kreativitas guru dalam memotivasi siswa pada...
TRANSCRIPT
1
KREATIVITAS GURU
DALAM MEMOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 20
TANGERANG
Oleh:
ALFIYANI NIM: 105011000172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
2
ABSTRAK
Alfiyani. KREATIVITAS GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA PADA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 20
TANGERANG. Dibawah bimbingan Dra. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd.
Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu hal-hal baru
ataupun menggabungkan unsur-unsur yang sudah ada yang nantinya dapat
menyelesaikan suatu permasalahan. Dari pengetrtian tersebut dapat diambil
beberapa kata yang menjadi kata kuncinya yakni menciptakan, hal-hal baru,
menggabungkan dan unsur-unsur yang ada. Tentunya setiap orang mempunyai
potensi kreatif, namun terkadang orang tersebut tidak menyadarinya, dalam dunia
pendidikan kreativitas sangatlah dibutuhkan terutama untuk para pendidik. Karena
apabila pendidik atau guru tersebut kreatif, bisa dilihat bahwa nantinya potensi
kreatif dalam diri siswa pun akan terlihat dan dapat memotivasi siswa untuk lebih
giat belajar. Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah kreativas
seorang guru dapat memotivasi siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) serta faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
mempengaruhi kreativitas. Metode penulisan penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara
obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Dari hasil penelitian ini pun
didapat bahwa kreativitas guru itu dapat memotivasi siswa dimana ini dapat
terlihat dari prosentase jawaban siswa yang menjawab “sering” guru pendidikan
agama Islam (PAI) memotivasi siswa untuk membaca buku yang berkaitan
dengan palajaran sebanyak (36,1%). Serta sebanyak (51,2%) siswa menjawab
“selalu” memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran pendidikan
agama Islam (PAI).
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik daninayah-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, pejuang agama Islam dan
teladan yang terbaik yaitu Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabatnya dan
kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran
telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki
demi selesainya skripsi ini dan bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca
sekalian.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dengan curahan cinta dan
kasih sayangnya, kerja kerasnya serta doa yang selalu dipanjatkan yang telah
mengantarkan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan menjadi sarjana. Semoga semua jasa yang diberikan
menjadi amal saleh serta diterima Allah swt. dan semoga Allah selalu menjaga
dan memberikan rahmat, hidayah beserta karuniaNya kepada mereka.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh Karena
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendiidkan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.
ii
3. Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian,
kesabaran dan kemudahan dalam memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis
selama menjalankan kuliah.
5. Ibu Dra. Nuraini Ahmad sebagai penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Kepada orang tua penulis, bapak dan emak tercinta beserta seluruh
keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan memberikan dukungan
kepada penulis. Kakak (Wahyuri), adik (Isni), yang memberi kritikan dan
semangat sampai akhir pengerjaan karya tulis ini. Tak lupa pula kepada
keluarga besar bapak Riman.
7. Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2005 khususnya kelas E
yang selama ini selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman dan
yang selalu menghiasi hari-hariku selama aktif kuliah
8. Kepada keluarga besar SHT komisariat UIN yang dengan candanya
memberi penyegaran serta semangat.
9. Kepada orang terbaik “jelek” yang dengan sabar, memberi motivasi dan
membantu pembuatan skripsi ini.
10. Untuk someone (si sabuk hijau) yang ada di dalam hati selalu, yang telah
menjadi sandaran hati.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu pembuatan skripsi ini. “ Jai Ho”
Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, penulis
mengucaokan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah swt
membalas kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan.
Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon
dimaafkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
iii
dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar
, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan
dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amiin….
Jakarta, 17 September 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 4
D. Perumusan Masalah ............................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 5
BAB II ACUAN TEORITIK
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian ....................................................................... 7
2. Faktor-Faktor dan Komponen Kreativitas ..................... 10
3. Peranan Serta Tugas Guru .............................................. 12
4. Ciri-ciri guru yang Baik ................................................. 14
5. Ciri-ciri Guru yang kreatif ............................................. 15
6. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Siswa .................. 17
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian ....................................................................... 20
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .................. 22
3. Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 24
4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMP ...... 25
C. Motivasi
1. Pengertian ........................................................................ 27
2. Jenis-jenis Motivasi ......................................................... 28
D. Siswa
1. Pengertian ....................................................................... 28
2. Remaja ............................................................................ 29
v
3. Ciri-ciri Remaja .............................................................. 31
E. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa .......... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 35
B. Metode Penelitian ................................................................. 35
C. Unit Analisis ........................................................................ 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................. 36
E. Tekhnik pengumpulan Data ................................................. 42
F. Tekhnik Analisis Data .......................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian ................................................................ 43
B. Pembahasan Tentang Temuan Penelitian ............................. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 71
B. Saran ..................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu masalah yang penting bagi kehidupan
suatu bangsa, karena hal tersebut pendidikan mendapat perhatian dari berbagai
lapisan elemen, baik dari keluarga, masyarakat, pemerintah dan sekolah.
Untuk itu pemerintah melakukan usaha dan upaya untuk memantapkan
pembangunan di bidang pendidikan Nasional. Sebab pendidikan itu sendiri
merupakan kebutuhan yang pokok bagi setiap bangsa. Dengan pendidikan
diharapkan terciptanya manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan,
berpengetahuan, cakap dan terampil agar nantinya dapat membangun
kemajuan suatu bangsa. Hal ini sejalan dengan apa yang tercantum dalam
Undang-Undang Sisdiknas yang tertuang pada Bab II pasal 3, ditegaskan
bahwa pendidikan Nasional Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1
Dalam hal ini, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 Undang-Undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), hal.7
2
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.2
Dalam bidang pendidikan terdapat komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen itu diantaranya adalah kurikulum, sarana dan prasarana,
tenaga pengajar, siswa, kegiatan belajar mengajar dan lainnya. Guna
mewujudkan keberhasilan pendidikan yang berkualitas, maka komponen-
komponen tersebut harus disiapkan dengan baik. Seperti halnya penerapan
sistem pendidikan yang dilakukan dalam suatu proses belajar mengajar yang
dilaksanakan seefektif, efisien dan terarah.
Guru dalam hal ini mempunyai peranan yang penting, karena guru
merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Selain itu,
kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas
guru yang nantinya dapat menghasilkan suatu hal yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.
Berkenaan dengan kependidikan, Prof. H.M Arifin M.ed mengatakan
bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian membimbing, mengarahkan
potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan
kemampuan-kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam
kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial, serta hubungan
dengan alam sekitar dimana ia hidup.3
Guru sebagai pengajar berperan dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa dan berfungsi sebagai komunikator, motivator, informator dan
fasilitator.
Sebagai komunikator, guru dalam mengajarkan bahan-bahan ilmu
pengetahuan mengalihkan sikap dan keterampilan kepada siswa dan menuntun
mereka mudah menyerap dan mengembangkan ilmu yang dipelajarinya.
2 www.wikipedia.com
3 M. Arifin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), Cet.3, hal.4
3
Sebagai motivator, guru senantiasa memberikan, menumbuhkan minat
serta motivasi kepada siswa agar secara terus menerus mempelajari ilmunya
dan tetap semangat belajar.
Sebagai informator, guru berusaha memberikan berbagai informasi
yang berhubungan dengan mata pelajaran serta pengetahuan yang relevan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang terus berkembang.
Sebagai fasilitator, guru berupaya untuk menjadi alat atau
memfasilitasi siswa untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mampu melaksanakan
fungsi-fungsinya sebagai komunikator, motivator, informator dan fasilitator
dengan baik, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai seoptimal
mungkin. Selain itu, guru juga harus mempunyai keterampilan dalam
menyampaikan suatu informasi kepada para siswa dengan pemilihan metode
dan media yang sesuai. Karena itu sebagai seorang guru yang dikatakan juga
sebagai seniman harus mampu menciptakan suasana yang nyaman dengan
berbagai ke kreativitasannya.
Pada kenyataannya pendidikan walaupun sudah menggunakan sistem
KTSP, yang lebih menekankan pada ke aktifan siswa serta guru dalam artian
saling berinteraksi yang tentu saja disini menuntut ke kreativan seorang guru
untuk menarik agar siswanya aktif, namun dalam kegiatan yang berlangsung
masih banyak guru yang hanya berperan sebagai sumber informasi atau
penyampai materi, sedangkan siswa sebagai penerima. Apabila materi telah
selesai disampaikan kepada siswa maka selesailah tugas guru, tanpa
memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak, dan dalam hal ini siswa
merasa sulit dan jenuh menerima pelajaran pendidikan agama Islam.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan berhasil apabila guru
menyampaikan pembelajaran dengan baik, dimana diorientasikan sesuai
dengan kebutuhan siswa, serta mengaktualisasikan segenap potensi yang
dimilikinya yaitu potensi kreativ.
Dengan potensi kreativ yang dimilikinya, guru Pendidikan Agama
Islam dituntut untuk mengembangkan suatu hal yang baru dalam proses
4
belajar mengajar yang nantinya diharapkan siswa dapat lebih bersemangat
mengikuti pelajaran dan mempunyai pikiran-pikiran kreativ.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui
PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SISWA DI SMPN 20
TANGERANG.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana kreativitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
2. Apakah guru sudah menjalankan fungsinya sebagai komunikator,
motivator, informator dan fasilitator?
3. Apakah pengajaran guru yang kreativ mempermudah siswa menerima
pelajaran?
4. Apakah pengajaran guru yang kreatif memotivasi siswa dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam?
5. Apakah guru Pendidikan Agama Islam yang kreativ lebih baik
mengajarnya dari guru Pendidikan Agama Islam yang tidak memiliki
kreativitas dalam mengajar?
6. faktor apa saja yang mendukung kreativitas guru dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam?
7. faktor apa saja yang menghambat kreativitas guru dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, maka agar pembahasan
tidak terlalu meluas, penulis disini perlu membatasi permasalahan yang ada,
pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
5
a. Kreativitas yang dimaksud ialah kemampuan untuk mencipta sehingga
mampu memecahkan suatu masalah dengan jalan keluar yang baru
ataupun dengan menggabungkan hal-hal yang sudah ada.
b. Kreativitas guru yang dimaksud adalah kemampuan untuk menghasilkan
cara-cara baru dalam proses pengajaran yang disesuaikan dengan fungsi
guru itu sendiri yakni salah satunya sebagai motivator.
c. Siswa yang dimaksud disini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 20
Tangerang, karena pada saat itu siswa sedang dalam fase remaja, dimana
fase remaja memang sedang mencari dan memerlukan bimbingan tentang
masalah keagamaannya, baik dari keluarga maupun dari guru.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu:
1. Bagaimana kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana efektivitas pengajaran guru yang kreatif memotivasi siswa
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam?
3. faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas guru dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam?
4. faktor apa saja yang menghambat kreativitas guru dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengenai tujuan penelitian ini, ada beberapa hal yang penulis
inginkan dari penyusunan skripsi ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
b. Untuk mengetahui efektivitas pengajaran guru yang kreativ dalam
mempermudah siswa menerima pelajaran.
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam
6
d. Untuk mengetahui faktor yang menghambat kreativitas guru dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Manfaat Penelitian
Dari permasalahan yang ada, penulis mengharapkan agar
penelitian ini dapat bermanfaat untuk di masa mendatang, beberapa
manfaat diantaranya:
a. Dapat berguna bagi guru maupun pengelola pendidikan dalam
mengembangkan kegiatan belajar mengajar bidang study Pendidikan
Agama Islam demi kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang
akan datang .
b. Dapat meningkatkan potensi kreatif yang dimiliki guru agar nantinya
peserta didik dapat memenuhi baik kebutuhan pribadinya maupun
masyarakat.
7
BAB II
ACUAN TOERITIK
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian
a. Kreativitas
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) kata kreartivitas berasal
dari bahasa Inggris “to creat” yang berarti menciptakan, menimbulkan
dan membuat. Dari kata to creat berbentuk kata benda “creativity”
yang berarti daya cipta,1 dalam bahasa Latin kreativitas berasal dari
kata “creare” yang berarti melahirkan, menghasilkan atau mencipta.
Kreativitas sendiri adalah kemampuan untuk mencipta,
kemampuan mencapai pemecahan atau jalan keluar yang sama sekali
baru, asli dan imajinatif terhadap masalah yang bersifat pemahaman,
filosofis, estetis ataupun yang lainnya.2 Dalam Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan, Save M. Dagun menyatakan bahwa “kreativitas adalah
kemampuan dalam memecahkan masalah dengan memberikan jalan
keluar yang baru, asli, imajinatif terhadap masalahnya yang bersifat
1 John M Echols, Hasan Sadilly, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2000), h. 154 2 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 133
8
pemahaman, filosofis, estetis maupun yang lainnya.3 Kemudian dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas berarti “kemampuan untuk
mencipta”.4
Menurut Conny Semiawan,dkk. Mengemukakan “kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau melihat
hubungan-hubungan baru antar unsur data atau hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.5 Sedangkan menurut Clark Moustakis, sebagaimana
dikutip oleh Utami Munandar “kreativitas adalah pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan
dengan orang lain.6
Dari berbagai pendapat pakar yang mengemukakan tentang
pengertian kreativitas itu sendiri, maka penulis disini dapat
menyimpulkan bahwasanya kreativitas itu memiliki kata kunci yakni
menciptakan, hal-hal baru, menggabungkan dan unsur-unsur yang ada.
