kwu-revisi

6
Kondisi sumber daya alam 1. Sumber daya lahan Sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk pertanian, perkebunan, kehutanan dan kawasan lindung. Sehingga kegiatan budidaya dan usaha berbasis pertanian sangat sesuai dikembangkan di Kabupaten Bondowoso. Selain kesuburan tanahnya, juga secara agroklimat sangat sesuai untuk berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Jenis penggunaan lahan yang sangat potensi dikembangkan adalah pengembangan perumahan (permukiman). Kawasan permukiman di Kabupaten Bondowoso umumnya berpola menyebar dan berkelompok. Pengembangan perumahan hendaknya mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, termasuk prioritas untuk memanfaatkan lahan-lahan kering dan bukan sawah irigasi teknis. Budidaya pertanian juga perlu mengendalikan penggunaan bahan kimia dalam pengolahan tanah, agar kandungan organik tanah tetap terjaga seimbang dan tidak terjadi kerusakan lahan atau penurunan kesuburan tanah. Budidaya perkebunan dan kehutanan secara bijak juga akan mencegah dan menekan luasan lahan kritis. 2. Sumber daya pertanian Bondowoso merupakan daerah agraris dengan luas lahan pendukung keanekaragaman hayati mencapai 90,04% dari luas wilayah yang terdiri dari persawahan, tanah kering, kebun campur, perkebunan dan hutan. Potensi lahan tersebut merupakan peluang untuk mewujudkan ketahanan pangan. Selain itu, Pengembangan usaha pertanian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada tahun 2013 produksi hasil pertanian beberapa komoditas mengalami kenaikan adalah padi dan jagung. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan produksi dari tahun sebelumnya antara lain kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, dan dan tomat. Penurunan produksi ini terjadi sebagai dampak anomali cuaca, serangan hama, dan alih komoditas. Kondisi sumber daya manusia 1. Tingkat pendidikan

Upload: yudan-aries-maulana

Post on 31-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kwu

TRANSCRIPT

Page 1: kwu-revisi

Kondisi sumber daya alam

1. Sumber daya lahan

Sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk pertanian, perkebunan, kehutanan dan kawasan lindung. Sehingga kegiatan budidaya dan usaha berbasis pertanian sangat sesuai dikembangkan di Kabupaten Bondowoso. Selain kesuburan tanahnya, juga secara agroklimat sangat sesuai untuk berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Jenis penggunaan lahan yang sangat potensi dikembangkan adalah pengembangan perumahan (permukiman). Kawasan permukiman di Kabupaten Bondowoso umumnya berpola menyebar dan berkelompok. Pengembangan perumahan hendaknya mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, termasuk prioritas untuk memanfaatkan lahan-lahan kering dan bukan sawah irigasi teknis. Budidaya pertanian juga perlu mengendalikan penggunaan bahan kimia dalam pengolahan tanah, agar kandungan organik tanah tetap terjaga seimbang dan tidak terjadi kerusakan lahan atau penurunan kesuburan tanah. Budidaya perkebunan dan kehutanan secara bijak juga akan mencegah dan menekan luasan lahan kritis.

2. Sumber daya pertanian

Bondowoso merupakan daerah agraris dengan luas lahan pendukung keanekaragaman hayati mencapai 90,04% dari luas wilayah yang terdiri dari persawahan, tanah kering, kebun campur, perkebunan dan hutan. Potensi lahan tersebut merupakan peluang untuk mewujudkan ketahanan pangan. Selain itu, Pengembangan usaha pertanian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 2013 produksi hasil pertanian beberapa komoditas mengalami kenaikan adalah padi dan jagung. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan produksi dari tahun sebelumnya antara lain kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, dan dan tomat. Penurunan produksi ini terjadi sebagai dampak anomali cuaca, serangan hama, dan alih komoditas.

Kondisi sumber daya manusia

1. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bondowoso secara umum relatif masih rendah. Proporsi terbesar adalah kelompok belum tamat SD sebesar 55,9%, Tamat SD sebesar 31,2%, sedangkan untuk tamat SLTP hingga perguruan tinggi tidak lebih dari 10%. Tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata pendidikan dasar dan menengah merupakan potensi penyediaan tenaga kerja pelaksana (operator) bagi usaha industri, perdagangan dan jasa. Demikian halnya pada sektor pertanian yang merupakan mata pencaharian utama, masih dapat berlangsung dan menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena faktor kultur agraris yang sudah melekat (membudaya). Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat (SDM) merupakan permasalahan serius bagi pembangunan daerah di masa mendatang. Hal ini terlihat dari kecenderungan perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bondowoso yang mulai mengarah pada perkembangan perdagangan dan jasa serta industri pengolahan. Terus berkembangnya sektor tersebut tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang memadai (tingkat pendidikan dan ketrampilan yang lebih baik). Demikian halnya sektor pertanian, juga perlu didukung pelaku pertanian yang terampil dan terdidik.

