kualitas hadis-hadis akhlak kepada kedua orang tua …

132
KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN KARYA UMAR BIN AHMAD BARAJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Alfi Azizi 11160360000005 PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG

TUA DALAM KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN KARYA UMAR

BIN AHMAD BARAJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Alfi Azizi

11160360000005

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2020 M

Page 2: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA

DALAM KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN KARYA UMAR BIN

AHMAD BARAJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Alfi Azizi

11160360000005

Pembimbing

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP. 197505062005012003

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2020 M

Page 3: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Alfi Azizi

NIM : 11160360000005

Program Studi : Ilmu Hadis

Fakultas : Ushuluddin

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya

pribadi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber

yang saya gunakan di dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku,

jika karya saya ini terbukti merupakan hasil menjiplak atau plagiat dari karya

orang lain.

Jakarta, 07 Desember 2020

Alfi Azizi

11160360000005

Page 4: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …
Page 5: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Page 6: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

vi

ABSTRAK

ALFI AZIZI

Kualitas Hadis-Hadis Akhlak Kepada Kedua Orang Tua Dalam Kitab

al-Akhlāq li-al-Banīn Karya Umar Bin Ahmad Baraja

Skripsi ini meneliti tentang hadis-hadis yang berhubungan dengan

akhlak, yaitu akhlak kepada kedua orang tua yang terdapat di dalam kitab al-

Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja. Dalam memperkuat

argumennya, Umar bin Ahmad Baraja menggunakan hadis Nabi SAW namun

tanpa menyebutkan sanadnya secara lengkap juga tidak menyebutkan

referensi dari mana hadis itu dikutip, sehingga kualitas hadis tersebut masih

belum dapat diketahui.

Skripsi ini hanya meneliti hadis-hadis yang terdapat di dalam bab ke-8

yaitu akhlak kepada kedua orang tua. Hadis yang terdapat di dalam bab

tersebut berjumlah 13 hadis dengan redaksi yang berbeda-beda. Untuk

mengetahui kualitas hadis tersebut perlu dilakukan penelitian takhrīj al-

Ḥadīth, pembuatan skema sanad hadis, dan kemudian melakukan penilaian

terhadap periwayat hadis dengan metode al-Jarḥ wa al-Taʿdīl.

Setelah dilakukan penelitian, dari 13 hadis tersebut terdapat hadis-hadis

yang ṣaḥīh dan ḍaʿīf. ada 6 hadis yang berkualitas ṣaḥīḥ yaitu hadis ke-2

tentang perbuatan dosa besar memaki kedua orang tua, hadis ke-3 tentang

amalan yang dilakukan untuk kedua orang tua yang sudah meninggal, hadis

ke-9 tentang keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, hadis ke-10

tentang perbuatan dosa besar, hadis ke-12 tentang larangan durhaka kepada

kedua orang tua dan hadis ke-13 tentang keutamaan berbakti kepada kedua

orang tua dan jihad. Kemudian ada 1 hadis yang berkualitas hasan yaitu

hadis ke-4 tentang keridaan Allah SWT tergantung kepada keridaan kedua

orang tua. Sementara 6 hadis sisanya diriwayatkan di luar al-Kutub al-Tisʿah

yaitu hadis ke-1 tentang pahala melihat wajah kedua orang tua, hadis ke-5

Page 7: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

vii

tentang berbakti kepada kedua orang tua lebih utama dibandingkan dengan

amalan yang lain, hadis ke-6 tentang berbuat baik kepada seorang ayah, hadis

ke-7 tentang hukuman orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, hadis

ke-8 tentang doa ayah kepada anaknya sama seperti do’a Nabi SAW kepada

umatnya, dan hadis ke-11 tentang ancaman durhaka kepada kedua orang tua.

Sesuai pembatasan masalah, jika hadis tersebut diriwyatkan di luar al-Kutub

al-Tisʿah maka penulis hanya menyebutkan redaksi hadis dan tempat

dikutipnya hadis tersebut.

Kata Kunci: Hadis, Akhlak, Takhrīj

Page 8: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta

salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para

keluarganya, sahabatnya dan para umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak

terlepas bantuan dari banyak pihak, untuk itu sepatutnya penulis

mengucapkan banyak terima kasih. Ucapan terima kasih penulis

persembahkan kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc. MA selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

3. Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Hadis dan

Dr. Abdul Hakim Wahid, MA selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hadis yang

banyak membantu penulis dan memberikan saran dan masukan juga

membantu dalam pelayanan akademik dengan baik.

4. Dr. Bustamin, SE, M.si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga sampai titik ini.

5. Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

6. Kepada orang tua saya yaitu Bapak Tobi’in dan Ibu Inayah yang

senantiasa memberikan dukungan lewat doa-doanya. Memberikan saya

semangat dan motivasi sehingga saya bisa terus istikamah dalam belajar

dan bisa menyelesaikan studi ini. Dan tak lupa saya ucapkan banyak

terima kasih kepada kakak-kakak saya, Lukmanul Hakim, Nunung

Page 9: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

ix

Indriyanti, Ikrom Muttaqin, dan Fadhilatul Ilmi atas dukungannya, baik

berupa materil maupun immateril dan memberikan saya nasihat-nasihat

yang membangun.

7. Kepada teman teman seperjuangan Ilmu Hadis 2016, Aennul Yaqin, M.

Iqbal Fathoni, Adi Aidil Hipdi, Roroh, Teti dan teman teman lainnya.

Terkhusus kepada Aennul Yaqin saya ucapkan banyak terima kasih,

karena dalam proses penyusunan skripsi ini banyak membantu, menjadi

teman diskusi sekaligus menjadi pembimbing secara nonformal.

8. Kepada teman teman Pesantren Sabilussalam 2016, Ainun, Luluk, Umi,

Azki, Aqil, Febri dan teman lainnya yang telah mewarnai masa-masa saya

menuntut ilmu dan berorganisasi. Dan terima kasih juga untuk KMPLS

dan teman teman mahasantri lainnya, telah menjadi teman diskusi dan

menjadi motivasi saya untuk terus melangkah maju.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang

luas terkait pengkajian hadis di Indonesia. Semoga Allah SWT membalas

segala kebaikan yang telah dilakukan.

Page 10: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 10

1. Identifikasi Masalah ............................................................ 10

2. Pembatasan Masalah ........................................................... 10

3. Perumusan Masalah ............................................................ 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11

1. Tujuan Penelitian ................................................................ 11

2. Manfaat Penelitian .............................................................. 11

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12

E. Metode Penelitian ..................................................................... 15

1. Jenis Penelitian ................................................................... 15

2. Sumber Data ....................................................................... 15

3. Analisis Data ....................................................................... 16

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 17

BAB II AKHLAK DAN KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN ........... 19

A. Definisi Akhlak dan Macam-Macamnya ................................. 19

B. Biografi Pengarang Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn ..................... 32

C. Karakteristik Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn ................................ 38

Page 11: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

xi

BAB III KRITIK SANAD DAN ANALISIS HADIS ............................ 44

A. Hadis ke-1 ................................................................................ 44

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 44

B. Hadis ke-2 ................................................................................ 45

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ............................................... 45

2. Skema Sanad Hadis .......................................................... 50

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ..................................... 51

C. Hadis ke-3 ................................................................................ 54

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................ 54

2. Skema Sanad Hadis ........................................................... 57

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ...................................... 58

D. Hadis ke-4 ................................................................................ 61

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................ 61

2. Skema Sanad Hadis ........................................................... 63

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ...................................... 64

E. Hadis ke-5 ................................................................................ 67

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................ 67

F. Hadis ke-6 ................................................................................ 69

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................ 69

G. Hadis ke-7 ................................................................................ 76

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................ 76

H. Hadis ke-8 ................................................................................ 78

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 78

I. Hadis ke-9 ................................................................................ 80

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 80

J. Hadis ke-10 .............................................................................. 83

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 83

2. Skema Sanad Hadis ............................................................ 93

Page 12: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

xii

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ....................................... 94

K. Hadis ke-11 .............................................................................. 96

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 96

L. Hadis ke-12 ............................................................................ 100

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ............................................... 100

2. Skema Sanad Hadis .......................................................... 102

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ..................................... 103

M. Hadis ke-13 .............................................................................. 106

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth ................................................. 106

2. Skema Sanad Hadis ............................................................ 110

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis ....................................... 111

BAB IV PENUTUP .................................................................................. 114

A. Kesimpulan .............................................................................. 114

B. Saran-Saran .............................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 115

Page 13: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an.1

Oleh karena itu hadis banyak dikaji oleh para ulama baik ulama klasik

maupun ulama kontemporer. Seiring berkembangnya zaman, hadis tidak

hanya sampai kepada para sahabat saja, melainkan terus berlanjut dari

generasi ke generasi hingga saat ini. Hal tersebut dibuktikan dengan

banyaknya disiplin ilmu dan kitab-kitab yang membahas tentang hadis.

Seiring dengan perluasan wilayah dan penyebaran agama Islam, hadis

berkembang tidak hanya di kawasan Arab saja, melainkan menyebar ke

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu jalur dalam menyebarkan

agama Islam adalah jalur pendidikan. Menurut Abdillah, di antara sumber

yang menjadi rujukan dalam menyebarkan agama Islam melalui jalur

pendidikan adalah literatur hadis.2 Menurutnya pembahasan yang ada di

dalam literatur hadis sudah cukup lengkap, di dalamnya sudah memuat

masalah-masalah pokok seputar Islam yaitu masalah akidah, akhlak, syariat

dan lain-lain.3

Menurut Martin Van Bruinessen, pada abad ke-20 perkembangan

literatur hadis di Indonesia mulai menunjukan eksistensinya. Hal tersebut

ditandai dengan banyaknya kitab kuning (termasuk kitab-kitab hadis) yang

dibawa ke Indonesia oleh para ulama dari Timur Tengah.4 Kitab tersebut

1Ramli Abdul Wahid dan Desi Masri, “Perkembangan Terkini Studi Hadis di

Indonesia,” Jurnal MIQOT, vol. 42, No. 2 (Juli-Desember 2018): 264. 2Hadis yang dimaksud adalah hadis yang terdapat dalam buku atau kitab, baik teks

hadis yang berbahasa Arab maupun teks hadis dengan terjemahannya. 3Abdillah, “Perkembangan Literatur di Indonesia Abad Dua Puluh,” Jurnal Ilmu

Hadis, 1,1 (September 2016): 70. 4Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia (Bandung: Mizan, 1995), 132.

Page 14: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

2

nantinya akan dikaji dan dipelajari di berbagai lembaga pendidikan di

Indonesia, baik lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Hal itu

diperkuat oleh hasil penelitian Mahmud Yunus di dalam bukunya yang

berjudul Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, di dalamnya disebutkan

bahwa pada abad ke-20, sejumlah lembaga pendidikan Islam di Indonesia

ternyata telah menjadikan hadis sebagai mata pelajaran pokok.5 Kemudian

Martin Van Bruinessen menambahkan bahwa ada sekitar 15 literatur hadis

yang dipelajari oleh 46 pondok pesantren di Indonesia.6 Salah satu dari

lembaga pendidikan tersebut adalah Madrasah Sungayang Batusangkar

(1897), Madrasah Tarbiyah Islamiyah (1928), dan Madrasah Sumatera

Thawalib (1921). Salah satu kitab yang dipelajari di lembaga pendidikan

tersebut adalah kitab Arbaʿīn dan Baiqūniyyah. Kemudian kitab Bulūgh al-

Marām, Ṣaḥīḥāin dan kitab-kitab lainnya juga ternyata sudah dipelajari di

Madrasah Manbaul Ulum Surakarta sejak tahun 1905.7

Dalam buku yang berjudul Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia

karya Ramli Abdul Wahid, literatur hadis di Indonesia dibagi berdasarkan

beberapa kategori. Kategori pertama adalah buku-buku atau kitab terjemah

dan nonterjemah. Kategori kedua adalah buku-buku ʿulūm al-Ḥadīth.

Kategori ketiga adalah buku-buku metode takhrīj dan takhrīj al-Ḥadīth dan

kategori yang terakhir adalah buku-buku seputar pemikiran hadis dan ilmu

hadis.8 Berbeda dengan Abdillah, ia membagi literatur hadis di Indonesia

hanya dalam dua kategori saja, yaitu literatur matan hadis dan literatur ilmu

5Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiara, 1995),

287. 6Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia, 160. 7Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 287.

8Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia (Medan: IAIN Press,

2016), xi.

Page 15: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

3

dirāyah al-Ḥadīth.9 Berikut adalah pembagian literatur hadis di Indonesia

menurut Ramli Abdul Wahid:

1. Kategori Buku-Buku atau Kitab Terjemah dan Nonterjemah

Kitab kitab terjemah yang masuk dalam objek kajian penelitan Ramli

adalah kitab al-Muwaṭṭā li-al-Imām Mālik yang diterjemahkan oleh Adib

Bisri Mustofa, kitab Ṣaḥīḥ Muslim yang diterjemahkan oleh Tim Penerbit al-

Husna Jakarta, kitab Sunan Ibn Mājah yang diterjemahkan oleh Abdullah

Shonhaji, Sunan al-Nasā‟ī yang diterjemahkan oleh Boy Arifin, Yunus Ali

dan Ummu Salamah, kitab Sunan al-Tirmidhī yang diterjemahkan oleh Moh.

Zuhri, kitab Bulūgh al- Marām yang diterjemahkan oleh Kaliar Masyhrur dan

kitab terjemahan lainnya.10

Martin Van Bruinessen juga menambahkan

bahwa kitab Bulūgh al- Marām tidak hanya diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia saja, tetapi juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, salah

satunya adalah kitab terjemahan Bulūgh al- Marām yang diterjemahkan oleh

Suki Masyhadi.11

Adapun buku-buku nonterjemah yaitu buku karya TM Hasbi al-

Shiddieqy yang berjudul Koleksi Hadis-Hadis Hukum dan 2002 Mutiara

Hadis. Kemudian 101 Hadis Budi Luhur karya Ahmad Najieh, al-Ḥadīth al-

Nabawî karya Fatchurrahman, Hadis-Hadis Pendidikan karya Hasan Asari,

Hadis-Hadis Ramadhan karya Abduh Zulfikar, 323 Hadis dan Syair untuk

Bekal Dakwah karya Ahmad Najieh, 1100 Hadits Terpilih karya Ahmad Aziz

Salim Basyaril, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum Serta Latar Belakang

Historisnya karya Jaʿfar Abdul Muchicth, al-Hadis Aqidah, Sosial, dan

Hukum karya Rahmat Syafe’i, al-Lu‟lu‟u wa al-Marjān karya Muhammad

Fuad, Hadis Teladan Amal karya Abujamin Roham, Hadis-Hadis Muttafaq

9Abdillah, “Perkembangan Literatur di Indonesia Abad Dua Puluh”, 73.

10Selengkapnya Lihat. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,

118-124. 11

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia, 161.

Page 16: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

4

ʿAlaih karya Achmad Mudjab Mahali, 40 Hadis Shahih Pedoman

Membangun Toleransi karya Khotimatul Husna, Himpunan Hadis Shahih

Muslim karya Husein Bahresj dan lain-lain.12

2. Kategori Buku-Buku ʿUlūm al-Ḥadīth

Buku-buku ʿUlūm al-Ḥadīth yang masuk dalam objek kajian Ramli

meliputi Pengantar Ilmu Hadis karya M. Syuhudi Ismail, Memamahi Ilmu

Hadis karya Kiehera, Hadis Nabi dan Sejarah Kodifikasinnya karya Mustofa

Azami, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis karya M. Syuhudi Ismail, Hadis

Nabi Telaah Historis dan Metodelogis karya Muhamad Zuhri, Ikhtisar

Musthalah Hadis karya Fatchurrahman dan lain lain.13

3. Kategori Buku-Buku Metode Takhrīj dan Takhrīj al-Ḥadīth

Buku-buku seputar metode takhrīj dan takhrīj al-Ḥadīth yang masuk

dalam objek kajian Ramli meliputi Hadis-Hadis Da‟if dalam Riyadush

Shalihin karya Abu Zuhdy Munir, Hadis-Hadis Lemah dan Palsu dalam

Kitab Duratun Nasihin karya Ahmad Luthfi Fatullah, Hadis-Hadis Lemah

dan Palsu di Indonesia karya Ahmad Sabiq, Hadis-Hadis Palsu Seputar

Ramadhan karya Ali Mustafa Yaʿqub, Otentisitas Hadis Shalat Tarawih 20

Rakaat karya Mahfud, Metodelogi Penelitian Hadis karya Nawir Yuslem dan

kitab-kitab lainnya.14

4. Kategori Buku-Buku Seputar Pemikiran Hadis dan Ilmu Hadis

Buku-buku seputar pemikiran hadis dan ilmu hadis yang masuk dalam

objek kajian penelitian Ramli adalah buku yang berjudul Amaliyah Sunnah

yang Dinilai Bidʿah karya Abdul Zulfikar Akaha, Evolusi konsep Sunnah

12

Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, 119. 13

Selengapnya Lihat. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,

130-138. 14

Selengapnya Lihat. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,

139-142.

Page 17: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

5

karya Mushadi, Gerakan Inkar al-Sunnah dan Jawabannya karya Ahmad

Husain, Hadis dalam Persoalan karya Muhammad Thalib dan lain-lain.15

Berdasarkan karakteristiknya, Abdillah membagi karakteristik literatur

hadis di Indonesia menjadi beberapa jenis, yaitu literatur hadis yang memuat

pembahasan mengenai fikih, akidah dan akhlak. Secara kuantitatif, dari

sekian banyak literatur hadis yang tersebar di Indonesia, literatur hadis yang

membahas tentang akhlak menjadi yang paling banyak dipelajari setelah

fikih.16

Menurut Samsul Munir Amin, pembahasan mengenai akhlak memang

sangat penting untuk dibahas, karena akhlak merupakan inti dari ajaran

Islam. Nilai-nilai yang terkandung dalam akhlak merupakan nilai-nilai moral

dalam Islam.17

Baik buruknya seseorang dapat dinilai melalui akhlak.18

Peran

akhlak menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan melebihi

peran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dibarengi dengan akhlak,

karena jika tidak, maka akan menimbulkan permasalahan dan kekacauan.19

Menurut Samsul Munir Amin, Islam memberikan perhatian lebih

terhadap akhlak. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat al-Qur’an yang

membahas tentang akhlak, bahkan menurutnya sepertiga dari isi al-Qur’an itu

membahas tentang akhlak.20

Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk

menyempurnakan akhlak. Allah SWT berfirman:

15

Selengapnya Lihat. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,

143-146. 16

Abdillah, “Perkembangan Literatur di Indonesia Abad Dua Puluh, 77. 17

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: AMZAH, 2016), 62. 18

Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Alquran (Jakarta:

Salemba Diniyah, 2018), 2. 19

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 61-62. 20

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 51.

Page 18: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

6

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”

(QS. al-Qalam: 4).21

Rasulullah SAW menegaskan bahwa kedatangannya ke dunia adalah

untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia.

د بن عجلن عن القع د عن مم ث نا عبد العزيز بن مم ث نا سعيد بن منصور قال حد بن حد قا

ا بعثت لتم حكيم عن أب صالح عن أب هري رة قال قال رسول الل صلى الل عليه وس لم إن

22صالح الخلق

Telah menceritakan kepada kami Saʿīd b. Manṣūr berkata telah

menceritakan kepada kami ʿAbd al-ʿAzīz b. Muḥammad dari

Muḥammad b. ʿAjlān dari al-Qaʿqāʿ b. Ḥakīm dari Abū Ṣāliḥ dari Abū

Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. [HR. Aḥmad (w. 241 H)]

Pantaslah Rasulullah SAW menjadi teladan bagi manusia dalam segala

aspek kehidupan seperti apa yang telah difirmankan Allah SWT:

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

21

Kementerian Agama RI, Al-Qurān dan Terjemahannya (Jakarta: PT Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012), 826. 22

Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H), al-Musnad li-al-Imām Aḥmad b. Ḥanbal (Beirut: Dār

al-Fikr, 1994), Jilid 3, 323.

Page 19: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

7

(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. al-

Aḥzāb: 21 ).23

Menurut Martin Van Bruinessen, pembahasan mengenai akhlak tidak

hanya dibahas di dalam al-Qur’an dan hadis saja, melainkan juga dibahas di

dalam kitab-kitab klasik (kitab kuning). Kitab tentang akhlak yang paling

banyak dipelajari di lembaga pendidikan pesantren adalah kitab Taʿlīm al-

Mutaʿallim karya al-Zarnuji, kitab Irshād al-ʿIbād karya Zain al-Dīn al-

Malibari, kitab Naṣā‟iḥ al-ʿIbād karya Syekh al-Nawawi al-Bantani, dan

Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja.24

Salah satu kitab akhlak yang menggunakan hadis adalah kitab al-Akhlāq

li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja. Di dalamnya banyak membahas

seputar pelajaran moral dan akhlak bagi anak laki-laki yang bertujuan agar

para anak nantinya bisa memiliki akhlak yang mulia. Dengan demikian ia

dapat memperoleh kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia

maupun di akhirat. Untuk memperkuat argumentasinya, Syekh Umar

menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis. Hanya saja, dalam

menggunakan hadis, Syekh Umar tidak menyebutkan sanadnya secara utuh, ia

hanya menyebutkan sanad di bagian atasnya saja bahkan lebih banyak tidak

menyebutkan sanadnya sama sekali. Hal ini menimbulkan keraguan tentang

kualitas dari hadis tersebut.

Para ulama hadispun bersepakat bahwa hadis yang tidak menyebutkan

sanad secara lengkap dan hanya menyebutkan sanad pada bagian atasnya saja

termasuk ke dalam hadis muʿallaq. Secara etimologi muʿallaq berarti sesuatu

23

Kementerian Agama RI, Al-Qurān dan Terjemahannya, 595. 24

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia, 163.

Page 20: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

8

yang tergantung.25

Secara terminologi Maḥmud al-Ṭaḥān memberi pengertian

bahwa hadis muʿallaq adalah hadis yang pada bagian awal sanadnya dibuang

baik seorang periwayat ataupun lebih. Dalam bentuknya, hadis muʿallaq

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pertama, menghilangkan seluruh

sanadnya lalu kemudian dikatakan “Rasulullah bersabda begini dan begini”.

Bentuk yang kedua adalah ketika dibuang seluruh sanadnya kecuali pada

tingkatan sahabat, atau pada tingkatan sahabat atau tabiin saja.26

Menurut Idri,

hadis muʿallaq termasuk ke dalam kategori hadis ḍaʿīf karena adanya

rangkaian sanad yang terputus sehingga identitas dan kualitas para

periwayatnya tidak diketahui.27

Fenomena semacam ini tidak hanya terjadi di dalam kitab al-Akhlāq li-

al-Banīn saja, melainkan terjadi di banyak kitab-kitab lain yang tersebar di

Indonesia. Dari fenomena tersebut, banyak penelitian-penelitian yang

membahas mengenai kualitas hadis di dalam suatu kitab, terutama kitab-kitab

populer dan yang paling banyak dipelajari di Indonesia. Salah satunya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Siti Munawwaroh Hilmiyah dalam skripsinya

yang berjudul “Kualitas Sanad Hadis Tentang Dajjal dalam Kitab Dhurrah

al-Nāsiḥīn”, ia meneliti hadis-hadis seputar Dajjal yang ada di dalam kitab

Dhurrah al-Nāsiḥīn. Dalam kesimpulannya ia menjelaskan bahwa di dalam

kitab Dhurrah al-Nāsiḥīn terdapat hadis-hadis lemah. Ia menyatakan bahwa

hadis tentang pahala puasa rajab yang salah satunya adalah terhindar dari

fitnah Dajjal adalah hadis Mauḍūʿ (hadis palsu).28

25

Saifuddin Herlambang, Menyingkap Khazanah Ilmu Hadis (Tangerang Selatan:YPH

el-Bukhari, 2019), 54. 26

Maḥmud al-Ṭaḥān, Taisīr Muṣṭalaḥ al-Ḥadīth (Jakarta: Daar al-Hikmah, 1985), 69. 27

Idri, Studi Hadis (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016), 180. 28

Siti Munawwaroh Hilmiyah, Skripsi: Kualitas Sanad Hadis Tentang Dajjal dalam

Kitab Dhurrāh al-Nāsiḥīn (Jakarta: UIN Jakarta, 2018), 79.

Page 21: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

9

Dari penelitian tersebut, hadis-hadis yang dicantumkan di dalam suatu

kitab tidak semuanya berkualitas ṣaḥīḥ, melainkan ada juga yang berkualitas

ḍaʿīf bahkan mauḍūʿ. Para ulama telah sepakat melarang penggunaan hadis

ḍaʿīf yang mauḍūʿ tanpa menyebutkan ke-mauḍūʿ-annya, akan tetapi jika

hadis ḍaʿīf tersebut tidak mauḍūʿ, ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.

Sebagaimana dikutip oleh Fatchur Rahman, bahwasannya Abū Bakr Ibn

ʿArabī berpendapat tidak membolehkan penggunaan hadis ḍaʿīf secara

mutlak, sedangkan ulama yang lainya membolehkan dengan beberapa syarat.

Aḥmad b. Ḥanbal membolehkan penggunaan hadis ḍaʿīf dengan syarat hadis

tersebut tidak digunakan dalam masalah hukum dan akidah. Kemudian Ibn

Ḥajar al-ʿAsqalānī menambahkan bahwa hadis ḍāʿīf boleh digunakan dengan

3 syarat. Pertama, hadis tersebut tidak terlalu ḍaʿīf . Kedua, dasar

pengamalan hadis tersebut tidak bertentangan dengan hadis yang dapat

diamalkan (hadis ṣaḥīh dan ḥasan) kemudian yang ketiga, dalam

pengamalannya tidak diiktikadkan bahwa hadis tersebut tidak benar benar

bersumber dari hadis Nabi. Dari semua pendapat tersebut yang paling

mashhūr dan paling banyak dipakai adalah pendapat Aḥmad b. Ḥanbal dan

Ibn Ḥajar al-ʿAsqalānī.29

Oleh karena itu, penulis ingin memastikan apakah hadis-hadis yang

terdapat di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn yang dicantumkan oleh Umar

bin Ahmad Baraja adalah hadis Ṣaḥīḥ, ḥasan, ḍaʿīf atau mauḍūʿ Berdasarkan

hal tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian terhadap hadis-hadis

yang terdapat di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad

Baraja dengan tujuan untuk mengetahui kualitas hadis-hadis tersebut. Penulis

hanya akan meneliti hadis-hadis yang terdapat di dalam bab akhlak kepada

kedua orang tua saja yang terdapat di dalam bab 8 di dalam kitab al-Akhlāq

29

Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: Alma’arif, 1974), 229-

230.

Page 22: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

10

li-al-Banīn. Oleh karena itu, judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah

“KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG

TUA DALAM KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN KARYA UMAR

BIN AHMAD BARAJA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan sebelumnya,

maka penulis membuat identifikasi masalah agar permasalahan menjadi lebih

fokus dan tidak melebar.

a. Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn merupakan salah satu kitab yang paling

banyak dipelajari di berbagai pesantren di Indonesia.

b. Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn menjadi kitab rujukan yang dipakai di berbagai

pesantren di Indonesia

c. Di dalam Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn banyak menyebutkan hadis, namun

tidak menyebutkan sanad secara utuh.

2. Pembatasan Masalah

Dalam menentukan kualitas suatu hadis dibutuhkan takhrīj al-Ḥadīth

karena tanpa menggunakan kegiatan ini, asal usul suatu riwayat akan sulit

diketahui. Sanad dan matan hadis yang bersangkutan menjadi sulit diketahui

susunannya berdasarkan sumber pengembaliannya.30

Maka dari itu penulis

menggunakan kegiatan takhrīj al-Ḥadīth dalam penelitian ini. Agar

pembahasan menjadi lebih fokus dan tidak melebar, penulis akan membatasi

pembahasan ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Jenis pengambilan sampel ini disebut dengan sampel

non random atau non probability dimana sampel ditentukan atas

30

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi (Jakarta: Bulan Bintang,

2016), 42.

Page 23: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

11

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Berbeda halnya dengan sampel random

atau sampel probability dimana sampel ditentukan secara acak tanpa ada

pertimbangan-pertimbangan tertentu.31

Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn terdiri dari

4 jilid, diantara jilid yang paling banyak menggunakan hadis adalah jilid ke-2,

yaitu sebanyak 73 hadis. Penulis hanya akan meneliti hadis-hadis pada bab 8

saja yaitu seputar akhlak kepada kedua orang tua. Jumlah hadis yang terdapat

di dalam bab 8 terdiri dari 13 hadis. Hadis yang diteliti dibatasi selain Saḥīḥ

al-Bukhāri dan Saḥīh Muslim. Jika terdapat hadis di luar al-Kutub al-Tisʿah,

penulis hanya akan menampilkan redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

Penelitian ini hanya berfokus pada penelitian terhadap sanad hadis saja, dan

tidak mempermasalahkan pada matan hadis.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi rumusan

masalah di dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas hadis-hadis

akhlak kepada kedua orang tua yang terdapat di dalam kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti

kualitas hadis-hadis akhlak kepada kedua orang tua yang terdapat di dalam

kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja”

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat turut serta

mengembangkan khazanah keilmuan dalam bidang hadis dan dapat

31

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2017), 153.

Page 24: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

12

memberikan sumbangan pengetahuan tentang kualitas sanad hadis yang

ada di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja

yang telah banyak dipelajari oleh para santri di Indonesia.

b. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada para

santri dan umunya kepada masyarakat luas yang mengkaji kitab al-Akhlāq

li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja.

c. Secara khusus, penelitian ini menjadi salah satu persyarakatan akhir

program S1 untuk dapat meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) di Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Dari hasil penelusuran yang penulis dapatkan, diantara karya ilmiah yang

membahas tema yang relevan dengan judul penelitian ini adalah skripsi yang

berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn

karya Umar bin Ahmad Baraja” yang ditulis oleh Azka Nuhla, mahasiswa

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Walisongo Semarang. Dalam

penelitian tersebut beliau menjelaskan bahwa pendidikan akhlak menjadi

sesuatu yang sangat penting. Menurutnya pendidikan akhlak yang terkandung

didalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn bagus diajarkan kepada anak. Di

dalamnya meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada makhluk, akhlak

kepada sesama, akhlak kepada Rasul, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada

kerabat, akhlak kepada guru, akhlak kepada akhlak kepada tetangga, akhlak

kepada teman dan alam sekitar. Beliau juga menjelaskan dalam kitab al-

Akhlāq li-al-Banīn mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat bagus

Page 25: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

13

seperti amanah, religius, sopan santun, toleransi, disiplin, tanggung jawab,

rendah hati, dermawan dan cinta lingkungan.32

Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz dalam skripsinya

yang berjudul “Studi Kualitas Sanad Hadis Bab Gibah Kitab Irshad al-„Ibād

ilā Sabīl al-Rashād”, ia meneliti hadis-hadis yang berkaitan dengan gibah

dalam kitab Irshad al-„Ibād ilā Sabīl al-Rashād. Dalam kesimpulannya ia

menyatakan bahwa dari 9 hadis yang diteliti, terdapat 4 hadis ḍaʿīf yang

berbicara mengenai gibah, yaitu pada hadis pertama, kelima, keenam dan

ketujuh.33

Karya ilmiah selanjutnya yang membahas tema yang relevan adalah

Jurnal yang berjudul “Pemikiran Akhlak Menurut Umar bin Ahmad Baraja”

yang ditulis oleh Abdul Adim, dari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora,

IAIN Antasari Banjarmasin. Dalam penelitiannya ia menjelaskan bahwa apa

yang disampaikan oleh Umar bin Ahmad Baraja dalam kitabnya al-Akhlāq li-

al-Banīn tentang akhlak, telah sesuai dengan apa yang ada di dalam al-Qur’an

dan hadis. Menurutnya akhlak merupakan landasan pokok manusia untuk

mencapai insan sejati. Manusia juga dapat dengan mudah untuk mendapatkan

cinta dan rida Allah melalui akhlak. Sehinga manusia dapat meraih

kenikmatan dan kebahagiaan di akhirat kelak.34

Kemudian karya ilmiah selanjutnya adalah skripsi yang berjudul

“Pembelajaran Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn Bagi Orang Tua untuk Mendidik

Anak di TPA Nurul Ihsan Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen”

yang ditulis oleh Muhammad Zainul Abidin, mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah, IAIN Surakarta. Dalam kesimpulannya ia menjelaskan tentang

32

Azka Nuhla, Skripsi: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn Karya Umar bin Ahmad Baraja (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2016), 99. 33

Abdul Aziz, Skripsi: Studi Kualitas Sanad Hadis Bab Gibah Kitab Irshād al-„Ibād

ilā Sabīl al-Rashād (Jakarta: UIN Jakarta, 2010), 123. 34

Abdul Adim, “Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja”. Jurnal

Studia Insania, vol.4, no. 2 (September 2016): 135.

Page 26: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

14

model pembelajaran kitab al-Akhlāq li-al-Banīn. Model pembelajaran

tersebut menggunakan metode bandongan35

, ceramah dan demosntrasi.

Dalam menjelaskan kitab ini diawali dengan menceritakan kisah-kisah yang

yang relevan dengan isi kitab kemudian di demonstrasikan menggunakan

sebuag gerakan. Lalu setelah itu para murid diberikan kesempatan untuk

bertanya kepada gurunya dan nantinya guru memberikan sebuah kesimpulan

kepada muridnya. Setelah kegiatan berakhir, kegiatan ditutup dengan

membaca doa.36

Selanjutnya karya ilmiah yang relevan dengan tema ini adalah skripsi

yang berjudul “Pengaruh Program Intensif Belajar Kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di MTs Negeri Krian

Sidoarjo” yang ditulis oleh Mutiara Lailatur Rohmah, mahasiswa Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dari hasil

penelitiannya ia menyimpulkan bahwa penerapan program intensif

pembelajaran kitab al-Akhlāq li-al-Banīn terhadap siswa memiliki hubungan

yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan

nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran akidah akhlak yang tinggi yaitu

85,31.37

Karya ilmiah yang relevan selanjutnya adalah skripsi yang berjudul

“Pendidikan Anak dalam Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn Jilid I” yang ditulis

oleh Hermawati Rosidi, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitiannya ia menjelaskan bahwa

untuk menjadikan anak memiliki akhlak yang baik, seorang pendidik harus

35

Metode Bandongan merupakan salah satu metode dalam sebuah pembelajaran

dimana guru menjelaskan sesuatu kepada para murid, kemudian para murid mendengarkan

dan menyimak apa yang disampaikan oleh gurunya. 36

Muhammad Zainul Abidin, Skripsi: Pembelajaran Kitab Al-Akhlāq li-al-Banīn Bagi

Orang Tua untuk Mendidik Anak di TPA Nurul Ihsan Desa Jenar, Kecamatan Jenar,

Kabupaten Sragen (Surakarta: IAIN Surakarta, 2019), 116. 37

Mutiara Lailatur Rohmah, Skripsi: Pengaruh Program Intensif Belajar Kitab al-

Akhlāq li-al-Banīn Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di MTs Negeri Krian Sidoarjo

(Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), 100.

Page 27: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

15

dapat mencerminkan akhlak yang baik dan mempraktikannya kedalam

kehidupan sehari-hari yang kemudian menjadi contoh bagi anak atau murid.

Ia juga menyimpulkan penelitiannya bahwa didalam kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn mengandung konsep pendidikan akhlak yang baik. Adapun konsep

pendidikan akhlak dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn salah satunya adalah

akhlak kepada kedua orang tua.38

Dari berbagai karya ilmiah yang penulis temukan, tidak ada penelitian

mengenai kualitas hadis-hadis di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn. Sehingga

penelitian ini menjadi sangat penting untuk diteliti dengan tujuan untuk

mengetahui kualitas hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif karena dalam tujuannya penelitian kualitatif berusaha untuk

mendapatkan jawaban dari fenomena yang ada melalui prosedur secara ilmiah

dan menghasilkan jawaban yang bersifat kualitatif.39

Adapun dalam meneliti

hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin

Ahmad Baraja, penulis menggunakan jenis penelitian library research

(penelitian kepustakaan).

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis membagi sumber data kedalam dua

sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu kitab

al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja dan al-Kutub al-Tisʿah.

38

Lihat selengkapnya di, Hermawati Rosidi, Skripsi: Pendidikan Anak dalam Kitab

al-Akhlāq li-al-Banīn Jilid I (Jakarta: Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2019), 69-70. 39

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,

329.

Page 28: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

16

Adapun sumber sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, dan

karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan objek kajian penelitian.

3. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan beberapa langah untuk

dapat menganalisisnya. Menurut A. Hasan Asyʿari Ulamaʿi, untuk

mengetahui kualitas suatu hadis diperlukan kegiatan kritik sanad hadis.40

Dalam melakukan kritik sanad hadis, langkah awal yang harus dilakukan

adalah dengan melakukan takhrīj al-Ḥadīth.41

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

mentakhrîj hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab Kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja. Adapun Metode takhrīj yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode lafaz yaitu mencari kata dari bagian matan hadis. Kitab yang

digunakan dalam metode ini adalah kitab Muʿjam Mufharas li-alfāẓ al-

Ḥadīth al-Nabāwī karya Arent Jan Wensink (w. 1358 H).42

b. Jika hadis tidak ditemukan mengunakan metode lafaz, maka selanjutnya

hadis diteliti dengan menggunakan metode tema menggunakan kitab

Miftaḥ Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck (w. 1358 H).43

c. Dan kemudian jika hadis tersebut tidak ditemukan di kedua kitab tersebut

maka penulis akan menelitinya dengan menggunakan metode awal matan

menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawwi al-Sharīf karya

Abū Ḥājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.44

40

A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis

dari Manual Hingga Digital (Semarang: RaSAIL, 2006), 25. 41

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, 39. 42

Maḥmud al-Ṭaḥān, Ushūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd, terj. M. Ridwan Nasir

(Surabaya: IMTIYAZ, 2015), 72. 43

M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), 63. 44

Abdul Majid Khon dkk, Ulumul Hadits (Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005), 196.

Page 29: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

17

Langkah kedua adalah dengan mengumpulkan seluruh sanad hadis yang

kemudian dilakukan kegiatan iʿtibar (pembuatan skema sanad hadis) yang

bertujuan untuk mempermudah dalam pembacaan jaringan sanad hadis.

Langkah ketiga adalah dengan melakukan penelitian sanad. Menurut

Syuhudi Ismaʿil, dalam melakukan penelitian sanad harus memperhatikan

unsur-unsur kaidah kesahihan hadis yaitu sanad hadis tersebut harus

bersambung mulai dari mukharrij sampai kepada Rasulullah SAW, hadis

tersebut diriwayatkan oleh periwayat yang „adl dan ḍabt, kemudian sanad

harus terhindar dari shādh dan ʿillah.45

Dalam melakukan penelitian sanad, penulis akan menelusuri beberapa

hal yaitu menelusuri kepribadian dari para periwayat yang terdapat dalam

sanad hadis tersebut dan kemudian mencatat informasi yang berkaitan

dengannya seperti nama lengkap, tahun lahir/wafat, guru, murid, lafaz

penerimaan hadis ataupun lafaz penyampaian hadis yang bertujuan untuk

mengetahui ketersambungan sanad hadis. Kemudian menerapkan kaidah al-

Jarḥ wa al-Taʿdīl dalam melakukan penilaian terhadap seorang periwayat.46

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini, maka

dibuatlah sistematika penulisan. Sistematika penulisan dalam skripsi ini

dibagi menjadi 4 bab. Bab pertama, berisi pendahuluan, yang di dalamnya

membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi ini. Kemudian

pembatasan masalah yang berfungsi untuk membatasi masalah agar

pembahasan masalah menjadi lebih fokus dan tidak melebar. Lalu dalam bab

ini juga akan dibahas mengenai rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

45

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, 61. 46

M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan

dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), 117.

Page 30: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

18

Kemudian bab kedua, berisi ulasan seputar definisi akhlak dan macam-

macamnya. Di dalam bab ini juga akan dibahas mengenai profil dari

pengarang kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad Baraja,

dimulai dari riwayat hidup, rihlah ilmiah, serta karya-karyanya. selain itu

dalam bab ini dijelaskan mengenai karakteristik kitab al-Akhlāq li-al-Banīn.

Bab ketiga, berisi kritik sanad dan analisis terhadap hadis yang diteliti. Dalam

melakukan analisis, hadis terlebih dahulu di takhrīj menggunakan berbagai

metode yaitu metode lafaz, tema, dan awal matan. Kemudian dibuat skema

sanad (iʿtibar) dan dilanjutkan dengan meneliti kepribadian para periwayat (

jarḥ wa ta‟dīl). Setelah itu disimpulkan kualitas sanad hadis tersebut.

Selajutnya bab keempat, yaitu penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

analisis penulis dalam bab ketiga, dan berisi jawaban atas rumusan masalah

yang terdapat di bab kesatu dan kemudian dilanjut dengan saran-saran.

Page 31: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

19

BAB II

AKHLAK DAN KITAB AL-AKHLĀQ LI-AL-BANĪN

A. Definisi Akhlak dan Macam-Macamnya

1. Definisi Akhlak

Istilah akhlak sudah dikenal sejak awal munculnya Islam.1 Hal itu

ditandai dengan adanya suatu riwayat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan

oleh Aḥmad b. Ḥanbal.

ث نا عبد العزيز بن ممد عن ممد بن عجلن عن القع ث نا سعيد بن منصور قال حد قا بن حد

ا بعثت لت حكيم عن م أب صالح عن أب ىري رة قال قال رسول الل صلى الل عليو وسلم إن

صالح الخلق

Telah menceritakan kepada kami Saʿīd b. Manṣūr berkata telah

menceritakan kepada kami ʿAbd al-ʿAzīz b. Muḥammad dari

Muḥammad b. ʿAjlān dari al-Qaʿqāʿ b. Ḥakīm dari Abū Ṣāliḥ dari Abū

Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. [HR. Aḥmad (w. 241 H)]

Secara umum definisi akhlak dibagi kedalam dua pendekatan yaitu

pendekatan bahasa (etimologi) dan pendekatan istilah (terminologi). Secara

bahasa (etimologi) kata akhlāq berasal dari bahasa Arab dan merupakan

jamak dari kata khuluq yang berarti “perangai”.3 Kemudian menurut Abuddin

Nata, kata akhlāq merupakan bentuk isim maṣdar (bentuk infinitif) dari kata

akhlaqa-yukhliqu-ikhlāqan yang berarti al-Sajiyah (perangai), al-Ṭabaʿiyah

1Muhammad Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu

Islam (Malang: Madani Media, 2015), 1. 2Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H), al-Musnad li-al-Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 3, 323.

3Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Mahmud Yunus, 2010), 122.

Page 32: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

20

(tabiat), al-ʿAdat (Kebiasaan), al-Maruʿah (Adab yang baik), dan al-Dīn

(agama).4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan

sebagai budi pekerti, tabiat, kelakuan dan watak.5

Sedangkan menurut Ibn al-Jauzi sebagaimana dikutip oleh Rosikhon

Anwar, kata al-Khuluq diartikan sebagai etika yang dipilih oleh seseorang.

Menurutnya etika itu memiliki makna yang sama dengan karakter (khalqah)

sehingga al-Khuluq merupakan etika yang menjadi pilihan yang diusahakan

oleh seseorang. Adapun etika yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang

menjadi tabiat lahir dari dirinya disebut dengan al-Khaym.6

Secara istilah (terminologi) pengertian akhlak didefinisikan sangat

beragam oleh para ulama dan tokoh-tokoh yang ahli di bidangnya. Seperti

yang dikatakan oleh Asmaran, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Studi

Akhlak ia menyatakan bahwa akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa

manusia dari lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu melekat pada

dirinya. Sifat tersebut dapat berupa perbuatan baik (akhlak mulia) maupun

perbuatan jahat (akhlak tercela).7 Kemudian Yatimin Abdullah juga

berpendapat bahwa akhlak merupakan suatu keadaan atau sifat yang telah

masuk ke dalam jiwa seseorang sehingga sifat tersebut menjadi sebuah

kepribadian dan akan timbul berbagai macam perbuatan-perbuatan yang

disebabkan oleh sifat tersebut yang kemudian dilakukanya secara spontan

tanpa berpikir.8

Adapun pengertian akhlak menurut para ulama adalah sebagai berikut:

4Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),

1. 5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008), 28. 6Rosikhon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 11.

7Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers, 1992), 1.

8Muhammad Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta:

AMZAH, 2007), 4.

Page 33: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

21

a. Ibn Maskawaih (w. 421 H)9

: ي م س ق ل إ م س ق ن ت ال ال ه ذ ى . و ة ي و ر ل و ر ك ف ي غ ن ا م ال ع ف أ ل إ ا ل ة ي داع س ف لن ل ل حا

ا ب ر و ب ي ر د الت و ة اد ع ل ا ب اد ف ت س ن م و ك ا ي ا م ه ن م : و .... اج ز ال ل ص أ ن ا م ي ع ي ب ط ن و ك ا ي ا م ه ن م

اق ل خ و ة ك ل م ر ي ص ي ت ح ل و أ ف ل و أ و ي ل ع ر م ت س ي ث ،ر ك الف ه ؤ د ب م ان ك

“Suatu keadaan dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui suatu pertimbangan

pikiran terlebih dahulu. Keadaan semacam ini terbagi menjadi dua, ada

yang berasal dari tabiat asli dari orang tersebut dan ada pula yang

berasal dari kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Bisa jadi pada

awalnya tindakan tersebut dilakukannya melalui pikiran dan

pertimbangan, kemudian dilakukan secara terus menerus, sehingga

menjadi suatu bakat atau akhlak”.11

b. al-Ghazāli (w. 505 H)

ئة ف الن فس راسخة عن ها تصدر الف عال بسهولة ويسر من غي حاجة إل ن ع ة ار ب ع ق ل فال ىي

ئة بيث تصدر عن ها الف عال الميلة المحمودة عقل وش يت فكر وروية فإن كانت الي رع ا س

ئة خلق ا حسن اتل ئة الت ىي المصدر ك الي يت الي وإن كان الصادر عن ها الف عال القبيحة س

خلق ا سيئ ا

9Ibn Maskawaih adalah salah satu tokoh filsafat dalam Islam, ilmu yang ia kuasai

sebenarnya sangat beragam, ia menguasai ilmu sejarah, kedokteran, sastra, dan filsafat. Akan

tetapi ia lebih memusatkan perhatiannya pada dunia akhlak dan etika. Nama lengkapnya

adalah Abu ʿAli Aḥmad b. Muḥammad b. Yaʿqub Maskawaih. Ia dilahirkan di Ray

(Taheran) dan ia lahir pada tahun 941 M dan wafat pada 16 Februari 1030 M. 10

Abu ʿAli Aḥmad b. Muḥammad b. Yaʿqub Maskawaih, Tahdhīb al-Akhlāq wa

Taṭhīr al-Aʿrāqī (Beirut: Maktabah al-Thaqāfah al-Dīniyah, tt), Jilid 1, 41. 11

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 3 12

Abī Ḥāmid Muḥammad b. Muḥammad al-Ghazāli (w. 505 H), Iḥyā’ ʿUlūm al-Dīn

(Beirut: Dār Ibn Ḥazm, 2005), 934.

Page 34: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

22

“Akhlak merupakan daya kekuatan atau sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang

spontan tanpa menggunakan pertimbangan akal pikiran. Maka jika daya

kekuatan atau sifat tersebut menghasilkan suatu tindakan yang terpuji

berdasarkan ketentuan akal dan norma agama, itu dinamakan akhlak

yang baik, akan tetapi jika itu menyebabkan tindakan jahat, maka itu

dinamakan akhlak yang buruk”

c. Ibn al-„Arabī (w. 543 H)

Menurut Ibn ʿArabi sebagaimana dikutip oleh M. Syatori, akhlak adalah

keadaan jiwa seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan

suatu perbuatan tanpa melalui pilihan dan pertimbangan terlebih dahulu.

Keadaan tersebut bisa jadi berupa kebiasaan atau tabiat bawaan atau bisa juga

berupa kebiasaan yang dilatih dan diperjuangkan.13

d. Ahmad Amin

Menurut Ahmad Amin, sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin,

ia mengatakan bahwa akhlak merupakan suatu kebiasaan atau kehendak dari

seseorang yang berarti ketika kehendak itu dibiasakan, maka kebiasaan itu

merupakan sebuah akhlak.14

Dari berbagai definisi diatas, penulis berpendapat bahwa secara

substansial tampak tidak ada pertentangan, justru dapat saling melengkapi

antara pendapat satu dengan pendapat yang lain. Berdasarkan pendapat-

pendapat para ulama diatas, penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa

kriteria agar suatu perbuatan disebut sebagai akhlak. Pertama, perbuatan

akhlak merupakan perbuatan yang telah ada dan tertanam dalam diri (jiwa)

seseorang sehingga perbuatan tersebut menjadi kepribadiannya. Kedua,

perbuatan akhlak dilakukan dengan spontan tanpa pertimbangan atau

pemikiran terlebih dahulu. Ketiga, perbuatan akhlak dilakukan atas kemuan

sendiri, atas dorongan dari jiwanya bukan karena paksaan atau lainnya.

13

M. Syatori, Ilmu Akhlak (Bandung: Lisan, 1987), 1. 14

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 5

Page 35: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

23

Keempat, perbuatan akhlak dilakukan dengan suatu kesungguhan dan

tidak main-main (tidak bercanda). Kelima, perbuatan akhlak itu dilakukan

dengan ikhlas dengan hanya mengharapkan rida Allah SWT bukan

mengharapkan pujian dari makhluk-Nya. Keenam, akhlak bersifat praktis dan

ilmu akhlak bersifat teoritis, sehingga jika seseorang mempelajari ilmu

akhlak, belum tentu secara otomatis perbuatannya menjadi baik. Perlu adanya

kebiasaan untuk melatihnya secara terus menerus sehingga akhirnya sifat

(perbuatan) tersebut benar benar tertanam dalam jiwanya. Perbuatan akhlak

tidak hanya berkaitan dengan kebaikan saja, melainkan ada juga akhlak atau

perbuatan yang buruk. Akhlak yang baik disebut dengan akhlak mahmudah

dan akhlak yang buruk disebut dengan akhlak mazmumah.15

Ketujuh, akhlak

memiliki keterkaitan dengan dunia psikologi karena salah satu dari

pembahasannya berkaitan dengan jiwa seseorang.16

2. Macam-Macam Akhlak

Secara garis besar, para ulama membagi akhlak kedalam dua macam

yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah.

a. Akhlak Mahmudah

Secara etimologi (bahasa) akhlak mahmudah diartkan sebagai akhlak

yang terpuji atau bisa kita sebut sebagai akhlak karimah yang berarti akhlak

yang mulia. Adapun secara terminologi (istilah) al-Ghazāli (w. 505 H)

memberikan pendapat sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin, akhlak

terpuji adalah sumber dari ketaatan dan kedekatan seseorang kepada Allah

SWT sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan suatu

kewajiban bagi setiap muslim.17

Kemudian menurut Abū Dāwud al-Sijistāni

yang dikutip oleh Rosikhon Anwar akhlak mahmudah merupakan segala

15

Rosikhon Anwar, Akhlak Tasawuf, 87. 16

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak (Jakarta: AMZAH, 2011), 223. 17

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 180.

Page 36: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

24

perbuatan-perbuatan yang disenangi dan akhlak tercela merupakan segala

perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.18

Para ulama memberikan kriteria atau tolak ukur sebuah akhlak

dikatakan sebagai akhlak terpuji. Tolak ukur yang digunakan merujuk kepada

ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan hadis, sesuai

dengan konsep baik dan buruk dalam pandangan agama Islam. Menurut Ali

Yafie dalam bukunya Teologi Sosial menjelaskan bahwa diantara contoh dari

akhlak terpuji adalah jujur, adil, pemaaf, disenangi, menepati janji,

memelihara diri, berani, menerima, ikhlas, sabar, syukur, tolong menolong,

malu, berbuat baik, kasih sayang, menyambung tali silaturahmi, memuliakan

tetangga dan tamu.19

Berdasarkan objek yang dituju, akhlak mahmudah terbagi menjadi

beberapa kategori yaitu, akhlak kepada Allah SWT, akhlak terhadap

Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak

terhadap masyarakat dan akhlak terhadap lingkungan.20

1) Akhlak Kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah SWT berarti mengesakan-Nya atau

mentauhidkan-Nya, mengakuinya sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib

disembah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Selain itu seseorang harus

senantiasa berbaik sangka (husnuzan) kepada Allah SWT, berdzikir kepada-

Nya, selalu menerima apapun keputusan-Nya dan Menyerahkan segala urusan

hanya kepada-Nya. 21

18

Rosikhon Anwar, Akhlak Tasawuf, 88. 19

Ali Yafie, Teologi Sosial (Yogyakarta: LKPSM, 1997), 154. 20

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 182. 21

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 182-190.

Page 37: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

25

2) Akhlak Terhadap Rasulullah SAW

Akhlak terhadap Rasulullah berarti meyakini dengan sepenuh hati

bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT dan merupakan

Nabi terakhir, penutup dari para Nabi dan Rasul. Selain itu kita juga harus

senantiasa mencintai Rasulullah SAW, mengikuti dan menaati segala sesuatu

yang diperintahkannya dan menjauhi segala sesuatu yang dilarangnya. Serta

senantiasa berselawat kepada Nabi sebagai bentuk rasa cinta dan akhlak kita

kepada Rasulullah SAW.22

3) Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Bentuk akhlak terhadap diri sendiri bisa dilakukan dengan sikap sabar,

syukur, amanat, jujur, memelihara dan menjaga diri, berbuat baik, serta

memiliki rasa malu. Sabar dalam arti mampu bertahan dalam menghadapi

tantangan dan cobaan.23

Seperti yang dikatakan oleh Abdul Mustaqim, ia

mengatakan bahwa hendaknya setiap muslim harus bersabar dalam beberapa

hal, bersabar dalam ketaatan, bersabar dalam meninggalkan maksiat kepada

Allah, dan bersabar dalam ditimpa musibah dan bencana.24

Kemudian sikap syukur, bentuk dari rasa syukur terhadap Allah SWT

adalah dengan menggunakan setiap nikmat yang diberikan-Nya untuk jalan

kebaikan. Hendaknya seorang muslim juga harus memiliki sikap malu, malu

jika melakukan suatu perbuatan yang tidak baik. Kemudian memiliki rasa

tanggung jawab yang tinggi (amanat), jujur, mampu menjaga diri dari segala

fitnah dan tuduhan, serta selalu berbuat baik dan selalu menghadirkan suasana

yang harmonis, damai dan tentram.25

22

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 193-197. 23

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 198-212. 24

Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: Kaukaba, 2013), 66. 25

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 198-212.

Page 38: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

26

4) Akhlak Terhadap Keluarga

Akhlak terhadap keluarga bisa diwujudkan dengan berbuat baik kepada

kedua orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya serta saling

mengingatkan dalam kebaikan.26

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan

sebuah amal saleh yang paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim.

Banyak sekali ayat al-Qur‟an dan hadis yang membahas mengenai keutamaan

berbuat baik kepada kedua orang tua. Dengan berbuat baik kepada kedua

orang tua, selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah juga dapat dijadikan

sebagai jalan untuk mendapat keridaann-Nya.27

Karena keridaan Allah itu

tergantung daripada keridaan orang tua.28

Selain berbakti kepada kedua orang tua, akhlak terhadap keluarga juga

dapat dilakukan dengan berbuat baik kepada saudara dan anggota keluarga

yang lain. Misalnya dengan saling menghargai satu sama lain, saling

pengertian, saling menasehati dan saling tolong-menolong. Hal tersebut

secara otomatis dapat menciptakan keluarga yang harmonis dan terhindar dari

segala permasalahan.29

5) Akhlak Terhadap Masyarakat

Akhlak terhadap masyarakat dapat diwujudkan dengan berbuat baik

kepada mereka, saling tolong-menolong, saling menghargai, menjaga tali

silaturahmi dan selalu menjaga hubungan baik dengan mereka. Prilaku

tolong-menolong tidak hanya diwujudkan dalam bentuk materi saja,

26

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 214-218. 27

Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak: Menuju Akhlak Al-Qur’an, 270. 28

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi

ث نا أبو حفص عمرو بن ث نا شعبة، عن ي على بن عطاء، عن أبيو، عن عبد حد ث نا خالد بن الارث، حد ، حد علي عليو وسلم قال: رضى الرب ف رضى الوالد، وسخط الر ط الوالد.ب ف سخ الله بن عمرو، عن النب صلى الل

“Telah menceritakan kepada kami Abū Ḥafs ʿUmar b. ʿAlī telah menceritakan kepada

kami Khālid b. al-Ḥārith, telah menceritakan kepada kami Shuʿbah, dari Yaʿla b. ʿAṭā‟

dari bapaknya dari ʿAbd Allāh b. ʿAmr, dari Rasulullah SAW bersabda “Rida Allah

tergantung pada rida seorang bapak (orang tua), dan murka Allah tergantung pada

murka seorang bapak (orang tua)” (HR. al-Tirmidhī). 29

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 216.

Page 39: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

27

melainkan dapat diwujudkan dalam bentuk jasa, nasihat-nasihat, atau kalimat

yang membuatnya bahagia.30

Perilaku ini sangat dianjurkan dalam Islam.

Allah SWT berfirman:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah sangat

berat siksa-Nya.” (QS. al-Mā‟idah: 2).31

6) Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan sebenarnya adalah perwujudan dari fungsi

manusia sebagai pemimpin di muka bumi, dimana seseorang tidak

dibenarkan merusak dan mengotori alam. Dan sudah menjadi kewajiban

manusia untuk menjaga dan melestarikan alam. Semua ciptaan Allah

(makhluk) baik tumbuhan, binatang, benda-benda tak bernyawa lainnya harus

kita hormati dan harus kita jaga, jangan sampai kita rusak dan kita hancurkan.

Rosikhon Anwar juga memberikan pendapatnya terkait perusakan

lingkungan, ia mengatakan bawha setiap perusakan terhadap lingkungan

harus dinilai sebagai perusakan terhadap diri sendiri. Kemudian al-Qurṭubi

juga memberikan pendapatnya sebagaimana dikutip oleh Rosikhon Anwar

bahwa lingkungan itu tidak boleh diperlakukan secara aniaya, melainkan

harus dijaga dan dilindungi.32

30

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 222. 31

Kementerian Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahannya, 142. 32

Rosikhon Anwar, Akhlak Tasawuf, 114.

Page 40: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

28

b. Akhlak Mazmumah

Secara bahasa (etimologi) kata mazmumah berasal dari bahasa Arab

yang berarti tercela. Oleh karena itu Akhlak Mazmumah diartikan sebagai

akhlak yang tercela. Sedangkan menurut istilah (terminologi) akhlak

mazmumah adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan akhlak

terpuji. Akhlak tercela juga dapat menyebabkan keimanan seseorang

menjadi rusak dan dapat menjatuhkan harga dirinya sebagai manusia. Selain

itu efek dari akhlak tercela ini membuat orang disekelilingnya menjadi tidak

suka karena perbuatannya. Akhlak tercela adalah akhlak yang keluar dari

ketentuan-ketentuan Allah dan pelakunya akan diganjar dengan dosa. Oleh

karena itu hendaknya seorang muslim harus dapat menghindari perbuatan-

perbuaan tercela itu.33

Berdasarkan dari objek yang dituju, Samsul Munir Amin membagi

akhlak tercela kedalam beberapa kategori yaitu, akhlak tercela terhadap

Allah, akhlak tercela terhadap keluarga, akhlak tercela terhadap diri sendiri,

akhlak tercela dalam kehidupan bermasyarakat dan akhlak tercela lainnya.34

1) Akhlak Tercela Terhadap Allah SWT

Diantara akhlak tercela terhadap Allah SWT adalah perbuatan syirik

(menyekutukan Allah SWT dengan yang lain). Syirik merupakan perbuatan

yang menyamakan sesuatu dengan Allah SWT dalam suatu hal yang secara

khusus hanya dimiliki oleh Allah SWT. Contoh dari perbuatan syirik adalah

menyembah atau beribadah kepada selain Allah, memakai jimat35

, dan

percaya bahwa suatu benda tersebut dapat mendatangkan manfaat dan

mudarat pada dirinya.36

33

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 232. 34

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 234. 35

Jimat adalah suatu benda atau lainnya yang berhubungan dengan magis dimana

penggunanya percaya bahwa suatu benda tersebut dapat mendatangkan manfaat atau mudarat

pada dirinya. 36

Soekahar, Satanisme dalam Pelayanan Pastoral (Malang: Gandum Mas, 2002), 50.

Page 41: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

29

Selain syirik, akhlak tercela terhadap Allah SWT adalah perbuatan

kufur (ingkar). Kufur merupakan sebuah kata sifat dari pelakunya yaitu kafir.

Kufur diartikan sebagai perbuatan yang mengingkari ajaran Allah SWT yang

dibawa oleh Rasul-Nya. Dalam hal ini perbuatan tidak mensyukuri nikmat

yang telah Allah SWT berikan juga termasuk kedalam perbuatan kufur.37

Kemudian akhlak tercela selanjutnya adalah nifak (munafik). Nifak adalah

menampilkan sesuatu yang tidak sesuai (bertentangan) dengan apa yang ada

di dalam hati. Orang yang melakukan perbuatan nifak disebut munafik.

Sebagai contoh perbuatan munafik adalah ketika seseorang menampakkan

identitas keislaman yang ada para dirinya akan tetapi di dalam hatinya

tersimpan kekufuran yang besar.38

2) Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri

Bentuk akhlak tercela terhadap diri sendiri adalah dengan melakukan

suatu perbuatan yang dapat merugikan dan menyakiti diri sendiri. Diantara

perbuatan dari akhlak tercela terhadap diri sendiri adalah melakukan bunuh

diri, baik membunuh dengan senjata tajam, maupun dengan menggunakan

obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan dirinya meninggal dunia. Hal

ini tentu menyelahi takdir Allah SWT dan melanggar ketentuan-Nya.39

Akhlak tercela lainnya adalah perbuatan maksiat (zina). Zina

merupakan sebuah perbuatan yang keji dan tidak beradab. Perbuatan tersebut

mendapat ancaman dari Allah SWT berupa siksaan di neraka. Zina dapat

merusak harga diri, kehormatan, dan rusaknya nasab atau keturunan dari

seseorang. Maka sebagai seorang muslim, hendaknya menjauhi perbuatan –

perbuatan yang diharamkan Allah SWT agar selamat di dunia maupun di

akhirat.

37

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 237. 38

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 240. 39

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 242-243.

Page 42: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

30

3) Akhlak Tercela Terhadap Keluarga

Salah satu akhlak tercela terhadap keluarga adalah durhaka terhadap

kedua orang tua.40

Misalnya melakukan penganiayaan secara fisik terhadap

orang tua, mencaci maki dan melontarkan kata kata kasar kepada

terhadapnya. Perilaku tersebut merupakan perilaku negatif yang harus dijauhi

oleh setiap muslim. Allah dan Rasulnya telah memerintahkan setiap muslim

untuk berbakti kepada kedua orang tua, bukan mendurhakainya. Banyak ayat

Al-Qur‟an dan hadis yang menjelaskan haramnya durhaka terhadap kedua

orang tua. Dosa durhaka kepada kedua orang tua termasuk kedalam dosa

yang paling besar setelah dosa syirik dan membunuh. Seperti yang telah

disabdakan oleh Nabi SAW:

ث نا عب يد الل بن أب ث نا شعبة، حد ث نا عبد الصمد، حد ث نا إسحاق بن منصور، حد حد

«. الكبائر »أنس بن مالك رضي الل عنو، عن النب صلى الله عليو وسلم، قال: بكر، سع

ث نا شعبة، عن ابن أب بكر، عن أنس بن مالك، ث نا عمر و وىو ابن مرزوق، حد ح وحد

، وق تل الن فس، وعقوق عن النب صل ى الله عليو وسلم، قال: " أكب ر الكبائر: الإشراك بلل

أو قال: وشهادة الزور -الوالدين، وق ول الزور، 4

“Telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Manṣūr telah

menceritakan kepada kami „Abd al-Ṣamād telah menceritakan

kepada kami Shuʿbah telah menceritakan kepada kami ʿUbaid

Allāh b. Abī Bakr ia mendengar Anas b. Mālik RA dari Nabi SAW

bersabda “ Dosa-dosa besar yaitu: lewat jalur periwayatan lain

40

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 241. 41

Abū „Abd Allāh Muḥammad b. Ismāʿīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī

(Beirut: Dār al-Fikr, 1994), Jilid 4, 266.

Page 43: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

31

telah menceritakan kepada kami „Amr tepatnya „Amr b. Marzūq

telah menceritakan kepada kami Sḥuʿbah telah menceritakan

kepada kami Ibn Abī Bakr dari Anas b. Mālik RA dari Nabi SAW

bersabda “Dosa paling besar diantara dosa besar ialah

menyekutukan Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan

perkataan dusta atau dia mengatakan sumpah palsu” [HR. al-

Bukhārī (w. 256 H)]

4) Akhlak Tercela Terhadap Masyarakat

Diantara akhlak tercela terhadap masyarakat adalah membunuh,

menganiaya, mencuri, merampok dan lain-lain yang dapat merugikan orang

lain. Membunuh merupakan perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa

seseorang. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang sangat biadab, tidak

berperikemanusiaan. Allah SWT mengharamkan perbuatan ini dan

memasukannya kedalam kategori dosa yang paling besar. Pelaku

pembunuhan dimurkai dan diancam oleh Allah SWT masuk ke dalam

neraka.

“dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya

dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan

azab yang besar baginya” (QS. al-Nisā‟: 93)42

Selain itu, akhlak tercela terhadap masyarakat adalah penganiayaan,

perbuatan ini termasuk ke dalam perbuatan negatif dan dapat merugikan

orang lain. contohnya adalah memukuli orang lain hingga ia buta, sengaja

mematahkan kaki hingga ia tidak bisa berjalan, lain-lain.

42

Kementerian Agama RI, Al-Qurān dan Terjemahannya, 122.

Page 44: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

32

5) Akhlak Tercela Lainnya

Akhlak tercela lainnya adalah takabur (sombong), menganggap diri

sendiri lebih baik daripada orang lain dan menganggap orang lain rendah

dibandingkan dengan dirinya. Merasa lebih sempurna baik dalam hal dunia

maupun dalam hal agama. dalam hal agama misalnya ia menganggap bahwa

ia adalah orang yang paling dekat dengan Allah SWT. adapun yang

berkaitan dunia, misalnya ia merasa lebih mampu, lebih kaya dan terhormat

daripada orang lain.43

Akhlak tercela selanjutnya adalah Hasad (dengki). Perbuatan

semacam ini timbul dari dalam diri seseorang yang benci jika orang lain

mendapat suatu kenikmatan sehingga ia ingin agar orang tersebut

kehilangan kenikmatnya itu.44

Kemudian akhlak tercela selanjutnya adalah

Gibah. Gibah adalah membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan orang

lain yang mana jika hal itu di dengan oleh orang yang bersangkutan, maka

ia akan marah atau tidak menyukainya. Kemudian Imam al-Nawawi

menyetakan bahwa gibah adalah membicarakan kejelekan orang lain baik

itu yang ada pada dirinya, agamanya, dunianya, akhlaknya, hartanya

anaknya atau hal lainnya. Dalam hal ini gibah memiliki berbagai bentuk,

baik dalam lisan ataupun tulisan, baik berbentuk isyarat mata, tangan kepala

dan lain-lain yang mana jika itu diketahui oleh orang yang dibicarakan,

maka ia tidak menyukainya.45

B. Biografi Pengarang Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn

Pengarang dari kitab al-Akhlāq li-al-Banīn adalah Syekh Umar bin

Ahmad Baraja. Beliau lahir pada tanggal 10 Jumadilakhir 1331 H / 17 Mei

1913 di kampung Ampel Maghfur (Surabaya). Di masa kecilnya, beliau

43

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 251-253. 44

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, 257. 45

Al-Nawawi (w. 676 H), al-Adhkār (Bandung: Al-Maʿarif, tt), 336.

Page 45: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

33

diasuh oleh kakeknya yang bernama Hasan bin Muhammad Baraja. Kakek

beliau adalah seorang ulama yang pakar dalam ilmu nahu dan fikih. Nama

“Baraja” yang dimiliki oleh Syekh Umar merupakan nisbah yang berasal dari

Seiwun, Hadramaut, Yaman.

Syekh Umar memiliki akhlak yang mulia, beliau memiliki keikhlasan

dan ketulusan niat dalam segala amal, baik amal yang bersifat duniawi

maupun amal yang bersifat ukhrawi. Beliau juga selalu menjelaskan kepada

murid-muridnya untuk selalu meneladani akhlak dari ahlulbait yaitu akhlaq

keluarga Nabi, para sahabat dan pastinya akhlak Nabi sendiri. Syekh Umar

memiliki sifat ketawadukannya yang tinggi, beliau terkenal rendah hati dan

tidak suka membanga-banggakan diri.

Syekh Umar memiliki keimanan yang teguh dan sempurna, hal itu

ditandai dengan keistikamahannya dalam beribadah. Ia rutin dalam

menjalankan sunah-sunah Nabi SAW, terutama dalam salat, seperti salat

sunah qabliyah dan baʿdiyah. Salat sunah lainnya juga beliau selalu

istikamah menjalankanya, seperti salat sunah duha dan tahajud, bahkan

beliau hampir tidak pernah meninggalkannya walapun sedang dalam

bepergian. Kehidupan yang dijalani Syekh Umar benar-benar beliau

sesuaikan dengan apa yang telah digariskan oleh agama.46

Sebelum mendekati ajalnya, Syekh Umar sempat berpesan kepada

anak-anak dan murid-muridnya untuk selalu berpegang teguh pada ajaran

yang berdasarkan pada al-Qur‟an dan sunah yaitu Ahl al-Sunnah al-Jamāʿah.

Dan beliau juga berpesan agar para anak dan muridnya untuk mengikuti

tarekat ʿAlawiyyah 47

yang memiliki sanad sampai kepada ahlulbait, para

46

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 130.

dalam (Majalah Al-Kisah No.7/Tahun V/26 Maret-8 April 2007, 88.) 47

Tarekat ʿAlawiyah adalah salah satu tarekat yang termasuk dalam 41 tarekat

muktabar yang ada di dunia Islam. Tarekat ini berasal dari Yaman Selatan, Hadhramaut yang

telah tersebar dan berkembang di Indonesia. Tarekat ini mengamalkan amalan zikir dan wirid

yang cukup ringan, karena taerakat ini lebih menekankan pada aspek amaliah dan akhlak

Page 46: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

34

sahabat yang semua itu bersumber dari Nabi SAW. Syekh Umar wafat pada

hari sabtu tanggal 16 Rabiulaakhir 1411 H / 03 November 1990 M pada jam

23.00 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya. Pada usia 77 tahun.48

1. Rihlah Ilmiah

Semasa remaja, Syekh Umar belajar ilmu-ilmu agama, dan bahasa Arab

dengan rajin dan tekun, sehingga ia dapat menguasai dan memahami ilmu-

ilmu tersebut dengan baik. Semua ilmu-ilmu itu Syekh Umar pelajari dengan

bimbingan para guru baik melalui pertemuan secara langsung maupun tidak

langsung (surat).

Menurut Muhammad Ahmad Assegaf sebagaimana dikutip oleh Abdul

Adim, bahwasannya Syekh Umar merupakan salah satu alumnus dari

Madrasah Al-Khairiyyah di daerahnya, yaitu di Kampung Ampel (Surabaya).

Madrasah ini didirikan oleh Habib Imam Muhammad bin Ahmad al-Mudhar

pada tanggal 1895 M, yang mana sekolah ini berasaskan Ahl al-Sunnah wa

al-Jamāʿah49

dan bermazhabkan al-Shāfiʿī.

Syekh Umar memilliki banyak guru, baik guru yang berasal dalam

negeri maupun luar negeri. Guru-guru yang berada di luar negeri berasal dari

Yaman, Saudi Arabia, Malaysia, Maroko, Uni Emirates Arab, Maroko, India

dan lain-lain. Syekh Umar mendapatkan guru tidak hanya dalam kegiatan

belajar mengajar saja, melainkan kebanyakan dari mereka hanya bertemu

(tasawuf amali dan tasawuf akhlaki). Berbeda dengan tarekat lainnya yang cenderung

mengamalkan latihan-latihan riyaḏah secara fisik dan tingkat kezuhudan yang ketat. (Abdul

Hakim, Tarekat ‘Awaliyah di Kalimantan Selatan – Sebuah Telaah Unsur Neo-Sufisme

dalam Tarekat, AL-BANJARI, Vol. 10, No. 1, Januari, 2011, 21-22.) 48

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 135.

Dalam Muhammad Asseggaf, Sekelumit Riwayat Hidup al-Ustādh Umar bin Ahmad Baraja

(Surabaya: Panitia Haul Ke-V, 1995), 11. 49

Ahl al-Sunnah wa al-Jamāʿah adalah suatu golongan yang didasarkan pada al-

Qur‟an dan hadis serta meneladani segala sesuatu yang dilakukan Rasulullah SAW dan

mengikuti pengamalan para sahabat yang kemudian diteruskan oleh para tabiin sampai

kepada para ulama. (Umma Farda, Membincang Kembali Ahl al-Sunnah wa al-Jamāʿah :

Pemaknaan dan Ajarannya dalam Perspektif Mutakallimīn, FIKRAH, Vol. 2, No. 1, Juni

2014, 54)

Page 47: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

35

sesekali saja dan Syekh Umar mengambil ilmu darinya sekaligus

menjadikannya sebagai seorang guru. Syekh Umar tidak mempedulikan

seberapa muda atau tuanya seseorang, jika ia dapat mengambil ilmu darinya,

maka ia akan menjadikannya sebagai seorang guru. Dan inilah yang

membuat Syekh Umar disebut sebagai seseorang yang tawaduk.50

Berikut

adalah nama-nama guru dari Syekh Umar baik yang berasal dari dalam

negeri ataupun luar negeri.

a. Guru-guru Syekh Umar yang berasal dari dalam negeri

Guru-guru yang berasal dari dalam negeri adalah Ahmad bin Ghalib al-

Hamid (Surabaya), Alwi bin Muhammad al-Mudhar (Bondowoso), Abdullah

bin Hasan Maulachela (Malang), Hamid bin Muhammad al-Sirry (Malang),

Imam al-Habr al-Qutub al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih (Malang),

Muhammad bin Husein Baʿbud (Lawang), Abdul Qodir bin Hadi Assegaf

(Surabaya), Habib bin Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya), Alwi bin

Abdullah Assegaf (Solo), Ahmad bin Alwi al-Jufri (Pekalongan), Ali bin

Husein bin Syahab (Gresik), Zein bin Abdullah al-Kaff (Gresik) dan lain-

lain.

b. Guru-guru Syekh Umar yang berasal dari luar negeri

Guru-guru yang berasal dari luar negeri adalah ʿAbd Allāh b. Ḥamīd al-

Saqqāf (Yaman), Muḥammad b. ʿAbd Allāh al-Haddār (Yaman), ʿAli b. Zain

bi-al-Faghīh (Uni Emirates Arab), Muḥammad Bakhit al-Muṭiʿī (Mesir),

Muḥammad al-Fatḥ al-Kattānī (Maroko), Muḥammad al-Muntaṣīr al-Kattānī

(Maroko), Alwi b. Ṭāhir al-Ḥaddād (Malaysia), ʿAbd ʿĀlim al-Ṣidqī (India),

Ḥasanain Muḥammad Makhlūf (Mesir), ʿAbd al-Qādir b. Aḥmad al-Saqāf

(Arab Saudi), Alwi b. ʿAbbās al-Maliki (Makkah), Muḥammad b. Amīn al-

50

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 131.

Dalam hasil wawancara dengan cucu Syekh Umar bin Ahmad Baraja yaitu Mustofa bin

Ahmad Baraja pada 16 Maret 2014

Page 48: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

36

Quṭbiī (Makkah), Muḥammad Saif Nūr (Makkah), Ḥasan Muḥammad al-

Mashaṭ (Makkah), Alwi b. Sālim al-Kaff (Makkah), Muḥammad Saʿīd al-

Hadrawī al-Makkī (Makkah), Muḥammad b. Hādī As al-Saqāf (Yaman) dan

lain-lain.51

2. Karya-karya Syekh Umar

Karya-karya yang telah dibuat oleh Syekh Umar meliputi karya-karya

yang berbentuk tulisan seperti syair-syair dan kitab-kitab. Kitab-kitab yang

ditulis oleh Syekh Umar telah diterbitkan sebanyak 11 kitab salah satunya

kitab Akhlāq li-al-Banīn, dan Akhlāq li-al-Banāt, dan lain-lain. Semua kitab

tersebut diterbitkan dalam bahasa Arab dan sejak tahun 1950 M telah

digunakan sebagai buku rujukan yang dipakai hampir di seluruh pesantren di

Indonesia. Dengan demikian melalui kitab-kitab yang ditulis olehnya, secara

tidak langsung Syekh Umar telah turut serta dalam membangun akhlak-

akhlak para santri di Indonesia menjadi lebih baik.

Syekh Umar pernah ditawari oleh seorang dermawan dari Makkah

yaitu Siraj Kaʿki yang menawarkan untuk mencetak kitab yang telah ditulis

oleh Syekh Umar untuk kemudian dibagikan secara cuma-cuma. dan pada

tahun 1969 M kitab-kitab tersebut dicetak dan dibagikan ke berbagai wilayah

dengan biaya percetakan ditanggung oleh seorang dermawan tersebut. Pada

tahun 1992 M, kitab-kitab yang ditulis oleh Syekh Umar ini telah

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, dan Madura sehingga

orang-orang dalam negeri lebih mudah untuk mempelajari dan

memahaminya.

Dalam perjalanan kepenulisannya, selain menulis kitab-kitab, Syekh

Umar juga aktif menulis syair-syair dengan sastra yang sangat tinggi. Syair-

syair tersebut ditulis oleh Syekh Umar dengan menggunakan bahasa Arab.

51

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 131.

Dalam Muhammad Asseggaf, Sekelumit Riwayat Hidup al-Ustādh Umar bin Ahmad Baraja

(Surabaya: Panitia Haul Ke-V, 1995), 2-5.

Page 49: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

37

Menurut cucunya yaitu Mustofa bin Ahmad bin Umar Baraja, syair-syair

yang ditulis oleh kakeknya tersebut cukup banyak dan belum sempat

dibukukan. Masih banyak karya-karya Syekh Umar yang lain yang

bertuliskan tangan dan masih tersimpan rapi di dalam perpustakaan keluarga

dan belum terekspos keluar.

Dari banyaknya syair, buku atau kitab yang Syekh Umar tulis tentunya

tidak terlepas dari kepandaian Syekh Umar sendiri yang menguasai berbagai

disiplin ilmu seperti ilmu bahasa Arab, sastra, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu

fikih, tasawuf, sirah nabawi, tarikh dan ditambah dengan penguasaan bahasa

Inggris dan Belanda.52

3. Perjalanan Dakwah Syekh Umar

Dalam perjalanan karir dakwahnya, Syekh Umar mengawalinya dengan

mengajar di salah satu Madrasah di Surabaya yaitu Madrasah al-Khairiyah

pada tahun 1935-1945 M. dari hasil mengajarnya Syekh Umar memiliki

murid-murid cerdas dan pandai. Dan Seiring berjalannya waktu, murid-murid

Syekh Umar telah berkembang dan ada beberapa murid yang telah menjadi

ulama yang kemudian menyebarkan ilmunya ke berbagai pelosok negeri.

Murid-murid Syekh Umar yang menyebarkan ilmu ke Jawa Timur

diantaranya adalah Ahmad bin Hasan Assegaf, Umar bin Idrus al-Masyhur,

Ahmad bin Ali Babgei, Idrus bin Hud Assegaf, Hasan bin Hasyim al-Habsyi,

Habib Hasan bin Abdul Qodir Assegaf, Ahmad Zaki Ghufron, dan Djafʿar

bin Agil Assegaf.

Setelah mengajar di Surabaya, pada tahun 1945-1947 M beliau

melanjutkan dakwahnya ke daerah Gresik dan beliau mengajar di Madrasah

Al-Husainiyah, kemudian mengajar di Rabithah Al-Awaliyah di daerah Solo

pada tahun 1947-1950 M. Beliau kembali ke Gresik dan melanjutkan

52

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 132.

Dalam hasil wawancara dengan cucu Syekh Umar bin Ahmad Baraja yaitu Mustofa bin

Ahmad Baraja pada 16 Maret 2014

Page 50: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

38

dakwahnya dengan mengajar di Al-Arabiyah Al-Islamiyah pada tahun 1950-

1951 M dan setelah itu beliau beserta gurunya Habib Zein bin Abdullah al-

Kaff bekerjasama untuk membangun dan memperluas lahan baru

dikarenakan gedung lama sudah terlalu sempit. Dari kerjasamanya itu,

terwujudlah sebuah gedung yayasan badan wakaf dan yayasan tersebut

diberi nama Perguruan Islam Malik Ibrahim.53

Berbagai daerah telah dikunjungi oleh Syekh Umar untuk berkdakwah

menyebarkan ilmu, Syekh Umar juga tak lupa menyebar dakwahnya di

tempat terdekatnya, yaitu rumahnya sendiri. Syekh Umar membuka

pengajian di kediamannya, ia aktif mengajar di majlis taklim miliknya yang

rutin diadakan setiap malam. Salah satu jasa beliau yang paling monumental

adalah membangun dan mendirikan masjid di kota Surabaya pada tahun

1971. Masjid tersebut diberi nama Masjid al-Khair. Dalam proses

pembangunan masjid, Syekh Umar dibantu oleh Adnan Chamim tentunya

atas persetujuan dan nasihat dari Zein bin Abdullah al-Kaff dan Sholeh bin

Muhsin al-Hamid. Saat ini masjid tersebut masih kokoh berdiri dan masjid

tersebut digunakan oleh masyarakat Surabaya tak hanya untuk salat saja,

melainkan juga digunakan untuk kepentingan dakwah dan lain-lain.54

C. Karakteristik Kitab Akhlāq li-al-Banīn

Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn merupakan kitab yang ditulis oleh ulama

terkenal yang berasal dari Indonesia yaitu Syekh Umar bin Ahmad Baraja.

Kemasyhurannya itu dikarenakan ia banyak menulis kitab-kitab, yang mana

kitab tersebut tersebar hampir di seluruh pesantren di Indonesia. Dari sekian

banyak kitab yang ditulis olehnya, kitab al-Akhlāq li-al-Banīn merupakan

53

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 133.

Dalam Majalah Al-Kisah No. 07/Tahun V/26 Maret – 08 April 2007, 89. 54

Abdul Adim, Pemikiran Akhlak Menurut Syekh Umar bin Ahmad Baraja, 133.

Dalam Majalah Al-Kisah No. 07/Tahun V/26 Maret – 08 April 2007, 89.

Page 51: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

39

kitab yang paling populer, bersamaan dengan kitab yang ditulis serupa yaitu

kitab al-Akhlāq li-al-Banāt yang mana kitab tersebut ditujukan kepada anak

perempuan. Lain halnya dengan kitab al-Akhlāq li-al-Banīn yang khusus

ditujukan untuk anak laki-laki.55

Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn adalah kitab yang membahas mengenai

akhlak khusus bagi anak laki-laki. Laki-laki kelak akan menjadi seorang

ayah, seorang imam juga seorang pemimpin, baik menjadi pemimpin untuk

dirinya maupun untuk keluarganya. Apabila seorang laki-laki tumbuh dalam

akhlak yang baik, maka ia akan menjadi seseorang yang berguna, orang yang

baik dan menjadi orang tua yang diteladani oleh anak-anaknya. Pendidikan

akhlak sejak dini merupakan suatu hal yang sangat penting, menurut Syekh

Umar jika pendidikan akhlak tidak diajarkan dan dilatih sejak dini, maka

ketika sudah dewasa akan sulit untuk merubahnya. Ibaratkan ketika kita akan

meluruskan sebuah pohon besar yang bengkok, maka akan sulit

meluruskannya. Namun apabila kita meluruskan pohon tersebut saat masih

dalam tahap awal tumbuh, maka akan lebih mudah.56

Dalam penulisan sebuah kitab, tentunya memiliki latar belakang dan

tujuan tertentu. Kitab al-Akhlāq li-al-Banīn ini ditulis agar para anak

memiliki akhlak yang mulia sejak dini dan ketika sudah dewasa nanti, dapat

memperoleh kebaikan dan kebahagiaan hidup, baik hidup di dunia maupun di

akhirat. Syekh Umar juga menambahkan bahwa untuk menjadi seseorang

yang dicintai banyak orang, dicintai keluarga, dan mendapat rida Allah SWT

adalah dengan menjadi seseorang yang berakhlak mulia.57

Terlepas dari

kepopulerannya, kitab al-Akhlāq li-al-Banīn ini memang memiliki

55

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam

di Indonesia, 163. 56

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn (Surabaya: Maktabah Ahmad

Nabhan, tt), Jilid 1, 6. 57

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 1, 5.

Page 52: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

40

karakteristik tersendiri. Berikut adalah karakteristik kitab al-Akhlāq li-al-

Banīn.

1. Menggunakan Bahasa yang Sederhana

Dalam penulisan kitab ini, Syekh Umar menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dipahami terutama oleh anak anak. Seperti halnya

dalam menjelaskan tentang sosok seseorang yang beradab dan sosok

seseorang yang berakhlak buruk, Syekh Umar langsung menjelaskannya

secara sederhana, tidak bertele-tele dan langsung menuju kepada contoh.

Syekh Umar menjelaskan bahwa seorang anak yang beradab senantiasa

memuliakan kedua orang tuanya, para gurunya, saudaranya yang lebih tua

dan semua orang yang lebih tua darinya. Ia menyayangi saudaranya dan

orang lain yang lebih muda darinya. Seorang yang selalu jujur dalam setiap

perkataannya, rendah hati dengan sesama manusia dan bersabar ketika diuji.

Seorang anak yang buruk akhlaknya itu tidak menghormati kedua orang tua

dan guru-gurunya. Dia juga tidak menghormati orang yang lebih tua darinya

dan tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya. Dia selalu berbohong

ketika berbicara.58

2. Menggunakan Kisah

Dalam menjelaskan suatu nasihat dan memperjelas argumennya, Syekh

Umar menggunakan metode kisah atau cerita. Kisah yang digunakan oleh

Syekh Umar terdiri dari kisah nyata dan kisah tidak nyata (fiksi). Kisah nyata

yang diambil oleh Syekh Umar yaitu kisah kisah para sahabat, para ulama

dan kisah-kisah para Nabi. Seperti halnya dalam menjelaskan seseorang yang

berbakti pada orang tuanya, Syekh Umar menggunakan kisah Nabi Ismāʿīl

dan Nabi Ibrāhīm AS. Hal itu tercantum di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn

jilid 2.

58

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 1, 5.

Page 53: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

41

Di dalamnya di kisahkan bahwa Nabi Ismāʿīl merupakan seorang anak

yang berbakti kepada orang tuanya. Ia selalu bersabar dan selalu menuruti

perintah Allah SWT. Maka ketika saat itu ada perintah kepada ayahnya untuk

untuk menyembelih Nabi Ismāʿīl, maka Nabi Ismā‟īl ikhlas dan bersedia

untuk disembelih. Hal itu Nabi Ismāʿī lakukan karena ia sangat berbakti

kepada orang tuanya dan selalu menjalankan perintah Allah SWT. Namun

ketika Nabi Ismāʿīl hendak disembelih ternyata Allah SWT menggantikannya

dengan seekor domba dari surga. Nabi Ismāʿīl AS tetap hidup dan menjadi

seseorang anak yang berbakti kepada orang tuanya dan menjadi orang yang

taat kepada Allah SWT serta selalu sabar dalam menerima cobaan.59

Kisah-kisah fiksi (tidak nyata) yang dipakai oleh Syekh Umar ketika ia

menjelaskan tentang seorang anak yang taat salah satunya adalah kisah

seorang anak yang bernama Hasan. Ia selalu menjalankan salat lima waktu,

gemar membaca al-Qur‟an, datang sekolah tepat waktu dan selalu mengulang

pelajaran saat di rumah. Kebiasaannya yang lain adalah dia selalu mengingat

Allah SWT setiap saat. Ketika hendak tidur dan bangun tidur selalu membaca

doa. Ketika hendak makan dan selesai makan diapun selalu membaca doa.

Itulah gambaran seorang anak yang taat yang digambarkan oleh Syekh Umar

dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn.60

3. Menggunakan al-Qur‟an dan hadis

Dalam memperkuat argumennya, Syekh Umar menggunakan al-

Qur‟an dan hadis. Seperti yang terdapat dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn

jilid 2 dalam menjelaskan mengenai kewajiban anak terhadap kedua orang

tua, Syekh Umar menggunakan al-Qur‟an dan hadis sebagai penguat

argumennya.

59

Umar bin Ahmad Baraja, Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 23-24. 60

Umar bin Ahmad Baraja, Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 1, 8.

Page 54: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

42

a. Penggunaan ayat al-Qur‟an

قال الله ت عال :

“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-

kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

Perkataan yang mulia”dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka

berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil. (QS. al-Isrā‟: 23-24)61

b. Penggunaan hadis

كما ف الديث :

مقب ولة مب رورة ما من رجل ي نظر إل وجو والديو نظر رحة، إل كتب الله لو با حجة

“Tidaklah seseorang memandang kepada wajah kedua orang tuanya

dengan pandangan kasih sayang, melainkan Allah SWT akan

memberikan pahala baginya seperti pahala haji yang diterima dan

mabrur” 62

4. Menggunakan Syair

Dalam menjelaskan nasihatnya, Syekh Umar tidak hanya menyertakan

al-Qur‟an da hadis saja, melainkan juga menggunakan syair - syair yang

61

Kementerian Agama RI, Al-Qurān dan Terjemahannya, 387. 62

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 19.

Page 55: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

43

relevan dengan tema yang sedang dibahas. Seperti yang tercantum di dalam

kitab al-Akhlāq li-al-Banīn jilid 2.

الساعر : قال كما

على أحد ، إن رمت ت عرفو فانظر إل الدب ل ت نظرن لث واب

“Janganlah kamu melihat dari baju seseorang, jika kamu ingin

mengenalnya, lihatlah adabnya (akhlaknya)”63

5. Tema-tema dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn Jilid 264

BAB TEMA

I Akhlak

II Kewajiban Anak terhadap Allah SWT

III Murid yang Dicintai

IV Kewajiban Anak terhadap Nabinya SAW

V Ringkasan Akhlak Nabi SAW (I)

VI Ringkasan Akhlak Nabi SAW (II)

VII Mencintai Kedua Orang Tua

VIII Kewajiban Kepada Kedua Orang Tua

IX Kisah-kisah Nyata (I)

X Kewajiban Kepada Saudara laki-laki dan Perempuan

XI Persatuan Menimbulkan Kekuatan

XII Kewajiban Kepada Para Kerabat

XIII Abū Ṭalḥaḥ al-Anṣārī dan Para Kerabatnya

XIV Kewajiban Kepada Pelayan

XV Bersikap Lemah Lembut terhadap Pelayan

XVI Kewajiban Kepada Tetangga

XVII Kisah-kisah Nyata (II)

XVIII Kewajiban kepada Guru

XIX Kisah-kisah Nyata (III)

XX Kewajiban Kepada Teman-teman

63

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 6-7. 64

Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 6-42.

Page 56: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

44

BAB III

KRITIK SANAD DAN ANALISIS HADIS

A. Hadis Ke-1

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

رة ما من رجل ي نظر إل وجو والديو نظر رحة إلا كتب الله لو با حجاة مقب ولة مب رو

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), menggunakan lafaz رحة ,نظر ,والديو ,وجو hadis tersebut tidak ditemukan. Selanjutnya penulis مبرورة ,مقبولة ,حجة ,كتب ,

melakukan penelitian hadis dengan metode tema menggunakan kitab Miftaḥ

Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck (w. 1358 H) menggunakan tema

.hanya saja hadis tersebut tidak ditemukan juga ,الرحم ,البر ,الوالدان

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawī

al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut.

1Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 19.

Page 57: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

45

Hasil penelusuran menggunakan awal matan ما من رجل ينظر

ما من رجل ينظر إل وجو والديو

كنز

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut hanya terdapat di dalam kitab

Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl wa al-Afʿāl dengan nomor hadis 45496

karya al-Muttaqī al-Hindī (w. 975 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab

tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Kanz al-„Ummāl

عن فعيما من رجل ينظر إل وجو والديو نظرة رحة إل كتب لو با حجة مقبولة مبرورة. " الرا

"ابن عباس

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

B. Hadis Ke-2

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

ديو، قالو: ي رسول الله، و ىل يشتم الراجل والديو ؟ قال: ن عم، من الكبائر شتم الراجل وال

يسب أب الراجل، ف يسب أبه و يسب أماو، ف يسب أماو

2Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Nabawī al-Sharīf (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt), Jilid 9, 255. 3Muttaqī al-Hindī (w. 975 H), Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl wa al-Afʿāl

(Beirut: Mu’assasah al-Risālah, 1985), Jilid 16, 469. 4Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 20-21.

Page 58: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

46

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz يسب ,والديو ,شتم ,الكبائر saja yaitu ,يسب ,شتم hadis tersebut hanya ditemukan pada lafaz ,أمو ,أب ,

sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz شتم

... تم الرجل والديوو ىل يش

م : إيمان

ت : بر

، حم :

Hasil penelusuran dari lafaz يسب يسب أب الرجل فيسب أبه و يسب ...

، ، ، ، حم :

م : إيمان

ت : بر

5Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī

(Leiden: Maktabah Brīl, 1936), Jilid 3, 65. 6Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 2, 386.

Page 59: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

47

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Ṣaḥīḥ

Muslim dalam bab al-Īmān dengan nomor hadis 145 karya Muslim (w. 261 H),

kitab Sunan al-Tirmidhī dalam bab al-Birr, sub-bab 4 karya al-Tirmidhī (w.

279 H), dan kitab Musnad Aḥmad jilid 2, halaman 164, 195, 214, dan 216

karya Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab

tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim

ث نا اللايث، عن ابن الاد، عن سعد بن إب راىيم، عن حيد ب بة بن سعيد، حدا ث نا ق ت ي ن عبد حدا

من الكبائر »عمرو بن العاص أنا رسول الله صلاى الله عليو وسلام قال: الراحن، عن عبد الله بن

ن عم يسب أب الراجل »قالوا: ي رسول الله، وىل يشتم الراجل والديو؟ قال: « شتم الراجل والديو

«ويسب أماو ف يسب أماو ف يسب أبه،

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Tirmidhī

ث نا اللايث بن سعد، عن ابن الاد، عن سعد بن إب راىيم، عن حي بة، قال: حدا ث نا ق ت ي د بن حدا

ن عمرو قال: قال رسول الله صلاى اللا عليو وسلام: من الكبائر أن عبد الراحن، عن عبد الله ب

الراجل يشتم الراجل والديو قالوا: ي رسول الله، وىل يشتم الراجل والديو؟ قال: ن عم، يسب أب

شتم أماو ف يسب أماو ف يشتم أبه وي

7Muslim b. al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qushairī al-Naisābūrī (w. 261 H), Ṣaḥīḥ Muslim

(Beirut: Dār Iḥyā al-Tirāth al-‘Arabī, tt), Jilid 1, 54. 8Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Īsa b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī

(Amman: Bait al-Afkār al-Dauliyah, tt), 321.

Page 60: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

48

Redaksi hadis dalam kitab Musnad Aḥmad

ث نا مسعر، وسفيان، عن سعد بن إب راىيم، عن حيد بن عبد الراحن ب ث نا وكيع، حدا ن حدا

قال: " من الكبائر، أن يشتم -فيان ووق فو مسعر رف عو س -عوف، عن عبد الله بن عمرو،

، الراجل والديو " قالوا: وكيف يشتم الراجل والديو؟ قال: " يسب أب الراجل، ف يسب أبه

ويسب أماو، ف يسب أماو

ث نا مماد ث نا شعبة، عن سعد بن إب راىيم، عن حيد، قال حدا بن جعفر، وحجااج، قال: حدا

عت حيد بن عبد الراحن، عن عبد الله بن عمرو، عن الناب صلاى الله علي و وسلام حجااج: س

نب أن يسبا الراجل والديو "، قالوا: وكيف يسب الراجل والديو؟ قال: من أكبر قال: " إنا الذا

" يسب أب الراجل ف يسب أبه، ويسب أماو، ف يسب أماو "

ث نا حااد بن سلم ث نا عفاان، حدا ث نا سعد بن إب راىيم، عن حيد بن عبد الراحن بن حدا ة، حدا

ر عوف، عن عبد الله بن عمرو، أنا رسول الله صلاى الله عليو وسلام قال: " إنا أكب ر الكبائ

، ف يسب أبه، يسب الراجل الراجل ما عقوق الوالدين؟ قال: ": و والدين "، قال: قيل عقوق ال

ويسب أماو، ف يسب أماو "

9Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal (Mesir: Maṭbaʿah al-Maimuniyah, 1894), Jilid 2, 164. 10

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 195. 11

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 214.

Page 61: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

49

عت عبد الله بن عمر ث نا أب، عن أبيو، عن حيد بن عبد الراحن، س ث نا ي عقوب، حدا و، حدا

ديو " قول: قال رسول الله صلاى الله عليو وسلام: " إنا من أكبر الكبائر أن ي لعن الراجل، وال ي

ه، قالوا: ي رسول الله، وكيف ي لعن الراجل أب ويو؟ قال: " يسب الراجل الراجل، ف يسب أب

ويسب الراجل أماو، ف يسب أماو "

12

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 216.

Page 62: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

50

حدثنا

حدثنا

عن

عن

عن

عن

قال

حدثنا

حدثنا حدثنا

عن عن

حدثنا حدثنا

حدثنا حدثنا

حدثنا عن

حدثنا

حدثنا حدثنا

حدثنا

عن

w. 241 H

w. 196 H

w.

155

H

w.

161

H

w. 125 H

w. 85/105 H

w. 63 H

w. 11 H

w. 208 H

w. 185 H

w. 219 H

w. 167 H

w. 193 H w. 206 H

w. 160 H

w. 279 H

w. 240 H

w. 174 H

w. 139 H

2. Skema Sanad Hadis

وكيع

اللهل و س ر

روب نال عاصعب داللهب ن عم

ي دب نعب دالرح نب نعو ف ح

سع دب نإب راهيم

يان عر س ف اب نالهاد مس

ب ن سع د اللي ث

بة ب ن سعيد ق ت ي

ترمذي

(سع د ب ن إب راهيم)أبي حاد ب ن سلمة ش ع بة

أح د

ي ع ق وب عفان حجاج م مد ب ن جع فر

Page 63: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

51

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur Aḥmad b. Ḥanbal

Aḥmad b. Ḥanbal, nama lengkapnya adalah Aḥmad b. Muḥammad b.

Ḥanbal Abū ʿAbd Allāh al-Ashaibānī, ia wafat pada tahun 241 H. Ia berguru

kepada Waqīʿ b. Jarrāh, Ibrāhīm b. Khālid al-Sanʿānī, Ismāʿīl b. ʿUlayyah

dan juga ia memiliki murid yaitu al-Bukhārī, Muslim, Abū Dāwud. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun penilaian

kritikus hadis terhadapnya adalah Ibn al-Madīnī menilai ḥāfiẓ, ʿAbbās al-

Anbārī menilai ḥujjah, Qutaibah menilai imām, al-ʿIjlī menilai thiqah, thabat

fī al-Ḥadīth, faqīḥ fī al-Ḥadīth.13

Waqī’, nama lengkapnya adalah Waqīʿ b. al-Jarrāḥ b. Māliḥ al-Ru’āsī,

ia lahir pada tahun 128 H dan wafat pada tahun 196 H. Ia berguru kepada

Misʿar b. Kidām b. Ẓuhair b. ʿUbaidah b. al-Ḥārith, Abān b. Ṣamʿah,

Shuʿbah dan juga ia memiliki murid yaitu Aḥmad b. Ḥanbal, Ibrāhīm b.

Saʿad al-Jauharī, Sufyān al-Thaurī. Ia menerima hadis dari gurunya dengan

lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Aḥmad b.

Ḥanbal menilai ḥāfiẓ, thabat, Abī Ḥātim menilai thabat, Yaḥyā b. Maʿīn

menilai thiqāt al-Nās, al-ʿIjlī menilai thiqah, ḥuffāẓ al-Ḥadīth.14

Misʿar, nama lengkapnya adalah Misʿar b. Kidām b. Ẓuhair b.

ʿUbaidah b. al-Ḥārith al-ʿĀmirī, ia wafat pada tahun 155 H. Ia berguru

kepada Saʿad b. Ibrāhīm, Ibrāhīm b. ʿAbd al-Raḥmān, ʿUbaid Allāh b. al-

Qibṭiyyah dan juga ia memiliki murid yaitu Waqīʿ b. al-Jarrāḥ, Aḥmad b.

Bashīr al-Kūfī, Sulaimān al-Taimī. Ia menerima hadis dari gurunya dengan

lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥyā b.

13

Shihāb al-Dīn Aḥmad b. ‘Alī b. Ḥajar al-‘Asqalānī (w. 852 H), Tahdhīb al-Tahdhīb

(Beirut: Dār al-Fikr, 1995), Jilid 1, 98-99. 14

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl (Beirut: Mu’assasah al-Risālah, tt), Jilid 30, 462-484.

Page 64: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

52

Maʿīn menilai thiqah, Aḥmad b. Ḥanbal menilai thiqah, Abī Ḥātim menilai

thiqah, al-ʿIjlī menilai thiqah, thabat fī al-Ḥadīth.15

Sufyān, nama lengkapnya adalah Sufyān b. Saʿīd b. Masrūq al-Thaurī.

Ia lahir pada tahun 97 H dan wafat pada tahun 161 H. Ia berguru kepada

Saʿad b. Ibrāhīm, Ibrāhīm b. ʿAbd al-Aʿlā, Ibrāhīm b. ʿUqbah dan juga ia

memiliki murid yaitu Waqīʿ b. al-Jarrāḥ, Abān b. Taghlib, Shuʿbah, Abū

Usāmah. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥyā b. Maʿīn menilai āmir al-

Mu‟minīn fī al-Ḥadīth, Shuʿbah menilai aḥfāẓ, Abū ʿĀṣim al-Nubail āmir al-

Mu‟minīn fī al-Ḥadīth.16

Saʿad b. Ibrāhīm, nama lengkapnya adalah Saʿad b. Ibrāhīm b. ʿAbd

al-Raḥmān b. ʿAuf al-Qarashī al-Zuhrī. Ia wafat pada tahun 125 H. Ia

berguru kepada Ḥumaid b. ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf, Abī Salamah, Ibrāhīm

b. ʿAuf dan juga ia memiliki murid yaitu Misʿar b. Kidām b. Ẓuhair b.

ʿUbaidah b. al-Ḥārith al-ʿĀmirī, Sufyān al-Thaurī, Yazīd b. ʿAbd Allāh

b. al-Hād. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Aḥmad b. Ḥanbal menilai thiqah,

Yaḥyā b. Maʿīn menilai thiqah, Abū Ḥātim menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai

thiqah.17

Ḥumaid b. ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf, nama lengkapnya adalah

Ḥumaid b. ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf al-Qarashī al-Zuhrī, ia wafat pada tahun

85 / 105 H di Madinah. Ia berguru kepada ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-Āṣ,

bapaknya yaitu ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf, ʿAbd Allāh b. ʿUmar b. al-Khaṭṭāb

dan juga ia memiliki murid yaitu Saʿad b. Ibrāhīm b. ʿAbd al-Raḥmān b.

15

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 27, 461-468. 16

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 11, 154-169. 17

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 10, 240-246.

Page 65: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

53

ʿAuf , Ṣafwan b. Silaim, Qatādah b. Diʿāmah. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya

adalah al-ʿIjī menilai thiqah, Abū Zarʿah menilai thiqah, Ibn Khirāshī menilai

thiqah, Muḥammad b. ʿUmar menilai thiqah.18

ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-Āṣ, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b.

ʿAmr b. al-Āṣ b. Wā’il b. Hāshim b. Saʿīd b. Saʿad b. Sahm al-Qarashī. Ia

wafat pada tahun 63 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah dan berguru kepada

Nabi SAW, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ʿUmar b. al-Khaṭṭāb dan juga ia memiliki

murid yaitu Ḥumaid b. ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf, Jabīr b. Nufair, al-Shaʿbī.

Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “qāla”. Adapun penilaian

kritikus hadis terhadapnya adalah al-Dhahabī menilai ṣaḥābah.19

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) dan menunjukan ke-thiqah-

an para periwayat, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ṣaḥīḥ.

18

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 7, 378-381. 19

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362.

Page 66: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

54

C. Hadis Ke-3

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

بر سأل رجل رسول الله صلاى الله عليو و آلو وسلام ف قال : ي رسول الله ، ىل بقي عليا من

ستغفار لما، و إن فاذ أب ويا شيء أبر ها بو ب عد و فاتما ؟ قال : ن عم، الصالاة عليهما، و ال

عهدها، و إكرام صديقهما، وصلة الراحم ل ت وصل إلا بما

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz اذإنف , الصلاة لسأ , ,بقي ,ةوصل ,إكرام ,الستغفار ,بر , hadis tersebut hanya ditemukan pada lafaz ةوصل ,بر saja, yaitu sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz بر بر أبوي شيء أبرها بو بعد موتما أ ... من

جو : أدب

Hasil penelusuran dari lafaz ةوصل وصلة الرحم التى ل رحم لك إل من قبلها

، حم

20

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 21. 21

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 1, 159.

Page 67: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

55

وصلة الرحم التى ل توصل إل با

د: أدب

جو : أدب

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Sunan

Ibn Mājah dalam bab al-Ādab, sub-bab 2 karya Ibn Mājah (w. 273 H), kitab

Musnad Aḥmad pada jilid 3, halaman 498 karya Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H),

kitab Sunan Abī Dāwud, dalam bab al-Ādab, sub-bab 120 karya Abī Dāwud

(w. 275 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Sunan Ibn Mājah

ث نا عبد اللا بن إدريس، عن عبد الراحن بن سليمان، ث نا علي بن مماد قال: حدا عن أسيد حدا

نما ن بن ن علي بن عب يد، مول بن ساعدة، عن أبيو، عن أب أسيد مالك بن ربيعة قال: ب ي

، أبق ي من بر عند الناب صلاى الله عليو وسلام إذ جاءه رجل من بن سلمة ف قال: ي رسول اللا

ن عم، الصالاة عليهما، والستغفار لما، وإيفاء »أب ويا شيء أب رها بو من ب عد موتما؟ قال:

«إلا بما بعهودها من ب عد موتما، وإكرام صديقهما، وصلة الراحم الات ل توصل

22

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 7, 223. 23

Abī ‘Abd Allāh Muḥammad b. Yazīd al-Qazwīnī Ibn Mājah (w. 273 H), Sunan Ibn

Mājah (Beirut: Dār al-Jīl, 1998), Jilid 5, 252 -253.

Page 68: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

56

Redaksi hadis dalam kitab Musnad Aḥmad

ث نا عبد الراحن بن الغسيل، قال: حداثن أسيد بن علي ث نا يونس بن مماد، قال: حدا ، عن حدا

، وكان أبيو علي بن عب يد، عن أب أسيد، صاحب رسول الله صلاى الله عليو وسلام وكان بدريا

نما أن جالس عند رسول الله صلاى الله عليو وسلام إذ ج اءه مولىم، قال: قال أبو أسيد: ب ي

، ىل بقي عليا من بر أب ويا شيء ب عد موتما أب رها رجل من النصار، ف قال: ي رسول الله

ام بو؟ قال: " ن عم خصال أرب عة: الصالاة عليهما، والستغفار لما، وإن فاذ عهدها، وإكر

رحم لك إلا من قبلهما، ف هو الاذي بقي عليك من برها ب عد صديقهما، وصلة الراحم الات ل

موتما "

Redaksi hadis dalam kitab Sunan Abī Dāwud

بة، ومماد بن العلاء الم ، وعثمان بن أب شي ث نا إب راىيم بن مهدي ث نا عبد اللا حدا عن قالوا: حدا

ن بن إدريس، عن عبد الراحن بن سليمان، عن أسيد بن علي بن عب يد، مول بن ساعدة ع

نا ن ، قال: ب ي ن عند رسول اللا صلاى الله عليو أبيو، عن أب أسيد مالك بن ربيعة السااعدي

، ىل بقي من بر أب ويا شيء أب رها وسلام: إذ جاءه رجل من بن سلمة، ف قال: ي رسول اللا

غفار لما، وإن فاذ عهدها من ب عدها، ن عم الصالاة عليهما، والست »بو ب عد موتما؟ قال:

«وصلة الراحم الات ل توصل إلا بما، وإكرام صديقهما

24

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 3, 498. 25

Abī Dāwud Sulaimān b. al-Ashʿath al-Sijstānī al-Azdī (w. 275 H), Sunan Abī

Dāwud (Beirut: Dār Ibn Ḥazm, 1997), Jilid 5, 221-222.

Page 69: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

57

w. tt H

2. Skema Sanad Hadis

.

حدثنا حدثنا

قال

w. 11 H

حدثنا

عن

حدثنا حدثنا حدثنا حدثنا

حدثنا

حدثنا

حدثنا

عن

عن

عن

w. 273/275 H

w. 233 H

w. 192 H

w. 172 H

w. tt H

w. 60 H

w. 207 H

w. 241 H w. 225 H w. 239 H w. 248 H

w. 275 H

اللهل و س ر

ب نير بييع ة أ س ي دم اليكي أ بي

ب نيع ب ي د)أ بييهي ي ي (ع لي

ب نيع ب ي د ي ييديب نيع لي أ سي

ان ع ب ديالرح نيب نيس ل ي م

ب ن م مد ع ب د الليب ن إيد رييس ي ون س

ءيال م ع ن ع لييب ن م مد ب ة م مد ب ن ال ع ل ي ش ديي ع ث م ان ب ن أ بي أحد إيب ر اهييم ب ن م ه

أبداود إبنماجه

Page 70: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

58

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur Ibn Mājah

Ibn Mājah, nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Yazīd al-Rābaʿī

Abū ʿAbd Allāh b. Mājah al-Qazwīnī al-Ḥāfi, ia wafat pada tahun 273/275 H.

Ia berguru kepada ʿAlī b. Muḥammad b. Isḥāq, Yūsuf b. Mūsā al-Qaṭṭān,

Muḥammad b. Shādhān al-Wāsiṭī dan juga ia memiliki murid yaitu Jaʿfar b.

Idrīs, Sulaimān b. Yazīd al-Qazwīnī, Ibrāhīm b. Dīnār. Ia menerima hadis

dari gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Abū Yaʿlā al-Khalīlī al-Qazwīnī menilai thiqah kabīr,

muttafaq ʿalaih, al-Ḥāfiẓ.26

ʿAlī b. Muḥammad, nama lengkapnya adalah ʿAlī b. Muḥammad b.

Isḥāq b. Abī Shaddād, ia wafat pada tahun 233 H. Ia berguru kepada ʿAbd

Allāh b. Idrīs, Ibrāhīm b. ʿUyainah, Isḥāq b. Sulaimān al-Rāzī dan juga ia

memiliki murid yaitu Ibn Mājah, Abū Qudāmah al-Qushairī, Jubair b.

Hārūn. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalahIbn Ḥajar menilai thiqah, Abī

Ḥātim menilai thiqah ṣadūq, Ibn Ḥibbān menilai thiqah.27

ʿAbd Allāh b. Idrīs, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b. Idrīs b.

Yazīd b. ʿAbd al-Raḥmān b. al-Aswad b. Ḥujayyah al-Zaʿāfirī, ia wafat pada

tahun 192 H. Ia berguru kepada ʿAbd al-Raḥmān b. Sulaimān al-Ghasīl,

Idrīs b. Yazīd, Ismāʿīl b. Abī Khālid dan juga ia memiliki murid yaitu ʿAlī b.

Muḥammad, Ibrāhīm b.Mahdī, Aḥmad b. Jawwās. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus terhadapnya adalah

26

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 27, 40-42. 27

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 21, 120-122.

Page 71: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

59

Yaḥya b. Maʿīn menilai thiqah, al-Dārimī menilai thiqah, Abī Ḥātim menilai

ḥujjah, thiqah, dan al-Nasā’ī menilai thiqah thabat.28

ʿAbd al-Raḥmān b. Sulaimān, nama lengkapnya adalah ʿAbd al-

Raḥmān b. Sulaimān b. ʿAbd Allāh b. Ḥanẓalah al-Anṣārī Ibn al-Ghasīl, ia

wafat pada tahun 172 H. Ia berguru kepada Asīd b. ʿAlī b. ʿUbaid, Ḥusain b.

Maimūn, ʿĀṣim b. ʿAmr b. Qatādah dan juga ia memiliki murid yaitu ʿAbd

Allāh b. Idrīs, Ibrāhīm b. Abī Wazīr, Aḥmad b. Yaʿqūb al-Masʿūdī. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah Yaḥya b. Maʿīn menilai thiqah, laisa bihi ba‟s, Abū

Zarʿah menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai laisa bi al-Qawī.29

Asīd b. ʿAlī b. ʿUbaid, nama lengkapnya adalah Asīd b. ʿAlī b. ʿUbaid

al-Sā’idī al-Anṣārī. Ia berguru kepada ʿAlī b. ʿUbaid, Abū Usaid dan juga ia

memiliki murid ʿAbd al-Raḥmān b. Sulaimān, Mūsā b. Yaʿqūb al-Zamʿī. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah Ibn Ḥibbān menilai thiqah, al-Bukhārī menilai

thiqah. Penulis tidak menemukan tahun wafatnya.30

Abīhī (ʿAlī b. ʿUbaid), nama lengkapnya adalah ʿAlī b. ʿUbaid Allāh

al-Anṣārī al-Madīnī ia merupakan budak dari Abū Usaid al-Sāʿidī. Ia berguru

kepada Abū Usaid al-Sāʿidī, ʿUbaid Allāh al-Anṣārī dan juga ia memiliki

murid yaitu Asīd b. ʿAlī b. ʿUbaid. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Ibn Ḥibbān menilai thiqah, Ibn Ḥajar menilai maqbūl.

Penulis tidak menemukan tahun wafatnya.31

28

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 14, 293-300. 29

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 17, 154-157. 30

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 3, 243-244. 31

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 21, 56.

Page 72: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

60

Abū Usaid Mālik b. Rabīʿah, nama lengkapnya adalah Mālik b.

Rabīʿah b. al-Badan b. ʿAmr b. ʿAuf b. Ḥarīthah Abū Usaid al-Sāʿidī, ia

wafat pada tahun 60 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah dan berguru kepada

Nabi SAW dan juga ia memiliki murid yaitu ʿAlī b. ʿUbaid, Ibrāhīm b.

Muḥammad b. Ṭalḥah, Zubair b. Abī ʿUbaid. Ia menerima hadis dari gurunya

dengan lafaz “qāla”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Ibn

Ḥajar menilai ṣaḥābah.32

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) kecuali ʿAbd al-Raḥmān b.

Sulaimān al-Ghasīl yang mendapat penilaian negatif (jarḥ) dari al-Nasā’ī

dengan lafaz laisa bi al-Qawī. Meskipun demikian, ʿAbd al-Raḥmān b.

Sulaimān al-Ghasīl juga dinilai positif oleh Yaḥya b. Maʿīn dan Abū Zarʿah

dengan lafaz thiqah. Yaḥya b. Maʿīn dan al-Nasā’ī merupakan kritikus hadis

yang termasuk ke dalam kategori mutashaddid, mereka berbeda pendapat

mengenai penilaian seorang periwayat, dan Abū Zarʿah merupakan kritikus

hadis yang termasuk ke dalam kategori mutawasiṭ. Dikarenakan al-Nasā’ī

termasuk ke dalam kritikus yang mutashaddid dan dia tidak menyebutkan

sebab-sebab dia men-jarḥ dan mayoritas ulama juga menilai taʿdil maka

pendapat yang penulis ambil adalah pendapat Yaḥya b. Maʿīn dan Abū

Zarʿah yang menyatakan bahwa ʿAbd al-Raḥmān b. Sulaimān al-Ghasīl

adalah periwayat yang thiqah. Dengan demikian hadis ini telah memenuhi

persyaratan hadis ṣaḥīḥ dan dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini adalah

ṣaḥīḥ.

32

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362.

Page 73: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

61

D. Hadis Ke-4

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

رضا الله ف رضا الوالدين، و سخط الله ف سخط الوالدين

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz ارض ,سخط ن الوالدي , , hadis tersebut ditemukan pada semua lafaz yaitu sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz ارض

... رضا الرب ف رضا الوالد

ت : بر

Hasil penelusuran dari lafaz سخط

ب ف سخط الوالدو سخط الر

ت : بر

Hasil penelusuran dari lafaz الوالدين

و سخط الرب ف سخط الوالد رضا الرب ف رضا الوالد

ت : بر

33

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 21. 34

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 2, 268. 35

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 2, 440.

Page 74: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

62

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut hanya terdapat di dalam kitab

Sunan al-Tirmidhī yang terdapat di dalam bab al-Birr, sub-bab 3 karya al-

Tirmidhī (w. 279 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Tirmidhī

ث نا شعبة، عن ث نا خالد بن الحارث، قال: حدا ، قال: حدا ث نا أبو حفص عمرو بن علي حدا

ى بن عطاء، عن أبيو، عن عبد الله بن عمرو، عن الناب صلاى اللا عليو وسلام قال: رضى ي عل

الراب ف رضى الوالد، وسخط الراب ف سخط الوالد

36

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 7, 317. 37

Abī ʿĪsā Muḥammad b. ʿĪsā b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī,

321.

Page 75: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

63

عن

حدثنا

w. 11 H

حدثنا

حدثنا

عن

عن

عن

w. 63/65/68 H

w. tt H

w. 120 H

w. 160 H

w. 186 H

w. 249 H

w. 279 H

2. Skema Sanad Hadis اللهل و س ر

رو ع ب داللهب نع م

(ع ط اء)أ بيه

ي ع ل ىب نع ط اء

ش ع ب ة

خ الد ب ن الح ارث

ر وب ن ع لي أ ب وح ف صع م

التمذي

Page 76: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

64

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur al-Tirmidhī

Al-Tirmidhī, nama lengkapnya adalah Muḥammad b. ʿĪsā b. Saurah b.

Mūsā b. al-Ḍaḥāk, ia wafat pada tahun 279 H. Ia berguru kepada Abū Ḥafṣ

ʿAmr b. ʿAlī, Abū Jaʿfar al-Baghdādī, Muḥammad b. Ismāʿīl b. Samurah dan

juga ia memiliki murid yaitu Abū Ḥāmid Aḥmad b. ʿAbd Allāh al-Tājirī,

Muḥammad b. Maḥbūb al-Marwazī, Muḥammad b. Maḥmūd. Ia menerima

hadis dari gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah Ibn Ḥibbān menilai thiqah, al-Dhahabī menilai

thiqah mujmaʿalaih, dan Ibn Ḥajar menilai thiqah ḥāfiẓ .38

Abū Ḥafṣ ʿAmr b. ʿAlī, nama lengkapnya adalah ʿAmr b. ʿAlī b. Baḥr

b. Kunaiz al-Bāhilī, ia wafat pada tahun 249 H. Ia berguru kepada Khālid b.

al-Ḥarīth, Azhar b. Saʿad al-Samān, Ismāʿīl b. ʿUlaiyyah dan juga ia

memiliki murid yaitu al-Tirmidhī, Abū Rauq Aḥmad b. Bakr al-Hizzānī, al-

Ḥasan b. Sufyān. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

“ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Abū

Ḥātim menilai ṣadūq, Ibn Ḥibbān menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah,

ṣaḥīb ḥadīth, ḥāfiẓ.39

Khālid b. al-Ḥarith, nama lengkapnya adalah Khālid b. al-Ḥārith b.

ʿUbaid b. Sulaimān b. ʿUbaid b. Sufyān b. Masʿūd, ia wafat pada tahun 186

H. Ia berguru kepada Shuʿbah b. al-Ḥajjāj, Abān b. Samʿah, Sufyān al-

Thaurī dan juga ia memiliki murid yaitu Abū Ḥafṣ ʿAmr b. ʿAlī, Aḥmad b.

Ḥanbal, Yaḥyā b. Ḥabīb. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

“ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Abī

38

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 26, 250-252. 39

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 22, 162-165.

Page 77: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

65

Ḥātim menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah thabat, Muḥammad b. Saʿad

menilai thiqah.40

Shuʿbah, nama lengkapnya adalah Shuʿbah b. Ḥajjāj b. al-Ward al-

ʿAttakī al-Azdī, ia wafat pada tahun 160 H. Ia berguru kepada Yaʿla b.

ʿAṭā’, Ismāʿīl b. ʿUlaiyyah, Yazīd b. Abī Maryam dan juga ia memiliki

murid yaitu Khālid b. al-Ḥārith, Ibrāhīm b. Saʿad al-Zuhrī, Dāwud b.

Ibrāhīm al-Wāsiṭī.mia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”.

Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Aḥmad b. Ḥanbal

menilai athbat al-Ḥadīth, aḥsan al-Ḥadīth, Muḥammad b. Saʿad menilai

tsiqah ma‟mun, thabat ḥujjah, ṣaḥīḥ ḥadīth dan al-Ajlī menilai thiqah thabat

fī al-Ḥadīth.41

Yaʿla b. ʿAṭā’, nama lengkapnya adalah Yaʿla b. ʿAṭā’ al-Āmirī al-

Quraishī, ia wafat pada tahun 120 H. Ia berguru kepada ayahnya yaitu ʿAṭā’

al-‘Āmirī, Jabīr b. Yazīd b. al-Aswad, al-Qasīm b. ʿAbd Allāh b. Rabīʿah

dan juga ia memiliki murid yaitu Shuʿbah b. al-Ḥajjāj, Ibrāhīm b. ʿAbd al-

Ḥamid, Ḥasan b. ʿUmārah. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

“ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥyā b.Maʿīn

menilai thiqah, Abū Ḥātim menilai ṣāliḥ al-Ḥadīth, Ibn Ḥibbān menilai

thiqah.42

Abīhi ( ʿAṭā’ al-ʿĀmirī ), nama lengkapnya adalah ʿAṭā’ al-ʿĀmiri al-

Ṭā’ifī. Ia berguru kepada ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-ʿĀṣ, ʿAbd Allāh b.

ʿAbbās, Abī ʿAlqamah dan juga ia memiliki murid yaitu anaknya Yaʿla b.

ʿAṭā’. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian

40

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 8, 35-38. 41

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 12, 479-495. 42

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 32, 393-396.

Page 78: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

66

kritikus hadis terhadapnya adalah Ibn Ḥibbān menilai thiqah, Ibn Ḥajar

menilai maqbūl.43

ʿAbd Allāh b. ʿAmr, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b. ʿAmr b.

al-ʿĀṣ b. Wā’il b. Hāshim b. Saʿīd b. Saʿad al-Qarashī, ia wafat pada tahun

63/65/68 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah dan berguru kepada Nabi SAW,

ʿAmr b. al-ʿĀṣ, Abū Bakr al-Ṣiddīq dan juga ia memiliki murid yaitu ʿAṭā’

al-ʿĀmirī, Ḥumaid b. ʿAbd al-Raḥmān b. ʿAuf, Anas b. Mālik. Ia menerima

hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Ibn Ḥajar menilai ṣaḥābah.44

.

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl), hanya saja ʿAṭā’ al-ʿĀmiri

dinilai taʿdīl dengan lafaz maqbūl oleh Ibn Ḥajar, dan penulis menggunakan

pendapat Ibn Hajar dikarenakan Ibn Hajar merupakan seorang kritikus hadis

yang masuk dalam kategori mutawasiṭ sedangkan Ibn Ḥibbān merupakan

kritikus hadis yang masuk dalam kategori mutasahil. Hal yang menunjukan

bahwa ke-thiqah-an dari ʿAṭā’ al-ʿĀmiri kurang sempurna, maka dapat

disimpulkan bahwa sanad hadis ini ḥasan.

43

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 20, 132-134. 44

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362.

Page 79: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

67

E. Hadis Ke-5

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

من الصالاة و الصادقة و الصاوم و الحج و العمرة و الهاد ف سبيل الله بر الوالدين أفضل

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz , لاةالص بر, فضل,اد, ,عمرة ,جهج صدقة,صوم , ح ل سبي hadis tersebut tidak ditemukan. Selanjutnya

penulis melakukan penelitian hadis dengan metode tema menggunakan kitab

Miftaḥ Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck (w. 1358 H)

menggunakan tema اد م ,الحج ,العمرة ,الهو الصلاة ,الصدقة ,الصالرحم , ,البر ,الوالدان hanya saja hadis tersebut tidak ditemukan juga.

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawī

al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut:

Hasil penelusuran menggunakan awal matan بر الوالدين

بر الوالدين أفضل من الصلاة و الصوم

فوائد – تذكرة – : اتحاف – : عر

45

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 21-22.

Page 80: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

68

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab al-

Mughnī ʿan Ḥaml al-Asfār pada jilid 2, halaman 216 karya al-ʿIrāqī (w. 806

H), kitab Itḥāf al-Sādah al-Muttaqīn pada jilid 6, halaman 314 karya al-

Zubaidī (w. 1205 H), kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt di halaman 201 karya

Muḥammad Ṭāhir al-Fatanī (w. 986 H), Kitab al-Fawā‟id al-Majmūʿah fī al-

Ḥadīth al-Mauḍūʿah di halaman 257 karya Muḥammad al-Shaukānī (w. 1250

H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab al-Mughnī ʿan Ḥaml al-Asfār

بر الوالدين أفضل من الصالاة والصاوم والحج والعمرة والهاد

Redaksi hadis dalam kitab Itḥāf al-Sādah al-Muttaqīn

و قال صل الله عليو و سلم بر الوالدين أفضل من الصلاة و الصوم

Redaksi hadis dalam kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt

بر الوالدين أفضل من الصلاة والصوم والحج والعمرة والهاد ف سبيل الله

Redaksi hadis dalam kitab al-Fawā‟id al-Majmūʿah fī al-Aḥadīth al-

Mauḍūʿah

بر الوالدين أفضل من الصلاة والصوم والحج والعمرة والهاد ف سبيل الله

46

Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Al-Nabawī al-Sharīf, Jilid 4, 247. 47

Abū al-Faḍl Zain al-Dīn ‘Abd al-Raḥīm b. Ḥusain b. ‘Abd al-Raḥmān b. Abī Bakr

b. Ibrāhīm al-‘Irāqī, al-Mughnī „an Ḥaml al-Asfār (Beirut: Dâr Ibn Ḥazm, 2005), 679. 48

Muḥammad b. Muḥammad al-Ḥusainī al-Zubaidī, Itḥāf al-Sādah al-Muttaqīn

(Beirut: Mu’assasah al-Tārīkh al-‘Arabī, 1994), Jilid 6, 314. 49

Muḥammad Ṭāhir b. ʿĀlī al-Ṣidāqī al-Hindī al-Fatanī, Tadhkirah al-Mauḍūʿāt (tt:

Idārah al-Ṭabāʿah al-Munīriyyāh, 1924), 201. 50

Muḥammad b. ʿAlī b. Muḥammad al-Shaukānī, al-Fawā‟id al-Majmūʿah fī al-

Aḥādīth al-Mauḍūʿah (Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah, tt), 257.

Page 81: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

69

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

F. Hadis Ke-6

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

بروا آبؤكم، ت ب راكم أب ناءكم

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz وبر تبركم , hadis tersebut

tidak ditemukan. Selanjutnya penulis melakukan penelitian hadis dengan

metode tema menggunakan kitab Miftaḥ Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan

Wensinck (w. 1358 H) menggunakan tema البر ,الوالدان hanya saja hadis

tersebut tidak ditemukan juga.

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Al-

Nabawī al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut:

Hasil penelusuran menggunakan awal matan بروا آبءكم

تبركم أبناءكم و عفوا تعف نساءكمبروا آبءكم

51

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22.

Page 82: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

70

، ، : مجمع – : منثور – ، كنز – : حلية

– تذكرة - : تمهيد – : خط – ، : ترغيب –

– ، : موضوعات – : عدي – : ليء – ، فوائد

: ك

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Ḥilyah

al-Auliyā‟ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā‟ pada jilid 6, halaman 335 karya Abū

Nuʿaim Aḥmad al-Aṣbahānī (w. 430 H), kitab Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-

„Aqwāl wa al-Afʿāl dengan nomor hadis 45476 dan 45477 karya al-Muttaqī

al-Hindī (w. 975 H), Kitab al-Dur al-Manthūr fī Tafsīr al-Maʿthūr pada jilid

4, halaman 175 karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H), kitab Majmaʿ al-

Zawā‟id wa Manbaʿ al-Fawā‟id pada jilid 8, halaman 38, 81 dan dan 139

karya Abū al-Ḥasan al-Haithamī (w. 807 H), kitab al-Targhīb wa al-Tarhīb

min al-Ḥadīth al-Sharīf jilid 3, halaman 492 dan 493 karya ʿAbd al-ʿAẓīm al-

Mundhirī (w. 656 H), kitab Tarīkh Baghdād pada jilid 6, halaman 311 karya

al-Khaṭīb al-Baghdādī (w. 463 H), kitab al-Tamhīd li-mā fī al-Muwwaṭā min

al-Maʿānī wa al-Asānīd jilid 2, halaman 309 karya Abū ʿAmr Yūsuf b.

Muḥammad b. ʿAbd al-Barr (w. 463 H), kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt di

halaman 180 karya Muḥammad Ṭāhir al-Fatanī (w. 986 H), kitab al-Fawā‟id

al-Majmūʿah fī al-Ḥadīth al-Mauḍūʿah di halaman 202 dan 258 karya

Muḥammad al-Shaukānī (w. 1250 H), kitab al-La‟āli al-Maṣnūʿah fī al-

Aḥādīth al-Mauḍūʿah pada jilid 2, halaman 104 karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī

(w. 911 H), kitab al-Kāmil fī Ḍuʿafā‟ al-Rijāl pada jilid 5, dengan nomor

hadis 1850 karya Abū Aḥmad b. ʿAdī al-Jurjānī (w. 465 H) , kitab al-

52

Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Al-Nabawī al-Sharīf, Jilid 4, 248.

Page 83: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

71

Mauḍūʿāt pada jilid 3, halaman 85 dan 107 karya Jamāl al-Dīn al-Jauzī (w.

597 H), dan kitab al-Mustadrak ʿala Ṣaḥīḥain pada jilid 4, halaman 154 karya

al-Ḥākim (w. 405 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Ḥilyah al-Auliyā‟ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā‟

، ث بة الرفاعي ، ث نا علي بن ق ت ي ث نا سليمان بن أحد، ث نا أحد بن داود المكي نا مالك بن حدا

ب روا آبءكم ي ب ركم »ى الله عليو وسلام: أنس، عن أب الزب ي، عن جابر، قال: قال رسول الله صلا

غريب من حديث مالك، عن أب الزب ي ت فراد بو علي بن « أب ناؤكم، وعفوا تعف نساؤكم

بة ق ت ي

Redaksi hadis dalam kitab kitab Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl

wa al-Afʿāl

عن ابن عمر -بروا آبءكم يبركم أبناؤكم، وعفوا تعف نساؤكم. " طس -

بروا آبءكم يبركم أبناؤكم، وعفوا عن النساء تعف نساؤكم، ومن تنصل إليو أخوه فلم -

يقبل فلن يرد على الحوض

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Dur al-Manthūr fī Tafsīr al-Maʿthūr

عن أب ىري رة رضي الله عنو مرفوعا عفوا عن نساء النااس تعف نساؤكم وبروا آبئكم تبركم

أبناؤكم

53

Abū Nuʿaim Aḥmad b. ʿAbd Allāh b. Aḥmad b. Isḥāq b. Mūsā b. Mihrān al-

Aṣbahānī (w. 430 H), Ḥilyah al-Auliyā‟ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā‟ (Mesir: al-Saʿādah, 1974),

Jilid 6, 335. 54

Muttaqī al-Hindī (w. 975 H), Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl wa al-Afʿāl, Jilid

16, 466-467. 55

ʿAbd al-Raḥmān b. Abī Bakr, Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H), al-Dur al-Manthūr

fī Tafsīr al-Ma‟thūr (Beirut: Dār al-Fikr, tt), Jilid 5, 269.

Page 84: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

72

Redaksi hadis dalam kitab kitab Majmaʿ al-Zawā‟id wa Manbaʿ al-

Fawā‟id

: بروا آبءكم ت ب ركم أب ناؤكم، -عليو وسلام صلاى اللا -وعن ابن عمر قال: قال رسول اللا

وعفوا تعفا نساؤكم

عفوا تعفا »قال: -صلاى اللا عليو وسلام -عن الناب -رضي اللا عن ها -وعن عائشة

«ب ركم أب ناؤكم نساؤكم، وبروا آبءكم ت

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth

al-Sharīf

وعن ابن عمر رضي الله عن هما قال قال رسول الله صلى الله عليو وسلم بروا آبءكم تبركم -

أبناؤكم وعفوا تعف نساؤكم

ىري رة رضي الله عنو عن الناب صلى الله عليو وسلم قال عفوا عن نساء النااس تعف وعن أب -

نساؤكم وبروا آبءكم تبركم أبناؤكم ومن أته أخوه متنصلا فليقبل ذلك مقا كان أو مبطلا فإن

لم يفعل لم يرد على الحوض

Redaksi hadis dalam kitab kitab Tarīkh Baghdād

أخبرن أبو جعفر السمناني، أخب رن أبو مماد إساعيل بن الحسي بن علي البخاري الفقيو

ث نا مماد ب ن الزاىد، أخب رن بكر بن مماد بن حدان المروزي، حدثنا ممد بن يونس، حدا

56

Abū al-Ḥasan Nūr al-Dīn ʿAlī b. Abī Bakr b. Sulaimān al-Haithamī (w. 807 H),

Majmaʿ al-Zawā‟id wa Manbaʿ al-Fawā‟id (Kairo: Maktabah al-Qudsī, 1994), Jilid 8, 138. 57

ʿAbd al-ʿAẓīm b. ʿAbd al-Qawī b. ‘Abd Allāh Abū Muḥammad Zakī al-Dīn al-

Mundhirī (w. 656 H), al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth al-Sharīf (Beirut: Dār al-

Kutub al-ʿIlmiyyah, 1997), Jilid 3, 218.

Page 85: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

73

. ث نا مالك بن أنس، عن أب الزب ي عن جابر بن عبد اللا ، حدا قال: قال خالد بن عثمة الحنفي

ل ب روا آبءكم ي ب راكم أب ناؤكم، وعفوا تعفا »رسول اللا صلاى اللا عليو وسلام: نساؤكم ومن ت نص

«إليو ف لم ي قبل لم يرد عليا الحوض

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Tamhīd li-mā fī al-Muwaṭā min al-

Maʿānī wa al-Asānīd

ث نا سعيد بن سيد وعبد اللا بن مماد بن يوسف ق ث نا عبد اللا بن مماد بن علي قال حدا ال حدا

ث نا أبو عبد اللا مماد بن حيد ف ث نا الحسن بن عبد اللا الزب يدي قال حدا الرفاعي قال حدا

ث نا مالك بن أنس عن أب الزب ي عن جابر بن عبد اللا قال قال رسول اللا صلاى اللا عليو حدا

لم يرد على وسلام بروا آبءكم ي ب ركم أب ناؤكم وعفوا تعفا نساؤكم ومن ت نصال اللا ف لم ي قبل

الحوض وىذا حد يث غريب من حديث مالك ول أصل لو ف حديث مالك عندي واللا

أعلم

Redaksi hadis dalam kitab kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt

ل إليو ف لم ي قبل ف لن يرد على بروا آبءكم ت ب ركم أب ناؤكم وعفوا تعف نساؤكم ومن ت نص

الحوض

58

Abū Bakr Aḥmad b. ʿAlī b. Thābit b. Aḥmad b. Mahdī al-Khaṭīb al-Baghdādī (w.

463 H), Tārīkh Baghdād (Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah, 1997), Jilid 6, 308. 59

Abū ʿAmr Yūsuf b. Muḥammad b. ʿAbd al-Barr (w. 463 H), al-Tamhīd limā fī al-

Muwaṭā‟ min al-Maʿānī wa al-Asānīd (Magrib: Wizrah ʿUmūm al-Auqāf wa al-Sha’wan al-

Islāmiyyāh, 1967), Jilid 2, 309. 60

Muḥammad Ṭāhir b. ʿĀlī al-Ṣidāqī al-Hindī al-Fatanī (w. 986 H), Tadhkirah al-

Mauḍūʿāt, 180.

Page 86: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

74

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Fawā‟id al-Majmūʿah fī al-Ḥadīthi

al-Mauḍūʿah

ف إسناده: كذاب- وف لفظ: بروا آبءكم تبركم أبناؤكم وعفوا تعف نساؤكم -

.حديث: "بروا آبءكم، تبركم أبناؤكم -

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-La‟āli al-Maṣnūʿah fī al-Aḥādīth al-

Mauḍūʿah

ث نا عثمان بن مماد بن بشر )الطيب( أن بأن أبو الحسن مماد بن طلحة النعالي، حدا

بة ث نا علي بن ق ت ي ث نا مماد بن يونس الكديمي حدا ث نا مالك بن السقطي حدا الرفاعي حدا

أنس عن أب الزبي عن جابر قال قال رسول الله: ب روا آبءكم ت ب راكم أب ناؤكم وعفوا تعف

.نساؤكم ومن ي ت قبال ف لم ي قبل ف لن يرد على الحوض

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Kāmil fī Ḍuʿafā‟ al-Rijāl

ثنا أحد بن داود .علي بن قتيبة الرفاعي منكر الحديث ث نا يوسف بن الحجاج، حدا حدا

ثنا مالك بن أنس، عن أب الزب ي عن جابر ثنا علي بن قتيبة الرفاعي، حدا ، قال: حدا المكي

عليو وسلام قال: ب روا آبءكم ت ب راكم أب ناؤكم وعفوا تعفا نساؤكم ل عن الناب صلاى اللا ، ومن ت نص

إليو ف لم ي قبل لم يرد علي الحوض

61

Muḥammad b. ʿAlī b. Muḥammad al-Shaukānī (w. 1250 H), al-Fawā‟id al-

Majmūʿah fī al-Aḥādīthi al-Mauḍūʿah, 202-208 62

‘Abd al-Raḥmān b. Abū Bakr Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H), al-La‟āli al-

Maṣnūʿah fī al-Aḥādīth al-Mauḍūʿah (Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah, 1996), Jilid 2, 161. 63

Abū Aḥmad b. ʿAdī al-Jurjānī (w. 365 H), al-Kāmil fī Ḍuʿafā‟ al-Rijāl (Beirut: Dār

al-Kutub al-ʿIlmiyyah, 1997), Jilid 6, 354.

Page 87: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

75

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Mauḍūʿāt

ر فأن بأن ابن نصر أنبأن عبد الله بن علي الآب نوسي أن بأن عمر ابن مماد بن وأما حديث جاب

ث نا مماد ب ن يونس عبد الله الناجاار أن بأن أبو نصر بن شاذان إب راىيم بن مماد بن عرفة حدا

ث ن ث نا مالك عن أب الزب ي عن جابرحدا بة حدا ابن عبد الله قال قال رسول الله ا علي بن ق ت ي

عليو وسلام: " بروا آبءكم يبركم أبناؤكم وعفوا تعف نساؤكم " صلاى اللا

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Mustadrak ʿala Ṣaḥīḥain

قااق المدانيا ث نا أبو جعفر أحد بن عب يد السدي الحافظ، وعبدان بن يزيد الدا ان، بمدان حدا

بة الرفا ، ث نا مالك بن أنس، عن أب قال: ث نا إب راىيم بن الحسي بن ديزيل، ث نا علي بن ق ت ي عي

ب روا آبءكم ت ب راكم »الزب ي، عن جابر، رضي اللا عنو قال: قال رسول اللا صلاى الله عليو وسلام:

ل إليو ف لم ي قبل لم يرد عليا الحوض أب ناؤكم وعفوا عن نساء النااس تعفا نساؤكم و «من ت نص

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

64

Jamāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān b. ʿAlī b. Muḥammad al-Jauzī (w. 597 H), al-

Mauḍūʿāt (Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1968), Jilid 3, 107. 65

Abū ʿAbd Allāh al-Ḥākim (w. 405 H), al-Mustadrak ʿala Ṣaḥīḥain (Beirut: Dār al-

Kutub al-ʿIlmiyyah, 1990), Jilid 4, 171.

Page 88: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

76

G. Hadis Ke-7

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

ر الله من ها، ما شاء إل ي وم القيامة، إلا عقوق الوالدين، فإنا الله ن وب ي ؤخ لو كل الذ ي عج

لصاحبو ف الحياة ق بل الممات

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz ةالقيام ,يؤخر ,الذنوب , ن الوالدي ,عقوق hadis tersebut tidak ditemukan. Selanjutnya ,الممات ,يعجلو ,

penulis melakukan penelitian hadis dengan metode tema menggunakan kitab

Miftaḥ Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck (w. 1358 H)

menggunakan tema ن الوالدي ,القيامة ,الذنوب hanya saja hadis عقوق ,الممات ,

tersebut tidak ditemukan juga.

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawī

al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut:

66

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22.

Page 89: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

77

Hasil penelusuran menggunakan awal matan كل الذنوب

كل الذنوب يؤخر الله منها ما شاء إل يوم القيامة إل عقوق الوالدين

: ، : منثور

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut hanya terdapat di dalam kitab

al-Dur al-Manthūr fī Tafsīr al-Maʿthūr pada jilid 3, halaman 331 dan jilid 4,

halaman 173 karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H). Berikut adalah redaksi

di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Dur al-Manthūr fī Tafsīr al-Maʿthūr

ىب والب ي هقي والطاب راني والرائطي ف مساوئ الخلاق من وأخرج الحاكم وصححو وتعقبو الذا

طريق بكار بن عبد العزيز بن أب بكرة عن أبيو عن جده أب بكرة عن الناب صلى الله عليو

ال: كل الذنوب ي ؤخر الله من ها ما شاء إل ي وم القيامة إلا عقوق الوالدين فإناو يعجلو وسلم ق

لصاحبو ف الحياة قبل الممات ومن راي راي الله بو ومن سع سع الله بو

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

67

Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Al-Nabawī al-Sharīf, Jilid 6, 420. 68

ʿAbd al-Raḥmān b. Abī Bakr Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H), al-Dur al-Manthūr

fī Tafsīr al-Ma‟thūr, Jilid 5, 267.

Page 90: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

78

H. Hadis Ke-8

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

اء الناب لماتو دعاء الوالد لولده، كدع

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz الوالد ,دعاء hadis tersebut

tidak ditemukan. Selanjutnya penulis melakukan penelitian hadis dengan

metode tema menggunakan kitab Miftaḥ Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan

Wensinck (w. 1358 H) menggunakan tema الوالد ,دعاء hanya saja hadis

tersebut tidak ditemukan juga.

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawī

al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut.

Hasil penelusuran menggunakan awal matan دعاء الوالد

دعاء الوالد لولده مثل دعاء النب لمتو

: تنزيو – : خفا – تذكرة – : موضوعات – كنز

69

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 23. 70

Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Al-Nabawī al-Sharīf, Jilid 5, 17.

Page 91: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

79

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Kanz

al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl wa al-Afʿāl dengan nomor hadis 3313 karya

al-Muttaqī al-Hindī (w. 975 H), kitab al-Mauḍūʿāt jilid 2, halaman 87 karya

Jamāl al-Dīn al-Jauzī (w. 597 H), kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt di halaman

220 karya Muḥammad Ṭāhir al-Fatanī (w. 986 H), kitab Kashf al-Khafā‟ wa

Muzīl al-Ilbās pada jilid 1, halaman 487 karya Ismāʿīl al-ʿAjlūnī (w. 1162 H ),

kitab Tanzīh al-Sharī al-Marfūʿah ʿan al-Akhbār al-Shanīʿah al-Mauḍūʿah

pada jilid 2, halaman 282 karya Nūr al-Dīn ʿAlī al-Kanānī (w. 963 H).

Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab kitab Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl

wa al-Afʿāl

دعاء الوالد لولده كدعاء النب لمتو". "فر عن أنس

Redaksi hadis dalam kitab kitab al-Mauḍūʿāt

سعيد العطاار عن سعيد أب حبيب عن يزيد الراقاشي عن ن روى يي ب بب دعاء الوالد لولده

عليو وسلام: " دعاء الوالد لولده مثل دعاء الناب ل قال ." ماتوأنس قال قال رسول الله صلاى اللا

يث بطل منكر، وسعيد ليس حديثو بشئأحد بن حن بل: ىذا حد

Redaksi hadis dalam kitab kitab Tadhkirah al-Mauḍūʿāt

قال أحد بطل« دعاء الوالد لولده مثل دعاء الناب لمتو»

71

Muttaqī al-Hindī (w. 975 H), Kanz al-„Ummāl fī Sunan al-„Aqwāl wa al-Afʿāl, Jilid

2, 98. 72

Jamāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān b. ʿAlī b. Muḥammad al-Jauzī (w. 597 H), al-

Mauḍūʿāt, Jilid 3, 87. 73

Muḥammad Ṭāhir b. ʿĀlī al-Ṣidāqī al-Hindī al-Fatanī (w. 986 H), Tadhkirah al-

Mauḍūʿāt, 202.

Page 92: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

80

Redaksi hadis dalam kitab kitab Kashf al-Khafā‟ wa Muzīl al-Ilbās

( موضوع: رقم) الوالد لولده كدعاء النب لمتودعاء

Redaksi hadis dalam kitab kitab Tanzīh al-Sharī al-Marfūʿah ʿan al-

Akhbār al-Shanīʿah al-Mauḍūʿah

ب سعيد بن حبيلماتو )رواه يي بن سعيد القطاان( عن دعاء الوالد لولده مثل دعاء الناب

الزدي وىو مجهول عن يزيد الرقاشي عن أنس قال أحد بن حن بل حديث بطل منكر وسعيد

ليس بشيء

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

I. Hadis Ke-9

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

، من أحق النااس بس ن جاء رجل إل رسول اللا صلاى الله عليو وسلام ف قال: ي رسول اللا

قال: ثا « ثا أمك »قال: ثا من؟ قال: « ثا أمك »من؟ قال: قال: ثا « أمك »صحابت؟ قال:

«ثا أبوك »من؟ قال:

74

Ismāʿīl b. Muḥammad b. ‘Abd al-Hādī al-Jarāḥī al-ʿAjlūnī al-Dimashqī Abū al-

Fadā’ (w. 1162 H), Kashf al-Khafā‟ wa Muzīl al-Ilbās (tt: Maktabah al-ʿIṣriyyah, 2000), Jilid

1, 463. 75

Nūr al-Dīn ʿAli b. Muḥammad b. ʿAlî b. ‘Abd al-Raḥmān Ibn ʿIrāqi al-Kanānī (w.

963 H), Tanzīh al-Sharī al-Marfūʿah ʿan al-Akhbār al-Shanīʿah al-Mauḍūʿah (Beirut: Dār

al-Kutub al-ʿIlmiyyah, 1979), Jilid 2, 282. 76

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 21.

Page 93: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

81

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz ن حس ,أحق , جاء , تصحاب hadis tersebut hanya ditemukan pada lafaz أب ,أم ,صحابت ,saja أب ,

yaitu sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz تصحاب من أحق بسن صحابت

خ: أدب

م: بر

Hasil penelusuran dari lafaz أب

من أحق بسن صحابت قال أمك ... ث أبوك

خ: أدب

م: بر

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Ṣaḥīḥ

al-Bukhārī dalam bab 6 yaitu bab al-Ādab karya al-Bukhārī (w. 256 H) dan

kitab Ṣaḥīḥ Muslim dalam bab al-Birr dengan nomor hadis 1 karya Muslim

(w. 261 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut

77

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 1, 6. 78

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 1, 6.

Page 94: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

82

Redaksi hadis dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī

ث نا جرير، عن عمارة بن القعقاع بن شب رمة، عن أب زرعة، بة بن سعيد، حدا ث نا ق ت ي أب عن حدا

، ىري رة رضي اللا عنو قال: جاء رجل إل رسول اللا صلاى الله عليو وسلام ف قال: ي رسو ل اللا

من؟ قال: ثا « ثا أمك »قال: ثا من؟ قال: « أمك »من أحق النااس بسن صحابت؟ قال:

ث نا أبو « ثا أبوك »قال: ثا من؟ قال: « ثا أمك »قال: وقال ابن شب رمة، ويي بن أيوب: حدا

زرعة مث لو

Redaksi hadis dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim

يل بن ط بة بن سعيد بن ج ث نا ق ت ي ث نا جرير، عن حدا ، وزىي ر بن حرب، قال: حدا ريف الث اقفي

عليو عمارة بن القعقاع، عن أب زرعة، عن أب ىري رة، قال: جاء رجل إل رسول الله صلاى الله

« ثا أمك »قال: ثا من؟ قال: « أمك »سن صحابت؟ قال: وسلام، ف قال: من أحق النااس ب

بة: من أحق « ثا أبوك »قال: ثا من؟ قال: « ثا أمك »قال: " ثا من؟ قال: وف حديث ق ت ي

بسن صحابت ولم يذكر النااس

79

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 4, 86. 80

Muslim b. al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairī al-Naisābūrī (w. 261 H), Ṣaḥīḥ

Muslim, 1186.

Page 95: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

83

Berdasarkan pembatasan masalah, hadis yang diteliti hanya yang

bersumber dari al-Kutub al-Tisʿah saja selain Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Ṣaḥīḥ

Muslim, karena kedua kitab tersebut sudah pasti status ke-Ṣaḥīḥ-an sanadnya.

J. Hadis Ke-10

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

، وعقوق الوالدين ا الكبائر ر أكب لشراك بللا

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz عقوق ،لشراكا ،أكبر، ن الوالدي hadis tersebut hanya ditemukan pada lafaz لشراكا ،أكبر saja, yaitu

sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz أكبر

ألكبائر، إن من ] أكبر [ الكبائر ] الشرك، الشراك ب لله و [ عقوق الوالدين

"، استتابة ، ، إيمان خ: أدب

، ، ،ت: تفسي سورة

، قسامة ن: تحريم

دى: ديت

، ، "، ، حم:

81

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22.

Page 96: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

84

Hasil penelusuran dari lafaz الشراك

الشراك ب لله ...... الكبائر...

، استتابة ، ، إيمان ، شهادات ، ديت ، استئذان خ: أدب

م: إيمان

، ، ، ، تفسي سورة ت: بر

، قسامة ن: تحريم

دى: ديت

، ، ، حم:

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Ṣaḥīḥ

al-Bukhārī dalam bab 6 yaitu bab al-Ādab, bab 16 yaitu bab al-Īmān, bab 1

yaitu bab istitābah, bab 35 yaitu bab isti’dhān, bab 2 yaitu bab diyāt, dan bab

10 yaitu bab shahādāt karya al-Bukhārī (w. 256 H), kitab Ṣaḥīḥ Muslim di

dalam bab al-Īmān, nomor hadis 143 karya Muslim (w. 261 H), Sunan al-

Tirmidhī dalam bab tafsīr sūrah ke-4, hadis ke-4, 5, dan 6, dan dalam bab al-

Birr, sub-bab 4 karya al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Nasā’ī dalam bab

taḥrim, sub-bab 3 dan bab qisāmah, sub-bab 48 karya al-Nasā’ī (w. 303 H),

Sunan al-Dārimī dalam bab diyāt, sub-bab 9 karya al-Dārimī (w. 255 H),

Musnad Aḥmad pada jilid 2, halaman 201, 214, dan jilid 3, halaman 495 dan

82

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

(Leiden: Maktabah Brīl, 1936), Jilid 5, 516. 83

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

(Leiden: Maktabah Brīl, 1936), Jilid 3, 109.

Page 97: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

85

jilid 5, halaman 36, 38, dan 413 karya Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H). Berikut

adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī

، عن ع ، عن الريري ث نا خالد الواسطي ثن إسحاق، حدا بد الراحن بن أب بكرة، عن أبيو حدا

عنو قال: قال رسول اللا صلاى الله عليو وسلام: ق لنا: ب لى « أل أن بئكم بكبر الكبائر »رضي اللا

، وعقوق ، قال: " الشراك بللا الوالدين، وكان متاكئا فجلس ف قال: أل وق ول ي رسول اللا

الزور، وشهادة الزور، أل وق ول الزور، وشهادة الزور " فما زال ي قولا، حتىا ق لت: ل

يسكت

ث نا بش ، حدا ث نا علي بن عبد اللا ث نا الريري، عن عبد الراحن بن أب حدا فضال، حدار بن الم

قالوا: « أل أخبركم بكبر الكبائر »بكرة، عن أبيو، قال: قال رسول اللا صلاى الله عليو وسلام:

، قال: ، وعقوق الوالدين »ب لى ي رسول اللا «الشراك بللا

، ث نا شعبة، عن فراس، عن الشاعب ث نا مماد بن جعفر، حدا ثن مماد بن بشاار، حدا عن حدا

، وعقوق عبد اللا بن عمرو، عن الناب صلاى الله عليو وسلام ، قال: " الكبائر: الشراك بللا

84

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 4, 87-88. 85

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 4, 146.

Page 98: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

86

ث نا شعبة، قال: " -أو قال: -الوالدين، اليمي الغموس " شكا شعبة وقال معاذ، حدا

، واليمي الغموس، وعقوق الوالدين، أو قال: وق تل الن افس " الكبائر: الشراك بللا

ث نا ش لك بن إب راىيم، قال: حداع وىب بن جرير، وعبد الم ث نا عبد اللا بن مني، س عبة، عن حدا

عنو ، قال: سئل الناب صلاى الله عليو وسلام عب يد اللا بن أب بكر بن أنس، عن أنس رضي اللا

، وعقوق الوالدين، وق تل الن افس، وشهادة الزور »عن الكبائر، قال: تب عو «الشراك بللا

غندر، وأبو عامر، وب هز، وعبد الصامد، عن شعبة

عت الشاع ث نا فراس، قال: س ث نا مماد بن مقاتل، أخب رن الناضر، أخب رن شعبة، حدا با، عن حدا

، وعقوق عبد اللا بن عمرو، عن الناب صلاى الله عليو وسلام قال: " الكبائر: الشراك بللا

"الوالدين، وق تل الن افس، واليمي الغموس

ث ثن ق يس بن حفص، حدا ث نا الريري، ح وحدا فضال، حداث نا بشر بن الم ث نا مسداد، حدا نا حدا

إساعيل بن إب راىيم، أخب رن سعيد ا ث نا عبد الراحن بن أب بكرة، عن أبيو رضي اللا لريري، حدا

، وعقوق الو الدين، عنو، قال: قال الناب صلاى الله عليو وسلام: " أكب ر الكبائر: الشراك بللا

86

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 4, 266. 87

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 2, 251. 88

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī ,

Jilid 4, 224.

Page 99: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

87

تو -ثلاث -هادة الزور وشهادة الزور، وش أو: ق ول الزور " فما زال يكررىا حتىا ق لنا: لي

سكت

Redaksi hadis dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim

ث نا إساعيل ابن ثن عمرو بن مماد بن بكي بن مماد النااقد، حدا ، حدا علياة، عن سعيد الريري

ث نا عبد الراحن بن أب بكرة، عن أبيو، قال: كناا عند رسول الله صلاى الله عليو وس لام ف قال: حدا

شراك بلله »ثلاث « أل أن بئكم بكبر الكبائر؟» أو ق ول -، وعقوق الوالدين، وشهادة الزور ال

تو « -الزور وكان رسول الله صلاى الله عليو وسلام متاكئا، فجلس فما زال يكررىا حتىا ق لنا: لي

سكت

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Tirmidhī

ث نا الريري، عن عبد الرا ح فضال قال: حداث نا بشر بن الم ث نا حيد بن مسعدة قال: حدا حن بن دا

« كبر الكبائر؟أل أحدثكم ب »أب بكرة، عن أبيو قال: قال رسول اللا صلاى اللا عليو وسلام:

، قال: ، وعقوق الوالدين »قالوا: ب لى ي رسول اللا ، قال: وجلس وكان متاكئا، «الشراك بللا

وسلام ي قولا حتىا ، فما زال رسول اللا صلاى اللا عليو «وشهادة الزور، أو ق ول الزور »ف قال:

89

Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāīl al-Bukhārī (w. 256 H), Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

Jilid 2, 278. 90

Muslim b. al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairī al-Naisābūrī (w. 261 H), Ṣaḥīḥ

Muslim, 54.

Page 100: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

88

تو سكت وف الباب عن أب سعيد: ىذا حديث حسن صحيح وأبو بكرة اسو ن فيع بن ق لنا لي

الحارث

فضال قال: حدا ث نا بشر بن الم ث نا حيد بن مسعدة قال: حدا ث نا الريري، عن عبد الراحن بن حدا

؟ «أل أحدثكم بكبر الكبائر »أب بكرة، عن أبيو، قال: قال رسول اللا صلاى اللا عليو وسلام:

، قال: ،»قالوا: ب لى ي رسول اللا قال: وجلس وكان متاكئا « وعقوق الوالدين الشراك بللا

قال: فما زال رسول اللا صلاى اللا عليو وسلام -« ق ول الزور »أو -« وشهادة الزور »قال:

تو سكت: «يب صحيح ىذا حديث حسن غر »ي قولا حتىا ق لنا لي

ث نا اللايث بن سعد، عن ىشام ث نا يونس بن مماد قال: حدا ث نا عبد بن حيد قال: حدا بن حدا

، عن أب أمامة النصار فذ الت ايمي ، عن عبد اللا سعد، عن مماد بن زيد بن مهاجر بن ق ن ي

، قال: قال رسول اللا صلاى اللا عليو وسلام: رك »بن أن يس الهن إنا من أكبر الكبائر الش

، وعقوق الوالدين، واليمي الغموس، وما حلف حالف بللا يمي صبر، فأدخل فيها مثل بللا

وأبو أمامة النصاري ىو: ابن ث علبة، «. جناح ب عوضة إلا جعلت نكتة ف ق لبو إل ي وم القيامة

لام أحاديث. وىذا حديث حسن ول ن عرف اسو، وقد روى عن الناب صلاى اللا عليو وس

غريب

91

Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Îsa b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī,

321. 92

Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Îsa b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī,

481. 93

Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Îsa b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī,

481.

Page 101: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

89

ث نا شعبة، عن فراس، عن ث نا مماد بن جعفر قال: حدا ث نا مماد بن بشاار قال: حدا حدا

عل ، عن عبد اللا بن عمرو، عن الناب صلاى اللا ، الشاعب يو وسلام قال: " الكبائر: الشراك بللا

«ىذا حديث حسن صحيح »شكا شعبة: « اليمي الغموس »وعقوق الوالدين " أو قال:

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Nasā‟ī

ث نا فراس قال: أخب رني عبدة بن عبد الراحيم ق ال: أن بأن ابن شيل قال: أن بأن شعبة قال: حدا

عت الشاعبا، عن عبد اللا بن عمرو، عن الناب صلاى الله عليو وسلام قال: " الكبائر : س

، وعقوق ا شراك بللا لوالدين، وق تل الن افس، واليمي الغموس "ال

ث نا شعبة، عن عب يد اللا بن أخب رن إسحق بن إب راىيم، قال: أن بأن الناضر بن شيل، قال: حدا

عت أنس أب ول اللا صلاى الله عليو وسلام: ح وأخب رن مماد بن ي قول: قال رس بكر، قال: س

ث نا شعبة، عن عب يد اللا بن أب بكر، عن أنس، ث نا خالد قال: حدا عن عبد العلى قال: حدا

، وعقوق الوالدين، وق تل الن افس، وق ول الناب صلاى الله عليو وسلام قال: رك بللا " الكبائر: الش

الزور "

94

Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Îsa b. Saurah al-Tirmidhī (w. 279 H), Sunan al-Tirmidhī,

481. 95

Abū ʿAbd al-Raḥmān Aḥmad b. Shuʿaib al-Nasā’ī (w. 303 H), Sunan al-Nasā‟i,

(Beirut: Dār al-Maʿrifah, tt), Jilid 4, 102-103. 96

Abū ʿAbd al-Raḥmān Aḥmad b. Shuʿaib al-Nasā’ī (w. 303 H), Sunan al-Nasā‟i,

Jilid 4, 434.

Page 102: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

90

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Dārimī

ث نا شعبة، عن فراس ث نا مماد بن جعفر، حدا ، عن أخب رن مماد بن بشاار، حدا ، عن الشاعب

، وعقوق »عبد اللا بن عمرو، عن الناب صلاى الله عليو وسلام قال: شراك بللا الكبائر ال

«الوالدين، وق تل الن افس شعبة الشااك أو اليمي الغموس

Redaksi hadis dalam kitab Musnad Aḥmad

، ث نا شعبة، عن فراس، عن الشاعب ث نا مماد بن جعفر، حدا عن عبد الله بن عمرو، عن حدا

شراك بلله عزا وج لا، وعقوق الوالدين، أو الناب صلاى الله عليو وسلام أناو قال: " الكبائر: ال

واليمي الغموس " -شعبة الشااك -ق تل الن افس

ث نا سعد بن إب راىيم، عن حيد بن عبد الراح ث نا حااد بن سلمة، حدا ث نا عفاان، حدا ن بن حدا

د الله بن عمرو، أنا رسول الله صلاى الله عليو وسلام قال: " إنا أكب ر الكبائر عوف، عن عب

، ف يسب أبه، يسب الراجل الراجل : وما عقوق الوالدين؟ قال: " والدين "، قال: قيل عقوق ال

، ف يسب أماو "ويسب أماو

ث ن ث نا ليث، عن ىشام بن سعد، عن مماد بن زيد بن ا يونس بن مماد حدا ، قال: حدا

، عن أب أمامة فذ الت ايمي ، عن عبد الله بن أن يس ا المهاجر بن ق ن ، قال: قال النصاري لهن

رك بلله، وعقوق الوالدين ، واليمي رسول الله صلاى الله عليو وسلام: " إنا من أكبر الكبائر: الش

97Abū Muḥammad ʿAbd Allāh b. ʿAbd al-Raḥmān b. al-Faḍl b. Bahrām al-Dārimī (w.

255 H), Sunan al-Dārimī, (Riyadh: Dār al-Mughnī, 2000), Jilid 3, 1525. 98

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 201. 99

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 214.

Page 103: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

91

ح ب عوضة، إلا جعلو الله الغموس، وما حلف حالف بلله يمينا صب را، فأدخل فيها مثل جنا

نكتة ف ق لبو إل ي وم القيامة "

ث نا عبد الراحن بن أب بكرة، عن أبيو، قال:، ث نا الريري، حدا ث نا إساعيل، حدا قال و حدا

كم بكبر الكبائر ا عند الناب صلاى الله عليو وسلام، ف قال: " أل أن بئ : كناا جلوس إساعيل مراة

شراك بلله. . شراك بلله، ال "، قال: وذكر الكبائر عند الناب صلاى الله عليو وسلام، ف قال: " ال

ق الوالدين "، وكان متاكئا فجلس، وقال: " وشهادة الزور، وشهادة الزور، وشهادة الزور وعقو

زال رسول الله صلاى الله عليو وسلام يكررىا حتىا ، وشهادة الزور "، فما"، أو " ق ول الزور

تو سكت ق لنا: لي

ث نا عبد الراحن بن أب بكرة، عن ث نا الريري، حدا ث نا إساعيل بن إب راىيم، حدا أبيو، قال: حدا

ش راك بلله، وعقوق الوالدين "، وكان ذكر الكبائر عند الناب صلاى الله عليو وسلام، ف قال: " ال

الزور، وشهادة الزور متاكئا فجلس، ف قال: " وشهادة

100

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 3, 495. 101

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 5, 36. 102

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 5, 38.

Page 104: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

92

ثن بي بن سعد، عن خالد ث نا بقياة، حدا ث نا حي وة بن شريح، حدا ث نا المقرئ، حدا بن حدا

، أنا أب أيوب حداثو، أنا رسول الله صلاى الله عليو و ث نا أبو رىم السامعي سلام قال: معدان، حدا

ئا، ويقيم الصالاة، وي ؤت الزاكاة، ويصوم ر مضان، ويتنب " من جاء ي عبد الله ل يشرك بو شي

شراك بلله، وق تل الن افس ال مسلمة، الكبائر، فإنا لو الناة "، وسألوه: ما الكبائر؟ قال: " ال

وفرار يوم الزاحف "

103

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 5, 413.

Page 105: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

93

2. Skema Sanad Hadis

Page 106: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

94

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur al-Nasā’ī

Al-Nasā’ī, nama lengkapnya adalah Aḥmad b. Shuʿaib b. ʿAlī b. Sinān

b. Baḥr b. Dīnār, ia wafat pada tahun 303 H. Ia berguru kepada ʿAbdah b.

ʿAbd al-Raḥīm, Aḥmad b. Naṣr al-Naisābūrī, Abī Shuʿaib Ṣāliḥ b. Ziād dan

juga ia memiliki murid yaitu Ibrāhīm b. Isḥāq, Abū Aḥmad ʿAbd Allāh b.

ʿAdī al-Jurjānī, Abū al-Qāsim Sulaimān b. Aḥmad b. Ayūb al-Ṭabrānī. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “akhbaranī”. Adapun penilaian

kritikus hadis terhadapnya adalah Ibn Muḥammad b. Salāmah al-Ṭaḥāwī

menlai A‟immah al-Muslimīn, Abū ʿAlī al-Ḥāfiẓ menilai imām fī al-Ḥadīth,

Abū Saʿīd b. Yūnus menilai imām fī al-Ḥadīth, thiqah thabat, al-Ḥāfiẓ.104

ʿAbdah b. ʿAbd al-Raḥīm, nama lengkapnya adalaha ʿAbdah b. ʿAbd

al-Raḥīm b. Ḥassān al-Marwazī, ia wafat pada tahun 244 H. Ia berguru

kepada al-Naḍir b. Shumail, Ibrāhīm b. ʿUyainah, Sufyān b. ʿUyainah dan

juga ia memiliki murid yaitu al-Nasā’ī, al-Bukhārī, Abū al-ʿAbbās Aḥmad b.

ʿAlī al-Jauharī. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “anba‟anā”.

Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Abū Ḥātim menilai

ṣadūq, Aḥmad b. Ḥanbal menilai shaikh ṣāliḥ, al-Nasā’ī menilai thiqah, Ibn

Ḥibbān thiqah.105

Al-Naḍir b. Shumail, nama lengkapnya adalah al-Naḍir b. Shumail al-

Māzinī, ia wafat pada tahun 203 H. Ia berguru kepada Shuʿbah b. al-Ḥajjāj,

Isrā’īl b. Yūnus, Ismāʿīl b. Abī Khālid dan juga ia memiliki murid yaitu

ʿAbdah b. ʿAbd al-Raḥīm, Aḥmad b. Abī Rajā’, ʿAbd Allāh b. ʿAbd al-

Raḥmān al-Dārimī. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

104

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 1, 328-340. 105

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 18, 539-541.

Page 107: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

95

“anba‟anā”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥya b.

Maʿīn menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah, Abū Ḥātim menilai thiqah.106

Shuʿbah, nama lengkapnya adalah Shuʿbah b. Ḥajjāj b. al-Warad al-

ʿAttakī al-Azdī, ia wafat pada tahun 160 H. Ia berguru kepada, Firās b.

Yaḥyā al-Hamdānī, Ismāʿīl b. ʿUlaiyyah, Yazīd b. Abī Maryam dan juga ia

memiliki murid yaitu al-Naḍir b. Shumail, Ibrāhīm b. Saʿad al-Zuhrī,

Dāwud b. Ibrāhīm al-Wāsiṭī.mia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

“ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Aḥmad

b. Ḥanbal menilai athbat al-Ḥadīth, aḥsan al-Ḥadīth, Yaḥya b. Maʿīn menilai

imām al-Muttaqīn, Muḥammad b. Saʿad menilai tsiqah ma‟mun, thabat

ḥujjah, ṣaḥīḥ ḥadīth dan al-Ajlī menilai thiqah thabat fī al-Ḥadīth.107

Firās, nama lengkapnya adalah Firās b. Yaḥyā al-Hamdānī al-Khārifī,

ia wafat pada tahun 129 H. Ia berguru kepada al-Shaʿbī, Ibrāhīm al-Tamīmī,

Dhakwān Abī Ṣāliḥ al-Sammān dan juga ia memiliki murid yaitu Shuʿbah,

Ismāʿīl b. Abī Khālid, Zakariā b. Abī Zā’idah. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “samiʿtu”. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Aḥmad b. Ḥanbal menilai thiqah, Yaḥya b. Maʿīn

menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah, Ibn Ḥibbān menilai thiqah.108

al-Shaʿbī, nama lengkapnya adalah ʿĀmir b. Sharāḥīl al-Shaʿbī, ia

wafat pada tahun 103/104 H. Ia berguru kepada ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-

Āṣ, Anas b. Mālik, Jābir b. Samurah dan juga ia memiliki murid yaitu Firās

b. Yaḥyā, Ibrāhīm b. Muhājir, Ismāʿīl b. Abī Khālid. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya

106

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 29, 379-384.. 107

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 12, 479-495. 108

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 23, 152-154

Page 108: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

96

adalah Yaḥya b. Maʿīn menilai thiqah, Abū Zarʿah menilai thiqah, Isḥāq b.

Manṣūr menilai thiqah.109

ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-Āṣ, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b.

ʿAmr b. al-Āṣ b. Wā’il b. Hāshim b. Saʿīd b. Saʿad b. Sahm al-Qarashī. Ia

wafat pada tahun 63 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah dan berguru kepada

Nabi SAW, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ʿUmar b. al-Khaṭṭāb dan juga ia memiliki

murid yaitu al-Shaʿbī, Jabīr b. Nufair, al-Shaʿbī. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya

adalah al-Dhahabī menilai ṣaḥābah.110

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) dan menunjukan ke-thiqah-

an para periwayat, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini ṣaḥīḥ.

K. Hadis Ke-11

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

دىا عاق ، ول إيكم وعقوق الوالدين، فإنا ريح الناة ي وجد من مسي رة ألف عام، والله ل ي

قاطع رحم

109

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 14, 28-40. 110

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362. 111

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22.

Page 109: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

97

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink, menggunakan lafaz يوجد ,ريح ,الوالدين ,عقوق ,إيكم, hadis tersebut tidak ditemukan. Selanjutnya penulis رحم ,قاطع ,مسية

melakukan penelitian hadis dengan metode tema menggunakan kitab Miftaḥ

Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck menggunakan tema البر ,الوالدان, hanya saja hadis tersebut tidak ditemukan ,قاطع ,مسية ,يوجد ,ريح ,عقوق ,الرحم

juga.

Dengan demikian, penulis menggunakan metode yang ketiga yaitu

metode awal matan menggunakan kitab Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-Nabawī

al-Sharīf karya Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl.

Berdasarkan data dari kitab tersebut, penulis menemukan informasi terkait

hadis yang diteliti. Berikut adalah informasi yang didapatkan di dalam kitab

tersebut:

Hasil penelusuran menggunakan awal matan إيكم وعقوق

إيكم وعقوق الوالدين

، /ترغيب - كشاف - /كر - /، /مجمع

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut hanya terdapat di dalam kitab

Majmaʿ al-Zawā‟id wa Manbaʿ al-Fawā‟id pada jilid 5, halaman 125 dan

jilid 8, halaman 149 karya Abū al-Ḥasan al-Haithamī (w. 807 H), kitab Tarīkh

112

Abū Hājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī Zaghlūl, Mausūʿah Aṭrāf al-Ḥadīth al-

Nabawī al-Sharīf, Jilid 9, 255.

Page 110: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

98

Dimashq pada jilid 5, halaman 310 karya Ibn ʿAsākir (w. 571 H), kitab al-Kāf

fī al-Shāf fī Takhrīj Aḥādīth al-Kashāf di halaman 98 karya Ibn Ḥajar al-

ʿAsqalānī (w. 852 H), al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth al-Sharīf karya

ʿAbd al-ʿAzīm al-Mundhirī (w. 656 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab

tersebut.

Redaksi hadis di dalam kitab Majmaʿ al-Zawā‟id wa Manbaʿ al-

Fawā‟id

نا رسول اللا »وعن جابر بن عبد اللا قال: ونن مجتمعون -صلاى اللا عليو وسلام -خرج علي

يس من ث واب أسرع من صلة ف قال: " ي معشر المسلمي ات اقوا اللا، وصلوا أرحامكم فإناو ل

كم وعقوق ال كم والب غي فإناو ليس من عقوبة أسرع من عقوبة ب غي، وإيا والدين، الراحم، وإيا

، ول قاطع رحم، ول شي زان، فإنا ريح الناة يوجد من مسية ألف عام، واللا ل ي دىا عاق

ا الكبريء للا رب العالمي، والكذب كلو إث، إلا ما ن فعت بو مؤمنا، ول جار إزاره خيلاء، إنا

ة لسوقا ما ي باع فيها ول يشت رى، ليس فيها إلا الصور، فمن ودف عت بو عن دين، وإنا ف النا

أحبا صورة من رجل أو امرأة دخل فيها

Redaksi hadis di dalam kitab Tarīkh Diamshq

قاسم عمر بن الحسن بن محمد أخبرن أبو محمد بن الكفاني قراءة ن عبد العزيز بن أحد أن أبو ال

بن الحسن بن درستويو قراءة عليو ف سنة سبع وأربعمائة أن أبو الحسن خيثمة بن سليمان

القرشي الطرابلسي ن أبو الحسن بن فيل ن أبو توبة ن محمد بن الفرات الرمي قال سعت أب

113

Abū al-Ḥasan al-Haithamī (w. 807 H), Majmaʿ al-Zawā‟id wa Manbaʿ al-Fawā‟id,

Jilid 5, 125

Page 111: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

99

( ي معشر المسلمي احذروا البغي إسحاق يذكر عن الحارث عن علي قال قال رسول الله )صلى الله عليه وسلم

فإنو ليس من عقوبة أحضر من عقوبة بغي وصلوا أرحامكم فإنو ليس من ثواب أعجل من

صلة رحم وإيكم وعقوق الوالدين فإن ريح النة يؤخذ من مسية ألف عام ول يد ريها

Redaksi hadis di dalam kitab al-Kāf fī al-Shāf fī Takhrīj Aḥādīth al-

Kashāf

كم وعقوق الوالدين فإن الناة توجد ريها من مسية ألف عام ول يد ريها عاق ول قاطع إيا

رحم ول شي زان ول جار إزاره خيلاء إن الكبريء لله رب العالمي

Redaksi hadis di dalam kitab al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth

al-Sharīf

كم وعقوق الوالدين فإن ريح الناة يوجد من مسية ألف عام والله ل يدىا عاق ول قاطع وإيا

ا الكبريء لله رب العالمي الحديث ف رواه الطاب راني رحم ول شي زان ول جار إزاره خيلاء إنا

الوسط

Berdasarkan pembatasan masalah, jika terdapat hadis yang ditemukan di

luar al-Kutub al-Tis‟ah, maka penelitian hanya sampai pada penyebutan

redaksi dan tempat hadis itu dikutip.

114

Abū al-Qāsim ʿAlī b. al-Ḥasan Ibn ʿAsākir (w. 571 H), Tārīkh Dimashq (Beirut:

Dār al-Fikr, 1995), Jilid 18, 81. 115

Aḥmad bin Ḥajar al-ʿAsqalānī (w. 852 H), al-Kāf fī al-Shāf fī Takhrīj Aḥādīth al-

Kashāf (tt, tt, tt), 98. 116

ʿAbd al-ʿAẓīm b. ʿAbd al-Qawī b. ‘Abd Allāh Abū Muḥammad Zakī al-Dīn al-

Mundhirī (w. 656 H), al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth al-Sharīf, Jilid 3, 67.

Page 112: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

100

L. Hadis Ke-12

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

والديو عقا ملعون من

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī karya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz والديو ,عق ,ملعون hadis

tersebut hanya ditemukan pada lafaz ملعون saja yaitu sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz ملعون

ه، ملعون من سب أموملعون من سب أب

، حم:

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut hanya terdapat di dalam kitab

Musnad Aḥmad pada jilid 1, halaman 217 karya Aḥmad b. Ḥanbal (w. 241 H).

Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

117

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22. 118

Arent Jan Wensink, Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī, Jilid 6, 126.

Page 113: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

101

Redaksi hadis dalam kitab Musnad Aḥmad

ث ، عن مماد بن إسحاق، عن عمرو بن أب عمرو، عن عكرمة، عن ابن نا مماد بن سلمة حدا

صلاى الله عليو وسلام: " ملعون من سبا أبه، ملعونن سبا أماو، عبااس، قال: قال الناب

ملعون من ذبح لغي الله، ملعون من غي ار توم الرض، ملعون من كمو أعمى عن طريق،

، ملعون من عمل بعمل ق وم لوط "ملعون من وقع على بيمة

119

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 1, 217.

Page 114: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

102

عن

w. 11 H

حدثنا

عن

عن

قال

w. 68 H

w. 104 H

w. 144 H

w. 150/151/152 H

w. 192 H

w. 241 H

عن

اللهل و س ر

اب نع باس

رم ة عك

ر و روب نأ بع م ع م

م مدب نإس ح اق

ة م مد ب ن س ل م

أحمد

2. Skema Sanad Hadis

Page 115: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

103

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur Aḥmad b. Ḥanbal

Aḥmad b. Ḥanbal, nama lengkapnya adalah Aḥmad b. Muḥammad b.

Ḥanbal Abū ʿAbd Allāh al-Ashaibānī, ia wafat pada tahun 241 H. Ia berguru

kepada Muḥammad b. Salamah, Ibrāhīm b. Khālid al-Sanʿānī, Ismāʿīl b.

ʿUlayyah dan juga ia memiliki murid yaitu al-Bukhārī, Muslim, Abū Dāwud.

Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Ibn al-Madīnī menilai ḥāfiẓ,

ʿAbbās al-Anbārī menilai ḥujjah, Qutaibah menilai imām, al-ʿIjlī menilai

thiqah, thabat fī al-Ḥadīth, faqīḥ fī al-Ḥadīth.120

Muḥammad b. Salamah, nama lengkapnya adalah Abū ʿAbd Allāh

Muḥammad b. Salamah b. ʿAbd Allāh al-Bāhilī, ia wafat pada tahun 192 H.

Ia berguru kepada Muḥammad b. Isḥāq b. Yasār, Muḥammad b. ʿUbaid

Allāh, Muḥammad b. ʿAjlān dan juga ia memiliki murid yaitu Aḥmad b.

Ḥanbal, Aḥmad b. Bakār al-Ḥarānī, Aḥmad b. Abī Shuʿaib al-Ḥarānī. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah al-Nasā’ī menilai thiqah, Muḥammad b. Saʿad

menilai thiqah fāḍilan ʿĀliman, Ibn Ḥibbān menilai thiqah.121

Muḥammad b. Isḥāq, Muḥammad b. Isḥāq b. Yasār b. Khiyār, ia

wafat pada tahun 150/151/152 H. Ia berguru kepada ʿAmr b. Abī ʿAmr

Maula al-Muṭallib, ʿĪsā b. ʿAbd Allāh b. Mālik al-Dār, Muḥammad b.

Ibrāhīm b. al-Ḥārith al-Taimī dan juga ia memiliki murid Muḥammad b.

Salamah, Aḥmad b. Khālid al-Wahbī, Jarīr b. ʿAbd al-Ḥamīd. Ia menerima

hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Yaḥya b. Maʿīn menilai thiqah, Aḥmad b. Ḥanbal

120

Shihāb al-Dīn Aḥmad b. ‘Alī b. Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahdhīb al-Tahdhī, Jilid 1, 98-

99. 121

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 25, 289-291.

Page 116: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

104

menilai ḥasan al-Ḥadīth, al-Nasā’ī menilai laisa bi al-Qawī, Ibn Ḥibbān

menilai thiqah, al-ʿIjlī menilai thiqah.122

ʿAmr b. Abī ʿAmr, ʿAmr b. Abī ʿAmr Maula al-Muṭallib b. ʿAbd

Allāh, ia wafat pada tahun 144 H. Ia berguru kepada ʿIkrimah Maula Ibn

ʿAbbās, Anas b. Mālik, Ḥamzah b. ʿAbd Allāh b. ʿUtbah b. Masʿūd dan juga

ia memiliki murid yaitu Muḥammad b. Isḥāq b. Yasār, Ismāʿīl b. Jaʿfar b.

Abī Kathīr, Sulaimān b. Bilāl. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz

“ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Aḥmad b. Ḥanbal

menilai laisa bihi ba‟s, Yaḥya b. Maʿīn menilai laisa bi al-Qawi, al-Nasā’ī

menilai laisa bi al-Qawī, Ibn ʿAdī menilai ṣadūq thiqah Abī Ḥātim menilai

ṣadūq, Ibn Ḥibbān menilai thiqah. Abū Zurʿah menilai thiqah.123

ʿIkrimah, nama lengkapnya adalah ʿIkrimah al-Qurashī Abū ʿAbd

Allāh al-Madanī Maula ʿAbd Allāh b. ʿAbbās, ia wafat pada tahun 104 H. Ia

berguru kepada ʿAbd Allāh b. ʿAbbās, Jābir b. ʿAbd Allāh, ʿAbd Allāh b.

ʿUmar b. al-Khaṭṭāb dan juga ia memiliki murid yaitu ʿAmr b. Abī ʿAmr,

Abān b. Ṣamʿah, Badr b. ʿUthmān. Ia menerima hadis dari gurunya dengan

lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥya b.

Maʿīn menilai thiqah, al-ʿIjlī menilai thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah, Abī

Ḥātim menilai thiqah.124

Ibn ʿAbbās, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b. ʿAbbās b. ʿAbd

al-Muṭallib al-Qurashī al-Hāshimī Abū al-ʿAbbās al-Madanī, Ia wafat pada

tahun 68 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah yang merupakan sepupu dari

Nabi Muḥammad SAW dan ia berguru langsung kepada Nabi SAW, Abī

Hurairah, ʿUthmān b. ʿAffān dan juga ia memiliki murid yaitu ʿIkrimah

122

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 24, 405-428. 123

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 22, 168-171. 124

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 20, 164-292.

Page 117: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

105

yang merupakan seorang budaknya, Isḥāq b. ʿAbd Allāh b. Kinānah, Ḥabīb b.

Abī Thābit. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “qāla”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah al-Dhahabī dan Ibn Ḥajar menilai

ṣaḥābah.125

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) kecuali Muḥammad b. Isḥāq

dan ʿAmr b. Abī ʿAmr yang mendapat penilaian negatif (jarḥ). Muḥammad

b. Isḥāq dinillai laisa bi al-Qawī oleh al-Nasā’ī dan ʿAmr b. Abī ʿAmr dinilai

laisa bi al-Qawī oleh al-Nasā’i dan Yaḥya b. Maʿīn. Kita ketahui baik

Yaḥya b. Ma’īn maupun al-Nasā’i merupakan seorang kritikus hadis yang

termasuk dalam kategori mutashaddid. Meskipun Muḥammad b. Isḥāq dinilai

jarḥ oleh al-Nasā’i, akan tetapi al-Nasā’i tidak menyertakan sebab-sebab dia

men-jarḥ dan mayoritas ulama juga menilai taʿdil Muḥammad b. Isḥāq.

Yaḥya b. Maʿīn menilai thiqah, Aḥmad b. Ḥanbal menilai ḥasan al-Ḥadīth,

Ibn Ḥibbān menilai thiqah, al-ʿIjlī menilai thiqah, maka pendapat yang

penulis ambil adalah pendapat masyoritas ulama menyatakan bahwa

Muḥammad b. Isḥāq adalah periwayat yang thiqah.

ʿAmr b. Abī ʿAmr dinilai jarḥ oleh al-Nasā’i dan Yaḥya b. Maʿīn yang

mana keduanya adalah seorang kritikus hadis yang termasuk dalam kategori

mutashaddid. Akan tetapi dalam men-jarḥ, keduanya tidak menyertakan

sebab-sebab men-jarḥ dan mayoritas ulama juga menilai taʿdil ʿAmr b. Abī

ʿAmr. Ibn ʿAdī menilai ṣadūq thiqah Abī Ḥātim menilai ṣadūq, Ibn Ḥibbān

menilai thiqah, Abū Zurʿah menilai thiqah, maka pendapat yang penulis

125

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362.

