kunci jawaban.docx

23
KUNCI JAWABAN 1. PEMBAHASAN : A PASAL 156 AYAT (1) KUHAP : Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan. 2. PEMBAHASAN : C PASAL 259 AYAT (1) KUHAP : Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, dapat diajukan satu kali permohonanan kasasi oleh Jaksa Agung. 3. PEMBAHASAN : B PASAL 69 KUHAP : Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka Sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tatacara yang ditentukan dalam undang- undang ini. 4. PEMBAHASAN : B SYARAT FORMIL 143 AYAT (2) HURUF A KUHAP : Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. 5. PEMBAHASAN : D PASAL 143 AYAT (2) huruf B KUHAP : Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan (unsur- unsur tindak pidana) dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. 6. PEMBAHASAN : B PASAL 1 ANGKA 27 KUHAP : Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,

Upload: achi-binti-damanik-syafaat

Post on 17-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUNCI JAWABAN.docx

KUNCI JAWABAN

1. PEMBAHASAN : APASAL 156 AYAT (1) KUHAP : Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.

2. PEMBAHASAN : CPASAL 259 AYAT (1) KUHAP : Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, dapat diajukan satu kali permohonanan kasasi oleh Jaksa Agung.

3. PEMBAHASAN : BPASAL 69 KUHAP : Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka Sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

4. PEMBAHASAN : BSYARAT FORMIL 143 AYAT (2) HURUF A KUHAP : Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

5. PEMBAHASAN : DPASAL 143 AYAT (2) huruf B KUHAP : Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan (unsur-unsur tindak pidana) dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

6. PEMBAHASAN : BPASAL 1 ANGKA 27 KUHAP : Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

7. PEMBAHASAN : CUndang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-undang Hukum Acara Pidana, diundangkan dan ditetapkan di Jakarta, tanggal 31 Desember 1981, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3209.

8. PEMBAHASAN: D9. PEMBAHASAN : B

PASAL 22 AYAT (1) KUHAP : Jenis penahanan dapat berupa : Penahanan rumah tahanan negara ; Penahanan Rumah dan Penahanan Kota.

10. PEMBAHASAN : APasal 24 ayat (1) KUHAP : Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.

Page 2: KUNCI JAWABAN.docx

11. PEMBAHASAN : BPASAL 19 AYAT (1) KUHAP : Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan untuk paling lama satu hari.

12. PEMBAHASAN : CPASAL 115 AYAT (1) KUHAP : Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan.

13. PEMBAHASAN : CPASAL 110 AYAT (1) KUHAP : Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu lepada penuntut umum.

14. PEMBAHASAN : CPASAL 110 AYAT (2) KUHAP : Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.

15. PEMBAHASAN : BPASAL 110 AYAT (1) KUHAP : Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu lepada penuntut umum.

16. PEMBAHASAN : BPASAL 82 AYAT (1) Huruf c : Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya.

17. PEMBAHASAN : DPASAL 179 AYAT (1) KUHAP : Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

18. PEMBAHASAN: D19. PEMBAHASAN: C20. PEMBAHASAN: B21. PEMBAHASAN : A

PASAL 1 ANGKA 24 KUHAP : Pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.

22. PEMBAHASAN : CPASAL 18 AYAT (2) KUHAP : Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat

23. PEMBAHASAN : CPASAL 21 AYAT (1) KUHAP : Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran

Page 3: KUNCI JAWABAN.docx

bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.

24. PEMBAHASAN: A25. PEMBAHASAN : C

PASAL 1 ANGKA 19 KUHAP : Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.

26. PEMBAHASAN : BPASAL 191 AYAT (2) KUHAP : Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

27. PEMBAHASAN : CPASAL 118 AYAT (3) HIR : Bilamana tempat diam dari Tergugat tidak dikenal, lagi pula tempat tinggal sebetulnya tidak diketahui, atau jika Tergugat tidak dikenal, maka surat gugatan itu dimasukkan kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat tinggal Penggugat atau salah seorang dari pada Penggugat, atau jika surat gugat itu tentang tentang barang gelap, maka surat gugat itu dimasukkan kepada Ketua Pengadilan Negeri didaerah hukum siapa terletak barang itu. (FORUM REI SITAE).

28. PEMBAHASAN : CPASAL 124 HIR : Jika Penggugat tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, maka surat gugatnya dianggap gugur dan Penggugat dihukum biaya perkara ; akan tetapi Penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi, sesudah membayar lebih dahulu biaya perkara yang tersebut tadi.

29. PEMBAHASAN : CPASAL 125 AYAT (1) HIR : Jika Tergugat tidak datang pada hari perkara itu akan diperiksa, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, meskipun ia dipanggil dengan patut, maka gugatan itu diterima dengan tak hadir (verstek), kecuali kalau nyata kepada pengadilan negeri, bahwa pendakwaan itu melawan hak atau tidak beralasan.

30. PEMBAHASAN : CPASAL 279 – 282 RV (Reglement op de Burgelijke Rechtsvordering) dikenal dua macam Interventia, yaitu :Menengahi (Tussenkomst) adalah dimana pihak yang berkepentingan sebagai pihak ketiga dalam perkara perdata yang sedang berlangsung dan membela kepentingannya sendiri dan oleh karena itu melawan kepentingan kedua belah pihak yang sedang berperkara.Menyertai (Voeging) adalah suatu aksi hukum oleh pihak yang berkepentingan dengan jalan

Page 4: KUNCI JAWABAN.docx

memasuki perkara perdata yang sedang berlangsung antara Penggugat dan Tergugat untuk bersama-sama Tergugat dalam menghadapi Penggugat.

31. PEMBAHASAN : CPASAL 129 AYAT (1) HIR : Tergugat yang dihukum sedang ia tak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat memajukan perlawanan (Verzet) atas keputusan itu.

32. PEMBAHASAN: B33. PEMBAHASAN: C34. PEMBAHASAN: B35. PEMBAHASAN: A36. PEMBAHASAN: B37. PEMBAHASAN: C38. PEMBAHASAN: B39. PEMBAHASAN: D40. PEMBAHASAN: A41. PEMBAHASAN: A42. PEMBAHASAN: A43. PEMBAHASAN : A

Di dalam HIR atau Rbg tidak mengatur baik masalah perubahan gugatan dan pencabutan gugatan. Menurut ketentuan RV. Pencabutan gugatan yang telah diajukan di Pengadilan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Sebelum gugatan di periksa di persidangan, dalam kondisi seperti ini penggugat tidak perlu meminta ijin kepada tergugat karena tergugat belum mengetahui (Pasal 271 Rv).2. Sebelum tergugat memberikan jawaban. Hal ini juga tidak perlu meminta ijin kepada tergugat.3. Sesudah tergugat memberikan jawaban, dalam keadaan ini kalau penggugat akan mencabut gugatannya, maka harus seijin daari tergugat. Apabila tergugat menyetujui, penggugat dapat mencabut gugatannya dan apabila tergugat tidak menyetujui maka gugatan akan terus dilanjutkan. Hal ini dikarenakan tergugat sudah merasa diserang kepentinganya.

44. PEMBAHASAN : ADi dalam HIR atau Rbg tidak mengatur baik masalah perubahan gugatan dan pencabutan gugatan. Menurut ketentuan RV. Pencabutan gugatan yang telah diajukan di Pengadilan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Sebelum gugatan di periksa di persidangan, dalam kondisi seperti ini penggugat tidak perlu meminta ijin kepada tergugat karena tergugat belum mengetahui (Pasal 271 Rv).2. Sebelum tergugat memberikan jawaban. Hal ini juga tidak perlu meminta ijin kepada tergugat.3. Sesudah tergugat memberikan jawaban, dalam keadaan ini kalau penggugat akan mencabut gugatannya, maka harus seijin daari tergugat. Apabila tergugat menyetujui, penggugat dapat mencabut gugatannya dan apabila tergugat tidak menyetujui maka gugatan akan terus dilanjutkan. Hal ini dikarenakan tergugat sudah merasa diserang kepentinganya.

Page 5: KUNCI JAWABAN.docx

45. PEMBAHASAN : CPasal 226 HIR/260 RBg, Ketentuan Pasal 226 HIR tersebut dapat diketahui bahwa untuk dapat diletakkan sita revindicatoir ini adalah :a. Harus berupa barang bergerak.b. Barang bergerak tersebut adalah merupakan barang milik penggugat yang berada ditangan tergugat.c. Permintaannya harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.d. Permintaan mana dapat diajukan secara lisan dan tertulis.e. Barang tersebut harus diterangkan dengan seksama dan terperinci, misalnya sebuah mobil sedan merek holden tahun 1974 Pol.No.D II-AA, warna biru.

