kraton cah 8

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Study wisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang berbagai tempat wisata. Laporan study wisata dibuat untuk memenuhi salah satu standar kompetensis mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu siswa diharapkan mampu melaksnakan dan mengomunikasikan hasil pengamatan pada saat melakukan study wisata di Kraton Yogyakarta. Hal ini dilakukan dan ditentukan pada siswa agar mereka lebih peduli pada tempat-tempat bersejarah yang menjadi komunitas atau museum benda-benda sejarah. Selain itu salah satu tempat yang kami tuju yaitu Kraton Yogyakata. Para siswa menjadi lebih mengetahui tempat-tempat yang bersejarah di Indonesia dan mengetahui begitu besar kekayaan Indonesia dengan budaya yang khas yang menjual karakteristik bangsa Indonesia. Dan mereka akan terangsang untuk mengembangkan budaya bangsa. Mengingat akan pentingnya study wisata ini kami tertarik untuk membukukan karya tulis study wisata yang kami laksanakan. B. Tujuan Karya Tulis Karya tulis ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui tentang study wisata yang kami tuju dan keadaannya. C. Metode

Upload: anifdownload

Post on 11-Jun-2015

902 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: kraton cah 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Study wisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

pengetahuan tentang berbagai tempat wisata. Laporan study wisata dibuat untuk

memenuhi salah satu standar kompetensis mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu

siswa diharapkan mampu melaksnakan dan mengomunikasikan hasil pengamatan

pada saat melakukan study wisata di Kraton Yogyakarta.

Hal ini dilakukan dan ditentukan pada siswa agar mereka lebih peduli pada

tempat-tempat bersejarah yang menjadi komunitas atau museum benda-benda

sejarah. Selain itu salah satu tempat yang kami tuju yaitu Kraton Yogyakata. Para

siswa menjadi lebih mengetahui tempat-tempat yang bersejarah di Indonesia dan

mengetahui begitu besar kekayaan Indonesia dengan budaya yang khas yang

menjual karakteristik bangsa Indonesia. Dan mereka akan terangsang untuk

mengembangkan budaya bangsa.

Mengingat akan pentingnya study wisata ini kami tertarik untuk

membukukan karya tulis study wisata yang kami laksanakan.

B. Tujuan Karya Tulis

Karya tulis ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui tentang study wisata

yang kami tuju dan keadaannya.

C. Metode

Study wisata ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2008 dengan tujuan

wisata Kraton Yogyakarta. Sebagai bahan pembuatan karya tulis ini kami

melakukan pengamatan dan mencatat data-data penting yang terdapat pada tempat

tujuan.

D. Kegunaan Studi Wisata

1. Mengetahui tempat-tempat bersejarah.

2. Mendorong siswa untuk lebih menghormati dan menghargai pahlawan yang

telah gugur.

3. Seperti pada tempat yang dituju yaitu kraton Yogyakarta siswa menjadi lebih

mengetahui dan terangsang untuk melinduni melestarikan, adat dan budaya

bangsa Indonesia.

Page 2: kraton cah 8

E. Meninjau Kraton Yogyakarta

Dari Kantor Pos Yogyakarta kita pergi ke selatan dan melalui gladag

panurakan, sampailah kita di Alun-alun Utara. Tentang nama Pangurakan ini

banyak keterangan.

1. Tuan Goricke dan Roorda, mengartikan tempat ini sebagai suatu tempat

dimana “urak” atau “daftar juga” diserahkan kepada yang berkewajiban.

2. Sedang BPH. Suryodiningrat berpendapat bahwa tempat ini dahulu adalah

sebuah tempat dimana pegawai kraton yang mendapat hukuman buang diurak

(diusir) dari kota.

Keliling alun-alun terdapat 62 batang pohon beringin dan di tengah-tengah

2 batang, jadi semuanya 64 batang, sesuai dengan usia Nabi Muhammad SAW.

Pohon beringin di tengah-tengah alun-alun berpagar batu bata, maka disebut juga

”Waringin Kurung”. Diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru,

menggambarkan bahwa kedua Waringin Kurung ini menggambarkan sirnuolis,

macro cosmos dan micro cosmos.

Di sela-sela pohon beringin kelilig alun-alun berdiri bangunan-bangunan

berbentuk pendapa, disebut Pekapalan Tempat Bupati-Bupati dahulu lugur

(singgah untuk beberapa hari) kalau ada sesuatu upacara. Sekarang dipakai untuk

bermacam-macam Kantor Jawatan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Di sebelah barat alun-alun berdiri Masjid Besar, berbentuk pendapa tertutup

dengan serambi terbuka dimukanya. Atapnya bertingkat, tiang-tiang Masjid Besar

di sebelah dalam terdiri dari batang-batang kayu jati bulat-bulat, menjulang ke

atas menahan kedua atap masjid itu. Konstruksi dan arsiteknya Jawa Asli.

