kwu print

65
KESIMPULAN ASPEK EKONOMI DAN KEWIRAUSAHAAN Keputusan seseorang untuk terjun menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh be Seperti yang terjadi di Indonesia, krisis ekonomi menyebabkan kerapuhan fundamental semua sektor industri. Sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, kondisi kr membuat sejumlah karyawan yang di-PHK membuat lapangan pekerjaan yang baru untuk me kehidupannya. Berawal kondisi ini banyak bermunculan para usahawan baru, walaupun m kecil (UKM). Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai k maupun kebelakang, dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap su sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan karena jumla perkotaan maupun di pedesaan. Tumbuhnya berbagai jenis UKM banyak menciptakan lapangan pekerjaan. Ol pemerintah memberikan perhatian yang serius bagi perkembangan unit usaha kecil mem bagi pengusaha mikro untuk memperluas usahanya, penyediaan jasa manajemen ba pelatihan-pelatihan sehingga menjamin agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan termasuk kemampuan untuk meningkatkan standar operasi (manajemen, produksi, pasar) UKM dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Peningkatan omzet bagi pengusaha mikro menyebabkan peningkatkan ketahanan mikr pemberdayaan UKM hal tersebut akan mendukung ketahanan ekonomi nasional (makro). S dan pengembangan UKM dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja, peningkat pemberdayaan jiwa kewirausahaan masyarakat miskin. Dilihat dari ruang lingkupnya maka wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi mikro. Fungsi mikro, peran wirausaha adalah sebagai innovato r dan perencana serta mengkombinasikan sumber yang ada kedalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakann nilai tambah Fungsi makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perek bangsa sehingga menciptakan perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usah fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri bes Manajemen dan Kewirausahaan I. Pendahuluan

Upload: oni-bagus-t-m

Post on 21-Jul-2015

98 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KESIMPULAN ASPEK EKONOMI DAN KEWIRAUSAHAAN Keputusan seseorang untuk terjun menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh berbagai jenis kondisi. Seperti yang terjadi di Indonesia, krisis ekonomi menyebabkan kerapuhan fundamental ekonomi mempengaruhi semua sektor industri. Sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, kondisi krisis yang berlangsung lama membuat sejumlah karyawan yang di-PHK membuat lapangan pekerjaan yang baru untuk mempertahankan kehidupannya. Berawal kondisi ini banyak bermunculan para usahawan baru, walaupun masih dalam skala yang kecil (UKM). Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan kedepan maupun kebelakang, dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada, sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Tumbuhnya berbagai jenis UKM banyak menciptakan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu pihak pemerintah memberikan perhatian yang serius bagi perkembangan unit usaha kecil memberikan dukungan modal bagi pengusaha mikro untuk memperluas usahanya, penyediaan jasa manajemen bagi UKM untuk diberikan pelatihan-pelatihan sehingga menjamin agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat dikelola secara memadai dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan termasuk kemampuan untuk meningkatkan standar operasi (manajemen, produksi, pasar) UKM dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Peningkatan omzet bagi pengusaha mikro menyebabkan peningkatkan ketahanan mikro ekonomi melalui pemberdayaan UKM hal tersebut akan mendukung ketahanan ekonomi nasional (makro). Sebab, pemberdayaan dan pengembangan UKM dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan kapasitas usaha dan pemberdayaan jiwa kewirausahaan masyarakat miskin. Dilihat dari ruang lingkupnya maka wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Fungsi mikro, peran wirausaha adalah sebagai innovator dan perencana serta mengkombinasikan sumbersumber yang ada kedalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakann nilai tambah dan usaha-usaha baru. Fungsi makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa sehingga menciptakan perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar.

Manajemen dan Kewirausahaan I. Pendahuluan

Tulisan ini hendak membahas tentang apa yang dimaksud dengan manajemen dan tentang kewirausahaan. Seperti yang kita ketahui perkembangan dunia semakin cepat dan banyak menimbulkan halhal yang baru. Manajemen sebagai salah satu ilmu sosial pasti akan turut mengalami perubahan seiring dengan perubahan ekonomi dunia. Begitu juga dengan kewirausahaan yang akhirnya menjadi sebuah ilmu yang diajarkan di banyak sekolah bisnis di belahan bumi ini. II. Tentang Manajemen Sejak akhir abad kesembilan belas, biasanya manajemen didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan. Walaupun kerangka kerja ini masih terus diteliti, pada umumnya masih bisa diterima. Jadi kita dapat mengatakan bahwa manajemen merupakan proses membuat perencanaan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran. Proses adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan. Kita merujuk pada manajemen sebagai suatu proses untuk menekankan bahwa semua manajer, tidak peduli bakat atau keterampilan tertentu mereka, terlibat dalam aktivitas yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang mereka inginkan. Secara singkat akan diuraikan keempat aktivitas manajemen yang utama tersebut dan bagaimana semuanya itu melibatkan hubungan dan waktu (Stoner, 1986). Merencanakan Merencanakan mengandung arti bahwa manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan serta tindakan mereka berdasarkan pada beberapa metode, rencana atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Disamping itu, rencana merupakan pedoman untuk: a. Organisasi memperoleh dan menggunakan sumber daya manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan. b. Anggota organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dengan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan. c. Memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan. Langkah pertama dalam merencanakan adalah memilih sasaran organisasi. Kemudian sasaran ditetapkan untuk setiap subunit organisasi, divisi, departemen, dan sebagainya. Setelah semuanya ditetapkan, program ditentukan untuk mencapai sasaran dengan cara yang sistematik. Tentu saja, dalam memilih tujuan dan program pengembangan, manajer puncak mempertimbangkan apakah semuanya layak dan dapat diterima oleh manajer organisasi berserta dengan semua karyawan. Hubungan dan waktu bersifat sentral dalam perencanaan. Perencanaan memberikan gambaran masa depan yang diinginkan dengan sumber daya yang ada sekarang, pengalaman dan sebagainya. Rencana yang dibuat oleh manajemen puncak demi tanggung jawab organisasi secara keseluruhan mungkin mencakup periode sampai lima aatau sepuluh tahun. 2. Mengorganisasikan Mengorganisasikan adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi. Sasaran yang berbeda memerlukan struktur yang berbeda pula. Sebuah organisasi yang bertujuan mengembangkan perangkat lunak misalnya, memerlukan struktur yang berbeda dari pabrik Blue Jeans. Menghasilkan produk standar seperti Blue Jeans memerlukan teknik perakitan yang efisien, sedangkan menghasilkan perangkat lunak perlu mengorganisasikan tim profesional seperti analis sistem dan Programmer. Walaupun para profesional ini harus berintraksi secara efektif, mereka tidak dapat di organisasikan seperti pekerja lini perakitan. Jadi, para manajer harus menyesuaikan struktur organisasi dengan sasaran dan sumber dayanya, sebuah proses yang disebut desain organisasi. Hubungan dan waktu adalah sentral untuk mengorganisasikan aktivitas. Pengorganisasian menghasilkan struktur dan hubungan dalam sebuah organisasi, dan lewat hubungan terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai. Aspek lain dari hubungan yang merupakan bagian dari pengorganisasian adalah mencari orang-orang baru untuk menggabungkan struktur hubungan. Upaya ini disebut mencari staf (staffing). 3. Memimpin Memimpin itu meliputi mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas yang penting. Hubungan dan waktu bersifat sentral untuk kegiatan memimpin. Sebenarnya, memimpin menyentuh hubungan manajer dengan setiap orang yang bekerja dengan mereka. Para

manajer memimpin untuk membujuk orang lain supaya mau bergabung dengan mereka dalam mengejar masa depan yang muncul dari langkah merencanakan dan mengorganisasikan. Dengan menciptakan yang tepat, manajer membantu para karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin. 4. Mengendalikan Akhirnya, manajer harus yakin tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi benar-benar menggerakkan organisasi ke arah sasaran yang telah dirumuskan. Ini adalah fungsi pengendalian manajemen, dan melibatkan berbagai elemen: a. Menetapkan standar prestasi kerja b. Mengukur prestasi saat ini c. Membandingkan prestasi ini dengan standar yang telah ditetapkan d. Mengambil tindakan korektif bila ada deviasi yang dideteksi Lewat fungsi pengendalian, manajer mempertahankan organisasi tetap pada jalurnya. Kini semakin banyak organisasi menetapkan cara baru untuk memasukkan mutu ke dalam fungsi pengendalian. Salah satu pendekatan populer adalah Total Quality Management (TQM). TQM memusatkan manajemen pada perbaikan terus menerus dalam semua operasi, fungsi, dan yang lebih penting dari semuanya itu adalah proses pekerjaan. Memenuhi kebutuhan pelanggan menjadi perhatian utama (Gaspersz, 1994). Hubungan dan waktu bersifat sentral untuk aktivitas mengendalikan. Seringkali manajer harus khawatir tentang mengendalikan adalah, dengan berlalunya waktu, hasil mengorganisasikan hubungan tidak selalu sesuai dengan yang direncanakan. Peran Manajerial Sekarang ini semakin banyak organisasi yang memandang bahwa banyak peran manajerial tidak harus sebatas manajer tradisional. Perubahan lingkungan yang menjadikan persaingan semakin sengit, perusahaan mencari berbagai cara untuk memperbaiki kualitas atau mutu. Seringkali ini berarti semua orang yang mempunyai peran sempit dan non manajerial diminta untuk memperluas cakupan aktivitasnya. Salah satu butir kunci tentang peran manajer adalah mereka harus amat luwes ketika harus berhadapan dengan hubungan manusia. Berbagai Tipe Manajer Kita menggunakan istilah manajer untuk mengartikan siapa pun yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keempat aktivitas utama dari manajemen dalam hubungan dengan waktu. Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah memandang bahwa manajer dapat berada di berbagai tingkat yang berbeda dan dengan perbedaan cakupan kegiatan organisasi. Setelah mengamati tingkat dan berbagai cakupan berbagai manajer, selanjutnya kita akan mencoba memahami perbedaaan keterampilan dan peran yang ditekankan dalam tipe manajer yang berbeda. Berbagai tingkat manajer : 1. Manajer Lini Pertama. Tingkat paling rendah dalam sebuah organisasi dimana orang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain disebut manajemen lini pertama atau tingkat pertama. Manajer lini pertama mengarahkan karyawan non manajemen, mereka tidak mengawasi manajer lain. Contoh dari manajer lini pertama adalah foreman atau supervisor produksi dalam pabrik , supervisor teknik dalam departemen penelitian. Dan supervisor klerek di kantor yang besar. 2. Manajer Menengah. Istilah manajer menengah dapat mencakup lebih dari satu tingkat dalam sebuah organisasi. Manajer menengah mengarahkan kegiatan manajer dari tingkat yang lebih rendah dan kadang-kadang karyawan operasional juga. Prinsip tanggung jawab manajer menengah adalah mengarahan aktivitas yang mengimplementasikan kebijakan organisasi dan menyeimbangkan permintaan dari manajer mereka dengan kapasitas karyawan. 3. Manajer Puncak. Terdiri dari kelompok yang relatif sedikit, manajer puncak bertanggung jawab untuk manajer keseluruhan dari sebuah organisasi. Orang-orang ini disebut eksekutif. Mereka menetapkan kebijakan operasional dan pedoman interaksi organisasi dengan lingkungan. Biasanya nama jabatan manajer puncak adalah chief executive officer, presiden dan wakil presiden. V. Tantangan Manajemen

Anda sedang mempelajari manajemen dalam suatu waktu dan tempat, dimana banyak orang memikirkan ulang apa sebenarnya manajemen itu. Pendorong dari re-evaluasi ini datang dari semakin cepatnya perubahan yang terjadi dalam organisasi maupun di dunia luas (Stoner, 1986) Perlunya memiliki visi Dunia semakin kecil. Teknologi telekomunikasi baru terus memperluas jangkauan dan mempercepat komunikasi kita. Lagi pula, wajah dunia berubah, baik oleh teknologi seperti rekayasa genetika, produksi otomatis di pabrik, laser dan chip komputer maupun oleh berubahnya batas politik serta aliansi. Suatu visi untuk hidup di dalam dan mengambil manfaat dari perubahan lingkungan ini penting bagi setiap manajer. Hampir sepanjang abad ini, misalnya, dianggap merupakan penyimpangan untuk membicarakan usaha patungan antara pabrik mobil Amerika dan Jepang. Perlunya etika Berbagai keputusan yang dibuat oleh manajer dalam organisasi mempunyai pengaruh yang luas di dalam maupun di luar organisasi. Jadi manajer harus memikirkan berbagai nilai dan etika. Kadang-kadang segala sesuatu menjadi serba salah dalam berbagai aktivitas organisasi. Penelitian mengenai siapa yang dan akan diuntungkan atau dirugikan oleh suatu tindakan disebut etika. Etika menyangkut konflik maupun peluang dalam hubungan manusia. Pertanyaan menyangkut etika termasuk paling sulit yang dihadapi oleh seseorang. Pertanyaan ini menyangkut benar dan salah dengan dampak dari keputusan seringkali besar. Etika merupakan lem yang menyatukan hubungan kita dan masyarakat yang lebih luas, menjadi satu. Penekanan kita pada hubungan manusia memberikan peluang untuk membawa etika dalam diskusi berulang kali. Perlunya memiliki kepekaan untuk menanggapi keanekaragaman budaya Gabungan dari pendidikan, perjalanan, telekomunikasi, kebijakan imigrasi yang berubah, akhir perang dingin dan beberapa dekade masa damai telah memecahkan hambatan antar budaya sampai sejauh yang belum pernah di lihat di masa lalu. Organisasi, merefleksikan kehidupan modern, telah merasuki perubahan ini. Hubungan baru yang menarik dan kemungkinan baru sekarang tersedia. Tentang Kewirausahaan Dalam studi mengenai kewirausahaan terdapat penggolongan dua kategori aktivitas kewirausahaan. Pertama, berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity). Kedua, kewirausahaan karena terpaksa, tidak ada alternatif lain untuk ke masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu (entrepreneur activity by necessity). Untuk negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Australia, Eropa, entrepreneur activity by opportunity prosentasenya lebih besar. Sedang di India dan negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya lebih besar prosentase entrepreneur activity by necessity. Inilah dua perbedaan kewirausahaan yang berkembang di dua situasi ekonomi atau konteks berkembangnya suatu masyarakat. Seharusnya yang harus dikembangkan oleh institusi pendidikan seperti sekolah ilmu ekonomi adalah jenis kewirausahaan yang pertama. Para siswa didorong untuk melihat ketertarikan usaha karena adanya sesuatu yang mempunyai nilai (opportunity). Entah nilai ekonomi, sosial, atau problem solving (Wilken, 1979). McClelland (1961: 207), mengemukakan Bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability (C), incentive (I), dan external environtment (E). Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability,C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environtment, E ). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Tentang semangat kewirausahaan di Jepang yang banyak melahirkan inovasi karena apa yang terjadi di Jepang, khususnya generasi mudanya sebenarnya banyak yang menyukai berwirausaha daripada menjadi salary-man. Model kewirausahaan yang diminati adalah jenis kewirausahaan yang berbasis pengetahuan

(knowledge), contohnya seperti yang terjadi di Science Park, Osaka. Anak-anak muda di sana banyak mempresentasikan teknologi tinggi. Misalnya mengembangkan jaringan komputer intranet tanpa menggunakan kabel sehingga menghasilkan kecepatan yang sangat tinggi. Desainnya dikerjakan oleh pemuda Jepang, sedangkan peralatannya dibeli di Taiwan dan Korea. Jadi mereka tidak memproduksi sendiri. Masalah produksinya, mereka lebih suka outsource. Inilah jenis aktivitas kewirausahaan di Jepang. Mirip Silicon Valley di Amerika, dimana banyak anak-anak muda terlibat di dalam berbagai penemuannya. Inovasi merupakan buah kewirausahaan. Sekarang ini sudah ada pergeseran dalam menghasilkan highly innovative products atau ideas, yang lebih merupakan hasil kerja tim, bukan perorangan karena kompleksnya teknologi yang dihadirkan itu. Dari sinilah muncul istilah entrepreneurial team. Untuk menghasilkan produk inovatif berteknologi tinggi, perlu menghadirkan kelompok-kelompok entrepreneurial-team. Sekian banyak keahlian harus disinergikan untuk menghasilkan terobosan inovasi yang bermanfaat. Pada tahap yang lebih kompleks lagi, pemimpin entrepreneurial-team ini akan lebih punya peran yang besar untuk menumbuhkan adanya lingkungan entrepreneur. Ini peran yang lebih penting daripada menghasilkan ide atau gagasan secara langsung. Indikator utama entrepreneur adalah adanya inovasi. Semua bidang memerlukan inovasi. Organisasi non komersial pun memerlukan adanya pemikiran-pemikiran inovatif, perlu terus pembaruan, maka muncul istilah socio-entrepreneur, disingkat socio-preneur, yang bergerak di bidang sosial seperti LSM atau NGO. Sedangkan kelompok yang tertarik mendalami pengembangan teknologi, disebut techno-preneur. Mereka basisnya adalah orang-orang berpendidikan S3 karena punya dasar kuat dalam riset. Ini merupakan hasil kerjasama antara dunia usaha dengan universitas atau riset institute. Kategori semacam ini disebut entrepreneur science based. Kewirausahaan di Indonesia Entrepreneurship di Indonesia, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama melakukan kewirausahaan sejati yang dibangun dengan dasar tata nilai yang tinggi. Kelompok kedua, melakukan kewirausahaan yang semu, karena berkembang berdasarkan pada koneksi, kemudahan, fasilitas dan sejenisnya. Contoh kewirausahaan sejati itu, seperti yang dilakukan oleh William Suryajaya. Beliau meskipun bangkrut, tapi masih bersemangat untuk melakukan usaha dengan kesadaran bahwa akan memberikan kontribusi penting bagi masyarakat, dan melakukannya secara bertanggungjawab. Banyak orang tetap ingin bekerjasama dengannya untuk pengembangan di bidang agrobisnis. William yang akrab dipanggil Om Willem, dilihat banyak pihak sebagai seorang yang mempunyai integritas. Para investor dari Eropa, Amerika, dan Asia, terutama Jepang, silih berganti menghubunginya ketika mereka mengetahui bahwa dirinya berminat mengembangkan usaha agrobisnis. Dia bersama-sama para petani, pengusaha nasional, dan investor asing, ingin membangun sektor agrobisnis agar Indonesia bisa segera mengakhiri krisis ekonomi ini pasca kerusuhan Mei 1998 yang lalu. Obsesi Om Willem untuk tumbuh dan berkembang bersama petani kecil itu telah terwujud lewat Astra Agro Niaga yang kemudian berganti nama menjadi Astra Agro Lestari. Kewirausahaan itu bukan sekedar modal, tapi lebih menyangkut adanya gagasan inovatif, semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, yang didukung integritas tinggi. Ini sebenarnya yang diharapkan dari seorang entrepreneur. Entrepreneur itu bukan untuk sekedar menghasilkan uang, tetapi menghasilkan sesuatu yang diperlukan masyarakat. Ia harus memikirkan, apa dan bagaimana supaya masyarakat menjadi lebih baik dari yang sekarang ini. Inilah kontribusi yang diharapkan dari seorang entrepreneur yang sejati. Mereka harus memiliki value atau tata nilai yang baik dalam melakukan pembaharuan. Lingkungan yang berubah perlu menghadirkan hal-hal yang baru dengan konteks yang baru, jika tidak berubah maka kita akan tenggelam. Contohnya boneka Barbie yang merajai pasar di Indonesia dan internasional. Ada banyak tokoh idola yang sebenarnya bisa dimiliki oleh masyarakat kita, atau khususnya dalam hal ini anak-anak, yaitu tokoh Rama dan Sinta misalnya yang punya nilai cerita bagus (nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiaan). Mengapa terjadi demikian? Karena tidak ada inovasi dan pengembangan. Sedangkan boneka Barbie tiap tahun ada edisi baru. Kontribusi suatu perusahaan dalam mengembangkan sesuatu yang baru punya dampak begitu besar terhadap kemampuan suatu masyarakat dan terhadap masyarakat lain. Menghadirkan tokoh idola untuk disenangi anak-anak di Indonesia telah didominasi oleh tokoh-tokoh asing seperti Superman, Batman, dan Spiderman.. Kita kalah bersaing dalam mengaktualisasi hal-hal yang

punya nilai dalam konteks yang baru. Kita kurang mampu melihat dimensi kewirausahaan yang melakukan pembaruan terus menerus. Inilah peran yang harus dilakukan oleh para entrepreneur kita. Upaya untuk melakukan pembaruan, inovasi terus menerus dimiliki oleh perusahaan-perusahan asing, sehingga produkproduk mereka membanjiri pasar Indonesia. Di bidang franchise (wara laba), dari sekitar 260 franchise yang ada di sini, hanya sedikit yang beroperasi dari Indonesia. Serbuan hal-hal baru ke Indonesia begitu besar karena daya franchise lokal belum mampu menghadirkan sesuatu yang baru. Inilah entrepereneurship yang dibutuhkan. "The spirit of Entrepreneurship itu bukan semangat untuk bisa cepat kaya. Entrepreneurship harus di dasari semangat untuk menghasilkan kontribusi yang memberikan solusi bagi masyarakat. Entrepreneurship di harapkan menjadi sesuatu yang dapat ditumbuhkan pada semua jenis kegiatan kemasyarakatan. Baik kegiatan di bidang ekonomi, pemerintahan, maupun sosial. Jika tidak Indonesia hanya akan menjadi obyek dari luar. Bangsa yang menjadi sasaran saja tanpa pernah menjadi pemain. Arti Kewirausahaan Fungsi yang spesifik untuk wirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal. Dan menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain. Beberapa orang wirausahawan menggunakan informasi yang biasanya tersedia untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Henry Ford, misalnya, tidak menemukan mobil dan juga teknik pembagian tugas, tetapi dia menerapkan pembagian tugas pada produksi mobil dengan cara baru, lini perakitan. Wirausahawan lain melihat peluang bisnis baru. Akio Morita, presiden Sony, raksasa barang elektronik dari Jepang, melihat bahwa produk dari perusahaannya dapat diadaptasikan untuk menciptakan produk baru, stereo pribadi walkman. Kewirausahaan berbeda dari manajemen. Kewirausahaan mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi proses produksi yang sudah berjalan. Kewirausahaan adalah fenomena yang terputus-putus, muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi dan kemudian hilang sampai muncul lagi untuk mengawali perubahan yang lain. Lebih penting dari semuanya, kewirausahaan berkaitan dengan perubahan. Kewirausahaan melihat perubahan sebagai suatu normal dan sehat. Kewirausahaan sekarang ini menjadi topik yang amat populer di antara mahasiswa manajemen dan ekonomi. Keadaannya tida selalu demikian. Sebelum tahun 1960, kebanyakan ahli ekonomi telah memahami pentingnya kewirausahaan, tetapi mereka cenderung mengabaikannya. Untuk memulai, perhatian pada waktu itu dicurahkan pada perusahaan yang besar yang sulit memahami fakta bahwa kebanyakan pekerja baru diciptakan oleh perusahaan baru yang lebih kecil. Lebih lanjut, fungsi wirausahawan adalah mengorganisasikan sumber daya produktif baru untuk memperluas pasokan. Manfaat kewirausahaan Kewirausahan mempunyai paling sedikit empat manfaat sosial. Kewirausahaan memperkuat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru, serta mengubah dan meremajakan persaingan pasar. 1. Pertumbuhan Ekonomi Salah satu alasan ahli ekonomi mulai memperhatikan perusahaan baru dan kecil adalah karena mereka tampaknya menyediakan pekerjaan baru dalam kehidupan perekonomian. Produktivitas Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan tenaga kerja dan input lain yang lebih sedikit naik dengan kecepatan yang lebih rendah di Amerika Serikat pada tahun 1970-an daripada yang terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an. Salah satu alasan perhatian yang lebih besar dalam kewirausahaan adalah tumbuhnya pengakuan dari perannya dalam meningktkan produktivitas. Teknologi, Produk dan Jasa Baru Konsekuensi lain dari asosiasi antara kewirausahaan dan perubahan adalah peran yang dimainkan wirausahawan dalam memajukan teknologi, produk dan jasa inovatif. Perubahan Pasar Pasar internasional juga menyediakan peluang kewirausahaan bagi perusahaan.

Karena wirausahawan mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi yang banyak kepada masyarakat, para peneliti mencoba menganalisi kepribadian, keterampilan dan sikap mereka, disamping kondisi yang memperkuat pengembangan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologi dan sosiologi merupakan karakteristik dari wirausahawan. Faktor-faktor psikologi : 1. Kebutuhan untuk berprestasi. Wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi. 2. Letak kendali. Ini adalah ide bahwa individu mengendalikan hidup mereka sendiri, bukan keberuntungan atau nasib. Wirausahawan dan manajer suka berpikir mereka menarik tali mereka sendiri. 3. Toleransi terhadap resiko. Wirausahawan yang bersedia mengambil resiko yang sedang tampaknya memperoleh hasil yang lebih besar dalam aset daripada wirausahawan yang tidak mau mengambil resiko atau mengambil resiko besar. 4. Toleransi terhadap keragu-raguan. Sampai batas tertentu, setiap manajer memerlukan ini, karena banyak keputusan harus dibuat dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak jelas. 5. Tingkah laku tipe A. Ini mengacu pada dorongan untuk melakukan lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit dan bila perlu, walaupun ditentang oleh orang lain. Faktor-faktor Sosiologi. Seringkali anggota kelompok minoritas merasa majikan melakukan diskriminasi terhadap mereka. Untuk berhasil dalam budaya perusahaan, beberapa minoritas merasa mereka harus menjual nyawa mereka dengan menyerahkan identitas ras, etnik atau seksual mereka. Frustasi ini membuat banyak minoritas ingin sekali ada lingkungan yang cocok dengan kebutuhan mereka dan membiarkan mereka bebas bertindak untuk berkreasi dan berkembang. Keinginan ini, ditambah dengan godaan kewirausahaan, membuat wirausahaan minoritas sekarang banyak dijumpai di dunia bisnis. Mengapa wirausahawan gagal? Alasan yang paling umum adalah kekurangan konsep yang layak. Masalah umum yang lain adalah kurangnya pengetahuan pasar. Kadang-kadang sulit menarik orang dengan informasi terbaik, karena mereka sudah mempunyai pekerjaan yang baik, terikat pada perusahaan yang sekarang, atau terlalu puas untuk merasakan kebutuhan melakukan pekerjaan yang benar-benar nomor wahid atau penting. Bahkan kekurangan keterampilan teknis dapat menjadi masalah. X.Hakikat Kewirausahaan Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan, akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Drucker, 1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing) bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnoe Soedjono, 1993; Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997). Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setip orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya. Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu: 1. kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994). 2. kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959). 3. kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmer, 1996). 4. kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997). 5. kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih. 6. kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

Dunia Maya dan KewirausahaanEra globalisasi bukanlah hal yang baru kita ketahui karena sekarang kita telah merasakannya di segala bidang kehidupan. Salah satunya di bidang perdagangan. Sebagaimana kita ketahui dengan adanya globalisasi membuat semua orang ingin melakukan transakasi dengan cepat dan mudah, terlebih lagi untuk transaksi yang dilakukan dengan orang diluar negeri. Hal ini merupakan tantangan bagi perusahaan sehingga perusahaan harus sebisa mungkin menggunakan teknologi yang dimilikinya untuk memuaskan keinginan konsumennya. Dengan adanya E-commerce yang berkembang dewasa ini, perusahaan dapat memenuhi keinginan konsumen tersebut. Transaksi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah tanpa harus bertemu muka dengan muka, sehingga jarak tidak lagi menjadi penghalang. Hal ini sangat membantu namun ada beberapa masalah khususnya bagi Negara berkembang contohnya Indonesia yang belum memiliki hukum yang mengatur tentang hal ini. Menurut kami ecommerce sangat penting, sehingga harus ada hukum yang mengatur agar transaksi tersebut dapat dijalankan di Indonesia. Menurut Roy Suryo (dalam Bambang, 2000) Hubungan bisnis e-commerce tidak bisa begitu saja dilepas tanpa adanya rambu-rambu hukum. Perlu pengaturan hukum, misalnya soal kemungkinan hacker yang dapat membobol kartu kredit seseorang tanpa diketahui si pemilik sahnya. Hal ini dikarenakan tidak tertutup kemungkinan hacker bertindak sebagai pelaku tindak kriminal yang tidak terjangkau hukum karena belum adanya perangkat hukum yang mengaturnya. Di sini kami akan membahas mengenai pentingnya penerapan hukum e-commerce dan bagaimana risiko yang akan ditanggung bila tidak ada hukum yang mengatur tentang ecommerce. Alasan kami membahas hal ini yaitu karena Indonesia dinilai lemah dalam mengatur aspek landasan hukum di bidang virtual enterprises atau yang kerap dikenal sebagai bisnis di sektor e-commerce atau e-business (Bambang, 2000). Untuk itu, sudah waktunya pemerintah menyiapkan sebuah perangkat hukum undang-undang yang mengatur cyberlaw ini sebagai langkah menyiapkan era pasar bebas di masa depan Pengertian

Menurut Purbo, 2001 E-commerce merupakan cakupan yang luas mengenai teknologi, proses dan praktek yang dapat melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas sebagai sarana mekanisme transaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui email, Electronic Data Interchange (EDI), atau bisa juga melalui World Wide Web. E-commerce juga meliputi transaksi di dalam dan di antara sektor bisnis yang khusus (private) dan umum (public), serta sistem yang melibatkan komunitas dalam negeri maupun internasional. Menurut Mardiyanto M.S Electronic Commerce (E-commerce) adalah suatu contoh produk dari kemajuan Teknologi Informasi, dimana transaksi bisnis tidak lagi dilakukan secara konvensional, yang mengharuskan pembeli berinteraksi langsung dengan penjual (secara fisik) atau adanya keharusan menggunakan uang tunai (cash). Tetapi penjual diwakili oleh suatu sistem yang melayani pembeli secara online dengan media jaringan komputer. Dalam melakukan transaksi, pembeli berhadapan dan berkomunikasi dengan sistem yang mewakili penjual Dengan e-commerce, transaksi barang atau jasa menjadi lebih praktis karena transaksi ini tidak lagi memerlukan kertas dan pena, serta tidak perlu lagi kontak face-to-face. Aspek pendukung E-commerce.

Guna menjalankan bisnis elektronis, dibutuhkan aspek-aspek pendukung yang tidak persis sama dengan bisnis konvensional, oleh karena pembeli tidak secara langsung berinteraksi dengan penjual. Beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan adalah (menurut Mardiyanto M.S): A. Aspek Hukum (Legal): Hukum yang mengatur proses bisnis pada Ecommerce untuk melindungi hak pembeli dan perusahaan penjual, misalnya untuk menyatakan bahwa suatu transaksi dinyatakan sah atau tidak. B. Aspek Etika Bisnis Elektronis: Kode etik yang harus ditaati oleh perusahaan dalam kaitan

dengan hubungan antar perusahaan elektronis ataupun antara perusahaan dengan pelanggan (misalnya tentang kerahasiaan identitas pelanggan). C. Aspek Teknologi: yang berkaitan dengan teknologi pendukung E-commerce, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software) yang handal (reliable) dan aman (secure) seperti : Situs WEB, jaringan komunikasi data (jaringan komputer), protokol komunikasi data dan antarmuka pemakai (user interface). D. Aspek Ekonomi Global: untuk digunakan sebagai landasan yang berlaku universal di semua negara bagi para pelaku E-commerce. Sejarah Awal perdagangan digital atau E-commerce ditandai dengan berdirinya sejumlah perusahaan elektronis (E-company). Perusahaan elektronis ini tidak membutuhkan etalase untuk memajang dagangannya, tetapi cukup menayangkan gambar dan spesifikasi produk/barang dagangannya secara online melalui layar komputer yang terhubung ke Internet. Dengan cara tersebut pembeli dapat memilih barang yang akan dibelinya dan menyimpannya pada keranjang belanja maya, kemudian membayar secara elektronis dengan memberikan otorisasi pembayaran kartu kredit. Untuk menjamin keamanan transaksi, sejumlah prosedur otentikasi (authentication) dapat dilakukan oleh pembeli. Hal ini juga berguna untuk menghindari pemalsuan jati diri pembeli oleh orang yang tidak berhak. Selanjutnya barang yang dibeli akan dikirim ke alamat pembeli dengan bantuan jasa ekspedisi (freight forwarder) atau melalui pos. Salah satu perusahaan elektronis yang merintis E-commerce adalah Amazon.com yang didirikan pada tahun 1994, oleh Jeff Bezos, seorang sarjana Ilmu Komputer. Dalam kurun waktu lima tahun, Amazon.com telah tumbuh pesat dan memperluas bidang bisnisnya dengan mengakuisisi beberapa Ecompany saingannya, antara lain: Drugstore.com, HomeGrocer.com, dan Gear.com. Jumlah pelanggan Amazon.com diperkirakan telah mencapai 12 juta E-shopper, dengan jumlah barang yang dijual sekitar 19 juta item barang. Perusahaan elektronis lainnya yang bergerak di bidang perdagangan sejenis adalah AOL (America Online), yang belum lama ini melakukan merger dengan perusahaan Time Warner. Perkembangan E-commerce secara global.

Dengan meningkatnya persaingan di dunia bisnis maka telah banyak pula perusahaan yang mulai melirik transaksi melalui internet (e-commerce). Hal ini memacu perkembangan E-commerce secara spektakuler. Newsweek ( Pikiran Rakyat.com, 2003) menyebutkan business to business (B2B) E-commerce meningkat dari 200 miliar dolar AS pada tahun 2000 menjadi 1.200 miliar dolar AS pada tahun 2003, yang artinya meningkat 6 kali lipat dalam waktu 3 tahun. Selain itu perkembangan transaksi bisnis melalui e-commerce pada tahun 2003 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bahkan bisnis jasa ini diperkirakan akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Perkembangan E-commerce Indonesia.

Menurut Saragih Barita. 2000 di Indonesia, statistik menunjukkan bahwa transaksi e-commerce semakin meningkat bahkan dapat dikatakan sudah menjadi kebutuhan. Sampai tahun 2000 ini, pengguna jasa internet service provider (ISP) diperkirakan tumbuh sampai 400 persen dengan jumlah 1,5 juta orang. Namun menurut Teddy Sukardi ( dalam Bisnis.com, 2003 ) perkembangan e-commerce di Indonesia masih terbatas pada skala kecil. Padahal, secara teknis sebenarnya sudah siap mengadopsi teknologi tersebut. Menurut Bambang, 2000 terbatasnya perkembangan itu disebabkan pelaku bisnis masih sulit melakukan transaksi dan pembayaran secara elektronik dengan aman. Bisnis e-commerce di Indonesia dinilai memiliki risiko bisnis cukup tinggi, karena belum adanya UU bidang teknologi informasi (cyber law). Akibatnya, penggunaan e-commerce saat ini baru pada level dua yakni komunikasi melalui e-mail dan menyajikan informasi produk di web. Padahal seperti yang kita ketahui e-commerce banyak memberikan keuntungan. Menurut Purbo, 2001 keuntungan - keuntungan yang dapat diambil dengan adanya e-commerce antara lain : Revenue stream (aliran pendapatan) baru mungkin lebih menjanjikan, yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar)

Menurunkan biaya operasional (operating cost) Melebarkan jangkauan (global reach) Meningkatkan customer loyalty Meningkatkan supplier management Memperpendek waktu produksi Meningkatkan value chain (mata rantai pandapatan). Meskipun e-commerce merupakan sistem yang menguntungkan karena dapat mengurangi biaya transaksi bisnis dan dapat memperbaiki kualitas pelayanan kepada pelanggan, namun pemanfaatan e-commerce juga dapat menimbulkan risiko antara lain: - Kehilangan segi financial secara langsung karena kecurangan. Misalnya seorang penipu yang berasal dari dalam atau dari luar mentrasfer sejumlah uang dari rekening yang satu ke rekening yang lainnya, atau dia menghancurkan/mengganti semua data financial yang ada. - Pencurian informasi rahasia yang berharga. Padanya banyak organisasi atau lembaga-lembaga yang menyimpan data rahasia yang sangat penting bagi kelangsunag hidup mereka. Misalnya kepemilikan teknologi atau informasi pemasaran maupun informasi yang berhubungan dengan kepentingan konsumen atau client mereka. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Bergantung pada pelayanan elektronik dapat mengakibatkan gangguan selama periode waktu yang tidak dapat diperkirakan. Kesalahan ini bersifat kesalahan yang nonteknis, seperti aliran listrik tiba-tiba padam, atau jenis-jenis gangguan tak terduga lainnya. Gangguan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Pihak luar mendapatkan akses yang sebenarnya bukan menjadi haknya dan dia gunakan hal itu untuk kepentingan pribadi. Misalanya seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan, setelah itu dengan seenaknya sendiri dia memindahkan sejumlah rekening orang ke dalam rekeningnya sendiri. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Kepercayan konsumen terhadap sebuah perusahaan/lembaga/institusi tertentu dapat hilang karena berbagai macam factor, seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut, dan bisa juga karena kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh perusahaan itu yang mengakibatkan kepercayan konsumen hilang. Kerugian-kerugian yang tidak terduga. Gangguan terhadap transaksi bisnis, yang disebabkan oleh gangguan dari luar yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahna factor manusia (human error), atau kesalahan sistem elektronik, mengakibatkan kerugaian transakasi bisnis yang tidak bisa dihindari terutama dari segi financial. Sebagai contoh, konfirmasi sebuah transakasi tidak diterima dengan baik sebagaimana mestinya. Kehilangan kesempatan bisnis, hilangnya kredibilitas dan reputasi, dan kerugian biaya yang besar merupakan risiko yang sewaktu-waktu bisa terjadi, namun kita harus siap untuk mengatasi dan mangantisipasinya. Hukum Indonesia & e-commerce Praktik bisnis e-commerce mengandung risiko bisnis dan ketidakpastian yang sangat tinggi dan untuk memperkecil ketidakpastian itu, perlu adanya aturan yang mengatur transaksi bisnis canggih ini. Tetapi di Indonesia belum ada hukum yang mengatur kegiatan bisnis ini. Mulya Lubis (dalam Bambang 2000) mempertanyakan bagaimana status hukum saham yang diperdagangkan melalui fasilitas Internet, yang meniadakan bentuk surat saham secara fisik. Juga mengenai dokumen berharga seperti bond (obligasi) yang scriptless (tanpa warkat) yang perlu dilihat secara saksama aspek hukumnya, jika dimainkan secara ecommerce. Undang-undang nasional yang ada seperti UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU Nomor 36/199 tentang Telekomunikasi, tidak mengatur soal ini. Sehingga ancaman kejahatan transaksi bisnis di dunia maya di Indonesia masih sangat besar dan terbuka lebar. Selain itu Perundang-undangan yang ada seperti hukum kontrak (KUHPerdata) dan hukum dagang (KUHD) tidak lagi memadai untuk mengatur aktivitas-aktivitas internet, termasuk e-commerce. Untuk itu diperlukan adanya legislasi demi adanya kepastian hukum.

Masalah-masalah hukum yang dapat muncul di bidang hukum kontrak dan dagang sehubungan dengan transaksi elektronik ini, seperti kapan saat sebuah kontrak ditutup (tijdstip van sluiting van het contract), keabsahan dokumen dan catatan elektronik tanpa tanda tangan, serta apakah obyek transaksi selain barang bergerak dan/atau jasa bisa juga mengenai barang tidak bergerak dan hak atas kekayaan intelektual seperti paten, merek dan hak cipta. Masalah hukum lain adalah bagaimana peralihan hak (levering atau transfer of title) dilaksanakan, tuntutan hukum sehubungan dengan adanya wanprestasi/cedera janji (misalnya pembayaran dalam ecommerce dilakukan dengan kartu kredit curian atau barang yang diperjanjikan tidak sebagaimana yang dimaksudkan). Pertanggungjawaban dari network service provider selaku perantara (aansprakelijkheid van tussenpersonen) serta hukum dan forum pengadilan mana yang berwenang dalam penyelesaian kasus-kasus yang timbul, juga perlu diatur. Beberapa negara seperti di Amerika Serikat, sudah ada Uniform Computer Information Transactions Act dan Uniform Electronic Transactions Act. Demikian juga Negeri Belanda telah mengatur e-commerce dengan apa yang disebut de Code of Conduct voor Elecktronisch Zakendoen. Singapura telah memiliki Electronic Transaction Act dan the National Computer Board Act. Di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), badan dunia ini juga telah mengeluarkan UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. Masyarakat Eropa (melalui Parlemen dan Dewan Uni Eropa) telah pula menerbitkan Richtlijn (garis arahan) bagi negara-negara anggota dalam mengatasi persoalan mengenai kapan sebuah kontrak dalam ecommerce secara hukum mengikat. (Saragih, 2000). Belum adanya hukum yang mengatur Ecommerce di Indonesia menyebabkan ruang untuk melakukan kejahatan bagi orang orang yang tidak bertanggungjawab semakin besar. Kejahatan melalui internet ini seperti pornografi, perjudian, pengintaian, prostitusi, dll semakin meningkat dan semuanya ini dapat merusak moral bangsa. Selain itu perusahaan domestik dan asing akan berfikir dua kali untuk memperdagangkan produknya lewat internet karena adanya ketidakpastian hukum. Para penjahat bisa saja menipu perusahaan sehingga mereka ataupun pihak lain mendapatkan kerugian. Selain itu hal ini akan memundurkan E-commerce di Indonesia padahal hal ini sangat menguntungkan bagi semua pihak. Menurut Abdul (dlm Bambang, 2000) Selama belum ada aturan hukum yang mengatur bisnis di lapangan, maka sebaiknya para pelaku mengikuti hukum kebiasaan yang ada selama ini. Diharapkan walaupun belum ada aturan hukumnya, para pelaku tetaplah memakai konvensi atau kebiasaan berbisnis yang menjunjung tinggi itikad baik, asas kepatutan, dan berkeadilan. Dalam pengaturan hukum e-commerce di Indonesia jangan disandarkan pada nilai-nilai hukum yang tradisional. Diharapkan jangan sampai ada kesan pemaksaan penggunaan landasan hukum tradisional untuk praktik bisnis e-commerce ini. Menurut Heru S (dlm Bambang, 2000) perkembangan yang pesat di sektor e-commerce di negara tetangga seharusnya memacu pemikiran untuk mengembangkan hukum pidana dan hukum dagang nasional yang dikaitkan dengan perkembangan fenomena bisnis di alam maya ini. Mengingat E-commerce sangat membantu para pelaku bisnis didalam melakukan transaksi bisnisnya, dan juga dapat menjadi lahan pemasukan bagi pemerintah serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, maka sangat diharapkan pemerintah dapat dengan serius memikirkan hal ini untuk kemudian membuat peraturan yang mengatur tentang E-commerce demi keamanan bertransaksi. Agar perusahaanperusahaan Indonesia dapat mengikuti perkembangan globalisasi dan dapat tetap bertahan dalam persaingan global.

ETIKA DALAM PERIKLANAN I. Pengertian Iklan dan Model Penyampaian iklan Iklan merupakan salah satu salah cara penyampaian pesan kepada konsumen untuk mengenalakan suatu produk yang berada di pasar. Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegitan bisnis ( Keraf, 1998 ) Berikut beberapa proses yang menyebabkan mengapa iklan mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk: Model Komunikasi Pemasaran Didalam proses model komuniksai pemasaran ini menjelaskan bagaimana proses komunikasi berjalan hingga sampai dalam perilaku konsumen. Proses komunikasi bermula dari strategi pemasaran yang ingin menyampaikan suatu pesan agar suatu produk dapat dikenal oleh konsumen atau masyarakat luas. Kemudian dari ide yang telah ada marketing atau bagian pemasaran memilih agency iklan yang sesuai sehingga suatu iklan siap disajikan, dilihat, didengar diberbagai media seperti radio, televisi, majalah, dls. Dari pennjajian iklan dari berbagai media tersebut konsumen dapat merespon suatu produk. Contoh dari respon konsumen adalah membeli produk yang ditawarkan melalui iklan tersebut. Berikut gambar model komunikasi pemasaran: Umpan Balik Sumber Pemasaran encoding egancy iklan Tentang Pemasaran tranmisi decoding tindakan

radio respon & perilaku TV interprestasi konsumen majalah oleh Surat kabar penerima Brosur Gambar 1 : Model Komunikasi Pemasaran Sumber: Spencer, (1998 : 95) Proses Pengambilan Keputusan Hal lain yang perlu diperhatikan dalam etika dalam periklanan adalah proses penganbilan keputusan. Proses pengambilan keputusan dibutuhkan saat kita ingin memiliki produk yang telah ditawarkan dalam iklan maupun pada saat kita ingin memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Tahap pertama tersebut berawal dari kebutuhan dan keinginan, kemudian mencari informasi dari berbagai media atau beberapa brosur-brosur, dls. Setelah mencari informasi kita mengevaluasi dan memilih salah satu untuk dijadikan keputusan pembelian. Tahap terakhir yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi suatu produk yang telah beli, contohnya seperti penilaian positif atau negatif terhadap suatu produk tersebut atau pelayanan yang disrasakan pada saat membeli produk tersebut. ( Kotler, 1998 : 101 ) Berikut gambar proses pengambilan keputusan:

Kebutuhan dan keinginan Pencarian informasi

Evaluasi berbagai alat merk Pilihan atas merk untuk beli Evaluasi pasca pembelian Gambar 2 Proses Pengambilan Keputusan Sumber: Kotler, (1998 : 102) AIDA (Tahap-tahap seseorang membeli produk) Dalam pembelian produk seseorang melalui berbagai tahap. Tahap-tahap tersebut bisa dikenal dengan AIDA. Tahap awal seseorang mengetahui suatu produk baru yang asing bagi dirinya, sehingga dalam tahap selanjutnya seseorang tertarik dan menginginkan produk tersebut untuk dimiliki, maka sesorang membeli produk tersebut .( Spencer, 1998 : 112 ) Berikut gambar AIDA : Attention Interest Desire Action mengetahui produk baru tertarik menginginkan produk tersebut membeli produk Gambar 3 AIDA Sumber : Spencer (1998 : 107) Model Proses Komunikasi Sender encoding massage Media Noise Fead back response decoding recieve

Gambar 4 Model Proses komunikasi Sumber : Spencer (1998 : 109) Dari berbagai proses dan bagan yang telah kami gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan seseorang dalam pembeliaan produk berbeda-beda. Hal ini disebabkan dari cara bagaimana konsumen menerima atau meresspon sebuah pesan melalui iklan yang telah disampaikan tersebut. Melalui iklan tersebut wajar apabila konsumen menimbulkan tindakan positif, netaral atau bahkan negatif. Yang dimaksud dari tindakan tersebut adalah:

Positif Netral Negatif

yakin terhadap iklan yang disampaikan kemudian membeli produk. bingung terhadap suatu iklan tersebut (terserah) tidak merespon ikln tersebut (melarang untuk membeli)

II. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam Pembelian Produk Disamping iklan, konsumen juga dipengaruhi oleh adanya faktor intenal dan eksternal. Bagaimana faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi proses pembeliaan produk, dijelaskan dengan gambar seperti berikut,

(Kotler,1997 : 109) Aspek internal aktivitas Aspek eksternal (cognitive, afektive, psikomotorik) Aspek internal, antara lain: o budaya o kelompok o group o keluarga o aspek lain Aspek eksternal, antara lain: motivasi proses belajar persepsi konsep diri pengalaman Lebih dari itu, iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen. Dengan ini iklan berfungsi mendekatkan konsumen kepada produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Untuk itu konsumen atau masyarakat perlu mengetahui apa yang menjadi produk dari suatu perusahaan. Dengan katalain, pada hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat dijual kepada konsumen. III. Persoalan Iklan dari Segi Etika Bisnis Untuk melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis, kami ingin menyoroti empat hal penting, yaitu: Fungsi iklan. Beberapa persoalan etis sehubungan dengan iklan. Arti etis dari menipu dalam iklan. Kebebasan konsumen. Keempat hal penting tersebut akan kami bahas satu persatu berikut penjelasannya. 1) Fungsi iklan Pada umumnya, kita menemukan dua pandangan berbeda mengenai fungsi iklan. Keduanya menampilkan dua model klan yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu iklan sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pendapat umum. Iklan sebagai pemberi informasi Iklan sebagai sumber informasi, maksudnya adalah dari berbagai informasi yang diperoleh dari sebuah iklan konsumen mampu mengambil keputusan dalam membeli suatu yang ditawarkan dari informasi yang telah didapat tersebut. Iklan sebagai pembentuk pendapat umum iklan dilihat sebagai suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umu masyarakat tentang sebuah produk, dengan demikian iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain fungsi iklan adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu. Beberapa persolan etis Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, beberapa persoalan etis tersebut adalah sebagai berikut: o Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. o Iklan menciptakan kebutuhan manusia modern menjadi konsumtif secara ekonomis hal ini baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat memacu produktivitas kerja manusia hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus bertambah dan meluas. Namun, dipihak lain muncul

masyarakat konsumtif dimana banyak dari pada yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan benar-benar kebutuhan. o Iklan membentuk manusia modern. manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum memiliki barang yang sebagaimana ditawarkan dalam iklan. o Iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. iklan yang menampilkan yang serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial dimana banyak anggota masyarakat masih berjuang untuk sekedar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin. Secara nyata beberapa persoalan etis ini benar-benar ada. Namun hal ini dapat dijadikan hal untuk pertimbangan dalam hal pembuatan iklan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan iklan adalah: Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud untuk memperdaya konsumen. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan manusia. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, khususnya secara kasar dan terang terangan. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas, seperti: tindak kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia, dsb. 3) o Makna etis menipu dalam iklan. Berikut beberapa makna etika dalam periklanan : ( Keraf, 1998 : 107 ) Etika dalam targeting praktek targeting dan usaha komunikasi kepada segmen yang rentan terhadap komunikasi pemasaran seperti anak-anak. Contoh: Iklan rokok ditujukan untuk anak-anak Etika periklanan dianggap tidak jujur dan menipu Minuman cap kaki tiga tidak sesuai dengan komposisinya Etika iklan bersifat manipulasi karena berlebihan jadi tidak sesuai Etika bersifat ofensif dan berselera buruk Pada saat makan sambil nonton TV ada iklan diapet. Etika iklan menciptakan stereotip Lansia sudah tidak dapat memahami iklan. Ex : iklan Ajinomoto Ex : memberi penjelasan kepada konsumen secara rinci. Ex : Kemasan yang jelas dan sesuai Ex : Beli susu bertuliskan mendapat hadiah, ternyata tidak mendapat hadiah

o o o o

Etika dalam hubungan masyarakat Etika dalam Personal Selling Etika dalam kemasan Etika dalam promosi penjualan

4)

Kebebasan Konsumen Setelah kita melihat fungsi iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu dalam iklan, ada baiknya kita kita singgung sedikit masalah peran iklan dalam ekonomi, khususnya pasar. Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan hubungan antara produsen dan konsumen. Secara lebih konkrit, iklan menentukan juga hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar. Dari keempat persoalan etis dalam etika bisnis yang telah dibahas diatas, secara keseluruhan dapat disimpulkan beberapa kelemahan dan keunggulan dalam periklanan. Keunggulan dan kelemahan periklanan adalah sebagai berikut: Kekuatan atau keunggulan periklanan : Kreatif, alur cerita bagus dan dapat dipahami Produk apapun, produknya pasti dan menarik

Pesan kompleks, singkat dan jelas Pilih media, televise

Kelemahan dalam periklanan: o Anggaran yang cenderung mahal o Tergantung dari kreativitas manusia o Tergantung dalam situasi tertentu. IV. Media Iklan Pesan iklan akan sampai ke konsumen dengan iklan dengan keunggulan dan kelemahannya: ( Spencer, 1998 ) Media iklan Keunggulan Televisi (TV) Informasi bisa dilihat dan didengar. Menarik ditonton Perhatian tinggi Surat Kabar menggunakan beberapa media, berikut beberapa media Kelemahan Biaya tinggi Pemaparan cepat Audiens kurang seleksi daya

Radio

Jangkauan luas Mampu menangkap pasar Umur informasi pendek local Jangkauan luas Sedikit audiens Gambar tidak menarik Selektivitas geografi dan Audiens hanya mendengar demografi Biaya rendah Perhatian rendah

V. Contoh Iklan dan Analisis Etisnya Berikut kami berikan contoh iklan dan analisis etisnya: Indonesia termasuk salah satu negara yang perkembangan periklanannya patut diperhitungkan di Asia, bahkan dunia. Pada tahun 2006 nanti telah diprediksi bahwa anggaran periklanan Indonesia bakal berada pada urutan ke 13 d dunia. Bahkan anggaran belanja Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 3,26 miliar dollar AS.( Sutedjo, 2005) Angka belanja iklan sebesar ini tentu mengagumkan dan membanggakan. Hal ini tidak mengherankan mengingat pertumbuhan anggaran periklanan Indonesia yang luar biasa. Itu artinya, kontribusi Indonesia untuk Asia Pasifik patut diperhitungkan. Di Asia saja, Indonesia mendapat urutan ke-4 setelah Jepang, Cina dan Korea Selatan. Tren media saat ini menurut Henry Saputra, Managing Director Zenith Optimedia adalah pendekatan holistik. Dahulu, kita hanya beriklan melalui media yang lazim seperti media massa, televisi, radio. Sementara saat ini semua media medium seperti telepon, pager, PDA, kalender, direct mail, e-mail, website, phoneordering, ATM, dll sudah terkoneksi dan dapat digunakan sebagai iklan. Hal inilah yang menyebabkan media massa menurun tingkat pertumbuhannya dibanding dengan media lainnya meskipun porsinya tetap besar, tapi dari tahun ke tahun semakin kecil. Media-media ini akan memiliki jangkauan yang tinggi termasuk digital TV yang mulai dirintis 2005 ini. Sebaliknya media konvensional seperti analog TV dan media setak akan bergeser ke jangkauan yang lebih rendah. Bila dulu pendekatan komunikasi merupakan solusi pemasaran, kini pendekatan komunikasi merupakan sebuah solusi bisnis. Oleh karena itu, bukanlah suatu yang aneh bila terlihat klien dan agensi duduk bersama sebagai partner komunikasi untuk membicarakan solusi bisnis, bukan lagi membicarakan solusi periklanan atau solusi pemasaran. Hal inilah yang 3 5 tahun terakhir timbul akuisisi dan merger untuk memenuhi kebutuhan klien akan multidisiplin komunikasi. Untuk menyelesaikan solusi bisnis, tidak bisa hanya menyelesaikan iklan namun juga harus bisa menyelesaikan komunikasi e-mail, direct-mail, dan segala macam kebutuhan komunikasi lain. Adanya kebutuhan ini membuat agensi-agensi global yang besar mulai melakukan akuisisi agar mampu melayani

keinginan klien. Oleh karena itu di tingkat global, one stop shopping ada pada kelompok usaha ( grup ). Saat ini, bisnis periklanan di dominasi oleh 4 kelompok akuisisi, yaitu Omnicom, WPP, Publicis Groupe, IPG. Tren bisnis yang akan datang, untuk perusahaan komunikasi atau periklanan, pendapatan di below-theline diprediksi akan lebih besar daripada above-the-line. Hal ini terjadi karena klien mulai mengalihkan dana kampanye ke below-the-line dengan alasan bisa langsung melihat hasilnya. Di Indonesia, ratio anggaran antara BTL dengan ATL masing-masing 50 %. Namun berbagai perusahaan besar saat ini mulai mengurangi porsi ATL dan mengalihkannya ke BTL. Hal ini dikarenakan 5 tahun mendatang Indonesia porsi ATL akan menciut menjadi 30% - 40%, sedangkan porsi untuk BTL meningkat menjadi 60% - 70%. Tren bisnis lain yang akan terjadi adalah media specialist akan berperan sebagai communications advisor. Artinya, media specialist memberikan masukan kepada klien mengenai apa saja yang diperlukan oleh klien berikut analisis dan alasan-alasannya. Jadi, media specialist sudah mengambil alih peran advertising agency pada umumnya. Media specialist sudah bisa menjawab keraguan akan efektifitas dan bahkan mereka memiliki media tools dan software yang canggih untuk mengukur keberhasilan media. VI. Dampak Periklanan Dengan tren perkembangan seperti 5 tahun terakhir ini, yaitu rata-rata 30 % per tahun, maka Indonesia akan memposisikan dalam 5 besar di kawasan Asia Pasifik. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan 13 di dunia. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja harus ditunjang oleh kestabilan politik yang terpelihara dan perkembangan perekonomian Indonesia yang positif. Khusus untuk Indonesia yang perkembangan infrastrukturnya rendah, televisi akan tetap mendominasi media periklanan paling tidak hingga tahun 2010. Oleh karena itu, media lain seperti internet, mobile-phone, email, direct-mail, nilai anggarannya masih tetap rendah. Dampak lain yang mungkin timbul terhadap bisnis periklanan adalah akan banyaknya konsolidasi media kepada media specialist. Selain itu, telah diprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang kegiatan below-the-line khususnya field-marketing, sales promotion, dan trade promotion, akan meningkat pesat. Oleh karena itu, ada baiknya jika agensi bersiap-siap melakukan aliansi strategik sebagai solusinya.

KREATIFITAS DAN INOVASI There is no doubt that creativity is the most important human resource of all. Without creativity, there would be no progress, and we would be forever repeating the same patterns (Edward De Bono) Wirausahawan menurut acuan teknologi adalah seseorang terpilih/khusus yang mempunyai kemampuan untuk menjual atau memasarkan ide kepada orang lain. A. Ambang Teknologi

H a r g a

Pengetahuan yang dimiliki

Kesenjangan

Pengetahuan konsumen

Kesenjangan Teknologi

B. Memahami Kreatifitas : Kreatifitas merupakan istilah yang secara bergantian sering disebut berpikir kreatif. Kreatifitas merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pendidikan atau pelatihan (Suharnan, 2000:5). Merujuk beberapa literature, definisi yang diajukan oleh para pakar dikategorikan menjadi dua macam, yaitu berorientasi pada proses atau kemampuan, dan berorientasi pada hasil karya. 1. Kemampuan menemukan hubungan baru 2. Kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang baru 3. Kemampuan membentuk kombinasi baru Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui (Suciati?): 1. Pengembangan daya visi, membayangkan apa yang terjadi di masa depan Kreativitas Individu (Steiner) 1. Mampu menghasilkan sejumlah gagasan dengan cepat 2. Menghasilkan gagasan yang tidak biasa dengan cepat. 3. Dimotivasi oleh ketertarikan pada masalah 4. Menghabiskan lebih banyak waktu dalam analisis, penjelajahan dan penyelidikan. 5. Pandangan hdup relativisme 6. Mengikuti dorongan hati.bermain dan penyelidikan bebas. 7. Kaya fantasi dan aneh, unggul dalam orientasi terhadap realitas dan pengendalian. Sumber Kreativitas : 1. Wawasan 2. Pengetahuan Imajinasi 3. Logika 4. Intuisi kejadian-kejadian kebetulan

5. Evaluasi lingkungan 6. Rangsangan eksternal Elemen Kreativitas : 1. Sensitivitas : kemampuan mengetahui adanya persoalan, menyisihkan detail dan fakta yang menyesatkan. 2. Sinergi : Kemampuan menemukan totalitas system dengan memadukan elemen-elemennya 3. Serendivitas : Kemampuan menangkap esensi dari suatu kejadian yang terjadi secara kebetulan Sikap Mental/Psikologis Kreativitas : 1. Daya ingat cukup banyak informasi yang dimiliki 2. Kefasihan mudah menghasilkan gagasan 3. Fleksibilitas mampu menghasilkan gagasan yang berlainan 4. Originalitas gagasan/cara berpikir yang unik 5. Disiplin dan keteguhan kerja keras dan tidak mudah goyah 6. Adaptabilitas terbuka terhadap pengalaman baru 7. Penjelajahan intelektual suka mendalami suatu ide 8. Non Konformitas hasrat untuk lain dari pada yang lain 9. Toleransi terhadap ketidakpastian stimulant kreativitas adalah tidak ada yang pasti 10. Skeptisme meragukan gagasan-gagasan yang telah diterima 11. Percaya diri keyakinan akan nilai dari pekerjaannya 12. Intelejensia kecerdasan di atas rata-rata 13. Humor dapat melihat sesuatu dari sisi yang tidak biasa/konvensional, reaksi spontan, makna berbeda dari asalnya. Cara Berpikir Kreatif: 1. Selalu bertanya, Apa ada cara yang lebih baik? 2. Selalu menentang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin. 3. Berefleksi/merenungkan/memikirkan, berpikir dalam. 4. Berani main mental, mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda. 5. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar. 6. Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan mencapai sukses. 7. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif. 8. Mampu berpikir secara sistemik, melihat permasalahan secara lebih luas, kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah. 9. Jangan terjebak pada Jatuh Cinta pada pandangan pertama. C. Pemicu Inovasi :

Penemuan

Penelitian Ilmiah

Inovasi

Pasar

Dalam buku Innovate or Evaporate, James Higgins (dalam Haman,2000:31) menyatakan bahwa terdapat empat jenis inovasi, antara lain : 1. Inovasi Produk, perusahaan memfokuskan pada pengembangan produk baru. 2. Inovasi Proses, perusahaan usaha perusahaan memperoleh cara baru dalam memproses bahan menjadi produk jadi. 3. Inovasi Manajemen, menghasilkan cara baru atau berbeda dalam mengelola sumberdaya manusianya. 4. Inovasi Pemasaran, cara baru atau berbeda dalam memasarkan, menjual atau mempromosikan produk atau jasa. Menurut Drs. Slamet dari Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) Politeknik Surakarta, dalam seminar dan lokakarya bertema Memberdayakan Pendidikan Nonformal Menuju Masyarakat Jateng Mandiri di kampus UNS Surakarta tahun 1996, kewirausahaan diawali dari inovasi (www.Suaramerdeka.com). Inovasi dipicu oleh factor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor pribadi yang memicu adalah locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Faktor lingkungan yang memicu adalah peluang, pesaing, model peran, program incubator, kebijakan pemerintah, persaingan hidup, lingkungan belajar dll. Faktor social yang memicu adalah latar belakang keluarga/orang tua, jaringan dan kelompok/organisasi. Karakteristik Adaptor dan Inovator Kirton Adaptor Inovator Ciri-cirinya : ketepatan, dipercaya, Kelihatannya tidak disiplin, berpikir efisiensi, metodikal, kebijaksanaan, melawan arus, melakukan tugas dari disiplin dan konformitas. sudut yang tidak disangka-sangka. Lebih suka memecahkan masalah, Suka menemukan masalah dan bukan menemukan masalah. menemukan jalan keluarnya. Mengupayakan solusi terhadap Meragukan asumsi-asumsi di balik masalah-masalah melalui cara-cara masalah dan memanipulasi masalah. yang biasa dan sudah dikenal Mengatasi masalah melalui perbaikan Bagi kelompok-kelompok mapan dia dan peningkatan efisiensi, dengan sebagai pembaharu; dia tidak mematuhi kontinuitas dan stabilitas yang pandangan-pandangan yang telah maksimum. disepakati; dianggap sebagai perusak dan penyebab keonaran. Dapat dipercaya, mampu Terkesan tidak dapat dipercaya, tidak menyesuaikan diri, aman dan dapat praktis, sering mengejutkan lawannya. diandalkan. Mampu mencapai tujuan dengan Dalam mencapai tujuan tidak terlalu sarana yang ada. menggunakan sarana yang ada. Bisa menahan kebosanan, mampu Mampu mengerjakan tugas-tugas rutin melakukan tugas dengan akurasi hanya untuk jangka waktu yang singkat. yang tinggi dalam jangka waktu yang Cepat mendelegasikan tugas-tugas rutin. panjang. Adalah otoritas dalam struktur yang Akan menjadi pemimpin dalam situasisudah ditentukan. situasi yang tidak terstruktur. Jarang melanggar peraturan, dengan Sering melanggar peraturan, kurang hati-hati, kalau yakin bahwa ia menghormati kebiasaan lama. mendapat dukungan yang kuat.

No. 1 2 3 4

5 6 7

8 9

10

11 12 13 14

Biasanya terlalu ragu-ragu terhadap diri sendiri. Bereaksi terhadap kritikan dengan terang-terangan menyesuaikan diri. Cepat mengalah terhadap tekanan social dan otoritas. Penting bagi berfungsinya institusi sepanjang waktu, tetapi kadangkala perlu dicabut dari system. Ketika bekerja sama dengan para innovator: memelihara stabilitas, aturan dan kelangsungan kerja sama. Peka terhadap orang lain, memelihara kohesi dan kerjasama kelompok. Menyiapkan suatu dasar yang aman bagi kegiatan-kegiatan penuh risiko yang dilakukan para inovator

Kelihatan tidak ragu-ragu terhadap diri sendiri ketika mengemukakan gagasangagasan, dalam menghadapi penolakan tidak membutuhkan consensus agar tetap merasa pasti. Sangat penting dalam krisis-krisis yang tak terduga jika ia dapat dikendalikan. Ketika bekerja sama dengan adaptor, menjaga orientasi Tidak peka terhadap orang lain, sering mengancam kohesi dan kerjasama kelompok. Memungkinkan dinamika untuk melakukan perubahan-perubahan secara periodic (tanpa perubahan radikal institusi akan mati)

D. Hubungan Kreatifitas dan Inovasi Inovasi dihubungkan dengan penciptaan nilai atau kepuasaan kebutuhan konsumen. Inovasi melibatkan penciptaan sebuah produk, jasa atau proses yang baru bagi organisasi. Kreatifitas adalah mesin dari inovasi (Khalil, 2000:35).

Proses Kreatif

Inovasi

Perubahan

No. 1 2 3 4

Eksternal Lingkungan ekonomi Faktor supply-demand Karakter industri Policy pemerintah

Internal Orang yang kreatif

Sumber penolakan perubahan : 1. Ketidakpastian sebab dan akibat perubahan 2. Keengganan hilangnya keenakan saat ini 3. Kesadaran adanya kelemahan yang akan dihadapi.

Kreatifitas dan Inovasi

Kreatifitas

Kewirausahaan Inovasi

E. Mengapa Organisasi Fokus Pada Kreatifitas dan Inovasi? Menurut Haman (2000:31), kreatifitas adalah proses mengembangkan ide baru atau ide menarik, sedangkan inovasi adalah penerapan ide kreatif ke dalam solusi yang bernilai atau menguntungkan. Inovasi memperoleh nilai-nilai dalam kreatifitas, dan inovasi sesungguhnya adalah bagaimana sebuah organisasi mendapatkan keuntungan dari ide-idenya. Dunia bisnis sangat menekankan inovasi, jika perusahaan tidak memperhatikan aspek inovasi dan bertumbuh maka akan mengalami kemunduran. Alasan perusahaan menitikberatkan pada kreatifitas dan inovasi antara lain: 1. Pertumbuhan 2. Mengembangkan produk dan jasa baru 3. Memperoleh keuntungan 4. Orientasi pada kualitas 5. Perhatian pada manajemen perubahan 6. Rekayasa ulang (reengineering) 7. Downsizing 8. Perhatian pada produktivitas 9. Antisipasi terhadap globalisasi 10. Menghadapi kompetisi yang semakin ketat 11. Mengikuti perkembangan teknologi dan system informasi 12. Perhatian terhadap perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) dan modal intelektual (intellectual capital) 13. Issu tentang keberagaman (diversitas) 14. Peraturan pemerintah 15. Kebutuhan konsumen.

F. Pengembangan Ide Baru

Perhatian terhadap kebutuhan konsumen

Mengembang kan produk yang sudah ada

Kombinasi fungsi produk

IDE PRODUK BARUMempertanyakan asumsi-asumsi yang lazim

Sadar apa yang terjadi di lingkungan kita

Diberi nama dulu, kemudian dikembangkan

Perhatian terhadap trend

Gambar Bagaimana mengembangkan ide produk baru (Lambing, 2000 : 61) 1. Perhatian terhadap kebutuhan konsumen : Perusahaan dapat menggali usaha berdasarkan kebutuhan atau kemungkinan sesuatu dibutuhkan oleh masyarakat dan belum terlayani oleh perusahaan manapun. Contohnya : Bapak Tirto Utomo memulai usaha air mineral dalam kemasan, karena melihat kualitas air bersih di Indonesia sangat jelek dan lebih praktis.Setelah itu Aqua meraih keuntungan yang sangat besar. 2. Mengembangkan produk yang sudah ada : yaitu melalui identifikasi produk yang sudah ada dan patut dikembangkan. Sebagai missal banyak produk dalam ruangan kelas yang dapat dikembangkan seperti papan tulis kayu, kapur tulis dan overhead projector digantikan dengan LCD atau viewer. 3. Mengkombinasikan fungsi produk : penemuan telpon kabel telah digantikan dengan telpon seluler, penemuan telex telah digantikan oleh internet. Penggabungan keduanya adalah melalui handphone (telpon genggam) yang mempunyai fungsi sebagai alat telekomunikasi (telpon) dan informasi (sms). Bahkan HP sekarang mempunyai multifungsi tambahan seperti games, kamera yang mobile. 4. Sadar apa yang terjadi di lingkungan kita, misalnya produksi AC mobil karena udara (terutama di jalanan) relartif tercemar oleh asap baik industri maupun kendaraan. 5. Perhatian terhadap trend, misalnya usaha di bidang fashion (pakaian atau tata rias). Para pengusaha di bidang fashion harus peka dengan perkembangan gaya hidup masyarakat (baik anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua). Terkadang pengusaha harus menciptakan produk yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat. 6. Diberi nama dulu, baru kemudian dikembangkan. Prosedur normal pembuatan produk baru adalah membuat dan mengembangkan kemudian baru diberi nama, tetapi hal ini bisa dibalik yaitu memberi nama dahulu baru dibuat atau dikembangkan. Misalnya 7. Mempertanyakan asumsi-asumsi yang lazim dengan cara mendaftar semua asumsi yang ada kemudian membuat hal-hal yang berkebalikan/berlawanan, atau menghilangkannya. Menurut Ford mobil yang bermutu adalah tahan lama dan berwarna hitam, bangsa Jepang justru membuat mobil yang mempunyai umur ekonomis dan teknis lebih pendek dengan variasi warna dan bentuk (pertimbangan perubahan selera konsumen yang cepat) yang membuat industri mobil Jepang menjadi terdepan di seluruh dunia. H. Kewirausahaan dan Eksperimen Ide Sukyatno :

1. Menjual realestate di Jakarta dengan cara lomba gambar anak-anak dari sekolah favorit (tentunya orang tuanya kaya) dengan membentangkan kain sepanjang tanah yang belum laku dijual. Leaflet lomba 200.000 exp. 2. Menjual kapling mal di Surabaya yang belum laku dengan mengadakan pemecahan record pembuatan kue tertinggi di dunia. Hasilnya mal dibanjiri oleh pengunjung dan dari pengunjung yang hadir dapat diketahui bahwa rata-rata dari golongan menengah ke bawah, sehingga mal tsb dijual untuk segmen menengah ke bawah. I. Inovasi Dalam Pemahaman Budaya Orang Jawa mempunyai 3 N yaitu Niteni, Niroke, Nambahi. Ide Sukyatno untuk menjadikan wirausahawan gado-gado istri penarik becak. Caranya tidak dengan pelatihan, tetapi lomba membuat gado-gado. Hasilnya semua peserta dinyatakan menang dan mendapat logo juara membuat gado-gado. Para peserta kemudian diberi modal dan logo pemenang lomba, sehingga semua peserta percaya diri untuk membuka usaha gado-gado.

MENENTUKAN JENIS USAHA BERDASARKAN PEMBAWAAN A. Teori Genetis : Sebagaimana dalam teori kepemimpinan yaitu teori genetis, social dan ekologi (M. Karyadi dalam Sunindhia dan Ninik, 1988:52), konsep kewirausahaan dapat dikembangkan dari ketiga teori tersebut. Teori genetis mengatakan bahwa seorang wirausahawan tidak dapat diciptakan, melainkan dilahirkan dengan bakat kewirausahaannya (entrepreneurs are born and not made). Teori ini mengatakan bahwa wirausahawan dapat sukses karena adanya keturunan atau darah wirausaha. Dalam situasi dan kondisi apapun, dalam keadaan bagaimanapun serta ditempatkan dimanapun, sekali waktu akan muncul juga sebagai wirausahawan. Penelitian yang dilakukan oleh McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (diambil secara acak) berasal dari keluarga pengusaha (Muhandri, 2002). Hal sama juga terjadi dalam penelitian Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung, menunjukkan bahwa 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami atau saudara pengusaha). Perkembangan yang terjadi di masyarakat Indonesia menyebutkan bahwa wirausahawan yang sukses pasti (probabilitas suksesnya tinggi) adalah dari golongan keturunan Cina, sedangkan dari kalangan pribumi probabilitas suksesnya relatif rendah (orientasi menjadi priyayi). Hal ini terjadi karena Bangsa Cina merupakan bangsa yang secara turun-temurun mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi. Bangsa ini sangat kreatif dan inovatif, sehingga mampu melihat peluang-peluang usaha yang mendatangkan banyak uang. Setiap aktivitas disikapi secara positif untuk menjadi peluang usaha yang dapat menghidupi. Selain itu bangsa Cina bukan hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mempunyai kemampuan yang hebat dalam perencanaan dan pengendalian keuangan. B. Teori Sosial : Teori ini boleh dikatakan merupakan kebalikan dari teori genetis. Kalau teori genetis mengatakan bahwa wirausahawan memang dilahirkan untuk menjadi wirausahawan, bukan karena hal lain, teori sosial mengatakan sebaliknya. Wirausahawan tidak dilahirkan atau ditakdirkan (entrepreneurs are made and not born), tetapi dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor luar. Menurut teori ini, seorang wirausahawan dapat berhasil apabila diberi pendidikan, mempunyai pengalaman hidup serta diberi kesempatan yang cukup. Dengan kata lain, wirausahawan merupakan bentukan dari waktu, tempat, situasi dan kondisi. Seseorang akan tampil menjadi wirausahawan, kemungkinan terjadi suatu tantangan yang hebat atau kejadian luar biasa. Dalam penelitian Muminah (2001) atas delapan orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usaha karena keterpaksaan. C. Teori Ekologi: Teori ini merupakan kombinasi sifat-sifat positif antara teori genetis dan sosial. Kesuksesan wirausahawan akan lebih cepat terjadi kalau didukung oleh keturunan wirausahawan dan mendapatkan pendidikan wirausaha yang baik. Seorang wirausahawan yang terdidik akan unggul dalam suatu lingkungan apabila mampu mengatasi masalah-masalah bisnisnya dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang berkembang di lingkungannya. Dalam teori ini diharapkan seorang wirausahawan mampu menemukenali (identifikasi) tiga faktor yaitu : 1. Sifat-sifat (karakter) dirinya. 2. Karakteristik dari jenis usahanya. 3. Kejadian-kejadian atau masalah yang sering timbul pada jenis usahanya. Sekarang ini kalangan penduduk keturunan Cina relative sudah berpendidikan tinggi dan didukung oleh keturunan wirausahawan, sehingga untuk mencapai kesuksesan berwirausaha relatif cepat. D. Teori Kepribadian dan Kewirausahaan Penentuan jenis usaha memerlukan penggalian atau pemahaman tertentu. Kadang-kadang sering terlontar katakata saya tidak pintar bicara, sehingga saya tidak mampu berdagang. Sepintas lalu kata-kata tersebut masuk akal, tetapi berwirausaha tidak sekedar berdagang atau membuka usaha secara partikelir. Pendapat yang dikemukakan oleh Syis (Wijandi, 2000:24) memberi pengertian wirausaha sebagai suatu kepribadian unggul

yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuan sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Syis juga mengatakan bahwa, pengertian kemampuan sendiri hendaknya ditafsirkan secara kritis dan dinamis, sehingga bukan berarti harus bekerja seorang diri tanpa berhubungan atau bekerja dengan orang lain. Pengertian tersebut lebih luas yaitu, kewirausahaan merupakan pejuang kemajuan dan mengutamakan berkarya di segala bidang baik di sector swasta maupun pemerintahan yang bersumber pada kemampuan sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa. Kewirausahaan (entrepreneurship) pengembangan dari istilah kewiraswastaan yang secara umum berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang (Khalil, 2000:98). Menurut Suryana (2001:4), kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berwirausaha berarti kemampuan menggunakan kreatifitas (berpikir sesuatu yang baru) dan berperilaku inovatif (melakukan sesuatu yang baru) yang dijadikan sebagai dasar, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan hidup (Suryana, 2001:5). Hal ini sesuai dengan pendapat Holt (Riyanti, 2003:44), bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan kewirausahaan dan inovasi adalah proses dari kewirausahaan. Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausahawan bukan karena tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang baik. Banyak wirausahawan berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang mapan sebelum memutuskan menjadi wirausahawan. Keputusan menjadi wirausahawan karena tidak takut kerja keras dan menjadikan kerja keras sebagai tantangan dan sebagai alat aktualisasi diri (Riyanti, 2003:59). Ketika seseorang memulai usaha, ia memiliki keyakinan bahwa usahanya akan berhasil dan terbukti memang banyak yang berhasil. Rata-rata para wirausahawan memilih usahanya berdasarkan trend dan modal (aspek ekonomis). Namun, keberhasilan usaha dalam jangka panjang ditentukan oleh banyak faktor baik berasal dari dalam maupun luar dirinya. Dalam prakteknya, terdapat berbagai macam jenis usaha yang mungkin dapat dilakukan, sehingga peluang bisnis ini tidak akan habis-habisnya digali. Namun, bagi banyak orang penentuan jenis usaha bukan sesuatu yang mudah. Berdasarkan pengalaman dan berbagai tulisan tentang kewirausahaan menyatakan bahwa banyak pula orang gagal dalam berwirausaha. Kegagalan ini bukan sekedar karena pendidikan atau kecerdasannya yang rendah, atau bukan pula disebabkan oleh motivasi/semangatnya yang rendah, namun sesuai dengan definisidefinisi di atas terdapat ketidakcocokan antara jenis usaha dengan kepribadian para wirausahawan. Hal ini menimbulkan banyak keluhan bahwa seseorang akan berhasil dalam usahanya jika ia berbakat atau sedang hoki (mempunyai keberuntungan). Dalam berbagai penelitian tentang kewirausahaan, keberhasilan (kinerja) wirausahawan dikaitkan dengan kepribadian (Riyanti, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah kepribadian seperti apakah yang cocok dengan jenis usaha? Tulisan ini mencoba mengupas tentang jenis usaha yang cocok dengan kepribadian. Kepribadian Sumber Kewirausahaan Kewirausahaan menyangkut aspek kreatifitas dan inovasi. Stenberg dan Lubart (dalam Riyanti, 2003:59) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang membahas kreatifitas adalah pendekatan kepribadian social. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada variabel sifat kepribadian, motivasional, lingkungan sosiokultural sebagai sumber kreatifitas. Menurut Molen (dalam Riyanti, 2003:59), sifat kepribadian yang mendukung kreatifitas sudah ada pada awal kehidupan seseorang, yakni kecenderungan individu dalam menerima konsekuensi kehidupan social. Setiap manusia memiliki dorongan bipolar yaitu sebagai makhluk individu dan social. Sebagai makhluk individu cenderung memenuhi dorongan yang lebih dasariah demi terpenuhinya kebutuhan pribadi, sedangkan sebagai makhluk social cenderung untuk melakukan kontak social dan berinteraksi. Molen juga mengatakan bahwa pilihan seseorang cenderung ke individual atau social adalah tergantung gen. Orang yang didominasi dorongan melakukan kontak social dan interaksi, cenderung memiliki sifat menyesuaikan diri (adaptif). Orang yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan pribadi cenderung suka menghadapi konflik. Dalam eksperimennya Molen menemukan bahwa individu yang suka menghadapi konflik ternyata berkorelasi dengan perilaku menyelidiki, berorientasi pada benda, dan eksploratif (inovatif). Sedangkan, individu yang suka menyesuaikan diri berkorelasi dengan perilaku social, patuh, suka mencari teman, dan memelihara perdamaian.

Berdasarkan pendapat di atas, Hakim (1998) menentukan kepribadian sebagai sumber kewirausahaan menjadi dua faktor yaitu orientasi berhubungan dengan orang lain dan kecenderungan mengendalikan orang lain. Masing-masing faktor mempunyai dua kutub (bipolar) yaitu : a. Orientasi berhubungan dengan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim, yaitu: Introvert : orang yang pemikiran dan perhatiannya ditujukan ke dalam atau hidup di dalam dirinya sendiri. Orang tersebut cenderung membatasi diri, sukar bergaul, orientasi untuk dirinya sendiri (fikiran, perasaan dan tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subyektif) (Suryabrata, 1990: 190). Ekstrovert : orang yang dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya (lingkungan). Orientasinya terutama tertuju ke luar dirinya , hatinya terbuka, mudah bergaul, orientasi social. b. Kecenderungan mengendalikan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim yaitu: Dominatif : Sifat yang memaksa mengambil kontrol atas situasi dan/atau orang lain, biasanya dengan mengatakan kepada orang lain apa yang harus mereka lakukan (Littauer, 1996:367). Kecenderungan sifat ini.mendominasi/menguasai orang lain. Dedikatif : Sifat yang cenderung mengabdikan diri/berkorban bagi orang lain/mengalah. Setelah ditetapkan dua kepribadian dengan dua kutub, Hakim (1998:105) kemudian mengkombinasikan dua kepribadian menjadi empat kuadran. Kombinasi dari masing-masing kepribadian tersebut membentuk empat kepribadian yang terdiri dari Dominan, Populer, Tenang dan Konvensional, yang digambarkan di bawah ini : Kuadran I Introvert Dominatif : DOMINAN (D) pembawaan kuat mendominasi/mengarahkan orang lain untuk kepentingan dirinya. Kurang menyukai tanggung jawab dan tantangan yang bervariasi serta menyukai sistem yang telah mapan. Menyukai kebebasan (terutama mengembangkan ide) dan kurang suka diatur. Kuadran II Ekstrovert Dominatif : POPULER (P) cenderung mempunyai pengaruh, popularitas dan persahabatan. Cenderung menginginkan prestise, banyak bicara dan mendambakan hubungan yang hangat dalam persahabatan. Motivasi memperoleh pengakuan. Kuadran III Ekstrovert Dedikatif : TENANG (T) condong mengalah untuk kepentingan orang lain, berperilaku tenang dan ramah. Dianggap sebagai orang yang mudah diajak konsultasi atau diskusi. Motifnya persahabatan dan rasa saling menghargai. Kuadran IV Introvert Dedikatif : KONVENSIONAL (K) biasanya bekerja teliti, hasil yang benar, sempurna dan berdasarkan acuan baku. Kurang peduli dengan lingkungan social dan cenderung membatasi diri bergaul dengan orang lain. Introvert KONVENSIONAL Dedikatif TENANG EkstrovertGambar 1 Bagan Kepribadian Dasar Manusia

DOMINAN Dominatif POPULER

Menentukan Jenis Usaha Setelah kita ketahui kombinasi kepribadian di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan kepribadian yang berhubungan dengan aspek ekonomis. Seseorang yang mempunyai pembawaan introvert cenderung mempunyai kemampuan dalam memproduksi dan pembawaan ekstrovert cenderung mempunyai kemampuan distribusi.

Sedangkan pembawaan dominatif cenderung mengarahkan/menguasai orang lain, sedangkan pembawaan dedikatif cenderung memberi pelayanan kepada orang lain. Kombinasi antara kemampuan memproduksi, distribusi, pengarahan dan pelayanan, akan dapat digunakan untuk menentukan jenis usaha seperti di bawah ini : Kuadran I Produksi Pengarahan : Kelompok Usaha Kreatif Kuadran ini tempat kelompok usaha kreatif yang mendambakan kebebasan, tidak memerlukan banyak bicara, serta berorientasi pada produksi. Contoh bidang usaha Kelompok Kreatif antara lain : Makanan/minuman, Kerajinan, Logam, Pertanian/agrobisnis, Peternakan dan tambak, Rajutan, bordir, renda, Sablon, Penerbitan, Mainan anak-anak, Kartu ucapan, Karya intelektual. Kuadran II Distribusi Pengarahan : Kelompok Usaha Konsultatif Kuadran ini terdiri dari kelompok usaha yang membutuhkan pergaulan, intensif bertemu dengan publik, memerlukan kepandaian bicara dan berusaha mempengaruhi orang lain. Contoh bidang usaha Kelompok Konsultatif antara lain : Jasa konsultasi / konsultan, Pelatihan, Kursus, Pusat kebugaran dan pelatih olah raga, bidang perdagangan. Kuadran III Distribusi Pelayanan : Kelompok Usaha Jasa Kuadran ini merupakan kelompok usaha yang memberikan pelayanan bagi orang lain. Contoh bidang usaha Kelompok Pelayanan, antara lain : Biro jasa, Biro teknik, Jasa pengetikan, Fotocopy dan penjilidan, Sablon pesanan, Perbengkelan, Kontraktor dan jasa perbaikan bangunan, Rumah kos, Salon kecantikan, Makelar. Kuadran IV Produksi Pelayanan : Kelompok Usaha Analitis Kuadran ini cocok untuk pekerjaan yang bersifat memecahkan masalah (problem solving). Contoh bidang usaha Kelompok Analitis : Jasa terjemahan, Reparasi elektronik dan teknologi informasi, Karya intelektual, Penelitian, Perancang busana, Binatu/laundry, Jasa penjahitan. Produksi ANALITIS K Pelayanan JASA DistribusiGambar 2 Bagan Kepribadian dan Kelompok Usaha

D P

KREATIF Pengarahan KONSULTATIF

T

Ciri-ciri Wirausahawan Handal Menurut Budi Santoso : Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara bekerja sebagai berikut : 1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya. 2. Mau dan mampu mencari, menangkap dan memanfaatkan peluang yang menguntungkan. 3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang/jasa yang lebih tepat dan efisien. 4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar-menawar dan bermusyawarah dengan berbagai pihak terutama pembeli. 5. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat dan disiplin. 6. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.

7. Keinginan kuat untuk berdiri sendiri, tidak suka uluran tangan dari pihak lain. 8. Kemauan untuk mengambil risiko 9. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 10. Mampu memotivasi sendiri 11. Semangat untuk bersaing 12. Orientasi pada kerja keras 13. Percaya pada diri sendiri (yakin) 14. Dorongan untuk berprestasi 15. Tingkat energi yang tinggi 16. Tegas 17. Tidak bergantung pada alam, dan berusaha tidak menyerah pada alam. 18. Kepemimpinan. 19. Keorisinilan 20. Berorientasi ke masa depan, dengan penuh gagasan. 21. Mengembangkan budaya malu secara positif. 22. Bekerjasama dengan orang lain 23. Penampilan yang baik 24. Pandai membuat keputusan 25. Mau menambah ilmu pengetahuan 26. Ambisi untuk maju 27. Pandai berkomunikasi

TANTANGAN DAN PELUANG BERWIRAUSAHA I. Tantangan dunia kerja: 1. Globalisasi. 2. Pertumbuhan ekonomi dibawah pertumbuhan usia kerja. 3. Tidak ada pekerjaan yang aman 100%, sementara masyarakat menempatkan status bekerja lebih bermartabat daripada berusaha. 4. Motivasi pendidikan beorientasi pada status formal, dibanding pengembangan kompetensi (kemampuan) II. Peluang Berusaha: 1. Penduduk 200 juta lebih, merupakan pasar yang sangat besar. 2. Kondisi Perbankan yang overlikuid 3. Porsi penghasilan pengusaha lebih besar dibanding pekerja. 4. Banyaknya produk impor menunjukkan kurangnya pasokan produk dari dalam negeri. III. Pengertian Kewirausahaan: Suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai , kemampuan (ability) dan perilaku se