strategi orangtua dalam penanaman akhlak ......vii abstrak rana fauziah 10519217914 strategi orang...

80
STRATEGI ORANGTUA DALAM PENANAMAN AKHLAK ANAK DI DESA BONTOJAI KECAMATAN TAMALATEA KABUPATEN JENEPONTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh RANA FAUZIAH NIM: 10519217914 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1440 H/2018 M

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI ORANGTUA DALAM PENANAMAN AKHLAK ANAK

    DI DESA BONTOJAI KECAMATAN TAMALATEA

    KABUPATEN JENEPONTO

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

    Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh

    RANA FAUZIAH

    NIM: 10519217914

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1440 H/2018 M

  • vi

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Rana Fauziah

    NIM : 10519217914

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Agama Islam

    Kelas : D

    Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

    menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.

    3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, dan 3 maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Demikian perrjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

    Makassar, 19 Muharram 1440 H 29 September 2018 M

    Yang membuat pernyataan

    Rana Fauziah

    NIM:10519217914

  • vii

    ABSTRAK

    RANA FAUZIAH 10519217914 Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto. Di Bimbing Oleh Mustahidang Usman Dan Abd Rahman Bahtiar

    Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui akhlak anak di Desa bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto (2) Untuk mengetahui Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto 3) Untuk mengetahui Hambatan Apa Yang Di Hadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, lokasi dan obyek penelitian yang digunakan bertempat di desa bontojai kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto, dalam penelitian ini peneliti menggunakan fokus penelitian yaitu strategi orang tua dan penanaman akhlak anak, instrument penelitian yang digunakan yakni pedoman observasi, pedoman wawancara,catatan dokumentasi, tekhnik pengumpulan yang digunakan yakni kepustakaan meliputi kutipan langsung dan kutipan tidak langsung, dan lapangan meliputi obsevasi, wawancara, tekhnik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Akhlak anak di desa

    Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan dan pembimbingan serta memberikan contoh yang baik dimulai dari sejak dini, sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat terkontrol dengan baik. Adapun strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak dapat dilakukan dengan melalui keteladanan diantaranya jujur, beribadah, kemudian nasehat diantaranya hargai orang tua, sopan santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan diantaranya mebiasakan anak mebaca al-Qur’an, membiasakan anak mengucapkan salam ketika hendak masuk dan meninggalkan rumah. Adapun hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak anak yaitu kurangnya pemahan dan pengetahuan agama dari orang tua itu sendiri, pengaruh lingkungan, kurangnya perhatian dari orang tua itu sendiri, dan lain-lain. Dari kedua hal tersebut ada sebagian orang tua yang sadar tentang pentingnya menanamkan akhlak pada anak, dan ada juga sebagian orang tua yang belum sadar betapa pentingnya menanamkan akhlak pada anak.

    KATA KUNCI : Strategi Orang Tua, Penanaman Akhlak Anak

  • vii

    KATA PENGANTAR

    ِ َرّبِ اْلعَاَلِمْيَن َوالصَّالَةُ َوالسَّالَُم َعلَى أَْشَرِف اْألَْنبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْيَن اْلَحْمُد ِ

    ا َبْعدُ َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه أَْجَمِعْيَن أَمَّ

    Penulisan skripsi dengan judul “Strategi Orang Tua Dalam

    Penanaman Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto” Di maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam prodi

    Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa

    kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar

    terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan

    terimakasih kepada yang terhormat:

    1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Ahmad Amiruddin dan ibu

    Nirmawati, dengan segala kerendahan dan kemuliaan hati telah

    mendidik, membesarkan, dan mendukung seluruh proses perjalanan

    Studi penulis, yang telah menjadi inspirasi terbesar dalam hidup

    penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    2. DR. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM. Rektor universitas

    Muhammadiyah Makassar

  • viii

    3. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Amirah Mawardi,S.Ag,.M.Si., Dan Nurhidayah S.Pd.I, M.Pd,I Ketua

    dan Sekertaris prodi Pendidikan Agama Islam yang telah banyak

    membantu penulis dalam pelayanan akademik serta memberikan

    pengarahan,petunjuk motivasi dan doa pada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    5. Dra. Mustahidang Usman, M. Si dan Ahmad Abd. Rahman Bahtiar,

    S.Ag, M.A Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah membimbing

    dan memberikan ilmu kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi.

    6. Seluruh dosen serta jajaran civitas akademik Fakultas Agama Islam

    Universitas muhammadiyah Makassar.

    7. Bapak kepala Desa dan masyarakat desa Bontojai yang telah

    menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    melaksanakan kegiatan penelitian ini sampai selesai.

    8. Kakanda, Rekan-rekan dan adek-adek yang tidak bisa saya sebutkan

    satu persatu pula yang telah memberikan bantuan terbesar dalam

    penyelesaian skripsi penulis terkhusus teman-teman mahasiswa

    angkatan 2014 yang juga telah memberikan motivasi kepada penulis

    untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

  • viiii

    9. Special thank’s untuk sahabat-sahabat penulis Venny, Nurjannah,

    Subandiah, Awaliyah, Wahyuni, Ilham, Rahim, Haeran, Jumsar, dan

    Adrian yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada

    penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    10. Terakhir ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada mereka yang

    tidak penulis sebutkan satu-persatu tetapi telah banyak membantu

    baik dalam bentuk moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini.

    Semoga semua pihak yang telah membantu memperoleh balasan dari

    Allah SWT, Amin.

    Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini

    masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan

    kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

    membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan

    kualitas dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan.

    Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penyusun

    curahkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya

    dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

    Makassar 6 Muharram 1440 H 16 September 2018 M

    penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ............................................................. i

    HALAMAN JUDUL ................................................................. ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH .......................................... iv

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................... vi

    ABSTRAK .............................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .............................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................ ix

    DAFTAR TABEL .................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Strategi Orang Tua ....................................................... 7 1. Pengertian Strategi ................................................. 7 2. Pengertian Orang Tua ............................................ 8 3. Tanggung Jawab Orang Tua .................................. 11 4. Prinsip-prinsip Orang Tua Dalam Membina Anak ... 16

    B. Penanaman Akhlak Anak ............................................. 20 1. Pengertian Akhlak ................................................... 20 2. Dasar-Dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak 22 3. Macam-Macam Ahklak ........................................... 26 4. Pengertian Anak ..................................................... 28 5. Pelaksanaan Pendidikan Agama Pada Anak .......... 28

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................ 32 B. Lokasi dan Obyek Penelitian ........................................ 32 C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian ....... 32 D. Sumber Data ................................................................ 33 E. Instrumen Penelitian ..................................................... 34 F. Teknik Pengumpulan data ............................................ 36

  • G. Teknik Analisis Data ..................................................... 37

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................. 38 B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

    Jeneponto ..................................................................... 44 C. Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa

    Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto .......... 45 D. Hambatan Yang dihadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak

    Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ................................................................................ 49

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................. 53 B. Saran ............................................................................ 54

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 55

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel I

    Tabel II

    Tabel III

    Tabel IV

    Tabel V

    Tabel VI

    Batas wilayah Desa Bontojai ...........................................................

    Luas dan Rincian wilayah Desa Bontojai ................................

    Jumlah jiwa penduduk Desa Bontojai setiap Dusun ........................

    Jumlah kepala keluarga Desa Bontojai berdasarkan

    mata pencaharian ................................................................

    Sarana dan Prasarana Desa Bontojai ................................

    Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bontojai

    Periode 2016 - 2021 ................................................................

    38

    39

    39

    40

    42

    43

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anak merupakan amanah yang diletakkan Allah di tangan orang

    tuanya. Mereka bertanggung jawab terhadap anak-anaknya di hadapan

    Allah. Jika amanah itu dipelihara dengan baik dengan memberikan

    pendidikan yang baik dari anak yang diasuhnya maka pahala lah yang

    akan diperolehnya tetapi sebaliknya jika mereka menelantarkan amanah

    itu maka mereka akan dapat ganjarannya.

    Ketika seorang anak baru dilahirkan kedunia ini ia tetap

    bergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang

    menempel pada keseluruhannya. Anak itu harus diberi makan seperti

    yang biasa ia dapatkan melalui darah ibunya ketika ia masih jadi janin.

    Pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan

    sosial anak adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Nasihat ini

    dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu dan

    mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak

    yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Maka tidak

    heran kita mendapatkan Al-Qur’an brbicara tentang jiwa dan mengulang-

    ulang dalam beberapa ayat dan tempat.1

    1Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam,

    (Semarang: CV. As-Syifa, 1981), h. 65

  • 2

    Pendidikan akhlak pada anak-anak harus dilakukan sedini

    mungkin.Sehingga ketika dewasa anak tersebut mempunyai akhlak yang

    mulia.Orang tua terutama ibu mempunyai peran paling penting dalam

    mendidik anaknya, karena ia merupakan madrasah pertama bagi anak-

    anaknya. Seorang anak ibarat kertas putih bersih tanpa noda, sedangkan

    orang tua mempunyai kebebasan untuk memberikan warna apapun

    sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Baik dan buruknya akhlak anak

    tergantung pada pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.

