kurikulum_1968-2006
TRANSCRIPT
Kamis, 25 Oktober 2012
KARAKTERISTIK , KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN KURIKULUM DARI TAHUN 1968
SAMPAI TAHUN 2006
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan
kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots
approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan
yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-
instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke
bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu
yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak
guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-
sekolah lain.
1. Kurikulum 1968
a. Karakteristik kurikulum 1968
- Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
- Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
b. Kelebihan Kurikulum 1968
- Pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat
c. Kekurangan Kurikulum 1968
- Hanya memuat mata pelajaran pokok saja.
- Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan.
2. Kurikulum 1975
Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan
kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional
umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki
tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha
agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata
pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian
satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap
satuan bahasan.
a. Karakteristik kurikulum 1975
- Berorientasi pada tujuan
- Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
- Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa.
- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
b. Kelebihan Kurikulum 1975
- Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya
dan waktu
- Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik,dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa
c. Kelemahan Kurikulum 1975
- Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran
3. KURIKULUM 1984 (KURIKULUM CBSA)
a. Karakteristik Kurikulum 1984
- Mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"kurikulum1975 yang disempurnakan".
- CBSA merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan
dan pembelajaran pada saat itu. Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan
siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar.
- Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan,
memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.
- Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yangdiberikan.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga
sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya
- Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif
dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari
sederhana menuju ke kompleks.
- Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
b. Kelebihan kurikulum 1984 (CBSA)
- Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektip, maupun psikomotor.
c. Kekurangan Kurikulum 1984 (CBSA)
- Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
- Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajaar model berceramah.
4. Kurikulum 1994
a. Karakteristik kurikulum 1994
- Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
- Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban) dan penyelidikan.
- Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
b. Kelebihan Kurikulum 1994- Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan social.
- Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
c. Kekurangan Kurikulum 1994
- Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.
- Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.
- Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
- Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
- Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.
5. KURIKULUM 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))
a. Karakteristik Kurikulum 2004
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
b. Kelebihan Kurikulum 2004
- Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
- Pembelajaran berpusat pada siswa.
- Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar yang bervariasi.
c. Kekurangan Kurikulum 2004
- Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan
kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang guru
dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan.
6. KURIKULUM 2006-Sekarang (KTSP)Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di
Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan
kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku
sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya.
Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara terpusat (sentralistik),
sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah
(desentralistik).
a. Karakteristik KTSP
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual,
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
b. Kelebihan KTSP
- Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
- Pembelajaran berpusat pada siswa.
- Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar yang bervariasi.
- seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang
menuntut kekereatifitasan.
c. Kekurangan KTSP
- Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung
pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.
Selasa, 17 April 2012
Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia
A. Pengertian, Komponen, Peran dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam pendidikan
sehingga sebagai calon guru maupun semua yang terlibat dalam pendidikan
selayaknya mengetahui tentang kurikulum, pengembangan serta
perkembangannya. Seiring dengan perkembangan kurikulum akan ada
pengaruhnya terhadap sistem pendidikan yang ada di indonesia.
Ada beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan beberapa para ahli
maupun yang terdapat di dalam Undang- Undang diantaranya yaitu:
1. Menurut Johnson, kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
2. Sanjaya mengemukakan bahwa
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi
tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus
dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
3. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian mengenai kurikulum, tampak jelaslah betapa pentingnya
kurikulum dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dari pengertian dan komponen-
komponen yang dimiliki kurikulum maka kurikulum telah mencerminkan semua
yang ada penyelenggaraan proses belajar mengajar. Tanpa adanya kurikulum
maka tidak akan ada panduan atau pedoman yang jelas dan terarah dalam
pendidikan di Indonesia. Sedangkan berdasarkan peran dan fungsinya, kurikulum
tidak hanya perperan dan berfungsi dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional dari juga memandang kehidupan pelaku pendidikan maupun masyarakat
sekitarnya.
C. Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia
Kurikulum di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan. Di bawah ini
akan diuraikan beberapa kurikulum yang pernah ada di Indonesia.
1. Kurikulum Tahun 1968
Secara umum ketentuan-ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah
a. Bersifat correlated subject curriculum.
b. Jumlah mata pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi SMA
jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang studi, SMA jurusan C 19
bidang studi.
c. Jurusan SMA dilakukan di kelas II.
Sedangkan perkembangan pendidikan matematika itu sendiri pada kurikulum
tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagaimana dikemukan oleh Ruseffendi yang
dikutip Supriadi yaitu:
a. Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan berhitung.
Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri
ruang bukan pada penngertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu di
peroleh.
b. Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian.
c. Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi
pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia.
d. Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta
rasa ingin tahu anak .
Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Ruseffendi, kurikulum matematika tahun
1968 lebih menekankan pada perhitungan dan hasil dari perhitungan, tidak pada
pemahaman konsep dari suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem
hafalan. Hal inilah yang dapat dijadikan alasan kurang efektifnya penerapan
kurikulum tahun 1968 ini sehingga dilakukan perubahan kurikulum yang
selanjutnya diterapkan yaitu kurikulum 1975.
2. Kurikulum Tahun 1975
Kurikulum tahun 1975 merupakan perubahan dari kurikulum 1968. Secara umum
ketentuan-ketentuan kurikulum tahun 1975 antara lain:
a. Bersifat integrated curriculum organization.
b. SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang studi.
c. Pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat menjadi pelajaran ilmu pengetahuan alam.
d. Pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi pelajaran matematika.
e. Jumlah mata pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi.
f. Penjurusan SMA dibagi tiga: IPA, IPS dan BAHASA dimulai pada permulaan
semester II.
Dari ketentuan yang ada pada kurikulum 1975, ada sedikit perbedaan dengan
kurikulum pada tahun 1968 yaitu adanya pengurangan jumlah bidang studi pada
setiap jenjang pendidikan dan pemisahan materi seperti ilmu hayay, ilmu ukur dan
ilmu aljabar.
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan dalam
pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip oleh
Supriadi, adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum 1975
adalah sebagai berikut:
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri,
bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan
penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula
konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran
matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
kepengajaran yang bersifat rutin.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah
daripada yang bersifat rutin.
d. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan
Sekolah lanjutan.
e. Terdapat penekanan pada struktur.
f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya
keberagaman antar siswa.
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang
berpusat pada siswa.
i. Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode
pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik
diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara
menarik,misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
Dari karakteristik pengajaran matematika di atas, tampak ada kemajuan
diantaranya dari system pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat
pada siswa serta adanya pengenalan dengan materi matematika yang selama ini
tidak dimasukkan ke dalam kurikulum sebelumnya.
3. Kurikulum Tahun 1984
Pada tahun 1984 pemerintah merubah kurikulum tahun 1975 menjadi kurikulum
baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Menurut Subando, alasan dalam menerapkan
kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan
pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara
program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan
dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan taraf kemampuan anak
didik. Secara umum dasar perubahan kurikulum tahun 1975 ke kurikulum tahun
1984 menurut Henny diantaranya sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidak selarasan antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksananya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan pendidikan sejarah perjuangan bangsa sebagai bidang pendidikan
yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah
tingkat atas termasuk pendidikan luar sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Dengan adanya dasar perubahan kurikulum tahun 1975 ke kurikulun 1984, maka
pada tahun 1984 diterapkanlah kurikulum 1984.
Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia memiliki ketentuan-ketentuan
tertentu. Secara umum ketentuan-ketentuan kurikulum 1984 adalah:
a. Bersifat content based curriculum.
b. Program pelajaran mencakup 11 bidang studi
c. Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi
d. Jumlah mata pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi
untul program pilihan.
e. Penjurusan SMA dibagi 5 :ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu social, ilmu budaya,
dan ilmu agama.
f. Penjurusan dilakukan dikelas 2.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tujuan instruksional.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA).
c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter melekat erat dalam kurikulum
1984. Oleh karena di makalah ini akan diuraikan tentang CBSA yang akan
manggambarkan bagaimana kurikulum tahun 1984.
a. Hakikat CBSA
CBSA merupakan karakter dari kurikulum tahun 1984. Nurdin dan Usman
mengemukakan bahwa
Hakikat CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional peserta didik
dalam proses belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya:
1. Proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan.
2. Proses perbuatan dan pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam
pembentukan keterampilan.
3. Proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan
nilai dan sikap.
b. Prinsip-prinsip CBSA
Nurdin dan Usman mengemukakan tentang prinsip-prinsip CBSA yaitu sebagai
berikut:
1. Yang terlihat atau tampak pada peserta didik
a) Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat
pada anak dalam suatu proses belajar-mengajar.
b) Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna berpartisipasi dalam
persiapan proses dan tindak lanjut suatu kegiatan belajar mengajar
c) Berbagai usaha serta kreatifitas pada diri peserta didik dala mrnyelesaikan
kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat keberhasila dalam suatu proses
belajar mengajar.
d) Dorongan ingin tahu yang besar dari peseta didik untuk mengetahui dan
mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
e) Rasa bebas dan lapang mengerjakan sesuatu tanpa tekanana dari siapapun,
termasuk guru di dalam proses belajar mengajar.
2. Yang terlihat pada dimensi guru
a) Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan
peserta didik/siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
b) Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai innovator dan
motivator yang senantiasa mau menemukan hal-hal yang baru dalam PBM
c) Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam
keseluruhan proses belajar mengajar.
d) Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama
srta tingkat kemampuan masing-masing dalam proses belajar mengajar.
e) Kemampuan untuk menggunakan semacam strategi belajar mengajar serta
pendekatan multi-media dalam prosesbelajar mengajar.
3. Yang terlihat pada dimensi program
a) Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
b) Program yang memungkinkan terjadinya pengembanan konsep maupun
aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar.
c) Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode, dimana semua
peserta didik memahaminya dalam proses belajar mengajar.
4. Kurikulum 1994
Kurikulum tahun 1994 merupakan perubahan dari kurikulum tahun 1984 . Edison
mengemukakan bahwa
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
Jadi Konsep CBSA yang bagus secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-
sekolah yang diujicobakan, akan tetapi ada banyak sekolah-sekolah tertentu yang
tidak mampu menafsirkannya sebagaimana mestinya sehingga Penolakan CBSA
bermunculan yang pada akhirnya terjadi lagi perubahan kurikulum. Maka
kurikulum 1984 dirubah menjadi kurikulum tahun 1994.
Kurikulum tahun ini 1994 memiliki beberapa kemudahan antara lain yaitu:
a. Kurikulum ini sangat memudahkan guru dalam membuat bahan pembelajaran
maupun melaksanakannya di kelas karena materi sudah disiapkan dalam dokumen
kurikulum.
b. Bahan pembelajaran mudah diubah karena masing-masing mata pelajaran
berdiri sendiri.
c. Penilaian hasil belajar siswa sangat mudah dilakukan guru karena berbasis
materi pengetahuan.
Walaupun ada banyak kemudahan atau kelebihan kurikulum ini akan tetapi masih
ada kelemahannya.Secara umum kurikulum tahun 1994 ini memiliki beberapa
kelemahan antara lain yaitu:
a. Garis-garis program pembelajaran diorganisasikan dalam mata pelajaran sesuai
dengan disiplin keilmuan.
b. Program pembelajaran diriumuskan dalam pokok-pokok bahasan yang
berorienrtasi materi pengetahuan, dengan susunan yang kurang mendasarkan pada
kebutuhan siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Saratnya materi pembelajaran mendorong kegiatan pembelajaran menjadi
proses manghafalkan kesimpulan hasil ilmuwan terdahulu bukan penguasaan
kecakapan proses yang memungkinkan siswa mengumpulkan data, menari
kesimpulan dan membuktikannya sendiri.
Secara khusus kelemahan lain dari kurikulum 1994 dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Materi bahan ajar, dari hamper semua mata pelajaran terlalu sarat, kurang
sesuai dengan waktu belajar yang disediakan.
b. Materi kurikulum yang seragam untuk setiap lokasi tidak membantu
masyarakat sekitarnya untuk memanfaatkan hasil belajar siswa bagi kepentingan
pengembangan potensi daerahnya.
c. Pada beberapa mata pelajaran, tidak jelas aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari.
d. Dari segi pendekatan pembelajaran atau pemilihan metode pembelajaran atau
pemilihan metode pembelajaran kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
e. Meskipun sifat kurikulum ini seharusnya mempunyai urutan yang logis dan
sistematis tetapi masih adad beberapa bahan ajar yang tidak sistematis dan tidak
logis sehingga terjadi pemborosan waktu belajar.
f. Interpedensi antar pokok bahasan antar mata pelajaran sering tidak terjadi.
g. Pada beberapa mata pelajaran tertentu ada materi esensial yang kurang da di
sisi lainkelebihan materi yang kurang esensial.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan pada penerapan kurikulum 1994 seperti
yang diuraikan di atas maka muncullah kurikulum yang bernama kurikulum
berbasis kompetensi.
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru yang
disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Beberapa ciri penting dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:
a. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu, maka
kurikulum 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
c. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah;
kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.
d. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.
f. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi.
g. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga
kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil
belajar.
h. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan
merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses
belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Adapun karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Mulyasa yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
dan pencapaian suatu kompetensi
Sedangkan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
dikemukakan Mulyasa yaitu:
1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur
2. Penguatan integritas nasional
3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
4. Kesamaan memperoleh kesempatan
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi
6. Pengembangan keterampilan untuk hidup
7. Belajar sepanjang hayat
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Berdasarkan uraian di atas, Kurikulum Berbasis Kompetensi menggunakan
pengetahuan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau
kompetensi tertentu di sekolah. Setiap sekolah mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Pembelajaran pada kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya melihat hasil
belajar tetapi juga memperhatikan proses belajara siswa.
6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Menurut Anan Z. A yang dikutip oleh Edison,
Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah
Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil
yang signifikan karena berbagai faktor yaitu:
a. konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
b. draft kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan.
c. belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih
berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja¬lankan
tugas instruksional bagi siswanya.
Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami
penyempurnaan dengan tujuan agar kekurangan yang terdapat dalam KBK bisa
ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Hakikat KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Mulyasa
mengemukakan bahwa KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat
setempat dan peserta didik.
b. Karateristik KTSP
Adapun karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
dikemukakan Mulyasa yaitu:
1. Pemberian otonomi luas kepala sekolah dan satuan pendidikan
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3. Kepemimpinan yang demokratis dan professional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan
c. Tujuan KTSP
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP menurut Mulyasa adalah untuk
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemamdirian dan inisiatif sekoah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
d. Landasan Hukum KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
c. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
d. Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e. Permendiknas no.24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan 23.
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP yaitu:
a. Terpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan denga kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
f. Komponen KTSP
Adapun komponen-komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
diuraikan Sanjaya yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut.
b. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut.
c. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut sesuai dengan jurusannya.
2. Struktur program dan Muatan Kurikulum
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertuang dalam si meliputi lima kelomok mata pelajaran sebagai berikut
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam standar isi.
4. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan Supriadi mengemukakan ciri-ciri Kurikulum pendidikan matematika
saat ini adalah:
1. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
3. Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
4. Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi
6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi
7. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi poko dan indikator hasil
pencapaian belajar
8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi
bukanmerupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui
proses belajar dengan menintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Perkembangan Pembelajaran Matematika
(Perjalanan Kurikulum Matematika Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Oleh : Joko Subando, S.Si
Suka atau tidak suka seseorang terhadap matematika, namun tidak dapat dihindari bahwa hidupnya akan senantiasa bertemu dengan matematika, entah itu dalam pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis sehari-hari. Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika sendiri.
Mungkin diantara kita banyak yang bertanya bukankah saat ini sudah ada kalkulator dan komputer sehingga matematika sebagai alat bantu kehidupan menjadi berkurang? Memang benar, dengan kehadiran kedua alat tersebut banyak persoalan kehidupan yang awalnya mudah menjadi sulit, dan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Namun perlu diketahui bahwa alat-alat tersebut pun juga menggunakan prinsip matematika. Tanpa adanya prinsip-prinsip dan konsep matematika kedua alat tersebut yaitu kalkulator dan komputer tidak mungkin ada. Begitu pentingnya matematika dalam kehidupan maka tidak aneh jika pembelajaran matematika mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Bagaimanakah perkembangan pembelajaran matematika di dalam negeri?
