kurikulum

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non formal , sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal. Menurut catatan sejarah, dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 9 kali. Kurikulum pertama tahun 1947 dikenal dengan Leer Plan (Rencana Pelajaran) yang lebih besar nuansa politik Belanda. Kedua, tahun 1952 yang disebut dengan Rencana Pelajaran Terurai yang lebih merinci silabus setiap mata pelajaran. Di tahun 1964, kurikulum ketiga bernama 1

Upload: lia-bangun

Post on 11-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kutikulas

TRANSCRIPT

Page 1: kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat

disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan

alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun

non formal , sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam

kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah

sistem pendidikan itu sendiri.

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai

tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di

Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang

tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan

kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.

Menurut catatan sejarah, dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami

perubahan kurikulum sebanyak 9 kali. Kurikulum pertama tahun 1947 dikenal

dengan Leer Plan (Rencana Pelajaran) yang lebih besar nuansa politik Belanda.

Kedua, tahun 1952 yang disebut dengan Rencana Pelajaran Terurai yang lebih

merinci silabus setiap mata pelajaran. Di tahun 1964, kurikulum ketiga bernama

Rentjana Pendidikan yang menitik beratkan pada pengembangan moral,

kecerdasan, emosioinal/ artistik, keprigelan dan jasmani atau Pancawardhana

(Hamalik, 2004 :89).

Empat tahun kemudian, tahun 1968 dinamai dengan Kurikulum 1968 yang

merupakan penyempurnaan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa

Pancasila. Kemudian, berubah lagi di tahun 1975 dengan nama Kurikulum 1975

yang lebih efisien dan efektif dengan konsep bidang manajemen atau disebut MBO

(Management by Objective) dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional

(PPSI). Di perubahan keenam terjadi tahun 1984 disebut Kurikulum 1984 yang

lebih mengusung Skill Approach (Pendekatan Keahlian) dengan model yang

disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).

1

Page 2: kurikulum

Ketujuh, ialah tahun 1994 dan 1999 yang disebut dengan Kurikulum 1994 dan

Suplemen Kurikulum 1999 yang memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya

dan materi muatan lokal disesuaikan dengan daerah masing-masing. Di tahun 2004,

kurikulum disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang setiap pelajaran

diurai berdasarkan kompetensi yang harus dicapai siswa, tapi hasilnya kurang

memuaskan. Yang terakhir di tahun 2006 disebut dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang memfokuskan pada isi dan proses pencapaian

target kompetensi siswa melalui Kerangka Dasar (KD), Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) hingga

saat ini.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasioanal (Sisdiknas), Bab I pasal 1 ayat 19 berbunyi:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum?

2. Apa pengertian kurikulum?

3. Apa fungsi kurikulum?

4. Apa tujuan kurikulum?

5. Apa manfaat kurikulum?

6. Bagaimana struktur kurikulum?

7. Apa saja komponen-komponen kurikulum?

8. Bagaimana keputusan menteri dan Perpu tentang kurikulum?

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah:

2

Page 3: kurikulum

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum

2. Untuk mengetahui pengertian kurikulum

3. Untuk mengetahui fungsi kurikulum

4. Untuk mengetahui tujuan kurikulum

5. Untuk mengetahui manfaat kurikulum

6. Untuk mengetahui struktur kurikulum

7. Untuk mengetahui komponen-komponen kurikulum

8. Untuk mengetahui keputusan menteri dan perpu tentang kurikulum

1.4 Manfaat Pembahasan

1. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang hakikat kurikulum.

2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum

dalam  implementasi di lapangan

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum

3

Page 4: kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kurikulum

Istilah kurikulum dalam dunia pendidikan Indonesia digunakan melalui

literatur bahasa Inggeris, terutama dari literatur pendidikan Amerika Serikat.

Pendidikan Belanda yang diwariskan di Indonesia tidak mengenal istilah

kurikulum melainkan istilah leerplan (rencana pelajaran). Penggunaan istilah

kurikulum memang sebagai nomenclatur di dunia pendidikan dimulai dan

dibesarkan di Amerika Serikat.

Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional

yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan

bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada

tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan

kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen

kurikulum.

Kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian

Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum

memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah

kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, mulai dari periode

penjajahan Belanda, periode penjajahan Jepang, masa peralihan Jepang ke Sekutu,

kurikulum pasca kemerdekaan, kurikulum tahun 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,

1994, 2004-2006 KBK, dan KTSP.

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan

sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi

di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang

sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari

tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Adapun sejarah perjalanan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa adalah

sebagai berikut :

a. Kurikulum periode penjajahan belanda

4

Page 5: kurikulum

Sejarah telah mencatat bahwa Negara kita merdeka sejak tanggal 17

Agustus 1945. Namun pada masa penjajahan, proses pembelajaran juga telah ada

dan pada masa itu pula kurikulum pun telah tercipta. Pada masa penjajahan

Belanda, ada tiga system pendidikan dan pengajaran yang berkembang:

1. System pendidikan Islam yang diselenggarakan di pesantren dan

hal ini juga dikendalikan serta diatur oleh pada pendidik yang

berada di lingkungan pesantren.

2. System pengajaran Belanda. System ini diatur dengan prosedur

yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, system pengajaran

dan kurikulum. System procedural seperti ini sangat berbeda

dengan system pendidikan Islam yang dikenal   sebelumnya.

System pendidikannya pun bersifat diskriminatif. Pada saat itu

pendidikan hanya di khususkan untuk orang-orang yang memiliki

uang sedangkan untuk orang-orang yang miskin (tidak memiliki

uang) dilarang untuk bersekolah. Bahkan biaya untuk sekolah di

perguruan tinggi yang di dirikan oleh pemerintah Belanda pun di

buat sangat mahal, agar bangsa Indonesia tidak dapat bersekolah

karena ketidak adaan biaya.

3. Sekolah yang dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan Ki

Hajar Dewantara. KH. Ahmad Dahlan saat itu mendirikan

Muhammadiyah yang menggunakan system pendidikan barat

namun juga menambahkan pelajaran Islam. Sedangkan Ki Hajar

Dewantara mendirikan Taman Siswa dengan membuat system

pendidikan yang berakar pada budaya dan filosofi hidup Jawa,

yang kemudian dianggap sebagai system pendidikan dan

pengajaran Nasional. Mulai dari saat itu bangsa kita mulai

mengenal budayanya sendiri serta dapat mengikuti pelajaran

modern yang berbasis keagamaan. Hasilnya pembelajaran dapat

berjalan dengan baik sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan

akar budayanya sendiri.

b.     Kurikulum Periode Penjajahan Jepang

5

Page 6: kurikulum

Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan diarahkan untuk menyediakan

prajurit yang siap di perang Asia Timur Raya. Sehingga dengan demikian,

dilakukan penggolongan sekolah berdasarkan status social dan system sekolah

yang dibangun oleh Belanda dihapuskan. Pendidikan hanya digolongkan menjadi

pendidikan dasar (Kokmin Gakko) 6 tahun, pendidikan menengah pertama (Shoto

Gakko), pendidikan menengah tinggi (Koto Chu Gakko) yang masing-masing tiga

tahun, serta pendidikan tinggi.

         c.    Pada Masa Peralihan Dari Jepang Ke Sekutu

Negara Indonesia berdiri membutuhkan perjuangan hingga darah dan

nyawa menjadi taruhannya untuk menuju kemerdekaan. Begitu pula dengan

system pendidikan yang ada setiap saat melakukan perubahan dengan perjuangan

yang begitu dahsyat. Salah satunya ketika proklamasi dikumandangkan maka

dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran Republic Indonesia yang dipimpin oleh

Ki Hajar Dewantara, yang kemudian lembaga ini melahirkan rumusan pertama

system pendidikan nasional, yaitu pendidikan bertujuan menekankan pada

semangat dan jiwa patriotisme. Kemudian disusun pula pembaruan kurikulum

pendidikan dan pengajaran. Kurikulum sekolah dasar lebih mengutamakan

pendekatan filosofis ideologis.

d.    Kurikulum Pasca Kemerdekaan

Kurikulum yang diterapkan daan dikembangkan setelah kemerdekaan

tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum saat itu diberi nama leer

plan, istilah tersebut diambil dari bahasa Belanda yang artinya rencana pelajaran,

dan bahasa tersebut lebih npopuler dari kata curriculum yang berasal dari bahasa

Inggris (1947).

Rencana pelajaran 1947 dapat dikatakan sebagai pengganti system

pendidikan Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam

semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development

conformism, bertujuan untuk menentukan karakter manusia Indonesia yang

merdeka dan berdaulat serta sejajar dengan bangsa lain dimuka bumi ini.

Rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah

kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum berawal dari kurikulum

1950. Kurikulum ini memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam

6

Page 7: kurikulum

pelajarannya dengan garis-garis besar pengajaran. Pada kurikulum ini yang

diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat,

materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap

kesenian dan olahraga.

e.     Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum pada tahun 1952 di beri nama Rencana Pelajaran Terurai

1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu system pendidikan nasional yang

paling menonjol. Ciri dari kurikulum ini yaitu setiap rencana pelajaran harus

memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian sekolah akan menghasilkan lulusan yang siap mengarungi

kehidupan yang sebenarnya.

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana

Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya sangat jelas. Seorang guru

hanya mengajar satu mata pelajaran”, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan

Dasar Depdiknas periode 1991-1995.

Pada masa itu dibentuk pula kelas masyarakat, yaitu sekolah khusus bagi

lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas ini

mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan yang

bertujuan agar masyarakat yang tak lanjut sekolah dapat langsung bekerja.

f.     Kurikulum Periode 1964

Setelah beberapa tahun kemudian kurikulum 1952 juga mengalami

perkembangan. Lebih tepatnya menjelang tahun 1964, pemerintah kembali

menyempurnakan kurikulum Indonesia. Kurikulum kali ini diberi nama Rencana

Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran yang menjadi ciri dari kurikulum ini

adalah, pemerintah memiliki keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan

akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan

pada program pancawardhana (Hamalik, 2004:98), yaitu pengembangan moral,

kecerdasan, emosional/artistic, keprigelan, dan jasmani.

g.    Kurikulum Periode 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dan pancawardhana

menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

7

Page 8: kurikulum

Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan

UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kurikulum ini bertujuan, pendidikan ditekankan pada upaya untuk

membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi

kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan

beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan

keterampilan, serta mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Kurikulum ini bersifat politis. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan

organisasi materi pelajaran : kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar,

dan kecakapan khusus. Jumlah pelaajarannya ada 9 mata pelajaran, Djauzak

menyebut kurikulum ini sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat materi yang

pokok-pokok saja”. Muatan materi bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan

permasalahan factual di lapangan.

h.    Kurikulum Periode 1975

Tujuan dari kurikulum 1975, yaitu pendidikan lebih efisien dan efektif.

“Yang melatar belakangi adalah pengaruh konsep dibidang menejemen, yaitu

MBO (management by objective) yang terkenal saat itu”, kata Drs. Mudjito, Ak,

Msi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi dan tujuan

pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI).

Zaman ini telah dikenal “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan

bahasan. Setiap satuan dirinci lagi : petunjuk umum, tujuan instruksional khusus

(TIK), materi pelajaran alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.

Dalam kurikulum ini guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari

setiap kegiatan pembelajaran.

i.       Kurikulum Periode 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski

mengutamakan pendekatan proses, tetapi factor tujuan tetap penting. Kurikulum

ini sering juga disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa

ditempatkan sebagai subjek belajar. Dan mengamati sesuatu, mengelompokkan,

mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dalam kurikulum ini

adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas

8

Page 9: kurikulum

periode 1980-1986 yang juga rector IKIP Jakarta (sekarang universitas Negeri

Jakarta) periode 1984-1992. Konsep CBSA secara teoritis dan bagus hasilnya

disekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat

diterapkan secara Nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu

menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh diruang kelas lantaran

siswa berdiskusi, di sudut-sudut ruang kelas terdapat tempelan gambar yang

menyolok, guru tak lagi mengajar dengan model berceramah. Maka dari itu

akhirnya banyak penolakan terhadap CBSA.

j.      Kurikulum Periode 1994

Kurikulum ini dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan

dilaksanakan sesuai dengan UU no.2 tahun 1989 tentang Sisdiknas. Hal ini

berdampak pada system pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah

dari system semester ke caturwulan. Dengan system caturwulan diharapkan

dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran

cukup banyak. Tujuannya menekankan pada pemahaman konsep dan

keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Kurikulum ini bergulir lebih dalam upaya memadukan kurikulum-

kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara kurikulum

1975 dan 1984, antara pendekatan proses”, kata Mudjito menjelaskan. Sayang,

perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, karena beban

belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga local. Berbagai

kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu

tertentu masuk dalam kurikulum. Maka hasilnya, kurikulum ini menjelma

menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharti pada 1998, diikuti

kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Namun, perubahannya lebih pada

menambal sejumlah materi.

k.    Kurikulum Periode 2004-2006 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap

perubahan structural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistrik

sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No.22 dan 25 tahun 1999

tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan kurikulum baru yang

bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini menitik

9

Page 10: kurikulum

beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-

tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.

Competency Based Education is education gesred toward preparing indivisuals

to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000 : 89). Hal ini

mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu

yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.

Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi

sebagai pedoman pembelajaran.

l.     Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran)

Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, dan munculah KTSP. Disusun oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri

pendidikan nasional melalui Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.

KBK disempurnakan karena hasilnya kurang signifikan, hal ini menurut

Masnur Muslich disebabkan beberapa factor:

1. Konsepnya belum dipahami secara benar oleh guru sebagai ujung

tombak dikelasakibatnya ketika guru melakukan penjabaran

materi dan program pengajaran, tidak sesuai dengan harapan

KBK.

2. Draf kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan,

akibatnya guru mengalami kebingungan rujukan sehingga muncul

kesemerawutan dalam penerapannya.

3. Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang bisa dipakai

guru ketika akan melaksanakan tugas instruksional bagi siswanya,

akibatnya ketika melaksanakan pembelajaran, guru hanya

mengandalkan pengalaman yang telah dimilikinya, yang

mayoritas berbasis materi sehingga tidak ada kemajuan yang

berarti.

Karena hal tersebut, maka KTSP di luncurkan, KTSP adalah sebuah

kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan dimasing-

masing satuan pendidikan. Dalam hal ini lembaga diberi kewenangan dan

tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan

10

Page 11: kurikulum

kebijakan strategi manajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah dan ini

adalah sebuah kelebihan dari KTSP.

m. Kurikulum 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk

dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten

dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada

Standar Kompetensi Lulusan.

Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum

satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis

(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi

sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten

kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa

masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang

Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang

dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil

kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan

yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi

hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar

Kompetensi Lulusan.

2.2 Pengertian Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum secara Etimologis

Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis

“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti

“pelari”, dan “curere” yang berarti “tempat berpacu”. Tidak heran jika

dilihat dari arti harfiahnya, istilah kurikulum tersebut pada awalnya

11

Page 12: kurikulum

digunakan dalam dunia Olah raga, seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari

dan tempat berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis olah raga Atletik.

b. Pengertian Kurikulum berdasarkan Istilah

Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah

diartikan sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai

dari start sampai finish untuk memeroleh medali atau penghargaan”.

Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendididikan

dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah”

c. Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).

d. pengertian kurikulum menurut para ahli

J.Galen Saylor dan William M.Alexander dalam buku Curriculum

Planning for Better Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti

kurikulum sebagai berikut: “The Curriculum is the sum total of

school’s efforts to influence learning, whwther in the classroom , on

the playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk

mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di

halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum.

Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-

kurikuler.

Harold B. Albertsycs dalam Reorganizing the High School

Curriculum (1965) mengandung kurikulum sebagai “ all of the

activities that are provided for students by the shcool”. Seperti

halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak

terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-

kegiatan lain, didalam dan diluar kelas , yang berada di bawah

tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan

pengalaman siswa diluar mata pelajaran tradisional.

12

Page 13: kurikulum

J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam buku SecondarySchool

Improvemant (1973) juga menganut definisi kurikulum yang luas.

Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar

dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,

perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi

dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah

ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek

pokok, program, manusia dan fasilitas sngat erat hubungannya,

sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan

tiga-tiganya.

Smith dan kawan-kawan memandangkurikulum sebagai rangkaian

pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak ,

jadi dapat disebutkan potential curriculum. Namun apa yang benar-

benar dapat diwujudkan pada anak secara individual , misalnya

bahan yang benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum

2.3 Fungsi Kurikulum

Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education

(1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian,

fungsi pengintegrasian , fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan,

dan fungsi diagnostik.

a. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function)

Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena

lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-

masing individupun harus memiliki kemampuan menyesuaika diri secara

dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi

perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga

individu bersifat well-adjusted.

b. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi –pribadi yang terintegrasi. Oleh

karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang

13

Page 14: kurikulum

terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau

pengintegrasian masyarkat.

c. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara

setiap orang di masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang-

orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial

dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan

solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan

terjadinya stagnasi sosial.

d. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)

Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan

studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jau,misalnya melanjutkan

studi ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam

masyarakat.Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat

diperlukan,mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang

diperlukan siswa atau pun yang menarik perhatian mereka.

e. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)

Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang

saling berkaitan.Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi

seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.Kedua hal

tersebut merupakan

kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis.Untuk mengemba

kan berbagai kemampuan tersebut,maka kurikulum perlu disusun secara luas dan

bersifat fleksibel.

f. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function )

Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan

mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga

dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat

dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang

dimilikinya melalui proses ekspolarasi. Selanjutnya siswa sendiri yang

memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang

ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing

14

Page 15: kurikulum

siswa untuk dapat berkembang secara optimal. Berbagai fungsi kurikulum tadi

dilaksanakan oleh kurikulum secara keseluruhan.Fungsi-fungsi tersebut

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa,sejalan

dengan arah filsafat pendidika dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh

insitusi pendidikan yang bersangkutan.

2.4 Tujuan Kurikulum

Di lihat dari hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat

umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat di ukur. Tujuan

kurikulum di bagi menjadi empat yaitu:

a.    Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. TPN

merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha

pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu, baik pendidikan

yang di selenggarakan oleh lembaga pendiddikan formal, informal maupun non

formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku

yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di

rumuskan oleh pmerintah dalam bentuk undang-undan. TPN merupakan sumber

dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.

Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sitem nilai

pancasila di rumuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003, pasal 3, yang

merumusakan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan khidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan YME, berakhlak mulia,sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pedidikan seperti dalam rumusan di atas, merupakan rumusan

tujuan yang sangat ideal yang sulit untuk direalisasikan dan di ukur

keberhasilannya. Memang sulit untuk mencari ukuran dari tujuan yang ideal.oleh

15

Page 16: kurikulum

karena kesulitan itulah, maka tujuan pendidikan yang bersifat umum itu perlu di

rumuskan lebih khusus.

2.      Tujuan Institusional (TI)

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap

lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai

kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau

dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan

institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang di

rumuskan dalam bentuk kompetisi lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti

misalnya Standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang

pendidikan tinggi.

Berikut contoh tujuan institusinal, seperti yang tertuang dalam peraturan

pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan Bab 5

pasal 26 yang menjelaskan bahwa Standar kompetensi lulusan pada jenjang

pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetauan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan

untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak

mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk

menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni,yang

bermanfaat bagi kemanusiaan.

3.      Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang

studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat di definisikan sebagai

kualifikasi yang harus di miliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu

bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga

pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.

16

Page 17: kurikulum

Dengan demikan, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan di arahkan

untuk mencapai tujuan konstisional.

Pada peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tntang Standar Nasional

pendidikan pasal 6 di nyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan menengah terdiri atas:

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprinabian.

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

d) Kelompok mata pelajaran estetika.

e) Kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga dan kesehatan.

Badan standar nasional pendidikan kemudian merumuskan tujuan setiap

kelompok mata pelajaran sesuai dengan peraturan pemerintah No 19 tahun 2005

sebagai berikut;

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia yang brrtujuan bertakwa

kepada tuhan yang maha esa serta berahlak mulia.tujuan tersebut di capai

melalui muatan dan atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,

ilmu pengetahuan dan ternologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan:

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan

dan cinta tanah air.

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan

mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan aanlisis peserta didik.

d. Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/paket A.B,C. tujuan ini dicapai

melalui muatan  dan atau kegiatan bahasa, matematika, IPA, IPS,

keterampilan/kejuruan, dan atau teknologi informasi dan komunikasi, serta

muatan lokal yang relevan. 

e. Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini di capai melalui muatan dan

atau kegiatan bahasa, matematika, IPA, IPS, keterampilan, kejuruan,

teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.

f. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan membentuk karakter peserta

didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman

17

Page 18: kurikulum

budaya.tujuan ini di capai melalui muatan dan kegiatan bahsa, seni budaya,

keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

g. Kelompok mata pelajran jasmani, olahraga dan kesehtan bertujuan

mambentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani.

4.      Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)

Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling

khusus. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang di

harapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses merupakan

syarat mutlak bagi guru.

2.5 Manfaat Kurikulum

1. Manfaat kurikulum bagi guru

a. Kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam merancang, malaksanakan,

dan kegiatan pembelajaran.

b. Membantu guru untuk memperbaiki situasi belajar.

c. Membantu guru menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.

d. Membantu guru dalam mengadakan evaluasi kemajuan kegiatan belajar

mengajar.

e. Memberikan pengertian dan pemahaman yang baik bagi guru untuk

menjalankan tugas sebagai pengajar yang baik di kelas.

f. Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program

pendidikan.

2. Manfaat kurikulum bagi sekolah

a. Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuanpendidikan,

baik itu dalam tujuan nasional, institusional, kurikuler, maupun dalam tujuan

instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum maka tujuan-tujuan

pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat tercapai.

b. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan (KTSP).

c. Memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk

mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan (KTSP).

3. Manfaat kurikulum bagi masyarakat

18

Page 19: kurikulum

a. Sebagai acuan untuk berpartisipasi dalam membimbing putra/putrinya di

sekolah (dalam hal ini orang tua sebagai bagian dari masyarakat).

b. Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat

berpartisipasi dalam rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat

memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan

program pendidikan disekolah

4. Manfaat kurikulum bagi OrangTua

Bagi orang tua, kurikulum bermanfaat sebagai bentuk adanya partisipasi

orangtua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya.

Bantuan yang dimaksud  dapat berupa konsultasi langsung dengan

sekolah/guru  mengenai masalah-masalah menyangkut anak-anak mereka.

Bantuan berupa materi dari orang tua anak dapat melalui lembaga BP-3.

Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orang tua dapat

mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka, sehingga

partisipasi orang tua ini pun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan

proses belajar mengajar disekolah.

5.Manfaat kurikulum bagi Siswa itu sendiri

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar  tersusun merupakan

suatu persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapatkan sejumlah

pengalaman baru yang dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan

perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti. Kalau kita

kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan mestinya diorientasikan kepada

kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal  pengetahuan untuk hidup pada

zamannya kelak.

2.6 Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman

muatan kurikulum pada setiap mata mata pelajaran pada setiap satuan

pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik

sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

19

Page 20: kurikulum

Kompetensi yang dimaksud terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi kelulusan.

A. Kompetensi Inti

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta Didik

pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

B. Mata Pelajaran

1. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah

Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA dan

SMK/MAK, maka dikembangkan Struktur Kurikulum Pendidikan

Menengah, terdiri atas Kelompok Mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran

Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata pelajaran dengan

beban belajar 24 jam per minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan kemasan

substansi untuk Mata pelajaran wajib bagi SMA/MA dan SMK/MAK adalah

sama. Struktur ini menerapkan prinsip bahwa peserta didik merupakan

subjek dalam belajar yang memiliki hak untuk memilih mata pelajaran sesuai

dengan minatnya.

Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik untuk SMA/MA serta

pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan

ini memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan, dan didalamnya

terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.

C. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi

inti sebagai berikut:

20

Page 21: kurikulum

1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka  

menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan K-2;

3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3;dan

4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

2.7 Komponen-Komponen Kurikulum

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh

empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode

atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem,

setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu

komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan

dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan

tergganggu.

21

Page 22: kurikulum

a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang

diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat

kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.

Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat

yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut

masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan

tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang

pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan

dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti

tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

b. Komponen isi / Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan

pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu

menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan

pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada

isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan

kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya

diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

c. Komponen Metode/ Strategi

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam

pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen

yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan

implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang

harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka

maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi

rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk

mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T.

Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan

umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

22

Page 23: kurikulum

Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati.

Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan

(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti

penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan

rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun

untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan

penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian

penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai

fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya

pencapaian tujuan.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk

merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa

jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya

untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode

ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan

pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan

media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan

metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving

something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi

adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda

dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai

titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy

Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam

pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher

centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa

(student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru

menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),

pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan

23

Page 24: kurikulum

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan

strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi

pembelajaran induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk

kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya

masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode

pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari

pendekatan tertentu.

d. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti

kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah

suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian

mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen

untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks

kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan

yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi

digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang

ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah

evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif.

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan

dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

2.8 Keputusan Menteri dan Peraturan Perundang-undangan

Tentang Kurikulum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

24

Page 25: kurikulum

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5410);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara

Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan

Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 60/P Tahun 2013;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013

tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013

tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 67 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 68 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 69 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Atas/MadrasahAliyah;

25

Page 26: kurikulum

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 70 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 71 Tahun 2013

tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan

Dasar dan Menengah;

Pasal 1

Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah

(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),

sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah

kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap

mulai tahun pelajaran 2013/2014.

Pasal 2

Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang

mencakup:

a. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan;

b. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal;

c. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler;

d. Pedoman Umum Pembelajaran; dan

e. Pedoman Evaluasi Kurikulum.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

26

Page 27: kurikulum

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai

tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita

tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Apa yang dpat

diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real, yang tidak dapat

diwujudkan ternyata tetap menjadi idea.

2. Menurut UU No. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19) .

3. Adapun Fungsi dari kurikulum diantaranya Fungsi penyesuaian, funsi integrasi,

fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik

4. Adapun Tujuan Kurikulum yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan

institusional, Tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran/instruksional

3.2 Saran

1. Setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia

harus pula memahami seluk beluk kurikulum.

2. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam memajukan pendidikan di

negara ini, hendaknya tanggap terhadap esensi kurikulum.

27