kultum : khitbah dan ta'aruf

2
Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu'alaikum wr. wb. Alhamdulillaahi robbil 'alamin. Wabihiinasta'iinu 'alaa umuriddun yaa waddiin, washolaatu wassalaamu 'alaa asrofil mursaliin, wa 'alaa alihi washohbihii ajma'iin. 'amma ba'du. Sebelumnya marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita menjadi orang-orang yang bersyukur. Sholawat serta salam kita tujukan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa wahyu Ilahi, agar kita senantiasa berada pada jalan yang benar dan dijauhkan dari api neraka. Teman-teman yang dirahmati Allah, pasti pernah mendengar kata “Ta’aruf”? Sebenarnya apa sih ta’aruf itu? Mari kita kupas bersama mengenai khitbah, ta’aruf dan akad nikah. “Wahai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah” (HR. Bukhari). Pemuda yang siap menikah yaitu yang telah baligh, memahami Islam, dewasa, mampu menyelesaikan masalah dan bertanggung jawab. Pernikahan haruslah dimulai dengan yang baik, jika buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya. Islam menolak maksiat interaksi lelaki dengan wanita semacam tunangan dan pacaran, dan Nabi Muhammad SAW tak mengenalnya sama sekali, dan bahkan melarangnya. Namun Islam tukarkan metode maksiat dengan metode taat sebelum menikah, yaitu khitbah, lalu ta’aruf yang halal agar nikah menjadi baik. Khitbah dan ta’aruf merupakan proses yang dijalani oleh orang yang telah mantap hati dan siap untuk menikah. Jadi, khitbah dan ta’aruf bukanlah produk substitusi pacaran, bukan pula pembungkus pacaran atas nama yang lebih Islami. Sebelum melakukan khitbah dan ta’aruf harus sudah dibuat rencana. “Wanita dinikahi karena empat hal, harta, keturunan, kecantikan dan agama. Pilihlah yang beragama, maka engkau bahagia” (HR. Bukhari-Muslim). Jelaslah bahwa bagi yang tujuan pernikahannya adalah ridha Allah dan membangun keluarga sakinah, pilihan utama adalah pada agamanya. Bagaimana dengan muslim yang berniat menikahi seorang non-muslim? Dakwah belum tentu tersampaikan, mafsadat sudah jelas. Lalu bagaimana dengan muslimah yang kagum meliaht lelaki non-muslim menarik? Jelas yang jadi standarnya bukan ridha Allah. Maka, pada saat persiapan haruslah jelas. Pilihlah calon yang memenuhi standar agama kita. Bila cantik dan kaya itu hanya bonus dari Allah. Jika sudah mempunyai pilihan tepat dan tetap, maka khitbah dilaksanakan, yaitu dengan meminta persetujuan kepada calon yang diinginkan untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun bila sang wanita telah berucap, bukan berarti khitbah selesai. Bagi pria yang melamar wanita haruslah mendatangi walinya untuk meminta ridha dari beliau, sampaikaanlah maksud dan tujuan. Bagi wanita penting pula meyakinkan kedua orang tua Nama : Quina Fathonah Kelas : 11-4

Upload: quina-fathonah

Post on 13-Jul-2015

1.129 views

Category:

Education


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kultum : Khitbah dan Ta'aruf

Bismillahirrohmanirrohim.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Alhamdulillaahi robbil 'alamin. Wabihiinasta'iinu 'alaa umuriddun yaa waddiin, washolaatu

wassalaamu 'alaa asrofil mursaliin, wa 'alaa alihi washohbihii ajma'iin. 'amma ba'du.

Sebelumnya marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita menjadi orang-orang yang bersyukur.

Sholawat serta salam kita tujukan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa wahyu Ilahi, agar kita senantiasa berada pada jalan yang benar dan dijauhkan dari api neraka.

Teman-teman yang dirahmati Allah, pasti pernah mendengar kata “Ta’aruf”? Sebenarnya apa sih ta’aruf itu? Mari kita kupas bersama mengenai khitbah, ta’aruf dan akad nikah.

“Wahai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah” (HR. Bukhari). Pemuda yang siap menikah yaitu yang telah baligh, memahami Islam, dewasa, mampu menyelesaikan masalah dan bertanggung jawab. Pernikahan haruslah dimulai dengan yang baik, jika buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya.

Islam menolak maksiat interaksi lelaki dengan wanita semacam tunangan dan pacaran, dan Nabi Muhammad SAW tak mengenalnya sama sekali, dan bahkan melarangnya. Namun Islam tukarkan metode maksiat dengan metode taat sebelum menikah, yaitu khitbah, lalu ta’aruf yang halal agar nikah menjadi baik.

