kualitas
TRANSCRIPT
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
PUSAT KESEHATAN MAHASISWA UI (PKM UI)
KRISNA PUJI RAHMAYANTI
RINA NUR OKTAVIANA
ILMU ADMNINISTRASI NEGARA
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sepanjang sejarah, pelayanan publik telah diyakini sebagai sesuatu faktor yang
penting dalam berkontribusi untuk kehidupan sosial yang lebih baik dengan didukung oleh
warga negara dan kalangan politik (Denhdardt, 1999, hal. 413). Akan tetapi setelah
kampanye kandidat politik Amerika, Ronald Reagan dan Jimmy Carter, adminsitrator
publik mendapat banyak kritik sebagai bagian yang tidak responsif dan terlalu responsif.
Dalam hal ini administrator publik dinilai tidak responsif kepada warga negara pada
umunya tetapi terlalu responsif kepada kepentingan kelompok tertentu. Organisasi publik
dituduh terlalu tidak efektif dan efisien serta gagal untuk mencapai tujuan mereka
sehingga membuang anggaran publik terlalu besar.
Akan tetapi, perkembangan ilmu pelayanan publik menunjukkan upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik. Salah satu contoh yaitu adanya dukungan yang
sangat besar dari Bush dan Clinton terhadap pelayanan organisasi negara federal dengan
melibatkan pegawai pemerintah dalam desain manajemen perubahan melalui National
Performance Review (Denhdardt, 1999, hal. 414).
Tantangan pelayanan publik akhir-akhir ini tidak hanya dalam menyelesaikan
masalah dalam pelayanan publik tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap
pelayanan publik. Upaya dalam meningkatkan arti dan integritas pelayanan publik sangat
diperlukan di dalam masyarakat, tetapi mereka sebaiknya diikuti dengan pemahaman yang
jelas terkait beberapa tren penting dalam bidang pelayanan publik yang memperkuat nilai
dan komitmen pelayayanan publik itu sendiri. Terdapat beberapa tren penting dalam
pelayanan publik antara lain sebagai berikut: (Denhdardt, 1999, hal. 418)
a. Perubahan ekonomi dan pendefinisian kembali pemerintah.
Pendefinisian kembali pelayanan publik merupakan sutau hal yang sangat penting.
Perubahan ekonomi juga memberikan pengaruh baik dalam misi dan struktur dari
organisasi publik. Perkembangan ekonomi telah mengarah dari product base
menjadi service base serta dari national base menjadi global base kemudian dari
menumbuhkan komitmen publik menjadi komitmen yang terbatas. Perkembangan
ekonomi ini menuntuk adanya pendefinisian kembali peran pelayanan publik di
masyarakat. tantangan yang dihadapi oleh pelayanan p[ublik terkait oleh beberapa
hal antara lain tantangan yang dihadapi oleh pemimpin organisasi penyelenggara
pelayanan publik untuk mengubah organisasi tradisional mereka karena hanya akan
menghambat peningkatan kulitas seiirng perkembangan ekonomi yang semakin
meningkat. Kemudian tantangan dalam level negara dan lokal, dimana harus
memainkan peran baru dan penting dalam pengembangan ekonomi. Selanjutnya,
prgram operasional organisasi penyelenggara pelayanana publik juga memerlukan
peningkatan khususnya dalam bidang humans ervices.
b. Globalisasi
Perkembangan ekonomi dikombinasikan dengan perkembangan teknologi yang
menjadikan administrasi publik internasional menjadi lebih penting dari waktu-
waktu sebelumnya. Kompetisi menjadi pandangan yang muncul terkait dengan
globalisasi. Hal berangkat dari perspektif kritis dimana ternd ini dilihat sebagai
upaya negara maju, negara barat untuk memperkenalkan nilai barat kedalam
wilayah negara lain karena dipercaya akan meningkatkan kemakmuran dan
kesempatan yang menguntugkan. Akhirnya, semua pihak dalam negara dunia akan
c. Teknologi dan lingkungan kerja
d. Peran masyarakat.
Dama perkembangan pelayanan publik, masyarakat semakin meningkat
pasrtisipasinya. Partisipasi masyarakat ini tidak hanya dalam hal pemberian
pelayanan tetapi kemudian dalam pengambilan keputusan pelayanan. Dendart
menyatakan bahwa The role of citizens in the government process. More and more,
public decisions are being made thourgh meaningful intercation with cirizens
(Denhdardt, 1999, hal. 424)
Sehubungan dengan hal tersebut, organisasi penyelenggaran pelayanan dituntut
untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Kulitas pelayanan merupakan konsep yang mulai
berkembang semenjak muncul paradigma New Public Management. Salah satu latar
belakang munculnya paradigma new public management yaitu adanya krisis fiskal pada
tahun 1970 yang mendorong munculnya upaya yang kuat untuk menciptakan
pemerintahan yang bekerja lebih baik dengan biaya yang sedikit (Denhardt, 2004, hal.
136). Perkembangan selanjutnya, kualitas pelayanan tidak hanya diukur melalui biaya
yang sedikit. Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Walker(1992:308-311)
menyatakan bahwa kualitas pelayanan dapat diukur melalui perbedaan antara jasa
pelayanan yang dirasakan dengan yang diharapkan terjadi. Sedangkan dalam hal
pengukuran kualitas pelayanan yang dilakukan secara nyata oleh penerima layanan,
Zeithmal (1988:45) memberikan indikator kepuasan penerima layanan yang terletak pada
lima dimensi kualitas pelayanan menurut yang dikatakan penerima layanan yaitu
reliability(keandalan), responsiveness(daya tanggap), assurance(jaminan),
emphaty(empati), tangibles(produk-produk fisik).
Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia(PKM UI) merupakan salah
satu organisasi penyelenggara pelayanan publik di lingkungan Universitas Indonesia.
PKM UI merupakan satu-satunya penyelenggara pelayanan publik dalam bidang
kesehatan di Universitas Indonesia. Sebagai salah satu organisasi penyelenggara pelayana
publik maka seyogyanya PKM UI terus menjaga kualitasnya. Biaya pelayanan gratis bagi
civitas akademika UI menjadi satu kelebihan dan daya tarik civitas akademika UI untuk
berobat di PKM UI. Akan tetapi, walau tidak dipungut biaya bagi civitas akademika, pihak
penyelenggara pelayanan masih memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas karena setiap principal telah membayar biaya asuransi kegiatan. Oleh
karena itu pelayanan di PKM UI bukan bersifat volunteer tetapi merupakan sebuah
obligation atas pembayaran yang telah dilakukan sehingga kualitas yang baik dalam
pelayanan kesehatan perlu dipenuhi oleh PKM UI agar kepuasan penerima pelayanan
meningkat. Terlepas dari biaya, PKM UI sebagai salah satu organisasi pelayanan publik di
Universitas Indonesia maka PKM UI dituntut untuk memberikan pelayanan yang handal,
memiliki daya tanggap tinggi, menyediakan jaminan pelayanan, dilaksanakan dengan
empati, serta adanya produk-produk fisik yang dapat menjamin kualitas pelayanannya.
I.2 Rumusan Masalah
Sebagaimana latar belakang masalah, PKM UI merupakan organisasi pelayanan publik yang
dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkuliatas. Sehubungan dengan hal tersebut
terdapat pertanyaan terkait dengan kualitas pelayanan PKM UI, yaitu:
1. Bagaimana kulitas pelayanan publik PKM UI?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah terdapat tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik khususnya kualitas pelayanan kesehatan
di PKM UI.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
II.1 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian mengenai ”Kualitas Pelayanan Publik Pusat Kesehatan
Mahasiswa (PKM) Universitas Indonesia, peneliti perlu melakukan peninjauan terhadap
penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. Di sini peneliti mengambil
tiga hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan pembanding dalam penelitian mengenai
aksesibilitas pendidikan.
Penelitian pertama, yaitu dilakukan oleh Marsigit, dalam tesisnya yang berjudul
”Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Kausu di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangungan Jakarta
Pusat)”. Tujuan dari penelitian Marsigit bersifat deskripsif. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bila ditinjau dari teknik pengumpulan data,
penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan pada teknik pengumpulan
data berupa studi kepustakaan yaitu, peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi
melalui buku-buku, majalah, surat kabar, laporan, dan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan materi peneilitiannya. Peneliti juga melakukan studi lapangan, yaitu peneliti
secara langsung berhubungan dengan obyek yang diteliti untuk melengkapi data primer yang
telah didapatkan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan/ kuisioner
kepada responden yang bersangkutan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti
dalam analisis hasil penelitiannya menggunakan metode servqual yaitu metode yang
digunakan untuk mengetaui kepuasan pelanggan dalam pelayanan yang diterimanya.
Teori yang digunakan peneliti, yaitu Teori pelayanan. Pelayanan merupakan aktifitas
manajemen yang dilakukan oleh manajer dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan. Pengertian pelayanan secara terminologi berarti kata kerja yang
mengandung arti suatu kegiatan dimana seorang/sekelompok orang yang selalu siap
melakukan pekerjaan memberikan tenaga dan pikirannya untuk membantu orang lain
dibidang tertentu.
Penjelasan mengenai pelayanan juga dilengkapi dengan kriteria pelayanan yang baik
dengan tiga faktor kunci sukses dalam bentuk segitiga pelayanan (service triangel), seperti
konsep yang dikemukakan oleh Albrecht :
1. Visi atau strategi untuk pelayanan
2. Orang digaris depan yang berorientasi pada pelanggan
3. Sistem yang menyenangkan pelanggan
Tiga unsur sistem segitiga pelayanan tersebut mempunyai peran saling mempengaruhi
untuk menciptaan kualitas pelayanan yang tinggi. Sasaran pada strategi pelayanan menurut
Albert ini pada dasarnya adalah berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Suatu konsep pelayanan prima yang muncul dalam penelitian ini adalah konsep
strategi pelayanan prima yang dikembangkan oleh Catherine De Vrye dalam bukunya ”Good
Service is Goo Business” yang dinamakan ”7 strategi Menuju Sukses” yan mudah
diindentifikasikan dan mudah diingat, yaitu: Self-Esteem, Exceed Expectation, Recover,
Vsion improve, Care, Empowerment, yang merupakan kepanjangan dari SERVICE.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tingkat pelayanan di KP-PBB Jakarta
Pusat masih rendah. Hal ini mengidentifikasinkan tingkat kinerja pelayanan pajak belum
memenuhi harapan wajib pajak, maka mash harus ditingkatkan kembali.
Persamaan penelitian pertama ini dengan penelitian yang berjudul “ Tinjauan
Tentang Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi
Kausu di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangungan Jakarta Pusat)” adalah
menggunakan variabel yang sama, yaitu pelayanan sehingga memiliki relevansi dengan judul
penelitian. Sementara itu, perbedaannya adalah objek dalam penelitian dalam tinjauan
pustaka pertama adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, sedangkan obyek
dalam penelitian “ Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan (Studi Kausu di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangungan
Jakarta Pusat)” adalah Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia.
Penelitian yang kedua diambil dari tesis yang berjudul ”Analisis Kualitas Jasa
dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Hypermarket X” karya Fadly Meray.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari metode servqual. Metode yang
digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Instrumen ini berbentuk kuesioner, tetapi
tidak tertutup kemungkinan dilakukan wawancara untuk membantu responden agar
pengisisan lebih efektif. Objek dalam penelitian ini adalah hypermarket X yang berlokasi di
Jabodetabek dengan menggunakan 22 variable servqual, yaitu:
1. Peralatan yang modern
2. Penempatan barang-barang menarik, desain ruangan, dsb.
3. Cara berpakaian karyawan dan penampilan mereka yang rapi
4. Penempatan fasilitas fisik yang mempermudah dalam berbelanja
5. Ketika karyawan / perusahaan membuat janji mereka melakukannya
6. Ketika timbul masalah, karyawan mampu menenangkan pelanggan
7. Sifat kayawan/perusahaan yang dapat diandalkan jika diminta
8. Pelayanan yang cepat sesuai janji
9. Sistem pencatatan transaksi yang akurat
10. Karyawan/ perusahaan memberi tahu kapan barang/ jasa akan disampaikan
11. Mendapatkan pelayanan yang cepat dari karyawan
12. Karyawan/ perusahaan yang selalu bersedia membantu paara pelanggan
13. Karyawan sanggup menangggapi permintaan pelanggan dengan cepat
14. Karyawan yang dapat dipercaya
15. Perasaan aman sewaktu beronteraksi dengan karyawan
16. Karyawan yang bersikap sopan
17. Dukungan dai perusahaan kepada karyawan sehingga dapat menjalankan tugasnya
dengan baik
18. Perhatian individual kepada semua pelanggan oleh perusahaan
19. Karyawan memberikan perhatian perorangan kepada para pelanggan
20. Karyawan yang memahami kebutuhan para pelanggannya
21. Perusahaan yang bersungguh-sungguh memperhatikan penlanggannya
22. Waktu beroperasi/ buka yang sesuai/ cocok bagi semua pelanggannya.
Hasil analisis dari penelitian ini dipaparkan secara deskriptif untuk memberikan
gambaran dan pemahaman akan kondisi yang diperoleh. Analisis dilakukan terhadap gap
yang ada di antara penilaian responden terhadap persepsi dan ekspektasi kualitas jasa, yang
dilanjutkan dengan analisis kuadaran untuk menentukan prioritas dimensi dalam meperbaiki
kualitas jasa hyoermarket ”X” kemudian dilakukan analisis keseluruhan yang
menggabungkan hasil-hasil analisis sebelumnya.
Didalam penelitian ini dijelaskan mengenai kualitas jasa yang dikelompokan dalam
beberapa kriteria atau dimensi, yaitu: tangibles, realibility, responsiveness, competence,
courtesy, credibility, security, acces, communication, understanding the customer. Persepsi
pelanggan akan suatu jasa yang mereka terima didasarkan atas peformance perusahaan
terhadap atribut dan karakteristikaa jasa yang dalam hal ini diwakili oleh dimensi kualitas
jasa. Ekspektasi pelanggan atas kualitas jasa dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu
komunikasi mulut ke mulut (word of mouth), kebutuhan perorangan (personal need),
pengalaman masa lalu (past experience), komunikasi dari luar (external communication).
Ekpektasi pelanggan dapat muncul dan meningkat karena ada informasi dari orang lin
mengenai kualitas jasa tersebut. Komunikasi mulut ke muluy merupakan referensi yang kuat
terhadap kualitas jasa karena kualitas jasa kemungkinan disampaikan oleh orang yang sudah
berpengalaman, dapat dipercaya ataupun orang dekat. Begitu juga kebutuhan seseorang
merupakan pendorong yang kuat munculnya ekspektasi atas suatu kualitas jasa. Pengalaman
masa lalu bisa berupa hal-hal yang pernah dipelajari, diketahui dan dirasakan pada masa lalu
sehingga kembali mengharapkan suatu kualitas yang sama bahkan lebih tinggi. Kemudian,
ekspektasi pelanggan atas suatu kualitas jasa dipengaruhi oleh komunikasi eksternal, dimana
perusahaan memberitahukan da menjamin kualitas jasa yang mereka tawarkan. Komunikasi
ekternal dapat berupa iklan yang tujuannya promosi dan penyampaian informasi.
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah terdapat tujuh komponen
faktor yang mewakili 21 variabel kualitas jasa servqual dan memiliki karakteristik dari 21
variabel tersebut.komponen faktor tersebut kemudia disebut sebagai dimensi kualitas jasa
hypermart ”X”:Kehandalan, empati, ketanggapan, kepercayaan, penampiln karyawan,
akurasi, dan dukungan perusahaan.
Penelitian yang ketiga adalah tesis yang berjudul ”Kualitas Pelayanan Publik
dalam Pelayanan KTP di kecamatan Ngada Bawah” karya Bernadius Mere. Penlitian ini
dilakukan di kecamatan Ngada Bawah, Kabupaten Ngada. Tesis ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan gambaran ata penjelasan (description)
secara tepat tentang situasi, atau gejala baik dari inividu atau kelompok tertentu yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan survei
(membagikan kuesioner) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, yakni data primer.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi, yakni dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan layanan KTP yang dilakukan
petugas pelayanan KTP kepada masyarakat di lokasi penelitian. Untuk mendapat data primer
kualitatif, peneliti juga melakukan wawancara kepada inforasn penelitian. Peneliti juga
mengumpulkan data dengan melakukan studi kepustakaan dengan mengutip, membahas, dan
memahasmi sejumlah data, teori serta pendapat relevan atau menajdi materi pendukung bagi
tersusunnya konsep serta pembahasan penelitian.
Dalam penelitian Bernadius dijelaskan mengenai konsep kualitas pelayanan dari segi
pelayanan publik. Dijelaskan bahwa pelayanan adalah serangkaian kegiatan atau proses
pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa yang dicirikan
tidak berwujud, cepat hilang, dan lebih cepat dirasakan dari pada dimiliki serta pelanggan
dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengonsumsi jasa tersebut. Pada tesis ini Bernandus
melihat pada karakteristik jasa yang dibuat oleh Kotler (1994:456-459) yaitu: intangibility
(tidak berwujud), inseparability (tidak dapat dipisahkan), variability (berubah-ubah),
perishability (cepat hilang). Konsep pelayanan publik diartikannya sebagai segala bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang ada di pusat, di daerah dan di
lingkungan BUMN/BUMND dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan perundang-undangan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari semua dimensi kualitas pelayanan,
kualitas pelayanan publik dalam pelayanan KTP di kecamatan Nagada Bawah masih kurang
memuaskan dalam melayani kebutuhan masyarakat setempat.
II.2 Landasan Teori
Dalam menunjang pembahasan maka diperlukan landasan teori mengenai pelayanan
publik serta kulitas pelayanan. Pembahasan landasan teori ini diperlukan sebagai dasar dalam
analisis masalah.
II.2.1 Pelayanan
Pelayanan adalah kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan
penerima layanan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan
merupakan usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Sugiarto (1990:36) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
untuk memenuhi keinginan orang lain yang tingkat pemuasannya hanya dirasakan oleh orang
yang melayani maupun yang dilayani.
Karaketristik pelayanan menurut Normann (1993:14)adalah:
a. Pelayanan tidak bisa diraba, snagat berlawanan dari sifat nyata dari barang jadi.
b. Pelayanan itu pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh
yang sifatnya adalah tindakan social. Sementara control dan manajemen dari tindakan
social ini leih menyangkut masalah keterampilan dan teknik.
c. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak bisa dipisahkan secara nyata, karena pada
umumnya kejadian kebersamaan dan terjadinya di tempat yang sama.
Karakteristik lain dari jasa (pelayanan) dikemukakan oleh Tjiptono (1998:15-18) adalah:
a. Intagibility
Konsep ini memiliki dua pengertian:
1. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
2. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara
rohaniah.
b. Inseparability
Bahwa service biasanya dijual terlebih dahulu, aru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan.
c. Variability
Service bersifat sangat variable karena merupakan nonstandarizet output, artinya
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana
service itu dilakukan. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabalitas (Bovee,
Houston, dan Thill, dalam Tjiptono 1998:17) yaitu partisipasi pelanggan seama
penyampaian service, moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan beban
kerja perusahaan.
d. Perishability
Service merupakan komoditas tidak tahan lama dan dapat disimpan.
Dari karakteristik yang dikemukakan oleh Normann dan Tjiptono, secara jelasn
membedakan antara pelayanan dengan barang. Pelayanan merupakan sebuah produk yang
hanya dapat dirasakan dengan hasil dari sebuah proses interaksi yang terjadi antara
pelayanan/ layanan dengan konsumen. Berbeda dengan barang yang memiliki nilai fisik dan
terdapat nilai utility.
Pelayanan umum (public) adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang
maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku (KEPMENPAN 81/93).
Moenir (1992) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui
sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai
dengan haknya. Dengan demikian pelayanan public dapat diartikan sebagai pemberian
pelayanan kepada public atau masyarakat sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah
pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi
untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota
masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama
(Rasyid, 1998). Oleh karena itu, pemerintah wajib memberikan pelayanan yang baik dan
professional.
II.2.2 Kualitas
Kata kualitas dapat diartikan dalam berbagai macam definisi. Mulai dari definisi yang
menggambarkan estetika, kinerja, keandalan dan sebagainya, hingga definisi kualitas yang
menggambarkan sebuah kepuasan pelanggan dalam hal pelayanan. Berikut adalah definisi
kualitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli (Suardi,2003,pp.2-3):
Phili[ B. Crosby
Crosby erpendapat bahwa mutu/kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan,
seperti jam tanah air, sepatu tahan lama, atau dokter yang ahli. Crosby juga mengemukakan
pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosy ini
merupakan proses top down.
W. Edwards Deming
Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai
penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu
pada Telkom. Pendekatan Deming merupakan bottom up.
Joseph M. Juran
Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan seperti
sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang rancang untuk olahraga atau
sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran merupakan
orientasi pada upaya pemenuhan harapan pelanggan
K. Ishikawa
Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian,
setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan
menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
Sedangkan, kualitas menurut ISO didefinisikan sebagai derajat atau tingkat
karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan. Arti
derajat/ tingkat menandakan bahwa selalu terdapat peningkatan setiap saat. Sedangkan
karakteristik pada istilah tersebut berarti hal-hal yang dimiliki produk, yang dapat terdiri dari
berbagai macam, antara lain sebagi berikut (Suardi, 2003):
Karakteristk fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal), seperti handphone, moil, rumah, dan
sebagainya.
Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), seperti rumah sakit dan perbankan.
Karakteristik sensori (bau, rasa), seperti minuman dan makanan.1
Davis dalam Yamit (2004 : 8 ) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya
yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang
dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir
yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan produk yang berkualitas. Sedangkan Hence mendefinisikan kualitas sebagai
kelayakan atau kecocokan dari produk atau jasa yang dihasilkan untuk memenuhi
kegunaannya sehingga sesuai dengan yang diinginkan oleh customer.
kualitas jasa/ pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang diberikan kepada
seorang atau orang lain, organisasi pemerintah/swasta (sosial, politik, LSM, dan lain-lain)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kualitas jasa/ pelayanan juga
diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Nasution, 2004:47).
Parasuraman et.al (1985) mengatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi
kualitas jasa, yaitu expensive service (pelayanan yang diharapkan) dan perceived service
(pelayanan yang diterima). Kualitas pelayanan sektor publik adalah pelayanan yang
memuaskan masyarakat sesuai dengan standar pelayanan dan azas-azas pelayanan
publik/penerima layanan.
Standar pelayanan publik adalah suatu tolok ukur yang digunakan untuk acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan
kepada pengguna untuk memberikan pelayanan yang berkualitas2. Menurut Teten Masduki,
standar pelayanan public harus meliputi prosedur, biaya, dan waktu. Standar pelayanan
publik ini diperlukan agar kinerja pelayanan dapat mudah diukur dan diawasi. Jika terjadi
mala-administrasi dari pelayanan tersebut, maka masyarakat dapat melayangkan pengaduan
pada unit pelayanan pengaduan di setiap instansi untuk segera ditindaklanjuti. Standar
1http://digilib.petra.ac.id/viewer.php? submit.x=20&submit.y=12&submit=prev&page=3&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2007%2Fjiunkpe-ns-s1-2007-25403096-8973-dwipa_kharisma-chapter2.pdf 10 nov 2010, pukul 12.262 http://www.disnaker-parepare.info/index.php?option=com_content&view=article&id=49&Itemid=65 11 nov 2010 pkl:13.56
pelayanan publik juga dapat dijadikan tolak ukur kualitas pelayanan yang diberikan kepada
konsumen.
Dalam perkembangan selanjutnya, Zethamil (1988:45) mengatakan bahwa konsumen
dalam melakukan penilaian terhadap kualitas jasa memiliki lima dimensi yang perlu
diperhatikan. Kelima dimensi itu adalah:
1. Reliability (keandalan)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat
(accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably), terutama memberikan
jasa secara tepat waktu (ontime), dengan cara yang sama sesuai dengan jadual yang
telah dijanjikan dan tanpa melakukan kesalahan setiap kali.
2. Responsiveness (daya tanggap)
Yaitu kemauan atau keinginan para petugas untuk membantu dan memberikan jasa
yang dibutuhkan penerima layanan. Membiarkan penerima layanan menunggu,
terutama tanpa alasan yang jelas, akan menimbulkan kesan negatif yang tidak
seharusnya terjadi. Kecuali jika kesalahan ini ditanggapi dengan cepat, maka bisa
menjadi suatu yang berkesan dan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
3. Assurance (jaminan)
Meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, sopan, dan sifat dapat dipercaya dari
kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan penerima layanan dan
merasa terbebas dari bahaya dan resiko.
4. Emphaty (empati)
Meliputi sikap kontak petugas maupun perusahan untuk memahami kebutuhan
maupun kesulitan penerima layanan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi,
kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan.
5. Tangibles (produk-produk fisik)
Tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan, dan sarana komunikasi serta yang lainnya
yang dapat dan harus ada dalam proses jasa.
BAB III
METODE PENULISAN
III.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui secara khusus bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan instansi menurut
persepsi penerima layanan. Penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana kualitas
pelayanan PKM UI dilihat dari dimensi reliability, responsiveness, tangible, emphaty dan
assurance. Mengacu pada model tersebut, perlu untuk menyeimbangkan antara harapan dan
persepsi penerima layanan serta menutup kesenjangan antara harapan dan persepsi
merupakan kunci kualitas.
Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan instrument servqual. Adapun instrument
servqual akan dibagi menjadi dua, dimana pada bagian pertama merupakan pertanyaan untuk
mengukur persepsi penerima layanan terhadap pelayanan dan bagian kedua digunakan untuk
pertanyaan pengukur tingkat harapan penerima layanan. Jumlah pertanyaan adalah 20
pertanyaan dan mencakup tentang lima dimensi kualitas pelayanan. Selanjutnya untuk
mengitung perbedaan tersebut digunakan formula:
Skor Servqual = Skor Persepsi – Skor Harapan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bagaimana tingkat kesenjangan
yang terjadi. Makin negatif hasil perhitungan skor servqual menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan dinilai buruk oleh penerima layanan. Sebaliknya semakin positif nilai
penghitungan Servqual berarti kualitas pelayanan semakin baik dirasakan penerima layanan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan atribut dari kelima dimensi kualitas
pelayanan dalam diagram katrseius sehingga dapat diketahui instrumen mana saja yang perlu
ditangani lebih serius dan mana saja yang harus ditangani penanganannya.
III.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu salah satu
metode yang menggambarkan variabel demi variabel dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada dan mengidentifikasikan
masalah dan memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang berlaku. Dengan demikian, analisis
ini dapat menggambarkan secara sistematika, fakta atau karakteristik populasi tertentu.
Selanjutnya dapat diprediksi dan didapatkan makna serta implikasi dari suatu masalah yang
ingin dipecahkan.
III.3 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian mempunyai tujuan untuk mendapatkan atau
mengumpukan data/informasi yang dapat menjelaskan dan atau menjawab permasalahan
penelitian secara objektif. Untuk mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan oleh
penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Daftar Pertanyaan (Kuisioner) Teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan
pembagian daftar pertanyaan langsung ke objek penelitian (kuisioner) sehingga data yang
penulis kumpulkan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian
berlangsung.
b. Wawancara (interview) Pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan penjelasan langsung ataupun data
sebagai pelengkap penulisan ini.
III.4 Populasi dan Sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pihak yang pernah menjadi
pengguna layanan PKM UI selama tahun berlaku. Sehubungan dengan waktu yang terbatas
dalam penelitian ini maka tidak memungkinkan dilakukan penelitian terhadap semua
populasi. Maka penelitian ini mengambil sampel sebagai objek penelitian. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik .
II.5 Teknik Analisis Data
Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif. Jenis data penelitian ini adalah data
kuantitatif. Sedangkan berdasarkan tingkat pengukurannya termasuk dalam kategori data
ordinal yaitu data yang tidak memiliki niai kuantitas dapat menunjukan perbedaan tingakatan
satu ha dengan hal lainnya. Untuk pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert. Skala likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang. Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan
menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak penyusunan butir-butir
instrumen. Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
multiple choice atau checklist. Dalam penelitian ini jawaban setiap butir instrumen ini
memiliki gradasi dari tinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif) yang dinyatakan
dalam bentuk kata-kata seperti berikut: Untuk menilai tingkat kepuasan/kenyataan yang
diperoleh publik, diberikan lima penilaian dengan nilai sebagai berikut:
a. Sangat tidak baik : 1b. Tidak baik : 2c. Cukup baik : 3d. Baik : 4e. Sangat baik : 5
Untuk menilai tingkat harapan/kepentingan yang diinginkan publik, diberikan lima penilaian
dengan nilai sebagai berikut:
a. Sangat tidak penting : 1b. Tidak penting : 2c. Cukup penting : 3d. Penting : 4e. Sangat penting : 5
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kuantitatif. Metode ini digambarkan distribusi frekuensi data dari masing-masing dimensi
yang dipilih oleh penerima layanan, sehingga hasil penelitian akan mencerminkan gambaran
umum sampel yang diteliti. Metode itu juga untuk menjelaskan bagaimana penilaian
responden terhadap pelaksanaan kinerja atau performance dan tingkat kepentingan/harapan
(importance) terhadap dimensi kualitas pelayanan.
III.6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh responden terhadap beberapa dimensi kualitas
pelayanan terbatas hanya melingkup lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability,
responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Disamping itu penelitian ini terbatas pada
pengukuran kesenjangan yaitu kesenjangan antara persepsi penerima layanan dengan
pelaksanaan penerima layanan yang dilakukan oleh organisasi penyelenggara pelayanan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PKM UI
IV.1 Latar Belakang Pembentukan PKM UI
Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM) UI didirikan pada tanggal 17 Februari tahun
1964. Saat itu PKM masih merupakan poliklinik yang memberikan pelayanan bantuan
kepada mahasiswa dalam pemeliharaan kesehatan fisik
Kemudian, berdasarkan perkembangan kebutuhan kesehatan mahasiswa, maka tingkat
kebutuhan kesehatan mahasiswa dalam bidang kesehatan mental semakin tinggi. Oleh karena
itu PKM UI memperluas cakupan organisasi dengan menambah struktur organisasi dengan
berdirinya satu Badan Konsultasi Mahasiswa(BKM UI). PKM UI memiliki kewenangan
dalam melayani kesehatan fisik mahasiswa sedangkan BKM UI memiliki kewenangan dalam
bidang kesehatan mental. Terbetuknya BKM tersebut berdasarkan surat keputusan Rektor UI
No.067/SK/BR/1975 sebagai perluasan PKM UI, dan terakhir disempurnakan dengan
keputusan Rektor UI no. 040/BK/R/1986.
Pada Juli 2010, PKM UI dan BKM UI yang pada awalnya terintegrasi di bawah
Direktorat Kemahasiswaan. Kemudian terpisah menjadi dua organisasi tersendiri yaitu PKM
UI di bawah Direktorat Fasilitas dan Umum dan BKM UI tetap di bawah Direktorat
Kemahasiswaan.
Badan Konsultasi Mahasiswa (BKM) UI didirikan dengan tujuan untuk membantu
mehasiswa yang memerlukan konsultasi dalam berbagai masalah pribadi, yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik atau menimbulkan gangguan kepribadian dan sebagainya.
Mahasiswa UI dapat berkonsultasi kepada tenaga ahli psikolog atau psikiater yang bertugas
di BKM UI. Pelayanan yang diberikan adalah batas kemampuan dan ahli kewenangan tenaga
ahli tersebut. Mahasiswa UI dapat datang langsung secara pribadi, atau dirujuk oleh pimpinan
fakultas di lingkungan Uinversitas Indonesia.
Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia (PKM UI) bertujuan membantu
meningkatkan kesehatan, kesejahteraan fisik dan psikis mahasiswa Universitas Indonesia
dalam rangka menunjang kelancaran pendidikan di Universitas Indonesia. PKM UI lebih
mengutamakan tindakan Promosi dan Preventif kesehatan daripada tindakan yang sifatnya
kuratif (penyembuhan medik). Saat ini, PKM UI belum memiliki sistem informasi yang
mendukung pencatatan dan penyimpanan data yang baik serta belum mendukung pembuatan
laporan yang cepat.
IV.2 Gambaran Organisasi
Pelayanan yang terdapat di PKM UI
a. Poliklinik Mahasiswa UI
Salah satu pelayanan pada PKM UI adalah berupa poliklinik umum, gigi, dan ortho.
Poliklinik memberikan pelayanan kepada mahasiswa UI yang memerlukan pemeriksaan
kesehatan, pertolongan/ pengobatan medis sesuai dengan fasilitas dan kemampuan yang
tersediadi poliklinik mahasiswa UI.
b. Pelayanan Emergency
PKM UI juga melayani tindakan emergency, seperti kecelakan atau jatuh yang dapat
ditangani segera dengan fasilitas yang ada di sana.
c. Ronsen Torax
Rosen torax yang terdapat di PKM UI hanya sebatas pemeriksaan saja,
selanjutnya PKM UI bekerjasama dengan PT. Medika untuk membaca hasil ronsen. Biaya
yang dikenakan untuk ronsen torax ini adalah Rp 45.000,00.
d. Ronsen Gigi
Ronsen gigi yang terdapat di PKM UI merupakan salah satu fasilitas yang
dimiliki. Pengadaan adanya ronsen gigi di PKM UI disebabkan oleh pentingnya kesehatan
mahasiswa
Struktrur Organisasi
Tenaga Kerja/ Kepegawaian
Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia mempunyai 16 tenaga kesehatan
dengan komposisi 2 dokter umum, 2 dokter gigi, 4 dokter ortho, 2 perawat gigi, 4 perawat
umum, dan 2 perawat orto. PKM UI hanya mempunyai 1 orang bagian keuangan, 1 orang
bagian kesekretariatan, 1 asisten epoteker, 1 orang bagian administrasi loket, 2 orang bagian
kebersihan, dan 2 orang bagian keamanan.
PKM UI tidak mendapatkan kewenangan untuk merekrut tenaga pegawai, baik tenaga
kesehatan, maupun tenaga administrasi. Para pegawai yang terdapat di PKM UI tersebut
diperoleh atas rekomendasi Direktorat Fasilitas dan Umum. Namun, hal ini mengakibatkan
kekecewaan pada pegawai PKM UI yang merasa sangat kekurangan tenaga kesehatan.
Padahal, pihak PKM UI sudah berkali-kali meminta pegawai tetapi belum disetujui oleh
pihak rektorat.
Alokasi anggaran yang diterima oleh PKM UI bersal dari DKFM (Dana
Kesejahteraan Fasilitas Mahasiswa) yang dibayar tiap semesternya oleh para mahasiswa UI
sebesar Rp 100.000,00. Namun, dana tersebut tidak begitu saja diterima oleh pihak PKM UI.
PKM UI harus mengikuti Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) yang sudah di
susun oleh rektorat. Setiap bulannya pihak UI mengalokasikan dana sebesar Rp 300.000,00
Kepala PKM
Adm Keuangan
Penunjang Medis Layanan
Umum Gigi
&Orthodonti
Lab
Apotek
Radiologi
untuk pembelian peralatan kebersihan PKM UI. Anggaran tersebut diluar gaji pegawai serta
kebutuhan obat di PKM UI. PKM UI tidak mendapatkan dana khusus untuk membeli obat-
obat paten, tetapi pihak UI memberinya berupa obat-obat paten yang dibutuhkan di PKM UI
yang berasal dari beberapa farmasi yang sudah bekerjasama dengan UI.
Hingga saat ini, PKM UI belum mempunyai blue print pelayanan. PKM UI masih
mengandalkan sistem mouth to mouth, yakni prosedur pelayanan PKM UI tersebar melalui
mulut ke mulut berdasarkan pengalaman seseorang yang telah melakukan prosedur pelayanan
di PKM UI. Hal ini disebabkan prosedur pelayanan PKM UI sangat mudah dan tidak
berbelit-belit. Prosedur pertama yang harus dilakukan oleh penerima layanan adalah menjadi
anggota PKM UI. PKM UI tidak akan melayani bila belum menjadi anggota PKM UI, yakni
dengan membuat kartu anggota yang dibuat di bagian administrasi (loket) PKM UI.
Pembuatan kartu anggota membutuhkan kartu identitas mahasiswa (KTM) serta poto ukuran
2x3 sebanyak 2 buah. Setelah menjadi anggota PKM UI, selanjutnya penerima layanan
mendaftar sebagai pasien di loket pendaftaran. Kemudian, pasien menunggu di ruang tunggu
hingga dipanggil namanya sesuai dengan urutan panggilan. PKM UI mempunyai jam operasi,
yakni berkisar antar pukul 08.00 hingga 16.00.
Menurut data sekunder yang didapat dari PKM UI, jumlah pengunjung PKM UI
Depok tahun 2009 mencapai 20.458 pasien, yang terdiri dari pasien mahasiswa dan
karyawan. Sedangkan untuk tahun 2010, hingga bulan Juli ini, pengunjung/pasien di PKM UI
berjumlah 6.731 pasien, yang terdiri dari pasien mahasiswa dan karyawan.
Tabel 1
Jumlah Pasien/ Pengunjung PKM UI Tahun 2009 dan Januari-Juli 2010
Sumber: data sekumder PKM UI, 2010
Tahun Jumlah Pasien Mahasiswa
Jumlah Pasien Karyawan Total
2009 15.113 5.345 20.4582010 (Januari-
Juli)6.049 682 6.731