kritisi kebijakan pemerintah.docx
DESCRIPTION
zzzzzzTRANSCRIPT
Nama : FAHREZA MASYUDI
Nim : 5133122010
Prodi : Pendidikan Teknik Otomotif
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Soal
1. Kritisi kebijakan pemerintah, kaitkan dengan prinsip umum dan prinsip khusus dalam
pengembangan kurikulum!
Jawab
Dalam hal ini kebijakan pemerintah yaitu dengan memperbarui kurikulum sebelumnya
dengan kurikulum 2013. Tentu hal ini membuat banyak perubahan dalam pendidikan
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan kurikulum,
kita dapat bertanya dalam untuk apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang
sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses
pembelajaran. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat
dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling berinteaksi.
Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu
tertentu dan perlu di revisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Kurikulum 2013, tentu lahir bukan karena sekedar ingin trend mengganti sebuah
kebijakan, tapi sebuah keharusan tuntutan keadaan Indonesia kini dan mendatang. Karena
dengan merubah kurikulum kita berharap ada perubahan dalam dunia pendidikan kita.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung bangsa yang berkualitas
dan bangsa yang maju,bangsa yang maju dapat dilihat banyak penduduk-penduduk
bangsanya bermutu dalam pendidikan sehingga dapat memberikan manfaat pada Negara
sendiri dan mengakat nilai derajat bangsa itu sendiri. Bedasarkan survey United Nations
Educational Scientific and Cultural Organization(UNESCO), menyatakan perkembangan
pendidikan diwilayah Asia Pasifik untuk Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14
sedangkan penilaian data Kualitas pendidik di Indonesia menduduki peringkat level 14 dari
14 Negara masih berkembang . Padahal,jika kita dapat bandingkan Negara Indonesia sebagai
Negara memiliki Sumber segala Potensi dengan Negara Vietnam sebagai Negara baru
merdeka, negara ini sudah menduduki tingkat atas dua tingkat dari indoensia didapati ukur
dalam pendidikannya dengan masyrakat pandai membaca lebih cepat, sedangkan jika
Indoensia diukur dengan Perkembangan Pendidikan tingkat dunia Indonesia menduduki
peringkat 39 dari 42 negara berkembang didunia
Perubahan kurikulum juga bukan sekedar karena peringkat kualitas pendidikan kita
yang rendah, tetapi juga tantangan masa depan yang semakin kompleks, tahun 2020-2030
kita akan berhadapan dengan Bonus Demografi dimana jumlah usia produktif akan
menjamur, daya saing dituntut tinggi, jika kualitas pribadi manusia Indonesia rendah akan
menjadi bencana. Oleh karenanya proses pendidikan tidak hanya sekadar mempersiapkan
anak didik untuk mampu hidup dalam masyarakat kini, tetapi mereka juga harus disiapkan
untuk hidup di masyarakat yang akan datang yang semakin lama semakin sulit diprediksi
karakteristiknya. Hal ini tentu berkaitan dengan prinsip umum kurikulum yaitu relevansi dan
fleksibilitas.
Dalam kajian sosiologis, kesulitan memprediksi karakteristik masyarakat yang akan
datang disebabkan oleh kenyataan bahwa di era global ini perkembangan masyarakat tidak
linier lagi. Perkembangan masyarakat penuh dengan diskontinuitas. Oleh karena itu,
keberhasilan kita di masa lalu belum tentu memiliki validitas untuk menangani dan
menyelesaikan persoalan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang.
Esensi Kurikulum 2013.
Pada dasarnya Kurikulum 2013 menuntut banyak perubahan mulai dari jumlah mata
pelajaran, manajemen sekolah dan guru, pengadaan buku dan silabus hingga penerapan
sistem pembelajaran berbasis tematik integratif. Sistem pembelajaran berbasis tematik
integratif ini telah dijalankan di banyak negara, seperti Inggris, Jerman, Prancis, Finlandia,
Skotlandia, Australia, Selandia Baru, sebagian Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura,
Hongkong, dan Filipina. Penambahan jam belajar di sekolah dianggap masih sesuai karena
dibandingkan negara lain, Indonesia terbilang masih singkat durasinya untuk anak usia 7-9
tahun. Semua unsur yang berperan di dalamnya harus mau berubah dan bekerjasama demi
menjawab tantangan zaman. Dilihat dari strategi, kurikulum baru ini akan menekankan pada
model pembelajaran tematik yang mengarah pada pendidikan karakter. Pendidikan bersifat
tematik menitikberatkan pada mata pelajaran yang membentuk sikap untuk siswa sekolah
dasar (character building), mengasah keterampilan untuk siswa SMP, dan membangun
pengetahuan untuk siswa SMA.
Perbedaaan yang signifikan pada kurikulum baru, adalah adanya pengurangan mata
pelajaran dan penambahan jam belajar. Pemadatan mata pelajaran akan membuat kurikulum
ini mengharuskan anak-anak belajar lebih lama di sekolah. Untuk kelas I-III yang awalnya
belajar selama 26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu.
Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah
bertambah menjadi 36 jam per minggu. Selain itu administrasi pembelajaran juga berubah,
administrasi pembelajaran yang paling penting adalah silabus dan RPP. Untuk silabus sudah
disiapkan oleh pemerintah, sehingga guru tinggal membuat RPP. Di dalam pembuatan RPP
hal penting yang harus ditulis adalah proses pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.
Penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Dalam
penilaian autentik tidak hanya mengandalkan tes tulis, tapi banyak jenis model tes misal porto
folio. Salah satu perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum terdahulu adalah model rapor.
Pada kurikulum sebelumnya skala nilai dari 0 hingga 100, sedangkan untuk aspek afektif
menggunakan huruf A, B, C, D. Pada kurikulum 2013 skala nila tidak lagi 0 – 100,
melainkan 1 – 4 untuk aspek kognitif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek afektif
menggunakan SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang. Skala nilai 1 – 4 dengan
ketentuan kelipatan 0,33.
guru adalah pihak yang mengimplementasikan kurikulum dalam satuan pendidikan.
Hakikat kurikulum itu ada pada guru, jika guru tidak bisa mendalami kurikulum yang
berlaku, maka tujuan pendidikan yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaik apapun
kurikulum tersebut, tidak akan membuahkan hasil jika guru tidak mampu melaksanakannya.
Kurikulum 2013, sebenarnya merupakan suatu konsep kurikulum yang mendorong
pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran dan guru dengan segala keilmuannya tidak hanya berperan sebagai pengajar
tapi dituntut untuk menjadi inspirator. Pembelajaran lebih mengoptimalkan daya pikir dan
kreativitas siswa untuk menambah keterampilan dan pengetahuannya, belajar menemukan
melalui eksperimen. Perbedaan yang mendasar dengan kurikulum sebelumnya adalah, guru
tidak lagi menerapkan metode berceramah dan bukan hanya satu-satunya sumber
pengetahuan, bisa saja siswa mendapatkan pengetahuan dari sumber lainnya, seperti dari
internet. Dapat kita bayangkan jika masih ada guru yang “buta kayu” dengan perkembangan
teknologi internet dan masih menggunakan cara-cara lama dalam proses belajar mengajarnya.
Peran Sekolah baik milik pemerintah maupun swasta amat vital dalam implementasi
kurikulum baru, karena diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan guru dalam
melaksanakan proses KBM, serta menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan lembaga
pendidikan. Orang tua juga siswa juga harus memahami Kurikulum 2013 dimaksud, dengan
mengetahui orang tua dapat mendukung dan memberikan pemahaman kepada anaknya
bagaimana perkembangan pelajaran yang di dapat, serta kegiatan ekstra yang diwajibkan
seperti Pramuka dan PMR, orang tua haruslah mendukung. Steakholder berikutnya yang tak
kalah penting adalah pemerintah. Peran pemerintah pusat maupun daerah bukan hanya
berperan memberikan kewajiban pendanaan untuk operasional sekolah dan tunjangan guru
sebagaimana diamanatkan UUD 1945, tetapi juga regulasi atau kebijakan-kebijakan yang
berpihak dalam peningkatan dunia pendidikan di daerah.
Secara umum kurikulum 2013 menyisakan berbagai kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum 2013 tersebut bertentangan dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 yang berisi
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini karena penekanan pengembangan
kurikulum hanya didasarkan pada aspek orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum
2013 sendiri tidak didasarkan pada aspek evaluasi dari pelaksanaan system Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tahun 2006 sehingga dalam pelaksanaannya
bisa aja smembingungkan guru dan pemangku pendidikan.
2. Guru sebagai elemen penting juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
upaya pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah justru melihat seolah-olah guru
dan siswa tersebut mempunyai kapasitas yang sama.
3. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi dari proses pembelajaran dengan hasil
dalam kurikulum 2013 itu sendiri. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan pada
ujian nasional (UN) masih juga diberlakukan. UN hanya mampu mendorong orientasi
pendidikan pada hasil dan justru sama sekali tidak memperhatikan proses upaya
pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada dikesampingkannya subjek mata
pelajaran yang tidak diujikan dalam UN tersebut. Padahal, mata pelajaran non-UN
juga mampu memberikan kontribusi yang besar untuk mewujudkan tujuan
pendidikan.
4. Pemerintah mengintegrasikan subjek mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk level jenjang pendidikan dasar.