Khitbah dan ta’aruf merupakan proses yang dijalani oleh orang yang telah mantap hati dan siap untuk menikah. Jadi, khitbah dan ta’aruf bukanlah produk substitusi pacaran, bukan pula pembungkus pacaran atas nama yang lebih Islami. Sebelum melakukan khitbah dan ta’aruf harus sudah dibuat rencana.

“Wanita dinikahi karena empat hal, harta, keturunan, kecantikan dan agama. Pilihlah yang beragama, maka engkau bahagia” (HR. Bukhari-Muslim). Jelaslah bahwa bagi yang tujuan pernikahannya adalah ridha Allah dan membangun keluarga sakinah, pilihan utama adalah pada agamanya.

Bagaimana dengan muslim yang berniat menikahi seorang non-muslim? Dakwah belum tentu tersampaikan, mafsadat sudah jelas. Lalu bagaimana dengan muslimah yang kagum meliaht lelaki non-muslim menarik? Jelas yang jadi standarnya bukan ridha Allah. Maka, pada saat persiapan haruslah jelas. Pilihlah calon yang memenuhi standar agama kita. Bila cantik dan kaya itu hanya bonus dari Allah.

Jika sudah mempunyai pilihan tepat dan tetap, maka khitbah dilaksanakan, yaitu dengan meminta persetujuan kepada calon yang diinginkan untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun bila sang wanita telah berucap, bukan berarti khitbah selesai. Bagi pria yang melamar wanita haruslah mendatangi walinya untuk meminta ridha dari beliau, sampaikaanlah maksud dan tujuan. Bagi wanita penting pula meyakinkan kedua orang tua

Nama : Quina FathonahKelas : 11-4

Page 2: Kultum : Khitbah dan Ta'aruf

sebelumnya untuk memastikan tidak ada masalah setelah ada pelamar bertamu. Bila niatan ditolak walinya, maka berlapang dadalah, karena Allah pasti sudah menyiapkan akhwat yang lebih baik darinya. Bila niatan diterima oleh wali akhwat, maka khitbah telah terlaksana, akad nikah sudah menanti, lanjutkan ke ta’aruf.

Ta’aruf sangat berbeda dengan pacaran, ta’aruf memiliki waktu yang jelas dan tetap yaitu akad nikah, ta’aruf juga tidak ada interaksi khalwat. Untuk batas waktu ta’aruf tidak ada ketentuanya, namun lebih cepat lebih baik yang artinya berarti serius. Karena semakin panjang waktu ta’aruf, semakin besar potensi maksiat, selubungi pacaran atas nama ta’aruf.

Terkadang ada yang bilang “ta’aruf, jadi aku seperti membeli kucing dalam karung? Menikah tanpa mengetahui si rupa si wanita?” Maka dari itu ta’aruf harus ditemani mahram, untuk menanyakan perkara yang menguatkannya untuk menikah.

Pada proses ta’aruf juga juga diizinkan berinteraksi via telepon, sms, chatting dan lain-lain selama ada keperluan. Namun hati-hati mengotori proses ta’aruf, karena khalwat bisa terjaid kapan saja, interaksi yang membuai dan sebagainya. Jadi komunikasi dilakukan dalam rangka persiapan pernikahan, bukan mengumbar rasa yang seharusnya dilakukan setelah menikah.

Selama ta’aruf selalu pikirkan, “apakah dia cocok menjadi ibu dari anak-anak kelak?” “apakah ia bisa mengimami dan melindungi?”

Bila setelah ta’aruf lantas merasa tidak cocok, maka sampaikanlah, karena lelaki berhak memilih wanita, dan wanita berhak untuk menolak. Bila cocok, maka lanjutkan ke jenjang pernikahan. Apapun halal bagimu dan baginya segala urusan.

Kesimpulan :

Menikah bagi yang sudah mampu, siap dalam baligh, memahami Islam, dewasa, mampu menyelesaikan masalah dan bertanggung jawab. Lakukanlah khitbah dengan melamar sang calon dan walinya. Ta’aruf bukan produk substitusi dari pacaran, maka jauhilah hal-hal yang dapat mengotori ta’aruf selama berta’aruf. Mengucap akad nikah.

Hanya sedikit yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Sebenar-

benarnya kalam adalah kalam Allah SWT. dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi

Muhammad SAW..

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

-Felix Siauw-