    Oleh karena itu, orang tua maupun guru yang akan mendidik

    anak di rumah maupun disekolahan harus mempunyai metode, agar

    nantinya bisa mendidik anak dengan baik dan menjadi anak yang shalih-

    shalihah. Metode pendidikan akhlak diantaranya adalah metode

    pembiasaan, metode keteladanan, metode nasihat dan metode perhatian.

    Kemudian untuk strategi pendidikan akhlak yakni dibagi menjadi dua yaitu

    pendidikan langsung dan pendidikan tidak langsung. Pendidikan langsung

    diantaranya adalah keteladanan,anjuran, latihan. Pendidikan tidak

    langsung diantaranya adalah larangan, hukuman, hadiah dan

    pengawasan.

    Suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas akhlaknya, jika

    akhlaknya sudah rusak, niscaya hancurlah bangsa tersebut.2 Olehnya itu

    selain tanggung jawab dari anak itu sendiri, akhlak anak merupakan

    tanggung jawab orang tua dan orang disekitar lingkungan anak.

    2 Al Islam, 2009, Krisis Akhlak Umat Islam, http://blok.re.or.id/krisis-akhlak-umat-

    islam, Juli 2014

  • 3

    Ada banyak kesalahan penyimpangan yang terjadi dalam

    keluarga yang sering diremehkan oleh para kepala keluarga serta

    anggota-anggotanya. Padahal, kesalahan tersebut dapat menjauhkan

    keluarga dari ketentraman, kebahagiaan dan keberkahan. Namun

    ironisnya tidak sedikit keluarga yang justru menganggap kesalahan

    maupun penyimpangan tersebut adalah hal yang biasa yang wajar terjadi

    misalnya, menonton acara-acara yang kurang baik di TV yang membuat

    moral anak menjadi rusak.

    Jika para orang tua tidak dapat memikul tanggung jawab dan

    amanat yang diberikan pada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-

    faktor yang dapat menimbulkan kelainan pada ana serta upaya

    penanggulangannya maka akan terlihat suatu generasi yang bergelimang

    dosa dan penderitaan dalam masyarakat.

    Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan

    untuk belajar yaitu mengalami peubahan-perubahan, mulai saat lahir

    sampai mencapai umur tua. Sudah tentu, perubahan-perubahan yang

    diharapkan akan terjadi adalah perubahan yang bercorak positif yaitu

    perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan. Hal ini

    kelihatannya sudah jelas dengan sendirinya, namun ternyata perlu dikaji

    lebih lanjut. Suatu proses belajar juga dapat menghasilkan suatu

    perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang dapat dipandang bercorak

    negatif. 3

    3 Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), h , 1

  • 4

    Pada era globalisasi dan informasi seperti sekarang ini

    perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan, perubahan ini tidak

    dapat dibendung lagi dengan segala akses positif maupun negatifnya.

    Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua mengeluhkan

    tentang perilaku sebagian para anak yang amat mengkhawatirkan.

    Kekerasan didikan orang tua merampas kemerdekaan anaknya,

    adat dalam masyarakat yang kolot dan bodoh yang belum pandai

    menghargai pertumbuhan seseorang.4

    Masyarakat Desa Bontojai masih terdapat anak-anak yang

    akhlaknya kurang bagus. Maka hendaknya mendapat pengawasan,

    pengarahan serta pendidikan dari semua pihak khususnya pihak keluarga

    yaitu orang tua agar mereka tidak tersesat kejalan yang menyimpang dari

    norma Negara maupun norma agama, sehingga benar-benar menjadi

    manusia yang bertanggung jawab serta mampu memikul beban sebagai

    generasi penerus perjuangan bangsa. Maka dapat disimpulkan orang tua

    harus mempunyai strategi dalam penanaman akhlak anak di usia 6-12

    tahun

    Betapa pentingnya strategi orang tua sebagai peletak dasar pola

    penanaman akhlak anak . Sedang lembaga-lembaga yang lain hanya

    memberikan isinya saja ,untuk selanjutnya akan ditentukan sendiri bentuk

    dan warnanya oleh anak itu sendiri.5

    4Hamka, Pribadi, ( Jakarta: Bulan bintang, 1980), h. 17

    5Sujanto Agus , Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara ,2009),h, 10.

  • 5

    Dengan dasar itulah penulis merasa perlu dan tertarik untuk

    meneliti fenomena di atas yang kemudian di tuangkan dalam bentuk

    skripsi dengan judul “ Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak

    di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto” .

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya

    yaitu :

    1. Bagaimana akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

    Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?

    2. Bagaimana bentuk strategi orang tua dalam penanaman

    akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto ?

    3. Apa saja hambatan yang dihadapi orang tua dalam

    penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

    Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas

    maka tujuan penelitiannya yaitu :

    1. Untuk mengetahui akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

    Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?

  • 6

    2. Untuk mengetahui bentuk strategi orang tua dalam

    penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

    Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

    3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi orang tua dalam

    penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

    Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

    D. Manfaat penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat

    penulisannya yaitu

    1. Kegunaan praktis ,yaitu dalam hal ini penulis berusaha agar

    dapat menemukan strategi orang tua dalam penanaman

    akhlak anak yang lebih efektif .

    2. Kegunaan ilmiah, yaitu dalam hal ini agar penulis dapat

    menambah ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di

    bangku pendidikan/kuliah.

    3. Penelitian ini diharapkan menjadi sesuatu yang dapat

    meningkatkan strategi orang tua dalam penanaman akhlak

    anak khususnya Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Strategi Orang Tua

    1. Pengertian Strategi

    Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana

    dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing.

    Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukstristono (1995),

    strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

    pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi

    disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

    tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi strategi strategi yang

    sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar

    strategi, Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti

    sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang

    terjemahannya seperti berikut ini:

    Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

    (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan

    sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa

    depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang

    dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya

    kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen

  • 8

    memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu

    mencari kompetensi inti di dalambisnis yang dilakukan.1

    2. Pengertian Orang Tua

    Orang tua dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata orang tua

    mempunyai arti sebagai berikut : Ayah Ibu kandung, Orang yang dianggap

    tua (cerdik, pandai, ahli, dsb), orang-orang yang dihormati dan disegani

    dikampung”.2

    Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

    dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

    menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

    Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian

    keluaga, karenaorang tua merupakan bagian keluarga besar yang

    sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah,

    ibu dan anak-anak.3Keluarga dalam hubungannya dengan anak

    diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat

    memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di

    dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini

    langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari

    melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.Ahmad Tafsir

    berpendapat bahwa :

    1 Husein Umar, strategi management in action (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama 2001), h. 31 2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op, chit, h. 629. 3 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan islam (Cet. VI; Jakarta: PT Bumi

    Aksara, 2006), h. 35.

  • 9

    “Orang tua adalah pendidikan utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anak, disebut pendidikan utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut-sebut pendidikan pertama karena merekalah yang pertama yang mendidik anaknya,. Di sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orang tua”4

    Pada awalnya penciptaannya seorang anak lahir dalam keadaan

    suci dan bertauhid murni,ia mempunyai fitrah untuk beragama.

    Sebagaimana FirmanAllah Swt. dalam Q.S. Ar-Rum [30] ayat 30 :

    óΟÏ%r' sù y7 yγ ô_ uρ ÈÏe$#Ï9 $ Z ‹ ÏΖym 4 |Nt ôÜÏù «! $# ÉL©9 $# t sÜ sù }̈ $ ¨Ζ9 $# $pκö n=tæ 4 Ÿω Ÿ≅ƒÏ‰ö7 s? È,ù=y⇐Ï9 «!$# 4 šÏ9≡ sŒ Ú Ïe$!$# ÞΟÍhŠs)ø9 $#  ∅Å3≈ s9 uρ usYò2r& Ĩ$ ¨Ζ9 $# Ÿω tβθ ßϑn=ôètƒ ∩⊂⊃∪

    Terjemahnya:

    “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah dengan selurus-lurusnya, sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia atas fitrah itu. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tua tidak mengetahuinya.”5

    Pendidikan berawal dari rumah,di mana seorang anak tumbuh

    dari didikan orang tuanya. Dan rumah yang didambakan setiap anak

    adalah rumah layaknya surga, yaitu suasana yang penuh kasih sayang

    sehingga memberikan rasa aman kepada anak untuk bertumbuh

    kembang. Sebagai tugas dan kewajiban orang tua adalah untuk

    membahagiakan anak di dunia sampai akhirat.