46. pihaknya. PEMBAHASAN : CDasar hukum mengenai verzet tidak diatur dalam HIR tapi dalam Pasal 378 dan 379 RV. Derden Verzet adalah suatu perlawanan terhadap putusan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak ada sangkut pautnya dengan perkara akan tetapi karena merugikan Dalam melakukan perlawanan jenis ini yang perlu diperhatikan adalah kemampuan untuk membuktikan bahwa barang yang disita itu adalah milik dari pelawan.

47. PEMBAHASAN : CPasal 123 HIR/143 Rbg, menentukan bahwa surat kuasa yang dapat digunakan untuk beracara di pengadilan, baik untuk mewakili kepentingan pihak penggugat maupun pihak tergugat, harus merupakan surat kuasa khusus atau istimewa. Hal demikian diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1959, tanggal 19 Januari 1959 Jo. Nomor 6 Tahun 1994, tanggal 14 Oktober 1994, yang menentukan bahwa surat kuasa khusus adalah surat kuasa yang khusus tentang subjeknya, objeknya, materi perkaranya, pengadilannya serta tingkat proses perkaranya, yaitu tingkat pengadilan negeri, banding (pengadilan tinggi) dan kasasi (mahkamah agung).

48. PEMBAHASAN : CBerdasarkan Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung No. 116 K/Aip/1973 tertanggal 16 September 1973 menyatakan bahwa hanya surat kuasa khusus saja yang dapat digunakan dalam beracara di depan pengadilan. Surat kuasa Khusus hanya dapat digunakan dalam beracara dalam satu perkara saja, tidak bisa digunakan keperluan lain diluar perkara tersebut. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 31/P/169/M/1959 tanggal 19 Januari 1959 yang perlu dimuat dalam surat kuasa Khusus adalah :Identitas pemberi dan penerima kuasa, yaitu nama lengkap, pekerjaan, alamat atau tempat tinggal.Nama pengadilan tempat beracara, misalnya pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan negeri Jakarta Barat.Apa yang menjadi sengketa pokok perkara, hal ini untuk menunjukan kekhususan perkara, misal tentang jual beli tanah.Penelaah isi kuasa yang diberikan, di sini menjelaskan hal ihwal apa saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa. Jadi di luar apa yang disebutkan dalam isi surat kuasa tidak

Page 6: KUNCI JAWABAN.docx

boleh dilakukan oleh penerima kuasa.Memuat hak Subtitusi, di sini untuk mengantisipasi apabila penerima kuasa berhalangan sehingga dapat dialihkan kepada orang lain. 

49. PEMBAHASAN : APasal 118 HIR menyangkut kekuasaan relatif. Asas yang yang menyangkut wewenang ini adalah ”Actor Sequitur Forum Rei” terhadap asas Actor Sequitur Forum Rei terdapat beberapa pengecualian, misalnya yang terdapat dalam Pasal 118 HIR itu sendiri :a. Gugatan diajukan pada Pengadilan Negeri setempat kediaman tergugat, apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui.b. Apabila tergugat terdiri dari dua orang atau lebih, gugatan diajukan pada tempat tinggal salah satu tergugat, terserah pilihan dari penggugat, jadi penggugat yang menentukan di mana ia akan mengajukan gugatannya.c. Akan tetapi dalam ad. 2 tadi, apabila pihak tergugat ada dua orang, yaitu yang seorang misalnya adalah berhutang dan yang lain penjaminnya, maka gugatan harus diajukan kepada Pengadilan Negeri pihak yang berhutang. Sehubungan dengan hal ini perlu dikemukakan, bahwa secara analogis dengan ketentuan yang termuat dalam Pasal 118 ayat (2) bagian akhir ini, apabila tempat tinggal tergugat dan turut tergugat berbeda, gugatan harus diajukan di tempat tinggal tergugat.d. Apabila tempat tinggal dan tempat tergugat tidak dikenal, gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri tempat tinggal penggugat atau salah satu dari penggugate. Dalam ad. 4 apabila gugatan adalah mengenai barang tetap, dapat juga diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di mana barang tetap itu terletak.f. Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri tempat tinggal yang dipilih oleh akte tersebut.

50. PEMBAHASAN: A51. PEMBAHASAN : A

Pasal 227 HIR/261 RBg, Mengenai Sita Conservatoir (Conservatoir Beslag) diatur dalam Pasal 227 ayat (1) HIR yang intinya mengatur hal-hal :1. Harus ada sangka yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau dilaksanakan mencari akal akan mengelapkan atau melarikan barang-barangnya.2. Barang yang disita itu merupakan barang kepunyaan orang yang kena sita artinya bukan milik penggugat.3. Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara yang bersangkutan.4. Permohonan harus diajukan dengan surat tertulis.5. Sita Conservatoir (Conservatoir Beslag) dapat dilakukan atau diletakan baik terhadap barang yang bergerak dan yang tidak bergerak.

52. PEMBAHASAN: D

Page 7: KUNCI JAWABAN.docx

53. PEMBAHASAN : DUndang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, ditetapkan di Jakarta tanggal 05 April 2003, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49.

54. PEMBAHASAN : DPASAL 32 AYAT (3) tentang Ketentuan Peralihan UU No. 18 Tahun 2003 : untuk sementara tugas dan wewenang Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, dijalankan bersama oleh : IKADIN, AAI, IPHI, HAPI, SPI, AKHI, HKHPM dan APSI.

55. PEMBAHASAN : CPASAL 1 ANGKA 2 UU No. 18 Tahun 2003 : Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.

56. PEMBAHASAN : BDeklarasi Advokat Indonesia, Jakarta 21 Desember 2004

57. PEMBAHASAN : DPASAL 5 AYAT (2) UU Nomor 18 Tahun 2003 : Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

58. PEMBAHASAN: D59. PEMBAHASAN: C60. PEMBAHASAN : C

PASAL 5 AYAT (1) UU No. 18 Tahun 2003 : Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.

61. PEMBAHASAN : APutusan MKRI No. 006/PUU-II/2004 Tanggal 13 Desember 2004.

62. PEMBAHASAN : APASAL 1 ANGKA 1 UU No. 18 Tahun 2003 : Advokat adalah Orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini.

63. PEMBAHASAN : BPASAL 28 AYAT (3) UU No. 18 Tahun 2003 : Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan partai politik, baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah.

64. PEMBAHASAN : APASAL 31 UU No. 18 Tahun 2003 : Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat dan bertindak seolah-olah sebagai Advokat, tetapi bukan Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 ,- (lima puluh juta) rupiah. Pasal ini sudah tidak mempunyai kekuatan mengikat karena sudah di Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi berdasarkan Putusan MKRI No. 006/PUU-II/2004 Tanggal 13 Desember 2004.

Page 8: KUNCI JAWABAN.docx

65. PEMBAHASAN : CPASAL 16 UU No. 18 Tahun 2003 : Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan. Jo. Pasal 7 huruf g Kode Etik : Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam mengatur ketentuan tentang Hak Immunitas bagi seorang Advokat.

66. PEMBAHASAN: A67. PEMBAHASAN : C

PASAL 3 HURUF g Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat (Officium nobile).

68. PEMBAHASAN : CPASAL 1 ANGKA 7 UU No. 18 Tahun 2003 Jo. Pasal 1 huruf f Kode Etik Advokat Indonesia : Honorarium adalah Imbalan atas jasa hukum yang diterima oleh Advokat berdasarkan kesepakatan dengan klien.

69. PEMBAHASAN : BPASAL 33 tentang Ketentuan Peralihan UU No. 18 Nomor 2003 : Kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Profesi Advokat yang telah ditetapkan oleh IKADIN, AAI, IPHI, HAPI, SPI, AKHI, dan HKHPM, pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis menurut Undang-undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.

70. PEMBAHASAN : CPASAL 16 UU No. 18 Tahun 2003 : Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan. Jo. Pasal 7 huruf g Kode Etik : Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam mengatur ketentuan tentang Hak Immunitas bagi seorang Advokat.

71. PEMBAHASAN : CPASAL 8 HURUF a Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile) dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum Undang-undang dan Kode Etik ini.

72. PEMBAHASAN : CPASAL 24 Bab XII Ketentuan Penutup Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Kode etik advokat ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu sejak tanggal 23 Mei 2002.

73. PEMBAHASAN : CPASAL 7 HURUF a Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Surat-surat ini yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara dapat ditunjukkan kepada Hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan dibuat dengan membubuhi catatan “Sans Prejudice”.

Page 9: KUNCI JAWABAN.docx

74. PEMBAHASAN : APASAL 3 HURUF a Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI): Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan atau hukum kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik atau kedudukan sosialnya.

75. PEMBAHASAN : DPASAL 16 ANGKA 3 Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Pemberian sanksi Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu harus diikuti larangan untuk menjalankan profesi advokat diluar maupun dimuka pengadilan.

76. PEMBAHASAN : APASAL 3 HURUF e Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena penunjukkan organisasi profesi.

77. PEMBAHASAN : DPASAL 8 HURUF h Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatu lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang diperiksa pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia berhenti dari pengadilan tersebut.

78. PEMBAHASAN : CPASAL 13 ANGKA 9 huruf c Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya teradu.

79. PEMBAHASAN : BPASAL 7 UU NO. 18 TAHUN 2003 tentang Advokat Jo. PASAL 16 ANGKA 1 Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa : Peringatan biasa, peringatan keras, pemecatan sementara untuk waktu tertentu atau pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.

80. PEMBAHASAN : BPASAL 13 ANGKA 7 HURUF a Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Pengadu dan Teradu harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain, yang jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh penasihat.

81. PEMBAHASAN : CPASAL 9 AYAT (1) UU No. 18 Tahun 2003, tentang Advokat : Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi Advokat. 

82. PEMBAHASAN : BPASAL 18 ANGKA 1 Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI): Apabila pengadu atau teradu tidak puas dengan keputusan Dewan Kehormatan Cabang/Daerah, ia berhak mengajukan permohonan banding atas keputusan tersebut kepada Dewan Kehormatan Pusat.

Page 10: KUNCI JAWABAN.docx

83. PEMBAHASAN : CPASAL 19 ANGKA 2 dan 3 Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : Keputusan Dewan Kehormatan Pusat mempunyai kekuatan tetap sejak diucapkan dalam sidang terbuka dengan atau tanpa dihadiri para pihak dimana hari, tanggal dan waktunya telah diberitahukan sebelumnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan ; Keputusan Dewan Kehormatan Pusat adalah final dan mengikat yang tidak dapat diganggu gugat dalam forum manapun, termasuk dalam MUNAS.

84. PEMBAHASAN : DPASAL 5 HURUF d dan f Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) : d. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman sejawatnya ; f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap Advokat yang baru, maka Advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi Advokat terhadap Klien tersebut.

85. PEMBAHASAN : BUU NO. 5 TAHUN 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, ditetapkan di Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77 sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 9 TAHUN 2004 tentang Perubahan Atas UU NO. 5 TAHUN 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, ditetapkan di Jakarta tanggal 29 Maret 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35.

86. PEMBAHASAN : APASAL 6 AYAT (1) UU NO. 5 TAHUN 1986 : Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan dikotamadya atau ibukota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten.

87. PEMBAHASAN : DPASAL 55 UU NO. 5 TAHUN 1986 : Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkan Pejabat Tata Usaha Negara.

88. PEMBAHASAN: A89. PEMBAHASAN: B90. PEMBAHASAN : D

PASAL 63 AYAT (2) HURUF a UU No. 5 Tahun 1986 : Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim : wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu tiga puluh hari.

91. PEMBAHASAN : DPASAL 2 UU NO. 5 TAHUN 1986 Jo. UU NO. 9 TAHUN 2004, Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-undang ini:1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum.2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum.3. Keputusan TUN yang mesih memerlukan persetujuan.

Page 11: KUNCI JAWABAN.docx

4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP dan KUHAP atau peraturan Perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana.5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.6. Keputusan TUN mengenai Tata Usaha Tentara Nasional Indonesia.7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik dipusat maupun didaerah mengenai hasil pemilihan umum.

92. PEMBAHASAN: C93. PEMBAHASAN: D94. PEMBAHASAN: D95. PEMBAHASAN : D

PASAL 390 AYAT (3) HIR : Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya dan tentang orang-orang yang tidak dikenal maka surat jurusita itu disampaikan pada Bupati, yang dalam daerahnya terletak tempat tinggal Penggugat dan dalam perkara pidana, yang dalam daerahnya hakim yang berhak berkedudukan ; Bupati itu memaklumkan surat jurusita itu dengan menempelkannya pada pintu umum kamar persidangan dari hakim yang berhak itu.

96. PEMBAHASAN : DPASAL 38 UU NO. 1 TAHUN 1974 : Perkawinan dapat putus karena : Kematian ; Perceraian dan ; Atas keputusan Pengadilan.

97. PEMBAHASAN : BUU NO. 7 TAHUN 1989 Tentang Peradilan Agama, ditetapkan di Jakarta tanggal 29 Desember 1989, sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 3 TAHUN 2006 tentang Perubahan Atas UU NO. 7 TAHUN 1989 tentang Peradilan Agama, ditetapkan di Jakarta tanggal 20 Maret 2006, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 22.

98. PEMBAHASAN : DPASAL 49 AYAT (1) UU NO. 7 TAHUN 1989 : Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragana Islam dibidang Perkawinan, Perceraian, Kewarisan, Wasiat, Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam, Wakaf dan Shadaqah.

99. PEMBAHASAN : CPASAL 131 AYAT (4) Kompilasi Hukum Islam (KHI) : “Bila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin ikrar talak baginya mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh”.

100. PEMBAHASAN : BPASAL 34 AYAT (2) PP RI NO. 9 TAHUN 1975 : Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat-akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar pencatatan kantor pencatatan oleh Pegawai Pencatat, kecuali bagi mereka yang beragama Islam terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Page 12: KUNCI JAWABAN.docx

101. PEMBAHASAN : CPASAL 153 AYAT (2) HURUF a Kompilasi Hukum Islam (KHI) : “Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut : apabila perkawinan putus karena kematian walaupun qobla al dukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari.

102. PEMBAHASAN : APASAL 89 AYAT (1) UU NO. 7 TAHUN 1989 : Biaya perkara dalam bidang-bidang Hukum Perkawinan dibebankan kepada Penggugat/Pemohon.

103. PEMBAHASAN : CPASAL 120 Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Talak Ba’in Kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da al dukhul dan habis masa iddahnya.

104. PEMBAHASAN : CPASAL 1 HURUF e Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Taklik talak ialah Perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

105. PEMBAHASAN : CPASAL 7 AYAT (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan istbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

106. PEMBAHASAN : DPASAL 7 AYAT (3) Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian ; Hilangnya Akta Nikah ; Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan ; Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 dan Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974.

107. PEMBAHASAN : CPASAL 115 Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

108. PEMBAHASAN : DPASAL 39 AYAT (2) UU NO. 1 TAHUN 1974 Jo. PASAL 19 PP NO. 9 TAHUN 1975 Jo. PASAL 116 Kompilasi Hukum Islam : Perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan : Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan ; salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di laur kemampuannya ; salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung ; salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain ; salah satu pihak mendapat

Page 13: KUNCI JAWABAN.docx

cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri ; antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga ; suami melanggar taklik talak ; peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

109. PEMBAHASAN : APASAL 125 Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Li’an menyebabkan putusanya perkawinan antara suami isteri untuk selama-lamanya.

110. PEMBAHASAN : BPASAL 57 AYAT (2) UU NO. 7 Tahun 1989 : Tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM diikuti dengan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

111. PEMBAHASAN : C CUKUP JELAS ; UU NO. 13 TAHUN 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan hukum Materiil, sedangkan penyelesaiannya diperiksa berdasarkan UU NO. 2 TAHUN 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial sebagai hukum Formil.

112. PEMBAHASAN : DPASAL 124 AYAT (1) UU NO. 2 TAHUN 2004 : Sebelum terbentuk Pengadilan Hubungan Industrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

113. PEMBAHASAN : BPASAL 1 ANGKA 2 UU NO. 2 TAHUN 2004 : Perselisihan Hak adalah Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau peraturan terhadap ketentuan perundang-undangan, Perjanjian kerja, Peraturan perusahaan atau Perjanjian kerja sama

114. PEMBAHASAN : BCUKUP JELAS ; UU NO. 12 TAHUN 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta merupakan hukum Materiil, sedangkan penyelesaiannya diperiksa berdasarkan UU NO. 22 TAHUN 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan sebagai hukum Formil.

115. PEMBAHASAN : CPASAL 124 AYAT (2) HURUF a : Dengan terbentuknya Pengadilan Hubungan Industrial berdasarkan undang-undang ini, perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja yang telah diajukan kepada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah atau lembaga-lembaga lain yang setingkat yang menyelesaikan perselisihan hubungan industrial atau pemutusan hubungan kerja dan belum diputus, maka diselesaikan oleh Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat.

Page 14: KUNCI JAWABAN.docx

116. PEMBAHASAN : BPASAL 1 ANGKA 4 UU NO. 2 TAHUN 2004 : Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

117. PEMBAHASAN : CUndang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6.

118. PEMBAHASAN : APASAL 1 ANGKA 10 UU NO. 2 Tahun 2004 : Perundingan Bipartit adalah Perundingan antara pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

119. PEMBAHASAN : CPASAL 3 AYAT (2) UU NO. 2 TAHUN 2004 : Penyelesaian perselisihan melalui bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan.

120. PEMBAHASAN : APASAL 1 ANGKA 13 UU NO. 2 TAHUN 2004 : Konsiliasi Hubungan Indutrial yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.

Page 15: KUNCI JAWABAN.docx
Page 16: KUNCI JAWABAN.docx