kuala kencana, 6 februari 2014 - wordpress.com · 2014-11-22 · injil berhasil diseberangkan ke...
TRANSCRIPT
( Mansinam, 5 februari 1855 – Hollandia Binen, 26 Oktober 1956 )
Disampaikan dalam rangka Seminar HUT PI ke 159 Tahun
Di Tanah Papua, 5 Februari 2014
“ Berkarya dalam Karya Allah “ Roma 1:20
Kuala Kencana, 6 Februari 2014
Pdt. Hanz Wanma, STh
Dari Pos Mansinam ke Hollandia Binen
sebuah refleksi perjalanan sejarah injil di Tanah Kita
( Mansinam, 5 Februari 1855 – 26 Oktober 1956 )
I. PENGANTAR
Ketika tanggal 5 Februari 1855 zendeling Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob
Geissler menginjakkan kakinya di sana hingga dilaksanakannya Converensi Zending
yang pertama di Mansinam pada tanggal 23 Maret 1868, situasi pekabaran injil di
Tanah Kita mengalami pasang naik dan surut karena dipengaruhi oleh beberapa
masalah penting, misalnya adat dan budaya ( raak, agama suku / gerakan koreri,
penjualan budak, bahasa dan sosial ekonomi ).
Mansinam 1 ) adalah pos zending yang utama ( 1855 – 1907 ), hal ini mengalami
peningkatan dalam jumlah warga jemaatnya sejak Tahun 1885 – 1895, walaupun
pada Tahun 1887 J.L. van Hasselt mengatakan bahwa ; “ jemaat Mansinam terdiri atas
orang – orang pindahan dari beberapa suku di Tanah Nieuw Guinea ( Windesi, Werur, Ternate,
Amberbaken / Kebar dan Biak ) sedangkan penduduk asli Numfor Doreh ( Mansinam ) tidak mau..”
Orang Doreh sendiri tidak terlalu tertarik pada injil yang ditabur oleh zendeling
Ottow, Geissler, Jaesrich hingga datangnya Th. F. Klassen, W. Otterspoor dan J.L.
van Hasselt pada tanggal 18 April 1863 sehari sebelumnya Janda Ottow
( Wihelmina Augusta Letz sedang mengandung anak kedua bersama anak tuanya
yang berusia 2 tahun dengan kepala layar Ester Helena meninggalkan Doreh
Tanah Nieuw Guine )
1 ) Mansinam berasal dari kata mansim ketika orang – orang Numfor gelombang kedua dari marga
keturunan Bawei Rumadas dan Mamboki Rumsayor mengadakan kontak dengan kepala suku
Mansim dan tinggal di Anday dan Raimuti, Raimuti adalah nama asli dari Mansinam ( Mansim ), yaitu
dari bahasa Numfor Doreh Mansinem “ burung – burung hitam kecil, bermoncong kuning “ yang
biasanya berada di pulau Raimuti / Mansinam, kemudian bernama Mansinam Bemuk / Mansinam
yang putus orang Rumsayor ketika menetap di Mansinam mereka membawa nama ini untuk pulau
yang baru mereka tempati yaitu Mansinam, nama aslinya Manansawari / Manaswari yang dalam
Tahun 1705 Yacob Weyland dengan tiga buah kapal berlabuh di Doreh, Biak, Yapen dan Teluk
Wondama Ia, memberi nama Manansawari Branderseiland bagi pulau ini, serta Sawandirbu menjadi
Geelvinkbay.
2 By Wanma Miei
Sampai dengan kematian Ottow ( 9 November 1862 ) dan Geissler ( 11 Juni 1870 )
jumlah orang percaya di Mansinam hanya 5 orang dan 15 anak di sekolah, hal ini
terlihat ketika zendeling J.L. van Hasselt kembali dari Ternate dan menetap di
Mansinam pada tanggal 4 Maret 1871. 2 ) hingga Tahun 1885 – 1895 jumlah orang
kristen di kampung lebih banyak orang tebusan, apalagi kampung kristen “ Bethel “
membutuhkan waktu 30 menit untuk mengelilinginya.
Pada Tahun 1885 J.L. van Hasselt meneguhkan Cornelis Wijzer sebagai Penatua dan
David Keizer sebagai diaken ( syamas ) untuk melayani warga jemaat dan keduanya
adalah majelis pertama di Tanah Nieuw Guinea sekalipun bukan orang Numfor Dore.