Di halaman Masjid sebelah kanan kiri ada dua bangunan berlantai tinggi

bernama Pagongan, tempat gamelan sekali dibunyikan selama satu minggu

menjelang perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW.

Alun-alun utara ini satu bagian dari kompleks kraton yang sangat penting,

dari dahulu sampai sekarang, sebab disinilah Raja dapat berhubungan langsung

dengan rakyat, seperti pada latihan-latihan watangan (tournoi), rampongan macan,

garebeg, maleman Sekaten dan lain-lain. Kejadian-kejadian tersebut tadi

mengambil tempat di seluruh alun-alun oleh karenanya sukar bagi pemerintah

untuk menanaminya dengan tanaman bunga-bungaan dan sebagainya.

Sekarang kita mendekati kompleks kraton yang membujur dari utara ke

selatan sepanjang kurang 1 Km terdiri atas 7 halaman, satu dengan yang lainnya

dihubungkan dengan sebuah pintu gerbang. Regol namanya.

Page 3: kraton cah 8

BAB II

ISI (OBYEK)

A. Lokasi Obyek

Kompleks Kraton terletak ditengah-tengah, tetapi daerah kraton

membentang antara Sungai Code dan Sungai Winanga, dari utara ke selatan, dati

Tugu sampai Krapyak. Nama kampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita

bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya di

Kraton pada waktu dahulu, misalnya ; Gandekan = tempat tinggal gandek-gandek

(koerier) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit kraton Wirobraja,

Pasindenan tempat tinggal pesinden-pesinden (penyanyi-penyanyi) kraton.

Daerah kraton di hutan Garjitawati, dekat desa Beringin dan desa

Pacetokan. Karena daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun

sebuah kraton dengan bentengnya, maka aliran Sungai Code di belokkan sedikit

ke timur dan aliran Sungai Winanga sedikit ke barat.

Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun Jawa 1682,

diperingati dengan sebuah condrosengkolo memet dipintu gerbang Kemagangan

dan di pintu gerbang Gadung Mlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama

lainnya. Dalam bahasa Jawa : “Dwi naga rasa tunggal”. Artinya : Dwi = 2, naga

= 8, rasa = 6, tunggal = 1. Dibaca dari belakang : 1682. Warna naga hijau. Hijau

ialah symbol dari pengharapan.

Di sebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada

hiasan juga terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri.

Dalam bahasa Jawa : “Dwi naga rasa wani” Artinya : dwi = 2, naga = 8, rasa = 6,

wani = 1. jadi tahun 1682. Tahunnya sama, tetapi dekorasinya tak sama. Ini

tergantung dari arsitektur, tujuan dan sudut yang dihiasinya. Warna naga merah.

Merah ialah symbol keberanian. Di halaman Kemagangan ini dahulu diadakan

ujian-ujian bela diri menggunakan tombak antar calon prajurit-prajurit kraton.

Mestinya meraka pada waktu itu sedang marah dan brani.

Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m2. Di dalamnya terdapat banyak

bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan.

Page 4: kraton cah 8

B. Sejarah Obyek

Yang disebut Kraton ialah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata-

kata : ka + ratu + an = Kraton. Juga disebut kedaton, yaitu Indonesianya ialah

istana, jadi kraton ialah sebuah istana, tetapi istana bukanlah Kraton. Kraton ialah

sebuah istana yang mengandung arti, arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil

(kebudayaan).

Dan sesungguhnya Kraton Yogyakarta itu penuh dengan arti-arti tersebut di

atas. Arsitektur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-

ukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedung-gedungnyapun mempunyai arti

pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarang pohon. Semua yang

terdapat di sini seakan-akan memberi nasehat kepada kita untuk cinta dan

menyerahkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana dan

tekun, berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.

Siapakah gerangan arsitek dari Kraton ini ? Beliau ialah Sri Sultan

Hamengku Buwana I sendiri. Waktu masih muda, baginda bergelar Pangeran

Mangkubumi Sukowati dan dapat julukan, menurut Dr. F. Pigeund dan Dr. L.

Adam di Majallah Jawa tahun 1940: “de bouwmeester van zjin broer Sunan P.B.

II” (“arsitek dari kakanda Sri Susuhunan Paku Buwana II”).

Kraton Yogyakarta memiliki beberapa bagian, diantaranya Sitihinggil

Utara, Kemandungan Utara, Sri Manganti, Pelataran Kedaton, Kemagangan,

Kemandungan Selatan, Sitihinggil Selatan.

Bagian pertama merupakan bagian dari halaman. