat mengalami akselerasi sebesar 20,5% (yoy). Kondisi ini

menujukkan adanya perbaikan karena kontraksi ekspor tersebut tidak sedalam

triwulan sebelumnya yang mencapai 43,1% (yoy). Terkontraksinya ekspor Sulawesi

Tenggara pada periode laporan masih disebabkan dampak atas pemberlakuan UU

Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa

mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh

komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena

dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas

ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari

tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki smelter.

Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari data ekspor di Bea Cukai yang

menunjukkan bahwa ekspor nonmigas Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015

mencapai US$70,7 juta. Nilai ekspor tersebut tumbuh teraksalerasi sebesar 9,6%

(yoy), lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 47,7%

(yoy). Perbaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan ekspor feronikel, ikan

hidup dan rajungan. Sementara itu aktivitas impor luar negeri di Sulawesi Tenggara

mengalami perlambatan di periode laporan. Selama triwulan II 2015, nilai tambah

dari aktivitas impor tersebut hanya tumbuh sebesar 33,6% (yoy), lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 62,4% (yoy).

Perlambatan impor tersebut tercermin pada nilai impor yang mengalami penurunan

dari US$17,1 juta di triwulan I 2015 menjadi US$11,9 juta pada periode laporan.

Melambatnya impor tersebut disebabkan oleh penurunan impor barang modal yang

terkontraksi sebesar 0,48% (yoy).

Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,1% (Februari 2014) menjadi

3,6% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat,

namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi utama berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara. Sejalan dengan kondisi

ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan mengalami penurunan terutama pada

masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 17

Page 18: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

berada di bawah level 100 dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan

periode sebelumnya.

Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan dan rumah

makan serta sektor jasa merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di

Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013 dengan pangsa masing-masing sebesar

39,2%, 20,7% dan 20,2%. Meskipun demikian, peningkatan terbesar terjadi pada

sektor industri dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 52,42% (yoy). Sebaliknya,

penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 48,35% (yoy).

Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di

sektor pertanian, maka pekerja yang berada di sektor informal juga masih

mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi ini. Pekerja informal dalam

perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 71,58% atau 742.629 orang,

lebih rendah dibandingkan Februari 2014 sebesar 75,85% atau 756.424 orang.

Meskipun demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal

tersebut tercemin dengan pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan

Universitas) mencapai 17,50% pada Februari 2015, lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya yang baru mencapai 13,36% dari keseluruhan penduduk yang bekerja.

Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin

berkurang dari 59,52% di Februari 2014 menjadi 53,91% di Februari 2015.

Dibanding tingkat Nasional, pertumbuhan di Sulawesi Tenggara relatif efektif

dalam menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT), namun relatif belum efektif

terhadap pengurangan kemiskinan. Menggunakan data tahun 2007 sampai 2012,

setiap satu persen pertumbuhan di Sulawesi Tenggara diiringi oleh penurunan

tingkat kemiskinan secara rata-rata -1,5 poin persen. Angka ini masih jauh dibawah

rata-rata EKP nasional yang sudah mencapai -2,0 persen. Namun demikian,

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara mampu mengurangi tingkat

pengangguran relatif lebih besar dibanding nasional. Menggunakan metode yang

sama dengan cara mengukur EKP, setiap satu persen pertumbuhan di Sulawesi

Tenggara rata-rata mampu dibarengi dengan penurunan TPT sebesar -2,3 persen,

sementara elastisitas pengangguran atas pertumbuhan (EPP) nasional hanya -1,5

persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa kualitas pertumbuhan di Sulawesi

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 18

Page 19: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Tenggara relatif lebih pro-job namun kurang pro-poor dibanding pada tingkat

nasional.

Memelihara pertumbuhan pada sektor-sektor yang menjadi lapangan usaha

mayoritas masyarakat miskin dapat membantu meningkatkan EKP. Pada periode

tahun 2007-2012, EKP tertinggi di Sulawesi Tenggara terjadi pada tahun 2011 (-2,2

persen), sementara nilai EKP terendah terjadi pada tahun 2009 (-0,6 persen). Pada

tahun 2009 beberapa sub-sektor seperti perkebunan, tanaman pangan, dan

penggalian mengalami kontraksi. Karakteristik tenaga kerja mayoritas yang bekerja

di sektor-sektor tersebut adalah tenaga kerja yang berasal dari pedesaan,

berpendidikan rendah (SMP ke bawah), pekerja tidak tetap, serta dengan rata-rata

upah/gaji bersih yang rendah. Oleh karena itu, kontraksi di sektor-sektor tersebut

pada tahun 2009 berdampak cukup signifikan terhadap melambannya EKP di

Sulawesi Tenggara. Sementara tingginya EKP pada tahun 2011 disumbang oleh

pulihnya sektor-sektor diatas hingga mencapai 6-7 persen pertumbuhan.