Matematika tradisional
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika
urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh
12:3 jawabanya adalah 4
dengan tanpa memberi tanda kurung , soal di atas ekuivalen dengan
9+3:3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.
Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah pertma adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.
Pembelajaran Matematika Modern
Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai karakteristik sebagai berikut ;
1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal.
2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinue
4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur
5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
Pembelajaran Matematika masa kini
Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching
kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
1. Guru supaya meningkatkan profesinalisme2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan
kalkulator dan komputer
3. Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
4. Pengevaluasian hasil pembelajaran
5. Prinsip CBSA di pelihara terus
Kurikulum Tahun 1994
Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan problem-probelmke hidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
Kurikulum taun 2004
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan iskonsistensi
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memcahkan masalah
4. Mengembangkan kewmapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Sementara itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalam ketuntasan belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran
berikutnya sebelum menuntaskan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan seringa dijumpai terutama siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.
Kesimpulan
Dari paparan di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan matematika mulai dari matematika tradisional yang begitu sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan melatih kemampuan otak. Kemudian berkembang agak maju lagi dengan munculnya terori pembelajaran dari para ahli psikologi. Teori ini mempengaruhi pembelajaran matematika dalam negeri yang akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru, yang disesuaikan dengan penemuan teori pembelajaran yang muncul.
Tidak hanya sampai disitu perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi internasional. Terbukti diera 1980-an dengan merebak dan maraknya teknologi kalkulator dann komputer akhirnya memaksa pemerintah melaunching kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan jaman, lahirlah kurikulum 1984. Sepuluh tahun kemudian pemerintah juga menyempurnakan lagi kurikulum tersebut dengan kurikulum 1994. Dan yang terbaru adalah kurikulum 2004 yang terkenal kurikulum bebrbasis kompetensi. Prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalamketuntasan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP UMS
Ruseffendi, 1996, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas terbuka
Darhim, Drs, 1997, Pendidikan Matematika 2, Jakarta, Universitas Terbuka
KURIKULUM 1968, 1975, 1984, dan 1994
A. Persamaan
1. Dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
2. Tujuan dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap
tahunnya.
3. Peningkatan mutu pendidikan mencakup pengembangan dimensi manusia
seutuhnya yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan,
kesehatan, ketrampilan, dan seni yang bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi
peserta didik.
B. Perbedaan
1. Tujuan Pendidikan Nasional
a. Kurikulum 1968
“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti
yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-
Undang Dasar 1945”.
b. Kurikulum 1975
“Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang
tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai
sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang
Dasar 1945”.
c. Kurikulum 1984
“Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
d. Kurikulum1994
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
2. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
1) Membentuk manusia Pancasila sejati
2)Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan agama.
3)Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
4)Membina/ mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Kurikulum 1975 secara umum mengharapkan lulusannya :
1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pekerjaan, bekerja di masyarakat, dan mengembangkan, diri sesuai
dengan asa pendidikan seumur hidup.
c. Kurikulum 1984
1) Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila
yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap
pembangunan bangsa.
2) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
3) Memberikan kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan
diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya.
d. Kurikulum1994
1) Mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tiap perkembangan
siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian.
2) Menekankan kemampuan dan keterampilan dasar baca-tulis-hitung (calistung),
sebab kemampuan tersebut merupakan kemampuan awal yang akan
mempengaruhi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih
jauh.
3. Ciri-ciri
a.Kurikulum 1968
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968-1973).
2) Sifat kurikulum correlated subject.
3) Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa
Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), dan SMA jurusan A 18
bidang studi.
4) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua
jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
b. Kurikulum 1975
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968 – 1973).
2) Sifat kurikulum Integrated Curriculum Organization.
3) Jumlah bidang studi di SD ada 9 bidang studi, SMP ada 11 bidang studi, dan SMA
ada 11 bidang studi.
4) Penjurusan di SMA dibagi atas 3 jurusan, yaitu : jurusan IPA, IPS dan Bahasa.
Penjurusan dimulai di kelas I pada permulaan semester II.
c. Kurikulum 1984
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (1983-
1985).
2) Sifat kurikulum content based curriculum
3) Jumlah mata pelajaran di SD mencakup 11 mata pelajaran, SMP ada 11 mata
pelajaran, dan SMA ada 15 bidang studi untuk program inti dan 4 bidang studi
untuk program pilihan
4) Penjurusan di SMA dibagi atas 5 (lima) jurusan, yaitu : program A1 (ilmu fisika),
program A2 (ilmu biologi), program A3 (ilmu sosial), program A4 (ilmu budaya),
program A5 (ilmu agama).
d. Kurikulum 1994
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Prof. Dr. Ing. Wadiman Djoyonegoro
(1993-1998).
2) Sifat kurikulum objective based curriculum
3) Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) dan nama SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum)
4) Jumlah mata pelajaran di SD ada 9 mata pelajaran, SLTP ada 13 mata pelajaran,
dan SMU ada 10 mata pelajaran.
5) Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II dan dibagi atas tiga jurusan, yaitu
jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
6) SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG)
4. Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
Ada tiga kelompok besar mata pelajaran, yaitu :
1. Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi pelajaran :
a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewargaan Negara
c) Pendidikan Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Olahraga
2.Kelompok Pembinaan Pengetahuan dasar, meliputi pelajaran:
a) Berhitung
b) Ilmu Pengetahuan Alam
c) Pendidikan Kesenian
d) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu kesehatan
3.Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi pelajaran:
a)Kejuruan Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan)
b) Kejuruan Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)
c) Kejuruan Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan tabungan)
ö Semua mata pelajaran diberikan sejak kelas I, kecuali pelajaran Pendidikan Bahasa
Indonesia yang diberikan mulai kelas III (bagi sekolah-sekolah yang
menggunakan bahasa daerah sabagai bahasa pengantar di kelas I dan II)
b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 mencakup 9 bidang studi, yaitu :
1. Agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Olahraga dan Kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan Khusus
ö Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial tidak diberikan di kelas I dan II melainkan
baru diberikan mulai kelas III.
ö Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan diintegrasikan
ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.
ö Bahasa Daerah merupakan bagian dari bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi
sekolah di daerah yang memerlukan pelajaran Bahasa Daerah.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mencakup 11 mata pelajaran, yaitu :
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
4. Bahasa Indonesia
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
8. Olahraga dan Kesehatan
9. Pendidikan Kesenian
10. Keterampilan Khusus
11. Bahasa Daerah
ö Mata pelajaran Matematika tidak diberikan pada kelas I dan II melainkan baru
diberikan mulai kelas III.
ö Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa diberikan hanya pada caturwulan
ke-3 setiap tahunnya.
ö Pelajaran Bahasa Daerah diberikan bagi daerah atau sekolah yang memberikan
pelajaran Bahasa Daerah.
d. Kurikulum1994
Kurikulum 1994 mencakup 9 mata pelajaran, yaitu :
1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Pendidikan Agama
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian
8. Pensisikan Jasmani dan Kesehatan
9. Muatan Lokal
ö Khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) tidak diberikan di kelas I dan II melainkan mulai diberikan di kelas III.
5.Alokasi Waktu
a. Kurikulum 1968
Kelas I dan II : 28 jam pelajaran, masing-masing jam pelajaran 30 menit.
Kelas III, IV, V, dan VI : 40 jam pelajaran, masing-masing jam pelajaran 40 menit.
b. Kurikulum 1975
Kelas I : 26 jam pelajaran
Kelas II : 26 jam pelajaran
Kelas III : 33 jam pelajaran
Kelas IV : 36 jam pelajaran
Kelas V : 36 jam pelajaran
Kelas VI : 36 jam pelajaran
c. Kurikulum 1984
Kelas I : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas II : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas III : 35 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 33 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas IV : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas V : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas VI : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Pelajaran Bahasa Indonesia pada catur wulan ke-1 dan ke-2 ada 8 jam pelajaran,
sedangkan caturwulan ke-3 ada 7 jam pelajaran.
d. Kurikulum1994
Kelas I : 30 jam pelajaran
Kelas II : 30 jam pelajaran
Kelas III : 38 jam pelajaran
Kelas IV : 40 jam pelajaran
Kelas V : 42 jam pelajaran
Kelas VI : 42 jam pelajaran
6. Materi
a. Kurikulum 1968
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengkaitkan dengan permasalahan
faktual dilapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
b. Kurikulum 1975
Materi pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) yang pada saat itu dikenal dengan “Satuan Pelajaran”.
c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan materi pada setiap mata pelajaran
sehingga mencakup materi yang penting-penting saja. Materi pelajaran dikemas
dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan
dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif
dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari
sederhana menuju ke kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dipadukan ke berbagai bidang studi
seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Kesenian.
d. Kurikulum1994
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar
isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum yang super padat.
7.Pembelajaran
a. Kurikulum 1968
Metode pembelajarannya banyak dipengaruhi teori psikologi unsur.
Penerapan metode eja pada pelajaran bahasa Indonesia, anak juga harus belajar
melalui unsur-unsur lebih dahulu. Metode ini menjadi bertolak belakang ketika
pemerintah mengenalkan matematika modern 1971. Padahal guru hanya
menguasai ilmu hitung.
b. Kurikulum 1975
Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal dengan istilah
“Satuan Pelajaran”. Setiap pelajaran dijabarkan kedalam “Tujuan Kurikuler”.
Setiap pokok bahasan mata pelajaran diurai menjadi ” Tujuan Instruksional
Umum”. Kemudian dari pokok bahsan ini dijabarkan kedalam satu bahasan yang
melahirkan sejumlah tujuan instruksional khusus.
Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan,
pendekatan integratif, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem.
ö Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, maksudnya bahwa semua komponen
kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional (tujuan Sekolah Dasar), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi),
dan tujuan intruksional (tujuan umum dan khusus).
ö Pendekatan integratif, menekankan adanya keterpaduan atau kesatuan dari
keseluruhan sistem pengajaran.
ö Pendekatan sistem, dimaksudkan bahwa kurikulum merupakan suatu totalitas yang
memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan.
ö Pendekatan ekosistem, maksudnya bahwa kurikulum senantiasa berorientasi atau
didasarkan kepada tuntutan kehidupan dalam masyarakat yang sedang
membangun.
Kurikulum 1975 juga menganut prinsip relevansi, prinsip efisiensi-
efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, dan prinsip pendidikan sumur
hidup.
ö Prinsip relevansi
Suatu sistem pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang
dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja.
ö Prinsip efisiensi dan efektifitas
Kurikulum 1975/ 1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan
dana, daya dan waktu.
ö Prinsip fleksibilitas
Pelaksanaan suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan
faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang
terlaksananya program.
ö Prinsip berkesinambungan/ kontinuitas
Sesuai dengan tujuan institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk
berkembang menjadi warga masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu
melanjutkan kesetiap jenjang pendidikan.
ö Prinsip pendidikan seumur hidup
Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan para siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan
belajar yang luas dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.
c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri secara lebih
bebas. Pelaksanaan pengajaran mengarah pada ketuntasan belajar dan disesuaikan
dengan kecepatan belajar masing-masing anak didik. Posisi siswa ditempatkan
sebagai subyek belajar, yang terkenal dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
d. Kurikulum1994
Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pembelajaran di
sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada
materi pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
Depdiknas (2002) mengemukan karakteristik KBK secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaun klasikal. Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Dalam KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.
May
14
makalah kurikulum KTSP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan
tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan
utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2. Apa tujuan dari KTSP?
3. Apa Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)?
4. Apa ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
5. Apa Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan (KTSP)
bagi pendidkan?
6. Apa perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya?
7. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang akan di capai dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Dapat mengetahui tujuan dari KTSP
3. Dapat Mengetahuai prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
4. Dapat mengetahui ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
6. Dapat Mengetahuai Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum yang
sebelumnya
7. Dapat mengetahui perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah :
a. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006
B. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengan bilan keputussan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.
Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas
pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP .
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
D. Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan
program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran..
Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :
1. KTSP menganut prinsip Fleksibilitas
2. KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah
kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada birokrat..
3. Guru kreatif dan siswa aktif.
4. KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.
5. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS ( Manajemen Berbasis
Sekolah )
6. KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.
7. KTSP beragam dan terpadu
E. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Kelebihan
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan
siswa..
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
2. Kekurangan
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru.
F. Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya
a. Pada umumnya perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah
No. KTSP Kurikulum Sebelumnya
1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat
2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens
3. Siswa aktif Guru aktif
4. Berdasar Standar Nasional Belum ada Standar Nasional
b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004 )
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat
Depdiknas
Guru membuat kurikulum sendiri
Sekolah kurang diberi kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum
Sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomo daerah Lebih relevan
c. Persamaan KTSP dengan KBK
1. Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
2. Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana setip
daerah diberikan kesempatan yng seluas-uasnya untuk mengembangkanya.
3. Adanya persamaan dalam prancangan pembelajaran berupa adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian.
4. Sama sama danya system evaluasi dalam penenentuan hasil belajar sisiwa.
5. Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru waluapun di
KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.
6. Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
7. Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
G. Perbedaan Kurikulum KTSP Dengan Kurikulum 2013
Perbandingan Struktur Kurikulum 2013 dan KTSP
Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum sekarang (KTSP), materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum. Misal, untuk kurikulum SMP dan MTs, terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.
Pada Kurikulum 2013 nanti, ada perubahan mendasar dibanding kurikulum sekarang, yaitu antara lain :
1. Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran
IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran2. Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses
pembelajaran dan penilaian3. Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat
dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran4. Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan
pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaianAdapun perbedaannya dapat dilihat paada gambar dibawah ini :
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dan mempunyai prinsip-prinsip
sebagai berikut
5. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
6. Beragam dan terpadu
7. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
8. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
9. Menyeluruh dan berkesinambungan
10. Belajar sepanjang hayat
11. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami tentang kurikulum yang
digunakan pada sistem pendidikan sekarang ini.
Diposkan 14th May 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
Tutik Agrisia
Classic Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide
1.
Nov
1
gjhjj bhgu
Diposkan 1st November 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
2.
Sep
14
sepi kelabu malam minggunya
Diposkan 14th September 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
3.
Sep
14
sepi kelabu malam minggunya
Diposkan 14th September 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
4.
May
28
Bimbingan Dan Konseling Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
Diposkan 28th May 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
5.
May
14
kurikulum
A. Resume
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana pendidikan 1964. yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu perubahan struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat. kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan istilah satuan
pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,hingga melaporkan. Model ini disebut dengan model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan (dalam Dwitagama: 2008).
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab. Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar
sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya
A. Komentar
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16). Menurut nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolahataupun diluar sekolah termsuk kurikulum.
Menurut hemat saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan telah menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun hal itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih kalah jauh dengan negara tetangga yang notabene secara geografis negara kita lebih luas. Logikanya semakin luas, jumlah pendudukpun semakin banyak, otomatis bannyak bakat-bakat yang terdapat dalam setiap individu-individu bangsa Indonesia. Menurut Okta (2007), Secara peringkat. Berdasarkan dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot.
Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan fakta atas perubahan-perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di internet) negeri kita hanya mampu menjadi bangsa “panjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Dari pendapt di atas dapat disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7 kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas Negeri Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan membenahi dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di negara kita lebih menitikberatkan pada perubahan konsep tertulisnya saja (berupa buku-bukupelajran dan silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita.
Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor apa saja yang menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat kita lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada kemudian dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan
sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus (2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kerikulum dari tahun ketahun menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika diihat dari kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan. Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulumm Indonesia masih berjalan di Tempat artinya tidak berkembang hal bisa dibuktikan dengan data yang menunjukkan pperingkat Indonesia masih berada pada No 62 dari 130 negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah bagaimana langkah yang harus dilakukan.
PENGERTIAN KURIKULUM MENURUT BEBERAPA AHLI
1. Menurut George A. Beaucham (1976), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan.
2. Menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah.(Hilda Taba ;1962 dalam bukunya “Curriculum Development Theory and Practice).
3. Nengly and Evaras (1976), Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
4. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut” The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in the class room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kulikuler.
5. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tanaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan memilih mata pelajaran.
6. Menurut Valiga, T & Magel, C. Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak.
7. Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
8. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
9. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
10. B. Bara, Ch (2008), Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
KESIMPULANNYA:
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang di rencanakan, di programkan, dan di rancang sedemikian rupa secara sistematis yang berisi bahan ajar serta pengalaman belajar sehingga dalam program pendidikan memiliki arah dan tujuan yang akan di capai dan dari hasil yang di capai kita dapat merevisi ulang dan mengembangkan program pendidikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya sehingga suatu kurikulum pembelajaran dapat di katakan selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan.
Peran dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peran sebagai berikut :
1. Peran Konservatif
Kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Sekolah sebagai suatu lembaga sosial dituntut dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai- nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena itu pendidikan pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan di sinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.
Melalui kurikulum siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika kembali ke masyarakat, dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran ini penting bagi masyarakat, dikaitkan dengan cepatnya pengaruh budaya asing yang masuk sebagaikonsekuensi era globalisasi, yang dimungkinkan budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya lokal, akan semakin menggerogoti budaya asli. Dengan peran konservatif kurikulum berperan menangkal berbagai macam pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat dapat selalu terjaga dan terpelihara.
2. Peran Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kurikulum yang tidak mengandung unsur-unsur baru, akan menghasilkan pendidikan yang ketinggalan zaman, sehingga berarti bahwa apa yang diberikan sekolah bagi siswa menjadi
kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.
3. Peranan Kritis / Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum berperan menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dimiliki anak didik.Nilai–nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Demikian juga sebaliknya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan budaya setempat mungkin akan ditolak dan tidak dipakai, atau dipakai dengan diwarnai nilai-nilai lokal, sehingga menjadi nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat setempat. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan ketiga peran tersebut, karena ketiganya harus berjalan seimbang. Kurikulum yang menonjolkan peran konservatifnya akan cenderung membuat pendidikan ketinggalan zaman, sebaliknya kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya, dapat membuat nilai-nilai budaya lokal hilang.
FUNGSI KURIKULUM
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Mc. Neil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi yaitu :
a. Fungsi pendidikan umum (common and general education)
Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab , menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada anak didik agar mampu menginternalisaasi nili-nilai dalam masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, Fungsi ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang pendidikan.
b. Fungsi Suplementasi (supplementation)
Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat yang ada pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak menambah wawasan yang
lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya. Siswa yang meiliki kemapuan di atas rata-rata haraus terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal, sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.
c. Fungsi Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing anak didik, sehingga diharapkan anak didik dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa ada paksaan. Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena terkadang berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan dari pihak-pihak tertentu, seperti orangtua, untuk memilih suatu pilihan yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak didik yang terkadang tersembunyi.
d. Fungsi keahlian (specialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak didik. Kurikulum harus dapat memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, seperti perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Dengan bidang-bidang pilihan tersebut anak didik diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau spesialis untuk menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak didik yang sesuai dengan bidang keahliannya. Alexander Inglis, mengemukakan fungsi kurikulum meliputi :
a. Fungsi Penyesuaian
Lingkungan tempat Individu hidup senantiasa berubah dan dinamis, karena itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan lingkungan yang lain.
b. Fungsi Integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Individu merupakan bagian integral dari masyarakat, maka dengan pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi Deferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
d. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.
e. Fungsi Pemilihan
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas sesuatu yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak didik untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat dan bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
HAKIKAT DAN TUJUAN KURIKULUM
A. Hakikat Kurikulum
Nurhadi (2005: 1) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah
alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien. Pentingnya sebuah kurikulum membawa implikasi pada
penerapan pembelajaran yang terarah sehingga tujuan dari pendidikan
dapat terencana dengan baik. Oemar Hamalik (2001: 18) menyatakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran
memerlukan sebuah perencanaan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien serta isi kurikulum merupakan
susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas
diterangkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik.
B. Tujuan Kurikulum
Kurikulum disusun dengan tujuan antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk :
a. Belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Belajar untuk memahami dan menghayati.
c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Oleh Agus Suhartono Putra
Diunduh dari http://www.kompasberita.com/2012/01/analisis-kritis-
perubahan-kurikulum-pendidikan-di-indonesia/ pada tanggal 23 Mei
2012
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan
suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah
pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan
perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya
dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang
maksimal. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini
menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu
diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis.
Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan
manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara
menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan
adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada
kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi
diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di
Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu
bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah
yang merupakan kurikulum yang tidak baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas
permasalahan yang dihadapi dalam mencari alternatif jawaban ataupun
solusi bijak yang bisa dipecahkan bersama sehingga dapat terwujud
pemahaman mengenai perubahan kurikulum. Untuk menganalisa masalah
diatas penulis mengkemasnya dengan judul Analisis Kritis Perubahan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia.
A. Esensi Perubahan Kurikulum
Dalam perspektif soetopo dan soemanto pengertian perubahan
kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu
kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan
dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu,
yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju
movement yang lebih baik.
Berbeda dengan ungkapan nasution, perubahan kurikulum
mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan
itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu
guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh
pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan
sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut
devolupment (pembaharuan) atau inovasi kurikulum.
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang
perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum
digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang
dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. Kurikulum
dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai
siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling
berinteaksi. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup
dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala
agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam
kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini
tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya dirrencanakan,
karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan
kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih
besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya.
Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang
berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam
kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan
kepribadian guru.
Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif
lebih terbatas dari pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan
sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak
dalam kelas, ruang olahraga, warung sekolah, tempat bermain, karya
wisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh
kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti
yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab
menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti
mengubah semua yang terlibat didalamnya, yaitu guru sendiri, murid,
kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat umumnya
yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Seperti yang telah penulis
paprkn di atas, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial,
curriculum change is social change.
Jenis-Jenis Perubahan
Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat
bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.
1. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja
dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan
dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan
dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan
sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi
bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali
tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh,
penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat
saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau
sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.
2. Perubahan menyeluruh
Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum
dapat saja terjadi secara menyeluruh . Artinya keseluruhan sistem dari
kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik didalam
tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya. Perubahan
dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan
perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan
pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula
usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975
dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi
pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum
sebelumnya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang
dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai
Negara dewasa ini.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan
kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka
menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem
pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka.
Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup
penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali.
Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang
lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi,
komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan
cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di
atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi
maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan
bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang
membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau
pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu
ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan
akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang
secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang
kita alami dewasa ini.
SEBAB-SEBAB KURIKULUM ITU DIUBAH
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan
pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih
dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan
sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran.
Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA
tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah
kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered
curriculum yang dianggap terlalu bersifat adulatif (pembujukan) dan
society-centered.. Pada tahun 40-an, sebagai akibat perang, asas
masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-
centered.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat
pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk
kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed
instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi (ledakan) ilmu pengetahuan dan
lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-
perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan,
dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum,
betapapun relevannya pada suatu saat.
Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum
Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima
pembaharuan. Ide yang baru tentang pendidikan memerlukan waktu
sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di sekolah-sekolah.
Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru
termasuk golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejak-jejak
yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang
paling mudah dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan
pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja
lebih banyak daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya,
bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk
mengadakan perubahan karena peraturan-peraturan administratif. Guru itu
hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan.
Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang
mencetuskannya. Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula
pembaharuan yang telah dimulainya itu. Dalam pembaharuan kurikulum
ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada
menerapkannya dalam praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai
percobaan, masih banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya,
oleh sebab harus melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan
perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan.
Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan
biaya yang lebih banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang
tidak selalu dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh
mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang
kurang percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat
kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sehat, karena
pembaharuan itu jangan hanya sekedar mode yang timbul pada suatu saat
untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.
B. Ironi Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Polemik yang telah pamakalah paparkan di atas mengenai
perubahan kurikulum yang ada di Indonesia, dari mulai pergantiannya
hingga pelaksanaan kurikulum yang baru. Penulis dapat menarik satu
benang merah bahwa kurikulum dalam pengertian termenologi yang
berasal dari bahasa Yunani “Curriculum” dan “Curere” dalam bahasa latin
adalah seperangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajar/sisa dalam satu periode jenjang
pendidikan.
Sementara itu, yang pesimistis dengan kurikulum mutahir
mengolok-olok KTSP sebagai (K)urikulum (T)idak (S)iap (P)akai karena
lahir terlalu premature (sebelum waktunya). Sumber kelemahannya bukan
berada di mana-mana, melainkan ada pada guru sendiri. Seberapa banyak
guru yang kreatif dan siap dalam spirit perubahan zaman yang disyaratkan
KTSP? Bukankah pendidikan keguruan di negeri ini memang tidak
membekali guru sebagai penyusun kurikulum? Selain persoalan guru,
prasyarat lain seperti gedung dan komitmen pemerintah juga akan menjadi
kendala yang serius. Kita khawatir kurikulum baru ini pun akan sama
nasibnya dengan kurikulum-kurikulum lainnya.
Tak dapat dipungkiri, pendidikan yang baik adalah investasi yang tak
ternilai untuk kemajuan bangsa. Maka, untuk menstandarkan materi-
materi pendidikan yang diberikan dalam sekolah, disusunlah kurikulum
oleh pemerintah sebagai pedoman sistematis yang wajib dilaksanakan bagi
institusi-institusi pendidikan di Indonesia dalam materi pelajaran. Dengan
begitu banyak poin penting yang diatur dalam kurikulum, penyusunan
kurikulum yang tepat sangatlah krusial untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Namun, di saat zaman reformasi ini, kurikulum yang dikeluarkan
pemerintah senantiasa berubah secepat seseorang bosan dengan
mainannya. Bahkan, dapat terlihat bahwa setiap kali berganti menteri
pendidikan maka hampir dapat dipastikan kurikulum juga akan diubah.
Kalau penulis istilahkan “ganti menteri ganti kurikulum”. Mungkin hanya
ada perubahan sedikit didalamnya, namun dengan adanya menteri baru
inginnya melakukan perubahan, sayang sekali yang dirubah hanya nama,
tidak lebih dari sekedar formalitas. Apakah sering berganti-ganti
kurikulum itu baik? Tergantung. Sebetulnya apabila kurikulum baru
memang lebih efektif dan cocok dengan realita di lapangan, maka itu baik.
Tapi, apa bila kurikulum itu tidak efektif dan sulit direalisasikan dengan
sempurna, maka yang terjadi adalah kebingungan dan miskonsepsi
(kesalahpahaman). Bila hal itu terjadi, maka yang paling menjadi korban
adalah siswa, korban dari proyek Mendiknas dan menteri baru yang ingin
“tampil beda”.
Hal ini sangat ironi dalam dunia pendidikan Indonesia, jika hal ini
diteruskan lambat laun banyak penyelenggara pendidikan non-pemerintah
yang bersaing dengan sekolah naungan pemerintah atau negeri. Kadang
kala kita jumpai bahwa kurikulum yang diberikan sekolah swasta
cenderung lebih baik ketimbang kurikulum dari pemerintah. Keplin-planan
pemerintah mengonta ganti kurikulum pendidikan sebenarnya tidak
masalah, yang dipermasalahkan hanya kualitas kurikulum tersebut apakah
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran ataukah hanya akan membuat
kebingungan para siswa karena selalu berubah-ubah tiap tahunnya.
Pemakalah berharap semoga pemerintah lebih jeli lagi dalam mengganti
kurikulum yang sesuai kondisi riil masyarakat, jadi tidak ada anggapan
lagi “ganti menteri ganti kurikulum”.
C. Analisis Perubahan Kurikulum Dari 1947 – 2006
Seperti yang telah paparkan sebelumnya bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Banyak
pertanyaan yang terlontar dari berbagai kalangan “Mengapa kurikulum di
negara kita sering berubah? ”. Dan banyak juga pernyataan yang
merupakan jawaban sinis dari pertanyaan di atas, ”Biasa, ganti Menteri
Pendidikan, ya ganti kurikulumnya”. Benarkah demikian ?
Penulis menganalisa secara global tentang perjalanan sejarah
kurikulum pendidikan di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak
Indonesia merdeka, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan berturut-turut, yaitu pada tahun 1947, tahun1952, tahun1964,
tahun1968, tahun1975, tahun1984, tahun1994, dan tahun2004, serta yang
terbaru adalah kurikulum tahun 2006. Dinamika tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Namun yang jelas, perkembangan semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945. Sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam mengimplementasikannya.
Dimulai pada tahun 1947, saat itu kurikulum pendidikan di
Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan
Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Rentjana Peladjaran 1947 (sebutan kurikulum saat itu) merupakan
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan
berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan sebagai development conformism (pelaku pembaharuan)
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Pada tahun 1952, kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan,
dengan menggunakan sebutan Rentjana Peladjaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Ciri yang paling menonjol dalam kurikulum 1952 adalah setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Menjelang tahun 1964, dilakukan kembali
penyempurnaan sistem kurikulum di Indonesia, yang hasilnya dinamakan
Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
penekanan pada pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan,
dan jasmani. Dari Kurikulum 1964 diperbaharui menjadi kurikulum 1968,
dalam hal ini terjadi perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan
dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik.
Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam
kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam
pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan
menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Menjelang tahun 1983, kurikulum 1975 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan perkembangan IPTEK.
Sehingga dipertimbangkan untuk segera ada perubahan. Karena itulah
pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975
dengan kurikulum 1984.
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan
pendekatan spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam pengemasan
bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin
tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran
yang diberikan. Pada tahun 1993, disinyalir bahwa pada kurikulum 1984,
proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi
pada teori belajar mengajar yang kurang memperhatikan muatan
pelajaran, sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum1994.
Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya adalah pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran
yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Untuk mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan. Dan
dalam pengajaran suatu mata pelajaran harus menyesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya adalah
beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran. Hal ini mendorong para
pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan adalah diberlakukannya Suplemen Kurikulum
1994.
Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai
mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan
kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Dengan
dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,
sehingga sebagai konsekuensi logis harus terjadi juga perubahan struktural
dalam penyelenggaraan pendidikan, maka bersamaan dengan hal tersebut
terjadilah perubahan lagi pada kurikulum pendidikan.
Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performan yang
telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu
pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu KBK sebagai pedoman pembelajaran. Sejalan dengan
visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka
pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket
kompetensi.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat
memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam
kurikulum adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan
sesuatu dalam berbagai konteks.
2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa
untuk menjadi kompeten.
3. Kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang
dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.
4. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat
dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
KBK berorientasi pada:
1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhannya.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
6. Struktur kompetensi dalam KBK dalam suatu mata pelajaran
memuat rincian kompetensi dasar mata pelajaran itu dan sikap
yang diharapkan dimiliki siswa.
7. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,
kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap
mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata
pelajaran tersebut.
8. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
pelajaran pada setiap level.
9. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, Apa
yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar
mereka pada level ini?.
10. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat
diukur dengan berbagai teknik penilaian.
11. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator.
12. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,
Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil
belajar yang diharapkan?.
13. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai
apakah siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Indikator bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang sempit,
yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas
pembelajaran siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan
bagaimana guru melakukan penilaian. Misalkan, jika indikator
menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau
gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan
menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas
lainnya.
Yang paling mutahir adalah KTSP, Untuk menghindari dampak
negatif yang kemungkinan terjadi seperti diuraikan di atas, perlu
disosialisasikan secara luas dan benar esensi KTSP dan potensi dampak
positif yang akan dihasilkannya di dalam praktik pendidikan di lapangan.
Sikap kritis terhadap ide pembaharuan pendidikan memang perlu
dikembangkan, tetapi harus disertai dengan sikap keterbukaan (open
mindedness) dan keobjektifan di dalam menilai ide pembaruan tersebut.
Agar kesetimbangan penyikapan ini dapat terjadi diperlukan penajaman
yang cukup komprehensif, dengan mengedepankan sisi-sisi positif secara
berimbang dengan potensi resiko yang dapat ditimbulkannya terutama bila
ide pembaharuan tersebut tidak dipahami secara benar.
Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengkritisi kebijakan Pemerintah tentang KTSP
tersebut :
1. Secara substansial nuansa reformasi kurikulum tidak mampu memaknai
otonomi pendidikan yang sebenarnya. Reformasi setengah hati ini malah
membingungkan pemangku kepentingan pendidikan, jangankan menyusun
kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah adapun sulitnya setengah
mati. Oleh karena itu, tepatlah orang melabeli KTSP sebagai kurikulum
tidak siap pakai.
2. Buaian sentralistik pendidikan yang selama ini terjadi telah menjadi virus
yang mengerdilkan ide dan kreativitas satuan pendidikan dalam
memberdayakan potensi dirinya. Penyakit ini telah coba diatasi dengan
berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat pemerintah pusat
tercengang dengan minimnya pergulatan kreativitas sekolah,
dikumandangkanlah paradigma otonomi pendidikan melalui manajemen
berbasis sekolah. Kenyataannya, institusi prasyarat manajemen berbasis
sekolah seperti dewan pendidikan dan komite sekolah hanya hiasan
struktur organisasi. Bukan sebagai alat vital organisasi. Mereka tak
berdaya karena ketidaktahuan dan kebiasaan ketergantungan. Maklumlah,
di Indonesia sistem manajemen pendidikan tak sefundamental kurikulum
dan ujian. Lain halnya kebijakan try and error yang menyangkut
kurikulum.
3. Sudah rahasia umum, pendidikan keguruan di negeri ini tidak pernah
menyiapkan guru dan sekolah menjadi pengembang kurikulum. Sementara
dalam KTSP guru harus mampu menafsirkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi indikator dan materi pembelajaran, sekaligus
menentukan sendiri metodologi didaktisnya agar tercipta harmoni
pembelajaran yang efektif dan efisien. Paradoks KTSP dan kesiapan guru
bisa menjadi musibah nasional pendidikan. Musibah intelektual ini sulit
di-recovery dan butuh waktu relatif lama, apalagi jika dikaitkan dengan
konteks global jelas terjadi ironi. Globalisasi memaksa terjadinya variasi
dan dinamika sumber pengetahuan. Dulu guru sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan. Sejalan dengan globalisasi, guru bukan satu-satunya
lagi sumber pengetahuan. Siswa memiliki peluang mengakses informasi
dari berbagai sumber, dikenallah istilah on-line learning.
4. KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduan informasi lokal,
nasional, dan internasional. Kemampuan memadukan ini hanya bisa
dilakukan oleh sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan
oleh guru yang disiapkan secara instan melalui berbagai program
pendampingan pengembangan kurikulum. Lebih berbahaya lagi jika
sekolah akhirnya menjiplak panduan yang ditawarkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Tujuan mulia KTSP pada akhirnya hanya
akan melahirkan sekolah-sekolah ’kurung batok’, instan, dan kerdil
kreativitas.
Sekedar untuk digaris bawahi bahwa secara substansial,
pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih
kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005.
Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih
bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi, yaitu :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum
berbasis kompetensi sebelumnya, bahwa sekolah diberi kewenangan
penuh menyusun rencana pendidikan sesuai karakteristik Satuan
Pendidikan dan keberadaannya, dengan mengacu pada standar-standar
yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan
silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajarannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Dari kajian di atas dapat ditarik satu benang merah bahwa
kebijakan perubahan kurikulum merupakan upaya pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing
dengan negara maju di era global, tentunya menuju perubahan yang lebih
baik, inovatif. Bukan hanya sekedar formalitas sehingga orientasinya tidak
pada “ganti menteri ganti pula kurikulum. Salah satunya menerapkan
Standar Nasional Pendidikan dan Badan Nasional Standar Pendidikan
sebagai acuan dasar pelaksanaan Pendidikan di Indonesia. Walaupun
dalam perjalananya, Kebijakan perubahan kurikulum (sebut saja yang
paling mutahir KTSP) mulai terlihat beberapa kelemahan, baik secara
konseptual, muatan kurikulum maupun sistem pembelajaran. Alih-alih
mereformasi, sekadar kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di mana pedoman dan
alat ukur keberhasilannya masih tetap sentralistik.
Berarti secara substansial nuansa reformasi kurikulum harus
mampu memaknai otonomi pendidikan yang sebenarnya. Reformasi
pendidikan setengah hati akan membingungkan para pelaku pendidikan
yang sebenarnya. Persoalan yang sering kita temui di lapangan jangankan
menyusun kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah ada sulitnya
bukan main. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk
mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum ini.
Langkah perbaikan itu ibarat pepetah tiada rotan akarpun berguna,
maka pemerintah sebaiknya melakukan berbagai langkah perbaikan
konsep dengan melibatkan pelbagai unsur/Stakholders pendidikan dan
melakukan studi/penelitian lebih mendalam sebelum kebijakan tersebut
bergulir.
Diposkan 14th May 2013 oleh Tutik Agrisia
0
Add a comment
2.
May
14
makalah kurikulum KTSP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Tingakat Satuan
Pendidikan (KTSP)?
2. Apa tujuan dari KTSP?
3. Apa Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)?
4. Apa ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
5. Apa Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingakat Satuan
Pendidikan (KTSP) bagi pendidkan?
6. Apa perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum
sebelumnya?
7. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum 2013?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang akan di capai
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
2. Dapat mengetahui tujuan dari KTSP
3. Dapat Mengetahuai prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
4. Dapat mengetahui ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
6. Dapat Mengetahuai Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan
kurikulum yang sebelumnya
7. Dapat mengetahui perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikuum
2013
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun,
dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan
memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah :
a. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
c. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
d. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan 23/2006
B. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengan bilan keputussan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi
untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan
SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun
oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.
Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi
oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
D. Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang
tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran..
Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :
1. KTSP menganut prinsip Fleksibilitas
2. KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk
mengubah kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada
birokrat..
3. Guru kreatif dan siswa aktif.
4. KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.
5. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS ( Manajemen
Berbasis Sekolah )
6. KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.
7. KTSP beragam dan terpadu
E. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
1. Kelebihan
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi
kebutuhan siswa..
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan.
2. Kekurangan
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara
Komprehensif baik konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya
di lapangan
Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.
F. Perbedaan dan kesamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya
a. Pada umumnya perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah
No. KTSP Kurikulum Sebelumnya
1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat
2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens
3. Siswa aktif Guru aktif
4. Berdasar Standar Nasional Belum ada Standar Nasional
b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004 )
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat
Depdiknas
Guru membuat kurikulum sendiri
Sekolah kurang diberi kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum
Sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomo daerah Lebih relevan
c. Persamaan KTSP dengan KBK
1. Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa
2. Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah
dimana setip daerah diberikan kesempatan yng seluas-uasnya
untuk mengembangkanya.
3. Adanya persamaan dalam prancangan pembelajaran berupa adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian.
4. Sama sama danya system evaluasi dalam penenentuan hasil belajar
sisiwa.
5. Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru
waluapun di KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.
6. Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
7. Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
G. Perbedaan Kurikulum KTSP Dengan Kurikulum 2013
Perbandingan Struktur Kurikulum 2013 dan KTSP
Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum sekarang
(KTSP), materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan
bagian dari muatan kurikulum. Misal, untuk kurikulum SMP dan MTs,
terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri yang
harus diberikan kepada peserta didik.