Dari beberapa kata kunci yang telah disimpulkan maka dapat menjadi
sebuah pemahaman bahwasannya kreativitas itu ialah suatu
kemampuan untuk menciptakan suatu hal-hal baru ataupun
menggabungkan unsur-unsur yang sudah ada yang nantinya dapat
menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Guru
Menurut pandangan tradisional guru adalah seorang yang
berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Menurut ahli pendidikan, “Teacher is person who cause a person to
know or be able to do something or give a person knowledge or
skill”.(Roestiyah, 1982:182).
3 Save M. Degun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 2000), h.540
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia
5 Conny Semiawan, dkk,. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,
(Jakarta: Gramedia, 1990), h. 8 6 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas dan PT. Rineka Cipta, 2004), Cet.2, h.18
9
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah
seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk
kepentingan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan
menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan
keilmuan.7
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa guru itu mempunyai pengertian seseorang yang
memiliki pengetahuan ataupun kemampuan yang diajarkan kepada anak
didik sehingga mereka dapat mengembangkan dan menerapkannya.
Dikatakan juga beberapa uraian yang memaparkan beberapa
prinsip yang berlaku umum tentang ciri-ciri guru yang baik. Diantaranya:
1) Memahami dan menghormati anak didik
2) Menghormati bahan pelajaran yang diberikannya
3) Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran
4) Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu
5) Mengaktifkan siswa dalam konteks belajar
6) Memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka
7) Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa
8) Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya
9) Jangan terikat oleh satu buku teks (textbook)
10) Tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja
kepada anak didik, melainkan senantiasa mengembangkan pribadinya.8
Memang bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang pendidik
yang baik, namun setidaknya dari beberapa prinsip tentang ciri-ciri guru
yang baik harus kita miliki.
7 Syafrudin Nurudin, M.Pd, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,
(Jakarta:Quantum Teaching, 2005), Cet. 3, h.6-7 8 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h.172-176
10
2. Faktor-Faktor dan Komponen-Komponen Kreativitas
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Dalam pengembangan kreativitas, seseorang akan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung maupun faktor
penghambat. Faktor tersebut bisa dari dalam guru dan dapat pula berasal
dari luar guru, sebagaimana diungkapkan oleh Robert W Olson.
Faktor Penghambat:
Intern : 1. Adanyan transfer kebiasaan
2. Takut gagal
3. Ketidakmampuan mengenal masalah
4. Pendirian yang tidak tetap
5. Terlalu cepat berpuas diri
Ekstern : 1. Waktu yang terbatas
2. Lingkungan
3. Kritik yang dilancarkan orang lain
Faktor Pendukung:
Intern : 1. Adanyan motivasi untuk mengenal masalah
2. Berani dan percaya diri
3. Adanyan motiasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan
sendiri dan orang lain
Ekstern : 1. Adanyan dukungan dari lingkungan
2. Materi yang cukup
3. Waktu luang
4. Adanyan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan9
9 Robert W. Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, (Jakarta: Erlangga,
1992), h.25-41
11
b. Komponen Kreativitas
Kreativitas itu penting dalam pendidikan, karena mengemukakan
empat alasan:
1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan
perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup
manusia.
2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga
memberikan kepuasan kepada individu.
4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.10
Dalam upaya pengembangan kreativitas dan menjaga agar usaha
pengembangan itu berjalan lancar, maka perlu diperhatikan komponen-
komponen untuk membangun kreativitas dan cara untuk mengembangkan
kreativitas.
1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas
a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani
b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang
antara jasmani dan rohani
c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berfikir dan bekerja
d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan
tutur kata yang diucapkan seseorang.
2) Cara-Cara Mengembangkan Kreativitas
a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan
untuk berfikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau
umum. Informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan
informasi peluang yang bervariasi.
10
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, h. 45-46
12
b) Produktivitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak
langsung membawa atau menghasilkan produk aktif, justru dapat
menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.
c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan
pilihan yang bervariasi, sehingga kelak banyak pilihan.11
3. Peranan Serta Tugas Guru
Guru sebagai seorang pendidik, pembina generasi muda yang tujuan
akhirnya dapat memajukan kehidupan bangsa dan negara sudah sepantasnya
harus menjadi suri tauladan. Karena dimanapun baik di dalam maupun di luar
sekolah guru akan selalu menjadi sorotan dan contoh teladan baik bagi
masyarakat pada umumnya dan bagi anak didik pada khususnya.
Peranan guru amatlah sangat luas karena guru tidak hanya berperan di
dalam sekolah saja, tapi di keluarga dan juga masyarakat guru memiliki
peranan yang sangat penting.
Menurut Tohirin dalam bukunya tentang psikologi pendidikan agama
Islam disebutkan peranan guru, baik peranannya di sekolah, keluarga serta di
masyarakat yakni sebagai berikut:
a. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola
pengajaran dan pengelola hasil belajar siswa
b. Di keluarga, guru berperan sebagai family educator
c. Di masyarakat, guru berperan sebagai sosial developer, sosial motivator,
sosial inovator dan sosial agen.12
Adapun penjelasan dari peran guru di atas adalah sebagai berikut:
a. perancang atau perencana, adalah perumusan tentang apa yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai.
11
Samuel, MP,. Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta:PT. Gunung Agung, 1987), h.
161-162 12
Tohirin, MS, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Ed.1., h. 165-166
13
b. pengelola pengajaran, adalah kemampuan mengelola suatu sistem
pembelajaran dimana hal itu menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian.
c. pengelola hasil belajar, adalah mengolah hasil belajar peserta didik untuk
mengetahi perubahan ataupan hasil dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan
d. family educator, adalah pendidik bagi keluarga yakni mengajarkan, namun
juga melaksanakan proses pembelajaran bagi keluarga untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
e. sosial developer, adalah guru memiliki peranan sebagai pembina
masyarakat dimana dalam kehidupan bermasyarakat apa yang dilakukan
guru menjadi sebuah teladan dan secara tidak langsung sikap guru tersebut
dapat membina masyarakat.
f. sosial motivator adalah motivator bagi masyarakat untuk menggerakkan
ataupun sebagai pendorong bagi adanya suatu kegiatan untk memajukan
masyarakat itu sendiri.
g. sosial inovator, adalah penemu masyarakat yang dimaksudkan penemu
adalah mengemukakan gagasan-gagasan baru ataupun ide-ide terhadap
suatu rencana yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat.
h. sosial agen adalah anggota masyarakat yang sama-sama ikut
berkecimpung daam kehidupan sosial bermasyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa peranan guru memang sangat
berpengaruh baik di lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Namun
perlu kita sadari bahwasannya seorang guru sama halnya seperti masyarakat
pada umumnya yang menjalani kewajiban-kewajibannya yang sesuai sebagai
anggota masyarakat.
Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan
yang amat luas, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Di sekolah
guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan
14
pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh
kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta
sebagai pegawai. Di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator.
Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, guru berperan sebagai sosial
developer (Pembina masyarakat), sosial motivator (pendorong masyarakat),
sosial innovator (penemu masyarakat) dan sebagai sosial agent (agen
masyarakat).13
Sebagai seorang guru yang mempunyai peranan penting dalam
kemajuan pendidikan suatu bangsa maka dalam hal ini, ada beberapa tugas
yang diembannya baik dalam dunia pendidikan maupun tugasnya dalam
proses belajar mengajar, diantaranya yaitu:
a. Sebagai orang yang mengkomunikasikan ilmu pengetahuan
b. Sebagai model atau teladan
c. Sebagai penggerak (motivator) masyarakat
d. Sebagai demonstrator
e. Sebagai mediator dan fasilitator
f. Sebagai evaluator.14
4. Ciri-Ciri Guru yang Baik
Dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, guru
memiliki peran yang penting dan strategis yang tidak dapat digantikan oleh
siapapun termasuk teknologi. Karena hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa kriteria ataupun ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa guru
itu baik. Diantaranya yaitu:
a. Guru memiliki kompetensi pedagogic, yakni:
1) Kemampuan dalam mengelola pembelajaran
2) Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik
3) Kemampuan perancangan pembelajaran
13
Tohirin, MS, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Ed.1, h. 165-166 14
Abuddin Nata, MA, Fauzan MA., Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, Cet.1, h.217-
225
15
4) Kemampuan pelaksana pembelajaran yang mendidik dan dialogis
5) Kemampuan pemanfaatan teknologi pembelajaran
6) Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar
7) Kemampuan pengembangan peserta didik
b. Guru memiliki kompetensi kepribadian, yakni:
1) Guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa
2) Disiplin, arif dan bijaksana
3) Menjadi teladan bagi peserta didik
4) Berakhlak mulia
c. Guru memiliki kompetensi profesional
1) Memahami jenis-jenis materi pembelajaran
2) Mengurutkan materi pembelajaran
3) Mengorganisasikan materi pembelajaran
4) Mendayagunakan sumber pembelajaran
5) Memilih dan menentukan materi pembelajaran
d. Guru memiliki kompetensi sosial
1) Bergaul dan berkomunikasi secara evektif
2) Dapat mengerti keadaan sekitar15
5. Ciri-Ciri Guru yang Kreatif
Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru
kreatif dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut:
a. Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan
memprakarsai belajar sendiri (self-initiared learning) pada sebagian siswa.
Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar dilaksanakan,
tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi respon yang kreatif
dari siswa, seperti melakukan aktivitas untuk mendorong siswa
menyelidiki sendiri, melaksanakan eksperimen dan mengambil
kesimpulan sementara terhadap eksperimen yang dilakukan tersebut.
15
E. Mulyasa, M.Pd., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. 3., h. 75-173
16
b. Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter,
kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk berkreatif,
jenis kebebasan yang diperlukan agar siswa menjadi kreatif adalah
kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik dan kebebasan
untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan.
c. Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (over learn)
untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan dan
memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima kenyataan
bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka harus memiliki
disiplin keras kepada diri mereka sendiri.
d. Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia
memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubungan-hubungan
yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari pemecahan-
pemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat perkiraan secara
cepat, menemukan ide-ide sampingan untuk membentuk ide-ide baru. Dia
mendorong siswa untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak
mungkin antar elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang
tidak masuk akal atau menyimpang dari yang biasa.
e. Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup
kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil
penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian pokok
persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah hasil
penyelidikan.
f. Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote
intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk
mengangkat posisi observasi yang mereka lakukan untuk memvariasikan
pendekatan menuju masalah-masalah yang akan dipecahkan.
g. Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri
kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation).
h. Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih
sensitive terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua
17
stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah yang
bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum bahkan terhadap
masalah sehari-hari.
i. Guru yang kreatif mengetahui bagaimana menggunakan pertanyaan, tetapi
pertanyaan tersebut harus bersifatoperasional dan terbuka (Open-Ended),
bermakana bagi siswa serta jawabannya bukan bersifat fakta. Pertanyaan
operasional bertitik pangkal kepada usaha yang kreatif dari siswa untuk
memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
j. Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan
kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian orang
yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk menerima dan
menyesuaikan diri mereka pada suatu ketidak pastian.
k. Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat dan struktur-
struktur. Keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam kreativitas
yang bersifat pribadi, bilamana hal itu berhubungan dengan keahlian
menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang, menggunakan
warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti dalam bernyanyi
dan menggnakan kayu seperti pertukangan.
l. Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara
keseluruhan lebih baik dari pada melihat suatu masalah sepotong-potong.16
6. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Siswa
Selama ini kita tahu apa itu kreatif, yakni sesuatu yang bias diartikan
baru, mencipta ataupun asli, yang menghasilkan keistimewaan-keistimewaan
tertentu. Namun yang pasti setiap manusia mempunyai kemampuan ataupun
potensi kreatif yang mungkin mereka sadari ataupun tidak. Dalam hal
pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal
pengajaran ataupun penyampai materi harus dan memang dituntut kreatif.
16
Yeti, Pengaruh Pemberian Motivasi Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kreativitas
Mengajar Guru di MTsN 3 Pondok Pinang, Skripsi Kependidikan Islam (Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah, 2006), h.31-33
18
Mengapa dituntut harus, karena semakin majunya perkembangan zaman,
sudah barang tentu menuntut pendidikan yang lebih maju, karena itu potensi
kreatif dalam pengajaran benar-benar dituntut menghasilkan anak didik yang
mempunyai pemikiran-pemikiran kreatif.
Dalam pembelajaran di kelas, guru menjumpai berbagai macam anak
dengan karakteristik mereka yang sangat beragam, seperti yang sudah
dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki potensi kreatif. Jadi, tugas guru
tidak hanya masuk kelas, menyampaikan materi pelajaran, memberikan tugas,
kemudian selesai. Tetapi guru mempunyai tugas bagaimana dari anak didik
yang mempunyai karakteristik yang beragam dapat aktif dan memiliki
pemikiran yang kreatif.
Sebelum menularkan kekreativannya terhadap anak didik, maka guru
sebagai pendidik harus mengetahui potensi kreatif yang harus dimiliki, dimana
potensi kreatif itu dapat dikembangkan yang membutuhkan beberapa cara,
diantaranya:
a. Harus mempunyai berbagai informasi pengetahuan sebagai acuan berpikir,
karena dengan adanya berbagai pengetahuan, maka guru itu sendiri dapat
menawarkan beberapa alternatif jawaban yang tentu saja dari informasi
pengetahuan yang ia miliki.
b. Produktivitas dari apa yang ada, dimana ini bisa berupa ide-ide awal yang
mungkin sebelumnya tidak berarti apa-apa, kemudian ide tersebut nantinya
bisa berubah menjadi sesuatu pemikiran yang mempunyai keistimewaan-
keistimewaan.
Karena kreativitas itu bukan benar-benar menciptakan sesuatu yang
tidak ada menjadi ada, melainkan menghasilkan dari sesuatu yang ada menjadi
hal yang baru dan asli dari hasil pemikiran orang yang menciptanya, disitulah
letak kesepakatan dari semua pakar tentang kreativitas, yakni baru dan asli.
Dalam membangun kreativitas yang ada, tentunya terdapat berbagai
faktor baik dari dalam ataupun dari luar yang mendukung ataupun sebaliknya
yang menghambat kreativitas itu sendiri untuk dioptimalkan.
19
Faktor pendukung dan penghambat kreativitas itu sendiri bisa dilihat
dari kepribadian guru itu sendiri sebagai pangkal yang nantinya bisa
berdampak kepada anak didik dalam pembelajaran yang aktif dan kreatif.
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar
dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan
atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam
tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi
setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.17
Sebagai seorang guru tentunya kepribadian yang ia miliki ialah
kepribadian terpadu, dimana segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang
dan serasi. Karena itu ia mampu bekerja secara optimal dan segala
permasalahan dapat ia selesaikan dan dipahaminya secara objektif
sebagaimana adanya.
Guru ataupun orang tua ialah model untuk setiap anak didik. Disini
seperti apapun tingginya daya intelektual seorang guru namun apabila ia tidak
dapat melakukan penyampaian-penyampaian materi pembelajaran maka
proses belajar mengajar pun tidak akan efektif, bahkan bisa jadi proses belajar
mengajar yang ada berjalan monoton dan membosankan.
Berbeda dengan guru yang menggunakan daya kreatifnya dalam
mengajar, pastinya suasana belajar akan lebih hidup namun tetap kondusif.
Guru yang memiliki peran sebagai motivator, fasilitator, komunikator dan
informator harus bisa menjalankan peran itu dengan baik, tentunya dengan hal
yang menarik namun mengena kepada tujuan pendidikan itu sendiri.
Kebanyakan siswa SMP (anak usia remaja) lebih menyukai berbagai
tantangan, guru yang kreatif dalam pembelajarannya lebih menekankan
kepada memberikan tantangan daripada tekanan terhadap anak didik yang
berupa sebuah tugas. Karena tantangan itu sendiri memberikan kesempatan
anak memperoleh kepercayaan terhadap kemampuan-kemampuan untuk
berfikir. Tantangan disini nantinya akan membangkitkan rasa keingintahuan
yang dapat berdampak kepada motivasi siswa untuk belajar. Tentu saja
17
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Pt. Bulan Bintang, 2005), Cet.4, h.9
20
tantangan yang diberikan harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman
siswa.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
a. Pendidikan Islam
Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin
(1987:13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha
mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
Mohammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987:16)
menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
kemanusiannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Imam Bawani (1987:122)
menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.18
b. Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Darajat bahwa pendidikan Agama Islam
adalah “pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh serta menjadikan Agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat.19
18
Tohirin, Ms, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h.9-10 19
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.3, h.25
21
Sedangkan menurut Samsul Nizar bahwa pendidikan
mempunyai 3 makna, yaknial-ta’lim, al-tarbiyah dan al-ta’dib. Al-
ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian
pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya kata al-
tarbiyah berarti mengasuh, mendidik, memelihara, bertanggungjawab,
memberi makna, mengembangkan, membesarkan, menumbuhkan dan
memproduksi serta menjinakkannya, baik yang menyangkut aspek
jasmani maupun rohani.
Dari pandangan di atas, memberikan pengertian bahwa term al-
tarbiyah mencakup semua aspek pendidikan yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Baik mencakup aspek jasmaniah maupun
rohaniah, secara harmonis dan integral. Sedangkan kata al-ta’dib
berarti kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Orientasi al-
ta’dib lebih berfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang
berakhlak mulia.20
Pendapat diatas jelas bahwa definisi pendidikan Agama Islam
dilihat dari tiga kata tersebut yakni al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib,
ketiganya sama-sama ingin memberikan pengetahuan pada anak didik
agar mereka dapat menjadi manusia yang sempurna dan dapat hidup
kreatif dan mandiri.
Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para
ahli, dapat penulis simpulkan pengertian pendidikan agama Islam,
yaitu proses bimbingan jasmani dan rohani agar dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam untuk mengarahkan
kepada pembentukan manusia yang berakhlak mulia.
20
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Media
Pratama, 2001), Cet.1, h. 85-91
22
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dalam Undang-Undang Sisdiknas yang tertuang dalam Bab II pasal 3,
ditegaskan bahwa pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.21
Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup
yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Pandangan hidup
ini berupa agama ataupun aliran filsafat tertentu, pendidikan hanyalah suatu
alat yang digunakan untuk memperpanjang hidupnya atau baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan
haruslah berpangkal pada filsafat dan pandangan hidup yang berdasarkan
agama.22
Menurut Prof. H. M Arifin, menyatakan bahwa tujuan utama
Pendidikan Agama Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak
didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu Agama Islam,
sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai
pengetahuan agama.23
Zakiah Darajat membagi tujuan pendidikan Agama
Islam ini kedalam empat bagian, yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan
sementara dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan Islam
meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan dan pandangan.
Tujuan sementara dari pendidikan Islam menurut beliau proses
pendidikan itu sendiri yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan
kamil yang akan mati dan menghadap Tuhannya. Sedangkan yang menjadi
tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Darajat ialah tujuan yang akan
dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
21
UU Republik Indonesia, No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:
Citra Umbara, 2003), h.7 22
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987), h.
305 23
Muzyyin Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu
pendekatan filosofis, pedagogis dan cultural), h.9
23
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional
adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan
tertentu.24
Setelah kita ketahui tujuan-tujuan pendidikan agama Islam yang
disebutkan di atas, maka kesannya mempunyai satu tujuan yakni menjadi
seorang manusia yang beriman yang nantinya akan kembali kepada sang
pencipta Ilahi Rabbi. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam juga mendasari
kehidupan anak agar sesuai dengan ajaran Islam yang bermanfaat bagi dirinya,
lingkungan dan masyarakat.
Selain tujuan terdapat pula fungsi dari pendidikan agama Islam itu
sendiri, diantaranya yakni:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan kaetakwaan peserta
didik kepada Allah swt yang lebih ditanamkan terlebih dahulu
dilingkunagn keluarga
b. Penanaman nilai agama Islam, sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
d. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan agama Islam
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum, system
dan fungsionalnya
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut dapat
24
Zakiah Darajat, Ilmu Pengetahuan Islam, h.30-33
24
dikuasai secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya
sendiri dan orang lain.25
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
H. M Arifin menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Agama
Islam mencangkup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakuakn secara
konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia
yang meliputi :
a. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai
dengan norma-norma ajaran Islam.
b. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang
sejahtera.
c. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem
kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.
d. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan
makmur di bawah ridho dan ampunan Allah SWT.
e. Lapangan hidup politik, agar supaya tercipta sistem demokrasi yang sehat
dan dinamis sesuai ajaran Islam.
f. Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan kehidupan manusia penuh
keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai-nilai moral agama.
g. Lapangan hidup pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh
iman.26
Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa kependidikan
agama Islam mencakup semua lingkup kehidupan manusia, yang kesemuanya
itu di dasari oleh dasar keimanan. Artinya, setiap lapangan hidup manusia tak
lepas dari nilai-nilai ajaran Islam dimana nantinya kehidupan akan berjalan
selaras antara kebahagiaan dunia dan akhirat.
25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.1
h.72-73 26
H. M Arifin., Ilmu Pendidikan Islam, h.12
25
4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMP
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama
bagi kehidupan umat manusia maka nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap
pribadi menjadi sebuah keharusan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual
dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.
Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa SMP disini lebih
menekankan kepada nilai-nilai moralitas atau keagamaan, dimana pada siswa
SMP itu sendiri berada pada tahap fase remaja. Pada tahap inilah siswa
memerlukan sosok pengajar yang mampu membimbing, mengayomi dalam
memenuhi pengetahuannya tentang keagamaan.
Secara rinci dapat dijelaskan tujuan pendidikan agama Islam di SMP /
MTs yaitu untuk:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
swt.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berkhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
ecara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.
26
Dalam kaitannya untuk pemenuhan pengetahuan tentang keagamaan
serta tujuan dari pendidikan agama Islam di SMP maka tidak hanya guru
sebagai pendidik yang berperan, tetapi semua unsur juga sangat diperlukan
peranannya. Karena itu tidak hanya unsure sekolah saja, melainkan orang tua
siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.
Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk SMP meliputi beberapa
aspek, yaitu :
a. Alquran Hadist : hukum bacaan alif lam syamsiah dan qomariah,
bacaan nun dan mim mati, bacaan qolqolah dan
ra, bacaan mad dan waqaf, memahami ajaran
beberapa surat Alquran (surah At-tin dan surah
Jngan Al-Insyirah).
b. Aqidah : iman kepada Allah, sifat-sifat-Nya, asmaul
husna, serta rukun iman yang lainnya seperti
iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab
Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari
akhir, iman kepada qada dan qadhar.
c. Akhlak : perilaku terpuji, menghindari perilaku tercela,
hukum Islam tentang hewan sebagai sumber
makanan.
d. Fiqh : Thaharah, shalat munfarid dan jamaah, shalat
jum’at, shalat jama dan qashar, shalat sunnah,
macam-macam sujud, puasa, zakat, hukum
Islam tentang penyembelihan hewan.
e. Sejarah Kebudayaan Islam: sejarah nabi Muhammad saw, sejarah dakwah
Islam, sejarah perkembangan Islam di
Nusantara, sejarah tradisi Islam Nusantara.
27
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut MC. Donald, perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.27
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan
internal organisme (baik manusia ataupuin hewan) yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok
daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,
1986;reber,1988).28
Istilah motivasi (dari perkataan motivate-motivation), beberapa ahli
mengungkapkan beberapa pengertiannya, diantaranya sebagai berikut:
S Nasution, MA mengemukakan: “To motivate a child to arrange
condition so that the wants to do what he is capable doping”. Memotivasi
murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau
melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Thomas M. Risk mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut:
“We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the concion
effort on the part of the teacher to establish in students motives leding to
sustained activity toward the learning gods”. Motivasi adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid
yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.29
27
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan SDM, (Bandung: Falah Production, 2000), Cet.3., h. 161 28
Muhibbin syah,M.Ed., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995), Cet.2., h. 136 29
Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
aksara, 1995), Cet.1., h. 140
28
2. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut:30
a. Motivasi Intrinsik
Yakni motivasi yang timbul dari sikap individu seperti kebutuhan,
bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang.
Sebagai missal, seseorang yang gemar membaca tidak memerlukan
orang lain yang memotivasinya tetapi ia sendiri butuh, berminat atau
berkemauan untuk mencari sumber-sumber bacaan dan rajin
membacanya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Yakni motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena
adanya stimulus (rangsangan) dari luar lingkungannya. Sebagai
contoh, seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar
kejuaraan, hadiah dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga
yang ia masuki
D. Siswa
1. Pengertian Siswa
Siswa atau kata lainnya peserta didik atau anak didik, dalam ilmu
pendidikan merupakan tanggung jawab pendidik. Setiap anak disebut anak
didik sebab sebutan anak didik harus dikaitkan dengan seorang pendidik
tertentu. Pendidik itu sendiri adalah seseorang yang bertanggung jawab
terhadap pendiidk si anak.
Menurut Langeveld, anak didik adalah anak atau orang belum
dewasa atau belum memperoleh kedewasaan, atau seseorang yang masih
menjadi tanggung jawab seorang pendidik.31
30
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan SDM., Cet.3., h. 161-163 31
Syam Noor, dkk., Pengantar Dasar-dasar Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), Cet.1., h.32
29
Sifat khas anak didik dapat di kemukakan sebagai berikut:
a. Anak didik adalah seseorang yang belum dewasa atau belum
memperoleh kedewasaan, ia masih menjadi tanggung jawab tertentu
b. Anak didik adalah anak yang sedang berkembang sejak lahir sampai
meninggal anak mengalami perkembangan. Karena itu pendidik harus
membantu membimbing pekerjaan anak baik perkembangannya
jiwanya, penguasaan diri terhadap lingkunngan sosialnya
c. Dasar hakiki anak didik adalah dapat dididik. Berdasarkan UUSP
nomor 2 tahun 1989,
d. Pasal 1 ayat 6 yang termasuk faktor anggota anak didik seseorang ini
mencakup pengertian “peserta didik” yaitu anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui peoses pendidikan pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, anggota masyarakat yang
peserta didik tersebut dapat dirinci menjadi siswa, mahasiswa, warga
belajar dan anak didik.
2. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini individu mengalami
perubahan, baik perubahan psikis maupun fisik.
Definisi tentang masa remaja memerlukan pertimbangan tentang
usia dan pengaruh faktor sosial-sejarah. Dengan batasan tersebut remaja
(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan
sosial-emosional.32
Harold Alberty (1957:86) menyatakan bahwa periode masa remaja
itu kiranya dapat di definisikan secara umum sebagai suatu periode dalam
32
John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003)
Ed.6, h.26
30
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya
masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya.33
Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, masa ini berasal dari kata Latin “puberscere” dan berarti “bulu
kemaluan” yang baru tumbuh disekitar kemaluan. Istilah lain adalah
“adolesens” (Latin adolescere = menjadi dewasa).34
Orang Barat menyebut
remaja dengan istilah “puber’, sedangkan orang Amerika menyebutnya
“adolesensi”. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi
dewasa. Sedangkan di Negara kita ada yang menggunakan istilah “akil
balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak menyebutnya “remaja”.35
Remaja dalam Bahasa Arab disebut Muraahaqah yang secara
terminology dapat di definisikan sebagai berikut:
“Fase pertumbuhan ketiga yang dialami oleh manusia dalam
kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga tua. Ia menjadi fase
yang menjadi pembatas antara fase kanak-kanak dengan fase
pemuda. Dan, ia mempunyai karakteristik sebagai fase yang
memiliki pertumbuhan yang cepat dalam seluruh arah
pertumbuhan, baik fisik, kejiwaan, rasio maupun sosial”.36
Sedangkan mayoritas psikolog berpendapat bahwa kata
muraahaqah itu berasal dari bahasa Latin, Dr. Musthafa Fahmi berkata,
“Kata muraahaqah diambil dari bahasa Latin yaitu kata adolecere.
Dan pengertiannya adalah proses bertahap menuju kematangan fisik,
seksual, rasio dan emosi.37
Dari beberapa uraian diatas tentang pengertian remaja penulis
menyimpulkan bahwa masa remaja ialah masa peralihan dari anak-anak
33
Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.8, h.130 34
Muh Said dan Junimar Affan, Psikologi Dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Jemmars,
1990), Ed.2, h.146 35
Zulkifli.L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.5,
h.63-64 36
M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu
Jiwa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), Cet.1, h.2 37
M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu
Jiwa, h. 4
31
menuju dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan cepat baik fisik,
seksual,rasio, emosi dan sosial. Pertumbuhan yang dimaksud ialah mulai
berfungsinya organ-organ seksual, terjadi perubahan-perubahan di anggota
badan yang menandakan suatu ciri-ciri adanya pertumbuhan, emosinya
juga bisa lebih dikendalikan, lingkungan sosial pun sudah mulai lebih
meluas dan kebanyakan lebih senang berteman berkelompok.
3. Ciri-Ciri Remaja
Pertumbuhan remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan
kematangan dari setiap fungsi organ-organ tubuh, tidak hanya pada fisik saja
tetapi pada kejiwaan dan seksual pun mengalami pertumbuhan. Dari kesemua
arah pertumbuhan baik fisik, kejiwaan dan sosial ditandai dengan ciri-ciri
tertentu, ciri-ciri itu diantaranya sebagai berikut :
a. Fisik dan Perilaku Psikomotorik
1) Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat pesat
2) Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang
3) Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu-bulu pada pubic region,
otot mengembang pada bagian tertentu)
4) Mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita dan
polusi pada pria pertama kali)
b. Bahasa dan Perilaku Kognitif
1) Berkembang penggunaan bahasa sandi
2) Menggemari literatur yang mengandung segi erotik, fantastik dan
erotik
3) Pengamatan dan tanggapan bersifat realisme krisis
4) Kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju pertumbuhan
yang terpesat
c. Perilaku sosial, Moralitas dan Religius
1) Kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri
2) Keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer
3) Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya
32
4) Mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang
dipandang tepat dengan tipe idolanya
5) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
d. Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
1) Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,
perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan
2) Reaksi-reaksi dan emosinya masih labil dan belum terkendali
3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan
membentuk kepribadiannya.38
E. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa
Semua anak di sekolah memerlukan seorang sosok guru yang baik,
karena guru yang baik dapat menentukan tujuan dan sasaran belajar yang
tentunya sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan oleh sekolah
ataupun lembaga pendidikan tersebut. Selain dari pada itu, seorang guru
mempunyai dampak yang besar yang tidak hanya pada prestasi belajar
pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan kegiatan
belajar pada umumya.
Bahkan guru-guru yang sangat baik ataupun yang buruk dapat lebih
kuat mempengaruhi anak dari pada orang tua, karena guru lebih mempunyai
banyak waktu dan kesempatan dalam memberikan rangsangan kepada anak.
Seorang guru juga dapat melumpuhkan ataupun memacu terhadap motivasi,
minat, keinginan serta semangat anak dalam belajar.
Seperti yang telah dikemukakan di pembahasan yang lalu
bahwasannya guru yang kreatif lebih memberikan dorongan ataupun motivasi
dalam proses pembelajaran, yakni dalam hal mendorong siswa belajar lebih
banyak, mendorong siswa berfikir kreatif, mendorong siswa untuk
38
Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, h.132-135
33
mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya, serta dorongan-dorongan
ataupun motivasi-motivasi yang lainnya.
Selain dari pada itu, salah satu fungsi guru itu sendiri adalah sebagai
motivator bagi siswa yang senantiasa memberikan, menumbuhkan semangat
kepada siswa agar secara terus menerus mempelajari ilmu pengetahuan dan
berkeinginan tetap semangat untuk belajar.
Dilihat dari fungsi guru sebagai motivator bagi siswa maka sudah tentu
motivasi dalam diri siswa terbangun. Motivasi itu sendiri memiliki pengertian
yakni yang menurut MC. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan
tanggapan terhadap tujuan.
Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut:39
1. Motivasi Intrinsik
Yakni motivasi yang timbul dari sikap individu seperti kebutuhan, bakat,
kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Sebagai
missal, seseorang yang gemar membaca tidak memerlukan orang lain yang
memotivasinya tetapi ia sendiri butuh, berminat atau berkemauan untuk
mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Yakni motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya
stimulus (rangsangan) dari luar lingkungannya. Sebagai contoh, seseorang
yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah dan
meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki.
Selain dari pada itu ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Winkel
(1989; 94) bentuk motivasi ekstrinsik itu diantaranya adalah: (1) belajar
demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang
diancamkan, (3) belajar demi memperoleh hadiah, (4) belajar demi
39
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan SDM, (Bandung: Falah Production, 2000), Cet.3., h. 161-163
34
meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang
penting seperti orang tua dan guru.40
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwasannya guru yang kreatif mempunyai pengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi yang ada pada siswa dengan
senirinya dapat menambah semangat belajar dan pada akhirnya siswa dapat
menguasai pelajaran yang diterimanya.
40
Martinis Yamin., Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaubg Persada
Press, 2004), Cet. 2, hal. 85-86
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang akan dijadikan untuk melakukan kegiatan penelitian
adalah SMP Negeri 20 Tangerang, yang terletak di Jl. Nuri Raya Perumnas 1
Tangerang. Waktu yang dibutuhkan penulis dalam kegiatan penelitian ini
adalah selama bulan Februari 2010.
B. Metode Penelitian
Setiap penelitian memerlukan cara atau metode untuk mendapatkan
segala informasi yang terkait dengan judul penelitian. Demikian pula halnya
dalam penulisan skripsi ini, penulis memerlukan metode penelitian dalam
mengumpulkan data, fakta dan informasi tentang pengaruh kreativitas guru
terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agam Islam di SMP Negeri 20
Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara
obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, metode pengumpulan
data yang penulis gunakan antara lain :
1. Penelitian kepustakaan (Library Research) digunakan untuk memperoleh
data-data dan teori-teori yang berasal dari buku-buku bacaan ataupun
36
sumber lainnya yang sesuai dengan judul yang terkait mengenai pengaruh
kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam.
2. Penelitian lapangan (Field Research) digunakan untuk memperoleh fakta,
data dan informasi yang lebih obyektif mengenai pengaruh kreativitas guru
terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
C. Unit Analisa
Unit analisa adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian.1 Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa-
siswi Sekolah menengah Pertama Negeri 20 Tangerang dan yang menjadi
populasinya ialah seluruh siswa-siswi kelas VIII yang berjumlah 280 siswa.
Karena pengertian sampel itu sendiri menururt Cholid Narbuko dan
Abu Achmadi dalam bukunya Metodologi Penelitian adalah sebagian
individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian2, maka penulis
hanya menggunakan sekitar 30% dari jumlah populasi sebanyak 280 untuk
dijadikan sampel. Dalam hal ini sampel berjumlah 84 siswa.
Sedangkan dalam pengambilan sampel dari tiap-tiap kelas dilakukan
dengan menggunakan tekhnik random sampling dengan cara ordinal, yakni
mengambil sampel dengan memilih nomor-nomor yang genap.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang di amati.3
Dalam penelitian mengenai pengaruh kreativitas guru terhadap siswa
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam instrumen penelitiannya
menggunakan angket dalam bentuk non test
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h.. 121 2 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), Cet.6., h. 107 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … h. 128
37
Angket yang digunakan menurut jenis penyusunan itemnya adalah tipe
pilihan, dimana responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang
sudah tersedia. Angket atau quesioner ini diperuntukkan kepada siswa untuk
memperoleh informasi yang relevan secara serentak.
Sedangkan instrument non test dalam bentuk wawancara
diperuntukkan kepada guru bidang study pendidikan agama Islam yang
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh kreativitas guru
terhadap siswa dalam pembelajaran agama Islam. Menurut prosedurnya
wawancara yang digunakan ialah wawancara bebas terpimpin yang sasarannya
adalah perorangan kepada masing-masing guru bidang study pendidikan
agama Islam.
Tabel 1
Kisi-kisi Quisioner
Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa kelas VIII
SMP Negeri 20 Tangerang
No. Pertanyaan
Pokok
Sub Pertanyaan
pokok
Indikator No.
Item
Jum
Item
1. Kreativitas guru
dalam
pembelajaran
pendidikan
agama Islam
Ciri-ciri guru
kreatif
Self intiared
learning
Lingkungan
belajar tidak
otoriter
Over learn
Mendorong
berfikir kreatif
Menunda
keputusan
Fleksibilitas
intelektual
Encourage self-
1
2, 3
4
5
6
7
8
1
2
1
1
1
1
1
38
evaluation
Sensitive
terhadap stimulus
Menggunakan
pertanyaan
dengan baik
Menanggulangi
frustasi
Kesempatan
untuk
memanipulasi
ide-ide
Melihat masalah
secara
keseluruhan
9
10
11
12
13
1
1
1
1
1
2. Motivasi siswa
dalam
pembelajaran
agama Islam
Motivasi Intrinsik Keinginan untuk
belajar
Senang
mengikuti
pelajaran
Menyelesaikan
tugas
Mengembangkan
bakat
Meningkatkan
pengetahuan
14
15
16
17
18
1
1
1
1
1
Motivasi
ekstrinsik
Hukuman
Hadiah
Persaingan
19
20
21
1
1
1
3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
3.1 Faktor
Pendukung
39
kreativitas 3.1.1 Intern
3.1.2 Ekstern
3.2 Faktor
penghambat
3.2.1 Intern
3.2.2 Ekstern
Ada motivasi
untuk mengenal
masalah
Berani
Percaya diri
Terbuka terhadap
gagasan orang
lain
Dukungan dari li
ngkungan
Materi yang
cukup
Waktu luang
Kesempatan
mendapat
pengetahuan
Transfer
kebiasaan
Takut gagal
Tak mampu
mengenal
masalah
Pendirian tidak
tetap
Terlalu cepat
berpuas diri
Waktu terbatas
Lingkungan
22,
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
40
Kritik orang lain 37
38
39,
40
1
1
2
Tabel 2
Kisi-kisi Wawancara
Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Untuk Guru Bidang Study
Pendidikan Agama Islam
No. Pertanyaan
Pokok
Sub Pertanyaan
pokok
Indikator No.
Item
Jum
Item
1. Kreativitas guru
dalam
pembelajaran
pendidikan
agama Islam
Ciri-ciri guru
kreatif
Self intiared
learning
Lingkungan
belajar tidak
otoriter
Mendorong
berfikir kreatif
dan over learn
Fleksibilitas
intelektual
Sensitive
terhadap stimulus
dan
menanggulangi
frustasi
Menggunakan
pertanyaan
dengan baik
1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
41
2. Motivasi siswa
dalam
pembelajaran
agama Islam
Motivasi Intrinsik Berkeinginan,
senang dan
menyelesaikan
tugas pelajaran
Mengembangkan
bakat
Meningkatkan
pengetahuan
7
8
9
1
1
1
Motivasi
ekstrinsik
Hukuman ,hadiah
dan persaingan
10 1
3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kreativitas
3.1 Faktor
Pendukung
3.1.1 Intern
3.1.2 Ekstern
3.2 Faktor
penghambat
Ada motivasi
untuk mengenal
masalah
Berani dan
percaya diri
Dukungan dari li
ngkungan
waktu luang dan
kesempatan
mendapat
pengetahuan
Transfer
kebiasaan
Waktu terbatas
11
12
13
14
15
16
1
1
1
1
1
1
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa cara, yaitu:
42
1. Angket atau Quesioner
Yaitu dengan cara menyebarkan kepada responden yang menjadi
obyek penelitian yakni perwakilan dari seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 20 Tangerang yang berjumlah 84 siswa dengan jumlah item
pertanyaan sebanyak 30, yang memiliki alternatif jawaban yang beragam.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam angket yang diajukan kepada
responden guna untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru terhadap
siswa.
2. Wawancara
Yaitu proses tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan
interviewer yakni guru bidang study pendidikan agama Islam. Wawancara
ini menurut prosedurnya termasuk ke dalam wawancara bebas terpimpin,
dimana pewawancara sudah membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti sesuai dengan permasalahan terkait yaitu pengaruh kreativitas guru
terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul yang diperoleh dan terkumpul melalui
angket maka diolah lagi melalui tahap editing dan tabulasi. Data yang telah
diolah di analisa secara kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan
memberikan presentasi, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai
berikut :
P = F x 100%
N
Keterangan:
P : Angka prosentase untuk setiap jawaban
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah responden
100% : Bilangan tetap (konstanta)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil data dari siswa kelas VIII-1
sampai dengan kelas VIII-6 yang seluruhnya berjumlah 288 siswa, namun
yang dijadikan sample sebagai responden dalam penelitian ini diambil hanya
sebanyak 30% dari jumlah keseluruhan siswa kelas VIII-1 sampai dengan
kelas VIII-6 yakni sebanyak 86 siswa. Kemudian penulis memberikan angket
kepada responden untuk mendapatkan data tentang kreativitas guru dalam
memotivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 20 Tangerang. Angket yang penulis ajukan berjumlah 40 item
pertanyaan dengan berbagai alternative jawaban yang dapat responden pilih
sesuai dengan jawabannya.
Selain dengan angket, penulis juga mengadakan wawancara kepada
guru bidang study PAI (pendidikan agama Islam) untuk mendapatkan data
tentang kreativitas guru itu sendiri dalam memotivasi siswa khususnya pada
pelajaran PAI. Adapun hasil wawancara yang dilakukan itu untuk
memperjelas informasi dari siswa yang diperoleh melalui angket.
Tekhnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah menggunakan angket dengan cara disebarkan kepada
responden. Kemudian data yang diperoleh dari siswa melalui angket tersebut
44
diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus
prosentase, yaitu:
P = F x 100%
N
Keterangan:
P : Angka prosentase untuk setiap jawaban
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah responden
100% : Bilangan tetap (konstanta)
Setelah hasil angket didapatkan, kemudian dimasukkan ke tabulasi
untuk memproses kembali mengubah data instrumen penelitian (angket)
menjadi angka (prosentase), dengan rumus yang telah disebutkan. Langkah
selanjutnya adalah menghitung seperti apa tingkat kreativitas dalam
memotivasi siswa kelas VIII dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMP Negeri 20 Tangerang.
Untuk mengetahui tingkat kreativitas guru dalam memotivasi siswa
kelas VIII dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 20
Tangerang, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. memberikan skor pada masing-masing alternatif jawaban
a. untuk jawaban A (selalu atau sangat sesuai) diberi skor 4
b. untuk jawaban B (sering atau sesuai) diberi skor 3
c. untuk jawaban C (kadang-kadang atau kurang sesuai) diberi skor 2
d. untuk jawaban D (tidak pernah atau tidak sesuai) diberi skor 1
2. Membuat rentangan skor
skor maksimum yaitu jumlah skor pada angket kreativitas guru
memotivasi siswa dalam pembelajaran PAI (pendidikan agama Islam),
dikalikan 4. sedangkan skor minimum di dapat dari jumlah soal dikalikan
1. oleh karena jumlah butir soal pada angket berjumlah 40 maka dari situ
dapat diketahui skor maksimumnya ialah berjumlah 160, dan skor
45
minimumnya yaitu berjumlah 40. setelah skor maksimum dan minimum
telah diketahui maka dapat dihitung daerah jangkauan (range) untuk
mengetahui rentangan skala, yaitu menggunakan rumus:
R = X maks – X min
Keterangan :
Xmaks : skor maksimal
Xmin : skor minimal
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka dapat dihitung jangkauan
(range) yakni sebagai berikut:
R = Xmaks – Xmin
= 160 – 40
= 120
Dari hasil perhitungan tersebut, kemudian dibuat menjadi tiga kelompok,
yaitu rendah, sedang dan tinggi. Maka rentangan skor menjadi:
121 – 160 : kreativitas guru baik dalam memotivasi siswa
80 –120 : kreativitas guru sedang atau cukup baik dalam memotivasi
siswa
40 – 80 : kreativitas guru kurang dalam memotivasi siswa
46
Tabel 1
Guru PAI mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun
pemahaman sendiri dari suatu materi
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 25 29,1 %
Sesuai 42 48,8 %
Kurang sesuai 19 22,1 %
Tidak sesuai 0 0 %
Total 86 100 %
Dari data di atas dapat diketahui sebanyak (48,8 %) siswa menjawab
bahwa guru “sesuai” mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun
pemahaman sendiri dari suatu materi, sedangkan (29,1 %) siswa menjawab
“sangat sesuai”, (22,1 %) siswa menjawab “kurang sesuai” dan tidak ada (0 %)
siswa yang menjawab “tidak sesuai”. Ini membuktikan bahwa guru PAI
mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri.
Tabel 2
Guru PAI membuat kondisi belajar yang menyenangkan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 25 29,1 %
Sering 33 38,4 %
Kadang-kadang 28 32,5 %
Tidak pernah 0 0 %
Total 86 100 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAI membuat kondisi
belajar yang menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yaitu: (38,4
%) siswa menjawab “sering”, sedangkan yang menjawab “selalu” sebanyak (29,1
%) dan yang menjawab “kadang-kadang” (32,5 %) dan tidak ada (0 %) yang
menjawab “tidak pernah.
47
Tabel 3
Guru PAI membebaskan siswa untuk bertanya ataupun menjawab
pertanyaan yang diajukan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 37 43,1 %
Sering 33 38,4 %
Kadang-kadang 15 17,4 %
Tidak pernah 1 1,2 %
Total 86 100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu (43,1 %) siswa
menjawab bahwa guru PAI “selalu” membebaskan siswa untuk bertanya ataupun
menjawab pertanyaan yang diajukan, kemudian yang menjawab “sering”
sebanyak (38,4 %) dan sebagian kecilnya (17,4%) menjawab “kadang-kadang”,
serta hanya sedikit sekali (1,2 %) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 4
Guru PAI memotivasi siswa untuk membaca buku yang berkaitan dengan
pelajaran
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 29 33,7 %
Sering 31 36,1 %
Kadang-kadang 20 23,2 %
Tidak pernah 6 7 %
Total 86 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tabel prosentase siswa yang
menjawab “selalu” sebanyak (33,7 %). Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI
memotivasi siswa untuk membaca buku, sedangkan yang menjawab “sering”
48
sebanyak (36,1 %) dan sebanyak (23,2 %) siswa yang menjawab “kadang-
kadang”, serta hanya sedikit sekali (7%) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 5
Guru PAI membimbing siswa mencari hubungan-hubungan baru antar
permasalahan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 8 9,3 %
Sering 44 51,2 %
Kadang-kadang 22 25,6 %
Tidak pernah 12 13,9 %
Total 86 100 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak (51,2 %) siswa menjawab
“sering”, kemudian sebanyak (25,6 %) siswa yang menjawab “kadang-kadang”
dan sebanyak (9,3 %) siswa menjawab “selalu”, serta sebanyak (13,9%) siswa
menjawab “tidak pernah”.
Berdasarkan hasil prosentase tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru
PAI sering membimbing siswa mencari hubungan-hubungan baru antar
permasalahan.
Tabel 6
Guru PAI terbuka terhadap jawaban-jawaban siswa
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 21 24,4 %
Sesuai 54 62,8 %
Kurang sesuai 10 11,6 %
Tidak sesuai 1 1,2 %
Total 86 100 %
49
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar siswa yaitu (62,8 %) menjawab
“sesuai” bahwa guru PAI mereka terbuka terhadap jawaban-jawaban siswa,
kemudian sebagian kecilnya (24,4 %) menjawab “sangat sesuai” dan (11,6 %)
menjawab “kurang sesuai” dan hanya sedikit (1,2 %) siswa yang menjawab “tidak
sesuai”.
Tabel 7
Guru PAI menyarankan siswa untuk berdiskusi dalam menemukan jawaban
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 16 18,6 %
Sesuai 43 50 %
Kurang sesuai 20 23,3 %
Tidak sesuai 7 8,1 %
Total 86 100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak (50%) siswa menjawab
“sesuai” bahwa guru PAI menyarankan mereka untuk berdiskusi dalam
menemukan jawaban, (18,6%) siswa menjawab “sangat sesuai”, (23,3%) siswa
menjawab “kurang sesuai”, dan (8,1%) atau tidak ada siswa yang “tidak sesuai”.
Berdasarkan tabel diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI
menyarankan kepada siswanya untuk berdiskusi dalam menemukan jawban..
Tabel 8
Guru PAI memberikan kesempatan siswa untuk menilai diri sendiri
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 34 39,5 %
Sering 37 43,1 %
Kadang-kadang 12 13,9 %
Tidak pernah 3 3,5 %
Total 86 100 %
50
Dari tabel di atas dilihat sebanyak (43,1 %) siswa menjawab “sering”
bahwa guru PAI memberikan kesempatan untuk mereka menilai diri mereka
sendiri, kemudian sebanyak (39,5 %) siswa menjawab “selalu” dan sebanyak
(13,9 %) siswa yang menjawab “kadang-kadang” , serta sedikit (3,5 %) siswa
yang menjawab “tidak pernah”. Ini membuktikan bahwa guru PAI membiasakan
siswanya untuk jujur dalam menilai diri sendiri.
Tabel 9
Guru PAI membimbing siswa untuk menjadi orang yang peka terhadap
orang lain
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 33 38,4 %
Sering 30 34,9 %
Kadang-kadang 18 20,9 %
Tidak pernah 5 5,8 %
Total 86 100 %
Berdasarkan tabel prosentase di atas, sebagian besar yaitu (38,4 %) siswa
menjawab bahwa guru PAI membimbing siswa untuk menjadi orang yang peka
terhadap orang lain, kemudian sebagian lagi sebanyak (34,9 %) siswa menjawab
“sering”, dan (20,9 %) menjawab “kadang-kadang, dan sedikit sekali (5,8 %) yang
menjawab “tidak pernah”.
51
Tabel 10
Guru PAI memberikan pertanyaan siswa bersemangat untuk menjawabnya
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 26 30,2 %
Sering 42 48,9 %
Kadang-kadang 15 17,4 %
Tidak pernah 3 3,5 %
Total 86 100 %
Dari tabel di atas, yakni siswa yang menjawab “sering” sebanyak (48,9 %)
yang menjawab “selalu” sebanyak (30,2 %) sedangkan yang menjawab “kadang-
kadang” sebanyak (17,4 %) dan sedikit (3,5 %) siswa yang menjawab “tidak
pernah”. Sesuai dengan hasil tabel prosentasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pada saat guru PAI memberikan pertanyaan, siswa antusias untuk menjawabnya.
Tabel 11
Guru PAI memberikan waktu atau kesempatan untuk siswa curhat
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 14 16,3 %
Sesuai 37 43,1 %
Kurang sesuai 28 32,5 %
Tidak sesuai 7 8,1 %
Total 86 100 %
Dari data di atas sebanyak (43,1 %) siswa menjawab “sesuai” bahwa guru
PAI memberikan waktu atau kesempatan untuk siswa curhat, sedangkan sebanyak
(32,5 %) siswa yang menjawab “kurang sesuai” dan sebanyak (16,3 %) siswa
menjawab “sangat sesuai” dan sedikit (8,1 %) siswa yang menjawab “tidak
sesuai”.
52
Tabel 12
Guru PAI menggunakan alat peraga untuk menjelaskan suatu materi
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 7 8,1 %
Sering 12 13,9 %
Kadang-kadang 39 45,3 %
Tidak pernah 28 32,5 %
Total 86 100 %
Berdasarkan tabel prosentase di atas, dapat dilihat bahwa guru PAI (45,3
%) “kadang-kadang” menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi. Siswa
yang menjawab “tidak pernah” (32,5 %), namun ada juga yang menjawab
“sering” sebanyak (13,9 %) dan yang mengatakan “selalu” sebanyak (8,1 %).
Hal ini disimpulkan bahwa guru tidak selalu menggunakan alat peraga dalam
menjelaskan materinya, mungkin hanya pada beberapa materi saja.
Tabel 13
Guru PAI menjelaskan materi dengan jelas
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 54 62,8 %
Sesuai 29 33,7 %
Kurang sesuai 3 3,5 %
Tidak sesuai 0 0 %
Total 86 100 %
Dari data prosentase di atas, siswa sebanyak (62,8 %) menjawab “sangat
sesuai” bahwa guru PAI menjelaskan materi dengan jelas. Sebagian besar lagi
(33,7 %) siswa menjawab “sesuai” dan sedikit sekali (3,5 %) siswa yang
menjawab “kurang sesuai” dan “tidak sesuai” tidak ada (0 %) siswa yang
menjawab.
53
Dari data tersebut, penulis menyimpulkan bahwa guru PAI menjelaskan
materinya dengan jelas, dan siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru.
Tabel 14
Saya belajar sendiri atas kemauan saya sendiri
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 27 31,4 %
Sering 22 25,6 %
Kadang-kadang 33 38,4 %
Tidak pernah 4 9,6 %
Total 86 100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak (38,4 %) siswa menjawab
“kadang-kadang”, kalau mereka belajar atas kemauannya sendiri (31,4 %) siswa
menjawab “selalu”, (25,6 %) siswa menjawab “sering” dan (9,6 %) siswa yang
menjawab “tidak pernah”. Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan bahwasannya
siswa belajar atas kemauannya sendiri kadang-kadang, tetapi tidak sedikit juga
siswa yang belajar atas kemauannya sendiri.
Tabel 15
Ketika guru menjelaskan materi PAI saya memperhatikan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 44 51,2 %
Sering 21 24,4 %
Kadang-kadang 21 24,4 %
Tidak pernah 0 0
Total 86 100 %
Dari tabel tersebut, siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (51,2 %) itu
diartikan bahwa siswa memperhatikan guru pada saat guru sedang menjelaskan
54
materi pelajaran, siswa yang menjawab “sering” sebanyak (24,4 %) dan siswa
yang menjawab “kadang-kadang” sebanyak (24,4 %) juga, dan tidak ada (0%)
siswa yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 16
Saya berusaha menyelesaikan tugas PAI dengan sebaik-baiknya
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 45 52,3 %
Sering 21 24,4 %
Kadang-kadang 19 22,1 %
Tidak pernah 1 1,2 %
Total 86 100 %
Dari data di atas, dilihat bahwa siswa berusaha untuk menyelesaikan
tugas-tugas PAI dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari data
yang terkumpul, yakni siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (52,3 %), siswa
yang menjawab “sering” (24,4 %), dan yang menjawab “kadang-kadang” (22,1
%) dan sedikit sekali yang menjawab “tidak pernah” (1,2 %). Dari hasil tabel
prosentasi, penulis menyimpulkan bahwa siswa memang berusaha dalam
menyelesaikan tugas-tugas PAI yang diberikan gurunya dengan sebaik-baiknya.
Tabel 17
Saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di luar sekolah
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 14 16,3 %
Sering 20 23,2 %
Kadang-kadang 44 51,2 %
Tidak pernah 8 9,3 %
Total 86 100 %
55
Dilihat dari data tabel frekuensi siswa menjawab “kadang-kadang”
sebanyak (51,2 %) kalau mereka mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di luar
sekolah, siswa yang menjawab “sering” yakni sebanyak (23,2 %) yang mengikuti
kegiatan keagamaan di luar sekolah, sedangkan siswa yang menjawab “selalu”
sebanyak (16,3 %) dan sedikit yang menjawab “tidak pernah” yakni sebanyak (9,3
%).
Tabel 18
Saya membaca buku yang berhubungan dengan PAI
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 5 5,8 %
Sering 19 22,1 %
Kadang-kadang 58 67,4 %
Tidak pernah 4 4,7 %
Total 86 100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu (67,4 %) siswa
menjawab bahwa mereka “kadang-kadang” membaca buku yang berhubungan
dengan PAI, kemudian sebagian kecilnya (22,1 %) menjawab “sering”, dan (5,8
%) menjawab “selalu”, serta hanya sedikit (4,7 %) yang menjawab “tidak
pernah”.
Tabel 19
Jika tidak mengerjakan tugas guru PAI memberikan hukuman
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 18 20,9 %
Sering 41 47,7 %
Kadang-kadang 13 15,1 %
Tidak pernah 14 16,3 %
Total 86 100 %
56
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata guru PAI menghukum
siswa jika tidak mengerjakan tugas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa,
yaitu: (47,7 %) siswa menjawab “sering” sedangkan yang menjawab “selalu”
sebanyak (20,9 %) kemudian yang menjawab “kadang-kadang” (15,1 %) dan
yang menjawab “tidak pernah” (16,3 %).
Tabel 20
Guru PAI memberikan pujian ataupun nilai plus kalau dapat menjawab
pertanyaan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 23 26,7 %
Sering 37 43,1 %
Kadang-kadang 19 22,1 %
Tidak pernah 7 8,1 %
Total 86 100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak (43,1%) siswa menjawab
“sering” diberikan pujian atau nilai plus jika menjawab pertanyaan, sedangkan
untuk yang menjawab “selalu” sebanyak (26,7%), siswa menjawab “kadang-
kadang” (25,6%), dan (8,1%) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Dari hasil
tabel tersebut penulis menyimpulkan bahwasannya siswa belajar sering untuk
diberi pujian atau nilai plus karna dapat menjawab pertanyaan dari guru.
Tabel 21
Saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik dari teman-teman
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 38 44,2 %
Sering 26 30,2 %
Kadang-kadang 21 24,4 %
Tidak pernah 1 1,2 %
Total 86 100 %
57
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar yaitu (44,2 %) siswa menjawab
bahwa siswa “selalu” belajar lebih giat agar prestasinya lebih baik, kemudian
sebagian kecilnya (30,2 %) menjawab “sering” dan (24,4 %) menjawab “kadang-
kadang”, serta hanya sedikit sekali (1,2 %) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 22
Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami materi PAI
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 38 44,2 %
Sesuai 17 19,8 %
Kurang sesuai 31 36 %
Tidak sesuai 0 0
Total 86 100 %
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa belajar lebih giat agar
dapat memahami materi PAI (pendidikan agama islam). Hal ini dapat dilihat dari
jawaban siswa, yakni: (44,2%) yang menjawab “sangat sesuai”, sedangkan yang
menjawab “sesuai” sebanyak (19,8%), dan siswa yang menjawab “tidak sesuai”
tidak ada (0%), tetapi ada juga siswa yang menjawab “kurang sesuai” sebanyak
(36%).
Tabel 23
Materi yang tidak dipahami saya diskusikan dengan teman atau guru
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 20 23,2 %
Sesuai 43 50 %
Kurang sesuai 17 19,8 %
Tidak sesuai 6 7 %
Total 86 100 %
58
Dari data di atas daapt diketahui bahwasannya siswa mendiskusikan materi
yang tidak di pahaminya dengan teman atau guru. Hal tersebut diketahui dari
siswa yang menjawab “sesuai” sebanyak (50%), dan yang menjawab “sangat
sesuai” sebanyak (23,2 %), sedangkan siswa yang menjawab kurang sesuai
sebanyak (19,8%) dan sedikit siswa yang menjawab “kurang sesuai” (7 %).
Tabel 24
Berani mengungkapkan gagasan-gagasan atau ide-ide suatu masalah
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 24 27,9 %
Sering 32 37,2 %
Kadang-kadang 18 20,9 %
Tidak pernah 12 14 %
Total 86 100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa (37,2 %) siswa menjawab “sering”
bahwasannya mereka berani mengungkapkan gagasan-gagasan baru, (27,9 %)
siswa menjawab “selalu”, (20,9 %) siswa menjawab “kadang-kadang”, sedangkan
sedikit yang menjawab “tidak pernah” yaitu (14 %). Hal ini dapat disimpulkan
bahwasannya siswa berani mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam
penyelesaian suatu masalah.
Tabel 25
Saya percaya akan kemampuan diri sendiri
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 50 58,1 %
Sering 19 22,1 %
Kadang-kadang 17 19,8 %
Tidak pernah 0 0 %
Total 86 100 %
59
Dari data di atas sebagian besar siswa percaya akan kemampuan dirinya
sendiri. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (58,1
%) sedangkan siswa yang menjawab “sering” yakni (22,1 %) dan sedikit yang
menjawab “kadang-kadang” (19,8 %) dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak
sesuai” (0 %).
Tabel 26
Walaupun berbeda pendapat saya tetap menghargainya
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 29 33,7 %
Sesuai 47 54,6 %
Kurang sesuai 9 10,5 %
Tidak sesuai 1 1,2 %
Total 86 100 %
Siswa menghargai pendapat teman-temannya dan guru walaupun itu
berbeda. Hal tersebut dapat disimpulkan dari banyaknya siswa yang menjawab
“sesuai” yakni sebesar (54,6 %), siswa yang menjawab “sangat sesuai” (33,7%),
siswa yang menjawab “kurang sesuai” (10,5%) dan hanya sedikit siswa yaitu (1,2
%) yang menjawab “tidak sesuai”.
Tabel 27
Orang tua mendukung kegiatan keagamaan yang saya lakukan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 60 69,8 %
Sesuai 23 26,7 %
Kurang sesuai 3 3,5 %
Tidak sesuai 0 0 %
Total 86 100 %
Dilihat dari hasil tabel prosentase jawaban siswa diatas, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa sebanyak (69,8 %) “sangat sesuai” menjawab bahwa
60
orang tua mendukung kegiatan keagamaan yang mereka lakukan, (26,7 %) siswa
menjawab “sesuai” (3,5 %) siswa menjawab “kurang sesuai”, dan (0 %) siswa
menjawab “tidak sesuai”.
Tabel 28
Saya membaca buku untuk memperkaya pengetahuan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 19 22,1 %
Sering 23 26,7 %
Kadang-kadang 44 51,2 %
Tidak pernah 0 0 %
Total 86 100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak (51,2 %) siswa menjawab
“kadang-kadang” bahwa mereka banyak membaca buku untuk memperkaya
pengetahuan, (26,7 %) siswa menjawab “sering”, (22,1 %) siswa menjawab
“selalu”, dan (0 %) atau tidak ada siswa yang “tidak pernah”. Berdasarkan tabel di
atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa kurang membaca buku untuk
memperkaya pengetahuan.
Tabel 29
Saya dapat berdiskusi kapanpun dengan teman-teman
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 17 19,8 %
Sering 47 54,6 %
Kadang-kadang 21 24,4 %
Tidak pernah 1 1,2 %
Total 86 100 %
Dalam pemanfaatan waktu siswa mempunyai waktu bebas untuk
mendiskusikan materi pelajaran dengan teman-teman, hal ini disimpulkan dari
hasil tabel prosentase siswa yakni yang menjawab “sering” sebanyak (54,6 %)
siswa yang menjawab “selalu” (19,8 %) dan tidak banyak (24,4 %) siswa yang
61
menjawab “kadang-kadang”, dan sedikit sekali siswa yang menjawab “tidak
pernah” (1,2 %).
Tabel 30
Saya dapat dengan bebas mencari apa yang saya perlukan untuk menambah
pengetahuan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 18 20,9 %
Sesuai 44 51,2 %
Kurang sesuai 21 24,4 %
Tidak sesuai 3 3,5 %
Total 86 100 %
Dilihat dari hasil prosentase diatas, siswa yang menjawab “sesuai”
(51,2%), siswa yang menjawab “sangat sesuai” sebanyak (20,9%) sedangkan
siswa yang menjawab “kurang sesuai” sebanyak (24,4%) dan sedikit yang
menjawab “tidak sesuai” (3,5%).
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa diberi kebebasan
untuk mencari apa yang mereka perlukan untuk menambah pengetahuan mereka
dan hanya beberapa siswa saja yang tidak mempunyai waktu atau kebebasan
dalam menambah pengetahuan.
Tabel 31
Saya hanya menerima penjelasan dari guru tanpa mencari alasan lain
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 7 8,1 %
Sesuai 27 31,4 %
Kurang sesuai 44 51,2 %
Tidak sesuai 8 9,3 %
Total 86 100 %
Berdasarkan data di atas, sebagian besar (51,2 %) siswa menjawab
“kurang sesuai”, sebagian lagi sebanyak (31,4 %) siswa menjawab “sesuai”
62
sedangkan siswa yang menjawab “tidak sesuai” sebanyak (9,3 %) dan siswa yang
menjawab “sangat sesuai” sebanyak (8,1 %). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan kadang-kadang siswa menerima begitu saja penjelasan dari guru,
namun tidak sedikit juga siswa yang mencari jawaban-jawaban lain dari
pertanyaan yang diajukan gurunya tersebut.
Tabel 32
Guru agama Islam saya menjelaskan tanpa memberi kesempatan siswa
untuk bertanya
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 5 5,8 %
Sering 3 3,5 %
Kadang-kadang 21 24,4 %
Tidak pernah 57 66,3 %
Total 86 100 %
Dari data prosentase di atas didapatkan hasil yakni: sebanyak (66,3 %)
siswa menjawab “tidak pernah”, sebanyak (24,4 %) siswa menjawab “kadang-
kadang”, dan sedikit (3,5 %) siswa yang menjawab “sering” dan siswa yang
menjawab “selalu” sebanyak (5,8 %). Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI
(pendidikan agama Islam) menjelaskan materi dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang mereka belum mengerti.
Tabel 33
Saya sering takut salah dalam melakukan apapun
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 7 8,1 %
Sering 20 23,3 %
Kadang-kadang 54 62,8 %
Tidak pernah 5 5,8 %
Total 86 100%
63
Dari data di atas, siswa sebanyak (62,8 %) menjawab bahwa mereka
“kadang-kadang” sering takut salah dalam melakukan apapun, dan sebanyak (23,3
%) menjawab “sering” kemudian sedikit (5,8 %) yang menjawab “tidak pernah”
dan (8,1 %) yang menjawab “selalu”.
Tabel 34
Penjelasan dari guru kurang bisa saya pahami
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 0 0 %
Sering 13 15,1 %
Kadang-kadang 8 9,3 %
Tidak pernah 65 75,6 %
Total 86 100 %
Berdasarkan data diatas, sebagian besar (75,6 %) siswa menjawab “tidak
pernah” penjelasan dari guru kurang bisa dipahami, sebagian lagi (15,1 %) siswa
menjawab “sering” dan sedikit (9,3 %) yang mengatakan “kadang-kadang”, dan
tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “selalu”. Hal ini menunjukkan bahwa guru
PAI mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
Tabel 35
Saya melakukan sesuatu, saya sering merasa bingung untuk mengambil
keputusan
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 6 7 %
Sering 24 27,9 %
Kadang-kadang 54 62,8 %
Tidak pernah 2 2,3 %
Total 86 100 %
64
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (62,8 %) siswa
“kadang-kadang merasa bingung untuk mengambil keputusan pada saat
melakukan sesuatu, sebagian lagi sebanyak (27,9%) siswa menjawab “sering” dan
sedikit (2,3 %) yang menjawab “tidak pernah” dan (7 %) yang menjawab selalu.
Tabel 36
Saya merasa cukup dengan nilai yang saya peroleh
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 22 25,6 %
Sering 16 18,6
Kadang-kadang 39 45,3 %
Tidak pernah 9 10,5 %
Total 86 100 %
Dari data di atas, disimpulkan bahwa sebanyak (45,3 %) siswa menjawab
“kadang-kadang”, mereka merasa cukup dengan nilai yang mereka peroleh.
Sebagian lain sebanyak (25,6 %) menjawab “selalu”, dan sebanyak (18,6%) siswa
menjawab “sering”, serta yang menjawab “tidak pernah” sebanyak (10,5 %).
Penulis menyimpulkan bahwa siswa merasa cukup dengan nilai yang mereka
peroleh.
Tabel 37
Saya tidak mempunyai waktu luang untuk berdiskusi dengan teman-teman
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 1 1,2 %
Sering 6 7 %
Kadang-kadang 44 51,2 %
Tidak pernah 35 40,6 %
Total 86 100 %
65
Berdasarkan data prosentase di atas, dihasilkan sebanyak (51,2 %) siswa
menjawab “kadang-kadang” sebanyak (40,6 %) siswa menawab “tidak pernah”,
kemudian sedikit sekali (1,2 %) siswa yang menjawab “selalu” dan yang
menjawab “sering” sebayak (7 %). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa
kebanyakan dari siswa mempunyai waktu luang untuk berdiskusi dengan teman-
temannya.
Tabel 38
Keluarga kurang memberi saya kebebasan untuk berkreasi
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 3 3,5 %
Sering 11 12,8 %
Kadang-kadang 26 30,2 %
Tidak pernah 46 53,5%
Total 86 100 %)
Dari data tabel prosentase diatas, disimpulkan bahwa sebagian besar (53,5 %)
siswa menjawab “tidak pernah”, sebagian lainnya (30,2 %) siswa menjawab
“kadang-kadang” dan sedikit sekali (3,5 %) siswa yang menjawab “selalu” serta
yang menjawab “sering” sebanyak (12,8 %).
Tabel 39
Apabila ada yang mengatakan sesuatu yang jelek terhadap apa yang saya
kerjakan, saya langsung menyerah
Alternatif jawaban F Prosentase %
Selalu 0 0 %
Sering 5 5,8 %
Kadang-kadang 24 27,9 %
Tidak pernah 57 66, 3 %
Total 86 100 %
66
Dilihat dari tabel prosentase di atas dihasilkan sebanyak (66,3 %)
siswa menjawab “tidak pernah” menyerah apabila ada yang mengatakan
sesuatu yang jelek terhadap apa ia kerjakan, sebagian lainnya (27,9 %)
menjawab “kadang-kadang”, serta sedikit sekali (5,8 %) yang menjawab
“sering” dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “selalu”.
Tabel 40
Kritikan orang lain bagi saya hanya membuat saya menyerah
Alternatif jawaban F Prosentase %
Sangat sesuai 0 0 %
Sesuai 6 7 %
Kurang sesuai 27 31,4 %
Tidak sesuai 53 61,6 %
Total 86 100 %
Dari data diatas dihasilkan sebanyak (61,6 %) siswa menjawab “tidak
sesuai” kalau kritikan orang lain membuat mereka menyerah, sebagian lainnya
(31,4 %) menjawab “kurang sesuai”, sedikit sekali (7 %) siswa yang
menjawab “sesuai” dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “sangat sesuai”.
B. Pembahasan Tentang Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang penulis telah lakukan melalui angket
yang telah disebarkan kepada responden atau siswa tentang kreativitas guru
dalam memotivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMP Negeri 20 Tangerang, dapat diketahui bahwa penerapan system belajar
yang guru telah terapkan, berhasil membuat siswa lebih antusias dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. System yang guru pendidikan Agama
Islam (PAI) terapkan ialah yang mengacu kepada potensi kreativitas yang
guru miliki. Hal ini berarti membuktikan bahwasannya kreativitas itu dapat
menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Itu semua bisa dilihat dari
sebagian responden mengatakan bahwa mereka dilatih untuk mengambil
kesimpulan ataupun pemahaman sendiri dari suatu materi yang mereka
67
pelajari, tidak hanya itu responden juga mengatakan bahwa guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) dalam mengajar selalu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada
guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) itu sendiri, yang
menjelaskan bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menerapkan
agar siswanya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di dalam
kelas, karena memang seusia mereka itu sifatnya masih mencari-cari
jawabannya sendiri. Ini juga di dukung dengan situasi kelas yang
menyenangkan, kondisif, atau biasa disebut “sersan” (serius santai). Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) juga menjelaskan “bahwa kalau kita terlalu
serius pada saat belajar, siswa akan merasa tegang yang nantinya malah
membuat tidak konsentrasi, jadi harus diselingi dengan humor ataupun
candaan-candaan yang disesuaikan dengan keadaan”1. Dari penerapan system
belajar yang kreatif dapat mendorong siswa itu sendiri untuk berfikir kreatif
dalam menjawab suatu permasalahan pada materi keagamaan yang tentunya
sangat berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dari pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang kreatif pastinya sedikit atau banyak
memiliki pengaruh terhadap keadaan diri siswa iru sendiri, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan ataupun orang lain yang disekitarnya.
Kemudian sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah pasti tentu
mengajarkan hal-hal yang berdampak kepada akhlak siswa itu sendiri yakni
dalam pengajarannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menanamkan agar
siswa mempunyai perasaan yang peka terhadap orang lain disekitarnya
sebanyak 38,4% responden menjawab selalu, hal ini karena siswa diberikan
waktu untuk bercerita atas masalah-masalah yang mereka hadapi, 43,1%
sesuai dengan jawaban siswa. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) juga
menerangkan bahwa mereka memberikan waktunya kapanpun, dimanapun
1 Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
68
siswa ingin bertanya tentang permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi,2 yang pastinya tidak mengganggu jam pelajaran.
Kreativitas guru juga membuat siswa termotivasi dalam belajar, karena
dengan kreativitas pengajaran yang guru ciptakan itu membuat belajar
semakin bervariasi, tidak monoton dan membosankan. Motivasi itu sendiri
penulis lihat sudah tumbuh dalam diri siswa itu sendiri, hal ini lah yang
penting agar siswa giat dalam belajar. Ini terbukti dari sebagian responden
mengatakan bahwa mereka belajar atas kemauan diri sendiri, selanjutnya
mereka juga mengatakan senang mengikuti pelajaran dengan selalu
memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran 51,2%, responden juga
menjawab selalu menyelesaikan tugas pendidikan agama islam dengan baik
52,3%. Kemudian motivasi dari luar diri siswa pun terlihat member motivasi
juga terhadap keberhasilan siswa dalam belajar, hal ini terbukti dari sebagian
besar responden mengatakan bahwa guru melaksanakan perannya sebagai
pendidik yakni seperti memberikan hadiah atau penghargaan, hukuman dan
menciptakan suasana agar siswa bersaing dalam mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya dengan teman-teman mereka. Hal ini terlihat sekitar 43,1%
responden menjawab sering diberikan penghargaan yakni berupa nilai plus
bila dapat menjawab pertanyaan dengan baik, 47,7% responden menjawab
sering diberikan hukuman jika tidak mengerjakan tugas yang guru berikan, hal
ini tentu saja hukuman yang membangun semangat siswa dan 44,2% selalu
siswa belajar lebih giat agar prestasinya lebih baik dari teman-teman.
Hasil dari temuan penelitian diperkuat dengan hasil wawancara
penulis kepada guru bidang syudy Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
mengatakan bahwa kesemangatan siswa dalam mengikuti pelajaran memang
besar, namun tidak dipungkiri bahwa masih ada 1, 2 orang siswa yang masih
merasa malas.3
2 Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010 3 Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
69
Faktor yang mendukung dalam mempengaruhi kreativitas siswa
yang timbul dari dalam diri siswa seperti rasa kepercayaan diri, berani dan
lapang dada dalam keterbukaan terhadap gagasan orang lain, sebanyak 37,2%
menjawab sering mengungkapkan gagasan-gagasan ataupun ide-ide baru yang
mereka temukan dari suatu permasalahan, 58,1% siswa lebih banyak
menjawab selalu percaya pada kemampuan diri mereka sendiri, tanpa harus
berpatokan ataupun hanya mengikuti jawaban teman, dari hasil wawncara
guru menjelaskan bahwa gagasan-gagasan yang siswa ungkapkan ditampung
terlebih dahulu tanpa harus mengatakan benar atau salah, itu dimaksudkan
agar siswa berani dan percaya diri pada kemampuannya sendiri4. Selain
daripada faktor yang berasal dari diri siswa, faktor pendukung dari luar diri
siswa (lingkungan) juga amat membantu. Diantara dukungan dari luar yakni
lingkungan keluarga ataupun sekolah, seperti halnya faktor yang berasal dari
lingkungan keluarga yakni diberikannya kebebasan oleh orang tua untuk
berdiskusi dengan teman 54,6%, selalu didukungnya kegiatan ekstrakulikuler
keagamaan yang siswa ikuti 69,8%. Faktor pendukung dari lingkungan
keluarga maupun sekolah menjadi motivasi besar terhadap pengaruh
kreativitas siswa yang nantinya akan berkembang.
