kurikulum_1968-2006

157
Kamis, 25 Oktober 2012 KARAKTERISTIK , KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM DARI TAHUN 1968 SAMPAI TAHUN 2006 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-

Upload: dina-zuraini

Post on 20-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kurikulum_1968-2006

Kamis, 25 Oktober 2012

KARAKTERISTIK , KELEBIHAN DAN

KEKURANGAN KURIKULUM DARI TAHUN 1968

SAMPAI TAHUN 2006

 

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. 

Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan

kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots

approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan

yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-

instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke

bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu

yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak

guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-

sekolah lain.

1.    Kurikulum 1968

a.    Karakteristik kurikulum 1968

-          Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Page 2: kurikulum_1968-2006

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada

pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

-          Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.

b.   Kelebihan Kurikulum 1968

-            Pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan

keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat

c.    Kekurangan Kurikulum 1968

-          Hanya memuat mata pelajaran pokok saja.

-          Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan

permasalahan faktual di lapangan.

2.    Kurikulum 1975

Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan

kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional

umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki

tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha

agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata

pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian

satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap

satuan bahasan.

a.    Karakteristik kurikulum 1975

-          Berorientasi pada tujuan

Page 3: kurikulum_1968-2006

-          Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki

arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih

integratif.

-          Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

-          Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah

kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam

bentuk tingkah laku siswa.

-          Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

b.    Kelebihan Kurikulum 1975

-       Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya

dan waktu

-       Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang

spesifik,dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa

c.    Kelemahan Kurikulum 1975

-          Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan

pembelajaran

3.    KURIKULUM 1984 (KURIKULUM CBSA)

a.    Karakteristik Kurikulum 1984

-          Mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,

tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut

"kurikulum1975 yang disempurnakan".

Page 4: kurikulum_1968-2006

-          CBSA merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan

dan pembelajaran pada saat itu. Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan

siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar. 

-          Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk

kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan,

memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.

-            Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral

adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan

kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang

sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yangdiberikan.

-            Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-

konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian

diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga

sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang

dipelajarinya

-            Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan

penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,

semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif

dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari

sederhana menuju ke kompleks.

-             Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah

pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan

keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.

Page 5: kurikulum_1968-2006

Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien

dalam mencapai tujuan pelajaran.

b.   Kelebihan kurikulum 1984 (CBSA)

-          Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa

memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,

afektip, maupun psikomotor.

c.    Kekurangan Kurikulum 1984 (CBSA)

-          Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

-          Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah

suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan

gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajaar model berceramah.

4.    Kurikulum 1994

a.    Karakteristik kurikulum 1994

-          Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.

-          Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup

padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).

-          Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem

kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat

kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran

sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Page 6: kurikulum_1968-2006

-          Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan

sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang

mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari

satu jawaban) dan penyelidikan.

-          Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan

kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga

diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada

pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan

menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

b.   Kelebihan Kurikulum 1994-          Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara

mental, fisik, dan social.

-          Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke

hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

c.    Kekurangan Kurikulum 1994

-          Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.

-          Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.

-          Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan

banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.

-          Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan

tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait

dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

-          Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk

pemantapan pemahaman.

Page 7: kurikulum_1968-2006

    

5.    KURIKULUM 2004 Kurikulum  Berbasis Kompetensi (KBK))

a.    Karakteristik Kurikulum 2004

-            Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

-            Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

-            Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi.

-            Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

-            Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

atau pencapaian suatu kompetensi.

b.   Kelebihan Kurikulum 2004

-          Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.

-          Pembelajaran berpusat pada siswa.

-          Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.

-          Sumber belajar yang bervariasi.

c.    Kekurangan Kurikulum 2004

-          Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan

kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang guru

dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan.

6.    KURIKULUM 2006-Sekarang (KTSP)Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun

Page 8: kurikulum_1968-2006

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di

Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan

kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku

sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya.

Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara terpusat (sentralistik),

sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh

satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah

(desentralistik).

a.    Karakteristik KTSP

-          Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual,

maupun klasikal.

-          Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.

-          Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

-          Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsure edukatif.

-          Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

atau pencapaian suatu kompetensi.

b.   Kelebihan KTSP

-          Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.

-          Pembelajaran berpusat pada siswa.

Page 9: kurikulum_1968-2006

-          Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.

-          Sumber belajar yang bervariasi.

-          seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang

menuntut kekereatifitasan.

c.    Kekurangan KTSP

-            Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung

pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan

mengembangkan kurikulum sendiri.

Page 10: kurikulum_1968-2006

Selasa, 17 April 2012

Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia

A. Pengertian, Komponen, Peran dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam pendidikan

sehingga sebagai calon guru maupun semua yang terlibat dalam pendidikan

selayaknya mengetahui tentang kurikulum, pengembangan serta

perkembangannya. Seiring dengan perkembangan kurikulum akan ada

pengaruhnya terhadap sistem pendidikan yang ada di indonesia.

Ada beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan beberapa para ahli

maupun yang terdapat di dalam Undang- Undang diantaranya yaitu:

1. Menurut Johnson, kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau

pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

2. Sanjaya mengemukakan bahwa

Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi

tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus

dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang

dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta

implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

3. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan uraian mengenai kurikulum, tampak jelaslah betapa pentingnya

kurikulum dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dari pengertian dan komponen-

komponen yang dimiliki kurikulum maka kurikulum telah mencerminkan semua

yang ada penyelenggaraan proses belajar mengajar. Tanpa adanya kurikulum

maka tidak akan ada panduan atau pedoman yang jelas dan terarah dalam

Page 11: kurikulum_1968-2006

pendidikan di Indonesia. Sedangkan berdasarkan peran dan fungsinya, kurikulum

tidak hanya perperan dan berfungsi dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan

nasional dari juga memandang kehidupan pelaku pendidikan maupun masyarakat

sekitarnya.

C. Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia

Kurikulum di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan. Di bawah ini

akan diuraikan beberapa kurikulum yang pernah ada di Indonesia.

1. Kurikulum Tahun 1968

Secara umum ketentuan-ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah

a. Bersifat correlated subject curriculum.

b. Jumlah mata pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi SMA

jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang studi, SMA jurusan C 19

bidang studi.

c. Jurusan SMA dilakukan di kelas II.

Sedangkan perkembangan pendidikan matematika itu sendiri pada kurikulum

tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagaimana dikemukan oleh Ruseffendi yang

dikutip Supriadi yaitu:

a. Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan berhitung.

Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri

ruang bukan pada penngertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu di

peroleh.

b. Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian.

c. Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi

pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia.

d. Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta

rasa ingin tahu anak .

Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Ruseffendi, kurikulum matematika tahun

1968 lebih menekankan pada perhitungan dan hasil dari perhitungan, tidak pada

pemahaman konsep dari suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem

hafalan. Hal inilah yang dapat dijadikan alasan kurang efektifnya penerapan

kurikulum tahun 1968 ini sehingga dilakukan perubahan kurikulum yang

Page 12: kurikulum_1968-2006

selanjutnya diterapkan yaitu kurikulum 1975.

2. Kurikulum Tahun 1975

Kurikulum tahun 1975 merupakan perubahan dari kurikulum 1968. Secara umum

ketentuan-ketentuan kurikulum tahun 1975 antara lain:

a. Bersifat integrated curriculum organization.

b. SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang studi.

c. Pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat menjadi pelajaran ilmu pengetahuan alam.

d. Pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi pelajaran matematika.

e. Jumlah mata pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi.

f. Penjurusan SMA dibagi tiga: IPA, IPS dan BAHASA dimulai pada permulaan

semester II.

Dari ketentuan yang ada pada kurikulum 1975, ada sedikit perbedaan dengan

kurikulum pada tahun 1968 yaitu adanya pengurangan jumlah bidang studi pada

setiap jenjang pendidikan dan pemisahan materi seperti ilmu hayay, ilmu ukur dan

ilmu aljabar.

Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan dalam

pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip oleh

Supriadi, adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum 1975

adalah sebagai berikut:

a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri,

bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan

penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula

konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran

matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.

b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan

kepengajaran yang bersifat rutin.

c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah

daripada yang bersifat rutin.

d. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan

Sekolah lanjutan.

e. Terdapat penekanan pada struktur.

Page 13: kurikulum_1968-2006

f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya

keberagaman antar siswa.

g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.

h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang

berpusat pada siswa.

i. Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode

pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik

diskusi.

j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara

menarik,misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.

Dari karakteristik pengajaran matematika di atas, tampak ada kemajuan

diantaranya dari system pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat

pada siswa serta adanya pengenalan dengan materi matematika yang selama ini

tidak dimasukkan ke dalam kurikulum sebelumnya.

3. Kurikulum Tahun 1984

Pada tahun 1984 pemerintah merubah kurikulum tahun 1975 menjadi kurikulum

baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Menurut Subando, alasan dalam menerapkan

kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan

pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara

program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan

dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan taraf kemampuan anak

didik. Secara umum dasar perubahan kurikulum tahun 1975 ke kurikulum tahun

1984 menurut Henny diantaranya sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN yang belum tertampung ke dalam

kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

2. Terdapat ketidak selarasan antara materi kurikulum berbagai bidang studi

dengan kemampuan anak didik.

3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksananya di sekolah.

4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

5. Pelaksanaan pendidikan sejarah perjuangan bangsa sebagai bidang pendidikan

Page 14: kurikulum_1968-2006

yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah

tingkat atas termasuk pendidikan luar sekolah.

6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan

perkembangan lapangan kerja.

Dengan adanya dasar perubahan kurikulum tahun 1975 ke kurikulun 1984, maka

pada tahun 1984 diterapkanlah kurikulum 1984.

Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia memiliki ketentuan-ketentuan

tertentu. Secara umum ketentuan-ketentuan kurikulum 1984 adalah:

a. Bersifat content based curriculum.

b. Program pelajaran mencakup 11 bidang studi

c. Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi

d. Jumlah mata pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi

untul program pilihan.

e. Penjurusan SMA dibagi 5 :ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu social, ilmu budaya,

dan ilmu agama.

f. Penjurusan dilakukan dikelas 2.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tujuan instruksional.

b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA).

c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.

d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter melekat erat dalam kurikulum

1984. Oleh karena di makalah ini akan diuraikan tentang CBSA yang akan

manggambarkan bagaimana kurikulum tahun 1984.

Page 15: kurikulum_1968-2006

a. Hakikat CBSA

CBSA merupakan karakter dari kurikulum tahun 1984. Nurdin dan Usman

mengemukakan bahwa

Hakikat CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional peserta didik

dalam proses belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya:

1. Proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan.

2. Proses perbuatan dan pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam

pembentukan keterampilan.

3. Proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan

nilai dan sikap.

b. Prinsip-prinsip CBSA

Nurdin dan Usman mengemukakan tentang prinsip-prinsip CBSA yaitu sebagai

berikut:

1. Yang terlihat atau tampak pada peserta didik

a) Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat

pada anak dalam suatu proses belajar-mengajar.

b) Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna berpartisipasi dalam

persiapan proses dan tindak lanjut suatu kegiatan belajar mengajar

c) Berbagai usaha serta kreatifitas pada diri peserta didik dala mrnyelesaikan

kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat keberhasila dalam suatu proses

belajar mengajar.

d) Dorongan ingin tahu yang besar dari peseta didik untuk mengetahui dan

mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.

e) Rasa bebas dan lapang mengerjakan sesuatu tanpa tekanana dari siapapun,

termasuk guru di dalam proses belajar mengajar.

2. Yang terlihat pada dimensi guru

a) Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan

peserta didik/siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.

b) Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai innovator dan

motivator yang senantiasa mau menemukan hal-hal yang baru dalam PBM

Page 16: kurikulum_1968-2006

c) Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam

keseluruhan proses belajar mengajar.

d) Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama

srta tingkat kemampuan masing-masing dalam proses belajar mengajar.

e) Kemampuan untuk menggunakan semacam strategi belajar mengajar serta

pendekatan multi-media dalam prosesbelajar mengajar.

3. Yang terlihat pada dimensi program

a) Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang dapat memenuhi

kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

b) Program yang memungkinkan terjadinya pengembanan konsep maupun

aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar.

c) Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode, dimana semua

peserta didik memahaminya dalam proses belajar mengajar.

4. Kurikulum 1994

Kurikulum tahun 1994 merupakan perubahan dari kurikulum tahun 1984 . Edison

mengemukakan bahwa

Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah

yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara

nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang

terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini

ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model

berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

Jadi Konsep CBSA yang bagus secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-

sekolah yang diujicobakan, akan tetapi ada banyak sekolah-sekolah tertentu yang

tidak mampu menafsirkannya sebagaimana mestinya sehingga Penolakan CBSA

bermunculan yang pada akhirnya terjadi lagi perubahan kurikulum. Maka

kurikulum 1984 dirubah menjadi kurikulum tahun 1994.

Kurikulum tahun ini 1994 memiliki beberapa kemudahan antara lain yaitu:

a. Kurikulum ini sangat memudahkan guru dalam membuat bahan pembelajaran

maupun melaksanakannya di kelas karena materi sudah disiapkan dalam dokumen

Page 17: kurikulum_1968-2006

kurikulum.

b. Bahan pembelajaran mudah diubah karena masing-masing mata pelajaran

berdiri sendiri.

c. Penilaian hasil belajar siswa sangat mudah dilakukan guru karena berbasis

materi pengetahuan.

Walaupun ada banyak kemudahan atau kelebihan kurikulum ini akan tetapi masih

ada kelemahannya.Secara umum kurikulum tahun 1994 ini memiliki beberapa

kelemahan antara lain yaitu:

a. Garis-garis program pembelajaran diorganisasikan dalam mata pelajaran sesuai

dengan disiplin keilmuan.

b. Program pembelajaran diriumuskan dalam pokok-pokok bahasan yang

berorienrtasi materi pengetahuan, dengan susunan yang kurang mendasarkan pada

kebutuhan siswa dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Saratnya materi pembelajaran mendorong kegiatan pembelajaran menjadi

proses manghafalkan kesimpulan hasil ilmuwan terdahulu bukan penguasaan

kecakapan proses yang memungkinkan siswa mengumpulkan data, menari

kesimpulan dan membuktikannya sendiri.

Secara khusus kelemahan lain dari kurikulum 1994 dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Materi bahan ajar, dari hamper semua mata pelajaran terlalu sarat, kurang

sesuai dengan waktu belajar yang disediakan.

b. Materi kurikulum yang seragam untuk setiap lokasi tidak membantu

masyarakat sekitarnya untuk memanfaatkan hasil belajar siswa bagi kepentingan

pengembangan potensi daerahnya.

c. Pada beberapa mata pelajaran, tidak jelas aplikasinya dalam kehidupan sehari-

hari.

d. Dari segi pendekatan pembelajaran atau pemilihan metode pembelajaran atau

pemilihan metode pembelajaran kurang mengembangkan kemampuan berpikir.

e. Meskipun sifat kurikulum ini seharusnya mempunyai urutan yang logis dan

sistematis tetapi masih adad beberapa bahan ajar yang tidak sistematis dan tidak

Page 18: kurikulum_1968-2006

logis sehingga terjadi pemborosan waktu belajar.

f. Interpedensi antar pokok bahasan antar mata pelajaran sering tidak terjadi.

g. Pada beberapa mata pelajaran tertentu ada materi esensial yang kurang da di

sisi lainkelebihan materi yang kurang esensial.

Dengan adanya kelemahan-kelemahan pada penerapan kurikulum 1994 seperti

yang diuraikan di atas maka muncullah kurikulum yang bernama kurikulum

berbasis kompetensi.

5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru yang

disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Beberapa ciri penting dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:

a. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu, maka

kurikulum 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.

b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.

c. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah;

kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.

d. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,

pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.

e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan

pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan

komunikasi.

f. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,

trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan

masalah serta penalaran dan komunikasi.

g. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga

kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil

belajar.

h. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan

merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses

belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.

Page 19: kurikulum_1968-2006

Adapun karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Mulyasa yaitu:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

3. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi

4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

dan pencapaian suatu kompetensi

Sedangkan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang

dikemukakan Mulyasa yaitu:

1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur

2. Penguatan integritas nasional

3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika

4. Kesamaan memperoleh kesempatan

5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi

6. Pengembangan keterampilan untuk hidup

7. Belajar sepanjang hayat

8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif

9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Berdasarkan uraian di atas, Kurikulum Berbasis Kompetensi menggunakan

pengetahuan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau

kompetensi tertentu di sekolah. Setiap sekolah mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Pembelajaran pada kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya melihat hasil

belajar tetapi juga memperhatikan proses belajara siswa.

6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Page 20: kurikulum_1968-2006

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Menurut Anan Z. A yang dikutip oleh Edison,

Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah

Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil

yang signifikan karena berbagai faktor yaitu:

a. konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.

b. draft kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan.

c. belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih

berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja¬lankan

tugas instruksional bagi siswanya.

Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang

telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami

penyempurnaan dengan tujuan agar kekurangan yang terdapat dalam KBK bisa

ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

a. Hakikat KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Mulyasa

mengemukakan bahwa KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat

setempat dan peserta didik.

b. Karateristik KTSP

Adapun karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

dikemukakan Mulyasa yaitu:

1. Pemberian otonomi luas kepala sekolah dan satuan pendidikan

2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

3. Kepemimpinan yang demokratis dan professional

4. Tim kerja yang kompak dan transparan

c. Tujuan KTSP

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP menurut Mulyasa adalah untuk

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemamdirian dan inisiatif sekoah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya

yang tersedia.

Page 21: kurikulum_1968-2006

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

d. Landasan Hukum KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang dan

peraturan pemerintah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

c. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

d. Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

e. Permendiknas no.24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Permendiknas

No. 22 dan 23.

e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP

Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP yaitu:

a. Terpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik

dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Relevan denga kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

f. Komponen KTSP

Adapun komponen-komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

diuraikan Sanjaya yaitu:

1. Tujuan Pendidikan

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lanjut.

Page 22: kurikulum_1968-2006

b. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lanjut.

c. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lanjut sesuai dengan jurusannya.

2. Struktur program dan Muatan Kurikulum

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang

tertuang dalam si meliputi lima kelomok mata pelajaran sebagai berikut

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

3. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan

daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan

memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam standar isi.

4. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Sedangkan Supriadi mengemukakan ciri-ciri Kurikulum pendidikan matematika

saat ini adalah:

1. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.

2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.

3. Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,

kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

mengkomunikasikan matematika.

4. Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,

pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.

5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan

pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan

Page 23: kurikulum_1968-2006

komunikasi

6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,

trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan

masalah serta penalaran dan komunikasi

7. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi poko dan indikator hasil

pencapaian belajar

8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi

bukanmerupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui

proses belajar dengan menintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.

Perkembangan Pembelajaran Matematika

(Perjalanan Kurikulum Matematika Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Oleh : Joko Subando, S.Si

Suka atau tidak suka seseorang terhadap matematika, namun tidak dapat dihindari bahwa hidupnya akan senantiasa bertemu dengan matematika, entah itu dalam pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis sehari-hari. Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika sendiri.

Mungkin diantara kita banyak yang bertanya bukankah saat ini sudah ada kalkulator dan komputer sehingga matematika sebagai alat bantu kehidupan menjadi berkurang? Memang benar, dengan kehadiran kedua alat tersebut banyak persoalan kehidupan yang awalnya mudah menjadi sulit, dan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Namun perlu diketahui bahwa alat-alat tersebut pun juga menggunakan prinsip matematika. Tanpa adanya prinsip-prinsip dan konsep matematika kedua alat tersebut yaitu kalkulator dan komputer tidak mungkin ada. Begitu pentingnya matematika dalam kehidupan maka tidak aneh jika pembelajaran matematika mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Bagaimanakah perkembangan pembelajaran matematika di dalam negeri?

Matematika tradisional

Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika

Page 24: kurikulum_1968-2006

urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.

Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya

Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.

Contoh

12:3 jawabanya adalah 4

dengan tanpa memberi tanda kurung , soal di atas ekuivalen dengan

9+3:3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.

Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah pertma adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.

Pembelajaran Matematika Modern

Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.

Page 25: kurikulum_1968-2006

W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.

Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai karakteristik sebagai berikut ;

1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal.

2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.

3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinue

4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur

5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.

6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.

7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.

8. Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.

9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.

 

Pembelajaran Matematika masa kini

Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.

Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching

Page 26: kurikulum_1968-2006

kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.

Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.

Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;

1. Guru supaya meningkatkan profesinalisme2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan

kalkulator dan komputer

3. Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan

4. Pengevaluasian hasil pembelajaran

5. Prinsip CBSA di pelihara terus

 

Kurikulum Tahun 1994

Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.

Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan problem-probelmke hidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.

Page 27: kurikulum_1968-2006

Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

 

Kurikulum taun 2004

Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.

Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.

Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan iskonsistensi

2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memcahkan masalah

4. Mengembangkan kewmapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Sementara itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalam ketuntasan belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran

Page 28: kurikulum_1968-2006

berikutnya sebelum menuntaskan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan seringa dijumpai terutama siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.

 

Kesimpulan

Dari paparan di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan matematika mulai dari matematika tradisional yang begitu sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan melatih kemampuan otak. Kemudian berkembang agak maju lagi dengan munculnya terori pembelajaran dari para ahli psikologi. Teori ini mempengaruhi pembelajaran matematika dalam negeri yang akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru, yang disesuaikan dengan penemuan teori pembelajaran yang muncul.

Tidak hanya sampai disitu perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi internasional. Terbukti diera 1980-an dengan merebak dan maraknya teknologi kalkulator dann komputer akhirnya memaksa pemerintah melaunching kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan jaman, lahirlah kurikulum 1984. Sepuluh tahun kemudian pemerintah juga menyempurnakan lagi kurikulum tersebut dengan kurikulum 1994. Dan yang terbaru adalah kurikulum 2004 yang terkenal kurikulum bebrbasis kompetensi. Prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalamketuntasan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP UMS

Ruseffendi, 1996, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas terbuka

Darhim, Drs, 1997, Pendidikan Matematika 2, Jakarta, Universitas Terbuka

KURIKULUM 1968, 1975, 1984, dan 1994

A.  Persamaan

1.   Dirancang berdasarkan  landasan  yang  sama,  yaitu  Pancasila  dan  UUD  1945.

2. Tujuan dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap

tahunnya.

Page 29: kurikulum_1968-2006

3. Peningkatan mutu pendidikan mencakup pengembangan dimensi manusia

seutuhnya yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan,

kesehatan, ketrampilan, dan seni yang bermuara pada peningkatan dan

pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi

peserta didik.

B.  Perbedaan

1. Tujuan Pendidikan Nasional

a. Kurikulum 1968

“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti

yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-

Undang Dasar 1945”.

b. Kurikulum 1975

“Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia

Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap

demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang

tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai

sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang

Dasar 1945”.

c. Kurikulum 1984

“Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan

keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

d. Kurikulum1994

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

Page 30: kurikulum_1968-2006

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

2.  Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar

a. Kurikulum 1968

1) Membentuk  manusia  Pancasila  sejati

2)Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan agama.

3)Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.

4)Membina/ mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.

b. Kurikulum 1975

Kurikulum  1975  menekankan  pada  tujuan,  agar  pendidikan  lebih  efisien  dan

efektif.  “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, 

yaitu MBO  (management  by  objective)  yang  terkenal  saat  itu.

Kurikulum  1975  secara umum mengharapkan lulusannya :

1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik.

2) Sehat jasmani dan rohani.

3) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan untuk

melanjutkan pekerjaan, bekerja di masyarakat, dan mengembangkan, diri sesuai

dengan asa pendidikan seumur hidup.

c. Kurikulum 1984

1) Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila

yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap

pembangunan bangsa.

2) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

3) Memberikan kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan

diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya.

d. Kurikulum1994

Page 31: kurikulum_1968-2006

1) Mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tiap perkembangan

siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian.

2) Menekankan kemampuan dan keterampilan dasar baca-tulis-hitung (calistung),

sebab kemampuan tersebut merupakan kemampuan awal yang akan

mempengaruhi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih

jauh.

3.  Ciri-ciri

a.Kurikulum 1968

1)  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968-1973).

2) Sifat kurikulum correlated subject.

3) Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa

Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), dan SMA jurusan A 18

bidang studi.

4) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua

jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).

b.   Kurikulum 1975

1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968 – 1973).

2) Sifat kurikulum Integrated Curriculum Organization.

3) Jumlah bidang studi di SD ada 9 bidang studi, SMP ada 11 bidang studi, dan SMA

ada 11 bidang studi.

4) Penjurusan di SMA dibagi atas 3 jurusan, yaitu : jurusan IPA, IPS dan Bahasa.

Penjurusan dimulai di kelas I pada permulaan semester II.

c.   Kurikulum 1984

1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (1983-

1985).

2) Sifat kurikulum content based curriculum

Page 32: kurikulum_1968-2006

3) Jumlah mata pelajaran di SD mencakup 11 mata pelajaran, SMP ada 11 mata

pelajaran, dan SMA ada 15 bidang studi untuk program inti dan 4 bidang studi

untuk program pilihan

4) Penjurusan di SMA dibagi atas 5 (lima) jurusan, yaitu : program A1 (ilmu fisika),

program A2 (ilmu biologi), program A3 (ilmu sosial), program A4 (ilmu budaya),

program A5 (ilmu agama).

d.   Kurikulum 1994

1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Prof. Dr. Ing. Wadiman Djoyonegoro

(1993-1998).

2) Sifat kurikulum objective based curriculum

3) Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama) dan nama SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum)

4) Jumlah mata pelajaran di SD ada 9 mata pelajaran, SLTP ada 13 mata pelajaran,

dan SMU ada 10 mata pelajaran.

5) Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II dan dibagi atas tiga jurusan, yaitu

jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.

6) SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG)

4. Mata Pelajaran di Sekolah Dasar

a. Kurikulum 1968

Ada tiga kelompok besar mata pelajaran, yaitu :

1.  Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi pelajaran :

a) Pendidikan Agama

b) Pendidikan Kewargaan Negara

c) Pendidikan Bahasa Indonesia

d) Bahasa Daerah

e) Olahraga

2.Kelompok Pembinaan Pengetahuan dasar, meliputi pelajaran:

a) Berhitung

b) Ilmu Pengetahuan Alam

c) Pendidikan Kesenian

Page 33: kurikulum_1968-2006

d) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu kesehatan

3.Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi pelajaran:

a)Kejuruan Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan)

b) Kejuruan Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)

c) Kejuruan Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan tabungan)

ö Semua mata pelajaran diberikan sejak kelas I, kecuali pelajaran Pendidikan Bahasa

Indonesia yang diberikan mulai kelas III (bagi sekolah-sekolah yang

menggunakan bahasa daerah sabagai bahasa pengantar di kelas I dan II)

b. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 mencakup 9 bidang studi, yaitu :

1.   Agama

2.  Pendidikan Moral Pancasila

3.  Bahasa Indonesia

4.  Ilmu Pengetahuan Sosial

5.  Matematika

6.  Ilmu Pengetahuan Alam

7.  Olahraga dan Kesehatan

8.  Kesenian

9.  Keterampilan Khusus

ö   Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial tidak diberikan di kelas I dan II melainkan

baru diberikan mulai kelas III.

ö Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan diintegrasikan

ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.

ö  Bahasa Daerah merupakan bagian dari bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi

sekolah di daerah yang memerlukan pelajaran Bahasa Daerah.

c. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mencakup 11 mata pelajaran, yaitu :

1.      Pendidikan Agama

2.     Pendidikan Moral Pancasila

3.     Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa

Page 34: kurikulum_1968-2006

4.     Bahasa Indonesia

5.     Matematika

6.     Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

7.     Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

8.     Olahraga dan Kesehatan

9.     Pendidikan Kesenian

10.   Keterampilan Khusus

11.    Bahasa Daerah

ö  Mata pelajaran Matematika tidak diberikan pada kelas I dan II melainkan baru

diberikan mulai kelas III.

ö Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa diberikan hanya pada caturwulan

ke-3 setiap tahunnya.

ö  Pelajaran Bahasa Daerah diberikan bagi daerah atau sekolah yang memberikan

pelajaran Bahasa Daerah.

d. Kurikulum1994

Kurikulum 1994 mencakup 9 mata pelajaran, yaitu :

1.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Pendidikan Agama

3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

7. Kerajinan Tangan dan Kesenian

8. Pensisikan Jasmani dan Kesehatan

9. Muatan Lokal

ö Khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) tidak diberikan di kelas I dan II melainkan mulai diberikan di kelas III.

5.Alokasi Waktu

a. Kurikulum 1968

Kelas I dan II      : 28 jam pelajaran, masing-masing jam       pelajaran 30 menit.

Page 35: kurikulum_1968-2006

Kelas III, IV, V, dan VI  : 40 jam pelajaran, masing-masing       jam pelajaran 40 menit.

b. Kurikulum 1975

Kelas I    : 26 jam pelajaran

Kelas II   : 26 jam pelajaran

Kelas III : 33 jam pelajaran

Kelas IV  : 36 jam pelajaran

Kelas V    : 36 jam pelajaran

Kelas VI  : 36 jam pelajaran

c. Kurikulum 1984

Kelas I  : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Kelas II : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Kelas III : 35 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 33 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Kelas IV : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Kelas V  : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Kelas VI : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)

Pelajaran Bahasa Indonesia pada catur wulan ke-1 dan ke-2 ada 8 jam pelajaran,

sedangkan caturwulan ke-3 ada 7 jam pelajaran.

d. Kurikulum1994

Kelas I  :  30 jam pelajaran

Kelas II :  30 jam pelajaran

Kelas III  : 38 jam pelajaran

Kelas IV :  40 jam pelajaran

Kelas V  :  42 jam pelajaran

Kelas VI :  42 jam pelajaran

6. Materi

a. Kurikulum 1968

Page 36: kurikulum_1968-2006

Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengkaitkan dengan permasalahan

faktual dilapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan

kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

b. Kurikulum 1975

Materi pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional

(PPSI) yang pada saat itu dikenal dengan “Satuan Pelajaran”.

c. Kurikulum 1984

Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan materi pada setiap mata pelajaran

sehingga mencakup materi yang penting-penting saja. Materi pelajaran dikemas

dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan

dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi

pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas

materi pelajaran yang diberikan.

Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan

penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,

semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif

dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari

sederhana menuju ke kompleks.

Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dipadukan ke berbagai bidang studi

seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Kesenian.

d. Kurikulum1994

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat

perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan

aplikasi kehidupan sehari-hari.

Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar

isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, kurikulum 1994 menjelma

menjadi kurikulum yang super padat.

Page 37: kurikulum_1968-2006

 

 7.Pembelajaran

a. Kurikulum 1968

Metode pembelajarannya banyak dipengaruhi teori psikologi unsur.

Penerapan metode eja pada pelajaran bahasa Indonesia, anak juga harus belajar

melalui unsur-unsur lebih dahulu. Metode ini menjadi bertolak belakang ketika

pemerintah mengenalkan matematika modern 1971. Padahal guru hanya

menguasai ilmu hitung.

b. Kurikulum 1975

Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal dengan istilah

“Satuan Pelajaran”. Setiap pelajaran dijabarkan kedalam “Tujuan Kurikuler”.

Setiap pokok bahasan mata pelajaran diurai menjadi ” Tujuan Instruksional

Umum”. Kemudian dari pokok bahsan ini dijabarkan kedalam satu bahasan yang

melahirkan sejumlah tujuan instruksional khusus.

Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan,

pendekatan integratif, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem.

ö  Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, maksudnya bahwa semua komponen

kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan pendidikan nasional,

tujuan institusional (tujuan Sekolah Dasar), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi),

dan tujuan intruksional (tujuan umum dan khusus).

ö  Pendekatan integratif, menekankan adanya keterpaduan atau kesatuan dari

keseluruhan sistem pengajaran.

ö  Pendekatan sistem, dimaksudkan bahwa kurikulum merupakan suatu totalitas yang

memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan.

ö  Pendekatan ekosistem, maksudnya bahwa kurikulum senantiasa berorientasi atau

didasarkan kepada tuntutan kehidupan dalam masyarakat yang sedang

membangun.

Page 38: kurikulum_1968-2006

Kurikulum 1975 juga menganut prinsip relevansi, prinsip efisiensi-

efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, dan prinsip pendidikan sumur

hidup.

ö  Prinsip relevansi

Suatu sistem pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang

dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja.

ö  Prinsip efisiensi dan efektifitas

Kurikulum 1975/ 1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan

dana, daya dan waktu.

ö  Prinsip fleksibilitas

Pelaksanaan suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan

faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang

terlaksananya program.

ö  Prinsip berkesinambungan/ kontinuitas

Sesuai dengan tujuan institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk

berkembang menjadi warga masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu

melanjutkan kesetiap jenjang pendidikan.

ö  Prinsip pendidikan seumur hidup

Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan para siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan

belajar yang luas dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.

c. Kurikulum 1984

Pada kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan

kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri secara lebih

bebas. Pelaksanaan pengajaran mengarah pada ketuntasan belajar dan disesuaikan

dengan kecepatan belajar masing-masing anak didik. Posisi siswa ditempatkan

sebagai subyek belajar, yang terkenal dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan

proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses

pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan

Page 39: kurikulum_1968-2006

perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara

efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

d. Kurikulum1994

Tujuan  pengajaran  menekankan  pada  pemahaman  konsep  dan 

keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pembelajaran di

sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada

materi pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara

mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan

bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,

dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

Depdiknas (2002) mengemukan karakteristik KBK secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaun klasikal. Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Dalam KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi

Page 40: kurikulum_1968-2006

bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.

May

14

makalah kurikulum KTSP

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan 

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan 

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi 

tujuan   pendidikan   nasional   serta   kesesuaian   dengan   kekhasan,   kondisi   dan   potensi 

daerah,  satuan pendidikan dan peserta didik.  Oleh sebab  itu kurikulum disusun oleh 

satuan   pendidikan   untuk   memungkinkan   penyesuaian   program   pendidikan   dengan 

kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. 

Pengembangan   Kurikulum   Tingkat   Satuan   Pendidikan   (KTSP)   yang   beragam 

mengacu   pada   standar   nasional   pendidikan   untuk   menjamin   pencapaian   tujuan 

pendidikan   nasional.Standar   nasional   pendidikan   terdiri   atas   standar   isi,   proses, 

kompetensi   lulusan,   tenaga   kependidikan,   sarana   dan   prasarana,   pengelolaan, 

pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan 

tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan 

utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Page 41: kurikulum_1968-2006

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam makalah 

ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan (KTSP)?

2. Apa tujuan dari KTSP?

3. Apa Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 

(KTSP)?

4. Apa ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?

5. Apa Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan (KTSP) 

bagi pendidkan?

6. Apa perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya?

7. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013?

C.  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang akan di capai dalam makalah 

ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2. Dapat mengetahui tujuan dari KTSP

3. Dapat Mengetahuai prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan 

Pendidikan (KTSP)

4. Dapat mengetahui ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan 

Pendidikan (KTSP)

Page 42: kurikulum_1968-2006

6. Dapat Mengetahuai Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum yang 

sebelumnya

7. Dapat mengetahui perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat   rencana dan pengaturan  mengenai   tujuan,   isi, 

dan  bahan  pelajaran   serta   cara   yang  digunakan   sebagai   pedoman  penyelenggaraan 

kegiatan   pembelajaran   untuk   mencapai   tujuan   pendidikan   tertentu.   KTSP   adalah 

kurikulum   operasional   yang   disusun,   dikembangkan,   dan   dilaksanakan   oleh   setiap 

satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar 

yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). KTSP terdiri dari tujuan 

pendidikan tingkat satuan pendidikan,  struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan 

pendidikan,   kalender   pendidikan,   dan   silabus.   Silabus   adalah   rencana   pembelajaran 

pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar 

kompetensi   ,  kompetensi  dasar,  materi  pokok/pembelajaran,  kegiatan  pembelajaran, 

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan 

penjabaran   standar   kompetensi   dan   kompetensi   dasar   ke   dalam   materi 

pokok/pembelajaran,   kegiatan   pembelajaran,   dan   indikator   pencapaian   kompetensi 

untuk penilaian.

 KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah :

a. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006

Page 43: kurikulum_1968-2006

B.  Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Secara   umum   tujuan   diterapkannya   KTSP   adalah   untuk  memandirikan   dan 

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada 

lembaga   pendidikan.   KTSP   memberikan   kesempatan   kepada   sekolah   untuk 

berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah

a.    Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam 

mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya yang 

tersedia. 

b.    Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan 

kurikulum melalui pengan bilan keputussan bersama.

c.    Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas 

pendidikan yang akan dicapai.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum   Tingkat   Satuan   Pendidikan   (KTSP)   dikembangkan   sesuai   dengan 

relevansinya  oleh  setiap kelompok  atau  satuan pendidikan  di  bawah koordinasi  dan 

supervisi   dinas   pendidikan   atau   kantor   Departemen   Agama   Kabupaten/Kota   untuk 

pendidikan   dasar   dan   provinsi   untuk   pendidikan   menengah.   Pengembangan   KTSP 

mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang 

disusun   oleh   BSNP,   serta  memperhatikan   pertimbangan   komite   sekolah/madrasah. 

Penyusunan   KTSP   untuk   pendidikan   khusus   dikoordinasi   dan   disupervisi   oleh   dinas 

pendidikan   provinsi,   dan   berpedoman   pada   SI   dan   SKL   serta   panduan   penyusunan 

kurikulum yang disusun oleh BSNP .

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip 

sebagai berikut:

1.    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan 

lingkungannya.

2.    Beragam dan terpadu

3.    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4.    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5.    Menyeluruh dan berkesinambungan

Page 44: kurikulum_1968-2006

6.    Belajar sepanjang hayat

7.    Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

D.  Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan 

program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan 

peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.

2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses 

pembelajaran.

3. Guru harus mandiri dan kreatif.

4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran..

Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :

1. KTSP  menganut prinsip Fleksibilitas

2. KTSP  membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah 

kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada birokrat..

3. Guru kreatif dan siswa aktif.

4. KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.

5. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS ( Manajemen Berbasis 

Sekolah )

6. KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.

7. KTSP beragam dan terpadu

E.  Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Kelebihan

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk 

semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program 

pendidikan.

Page 45: kurikulum_1968-2006

KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan 

mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan 

siswa..

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan 

memberatkan kurang lebih 20%.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk 

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.

2. Kekurangan

Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan 

satuan pendidikan yang ada

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan 

dari pelaksanaan KTSP

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik 

konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan

Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan 

berdampak berkurangnya pendapatan guru.

F.   Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya

a. Pada umumnya perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah

No. KTSP Kurikulum Sebelumnya

1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat

2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens

Page 46: kurikulum_1968-2006

3. Siswa aktif Guru aktif

4. Berdasar Standar Nasional Belum ada Standar Nasional

b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004 )

KBK KTSP

Kurang operasional Lebih operasional

Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif

Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat 

Depdiknas

Guru membuat kurikulum sendiri

Sekolah kurang diberi kewenangan untuk 

mengembangkan kurikulum

Sekolah diberi keleluasaan untuk 

mengembangkan kurikulum

Kurang relevan dengan otonomo daerah Lebih relevan

c. Persamaan KTSP dengan KBK

1. Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

2. Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana setip 

daerah diberikan kesempatan yng seluas-uasnya untuk mengembangkanya.

3. Adanya persamaan dalam prancangan pembelajaran berupa adanya standar 

kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian.

4. Sama sama danya system evaluasi dalam penenentuan hasil belajar sisiwa.

5. Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru waluapun di 

KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.

6. Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.

7. Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai

G. Perbedaan Kurikulum KTSP Dengan Kurikulum 2013

Page 47: kurikulum_1968-2006

Perbandingan Struktur Kurikulum 2013 dan KTSP

Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum sekarang (KTSP), materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum. Misal, untuk kurikulum SMP dan MTs, terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.

Pada   Kurikulum   2013   nanti,   ada   perubahan  mendasar   dibanding   kurikulum sekarang, yaitu antara lain :

1.    Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran

       IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll       IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll       Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan 

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan       Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran2.    Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses 

pembelajaran dan penilaian3.    Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat 

dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran      TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri      Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya      Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran4.    Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan 

pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaianAdapun perbedaannya dapat dilihat paada gambar dibawah ini :

Page 48: kurikulum_1968-2006

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Page 49: kurikulum_1968-2006

Kurikulum adalah seperangkat  rencana dan pengaturan mengenai   tujuan,   isi, 

dan  bahan  pelajaran   serta   cara   yang  digunakan   sebagai   pedoman  penyelenggaraan 

kegiatan   pembelajaran   untuk   mencapai   tujuan   pendidikan   tertentu.   KTSP   adalah 

kurikulum operasional   yang  disusun  oleh  dan dilaksanakan  di  masing-masing   satuan 

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan 

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus 

adalah   rencana   pembelajaran   pada   suatu   dan/atau   kelompok  mata   pelajaran/tema 

tertentu   yang   mencakup   standar   kompetensi   ,   kompetensi   dasar,   materi 

pokok/pembelajaran,  kegiatan pembelajaran,   indikator,  penilaian,  alokasi  waktu,  dan 

sumber/bahan/alat   belajar.   Silabus  merupakan   penjabaran   standar   kompetensi   dan 

kompetensi  dasar ke dalam materi  pokok/pembelajaran,  kegiatan pembelajaran,  dan 

indikator   pencapaian   kompetensi   untuk   penilaian.   Dan   mempunyai   prinsip-prinsip 

sebagai berikut

5.    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan 

lingkungannya

6.    Beragam dan terpadu

7.    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

8.    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

9.    Menyeluruh dan berkesinambungan

10.              Belajar sepanjang hayat

11.              Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Saran

Diharapkan   kepada  pembaca  agar   dapat  memahami   tentang   kurikulum  yang 

digunakan pada sistem pendidikan sekarang ini.

Diposkan 14th May 2013 oleh Tutik Agrisia 

Add a comment

Tutik Agrisia

Page 51: kurikulum_1968-2006

Add a comment

3.

Sep

14

sepi kelabu malam minggunya

Diposkan 14th September 2013 oleh Tutik Agrisia 

Add a comment

4.

May

28

Bimbingan Dan Konseling Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Page 52: kurikulum_1968-2006

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :

Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

Page 53: kurikulum_1968-2006

Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah

Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.

Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.

Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.

Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

Diposkan 28th May 2013 oleh Tutik Agrisia 

Page 54: kurikulum_1968-2006

Add a comment

5.

May

14

kurikulum

A.   Resume

Awal   kurikulum   terbentuk  pada   tahun  1947,   yang  diberi  nama  Rentjana Pembelajaran  1947.  Kurikulum  ini  pada saat   itu  meneruskan  kurikulum yang sudah   digunakan   oleh   Belanda   karena   pada   saat   itu   masih   dalam   psoses perjuangan  merebut   kemerdekaan.   Yang   menjadi   ciri   utama   kurikulum   ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai  1952.  Yang  menjadi   ciri  dalam kurikulum  ini  adalah   setiap  pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Usai   tahun   1952,   menjelang   tahun   1964   pemerintah   kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi nama dengan   Rentjana   pendidikan   1964.   yang   menjadi   ciri   dari   kurikulum   ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.

Kurikulum   1968   merupakan   pemabaharuan   dari   kurikulum   1964.   Yaitu perubahan struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik  yang sehat  dan kuat.  kurikulum 1975 sebagai  pengganti kurikulum 1968 menekankan  pada   tujuan,  agar  pendidikan   lebih  efisien  dan  efektif.  Metode materi  dirinci  pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi   (PPSI).  Menurut Mudjito   (dalam  Dwitagama:   2008)   Zaman   ini   dikenal   dengan   istilah   satuan 

Page 55: kurikulum_1968-2006

pelajaran   yaitu   pelajaran   setiap   satuan   bahasan.   Setiap   satuan   dirinci   lagi: petunjuk   umum,   tujuan   intruksional   khusus   (TIK),   materi   pelajaran,   alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

Kurikulum 1984  mengusung  proses   skill   approach.  Meski  mengutamakan pendekatan  proses,   tapi   faktor   tujuan   itu  penting.  Kurikulum  ini   juga   sering disebut dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebgai   subyek   belajar.   Dari   mengamati   sesuatu,   mengelompokkan, mendiskusikan,hingga   melaporkan.   Model   ini   disebut   dengan   model   Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.   “Jiwanya   ingin  mengkombinasikan   antara   Kurikulum   1975   dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan (dalam Dwitagama: 2008).

Kurikulum   1994   dibuat   sebagai   penyempurnaan   kurikulum   1984   dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan   Nasional.   Hal   ini   berdampak   pada   sistem   pembagian   waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Terdapat   ciri-ciri   yang  menonjol   dari   pemberlakuan   kurikulum   1994,   di antaranya sebagai berikut:

Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup 

padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum   untuk   semua   siswa   di   seluruh   Indonesia.   Kurikulum   ini bersifat   kurikulum   inti   sehingga   daerah   yang   khusus   dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dalam   pelaksanaan   kegiatan,   guru   hendaknya   memilih   dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal  yang mengarah kepada  jawaban konvergen, divergen   (terbuka,   dimungkinkan   lebih   dari   satu   jawaban)   dan penyelidikan.

Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan   konsep/pokok   bahasan   dan   perkembangan   berpikir   siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang 

Page 56: kurikulum_1968-2006

menekankan   pada   pemahaman   konsep   dan   pengajaran   yang menekankan   keterampilan   menyelesaikan   soal   dan   pemecahan masalah.

Pengajaran   dari   hal   yang   konkrit   ke   ha   yang   abstrak,   dari   hal   yang mudah   ke   hal   yang   sulit   dan   dari   hal   yang   sederhana   ke   hal   yang kompleks.

Pengulangan-pengulangan  materi   yang  dianggap  sulit  perlu  dilakukan untuk pemantapan pemahaman.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul  beberapa permasalahan, terutama sebagai  akibat dari  kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:

Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat   perkembangan   berpikir   siswa,   dan   kurang   bermakna   karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini  mendorong   para   pembuat   kebijakan   untuk  menyempurnakan   kurikulum tersebut.   Salah   satu   upaya   penyempurnaan   itu   diberlakukannya   suplemen kurikulum   1994.   Penyempurnaan   tersebut   dilakukan   dengan   tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:

Penyempurnaan   kurikulum   secara   terus   menerus   sebagai   upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang  ingin dicapai  dengan beban belajar,  potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan   kurikulum   dilakukan   untuk   memperoleh   kebenaran substansi   materi   pelajaran   dan   kesesuaian   dengan   tingkat perkembangan siswa.

Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai  aspek  terkait, seperti   tujuan   materi   pembelajaran,   evaluasi   dan   sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.

Penyempurnaan   kurikulum   tidak   mempersulit   guru   dalam mengimplementasikannya   dan   tetap   dapat   menggunakan   buku pelajaran   dan   sarana   prasarana   pendidikan   lainnya   yang   tersedia   di sekolah.

Page 57: kurikulum_1968-2006

Penyempurnaan   kurikulum   1994   di   pendidikan   dasar   dan   menengah dilaksanakan   bertahap,   yaitu   tahap   penyempurnaan   jangka   pendek   dan penyempurnaan jangka panjang.

Implementasi   pendidikan   di   sekolah   mengacu   pada   seperangkat kurikulum.   Salah   satu  bentuk   invovasi   yang  dikembangkan  pemerintah   guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum   1994   disempurnakan   lagi   sebagai   respon   terhadap   perubahan struktural  dalam pemerintahan dari   sentralistik menjadi  disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.Pada   era   ini   kurikulum  yang  dikembangkan  diberi   nama  Kurikulum  Berbasis Kompetensi   (KBK).  KBK adalah  seperangkat   rencana dan pengaturan   tentang kompetensi   dan   hasil   belajar   yang   harus   dicapai   siswa,   penilaian,   kegiatan belajar   mengajar,   dan   pemberdayaan   sumber   daya   pendidikan   dalam pengembangan   kurikulum   sekolah   (Depdiknas,   2002).   Kurikulum   ini  menitik beratkan   pada   pengembangan   kemampuan  melakukan   (kompetensi)   tugas-tugas dengan standar performasi  tertentu,  sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh   peserta   didik,   berupa   penguasaan   terhadap   serangkat   kompetensi tertentu.   KBK   diarahkan   untuk  mengembangkan   pengetahuan,   pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam   bentuk   kemahiran,   ketepatan   dan   keberhasilan   dengan   penuh tanggungjawab.  Adapun   karakteristik   KBK  menurut  Depdiknas   (2002)   adalah sebagai berikut:

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

Penyampaian   dalam   pembelajaran   menggunakan   pendekatan   dan metode yang bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi  juga sumber belajar  lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Penilaian   menekankan   pada   proses   dan   hasil   belajar   dalam   upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005   tentang   standar   nasional   pendidikan.   Peraturan   Pemerintah   ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional  pendidikan,   yaitu:   (1)standar   isi,   (2)standar   proses,   (3)standar kompetensi   lulusan,   (4)standar  pendidik  dan tenaga kependidikan,   (5)standar 

Page 58: kurikulum_1968-2006

sarana   dan   prasarana,   (6)standar   pengelolaan,   standar   pembiayaan,   dan (7)standar penilaian pendidikan.

Kurikulum dipahami   sebagai   seperangkat   rencana  dan  pengaturan  mengenai tujuan,   isi,  dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai  pedoman penyelenggaraan   kegiatan   pembelajaran   untuk  mencapai   tujuan   pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring  pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Secara   substansial,   pemberlakuan   (baca:   penamaan)   Kurikulum   Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu   PP   No.   19/2005.   Akan   tetapi,   esensi   isi   dan   arah   pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

Penyampaian   dalam   pembelajaran   menggunakan   pendekatan   dan metode yang bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi  juga sumber belajar  lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Penilaian   menekankan   pada   proses   dan   hasil   belajar   dalam   upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 

Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar  yang ditetapkan,  mulai  dari   tujuan,  visi-misi,   struktur dan   muatan   kurikulum,   beban   belajar,   kalender   pendidikan   hingga pengembangan silabusnya 

A. Komentar

Kurikulum   adalah   sejumlah   mata   ajaran   yang   harus   ditempuh   dan dipelajarai   oleh   siswa   untuk   memperoleh   sejumlah   pengetahuan   (Hamalik, 2003: 16). Menurut nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk  mempengaruhi   anak   belajar   apakah   dalam   ruangan   kelas,   dihalaman sekolahataupun diluar sekolah termsuk kurikulum. 

Page 59: kurikulum_1968-2006

Menurut hemat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun hal  itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti dari  posisi  negara  kita  dalam tingkat  kemajuan pendidikan  masih  kalah   jauh dengan negara tetangga yang notabene secara geografis negara kita lebih luas. Logikanya   semakin   luas,   jumlah   pendudukpun   semakin   banyak,   otomatis bannyak   bakat-bakat   yang   terdapat   dalam   setiap   individu-individu   bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), Secara peringkat. Berdasarkan dalam laporan Badan   Perserikatan   Bangsa-Bangsa   (PBB)   untuk   bidang   pendidikan,   United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari  58 menjadi  62 di  antara 130 negara di  dunia.  Mau tidak mau,  itu menggambarkan bahwa kualitas  pendidikan kita  pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot. 

Jika   melihat   fakta   ini   sungguh   ironis,   tidak   sebanding   dengan   fakta   atas perubahan-perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1947,  1952,  1968,  1975,  1984,  1994,  2004,  2006.  Menurut   (dari  di   internet) negeri   kita   hanya  mampu  menjadi   bangsa   “panjual”   tenaga   kerja  murah   di negeri  orang.  Dari  pendapt di  atas dapat disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7 kali, atau bisa disebut berkali-kali. 

Hal   ini   juga   diungkapkan   oleh   Prof.   Aleks   Maryunus   guru   besar Universitas  Negeri  Padang  menyebutkan  bahwa “selama  ini   sibuk  mengurusi dan membenahi dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di negara   kita   lebih  menitikberatkan   pada   perubahan   konsep   tertulisnya   saja (berupa  buku-bukupelajran  dan silabus  saja)   tanpa mau memperbaiki  proses pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita. 

Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja yang menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947   hingga   2006   yang  menjadi   faktor   atas   perubahan   itu   diantaranya:   (1) menyesuaikan   dengan   perkembangan   jaman,   hal   ini   dapat   kita   lihat   awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran terurai  1952.  Awalya  hanya mengikuti atau  meneruskan  kurikulum yang ada kemudian   dikembangkan   lagi   dengan   lebih   menfokuskan   pelajaran   dengan kehidupan   sehari-hari.   (2)   kepentingan   politis   semata,   hal   ini   sangat   jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan 

Page 60: kurikulum_1968-2006

sebelum-sebelumnya.   Dalam   kurun   waktu   yang   singkat   ini,   kita   tidak   bisa membuktikan  baik  tidaknya  sebuah  kerikulum.  Hal   senada   juga  diungkapkan oleh Bagus (2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. 

Hal   senada   juga  diungkapkan  oleh  Hamalik   (2003:   19)  menyebutkan  bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Tujuan   filsafat   pendidikan   nasional   yang   dijadikan   yang   dijadikan sebagai   dasar   untuk   merumuskan   tujuan   institusional   yang   pada gilirannya   menjadi   landasan   merumuskan   tujuan   kurikulum   suatu satuan pendidikan.

2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).

4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM

5. Perkembangan   ilmu  pengetahuan  dan   teknologi   yang   sesuai   dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.

Menurut,   S.  Nasution   (dalam  Jumari   (2007)  menyebutkan  bahwa perubahan kurikulum  mengikuti  dua  prosedur,   yaitu  Administrative  approach  dan  grass roots   approach.  Administrative   approach,   yaitu   suatu   perubahan   atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi  from the top down,  dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua,  grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain. 

Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan  pendidikan  yang  puncaknya   tugas   itu  akan  diemban  oleh masing  masing  pengampu mata pelajaran yaitu  guru.  Sehingga  seorang guru disini  menurut  Okvina   (2009)  benar-benar  digerakkan  menjadi  manusia  yang professional  yang menuntuk kereatifitasan seorang guru.  Kurikulum yang kita pakai  sekarang  ini  masih banyak kekurangan di  samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan  KTSP  dengan  kata   lin  masih   rendahnya  kualitas   seorang guru,   karena  dalam  KTSP   seorang   guru   dituntut   untuk   lebihh   kreatif   dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.

Page 61: kurikulum_1968-2006

Kesimpulan

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kerikulum dari   tahun  ketahun  menunjukkan  kemajuan  yang  cukup  baik   jika  diihat  dari kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan. Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulumm Indonesia masih berjalan di Tempat artinya tidak berkembang  hal   bisa  dibuktikan  dengan  data   yang  menunjukkan  pperingkat Indonesia   masih   berada   pada   No   62   dari   130   negara   yang   ada.   Hal   ini merupakan PR bagi pemerintah bagaimana langkah yang harus dilakukan.

PENGERTIAN KURIKULUM MENURUT BEBERAPA AHLI

1.   Menurut   George   A.   Beaucham   (1976),  kurikulum   sebagai   bidang   studi membentuk   suatu   teori   yaitu   teori   kurikulum.   Selain   sebagai   bidang   studi kurikulum juga sebagai  rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan.

2.   Menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk   peserta   didik   selama   di   sekolah.(Hilda   Taba   ;1962   dalam   bukunya “Curriculum Development Theory and Practice).

3.   Nengly   and   Evaras   (1976),  Kurikulum   adalah   semua   pengalaman   yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

4.   J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut” The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in the class room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk  mempengaruhi   anak   belajar,   apakah   dalam   ruang   kelas,   di   halaman sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kulikuler.

5.   J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement. Menurut mereka  dalam  kurikulum   juga   termasuk  metode  mengajar  dan  belajar,   cara mengevaluasi   murid   dan   seluruh   program,   perubahan   tanaga   mengajar, 

Page 62: kurikulum_1968-2006

bimbingan dan penyuluhan,  supervise dan administrasi  dan hal-hal  structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan memilih mata pelajaran.

6.   Menurut   Valiga,   T   &  Magel,   C.  Kurikulum   adalah   urutan   pengalaman   yang ditetapkan oleh sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak.

7.   Purwadi   (2003)  memilah   pengertian   kurikulum   menjadi   enam   bagian   :   (1) kurikulum sebagai   ide;   (2)  kurikulum formal  berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar;  (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional   kan   oleh   pengajar   di   kelas;   (5)   kurikulum   experience   yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

8.   Menurut  Grayson   (1978),  kurikulum   adalah   suatu   perencanaan   untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan   tersebut   disusun   secara   terstruktur   untuk   suatu   bidang   studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran   (Materi  di  dalam kurikulum harus  diorganisasikan  dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

9.   Menurut  Harsono   (2005),  kurikulum   merupakan   gagasan   pendidikan   yang diekpresikan  dalam praktik.  Dalam bahasa  latin,  kurikulum berarti  track  atau jalur   pacu.   Saat   ini   definisi   kurikulum   semakin   berkembang,   sehingga   yang dimaksud   kurikulum   tidak   hanya   gagasan   pendidikan   tetapi   juga   termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.

10. B.   Bara,   Ch   (2008),  Kurikulum   yakni   bahwa   konsep   kurikulum   dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.

KESIMPULANNYA:

Kurikulum  adalah   suatu   program   pendidikan   yang   di   rencanakan,   di programkan,   dan   di   rancang   sedemikian   rupa   secara   sistematis   yang   berisi bahan   ajar   serta   pengalaman   belajar   sehingga   dalam   program   pendidikan memiliki arah dan tujuan yang akan di capai dan dari hasil yang di capai kita dapat   merevisi   ulang   dan   mengembangkan   program   pendidikan   untuk memperoleh hasil  yang  lebih baik dari  sebelumnya sehingga suatu kurikulum pembelajaran dapat di katakan selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan.

Page 63: kurikulum_1968-2006

Peran dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peran sebagai berikut :

1.     Peran Konservatif

Kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Sekolah sebagai suatu lembaga sosial dituntut dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai- nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena itu pendidikan pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan di sinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.

Melalui kurikulum siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika kembali ke masyarakat, dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran ini penting bagi masyarakat, dikaitkan dengan cepatnya pengaruh budaya asing yang masuk sebagaikonsekuensi era globalisasi, yang dimungkinkan budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya lokal, akan semakin menggerogoti budaya asli. Dengan peran konservatif kurikulum berperan menangkal berbagai macam pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat dapat selalu terjaga dan terpelihara.

2.     Peran Kreatif

Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kurikulum yang tidak mengandung unsur-unsur baru, akan menghasilkan pendidikan yang ketinggalan zaman, sehingga berarti bahwa apa yang diberikan sekolah bagi siswa menjadi

Page 64: kurikulum_1968-2006

kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.

3.     Peranan Kritis / Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum berperan menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dimiliki anak didik.Nilai–nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Demikian juga sebaliknya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan budaya setempat mungkin akan ditolak dan tidak dipakai, atau dipakai dengan diwarnai nilai-nilai lokal, sehingga menjadi nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat setempat. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan ketiga peran tersebut, karena ketiganya harus berjalan seimbang. Kurikulum yang menonjolkan peran konservatifnya akan cenderung membuat pendidikan ketinggalan zaman, sebaliknya kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya, dapat membuat nilai-nilai budaya lokal hilang.

FUNGSI KURIKULUM

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Mc. Neil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi yaitu :

a.      Fungsi pendidikan umum (common and general education)

Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab , menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada anak didik agar mampu menginternalisaasi nili-nilai dalam masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, Fungsi ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang pendidikan.

b.      Fungsi Suplementasi (supplementation)

Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat yang ada pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak menambah wawasan yang

Page 65: kurikulum_1968-2006

lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya. Siswa yang meiliki kemapuan di atas rata-rata haraus terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal, sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.

c.       Fungsi Eksplorasi (exploration)

Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing anak didik, sehingga diharapkan anak didik dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa ada paksaan. Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena terkadang berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan dari pihak-pihak tertentu, seperti orangtua, untuk memilih suatu pilihan yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak didik yang terkadang tersembunyi.

d.      Fungsi keahlian (specialization)

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak didik. Kurikulum harus dapat memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, seperti perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Dengan bidang-bidang pilihan tersebut anak didik diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau spesialis untuk menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak didik yang sesuai dengan bidang keahliannya. Alexander Inglis, mengemukakan fungsi kurikulum meliputi :

a.      Fungsi Penyesuaian

Lingkungan tempat Individu hidup senantiasa berubah dan dinamis, karena itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan lingkungan yang lain.

b.      Fungsi Integrasi

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Individu merupakan bagian integral dari masyarakat, maka dengan pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c.       Fungsi Deferensiasi

Page 66: kurikulum_1968-2006

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.

d.      Fungsi Persiapan

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.

e.       Fungsi Pemilihan

Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas sesuatu yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak didik untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat dan bakatnya.

f.       Fungsi Diagnostik

Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

HAKIKAT DAN TUJUAN KURIKULUM

A.   Hakikat Kurikulum

Nurhadi (2005: 1) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah

alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan secara efektif

dan efisien. Pentingnya sebuah kurikulum membawa implikasi pada

penerapan pembelajaran yang terarah sehingga tujuan dari pendidikan

dapat terencana dengan baik. Oemar Hamalik (2001: 18) menyatakan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

Page 67: kurikulum_1968-2006

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran

memerlukan sebuah perencanaan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat

terselenggara dengan efektif dan efisien serta isi kurikulum merupakan

susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka

upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas

diterangkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan

nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,

satuan pendidikan dan peserta didik.

B.   Tujuan Kurikulum

Kurikulum disusun dengan tujuan antara lain agar dapat memberi

kesempatan peserta didik untuk :

a.       Belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b.      Belajar untuk memahami dan menghayati.

c.       Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.

d.      Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.

e.       Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses

belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

 Oleh Agus Suhartono Putra

Page 68: kurikulum_1968-2006

Diunduh dari http://www.kompasberita.com/2012/01/analisis-kritis-

perubahan-kurikulum-pendidikan-di-indonesia/     pada tanggal 23 Mei

2012

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan

suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk

mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah

pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan

perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya

dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang

maksimal. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa

perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari

pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini

menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk

penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu

bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu

diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis.

Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan

manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara

menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh

prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan

adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada

kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi

diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di

Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu

bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah

yang merupakan kurikulum yang tidak baik.

Page 69: kurikulum_1968-2006

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas

permasalahan yang dihadapi dalam mencari alternatif jawaban ataupun

solusi bijak yang bisa dipecahkan bersama sehingga dapat terwujud

pemahaman mengenai perubahan kurikulum. Untuk menganalisa masalah

diatas penulis mengkemasnya dengan judul Analisis Kritis Perubahan

Kurikulum Pendidikan di Indonesia.

A.    Esensi Perubahan Kurikulum

Dalam perspektif soetopo dan soemanto pengertian perubahan

kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu

kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan

dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu,

yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju

movement yang lebih baik.

Berbeda dengan ungkapan nasution, perubahan kurikulum

mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan

itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu

guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh

pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan

sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut

devolupment (pembaharuan) atau inovasi kurikulum.

Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang

perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum

digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang

dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. Kurikulum

dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai

siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling

Page 70: kurikulum_1968-2006

berinteaksi. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup

dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala

agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam

kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini

tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya dirrencanakan,

karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan

kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih

besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya.

Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang

berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam

kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan

kepribadian guru.

Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif

lebih terbatas dari pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan

sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak

dalam kelas, ruang olahraga, warung sekolah, tempat bermain, karya

wisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh

kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti

yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab

menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti

mengubah semua yang terlibat didalamnya, yaitu guru sendiri, murid,

kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat umumnya

yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Seperti yang telah penulis

paprkn di atas, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial,

curriculum change is social change.

Jenis-Jenis Perubahan

Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat

bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.

Page 71: kurikulum_1968-2006

1.     Perubahan sebagian-sebagian

Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja

dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan

dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan

dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan

sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi

bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali

tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh,

penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat

saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau

sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.

2.     Perubahan menyeluruh

Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum

dapat saja terjadi secara menyeluruh . Artinya keseluruhan sistem dari

kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik didalam

tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya. Perubahan

dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan

perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan

pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula

usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975

dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi

pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum

sebelumnya.

Page 72: kurikulum_1968-2006

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang

dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai

Negara dewasa ini.

Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan

kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka

menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem

pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka.

Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup

penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.

Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali.

Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan

yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang

lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi,

komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan

cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di

atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi

maupun strategi pelaksanaan kurikulum.

Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan

bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang

membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau

pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu

ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan

akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang

secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang

kita alami dewasa ini.

SEBAB-SEBAB KURIKULUM ITU DIUBAH

Page 73: kurikulum_1968-2006

Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan

pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih

dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan

sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.

Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran.

Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA

tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah

kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered

curriculum yang dianggap terlalu bersifat adulatif (pembujukan) dan

society-centered.. Pada tahun 40-an, sebagai akibat perang, asas

masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-

centered.

Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat

pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk

kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed

instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.

Perubahan dalam masyarakat, eksplosi (ledakan) ilmu pengetahuan dan

lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-

perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan,

dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum,

betapapun relevannya pada suatu saat.

Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum

Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima

pembaharuan. Ide yang baru tentang pendidikan memerlukan waktu

sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di sekolah-sekolah.

Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru

Page 74: kurikulum_1968-2006

termasuk golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejak-jejak

yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang

paling mudah dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan

pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja

lebih banyak daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya,

bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk

mengadakan perubahan karena peraturan-peraturan administratif. Guru itu

hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan.

Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang

mencetuskannya. Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula

pembaharuan yang telah dimulainya itu. Dalam pembaharuan kurikulum

ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada

menerapkannya dalam praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai

percobaan, masih banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya,

oleh sebab harus melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan

perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan.

Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan

biaya yang lebih banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang

tidak selalu dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh

mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang

kurang percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat

kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sehat, karena

pembaharuan itu jangan hanya sekedar mode yang timbul pada suatu saat

untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.

B.     Ironi Kurikulum Pendidikan di Indonesia

Polemik yang telah pamakalah paparkan  di atas mengenai

perubahan kurikulum yang ada di Indonesia, dari mulai pergantiannya

hingga pelaksanaan kurikulum yang baru. Penulis dapat menarik satu

Page 75: kurikulum_1968-2006

benang merah bahwa kurikulum dalam pengertian termenologi yang

berasal dari bahasa Yunani “Curriculum” dan “Curere” dalam bahasa latin

adalah seperangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga

penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan

diberikan kepada peserta pelajar/sisa dalam satu periode jenjang

pendidikan.

Sementara itu, yang pesimistis dengan kurikulum mutahir

mengolok-olok KTSP sebagai (K)urikulum (T)idak (S)iap (P)akai karena

lahir terlalu premature (sebelum waktunya). Sumber kelemahannya bukan

berada di mana-mana, melainkan ada pada guru sendiri. Seberapa banyak

guru yang kreatif dan siap dalam spirit perubahan zaman yang disyaratkan

KTSP? Bukankah pendidikan keguruan di negeri ini memang tidak

membekali guru sebagai penyusun kurikulum? Selain persoalan guru,

prasyarat lain seperti gedung dan komitmen pemerintah juga akan menjadi

kendala yang serius. Kita khawatir kurikulum baru ini pun akan sama

nasibnya dengan kurikulum-kurikulum lainnya.

Tak dapat dipungkiri, pendidikan yang baik adalah investasi yang tak

ternilai untuk kemajuan bangsa. Maka, untuk menstandarkan materi-

materi pendidikan yang diberikan dalam sekolah, disusunlah kurikulum

oleh pemerintah sebagai pedoman sistematis yang wajib dilaksanakan bagi

institusi-institusi pendidikan di Indonesia dalam materi pelajaran. Dengan

begitu banyak poin penting yang diatur dalam kurikulum, penyusunan

kurikulum yang tepat sangatlah krusial untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia.

Namun, di saat zaman reformasi ini, kurikulum yang dikeluarkan

pemerintah senantiasa berubah secepat seseorang bosan dengan

mainannya. Bahkan, dapat terlihat bahwa setiap kali berganti menteri

pendidikan maka hampir dapat dipastikan kurikulum juga akan diubah.

Kalau penulis istilahkan “ganti menteri ganti kurikulum”. Mungkin hanya

ada perubahan sedikit didalamnya, namun dengan adanya menteri baru

Page 76: kurikulum_1968-2006

inginnya melakukan perubahan,  sayang sekali yang dirubah hanya nama,

tidak lebih dari sekedar formalitas.  Apakah sering berganti-ganti

kurikulum itu baik? Tergantung. Sebetulnya apabila kurikulum baru

memang lebih efektif dan cocok dengan realita di lapangan, maka itu baik.

Tapi, apa bila kurikulum itu tidak efektif dan sulit direalisasikan dengan

sempurna, maka yang terjadi adalah kebingungan dan miskonsepsi

(kesalahpahaman). Bila hal itu terjadi, maka yang paling menjadi korban

adalah siswa, korban dari proyek Mendiknas dan menteri baru yang ingin

“tampil beda”.

Hal ini sangat ironi dalam dunia pendidikan Indonesia, jika hal ini

diteruskan lambat laun banyak penyelenggara pendidikan non-pemerintah

yang bersaing dengan sekolah naungan pemerintah atau negeri. Kadang

kala kita jumpai bahwa kurikulum yang diberikan sekolah swasta

cenderung lebih baik ketimbang kurikulum dari pemerintah. Keplin-planan

pemerintah mengonta ganti kurikulum pendidikan sebenarnya tidak

masalah, yang dipermasalahkan hanya kualitas kurikulum tersebut apakah

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran ataukah hanya akan membuat

kebingungan para siswa karena selalu berubah-ubah tiap tahunnya.

Pemakalah berharap semoga pemerintah lebih jeli lagi dalam mengganti

kurikulum yang sesuai kondisi riil masyarakat, jadi tidak ada anggapan

lagi “ganti menteri ganti kurikulum”.

C.   Analisis Perubahan Kurikulum Dari 1947 – 2006

Page 77: kurikulum_1968-2006

Seperti yang telah paparkan sebelumnya bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Banyak

pertanyaan yang terlontar dari berbagai kalangan “Mengapa kurikulum di

negara kita sering berubah? ”. Dan banyak juga pernyataan yang

merupakan jawaban sinis dari pertanyaan di atas, ”Biasa, ganti Menteri

Pendidikan, ya ganti kurikulumnya”. Benarkah demikian ?

Penulis menganalisa secara global tentang perjalanan sejarah

kurikulum pendidikan di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak

Indonesia merdeka, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami

perubahan berturut-turut, yaitu pada tahun 1947, tahun1952, tahun1964,

tahun1968, tahun1975, tahun1984, tahun1994, dan tahun2004, serta yang

terbaru adalah kurikulum tahun 2006. Dinamika tersebut merupakan

konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,

ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,

kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan

secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di

masyarakat. Namun yang jelas, perkembangan semua kurikulum nasional

dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD

1945. Sedangkan  perbedaannya terletak pada penekanan pokok dari

tujuan pendidikan serta pendekatan dalam mengimplementasikannya.

Dimulai pada tahun 1947, saat itu kurikulum pendidikan di

Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan

Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.

Rentjana Peladjaran 1947 (sebutan kurikulum saat itu) merupakan

pengganti sistem  pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan

berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan

maka pendidikan sebagai development conformism (pelaku pembaharuan)

Page 78: kurikulum_1968-2006

lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang

merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Pada tahun 1952, kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan,

dengan menggunakan sebutan Rentjana Peladjaran Terurai 1952.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan

nasional. Ciri yang paling menonjol dalam kurikulum 1952 adalah setiap

rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari. Menjelang tahun 1964, dilakukan kembali

penyempurnaan sistem kurikulum di Indonesia, yang hasilnya dinamakan

Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah

penekanan pada pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang

SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,

yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan,

dan jasmani. Dari Kurikulum 1964 diperbaharui menjadi kurikulum 1968, 

dalam hal ini terjadi  perubahan struktur kurikulum pendidikan dari

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar,

dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi

pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan

dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila

sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan

diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta

mengembangkan fisik.

Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975.  Dalam

kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI), mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang

dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam

pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan

menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Page 79: kurikulum_1968-2006

Menjelang tahun 1983, kurikulum 1975 dianggap sudah tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan perkembangan IPTEK.

Sehingga dipertimbangkan untuk segera ada perubahan. Karena itulah

pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975

dengan kurikulum 1984.

Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari

oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam

waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional

dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,

yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai

siswa.

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,

mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh

pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,

maupun psikomotor Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan

pendekatan spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam pengemasan

bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin

tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran

yang diberikan. Pada tahun 1993, disinyalir bahwa pada kurikulum 1984,

proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi

pada teori belajar mengajar yang  kurang memperhatikan muatan

pelajaran, sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum1994.

Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di

antaranya adalah pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem

caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran

yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam

pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi yang

Page 80: kurikulum_1968-2006

melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

Untuk mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang

mengarah kepada jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan. Dan

dalam pengajaran suatu mata pelajaran harus menyesuaikan dengan

kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,

sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang

menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan

keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa

permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada

pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya adalah

beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan

banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.  Hal ini mendorong para

pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu

upaya penyempurnaan adalah diberlakukannya Suplemen Kurikulum

1994.

Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai

mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan

kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Dengan

dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,

sehingga sebagai konsekuensi logis harus terjadi juga perubahan struktural

dalam penyelenggaraan pendidikan, maka bersamaan dengan hal tersebut

terjadilah perubahan lagi pada kurikulum pendidikan.

Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi

menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan

(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performan yang

telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu

pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat

Page 81: kurikulum_1968-2006

kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu

dikembangkan suatu KBK sebagai pedoman pembelajaran. Sejalan dengan

visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan yaitu untuk

memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka

pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket

kompetensi.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan

berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat

memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam

kurikulum adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan

sesuatu dalam berbagai konteks.

2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa

untuk menjadi kompeten.

3. Kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang

dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.

4. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus

didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat

dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.

KBK berorientasi pada:

1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik

melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan

kebutuhannya.

KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Page 82: kurikulum_1968-2006

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

individual maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar

lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

6. Struktur kompetensi dalam KBK dalam suatu mata pelajaran

memuat rincian kompetensi dasar mata pelajaran itu dan sikap

yang diharapkan dimiliki siswa.

7. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,

kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap

mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata

pelajaran tersebut.

8. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun

pelajaran pada setiap level.

9. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, Apa

yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar

mereka pada level ini?.

10. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan

kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat

diukur dengan berbagai teknik penilaian.

11. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator.

Page 83: kurikulum_1968-2006

12. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,

Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil

belajar yang diharapkan?.

13. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai

apakah siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

Indikator bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang sempit,

yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas

pembelajaran siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan

bagaimana guru melakukan penilaian. Misalkan, jika indikator

menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau

gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan

menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas

lainnya.

Yang paling mutahir adalah KTSP, Untuk menghindari dampak

negatif yang kemungkinan terjadi seperti diuraikan di atas, perlu

disosialisasikan secara luas dan benar esensi KTSP dan potensi dampak

positif yang akan dihasilkannya di dalam praktik pendidikan di lapangan.

Sikap kritis terhadap ide pembaharuan pendidikan memang perlu

dikembangkan, tetapi harus disertai dengan sikap keterbukaan (open

mindedness) dan keobjektifan di dalam menilai ide pembaruan tersebut.

Agar kesetimbangan penyikapan ini dapat terjadi diperlukan penajaman

yang cukup komprehensif, dengan mengedepankan sisi-sisi positif secara

berimbang dengan potensi resiko yang dapat ditimbulkannya terutama bila

ide pembaharuan tersebut tidak dipahami secara benar.

Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengkritisi kebijakan Pemerintah tentang KTSP

tersebut :

1.     Secara substansial nuansa reformasi kurikulum tidak mampu memaknai

otonomi pendidikan yang sebenarnya. Reformasi setengah hati ini malah

membingungkan pemangku kepentingan pendidikan, jangankan menyusun

Page 84: kurikulum_1968-2006

kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah adapun sulitnya setengah

mati. Oleh karena itu, tepatlah orang melabeli KTSP sebagai kurikulum

tidak siap pakai.

2.     Buaian sentralistik pendidikan yang selama ini terjadi telah menjadi virus

yang mengerdilkan ide dan kreativitas satuan pendidikan dalam

memberdayakan potensi dirinya. Penyakit ini telah coba diatasi dengan

berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat pemerintah pusat

tercengang dengan minimnya pergulatan kreativitas sekolah,

dikumandangkanlah paradigma otonomi pendidikan melalui manajemen

berbasis sekolah. Kenyataannya, institusi prasyarat manajemen berbasis

sekolah seperti dewan pendidikan dan komite sekolah hanya hiasan

struktur organisasi. Bukan sebagai alat vital organisasi. Mereka tak

berdaya karena ketidaktahuan dan kebiasaan ketergantungan. Maklumlah,

di Indonesia sistem manajemen pendidikan tak sefundamental kurikulum

dan ujian. Lain halnya kebijakan try and error yang menyangkut

kurikulum.

3.     Sudah rahasia umum, pendidikan keguruan di negeri ini tidak pernah

menyiapkan guru dan sekolah menjadi pengembang kurikulum. Sementara

dalam KTSP guru harus mampu menafsirkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar menjadi indikator dan materi pembelajaran, sekaligus

menentukan sendiri metodologi didaktisnya agar tercipta harmoni

pembelajaran yang efektif dan efisien. Paradoks KTSP dan kesiapan guru

bisa menjadi musibah nasional pendidikan. Musibah intelektual ini sulit

di-recovery dan butuh waktu relatif lama, apalagi jika dikaitkan dengan

konteks global jelas terjadi ironi. Globalisasi memaksa terjadinya variasi

dan dinamika sumber pengetahuan. Dulu guru sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan. Sejalan dengan globalisasi, guru bukan satu-satunya

lagi sumber pengetahuan. Siswa memiliki peluang mengakses informasi

dari berbagai sumber, dikenallah istilah on-line learning.

Page 85: kurikulum_1968-2006

4.     KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduan informasi lokal,

nasional, dan internasional. Kemampuan memadukan ini hanya bisa

dilakukan oleh sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan

oleh guru yang disiapkan secara instan melalui berbagai program

pendampingan pengembangan kurikulum. Lebih berbahaya lagi jika

sekolah akhirnya menjiplak panduan yang ditawarkan Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Tujuan mulia KTSP pada akhirnya hanya

akan melahirkan sekolah-sekolah ’kurung batok’, instan, dan kerdil

kreativitas.

Sekedar untuk digaris bawahi bahwa secara substansial,

pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih

kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005.

Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih

bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi, yaitu :

1.      Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

2.      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3.      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

4.      Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif.

5.      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

  Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum

berbasis kompetensi sebelumnya, bahwa sekolah diberi kewenangan

penuh menyusun rencana pendidikan sesuai karakteristik Satuan

Page 86: kurikulum_1968-2006

Pendidikan dan keberadaannya, dengan mengacu pada standar-standar

yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan

kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan

silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajarannya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Dari kajian di atas dapat ditarik satu benang merah bahwa

kebijakan perubahan kurikulum merupakan upaya pemerintah untuk

memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing

dengan negara maju di era global, tentunya menuju perubahan yang lebih

baik, inovatif. Bukan hanya sekedar formalitas sehingga orientasinya tidak

pada “ganti menteri ganti pula kurikulum. Salah satunya menerapkan

Standar Nasional Pendidikan dan Badan Nasional Standar Pendidikan

sebagai acuan dasar pelaksanaan Pendidikan di Indonesia. Walaupun

dalam perjalananya, Kebijakan perubahan kurikulum (sebut saja yang

paling mutahir KTSP) mulai terlihat beberapa kelemahan, baik secara

konseptual, muatan kurikulum maupun sistem pembelajaran. Alih-alih

mereformasi, sekadar kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di mana pedoman dan

alat ukur keberhasilannya masih tetap sentralistik.

Page 87: kurikulum_1968-2006

Berarti secara substansial nuansa reformasi kurikulum harus

mampu memaknai otonomi pendidikan yang sebenarnya. Reformasi

pendidikan setengah hati akan membingungkan para pelaku pendidikan

yang sebenarnya. Persoalan yang sering kita temui di lapangan jangankan

menyusun kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah ada sulitnya

bukan main. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk

mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum ini.

Langkah perbaikan itu ibarat pepetah tiada rotan akarpun berguna,

maka pemerintah sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan

konsep dengan melibatkan pelbagai unsur/Stakholders pendidikan dan

melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum kebijakan tersebut

bergulir.

Diposkan 14th May 2013 oleh Tutik Agrisia

0

Add a comment

2.

May

14

makalah kurikulum KTSP

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Page 88: kurikulum_1968-2006

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan

nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,

satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun

oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin

pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri

atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua

dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)

dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi

satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah

dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

Page 89: kurikulum_1968-2006

1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Tingakat Satuan

Pendidikan (KTSP)?

2. Apa tujuan dari KTSP?

3. Apa Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)?

4. Apa ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?

5. Apa Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingakat Satuan

Pendidikan (KTSP) bagi pendidkan?

6. Apa perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum

sebelumnya?

7. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013?

C.  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang akan di capai

dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

2. Dapat mengetahui tujuan dari KTSP

3. Dapat Mengetahuai prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

4. Dapat mengetahui ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)

6. Dapat Mengetahuai Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan

kurikulum yang sebelumnya

Page 90: kurikulum_1968-2006

7. Dapat mengetahui perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum

2013

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun,

dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan

memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). KTSP

terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan

silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat

belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

 KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah :

a. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Page 91: kurikulum_1968-2006

d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22

dan 23/2006

B.  Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan

kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam

pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah

a.    Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan

memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

b.    Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengan bilan keputussan bersama.

c.    Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan

sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan

di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi

untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan

SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun

oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.

Page 92: kurikulum_1968-2006

Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi

oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta

panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1.    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

2.    Beragam dan terpadu

3.    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4.    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5.    Menyeluruh dan berkesinambungan

6.    Belajar sepanjang hayat

7.    Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

D.  Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk

menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang

tersedia dan kekhasan daerah.

2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Guru harus mandiri dan kreatif.

4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode

pembelajaran..

Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :

1. KTSP  menganut prinsip Fleksibilitas

2. KTSP  membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk

mengubah kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada

birokrat..

Page 93: kurikulum_1968-2006

3. Guru kreatif dan siswa aktif.

4. KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.

5. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS ( Manajemen

Berbasis Sekolah )

6. KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.

7. KTSP beragam dan terpadu

E.  Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

1. Kelebihan

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen

sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam

penyelenggaraan program-program pendidikan.

KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan

dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi

kebutuhan siswa..

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan

memberatkan kurang lebih 20%.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-

sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan

kebutuhan.

2. Kekurangan

Page 94: kurikulum_1968-2006

Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP

pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai

kelengkapan dari pelaksanaan KTSP

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara

Komprehensif baik konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya

di lapangan

Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam

pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.

F.   Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya

a. Pada umumnya perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah

No. KTSP Kurikulum Sebelumnya

1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat

2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens

3. Siswa aktif Guru aktif

4. Berdasar Standar Nasional Belum ada Standar Nasional

b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004 )

Page 95: kurikulum_1968-2006

KBK KTSP

Kurang operasional Lebih operasional

Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif

Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat

Depdiknas

Guru membuat kurikulum sendiri

Sekolah kurang diberi kewenangan untuk

mengembangkan kurikulum

Sekolah diberi keleluasaan untuk

mengembangkan kurikulum

Kurang relevan dengan otonomo daerah Lebih relevan

c. Persamaan KTSP dengan KBK

1. Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus

dimiliki oleh siswa

2. Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah

dimana setip daerah diberikan kesempatan yng seluas-uasnya

untuk mengembangkanya.

3. Adanya persamaan dalam prancangan pembelajaran berupa adanya

standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian.

4. Sama sama danya system evaluasi dalam penenentuan hasil belajar

sisiwa.

5. Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru

waluapun di KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.

6. Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.

7. Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai

G. Perbedaan Kurikulum KTSP Dengan Kurikulum 2013

Page 96: kurikulum_1968-2006

Perbandingan Struktur Kurikulum 2013 dan KTSP

Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum sekarang

(KTSP), materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan

bagian dari muatan kurikulum. Misal, untuk kurikulum SMP dan MTs,

terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri yang

harus diberikan kepada peserta didik.

Pada Kurikulum 2013 nanti, ada perubahan mendasar dibanding

kurikulum sekarang, yaitu antara lain :

1.    Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10

dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata

pelajaran

·       IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia ,

Matematika, dll

·       IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll

·       Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya

serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

·       Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata

pelajaran

2.    Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan

proses pembelajaran dan penilaian

3.    Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12

dapat dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata

pelajaran

·      TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak

berdiri sendiri

·      Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya

·      Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata

pelajaran

Page 97: kurikulum_1968-2006

4.    Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari

perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian

Adapun perbedaannya dapat dilihat paada gambar dibawah ini :

Page 98: kurikulum_1968-2006

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun

oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri

dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus

merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dan mempunyai prinsip-prinsip

sebagai berikut

5.    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

6.    Beragam dan terpadu

7.    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

8.    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

9.    Menyeluruh dan berkesinambungan

10.              Belajar sepanjang hayat

11.              Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Saran

Page 99: kurikulum_1968-2006

            Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami tentang

kurikulum yang digunakan pada sistem pendidikan sekarang ini.

PERBANDINGAN KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 DAN ANALISISNYA

16.02    No comments

NO PERBEDAAN KURIKULUM 2006 KURIKULUM 2013

1 Tujuan

Pendidikan

Tingkat Satuan

Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan dasar dan

menengah dirumuskan

mengacu kepada tujuan umum

pendidikan berikut.

1.      Tujuan pendidikan dasar adalah

meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih

lanjut.

2.      Tujuan pendidikan menengah

adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3.      Tujuan pendidikan menengah

kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut sesuai

dengan kejuruannya.

KTSP ( Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan ) disusun

dalam rangka memenuhi

amanat yang tertuang dalam

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia

Pendidikan dasar dan

menengah, dengan

mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan

Penyelenggaraan

Pendidikan, bertujuan

membangun landasan

bagi berkembangnya

potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang:

a.       beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak

mulia, dan berkepribadian

luhur;

b.      berilmu, cakap, kritis,

kreatif, dan inovatif;

c.       sehat, mandiri, dan

percaya diri; dan

d.      toleran, peka sosial,

demokratis, dan

bertanggung jawab.

Page 100: kurikulum_1968-2006

Nomer 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan.

2. Struktur dan

Muatan Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada

jenjang pendidikan dasar dan

menengah yang tertuang dalam

SI meliputi lima kelompok mata

pelajaran sebagai berikut.

       Kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia 

       Kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan

kepribadian

       Kelompok mata pelajaran  ilmu

pengetahuan dan teknologi

       Kelompok mata pelajaran

estetika

       Kelompok mata pelajaran

jasmani, olahraga dan

kesehatan

Ditinjau dari manajemen

sekolah, maka KTSP

pada dasarnya

merupakan bentuk

perencanaan satuan

pendidikan pada bidang

intrakurikuler, kokurikuler,

ekstrakurikuler untuk

mencapai visi, misi, dan

tujuannya. 

Dokumen KTSP pada

jenjang pendidikan dasar

dan menengah setidak-

tidaknya meliputi:

    Kurikulum nasionalyang

terdiri dari Rasional,

Kerangka Dasar

Kurikulum, Struktur

Kurikulum, Deskripsi

Matapelajaran, KI dan

KD, dan Silabus untuk

satuan pendidikan terkait.

    Kurda yang terdiri dari KD

dan Silabus  yang

dikembangkan oleh

daerah yang

bersangkutan, dengan

acuan KI yang

dikembangkan pada

kurikulum nasional

    Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

    Kegiatan kurikuler

(intrakurikuler,

kokurikuler,

ekstrakurikuler)

    Kalender Pendidikan.

3. Sistem yang Dalam kurikulum 2006 yang Dalam kurikulum 2013

Page 101: kurikulum_1968-2006

digunakan digunakan Standar Kompetensi

dan Kompetensi dasar

Berbasis mata pelajaran,

masing-masing disiplin ilmu

dibahas atau dikelompokkan

dalam satu mata pelajaran.

yang digunakan 

Kompetensi Inti (KI)

Berbasis tematik,

sehingga dalam

pembelajaran yang

digunakan adalah tema-

tema yang menjadi acuan

atau bahan ajar.

4. Silabus yang

digunakan

Silabus yang digunakan adalah

silabus yang dibuat oleh

masing-masing satuan

pendidikan yang berdasarkan

silabus nasional.

Silabus yang digunakan

adalah silabus dari pusat,

sehingga seluruh

indonesia menggunakan

silabus yang sama.

6 Mata pelajaran

pancasila

Dalam kurikulum 2006, mata

pelajaran pendidikan pancasila

ditiadakan dan diganti dengan

mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

Dalam kurikulum 2013,

mata pelajaran

pendidikan

kewarganegaraan dirubah

menjadi pendidikan

pancasila dan

kewarganegaraan.

5 Implementasi

kurikulum

Dalam kurikulum 2006, sistem

yang digunakan adalah

penjurusan.

Dalam kurikulum 2013,

sistem yang digunakan

adalah peminatan.

7 Beban belajar

siswa

Beban belajar siswa terlalu

berat karena banyaknya mata

pelajaran yang terlalu kompleks

melebihi kemampuan siswa.

Beban belajar siswa lebih

sedikit dan disesuaikan

dengan kemampuan

siswa

8 Proses penilaianBerfokus pada pengetahuan

melalui penilaian output

Berbasis kemampuan

melalui penilaian proses

dan output

10 Penilaian Menekankan aspek kognitif

Test menjadi cara penilaian

yang dominan

Menekankan aspek

kognitif, afektif,

psikomotorik secara

proporsional Penilaian

test dan portofolio saling

melengkapi

11 Pendidik dan

Tenaga

Kependidikan

Memenuhi kompetensi profesi

saja Fokus pada ukuran kinerja

PTK

Memenuhi kompetensi

profesi, pedagogi, sosial,

dan personal motivasi

mengajar

Page 102: kurikulum_1968-2006

12 Pengelolaan

Kurikulum

       Satuan pendidikan mempunyai

kebebasan dalampengelolaan

kurikulum

       terdapat kecenderungan satuan

pendidikan menyusun kurikulum

tanpa

mempertimbangkan kondisi

satuan pendidikan, kebutuhan

peserta didik, dan potensi

daerah

Pemerintah hanya menyiapkan

sampai standar isi mata

pelajaran

(Satuan pendidikan mempunyai

kebebasan dalam pengelolaan

kurikulum)

       Pemerintah Pusat dan

Daerah memiliki kendali

kualitas dalam

pelaksanaan kurikulum di

tingkat satuan pendidikan

       Satuan pendidikan

mampumenyusun

kurikulum dengan

mempertimbangkan

kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan

peserta didik, dan potensi

daerah

(Pemerintah Pusat dan

Daerah memiliki

kendali kualitas dalam

pelaksanaan

kurikulum di tingkat

satuan pendidikan)Menu utama 

Lanjut ke konten

Beranda    Tentang Admin   

Meme Komic   

GEDE InsideKemarin adalah pelajaran. Hari ini adalah jalan. Esok adalah awal menjadi lebih baik

Page 103: kurikulum_1968-2006

Persamaan Dan Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Dipublikasi pada 6 Februari 2013 oleh gsuardiana 

 

 

 

 

 

 

Rate This

Persamaan KBK dan KTSP:

Page 104: kurikulum_1968-2006

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memilki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia pendidikan di indonesia yaitu sama-sama bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia indonesia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi pekerti yang luhur, serta bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945.

Perbedaan KBK dengan KTSP:

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas 2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal)

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

3. Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan metode bervariasi

4. Sumber belajar guru dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar (penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi)

6. Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusat

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan

2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.

3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.

4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.

5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006

1. Landasan Hukum Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004

UU No. 20/1999 – 

UU No. 20/2003 – Sisdiknas

Page 105: kurikulum_1968-2006

Pemerintah-an Daerah

UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003

PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan

PP No. 19/2005 – SPN

Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi

Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan

2. Implementasi /Pelaksanaan

Kurikulum

Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI

Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.

Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.

Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL

3. Ideologi Pendidik-an yang Dianut

Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

4. Sifat (1) Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.

5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)

Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP

6. Pendekatan Berbasis Kompetensi

Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian

Berbasis Kompetensi

Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru

7. Struktur Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)

Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang 

Page 106: kurikulum_1968-2006

Ada perubahan nama mata pelajaran

Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)

sekolah

Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)

Ada perubahan nama mata pelajaran

KN dan IPS di SD dipisah lagi

Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran

8. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu :

SD/MI = 26-32/minggu

SMP/MTs = 32/minggu

SMA/SMK = 38-39/minggu

Lama belajar per 1 JP:

SD = 35 menit

SMP = 40 menit

SMA/MA = 45 menit

Jumlah Jam/minggu :

SD/MI 1-3 = 27/minggu

SD/MI 4-6 = 32/minggu

SMP/MTs = 32/minggu

SMA/MA= 38-39/minggu

Lama belajar per 1 JP:

SD/MI = 35 menit

SMP/MTs = 40 menit

SMA/MA = 45 menit9. PengembanganKurikulum lebih

lanjut

Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.

Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran

Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.

Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP

Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

10. PrinsipPengembangan

Kurikulum

1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya

2. Penguatan Integritas Nasional

3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

2. Beragam dan terpadu

Page 107: kurikulum_1968-2006

4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan

5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi

6. Pengembangan Kecakapan Hidup

7. Belajar Sepanjang Hayat

8. Berpusat pada Anak

9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan

6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

11. PrinsipPelaksanaan

Kurikulum

Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum

1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

1. Menegakkan lima pilar belajar:

1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

2. belajar untuk memahami dan menghayati,

3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.

Page 108: kurikulum_1968-2006

3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada

5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

12. PedomanPelaksanaan 1. Bahasa Pengantar Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti 

Page 109: kurikulum_1968-2006

Kurikulum2. Intrakurikuler

3. Ekstrakurikuler

4. Remedial, pengayaan, akselerasi

5. Bimbingan & Konseling

6. Nilai-nilai Pancasila

7. Budi Pekerti

8. Tenaga Kependidikan

9. Sumber dan Sarana Belajar

10. Tahap Pelaksanaan

11. Pengembangan Silabus

12. Pengelolaan Kurikulum

pada Kurikulum 2004.