    Mengenai tugas dan kewajiban orang tua Amir Daen

    Indrakusuma, mengatakan :

    4 Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam perspektif islam, (bandung: Remaja

    Rosdakarya, 1992), h. 95. 5Al-Quran dan Terjemahnya. (Cet X; Bandung: Diponegoro, 2010), h. 407.

  • 10

    “Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.” 6

    Penanaman pandangan hidup keagamaan sejak masa kanak-

    kanak adalah tindakan yang tepat dilakukan oleh orang tua, karena masa

    kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk perkembangan jiwa

    anak menuju kedewasaan melalui penanaman nilai-nilai keagamaan.

    Pada masa kanak-kanak tindakan orang tua yang terpenting adalah

    meresepkan dasar-dasar hidup beragama, seperti dengan membiasakan

    anak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan orang tuanya, agar

    anaknya tertanam untuk mencintai kegiatan yang dilakukan orang tuanya.

    Hal ini akan bisa terlaksana apabila adanya hubungan yang harmonis

    antara sesama anggota keluarga.7

    Hubungan dalam keluarga antara orang tua dengan anak

    didasarkan atas hubungan alamiah, dilaksanakan dalam bentuk kasih

    sayang yang murni, rasa kasih sayang antara oang tua dengan anaknya.

    Rasa kasih sayang yang demikian akan menjadi sumber kekuatan

    yangmendorongnya untuk selalu memberikan bimbingan dan pertolongan

    terhadap kebutuhan anak secara wajar.8

    Bimbingan dan pertolongan yang diberikan orang tua terhadap

    anak secara berlebihan justru akan membahayakan perkembangan jiwa

    6 Amir Daen Indrakusuma, pengantar ilmu pendidikan, (Bandung: CV Pustaka,

    1973), h. 27. 7 Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, (Cet. I;

    Makassar Alauddin University Press, 2014), h. 18 8 Abdullah ibnu sa’ad Al-fatih, langkah praktis mendidik anak sesuai tahapan

    usia, (bandung: irsyad baitus salam, 2007), h, 100.

  • 11

    anak, seperti rasa canggung bila berhadapan dengan orang lain,ragu-ragu

    dalam bertindak, membawa kepada sikap menggantungkan diri kepada

    orang lain dan sikap negatif lainnya.

    3. Tanggung Jawab Orang Tua

    Ditilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap

    anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa

    dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat

    umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah

    merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan

    yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan

    pelimpahan dari tanggung jawab orang tua karena satu dan lain tidak

    mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.9

    Allah Swt. berfirman dalam Q.S Al-Ahzab [33] ayat 67-68:

    (#θ ä9$s%uρ !$ oΨ−/u‘ !$̄ΡÎ) $ uΖ÷èsÛr& $ uΖs?yŠ$ y™ $ tΡu !#uy9 ä.uρ $ tΡθ=|Ê r' sù gŸξ‹Î6 ¡¡9 $# ∩∉∠∪ !$ oΨ−/u‘ öΝÍκÌE#u È ÷x ÷è ÅÊ š∅ÏΒ É>#x‹ yèø9 $# öΝåκ÷]yè ø9 $#uρ $ YΖ÷ès9 # ZÎ7 x. ∩∉∇∪

    Terjemahnya:

    “Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).”

    “Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.10

    9 Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38 10

    Al-Qur’an Alkarim Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 427

  • 12

    Berdasarkan penjelasan pada poin sebelumnya bahwa orang tua

    merupakan pendidik pertama bagi anak. Oleh karena itu, orang tua

    memiliki tanggung jawab yang sangat penting terhadap anaknya.

    Pendidikan pertama yang harus diberikan oleh orang tua kepada

    anaknya adalah tentang cara anak itu mengenal Tuhannya dalam artian

    pendidikan Aqidah, karena pendidikan Aqidah akan melahirkan keimanan

    dari sang anak dan menjadikan anak tersebut memiliki akhlak yang terpuji.

    Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak yang ada padanya adalah

    titipan Allah Swt. Maka, orang tua bertanggung jawab dalam

    kesejahteraan jasmani maupun rohani.

    Allah Swt. berfirman dalam Q.S An-Nisa’ [4] ayat 9:

    |·÷‚ u‹ø9 uρ š Ï%©!$# öθ s9 (#θ ä.t s? ôÏΒ óΟÎγ Ï ù=yz Zπ −ƒÍh‘ èŒ $ ¸ ≈ yè ÅÊ (#θ èù%s{ öΝÎγ øŠn=tæ (#θ à)−Gu‹ ù=sù ©! $# (#θ ä9θà)u‹ ø9 uρ Zω öθ s% # ´‰ƒ ωy™ ∩∪

    Terjemahnya:

    “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir tehadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”11

    Ayat tersebut dapat diketahui bahwa kelemahan ekonomi,

    kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak,

    akibat kekurangan makanan yang bergizi: merupakan tanggungjawab

    kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan

    11

    Ibid, h: 78

  • 13

    kemurahan. Yaitu untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi

    hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang

    tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat

    desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap

    kesejahteraannya.

    Allah Swt. berfirman dalam Q.S Maryam [19] ayat 59:

    * y# n=sƒm .ÏΒ öΝÏδ ω÷èt/ ì# ù=yz (#θãã$ |Ê r& nο4θ n=¢Á9 $# (#θãèt7 ¨?$#uρ ÏN≡ uθ pꤶ9 $# ( t∃öθ |¡sù tβöθ s)ù=tƒ $†‹ xî Terjemahnya:

    Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.12

    Ayat tersebut menceritakan bahwa setelah Allah menceritakan

    tentang golongan orang-orang yang beruntung, yaitu para Nabi dan para

    pengikut mereka yang menegakkan hukum-hukum dan perintah-perintah

    Allah, serta menunaikan fardhu-fardhu ketentuan Allah, lagi meninggalkan

    berbagai ancaman-Nya; Dia menyebutkan bahwa: Fakhalafa mim

    ba’diHim khalfun (“Akan datang sesudah mereka satu generasi,”) yaitu

    generasi (kurun) lain; adlaa’ush shalaata (“Yang menyia nyiakan shalat,”)

    dan jika mereka menyia-nyiakannya, maka kewajiban-kewajiban lain pasti

    lebih diremehkan. Karena shalat adalah tiang agama dan sebaik-baik

    amal seorang hamba. Kemudian, mereka pasti akan menuruti

    kesenangan dan kelezatan dunia, serta senang dengan kehidupan dunia,

    12

    Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 309

  • 14

    mereka merasa tenteram di dalamnya. Mereka itu akan ditimpa “ghayya,”

    yaitu kerugian pada hari Kiamat.

    Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut

    Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:

    a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

    b. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

    c. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

    d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.13

    Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan sosial pertama

    yang dikenalnya, karena sejatinya setap anak terlahir fitrah dan keluarga

    yang menjadi penentu. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal

    bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Hal tersebut sesuai sabda

    Rasulullah saw. sebagai berikut:

    ِ َصلَّى هللاُ َعَلْيِه َوَسلَّمَ َعْن أَبِي ُهَرْيَرةَ َّ ُمُروا أَْوَالَدُكْم :قَاَل َرُسوُل

    َالةِ َوُهْم أَْبنَاُء َسْبعِ ِسِنيَن، َواْضِربُوُهْم َعَلْيَها، َوُهْم أَْبنَاُء َعْشرٍ بِالصَّ

    قُوا بَْيَنُهْم فِي اْلَمَضاِجعِسِنيَن َوفَرِّ

    ( رواه أبوداود

    13 Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38

  • 15

    Artinya: “Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau sudah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud)14

    Rasulullah menjelaskan dalam hadits ini bahwa orang tua harus

    memerintahkan anaknya untuk shalat mulai dari berumur tujuh sampai

    sepuluh tahun. Orang tua bisa introspeksi diri apakah kewajiban ini sudah

    ditunaikan sebelum dia minta anaknya berbakti kepadanya dan minta hak-

    haknya selaku orang tua. Jangan sampai dia cuma ingat kewajiban

    anaknya untuk berbakti kepada dirinya, sementara dia belum menunaikan

    kewajibannya sepenuhnya selaku orang tua terhadap anaknya.

    Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa

    keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh

    karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan

    tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada

    semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu

    mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama

    yang baik, mengajarkan membaca al-Qur’an, membiasakan shalat serta

    bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama.15

    Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan

    terhadap tingkah lakunya, banyak memberikan perhatian pada anak

    dalam belajar bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan

    14 Abu daud, Op, chit. h, 75. 15 Jalaluddin, Psikologgi Agama (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    1996), h. 220.

  • 16

    sehari-hari. Tingkah laku yang mendapat penghargaan dari orang tua

    akan menimbulkan pengertian kepada anak bahwa tingkah laku tersebut

    diterima oleh lingkungannya. Sebaliknya, hukuman yang diberikan oleh

    orang tua memberikan pengertian pada anak bahwa tingkah laku tersebut

    tidak dikehendaki.16

    Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, orang tua tanggung

    jawab utama dalam pendidikan anak. Hal itu telah dijelaskan dalam sisi

    agama maka penting diperhatikan oleh setiap orang tua cara-cara

    mendidik anak yang baik agar tanggung jawabnya terlaksana, anak-anak

    pun dapat menerima haknya dengan baik.

    4. Prinsip-prinsip orang tua dalam membina anak

    Untuk menghindari perkembangan jiwa yang tidak wajar,Islam

    mengajarkan mengenai beberapa prinsip yang akan dilakukan orang tua

    dalam membina putra-putrinya.

    Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:

    a. Anak ketika baru lahir berada dalam keadaan tidak berdaya dan

    dalam keadaan fitrah dengan potensi-potensi untuk bertumbuh

    dan berkembang. Hal ini mengundang bantuan dan pengaruh

    orang tua untuk mengarahkan dan memanfaatkannya sesuai

    dengan perkembangan dan kesiapan anak untuk menerimanya

    berlandaskan nilai-nilai dan norma-norma Islam.

    16 Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, loc.

    cit, h. 34.

  • 17

    b. Hubungan dan suasana kekeluargaan yang memberikan rasa

    aman dan cinta kasih kepada anak.Suasana rumah tangga yang

    baik ditandai oleh hubungan dan suasana kekeluargaan yang

    harmonis, sehingga setiap anggotanya merasakan aman dan

    tentram yang diliputi oleh rasa cinta kasih sayang.Seperti yang

    dikatakan oleh Musthafa Fahmi :

    “Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh anak, si anak memerlukan suatu perasaan bahwa ada kasih sayang yang memberikan kehangatan baginya.”17

    Perasaan aman dalam jiwa meliputi tiga syarat pokok, yaitu :

    kasih sayang, penerimaan, dan kestabilan. Perasaan anak bahwa ia

    disayangi orang tuanya adalah sangat penting bagi pertumbuhannya, baik

    dari segi emosi, biologi maupun mental anak.

    Kasih sayang tidak dapat berperan baik dalam membuat anak

    merasa aman, kecuali apabila anak merasa bahwa dirinya diterima dalam

    keluarga, ia mendapat tempat dalam keluarga dan anak merasa orang

    tuanya telah berkorban untuk kebahagiaannya. Adapun kestabilan

    keluaraga juga sangat penting bagi pencapaian rasa aman anak. Semakin

    harmonis hubungan antar anggota keluarga maka pertumbuhan anak

    akan semakin stabil pula. Dan sebaliknya apabila lingkungan keluarga itu

    17 Mustafa Fahmi, kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat

    (Jakarta: bulan bintang, 1974), h. 56.

  • 18

    goncang, tidak ada kesesuaian, miskin dari nilai-nilai moral, maka

    pertumbuhan anak terhambat, jiwanya goncang dan tidak stabil.18

    c. Orang tua adalah pendidik yang bertanggung jawab atas

    pembinaan anak-anaknya. Syariat Islam telah menjadikan orang

    tua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dengan

    dasar bahwa anak adalah amanah Tuhan untuk dipelihara dan

    akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan kelak.

    d. Kewibawaan orang tua sebagai pendidik anaknya

    dirumah.Orang tua yang memiliki kewibawaan adalah orang tua

    yang mengetahui norma dan perilaku yang baik serta berusaha

    hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini, sehingga

    anak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi orang

    tuanya. Tingkat kewibawaan orang tua terhadap anak-anaknya

    sebanding dengan tingkat realisasi nilai dan norma dalam

    pribadinya.

    e. Orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya. Orang tua dalam

    mendidik anak-anaknya tidak cukup hanya dengan nasehat-

    nasehat, dalam arti memberikan pengetahuan tentang nilai dan

    sikap yang baik saja, akan tetapi harus dimulai dengan mendidik

    diri sendiri, yaitu dengan memberi contoh terlebih dahulu kepada

    18 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian (Peran Moral Intelektual, Emosional

    dan Sosial Sebagai Wujud Integras Membangun Jati Diri), (Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.78

  • 19

    anak-anaknya.19 Sikap dan perilaku terpuji orang tua terhadap

    anaknya mencerminkan ia mempunyai kepribadian luhur yang

    akan dijadikan contoh ideal bagi perilaku pribadinya sehari-hari.

    f. Penanaman budi pekerti yang baik dalam keluarga adalah tugas

    utama oang tua terhadap anaknya.Seseorang yang berbudi

    pekerti baik adalah seseorang yang perbuatan dan perilakunya

    sesuai dengan nilai dan norma yang baik yang berlaku dalam

    masyarakat. Untuk tercapainya keseimbangan antara norma

    dalam keluarga dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

    Sehubungan dengan hal itu, maka orang tua di rumah selalu

    menanamkan akhlak yang baik agar anak hidup serasi dan bahagia dalam

    lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai ciri pokok seseorang

    yang berakhlak mulia adalah rasa tanggung jawab.

    Tanggung jawab adalah mengetahui nilai dan norma, terutama

    hak dan kewajiban dan berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma

    yang diyakini. Akhlak baik yang ditopang oleh pengetahuan dan

    ketrampilan yang bermanfaat akan tercermin dalam bentuk amal kebaikan

    yang dampaknya akan kelihatan dalam kehidupan pribadinya di

    lingkungan keluarga serta dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya.20

    Di tangan orang tualah (ibu apak), anak-anak akan menjadi

    amanah, kabar gembira, musuh, cobaan, hiburan, fitnah dan perhiasan

    dunia atau menjadi baik atau buruk. Mereka akan tumbuh dan

    19 Rahmat Suyud, Pokok-pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN SUKA,1978), h. 30.

    20 WJs. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 38.

  • 20

    berkembang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang luhur, dan

    tingkah laku yang ditanamkan oleh orang tuanya

    .

    B. Penanaman Akhlak Anak

    1. Pengertian Akhlak

    Kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, jamak dari kata khuluq

    atau al-khaliq yang artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

    tabiat.21 Sedangkan secara terminologis akhlak adalah perbuatan yang

    menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela,

    tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.22

    Akhlak mengajarkan kita untuk meraih keutamaan bagi diri

    sendiri dengan berakhlak baik, patuh kepada kewajiban, manusiawi,

    berbudi, setia, berwatak baik, riang gembira, dan jujur. Selain itu, agama

    juga mengajarkan untuk mempertahankan hak-hak kita dengan tidak

    melampaui batas (tidak merampas hak milik, kehormatan, atau pun nyawa

    orang lain). Selain itu, agama mengajarkan kita untuk berusaha mengejar

    ilmu pengetahuan dan, pada akhirnya, dengan akhlak yang baik dapat

    menegakkan keadilan dalam segala urusan dan melaksanakannya secara

    wajar.23

    21 Kementerian agama, buku siswa akidah akhlak ,( jakarta : kementerian

    agama , 2014) ,h. 31 22 A. Rachman Assegaf , Studi Islam Kontekstual, (Yogyakarta: Gama Media,

    2005) ,h. 161 23 Muhammad Husain Thabathabai’i, inilah islam ( Jakarta: Sadra Press,

    2011), h. 18.

  • 21

    Untuk memperjelas pemahaman tentang pengertian akhlak,

    penulis merasa perlu memperdalam tentang pengertian akhlak dari

    beberapa ahli, antara lain:

    1. Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)

    2. Ibnu Maskawaih memberikan definisi akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu

    3. Ahmad amin memberikan definisi akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.24

    Dari uraian diatas, akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,

    yaitu keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut

    benar-benar telah melekat sifat-sifat yang merlahirkan perbuatan-

    perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-

    angan lagi. Kunci akhlak sesorang itu berada pada jiwa orang itu sendiri,

    jika jiwanya baik, maka akan melahirkan perbuatan atau akhlak yang baik.

    Sebaliknya, apabila jiwanya buruk akan melahirkan akhlak yang buruk.

    Oleh karena itu, untuk mengetahui baik buruknya akhlak seseorang bisa

    dilihat dari perbuatannya dan gerak-geraknya secara lahiriyah.

    2. Dasar-dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak

    Setiap kali disebut akhlak, maka yang dimaksud adalah akhlak

    yang didasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah, bukan yang

    24 Nur khalisah latuconsinah, Aqidah Akhlak Kontemporer (Makassar;

    Alauddin University Press 20014), h. 209.

  • 22

    lainnya.25Dalam konsep akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan buruk,

    terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-

    Hadits. Oleh karena itu dasar dan pembinaan akhlak ada dua, yaitu Al-

    Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu

    sendiri.26 Segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya

    pada hakikatnya adalah untuk mencapai kebahagiaan, sedangkan

    kebahagiaan, menurut sistem akhlak yang islami dapat dicapai dengan

    jalan menuruti perintah-Nya dengan cara menjalankan segala

    perintahNya, dan menjahui segala laranganNya, sebagaimana yang

    tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an

    dan Al-Hadits.