Selain faktor pendukung, ada faktor yang dapat menghambat dalam
menumbuhkembangkan kreativitas siswa, faktor penghambat itu baik yang
berasal dari dalam diri siswa ataupun dari luar diri siswa. Faktor tersebut
antara lain selalu adanya perasaan takut gagal 8,1%, pendirian yang selalu
tidak tetap 7%, terkadang merasa cukup apa yang sudah diperoleh 45,3%. Itu
semua adalah faktor penghambat yang bersal dari dalam diri siswa, yang
berasal dari luar diri siswa seperti keterbatasan waktu yang selalu siswa
rasakan dalam belajar 1,2%, keluarga yang kurang mendukung kegiatan
53,5% responden menjawab tidak pernah, dan kritikan dari orang lain yang
terkadang membuat siswa tidak semangat 27,9%. Walaupun dilihat kecil
pengaruh penghambat dari kreativitas, namun itu tetap harus di perbaiki agar
nantinya tidak bertambah tinggi prosentasenya.
4 Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan penelitian dan melakukan pengolahan data yang telah
terkumpul, selanjutnya penulis akan memberikan kesimpulan dan saran terhadap
data yang penulis peroleh.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah terkumpul dan diinterpretasikan, maka
penulis dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kreativitas guru di SMP Negeri 20 Tangerang dapat dinilai cukup baik,
walaupun masih belum terlaksana dengan baik namun kreativitas guru
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) sedikit banyak telah
dapat diwujudkan oleh sekolah tersebut. ini semua dapat terlihat dari
bagaimana guru menerapkan cara pengajarannya kepada siswa dalam
menyampaikan materi pelajaran, dimana cara pengajaran yang guru
terapkan merupakan ciri-ciri dari guru yang kreatif.
2. Pengajaran guru yang kreatif tentunya dapat memotivasi siswa dalam
belajar, tidak terkecuali dengan pembelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) yang dalam penelitian ini dapat dijelaskan dan diambil
kesimpulannya bahwa memang kreativitas guru dalam mengajar
pendidikan agama Islam (PAI) di SMP Negeri 20 Tangerang ini dapat
memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.
71
3. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas ada dua, yang pertama ialah faktor pendukung
baik intern ataupun ekstern yang meliputi rasa percaya diri, berani, terbuka
terhadap gagasan orang lain, dukungan dari lingkungan, waktu luang dan
materi yang cukup.
B. Saran
Dilihat dari kesimpulan yang telah penulis jelaskan, maka untuk
kemajuan dunia pendidikan dimasa yang akan datang, penulis menyarankan
baik kepada guru, pihak sekolah maupun kepada orang tua siswa. Yakni:
1. Untuk para guru diharapkan agar menggunakan potensi kreatif yang
dimilikinya, Karena kreativitas itu penting untuk kelangsungan dan
kemajuan belajar siswa yang nantinya bisa berdampak demi kemajuan
pendidikan.
2. Bagi pihak sekolah penulis menyarankan agar kemampuan kreatif dari
tenaga pengajar perlu di tingkatkan, seperti dengan mengadakan study
banding, kegiatan lokakarya antar guru, pelatihan-pelatihan motivator
pembangkit kreativitas.
3. Kepada orang tua diharapkan untuk mengawasi anak dalam menggunakan
waktu luangnya sebagai ajang berkreasi.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M,. Filsafat Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993
., Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993
Arifin Muzyyin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu
pendekatan filosofis, pedagogis dan cultural)
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002
Az-za’ Balawi M Sayyid Muhammad, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu
Jiwa, Jakarta: Gema Insani Press, 2007
Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
, Kepribadian Guru, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005
, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Degun, M. Save, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 2000
Echols John, dan Hasan Sadilly, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2000
L. Zulkifli, Psikologi Perkembangan , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Langgulung Hasan, Atas-atas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987
Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004
Makmun Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Mulyasa E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008
MP. Samuel, Mari Mempertinggi Kreativitas, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987
Munanadar Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, …
, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas dan PT. Rineka Cipta, 2004
73
Narbuko Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi penelitian, Jakarta: Bumi Aksaa,
2004
Nizar Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:
Media Pratama, 2001
Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981
Nurudin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Quantum Teaching, 2005
Olson, W Robert, Seni Berfikir Kretif, Sebuah Pedoman Praktis, Jakarta:
Erlangga, 1992
S. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan SDM, Bandung: Falah Production, 2000
Said Muh dan Junimar Affan, Psikologi Dari Zaman ke Zaman, Bandung:
Jemmars, 1990
Santrock, W.John, Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2005
Semiawan Conny, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah, Jakarta: Gramedia, 1990
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002
UURI, No. 2 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara,
2003
Yamin Martimis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan
1. Dalam pengajaran PAI bapak/ibu menggunakan sistem belajar seperti apa?
Apakah efektif?
2. Agar siswa betah belajar di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang
biasanya bapak/ibu ciptakan?
3. Menurut pendapat bapak/ibu apakah berfikir kreatif itu penting bagi
siswa?
4. Apakah dalam kegiatan belajar mengajar PAI siswa sering diajak
berdiskusi ?
5. Selain sebagai seorang guru, apakah bapak/ibu juga sering dijadikan
tem[at curhat bagi para siswa?
6. Apakah bapak/ibu sering melakukan tanya jawab ketika selesai
menerangkan materi PAI?
7. Menurut bapak/ibu bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran
PAI?
8. Apakah siswa banyak yang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah?
9. Apa dan bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan pengetahuan
siswa terhadap PAI?
10. Apakah ada penghargaan dan hukuman apabila siswa dengan baik
mengerjakan tugas-tugasnya ataupun melakukan kesalahan? Seperti apa?
11. Bagaimana caranya bapak/ibu menjelaskan materi PAI agar siswa mudah
memahaminya?
12. Sebagai guru, bagaimana caranya bapak/ibu menumbuhkan rasa berani
dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka
terhadap materi PAI yang telah dijelaskan?
13. Apakah sekolah menyediakan sarana prasarana untuk meningkatkan
kreativitas siswa?
14. Apakah bapak/ibu memberi kesempatan siswa untuk bertanya di luar jam
pelajaran?
15. Dengan menggunakan metode ceramah, apakah cukup untuk
menyampaikan materi PAI?
16. Waktu jam pelajaran di sekolah apakah bapak/ibu rasakan itu sudah
cukup?
76
1. Dalam pengajaran PAI bapak/ibu menggunakan system belajar seperti
apa? Apakah efektif?
Jawab: untuk saya pribadi setiap mengajar PAI karma memang yang
sekarang khusus menggunakan system belajar KTSP, maka saya
pun menggunakan system belajar KTSP. Keefektifan itu sendiri
sangat efektif karena dalam KTSP itu anak-anak sendiri yang lebih
digiatkan yang sifatnya itu mereka mencari tahu sendiri, bagaimana
mereka mengolah apa yang telah mereka temukan jawaban dari
permasalahan dan kita sebagai pengajar tinggal menambahkan
penjelasan tersebut. Seperti itu.
2. Agar siswa betah belajar di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang
biasanya bapak/ibu ciptakan?
Jawab: kalau untuk situasi kelas, kita boleh tegang atau lebih tepatnya
“sersan” serius tapi santai. Kadang-kadang kita boleh serius,
terkadang kita juga bias santai, karena kalau kita terlalu serius
anak-anak pun akan merasa tegang bias jadi tidak konsentrasi. Jadi
bias kita ciptakan humor sedikit, ya disesuaikan dengan keadaan.
3. Menurut bapak/ibu apakah berfikir kreatif itu penting bagi siswa?
Jawab: harus, jangan sampai anak-anak itu mempunyai sifat yang hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa tahu proses dan
pemahamannya. Jadi biarkan pikiran anak berkembang, tapi
dengan tuntunan dan bimbingan.
4. Apakah dalam kegiatan belajar mengajar PAI siswa sering diajak
berdiskusi?
Jawab: Harus, setiap ada pertanyaan di diskusikan bareng, pertama biarkan
mereka menjawab dengan pemahaman mereka masing-masing,
nanti kemudian baru jawaban-jawaban dari mereka kita simpulkan
5. Selain sebagai seorang guru, apakah bapak/ibu juga sering dijadikan
tempat curhat bagi para siswa?
Jawab: Sering, mereka sering menjadikan saya tempat curhat, saya
mempersilahkan mereka yang mau bercerita, baik itu masalah
pribadi atau pelajaran. Pasti kita Bantu.
77
6. Apakah bapak/ibu sering melakukan Tanya jawab ketika selesai
menerangkan materi PAI?
Jawab:
7. Menurut bapak/ibu bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran
PAI?
Jawab: Kesemangatan itu ada, ya tapi 1 atau 2 orang ada juga anak-anak
yang males, acuh tak acuh, namun itu semua tergantung
pembawaan kita juga di dalam kelas.
8. Apakah siswa banyak yang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah?
Jawab: Banyak, kegiatan keagamaan itu sendiri diantaranya adalah
pengajian, kesenian islam seperti marawis, itu tergabung di dalam
kegiatan yang dinamakan rohis.
9. Apa dan bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan pengetahuan
siswa terhadap PAI?
Jawab: Kalau untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan, saya pribadi
harus lebih banyak membaca buku, sering mengikuti pengajian.
Dan untuk siswa kita bias menjelaskan lebih jelas agar mereka
paham dan pengetahuan mereka tentang PAI dapat meningkat.
10. Apakah ada penghargaan dan hukuman apabila siswa dengan baik
mengerjakan tugas-tugasnya ataupun melakukan kesalahan? Seperti Apa ?
Jawab: Pastinya ada, bagi anak yang mengerjakan tugasnya dengan baik,
maka sudah tentu ia akan mendapat nilai tambah. Sedangkan yang
melakukan kesalahan, pastinya ada hukuman. Namun hukuman itu
kita sesuaikan dengan kesalahan yang dilakukan, seperti
merangkum atau yang lainnya. Tapi tidak dengan kekerasan.
11. Bagaimana caranya bapak/ibu menjelaskan materi PAI agar siswa mudah
memahaminya?
Jawab: pertama dengan ceramah, setelah selesai dijelaskan maka siswa
diberi kesempatan untuk bertanya. Atau kita menjelaskannya
dengan bercerita.
78
12. Sebagai guru, bagaimana caranya bapak/ibu menumbuhkan rasa berani
dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka
terhadap materi PAI yang telah dijelaskan?
Jawab: kita harus menekankan bahwa otak manusia itu sangat istimewa,
ketika mereka menjawab tidak harus disalahkan atau dibenarkan,
namun kita tampung jawaban-jawaban mereka terlebih dahulu.
Karena dengan begitu mereka berani mengungkapkan gagasan-
gagasan mereka. Karena kalau disalahkan mereka nantinya akan
merasa takut dan akhirnya tidak mau mengungkapkan gagasan-
gagasan yang mereka ingin ungkapkan.
13. Apakah sekolah menyediakan sarana prasarana untuk meningkatkan
kreativitas siswa?
Jawab: Alhamdulillah pihak sekolah sangat peduli, sangat mendukung dan
menyediakan sarana prasarana. Selain itu sekolah juga memberikan
dukungan berupa dukungan financial untuk kegiatan keagamaan di
sekolah (rohis).
14. Apakah bapak/ibu memberikan kesempatan siswa untuk bertanya diluar
jam pelajaran?
Jawab: sangat. Tidak masalah bagi kita mau di luar jam pelajaran atau
mungkin di luar sekolah. Karena kalau ada yang bertanya kenapa
kita tidak menjawab.
15. Dengan menggunakan metode ceramah, apakah cukup untuk
menyampaikan materi PAI?
Jawab: Kurang, cara atau metode pelajaran yang baik ialah ceramah
sedikit dan diskusi yang banyak. Karena apabila dengan ceramah
mereka akan mengantuk dan merasa bosan.
16. Waktu jam pelajaran di sekolah apakah bapak.ibu rasakan itu sudah
cukup?
Jawab: Kalau dibilang cukup, saya rasa kurang. Karena hanya 3 jam saja,
padahal minimal waktu untuk pelajaran PAI 5 jam.