Pada Kurikulum 2013 nanti, ada perubahan mendasar dibanding
kurikulum sekarang, yaitu antara lain :
1. Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10
dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata
pelajaran
· IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia ,
Matematika, dll
· IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll
· Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya
serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
· Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata
pelajaran
2. Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan
proses pembelajaran dan penilaian
3. Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12
dapat dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata
pelajaran
· TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak
berdiri sendiri
· Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya
· Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata
pelajaran
4. Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari
perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian
Adapun perbedaannya dapat dilihat paada gambar dibawah ini :
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dan mempunyai prinsip-prinsip
sebagai berikut
5. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
6. Beragam dan terpadu
7. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
8. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
9. Menyeluruh dan berkesinambungan
10. Belajar sepanjang hayat
11. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami tentang
kurikulum yang digunakan pada sistem pendidikan sekarang ini.
PERBANDINGAN KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 DAN ANALISISNYA
16.02 No comments
NO PERBEDAAN KURIKULUM 2006 KURIKULUM 2013
1 Tujuan
Pendidikan
Tingkat Satuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum
pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah
adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah
kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
KTSP ( Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ) disusun
dalam rangka memenuhi
amanat yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Pendidikan dasar dan
menengah, dengan
mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan
Pendidikan, bertujuan
membangun landasan
bagi berkembangnya
potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak
mulia, dan berkepribadian
luhur;
b. berilmu, cakap, kritis,
kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan
percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial,
demokratis, dan
bertanggung jawab.
Nomer 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
2. Struktur dan
Muatan Kurikulum
Tingkat Satuan
Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada
jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam
SI meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut.
Kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia
Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan
kepribadian
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi
Kelompok mata pelajaran
estetika
Kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan
kesehatan
Ditinjau dari manajemen
sekolah, maka KTSP
pada dasarnya
merupakan bentuk
perencanaan satuan
pendidikan pada bidang
intrakurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler untuk
mencapai visi, misi, dan
tujuannya.
Dokumen KTSP pada
jenjang pendidikan dasar
dan menengah setidak-
tidaknya meliputi:
Kurikulum nasionalyang
terdiri dari Rasional,
Kerangka Dasar
Kurikulum, Struktur
Kurikulum, Deskripsi
Matapelajaran, KI dan
KD, dan Silabus untuk
satuan pendidikan terkait.
Kurda yang terdiri dari KD
dan Silabus yang
dikembangkan oleh
daerah yang
bersangkutan, dengan
acuan KI yang
dikembangkan pada
kurikulum nasional
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Kegiatan kurikuler
(intrakurikuler,
kokurikuler,
ekstrakurikuler)
Kalender Pendidikan.
3. Sistem yang Dalam kurikulum 2006 yang Dalam kurikulum 2013
digunakan digunakan Standar Kompetensi
dan Kompetensi dasar
Berbasis mata pelajaran,
masing-masing disiplin ilmu
dibahas atau dikelompokkan
dalam satu mata pelajaran.
yang digunakan
Kompetensi Inti (KI)
Berbasis tematik,
sehingga dalam
pembelajaran yang
digunakan adalah tema-
tema yang menjadi acuan
atau bahan ajar.
4. Silabus yang
digunakan
Silabus yang digunakan adalah
silabus yang dibuat oleh
masing-masing satuan
pendidikan yang berdasarkan
silabus nasional.
Silabus yang digunakan
adalah silabus dari pusat,
sehingga seluruh
indonesia menggunakan
silabus yang sama.
6 Mata pelajaran
pancasila
Dalam kurikulum 2006, mata
pelajaran pendidikan pancasila
ditiadakan dan diganti dengan
mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
Dalam kurikulum 2013,
mata pelajaran
pendidikan
kewarganegaraan dirubah
menjadi pendidikan
pancasila dan
kewarganegaraan.
5 Implementasi
kurikulum
Dalam kurikulum 2006, sistem
yang digunakan adalah
penjurusan.
Dalam kurikulum 2013,
sistem yang digunakan
adalah peminatan.
7 Beban belajar
siswa
Beban belajar siswa terlalu
berat karena banyaknya mata
pelajaran yang terlalu kompleks
melebihi kemampuan siswa.
Beban belajar siswa lebih
sedikit dan disesuaikan
dengan kemampuan
siswa
8 Proses penilaianBerfokus pada pengetahuan
melalui penilaian output
Berbasis kemampuan
melalui penilaian proses
dan output
10 Penilaian Menekankan aspek kognitif
Test menjadi cara penilaian
yang dominan
Menekankan aspek
kognitif, afektif,
psikomotorik secara
proporsional Penilaian
test dan portofolio saling
melengkapi
11 Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
Memenuhi kompetensi profesi
saja Fokus pada ukuran kinerja
PTK
Memenuhi kompetensi
profesi, pedagogi, sosial,
dan personal motivasi
mengajar
12 Pengelolaan
Kurikulum
Satuan pendidikan mempunyai
kebebasan dalampengelolaan
kurikulum
terdapat kecenderungan satuan
pendidikan menyusun kurikulum
tanpa
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan, kebutuhan
peserta didik, dan potensi
daerah
Pemerintah hanya menyiapkan
sampai standar isi mata
pelajaran
(Satuan pendidikan mempunyai
kebebasan dalam pengelolaan
kurikulum)
Pemerintah Pusat dan
Daerah memiliki kendali
kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di
tingkat satuan pendidikan
Satuan pendidikan
mampumenyusun
kurikulum dengan
mempertimbangkan
kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan
peserta didik, dan potensi
daerah
(Pemerintah Pusat dan
Daerah memiliki
kendali kualitas dalam
pelaksanaan
kurikulum di tingkat
satuan pendidikan)Menu utama
Lanjut ke konten
Beranda Tentang Admin
Meme Komic
GEDE InsideKemarin adalah pelajaran. Hari ini adalah jalan. Esok adalah awal menjadi lebih baik
Persamaan Dan Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Dipublikasi pada 6 Februari 2013 oleh gsuardiana
Rate This
Persamaan KBK dan KTSP:
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memilki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia pendidikan di indonesia yaitu sama-sama bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia indonesia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi pekerti yang luhur, serta bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945.
Perbedaan KBK dengan KTSP:
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas 2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal)
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan metode bervariasi
4. Sumber belajar guru dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar (penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi)
6. Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
1. Landasan Hukum Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
UU No. 20/1999 –
UU No. 20/2003 – Sisdiknas
Pemerintah-an Daerah
UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
PP No. 19/2005 – SPN
Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi
Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
2. Implementasi /Pelaksanaan
Kurikulum
Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.
Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL
3. Ideologi Pendidik-an yang Dianut
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
4. Sifat (1) Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
6. Pendekatan Berbasis Kompetensi
Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian
Berbasis Kompetensi
Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
7. Struktur Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang
Ada perubahan nama mata pelajaran
Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
sekolah
Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
Ada perubahan nama mata pelajaran
KN dan IPS di SD dipisah lagi
Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
8. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu :
SD/MI = 26-32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/SMK = 38-39/minggu
Lama belajar per 1 JP:
SD = 35 menit
SMP = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
Jumlah Jam/minggu :
SD/MI 1-3 = 27/minggu
SD/MI 4-6 = 32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/MA= 38-39/minggu
Lama belajar per 1 JP:
SD/MI = 35 menit
SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit9. PengembanganKurikulum lebih
lanjut
Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran
Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.
Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
10. PrinsipPengembangan
Kurikulum
1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
2. Penguatan Integritas Nasional
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
6. Pengembangan Kecakapan Hidup
7. Belajar Sepanjang Hayat
8. Berpusat pada Anak
9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
11. PrinsipPelaksanaan
Kurikulum
Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
1. Menegakkan lima pilar belajar:
1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
12. PedomanPelaksanaan 1. Bahasa Pengantar Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti
Kurikulum2. Intrakurikuler
3. Ekstrakurikuler
4. Remedial, pengayaan, akselerasi
5. Bimbingan & Konseling
6. Nilai-nilai Pancasila
7. Budi Pekerti
8. Tenaga Kependidikan
9. Sumber dan Sarana Belajar
10. Tahap Pelaksanaan
11. Pengembangan Silabus
12. Pengelolaan Kurikulum
pada Kurikulum 2004.