    Islam menganjurkan agar kita berakhlak positif dengan

    mencontoh perilaku Nabi SAW, karena dalam diri beliau terdapat suri

    teladan yang baik. Dasar akhlak Islam berdasarkan Al-Qur’an.

    a) Al-Qur’an

    Firman Allah dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 21 :

    ô‰s)©9 tβ% x. öΝä3s9 ’Îû ÉΑθ ß™u‘ «!$# îοuθ ó™é& ×πuΖ|¡ym yϑÏj9 tβ% x. (#θ ã_ ötƒ ©! $# tΠ öθu‹ ø9 $#uρ t ÅzFψ$# t x.sŒ uρ ©!$# # Z ÏVx. ∩⊄⊇∪

    Terjemahnya:

    Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

    25Ibid, h. 113.

    26 Kementerian Agama, Op.cit, h. 33

  • 23

    Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27

    Dalam surah Al-Qalam [68] ayat 4 menjelaskan :

    y7 ¯ΡÎ)uρ 4’n? yès9 @,è=äz 5ΟŠÏàtã ∩⊆∪

    Terjemahnya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.28

    b) Al-Hadits

    Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi akhlakul

    karimah. Banyak hadits yang menerangkan dan menunjukkan masalah

    akhlakul karimah. Rasulullah sendiri benar-benar memiliki akhlakul

    karimah.

    sebagaimana yang diajarkan di dalam Al-Qur’an. Sabda Rasulullah :

    ُ َعَلْيِه َوَسلََّم أَْكَمُل اْلُمؤْ َّ ِ َصلَّى َّ َعْن أَبِي ُهَرْيَرةَ قَاَل قَاَل َرُسوُل ِخيَاُرُكْم ِلِنَساِئِهْم ُخلُقًا (الترمذى)

    Artinya:

    “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.(HR.At-Tirmidzi)29

    Rasulullah SAW bersabda:

    27Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya, 2014),h. 420.

    28 Ibid, h. 564 29 Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya:Bina Ilmu,1984),h. 109

  • 24

    ُ َعَلْيِه َوَسلََّم يَقُوُل َما َّ ِمْن َعْن أَبِي الدَّْرَداِء قَاَل َسِمْعُت النَّبِيَّ َصلَّى َشْيٍء يُوَضُع فِي اْلِميَزاِن أَثَْقُل ِمْن ُحْسِن اْلُخلُِق َوإِنَّ َصاِحَب ُحْسِن

    َالةِ ْوِم َوالصَّ اْلُخلُِق َلَيْبلُُغ بِِه َدَرَجةَ َصاِحِب الصَّ

    (الترمذي)

    Artinya:

    Abu Darda’ meriwayatkan: Aku mendengar Nabi Muhammad saw berkata, “Tak ada yang lebih berat pada timbangan (Mizan, di hari Pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh, orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi)30

    Tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan

    kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia

    maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah dan

    mu’amalah ma’annas, insya Allah akan memperoleh rida-Nya. Orang

    mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh jaminan kehidupan baik di

    duniawai maupun ukhrawi.31

    Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al

    Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah

    menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat),

    kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan,

    kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa

    yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan

    pendidikan Islam itu sendiri.

    30 Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim, (Jakarta: Darul

    Falah,2004),h. 218 31 Alwan Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

    Sunan Kalijaga, 2005), hlm.7

  • 25

    Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan

    pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik

    laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat,

    perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya)

    dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan

    perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan

    bahwa perbuatan itu benar-benar keji).

    Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan

    pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia,

    berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan

    santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala

    perbuatannya, suci murni hatinya”.32 Tujuan di atas selaras dengan tujuan

    pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem

    Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:

    “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

    32 Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam,Terj.

    Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm.346.

  • 26

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab”.

    3. Macam-macam Akhlak

    Penggolongan akhlak secara garis besar ada dua, yaitu : akhlak

    mahmudah artinya segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang

    terpuji) dan akhlak mazmummah artinya segala macam sikap dan tingkah

    laku yang tercela.33 Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir

    adalah merupakan cermin atau gambaran dari pada sifat atau kelakuan

    batin.

    a. Akhlak Mahmudah

    Akhlak Mahmudah Adalah akhlak baik atau akhlak terpuji.

    Firman Allah dalam QS. An-Nahl [16] ayat 90 :

    * ¨βÎ) ©!$# ã ãΒ ù' tƒ ÉΑô‰yè ø9 $$Î/ Ç≈|¡ ôm M}$#uρ Ç›!$tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4† n1ö à)ø9 $# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Çtã Ï !$ t± ósx ø9 $# Ì x6Ψßϑø9 $#uρ Ä øöt7 ø9 $#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6̄=yès9 šχρã ©.x‹ s? ∩⊃∪

    Terjemahan:

    Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.34

    Adapun akhlak terpuji yang harus dimiliki seorang muslim

    adalah: a) Berani dalam segala hal yang positif;

    33 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf ,(Bandung : Pustaka Setia, 1999),h. 109 34 Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya,

    2014),h. 277

  • 27

    b) Adil dan bijaksana dalam menghadapi dan memutuskan

    sesuatu;

    c) Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri;

    d) Jujur, benar dan amanah;

    e) Ikhlas, dan pemaaf;

    f) Tawadu’ (rendah hati);

    g) Mengutamaan perdamaian daripada perselisihan, dll.

    h) Menjauhi sifat iri hati dan dengki.35

    b. Akhlak Mazmummah

    Akhlak mazmummah secara Linguistik adalah “tercela” atau

    tidak terpuji.36. Seseorang seharusnya menjauhi akhlak tercela. Berikut

    adalah beberapa akhlak tecela yang harus dijauhi, antara lain:

    a) Zalim terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Allah

    b) Kikir dengan hartanya dan tidak mau bersedekah

    c) Suka berbuat dosa dan permusuhan

    d) Pendendam dan sulit memaafkan oranglain

    e) Kufur terhadap nikmat Allah

    f) Tidak mau berkorban untuk kepentingan agama, negara, dan

    masyarakat.37

    35 Kementerian agama,op. cit h. 49 36 Nur khalisah latuconsinah,op.cit h. 381 37 Kementerian agama,op. cit h. 66-67

  • 28

    4. Pengertian Anak

    Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai

    pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang kecil

    ataupun manusia yang belum dewasa.38

    Sedangkan menurut R.A Kosnan, anak-anak yaitu manusia

    muda dalam umur muda, jiwa dan perjalanan hidupnya, karena mudah

    terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.39

    Hak anak menurut Tahun Internasional Anak 1979: 1. Haknya untuk menerima kasih sayang dan pengertian. 2. Untuk mendapat gizi yang cukup. 3. Pelayanan kesehatan yang memadai. 4. Menikmati pendidikan. 5. Kemungkinan untuk bermaindan berkreasi. 6. Mempunyai nama dan kebangsaan. 7. Menikmati prioritas pertama untuk ditolong dalam keadaan

    musibah. 8. Belajar menjadi anggota masyarakat yang berguna dan

    mendapat kesempatan untuk menyumbangkan bakat-bakat pribadi.

    9. Dibesarkan dalam lingkungan kesejahteraan dan kerukunan, dan menikmati hak-hak tersebut diatas tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, tingkat sosial, kebangsaan dan, nasionalisme.40

    5. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak

    Untuk menyongsong kecerahan hidup masa depan anak

    pelaksanaan pendidikan agama sangat penting. Dalam hal ini, maka Prof.

    Dr. Zakiah Drajat memberikan kunci suksesnya sebagai berikut:

    38W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:

    Amirko, 1984), h.25 39R.A.Koesnan, susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung:

    Sumur, 2005), h.113 40Dra. Suryanah, keperawatan anak untuk siswa spk, (Jakarta, penerbit buku

    kedoteran BGC 1996), h. 1

  • 29

    a. Pembinaan pribadi anak

    Hal ini dapat diusahakan melalui pendidikan formal maupun

    informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan,

    pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan

    pembinaan pribadinya. Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama

    dan utama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara

    hidupnya dan perlakuan mereka, merupakan unsur pendidikan yang tidak

    langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak

    yang sedang bertumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama dan

    pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya

    terhadap agama dan guru agama. Jika guru agama mampu membina

    sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan

    akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja

    mudah dan anak telah mempunyai pegangan atau dalam menghadapi

    berbagai kegoncangan yang biasa terjadi.

    b. Perkembangan Agama pada anak

    Hal ini sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang

    dilaluinya terutama pada masa-masa pertumbuhan yang awal dari umur 6-

    12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak tidak mendapat didikan

    agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti

    setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negative terhadap agama.

