kreatinin
DESCRIPTION
kreatinin biokimiaTRANSCRIPT
KREATININ
I. Tujuan
I.1 Untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin
dalam serum.
I.2 Untuk menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.
II. Prinsip
Berdasarkan reaksi antara kretinin dengan asam pikrat dalam
suasnaa basa akan membentuk kompleks kreatinn. Pikrat yang
berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan
spektrofotometer UV – Visible .
III. Reaksi
1
IV. Teori Dasar
Kadar kreatinin berbeda – beda setiap orang umumnya pada orang
yang mempunyai otot kekar, memiliki kadar kreatinin yang lebih
tinggi daripada yang tidak berotot. Hal ini, juga yang memungkinkan
peredaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal
kreatinin pada laki – laki 0,6 – 1,1 mg/100ml, 53 – 97 µmol/L
sedangkan pada wanita 0,5 – 0,9 mg/100ml, 44 – 80 µmol/L
Kreatinin terbuat dari zat yang disebut dengan kreatin, yang
dibentuk ketika makanan berubah menjadi energi melalui proses yang
disebut dengan metabolisme. Sekitar 2% dari kreatin tubuh diubah
menjadi kreatinin setiap hari, kreatini diangkat melalui aliran darah ke
dalam ginjal.
Kreatinin diproduksi di dalam hati dan disimpan sebagai fosfat
tinggi energi dalam otot rangka. Saat terjadi metabolisme otot kreatinin
dalam darah. Kadar kreatinin di dalam darah tidak hanya dipengaruhi
oleh fungsi ginjal namun juga oleh fungsi hati dan massa otot.
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat
yang terjadi di otot yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat
pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.
Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan
ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke
dalam darah.
Kreatin adalah asam organik bernitrogen yang terdapat secara
alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat membantu
menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf. Kreatin
ditemukan pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun 1832
sebagai komponen dari otot rangka. Nama kreatin sendiri berasal dari
bahasa Yunani, dari kata Kreas yang berarti daging. Batas normal
ureum : 20 – 40 mg/dl. Batas normal kreatinin : 0,5–1,5 mg/dl (.
Kreatinin terbentuk akibat penguraian otot. Tingkat kreatinin dalam
darah mengukur fungsi ginjal. Tingkat yang tinggi biasanya karena
masalah dalam ginjal.
2
Pemeriksaan pada kreatinin dalam darah merupakan slah satu
parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini
juga sangat membantu kebijakan untuk melakukan terapi pada
penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin
dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan
seseorang dengan gangguan ginjal yang memerlukan tindakan
hemodialisis.
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh,
melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan
bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur
keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-
basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui
ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme
disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan)
sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang
disebut sebagai glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis
tiga hormon penting yaituerythropoietin atau EPO, yang merangsang
sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin, yang
mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang
membantu mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk
keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh.
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita
dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal secara cepat akut yang lain dapat menyebabkan
penurunan yang lebih lamban atau kronis. Keduanya menghasilkan
penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. National
Kidney Foundation merekomendasikan tiga tes sederhana untuk
skrining penyakit ginjal: tekanan darah pengukuran, cek spot untuk
protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi
glomerulus (GFR) berdasarkan pengukuran kreatinin
serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan informasi
tambahan.
3
Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal.
Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang cukup handal
bagi fungsi ginjal. Ginjal menjadi cacat dalam alasan apapun, tingkat
kreatinin dalam urin akan meningkat karena clearance miskin oleh
ginjal. Abnormal tingkt tinggi pada kreatin sehingga memperingtkan
kemungknan malfungsi atau kegagalan ginjal. Pemeriksaan jumlah
kreatinin urin lebih tepat dari fungi ginjal dapat diestimasi dengan
menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh
ginjal, dan ini disebut juga kretinin clearance.
Pemeriksaan pada kreatinin dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
1. Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk
senyawa kining jingga dan menggunakan alat ukur
spektrofotometer.
2. Kinetik, metode ini relatif sama halnya dlam pengukuran
dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan autonaly
zer.
3. Enzimatik darah, dasar metode ini adalah adanya substrat
dalam smple bereaksi dengan enzim membentuk senyawa
substrat menggunakan alat spektrofotometer. (Underwood,
1997)
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan kreatinin, senyawa –
senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah
hingga menyebabkan overstimasi nilai kreatinin sampai 20% adalah
askorban, billirubrin, asam urat, aseto asetat, piruvat, sefalosforin,
metildopa. Senyawa – senyawa tersebut dapat memberi reaksi
terhadap reagen kreatinin dengan membentuk senyawa yang serupa
kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu.
4
Kratinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin alam
otot dan merupakan metabolik zat aktif berdifusi ke dalam plasma dan
dieksresikan ke dalam urin. Kreatinin terutama disintesa di dalam hati
dan ginjal dari asam – asam amino.
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan
untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan
melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu, tinggi rendahnya kadar
kreatinin darah juga memberikan gambaran tentang berat ringannya
gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari
7mg/dl serum. Namun, dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis
dilakukan sedini mungkin untuk menghambat progresifitas penyakit.
(Soedeman, 1995)
Kadar kreatinin di dalam serum darah pria lebih banyak daripada
adar kreatinin di dalam serum darah wanita hal ini disebabkan,
perbedaan pada massa otot pria yang lebih banyak daripada otot
wanita. Kreatinin penting dalam pemeriksaan klinis karena merupakan
produk akhir metabolisme yang terakhir dn tidak dapat diubah
menjadi senyawa lain lagi. Kadar kreatinin dalam serum dan urin
tidak dipengaruhi oleh perubahan pola makan, oleh karena itu
pemeriksaan kadar kreatinin dapat digunakan untk mengetahui laju
filtrasi glomerolus yang lebih baik daripada urea. (Wahlefeld, 1990)
Kreatinin fosfat adalah senyawa yang tidak stabil. Kreatinin fosfat
membentuk struktur cincin secara sponstan menjadi kreatinin.
Kreatinin tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Senyawa ini
dieksresikan melalui urin. Kecepatan eskresi kreatinin relative konstan
dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi kretnin dari individu
manusia hampir selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam
tubuh manusia. (Corwin, 2001)
5
V. Alat dan Bahan
V.1 Alat – alat :
V.1.1 Tabung reaksi
V.1.2 Pipet piston
V.1.3 Spektrofotometer
V.2 Bahan – bahan :
V.2.1 Material pemeriksaan berupa serum
V.2.2 Heparin plasma
V.2.3 Urin
V.2.4 Reagensia
Reagensia Konsentrasi dalam
larutan
Larutan botol 1
Asam Pikrat 35 mmol/L
Larutan botol 2
NaOH 0,32 mol/L
Larutan botol 3
Standar Kreatinin 2mg/ 100ml atau
177µmol/L
6
VI. Prosedur
VI.1 Cara pembuatan dan stabilitas larutan
Dicampurkan NaOH dri botol 2 dengan aquadest (1:4).
Campuran reagen tersebut ditambahkan dengan asam pikrat
dengan merbandngan (1:1) didiamkan selama 30 menit sebelum
penguuran dimulai. Lartan botol 3 digunakan tanpa pengenceran.
VI.2 Langkah Kerja
Pietkan ke dalam kuvet :
Sample atau standar 200µl
Working reagen 2000µl
Working reagent merupakan campuran dari R1 asam pikrat
dan juga R2 larutan basa NaOH dengan perbandingan 1:1. Panjang
gelombangnya 492nm dan diinkubasikan pada suhu 25oC, setelah
itu campurkan dan seltelah 30 detik baca absorbansinya (A1) lalu
setelah 2 menit baca kembali absorbansinya (A2).
VII. Data Pengamatan
VII.1 Larutan Standar
A1 = 0,019
A2 = 0,069
∆Astandar = 0,050
VII.2 Larutan Sample
A1 = 0,143
A2 = 0,182
∆Asample = 0,039
C = 2.0 x ∆ A sample∆ A standar
= 2.0 x 0,0390,050
=1,56mgdl
C = 176,8 x ∆ A sample∆ A standar
= 176,8 x 0,0390,050
= 137,9µmol/L
7
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang kreatinin, tujuan dari
praktikum kali ini untuk mengetahui fungsi ginjal melalui percobaan
pda kreatinin. Prinsip pada percobaan kreatinin yaitu berdasarkan
reaksi antara kretinin dengan asam pikrat dalam suasnaa basa akan
membentuk kompleks kreatinn. Pikrat yang berwarna kuning jingga
intensitas warna yang di dapat sebanding dengan konsentrasinya.
Dalam percobaan kreatinin yang digunakan sebagai R2 larutan
basa yaitu NaOH. Penambahan NaoH ini bertujuan untuk membuat
suasana basa pada larutan, agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin
dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning. Jika pada
percobaan kreatinin tidak dalam suasana basa maka tidak terbentuk
larutan kompleks yang berwarna kuning tersebut dan pada saat uji
kreatinin tidak dapat diuji dengan spekrofotometri UV Visible
tersebut.
Fungsi ginjal dapat dideteksi dengan percobaan kreatinin, karena
kreatinin dikeluarkan oleh tubuh sepenuhnya berada pada ginjal
apabila fungsi ginjal normal maka adar kreatinin akan meningkat
dalam darah karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin.
Kreatinin merupakan produk penguraian dari kreatin, dimana kreatin
tersebut disintesis pada hati.
Pada praktikum kali ini yang digunakan sebagai percobaan yaitu
serum darah, tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah dapat
digunakan sebagai indikator penting yang dapat menjadi acuan sebagai
seseorang yang menderita gagal ginjal. Pada orang yang mengalami
kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena
pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Pembersihan pada ginjal ini
disebut jugan dengan kreatinin klirens, kreatinin klirens ini merupakan
laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang
dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit.
8
Sebelum melakukan pengukuran kreatinin pada sample serum
darah pasien terlebih dahulu harus mengetahui panjang gelombangnya
terkebih dahulu. Panjang gelombang tersebut adalah 492 nm dimana
panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang maksimum
untuk melakukan pengukuran pada kreatinin. Panjang gelombang juga
ditentukan dapat digunakan untuk menentukan absorbansi yang di
dapat sehingga absorbansi yang di dapat menunjukkan nilai absrobansi
yang maksimum.
Sample, standar yang dipipetkan ke dalam kuvet yaitu 200µl dan
working reagen yang digunakan sebanyak 2000µl yaitu campuran dari
asam pikrat NaOH dengan perbandingan 1:1. Pada saat pengujian ini
didiamkan terlebih dahulu selama 30 detik tujuannya agar reaksinya
berjalan dengan baik apabila langsung dicek dengan menggunakan
spektrofotometri dapat mengganggu pembacaan pada absorbansinya
karean reaksinya belum berjalan dengan baik. Hasil yang di dapat pada
pengukiran absorbansi pertama yaitu 0,143 setelah itu didiamkan
kembali selama 2 menit, dan pada saat pembacaan spektrofotometri
hasil absorbansinya yang di dapat yaitu 0,182 dari absorbansi pertama
ke absorbansi ke dua mengalami peningkata nilai absorbansi ini
tandanya reaksi tersebut telah berjalan dengan baik.
Dari hasil pasien yang di dapat kadar kreatininnya yaitu 1,56 mg/dl
melebih batas normal yaitu 0,6-1,1 akan tetapi, hasil kreatinin pasien
tidak terlalu jauh melebihi batas normal. Oleh karena itu, pasien belum
dikatakan mengalami gagal ginjal bisa saja hal ini dikarenakan oleh
pasien yang sedang mengkonsumsi obat-obatan, olahraga berlebih,
makan-makanan yang kaya dengan protein, dan sebagainya yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin tersebut.
9
IX. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kreatinin ini dapat disimpulkan kadar
kreatinin Tn. Imam yaitu 1,56mg/dl dan melebihi kadar normal 0,6 –
1,1 mg/dl, tapi belum dikatakan fungsi ginjal pada TN. Imam
mengalami kerusakan hal ini dapat disebabkan karena olahraga yang
berlebih, karena konsumsi obat – obatan, serta makanan yang kaya
dengan protein, dan sebagainya.
10
X. Daftar Pustaka
Sodeman, W.A. 1995. Sodeman Patofisiologi. Edisi 7, Jilid II.
Penerjemah: Andry Hartono. Hipokrates. Jakarta
Underwood. 1997. Patologi Umum & Sistematik. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth, J. 2001. Buku suku Patofisiologi. EGC. Jakarta
Available online at : www. Scribd.com [Diakases pada tanggal 24
Desember 2014]
11
XI. Lampiran
XI.1 Mengapa kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kerusakan pada ginjal? Jelaskan!
Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan
sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang
dengan gangguanfungsi ginjal memerlukan tindakan, Ginjal
mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Pada
orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam
darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal
rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan
malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa
standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam
darah.
Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke
disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah
ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan
menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh
ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance. Klirens kreatinin adalah
laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang
dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit.
Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per
menit. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui
filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan
peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya laju bersihan
kreatinin.
12