Orientasi pada peningkatan EKP lebih cepat mengurangi tingkat kemiskinan

dibanding orientasi pertumbuhan. Berdasarkan perhitungan proyeksi tingkat

kemisinan untuk tahun 2017 (akhir masa pemerintahan periode 2013-2018) yang

didasarkan pada berbagai skenario pertumbuhan ekonomi dan nilai EKP, terlihat

bahwa strategi memelihara EKP-tinggi (-2,2 persen) lebih memiliki dampak yang

lebih besar terhadap penurunan tingkat kemiskinan dibanding strategi

mempertahankan pertumbuhan tinggi (10,4 persen). Pada tahun 2017, dengan

skenario EKP terbaik, maka tingkat kemiskinan dapat diturunkan dari 13,3 persen

tahun 2012 hingga 5,4 persen tahun 2017 meskipun dengan skenario rata-rata

pertumbuhan ekonomi berada pada asumsi terendah (7,3 persen atau pertumbuhan

terendah pada periode 2007-2012). Sementara itu, dengan skenario rata-rata

pertumbuhan tertinggi (10,4 persen), penurunan tingkat kemiskinan relatif lebih

lamban meskipun EKP berada pada posisi moderat (rata-rata periode 2007-2012).

Kondisi ideal tentu terdapat pada skenario pertumbuhan tinggi (10,4 persen) dan

EKP tinggi (-2,2).

Proyeksi indikator makro ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukan

pada tabel berikut:

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 19

Page 20: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Tabel 2.4 Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2015 dan 2016

No. Indikator Makro Ekonomi

Realisasi Proyeksi2013 2014 2015 2016

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 7,28 6,24 7,20 - 7,60 7,00 - 7,502. PDRB Per Kapita

a. Atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) 15,52 17,01 17,50 18,00b. Atas Harga Konstan (Juta Rupiah) 6,04 6,27 7,00 7,50

3. Tingkat Inflasi 4,03 2,23 3,00 -4,00 4,00 - 4,504. Struktur PDRB Pendekatan

Pengeluaran (%)a. Konsumsi Rumah Tangga 51,86 52,85 51,00 50,00b. Konsumsi Pemerintah 21,15 21,70 21,00 20,00c. PMTB 33,77 33,84 34,00 35,00d. Ekspor Netto (6,78) (10,36) (5,00) (4,00)

5. Jumlah Penduduk Miskin (%) 13,06 12,83 13,00 -12,50 12,50 -11,506. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,04 4,46 4,00 -3,50 3,50 - 3,00

Sumber : BPS Prov. Sultra (diolah), 2015

Berdasarkan tabel terebut di atas, bahwa target indikator makro tersebut di

atas dapat dicapai berdasarkan beberapa pertimbangan dan asumsi, yaitu sebagai

berikut:

a. Ketersediaan sumberdaya alam yang cukup potensial terutama pertanian dalam

arti luas sangat penting ditingkatkan baik produksi maupun produktifitasnya

maupun pertambangan terutama nikel, emas dan aspal perlu dikelola dengan

baik dalam upaya peningkatan nilai tambah sehingga diharapkan terbangunnya

industri pengolahan komoditas tersebut, yang dapat memberikan multiplayer

efek bagi perekonomian di Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Peningkatan infrastruktur publik berupa pembangunan dan pemeliharaan jalan

dan jembatan, pelabuhan, bandara, listrik dan air bersih, dapat membuka

aksesibilitas barang dan jasa sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi

c. Kegiatan investasi semakin meningkat terutama sektor swasta yang ditunjukan

oleh peningkatan Pembentukan Modal Tetap Bruto, yang dapat memberikan

kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 20

Page 21: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

2.3 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017.

a. Tantangan Perekonomian

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penetapan target ekonomi

makro akan tetap optimistis, dengan mempertimbangkan realitas dan dinamika

ekonomi global yang terus bergerak, sehingga akan memberi pengaruh positif

terhadap ekonomi regional Sulawesi Tenggara, dengan prediksi bahwa kondisi

ekonomi pada tahun 2015 dan 2016 akan tetap berkembang walaupun saat ini

secara nasional dihadapkan pada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap sejumlah

mata uang negara lain. Pemerintah juga dihadapkan pada akan berlakunya Asean

Economy Community 2015. Dengan akan berlakunya penghapusan tarif, maka

Indonesia akan berhadapan dengan masalah pada bagaimana industri-industri yang

ada tetap dapat tumbuh dan mampu bersaing dengan barang-barang impor yang

memasuki pasar Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara.

Tantangan dan prospek perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara, tentunya

akan banyak dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional,

maupun lingkungan regional Sulawesi Tenggara sendiri. Proyeksi perekonomian global

dan nasional Tahun 2015 berdasarkan sumber dari IMF, ditunjukan oleh grafik berikut ini

Gambar 3.14Proyeksi Perekonomian Global dan Nasional

Sumber: IMF, 2014

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 21

Page 22: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Berdasarkan gambar tersebut, kondisi ekonomi internasional dan nasional

secara umum diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan meningkat dari 3,3 persen pada 2014

menjadi 3,8 persen pada Tahun 2015. Begitupun dengan Amerika Serikat yang

pertumbuhan ekonominya diperkiran akan meningkat dari 2,2 persen menjadi 3,1

persen. Perekonomian Eropa juga akan memiliki kondisi perekonomian yang lebih

baik, LPE positif sebesar 0,8 persen pada Tahun 2014 diperkirakan akan meningkat

menjadi 1,3 persen di Tahun 2015. Jepang diperkirakan akan tetap tumbuh stabil di

angka 0,8 persen, walaupun dalam dua triwulan terakhir pertumbuhan ekonominya

mengalami kontraksi sehingga target tersebut masih dalam skenario pesimis.

Di negara berkembang pertumbuhan PDB secara keseluruhan diperkirakan

akan meningkat dari 4,4 persen pada Tahun 2014 menjadi 5 persen pada Tahun

2015, sedangkan ASEAN diproyeksikan akan mengalami peningkatan dari 4,7

persen menjadi 5,4 persen. Kondisi tersebut jelas sangat menguntungkan bagi

daerah-daerah yang ada di Indonesia karena diharapkan dapat memicu peningkatan

ekspor dan investasi di berbai sektor.

Membaiknya kondisi perekonomian secara global, diharapkan mampu

mendongkrak kondisi perekonomian Indonesia menuju 5,8% pada Tahun 2015

(ADB, 2014). Angka tersebut mendukung target pertumbuhan ekonomi yang tertuang

dalam RAPBN 2015 yang berada dikisaran 5,4% - 5,8%. Angka tersebut akan

memberikan dampak positif terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara yang akan berada diatas 6,8% mengingat Sulawesi Tenggara selalu

berada di atas nasional dalam hal pencapaian pertumbuhan ekonomi. Proyeksi

pertumbuhan ekonomi ini diharapkan dapat memberikan stimulus positif terhadap

indikator makro ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan mengingat Sulawesi

Tenggara harus berupaya keras untuk dapat memperbaiki Quality of performance

(kinerja) yang belum optimal. Hal ini ditunjukan dengan walaupun pertumbuhan

ekonomi relatif tinggi namun masih disertai dengan rendahnya kualitas dari indikator

pembangunan yang ada seperti tingginya kemiskinan dan ketimpangan pendapatan

(Gini Rasio).

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 22

Page 23: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

Sehubungan dengan hal itu untuk tetap mempertahankan kondisi

perekonomian yang terus bertumbuh, serta meningkatkan daya saing daerah maka

pemerintah dihadapkan pada tantangan untuk terus meningkatkan dan menyiapkan

infrastruktur wilayah melalui ketersediaan infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan,

bandara dan listrik dalam rangka untuk menarik investasi baik Penanaman Modal

Asing maupun Penanaman Modal dalam Negeri. Sulawesi Tenggara juga

dihadapkan pada tantangan untuk tetap menjaga atau menciptakan iklim yang

kondunsif bagi para investor yang ada dan berminat melakukan investasi.

b. Prospek Perekonomian

Prospek ekonomi Sulawesi Tenggara berdasarkan beberapa indikator

pendukung, hasil survei dan liaison (Beberapa Lembaga Pemerintah: BPS, BI),

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015 diprakirakan berada

pada kisaran 7,4% - 7,8% (yoy) Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh

peningkatan kinerja sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sector

konstruksi. Hal tersebut juga sejalan dengan perkiraan membaiknya kondisi

perekonomian global, khususnya pada negara tujuan ekspor komoditas utama

Sulawesi Tenggara.

Sehubungan dengan hal itu maka perekonomian Sulawesi Tengara

diperkirakan tetap akan mengalami peningkatan pada tahun 2015 dan 2016, karena

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Sarana dan prasarana infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, listrik dan

kualitas jalan dan jembatan yang terus semakin baik, yang dapat membuka

aksesibilitas wilayah dalam upaya akselerasi percepatan pembangunan ekonomi

daerah.

2. Kebijakan pengembangan klaster prioritas dalam pemanfaatan potensi

sumberdaya alam terutama sektor pertambangan dan pertanian dalam arti luas

untuk meningkatkan nilai tambah yang dapat mempercepat pembangunan

ekonomi daerah.

3. Kebijakan pengembangan daya saing beberapa komoditas unggulan daerah

yang semakin baik dengan pembagian beberapa komoditi berdasarkan klaster,

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 23

Page 24: Laju Pertumbuhan PDRB - file · Web viewMeskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2012-2014, namun bila dibandingkan dengan

seperti pusat industri pertambangan nikel di Konawe Utara, Kolaka Utara dan

Bombana, Pusat Industri Kakao di Ladongi Kolaka, pusat pengembangan

perikanan terpadu di Wawonii Konawe Kepulauan, pusat pengembangan Industri

Semen di Muna dan Pusat Pengembangan Wisata Wakatobi.

KU – APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016II- 24