kromatografi kertas

49
I. PENDAHULUAN Setiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan makanan, manusia membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan pangan pada umumnya terdiri atas zat-zat kimia, baik yang terbentuk secara alami ataupun secara sintetis. Makanan agar-agar merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai terutama anak-anak. Kemungkinan karena kekenyalannya yang mudah untuk ditelan atau rasanya yang manis serta warnanya yang menarik sehingga dapat menambah selera. Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997). Warna juga mempengaruhi persepsi akan rasa. Tujuan dari penggunaan zat warna tersebut adalah untuk membuat penampilan makanan dan minuman menjadi menarik, sehingga memenuhi keinginan konsumen. Awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi proses untuk memperoleh zat warna alami adalah mahal. Selain itu, zat warna alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan panas sehingga sering tidak cocok untuk digunakan dalam industri makanan. Maka, penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas. Keunggulan-keunggulan zat warna sintetik adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih mudah untuk digunakan (deMan JM. 1997; Smith J. 1991; Nollet LML. 1996). Sejak pertama kali dibuat pada tahun 1856 hingga saat ini, telah banyak zat warna sintetik yang diciptakan. Akan tetapi, ternyata banyak pula zat warna sintetik itu memiliki sifat toksik (Marmion DM. 1984). Dalam suatu penelitian, diperoleh zat warna azo (Amaranth, Allura Red, dan New Coccine) terbukti bersifat genotoksik terhadap mencit (Tsuda S. et al. 2006). Maka peredarean produksi pewarna sintetis pada makanan perlu mendapat sorotan. Di Indonesia dalam Peraturan Menteri 1

Upload: reenha-luphh-u

Post on 06-Nov-2015

280 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kromatografi kertas

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANSetiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan makanan, manusia membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan pangan pada umumnya terdiri atas zat-zat kimia, baik yang terbentuk secara alami ataupun secara sintetis. Makanan agar-agar merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai terutama anak-anak. Kemungkinan karena kekenyalannya yang mudah untuk ditelan atau rasanya yang manis serta warnanya yang menarik sehingga dapat menambah selera. Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997). Warna juga mempengaruhi persepsi akan rasa. Tujuan dari penggunaan zat warna tersebut adalah untuk membuat penampilan makanan dan minuman menjadi menarik, sehingga memenuhi keinginan konsumen. Awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi proses untuk memperoleh zat warna alami adalah mahal. Selain itu, zat warna alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan panas sehingga sering tidak cocok untuk digunakan dalam industri makanan. Maka, penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas. Keunggulan-keunggulan zat warna sintetik adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih mudah untuk digunakan (deMan JM. 1997; Smith J. 1991; Nollet LML. 1996).Sejak pertama kali dibuat pada tahun 1856 hingga saat ini, telah banyak zat warna sintetik yang diciptakan. Akan tetapi, ternyata banyak pula zat warna sintetik itu memiliki sifat toksik (Marmion DM. 1984). Dalam suatu penelitian, diperoleh zat warna azo (Amaranth, Allura Red, dan New Coccine) terbukti bersifat genotoksik terhadap mencit (Tsuda S. et al. 2006). Maka peredarean produksi pewarna sintetis pada makanan perlu mendapat sorotan. Di Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 dan Kep. Dir. Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85, terdapat 34 jenis zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya pada makanan (Utami ND.2005; Dirjen POM 1997). Makanan yang beredar di masyarakat memiliki warna yang bermacam- macam dan kebanyakan menggunakan zat warna sintetik. Dengan adanya peraturan yang telah ditetapkan, diharapkan keselamatan konsumen dapat terjamin. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Hal tersebut dapat dilihat pada penjual makanan di pinggiran jalan, biasanya menggunakan bahan tambahan makanan, termasuk zat warna, yang tidak diijinkan. Hal itu disebabkan karena bahan-bahan itu mudah diperoleh dalam kemasan kecil di toko dan pasar dengan harga murah (Maskar DH. 2004; Sihombing N.1985). Oleh karena itu, adanya zat warna sintetik yang tidak diijinkan dalam makanan, dapat terjadi karena kesengajaan produsen makanan menggunakan zat warna sintetik itu, misalnya zat warna tekstil, untuk menghasilkan warna yang lebih menarik. Atau, hal itu bisa terjadi karena ketidaktahuan produsen makanan membeli zat warna sintetik yang dikiranya aman, tetapi ternyata mengandung zat warna sintetik yang tidak diijinkan.Agar-agar yang merupakan makanan dengan berbagai warna memiliki daya tarik tersendiri pada masyarakat terutama anak-anak. Bahan dasar dari agar-agar ini adalah rumput laut, dan cara pengolahannya yaitu air dimasak sampai mendidih kemudian dimasukkan agar-agar bersamaan dengan gula, diaduk terus-menerus supaya tidak menggumpal, setelah matang didinginkan baru kemudian dicetak sesuai selera (F. G.Winarn o, 2004). Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan mutu dari makanan. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. (F.G.Winarno 2004).Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, apakah jenis zat pewarna yang ditambahkan pada makanan agar-agar yang beredar di Pasar Doro Pekalongan dan apakah zat warna yang digunakan sesuai dengan Permenkes RI No.722/Per/lX/1988 tentang Tambahan Makanan?Bahan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis zat pewama sintetis yang ditambahkan pada makanan agar-agar yang beredar di pasar Doro dan membandingkan hasil penelitian dengan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi peneliti dan juga dapat menginformasikan kepada masyarakat mengenai jenis pewarna sintetis yang ditambahkan pada makanan agar-agar, apakah layak dikonsumsi dan tidak mengganggu kesehatan dan bagi produsen diharapkan menggunakan bahan pewarna sintetis yang diizinkan oleh Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988.Berbagai macam senyawa dewasa ini telah dapat dengan mudah dipisahkan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. Teknologi yang canggih setidaknya juga mampu menghasilkan suatu metode-metode pemisahan yang dapat mempermudah memisahkan komponen-komponen dari campurannya. Adapun metode-metode pemisahan antara lain yakni ekstraksi, destilasi dan kromatografi. Suatu analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dilakukan dengan mengaplikasikan salah satu dari banyak metode pemisahan yang ada.Salah satu metode pemisahan yang sering digunakan yaitu kromatografi. Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fase gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fase diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Dalam suatu bentuk kromatografi memiliki fase diam dan gerak. Fase diam dapat berupa padatan atau cairan yang didukung dengan padatan, sedangkan fase gerak berupa cairan atau gas. Fase gerak dapat membawa komponen-komponen campuran yang akan dipisahkan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.Macam kromatografi yang dapat digunakan untuk memisahkan campuran zat-zat kimia antara lain, berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi cair-padat (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud cair), kromatografi gas-padat (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), kromatografi cair-cair (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak berwujud cair), dan kromatografi gas-cair (kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak berwujud gas).Berdasarkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi adsorpsi (kromatografi dengan teknik penyerapan komponen oleh adsorben tertentu), kromatografi partisi (kromatografi dengan partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam), kromatografi pertukaran ion (kromatografi yang dapat memisahkan senyawa dengan afinitas ion yang berbeda dengan resin penukar ion), dan kromatografi permeasi atau filtrasi (kromatografi berdasarkan perbedaan bobot molekul).Selain itu kromatografi yang dapat digunakan untuk memisahkan suatu zat kimia juga dapat dilakukan dengan menggunakankromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi kertas merupakan metode kromatografi kertas yang paling sederhana daripada metode kromatografi lainnya. Kromatografi kertas yang termasuk pada jenis kromatografi cair-cair dan kromatografi partisi. Prinsip dari kromatografi ini adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis startnya, yang kemudian kertas dimasukkan dalam pelerut jenuh dan dibiarkan bergerak menuju garis finish. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Untuk itu perlu kita pahami bagaimana prosedur yang benar menggunakan metode kromatografi kertas.Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas. Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.