2 ) ketika zendeling G.L. Bink bekerja pada Juni 1875 – 10 Februari 1879 ketika J.L. van Hasselt cuti ke
Belanda, sekembalinya hanya 9 orang warga jemaat ( 3 laki – laki, 6 perempuan dan 5 orang ) sehingga
jumlah mereka hanya 14 orang sebab 6 orang meninggal. Pada Juni 1879 Perkumpulan Maria Martha
dihidupkan kembali oleh Nyonya Wihelmina Mundt van Hasselt dengan menjahit pakaian dan dikirim ke
beberapa pos di Teluk Doreh dan Wondama. Pada tanggal 5 Februari 1880 tepatnya 25 Tahun PI di
Tanah Nieuw Guinea, pengunjung kebaktian 50 – 80 orang hadir, sekolah pagi 32 murid, sekolah malam
25 murid yang terdiri dari 14 adalah tebusan J.L. van Hasselt yang tinggal di rumah dan 18 orang di
lingkungan kafir. Pada tahun 1883 seorang dibabtis, Tahun 1884, 5 orang dibabtis. Tahun 1888, 8 orang
dibabtis, 3 orang Mansinam, 5 orang bukan budak dan murid disekolah meningkat menjadi 55 orang
Penduduk Mansinam di kampung Saraundibu, 1885
3 By Wanma Miei
Cornelis Wijzer 3 ) dan David Keizer 4 ) membantu zendeling J.L. van Hasselt ketika
bertugas di Mansinam, maupun menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab,
ketika dipercayakan melayani jemaat tersebut bersama G.L. Bink ketika J.L. van
Hasselt cuti ke Belanda ( Juni 1875 – 10 Februari 1879 ), setelah itu Pos Mansinam
mengalami kemajuan dalam Tahun 1885 – 1898.5 )
3 ) Cornelis Wijzer adalah seorang pembantu Ambon pertama yang dikirim oleh rekan Ottow dan Geissler
dari Batavia ( Jawa ) yaitu J.M. Michaelis untuk membantu kedua sahabatnya di Mansinam, ia tiba di
Mansinam pada tanggal 1 Februari 1866 bersama zendeling Carl Beyer, Rudolf Beyer dan Jan Dirk
Kamps, pada Tahun 1885 diteguhkan menjadi penatua di Mansinam, Juli 1889 diangkat oleh Residen
sebagai kepala kampung Bethel di Mansinam, sekaligus gembala jemaat, namun pada Tahun 1896 ia
diberhentikan dari jabatan penatua oleh J.L. van Hasselt karena anak perempuannya menikah dengan
seorang islam. Keturunannya masih dijumpai di Fanindi Manokwari hingga sekarang ini.
4 ) David Keizer adalah salah seorang dari tukang kayu yang dibawa dari Ternate oleh Ottow dan Geissler
ke Mansinam untuk membangun rumah maupun gereja. Ia beragama islam dengan nama Djoema’at
dan dibabtis oleh Geissler pada bulan Mei 1869 bertepatan dengan Perayaan Pentakosta II, dengan
nama David Keizer, Ia kemudian menikah dengan Naomi Lidia perempuan dari Windesi, rumahnya
selalu menampung orang Papua dari berbagai tempat yang datang ke Mansinam. Ia juga yang
memelihara Akwila Rumadas dan Priskila Windesi. Ia dan isterinya yang membeli Petrus Kafiar dengan
50 rupiah perak.
5 ) Tanggal 31 Desember 1886 jumlah warga jemaat di Mansinam terdiri dari 34 orang Sidi Jemaat, 100
orang setiap hari mendengar firman di rumah zendeling dan gereja, murid meningkat jadi 50 orang.
April 1888 ada 20 orang dibabtis ( 10 orang dewasa dan 10 anak – anak ) dan yang menggembirakan
adalah kepala kampung Saraundibu, Sawoi dengan pangkat Sangaji minta untuk dibabtis oleh J.L. van
Hasselt tetapi, ia tetap tinggal di kampung tersebut, sebab kampung Saraundibu merupakan pusat
upacara agama adat / suku dan tidak dapat dilarang oleh zendeling atau siapapun.
J.L. van Hasslet Carl Beyer Franzs Mosche Wihelmina Mundt
Perintis – perintis pekerjaan pekabaran injil di Mansinam, Teluk Doreh dan Teluk Wondama Tahun
1863 – 1907,..... Ottow dan Geissler membabat, Kami menyiram tetapi, Tuhan-Lah yang memberikan
pertumbuhan...
4
Pada Tahun 1894 tibalah anak dari zendeling J.L. van Hasselt yaitu Franzs Johannes
Fredrijk van Hasselt 6 ) di Mansinam, maka menambah jumlah pekerja zending di Nieuw
Guinea sekaligus ia akan dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya yang akan
pensiun dan pulang ke Tanah Belanda pada tanggal 3 Desember 1907.
6 ) Franzs Johannes Fredrijk van Hasselt lahir di Mansinam, pada tanggal 10 Juli 1871 – Belanda,
18 November 1938. Semasa kecil, ia menderita penyakit boba dan disusui oleh ibu Manfuni Rumbruren
sejak umur 2 minggu ( 14 hari – 52 minggu / 1 tahun ) dan tinggal dengan keluarga Rumbruren di Rowdi
hingga usia 4 tahun, ia pulang ke Belanda hingga menjadi tenaga zendeling dan kembali ke Papua
Tahun 1894, bekerja membantu pelayanan sejak Tahun 1894 – 5 Februari 1931... ia membawa injil ke
Amban bersama Petrus Kafiar, 11 Februari 1897. Bersama residen Horst mengunjungi Yapen, Sarmi dan
Tanah Tabi 1897, ke Teluk Wondama, Maret 1908, Supiori &Numfor, April-Mei 1908, Biak, Tanah Tabi
1908 – 1913, Raja Ampat 1913, membuka sekolah guru CVO di Mansinam 1917, menjadi Ketua Zending
Pertama 1924 – 1931.
Rudolf Beyer N. Rinnoy W.L. Jens G.L. Bink
Jan van Balen & Nyonya
Micheaux W.H. Woelders & Nyonya F.J.F. van Hasselt Izaak Samuel Kijne
“..Kami menabur dengan tangis dan air mata.... tetapi kamu akan menuai dengan bersorak – sorai...! “
5 Doc Wanma di Miei
1. Mansinam dan Kwawi, Pos Pekabaran Injil pertama di Tanah Nieuw Guinea
( 5 Februari 1855 – Oktober 1910 )
Injil berhasil diseberangkan ke Kwawi dengan harga 12 f ( dua belas gulden ) pada
Tahun 1857, ketika kedua zendeling itu tiga kali gagal membuat perahu dan
membeli dari penduduk Mansinam seharga 12 f, dari hasil undian ternyata Geissler
menetap di Mansinam dan Ottow pindah ke Kwawi.
Selama 4 tahun ( 1857 – 1861 ) keduanya merintis pekerjaan di Kwawi dengan
menebang pohon dan membuat kebun, hingga tanggal 21 Februari 1861
zendeling Ottow sudah pindah ke daratan dan menempati rumah yang
dibangunnya, ia tinggal bersama zendeling Gottlieb Jaesrich yang tiba pada
tanggal 11 Februari 1861, sementara Geissler menetap di Mansinam. Ketika Ottow
meninggal, 9 November 1862 jemaat Kwawi dilayani oleh Jaesrich hingga tanggal
7 Juni 1865 ia pulang dan tidak kembali lagi, sewaktu tiba utusan UZV pada tanggal
18 April 1863, zendeling J.L. van Hasselt dan Th.F. Klassen menempati rumah Ottow
di Kwawi, sedangkan W. Otterspoor bersama Geissler di Mansinam.
Kedua zendeling UZV ini pulang sesudah gempa bumi di Mansinam, 24 Mei 1864
sehingga hanya J.L. van Hasselt yang menetap di Kwawi dan Geissler di Mansinam.
Tanggal 1 Februari 1866 tibalah utusan kedua UZV yaitu Rudolf Beyer, Carl Beyer,
Jan Dirk Kamps dan Cornelis Wijzer. Tanggal 27 Maret 1866 tiba kembali keluarga
J.L. van Hasselt dan Franzs Mosche.
Johann Gottlob Geissler Carl Wilhelm Ottow
6 By Wanma Miei Teluk Wondama
Mansinam dan Kwawi menjadi pos pekabaran injil sehingga bergantian dilayani
oleh zendeling yang datang ke Tanah Nieuw Guinea sejak Tahun 1855 – 1924.
Setelah Geissler cuti dan berpisah dengan penduduk Mansinam pada tanggal
18 Agustus 1868 dan ia meninggal 11 Juni 1870, maka J.L. van Hasselt mengambil
alih pelayanan di kedua pos tersebut.
Ketika zendeling W.L. Jens cuti dan kembali ke Kwawi pada Tahun 1879 sudah
terdapat 86 orang kristen dan 26 murid di sekolah, ia juga bekerja dengan sangat
rajin dan tekun, mengunjungi beberapa tempat di Pasir Putih dan Farsirodo untuk
bertemu dengan sebagian penduduk yang berada di Ayambori termasuk
melayani mereka dan membangun sebuah gedung gereja permanen dari kayu
merbaun ( besi ) di Pasir Putih.
Gedung gereja di Kwawi yang pernah dibangun oleh zendeling Ottow dan
Jaesrich pada Tahun 1862 dibangun lagi oleh zendeling W.L. Jens pada Tahun 1873
bertahan hingga Tahun 1889 rusak dan ketika W.L. Jens cuti ke Belanda maka
dalam Tahun 1890
Filipus Rumadas
dan Candace
( Christin ) isterinya
membangun
sebuah gedung
gereja darurat di
Kwawi yang
digunakan untuk
beribadah selama
beberapa tahun.
Tahun 1894 – 1898 guru muda Ambon kedua yang ditugaskan di Kwawi datang
bersama zendeling F.J.F. van Hasselt yakni Yosefus Tomahu membantu pekerjaan di
sana dengan baik sekali sebab ia menyatu dengan masyarakat Doreri.
Gedung Gereja Elim Kwawi
yang dibangun oleh Pdt.
Ottow Ewoldt dan diresmikan
pada tanggal 20 Desember
1953 dahulunya bernama
Yuliana Kerk.
Gedung gereja ini dibangun di
samping Rumah Zendeling
Ottow yang kemudian juga
G.L. Bink menempati bekas
rumah tersebut sambil
melayani di Kwawi dan
Rowdi….. sekarang menjadi
halaman Klasis GKI
7
Pada tanggal 31 Oktober 1897 di Kwawi ada 22 orang minta untuk di babtis
termasuk kepala kampung dan isterinya, ketika Tahun 1898 wabah cacar melanda
Mansinam, Teluk Doreh dan sekitarnya, di Kwawi tidak ada orang yang menderita
penyakit tersebut sebab mereka mendengar injil yang disampaikan dan petunjuk
dari zendeling W.L. Jens dan guru Josefus Tomahu.
Tahun 1900 ketika zendeling F.J.F. van Hasselt melayani di Kwawi, pos ini dijadikan
cabang dari Mansinam.
Zendeling W.L. Jens bersama anak – anak dan isteri, Ia menggantikan zendeling
G.L. Bink untuk melayani di Doreh ( Kwawi, Anday dan Rowdi ) pada Tahun 1877-
1899, banyak mencurahkan perhatian dan pelayanan untuk orang Arfak dan
Numfor Doreh
8
Pimpinan Jemaat Mansinam ( 5 Februari 1855 – 1917 )
1. Zendeling Johann Gottlob Geissler dan
Carl Wilhelm Ottow ( 5 Februari 1855 – 21 Februari 1861 )
2. Johann Gottlob Geissler ( 21 Februari 1861 – 18 Februari 1868 )
3. Cornelis Wijzer ( 1868 – 1871 )
4. Johannes Lodewijk van Hasselt ( 4 Maret 1872 – Juni 1875 )
5. Gottlieb Lodewijk Bink ( Juni 1875 – 10 Februari 1879 )
6. Johannes Lodewijk van Hasselt ( 10 Februari 1879 – 3 Desember 1907 )
7. Dereck Bernaard Starrenburg ( 3 Desember 1907 – 13 Maret 1908 )
8. Franzs Johannes F. van Hasselt ( 14 Maret 1908 – 14 Maret 1909 )
9. Petrus Kayadu ( 14 Maret 1909 – Oktober 1909 )
10. Stevanus Kalibonso ( Oktober 1909 – 1910 )
11. Timotius Rumadas ( 1910 – 1914 )
12. Johan Ariks ( 1914 – 1917 )
Rumah zendeling Geissler di Mansinam Tahun 1863 ( kiri ) merupakan tempat tinggal zendeling
J.L. van Hasselt, Mosche, Beyer, van Balen, Bink dan gambar ( kanan ) adalah rumah zendeling Ottow di
Kwawi ( 1858 ) menampung J.L. van Hasselt, Jaesrich dan Th.F. Klassen, pada bagian bawah rumah ini,
terlihat tempat perlindungan bagi para zendeling ketika terjadi perang suku atau penyerangan terhadap
mereka
9 doc Wanma di Miei Teluk Wondama
Pimpinan Jemaat Kwawi ( 21 Februari 1861 – 1917 )
1. Carl Wilhelm Ottow ( 21 Februari 1861 – 9 November 1862 )
2. Gottlieb Jaesrich ( 9 November 1862 – 7 Juni 1865 )
3. J.L. van Hasselt & J.D. Kamps ( 1866 – 1868 )
4. Carl Beyer ( 1868 – 1870 )
5. W.L. Jens ( 1870 – 1872 )
6. Carl Beyer ( 1872 – Juli 1879 )
7. W.L. Jens ( September 1879 – 1880 )
8. Gottlieb Lodewijk Bink ( 1880 – Maret 1884 )
9. W.L. Jens ( 1884 – 1886 )
10. Filipus Rumadas ( 1886 – 1888 )
11. W.L. Jens ( 1888 – 1894 )
12. Josepus Tomahu ( 1894 – 1898 )
13. W.L. Jens ( 1898 – 1899 )
14. F.J.F. van Hasselt ( 1899 – 1903 )
15. W.D. Metz ( 1903 – 5 Februari 1905 )
16. Petrus Kafiar ( Februari 1905 – 23 April 1908 )
17. Marthen Eduard Tamtelehitu ( April 1908 – 1913 )
Johan Ariks Guru Martheus Eduard Tamtelehitu Guru Laurents Tanamal
“ Kami mempersembahkan yang terbaik dari hidup dan kerja Kami, bagi masa depan tanah dan bangsa
Papua, sekalipun.....terkadang kami tidak dihargai dan dilupakan oleh pemimpin Gereja ini maupun
pemimpin bangsa Papua.... tetapi jangan sampai Kamu melupakan injil dan peradaban yang sudah...
Kami tabur dengan keringat, darah dan air mata...”
10 By Wanma Miei
2. Anday dan Mnukwar Pos lama yang ditinggalkan
Anday dan Mnukwar hampir sama dengan Warpaperi, Wariab, Syari dan Momi
yang merupakan pos – pos tua tetapi kini ditinggalkan karena zendelingnya pergi
tetapi juga guru yang bertugas di sana diancam oleh penduduk setempat
sehingga mereka pergi meninggalkan pos – pos tersebut, misalnya Warpaperi dan
Masni yang jauh tetapi menjadi pos untuk Fanindi.
Pesta Zending pertama, 13 Juli 1909 dan Konverensi Zending serta Guru di Kwawi
dihadiri 1000 orang dari 6 suku yang berbeda. Hal ini juga terlihat pada Tahun 1910
ketika pesta zending kedua dilaksanakan pesertanya 1350 orang dan ini
membuktikan bahwa sekalipun pos – pos ini ditinggalkan tetapi masyarakat
mempunyai keinginan yang tinggi untuk datang mengikuti pesta dan ketika pulang
mereka meminta guru pada zendeling F.J.F. van Hasselt untuk pulang bersama
mereka ke kampungnya.
Anday sudah tidak diperhatikan lagi ketika zendeling W.D. Metz bertugas di Kwawi
1903 – 1905 ia selalu datang ke sana, tetapi setelah pulang ke Tanah Airnya, tidak
ada guru yang mau ke sana apalagi Ali ( Yakob Mansim ) suka membuat onar
dengan mengancam beberapa guru yang bertugas di sana, ia jugalah yang
membuat ( Zadrack Kriekhof & nyora segera meninggalkan Anday)
Mnukwar, pos tua ini ( dibuka Tahun 1872 ) oleh zendeling G.L. Bink dengan
memulai ibadah bersama 4 orang anak angkatnya, Tahun 1879 jumlah murid di
sekolahnya 27 orang ( 20 lelaki dan 7 perempuan ), Tahun 1880 warga jemaatnya
menjadi 38 orang, beberapa orang tebusan dibabtis oleh J.L. van Hasselt. Pada
Maret 1884 pos tua ini digabungkan dengan Kwawi sebab zendeling Bink hendak
pindah ke Jende Roon Teluk Wondama. 7 ) F.J.F. van Hasselt melayani Mnukwar
Tahun 1900 dengan 54 jiwa ( 13 lelaki, 11 perempuan dan 30 anak ).
7 ) Johannes Rauws, 64 Tahun Sejarah Zending di Nieuw Guinea, Utrecht : Zending Studie Raad, 2009,
hal 111- 112 , bandingkan dengan F.C. Kamma, Ajaib Di Mata Kita III, Jakarta BPK Gunung Mulia,
1994, hal, 108 – 111.
11 doc Wanma Miei Teluk Wondama
Jemaat Mnukwar memilih Dewan Gerejanya pada Tahun 1917, tuan Kohler dari
Ternate, tuan Mailur yang tadinya guru tetapi bekerja sebagai juru tulis ( klerk )
pada Kantor Pejabat Pemerintah ( berasal dari Ambon ) dan Nyonya Jusuf
Tascyam ( Minahasa ) yang selalu mengunjungi kaum perempuan dan gadis –
gadis serta memberikan bantuan kepada keluarga – keluarga di mana kaum
perempuan membutuhkan bantuan dari seorang perempuan.
Jemaat ini tidak beranggotakan orang Papua sebab mereka adalah pegawai –
pegawai Pemerintah Kerajaan Belanda tetapi juga terkadang ada kapal KPM yang
sedang berlabuh di Teluk Doreh atau pelabuhan Manokwari biasanya mereka
datang dan beribadah di sini, khotbah pun disampaikan dengan bahasa Belanda
atau Melayu, sering juga para tahanan dari seluruh Tanah Nieuw Guinea terlihat
dilayani di jemaat ini, sekalipun tangannya dirantai tetapi mereka meminta
pelayanan dari para zendeling maupun guru yang bertugas di Mnukwar.
Sekolahnya pun merupakan tempat khusus bagi anak – anak pejabat pemerintah
orang Belanda maupun non Papua.
Kampung Mnukwar ( Kwawi dan Rowdi ) tempat zendeling G.L. Bink bekerja ( 1870 – 1883 ) tampak
dalam gambar tempat ini, ketika menjadi Pos Pemerintahan yang Pertama pada tanggal 8 November 1898,
sebuah Pos Pemerintahan terlihat di atas sebuah bukit. ( Tempat tersebut teletak di belakang Kantor
Gubernur Papua Barat ) foto diambil dari depan pelabuhan Manokwari pada Tahun 1900.
12
Pimpinan Jemaat Mnukwar / Rowdi ( 1872 – 1917 )
1. Gottlieb Lodewijk Bink ( 1872 – Maret 1884 )
2. W.L. Jens ( Maret 1884 – 1889 )
3. F.J.F. van Hasselt ( 1900 – 1908 )
4. Petrus Kayadu ( 1908 – 1909 )
5. P. Tumaka ( 1909 – 1917 )
Zendeling W.H. Woelders bertugas di Anday ( 2 Desember 1868 – 1872 ), di sekolah
sudah ada 23 murid yang dipimpin oleh Nyonya Woelders. Tahun 1870, 4 orang
dibabtis ( 18 anak sekolah, 9 anak piara di rumah, 9 anak dari kampung ), ketika
Woelders meninggal di Andai, 30 Juni 1892, tepatnya 25 Tahun masa tugasnya di
sana, sudah ada 40 orang warga jemaat, 18 orang ikut perjamuan kudus. Nyonya
Woelders pulang ke Tanah Belanda dan meninggal di sana dalama Tahun 1899.
Jemaat Anday ketika Tahun 1916 memberikan berita yang menggembirakan
sebab guru yang ditempatkan di sana bertugas dengan baik sekali sehingga
derma kolekte pada hari Pentakosta 1916 adalah f 60 ( enam puluh gulden ) satu
angka yang berarti bagi jemaat dengan 88 jiwa dan inilah yang mengherankan di
Tanah Kita.
Pimpinan Jemaat Anday ( 2 Desember 1868 – 1916 )
1. W.H. Woelders ( 2 Desember 1868 – Agustus 1878 )
2. W.L. Jens ( Agustus 1878 – September 1879 )
3. Andreas Palawey ( September 1879 – Februari 1881 )
4. W.H. Woelders ( Februari 1881 – 30 Juni 1892 )
5. W.D. Metz ( 27 Agustus 1893 – 19 November 1899 )
6. Zadrach Kriekhof ( November 1899 – 1904 )
7. W.D. Metz ( 1904 – 1905 )
8. F.J.F. van Hasselt ( 1905 – 1906 )
9. D. B. Starrenburg ( 1906 – 1907 )
10. Daniel Huwae ( 1908 – 1911 )
13 Doc Wanma di Miei Teluk Wondama
3. Amban, Sanggeng, Wosi dan Fanindi
Injil tiba di Amban Pantai, 11 Februari 1897 oleh Petrus Kafiar, F.J.F. van Hasselt,
P.J. Grondel namun ketika berjangkit wabah cacar di Teluk Doreh dan sekitarnya
sebagian penduduk pulang ke Fanindi dan dilayani oleh Petrus Wandauw hingga
mendapat mester Agustinus Rumadas pada Tahun 1908.
Demikian juga dengan Sanggeng yang dilayani dari Kwawi oleh F.J.F. van Hasselt
hingga mendapat mester 8 ) Paulus Rumbekwan pada Tahun 1911 dan Wosi
bertugas mester Frans Rumadas sejak Tahun 1908 juga dilayani dari Mansinam dan
Anday hingga guru Laurents Tanamal ditempatkan ke sana pada Tahun 1908
namun pada bulan Oktober 1908 ia dipindahkan ke Pakreki Numfor.
8 ) julukan yang diberikan kepada anak Papua yang tidak mengikuti pendidikan guru di Depok,
Halmahera dan Tobelo, mereka hanya dididik di rumah zendeling baik di Mansinam, Kwawi atau
Jende Roon di Teluk Wondama tetapi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam medan
pekabaran injil dan peradaban di Tanah Nieuw Guinea
Noseni Petrus Kafiar
Kel. Yonathan Ariks & Ida istri Petrus Kafiar
“ Jangan lupa sebut nama Kami, ketika gereja ini merayakan ulang tahunnya yang kesekian kali.....
Kami ini bunga saja... layu habis musimnya...”
14
4. Pos Mansinam menjadi Resort Teluk Doreh ( 31 Oktober 1898 – 1920 )
Sebuah peristiwa penting dalam perkembangan pekabaran injil di Tanah Kita
adalah dibabtisnya Sawoi ( Sangaji ) kepala kampung Saraundibu di Mansinam
pada hari Pentakosta Tahun 1895, ia dibabtis dengan nama Yesaya Burwos dan
meninggal pada Tahun 1896 namun pengaruhnya cukup besar, pada Tahun itu
juga Petrus Kafiar dan Timotius Awendu pulang dari Depok dengan diploma guru
dan membantu pekerjaan di Arfu dan Mansinam.
Resort Teluk Doreh dipimpin oleh zendeling J.L. van Hasselt sehubungan dengan
dilaksanakannya Converensi Zending ke XVI di Mansinam pada tanggal 31 Oktober
1898 – tanggal 3 Desember 1907. 8 ) dilanjutkan oleh anaknya F.J.F. van Hasselt
hingga Tahun 1920.
8 ) Resort Teluk Doreh, wilayahnya meliputi sebagian Daerah Pantai Tanah Besar dari Selatan ke Utara
yang terdiri dari 8 jemaat, yakni Syari ( 41 orang ), Wariab ( 60 orang ), Anday ( 88 orang ), Sanggeng
( 58 orang ), Manokwari ( 20 orang ), Kwawi ( 110 orang ). Ke Barat, Amberbaken / Saukorem sebuah
sekolah, Warpaperi ( 98 orang ) dan Jemaat Pusat Mansinam ( 227 orang ). Sehingga Resort Teluk
Doreh dengan 9 Jemaat terdapat 852 orang, 279 laki – laki, 200 perempuan, 156 anak lelaki dan
127 anak perempuan, dari jumlah ini 200 orang sudah diterima menjadi anggota jemaat dan setiap
kebaktian gereja dihadiri 475 orang. Di 9 sekolah rakyat dalam jemaat – jemaat ini, terdapat
241 murid, di antaranya 189 anak setia mengikuti pelajaran.
Suasana Pendaratan
Injil di Amban Pantai,
ketika Zendeling F.J.F.
van Hasselt ( berdiri ),
P.J. Grondel
( duduk )
mengantarkan tuan
Guru Petrus Kafiar dan
isteri ( nyora Ida ),
duduk sebelah kiri. van
Hasselt, pada saat
membawa Injil kepada
masyarakat / penduduk
Arfak, tanggal
11 Februari 1897.
15
Dalam Tahun 1914 sudah terdapat 18 Jemaat 9 ) dengan 23 tenaga guru yang
bertugas di masing – masing jemaat sebab ketua Resort Teluk Doreh, zendeling F.J.F.
van Hasselt tidak memimpin ibadah lagi atau memegang suatu jemaat tetapi ia harus
mengunjungi dari Mansinam, Amberbaken, Raja Ampat, Roswar, Syari, Numfor, Biak,
Yapen, Sarmi hingga ke Teluk Humbold di Jayapura. Tahun 1916 Mansinam juga
sudah memilih dua orang penatua tersendiri.
9 ) Jemaat – jemaat tersebut adalah ;
1. Meoswar
1906, bertugas mester Jonathan Ariks ( 3 desa: Jomber, Waprak, Saref )
1.1. Meoswar 1907, bertugas tuan guru Ishak Telusa
1.2. Meoswar 1908, bertugas tuan penginjil Pocerattu
2. Anday
1908, bertugas tuan guru Daniel Huwae
3. Kwawi 1909, bertugas tuan guru Marthen Eduard Tamtelahitu
4. Mansinam 1908, bertugas tuan guru Petrus Kayadu
4.1. Mansinam 1909, bertugas tuan guru Stevanus Kolibonso
4.2. Mansinam 1914, bertugas tuan guru Johan Ariks
5. Wosi 1908, bertugas tuan guru Laurents Tanamal
5.1. Wosi 1909, bertugas tuan guru Petrus Namber
6. Fanindi 1909, bertugas mester Agustinus Rumadas, penduduk Amban pindah ke sana
7. Warpaperi 1910, bertugas tuan guru B. Palapessy ( Amberbaken )
8. Mnukwari 1910, bertugas tuan guru Petrus Tumako
9. Sanggeng 1911, bertugas mester Paulus Rumbekwain
10. Masni 1911, bertugas tuan guru M. Putinella
11. Syari 1911, bertugas tuan guru Christian Ruhupessy
12. Wariab 1911, bertugas tuan guru D. Latumahina
13. Oransbari 1912, bertugas tuan guru M. Tahitu
14. Warkwandi 1914 bertugas tuan guru J. Werenussa
15. Sorong 1913, bertugas tuan guru Marthen Eduard Tamtelahitu
16. Kapitawar 1914, bertugas tuan guru Sahusilawane di pulau Gemien
17. Samate 1914, bertugas tuan guru Polnaya
18. Saonek Februari 1914, bertugas tuan guru Petrus Kayadu
( Nomor urut 15 -18 adalah jemaat dan kampung tempat tinggal di wilayah Raja Empat ( Sorong ).
16
5. Resort Teluk Doreh dan Numfor menjadi Resort Manokwari ( 1908 – 1924 )
Setelah bergabungnya beberapa jemaat tua ( Mansinam, Kwawi, Anday,
Mnukwari, Sanggeng dan Warpaperi ) sebab pelayanan seperti tahun - tahun silam
semakin berkurang, namun jemaat – jemaat ini berkembang dengan sendirinya,
apalagi peran dari para mester yaitu anak – anak Papua yang tidak berpendidikan
guru di Depok, Halmahera dan Tobelo, mereka hanya tinggal dan dididik di rumah
zendeling baik di Mansinam, Kwawi atau Jende Roon di Teluk Wondama.
Guru – guru dari Sangihe, Manado dan Ambon pun mempunyai nama besar
dalam medan pekabaran injil di Tanah Kita, secara khusus di Manokwari, dan hal ini
terlihat ketika Numfor, Amberbaken, Syari, Wariap dan Momi menjadi bagian dari
Resort Mnukwar sejak Tahun 1908 – 1924, terutama Numfor yang bergabung pada
Tahun 1908 – 1924, kemudian pada tanggal 31 Oktober 1945 mempunyai Resort
sendiri dengan ketuanya tuan Jan Mandowen.
Guru – guru Ambon yang merintis pekerjaan di Numfor
( Tahun 1908 – 1912 )
1. Pakreki
Oktober 1908 guru pertama penginjil Stevanus Kolibonso
1.1. Pakreki Tahun 1909 bertugas penginjil Jan. F. Warin
1.2. Pakreki Tanggal, 15 Mei 1909 penginjil Laurents Tanamal
2. Wansra Tahun 1911 bertugas tuan guru Wellem Rumainum
3. Mandori Tahun 1911 bertugas tuan guru Maitimu
4. Manggari Belum ada guru
5. Kornasoren Tahun 1911 bertugas tuan guru J. Nanlohy
6. Namber Tanggal, 5 April 1911 bertugas tuan guru Philipus Wattilete
7. Jenmanu Tahun 1912 bertugas tuan guru J. Jacob
8. Warido Tanggal 9 September 1911 bertugas tuan guru M.A. Reawaru
II. INJIL DARI MANSINAM KE SELURUH TANAH NIEUW GUINEA ( 1908 – 1926 )
Injil mulai berkembang ke seluruh Tanah Nieuw Guinea, ketika terjadi pertobatan
massal di Jende Roon lewat mimpi Jan Ajamiseba pada tanggal 1 Januari 1908 –
1926 seluruh penduduk di Tanah Nieuw Guinea datang ke Mansinam dan Jende
Roon di Teluk Wondama untuk meminta guru dan tuan pandita datang ke
kampungnya membawa injil dan peraadaban.
17
Perjalanan injil dan peradaban di Tanah Papua sejak 5 Februari 1855 – 26 Oktober
1956, sekalipun mengalami pasang naik dan surut, namun injil berkembang dengan
sangat cepat ( 1908 – 1926 )10 )
10 ) 1857 injil diseberangkan ke daratan Kwawi
1866, 25 Mei injil ke Amberbaken
1866, 1-15 Mei, injil ke Teluk Wondama dan Nabire
1908 – 1913, injil menyebar ke bagian Utara Tanah Nieuw Guinea, yang dimulai dari Maudori
Supiori, 26 April 1908, Numfor 1-3 Mei 1908, Supiori Selatan, Biak Utara, Timur dan Selatan, Yapen,
Raja Ampat , Sarmi, Mamberamo, Tanah Merah dan Jayapura ( 1910 – 1913 ) ke bagian Selatan
dan Barat Tanah Nieuw Guinea ( Babo Bintuni, Kaimana, Fakfak, Inanwatan ( 1911-1913 ),
Teminabuan 1927, hingga Ayamaru Juni 1939 ).
1926 Sentani dan sekitarnya hingga Pedalaman Lembah Baliem ( 1959 – 24 Maret 1961 )
Beberapa Peristiwa Penting
1852 ( Maret – April ) Ottow & Geissler tiba di HEMEN Belanda, 25 Juni 1852 naik kapal ABEL
TASMAN dari pelabuhan Rotterdam, 7 Oktober 1852 tiba di Batavia ( Jakarta )
9 Oktober 1852 – 8 Mei 1854 mengajar di Sekolah Kristen Tionghoa di Jakarta
9 Mei 1854 dengan Kapal PADANG berlayar menuju Surabaya, Makassar dan tiba di
Ternate tanggal 30 Mei 1854 dan tinggal bersama Pdt. J. HOVEKER selama 7 ½ Bulan.
Tanggal 12 Januari 1855 dengan Perahu Layar ( SEKUNAR TERNATE ) bersama seorang
anak kecil bernama FRITS WEKKER ( 12 tahun ), Kapten Kapal COSTANTYN berlayar
menuju Mansinam dan membuang sauh di Pulau itu hari Minggu pagi jam 06.00
tanggal 5 Februari 1855 & Jam 09.00 OTTOW & GEISSLER Berlutut serta Berdoa dan
Bernazar :
“ IM NAMEN GOTTES BETRETEN WIR DIESES LAND “
1857 Geissler menetap di Mansinam dan Ottow pindah ke Kwawi / Doreh
1858 ( 15 Maret – 19 Juli ) ALFRED RUSSEL WALLACE ahli Biologi mengunjungi Doreh dan
Gunung Arfak serta Amban untuk meniliti serangga, burung dll.
1858 (15 Mei ) Kapal Perang Belanda ETNA tiba di Doreh, Juni 1858 mengunjungi Jayapura
BECARI ( Arfak 1872 ) LORENTZ ( 1909 ), WOLAZTON ( 1913 ) CARTENS mencapai
puncaknya 1914, Militer Belanda mengunjungi Sungai Mamberamo 1914, ARCHOLD
menemukan Lembah Baliem
1859 UZV dibentuk untuk membantu Pekabaran Injil di Papua
1862, 9 November zendeling Ottow meninggal di Kwawi
18
1863, 18 April tibalah utusan UZV yang pertama dengan kapal de’VIRGO di Mansinam ( J.L.
Van HASSELT, KLASSEN & OTTERSPOOR )
1866 1 FEBRUARI Utusan UZV yang ke II ( RUDOLF BEYER CARL BEYER, J.D. KAMPS dan
C. WIJZER ) tiba di Mansinam 27 Maret tiba juga keluarga FRANS MOSCHE,
1866 ( 1 – 15 Mei ) Perjalanan Pekabaran Injil Pertama ke Teluk Wondama oleh Zendeling
Rudolf Beyer, Johann Gottlob Geissler dan Franzs Mosche bersama 20 orang
pendayung dari Mansinam dengan penunjuk jalan Sangaji Rumadas.
1867 21 Januari Zendeling Frans Mosche menetap di Roswar
1868 Februari WOELDERS dan N. RINNOY tiba di Mansinam. 2 Desember 1868 Wolders ke
Anday, Januari 1869 N. Rinnoy ke Roswar
1870 Zendeling G.L. BINK tiba di Mansinam, 1884 ke ROON
1883 Zendeling Van BALEN tiba di Mansinam bersama Bink ke Roon 3 FEBRUARI 1884,
10 Agustus 1888 ke Windesi. 20 Januari 1889 menetap di Windesi sampai dengan
12 Agustus 1912
1917 F.J.F. Van Haselt Membuka sekolah CVO di Mansinam dan D.B.
Starrenburg menetap di Miei / Aitumieri
1919 D.C.A. BAUT membuka kursus Pertukangan, Pertanian dan Menjahit di Miei
1924 Pembentukan 11 RESORT (Holandia, Sarmi, Biak Selatan, Supiori/ Biak Utara
Yapen, Manokwari, Numfor, Raja Ampat, Inawatan, Babo, Fakfak dan
Miei / Roon yang mempunyai daerah Resort dari Wondama, Windesi,
Bintuni Hingga Nabire )
25 Oktober 1925 tiba di Miei Teluk Wondama. TOKOH PENDIDIK DAN NABI
ORANG PAPUA IZAAC SAMUEL KIJNE dengan membuka sekolah Guru
dan sekolah Sambungan
CVO : CURSUS VOLKS SCHOOL ONDERWIJZER ( Kursus Guru Sekolah )
OVVO : OPLEIDING VERVOLOG SCHOOL ONDERWIJZER ( Kursus Guru
Sekolah Rakyat )
JVVS : JONGENS VERVOLOG SCHOOL ( Sekolah Sambungan Putera )
setelah Perang dunia ke II
MVVS : MIESES VERVOLOG SCHOOL ( Sekolah Lanjutan Putri ) di Serui,
Korido, Teminabuan 1949
Berawal dari sekolah di Mansinam 1917, F.J.F. Van Hasselt hingga di
Aitumieri 9 Mei 1942 ditutup karena Perang Dunia II. Sebelumnya
Zendeling D.C.A. Bout membuka kursus pertukangan, pertanian dan jahit
menjahit ( 1919 – 1932 ), Bout pindah ke Serui 1924
19
1934 - 1942 Zending BIJKERK membuka Kursus Penginjil di Aitumieri
Dalam periode ini 1925 – 1942 AITUMIERI / MIEI Pdt. I.S. KIJNE mendidik
Ratusan anak – anak Papua yang kelak menjadi PEMIMPIN di TANAH dan
NEGRINYA ( misalnya, TOM WOSPAKRIK, F.J.S. RUMAINUM hingga Joka
Institut melahirkan KALEB TARAN, TERIANUS ARONGGEAR, ZAKHARIAS
SAWOR, FRITZ KIRIHIO dan barisannya )
Di bukit Aitumieri dan seluruh Tanah ini Nyanyian Seruling Emas, Mazmur,
Rohani, Suara Gembira, Kota Emas, ITU DIA mulai berkumandang.
1926, 13 Februari 6 orang Angkatan Pertama di Aitumieri lulus dalam Ujian
( Zadrak Kubiari & Benyamin Urus / Wondama, Andrias Rumbrawer dari
Manokwari, Kostan Yeninar ( Menantu Petrus Kafiar ) Byak, Karel Indey
Hollandia dan Marice Tatengkeng Sanger)
Di Aitumieri Kijne menulis buku – buku Sekolah ( ITU DIA I – III, Kota Emas,
Angka Berbaris dll ).
Nyanyian Mazmur ma Ranu keluaran pertama ( Miei 1941 ) Mazmur dan
Rohani ( Miei 1947 ).
Seruling Emas (1957), Suara Gembira (1962) Rancangan Tata Gereja 1946 Biak
Utara, Yoka 1948.
1951 Pendeta - Pendeta Angkatan di teguhkan membantu Pelayanan
1949 - 1954 Pembukaan Sekolah Sambungan Putra JVVS, Putri MVVS RAZ ( 21
September 1954, ODO, OVVO, LTS Kota Raja, PMS, Institute Joka 1948
Konsep Tata Gereja karangan PDT I.S. KIJNE dibahas.
1955, 5 Februari Konverensi Zending yang terakhir di Kwawi Manokwari dan
Perayaan 100 Tahun Emas masuknya Injil di Nieuw Guinea dirayakan di
Yoka yang dikordinir oleh Zendling I.S. Kijne. Jemaat – Jemaat di Hollandia
dan Sentani serta anak – anak Sekolah di Holllandia dan Joka.
18 - 29 Oktober 1956 di Gedung Gereja Harapan Abepura / Holandia Binnend
hari Jumat, 26 Oktober 1956 … PNT. ANTON MANGGANGGANG KREY /
RESORT NUMFOR dan PDT HERMANUS MORIMUSENDI / RESORT MIEI,
mengatakan ; GEREJA INI TIDAK PUNYA SARJANA DAN DANA….TETAPI
DIMANA ALKITAB TERBUKA DAN INJIL KRISTUS DIBERITAKAN DI GUNUNG,
LEMBAH, PULAU, HUTAN RIMBA, MUARA SUNGAI MAKA DI SITULAH GEREJA
BERDIRI… akhirnya para Pendeta Belanda, Jerman dan Semua Peserta
Sidang Menyetujui untuk GKI berdiri sendiri… hari Jumat, 26 Oktober 1956.