kriteria bahan konstruksi kimia

21
TUGAS BAHAN KONSTRUKSI KIMIA KRITERIA PEMILIHAN BAHAN KONSTRUKSI KIMIA Disusun Oleh : Nama : Aufa Fauzan H. NIM : 03111003091 Kelas : A Dosen Pengasuh : Ir. Faisol Asip FAKULTAS TEKNIK

Upload: dedewidianto

Post on 21-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

TRANSCRIPT

Page 1: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

TUGAS

BAHAN KONSTRUKSI KIMIA

KRITERIA PEMILIHAN BAHAN KONSTRUKSI KIMIA

Disusun Oleh :

Nama : Aufa Fauzan H.

NIM : 03111003091

Kelas : A

Dosen Pengasuh : Ir. Faisol Asip

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

Page 2: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang teknik kimia adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap suatu proses

industri kimia. Termasuk juga dalam pemilihan material konstruksi pabrik. Pemilihan material

konstruksi untuk peralatan teknik kimia bukan masalah mudah. Pemilihan material

mempengaruhi keselamatan, kehandalan, seumur hidup, dan biaya peralatan. Banyak kriteria

yang harus dipertimbangkan, dan ada berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah ketersediaannya.

Perancangan pabrik untuk industri kimia tentu harus memperhatikan berbagai macam

pertimbangan. Hal semacam ini dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefesienkan pengunaan

bahan konstruksi kimia tersebut. Seorang sarjana teknik kimia harus mengedepankan aspek

ekonomi dalam setiap rancangan yang dibuat. Menjadi satu keharusan bagi kita untuk

mengetahui sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Jadi diharapkan ketika kita mengenali sifat bahan

yang kita gunakan, maka penggunaan yang nanti dilakukan akan efektif karena kita mengetahui

kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan.

1.2. Tujuan

Pembuatan makalah ini adalah tidak lain bertujuan untuk :

1. Menjadikan bahan acuan informasi yang berkaitan dengan Bahan Konstruksi Teknik

Kimia

2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Page 3: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Untuk memilih material kita patut berpegang kepada “most important characteristics” dari

suatu material, dan hal ini juga bergantung dengan keadaan geografis atau lingkungan suatu

tempat. Pedoman ini dapat dijadikan penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material, dan

hal itu adalah:

1. Material properties

2. Thermal properties

3. Corrosion resistance

4. Thermal conductivity and electrical resistance

5. Ease of fabrication

6. Cost

7. Availability in standard size

8. Contamination

9. Recycle

Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan juga merupakan faktor pertimbangan

yang penting :

1. Material properties

2. Class

3. Property

4. Physical

Dimension, shape Density or specific gravity Porosity Moisture content

Macrostructure Microstructure

5. Chemical

Oxide or compound composition Acidity or alkalinity Resistance to corrosion or

weathering

Page 4: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

6. Physico-chemical

Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage and swell due to moisture

changes

7. Acoustical

8. Sound transmission & Sound reflection

9. Mechanical

Strength, tension, compression, shear and flezure (under static, impact or fatigue

condition) Stiffness, Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness,

Hardness, Wear resistance

10. Thermal

Specific heat Expansion Conductivity, Electrical and magnetic optical,

Conductivity Magnetic parmeability Galvanic action Colour Light transmission,

Light reflection

Berbagai macam sifat bahan pada tabel diatas yaitu berbagai macam sifat bahan secara

teknik yang nantinya dapat dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat – sifat tersebut

dikelompokkan berdasarkan beberapa kelas peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia dan

lain sebagainya.

2.2. Sifat Mekanik Bahan

Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan

kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima

beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan / komponen tersebut. Seringkali

bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain,

maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang

diperlukan. Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Baja

mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi syarat untuk suatu

pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik. Untuk mengatasi hal

itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara

pengecatan atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain

Page 5: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya

sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi. Berikut adalah beberapa sifat mekanik

yang penting untuk diketahui :

Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa

menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis

beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,

kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.

Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan

terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan

sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan kekuatan.

Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila

suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan yang

bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya

bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan

yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas kemampuannya,

maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan

telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang

dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan

dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan

ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan deformasi.

Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal

kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.

Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi

plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi

bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling,

extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan

yang mampu mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki

Page 6: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan terjadinya

deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).

Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi

tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya

energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat

ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.

Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima

tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan

elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh

kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit

diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.

Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu logam

untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada

saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.

Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu :

1. Sifat mekanik statis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap

atau bebannya mengalami perubahan yang lambat.

2. Sifat mekanik dinamis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar

berubah – ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut.

Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang

berbeda.

2.3. Sifat Thermal Bahan

Sifat termal baha adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan sihi. Sifat termal ini dipengaruhi

beberapa faktor yaitu :

Page 7: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

1. Kandungan Uap Air

Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.

Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara

dalam bahan tersebut.

2. Suhu

Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum

dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.

3. Kepadatan dan Porositas

Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin

banyak maka konduktifitas termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan

kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran, distribusi,

hubungan pori dan lubang. Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan

kalor ada 2 jenis, yaitu :

Keadaan tetap (steady heat flow)

Keadaan berubah (transien heat flow)

4. Sifat Elektrik Bahan

Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :

Konduktif – jika resistansinya < 105 ohm ; disini elektron mudah bergerak atau mengalir,

jadi netralisasi dapat dilakukan dengan mudah dengan cara grounding. Contoh : logam

dan tubuh manusia.

Insulatif – jika resistansinya > 1011 ohm ; elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak,

jadi netralisasi hanya mungkin dilakukan dengan ionisasi. Contoh : plastik dan karet

Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah muatan listrik mudah

ditimbulkan pada bahan tersebut – jika tidak mudah membangkitkan muatan (atau

muatan yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai anti-

statik.

Page 8: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

Statik disipatif – resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm ; disini, elektron dapat

bergerak tetapi lambat, jadi perlu diketahui parameter decay time. Untuk mengetahui

berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran tribocharging juga perlu

dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau tidak. Umumnya

bahan yang masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang khusus

dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya bahan dasarnya adalah insulatif tapi

diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat statik disipatif.

Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif. Untuk mengukur nilai

resistansi bahan, kita gunakan Mega Ohm meter (atau Surface Resistance Meter) – ini

semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan pengukuran sampai 100 G Ohm atau

lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya Electrostatic Voltmeter/

Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan bantuan

stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih

akurat, kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor. Jadi, jika adanya muatan listrik

statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya adalah dengan menetralkan

mutan listrik bersangkutan. Cara efektif untuk menetralkan muatan listrik dilakukan

berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada dasarnya netralisasi muatan dapat dilakukan

dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding dilakukan jika elektron

dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu dengan menghubungkan

bahan tersebut ke tanah/bumi atau bagian ground dari kabel listrik karena tanah/bumi

adalah reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga). Sebaliknya, untuk bahan

yang tak dapat mengalirkan muatan, maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan muatan

kecualim memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya udara

mengandung sejumlah molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda,

tapi netralisasi secara alami ini akan berlangsung sangat lama. Untuk mempercepat

proses netralisasi, maka digunakan alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer dirancang

untuk menghasilkan sejumlah besar ion positif maupun negatif dan ion-ion tersebut

diarahkan ke permukaan benda yang akan dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat

dilakukan dengan membasahi permukaan bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan DI

water) atau larutan yang mengandung air seperti IsoPropyl Alcohol (IPA).

Page 9: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

2.4. Bahan Konstruksi Metal

Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri  dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu Ferrous dan nonferrous. Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung

sedikitnya 50 % besi ( iron). Ferrous alloy. Alasan mengapa bahan ini sering digunakan adalah

karena biayanya bahan ini relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan  kerja yang baik.

Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : Cast Iron, Carbon Steels, Low-Alloy

Steels dan Stainless Steels.

Cast Iron. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar carbon lebih dari 1.5 %. Terdapat 4

jenis dari Cast iron yaitu : gray, white, ductile iron dan wrought iron.

Gray cast iron.  Gray cast iron merupakan cast iron yang umum digunakan dan paling

murah diantara yang lainnnya, Mudah dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah

yaitu dari 155 &ndash; 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan &ndash; peralatan yang

memerlukan vibration dampening dan wear resistance. Warna keabu-abuan disebabkan

oleh kandungan graphite yang tersebar pada massa nya. Material ini tidak digunakan

untuk proses &ndash; proses yang beroperasi  pada tekanan tinggi.