II. PRINSIP KERJAPrinsip dasar kromatografi kertas adalah pasrtisi multiplikarat suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Pemisahan dengan kromatografi kertas akan terjadi bila sampel campuran dilewatkan pada permukaan zat inert (zat yang tidak reaktif/tidak mudah bereaksi secara kimia), seperti alumina, silika, atau kertas khusus. Hasil pemisahan dengan kromatografi kertas dapat terbentuk bila terdapat sebuah fase diam dan fase gerak. Fase diam biasanya berupa padatan maupun cairan yang didukung padatan, misalnya zat inert. Fase bergerak dapat berupa gas atau cairan, sebab gas ataupun cairan tersebut akan bergerak bersama-sama sampel campuran melewati fase diam (zat inertnya). Pemisahan dapat terjadi karena perbedaan daya absorbans zat-zat penyusun dengan permukaan zat inert, atau perbedaan kelarutan zat-zat penyusun campuran dalam fase gerak, atau efek dari keduanya. Pelarut bergerak lambat pada kertas yang menyebabkan komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

III. TINJAUAN TEORIA. Kromatografi Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen - pigmen lain pada ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaituchromosyang berarti warna dangraphosyang berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari katawarnadantulis, warna senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberapa bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotena tumbuhan dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.Ada dua fase dalam kromatografi, yaitu:a. Fasa diam (adsorben atau lapisan penyerap)Bertindak sebagai pemisah campuran.Contoh pelrut yang digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, selulosa. Namun yamg paling banyak digunakan adalah slika gel dan alumunium oksida karena kadar air yang digunakan berpengaruh nyata terhadap daya.

b. Fasa gerak (Eluen)Bertindak sebagai pembawa campuran. Komponen-komponen campuran akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda akibat hambatan dari fase diam sehingga terjadi pemisahaan. (Harmita)Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu :1. Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an2. Kromatografi partisi dalam tahun 19413. Kromatografi gas pada tahun 19524. Kromatografi gel pada tahun 1959.

Selain kemajuan utama ini, yang memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi untuk mendistribusikan zat terlarut antara fase - fase stationer dan mobil, muncul juga modifikasi dalam geometri sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan proses kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor - faktor yang menentukan penampilan kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi gas. Namun pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan penyesuaian yang cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi dalam mana fase geraknya adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu revolusi dalam kromatografi cairan yang menjanjikan kecepatan dan efisiensi baru dalam memisahkan senyawa yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas ( Aphiin, 2012).Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner bisa serupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat - zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam laju perpindahan yang berbeda.Metode kromatografi adalah teknik yang efektif dan dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang sulit dipisahkan dengan metode lain. Berdasarkan proses terjadi, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi partisi, ditemukan dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, kromatografi adsorpsi, ditemukan dalam kromatografi kolom, kromatografi pertukaran iondan kromatografi eklusi.Beberapa zat yang diteteskan pada kertas dapat bergerak pindah lebih cepat daripada yang lain. Kelarutan suatu partikel terhadap pelarutnya mempengaruhi kecepatan perpindahan tersebut. Semakin mudah suatu partikel larut, semakin cepat pula laju geraknya. Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik kromatografi karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun campuran pewarna tersebut. Selain itu, kecepatan bergerak partikel penyusun sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusunnya. Partikel penyusun yang lebih akan bergerak lebih cepat daripada partikel penyusun yang berukuran lebih besar .Pengukuran uji kromatografi dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif, perbandingan jarak yang ditempuh oleh suatu warna dengan jarak pelarut disebut dengan Rf. Variasi jumlah Rf menunjukkan banyaknya komponen penyusun campuran yang sedang kita pisahkan dengan metode kromatografi ini. Berbagai nilai Rf ini kita bandingkan satu sama lain. Nilai Rf yang terbesar dimiliki oleh komponen penyusun yang memiliki ukuran partikel terkecil dan sebaliknya nilai Rf yang terkecil adalah yang memiliki ukuran partikel penyusun terbesar (Rizki, 2010).

Gambar 1 Klasifikasi Kromatografi (Mulyono 2011)

Secara umum, teknik kromatografi terbagi ke dalam beberapa jenis yaitu, Kromatografi gas dan Kromatografi cair 1. Kromatografi Cair ( Liquid Chromatography )Kromatografi Cair adalah kromatografi dengan fasa gerak berupa zat cair, Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom. Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya :a) Kromatografi KolomKromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinyab) Kromatografi Kertas (Partisi)Kromatografi kertas adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan media kertas (selulosa) sebagai fase diam, sedangkan untuk fase gerak menggunakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kromatografi kertas termasuk pada kromatografi partisi cair-cair. Prinsip kromatografi partisi cair-cair adalah distribusi sampel antara fase caie diam dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran (contoh, pemisahan tinta, zat warna, klorofil, make up, dll )c) Kromatografi Lapisan Tipis (Absorbsi)Kromatografi lapisan Tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan lempengan tipis yang terbalut gel silica atau alumina sebagai fase diam, sedangkan untuk fase gerak menggunakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai, digunakan untuk mengetahui jenis campuran asam aminod) High Performance Liquid Chromatography (HPLC)Kromatografi jenis ini sering juga dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). e) Kromatografi penukar ion

Gambar 2 Kromatografi penukar ion (Prasetya,2013)

Kromatografi pertukaran ionadalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran.Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolomkromatografi.Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun1850.Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu: Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif.Kolom yang digunakan biasanya berupa matriksdekstranyang mengandung guguskarboksil(-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-).Larutan penyangga(buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalahasam sitrat,asam laktat,asam asetat,asam malonat, buffer MES dan fosfat.

Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif.Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan N+(CH3)3.Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekulprotein(terutamaenzim).Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawaalkohol,alkaloid,asam amino, dannikotin.

Fase DiamAda banyak macam penukar ion, tetapi penukar ion polisterina berikatan silang palingluas penggunaannya.Gambar 65. b menggambarkan struktur resina penukar anion dengan matriks poliestirena berikatan silang yang sama, tetapi dengan gugus tetraalkilamonium. Resina poliestirena kerng cenderng mengembangjika dimasukkan dalam pelarut.Air menetrasi ke dalam resina dan hidrasi, membentuk larutan sangat pekat dalam resina. Tekanan osmosa cenderungmenekan airlebih banyak ke dalam resina dan padatan itu mengembang, jadi volumenya bertambah. Jumlah air yang diambil resina tergantung pada ion penukar dari resina dan menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan silang. Resina penukaran ion juga mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil daripada dalam air.

Fase GerakKebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi dari air. Dalam beberapa hal, digunakan pelarut campuran seperti air, alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikkan kadar garam dalam fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resina.

f) Kromatografi elektroforesis

Kromatografi elektroforesis menyangkut perbedaan migrasi spesies-spesies bermuatan dalam suatu larutan di bawah pengaruh dari penggunaan suatu gradient potensial. Kecepatan migrasi setiap spesies tergantung atas ukuran, bentuk dan muatan spesiesnya. Metoda elektroforesis merupakan metoda pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan muatan dan massa melekul relative dari komponen-komponennya. Pemisahan terjadi karena perbedaan laju migrasi komponen-komponen bermuatan oleh pengaruh medan listrik.

2. Kromatografi Gas ( Gas Chromatography )Kromatografi gas yang biasa juga disebut dengan Gas Chromatography (GC) adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Teknik instrumental ini dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. a) Gas Liquid Chromatography ( GLC )Gas Liquid Chromatography merupakan salah satu jenis dari kromatografi gas yang mana fase geraknya menggunakan gas dan fase diamnya menggunakkan zat Cair, Kromatografi jenis ini digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap misalnya, untuk menentukan komposisi kimia dari zat-zat yang tidak diketahui didalam bensin.b) Gas Solid Chromatography ( GSC )Gas solid Chromatography merupakan salah satu jenis dari kromatografi gas yang mana fase geraknya menggunakan gas dan fase diamnya menggunakkan zat padatKromatografi juga dapat didasarka atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (partition chromatography) dan kromatografi serapan (adsorption Cromatography). (Kimia Fisika Untuk Paramedis, Estien Yazid, 2005)

Kromatografi partisi cair-cair terdiri dari suatu kolom yang berisi zat padat penunjang halus di mana pada permukaan terdapat pelarut sebagai fase diamnya. Fase kedua yaitu fase bergerak yang tidak bercampur dengan cairan dari fase diamnya akan mengalir sepanjang kolom. Komponen-komponen dari campuran akan terpartisi pada kedua fase akibat adanya perpindahan diantara kedua fase tersebut. Komponen yang terpartisi lebih banyak pada fase diam akan tertahan lebih lama di dalam kolom dibandingkan komponen yang lebih banyak terpartisi pada fase gerak.

Kromatografi adsorpsi didasrkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa nonpolar dan konstituen-konstituen yang sulit menguap. Pada kromatografi cair-padat, suatu substrat padat bertindak sebagai fase diam. Pemisahan tergantung pada keteseimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka diantara butiran-butiran fase diam dan fase cair yang bergarak serta pada kelarutan relatif zat terlarut pada fase bergaraknya. (Konsep Dasar Kimia Analitik ,S.M. Khopkar,2008)

Berdasarkan fase yang terlibat kromatografi dibedakan menjadi:a. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan yang dapat menyerap atau mengadsorb. c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan fase diamnya berupa cairan, di mana fase diamya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.d. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa caiaran sedangkan fase diamnya berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.

Berdasarkan teknik yang digunakan kromatografi digolongkan menjadi :a. Kromatogragfi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergarak bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-zona pita.b. Kromatografi planar ( kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas)Apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa noda (spot) yang dapat dikenali dengan bantuan metode fisika dan kimia. Posisi noda menunjukan identitas suatu senyawa atau komponen, sedangkan besar atau intensitasnya menunjukan konsentrasinya. (Sayfa, A., 2013)

B. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas ditemukan pertama kali oleh Martri, Consden danGordon.Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.

Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.

Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Oleh karena itu disebut kromatografi kertas. Sebagai fasa diam adalah air yang teradsorpsi pada kertas dan sebagai larutan pengembang biasanya pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air.Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR).

Harga Rf zat baku dapat diidentifikasikan komponen campuran, karena harga besaran ini bersifat khas untuk setiap zat asal digunakan jenis pengembang yang sama. Kadang-kadang pemisahan dalam satu arah belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dapat dipakai cara kromatografi kertas dua dimensi, yang mana letak kertas diubah sehingga arah pemisahan juga berubah.

Kromatografi kertas digunanakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya assam-asam amino, gula atau pigmen-pigmen alam. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi dalam pelarut yang bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.Pada teknik kromatografi kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas whatman yang secara komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai kertas whatman No.1 dengan kecepatan sedang. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi, kertas asam asetil dan kertas serat kaca. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan untuk reagen yang korosif dapat digunakan kertas serat kaca. Untuk pemilihan kertas yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kesempurnaan pemisahan, difusifitas pembentukan spot, efek tailing serta laju pergerakan pelarut. Kertas yang akan digunakan harus disimpan dalam ruang tertutup atau di tempat yang kering jauh dari sumber uap terutama yang mempunyai afinitas tinggi terhadap selulosa.Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas. Setelah penetesan larutan pada kertas, maka bagian bawah kertas dicelupkan dalam larutan pengambang (developing solution). Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air. (Kristianingrum, S)Sistem ini akan terserap oleh kertas dan sebagai akibat dari gaya kapiler akan merambat sepanjang kertas tersebut. Rambatan ini dapat diusahakan dalam modus naik atau menurun. Selama proses pemisahan dilakukan, sistem secara keseluruhannya disimpan dalam tempat tertutup, ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut ini.Beberapa teknik elusi yang biasa digunakan dalam kromatografi kertas yaitu Metode Penaikan (Ascending)

Gambar 3 Metode Ascending

Kertas digantungkan sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan tidak sampai tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler menggerakan komponen dengan jarak yang berbeda-beda. Fase gerak akan naik melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler. Biasanya perambatan pelan dan makin lama menurun karena gaya berat. Cara yang paling sederhana. Kertas atau lapis tipis sesudah diberi sampel, tepinya setinggi kurang lebih 2,5cm dicelupkan pada eluen yang ditempatkan di dalam bejana. Eluen akan meresap pada kertas atau bahan penyangga dan bergerak naik secara kapileri sampai pada ketinggian yang dikehendaki.

Metode Penurunan (Descending)

Gambar 4 Metode Descending

Alat yang pokok berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam anti karat serta bertutup untuk mencegah penguapan dari pelarut. Kertas digantung dalam bejana dengan ujung di mana aliran mulai bergerak dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pertama kali fase gerak mengalir oleh gaya kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya disebabkan oleh gaya gravitasi. kebalikan dari teknik ascending. Eluen dialirkan dari tepi kertas bagian atas dimana sampel diaplikasikan. Eluen akan bergerak mengalir (meresap) ke bawah melalui kertas atau bahan penyangga secara perlahan-lahan sampai batas yang dikehendaki. Agar kertas tidak lepas maka diberi penahan dari batang gelas. Jika dibanding dengan teknik ascending, maka teknik descending lebih cepat elusinya oleh karena faktor gravitasi berpengaruh pada kecepatan aliran eluen dan gerakan komponen yang memisah.

Ada satu hal yang perlu mendapat perhatian pada teknik descending, yaitu cara mengalirkan eluen dan atas ke bawah. ini dapat ditempuh dengan menghubungkan kertas atau lapis tipis dengan kertas saring yang dicelupkan pada tangki atau bejana penyedia eluen.Pada kromatografi kertas lebih banyak digunakan sistem menurun sehingga lebih cepat perambatannya. Keuntungan yang lain, lembaran kertas yang digunakan lebih panjang sehingga dapat dipisahkan campuran yang lebih kompleks. Pemisahan yang terjadi berdasar atas peristiwa partisi, karena fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang semi polar. Dan umumnya pelarut yang digunakan mengandung air sehingga air akan mudah terikat oleh selulosa, dan selulosa dapat mengembang menyerap air, maka air akan berfungsi sebagai fase diam.

Metode Mendatar (Radial)

Gambar 5 Metode Radial (Ana,2013)

Metode ini sangat berbeda dari sebelumnya. Biasanya kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalaui sumbu sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa komponan yang di pisahkan.

Teknik horizontal (mendatar)Noda dicelupkan ditempatkan pada pusat dari kertas (umumnya kertas saring berbentuk bulat) yang diberi sumbu. Aliran pelarut disebabkan oleh gaya kapiler. Kertas diletakan secara horisontal sehingga sumbu tercerlup pada fase gerak. Selanjutnya fase gerak bergerak ke arah tepi kertas sambil membawa komponen-komponen campuran. Bercak-bercak yang terjadi berupa garis lengkung dengan diameter makin panjang bila bercak makin ke tepi.

Teknik pengembangan

Gambar 6 Teknik pengembangan

metode satu arah (one way direction) dan metode dua arah (two ways direction). Pada metoda satu arah, kertas atau lapis tipis dikembangkan melalui satu sisinya di mana sampel dimuatkan. Pada metoda dua arah, kertas atau lapis tipis yang telah dikembangkan, dilakukan pengembangan sekali lagi melalui tepi siku-siku kertas atau lapis tipis. Pengembangan dikerjakan di dalam suatu tangki atau bejana dan kaca sepaya tampak dan luar, dan ditutup sehingga ruang di dalam tangki akan jenuh dengan uap eluen. Kejenuhan ruangan termasuk faktor keberhasilan pemisahan.

Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka kertas dikeluarkan dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu dikeringkan. Jika senyawa yang dipisahkan berwarna akan nampak sebagai noda-noda yang terpisah. Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumnya senyawa organik), maka dapat dideteksi dengan cara fisika atau kimia. Pada cara fisika noda komponen disinari lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 254-370 nm yang akan memberikan fluorescensi. Secara kimia noda disemprot dengan pereaksi tertentu, sehingga memberikan warna spesifik. Biasanya untuk mendeteksi asam-asam amino digunakan pereaksi ninhidrin 0,1% dalam butanol. Warna akan nampak merah-ungu sekitar 4 menit setelah dipanaskan 1000C. Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas, harga Rf (retardation faktor) dapat dihtung.

Nilai Rf bersifat karakteristik dan menunjukan identitas masing-masing komponen. Komponen yang paling mudah larut dalam pelarut harganya akan mendekati satu. Sedangkan komponen yang kelarutannya rendah akan mempunyai Rf hampir nol. Harga Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, pelarut, kertas, sifat campuran, dan ukuran bejana. Nilai Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif dari senyawa yang tidak diketahui dengan membandingkan terhadap senyawa standar. Bila harga Rf-nya sama, berarti kedua senyawa tersebut identik. Sedangkan untuk analisa kuantitatif, komponen-komponen yang terpisah dapat dipotong-potong kemudian dilarutkan secara terpisah dalam pelarut yang sesuai untuk ditetapkan kadarnya dengan metode lain, misalnya spektrofotometri. (Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional ITS)

Struktur dasar kertas

Gambar 7 Struktur Kertas (Nadya,2009)

Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, anda dapat berpikir yakni kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan. Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.( Nadya.2009).

Sifat Fisika kimia kertas Kertas terdiri dari 98 -99 % selulose, 0,3-10 % selulose, dan 0,4-0,8 % pentosan. Juga mempunyai gugus karboksilat yang dapat menimbulkan muatan negatif pada kertas. Kertas kromatografi terdapat kontaminan asam amino yang mempunyai kadar Nitrogen 15 mg/kg kertas.Senyawa lipofilik 25 mg/kg dan senyawa an organik (kadar abu) 0,04-0,07%, Senyawa kontaminan tidak mengganggu dalam pemisahan sampel pada kromatografi.Yang penting kemampuan absorbsi dan kenaikkan kapileritas masing-masing kertas. Whatman no.1 sebagai kertas standard yang digunakan, no. 3MM digunakan untuk preparatif. Sedangkan no. 4 untuk elusi yang cepat, dan 33 ET untuk elusi sangat cepat.

Ukuran kertas yang digunakan umumnya : Kromatografi menaik : panjang kertas sekitar 20 cm Kromatografi menurun : panjang kertas sampai 50 cm atau lebih Kromatografi mendatar sirkuler : diameter kertas 12 20 cm.

Kerapatan dan ketebalan kertas akan berpengaruh pada kecepatan aliran eluen, sehingga juga akan berpengaruh pada kesempurnaan pemisahan komponen-komponen. Gerakan dan pemisahan komponen juga tergantung pada jenis pelarut (eluen) yang diguriakan. . Eluen dapat terdiri atas satu macam pelarut atau campuran dan dua atau lebih pelarut, tetapi makin banyak campuran pelarut akan sulit menjenuhkan lingkungan pelat. Juga perlu diingat bahwa campuran pelarut harus saling tidak melarutkan atau bersifat immisibel, tetapi sampel harus mempunyai kelarutan yang tinggi pada eluen. Eluen yang mudah menguap dan tidak meninggalkan noda pada kertas pada umumnya lebih baik digunakan.

Klasifikasi Kromatografi Kertas berdasarkan Pelarut yang Digunakan

Kromatografi kertas menggunakan pelarut non polar Anggaplah anda menggunakan pelarut non polar seperti heksana untuk mengerjakan kromatogram. Molekul-molekul polar dalam campuran yang anda coba untuk pisahkan akan memiliki sedikit atraksi untuk molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa, dan karena akan menghabiskan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif tinggi.Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak. Karena molekul-molekul ini menghabiskan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak, molekul-molekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas. Kecenderungan senyawa untuk membagi waktunya antara dua pelarut yang tidak bercampur (misalnya pelarut heksana dan air yang mana tidak bercampur) disebut sebagai partisi. Kromatografi kertas menggunakan pelarut non-polar kemudian menjadi tipe kromatografi partisi.

Kromatografi kertas menggunakan air dan pelarut polar lainnya

Jika anda mempunyai air sebagai fase diam, tidak akan sangat berbeda makna antara jumlah waktu substansi menghabiskan waktu dalam campuran dalam bentuk lainnya. Seluruh substansi seharusnya setimbang kelarutannya (terlarut setimbang) dalam keduanya. Namun, kromatogram pertama yang telah anda buat mungkin merupakan tinta menggunakan air sebagai pelarut. Jika air bertindak sebagai fase gerak selayaknya menjadi fase diam, akan terdapat perbedaan mekanisme pada mekanisme kerja dan harus setimbang untuk pelarut-pelarut polar seperti alkohol, misalnya. Partisi hanya dapat terjadi antara pelarut yang tidak bercampur satu dengan lainnya. Pelarut-pelarut polar seperti alkohol rendah bercampur dengan air.

Faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu :1) PelarutDisebabkan pentingnya koefesien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf

2) SuhuPerubahan dalam suhu merubah koefesien partisi dan juga kecepatan aliran

3) Ukuran dari bejanaVolume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan-perubahan komposisi pelarut sepanjang keras, maka koefesien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan komposisi mempengaruhi harga Rf.

4) KertasPengaruh utama kertas pada harga-harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas-kertas mempengaruhi kecepatan aliran , ia akan juga mempengaruhi pada keseimbangan partisi.

5) Sifat dari campuranBerbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fase tetap dan bergerak . Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainya hingga terhadap harga-harga Rf mereka. (Paramita, U., 2012)

(Nadya,2009)

IV. KEGUNAAN KROMATOGRAFI KERTAS Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.

Dari tahun 1903 kromatigrafi kertas sudah mulai digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa berwarna, namun pada saat ini kebanyakan pemisahan secara kromatografi diperuntukan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas. Aplikasi teknik pemisahan kromatografi kertas dalam kehidupan sehari-hari adalah : 1. Menentukan komponen yang terkandung dalam uang logam.Cara kerjanya adalah pertama-tama uang logam warna kuning dan putih dicuci dan disikat, kemudian ditambahkan dengan HCl pekat sebagai pelarut pemisah komponen uang logam. Selanjutnya cuplikan dari tetesan tersebut ditotolkan di kertas kromatografi bersama dengan cuplikan HCl pekat, cuplikan CuSO4, dan cuplikan NiSO4. Fase diam pada percobaan ini adalah lapisan pelarut yang teradsorbsi pada permukaan kertas berupa kertas kromatografi dan fase geraknya adalah bagian dari pelarut yang berfungsi menggerakkan eluen berupa campuran n-butanol, asam asetat glasial, dan air (untuk uang logam putih) dan campuran n-butanol, etanol, dan amoniak 2M (untuk uang logam kuning). Pada percobaan ini, kromatografi kertas dilakukan secara ascending diamana pelarut yang terdapat dibawah akan bergerak keatas pada kertas yang tercelup di dalamnya. Penjenuhan dengan uap pelarut bertujuan untuk mempercepat terjadinya elusi atau pergerakan komponen-komponen sampel pada media kertas kromatografi.Maka hasil akhirnya adalah untuk uang logam warna kuning cuplikan dari uang logam tersebut memiliki nilai Rf yang hampir sama dengan cuplikan CuSO4 sehingga dapat disimpulkan bahwa logam tersebut bahan penyusunnya adalah tembaga. Sedangkan untuk uang logam putih tidak memiliki nilai Rf yang sama dengan CuSO4 maupun dengan NiSO4. Karena memang logam putih ini terbuat dari aluminium maka tidak terdeteksi pada percobaan ini.1. Menguji apakah bahan pewarna yang digunakan dalam makanan aman atu tidak untuk dikonsumsi.2. Menguji tinta yang digunakan pada pemalsuan dokumen, seperti surat perjanjian, cek dan giro.3. Menguji apakah terdapat obat terlarang dalam urin manusia.4. Memeriksa apakah pestisida yang terdapat dalam sayuran atau bahan-bahan masih dalam batas aman atau tidak.5. Mengetahui kandungan asam amino tertentu dari campuran asam amino.6. Dapat mengidentifikasikan keberadaan suatu unsure

Misalnya ingin mengidentifikasi logam Ag, Pb dalam larutan pengembang asam asetat. Caranya yaitu:Mula-mula kertas kromatografi disiapkan, dan ditarik batas pensil kira-kira 2 cm dari pinggir kertas. Lalu kertas dibagi menjadi empat kolom dan di beri nomor pada tiap kolomnya. Pada kolom 1 dan 3 ditetesi dengan larutan cuplikan A dan B, kolom 2 dan 4 dengan larutan baku Ag dan Pb (II). Sementara itu larutan pengembang disiapkan yang berisi 12,5 ml larutan asam asetat dan air. Masukkan kertas kromatografi kedalam larutan pengembang kemudian ditutup. Selanjutnya kertas diambil dari dalam larutan bila kertas mencapai larutan pengembang. Kemudian pada kertas diberi tanda batas dengan menggunakan pensil dan kemudian kertas dikeringkan. Kemudian setiap kolom digunting dan disemprotkan dengan pereaksi pengenal. Larutan Ag dengan dikromat menghasilkan warna merah dan Pb (II) dengan KI menghasilkan warna kuning. Setelah warna tampak, jarak perpindahan dari tiap komponen diukur dan dihitung nilai Rf. Dari data yang telah diperoleh kita gunakan asam oksalat sebagai pelarut. Dan diperoleh masing- masing untuk kelarutan cuplikan A dan B, serta logam Ag dan Pb.Aplikasi kromatografi pada Bidang Lain :a. Pada Bidang BioteknologiDalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.b. Pada Bidang KlinikDalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia secara umum.c. Pada Bidang ForensikAplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu, terutama dilihat dari segi keamanan. Masih lekat dalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11 September 2001 yang ditandai dengan runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya di Indonesia yang marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di mana-mana. Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-peristiwa pengeboman atau peledakan tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak) dengan peningkatan yang cukup tajam. Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak. Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera diketahui. Pada dasarnya setiap bahan peledak, baru akan meledak jika terjadi benturan, gesekan, getaran atau adanya perubahan suhu yang meningkat. Dengan terjadinya hal-hal seperti ini, memberikan peluang bahan peledak tersebut berubah manjadi zat lain yang lebih stabil yang diikuti dengan tekanan yang tinggi, yang bisa menghasilkan ledakan dahsyat atau bahkan munculnya percikan api.Ada banyak bahan kimia yang biasa digunakan dalam bahan peledak, baik bahan peledak yang kerkekuatan tinggi maupun rendah, beberapa diantaranya adalah 2,4,6-trinitrotoluene (TNT), siklonit (RDX), tetril, pentaeritritol tetranitrat (PETN) dan tetritol serta beberapa anion lain seperti perklorat, klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate dan tiosianat. Bisa dikatakan bahwa analisis organic ion (ion organik) dan inorganic ion (ion anorganik) memainkan peranan yang sangat penting pada saat investigasi lokasi ledakan bom berlangsung. Pendeteksian ion-ion anorganik misalnya, setelah pengeboman berlangsung, akan memberikan harapan karena tidak semua material dari bahan peledak tersebut ikut meledak pada saat terjadi ledakan. Bahan-bahan anorganik seperti klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate, tiosianat, dan perklorat adalah bahan-bahan kimia yang biasa digunakan sebagai oksidator untuk low explosive (bahan peledak berkekuatan rendah). d. Dalam bidang lingkunganDalam masalah lingkungan, sebagai konsekuensi majunya peradaban manusia, berarti permasalahan pun semakin maju. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan utamanya negara maju adalah persoalan global warming (pemanasan global). Menurut survei National Institute for Environmental Studies, Japan, tahun 2006 lalu, bahwa masyarakat di Jepang memperkirakan tingkat pemanasan global merupakan masalah lingkungan paling serius dan tingkatannya hampir 7 kali lipat dari satu dekade yang lalu saat polling kali pertama dilakukan pada tahun 19972). Seiring dengan hal itu, permasalahan lingkungan pun semakin meningkat. Disinilah, teknik kromatografi mengambil peran paling penting dalam environmental analysis (analisis lingkungan) ini. Pada dasarnya permasalahan lingkungan bisa dibagi ke dalam 3 bagian : water hygiene, soil hygiene dan air hygiene. Sebagai contoh, kualitas air (misal : air ledeng, air sungai, air danau, air permukaan) dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui jenis anion dan kation yang terkandung dalam sampel air tersebut sekaligus jumlahnya. Apakah mengandung logam-logam berbahaya atau tidak. Demikian halnya pada daerah yang terkena acid rain (hujan asam). Antisipasi dini dapat dilakukan dengan mengetahui secara dini kandungan sulfate ion, SO4 2- (ion sulfat) dan nitrogen trioxide ion, NO3 - (nitrogen trioksida) yang terdapat dalam air hujan tersebut. Terbentuknya hujan asam disebabkan gas sulfur oxide, SOx dengan uap air dan membentuk asam sulfat (H2SO4), demikian pula nitrogen oxide NOx dapat membentuk asam nitrat (HNO3) di udara. Reaksi-rekasi ini mengambil waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari di udara hingga akhirnya jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, Eropa, Kanada, dan beberapa negara lainnya, monitoring udara dan air hujan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memperkirakan efek dari polusi itu tapi yang lebih penting lagi adalah memonitor progress (perkembangan) control polusi dari global ecology (ekologi global). Kontrol kondisi air hujan ini menjadi penting karena beberapa efek yang fatal yang mungkin bisa terjadi, di antaranya jatuhnya hujan asam dapat meningkatkan keasaman danau, sungai, bendungan yang pada akhirnya mungin dapat menyebabkan kematian pada kehidupan air. Demikian pula keasaman pada tanah dapat meningkat dan merembes ke air permukaan tanah yaitu sumber air minum sehari-hari. e. Aplikasi pada bidang yang lainSebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam bidang-bidang keilmuan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut misalnya dalam industri kertas, pertambangan, proses logam, petrokimia, pertanian, kedokteran dan lain-lain. Namun karena keterbatasan ruang, dalam tulisan ini penulis hanya menampilkan beberapa contoh peran serta kromatografi dalam memudahkan dan mempercepat perolehan target data dalam beberapa bidang yang tersebut di atas.V. INSTRUMENTASI (Komponen Gambar Alat dan Penjelasannya)

Gambar Kromatografi Kertas Sederhana

Penutup/Lid

Chamber/ Bejana Pengembang

Kertas

Batas Penotolan Sampel

Pelarut

Gambar 8 Kromatografi Kertas Sederhana (Siro, 2012)

Penutup/Lid

Chamber/ Bejana Pengembang

Kertas

Batas Penotolan Sampel

Pelarut

Gambar 9 Kromatografi Kertas Sederhana(Paramita, 2012)

Gambar 10 Kromatografi Kertas Sederhana (Purnomo, Agus. 2012)1. Paper/ kertas : berfungsi untuk memisahkan komponen serta kerapatan dan ketebalan kertas dapat mempengaruhi kecepatan aliran eluen2. Garis/Batas Penotolan Sampel : berfungsi agar saat penotolan sampel dilakukan tidak terlalu dipinggir dan tidak terlalu ke dalam. Dan juga memudahkan dalam penghitungan Rf sampel.3. Solvent atau eluen: berfungsi sebagai pelarut dan jenis pelarut berpengaruh pada gerak dan pemisahan komponen. 4. Chamber : yaitu sebagai tempat eluen atau solvent. Namun, pada kromatografi kertas yang sederhana, dapat juga digunakan gelas kimia, beaker gelas ataupun gelas sebagai bejana pengembang dan akan berfungsi layaknya chamber seperti pada kromatografi modern lainnya.5. Lid : tutup dari chamber. Pada Kromatografi kertas yang sederhana dapat juga digunakan kaca arloji sebagai penutup

Contoh Proses Analisis pada Kromatografi Kertas

Gambar 11 Proses Analisis pada Kromatografi Kertas (Ardianto, Dian.dkk 2012)

Cara Perhitungan RF pada Kromatografi Kertas

Gambar 12 Strip Kromatografi kertas (Paramita, 2012)

Rumus perhitungan nilai Rf:

Gambar 13 Rumus Rf Kromatografi kertas (Paramita, 2012)

VI. CARA PENGGUNAAN (Preparasi sampel dan pelaksanaan analisis)Alat dan Bahan : A. Alat 1. Gelas piala 100 ml 2. pengaduk kaca3. bejana elusi4. benang wool bebas lemak5. kertas kromatografi (Whatmann, No. l)6. tusuk gigi7. cawan porselen

B. Bahan 1. sampel makanan agar-agar2. asam acetat 6 %3. larutan ammonium 12,5 %4. trinatrium etale,5. etil rnetil keton6. amoniak pekat7. aceton8. aquadest.Preparasi Sampel : Sampel yang digunakan merupakan sampel makanan agar-agar. Sejumlah 3 buah agar-agar dimasukkan ke dalam beker glass dan diasamkan dengan CH3COOH 6% dengan pH 4. Proses Analisis :1. Sebelum menganalisa, dibuat terlebih dahulu bulu domba yang pertama-tama dicuci bulu domba yang akan digunakan2. kemudian direndam selama 24 jam3. bila sudah direndam, dikering anginkan sampai benar-benar kering dan dijenuhkan dengan eter. 4. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengidentifikasian zat warna sintetik. 5. Sampel yang sudah disiapkan dipanaskan sampai zat warnanya dapat terserap pada bulu domba. 6. Benang wool diambil, dirnasukkan cawan porselen kemudian dicuci berulang-ulang dengan air hingga bersih. 7. Ditambahkan ammonium hidroksida l2,5 % dipanaskan hingga zat wama pada benang wool luntur. Benang wool diambil dan lunturan dipekatkan. 8. Hasil pekatan ditotolkan pada kertas kromatografi dan ditotolkan juga baku pewarna yang sesuai dengan warna sampel. 9. Dieluasikan dengan jarak rambat eluasi 12 cm, penotolan contoh 2 cm dari tepi bawah kertas kromatografi.

(Eluen I)Etil etal keton 70 mlAceton 30 ml Aquadest 30 ml

(Eluen II)Trinatrium citrate 2 gram Aquadest 95 ml NH3 5 ml

10. Diencerkan 5 ml Amoniak pekat dengan aquadest hingga 100 ml dan ditambahkan 2 gram Trinatrium Citrat.- Proses Dinyatakan positif apabila :1. Warna bercak antara sampel dan baku sama2. Harga Rf antara sampel dengan baku sama atau saling mendekati dengan selisih harga 0,2

11. Setelah dilakukan uji kualitatif zat warna dengan Metode Kromatografi kertas didapat hasil yang akan di jelaskan pada hasil pengamatan.

Gambar 14 Proses Analisis pada kromatografi Kertas (Wikimedia, 2008)

VII. KENDALA PADA ALAT ATAU SAAT ANALISIS DAN CARA MENGATASINYA

1. Penotolan sampel dilakukan tidak sesuai prosedur (tidak sesuai dengan garis pinggir)Pada kromatografi kertas, sebelum noda sampel diteteskan, terlebih dahulu kertas saring diberi garis dengan menggunakan pensil untuk membuat jarak antara noda dengan pelarut dibawahnya, dan yang kedua adalah membuat tanda untuk meneteskan sampel yang berjarak 2 cm. Apabila penotolan noda sampel kurang dari 2 cm atau terlalu dipinggir dapat mengakibatkan perembesan pada fase gerak (ketika noda sampel mulai melakukan pemisahan karena jenuh). Apabila penotolan noda sampel lebih dari 2cm atau terlalu ke dalam hingga melebihi sepertiga dari ukuran kertas yang digunakan, dapat mengganggu ketika proses pada fase gerak (pemisahan) karena apabila sampel yang terlalu kompleks proses pemisahanya akan lama dan menghabiskan panjang kertas. Kesalahan penotolan noda sampel ini juga dapat mengakibatkan ketidakefektifan atau kesulitan dalam menghitung Rf.

Gambar 15 Batas Penotoloan Sampel pada Kromatografi Kertas (Hardian, A. 2010)

2. Penotoloan noda sampel yang terlalu banyakPenetesan noda yang terlalu banyak harus dihindari, karena kelebihan setiap komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi selama ia bergerak, hingga ia akan mengakibatkan terjadinya kedudukan atau lokasi yang kabur.

3. Tidak menutup chamber (bejana pengembang) setelah menotolkan sampel, dapat menyebabkan proses pemisahan terganggu atau menjadi tidak efektifSecara umum pada kromatografi kertas, setelah penetesan larutan pada kertas, maka bagian bawah kertas dicelupkan dalam larutan pengambang(developing solution). Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air.Sistem ini akan terserap oleh kertas dan sebagai akibat dari gaya kapiler akan merambat sepanjang kertas tersebut. Rambatan ini dapat diusahakan dalam modus naik atau menurun. Selama proses pemisahan dilakukan, sistem secara keseluruhannya disimpan dalam tempat tertutup yang sudah jenuh (Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa atmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap dapat menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas), ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut ini. Jika tidak disimpan pada ruangan tertutup, maka pelarut di dalamnya tidak akan dapat dijenuhkan sehingga akan menganggu proses pemisahan atau bahkan tidak akan terjadi proses pemisahan

4. Kesalahan dalam pemilihan kertasKertas yang digunakan dalam kromatografi kertas adalah kertas berpori dari selulosa murni, memiliki afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen. Bersifat reduktor sedang, dan bereaksi dengan oksidator bila kontak dalam waktu yang lama. Oleh karena itu pereaksi yang korosif seperti H2SO4 pekat tidak dapat digunakan sebagai spray reagent. Kertas yang banyak digunakan hingga sekarang adalah kertas saring Whatmann No.1. Meskipun demikian jenis kertas Whatmann dengan berbagai nomor pun banyak digunakan, dimana semuanya dibuat dengan kemurnian yang tinggi dan tebal yang merata.Sekalipun berperan sebagai support atau penyokong atau penyangga, namun kertas juga memberikan efek-efek serapan yang disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil sehingga kertas memiliki afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen. Selain itu sejumlah kecil gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan efek pertukaran ion. Dengan demikian kertas memiliki pengaruh terhadap kecepatan alir eluen. Penurunan kerapatan dan kenaikkan ketebalan kertas akan menaikkan kecepatan alir eluen.Kertas Whatmann no. 1 termasuk dalam kelompok medium sehingga memiliki karakter medium flow rate. Kertas yang lebih tebal seperti Whatmann No. 3 atau 3 MM digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung cuplikan lebih banyak tanpa menambah area noda awal. Sedangkan untuk penggunaan umum biasanya digunakan yang medium flow rate.Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing, pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending dan juga kertas seharusnya penolak air.

5. Penyimpanan kertas di tempat yang salahKertas harus disimpan di tempat yang jauh dari sumbar uap, terutama amonia yang memiliki afinitas tertinggi terhadap selulosa, jangan disimpan di tempat yang memiliki perubahan kelembaban yang tinggi, dan tidak boleh tersentuh oleh zat-zat yang tidak dikehendaki.

6. Kesalahan pemilihan pelarut untuk zat yang akan dianalisisPemisahan pada kromatografi kertas terjadi kerena perbedaan kelarutan zat-zat dalam pelarut serta perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang akan dipisahkan. Zat yang lebih larut dalam pelarut dan kurang teradsorbsi pada kertas akan bergerak lebih cepat. Sedangkan zat yang kurang larut dalam pelarut dan lebih teradsorbsi pada kertas akan tertinggal atau bergerak lebih lama.

VIII. METODE ANALISIS DATASesuai dengan hasil penelitian dari Endang Triwahyuni M dan Erna Susilowati yang berjudul Identifikasi Zat Warna Sintetis pada Agar-agar Tidak Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan Metode Kromatografi Kertas.Metode pemisahan zat warna sinstetis pada agar-agar dengan cara kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan pemisahan berdasarkan sistem partisi, dimana fase diamnya berupa kertas saring dan fase geraknya berupa cairan pelarut (eluen). Pelarut (eluen) yang digunakan merupakan campuran beberapa larutan.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Jurusan Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2005 sampai bulan Maret 2005. Populasi penelitian adalah makanan agar-agar yang dijual di Pasar Doro Pekalongan. Sampel diambil 4 warna dari 5 warna secara purposif dari tiap kemasan makanan agar-agar yang beredar di Pasar nori: Pekalongan.Dalam percobaan ini melakukan teknik kromatografi kertas dengan cara 2 dimensi, yaitu menggunakan dua macam larutan eluen yakni eluen pertama berupa Etil metil keton 70 ml, Aceton 30 ml , dan Aquadest 30 ml sedangkan eluen kedua adalah campuran Trinatrium citrate 2 gram, Aquadest 95 ml, dan NH3 5 ml Penggunaan cara 2 dimensi ini dikarenakan dalam percobaan ini menggunakan sampel dengan komponen yang cukup banyak yaitu 3 macam baku warna (Carmoisin, Eritrosin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow). Makanan agar-agar yang diambil untuk penelitian diambil langsung dari pedagang yang ada di pasar Doro Pekalongan. Sampel diambil empat macam warna diantaranya merah, hijau, kuning dan orange dari lima jumlah warna. Hasil dari produksi ini dikemas dalam plastik yang dijual per bijinya dengan harga Rp. 100,00 (seratus rupiah).Tinjauan Bahan Baku SampelBahan tambahan makananadalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalammakanandalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan,cita rasa,tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan. Agar penampilan makanan lebih menarik maka produsen biasanya menambahkan bahan tambahan makanan berupa bahan pewarna. Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Pewarna makanan ada 2 jenis, yaitu : pewarna sintesis dan alami.Pewarna yang kami gunakan dalam sampel agar-agar ini adalah pewarna sintesis, diantaranya :1. Tartrazin atau Yellow 5 adalah bahan pewarna sintetik yang memberikan warna kuning pada bahan makanan maupun minuman. Bahan ini juga sering dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF (suatu bahan pewarna) untuk memberikan gradasi warna hijau.2. Eritrozin adalah senyawa sintetis warna cherry-pink. Biasanya digunakan sebagai pewarna makanan.3. Sunset Yellow adalah zat pewarna dalam spektrofotometer yang berwarna kuning. Pewarna ini merupakan pewarnasintetikyang bersifat asam yang mengandung kelompokkromoforNN dan CC.Sunset Yellow dapat digunakan sebagai pewarna makanan,kosmetikdanmedikasi.4. Carmiosin adalah zat pewarna yang memberikan warna merah pada makanan dan minuman.5. Green S. adalah zat pewarna yang memberikan warna hijau pada makanan dan minuman. (Marsetyama, 2013)

IX. CONTOH PENGUJIAN SAMPEL DAN ANALISIS DATA (contoh perhitungan)

Sesuai dengan hasil penelitian dari Endang Triwahyuni M dan Erna Susilowati yang berjudul Identifikasi Zat Warna Sintetis pada Agar-agar Tidak Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan Metode Kromatografi Kertas.

1. Perhitungan Rf untuk pengujian zat warna merah pada sampel Agar-agar

Perhitungan selisih harga untuk pengujian zat warna merah pada sampel Agar-agarSelisih Harga (Baku Carmiosin Eluen I) = Baku Carmiosin Eluen I Sampel A Eluen I= 0,93 0,87= 0,06 cmSelisih Harga (Baku Carmiosin Eluen II) = Sampel A Eluen II-Baku Carmiosin Eluen II = 0,11 0,08= 0,03 cmSelisih Harga (Baku Eritrosit Eluen I) = Sampel A Eluen I - Baku Eritrosit Eluen I = 0,87 0,79= 0,08 cmSelisih Harga (Baku Eritrosit Eluen II) = Baku Eritrosit Eluen II - Sampel A Eluen II= 0,22 0,11= 0,09 cm

Identifikasi zat warna merah pada sampel Agar-agarKodeWarna VisualWarna BercakRfSelisih Harga

Eluen IEluen IIEluen IEluen II

Sampel AMerah Merah Ungu0,870,11

Baku CarmoisinMerahMerah Ungu0,930,080,060,03

Baku EritrosinMerahMerah0,790,220,080,09

Tabel 1. Identifikasi Zat Warna Merah pada Sampel (E Susilowati, 2006)Hasil dari kandungan sampel A mendekati larutan baku Carmoisin baik dari warna visual, warna bercak serta selisih nilai Rf eluen I dan Rf eluen II. Sedangkan untuk larutan baku Eritrosin dari segi warna visual serta selisih Rf eluen I dan eluen II memang menunjukan hasil yang sama dengan sampel A namun untuk warna bercak, larutan baku eritrosin berwarna merah sementara sampel A berwarna merah ungu. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel A mempunyai kandungan pewarna sintetis Carmiosin yang memberikan warna merah pada sampel Agar-agar.

2. Perhitungan Rf untuk pengujian zat warna Hijau pada sampel Agar-agar

Perhitungan selisih harga untuk pengujian zat warna Hijau pada sampel Agar-agarSelisih Harga (Baku Green S Eluen I) = Baku Green S Eluen I Sampel B Eluen I= 0,99 0,98= 0,01 cmSelisih Harga (Baku Green S Eluen II) = Baku Green S Eluen II Sampel B Eluen II= 0,79 0,77= 0,02 cmSelisih Harga (Baku Tartrazin Eluen I) = Sampel B Eluen I - Baku Tartrazin Eluen I = 0,83 0,81= 0,02 cmSelisih Harga (Baku Tartrazin Eluen II) = Baku Tartrazin Eluen II Sampel B Eluen II= 0,64 0,62= 0,02 cm

Identifikasi zat warna Hijau pada sampel Agar-agarKodeWarna VisualWarna BercakRfSelisih Harga

Eluen IEluen IIEluen IEluen II

Sampel BHijauHijau0,980,77

Kuning0,830,62

Baku Green SHijauHijau0,990,790,010,02

Baku TartrazinKuningKuning0,810,640,020,02

Tabel 2. Identifikasi Zat Warna Hijau pada Sampel (E Susilowati, 2006)Hasil dari sampel B menunjukkan bahwa sampel B mengandung pewarna sintetis Green S dan Tartrazin yang memberikan warna hijau pada Agar-agar, dilihat dari segi warna visual, warna bercak serta nilai Rf eluen I dan eluen II yang mendekatin hasil dari larutan baku Green S dan larutan baku Tartrazin.

3. Perhitungan Rf untuk pengujian zat warna Orange pada sampel Agar-agar

Perhitungan selisih harga untuk pengujian zat warna Orange pada sampel Agar-agarSelisih Harga (Baku Sunset Yellow Eluen I) = Sampel C Eluen I - Baku Sunset Yellow Eluen I= 0,90 0,88= 0,02 cmSelisih Harga (Baku Sunset Yellow Eluen II) = Baku Sunset Yellow Eluen II Sampel C Eluen II= 0,34 0,31= 0,02 cmIdentifikasi zat warna Oranye pada sampel Agar-agarKodeWarna VisualWarna BercakRfSelisih Harga

Eluen IEluen IIEluen IEluen II

Sampel COranyeOranye0,900,31

Baku Sunset YellowOranyeOranye0,880,340,020,02

Tabel 3. Identifikasi Zat Warna Oranye pada Sampel (E Susilowati, 2006)Hasil dari sampel C mendekati hasil dari baku Sunset Yellow, dari segi warna visual, warna bercak, serta nilai Rf eluen I dan eluen II menandakan bahwa sampel C mengandung pewarna sintesis Sunset Yellow yang memberikan warna orange pada sampel Agar-agar.4. Perhitungan Rf untuk pengujian zat warna Kuning pada sampel Agar-agar

Perhitungan selisih harga untuk pengujian zat warna Kuning pada sampel Agar-agarSelisih Harga (Baku Tartrazin Eluen I) = Sampel D Eluen I - Baku Tartrazin Eluen I= 0,83 0,81= 0,02 cmSelisih Harga (Baku Tartrazin Eluen II) = Sampel D Eluen II Baku tartrazin Eluen II= 0,66 0,64= 0,02 cm

Identifikasi zat warna Kuning pada sampel Agar-agarKodeWarna VisualWarna BercakRfSelisih Harga

Eluen IEluen IIEluen IEluen II

Sampel DKuningKuning0,830,66

Baku TartrazinKuningKuning0,810,640,020,02

Tabel 4. Identifikasi Zat Warna Kuningpada Sampel (E Susilowati, 2006)Pada sampel D mengandung pewarna sintesis Tartrazin yang memberikan warna kuning pada sampel Agar-agar. Ini dibuktikan dari hasil sampel D dan larutan baku Tartrazin menunjukan hasil yang sama dari warna visual, warna bercak, serta selisih nilai Rf eluen I dan eluen IIUji zat warna secara kualitatif dengan metode Kromatografi kertas dengan menggunakan baku warna Carmoisin, Eritrosin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow. Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa zat wama sintetis yang ditambah pada makanan agar-agar Sampel A Catmoisin, Sampel B Green S dan Tartrazin Sampel C Sunset Yellow, sampel D Tartrazin. Pewama tersebut merupakan zat wama sintetis yang diijinkan penggunaannya oleh PerMenKes RI No. 722 MenKes/Per/l988 tentang Bahan Tambahan Makanan.Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan pada penelitian tersebut, yaitu :1. Sampel A mengandung zat warna sintesis merah yaitu Carmoisin, dan Sampel B mengandung zat warna sintetis hijau dan kuning yaitu Green S dan Tartrazin, Sampel mengandung zat warna sintetis Orange yaitu Sunset Yellow, dan Sampel D mengandung zat warna sintetis kuning yaitu Tartrazin.2. Zat warna yang terkandung dalam sampel A, B, C, D sesuai dengan PerMenKes RI No. 722/ Menkes/ Per/ 1988 tentang Bahan tambahan Makanan.

Daftar Pustaka

Ali. (2010). Kromatografi kertas. Retrieved from http://alipart.blogspot.com/2010/10/kromatografi-kertas.html.Amin, M.(2009). Kromatografi dan Aplikasinya pada Bidang Lain. Retrieved from http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi-ion/kromatografi-dan-aplikasinya-pada-bidang-lain/.Anisa. (2009). Kromatografi kertas. Retrieved from https://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/kromatografi-kertas/.Ardianto, D. et al. (2012). Kromatografi. Retrieved from http://analissolo.blogspot.com/2012/12/kromatografi.htmlDay, R.A & Underwood. (1981). Analisa Kimia Kuantitatif (Edisi Keempat). Jakarta: erlangga.Dion. (2012). Kromatografi. Kertas. Retrieved from http://dheonklephone.blogspot.com/2012_04_01_archive.htmlBottom.Harmita.(n.d.).Anfiskimkromatografi. Retrieved from http://staff.ui.ac.id/system/files/users/harmita/material/anfiskimkromatografi.pdf. of FormHarvey, D. (2000). Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.Hilda. (2012). BAB I Pendahuluan Kromatografi Kertas. Retrieved from https://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/bab-ipendahulua/.Kiky. (2010). Kromatografi Kertas. Retrieved from http://kickylover.blogspot.com/2010/06/kromatografi-kertas.html. Kristianingrum, S.(n.d.). Kromatografi Kertas. Retrieved from Handout-KA II-KROM.KERTASs.pdf.Kromatografi Kertas.(2014).Retrieved from Subscribe website: http://www.catatankimia.com/kromatografi-kertas/.Lathifah, K.(2010). Kromatografi Kertas. Retrieved from http://kickylover.blogspot.com/2010/06/kromatografi-kertas.htmlMarsetyama, Putra. (2013). Pewarna Makanan Buatan. Retrieved from http://marsetyamatask.blogspot.com/2013/05/pewarna-makanan-buatan.htmlMulyono.(2011).Klasifikasi Kromatografi. Retrieved from http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/klasifikasi-kromatografi.html.Nadya.(2009).Kromatografi. Retrieved from https://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/10/kromatografi.pdf.Niko, H.(2010). Pemisahan Zat Pewarna Tinta Stabilo Menggunakan Kromatografi Kertas (I). Retrieved from https://hardiananto.wordpress.com/2010/12/12/pemisahan-zat-pewarna-tinta-stabilo-menggunakan-kromatografi-kertas-i/.Paramita, U. (2012). Kromatografi kertas. Retrieved from http://paramita-kromatografi.blogspot.com/Patnaik, P. (2004). Deans Analytical Chemistry Handbook. Second Edition. New York: McGraw-Hill Comp.Prakoso, A.( 2010). Kromatografi Kertas dan Kromatografi. Retrieved from http://worldofandika.blogspot.com/2010/06/kromatografi-kertas-dan-kromatografi.htmlPusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional ITS.(n.d.).Dasar Kromatografi. Retrieved from: http://share.its.ac.id/pluginfile.php/33456/mod_resource/content/1/dasar%20kromatografi.ppt.Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional ITS.(n.d.). Prosedur Kromatografi Kertas. Retrieved from: http://share.its.ac.id/pluginfile.php/33457/mod_resource/content/1/Prosedur%20Kromatografi%20Kertas.doc.Ramadhan, G.(2010). Uji Kit Test Kehamilan. Retrieved from http://jurnalramadhan.blogspot.com/2010/09/uji-kit-test-kehamilan.html.Ramadhan, P.2013.Mengoperasikan alat penukar ion. Retrieved from http://patheticprasze.blogspot.com/2013/11/mengoperasikan-alat-penukar-ion.html.Rouessac, F.,& Annick R. (2007). Chemical Analysis: Modern Instrumentation Methods and Techniques. (Second Edition). West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.Rusmana. (2011). Laporan Kromatografi Kertas. Retrieved from http://semangatrusmana.blogspot.com/2011/07/laporan-kromatografi-kertas.htmlSayfa, A.(2013).Kromatografi.Retrieved from http://foto.internetara.com/?a=kromatografi&id=394397.Skoog, D. et al. (2002). Fundamentals of Analytical Chemistry (Eight Edition). Canada: Thomson Learning.Soebagio, et al. (2002). Kimia Analitik II. Malang: FMIPA universitas negeri Malang.Susilowati, E.(2006). Identifikasi Zat Warna Sintetis pada Agar-Agar Tidak Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan Metode Kromatografi Kertas. Jurnal Unimus. 26-32Syahrul, I.(2014). Kromatografi Kertas dan KLT. Retrieved from http://imansyahrul.blogspot.com/2014/06/kromatografi-kertas-dan-klt.html.Tlc Sequence.png. (2008). Retrieved from Wikimedia Commons website http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tlc_sequence.png.

34