Page 2: kwu-revisi

Tantangan globalisasi menunut semua pelaku ekonomi untuk semakin profesonal di bidangnya, dengan pengembangan SDM melalui pendidikan dan ketrampilan. Terkait dengan terus berkembangnya industri, perdagangan dan jasa di Kabupaten Bondowoso maka lapangan pekerjaan juga akan semakin luas dan menuntut spesialisasi. Kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan prospek pengembangan investasi SDM. Semakin lengkapnya lembaga pendidikan (formal dan non formal) di Kabupaten Bondowoso akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih siap, dan menjadi prospek penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan industri, perdagangan dan jasa di Kabupaten Bondowoso.

2. Mata pencaharian

Sektor ekonomi basis Kabupaten Bondowoso adalah sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani, serta luasnya lahan pertanian di Kabupaten Bondowoso. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bondowoso, bahkan cenderung bertambah meskipun tingkat pertumbuhannya relatif kecil dan cenderung stagnan. Berdasarkan analisis terhadap data penduduk menurut mata pencaharian dan kelompok umur, dapat diindikasikan bahwa jumlah petani di Kabupaten Bondowoso cenderung berkurang dari waktu ke waktu. Disamping itu, petani yang ada sekarang cenderung berada pada kelompok umur 35 tahun ke atas. Ini berarti bahwa para petani yang ada di Kabupaten Bondowoso cenderung pada kelompok dewasa-tua. Ada kecenderungan hilangnya budaya pertanian pada kelompok usia muda. Hal ini dikarenakan pandangan bahwa bekerja di bidang industri, perdagangan dan jasa lebih menjanjikan dibanding bertani, sehingga angkatan muda ini lebih tertarik bekerja ke luar wilayah (kota besar, dsb).

Penerapan teknologi pertanian modern di Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu alternatif stategi pembangunan pertanian, misalnya teknologi pengolahan tanah, pengembangan varietas, dsb, termasuk konsep agribisnis. Dengan demikian, meskipun terdapat ancaman kecenderungan menurunnya jumlah petani, minat investasi di sektor pertanian dapat terus berkembang. Hal ini sejalan dengan predikat Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kawasan strategis pengembangan pertanian dan daerah penyangga pangan regional.

Kondisi ekonomi

1.Industri

Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.

2.Perdagangan

Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar.

Page 3: kwu-revisi

Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.

Potensi pengembangan sumber daya pertanianPertanian menjadi sektor yang paling berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten

Bondowoso. Usaha pertanian masyarakat tidak hanya tanaman pangan berupa padi, jagung, ubi kayu dan kedelai, tetapi juga tanaman hortikultura dan rempah. Areal pertanaman Padi di Kabupaten Bondowoso seluas 54.473 ha yang tersebar di 21 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 306.984,52 ton/tahun. Areal pertanaman Jagung di Kabupaten Bondowoso seluas 37.100 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 141.075,12 ton/tahun. Areal pertanaman Ubikayu di Kabupaten Bondowoso seluas 6.552 ha yang tersebar di 21 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 121.076,10 ton/tahun. Areal pertanaman Kedelai di Kabupaten Bondowoso seluas 824 ha yang tersebar di 14 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Cermee, Tamanan, Tenggarang, Tlogosari dan Wonosari, dengan produksi sebesar 1.089,68 ton/tahun. Pengembangan lahan pertanian sawah disesuaikan dengan ketersediaan jaringan irigasi yang relatif merata pada seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Sempol. Karena kondisi maka Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai salah satu lumbung padi Propinsi Jawa Timur dan Nasional. Dalam pengembangan hortikultura, terdapat beberapa produk unggulan yang telah dikenal yaitu dari jenis sayuran lombok, bawang merah, tomat, kentang, dan dari jenis buah mangga, rambutan, pisang, durian, alpukat, manggis dan sebagainya. Areal pertanaman Lombok di Kabupaten Bondowoso seluas 977 ha yang tersebar di 19 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Tamanan, Grujugan, Bondowoso, Taman Krocok dan Klabang, dengan produksi sebesar 7.490,20 ton/tahun. Areal pertanaman Bawang Merah di Kabupaten Bondowoso seluas 415 ha yang tersebar di 7 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Grujugan, Sumberwringin, Tlogosari dan Sukosari, dengan produksi sebesar 3.944 ton/tahun. Areal pertanaman Tomat di Kabupaten Bondowoso seluas 106 ha yang hanya dijumpai di 15 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Wonosari, Tamanan dan Jambesari Darussholah, dengan produksi sebesar 855,40 ton/tahun. Areal pertanaman Kentang di Kabupaten Bondowoso seluas 24 ha yang hanya dijumpai di 2 dari 23 kecamatan, yaitu Kecamatan Maesan dan Sumberwringin, dengan produksi sebesar 360 ton/tahun. Areal pertanaman Mangga di Kabupaten Bondowoso seluas 3.019 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 24.389,3 ton/tahun. Areal pertanaman Rambutan di Kabupaten Bondowoso seluas 1.705 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 22.773 ton/tahun. Areal pertanaman Pisang di Kabupaten Bondowoso seluas 1.978 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 11.754,80 ton/tahun. Areal pertanaman Durian di Kabupaten Bondowoso seluas 520 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 5.393 ton/tahun. Lahan pertanian (sawah dan ladang) mulai terkonversi (beralih fungsi) menjadi non pertanian, terutama di sekitar Perkotaan Bondowoso dan kota kecamatan lainnya. Konversi tersebut terutama untuk permukiman/perumahan, perdagangan dan jasa, maupun perkantoran. Hal ini akan sangat mengancam kemampuan produksi pertanian. Berkurangnya air irigasi juga memicu peralihan fungsi lahan pertanian, di sisi lain upaya pencetakan sawah baru pada kawasan potensial dihadapkan pada kendala penyediaan jaringan irigasi. Luasnya lahan pertanian, kesuburan tanah, kondisi hidrologi dan iklim mikro wilayah Kabupaten Bondowoso masih memungkinkan bagi optimalisasi sektor pertanian. Revitalisasi sektor pertanian diperlukan agar konversi lahan, dsb, tidak berpengaruh signifikan pada kontribusi pertanian terhadap PDRB. Pembangunan pertanian juga dapat

Page 4: kwu-revisi

dilakukan melalui peningkatan kelas lahan lahan kering/pekarangan menjadi lahan pertanian produktif. Pengembangan sentra produksi komoditas tertentu perlu didorong pada tiap-tiap kecamatan. Penyuluhan, pembinaan, dan penegakan aturan alih fungsi lahan pertanian diperlukan untuk menekan hilangnya lahan pertanian produktif.

Potensi pengembangan ekonomi kreatif

Industri di Kabupaten Bondowoso terdiri dari industri menengah dan industri kecil/kerajinan rumah tangga. Sampai dengan tahun 2013 industri menengah berjumlah 25 buah unit usaha dengan nilai produksi Rp. 486.276.557,00. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga terbagi menjadi industri kecil formal dan non formal.

Untuk mendorong petumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bondowoso, maka perlu dipertimbangkan pengembangan kawasan industri. Kabupaten Bondowoso memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan industri yang berbasis agro yaitu industri yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian. Selain itu juga industri pengolahan hasil perkebunan dan kehutanan, serta industri logam, berupa kerajinan kuningan, dan pertambangan. Lokasi industri yang telah ada dapat dikembangkan dan ditata sebagai kawasan industri, sehingga membuka kesempatan bagi investor. Sektor industri yang berpotensi untuk dikembangkan adalah industri pengolahan, industri mebel, industri tekstil, industri rokok dan industri pertambangan.

Kecenderungan perkembangan industri yang terjadi di Kabupaten Bondowoso adalah industri kecil dan menengah. Makin mahalnya harga tanah, dan belum tersedianya sarana prasarana/ infrastruktur yang memadai di area pengembangan industri, serta iklim investasi yang masih kurang kondusif, menurunkan nilai comparative advantage Kabupaten Bondowoso jika dibandingkan beberapa kabupaten lain. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan faktor aksesibilitas. Pengembangan industri di Kabupaten Bondowoso sangat prospektif mengingat melimpahnya bahan baku yang potensial untuk diolah. Kawasan industri yang ditawarkan harus memiliki aksesibilitas regional yang mudah, yaitu pada jalur regional antar kabupaten (Jember-Bondowoso-Situbondo). Sedangkan industri kecil dan kerajinan masih dapat berkembang di tengah-tengah permukiman dengan syarat limbah yang dihasilkan relatif mudah dinetralisir dan disertai penataan lingkungan yang baik.