kultum tabayyun

4
Tabayyun Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. artinya : Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya, yang kita memohon dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan keburukan amal-amal kami. Saya bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang Haq untuk disembah melainkan Ia Subhanahu wa Ta’ala dan tiada sekutu bagi-Nya serta Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ya ayyuhal-ladzina amanuttaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamutunna illa wa antum muslimun [Ali 'Imran : 102] “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan islam” [Ali 'Imran : 102] ----- Topik yang ingin saya bahas kali ini adalah tabayyun. Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.

Upload: budi-rahardjo

Post on 19-Jan-2016

123 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

(in Bahasa Indonesia) Kuliah tujuh menit (kultum) dengan topik tabayyun

TRANSCRIPT

Page 1: Kultum Tabayyun

Tabayyun

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalahWa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

artinya : Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya, yang kita memohon dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan keburukan amal-amal kami. Saya bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang Haq untuk disembah melainkan Ia Subhanahu wa Ta’ala dan tiada sekutu bagi-Nya serta Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ya ayyuhal-ladzina amanuttaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamutunna illa wa antum muslimun [Ali 'Imran : 102]

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan islam” [Ali 'Imran : 102]

-----

Topik yang ingin saya bahas kali ini adalah tabayyun.

Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujurat 6) [http://theonlyquran.com/quran/Al-Hujurat/Indonesian_Bahasa_Indonesia/]

Saat ini kita hidup dalam era yang disebut era informasi. Informasi menjadi sebuah komiditas yang penting, yang dapat diperjualbelikan dan bahkan dapat mempengaruhi jatuh bangunnya sebuah negara. Jika kita tahu harga cabai akan meroket tahun depan, maka kita akan menanam cabai. Perang, bahkan tidak lagi dilakukan secara fisik, tetapi melalui informasi-informasi yang menyesatkan sehingga penduduk sebuah tempat itu akan saling menghancurkan dirinya sendiri.

Page 2: Kultum Tabayyun

Ada banyak informasi yang tersebar. Apalagi sekarang dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat tersebar dengan mudah melalui internet dan perangkat handphone. Bagaimana kita mengetahui bahwa informasi itu benar atau salah? Di sinilah letak peran tabayyun. Kita perhatikan informasi itu. Kita saring informasi itu. Jangan ditelan mentah-mentah dan bahkan disebarkan ke orang banyak.

Apa bahayanya jika kita tidak melakukan tabayyun?

1. Menuduh orang baik dengan dusta (berbuat dhalim)2. Timbul kecemasan dan penyesalan karena telah mendhalimi orang lain

[Ada banyak kisah-kisah mengenai tabayyun ini.]

Setelah perang Bani Mushthaliq dinyatakan selesai, Rasulullah saw mengajak kabilah al Harits untuk masuk Islam. Sesudah masuk Islam Rasulullah saw memerintahkan al-Harits untuk mengajak kabilahnya masuk Islam dan membayar zakat. Al-Harits pun menyatakan kesediaan dan kesanggupannya. Kepada Rasulullah, Al-Harits menyatakan, “Saya akan pulang ke kampung saya untuk mengajak orang untuk masuk Islam dan membayar zakat dan bila sudah sampai waktunya, kirimkanlah utusan untuk mengambilnya.” Namun ketika zakat sudah banyak dikumpulkan sedang waktu yang disepakati oleh Rasul untuk mengambil zakat telah tiba, ternyata utusan beliau belum juga datang. Maka Al-Harits merasa khawatir kalau-kalau ada sesuatu yang tidak berkenan di hati Rasulullah saw. yang menyebabkan beliau tidak kunjung mengirimkan utusan. Al-Harits khawatir kalau persoalan ini akan berakibat buruk bagi dirinya dan kaumnya.

Setelah melalui musyawarah dengan tokoh-tokoh Bani Musthaliq, al-Harits merasa harus datang kepada Rasulullah saw, bukannya menanti kedatangan utusan beliau yang akan menarik zakat. Dan keberangkatan ke Madinah dipimpin sendiri oleh al-harits dan diikuti oleh serombongan tokoh bani Musthaliq, untuk menyerahkan zakat itu kepada Nabi.

Sementara itu, dalam waktu yang hampir bersamaan Rasulullah saw. mengutus Al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan al-Harits. Di tengah Jalan al-Walid melihat al-Harits beserta sejumlah orang berjalan menuju Madinah. Didasari oleh ingatan akan permusuhan di masa jahiliyah antara dirinya dengan al-Harits, timbul rasa gentar di hati Al-Walid, jangan-jangan al-Harits akan menyerang dirinya. Karena itulah kemudian ia berbalik kembali ke Madinah dan menyampaikan laporan yang tidak benar.

Al-Walid melaporkan kepada Rasulullah saw bahwa Al-Harits tidak mau menyerahkan zakat, bahkan ia akan dibunuhnya. Rasulullah saw tidak langsung begitu saja percaya, beliau pun mengutus lagi beberapa sahabat yang lain untuk menemui Al-Harits. Ketika utusan itu bertemu dengan Al-Harits, ia berkata, “Kami diutus Rasulullah saw untuk bertemu denganmu.”

Al-Harits bertanya, “Ada apa?”

Page 3: Kultum Tabayyun

Utusan Rasulullah itupun menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah saw telah mengutus Al-Walid bin Uqbah, untuk mengambil zakat, lalu ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat bahkan mau membunuhnya.”

Al-Harits menjawab, “Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya dan tidak ada yang datang kepadaku.”

Maka ketika mereka sampai kepada Nabi saw., beliau pun bertanya, “Apakah benar engkau menolak untuk membayarkan zakat dan hendak membunuh utusanku?”

“Demi Allah yang telah mengutusmu dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah Al Hujurat ayat 6 untuk membenarkan pengakuan al-Harits.

[sumber: http://muslimdaily.net/opini/wawasanislam/selektif-menerima-informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html#.U9BnDi8u76w]

Bagaimana cara melakukan tabayyun?

Tidak terburu-buru dalam menanggapi berita / informasi. Rasulullah (saw) mengatakan:

“ الشيطان من والعجل�ة الله من التاني ”

“Pelan-pelan itu dari Alloh, sedangkan terburu-buru itu dari setan.” (Musnad Abu Ya’la: 7/247, dishohihkan oleh al-Albani: 4/404)

Al-Imam Hasan al-Bashri rahimahulloh berkata: “Orang mukmin itu pelan-pelan sehingga jelas perkaranya.”

Cari sumber informasinya. Tanyakan apakah betul informasi itu. Adanya teknologi informasi memungkinkan kita untuk mencari sumber informasinya. Namun seringkali kita malas untuk melakukannya.

Perhatikan kredibilitas sumber informasinya. Ada banyak sumber informasi yang sering melakukan penipuan informasi. Jangan gunakan informasi dari sumber-sumber ini. Sebetulnya, kita sebagai umat Islam sudah terbiasa dengan cara ini. Sebagai contoh, kesahihan hadis salah satunya ditentukan oleh siapa perawi hadis tersebut. Informasi dari sumber atau pribadi yang diragukan sebaiknya dihindari. Setidaknya, lakukan tabayyun.

Semoga kita menjadi orang yang selalu melakukan tabayyun.

(Kultum – BR, Bandung, 24 Juli 2014)