    Anak mulai mengenail Tuhan melalui orang tua dan lingkungan

    keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat

  • 30

    mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Hubungan anak

    dengan orang tuanya mempunyai pengaruh dalam perkembangan agama

    si anak. Anak yang merasakan adanya hubungan hangat (akrab) dengan

    orang tuanya merasa bahwa dia disayangi dan dilindungi serta mendapat

    perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan mengikuti

    kebiasaan orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung taat beragama.

    Untuk membina perkembangan agama pada anak-anak ini.

    c. Pembiasaan pendidikan pada anak

    Hal ini sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-

    latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Yang akan

    membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan

    bertambah jelas dan kuat yang pada akhirnya tidak dapat tergoyahkan

    lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Kebiasaan dan

    latihan keagamaan sejak kecil yang dapat membuat anak cenderung

    kepada melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk, yang hal ini

    akan dapat membentuk sikap, membina moral, dan pribadi anak menjadi

    manusia yang taat beragama.

    Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut pelaksanaan

    ibadah harus dibiasakan sejak kecil, yang hal ini akan menumbuhkan jiwa

    rasa senang melakukan ibadah. Pembiasaan dalam melaksanakan

    pendidikan agama pada anak sangat penting dalam pembentukan pribadi,

    akhlak dan agama pada umumnya, yang akan memperbanyak unsur

  • 31

    agama dalam pribadinya dan memudahkan anak dalam memahami

    ajaran-ajaran agama.41

    41 Bakir Yusuf Barmawi, pembinaan kehidupan beragama islam pada anak,

    (Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), h, 40-41.

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis

    kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

    postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

    alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen ) dimana peneliti adalah

    instrumen kunci ,pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

    purposive dan snowbaal ,tehnik pengumpulan dengan trianggulasi

    (gabungan) ,analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil

    penelitian kualitatif lebih menekanka makna daripada generalisasi.1

    B. Lokasi dan Objek Penelitian

    Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontojai

    Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto dan yang menjadi objek

    penelitian dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak di Desa Bontojai

    Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

    C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian

    1. Fokus Penelitian

    Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:

    a. Strategi Orang Tua

    1 Sugiyono , metode penelitian pendidikan (cet.25;Bandung : Alfabeta ,2017 )

    h, 15

  • 33

    b. Penanaman Akhlak Anak usia 6-12 tahun

    2. Deskripsi Fokus Penelitian

    Adapun yang menjadi Deskripsi Fokus Penelitian adalah:

    a. Strategi orang tua

    Strategi orang tua dalam menanamkan akhlak anak harus

    dilakukan sedini mungkin. Karena orang tua bertanggung

    jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan

    melindungi anak serta bertanggung jawab atas terwujudnya

    kesejahteraan anak.

    b. Penanaman akhlak anak

    Penanaman akhlak anak harus jugadilakukan sedini

    mungkin agar seorang anak tidak berkarakter buruk apalagi

    sampai menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan

    dengan kekerasan mereka menganggap masalah akan

    selesai, padahal akan menimbulkan kekerasan yang lain.

    D. Sumber Data

    Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Data Primer

    “Data primer menurut sugiono adalah sumber data yang

    langsung memberikan data yang langsung, memberikan data

    kepada pengumpul data”.2 Berdasarkan pengertian di atas maka

    2 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2006). h.105

  • 34

    dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang

    didapatkan langsung dari apa yang diteliti. Adapun data primer

    dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan

    untuk memperoleh data dari respon den dimana yaitu orang tua

    2. Data Sekunder

    Data sekunder menurut sugiyono dalah data yang tidak langsung

    memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui

    orang lain atau mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan

    menggunakan literature yang dilakukan terhadap banyak buku dan

    diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan

    penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah

    penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement

    data primer yaitu kepala Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto.

    E. Instrumen penelitian

    Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus

    betul-betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga

    menghasilkan data empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan

    berhasil apabila banyak mengunakan instrument agar data tersebut dapat

    menjawab pertanyaan. Penelitian dan menguji hipotesis, maka penulis

    menggunakan beberapa teknik pedoman observasi, wawancara, dan

    dokumentasi.

  • 35

    a. Pedoman observasi

    Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

    sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian

    dilakukan pencatatan.3 Observasi diartikan sebagai usaha mengamati

    fenomena-fenomena yang akan di selidiki baik itu secara langsung

    maupun secara tidak langsung dengan mengfungsikan secara alat indera

    dari pengamatan untuk mendapatkan informasi dan data akan diperlukan

    tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan observasi tidak langsung adalah

    pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa

    yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui filem,

    rangkaian slide, atau rangakian photo. Dalam menggunakan teknik

    observasibaik langsung maupun tidak langsung diharapkan

    mengfungsikan setiap slat indera untuk mendapatkandata yang lengkap .

    b. Pedoman Wawancara

    Wawancara merupakan proses interaksi antara respon untuk

    menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap

    muka dan bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan

    beberapa pertanyaan yang menghubungkan dengan informasi yang

    diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan secara lisan pula, memperoleh

    keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil

    bertatap muka antara sipenannya atau pewancara dengan si pengaruh

    atau responden yang menggunakan alat panduaan wawancara.

    3 P. Joko Subagyo, metodologi dalam teori dan praktek (Jakarta: rineka cipta,

    2004),h. 63.

  • 36

    c. Catatan Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan

    atau kejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik

    pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan,

    transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan

    sebagainya. Dalam hal ini penulis menggunakan catatan dokumentasi

    untuk memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan

    dapat dipertanggung jawabkan.

    F. Tekhnik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    cara: Riset lapangan, yaitu cara penghitungan data dengan penulis

    lagsung turun ke lapangan. Dalam hal ini Desa bontojai kecamatan

    tamalatea kabupaten jeneponto guna mengumpulkan data yang

    diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu data yang

    dikumpulkan ini bersifat emperis. Kemudian dalam penelitian lapangan ini

    penulis menggunakan teknik-tekni pengumpulan data, sebagai berikut;

    1. observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

    fenomena-fenomena yang diselidiki.4

    2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam

    percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.5

    4 Nana Syaohdih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 2010), h 220. 5 Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

    Penelitian. (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011). h 330.

  • 37

    3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari

    referensi yang membahas tentang objek peneliitian.6

    G. Tekhnik Analisis Data

    Pada tahapan ini data yang telah dikumpulkan baik melalui

    penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, terlebih dahulu

    diolah kemudian dianalisis. Dalam pengolahan analisis data ini,

    dipergunakan beberapa metode, yaitu:

    1. Metode induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan

    pada hal-hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat

    dipakai sebagai kesimpulan yang bersifat umum.7

    2. Metode deduktif yaitu, metode penulisan atau penjelasandengan

    bertolak dari pengetahuan bersifat umum. Atau mengolah data dan

    meganalisa dari hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan

    kesimpulan yang bersifat khusus.8

    3. Metode komperatif, yaitu analisis data yang membandingkan

    pendapat yang berbeda kemudian pendapat tersebut di rumuskan

    menjadi kesimpulan yang bersifat objektif.9

    6Burhan Bungin.Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

    dan Ilmu sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121. 7Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet, XXX; Yogyakarta: Andi Offset,

    1987), h. 42 8Ibid, h. 36

    9Winarno Surachman, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar, Metode, dan

    teknik.(Bandung: Tarsita, 1990), h.. 135

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Kondisi Geografis Desa Bontojai

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Bontojai merupakan salah satu desa yang masuk dalam

    wilayah kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi

    Selatan dengan luas wilayah 3,6 km2.

    Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:

    Tabel I

    Batas Wilayah Desa

    Batas Desa Kecamatan

    Sebelah Utara Ujung Batu Tamalatea

    Sebelah Selatan

    - Bontomanai

    - Bontojai

    Tamalatea

    Sebelah Barat Kassika Tamalatea

    Sebelah Timur Bonto Baddo Tamalatea

    (sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

    Jeneponto tahun 2016)

  • 39

    Tabel II

    Luas dan Rincian Wilayah

    No Rincian wilayah Jumlah (Ha)

    1. Luas daerah pemukiman 80,10

    2. Luas daerah perkebunan 97,41

    3. Luas daerah persawahan 35,00

    (sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto tahun 2016)

    2. Jumlah Penduduk Desa Bontojai

    Desa Bontojai merupakan desa yang berpenduduk cukup padat,

    dan terdiri dari 5 Dusun 10 RK. Hal ini dapat dilihat dari hasil pendataan

    yang dilakukan oleh kader masyarakat (KPM) tercatat jumlah penduduk

    desa Bontojai sekitar 2758 jiwa. Perempuan 1377 jiwa, laki-laki 1381 jiwa

    dari 797 KK.

    Tabel III

    Jumlah Jiwa Penduduk Desa Bontojai untuk Setiap Dusun

    Dusun

    Bt.manai

    Dusun

    Bt.jai

    Dusun

    Ujung Batu

    Dusun

    Kassika

    Dusun Bt.

    baddo

    P L P L P L P L P L

    381 405 359 361 226 225 225 216 186 174

    Total 786 Total 720 Total 451 Total 441 Total 360

    (sumber data: hasil densus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)

  • 40

    Tabel IV

    Jumlah Kepala keluarga di Desa Bontojai berdasarkan

    Jenis Mata Pencaharian

    Jenis

    Kelamin

    Dusun

    Bt.Manai

    Dusun

    Bt.jai

    Dusun

    Ujung

    Batu

    Dusun

    Kassika

    Dusun

    Bt.Baddo

    Laki-laki 405 361 225 216 174

    Perempua

    n 381 359 226 225 186

    Jual-jualan 15 15 8 5 4

    Petani

    rumput laut - 5 85 68 70

    Bengkel 2 1 - - -

    Jual ikan 3 5 2 1 -

    Nelayan - - 30 13 17

    Tukang

    ojek/bentor 10 15 5 5 5

    Petani 120 81 - - -

    Tukang

    kayu - 4 - - -

    Sopir 15 10 5 5 5

    PNS 8 9 5 3 3

    Guru ngaji 5 5 2 2 2

  • 41

    Tidak

    punya

    pekerjaan

    15 18 11 9 10

    Tukang

    batu 9 15 - - -

    (sumber data: hasil sensus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)

    3. Sarana, Prasarana dan Tingkat Pendidikan

    Masyarakat desa Bontojai sebagian besar tamatan SD,

    sebagian lagi tamatan SMP, SMA, bahkan malah tidak sekolah sama

    sekali atau putus sekolah. Hanya sebagian yang bisa melanjutkan ke

    perguruan tinggi. Dari hasil sensus, rata-rata tingkat pendidikan keluarga

    miskin hanya dapar menempuh pendidikan dasar, bahkan banyak yang

    tidak tamat. Hal ini dipengaruhi oleh desakan ekonomi, faktor lingkungan

    bahkan faktor rendahnya kemauan anak-anak untuk menuntut ilmu. Selain

    itu banyak anak-anak yang putus sekolah karena perkawinan di usia

    muda.

    Tabel V

    Sarana dan Prasarana Desa Bontojai

    No Sarana dan Prasarana Volume

    1. Kantor Desa 1 Unit

    2. TK/PAUD (TK YASPIT Bontojai) 1 Unit

    3. SD/MI ( SD Inpres 228 Bontomanai) 1 Unit

    4. SMP/MTs (MTs Borong Tala) 1 Unit

  • 42

    5. SMA/MA (SMA YASPIT Bontojai) 1 Unit

    6. Pasar Desa -

    7. Jalan Poros Desa 3 km

    8. Dekker Plat 2 Unit

    9. Jalan Tani 3000 m

    10. Drainase 6000 m

    11. Jalan Setapak Paving Blok 5000 m

    12. Masjid 5 Unit

    13. Posyandu 5 Unit

    14. Pustu 1 Unit

    15. Sumur Perpipaan 1 Unit

    16. Bak Penampung 3 Unit

    (sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan TamalateaKabupaten

    Jeneponto tahun 2016)

    4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bontojai

    Tabel VI

    Struktur organisasi pemerintahan desa Bontojai

    periode 2016-2021

    No Nama Jabatan

    1. Muh. Sahrir Kepala Desa

    2. Misbahuddin Sekretaris Desa

    3. Hasni S KAUR TU

  • 43

    4. Indarwansyah KAUR Keuangan

    5. Al Munawir, S.Pdi KAUR Perencanaan

    6. Tahiruddin KASI Pemerintahan

    7. Muh. Suking, S.Pdi KASI Pelayanan

    8. Ratnawati KASI KESRA

    9. Sulaeman Kadus Bontomanai

    10. Juruddin Kadus Bontojai

    11. Jamaluddin Kadus Ujung Batu

    12. Baharuddin Kadus Kassika

    13. Salehuddin Kadus Bonto Baddo

    (sumber data: Kantor Desa Bontojai)

    5. Visi dan Misi Desa Bontojai

    a. Visi Desa Bontojai

    “Melayani masyarakat desa Bontojai secara menyeluruh

    demi terwujudnya desa yang beriman untuk menuju desa

    yang sehat, maju, aman, dan sejahtera”.

    b. Misi Desa Bontojai

    Berdasarkan Visi pembangunan desa Bontojai yang

    ditetapkan misi-misi untuk mewujudkan Visi berdasarkan

    bidang-bidang pembangunan desa Bontojai tahun 2016-

    2021 sebagai berikut:

    1) Meningkatlkan keimanan dan ketaqwaan seluruh

    masyarakat desa Bontojai

  • 44

    2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) baik

    kualitas maupun kuantitas

    3) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

    4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

    Jeneponto

    Akhlak anak harus selalu mendapatkan perhatian karena anak

    dalam proses berkembang sehingga memerlukan bimbingan,

    pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan lingkungan. Proses

    perkembangan anak tidak selalu berjalan mulus. Itulah mengapa akhlak

    anak dalam kehidupan sehari-harinya terkadang tidak sesuai yang

    diharapkan oleh orang tua karena tidak sesuai dengan norma-norma dan

    ajaran Islam.

    Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Iskandar sebagai

    salah seorang tokoh masyarakat mengenai akhlak anak di desa Bontojai

    ini beliau mengatakan bahwa:

    Akhlak anak di desa ini masih memprihatinkan karena masih ada beberapa anak yang akhlaknya perlu dibina dan di bimbing dengan baik. Meskipun ada juga sebagian anak yang akhlaknya sudah bagus tapi mereka masihg cenderung labil, sehingga ketika berada di lingkungan yang kurang mendukung akan berpengaruh terhadap tingkah dan perilakunya.

    Akhlak anak saat ini masih perlu dibina dan di bimbing dengan

    baik agar tidak salah langkah. Sementara ungkapan oleh ibu Ratna S.Ag

  • 45

    sebagai salah seorang guru agama di SD inpres 228 Bontomanai

    mengatakan bahwa:

    Akhlak anak di desa ini sudah lumayan bagus, tercermin dari sebagian besar anaknya sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari. Karena para orangtua selalu mananmkan nilai-nilai akhlak dan tata cara menghargai orang yang lebih tua.

    Dikutip dari pernyataan ibu Ratna S.Ag bahwa akhlak anak saat

    ini sudah lumayan bagus. Kemudian bapak Sirajuddin selaku tokoh

    Agama di Desa Bontojai mengatakan bahwa:

    Akhlak anak di desa ini masih perlu dibina dengan baik karena sering saya mendengar mereka membentak orang yang lebih tua darinya, seperti tidak ada rasa hormatnya kepada yang lebih dituakan, padahal sering pak imam dusun menyampaikan nasehat kepada anak-anak di desa bontojai ini.

    Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa akhlak anak di desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

    Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan dan

    pembimbingan serta memberikan contoh yang baik dimulai dari sejak dini,

    sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat terkontrol dengan baik.,

    C. Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa

    Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto

    Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-

    anaknya, karena merekalah yang mula-mula memberikan bimbingan dan

    arahan. Umumnya dalam rumah tangga bukan berpangkal dari kesadaran

    dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan ia lahir

    secara kodrat. Situasi pendidikan ini terwujud berkat adanya pergaulan

  • 46

    dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang

    tua dan anak.

    Orang tua dalam hal ini ibu dan ayah memegang peranan atas

    pengaruh pendidikan bagi keluarganya, terutama bagi anak-anaknya.

    Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya berkembang secara

    sempurna. Anak yang dilahirkannya diharapkan menjadi anak yang sehat,

    kuat, berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman.

    Upaya untuk mencapai tujuan di atas, orang tualah yang

    mempunyai tanggung jawab yang besar nterhadap pertumbuhan dan

    perkembangan anaknya. Sejak anak lahir, orang tua selalu memberikan

    arahan, mulai dari memperkenalkan sesuatu sampai kepada

    memahaminya.

    Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Abdul Yakin

    salah seorang tokoh masyarakat mengenai strategi orang tua dalam

    penanaman akhlak anak, bapak Abdul Yakin mengatakan bahwa:

    Sebagai orang tua strategi yang saya gunakan dalam penanaman akhlak anak saya yaitu dengan cara menjadi tauladan bagi anak saya, baik dalam hal sifat, sikap maupun kebiasaan lainnya yang positif sebab orang tua merupakan contoh yang akan dianut oleh anak-anak hingga dewasa nanti, jika kita ingin anak-anak bersikap sopan, bertutur kata yang lembut dan baik, jujur, rajin beribadah maka kita harus bersikap yang sama sebagai panutan.1

    Berdasarkan wawancara di atas di pahami bahwa dengan

    menjadi teladan bagi anak merupakan salah satu strategi yang dapat

    membantu dalam menanamkan akhlak pada anak. Karena dengan

    1Abdul Yakin, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018

  • 47

    menjadi teladan bagi anak, anak akan mengingat apa yang pernah kita

    lakukan atau ucapkan. Contohnya bersikap sopan, dan bertutur kata yang

    baik, jujur dan rajin beribadah.

    Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ibu Nurmiati, S.Pd

    sebagai salah seorang guru di sekolah Madrasah Aliyah di MTs Borong

    Tala yang menyatakan:

    Kita sebagai orang tua mempunyai peranan penting didalam keluarga, harus berupaya menjadi teladan bagi anak-anak dengan memberikan contoh-contoh dan pembiasaan yang baik dan islami dalam hal ibadah yakni shalat dan membaca Al-Qur’an dan beretika seperti , mendidik anak berperilaku baik, membiasakan anak bersikap sopan, bertutur kata yang baik, suka menolong, saling menghargai dan menghormati, serta memberikan teladan yang baik, agar menjadi anak yang shaleh, berilmu, beriman dan berakhlak mulia.2

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa memberikan

    keteladanan yang baik terhadap anak adalah penopang dalam upaya

    menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak. Oleh karena itu, dalam membina

    dan mendidik anak tanpa memberikan teladan yang baik, akhlak anak

    tidak akan berhasil.

    Sedangkan menurut ibu Basmiwati (IRT) mengatakan bahwa:

    Senantiasa memberikan nasehat kepada anak merupakan salah satu strategi yang baik dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak, olehnya itu sebagai orang tua harus berusaha semaksimal mungkin untuk sering bercerita dan memberikan nasehat kepada anak-anaknya, dari pada mengambil tindakan menghukum dan membiarkan anak begitu saja apabila melakukan kesalahan. Strategi yang dilakukan orang tua dalam memberikan nasehat kepada anak adalah dengan menghargai orang tua, bersikap sopan santun, Contohnya mengikutkan anak pada kegiatan pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan ceramah.3

    2 Nurmiati, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018

    3 Basmiwati, wawancara, pada hari selasa tanggal 28 Agusutus 2018

  • 48

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa strategi yang baik

    dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu dengan memberikan

    nasehat. karena dengan memberikan nasehat kepada anak, membuat

    anak lebih memahami apa yang kita sampaikan. Contohnya mengikutkan

    anak pada kegiatan pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan

    ceramah.

    Sementara ungkapan dari ibu Mariati (IRT) bahwa strategi orang

    tua dalam penanaman akhlak anak yaitu:

    Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan misalnya membiasakan anak shalat dan membaca Al-Qur’an, mengucapkan salam pada waktu masuk dan meninggalkan rumah, melafalkan basmalah setiap memulai kegiatan dan melafalkan alhamdulillah setelah menyelesaikan suatu pekerjaan atau setiap mendapat nikmat Allah swt. Karena dengan adanya pembiasaan itu akan menjadi contoh dan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Dan pembiasaan akan terbentuk bila dilatih dan di ulang-ulang.4

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu

    strategi dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu salah satunya

    dengan melakukan pembiasaan. Karena dengan adanya pembiasaan

    akan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Contohnya

    membiasakan anak untuk melakukan shalat dan membaca al-Qur;an.

    Dari hasil wawancara tersebut peneliti mengambil kesimpulan

    bahwa strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak di Desa Bontojai

    Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu dengan melalui

    keteladanan diantaranya jujur, beribadah, kemudian nasehat diantaranya

    4 Mariati, wawancara, pada hari rabu tanggal 29 Agustus 2018

  • 49

    hargai orang tua, sopan santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan

    diantaranya mebiasakan anak mebaca al-Qur’an, membiasakan anak

    memberikan salam ketika hendak masuk ataupun mau keluar dari rumah..

    Penanaman akhlak anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika

    telah dewasa dapat menjadi anak yang diharapkan. Penanaman akhlak

    anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika telah dewasa dapat

    menjadi anak yang diharapkan. Keteladanan, memberikan nasehat, dan

    pembiasaan dalam menanamkan akhlak anak merupakan strategi yang

    berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,

    kepribadian serta tingkah laku anak.

    Serta dalam penanaman akhlak anak, orang tua sebagai

    pendidik pertama dan utama haruslah mempunyai landasan keilmuan

    agama sebagai landasan utama mengajarkan hal-hal yang sudah diatur

    dalam agama yang nantinya seorang anak tidak hanya akan paham

    denga ilmu agama bahkan akan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-

    hari untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

    D. Hambatan yang Dihadapi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak

    Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

    Jeneponto

    Terkadang ada orang tua yang jarang sekali berbicara secara

    pribadi dengan anaknya. Ketika anak membuat kesalahan mereka hanya

    mendiamkannya, karena mereka terkadang berpikir begitulah cara untuk

    menhukum anak. Ada juga orang tua yang kebanyakan berbicara mereka

  • 50

    selalu menceramahi remaja dengan aturan-aturan yang membelenggu

    menurut anak sehingga mereka bosan.

    Peneliti mengajukan pertanyaan kepada ibu Johra (IRT)

    mengenai hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak

    anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, ibu

    Johra mengatakan bahwa:

    Kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua menjadi hambatan dalam menanamkan akhlak bagi anaknya. Ini mengingat banyaknya kasus yang terjadi pada anak karena kemerosotan moral dan akhlak yang tidak baik. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk mengajarkan dan menanamkan moral dan akhlak yang baik dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi seorang anak.5

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu yang

    menjadi hambatan orang tua dalam penanaman akhlak anak adalah

    kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua. Jika orang

    tua kurang pemahaman dan pengetahuan agamanya akan susah untuk

    menanamkan akhlak pada anak itu sendiri. Karena pemahan dan

    pengetahuan agama sangat penting bagi orang tua dalam mendidik anak.

    Sementara ungkapan oleh ibu Dahlia (IRT) mengatakan bahwa:

    Pengaruh lingkungan sangat kuat sekali pengaruhnya terhadap akhlak anak, sehingga orang tua hendaknya dapat mengontrol akhlak anak dalam kesehariannya. Peran lingkungan yang sangat berpengaruh dalam akhlak anak, maka orang tua dapat memberikan landasan yang kuat kepada anak melalui pendidikan agama dan memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak, agar anak tidak terpengaruh dengan lingkungannya.6

    5 Johra, wawancara, pada hari kamis tanggal 30 Agustus 2018

    6 Dahlia, wawancara, pada hari jumat tanggal 31 Agustus 2018

  • 51

    Dari wawancara di atas di pahami bahwa pengaruh lingkungan

    menjadi hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak.

    Setiap orang tua harus mengontrol akhlak anak dalam kesehariannya.

    Karna peran lingkungan sangatlah berpengaruh dalam akhlak anak.

    Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak Baharuddin

    sebagai kepala dusun Kassika beliau mengatakan bahwa:

    Pengaruh pergaulan anak dilingkungannya serta media seperti televisi mulai mengkhawatirkan para orang tua akan dampak negatifnya. Anak-anak adalah peniru yang akan meniru apa yang dilihat dan didengar dari lingkungannya, sehingga terkadang anak ketika ke asyikan bermain dan nonton televisi itu terkadang susah diatur baik waktu beribadah, belajar, makan, tidur, dan lain-lain.7

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu

    hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman aklak anak adalah

    pengaruh pergaulan anak dilingkungan serta media seperti televisi.

    Karena anak biasanya meniru apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar.

    Sementara menurut ibu Syambriati (IRT) mengatakan bahwa:

    Kami menyadari bahwa didalam membimbing anak dalam hal ini menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak, orang tua harus senantiasa berkumpul dengan anak, bermain bersama, serta shalat berjamaah bersama dan lain-lain, akan tetapi adanya faktor kesibukan yang lain sehingga waktu kami dirumah jarang, jadi perhatian kami terhadap anak kurang.8

    Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa yang menjadi

    hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak adalah

    kurangnya perhatian dari orang tua. Karena jika orang tua tidak

    7 Baharuddin, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 September 2018

    8 Syambriati, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 Sepetember 2018

  • 52

    memberikan perhatian, anak akan merasa bahwa dia tidak di sayang.

    Maka dari itu perhatian dari orang tua sangatlah penting.

    Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menarik kesimpulan

    bahwa Hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak anak

    di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu

    kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua, pengaruh

    lingkungan, dan kurangnya perhatian dari orang tua itu sendiri. Karena

    dengan adanya kendala tersebut membuat orang tua jadi sulit untuk

    menananamkan akhlak pada anaknya. Sedangkan orang tua adalah

    pendidik pertama dan utama di dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua

    harus berupaya keras dalam menanamka