White Cast Iron. Memiliki kandungan silikon yang lebih rendah dari gray cast iron. Tidak

terdapat partikel graphite pada mikrosturkturnya, apabila carbon dalam cast iron tersebut

dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron carbide (Fe3C ). Metal ini sangat

abbrasive dan brittle, karena sifat &ndash; sifat ini bahan ini tidak disarankan

penggunaannya untuk aplikasi Pressure &ndash;Vessel, namun begitu dapat digunakan

untuk grinding balls, casing pompa slurry dan roda mobil.

Ductile cast  iron. Memiliki unsur yang sama dengan gray cast iron, tetapi beda dalam

pembuatannya. Digunakan untuk high strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing

kompressor , crankshaft ( poros mesin ).

Page 10: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

Wrought iron. Pada dasarnya merupakan besi murni ( pure iron ) dengan kandungan

carbon yang rendah serta sedikit kandungan slag dalam bentuk iron silicate. Slag yang

terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta tahan terhadap korosi.

Umumnya digunakan untuk pipa air, dan engine bolt.

Silicon iron. Memilik kandungan silikon yang tinggi, kira &ndash; kira sekitar 15

% yang disebut juga dengan silicon iron. Terdapat dua jenis umum dengan nama

dagang Duriron dan Durichlor. Durichlor mengandung molybdenum digunakan

untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Keduanya digunakan untuk aplikasi

yang tahan terhadap korosi dan oksidasi. Direkomendasikan agar bahan ini

digunakan kondisi tekanan operasi dibawah 50 psig.

Carbon Steel. Perbedaan antara carbon steel dengan cast iron adalah persentase kandungan

carbon. Pada carbon steel kandungan carbon kurang dari 1.5 %. Material ini mudah difabrikasi

dan memiliki streght yang lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis treatment

panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat dengan berbagai derajat atau tingkatan

hardness dan ductility, dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih mudah

disambung ( Weld ) dari pada cast iron. Dengan sifat &ndash; sifat seperti ini ditambah lagi

dengan ketersediaannya dalam jumlah banyak , membuat carbon steel menjadi pilihan pertama

untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketahanan

terhadap korosi .

Low alloy steel. Bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah yang kecil. Bahan

ini menggantikan penggunaan carbon steel pada industri perminyakan karena beberapa

peralatan mengalami proses korosi ketika mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur

yang tinggi. Diketahui bahwa dengan adanya chromium dapat menghambat pembentukan

iron sulfide. Penambahan chromium juga diketahui dapat meningkatkan strenght material pada

temperature tinggi. Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy steel adalah

jumlah kandungan chromium. Carbon steel memilik kandungan chromium kurang dari 4 %

sedangkan Low alloy steel kandungan chromium antara 4 &ndash; 9 %.

Page 11: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

Stainless steel. Steel dengan kandungan chromium sekitar 12 % atau lebih disebut sebagai

stainless steel. terdapat 3 jenis bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless steel.

Ferritic stainless steel. Memiliki kadar karbon sebesar 0.2 % atau kurang dan kadar chromium

antara 11 &ndash; 18 %. Material ini tahan terhadap korosi dari pada Martensistic steel serta

cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi keasaman tinggi seperti asam nitrat.

Bahan ini memiliki tensile serta impact strenght yang rendah.

● Martensitic steel. Memiliki kadar chromium antara 12 &ndash; 18% dan kadar carbon

hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferritic

stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan ini tahan terhadap air, steam

dan bahan &ndash; bahan yang bersifat korosi tingkat menengah ( moderate ) lainnya.

● Austenitic Stainless steel. bahan ini lebih komplek dari yang lainnya karena terdapat

tambahan nickel sebesar 3.2 hingga 22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght

yang tinggi, ductility dan lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan material

stainless steel lainnya pada range temperature yang sangat lebar . Daya tahan korosinya

terhadap bahan &ndash; bahan sulfur serta asam &ndash; asam organik lebih baik dari

pada carbon steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic stainless steel.

Walaupun tahan terhadap korosi yang sangat baik hingga pada temperature 650 F ke

atas, pengalaman memperlihatkan bahwa material ini memiliki permasalahan terhadap

stress corrosion cracking pada temperature yang sangat tinggi dan dengan pH yang

tinggi (8 atau keatas) seperti pada proses &ndash;proses high pressure boiler feedwater

system (sistem umpan boiler bertekanan tinggi) dan nuclear steam generator (pembangkit

steam tenanga nuklir ).

Non Ferrous Alloy, pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan apabila material ferrous alloy

tidak cocok dengan aplikasi yang dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih

mahal serta sulit untuk di sambung ( weld ). NonFerrous Alloy biasanya digunakan karena

memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi bila dibandingkan dengan ferrous alloy.

Page 12: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

Aluminium adalah bahan dengan tingkat keuletan (ductility) yang baik, bahan ini juga

memiliki rasio high strenght - berat yang tinggi serta nonmagnetic, memiliki konduktivitas

termal dan elektrik yang baik, beberapa alloy aluminium sulit untuk di sambung dengan cara

pengelasan (weld) dan sementara yang lainnya bahkan tidak bisa disambung (weld). Beberapa

komponen lain ditambahkan ke aluminium untuk memberikan sifat &ndash; sifat mekanikal

yang lebih baik lagi (memperbaiki sifat bahan) , komponen tambahan tersebut dapat berupa

iron, manganese, silicon, copper, magnesium, dan zinc. Aluminium digunakan untuk aplikasi :

transportasi, penyimpanan dengan faktor tingkat kemurnian tinggi untuk berbagai jenis larutan

organik, asam nitrat , dan larutan encer dengan pH antar 4.5 &ndash; 8.5. Material ini tidak

digunakan untuk menangani alkohol , organic halides, anhydrous organis acid, mercury,

garam &ndash; garam logam berat dan steam. Material ini juga dapat digunakan untuk kondisi

cryogenic.

Page 13: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

BAB III

PENUTUP

Setelah melakukan observasi pustaka di berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa dasar

Ilmu Bahan Konstruksi Teknik Kimia adalah mencakup sebagai berikut :

1. Untuk merancang keperluan industri diperlukan pemahaman ilmu tentang bahan yang

cukup, agar penggunaan alat dapat maksimal, efektif, dan berdaya tahan tinggi.

2. Sifat – sifat material dapat diketahui melalui uji material. Dan hasil pengujian dapat

dijadikan landasan perancangan alat, berdasarkan sifat – sifatnya.

3. Beberapa material dapat berdeformasi, dan dapat kembali seperti semula (deformasi

elastis) dan tidak dapat kembali (deformasi plastic).

4. Berdasarkan sifat keelektrikan bahan, maka bahan dibagi menjadi 3, yaitu konduktif,

insulatif dan statik desipatif

Page 14: Kriteria Bahan Konstruksi Kimia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Bahan Konstruksi Teknik Kimia Bahan Konstruksi Korosi.

(online).http://fakeplasticworlds.wordpress.com/2009/12/18/bahan-konstruksi-teknik-

kimia-bahan-konstruksi-korosi-pengantar/.Diakses pada tanggal 04 November 2013.

Anonim.2010.Listrik Bahan Semikonduktor.(online).http://www.fisika-ceria.com/sifat-listrik-

bahan-semikonduktor.html.Diakses pada tangggal 04 November 2013.

Mustazama.2010.Sifat – Sifat Mekanik Bahan,(online).

http://mustazamaa.wordpress.com/2010/04/15/sifat-sifat-mekanik-bahan/.Diakses

pada tanggal 04 November 2013.

Noviritia.2011.Deformasi Plastik dan Delasktik.(online).

http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html. Diakses

pada tanggal 04 November 2013.

Rudydwi.2010.Mengetahui Sifat Mekanik Material dengan Uji Tarik.(online).

http://rudydwi.wordpress.com/2010/03/28/mengetahui-sifat-mekanik-material-dengan-

uji-tarik/. Diakses pada tanggal 04 November 2013.

Van Vlack H. Laurence. 1995. Ilmu dan teknologi Bahan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga