kualitas bahan bitumen akibat penambahan kadar …digilib.unila.ac.id/55001/3/skripsi tanpa bab...

57
KUALITAS BAHAN BITUMEN AKIBAT PENAMBAHAN KADAR LIGNIN YANG BERBEDA (Skripsi) Oleh RADITYA RUKMANANDA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: phamdat

Post on 28-Jul-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KUALITAS BAHAN BITUMEN AKIBAT PENAMBAHAN KADAR

LIGNIN YANG BERBEDA

(Skripsi)

Oleh

RADITYA RUKMANANDA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

KUALITAS BAHAN BITUMEN AKIBAT PENAMBAHAN KADAR

LIGNIN YANG BERBEDA

Oleh

RADITYA RUKMANANDA

Aspal merupakan salah satu material yang digunakan sebagai bahan pembuatan

jalan raya. Kebutuhan Modifikasi aspal diakibatkan dari pembatasan dan

kapabilitas dari bahan pengikat aspal dasar untuk menahan tekanan. Lignin

berfungsi sebagai pengikat sel-sel kayu. Lignin digunakan sebagai bahan aditif

untuk meningkatkan kualitas bahan bitumen

Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70. Bahan lignin yang

digunakan berasal dari limbah serat kelapa sawit. Variasi penambahan lignin pada

kadar aspal sebesar 0%, 3%, 6%, 9%. Pengujian karakteristik aspal yang dilakukan

adalah Berat Jenis Aspal, Penetrasi, Daktilitas, Titik Lembek, Penurunan Berat

Minyak, Viskositas.

Aspal pada penelitian ini mengalami peningkatan kualitas. Pencampuran lignin

terbaik adalah 3% dan 6%. Ditunjukkan oleh uji Penetrasi, nilai penetrasi aspal

meningkat sampai dengan 53,6 mm. Sensitivitas aspal terhadap suhu meningkat

ditunjukkan oleh uji titik lembek mencapai 62˚C. Pencampuran lignin sebesar 6%

menjadi nilai tertinggi untuk pengaruh viskositas aspal yaitu 827 cst. Nilai berat

jenis aspal mencapai 1,0714 gr/cm3. Pada campuran lignin 9% terjadi penurunan

pada uji Daktilitas, uji Viskositas, uji Berat Jenis Aspal.

Kata kunci : Aspal, Lignin, Modifikasi, Penetrasi, Viskositas.

ABSTRACT

QUALITY OF BITUMEN MATERIALS DUE TO ADDITION TO

DIFFERENT LIGNIN LEVELS

BY

RADITYA RUKMANANDA

Asphalt is one of the materials used as a road-making material. Needs for ashpalt

modification are caused by restrictions and capabilities of basic asphalt binder

material to withstand pressure. Lignin functions as a binding for wood cells. Lignin

is used as an additive to improve the quality of bitumen material.

The binder used is 60/70 asphalt penetration. The lignin material used comes from

palm oil fiber waste. The variation of lignin addition on asphalt levels is 0%, 3%,

6%, 9%. Characteristics test of asphalt carried out is Asphalt Specific Gravity,

Penetration, Ductility, Softening Point, Oil Weight Loss, Viscosity.

Asphalt in this study experienced an increase in quality. The best mixing of lignin

is 3% and 6%. Shown by the Penetration test, the value of asphalt penetration

increased to 53.6 mm. The sensitivity of asphalt to rising temperatures is indicated

by the softening point test reaching 62˚C. 6% lignin mixing is the highest value for

the effect of asphalt viscosity of 827 cst. The value of asphalt density reaches 1.0714

gr / cm3. In the 9% lignin mixture there is a decrease in the Ductility test, Viscosity

test, Asphalt Specific Gravity test.

Keywords: Asphalt, Lignin, Modification, Penetration, Viscosity.

KUALITAS BAHAN BITUMEN AKIBAT PENAMBAHAN KADAR

LIGNIN YANG BERBEDA

Oleh

RADITYA RUKMANANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03

September 1995. Merupakan anak pertama dari dua

bersaudara, dari pasangan Bapak Nomaden Nazori dan

Ibu Mala Hasianiar. Penulis memiliki satu adik

perempuan bernama Meitania Zahira Salsabila.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak Pertiwi Kota

Bandar Lampung pada tahun 2000, pada tahun 2001 memasuki Sekolah Dasar

Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung, kemudian pada tahun 2007 melanjutkan

jenjang pendidikan di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, dan SMA YP Unila

Bandar Lampung pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Jalur

Paralel pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi

Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS UNILA). Pada tahun 2017

penulis melakukan Kerja Praktik pada proyek pembangunan Gedung Rusunawa

ITERA (Institut Teknologi Sumatera) selama 3 bulan. Penulis juga telah

melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Kalisari, Kecamatan Kalirejo,

Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada periode Januari-Februari 2017.

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi anggota asisten dosen

praktikum Perkerasan Jalan Raya pada tahun 2017-2018.

LEMBAR PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tiada henti kuucapkan pada Allah SWT,

atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan.

Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini

kepada

Ibunda, Ayahanda dan Adik tersayang

yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayang di setiap langkah, melantunkan

harapan dalam setiap doa,

mendukung sepenuhnya baik moril maupun materil demi sebuah cita-cita di masa

depan.

Juga untuk saudara, keluarga, serta teman-temanku

yang senantiasa mendukung keberhasilanku

dan

Almamater Tercinta.

MOTTO

“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya.”

(QS An Najm: 39)

“Work hard in silence , let your success be your noise.”

(Frank Ocean)

“Great men are not born great, they grow great.”

(Don Vito Corleone)

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku

tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan

untukku tidak akan pernah melewatkanku.”

(Umar Bin Khattab)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Kualitas Bahan Bitumen Akibat Penambahan Kadar Lignin

yang Berbeda”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan ilmu, pengetahuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Sasana Putra S.T.,M.T. sebagai Pembimbing Pertama serta Orang Tua

Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas Lampung atas bantuan,

bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu.Bapak Prof.

Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

4. Bapak Ir. Muhammad Karami, S.T., M.Sc., Ph.D. sebagai Pembimbing

Kedua serta Orang Tua Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas

Lampung atas bantuan, bimbingan, motivasi dan saran-saran yang

membangun selama Penulis menyelesaikan skripsi.Bapak

5. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini. S.T.,M.T sebagai Pembahas yang telah

memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat serta saran guna menyempurnakan

skripsi.

6. Ir. Priyo Pratomo, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Nomaden Nazori, dan Ibu Mala Hasianiar yang

senantiasa memberikan curahan kasih dan sayang, doa yang tiada henti serta

dukungan moril maupun materil untuk sebuah cita-cita di masa depan.

8. Adikku tersayang, Meitania Zahira Salsabila yang senantiasa menjadi

semangat, memotivasi dan mendoakan Penulis.

9. Teman–teman seperjuangan skripsi Perkerasan Jalan, Apis Prada Ramadhan,

Moh Denny Yudha Putra, Atreyu Alfarido, Atri Ranindita, Alvio Rini yang

telah memberikan waktu maupun ilmu yang sangat membantu dan

bermanfaat selama setahun terakhir ini.

10. Gusti Resha Primarini the one who’s not-so-good-in-patient but stays true

thru ups and downs. Terima kasih atas semua waktu, kebaikan, kesabaran,

dukungan, doa serta menjadi penyemangat selama ini.

11. Komandan Tinggi 2013 M. Diego Arifin dan Wakil Komandan Tinggi 2013

Ismawan Dewansyah yang selama ini rela memimpin angkatan 2013 dengan

suka maupun duka.

12. Para Comrade, kumpulan pria terbaik, Dono, Reston, Tamel, Ega, Dani,

Fahmi, Rizki, Dipo, Doni, Faisal, Fajar, Fazario, Ikhfan, Illyasa, Ican, Nay,

Medi, Loga, Arek, Reyhan, Papah Sukro, Kikay, Dimas, Tulus, Bos Willy.

Terima kasih atas semua keringat dan darahnya untuk berjuang bersama

membangun apa yang kita percaya sampai sejauh ini.

13. Siti Prizkanisa dan Fitri Ananda yang telah memberikan bantuan dan doa

selama masa perkuliahan dan mendukung dalam penyelsaian skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 lainnya terima kasih atas

kekerabatan dan kebersamaan yang indah selama meraih kesuksesan di

Teknik Sipil Universitas Lampung.

15. Praktikan Perkerasan Jalan Raya, Salsa, Indira, Ridho S, Andi, Lode, Kholiq

adik kecil, Ridho R, Dwita, dan Adipati, yang telah mendukung dalam

penyelsaian skripsi ini.

Penulis mendo’akan semoga Allah senantiasa memberikan balasan kebaikan

kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dalam menambah ilmu dan pengetahuan bagi siapa saja yang

menggunakannya. Aamiin..

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis,

Raditya Rukmananda

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTER GAMBAR .......................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah .................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1 Penelitian Terdahulu (State Of The Art) ................................................ 4

2.2 Aspal ....................................................................................................... 5

2.3 Jenis-Jenis Aspal .................................................................................... 6

2.3.1 Aspal Keras .................................................................................. 6

2.3.2 Aspal Cair ..................................................................................... 7

2.3.3 Aspal Emulsi ................................................................................ 7

2.4 Sifat-Sifat Aspal ..................................................................................... 8

2.5 Sifat Kimiawi Aspal ............................................................................... 10

2.5.1 Asphaltene ..................................................................................... 11

2.5.2 Resin .............................................................................................. 12

2.5.3 Aromatis ........................................................................................ 12

2.5.4 Saturate .......................................................................................... 12

2.5.5 Oil .................................................................................................. 12

2.6 Aspal Modifikasi .................................................................................... 13

2.7 Bahan Pengikat Alami ............................................................................ 16

2.8 Lignin ..................................................................................................... 16

2.9 Sifat Kimia Lignin .................................................................................. 18

v

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 20

3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 20

3.2. Pelaksanaan Pengujian ........................................................................... 20

3.2.1. Pengujian Ekstraksi Lignin ........................................................... 20

3.2.2. Persiapan Benda Uji ..................................................................... 21

3.2.3. Pengujian Berat Jenis Aspal ......................................................... 21

3.2.4. Pengujian Penetrasi ...................................................................... 23

3.2.5. Pengujian Daktilitas ...................................................................... 25

3.2.6. Pengujian Titik Lembek ............................................................... 27

3.2.7. Pengujian Penurunan Berat Minyak ............................................. 29

3.2.8. Pengujian Viskositas .................................................................... 31

3.3. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 34

4.1. Pengujian Bahan .................................................................................... 34

4.2. Pengujian Yang Dilakukan .................................................................... 35

4.3. Hasil Pengujian Aspal Modifikasi ......................................................... 36

4.3.1. Titik Lembek ................................................................................ 36

4.3.2. Penetrasi ....................................................................................... 38

4.3.3. Daktilitas ....................................................................................... 39

4.3.4. Viskositas ..................................................................................... 41

4.3.5. Berat Jenis Aspal .......................................................................... 44

4.3.6. Penurunan Berat Minyak .............................................................. 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 49

5.1. Simpulan ................................................................................................ 49

5.2. Saran ...................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51

LAMPIRAN ....................................................................................................... 54

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimiawi Aspal .............................................................................. 11

2. Struktur Asphaltene ..................................................................................... 11

3. Molekul Hidrokarbon Alifatik dan Aromatic .............................................. 15

4. Struktur Ikatan Kimia Lignin ...................................................................... 19

5. Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 33

6. Grafik Titik Lembek ................................................................................... 37

7. Grafik Penetrasi .......................................................................................... 38

8. Grafik Daktilitas .......................................................................................... 40

9. Grafik Viskositas ........................................................................................ 43

10. Grafik Berat Jenis Aspal ............................................................................. 44

11. Grafik TFOT ............................................................................................... 46

12. Grafik Keseluruhan Variasi Penambahan Lignin ....................................... 48

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.5 ...................... 7

2. Kadar Lignin Rata-Rata Beberapa Jenis Kayu Menurut Bagian Dalam

Batang.. ....................................................................................................... 17

3. Perbandingan Spesifikasi Aspal Penetrasi 60/70 dengan Aspal

Modifikasi ................................................................................................... 35

4. Sumber hasil penelitian uji Titik Lembek tahun 2017-2018 ....................... 36

5. Sumber hasil penelitian uji Penetrasi tahun 2017-2018 ............................... 39

6. Sumber hasil penelitian uji Daktilitas tahun 2017-2018 ............................. 40

7. Konversi Viskositas .................................................................................... 42

8. Sumber hasil penelitian uji Viskositas tahun 2017-2018 ............................ 43

9. Sumber hasil penelitian uji Berat Jenis Aspal tahun 2017-2018 ................ 45

10. Sumber hasil penelitian uji TFOT tahun 2017-2018 .................................. 46

DAFTAR NOTASI

PR = Penetrasi aspal

𝜂 = viskositas aspal

W1 = Berat cawan

W2 = Berat cawan + aspal sebelum dioven

W3 = Berat cawan + aspal sesudah dioven

cSt = Centistokes

BJ = Berat Jenis

ASTM = American Standart for Testing and Official

AASTHO = American Association as State and Transparation Official

TFOT = Thin Film Over Test

PI = Penetration Index

AC = Konsentrasi Kekerasan Aspal Keras

CPO = Crude Palm Oil

P = Paraffins

A1 = Acidaffin I

A2 = Acidaffin II

N = Nitrogen bases

A = Aphaltenes

H = Hidrogen

C = Carbon

S = Sulfur

O = Oksigen

Ni = Nikel

Fe = Ferrum

Ca = Kalsium

pH = Power of Hydrogen

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Aspal merupakan salah satu material yang digunakan sebagai bahan

pembuatan jalan raya. Material ini dipilih karena hasil akhirnya yang baik

dan nyaman sebagai perkerasan fleksibel. Untuk menekan jumlah

kebutuhan akan aspal yaitu dengan meminimalisir penggunaan bahan dasar

aspal, atau dengan peningkatan mutu aspal dalam campuran seperti

peningkatan stabilitas dan durabilitas (Diansari, 2016).

Kebutuhan Modifikasi aspal diakibatkan dari pembatasan dan kapabilitas

dari bahan pengikat aspal dasar untuk menahan tekanan. Ketika sifat

reologikal dan mekanikal dari bahan pengikat aspal dasar tidak ideal untuk

mengakomodasi perubahan dalam beban angkut, volume angkut,

persyaratan struktur lingkungan dan perkerasan, modifikasi sudah

digunakan sebagai alternatif untuk memperbaiki sifat bahan pengikat aspal.

Sifat reologikal dan ketahanan dari sifat dasar bahan pengikat aspal tidak

cukup untuk melawan tekanan yang disebabkan dalam angkutan dan

perubahan kondisi lingkungan.

Lignin adalah komponen utama penyusun kayu selain selulosa dan

hemiselulosa. Lignin terdiri dari molekul-molekul senyawa polifenol yang

berfungsi sebagai pengikat sel-sel kayu satu sama lain, sehingga menjadi

2

keras dan kaku, selain itu mampu meredam kekuatan mekanis yang

dikenakan terhadapnya. Oleh sebab itu lignin dapat dimanfaatkan sebagai

bahan perekat pada kayu lapis, komposit dan berbagai produk kayu lainnya.

(Falah, 2012).

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mencoba menggunakan lignin

sebagai bahan aditif untuk meningkatkan kualitas bahan bitumen.

1.2. Rumusan Masalah

Banyaknya jumlah kendaraan yang melintasi jalan mendorong untuk

meningkatkan pelayanan jalan dengan mencegah kerusakan pada lapis

perkerasan jalan, kenaikan volume kendaraan tidak diikuti dengan

peningkatan kualitas aspal, salah satu cara meningkatkan kualitas aspal

dengan cara memodifikasi aspal tersebut. Cara yang dapat dilakukan untuk

memodifikasi aspal adalah dengan menambahkan zat additive pada

campuran aspal, zat additive yang dipakai pada penelitian ini adalah Lignin.

Susunan molekul pada aspal yang didominasi oleh karbon dan hidrogen

tidak mudah pecah/rusak, tetapi akan pecah jika berinteraksi dengan

oksigen. Di dalam lignin sendiri juga terdapat unsur karbon dan hidrogen,

lignin termasuk senyawa hidrofobik, zat yang tidak dapat larut dalam air

tetapi dapat larut dalam minyak.

Sehingga perlu dilakukan penambahan zat aditif berupa lignin untuk

menambah kualitas dari bahan bitumen sebagai bahan pengikat.

3

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan bahan aditif berupa

lignin terhadap kualitas atau karakteristik bahan bitumen.

1.4. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik campuran

lapisan aspal beton, serta melakukan pengujian di Laboratorium Inti Jalan

Raya Universitas Lampung. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas

pada:

1. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70.

2. Bahan lignin yang digunakan berasal dari limbah serat kelapa sawit.

3. Variasi penambahan lignin pada kadar aspal 0%, 3%, 6%, 9%.

4. Uji yang dilakukan untuk menilai kualitas atau karakteristik bahan

bitumen adalah Uji Berat Jenis Aspal, Uji Penetrasi, Uji Daktilitas, Uji

Titik Lembek, Uji Penurunan Berat Minyak, Uji Viskositas.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini memberikan informasi

antara lain:

1. Merupakan salah satu terobosan baru dibidang perkerasan jalan terkait

pemanfaatan limbah untuk peningkatan kualitas campuran beraspal.

2. Meningkatkan nilai ekonomis limbah serat kelapa sawit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)

Saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak kelapa sawit atau

Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Menurut data dari Kementerian

Pertanian Indonesia, jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia

mencapai sekitar 8 juta hektar dengan total produksi CPO 32 juta ton pada

tahun 2016. Produksi minyak kelapa sawit menghasilkan limbah-limbah yang

memiliki potensi untuk diolah lebih lanjut menjadi produk baru.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 69: Setiap orang

dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau

perusakan lingkungan hidup.

Salah satu limbah minyak kelapa sawit adalah ampas yang dihasilkan dari

pengpresan CPO. Ampas berupa cake yang terdiri atas serat dan biji. Biji

dipisahkan dari serat untuk diproses lebih lanjut menjadi minyak inti kelapa

sawit (KPO), serat sisanya merupakan serat buah (mesocarp) kelapa sawit.

Saat ini serat mesocarp hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dengan

mengeringkan terlebih dahulu serat dalam waktu yang cukup lama (Shahidi,

2005).

5

Penelitian terdahulu tentang pemanfaatan limbah khususnya Lignin pernah

dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan yaitu Pemanfaatan Limbah

Lignin Dari Proses Pembuatan Bioetanol Dari TKKS Sebagai Bahan Aditif

Pada Mortar oleh Faizatul Falah. Hasil dari penelitian tersebut adalah

penambahan Lignin dari tkks dapat meningkatkan kuat tekan dari mortar pada

usia mortar 7 hari dan 28 hari dibandingkan mortar dengan lignosulfonat

komersial pada berbagai faktor air semen dengan kuat tekan tertinggi 39,28

N/mm2 dicapai pada penambahan lignin 2% dan faktor air semen 0,425.

Waktu pengerasan mortar dengan aditif dari lignin meningkat secara tepat

sehingga waktu curing yang dibutuhkan lebih singkat. Pada usia mortar 7 hari

kuat tekannya telah mencapai hingga 80% dari kuat tekan 28 hari.

2.2. Aspal

Aspal didefinisikan sebagai material perekat, berwarna hitam atau coklat tua,

dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam maupun

merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Aspal adalah material yang

pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat

termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur

tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun (Sukirman, 2003).

Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa

organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh

pecahan batu batuan. Setelah berjuta juta tahun material organisme dan lumpur

terakumulasi dalam lapisan-lapisan ratusan meter, beban dari beban teratas

menekan lapisan yang terbawah menjadi minyak mentah yang menjadi

6

senyawa dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi dari minyak

mentah, namun aspal ditemukan juga sebagai bahan alam (misal : asbuton),

dimana sering juga disebut mineral (Shell Bitumen, 1990).

2.3. Jenis-jenis Aspal

Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut

bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous. Jenis-jenis

aspal buatan hasil penyulingan minyak bumi terdiri dari:

2.3.1 Aspal keras (asphalt cement)

Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis

sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan

sebaliknya. Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan Asphalt

Course, aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau

penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya:

a. Aspal penetrasi rendah 40/55, digunakan untuk kasus jalan dengan

volume lalu lintas tinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas.

b. Aspal penetrasi rendah 60/70, digunakan untuk kasus jalan dengan

volume lalu lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim

panas.

c. Aspal penetrasi rendah 80/100, digunakan untuk kasus jalan dengan

volume lalu lintas sedang/rendah dan daerah dengan cuaca iklim

dingin.

d. Aspal penetrasi rendah 100/110, digunakan untuk kasus jalan dengan

volume lalu lintas rendah dan daerah dengan cuaca iklim dingin.

7

2.3.2. Aspal cair (cut back asphalt)

Aspal cair adalah aspal berbentuk cair pada temperatur ruang. Aspal cair

merupakan campuran aspal keras dengan bahan pengencair dari hasil

penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.

Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat).

2.3.3. Aspal emulsi (emulsion asphalt)

Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi

yang dilaksanakan di pabrik pencampuran. Aspal ini berbentuk lebih cair

dibandingkan dengan aspal cair.

Tabel 1. Spesifikasi Aspal Keras pen 60/70

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyarat

an

1. Penetrasi, 25

oC, 100 gr,

5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 - 70

2. Viskositas 135oC SNI 06-6441-2000 385

3. Titik Lembek (oC) SNI 06-2434-1991 ≥ 48

4. Indeks Penetrasi - ≥ - 1,0

5. Daktilitas pada 25oC, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100

6. Titik Nyala (oC) SNI 06-2433-1991 ≥ 232

7. Kelarutan dlm Toluene (%) ASTM D5546 ≥ 99

8. Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0

9. Berat yang Hilang SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.5

Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan

proses pembentukannya adalah sebagai berikut:

a) Aspal Alamiah

Aspal alamiah ini berasal dari berbagai sumber, seperti pulau Trinidad

dan Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40%

8

organik dan zat-zat anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang

berasal dari Bermuda mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak

dapat larut. Dengan pengembangan aspal minyak bumi, aspal alamiah

relatif menjadi tidak penting.

b) Aspal Minyak Bumi

Aspal minyak bumi perrtama kali digunakan di Amerika Serikat untuk

perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal

sekarang berasal dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-

ladang di Kentucky, Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent, Gulf-

Coastal, Rocky Mountain, California, dan Alaska. Sumber-sumber

asing termasuk Meksiko, Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah.

Sebesar 32 juta ton telah digunakan pada tahun 1980 (Oglesby, 1996).

2.4. Sifat-sifat Aspal

Aspal terdiri dari senyawa hidrokarbon, nitrogen, dan logam lain, sesuai jenis

minyak bumi dan proses pengolahannya. Mutu kimiawi aspal ditentukan dari

komponen pembentuk aspal. Saat ini telah banyak metode yang digunakan

untuk

meneliti komponen–komponen pembentuk aspal. Komponen fraksional

pembentuk aspal dikelompokkan berdasarkan karakteristik reaksi yang sama.

Metode Rostler menentukan komponen fraksional aspal melalui daya larut

aspal di dalam asam belerang (sulfuric acid).

Terdapat 5 komponen fraksioanal aspal berdasarkan daya reaksi kimiawinya di

dalam sulfuric acid , yaitu:

9

1. Asphaltenes (A)

2. Nitrogen Bases (N)

3. Acidaffin I (A1)

4. Acidaffin II (A2)

5. Paraffins (P)

(Sukirman, 2003).

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat

cukup pemanasan dan sebaliknya (Sukirman, 2003). Sifat viskoelastis inilah

yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada

tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Aspal merupakan

material yang bersifat viscoelastis dan memiliki ciri-ciri beragam, yaitu:

1. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami

tegangan-tegangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan

jalannya waktu.

2. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu viskositasnya akan

berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang terjadi. Semakin

tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin rendah,

demikian pula sebaliknya.

3. Aspal mempunyai sifat Rheologic, yaitu hubungan tegangan (stress) dan

regangan (strain) dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami

pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat cepat, maka

aspal akan bersifat elastis, namun jika lama pembebanan yang terjadi

cukup lama, sifat aspal menjadi plastis.

10

2.5. Sifat Kimiawi Aspal

Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari komponen

molekul berat yang disebut aspaltene, dispersi/hamburan di dalam minyak

perantara disebut maltene. Bagian dari maltene terdiri dari molekul perantara

disebut resin yang menjadi instrumen di dalam menjaga dispersi asphaltene.

(Koninklijke, 1987). Aspal merupakan senyawa hidrogen (H) dan karbon (C)

yang terdiri dari paraffin.

Fungsi kandungan aspal dalam campuran juga berperan sebagai selimut

agregat dalam bentuk film aspal yang berperan menahan gaya gesek permukaan

dan mengurangi kandungan pori udara yang juga berarti mengurangi penetrasi

air ke dalam campuran (Rianung, 2007).

Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate, aromatis,

dan resin. Dimana masing-masing komponen memiliki struktur dan komposisi

kimia yang berbeda, dan sangat menentukan dalam sifat rheologi bitumen.

Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh

hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil, juga

beberapa logam seperti Vanadium, Ni, fe, Ca dalam bentuk garam organik dan

oksidanya. Dimana unsur-unsur yang terkandung dalam bitumen adalah

Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan

Nitrogen (0-1%).

11

Gambar 1. Struktur Kimiawi Aspal

Berikut sifat-sifat dari senyawa penyusun dari aspal:

2.5.1 Asphaltene

a) Berwarna hitam/coklat amorf, bersifat termoplatis dan sangat polar,

merupakan komplek aromatis, H/C ratio 1 :1, berat molekul 1000 –

100000, dan tidak larut dalam n-heptan.

b) Berpengaruh pada sifat reologi bitumen, pemanasan yang

berkelanjutan akan rusak.

c) Makin tinggi asphaltene, maka bitumen makin keras, makin kental,

makin tinggi titik lembeknya, makin rendah harga penetrasinya.

d) Kelompok ini membentuk butiran halus, berdasarkan struktur

benzena aromatis serta berat molekul tinggi.

Gambar 2. Struktur Asphaltene

12

2.5.2 Resin

a) Berwarna coklat tua, berbentuk solid/semi solid, tersusun oleh C dan

H, dan sedikit O, S, dan N, bersifat sangat polar, H/C ratio 1,3 - 1,4,

berat molekul 500 – 50000, dan larut dalam n-heptan.

b) Daya rekat yang kuat, dan berfungsi sebagai dispersing agent atau

peptisizer dari asphaltene.

c) Kelompok ini membentuk cairan penghubung asphaltenese dan

mempunyai berat molekul sedang. Selanjutnya gabungan oil dan resin

sering disebut maltene.

2.5.3 Aromatis

a) Berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan

di dominasi oleh cincin tidak jenuh, berat molekul 300 – 2000.

b) Terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-65% dari total

bitumen.

2.5.4 Saturate

a) Berbentuk cairan kental non polar, berat molekul hampir sama dengan

aromatis.

b) Tersusun dari campuran hidrokarbon lurus, bercabang, alkil napthene,

dan aromatis, komposisi 5-20% dari total bitumen.

2.5.5 Oil

Kelompok ini berbentuk cairan yang melarutkan asphaltene, tersusun

dari paraffin, siklo paraffin dan aromatis serta mempunyai berat molekul

rendah.

13

Asphaltene dan resin yang bersifat sangat polar dapat bercampur

membentuk koloid atau micelle dan menyebar dalam aromatis dan

saturate. Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu

campuran cairan kental senyawa organik, berwarna hitam, lengket, larut

dalam karbon disulfida, dan disusun utamanya oleh ”polisiklik aromatis

hidrokarbon” yang sangat kompak. (Nuryanto, A. 2008).

2.6. Aspal Modikasi

Aspal modifikasi adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara

polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Aspal modifikasi telah

dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Umumnya dengan sedikit

penambahan bahan polimer (biasanya sekitar 2-6%) sudah dapat meningkatkan

hasil ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi, mengatasi keretakan-

keretakan dan meningkatkan ketahanan usang dari kerusakan akibat umur

sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta juga dapat

mengurangi biaya perawatan atau perbaikan jalan (Polacco, 2005).

Penggunaan campuran aspal modifikasi merupakan trend yang semakin

meningkat tidak hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga demi mendapatkan

kualitas aspal yang lebih baik dan tahan lama. Aspal modifikasi yang diperoleh

dari interaksi antara komponen aspal dengan bahan pengikat alami (Natural

binder) atau aditif polimer dapat meningkatkan sifat-sifat dari aspal tersebut.

Dalam hal ini terlihat bahwa keterpaduan bahan pengikat alami (Natural

binder) atau aditif polimer yang sesuai dengan campuran aspal. Penggunaan

14

polimer sebagai bahan untuk memodifikasi aspal terus berkembang di dalam

dekade terakhir (Fei-Hung, 2000).

Dengan kemajuan teknologi pada saat ini banyak dihasilkan bahan tambah atau

modified, sering juga disebut aditif, yaitu suatu bahan yang dapat dicampurkan

atau ditambahkan pada aspal atau batuan.

Untuk hal ini ada baiknya kalau dapat diketahui mengenai susunan rangkaian

dari atom yang ada pada aspal, menurut G.T Austin, ditinjau dari sudut kimia,

aspal merupakan suatu rangkaian atom atau “polymer“. Polimer satu dengan

polimer satunya tidak berkaitan secara kuat karena adanya ikatan rangkap pada

struktur molekul tersebut atau biasa disebut “Co-polymer”. Sifat-sifat Co-

polymer tersebut secara umum bersifat antara lain:

a. Stabilitas yang rendah

b. Kurangnya ketahanan terhadap suhu.

c. Mudahnya mengikat atom bebas.

Adanya sifat-sifat yang kurang menguntungkan tersebut para ahli berusaha

menemukan bahan yang dapat memperbaiki sifat kimiawi dari aspal. Akhirnya

ditemukan berbagai macam bahan tambah yang berfungsi sebagai katalisator

pada reaksi kimia pada aspalnya. Lewat reaksi kimia katalisator ini mengubah

ikatan rangkap pada aspal menjadi ikatan – ikatan tunggal pada rantai panjang,

yang lasim disebut polimer, yang bertindak sebagai katalisator untuk

memperbaiki struktur molekul pada aspal. Aspal merupakan senyawa

hidrokarbon, struktur molekul aspal sangatlah kompleks yang merupakan

15

koordinasi dari 3 jenis molekul dasar hidrokarbon, yaitu alifatik siklis dan

aromatic (Rianung, 2007).

Gambar 3. Molekul Hidrokarbon Alifatik Siklik dan Aromatic

Dengan perbaikan struktur molekul dalam aspal, artinya setelah pemakaian

bahan pengikat alami (Natural binder) atau aditif akan dapat merubah sifat-

sifat aspal antara lain:

a. Meningkatkan stabilitas.

b. Mengurangi kepekaan terhadap suhu.

c. Meningkatkan ketahanan terhadap deformasi.

Untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan permukaan aspal, peneliti telah

memusatkan perhatian pada aditif yang diperoleh dengan memanfaatkan bahan

pengikat alami (Natural binder), seperti lignin isolat dari kayu pinus (pinus

merkusii jungh et de vriese). Untuk bahan-bahan polimer yang efektif

digunakan jalan raya, haruslah yang dapat meningkatkan resistensi terhadap

keretakan letih, mengurangi cakupan deformasi permanen dan mengurangi

pengerasan pada suhu tinggi (King, 1986).

16

2.7. Bahan Pengikat Alami

Bahan pengikat alami (natural binder) aspal adalah suatu bahan yang dipakai

untuk ditambahkan pada aspal. Terrel & Epps (1988), penggunan bahan

pengikat alami (natural binder) atau aditif aspal merupakan bagian dari

klasifikasi jenis aspal modified yang yang berunsur dari jenis karet alam, karet

sintetis/buatan juga dari karet yang sudah diolah (dari ban bekas).

2.8. Lignin

Lignin berasal dari kata “lignum” yang berarti kayu. Lignin merupakan salah

satu komponen kayu baik kayu jarum (gymnospermae) maupun kayu daun

(angiospermae) di samping polisakarida dan ekstraktif (Sarkanen dan Ludwig,

1971). Ketiganya merupakan komponenn polimer, bergabung satu sama lain

membentuk suatu struktur tiga dimensi yang sangat kompleks.

Lignin adalah bahan polimer alam kedua terbanyak setelah selulosa, lignin

berada pada dinding sel dan antar sel, membuat kayu keras. Belum ditemukan

stuktur kimia yang pasti dari lignin (Fuadi dan Sulistya, 2008).

Lignin memiliki heterogenitas pada banyak tumbuhan yang secara botani

berbeda dalam seksi, kelas, ordo, genus maupun pada jaringan sel-sel kayu

yang berbeda bahkan pada lapisan dinding sel satu spesies (Anonymous, 1971).

Kadar lignin rata-rata Kalindra, Balsa, Gamal, dan Sengon menurut bagian

dalam batang tersaji pada Tabel 2.

17

Tabel 2. Kadar lignin rata-rata beberapa jenis kayu menurut bagian dalam batang

Jenis Kayu

Kadar Lignin (%)

Ujung Tengah Pangkal Rata-rata

Kaliandra 20,35 22,00 22,53 21,63

Balsa 23,33 24,85 25,35 24,51

Gamal 21,83 25,29 25,93 24,35

Sengon 23,59 25,29 25,98 25,95

Sumber: (Kasmudjo, 1982 dalam Santoso, 1995)

Lignin berada dengan polisakarida kayu, seperti selulosa dan liemilulosa yang

mempunyai afinitas yang kuat terhadap molekul air (hidrofobik) dan berfungsi

mengontrol penyerapan air oleh kayu. Lignin merupakan perekat alam, suatu

polimer kompleks penyusun kayu (Fengel dan wagener, 1985).

Jumlah dan sifat lignin kayu sangat bervariasi dan bergantung pada jenis kayu,

kayu daun jarum (softwood) atau kayu daun lebar (hard wood), lingkaran usia

kayu. Penelitian pada “Douglas-fir: menunjukkan bahwa kayu di bagian tengah

batang memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian tepi batang. Kayu daun tropis mempunyai kandungan lignin lebih

tinggi dibandingkan dengan kayu daun dari daerah temperatur sedang.

Kandungan lignin kayu jarum bervariasi antara 24-33% dan kayu daun tropis

26-35%. Dalam tanaman bukan kayu kandungan lignin umumnya antara 12-

17% (Supri, 2000).

18

Lignin juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lignosulfonat.

Lignosulfonat adalah salah satu derivate lignin yang diperoleh dengan cara

sulfonasi lignin, merupakan polimer polielektrolit yang larut dalam air.

Umumnya lignosulfonat diperoleh dari lindi hitam (black liquor) yang berasal

dari buangan pabrik pulp. Lignosulfonat secara komersial banyak digunakan

sebagai aditif (zat tambahan) yang berfungsi sebagai plasticizer pada

pembuatan semen dan beton. Lignosulfonat juga dapat digunakan sebagai

surfaktan, bahan baku pembuatan vanillin, sebagai bahan pengikat pada pakan

ternak, dispersant untuk pewarna, conditioner, paper coating, pupuk (Falah,

2012).

2.9. Sifat Kimia Lignin

Karakteristik kimia lignin dapat dilakukan dengan analisis unsur dan penentuan

gugus metoksil. Selanjutnya ditentukan kandungan gugus fungsional lain

(missal gugus fenolat, hidroksil alifatik, dan gugus karbonil dan karboksil)

yang menunjukan perubahan-perubahan struktur lignin yang disebabkan oleh

prosedur isolasi atau perlakuan kimia (Meier et al., 1981 dalam Fengel dan

Wegener, 1995). Santoso (1995) menyatakan bahwa lignin mengandung gugus

metoksil sekitar 16,8%-17,4%. Jumlah metoksil dalam lignin tergantung pada

sumber lignin dan proses isolasi yang digunakan. Lignin merupakan senyawa

aromatic dengan struktur kimia yang kompleks. Reaktivitas lignin lebih

rendah dibandingkan dengan perekat fenol formaldehida serta jumlah gugus

reaktifnya pun sedikit (Nimz, 1983 dalam Pizzi, 1994).

19

Gambar 4. Struktur Ikatan Kimia Lignin

Faktor yang mendukung pemanfaatan lignin antara lain tempat reaktif dalam

struktur lignin dapat digunakan untuk beragam reaksi substitusi atau adisi,

lignin memiliki kesesuaian dengan beberapa bahan dasar kimia yang penting,

dan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup besar dalam lindi hitam dapat

menjadi sumber polusi yang serius bila dibiarkan. Kendala pemanfaatan lignin

adalah struktur kimia dan bobot molekulnya tidak homogen sehingga

membutuhkan biaya lebih tinggi untuk memfraksikan dan memodifikasinya,

apabila dicuci dengan klorin dan diberi perlakuan panas atau kimia maka

komponen yang rusak akan banyak terbentuk, kandungan oksigen dan sifat

higroskopisnya yang tinggi serta strukturnya yang berdimensi 3 yang

melibatkan ikatan C-C mengakibatkannya sulit dipisahkan dan didegradasi

menjadi molekul yang bobot molekulnya rendah (Salminah, 2001).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung selama 3 bulan.

3.2. Pelaksanaan Pengujian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan mulai dari awal sampai akhir

dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1. Pengujian Ektraksi Lignin

1) Alat dan bahan yang digunakan:

a. pH meter/kertas pH

b. Gelas Beaker

c. Kertas saring berbentuk lingkaran

d. Cawan Petri

e. Oven dengan alat pengatur suhu (110 ± 5)oC.

f. Gelas ukur 500 ml.

g. Corong

h. Black Liqour

i. Asam sulfat

21

2) Langkah-langkah percobaan:

a. Tuangkan cairan Black liquor kedalam gelas beaker, lalu

tambahkan Asam Sulfat dan ukur menggunakan kertas pH

hingga mencapai pH dan tunggu hingga terbentuk endapan.

b. Saring endapan menggunakan kertas saring dan corong.

c. Cuci endapan menggunakan air bersih sampai pH 7-8.

d. Keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 1050C

selama 3 jam, timbang endapan lalu di masukkan kedalam

oven kembali selama 1 jam kemudian timbang lagi hingga

berat endapan konstan.

3.2.2. Persiapan Benda Uji

Persiapan yang dilakukan yaitu persiapan bahan material dan juga

persiapan alat yang digunakan. Persiapan bahan yaitu mendatangkan

sampel Lignin dari Laboratorium Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lampung ke Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas

Lampung lalu mencampurkannya dengan aspal.

3.2.3. Pengujian Berat Jenis Aspal

Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dengan berat

air suling, dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Tujuan percobaan

ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal dengan menggunakan

piknometer.

1) Alat dan bahan yang digunakan:

a. Tabung Piknometer

b. Air Suling

22

c. Timbangan dengan kapasitas 5000 gr dan ketelitian 0,01 gr

d. Aspal

2) Langkah-langkah percobaan:

a. Membersihkan, dan mengeringkan piknometer.

b. Menimbang piknometer dengan ketelitian 0,01 gram (di dapat A

gram).

c. Menimbang piknometer yang berisi air suling penuh dengan

ketelitian 0,01 gram (didapat berat B gram).

d. Menimbang piknometer dengan penutupnya yang telah terisi

benda uji dengan ketelitian 0,01 gram.

e. Mengisi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan

menutupnya tanpa di tekan, lalu mendiamkan agar gelembung

udara keluar. Kemudian menimbang pinometer beserta aspal

dan air suling di dalamnya.

3) Perhitungan Berat Jenis Aspal:

BJ = (𝐶−𝐴)

(𝐵−𝐴)(𝐷−𝐶)……………………………………………… (1)

Dimana:

A = Berat piknometer dengan penutup (gram)

B = Berat piknometer berisi air (gram)

C = Berat piknometer berisi aspal (gram)

D = Berat piknometer berisi air dan aspal (gram)

23

3.2.4. Pengujian Penetrasi

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan penetrasi bitumen

keras atau lembek (solid atau semi solid), dengan memasukkan jarum

penetrasi ukuran tertentu, beban, dan waktu tertentu kedalam bitumen

dalam waktu tertentu.

1) Alat dan bahan yang digunakan:

a. Alat Penetrasi

b. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,005) gram

c. Pemberat sebesar (50 ± 0,005) gram dan (100 ± 0,005) gram

d. Jarum penetrasi.

e. Cawan.

f. Tempat air

g. Baskom

h. Bahan bitumen atau aspal yang dituangkan kedalam cawan.

2) Langkah-langkah percobaan:

a. Memanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduknya

sehingga cukup air agar dapat dituangkan. Pemanasan untuk

TER tidak lebih dari 600C diatas titik lembek dan bitumen tidak

lebih dari 900C diatas titik lembek. Waktu pemanasan tidak

boleh lebih dari 30 menit. Mengaduk perlahan-lahan agar udara

tidak masuk kedalam benda uji.

b. Menuangkan benda uji kedalam cawan yang telah ditentukan

dan mendiamkannya hingga dingin. Tinggi benda uji dalam

24

cawan tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm.

Sampel dibuat menjadi dua benda uji.

c. Menutup benda uji agar bebas dari debu dan mendiamkan pada

suhu ruang selama 1-1½ jam untuk benda uji kecil dan 1½-2

jam untuk yang besar.

d. Meletakkan benda uji kedalam tempat air yang kecil dan

memasukkan tempat air tersebut kedalam bak perendam dengan

suhu yang telah ditentukan.

e. Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan

baik dan membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau

pelarut lain, kemudian mengeringkan jarum tersebut dengan

kain bersih dan memasangnya pada pemegang jarum.

f. Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh

beban sebesar (100 ± 0,1) gram.

g. Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat

penetrasi.

h. Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut

menyentuh permukaan benda uji kemudian mengatur angka

pada arloji penetrometer hingga menunjukkan angka 0 (jarum

penunjuk berhimpit dengannya).

i. Melepaskan pemegang jarum dan serentak menjalankan

pengatur waktu otomatis selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

25

j. Memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi

yang berhimpit dengan jarum penunjuk, membulatkan angka

hingga 0,1 mm terdekat.

k. Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan menyiapkan alat

penetrasi untuk pekerjaan berikutnya.

l. Melakukan prosedur percobaan diatas tidak kurang dari 3 kali

untuk benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik

pemeriksaan berjarak satu sama lain dari tepi dinding lebih dari

1 cm.

3.2.5. Pengujian Daktilitas

Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus pada saat

dilakukan penarikan dengan kecepatan 5 cm/menit. Tujuan percobaan

ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dan kuat tarik aspal atau

bitumen keras dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik

antara dua cetakan yang berisi bitumen keras pada suhu dan kecepatan

tarik tertentu.

3) Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

a. Termometer

b. Cetakan daktilitas kuningan

c. Bak perendam isi 10 liter, yang dapat menjaga suhu tertentu selama

pengujian dengan ketelitian 0,1 0C, dan benda uji dapat direndam

sekurang-kurangnya 10 cm di bawah permukaan air. Bak tersebut

dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang, diletakkan 5 cm dari

dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji

26

d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.

2) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan

getaran selama pemeriksaan.

e. Glycerin

f. Talk

2) Benda uji yang digunakan dalam percobaan ini didapat dengan

prosedur sebagai berikut:

Melapisi semua bagian dalam cetakan daktalitas dan bagian atas pelat

dasar dengan campuran glyserin dan talk,atau glyserin dan kaolin,

atau amalgam kemudian memasang cetakan di dalam pelat

a. Memanaskan sampel aspal kira-kira 100 gram sehingga mencair

dan dapat dituang. Untuk menghindari pemanasan setempat,

maka melakukannya dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan dari

suhu 80oC sampai 100oC di atas titik lembek, lalu mengaduk dan

menuangkannya ke dalam cetakan.

b. Pada waktu pengisian cetakan, menuang sampel dengan hati-hati

dari ujung ke ujung cetakan dengan atau hingga penuhnya

berlebihan.

c. Mendinginkan sampel dalam cetakan pada suhu ruang selama 30

–40 menit, lalu memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam

yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan

spesifikasi) selama 30 menit.

27

3) Prosedur Percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini adalah:

a. Merendam benda uji pada suhu 25 0C dalam bak perendam

selama 85–95 menit, kemudian melepaskan benda uji dari pelat

dasar dan sisi–sisi cetakannya.

b. Memasangkan benda uji pada alat benda uji, dan menarik benda

uji secara teratur dengan kecepatan ± 5 cm/menit. Perbedaan

kecepatan ± 5 % masih diizinkan.

c. Membaca antara pemegang cetakan pada saat benda uji putus

(dalam cm). Selama percobaan berlangsung, benda uji harus

selalu terendam air dan mempertahankan suhu tetap (25 ± 0,5) 0C.

3.2.6. Pengujian Titik Lembek

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan titik lembek aspal

yang memiliki suhu berkisar antara 300C sampai 2000C. Titik lembek

adalah suhu pada bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun

sehingga lapisan aspal yang tertahan dalam ukuran cincin berukuran

tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak

dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat dari pemanasan yang

dilakukan.

1) Alat dan bahan yang diguunakan:

a. Termometer

b. Cetakan kuningan berbentuk cincin

c. Alat pengarah bola

d. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak, dengan diameter dalam

8,5 cm, dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm

28

e. Dudukan benda uji

f. Aspal yang dituangkan kedalam cetakan cincin

2) Prosedur percobaan

a. Memasukkan benda uji perlahan-lahan sambil mengaduk terus-

menerus hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan

dilakukan secara perlahan-lahan agar gelembung udara tidak

masuk. Suhu pemanasan aspal tidak melebihi 111oC diatas titik

lembeknya dan waktu pemanasan aspal tidak melebihi 2 jam.

b. Memanaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang sampel

dan meletakkan kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah

diberi lapisan dari talk dan sabun.

c. Menuangkan sampel kedalam dua buah cincin. Mendiamkan pada

suhu sekurang-kurangnya 8oC dibawah titik lembeknya dan

sekurang-kurangnya selama 30 menit.

d. Setelah dingin meratakan permukaan sampel dalam cincin dengan

pisau atau spatula yang telah dipanaskan.

e. Memasang dan mengatur kedua benda uji diatas dudukannya dan

meletakkan pengarah bola diatasnya, kemudian memasukkan

semua peralatan tersebut kedalam bejana gelas. Mengisi bejana

dengan air suling baru, dengan suhu (5 ± 1)C, sehingga tinggi

permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm.

f. Meletakkan termometer yang sesuai untuk percobaan ini antara

kedua benda uji (± 12,7 mm dari tiap cincin).

29

g. Meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 5C diatas dan ditengah

masing-masing benda uji yang bersuhu 5C menggunakan penjepit

dengan memasang kembali pengarah bola.

h. Memanaskan bejana sehingga kenaikkan suhu menjadi 5C per

menit. Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil pemanasan

rata-rata dari awal dan akhir percobaan ini, untuk 3 menit pertama

pemanasan tidak boleh melebihi 9,5C.

3.2.7. Pengujian Penurunan Berat Minyak

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan kehilangan berat

minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang

dinyatakan dalam persen berat semula.

1) Benda Uji yang digunakan adalah:

a. Mengaduk contoh minyak atau aspal serta memanaskannya untuk

mendapatkan campuran yang merata.

b. Menuangkan contoh kira-kira 50 ± 0,5 gram ke dalam cawan.

c. Memeriksa benda uji yang harus bebas air.

d. Menyiapkan 2 buah sampel.

2) Peralatan yang digunakan adalah:

a. Termometer.

b. Oven yang dilengkapi dengan:

1. Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)oC

30

2. Pinggan logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven

pada poros dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6

putaran per menit.

c. Cawan, yaitu berupa logam atau gelas berbentuk silinder,

dengan dasar yang rata. Ukuran dalam diameter 55 mm dan

tinggi 35 mm.

d. Timbangan dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram.

3) Langkah-langkah percobaan:

a. Menyiapkan benda uji dengan cara mengaduk contoh minyak

atau aspal serta memanaskannya untuk mendapatkan campuran

yang merata.

b. Menimbang cawan yang akan digunakan dengan ketelitian 0,01

gram.

c. Menuangkan contoh kira-kira (50 ± 0,5) gram kedalam 2 cawan

untuk sampel 1 dan sampel 2 kemudian setelah dingin

menimbang dengan ketelitian 0,01 gram.

d. Memeriksa benda uji, benda uji tersebut harus bebas air.

e. Meletakkan 2 benda uji di atas pinggan logam setelah oven

mencapai suhu (163 ± 1)oC.

f. Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada

jarak 1,9 cm dari pinggir dengan ujung 6 mm di atas piringan.

g. Mengeluarkan benda uji dari oven setelah 5 jam.

31

h. Mendinginkan benda uji pada suhu ruang setelah dikeluarkan

dari oven, kemudian menimbang benda uji dengan ketelitian

0,01 gram.

4) Perhitungan:

Penurunan berat (%) = 𝐴−𝐵

𝐴 𝑋 100% ……………….………… (2)

Dimana:

A = Berat sampel dan cawan sebelum pemanasan (gram)

B = Berat sampel dan cawan sesudah pemanasan (gram)

3.2.8. Pengujian Viskositas

1) Alat dan bahan yang digunakan:

a. Alat penguji viskositas Saybolt Furol

b. Piknometer

c. Tungku pemanas

d. Thermometer

e. Stopwatch

f. Sarung tangan tahan panas

2) Langkah-langkah percobaan:

a. Siapakan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

b. Siapkan alat penguji dengan memilih suhu awal 1200C dengan cara

mengatur di alat agar suhu alat mencapai 1200C.

c. Sambil menunggu alat saybolt mencapai suhu 1200C, panaskan

aspal dengan kompor/tungku pemanas dengan merata kemudian

masukan ketabung viskositas sampai pinggir atas tabung

vikometer. Jika alat telah mencapai suhu yang ditentukan.

32

d. Cabut gugus penyumbat dan mulai hidupkan stopwatch disaat

pertama menetes dipiknometer.

e. Matikan stopwatch apabila aspal tepat pada batas 60 ml (sampai

leher piknometer).

f. Catat waktu alir dalam detik sampai 0,1 detik terdekat.

g. Tutup lubang dengan alat penyumbat aliran aspal tadi.

h. Lakukan prosedur yang sama untuk suhu 1400, 1600, dan 1800.

33

3.3. Diagram Alir Penelitian

Gambar 5. Diagram alir penelitian

Metode Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Pengujian Laboratorium

a. Berat Jenis Aspal d. Titik Lembek

b. Penetrasi e. Penurunan Berat Minyak

c. Daktilitas f. Viskositas

Mengetahui pengaruh penambahan bahan aditif

berupa lignin terhadap kualitas atau karakteristik

bahan bitumen

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pembuatan

Benda Uji

Aspal+

Lignin 0%

Aspal+

Lignin 3 % Aspal +

Lignin 9 %

Aspal +

Lignin 6 %

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pencampuran lignin dalam campuran aspal mempengaruhi sensitivitas aspal

terhadap suhu, dilihat dari uji titik lembek sensitivitas aspal mencapai 62˚C

pada campuran kadar lignin 6%, bila dibandingkan dengan aspal penetrasi

60/70 (0%) yang nilainya hanya 51˚C.

2. Tingkat kekerasan aspal bertambah setelah dicampurkan oleh lignin

sebanyak 3% 6% 9%. Nilai penetrasi aspal tertinggi adalah pada

pencampuran lignin 9% yaitu 57,1.

3. Penurunan elastisitas aspal yang cukup signifikan ditunjukkan pada

campuran lignin 9% yang hanya mampu mencapai panjang 33,5 cm.

4. Pencampuran lignin sebesar 6% menjadi nilai tertinggi untuk pengaruh

kekentalan aspal, kekentalan aspal pada campuran tersebut mencapai 827 cst

50

dibandingkan dengan aspal penetrasi 60/70 (0%) yang nilainya hanya 570,8

cst.

5. Dari beberapa uji yang telah dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya

Fakultas Teknik Universitas Lampung dan Puslitbang Jalan dan Jembatan

(PUSJATAN) Bandung, pencampuran lignin terbaik adalah sebesar 6%.

5.2. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pencampuran aspal modifikasi

yang memakai lignin dari limbah pulp sebagai usaha pemanfaatan limbah

agar mempunyai nilai ekonomis yang baik.

2. Pada penelitian selanjutnya dapat mengecilkan interval pencampuran

lignin terhadap aspal.

3. Untuk penelitian selanjutnya saat pencampuran aspal dengan lignin

diharapkan memakai mixer yang sudah memiliki ketentuan pemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1971. The Lignin Paradigm. University of Toronto. Toronto.

Canada.

Austin, G.T., 1996. Industri Proses Kimia. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta

Diansari, S., 2016. Aspal Modifikasi Dengan Penambahan Plastik Low Linear

Density Poly Ethylene (LLDPE) Ditinjau Dari Karakteristik Marshall Dan

Uji Penetrasi Pada Lapisan Aspal Beton (AC-BC). Jurnal Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Lampung.

Falah, F., 2012. Pemanfaatan Limbah Lignin Dari Proses Pembuatan Bioetanol

Dari TKKS Sebagai Bahan Aditif Pada Mortar. Jurnal Fakultas Teknik

Program Magister Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.

Depok.

Fei-Hung, Y., 2000. A Study of Potential Use of Asphalt Containing Synthetic

Polymers For Asphalt Paving Mixes. USA : UMI.

Fuadi, A.M., Sulistya, H. 2008. Pemutihan Menggunakan Hidrogen Peroksida.

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Kasmudjo, 1982, Dasar-Dasar Pengolahan Minyak Kayu Putih. Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

King, G.N., Munchy, H.W., Prudhomme, J.B. 1986. Polymer Modification :

Binder’s Effect on Mix Properties, Volume 55. hal 519-540. Proceeding of

the Association of Asphalt Paving Technologists.

Koninklijke.1987.The Teasting of Bituminous Material. Shell-Laboratorium

Meier, H., L. Buchs ., A.J Buchala dan T. Homewood. 1981. Nature 289, 821-822.

Dalam Fengel, D . dan Wegener. 1995. Kayu:Kimia, Ultrastruktur dan

Reaksi. Gadjah Mada Press University. Yogyakarta

Nimz, HH. Lignin –Based Wood Adhesives. In A. Pizzi. 1983. Wood Adhesives

Chemistry and Technology. Marcel Dekker, Inc. New York.

Oglesby, C.H. 1996. Teknik Jalan Raya. Edisi Keempat. Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Pizzi, A. 1994. Advanced Wood Adhesives Technology. Marcel Dekker, Inc. New

York.

Polacco,G., Berlincioni, S. 2005. Asphalt Modification with Different Polyethylene

Based Polymer. hal 2831. Italia. European Polymer Journal 41.

Rianung, S. 2007. Kajian Laboratorium Pengaruh Bahan Tambah Gondorukem

pada Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) Tehadap Nilai Propertis

Marshall dan Durabilitas, Semarang.

Salminah, M. 2001. Karakteristik Lignin Hasil Isolasi Larutan Sisa Pemasak Pulp

Proses Semi Kimia pada Berbagai Tingkat pH. Fakultas Kehutanan Jurusan

Teknologi Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santoso, A. 1995. Pencirian isolate Lignin dan Upaya Menjadikan Sebagai Bahan

Perekat Kayu Lapis. Ilmu Pengetahuan Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Supri, 2000. Sintesis Dan Karakterisasi Poliuretan Dari Sistem Lignin Isolat Kayu

Meranti (Shorea Spp) Dengan Polietilen Glikol (LI-PEG). Tesis Magister.

Bandung.

Sarkanen, K.V. and C.H.Ludwig, 1971. Lignin: Occurrence, Formation, Structure

and Reaction . ed. Sarkanen, K.V. and Ludwig, C.H. Wiley-Interscience.

New York.

Shahidi, Fereidon. 2004. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. New Jerseys:

John Wiley and Sons, Inc.

Shell Bitumen. 1990. The Shell Bitumen Hand Book.

Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.5

Sukirman, S., 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta : Granit

Terrel, R.L. and J.A. Epps (1988). Using Additives and Modifiers in Hot Mix

Asphalt. National Asphalt Pavement Association Quality Improvement

Series 114.

Wegener, G., Fengel, D. 1985. Kimia Ultra Struktur Reaksi. Gadjah Mada

University Press : Yogyakarta.