Page 118: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

106

ambil adalah pendapat masyoritas ulama yang menyatakan bahwa ʿAmr b.

Abī ʿAmr adalah periwayat yang thiqah.

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) dan menunjukan ke-thiqah-

an para periwayat, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ṣaḥīḥ.

M. Hadis Ke-13

1. Teks dan Takhrīj al-Ḥadīth

ت هماإ ارجع ليهما فأضحكهما كما أبكي

Setelah melakukan penelusuran hadis dengan metode lafaz

menggunakan kitab Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawīkarya

Arent Jan Wensink (w. 1358 H) menggunakan lafaz اأضحكهم ,ارجع اأبكيتهم , hadis tersebut hanya ditemukan pada lafaz اأضحكهم اأبكيتهم , saja, yaitu

sebagai berikut:

Hasil penelusuran dari lafaz أضحكهما

افقال ارجع عليهما فأضحكهم

، ، ، ، حم: - جو: جهاد -ن: بيعة - د: جهاد

126

Umar bin Ahmad Baraja (w. 1331 H), al-Akhlāq li-al-Banīn, Jilid 2, 22. 127

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 3, 486.

Page 119: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

107

Hasil penelusuran dari lafaz أبكيتهما

فقال ارجع عليهما فأضحكهما كما أبكيتهما

د: جهاد

ن: بيعة

جو: جهاد

، ، ، ، حم:

Dari hasil takhrīj di atas, hadis tersebut terdapat di dalam kitab Sunan

Abī Dāwud dalam bab jihad, sub-bab 31 karya Abī Dāwud (w. 275 H), Sunan

al-Nasā’ī dalam bab baiʿah, sub-bab 10 karya al-Nasā’ī (w. 303 H), Sunan

Ibn Mājah bab jihād, sub-bab 12 karya Ibn Mājah (w. 273 H), Musnad

Aḥmad pada jilid 2, halaman 160, 194, 198, 2014 karya Aḥmad b. Ḥanbal (w.

241 H). Berikut adalah redaksi di dalam kitab tersebut.

Redaksi hadis dalam kitab Sunan Abī Dāwud

ث نا عطاء بن الساائب، عن أبي ث نا مماد بن كثي، أخب رن سفيان، حدا و، عن عبد اللا بن حدا

ة، عمرو قال: جاء رجل إل رسول اللا صلاى الله عليو وسلام ف قال: جئت أبيعك على الجر

ت ه »وت ركت أب ويا ي بكيان، ف قال: «ماارجع عليهما فأضحكهما كما أبكي

128

Arent Jan Wensink (w. 1358 H), Muʿjam Mufharas li-Alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabawī,

Jilid 1, 212. 129

Abī Dāwud Sulaimān b. al-Ashʿath al-Sijstānī al-Azdī (w. 275 H), Sunan Abī

Dāwud, Jilid 3, 29.

Page 120: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

108

Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Nasā‟ī

ث نا حااد بن زيد، عن عطاء بن الساائب، عن أ بيو، أخب رن يي بن حبيب بن عرب قال: حدا

عليو وسلام ف قال: إني جئت أبيعك على عن عبد اللا بن عمرو، أنا رجلا أتى النابا صلاى الله

ت هما»الجرة، ولقد ت ركت أب ويا ي بكيان قال: «ارجع إليهما فأضحكهما كما أبكي

Redaksi hadis dalam kitab Sunan Ibn Mājah

ث نا أبو كريب م ث نا المحارب، عن عطاء بن الساائب، عن أبيو، عن حدا ماد بن العلاء قال: حدا

، إني عبد اللا بن عمرو قال: أتى رجل رسول اللا صلاى الله عليو وسلام ف قال: ي رسول اللا

ار الآخرة، ولقد أت يت وإنا والديا لي بكيان، قال: جئت أريد ال هاد معك، أب تغي وجو اللا والدا

ت هما» «فارجع إليهما، فأضحكهما كما أبكي

Redaksi hadis dalam kitab Musnad Aḥmad

ث نا سفيان، عن ع طاء بن الساائب، عن أبيو، عن عبد الله بن عمرو بن العاص، قال: جاء حدا

أب ويا رجل إل الناب صلاى الله عليو وسلام ي بايعو، قال: جئت لبيعك على الجرة، وت ركت

ت هما "ي بكيان، قال: " ف ارجع إليهما فأضحكهما كما أبكي

130

Abū ʿAbd al-Raḥmān Aḥmad b. Shuʿaib al-Nasā’ī (w. 303 H), Sunan al-Nasā‟ī,

Jilid 4, 161-162. 131

Abī ʿAbd Allāh Muḥammad b. Yazîd al-Qazwīnī Ibn Mājah (w. 273 H), Sunan Ibn

Mājah, Jilid 4, 326-327. 132

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 160.

Page 121: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

109

ث نا عطاء بن الساائب، عن أبيو، عن عبد الله بن عمرو، ث نا إساعيل بن إب راىيم، حدا قال: حدا

جئت لبيعك، وت ركت أب ويا ي بكيان، قال: ف قال:جاء رجل إل الناب صلاى الله عليو وسلام،

ت هما " وأب أن ي بايعو " فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكي

ث نا عبد الرازااق، أخب رن سفيان، عن عطاء بن الساائب، عن أبي و، عن عبد الله بن عمرو، حدا

، وت ركت بيعك على الجرة قال: جاء رجل إل الناب صلاى الله عليو وسلام ف قال: إني جئت ل

ت هما "أبك أب ويا ي بكيان؟ قال: " فارجع إليهما، فأضحكهما كما ي

ث نا شعبة، عن عطاء بن الساائب، عن أبيو، عن عبد الله بن ع ث نا مماد بن جعفر، حدا مرو، حدا

تك قال: أتى النابا صلاى الله عليو وسلام رجل ي بايعو على الجرة، وغلاظ علي و، ف قال: ما جئ

ت هما ت هما "-ي عن والديو -حتىا أبكي ، قال: " ارجع فأضحكهما كما أبكي

133

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 194. 134

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 198. 135

Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh al-Shaibānī (w. 241 H), Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal, Jilid 2, 204.

Page 122: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

110

2. Skema Sanad Hadis

عن

قال

w. 63 H

w. 11 H

عن

عن

عن

حدثنا أخبرنا أخبرنا

حدثنا حدثنا حدثنا

حدثنا

عن حدثنا عن

حدثنا

حدثنا

حدثنا

أخبرنا

حدثنا

w. tt H

w. 136 H

w. 161 H

w. 223 H

w. 275 H

w. 241 H

w. 303 H

w. 248 H

w. 179 H

w. 275 H w. 275 H

w. 248 H

w. 185 H w. 160 H w. 193 H

w. 211 H w. 193 H

اللهل و س ر

روب نال ع اصع ب داللهب ن ع م

(السائب)أ بيه

ع ط اءب نالسائب

ي ان إس اعيل ب ن إب ر اهيم ش ع ب ة ح اد ب ن ز ي د ال م ح اربي س ف

ثي ك ع ب د الرزاق م مد ب ن

أحد

أبداود

م مد ب ن ج ع ف ر

إبنماجه

ك ر ي ب ءأ ب و م مد ب ن ال ع ل بيب ب ن ح ي ي

نسائ

Page 123: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

111

3. Kritik Sanad dan Penilaian Hadis

Jalur Abī Dāwud

Abī Dāwud, nama lengkapnya adalah Sulaimān b. al-Ashʿath b.

Shaddād b. ʿAmr b. ʿĀmir Abī Dāwud, ia wafat pada tahun 275 H. Ia berguru

kepada Muḥammad b. Kathīr, Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal, Ibrāhīm b.

Ḥamzah al-Zubairī dan juga ia memiliki murid yaitu al-Tirmidhī, Ibrāhīm b.

Ḥamdān al-ʿĀqūlī, Muḥammad b. Yaḥya b. Mirdās. Ia menerima hadis dari

gurunya dengan lafaz “ḥaddathanā”. Adapun penilaian kritikus hadis

terhadapnya adalah Abū Bakr al-Khallāl menilai imām al-Muqaddam,

Aḥmad b. Muḥammad b. Yāsīn menilai ḥuffāẓ al-Islām li-al-Ḥadīth, Abū

Ḥātim menilai Ḥāfiẓ, penulis kitab al-Sunan, al-Ḥākim Abū ʿAbd Allāh

menilai imām ahl al-Ḥadīth.136

Muḥammad b. Kathīr, nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Kathīr

al-ʿAbdī Abū ʿAbd Allāh al-Baṣrī, ia wafat pada tahun 223 H. Ia berguru

kepada Sufyān al-Thaurī, Ibrāhīm b. Nāfiʿ al-Makkī, Isrā’īl b. Yūnus dan

juga ia memiliki murid yaitu Abū Dāwud, al-Bukhārī, Muslim. ia menerima

hadis dari gurunya dengan lafaz “akhbaranā”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah Yaḥya b. Maʿīn menilai ṣadūq, Abū Ḥātim menilai

ṣadūq, Ibn Ḥajar menilai thiqah, Ibn Ḥibbān menilai thiqah.137

Sufyān, nama lengkapnya adalah Sufyān b. Saʿīd b. Masrūq al-Thaurī.

Ia lahir pada tahun 97 H dan wafat pada tahun 161 H. Ia berguru kepada

ʿAṭā’ b. al-Sā’ib, Ibrāhīm b. ʿAbd al-Aʿlā, Ibrāhīm b. ʿUqbah dan juga ia

memiliki murid yaitu Muḥammad b. Kathīr, Abān b. Taghlib, Shuʿbah,

Abū Usāmah. Ia menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun

penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah Yaḥyā b. Maʿīn menilai āmir al-

136

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 11, 355-367. 137

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 26, 334-336.

Page 124: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

112

Mu‟minīn fī al-Ḥadīth, Shuʿbah menilai Aḥfāẓ, Abū ʿĀṣim al-Nubail āmir al-

Mu‟minīn fī al-Ḥadīth, Sufyān b. ʿUyainah menilai aṣḥāb al-Ḥadith.138

ʿAṭā’ b. al-Sā’ib, nama lengkapnya adalah ʿAṭā’ b. al-Sā’ib b. Mālik

Abū Zaid, ia wafat pada tahun 136 H. Ia berguru kepada ayahnya al-Sā’ib b.

Mālik, Anas b. Mālik, Ḥarb b. ʿUbaid Allāh al-Thaqafī dan juga ia memiliki

murid yaitu Sufyān al-Thaurī, Ibrāhīm b. Ṭahmān, Ismāʿīl b. Abī Khālid. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah Ibrāhīm b. Mahdī menilai thiqah, Aḥmad b. Ḥanbal

menilai thiqah thiqah, al-Nasā’ī menilai thiqah.139

Abīhi ( al-Sā’ib b. Mālik), nama lengkapnya adalah al-Sā’ib b. Mālik

al-Thaqafī Abū Yaḥya (penulis tidak menemukan tahun wafatnya). Ia

berguru kepada ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-ʿĀṣ, ʿAbd Allāh b. ʿUmar b. al-

Khaṭṭāb, ʿAlī b. Abī Ṭālib dan juga ia memiliki murid yaitu anaknya ʿAṭā’ b.

Mālik, Abū Isḥāq al-Sabīʿī, Abū al-Bakhtarī. Ia menerima hadis dari gurunya

dengan lafaz “ʿan”. Adapun penilaian kritikus hadis terhadapnya adalah al-

ʿIjlī menilai thiqah, Ibn Ḥibbān menilai thiqah.140

ʿAbd Allāh b. ʿAmr b. al-ʿĀṣ, nama lengkapnya adalah ʿAbd Allāh b.

ʿAmr b. al-Āṣ b. Wā’il b. Hāshim b. Saʿīd b. Saʿad b. Sahm al-Qarashī. Ia

wafat pada tahun 63 H. Ia merupakan seorang ṣaḥābah dan berguru kepada

Nabi SAW, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ʿUmar b. al-Khaṭṭāb dan juga ia memiliki

murid yaitu al-Sā’ib b. Mālik al-Thaqafī, Jabīr b. Nufair, al-Shaʿbī. Ia

menerima hadis dari gurunya dengan lafaz “qāla”. Adapun penilaian kritikus

hadis terhadapnya adalah al-Dhahabī menilai ṣaḥābah.141

138

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 11, 154-169. 139

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 20, 86-94. 140

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 10, 192-293. 141

Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī (w. 742 H), Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā‟

al-Rijāl, Jilid 15, 357-362.

Page 125: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

113

Berdasarkan data di atas, dari segi ketersambungan sanad, seluruh

rangkaian sanad bersambung, hal itu didukung oleh pernyataan berupa

penyebutan nama dalam daftar guru dan murid dari masing-masing

periwayat. Kemudian dari segi penilaian jarḥ dan taʿdīl-nya seluruh

periwayat mendapatkan penilaian positif (taʿdīl) dan menunjukan ke-thiqah-

an para periwayat, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini ṣaḥīḥ.

Page 126: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

114

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian sanad terhadap hadis-hadis akhlak kepada

kedua orang tua yang terdapat di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya

Umar bin Ahmad Baraja dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan pertanyaan

yang terdapat di dalam rumusan masalah. Hadis yang diteliti adalah 13 hadis,

Dari 13 hadis tersebut terdapat 6 hadis yang berkualitas ṣaḥīḥ yaitu hadis ke-

2, 3, 9, 10, 12 dan 13. Kemudian ada 1 hadis berkualitas ḥasan yaitu hadis ke-

4. Kemudian 6 hadis sisanya diriwayatkan di luar al-Kutub al-Tisʿah yaitu

hadis ke 1, 5, 6, 7, 8, dan 11. Sesuai pembatasan masalah, penulis hanya

meneliti hadis yang terdapat di dalam kitab al-Kutub al-Tisʿah saja, sehingga

hadis-hadis tersebut diteliti hanya sampai penyebutan redaksi dan lokasi

tempat hadis itu dikutip, sehingga belum dapat dipastikan kualitasnya.

Dengan demikian dari 13 hadis yang diteliti, sebanyak 6 hadis yang

berkualitas ṣaḥīḥ, 1 hadis berkualitas ḥasan, dan 6 lainnya belum dapat

dipastikan kualitasnya.

B. Saran-saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti hadis-hadis yang belum

dibahas di dalam penelitian ini seperti hadis-hadis yang terdapat di bab

lainnya.

2. Penelitian berikutnya tidak hanya berfokus kepada kualitas ke-ṣaḥīḥ-an

sanad saja melainkan juga berfokus pada matan.

3. Penulis menyarankan agar lebih selektif lagi dalam menggunakan hadis

yang akan dijadikan landasan dalil atau menjadikannya sebagai ḥujjah.

Page 127: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

115

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-

Qur’an. Jakarta: AMZAH

Abidin, Muhammad Zainul. 2019. Skripsi: Pembelajaran Kitab Akhlak Lil

Banin Bagi Orang Tua untuk Mendidik Anak di TPA Nurul Ihsan Desa

Jenar, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Surakarta: IAIN

Surakarta

Adim, Abdul. 2016. Pemikiran Akhlak Menurut Syaikh Umar bin Ahmad

Baraja. Jurnal Studia Insania, vol 4, no. 2

Al-‘Asqalānī, Shihāb al-Dīn Aḥmad b. ‘Alī b. Ḥajar. 1995. Tahdhīb al-

Tahdhīb. Beirut: Dār al-Fikr

Al-‘Irāqī, Abū al-Faḍl Zain al-Dīn ‘Abd al-Raḥīm b. Ḥusain b. ‘Abd al-

Raḥmān b. Abī Bakr b. Ibrāhīm. 2005. al-Mughnī ‘an Ḥaml al-Asfār.

Beirut: Dār Ibn Ḥazm

Al-Aṣbahānī, Abū Nuʿaim Aḥmad b. ʿAbd Allāh b. Aḥmad b. Isḥāq b. Mūsā

b. Mihrān. 1974. Ḥilyah al-Auliyā’ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā’. Mesir: al-

Saʿādah

Al-Azdī, Abī Dāwud Sulaimān b. al-Ashʿath al-Sijstānī. 1997. Sunan Abī

Dāwud. Beirut: Dār Ibn Ḥazm

Al-Baghdādī, Abū Bakr Aḥmad b. ʿAlī b. Thābit b. Aḥmad b. Mahdī al-

Khaṭīb. 1997. Tārīkh Baghdād. Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Bukhārī, Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismāʿīl. 1994. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.

Beirut: Dār al-Fikr

Al-Dārimī, Abū Muḥammad ʿAbd Allāh b. ʿAbd al-Raḥmān b. al-Faḍl b.

Bahrām. 2000. Sunan al-Dārimī. Riyadh: Dār al-Mughnī

Page 128: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

116

Al-Dimashqī, Abū Al-Fadā’ Ismāʿīl b. Muḥammad b. ‘Abd al-Hādī al-Jarāḥī

al-ʿAjlūnī. 2000. Kashf al-Khafā’ wa Muzīl al-Ilbās. tt: Maktabah al-

ʿIṣriyyah

Al-Fatanī, Muḥammad Ṭāhir b. ʿĀlī al-Ṣidāqī al-Hindī. 1924. Tadhkirah al-

Mauḍūʿāt. tt: Idārah al-Ṭabāʿah al-Munīriyyāh

Al-Ghazāli, Abī Ḥāmid Muḥammad b. Muḥammad. 2005. Iḥyā’ ʿUlūm al-

Dīn. Beirut: Dār Ibn Ḥazm

Al-Haithamī, Abū al-Ḥasan Nūr al-Dīn ʿAlī b. Abī Bakr b. Sulaimān. 1994.

Majmaʿ al-Zawā’id wa Manbaʿ al-Fawā’id. Kairo: Maktabah al-Qudsī

Al-Hindī, Muttaqī. 1985. Kanz al-‘Ummāl fī Sunan al-‘Aqwāl wa al-Afʿāl.

Beirut: Mu’assasah al-Risālah

Al-Jauzī, Jamāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān b. ʿAlī b. Muḥammad. 1968. al-

Mauḍūʿāt. Madinah: Maktabah al-Salafiyyah

Al-Jurjānī, Abū Aḥmad b. ʿAdī. 1997. al-Kāmil fī Ḍuʿafā’ al-Rijāl. Beirut:

Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Kanānī, Nūr al-Dīn ʿAli b. Muḥammad b. ʿAlî b. ‘Abd al-Raḥmān Ibn

ʿIrāqi. 1979. Tanzīh al-Sharī al-Marfūʿah ʿan al-Akhbār al-Shanīʿah

al-Mauḍūʿah. Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Mizī, Jamāl al-Dīn Abī al-Ḥajjāj Yūsuf. tt. Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā’ al-

Rijāl. Beirut: Mu’assasah al-Risālah

Al-Mundhirī, ʿAbd al-ʿAẓīm b. ʿAbd al-Qawī b. ‘Abd Allāh Abū Muḥammad

Zakī al-Dīn. 1997. al-Targhīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīth al-Sharīf,

Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Naisābūrī, Abū ʿAbd Allāh Al-Ḥākim. 1990. al-Mustadrak ʿala Ṣaḥīḥain.

Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Naisābūrī, Muslim b. al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qushairī. tt. Ṣaḥīḥ

Muslim. Beirut: Dār Iḥyā al-Tirāth al-‘Arabī

Al-Nawawi, tt. al-Adhkār. Bandung: Al-Maʿarif

Page 129: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

117

Al-Qurtubī, Abū ʿAmr Yûsuf b. ʿAbd Allâh al-Namrī. 1967. al-Tamhīd limā

fī al-Muwaṭā’ min al-Maʿānī wa al-Asānīd. Magrib: Wizrah ʿUmūm al-

Auqāf wa al-Sha’wan al-Islāmiyyāh

Al-Shaibānî, Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal Abū ‘Abd Allāh. Musnad

Imām Aḥmad b. Ḥanbal. Mesir: Maṭbaʿah al-Maimuniyah

Al-Shaukānī, Muḥammad b. ʿAlī b. Muḥammad. tt. al-Fawā’id al-Majmūʿah

fī al-Aḥādīthi al-Mauḍūʿah. Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Suyūṭī, ʿAbd al-Raḥmān b. Abī Bakr, Jalāl al-Dīn. tt. al-Dūr al-Manthūr fī

Tafsīr al-Ma’thūr. Beirut: Dār al-Fikr

Al-Suyūṭī, ʿAbd al-Raḥmān b. Abū Bakr Jalāl. 1996. al-La’āli al-Masnūʿah fī

al-Aḥādīth al-Mauḍūʿah. Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah

Al-Ṭaḥān, Maẖmud. 1985. Taisîr Muṣalaẖ al-Ḥadīth. Jakarta: Daar al-

Hikmah

Al-Ṭaḥān, Maḥmud. 2015. Ushūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd terj

M.Ridwan Nasir. Surabaya: IMTIYAZ

Al-Tirmidhī, Abī ‘Īsa Muḥammad b. ‘Îsa b. Saurah. tt. Sunan al-Tirmidhī,

(Amman: Bait al-Afkār al-Dauliyah

Al-Zailaʿī, Jamāl al-Dīn Abū Muḥammad ʿAbd Allāh b. Yūsuf b.

Muḥammad. 1994. Takhrīj al-Aḥādīth fī Tafsīr al-Kashāf. Riyadh: Dār

Ibn Khuzaimah

Al-Zubaidī, Muḥammad b. Muḥammad al-Ḥusainī. 1994. Itḥāf al-Sādah al-

Muttaqīn, (Beirut: Mu’assasah al-Tārīkh al-‘Arabī

Amin, Samsul Munir. 2016. Ilmu Akhlak. Jakarta: AMZAH

Ansari, Muhammad. 2013. Tesis: Takhrij Hadis-Hadis Tentang Wudu Pada

Kitab Fath al-Mu’în Karya Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari. Medan:

IAIN Sumatera Utara

Anwar, Rosikhon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Page 130: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

118

ʿAsākir, Abū al-Qāsim ʿAlī b. al-Ḥasan Ibn. 1995. , Tārīkh Dimashq. Beirut:

Dār al-Fikr.

Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers

Aziz, Abdul. 2010. Skripsi: Studi Kualitas Sanad Hadis Bab Gibah Kitab

Irshād al-‘Ibād ilā Sabīl al-Rashād Jakarta: UIN Jakarta

Baraja, Umar bin Ahmad. tt. Akhlāq li-al-Banīn. Surabaya: Maktabah Ahmad

Nabhan

Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat:

Tradisi-Tradisi Islam Indonesia. Bandung: Mizan

Damanhuri, 2007. Skripsi: Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis dalam

Kitab Nasaḥiḥ al-‘Ibād Pada Bab al-Suba’iy Tentang Larangan

Tertawa. Jakarta: UIN Jakarta

Hajjaj, Muhammad Fauqi. 2011. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta:

AMZAH

Hakim, Abdul. 2011. Tarekat ‘Awaliyah di Kalimantan Selatan – Sebuah

Telaah Unsur Neo-Sufisme dalam Tarekat, AL-BANJARI, Vol. 10, No.

1

Ḥanbal, Aḥmad bin. 1994. al-Musnad li al-Imām Aḥmad b. Ḥanbal. Bairut:

Dār al-Fikr

Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dan Masalah Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Lantabora Press

Herlambang, Saifuddin. 2019. Menyingkap Khazanah Ilmu Hadis. Tangerang

Selatan:YPH el-Bukhari

Hilmiyah, Siti Munawwaroh. 2018. Skripsi: Kualitas Sanad Hadis Tentang

Dajjal dalam Kitab Dzurrāt al-Nāsiḥīn. Jakarta: UIN Jakarta

Ismail, M. Syuhudi. 1999. Cara Praktis Mencari Hadis. Jakarta: Bulan

Bintang

Page 131: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

119

Ismail, M. Syuhudi. 2014. Kaisah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan

Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang

Ismail, M. Syuhudi. 2016. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta: Bulan

Bintang

Khon, Majid. Ulumul Hadits. 2005. Jakarta: PSW UIN Jakarta

Mājah, Abī ‘Abd Allāh Muḥammad b. Yazīd al-Qazwīnī Ibn. 1998. Sunan

Ibn Mājah. Beirut: Dār al-Jīl

Mas’ud, Ali. 2012. Akhlak Tasawuf. Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya

Maskawaih, Abu ʿAli Aḥmad b. Muḥammad b. Yaʿqub. tt. Tahdhīb al-

Akhlāq wa Taṭhīr al-Aʿrāqī . Beirut: Maktabah al-Thaqāfah al-Dīniyah

Mustaqim, Abdul. 2013. Akhlak Tasawuf . Yogyakarta: Kaukaba

Nasional, Departemen Pendidikan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa

Nata, Abuddin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali

Pers

Nuhla, Azka. 2016. Skripsi: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab al-

Akhlāq li-al-Banīn Karya Umar bin Ahmad Baraja. Semarang: UIN

Walisongo Semarang

RI, Kementerian Agama. 2012. Al-Qurān dan Terjemahannya. Jakarta: PT

Sinergi Pustaka Indonesia

Rohmah, Mutiara Lailatur. 2018. Skripsi: Pengaruh Program Intensif Belajar

Kitab Akhlâq li al-Banîn Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di

MTs Negeri Krian Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Rosidi, Hermawati. 2019. Skripsi: Pendidikan Anak dalam Kitab Akhlāq li

al-Banīn Jilid I. Jakarta: UIN Jakarta

Soekahar, 2002. Satanisme dalam Pelayanan Pastoral. Malang: Gandum

Mas

Page 132: KUALITAS HADIS-HADIS AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA …

120

Syamhudi, Muhammad Hasyim. 2015. Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi

Piramida Ilmu Islam. Malang: Madani Media

Syatori, M. 1987. Ilmu Akhlak. Bandung: Lisan

Ulama’i, A. Hasan Asy’ari. 2006. Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat

Mencari Hadis dari Manual Hingga Digital. Semarang: RaSAIL

Wahid, Ramli Abdul dan Desi Masri. 2018. Perkembangan Terkini Studi

Hadis di Indonesia. Jurnal MIQOT, vol. 42, No. 2.

Wensink, Arent Jan. 1936. Muʿjam Mufharas li-alfāẓ al-Ḥadīth al-Nabāwī.

Leiden: Maktabah Brīl

Yafie, Ali. 1997. Teologi Sosial. Yogyakarta: LKPSM

Yunus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

Mutiara

Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Zainal, Veithzal Rivai. 2018. Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Alquran.

Jakarta: Salemba Diniyah

Zughlūl, Abū Ḥājar Muḥammad al-Saʿīd b. Basyūnī. tt. Mausūʿah Aṭrāf al-

Ḥadīth al-Nabawwi al-Sharīf. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah