laba dan konsep yang berkaitan

59
4 BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGANTAR Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan, tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan kebijkan investasi, pembayaran zakat, pajak, bonus, dan pembagian hasil. Penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja perusahaan merupakan fokus utama dari pelaporan keuangan modern. Banyak pandangan dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba, namun yang menjadi pembahasan adalah laba menurut ilmu ekonomi, laba menurut fiskus (petugas pajak), laba menurut akuntansi, dan laba menurut perhitungan zakat. Perbedaan itu disebabkan berbagai alasan antara lain karena: (1) benda atau produk dan jasa yang akan dinilai (biaya historis, biaya ganti, biaya realisasi, present value); (2) unit ukur (bisa unit ukur uang atau ukuran kemampuan tenaga beli). IAI memadankan income dengan penghasilan yang meliputi pendapatan dan untung. Income dalam buku-buku teks asing pada umumnya dimaknai sebagai laba. Makalah ini menggunakan referensi buku dengan istilah laba untuk menunjuk income dalam buku teks asing sesuai yang didefinisi oleh FASB. Laba digunakan pula sebagai padan kata earnings. 2.2. DEFINISI LABA Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :

Upload: nurul-hafizah

Post on 16-Apr-2016

70 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kelompok 6 teori akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: laba dan konsep yang berkaitan

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGANTAR

Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk

pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu

isu berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba

ini bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan, tetapi juga

penting sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan kebijkan

investasi, pembayaran zakat, pajak, bonus, dan pembagian hasil.

Penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja perusahaan merupakan

fokus utama dari pelaporan keuangan modern. Banyak pandangan dan

praktik di masyarakat dalam pengukuran laba, namun yang menjadi

pembahasan adalah laba menurut ilmu ekonomi, laba menurut fiskus

(petugas pajak), laba menurut akuntansi, dan laba menurut perhitungan

zakat.

Perbedaan itu disebabkan berbagai alasan antara lain karena: (1) benda

atau produk dan jasa yang akan dinilai (biaya historis, biaya ganti, biaya

realisasi, present value); (2) unit ukur (bisa unit ukur uang atau ukuran

kemampuan tenaga beli).

IAI memadankan income dengan penghasilan yang meliputi pendapatan

dan untung. Income dalam buku-buku teks asing pada umumnya dimaknai

sebagai laba. Makalah ini menggunakan referensi buku dengan istilah laba

untuk menunjuk income dalam buku teks asing sesuai yang didefinisi oleh

FASB. Laba digunakan pula sebagai padan kata earnings.

2.2. DEFINISI LABA

Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut

pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan

penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi

memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :

Page 2: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 5

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan

yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada

umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan

pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan

pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.

(Belkaoui : 1993)

Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok

produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan

operasi.

(Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)

Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini

mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan

entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya.

(Stice, Skousen : 2009)

Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban

(termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan

pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah

residualnya merupakan kerugian bersih.

(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

2.3. TUJUAN PELAPORAN LABA

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba

yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.

Pengertian semacam ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan laba

secara objektif. Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa laba semacam

itu bermanfaat bagi para pemakai statemen keuangan khususnya investor

dan kreditor. Pendefinisian laba seperti ini jelas akan lebih bermakna

sebagai pengukur kembalian atas investasi (return on investment) daripada

sekedar perubahan kas. Hal ini ditegaskan oleh FASB dalam SFAC No. 1

(prg. 44, dalam Suwardjono, 2006; 456) sebagai berikut:

“Information about enterprise earnings and its components measured

by accrual accounting generally provides a better indication of

enterprise performance than information about current cash receipts

and payments.”

Page 3: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 6

Dalam kenyataannya, para pemakai mempunyai konsep laba dan model

pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara

pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan

dapat digunakan antara lain sebagai:

a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan

yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return

on invested capital).

b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.

c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.

e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.

f. Alat pengendali terhadap debitor dalam kontrak utang.

g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

i. Dasar pembagian dividen.

Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian

laba yang dapat memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai

kebutuhan di atas, ada dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam

akuntansi laba yaitu suatu laba untuk berbagai tujuan (single income for

different purposes) atau beda tujuan beda laba (different income for different

purposes). Pendekatan pertama berusaha untuk memenuhi tujuan secara

umum. Inilah pendekatan yang ingin dicapai dalam merekayasa pelaporan

keuangan umum (general purpose financial reporting).

Walaupun teori tentang konsep laba lebih berkaitan dengan pendekatan

ini, akuntansi juga berusaha untuk menyediakan informasi agar tujuan

khusus dapat dipenuhi dengan menyediakan informasi yang memungkinkan

pemakai untuk menentukan konsep laba sesuai dengan kebutuhan

spesifiknya. Pendekatan kedua menggunakan berbagai konsep laba dan

menjanjikannya secara jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus.

Kebutuhan khusus ini dapat dilayani dengan menyertai statemen keuangan

umum (khususnya statemen laba-rugi) dengan berbagai laporan pelengkap.

Page 4: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 7

2.4. KONSEP LABA KONVENSIONAL

Teori tentang laba masih harus dikembangkan dan dimantapkan agar

dicapai interpretasi yang tepat secara intuitif maupun ekonomik sehingga

angka laba akuntansi mempunyai manfaat yang tinggi khususnya bagi

investor dan kreditor. Hendriksen dan van Breda (1992, dalam Suwardjono,

2006; 457) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan

(konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi

mempunyai beberapa kelemahan berikut:

a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba

tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna.

b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang

saham biasa atau residual.

c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman

pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya

ketaktaatasasan (inkonsistensi) antar perusahaan.

d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara

umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan

harga.

e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan

kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat

atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum

jadi tuntutan yang mendesak.

Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi di atas, ada dua aspek

pokok teori laba yaitu (1) interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap

tataran teori dan (2) lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori

entitas.

2.5. KONSEP LABA DALAM TATARAN SEMANTIK

Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa

yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen

laba sehingga laba bermanfaat (useful) dan bermakna (meaningful) sebagai

Page 5: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 8

informasi. Laba pada tataran semantik harus menggambarkan hubungan

pada realitas ekonomi yang mendasari. Pada tataran ini, teori berusaha untuk

menjawab pertanyaan apakah yang harus direpresentasi oleh laba. Seperti

teori tentang aset, realitas atau kegiatan entitas apa yang harus diinterpretasi

oleh angka laba. Makna yang dikandung dalam laba akhirnya harus

diinterpretasi oleh pemakai. Pemaknaan laba secara semantik akhirnya akan

menentukan pemaknaan laba secara sintatik yaitu pengukuran dan

penyajiannya.

2.5.1 Pengukuran Kinerja

Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam

pelaporan keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan

informasi masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa

datang. FASB, misalnya, menetapkan salah satu tujuan pelaporan

keuangan sebagai berikut:

“Fiancial reporting should provide information about an enterprise’s

financial performance during a period. ... The primary focus of

financial reporting is information about an enterprise’s performance

provided by measures of earnings and its components. ... Financial

reporting should provide information about how management of an

enterprise has discharged its stewardship responsibility to owners

(stockholders) for the use of enterprise resources entrusted to it.“

Tujuan di atas menyiratkan bahwa laba periode (earnings) dimaknai

sebagai informasi tentang kinerja masa lalu yang meliputi daya melaba

(earning power), akuntabilitas, dan efisiensi. Daya melaba dan efisiensi

merupakan konsep yang saling berkaitan. Kinerja perusahaan merupakan

manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi

sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen dalam

mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Hal ini

dikemukakan oleh Paton dan Littleton (1967 dalam Suwardjono, 2006;

458) sebagai berikut:

“Accounting exists primarily as a means of computing a residuum, a

balance, the difference between cost (as efforts) and revenues ( as

Page 6: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 9

accomplishment) for individual enterprises. The difference reflects

managerial effectiveness and is of particular significance to those who

furnish the capital and take the ultimate responsibility (hlm. 16).”

Pelaporan keuangan berkepentingan dengan informasi tentang

kemampuan atau daya melaba suatu kesatuan uasha dengan sumber daya

(aset) yang dikuasainya dalam suatu periode. Daya melaba merupakan

informasi semantik yang diharapkan bibawa oleh informasi akuntansi

melalui statemen keuangan yaitu objek (element), ukuran (size), dan

hubungan (relationship). Daya melaba akan mempunyai makna kalau laba

dikaitkan dengan periode dan sumber daya yang digunakan. Jadi, untuk

menentukan daya melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba,

periode, dan tingkat sumber daya (investasi). Laba dapat diinterpretasi

sebagai pengukur keefisiensinan (efisiensi) bila dihubungkan dengan

tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu

hubungan atau indeks.

Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran

(output) tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input).

Bila keluaran atau sasaran tertentu telah ditentukan, efisiensi adalah

kemampuan mencapai keluaran tersebut dengan sumber daya terendah

(minimum) yang dimungkinkana. Dalam akuntansi, laba dimaknai dan

diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk

kembalian atas investasi (return on investment atau ROI). Bagi

manajemen, efisiensi dapat diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi

penggunaan sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset ( return on

assets atau ROA). Bagi kreditor, efisiensi dapat ditunjukkan dengan

tingkat bunga (return on loan atau ROL). Jadi, angka laba itu sendiri tidak

termakna kalau tidak dihubungkan dengan tingkat investasi atau tolak ukur

atau patok duga (benchmark) tertentu misalnya pendapatan/penjualan.

Efisiensi perusahaan akan bermakna kalau dihubungkan dengan tolak ukur

di luar perusahaan misalnya efisiensi perusahaan lain yang sejenis atau

standar industri.

Page 7: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 10

Jadi, laba dapat mempresentasi kinerja efisiensi karena laba

menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena

kegiatan usaha sangat kompleks, laba dipandang cukup kaya

(komprehensif) untuk merepresentasi pengukur efisiensi. Namun, validitas

pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana laba dan tingkat

investasi diukur serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi

ditujukan. Sebagai analogi, indeks prestasi atau IP mahasiswa dipandang

cukup kaya untuk merepresentasi kinerja belajar mahasiswa. Akan tetapi,

validitas indeks tersebut sangat bergantung pada bagaimana IP tersebut

diperoleh dan diukur.

2.5.2 Konfirmasi Harapan Investor

Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk

meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di

masa lalu tentang kinerja perusahaan memang terealisasi. Dengan

demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi

harapan-harapan terssebut. Asumsinya adalah para investor telah

menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis

keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila diasumsi bahwa pasar

cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati atau sama

dengan laba yang dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana

untuk mengkonfirmasi harapan investor dan investor diharapkan tidak

bereaksi terhadap pengumuman laba.

Bila pasar tidak cukup efisien, angka laba justru ditunggu-tunggu oleh

para investor sebagai basis umtuk mengambil atau mengubah keputusan.

Dengan kata lain, laba diinterpretasi sebagai sarana untuk menyampaikan

informasi privat perusahaan sehingga laba harus mempunyai kandungan

informasi (information content) baru lebih dari apa yang telah ditangkap

oleh pasar. Dengan demikian, pasar diteorikan akan bereaksi terhadap

pengumuman laba.

Page 8: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 11

2.5.3 Estimator Laba Ekonomik

Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang

lebih bermakna secara ekonomik daripada sekadar kenaikan atau

penurunan kas dalam suatu perioda. Angka laba akan bermakna kalau

tidak merepresentasi perubahan kemakmuran (wealth) atau penciptaan

nilai (value creation) sebagai hasil kinerja ekonomik suatu kesatuan usaha.

Secara teknis, perubahan kemakmuran atau nilai diwujudkan dalam

kegiatan produktif (menghasilkan barang dan jasa).

Dengan asas akrual, pengukuran (accuring) dan penangguhan

(deferring) atas dasar konsep upaya dan hasil serta konsep kos historis

merupakan proses yang sangat lekat dengan penentuan laba akuntansi.

Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan

mendekati laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik

untuk laba ekonomik. Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan

merefleksi pula perubahan ekonomik perusahaan. Dengan demikian, laba

akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor yang mungkin lebih

berkepentingan dengan laba ekonomik.

Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau

kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara

objektif dan terandalkan. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada

data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang dapat berupa kos

kesempatan (opportunity cost). Pengertian ekonomik dari segi akuntansi

adalah kelayakan ekonomik (economic reasonableness) jangka panjang

dan bukan penilaian ekonomik (economic valuetion) jangka pendek. Oleh

karena itu, depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alokasi dan

bukan proses penilaian.

Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena

keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal

bersifat subjektif bergantung pada karakteristik investor. Dalam menilai

investasinya, investor selalu mendsarkan diri pada kos kesempatan yang

diwujudkan dalam bentuk tingkat kembalian pasar (market rate of return).

Page 9: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 12

Dengan demikian, laba di mata investor adalah tingkat kembalian internal

(internal rate of return) aliran-aliran kas masa datang yang dapat

dihasilkan seandainya investor menanamkan asetnya di tempat lain (kos

kesempatan). Di mata investor, penilaian aset lebih banyak didasarkan

pada informasi pasar yang berubah-ubah setiap saat dan depresiasi

dipandang sebagai proses penilaian aset (penurunan nilai).

Perbedaan sudut pandang di atas menjadikan laba akuntansi berbeda

dengan laba ekonomik. Hendriksen dan van Breda (1992, hlm. 316)

menyederhanakan perbedaan laba akuntansi dan ekonomik atas dasar

konsep depresiasi. Laba akuntansi dihitung atas dasar depresiasi akuntansi

(alokasi) dan laba ekonomik dihitung atas dasar depresiasi ekonomik

(penurunan nilai).

Selain perbedaan di atas, laba ekonomik berbeda dengan laba akuntansi

karena pada umumnya laba ekonomik memperhitungkan perubahan daya

beli uang (perubahan harga umum) dan perubahan harga spesifik aset.

Daya beli uang diperhitungkan karena investor lebih berkepentingan

dengan kos kesempatan untuk menilai secara ekonomik investasinya.

Dalam hal ini, akuntansi juga berusaha untuk meningkatkan relevansi

informasi dengan cara melengkapi seperangkat statemen pokok (kos

historis) dengan laporan pelengkap untuk menunjukkan pengaruh

perubahan harga dan daya beli. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab

lain berikut nanti.

Schroeder dan Clark (1998) menunjukkan perbedaan laba oleh Bedford

atas dasar sifatnya menjadi laba psikik, real, dan uang. Laba psikik

(psychic income) adalah laba yang berupa kenaikan dalam pemuasan

keinginan manusia. Laba ini dapat dirasakan maknanya tetapi sulit

dikuantifikasi secara umum karena kepuasan manusia bergantung pada

tingkat kemakmuran dan status sosial yang telah dicapai. Artinya, angka

rupiah laba yang sama tidak memberi kepuasan yang sama antara orang

satu dan lainnya. Laba real (real income) adalah laba yang berupa kenaikan

kemakmuran ekonomik (economic wealth) dan menjadi fokus pengukuran

Page 10: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 13

laba ekonomik. Laba uang (money income) adalah laba yang berupa

kenaikan satuan uang dalam suatu perioda tanpa memperhatian pengaruh

perbedaan daya beli dan menjadi fokus pengukuran laba akuntansi. Jadi,

laba akuntansi berkepentingan dengan laba uang sedangkan laba

ekonomik berkepentingan dengan laba real.

Laba akuntansi juga berbeda dengan laba ekonomik karena konsep

dasar yang dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha

yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis

menjadi basis pengukurannya. Sementara itu, laba ekonomik dilandasi

oleh konsep likuidasi yang meliht aset sebagai simpanan atau desiaan nilai

(store of value) setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis

pengukurannya. Dengan demikian, laba dipandang sebagai perubahan

nilai dalam satu perioda hingga nilai sekarang menjadi basis

pengukurannya. Dengan demikian, laba dipandang sebagai perubahan

nilai dalam suatu periode.

Jadi, dari beberapa aspek, laba akuntansi memang dan harus berbeda

dengan laba ekonomik. Namun, laba akuntansi diharapkan dapat menjadi

estimator atau indicator laba ekonomik. Gambar 1. di bawah ini meringkas

perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomik.

ASPEK PEMBEDA LABA AKUNTANSI LABA EKONOMIK

Sudut pandang pemaknaan Perekayasa akuntansi, penyusun standar, atau penyusun statemen keuangan

Pemegang saham

Dasar pengukuran Kos historis Kos kesempatan, nilai pasar, nilai likuidasi

Pengertian “ekonomik” Kelayakan ekonomis jangka panjang

Penilaian ekonomik jangka pendek

Makna depresiasi Alokasi kos Penurunan nilai ekonomik

Unit pengukur Rupiah nominal Daya beli

Sasaran pengukuran atau sifat laba

Laba uang / nominal Laba real

Konsep dasar yang melandasi

Kontinuitas usaha, asas akrual

Likuidasi, nilai tunai

Fungsi asset Sisa potensi jasa Simpanan / sediaan nilai

Gambar 1. Perbandingan Laba Akuntansi dan Ekonomik

Page 11: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 14

Pertanyaannya teoretis selanjutnya adalah apakah akuntansi juga harus

menyajikan laba ekonomi? Karena reliabilitas menjadi sasaran akuntansi,

akuntansi tidak harus menentukan laba ekonomik yang subjektif. Akan

tetapi, akuntansi harus berusaha untuk menyajikan dan memformulasikan

laba akuntansi yang dapat membantu investor dalam menentukan laba

ekonomik sesuai dengan persepsi para investor. Jadi, akuntansi cukup

menyajikan informasi laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan

semua analisis dan perhitungan laba ekonomik kepada investor atau

pemakai lainnya. Hal ini sesuai dengan gagasan FASB dalam merekayasa

pelaporan keuangan sebagai berikut (SFAC No. 1, prg.41):

… Indirect measures of cash flow potential are widely considered

necessary or desirable, both for particular resources and for

enterprises as a whole. That information may help those who desire to

estimate the value of a business enterprise, but financial accouting is

not designed to measure directly the value of an enterprise.

Investor, melalui analisis sekuritas , pada umumnya lebih mendasarkan

diri pada laba ekonomik untuk memprediksi aliran kas atau return saham

perusahaan di masa datang. Analisis memandang bahwa laba akuntansi

mengandung gangguan (noise) akibat penerapan PABU yang dalam

banyak hal tidak merefleksi realitas ekonomik (misalnya pengguanaan kos

historis) atau akibat manajemen laba (earnings management). Oleh karena

itu, kalau laba akuntansi bebas dari gangguan dan mendekati laba

ekonomik, laba akuntansi akan menjadi predictor yang andal juga. Dengan

demikian, kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba

ekonomik akan menentukan kualitas laba akuntansi (earnings quality).

2.6. MAKNA LABA

Pembahasan dalam bagian ini masih merupakan bagian dari konsep laba

pada tataran semantik. Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi,

konfrimasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik merupakan

gagasan-gagasan untuk menemukan definisi (konsep atau makna) laba yang

Page 12: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 15

tepat untuk tujuan akuntansi. Secara semantik, belum terdapat kesepakatan

tentang makna laba yang mantap yang menjadi basis akuntansi dalam

jangka panjang. Hendriksen dan van Breda (1992 dalam Suwardjono, 2006;

463) mengemukakan kritik terhadap laba akuntansi sebagai berikut:

“There is no long-run theoretical basis for the computation and

presentation of accounting income (hlm.309)”

Kritik di atas didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat banyak definisi

atau makna yang dilekatkan pada simbol laba oleh berbagai sumber. Akan

tetapi, masih belum dapat diidentifikasi secara mantap makna manakah

yang sebenarnya dianut atau harus dianut akuntansi. Sebagai basis

pembahasan dan pencarian konsep laba, beberapa gagasan atau sumber

dibahas berikut ini.

FASB menetapkan laba (disebut laba komprehensif) sebagai elemen

statemen keuangan dan mendefinisinya sebagai berikut (SFAC No. 6,

prg.70):

“Comprehensif income is the change in equity of a business enterprise

during a period from transaction and other events and circumstances

from nonowner sources. It includes all change in equity during a period

except those resulting from investment by owners and distributions to

owners.”

Sejalan dengan definisi di atas adalah apa yang dikemukakan Barton

sebagaimana dikutip oleh Goddfrey, Hodgson, dan Holmes (1997 dalam

Suwardjono, 2006; 463) sebagai berikut:

“After removing the effects of any additional capital contributions or

withdrawals by owners from the initial capital investment, the increase

in net wealth is the income of the periode (hlm.475).”

Dua definisi di atas membatasi laba dari sudut pandang pemegang saham

residual sehingga laba didefinisi sebagai perubahan/kenaikan ekuitas atau

asset bersih atau kemakmuran bersih pemilik (pemegang saham) dalam

Page 13: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 16

suatu periode yang berasal dari transaksi operasi dan bukan transaksi modal

(setoran dari dan distribusi ke pemilik). Dari sudut pandang perusahaan

sabagai entitas, Goddfrey, Hodgson, dan Holmes (1997 dalam Suwardjono,

2006; 464) juga mengutip makna laba dari Bedford sebagai berikut:

“It is the reward paid by the individuals to business entities for their

productivity which represents business income and therefore it is the

reward … which acts as the motivating force in a free market economy

(hlm. 475).”

Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan

barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas

biaya (kos total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan

barang/jasa). Pengertian ini sejalan dengan konsep kesatuan usaha yang

dikemukakan Paton dan Littleton (1967 dalam Suwardjono, 2006; 464)

yang memandang laba sebagai kenaikan asset perusahaan seperti berikut:

“The figure of income, in turn, expresses the amount of resources which

may be drawn upon (if in disposable form) to meet the interest charges,

income taxes, and dividen appropriations without impairment of capital

and surplus as of the beginning of the period (hlm. 48).”

Laba adalah kenaikan asset dalam suatu periode akibat kegiatan

produktif yang dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor , pemerintah,

pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak, dan dividen) tanpa

mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang saham semula. Sejalan dengan

pengertian yang diberikan Barton, ini berarti bahwa pengaruh perubahan

ekuitas akibat transaksi modal (the effects of any additional capital

contributions or withdrawals by owners) harus dikeluarkan dari perhitungan

laba.

Dengan nada yang sama, Schroeder dan Clark (1998 dalam Suwardjono,

2006; 464) mengutip pengertian laba dari sudut pandand perorangan /

individu yang dikarakterisasi (diiberi karakter) oleh Hiks sebagai berikut :

Page 14: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 17

“The purpose of income calculation in practical affairs is to give people

an indication of the amount they can comsume without improverishing

themselves. Following out this idea it would seem that we ought to define

a man’s income as the maximum value which he can consume during a

week, and still expect to be as well off at the end of the week as he was at

the beginning (hlm.90).”

Karena sudut pandang individual, pengertian mengkonsumsi (to

consume) di sini adalah menggunakan kenaikan kemakmuran untuk

keperluan pribadi atau noninvestasi seperti membeli baju, membelanjai istri,

atau membayar sekolah anak-anak. Pengertian di sini akan sama dengan

pengertian dari sudut pandang badan usaha (perusahaan) yang dikemukakan

Paton dan Littleton kalau kata mengkonsumsi diganti dengan mendistribusi

(to distribute) atau ditarik darinya (to be drawn upon) untuk didistribusi

ked an digunakan / dibelanjakan / dikonsumsi untuk keperluan apapun oleh

pihak pemegang pancang (kreditor, pemerintah, dan pemegang saham).

Dari berbagai pengertian laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba

secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :

a. Kenaikan kemakmuran (wealth atau well-offness) yang dimiliki atau

dikuasai suatu entitas. Entitas dapat berupa perorangan / individual,

kelompok individual, institusi, badan, lembaga, atau perusahaan.

b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (periode) sehingga harus

diidentifkasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.

c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang

menguasai kemakmuran asalakan kemakmuran awal dipertahankan.

Kemakmuran dapat berupa asset bersih, asset, modal pemegang saham,

kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, uang, atau apapun yang

bernilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut

secara umum disebut capital (capital). Capital di sini berbeda dengan modal

karena modal mempunyai pengertian khusus dalam akuntansi yaitu ekuitas

pemegang saham. Bila istilah capital digunakan, harus selalu dibayangkan

siapa yang menguasai atau memiliki. Gambar 2 dibawah ini melukiskan

Page 15: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 18

pengertian capital dari berbagai sudut pandang dalam konteks pembahasan

laba dan akuntansi.

Gambar 2. Pengertian Kapital Dalam Konteks Laba Akuntansi

Bagi pemegang obligasi dan pemegang saham, klaim atas nilai yang

tertanam di perusahaan akan masuk dalam klasifikasi yang disebut capital

keuangan (financial capital). Bagi perusahaan, capital dapat diklasifikasi

sebagai capital fisis (physical capital) kalau seluruh asset dipandang sebagai

himpunan kapasitas produktif atau dapat juga diklasifikasi sebagai capital

financial kalau seluruh asset dipandang sebagai nilai uang. Dalam bahasa

investasi, capital financial sering disebut juga dengan aset finansial

(financial asset) sedangkan capital fisis disebut asset real (real asset).

2.6.1 Laba dan Kapital

Pembahasan laba tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan capital tetapi

makna keduanya harus dibedakan. Dengan mendasarkan diri pada

pengertian capital yang dikemukakan oleh Irving Fisher, Hendriksen dan

van Breda (1992) membedakan laba dan capital sebagai berikut :

Aset

Utang

Ekuitas

Kapital bagi pihak yang

mempunyai / menguasai

klaim (ditandai dengan

sertifikat utang, misalnya

obligasi)

Kapital bagi pihak yang

mempunyai / menguasai

klaim (ditandai dengan

sertifikat saham)

Kapital bagi badan usaha atau

manajemen yang menguasai

sumber ekonomik ini (fisis

atau financial)

Catatan :

capital bagi badan usaha atau

manajemen dapat berupa asset

total asset bersih (net asset).

Bila berupa asset total,

capital dapat dipandang

sebagai capital fisis atan

financial. Bila berupa asset

bersih, capital bersifat

financial saja.

Page 16: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 19

“Capital is a stock of wealth at an instant time. Income is a flow of

services through time. Capital is the embodiment of future service, and

income is the enjoyment of these service over a specific period of time

(hlm.279)”.

Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa (stock

concept). Jadi, capital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada

saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi dengan aliran

kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang

dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan

tingkat potensi jasa mula-mula.

Bila dianalogi dengan tanki air (reservoar), capital adalah kandungan

air sampai level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu periode, air dalam

tanki akan diisi dan sekaligus juga digunakan. Laba adalah aliran air yang

keluar dari tanki (digunakan atau dinikmati untuk berbagai keperluan

rumah tangga) dalam suatu periode dengan tetap mempertahankan

kandungan air di tanki pada level semula. Dalam hal kegiatan usaha,

pengertian “dinikmati” (to be enjoyed) adalah dikonsumsi, didistribusi,

atau ditarik untuk keperluan pribadi atau noninvestasi.

Berbeda dengan tanki air yang kapasitasnya terbatas, kegiatan usaha

biasanya berkembang terus. Oleh karena itu, laba tidak harus selalu

dinikamati tetapi dapat terus tertanam di perusahaan sehingga menambah

tingakat investasi. Kalau laba harus dinikmati maka hal tersebut hanya

dapat dilakukan sejauh tidak melampaui tingkat capital semula. Pengertian

laba semacam ini disebut laba atas dasar konsep pemertahanan capital atau

kemakmuran (capital atau wealth maintenance concept). Karakteristik

umum laba ketiga yang dibahas sebelumnya (karakteristik c) merupakan

konsekuensi dianutnya konsep ini.

2.6.2 Konsep Pemeliharaan Kapital

Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau

investor) berhak mendapatkan kembali / imbalan atau return dan

menikmatinya setelah capital (investasi) dipertahankan keutuhannya atau

Page 17: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 20

pulih seperti sedia kala (recovered). Harapan umum dalam kegiatan bisnis

adalah capital atau investasi yang tertanam selalu berkembang. Konsep ini

mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling

berkaitan sebagai berikut :

a. Membedakan antara kembalian atas investasi (return on investment)

dan pengembalian investasi (return on investment).

b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam

arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik (owner

transactions).

c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung

pengembalian investasi. Artinya, kalau laba suatu periode harus

dikonsumsi atau didistribusi seluruhnya, jumlah tersebut harus benar-

benar merefleksi juamlah yang memenuhi definisi laba sehingga

entitas mempunyai kemampuan ekonomik yang sama dengan

kemampuan mula-mula.

d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian capital (capital

adjustment) untuk mempertahankan kemampuan ekonomik (capital)

awal periode akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba

ekonomik akan terukur pula.

e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk

menentukan tingkat capital pada saat tertentu (awal dan akhir).

f. Memungkinkan penerapan pendekatan asset-kewajiban (asset-

liability approach) secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga

angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomik. Laba

didefinisi sebagai perubahan asset bersih bukan sebagai selisih antara

pendapatan dikurangi biaya. Dengan kata lain, laba merupakan selisih

pengukuran / penilaian asset bersih pada dua titik waktu yang berbeda.

Atas dasar berbagai uraian di atas, laba kemudian dapat didefinisi

secara umum, formal, dan semantic sebagai berikut :

Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan

kenaikan capital dalam suatu periode yang berasal dari kegiatan

Page 18: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 21

produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas

penguasa / pemilik capital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik

capital mula-mula (awal periode).

Definisi di atas bersifat umum karena tidak membatasi entitas pada

pemegang saham saja tetapi entitas dapat berupa kreditor, badan usaha,

individual, atau kesatuan usaha. Definisi di atas juga menuntut pengukuran

atau penilaian kapital pada dua titik waktu (awal dan akhir periode) tetapi

tidak membatasi bagaimana capital dinilai. Ini berarti pemaknaan laba

berbeda dan terpisah dengan pengukuran laba. Tentang bagaimana capital

dinilai merupakan masalah dalam tataran sintaktik yang akan dibahas

berikut nanti.

2.6.3 Contoh Angka

Kasus hipotesis berikut digunakan untuk lebih memahami makna laba

sebagaimana didefinisi di atas. Pada awal periode, suatu entitas memiliki

capital berupa kas Rp200 juta. Kas tersebut digunakan untuk usaha yang

pada akhir periode dilikuidasi. Setelah itu, entitas tersebut memiliki kas

sebesar Rp250 juta. Pada awal periode, indeks harga umum adalah 100

sedangkan pada akhir tahun indeks harga adalah 105. Berapakan laba

entitas dengan konsep pemertahanan capital? Untuk menjawab masalah

ini. Gambar 3 memperagakan makna laba dalam kasus tersebut.

Gambar 3. Makna Laba Atas Dasar Konsep Pemertahanan Kapital

Page 19: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 22

Besarnya laba atas dasar konsep pemertahanan capital bergantung pada

dasar penilaian capital. Bila digunakan dasar kos historis (rupiah nominal),

capital akhir sebesar ABCD (Rp200 juta) dianggap cukup untuk

mempertahankan capital awal ABCD sehingga laba yang dapat

dikonsumsi adalah sejumlah DCGH (Rp50 juta). Bila digunakan dasar

daya beli, capital akhir yang harus dipertahan kan adalah ABFE (Rp210

juta) sehingga laba yang dapat dikonsumsi adalah EFGH (Rp40 juta).

DCFE merupakan penyesuaian kapital yaitu jumlah untuk menjadikan

kemampuan elektronik akhir tetap sama dengan kemampuan ekonomik

awal perioda. DCFE bukan merupakan laba karena kalau jumlah tersebut

didistribusi maka entitas akan berkurang kemampuan ekonomiknya

sehingga kapital awal tidak dipertahankan. Bila BCFE tetap

dikonsumsi/didistribusi, jumlah tersebut merupakan likuiditasi atau

pengembalian kapital (return of capital). Kembalian atas kapital (return of

capital) yang sesungguhnya adalah EFGH.

2.7. KONSEP LABA DALAM TATARAN SINTAKTIK

Makna semantik laba yang dikembangkan di atas akhirnya harus dapat

dijabarkan dalam tataran sintaktik. Ini berarti konsep laba harus

dioperasionalkan dalam bentuk satandar atau prosedur akuntansi yang

mantap dan objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam

statmen keuangan.

Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah

mendefinisikan laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara

pendapatan dan biaya. Masalah teoritis pendapatan dan biaya adalah definisi

dan pengukuran dalam arti luas. Definisi merupakan masalah pada tataran

semantik. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengukuran, saat

pengukuran, dan prosedur pengukuran ditambah cara mengungkapkannya

(disclosures) merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba didefinisi

sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul

sehingga harus diukur dan diakui? Paralel dengan masalah pengukuran

Page 20: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 23

pendapatan, terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba

yaitu pendekatan transaksi (transactions approach) dan pendekatan

kegiatan (activities approach).

2.7.1 Pendekatan Transaksi

Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya

transaksi (terutama transaksi tertentu) yang kemudian terakumulasi sampai

akhir periode. Karena laba didefinisikan sebagai pendapatan dikurangi

biaya, pengukuran dan pengakuan pendapatan dan biaya dalam satu

periode sebenarnya juga merupakan pengukuran dan pengakuan laba. Oleh

karena itu, pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel dengan

kriteria terrealisasi (realized/realizable) dan sama dengan pengakuan

biaya atas dasar kriteria konsumsi (consumption of benefit). Beberapa

transaksi berikut sebenarnya merefleksi pengukuran lab.

Kas .................................................................. 100.000

Penjualan (Pelanggan Y)....................... 100.000

Kas Barang Terjual (Produk Y)...................... 60.000

Sediaan Barang Dagangan.................... 60.000

Biaya Gaji Administrasi................................. 10.000

Biaya Gaji Pemasaran.................................... 11.500

Biaya Bunga................................................... 2.500

Kas ...................................................... 24.000

Kas................................................................... 2.000

Depresiasi Akumulasi-Mesin (X).................... 24.000

Mesin (X).............................................. 25.000

Untung Penjualan Mesin (X)................ 1.000

Karena laba melekat pada pendapatan (penjualan), dengan pendekatan

transaksi dapat dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat

Page 21: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 24

penjualan atau pertukaran terjadi. Laba akan terhitung dan diakui setelah

biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui (konsep

penandingan). Dengan contoh transaksi diatas, dapat dilihat beberapa

keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi untuk pelaopran laba

yaitu antara lain :

a. Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis

antara lain atas dasar produk atau pelanggan untuk kepentingan

manajerial.

b. Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi

(utama,tambahan, dan luar biasa) dapat dipisahkan dan dilaporkan

untuk kepentingan eksternal.

c. Perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui

secara objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penjualan

(pendapatan) dan biaya dengan pihak eksternal.

d. Jumlah rupiah serta jenis aset dan kewajiban mereka secara automatis

tersedia pada akhir periode. Jumlah rupiah yang tersedia (kos historis)

dapat dijadikan basis untuk penilaian berbagai aset dan kewajiaban

tanpa harus melakukan mempertimbangkan perubahan nilai.

Karena perubahan nilai pasar aset tidak diakui, artikulasi antarstatmen

keuangan dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya

akan sama dengan perubahan ekuitas pemegang saham. Namun demikian,

perubahan nilai pasar aset (misalnya sediaan) bila perlu dapat diakui pada

saat akhir periode sebgai penyesuaian. Hal ini merefleksi penerapan

konsep pemertahanan kapital.

2.7.2 Pendekatan Kegiatan

Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan

berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi

pada saat tertentu. Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan

atau pembentukan pendapatan (earning process) sebagai basis pengakuan

pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya laba)

dapat dinyatakan telah terbentuk (earned) bersamaaan dengan telah

Page 22: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 25

dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi,

penjualan, dan pengumpulan kas).

Pendekatan mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen

melakukan analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk

mengukur efisiensi dan probabilitas tiap kegiatan/bagian operasi,

mengendalikan perilaku manajer divisi dengan sestem pengendalian

manajemen, dan menentukan kompensasi.

Dalam aplikasinya, kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri tetapi

saling melengkapi. Laba tidak dapat diakui hanya atas dasar salah satu

pendekatan. Kedua kriteria harus dipenuhi. Oleh karena itu, praktik

akuntansi (dalam kaitan dengan laba) yang sekarang banyak dianut

sebenarnya merupakan kombinasi dari pendekatan transaksi dan

pendekatan kegiatan.

2.7.3 Pendekatan Pertahanan Kapital

Dua pendekatan yang dibahas diats sebenarnya mengikuti pendekatan

pendapatan-biaya (reveneu- expense approach) dalam pengukuran dan

penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban

merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar

konsep penandingan.

Dengan konsep pemertahanan kaptial, laba merupakan konsekuensi

dari pengukuran kapitalpada dua titik watu yang berbeda. Dengan konsep

ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-

kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau

kenaikan kapital dalam suatu periode. Dengan kata lain, laba adalah

perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda. Masalah teoritis dalam

hal ini adalah bagaimana kapital diukur atau dinilai dan bagaimana laba

ditentukan.

2.8. PENGUKURAN ATAU PENILAIAN KAPITAL

Pembahasan dalam bagian ini masih merupakan bagian dari pembahasan

laba pada tataran sintaktik. Pengukuran kapital pada dua titik waktu berbeda

Page 23: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 26

hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit

stau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara

menilai kapital adalah jenis kapitak (fisis atau financial) dan dasar

penelitian.

2.8.1 Jenis Kapital

Telah disinggung bahwa pengertian kapital harus dilihat dari sudut

pandang pihak yang menguasi kapital tersebut. Jenis kapital berkaitan

dengan karakteristik dan wujud kapital dari kaca mata yang menguasai

serta apa yang harus dipertahankan untuk menentukan laba. Dalam hal ini

terdapat dua jenis konsep kapital yaitu kapital finansial dan fisis.

a) Kapital Finansial

Kapital finansial adalah klain dipandang dari jumlah rupiah atau jumlah

yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujid fisis klain tersebut.

Kalau memang berwujud fisis, wujud kapital tersebut adalah instrumen

atau aset finansial. Pada umumnya, kapital finansial adalah kapital yang

dikuasai oleh pemegang saham atau pemegang obligasi. Dengan

konsep ini laba atau kembalian atas kapital finansial (return on

financial capital) akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada

akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim finansial pada awal

periode (setelah pengaruh tansaksi pemilik/penguasa klaim selama

periode dikeluarkan). Dari sudut pandang pemegang saham suatu

perusahaan, laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul bila

jumlah rupiah aset bersih (net assets) pada akhir suatu periode melebihi

jumlah rupiah aset bersih pada awal periode (tentu saja setelah

pengaruh transaksi pemilik dikeluarkan). Dengan pendekatan ini, yang

harus dipertahankan dalam penentuan laba adalah nilai ekonomik

dalam arti nilai tukar kapital.

Kapital finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah yang

melekat pada aset total badan usaha tanpa memandang jenis atau

komponen aset. Laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul

bilamana jumlah rupiah aset pada akhir periode melebihi jumlah rupiah

Page 24: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 27

pada awal periode (tentu saja setelah pengaruh transaksi ekuitas dan

utang dikeluarkan). Dalam analisis statemen keuangan tradisional,

tingkat kembalian atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkat

kembalian atas aset total atau rate of return on assets (ROA) yang

dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Laba bersih + Biaya bunga

Aset total rata-rata

Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah

pinjaman yang tertanam di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman

ditambah bunga yang menjadi hak kreditor selama periode merupakan

kapital akhir. Dengan demikian, bunga yang menjadi hak kreditor

merupakan laba kreditor.

b) Kapital fisis

Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang

dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis (physical

productive capacity) yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.

Dalam konteks akuntansi, entitas yang dimaksud adalah badan usaha

yang dijalankan oleh manajemen. Kapital fisis secara umum tidak

relevan dari sudut pandang investor dan kreditor. Dengan konsep ini,

laba atau kembalian atas kapital fisis (return on physical capital) akan

timbul bila kapasitas produksi fisis pada akhir periode melebihi

kapasitas produksi fisis pada awal periode. Yang harus dipertahankan

dalam menentukan laba adalah kapasitas produksi fisis (tentu saja

setelah pengaruh transaksi ekuitas dan utang dikeluarkan).

Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena

itu, kapasitas produksi fisis akhirnya harus dinyarakan dalam jumlah

rupiah pula. Dengan konsep ini, kapital dapat dipertahankan kalau aset

non moneter diukur atas dasar kos sekarang (current costs) atai kas

pengganti (replacement cost) pada saat pengukuran/penilaian. Selisih

antara kos sekarang akhir dengan kos sekarang awal (atau kos historis)

Page 25: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 28

merupakan jumlah rupiah penyesuaian untuk memeprtahankan kapital

sehingga tidak masuk sebagai bagian dari laba.

Perbedaan utama antara kedua konsep di atas adalah perlakuan

terhadap pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau

kewajiaban yang ditanggung selama suatu periode seandainya

pengaruh tersebut diakui. Dalam konsep kapital finansial, pengaruh

perubahan, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi

menahan atau penahanan (holding gains or losses) dan dilaporkan

melalui statemen laba-rugi. Dalam konsep kapital fisis, pengaruh

perubahan diakui sebagai penyesuaian kapital (capital adjustment) dan

tidak masuk dalam statemen laba-rugi.

2.8.2 Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu

objek sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar-kecilnya

(magnitudanya) dan objek yang lain atas dasar unit pengukur tersebut.

Dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu

kategoris (nominal), ordinal, interval, rasio. Pengukuran dalam akuntansi

bersifat rasio karena angka nol menunjukkan ketiadaan atau kekosongan

nilai (devoid of value).

a) Skala Nominal

Skala nominal atau lebih tepatnya skala rupiah nominal adalah satuan

rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya

beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik.

Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda dianggap

homogenus atau daya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau

dikurangkan. Karena nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa,

akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan

asumsi nilai rupiah konstan yang di Amerika disebut “constant dollar

accounting”. Pengukuran dengan skala rupiah nominal lebih

menitikberatkan pada jumlah unit rupiah daripada jumlah unit daya

beli.

Page 26: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 29

Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena

inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung

kelemahan. Biala dua jumlah rupiah pada waktu yang berbeda

ditambahkan (misalnya Rp10.000 ditahun 2000 ditambah Rp10.000

ditahun 2004), hasil penjumlahan (Rp20.000) sebenarnya tidak

bermakna lagi karena dua skala yang berbeda telah ditambahkan.

Penambahan semacam ini sering disebut adding oranges and apples.

Lima jeruk ditambah lima apel tidak sama dengan 10 jeruk dan apel.

Kam (1990, hlm. 200-201) mengibaratkan uang sebagai meteran atau

tongkat pengukur (measuring stick) nilai suatu objek. Namun, nilai uang

berubah sehingga objek yang sama yang diukur dengan nilai uang yang

berbeda (skala berbeda) dapat menghasilkan angka rupiah atau nilai

yang berbeda. Perbedaan skal ini dilukiskan Kam dalam Gambar 4. di

bawah ini.

Gambar 4. Skala Rupiah Nominal Sebagai Meteran

Seaindainya terjadi inflasi menerus selama 1995-2000, meteran

dengan skala rupiah nominal sebenarnya telah mengerut (warped)

seperti tampak pada gambar di atas. Bila suatu objek yang sma diukur

dengan meteran yang berbeda, angka hasil pengukuran berbeda

A B

Skala rupiah nominal 1995

0 Rp1 Rp2 Rp3 Rp4 Rp5

Skala rupiah nominal 2000

0 Rp1 Rp2 Rp3 Rp4 Rp5

Page 27: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 30

walaupun nilai ekonomiknya sama. Misalnya jarak AB

menggambarkan nilai ekonomik suatu objek, pengukuran dengan dua

meteran yang berbeda skalanya (yang dengan rupiah nominal dianggap

sama) akan memberi angka pengukuran yang berbeda yaitu Rp2 dengan

meteran 1995 dan Rp3,30 dengan meteran 2000.

b) Skala Daya Beli

Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala

daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala

rupiah nominal. Dengan skala ini, rupiah nominal dinyatakan kembali

atau dihomogenuskan dengan bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks

harga tertentu. Karena unit pengukur dinyatakan dalam rupiah daya beli

yang sam, penambahan hasil pengukuran akan memberi hasil yang

bermakna.

Perubahan skala pengukur dari rupiah nominal ke rupiah daya beli

secara substantif tidak berpengaruh terhadap laba sebagai perubahan

nilai ekonomik kapital. Yang berubah adalah skala pengukurannya

sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak akan

berubah hanya karena pengukurannya diubah dari kilogram menjadi

pon. Walaupun demikian, pengukuran dengan rupiah daya beli akan

menimbulkan untung atau rugi daya beli (purchasing power gains or

losses) terutama kalau suatu entitas menahan aset meneter.

2.8.3 Dasar atau atribut Pengukuran

Walaupun banyak atribut atau dasar dasar penilaian yang dapat digunakan,

di sini hanya akan dibahas dua dasar penilaian penting yang berpaut

dengan penentuan laba yaitu kos historis (historical cost) dan kos sekarang

(current cost) yang keduanya merupakan nilai masukan (input value).

a) Kos Historis

Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran

yang telah dicatat dalam sistem pembukuan. Kos historis dipilih

biasanya karena kos tersebut objektif dan dapat diuji kebenarannya

(verifiabel).

Page 28: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 31

Masalah kos historis hendaknya dibedakan dengan skala rupiah

nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah rupiah

mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan

skala nominal berkaitan denan pilihan unit pengukur yang akan

digunakan. Dengan demikian, dapat saja dasar pengukuran tetap kos

historis tetapi skala yang digunakan adalah skala rupiah daya beli.

Dengan kata lain, kalau digunakan kos historis sebagai dasar penilaian

tidak dengan sendirinya skala yang digunakan adalah skala rupiah

nominal.

b) Kos Sekarang

Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang (current

input cost) menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau

kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk

memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya

yang setara (ekuivalennya). Harga pertukaran harus ditentukan dari

pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha (input market)

sehingga harga perukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai aset

bersangkutan.

Selisih anatara kos historis dan kos sekarang harus dibedakan

dengan selisih akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah

daya beli. Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena

perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang tertentu

(disebut perubahan harga spesifik) akibat perubahan selera, teknologi,

dan fungsi. Sebagai contoh, harga handphone jenis tertentu dapat

menjadi lebih murah beberapa waktu kemudian meskipun terjadi

inflasi. Hal tersebut dapat terjadi karena selera dan teknologi berubah.

Demikian juga, suatu jenis sepeda motor bekas tertentu menjadi lebih

mahal dari model baru karena sepeda motor bekas tersebut dipersepsi

sebagai barang antik yang diburu banyak orang. Jadi, penggunaan kos

sekarang masih tetap dilakukan atas dasar skala rupiah nominal.

Page 29: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 32

2.8.4 Pengukuran Laba dengan mempertahankan Kapital

Adanya tiga faktor penentu nilai kapital (jenis, skala, dan dasar penilaian)

yang saling berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau

basis penilaian kapital. Tiap pendekatan sebenarnya merefleksi kombinasi

antara ketiga faktor yang dipertimbangkan. Pengukuran laba yang dibahas

di sini masih bersifat konseptual karena belum menunjukkan prosedur

akuntansi dan cara menyajikannya. Tujuan pembahasan di sini adalah

untuk menggambarkan atau merasakan makna laba secara umum sebagai

perubahan kapital atas dasar konsep pemertahanan kapital.

Berbagai pendekatan penilaian kapital dibahas dan disarankan oleh

banyak penulis. Oleh karena itu, terdapat juga berbagai pengukuran laba

sebagai hasil penilaian kapital pada dua waktu yang berbeda. Pendekatan

yang dimaksud di sini adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan

jumlah rupiah kapital dan laba. Berbagai pendekatan penilaian kapital dan

implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah:

a) Kapitalisasi Aliran Kas Harapan

Pendekatan ini berpaut dengan pengukuran laba dari kaca mata

pemegang saham atau investor sebagai entitas. Oleh karena itu, kapital

di sini adalah kapital finansial berupa nilai investasi yang tertanam di

perusahaan yang menjadi klaim pemegang saham.

Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep

ini, akan ditentukan nilai kapitalisasian (capitalized value) investasi

pemegang saham pada awal dan akhir periode. Nilai kapitalisasian

adalah nilai diskonan (discounted value) atau nilai sekarang (present

value) semua aliran kas masa datang dari investasi selama periode yang

diharapkan investor. Aliran kas ini dapat berupa dividen kas periodik

dan kas hasil penjualan atau likuidasi seluruh investasi di akhir periode

yang diharapkan. Bila tidak ada pembagian dividen, aliran kas adalah

kas yang akan diterima seandainya sebagian investasi dijual secara

periodik sebanyak kenaikan nilai investasi.

Page 30: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 33

Dalam hal ini, laba merupakan selisih nilai kapitalisasian awal dan

akhir periode. Tentu saja untuk dapat menghitung nilai kapitalisasian

harus diketahui aliran kas harapan tiap periode, faktor kapitalisasi, dan

jangka investasi. Faktor kapitalisasi didasarkan pada tingkat kembalian

harapan (expected rate of return) yang biasanya merupakan kos

kesempatan investasi.

Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah aliran kas yang diharapkan

diterima oleh pemegang saham dari investasinya pada tiap akhir tahun

selama empat tahun. Pada akhir tahun ke empat, investor mengharapkan

untuk menjual/melepas seluruh investasinya. Pada akhir tahun ke

empat, investasi dijual seluruhnya atau perusahaan dilikuidasi dan

investor mendapat pengembalian investasi.

Tahun 1 ............................................................ Rp 6.000.000

Tahun 2 ............................................................. 9.000.000

Tahun 3 ............................................................. 12.000.000

Tahun 4 ............................................................ 18.000.000

Dianggap aliran kas tahun 1 sampai 3 berasal dari dividen dan aliran

kas tahun 4 berasal dari dividen ditambah hasil penjualan atau

pengembalian seluruh investasi. Investor mengharapkan tingkat

pengembalian 20%. Atas dasar data tersebut, nilai kapitalisasian tiap

akhir tahun dapat ditentukan dengan menjumlah nilai sekarang (NS)

semua aliran kas masa datang sebagai berikut:

Nilai kapitalisasian awal tahun 1:

NS aliran kas tahun 1: Rp 6.000.000 x 0,8333= Rp 5.000.000

NS aliran kas tahun 2:Rp9.000.000 x 0,6944 = 6.250.000

NS aliran kas tahun 3: Rp12.000.000 x 0,5787= 6.944.400

NS aliran kas tahun 4: Rp18.000.000 x 0,4832= 8.680.600

Nilai kapitalisasian awal tahun 1 Rp 26.875.000

Nilai kapitalisasian akhir tahun 1 (awal tahun 2):

NS aliran kas tahun 2: Rp 9.000.000 x 0,8333= Rp 7.500.000

NS aliran kas tahun 3: Rp 12.000.000 x 0,6944= 8.330.300

Page 31: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 34

NS aliran kas tahun 4: Rp 18.000.000 x 0,5787= 10.416.700

Nilai kapitalisasian akhir tahun 1 Rp 26.250.000

Nilai kapitalisasian akhir tahun ditambah aliran kas yang diterima

pada akhir tahun merepresentasikan nilai kapital bagi investor pada tiap

akhir tahun tersebut. Laba adalah selisih nilai kapital awal dan akhir

tahun. Dengan contoh di atas, laba tahun 1 dapat dihitung sebagai

berikut:

Nilai kapitalisasian akhir tahun 1 Rp 26.250.000

Kas diterima pada akhir tahun 1 6.000.000

Nilai kapital akhir tahun 1 Rp 32.250.000

Nilai kapitalisasian awal tahun 1 26.875.000

Laba Tahun 1 Rp 5.375.000

Laba untuk tahun 2 dan 3 dapat dihitung dengan cara yang sama.

Dianggap investor tidak mengubah harapannya tentang aliran kas serta

tingkat kapitalisasi (rate of return) tiap akhir tahun dan kas yang

diterima dibelanjakan untuk konsumsi no-investasi. Gambar berikut ini

menyajikan diagram penilaian kapital dan penentuan laba untuk kasus

yang sama.

Laba menurun karena dianggap kas yang diterima investor tidak

direinvestasi tetapi dikonsumsi dan tidak ada perubahan harapan karena

kasus dianggap berjalan dalam kondisi kepastian (certainty). Contoh ini

juga tidak realistik karena dianggap tidak ada lagi aliran kas setelah

Gambar 5. Penilaian Kapital dan Penentuan Laba

Page 32: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 35

tahun keempat yang berasal dari alternatif investasi di tempat lain

sehingga nilai kapitalisasian nol.

Walaupun distribusi kas yang diharapkan Rp 6.000.000, laba untuk

tahun 1 hanya Rp 5.375.000. Artinya kalau pemegang saham ingin

mempertahankan tingkat kemakmurannya dan sekaligus menikmati

aliran kemakmuran tersebut, jumlah kemakmuran yang dapat dinikmati

hanyalah Rp 5.375.000. Jumlah ini menunjukkan kenaikan total

kapitalisasian (level kemakmuran) dan besarnya akan sama dengan

20% tingkat kapitalisasi awal. Dengan kata lain, jumlah tersebut

menunjukkan bunga atau tingkat kembalian investasi pemilik.

Selisihnya merupakan jumlah untuk mempertahankan kapital.

Agar realistik, aliran kas masa datang mestinya dibatasi hanya empat

tahun tetapi tidak terbatas (konsep kontinuitas usaha) dan tiap akhir

tahun dilakukan antisipasi baru terhadap aliran kas masa datang. Oleh

karena itu, nilai kapitalisasian harus dihitung atas dasar formula

perpetuitas (perpetuity).

Dari kaca mata perusahaan atau manajemen, uraian di atas dapat

diterapkan dengan mengganti kapital dengan aset bersih yang

merefleksikan nilai perusahaan (value of the firm). Aliran kas

dipandang sebagai laba tunai masa datang. Karena dapat dikatakan

bahwa pemegang saham memiliki perusahaan maka kapital bagi

manajemen tentunya akan sama dengan kapital bagi pemegang saham

hanya berbeda dari sudut pandang saja. Kenaikan aset bersih

perusahaan merupakan laba yang dapat didistribusikan dalam bentuk

dividen kas. Paralel dengan perhitungan laba oleh pemegang saham

(investor) di atas, bila harapan manajemen sama dengan harapan

investor, laba perusahaan tahun 1 dapat dihitung sebagai berikut:

Nilai kapitalisasian akhir tahun 1 Rp 26.250.000

Pembagian laba (dividen kas) pada akhir tahun 1 6.000.000

Nilai perusahaan akhir tahun 1 sebelum dividen Rp 32.250.000

Page 33: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 36

Nilai kapitalisasian awal tahun 1 26.875.000

Laba perusahaan tahun 1 Rp 5.375.000

Laba perusahaan Rp 5.375.000 di atas menunjukkan laba yang dapat

didistribusikan tanpa memengaruhi kapital (aset bersih) awal. Bila

perusahaan membagi dividen kas sebesar Rp 6.000.000 maka aset

bersih awal akan berkurang sebesar selisihnya. Selisih ini sebenarnya

menggambarkan likuidasi atau pengembalian kapital (return of capital)

seperti yang dijelaskan dalam uraian gambar.

b) Penilaian Pasar atas Perusahaan

Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini

merupakan alternatif kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar

berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh

kekayaan perusahaan dikurangi seluruh kewajiban. Penilaian ini

dimaksudkan untuk menghilangkan subjektifitas penyaji laporan.

Penilaian diserahkan ke pihak lain dengan harapan penilaian tersebut

objektif. Walaupun demikian, subjektifitas investor tetap berperan

sehingga hasil penilaian dapat berbias.

Untuk memperoleh nilai kapital yang wajar, dapat digunakan

alternatif penilaian yaitu kapital diukur atas dasar perkalian antara

volume saham yang beredar dengan saham harga pasar saham pada

awal dan akhir periode. Cara ini sering dianggap lebih unggul dari

kapitalisasi dalam hal keterujiannya. Di samping itu, harga saham di

pasar dianggap telah merefleksikan risiko yang melekat pada investasi

dan kondisi ekonomi yang melingkupi

c) Setara Kas Sekarang

Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar

pengukuran adalah gunggungan (sum) semua jumlah rupiah setara tunai

pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua utang. Jumlah

rupiah setara tunai ini didasarkan atas harga pasar penjualan pos aset

secara individual yang dimiliki/dikuasai perusahaan. Untuj dapat

Page 34: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 37

mengukur laba, tentu saja perubahan aset atau utang akibat transaksi

pendanaan harus dikeluarkan.

Berbeda dengan penilaian pasar atas perusahaan yang dibahas

sebelumnya, penilaian ini merupakan gunggungan harga pasar tiap

jenis aset secara individual. Ini berarti bahwa harga pasar dianggap

sebagai nilai kesempatan (opportunity value). Jumlah rupiah penilaian

atas dasar kedua pendekatan tersebut dapat berbeda khususnya kalau

ada goodwill yang melekat pada perusahaan secara keseluruhan

sehingga nilai perusahaan secara keseluruhan kemungkinan lebih tinggi

daripada gunggungan harga pasar tiap jenis aset.

Walaupun penilaian ini objektif, pasar bebas untuk setiap jenis aset

tidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga tidak lebih dari

sekedar taksiran (bahkan mungkin merupakan nilai likuidasi) karena

tidak ada barang yang setara di pasar sebagai pembanding. Kalau

akhirnya semua harga pasar sekarang merupakan nilai likuidasi, laba

yang diperoleh adalah laba yang seandainya perusahaan dilikuidasi tiap

akhir periode. Secara teknis, hal ini akan sukar untuk dilaksanakan

dalam sistem akuntansi perusahaan dan bertentangan dengan konsep

kontinuitas usaha. Oleh karena itu, keterandalan nilai kapital dengan

pendekatan ini boleh jadi tidak setinggi kos historis.

d) Harga Masukan Historis

Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai

masukan (pendekatan lain dibahas sesudah ini). Penilaian atas dasar

harga masukan dilandasi oleh gagasan bahwa kapital dapat dikatakan

telah dipertahankan apabila aset pada akhir periode (dinilai dengan

harga masukan) sama dengan aset pada awal periode (juga dinilai

dengan harga masukan). Laba merupakan kenaikan aset (tentu saja

setelah transaksi ekuitas dikeluarkan). Walaupun berbasis harga

masukan, beberapa komponen aset (yang bersifat moneter) pada akhir

periode mungkin merefleksi harga keluaran.

Page 35: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 38

Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur

berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir periode yang masing-

masing dinyatakan dalam kos historisnya. Hasilnya akan sama dengan

laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya. Hal inilah

yang dianut akuntansi konvensional. Jadi, akuntansi konvensional

sebenarnya juga menganut konsep pemertahanan kapital. Hanya dalam

hal ini, kos historis digunakan untuk mengukur kapital yang harus

dipertahankan.

Karena perubahan daya beli dan perubahan harga tidak

diperhitungkan, dengan sendirinya untung atau rugi daya beli dan

untung atau rugi penahanan yang tidak teridentifikasi dan melekat pada

angka laba sehingga tidak dapat dilaporkan secara terpisah. Konsep

laba dengan pendekatan ini akan sama dengan laba komprehensif (all-

inclusive) karena laba didefinisi sebagai kenaikan aset bersih selain

yang berasal dari transaksi dengan pemilik.

e) Harga Masukan Sekarang

Penilaian ini pada dasarnya sama dengan penilaian harga masukan

historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai komponen-

komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau

kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti suatu aset adalah jumlah

rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak

menguasai/memiliki aset yang bersangkutan. Kapital dapat

dipertahankan apabila kos pengganti akhir periode sama dengan kos

pengganti awal periode. Hal ini dapat diinterpretasi bahwa perusahaan

mampu mempertahankan kemampuan produktif seperti sedia kala

(awal periode) sebelum kenaikan kapital dapat didistribusi dalam

bentuk dividen.

Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan aset (baik yang

terealisasi atau belum) akan teridentifikasi dan masuk dalam

perhitungan laba. Pendekatan ini sebenarnya berusaha untuk merinci

laba menjadi laba normal yang menunjukkan kinerja manajemen dan

Page 36: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 39

laba semata-mata karena perubahan harga. Bila aset dipandang sebagai

kapital fisis, untung atau rugi perubahan harga akan merupakan jumlah

penyesuaian kapital (capital adjustment) agar kapital awal tetap dapat

dipertahankan.

f) Pemerataan Daya Beli Konstan

Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini basisnya adalah kos

historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan

pada indeks dasar tertentu (dapat indeks awal tahun, rata-rata, atau akhir

tahun). Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir

akan menggambarkan tambahan daya beli kapital yang

dimiliki/dikuasai perusahaan tanpa harus mengurangi daya beli kapital

yang mula-mula.

Secara umum dapat dikatakan bahwa penentuan laba atas dasar

konsep pemertahanan kapital memerlukan penilaian atas kapital baik

fisis maupun finansial pada awal dan akhir suatu periode. Sekali lagi,

pembahasan pengukuran laba berdasarkan konsep pemertahanan

kapital di atas masih bersifat konseptual karena belum dapat

ditunjukkan bagaimana prosedur akuntansi untuk menentukan laba dan

bagaimana komponen laba disajikan dalam statemen keuangan.

2.9. KONSEP LABA DALAM TATANAN PRAGMATIK

Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk

menentukan apakah pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi

perilaku sebagaimana diarah. Teori akuntansi pragmatik memusatkan

perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku

pemakai informasi akuntansi. Informasi diharapkan mempunyai pengaruh

kalau informasi tersebut benar-benar digunakan oleh para pemakai karena

menurut persepsi pemakai (atau model pengambilan keputusannya)

informasi tersebut mempunyai manfaat, kualitas, atau nilai informasi.

Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah informasi laba

bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Kalau memang

Page 37: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 40

digunakan, untuk kepentingan apa informasi laba digunakan sehingga angka

laba benar-benar harus disediakan. Menanyakan langsung kepada pemakai

apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu

cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba. Karena banyak pemakai

dengan berbagai perspektif dan kepentingan, cara ini kurang terandalkan

sebagai bukti tentang kebermanfaatan laba. Cara lain adalah dengan

mengenali bagaimana informasi laba nyatanya digunakan. Cara lain adalah

dengan mengukur reaksi pasar modal terhadap pengumuman laba akuntansi.

2.9.1 Prediktor Aliran Kas Investor

Telah disebutkan bahwa perekayasaan akuntansi (misalnya FASB) yakin

bahwa angka laba dan komponennya yang diukur atas dasar asas akrual

merupakan indikator kinerja yang lebih baik daripada sekedar perubahan

(aliran kas). Karena investor dan kreditor menjadi pihak utama yang dituju

dalam pelaporan keuangan, perekayasa berteori bahwa investor dan

kreditor berkepentingan dengan alliran kas yang masuk ke mereka atas

investasinya. Hal ini dinyatakan dalam tujuan pelaporan keuangan FASB

sebagai berikut:

“Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu

para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun

potensial, dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian

penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan pemerolehan

kas mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya

sekuritas atau pinjaman.”

Penjelasan di atas memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis

antara laba (earnings) dan aliran kas ke investor dan kreditor. Hubungan

ini akan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model

untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau

kapitalnya.

Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi

oleh kemampuan perusahaan untuk mancipatkan kas yang cukup untuk (a)

membayar semua kewajiban pada saaynta, (b) mendanai keperluan

Page 38: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 41

operasi, (c) reinvestasi, dan (d) membayar bunga, dan (e) membayar

dividen. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh

kemampuan perusahaan mendatangkan laba (earnings) jangka panjang

yang memadai. Oleh karena itu, investor dan kreditor harus memprediksi

kemampuan melaba (earnings power) jangka panjang. Untuk itu, investor

dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba

masa datang. Laba masa datang menjadi basis bagi investor untuk

memprediksi aliran kasa masa datang dari investasinya.

Aliran kas di mata investor (pemegang saham) dapat ditentukan atas

dasarharapan harga saham di masa datang. Bila perusahaan memperoleh

laba yang memadai, dengan sendirinya nilai buku asset bersih juga naik

sehingga nilai buku per saham juga naik. Dengan demikian, secara teoritis

laba (berupa laba per saham atau earnings per share) akan berasosiasi

dengan kenaikan harga saham. Secara teoritis, harga saham masa datang

dapat menjadi proksi (estimator) aliran kas masa datang. Kalau investor

mampu memperdiksi laba masa datang, maka investor akan mampu

memprediksi aliran kas dari investasinya. Argument semacam ini

menjelaskan timbulnya berbagai teknik pemrakiraan laba (earnings

forecasting) yang digunakan para analis sekuritas. Teknik-teknik tersebut

pada umunya menggunakan laba (laba per saham) sebagai data masukan.

Gambar 6. melukiskan fungsi laba sebagai prediktor aliran kas ke

investor. Secara pragmatik laba memang bermanfaat karena diperlukan

oleh para analis keuangan atau sekuritas untuk menyediakan angka

prakiraan laba yang pada akhirnya membantu pemakai dalam

memprediksi aliran kas masa datang. Arti penting pemrakiraan laba telah

memicu munculnya beberapa institusi yang bergerak dalam usaha

menyediakan jasa perkiraan laba (earnings forecast) seperti Institutional

Broker Estimates System (IBES) oleh Lynch, Jones, and Ryan, The

Earnings Forecaster oleh Standard and Poor, The Icarus Service oleh

Zacks Investmen Research, dan The Value Line Investment Survey.

Page 39: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 42

2.9.2 Perkontrakan Efisien

Teori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan

bagian atau turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini

didasarkan atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan.

Hubungan keagenan adalah hubungan antara principal (principal) dan

agen (agent) yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk

kepentingan principal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen

mendapatkan imbalan tertentu. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan

dalam bentuk kontrak. Dalam teori keagenan, agen biasanya dianggap

sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu

berusaha memenuhi kontrak. Kontrak dikatakan efisien apabila

mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan

tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan hasil (outcome) yang

paling optimal dari berbagai kemungkinan alternative tindakan yang dapat

dilakukan agen. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak

menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak

melaksanakan apa yang diperjanjikan.

Dalam konteks pelaporan keuangan, hubungan antara investor dan

manajemen dapat dikarakterisasi sebagai hubungan keagenan; pemegang

Hubungan Logis antara Laba dan Aliran Kas ke Investor

Laba akuntansi (akrual)

Prediksi

Aliran kas

Prediksi Investor

Aliran kas

(Dividen, kenaikan nilai

investasi, dan

pengembalian atau

penjualan investasi)

Laba akuntansi

menjadi predictor

aliran kas ke investor

melalui berbagai modal

prakiraan laba

(earnings forecastiung

models)

Kesatuan Usaha

Gambar 6. Hubungan Logis antara Laba dan Aliran Kas ke Investor

Page 40: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 43

saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Dengan demikian,

perilaku manajemen dapat dijelaskan dengan teori keagenan ini.

Adapun makna semantik laba dan apapun kelemahan laba akuntansi,

dalam kenyataannya tidak mempunyai dampak keprilakuan dalam dunia

nyata. Secara empiris dapat ditunjukkan bahwa banyak sekali kontrak

yang di dalamnya memuat pasal yang mensyaratkan laba sebagai unsur

kesepakatan. Misalnya kontrak pembagian laba, kontrak bonus, dan

kontrak utang. Peran laba dalam berbagai kontrak menyebabkan pula

berbagai perilaku pihak yang harus memenuhi kontrak terhadap penentuan

laba. Pihak yang mempunyai keleluasaan menentukan laba (manajemen

sebagai agen) pada umumnya diteorikan akan melaporkan laba untuk

memaksimumkan dirinya melalui manajemen laba. Hal ini dimungkinkan

karena manajemen dapat memilih metode akuntansi yang menguntungkan

manajemen dalam memenuhi kontrak.

Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada

gagasan bahwa kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria

dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik (makna) laba tersebut.

Gagasan ini didasari oleh kenyataan empiris bahwa masyarakat umumnya

bersedia bersedia memenuhi aturan main apapun yang dipilihnya tanpa

memperhatikan apakah aturan tersebut masuk akal. Secara pragmantik,

banyak kontrak yang memasukkan laba akuntansi sebagai hal yang harus

dipenuhi tanpa memperhatikan apa makna dan bagaimana laba akuntansi

dihitung. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat karena secara

pragmantik tidak dijadikan untuk mencapai kontrak yang efisien (optimal).

2.9.3 Pengendalian Manajemen

Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan

investor atau pihak luar lainnya tetapijuga antara para pihak internal

perusahaan. Kontrak bonus merupakan salah satu contoh kontrak internal.

Dalam hal ini, laba mempunyai manfaat karena laba dapat digunakan

untuk mengendalikan perilaku para partisipan di dalam perusahaan. Dalam

tataran pragmantik, laba digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau

Page 41: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 44

manajernya. Laba mempunyai peran penting dalam suatu system

pengendalian manajemen (management control system). System ini

dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka

memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya (self-interst) tetapi

pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga

tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan

tujuan (gool congruence).

Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan

kompensasi dengn laba sebagai pengukur kinerja. Pengendalian akan

efektif apabila manajer mempunyai persepsi bahwa laba sebagai pengukur

kinerja benar-benar laba yang diakibatkan oleh tindakan atau upayanya

(action and efforts). Oleh karena itu, dalam pengendalian manajemen

terdapat berbagai tingkat laba dengan berbagai sebutan sebagai pengukur

kinerja manajer.

Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak-kontrak internal

yang memerlukan berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur

kesepakatan. Jadi, secara pragmatik, laba akuntansi memang digunakan

oleh manajemen. Hal ini memberi indikasi bahwa laba akuntansi

bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.

2.9.4 Teori Pasar Efisien

Teori akuntansi pragmatik memustkan perhatiannya pada pengaruh

informasi terhadap perubahan perilaku pemakai. Perekayasa akuntansi

menyediakan informasi tertentu agar pemakai bereaksi dan bertindak kea

rah yang diharapkan demi kepentingan luas (Negara). Apakah informasi

sampai ke yang dituju dan diinterpretasi dengan tepat merupakan masalah

keefektifan komunikasi. Apakah akhirnya pihak yang dituju informasi

memakai informasi tersebut untuk dasar pengambilan keputusan

merupakan masalah kebermanfaatan (usefulness) informasi. Jadi,

kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian

tujuan pelaporan keuangan.

Page 42: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 45

Seksi ini membahas apakah para pemakai statemen keuangan

menggunakan laba untuk pengambilan keputusan dan apakah laba

memengaruhi perilaku (khususnya investor). Menanyakan langsung

kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi

merupakan salah satu cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba.

Kelemahan cara ini adalah pemakai tidak selalu dapat menjelaskan proses

atau model pengambilan keputusannya sehingga jawabannya lebih banyak

bersifat intuitif. Kelemahan lain adalah bahwa pertanyaan diajukan kepada

pemakai secara individual kemudian hasilnya diagregasi sehingga

dinamika pemakai secara kelompok tidak tertangkap. Jadi, karena pemakai

individual mempunyai perspektif dan kepentingan berbeda-beda, cara ini

kurang terandalkan sebagai bukti tentang kebermanfaatan laba.

Cara lain adalah menerapkan konsep yang dikemukakan Lev (1989)

bahwa kalau para pemakai secara bersama bertindak seakan-akan

menggunakan informasi tertentu, maka informasi tersebut dapat dianggap

bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi para pemakai informasi

secara bersama. Pasar modal adalah sarana untuk mempertemukan

pengguna dana dan penyedia dana (pemodal) serta sarana untuk

memperjual-belikan surat-surat berharga ksususnya saham.

Variabel penting pasar modal adalah harga saham (stock price), volume

perdagangan saham, return atau kembalian saham, dan indeks harga saham

gabungan (IHSG). Pelaku pasar modal biasanya selalu mengikuti harga

saham dan mencari informasi tentang perusahaan untuk menentukan harga

saham. Oleh karena itu, reaksi pasar modal terhadap informasi dapat

digunakan untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi.

Hubungan antara informasi dan harga saham dibahas dalam konteks yang

disebut efesiensi pasar (market efficience) atau hipotesis pasar efisien

(efficient market hypotsis). Beaver (1989) mendefinisi efisiensi pasar

sebagai berikut:

“A security market is said to be efficient with respect to an information

system if and only if the prices act as if everyone observes the signals

Page 43: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 46

from that informations system. In other words, prices act as if there is

a universal knowledge of that information. If price have this property,

they :fully reflect” the information system (hlm. 130).”

Efisiensi pasar juga berkaitan dengan kecepatan suatu signal dicerna

dan terefleksi dalam harga saham. Jones (1998) menegaskan sebagai

berikut:

An efficient market is one in which the prices of all securities quickly

and fully replect all available information about the assets (hlm. 255).

Kedua definisi di atas menunjukkan bahwa efisiensi pasar harus

dikaitkan dengan system informasi yaitu mekanisme penyediaan informasi

dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar

modal. System informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku

pasar untuk menentukan harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam

kaitan dengan informasi atau signal tertentu hanya jika harga saham

berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal tersebut

dan segera merevisi harga saham harapannya (tercermin dalam kutipan

harga saham atau quoted price sebelum signal) kemudian mengambil

strategi investasi (jual, beli, atau tahan) sehingga terjadi ekuilibrium baru.

Pengertian merefleksi secara penuh (fully reflect) adalah bahwa semua

signal yang tersedia telah tertangkap oleh pelaku pasar dan terefleksi

dalam harga saham ekuilibrium baru. Untuk dikatakan efisien, ekuilibrium

baru harus tercapai dalam waktu yang cukup cepat. Dalam pasar efisien,

pelaku pasar dengan strategi apapun tidak akan dapat memperoleh

keuntungan lebih (return abnormal) dalam jangka panjang. Dengan kata

lain, tidak seorang pun dapat mengalahkan atau mengecoh pasar (no one

can beat or fool the markets) bila pasar tersebut efisien.

a) Bentuk Efisiensi Pasar

Karena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau

signal tertentu dalam suatu mekanisme penyediaan informasi, terdapat

Page 44: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 47

tiga bentuk efisiensi yaitu lemah (weak), semi-kuat (semi-strong), dan

kuat (strong).

1) Bentuk Lemah. Pasara adalah efisien dalam bentuk lemah jika

harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan

volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara

public). Dalam bentuk ini, dianggap pelaku pasar hanya

menggunakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya

sehingga data tersebut tidak bermanfaat lagi untuk memprediksi

perubahan harga masa datang. Dengan kata lain, pelaku masih

dimungkinkan untuk memperoleh return abnormal dengan

memanfaatkan informasi selain data pasar.

2) Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk semi-kuat

jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi

yang tersedia secara public termasuk data statemen keuangan.

Karena semua pelaku pasar memperoleh akses yang sama terhadap

informasi public, strategi investasi yang mengandalkan data

statemen keuangan publikasian tidak akan mampu menghasilkan

return abnormal secara terus-menerus.

3) Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bnetuk kuat jika harga

sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk

informasi privat atau dalam (inside information) yang tidak

dipublikasi atau off-the records. Dengan efisiensi semacam ini,

pelaku pasar yang mempunyai akses terhadap informasi dalam

sekalipun tidak akan memperoleh return yang berlebih dalam

jangka panjang.

b) Laba Sebagai Signal

Laba akuntansi yang diumumkan lewat laporan keuangan merupakan

salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar

modal. Walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa tidak

seorangpun akan memperoleh return lebih hanya atas pengetahuannya

terhadap data laba, penelitian empiris menunjukan bahwa laba (per

Page 45: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 48

saham) yang diumumkan lewat laporan keuangan mempunyai dampak

terhadap harga saham. Oleh karena itu, sebagaimana telah dibahas

sebelum ini, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk

memprediksi laba dan harga masa mendatang.

Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan manajemen,

rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang

dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak tersedia secara publik akhirnya

akan terefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi

melalui laporan keuangan. Dengan kata lain, laba merupakan sarana

untuk menyampaikan signal-signal dari manajemen yang tidak

disampaikan secara publik. Jadi, laba mempunyai kandungan informasi

(information content) yang penting bagi pasar modal. Sementara itu,

investor berusaha untuk mencari informasi untuk memprediksi laba

yang akan diumumkan atas data yang tersedia secara publik. Oleh

karena itu, informasi laba sangat diharapkan para analis untuk

menangkap informasi privat atau dalam yang dikandungnya dan untuk

mengkonfirmasi laba harapan investor.

c) Pengujian Kandungan Informasi Laba

Apakah laba mengandung informasi yang dapat ditunjukan oleh reaksi

pasar terhadap pengumuman laba (earnings announcement) sebagai

suatu peristiwa (event). Bila angka laba mengandung informasi,

diteorikan bahwa pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada

saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa

besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia

secara publik. Berbagai model prakiraan laba merupakan cara untuk

menentukan laba harapan (expected earnings). Selisih antara laba

harapan dan lapa laporan atau aktual (reported atau actual earnings)

disebut laba kejutan (unexpected earnings). Laba kejutan

merepresentasi informasi yang belum tertangkap oleh pasar sehingga

pasar akan bereaksi pada saat pengumuman. Gambar 7 melukiskan

Page 46: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 49

konsep laba kejutan sebagai representasi informasi yang dikandung

laba pada saat diumumkan yang belum ditangkap oleh pasar.

Laba dalam analisis seperti ini biasanya adalah laba per lembar

saham (earnings per share) untuk perusahaan tertentu. Laba aktual

dapat pula berada dibawah laba harapan. Laba kejuatan adalah angka

angka yang ada dalam persepsi investor individual. Oleh karena itu,

laba kejutan untuk perusahaan tertentu dapat berbeda-beda antar

investor karena berbagai faktor.

Gambar 7

Laba Kejutan dalam Peristiwa Pengumuman Laba

Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga pasar (return

saham) perusahaan tertentu yang cukup mencolok adalah terdapat

perbedaan yang cukup besar return yang terjadi (actual return) dengan

return harapan (expected return). Dengan kata lain, terjadi return kejutan

atau abnormal (unexpected atau abnormal return) pada saat

pengumuman laba.

Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari

investasinya dalam suatu periode yang dalam hal saham dapat berupa

dividen dan untung kapital (capital gain) yaitu kenaikan nilai investasi.

Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu,

return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van

Horne, 1998, hlm. 26)

Page 47: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 50

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 = 𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠 + (𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 − 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 )

𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒

Bila tidak ada dividen dan harga (price) dinotasi dengan P, maka

return perusahaan j pada periode t dinyatakan sebagai berikut :

𝑅 𝑗, 𝑡 = 𝑃𝑡1 − 𝑃𝑡0

𝑃𝑡0

Rj,t merupakan return aktual. Untuk mengetahui adanya return

abnormal, harus ditentukan suatu pembanding yang dianggap sebagai

return normal atau return harapan (expected returns). Terdapat berbagai

macam model estimasi untuk menentukan return normal baik yang

menggunakan hanya data perusahaan maupun yang menggunakan data

pasar. Bila digunakan hanya data perusahaan, return normal yang

digunakan adalah rata-rata return perusahaan masa lalu (Ṝ). Model ini

disebut return sesuaian mean (mean adjusted returns). Dapat juga

digunakan return pasar (Rm) sebagai pembanding. Return pasar (Rm)

adalah rata-rata berbobot-nilai (value-weight average) seluruh return

saham perusahaan yang tercatat di bursa saham pada saat tertentu.

Model yang terakhir disebut dengan return sesuaian pasar (market-

adjusted-returns). Dengan pembanding tersebut, return abnormal (RA)

perusahaan j pada waktu t ditentukan sebagai berikut :

Mean Adjusted Returns : RAj,t = Rj,t - Ṝj

Market Adjusted Returns : RAj,t = Rj,t - Ṝm

Karena reaksi pasar tidak selalu terjadi seketika pada hari

pengumuman, reaksi dapat diukur untuk periode beberapa hari sebelum

dan sesudah peristiwa (disebut jendela peristiwa atau event window).

Dalam menentukan Ṝj untuk suatu perusahaan, return untuk jendela

peristiwa biasanya tidak diperhitungkan. Perioda-perioda (lamanya

hari) yang diperhitungkan dalam menentukan Ṝj disebut perioda

Page 48: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 51

estimasi (estimation period). Gambar 10.9 melukiskan return abnormal

untuk jendela peristiwa t1 = -3 sampai dengan t2 = +2 dengan model

return sesuaian mean (RSM) dan return sesuaian pasar (RSP).

Dengan jendela peristiwa yang lebar, perbedaan kecepatan reaksi

antar pelaku pasar dapat diakomodasi. Reaksi pasar kemudian diukur

dengan apa yang disebut return abnormal kumulatif/RAK

(cumulative abnormal return / CAR). RAK untuk jendela peristiwa t1

dan t2 dapat dinyatakan sebagai berikut :

RAK j(t1, t2) = ∑ 𝑅𝐴𝑗, 𝑡

𝑡2

𝑡=𝑡1

Untuk menguji kandungan informasi laba, dua pendekatan dapat

dilakukan yaitu pendekatan asosiasi dan pendekatan peristiwa.

Penelitian yang mendasarkan pada pendekatan asosiasi sering disebut

studi peristiwa (event studies). Variabel-variabel diatas ditentukan

untuk perusahaan secara individual. Pengujian harus dilakukan pada

level pasar sehingga diperlukan beberapa perusahaan sebagai sampel

untuk mengujinya.

Gambar 8

Return Abnormal dengan Model RSM dan RSP

A. Model Return Sesuaian Mean

Page 49: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 52

B. Model Return Sesuaian Pasar

Periode Estimasi dalam model return sesuaian mean pada umumnya

cukup panjang, bahkan dalam beberapa penelitian periode estimasi

mencapai 250 hari (misalnya hari -255 sampai dengan hari -5). Dalam

model return pasar sesuaian, periode estimasi tidak diperlukan karena

setiap saat (hari) return pasar dapat ditentukan dan return tersebut

berfluktuasi mengikuti dinamika pasar.

d) Pengujian Asosiasi

Studi asosiasi sering disebut pula studi koefisien responsa laba

(Earnings Response Coefficient atau ERC). Koefisien responsa laba

adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba

kejutan. Bila semua variabel dapat ditentukan untuk sampel

perusahaan, model-model pengujian berikut dapat digunakan :

R i,t = β0 + β1Li,t + εi,t (i = 1, 2, 3, ..., n)

e) atau

RA i,t = β0 + β1LKi,t + εi,t (i = 1, 2, 3, ..., n)

f) atau

RAK i,(t1,t2) = β0 + β1LKi,t + εi,t (i = 1, 2, 3, ..., n)

Dalam model-model diatas, LK adalah laba kejutan dan β1 adalah

koefisien asosiasi. Untuk model terakhir, (t1, t2) adalah jendela

peristiwa. Model-model tersebut hanya menggambarkan secara

Page 50: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 53

sederhana hubungan antara laba dan pasar modal. Dalam banyak

penelitian akuntansi, model-model yang lebih canggih telah banyak

dikembangkan. Bila secara statistik β1 tidak sama dengan nol, berarti

secara umum terdapat asosiasi antara laba dan return saham. Pengujian

ini menunjukan bahwa pada tatanan pragmatik, laba memang

mengandung informasi sehingga bermanfaat bagi investor.

Studi empiris menunjukan bahwa asosiasi atau korelasi antara laba

dan return tidak begitu kuat atau tidak sempurna. Beberapa alasan

dikemukakan untuk menjelaskan hal ini. Pertama, angka laba hanya

merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi harga saham.

Persepsi investor terhadap risiko, kondisi ekonomi, dan sentimen

politik juga menjadi penentu harga pasar. Kedua, fluktuasi laba tidak

selalu menggambarkan perubahan ekonomik perusahaan tetapi semata-

mata merupakan perubahan metoda akuntansi. Ketiga, laba akuntansi

dapat dipengaruhi oleh manajemen dan inkonsistensi internal akuntansi

sehingga angka laba mengandung gangguan (noise). Perubahan laba

akuntansi sering lebih merupakan perubahan kosmetik daripada

perubahan fundamental ekonomik dalam perusahaan. Keempat,

investor tidak selalu seragam dalam menginterpretasi informasi yang

tersedia di pasar. Terakhir, pasar sering berperilaku yang tak terprediksi

(idiosinkratik).

g) Pengujian Peristiwa

Angka laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang

menjadi fokus adalah peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur

sebagai return abnormal mean/RAM (Mean Abnormal Return) untuk

seluruh atau sampel perusahaan di pasar modal. RAM dan RAKM

ditentukan sebagai berikut :

RAMt = ∑ 𝑅𝐴𝑖𝑛𝑖=1 (n = ukuran sampel)

RAKM(t1,t2) = ∑ 𝑅𝐴𝐾𝑖𝑛𝑖=1 (n = ukuran sampel)

Page 51: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 54

Reaksi pasar dianggap ada bilamana RAM atau RAKM secara

statistis tidak sama dengan nol. Bila RAM dan RAKM secara statistis

positif berati terjadi reaksi positif terhadap laba sehingga laba dianggap

membawa berita baik demikian pula sebaliknya.

Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba

mempunyai efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal. Reaksi

pasar paling tidak menunjukan bahwa secara empiris pelaku pasar

modal seolah-olah telah menggunakan laba sehingga dapat dikatakan

bahwa laba bermanfaat bagi investor.

2.10 LABA EKONOMI DAN LABA AKUNTANSI

2.10.1 Sifat Laba Ekonomi

Para ahli ekonomilah sebenarnya yang memulai membahas masalah konsep

laba ini, kemudian profesi akuntan mengikutinya. Adam Smith menjelaskan

bahwa income adalah kenaikan dalam kekayaan. Pengertian ini diikuti oleh

Marshall dan kawan-kawan dan dihubungkannya dalam konsep praktik

bisnis. Mereka membedakan modal tetap dengan modal kerja, modal fisik,

dan laba, dan menekankan pda realisasi sebagai pengakuan laba. Von Bohm

Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan pendapat bahwa laba

bukan saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba non moneter.

Kemudian pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan

sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang

sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan,

laba jenis ini tidak dapat diukur.

2. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan

terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real

income ini adalah “biaya hidup” (cost of living). Dengan perkataan lain,

kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan

yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli

barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.

Page 52: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 55

3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan

untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer,

money income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income.

Lidahl menganggap konsep laba sebagai interest, yaitu merupakan

penghargaan yang terus-menerus terhadap barang modal sepanjang

waktu. Perbedaan antara interest dengan konsumsi yang diharapkan

pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap

sebagai konsumsi ditambah saving. Hick mengembangkan teori Fischer

dan Lindahl tentang economic income. Ia mendefinisikan personal

income sebagai:

Jumlah yang paling tinggi yang dapat dikonsumsikan seseorang selama

seminggu dan dia masih mengharapkan seperti itu pada akhir minggu

sebagaimana keadaannya pada awalnya.

Definisi dapat disederhanakan menjadi:

Jumlah maksimum yang dapat dikonsumsikan pada periode tertentu

dan dia masih tetap mempertahankan modalnya tidak berkurang

sebagaimana saldo di awal.

2.10.2 LABA AKUNTANSI

Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang

berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Vernon Kam

(1986) menggunakan istilah business income yang berarti kelebihan dari

harga akhir yang dibayar individu dan lembaga lain atas output perusahaan

di atas biaya yang dikeluarkannya.

Perhitungan income atau profit ini sangat sederhana jika transaksi itu

completed atau sempurna, tidak ada saldo piutang, sisa persediaan atau

aktiva tetap. Semua terjual dan menjadi kas. Untuk kasus seperti ini, laba

adalah jumlah kas yang ada setelah semua dikonversikan ke kas pada akhir

periode dikurangi dengan jumlah kas (modal awal) pada awal periode.

Kalau hasil penjualan barang dan sebagainya Rp 15.000,00 sedangkan

modal awal adalah Rp 10.000,00, laba bisnis adalah Rp 5.000,00.

Page 53: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 56

Namun, dalam kenyataannya tidak demikian, apalagi bisnisnya besar dan

luas. Di samping ada transaksi perusahaan yang sudah sempurna

dilaksanakan, masih banyak lagi transaksi yang masih belum sempurna

pelaksanaannya, yang masih memerlukan kas tambahan atau pengorbanan

lainnya. Mungkin ada piutang, ada persediaan barang, da nada aktiva tetap

yang terus-menerus dipakai dalam proses bisnis. Dalam konteks ini Vernom

Kam (1986) memberi dua kemungkinan, yaitu:

1. Kondisi pasti (certainty), di mana jumlah harga atau kas yang akan

diterima atau dibayarkan di masa yang akan datang dapat ditentukan.

2. Kondisi penuh ketidakpastian (uncertainty) di mana jumlah harga atau

kas yang akan diterima atau dibayarkan di masa yang akan datang

belum dapat ditentukan secara pasti.

Untuk kasus yang pertama (1), hampir sama dengan kasus sederhana di

atas, perbedaannya hanya terletak pada taksiran kas terhadap kondisi dari

transaksi yang akan dating yang sudah dapat ditentukan itu. Sementara itu,

yang selalu terjadi adalah kasus kedua (2) di mana transaksi kas kebanyakan

masih belum menentu baik kejadiannya, waktunya, dan harganya. Untuk

itu, kita menghadapi beberapa masalah tentang: nilai ekonomi, harga,

modal, skala, pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi

seseorang terhadap suatu komoditas berdasarkan kegunaan baginya di masa

yang akan dating disbanding dengan komoditas lain. Jika terjadi pertukaran,

muncullah harga atau harga pertukaran (exchange price). Harga ini

ditetapkan berdasarkan nilai uang. Maka, di sini muncul beberapa bentuk

harga, yaitu:

1. Harga historis (histirocal cost);

2. Harga sekarang (current price) atau harga ganti (replacement cost) atau

exit price;

3. Harga nanti bisa harga ganti nanti, atau harga exit price nanti;

4. Harga diskonto atau computed amount.

Page 54: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 57

Akuntansi konvensional masih lebih banyak menggunakan harga

historis. Harga ini sangat menentukan dalam perhitungan laba, income atau

profit. Tetapi dengan FASB 157 mulai digunakan Fair Value.

a. Modal (Capital)

Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva

bersih. Laba adalah arus kekayaan, sedangkan modal adalah simpanan

kekayaan. Oleh karena itu, penentuan laba, yaitu penentuan kenaikan

modal juga menyangkut masalah harga juga. Modal bisa berarti

financial capital di mana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva

dikurangi dengan nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang

pemilik kepada perusahaan. Physical capital, yaitu di sini difokuskan

pada kemampuan fisik dari modal itu untuk memproduksi barang dan

jasa bukan pada nilai uangnya. Ukurannya adalah kapasitas produksi

dari aktiva yang dimiliki.

b. Replacement Cost Income

Dalam konsep replacement cost income dikenal dua komponen

income yaitu:

(1) Current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya

pengganti (replacement cost) dari penghasilan.

(2) Realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara

replacement cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari

barang yang sama. Laba rugi ini dibagi dua yaitu:

Yang direalisasi dan accrued pada periode itu

Yang direalisasi pada periode itu, tetapi accrued pada

periode sebelumnya

Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, Accounting Income dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Pa = Accouting Income

X = Current operating profit

Pa = X + Y + Z

Page 55: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 58

Y = Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu

Z = Realisasi holding gain pada periode itu, tetapi accrued pada

periode sebelumnya.

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :

1. Money income dihitung berdasarkan nilai replacment cost,

sedangkan Accouting Income berasarkan historical cost;

2. Money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung

sebagai berikut :

Pm = Money Income

Pa = Accouting Income

Z = Realisasi holding gain and loss pada periode itu, tetapi accrued

pada periode sebelumnya

W = Holding gain and loss yang belum direalisasi

Atau bisa juga dihitung sebagai penjumlahan dari :

1. Current operating profit atau X;

2. Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu atau Y;

3. Holding gain dan loss yang belum direalisasi yang accrued pada

periode itu.

Contoh :

Dibeli 1.000 unit produk A seharga Rp100,00 per unit. Pada akhir 31

Desember 1999 replacment cost adalah Rp200,00 per unit. Jumlah 1,000

unit dijual pada akhir tahun 2000 dengan harga Rp300,00 per unit. Harga

replacment cost adalah Rp250,00 per unit.

Pm = Pa – Z + W

Page 56: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 59

1999 : Accounting Income adalah Rp 0,-

Pa = X + Y + Z

= 0 + 0 + 0

= 0

Money Income adalah Rp 1.000,-

Pm = X + Y + W

= 500 + 500 + 0\

= 1.000,-

2000 : Accounting Income adalah Rp 2.000,-

Atau 500 + 500 + 1.000 Rp 2.000,-

Money Income adalah Rp 1.000,-

Atau 500 + 500 Rp 1.000,-

Atau Pa – Z + W

2.000 - 1.000 + 0 Rp 1.000,-

Pada tahun pertama accounting income tidak ada laba, namun pada

dua periode tersebut accounting income sama dengan money income.

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomi dapat dilihat dari

rumus sebagai berikut (Most, 1982).

Accounting Income + Perubahana Aktiva Berwujud yang tidak direalisasi –

Perubahan Aktiva berwujud yang terjadi pada awal periode + Perubahan

nilai Aktiva Tidak Berwujud = Laba Ekonomi.

Dalam Akuntansi yang memiliki konsep perhitungan laba juga

dikenal perbedaan pandangan dalam menghitung laba (Income). Di sini

kita perkenalkan empat pendapat, yaitu :

1. Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan

Prinsip Historical Cost yang sering disebut Historical Cost Accounting

atau Conventional Accounting sebagaimana yang kita anut saat ini,

yang dinamakan konsep laba Accounting Income;

Page 57: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 60

2. Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan

menerapkan perhitungan perubahan tingkat harga umum (General

Price Level) dan tetap mempertahankan prinsip Historical Cost, yang

ini dikenal dengan istilah General Price Level Adjusted Historical Cost

Accounting (GPLA Historical Accounting), dan perhitungan labanya

disebut GPLA Accounting Income;

3. Pemikiran radikal yang memilih harga sekarang (current value) sebagai

dasar penilaian bukan Historical Cost lagi, di mana konsep ini dikenal

dengan Current Value Accounitng.

4. Pemikiran neo radikal yang menggunakan Current Value, tetapi

disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum, yang disebut

GPLA Current Value Accounting, sedangkan perhitungan labanya

disebut Adjusted Current Income.

Sifat Laba Akuntansi

Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah

perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada

periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada

periode tersebut. Menurut Belkaoui, definisi tentang laba itu mengandung

lama sifat berikut.

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya

merupakan prestasi perusahaan itu pada periode-periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan padaprinsip revenue yang memerlukan

batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.

4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk

biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil

tertentu.

5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil

dikurangi biaya yang diterima/ dikeluarkan dalam periode yang sama.

Page 58: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 61

Most menambahkan ciri-ciri laba akuntansi sebagai berikut.

1. Laba akuntansi menggunakan konsep periodik.

2. Laba akuntansi diperluas bukan hanya transaksi dan termasuk seluruh

nilai fenomena dan periode yang dapat diukur.

3. Laba akuntansi mengizinkan agregasi ke dalam ketegori berupa input

dan output

4. Oleh karena itu, perbandingan input dengan output akan menghasilkan

sisa.

5. Dengan demikian, mayoritas mereka yang berkepentingan terhadap

angka itu dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan.

Kebaikan Dan Kelemahan Laba Akuntansi

Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat terus-menerus ditelusuri dan diuji.

2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta)

dan dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa

(verifiability).

3. Memenuhi prinsip conservatisme, karena yang diakui hanya laba yang

direalisasi dan tidak memerhatikan perubahan nilai.

4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manajemen dalam

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.

Para pendukung ini antara lain Ijiri, Kohler, Littleton, dan Mautz.

Namun, di samping adanya keistimewaannya ini, kelemahan yang

terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut.

1. Tidak dapat menunjukan laba yang belum direalisasi yang timbul dari

kenaikan nilai. Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi.

Page 59: laba dan konsep yang berkaitan

L a b a d a n K o n s e p Y a n g B e r k a i t a n | 62

2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul

karena perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu

antara realisasi hasil dan biaya.

3. Penerapan prinsip realisasi, Historical Cost, dan Consevatisme dapat

menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.

Hendriksen (1992) dan Most (1982) memberikan kelemahan laba

akuntansi sebagai berikut :

1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas dalam teori

akuntansi. Akuntansi dinilai;

a. Belum mampu memberikan ukuran terbaik untuk menentukan

nilai arus jasa dan perubahan nilainya;

b. Belum sepakat mana yang masuk dan tidak masuk dalam

perhitungan laba;

c. Ketidaksepakatan antara berbagai pihak siapa yang menjadi

pemakai informasi net income ini.

2. Standar akuntansi yang diterima umum masih mengandung berbagai

cara yang berbeda-beda dan mengandung ketiakkonsistenan baik

antarperusahaan maupun alam suatu periode tertentu.

3. Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur

berdasarkan nilai historis sehingga perubahan nilai uang atau tingkat

inflasi belum diperitungkan dalam laporan keuangan.

4. Kurang bermanfaat untuk keputusan jangka pendek.

5. Informasi lainnya di luar data historis dinilai lebih bermanfaat bagi

investor dalam pengambilan keputusan.

6. Kurangnya informasi fisik dan perilaku yang membuat informasi laba

semakin bermanfaat.