kuc kesetimbangan uap cair

Upload: syaichurrozi

Post on 14-Oct-2015

116 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kesetimbangan uap cair

TRANSCRIPT

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    1/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    -1/12-

    MODUL 1.03 Kesetimbangan Uap Cair

    I. Pendahuluan

    Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan

    dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan

    data termodinamika kesetimbangan uap cair dalam berbagai metoda perancangan kolom

    distilasipacked column dan tray columndapat dilihat pada Treyball 1982 danKing1980.

    Data kesetimbangan uap cair dapat diperoleh melalui eksperimen dan pengukuran. Namun,

    percobaan langsung yang betul-betul lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda

    pengukuran. Percobaan langsung yang betul-betul lengkap memerlukan waktu yang lama

    dan biaya yang besar, sehingga cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut

    pada beberapa kondisi kemudian meringkasnya dalam bentuk model-model matematik

    yang relatif mudah diterapkan dalam perhitungan-perhitungan komputer. Pengembangan

    model matematik tersebut juga harus memiliki landasan teoretik yang tepat sehingga

    penerapannya di luar batas-batas pengembangannya dapat dipertanggungjawabkan.

    Percobaan ini bertujuan memperoleh data kesetimbangan uap cair sistem biner.

    Data yang diperoleh dikorelasikan dalam bentuk model-model termodinamik. Penaksiran

    parameter-parameter model dilaksanakan dengan regresi tidak linear berdasarkan kriteriajumlah kuadrat terkecil.

    Agar sasaran percobaan di atas dapat tercapai dengan baik, sebagai persiapan

    pembicaraan awal praktikan harus menguasai materi sebagai berikut:

    1. Teori kesetimbangan uap cair (Daubert 1985, Smith dan Van Ness 1987, Sandler 1989,Prausnitz dkk 1986, dan lain-lain)

    2. Teknik-teknik pengukuran kesetimbangan uap cair (kesetimbangan fasa Walas 1985,Black 1987)

    3. Pengujian konsistensi data kesetimbangan uap cair (Lu 1960)4. Teknik minimasi multivariabel dengan menggunakan metoda Simpleks (Reklaitis

    1982, Edgar dan Himmelblau 1988, diktat kuliah teknik optimasi Soerawidjaja, 1990)

    5. Metoda analisis kromatografi gas dan index bias

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    2/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 2 dari 12

    II. Tujuan

    Dengan melakukan praktikum Modul Kesetimbangan Uap Cair, praktikan

    mempelajari kesetimbangan fasa uap-cair sistem biner.

    III. Sasaran

    Setelah melakukan praktikum diharapkan:

    1. Praktikan mempunyai pengalaman sehingga terampil dalam percobaan pengukurankesetimbangan uap-cair dengan menggunakan alat ebuliometer.

    2.

    Praktikan mampu melakukan perhitungan kesetimbangan uap-cair berdasarkan salahsatu model termodinamika di literatur.

    3. Praktikan dapat menentukan parameter-parameter model termodinamika di atas.

    IV. Tinjauan Pustaka

    Perhitungan kesetimbangan uap cair dilakukan untuk menentukan komposisi fasa

    uap dan fasa cair suatu campuran yang berada dalam keadaan setimbang. Kesetimbangan

    uap cair dapat digambarkan dengan skema berikut:

    Fasa Uap

    iv yi T P

    Fasa Uap

    iL xi T P

    Perhitungan kesetimbangan uap cair diselesaikan dengan menerapkan kriteria

    kesetimbngaan uap-cair. Dua fasa berada dalam kesetimbangan termodinamik apabila

    temperatur dan tekanan kedua fasa sama serta potensial kimia masing-masing komponen

    yang terlibat di kedua fasa bernilai sama. Dengan demikian, pada temperatur dan tekanan

    tertentu, kriteria kesetimbangan uap cair dapat dinyatakan sebagai berikut:

    L

    i

    V

    i = dimana i = 1 sampai N

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    3/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 3 dari 12

    dimana i adalah potensial kimia komponen i, N adalah jumlah komponen, V dan L

    menyatakan fasa uap dan fasa cair.

    Potensial kimia adalah besaran yang tidak mudah dipahami dan juga sukar

    dihubungkan dengan variabel-variabel yang mudah diukur seperti tekanan, temperatur, dan

    komposisi. Untuk mengatasi hal tersebut, Lewis mengemukakan sebuah konsep yang

    dikenal sebagai konsep fugasitas. Berdasarkan konsep ini, kesamaan potensial kimia dapat

    diartikan pula sebagai kesamaan fugasitas tanpa mengurangi arti yang terkandung di

    dalamnya. Dengan demikian, kriteria kesetimbangan uap-cair dapat dituliskan kembali

    sebagai:

    L

    i

    V

    i ff = , i = 1 sampai N

    dimana fiadalah fugasitas komponen i.

    IV.2 Fugasitas di Fasa Uap

    Fugasitas di fasa uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas yang

    didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa uap dan tekanan parsial

    komponen. Berdasarkan definisi ni, hubungan antara fugasitas dan koefisien fugasitas di

    fasa uap dinyatakan sebagai:

    Pyi.V

    i

    V

    i .f =

    dimana adalah koefisien fugasitas, y adalah fraksi mol komponen di fasa uap dan P

    adalah tekanan total.

    Koefisien fugasitas dihitung berdasarkan data volumetrik dengan cara sebagai

    berikut:

    dPP

    RT

    n

    v

    RT

    1ln

    P

    0 nP,T,i

    i

    i

    =

    atau

    zln-dvv

    RT

    n

    v

    RT

    1

    ln

    P

    0 nP,T,ii

    i

    =

    dimana T adalah temperatur, v adalah volum parsial, n adalah jumlah mol, z adalah faktor

    pemampatan (compressibility factor) dan R adalah konstanta gas.

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    4/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 4 dari 12

    Kedua persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien fugasitas dapat dihitung

    dengan menggunakan persamaan keadaan, persamaan yang menghubungkan tekanan,

    temperatur, volum dan/atau komposisi. Persamaan dengan fungsi dP dipakai apabila

    persamaan keadaan yang ada berupa fungsi eksplisit dalam volum, temperatur, dan

    komposisi. Sedangkan persamaan dengan fungsi dv dipakai bila persamaan keadaan yang

    ada berupa fungsi eksplisit dalam tekanan, temperatur, dan komposisi. Berbagai persamaan

    keadaan dan persamaan matematika koefisien fugasitasnya dapat dilihat di Walas.

    IV.3 Fugasitas di Fasa Cair

    Fugasitas di fasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk koefisien aktifitas yang

    didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa cair dan hasil kali antara fraksimol komponen di fasa cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam

    perhitungan-perhitungan koefisien aktifitas adalah kondisi cairan murni.

    1. Jika keadaan cairan murni dipakai sebagai keadaan standar, koefisien aktifitasdinyatakan sebagai:

    OL

    i

    L

    i ..f fxii=

    dimana adalah koefisien aktifitas, x adalah fraksi mol komponen di fasa cair, fOL

    adalah fugasitas cairan murni.

    2. Koefisien fugasitas dapat dihitung berdasarkan data energi bebas Gibs berlebih (excessGibbs energy). Persamaan-persamaan untuk menghitung koefisien aktivitas anatara

    lain Persamaan Van Laar, persamaan Margules, persamaan Wilson, persamaan NRTL,

    dan sebagainya. Koefisien aktivitas juga dapat dihitung dengan menggunakan metoda

    kelompok (group method) seperti dengan metoda UNIFAC dan metoda ASOG.

    Sedangkan fugasitas cairan murni dapat dihitung dengan persamaan:

    =

    i

    Vi

    P

    P

    OL

    iS

    i

    SV

    iPTOL

    iRT

    dPVPf exp.),(

    dimana PS

    adalah tekanan uap jenuh cairan murni, VOL

    adalah volum molar cairan murni

    dan SV adalah koefisien fugasitas uap murni pada keadaan jenuh (saturated condition).

    Suku eksponen dalam persamaan di atas dinamakan faktor koreksi Poynting (Poynting

    correction). Jika cairan bersifat tidak termampatkan dan uap komponen pada keadaan

    jenuhnya dapat dianggap sebagai gas ideal, persamaan di atas dapat disederhanakan

    menjadi:

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    5/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 5 dari 12

    ( )

    =

    i

    Vi

    P

    P

    S

    i

    OL

    iS

    iPTOL

    i

    RT

    PPVPf exp),(

    Jika faktor koreksiPoynting mendekati 1, maka:

    S

    i

    SV

    iPTOL

    i Pf =),(

    Fugasitas di fasa cair juga sering dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas.

    Dalam hal ini fugasitas dinyatakan sebagai:

    Pxi .fSV

    i

    L

    i =

    Cara di atas memungkinkan masalah kesetimbangan uap-cair dapat diselesaikan dengan

    menggunakan sebuah persamaan keadaan.

    IV.4 Model-Model Kesetimbangan Uap-Cair

    Dengan menggunakan teori-teori yang telah ada, kriteria kesetimbangan uap-cair

    dapat dituliskan kembali dalam bentuk variabel-variabel yang mudah diukur:

    1. Model OLiVi .... fxPy iii = 2. Model ii xLiy =

    Dalam model -fugasitas fasa uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas

    dan fugasitas fasa cair dalam koefisien aktifitas. Dalam model - fugasitas fasa uap dan

    fasa cair dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas.

    Pemecahan masalah kesetimbangan uap-cair pada dasarnya merupakan

    penyelesaian kedua persamaan model tersebut. Agar persamaan tersebut dapat

    diselesaikan, beberapa variabel perlu dispesifikasi. Jumlah spesifikasi yang diperlukan

    dapat diturunkan dari aturan fasa Gibs (Gibs phase rule):

    F = N P + 2

    Untuk campuran yang terdiri dari N komponen, penyelesaian masalah kesetimbangan uap-

    cair memerlukan N buah spesifikasi. Sebagi contoh, untuk campuran biner, jika nilai 2

    variabel telah ditetapkan (misal P dan x1), variabel yang lain (T dan y1) dapat dihitung

    dengan persmaan koefisien fugasitas serta persamaan jumlah fraksi mol fasa uap dan fasa

    cair serta persamaan kendala fraksi mol di fasa uap yang dapat dituliskan sebagai:

    ==

    ==N

    1i

    N

    1i

    i 1xdan1y i

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    6/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 6 dari 12

    Tingkat kesukaran dalam menyelesaikan masalah-masalah kesetimbangan uap-cair

    bergantung pada model yang digunakan. Model -lebih sukar ditangani daripada model

    - karena ungkapan persamaan koefisien fugasitas umumnya lebih kompleks daripada

    koefisien aktivitas. Hal ini menyebabkan penyelesaian model - menuntut metode

    penyelesaian yang lebih rumit daripada penyelesaian model -.

    Metode-metode penyelesaian masalah kesetimbnagn uap-cair telah banyak

    dipublikasikan dalam buku-buku termodinamika.

    IV.5 Penaksiran Parameter-Parameter Model

    Penaksiran parameter model bertujuan menyesuaikan hasil perkiraan model

    dengan data yang diperoleh dari percobaan. Jumlah parameter bergantung pada model yangdigunakan dan pemilihan model biasanya disesuaikan dengan kondisi dan sistem yang

    ditangani.Pada tekanan rendah model termodinamik sederhana berikut sering digunakan:

    S

    i... PxPy iii =

    Jika koefisien aktifitas dihitung dengan menggunakan Persamaan Wilson, maka untuk

    sistem biner penggunaan persamaan tersebut memerlukan 2 parameter ( 12-11) dan (12-

    22) yang dinamakan parameter Wilson.

    Parameter-parameter yang paling sesuai adalah parameter yang menjadikan hasil

    perkiraan model sesuai dengan hasil percobaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

    meminimumkan suatu fungsi objektif tertentu. Fungsi objektif yang diminimumkan

    bergantung pada data percobaan yang tersedia seperti data T-x-y, T-x, P-x-y, atau lainnya.

    (ref. Silverman dan Tassios, 1977).

    Sebgai contoh, untuk data isobarik T-x-y, fungsi objektif yang baik digunakan

    adalah:

    2

    ,2

    ,2

    2

    ,1

    ,1

    2

    1 *1

    *1

    *1

    +

    +

    =

    = k

    k

    k

    kM

    k k

    k

    y

    y

    y

    y

    T

    T

    dimana M adalah jumlah data dan tanda * menyatakan nilai hasil percobaan. Peminimumanfungsi objektif di atas dapat dikerjakan dengan menggunakan Subrutin SIMPLEKS

    [Soerawidjaja, 1990].

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    7/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 7 dari 12

    V. Rancangan Percobaan

    V.1 Perangkat dan Alat Ukur

    1. Satu unit ebuliometer terdiri dari kolom pendidih, penampung fasa uap dan cair,kondensor, pompa kotrel, dan ruang kesetimbangan, seperti pada Gambar 1

    2. Termometer Gelas3. Gelas Ukur4. Gelas Kimia5. Pengukur Tekanan6. Refraktometer7. Pemanas listrik8. Selang Air

    Gambar 1 Sketsa Alat Ebuliometer

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    8/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 8 dari 12

    V.2 Bahan/ Zat Kimia

    Campuran biner cairan aseton-air, etanol-air, dan lain-lain; kebutuhan per percobaan,

    aseton 2 L dan etanol 2 L.

    V.3 Pengambilan Data Kesetimbangan

    Dalam percobaan ini, data yang diukur berupa data isobarik pada kondisi atmosfer.

    Pengambilan data kesetimbangan dilakukan dengan menggunakan alat ebuliometer

    seperti pada Gambar 1.

    Alat tersebut dioperasikan dengan cara:

    1. Campuran biner dalam wujud cair dimasukkan ke dalam kolom pendidihmelalui kondenser atauscrew cab (tempat memasukkan termometer).

    2. Cairan kemudian dididihkan dengan menggunakan filamen pemanas.3. Uap yang terbentuk akan menyeret cairan masuk menuju ruang kesetimbangan

    melalui pompa Cottrell yang tidak lain berupa sebuah pipa kecil.

    4. Temperatur campuran uap-cair diukur dengan termometer yang dipasangdalam ruang kesetimbangan. Di ruang kesetimbangan uap dan cairan akan

    terpisah.

    5. Dari ruang kesetimbangan cairan akan jatuh ke kolom L sedangkan uap akanmengalir ke kondensor.

    6. Uap yang telah mengembun jatuh ke kolom V dan kembali ke kolom pendidihbersama cairan dalam kolom L.

    7. Komposisi sampel di kolom V dan L akan berubah terus sampai keadaansetimbang tercapai.

    8. Setelah keadaan ini tercapai, dilakukan pengambilan sampel dari kolom V danL yang masing-masing komposisinya diukur dengan teknik analisis yang akan

    ditentukan pembimbing.

    Langkah-langkah pengambilan data kesetimbangan tersebut secara ringkas dapat

    dilihat pada diagram alir pada Gambar 2.

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    9/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 9 dari 12

    Campuran biner

    Screw Cab

    Kolom Pendidih

    menuju ke

    didihkan dengan filamen

    pemanas

    Campuran mendidih

    Uap CairanUap akan menyeret cairan masuk

    ke ruamg kesetimbangan

    menuju ke

    Pompa Cottrel

    Ruang

    Kesetimbangan

    menuju ke

    menuju ke

    Ukur data T

    Campuran

    setimbang fasa uap

    dan fasa cair

    Uap Cairan

    Kolom LKondensor

    Kolom V

    menuju kemenuju ke

    mengembun

    Uap Cairan/

    embun

    Ambil data komposisi

    fraksi uap / kolom V

    Ambil data komposisi

    fraksi cair/ kolom L

    Bandingkan data

    yndengan y

    n-1

    Bandingkan data

    xndengan x

    n-1

    KonvergenBelum

    Konvergen

    Konvergen

    Belum

    Konvergen

    Didapat data komposisi

    fraksi uap dalam

    kesetimbangan

    Didapat data komposisi

    fraksi cair dalam

    kesetimbangan

    Didapat data T pada

    kesetimbangan

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Iterasi ke-n

    Gambar 2 Diagram Alir Praktikum Kesetimbangan Uap Cair

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    10/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 10 dari 12

    IV.4 Langkah-Langkah Pengolahan Data

    V.4.1. Penentuan Densitas Campuran

    Persamaan yang digunakan:

    T)suhu(padaair

    .dmaquamassa

    campuranmassaT)suhu(pada

    campuran =

    Contoh:

    Misalkan data:

    - massa piknometer kosong = 12,635 g- massa piknometer + aqua dm = 23.083 g- massa piknometer + campuran yang dianalisis = 22.669 g- Data diambil pada T = 28

    0

    C, dimana air= 997.045 kg/m3

    Massa campuran = (massa piknometer + campuran) massa piknometer

    kosong

    Massa aqua dm = (massa piknometer + aqua dm) massa piknometer

    kosong.

    3kg/m957.53728)suhu(padacampuran

    .997.04512.635-23.083

    12.635l-22.666928)suhu(pada

    campuran

    =

    =

    V.4.2. Penentuan Fraksi Mol Suatu Senyawa dalam Campurannya

    Misal akan dianalisis fraksi mol A dalam campuran A-B

    Persamaan yang digunakan:

    B

    BB

    B

    BAA

    A

    AAA

    A

    AAA

    A

    Mr

    .V

    Mr

    .)V%(1

    Mr

    ..V%

    Mr

    ..V%

    X

    +

    +

    =

    Misalkan data:

    - Volume B = 7 mL- Volume A = 3 mL- Kemurnian A dalam B = 95%Dapat dihitung:

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    11/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 11 dari 12

    13.0X

    18,016

    7.997,045

    18,016

    )3.997,04595,0(1

    46,07

    ,5350,95.3.957

    46,07

    ,5350,95.3.957

    X

    A

    A

    =

    +

    +

    =

    V.4.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan data fraksi mol etanol terhadap

    densitas etanol pada fraksi mol tersebut. Grafik tersebut didekati dengan

    persamaan tertentu, seperti persamaan polinomial orde 2 yang

    menunjukkan hubungan fraksi mol campuran terhadap densitasnya.Contoh data:

    Kurva kalibrasi untuk data densitas terhadap freaksi mol campuran adalah:

    Kurva Kalibrasi Densitas Etanol

    y = 9E-06x2- 0.0213x + 11.896

    R2= 0.9988

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    800 900 1000

    Densitas Etanol (g/cm2)

    Xetanol(mol/mol)

    V air V etanol m X et densitas et X et

    (mL) (mL) (g) (V/V) (kg/m3) (mol/mol)

    10 0 23.083 0 997.045 0

    9 1 22.94 0.1 983.398484 0.038913

    8 2 22.806 0.2 970.61084 0.081977

    7 3 22.669 0.3 957.536905 0.130207

    6 4 22.534 0.4 944.65383 0.185061

    5 5 22.314 0.5 923.65919 0.246858

    4 6 22.114 0.6 904.573154 0.319867

    3 7 21.898 0.7 883.960234 0.407664

    2 8 21.645 0.8 859.816398 0.516419

    1 9 21.386 0.9 835.099981 0.658861

    0 10 21.058 1 803.798881 0.856938

  • 7/13/2019 Kuc Kesetimbangan Uap Cair

    12/12

    Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

    Departemen Teknik Kimia ITB

    Modul 1.03 Kesetimbangan Uap Cair Halaman 12 dari 12

    Dari kurva tersebut didapat data persamaan kalibrasi antara densitas etanol

    terhadap fraksi mol etanol adalah:

    Xcampuran= 9.10-6.(et)

    2- 0.0213.(et) + 11.896

    V.4.4. Penentuan Fraksi Mol A Dalam Kesetimbangan Campuran A-B pada

    Fraksi Uap dan Fraksi Cair

    Persaman yang digunakan adalah persamaan kalibrasi

    Xet= 9.10-6

    .(campuran)2- 0.0213.(campuran) + 11.896

    Misal didapat data:

    - Massa campuran = 8,482 g- Densitas campuran = 0.809 (g/cm3)Dengan menggunakan persamaan kalibrasi:Xcampuran= 9.10

    -6.(0.809)2- 0.0213.(0.809) + 11.896 = 0.766

    Dengan demikian diketahui bahwa campuran A-B tersebut terdiri dari

    0,766 (mol/mol) A dan 0,244 (mol/mol B)

    V.4.5 Pembuatan Kurva Kesetimbangan Uap Cair

    Kurva kesetimbangan uap cair dibuat dengan mengalurkan data fraksi mol

    A pada fasa uap dan cair (yAdan xA dan memplotnya terhadap temperatur

    dalam 1 grafik, yaitu grafik yAdan xA disumbu y dan T di dumbu x).

    Daftar Pustaka

    1. Smith, V., Van Ness, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, 4thEdition, McGraw-Hill, Singapore, 1987, Chapter 10, 11, 12

    2. Larrinaga, L., Graphically Determining the Wilson Parameters, Chemical Engineering,April 1981, pp. 87-91

    3. Silverman, N., and Tassios, D., The NUmber of Roots in thr Wilson Equation and ItsEffect on Vapor Liquid Equilibrium Calculations, Ind. Eng. Chem. Proc. Des. Dev.,

    16(1), 1977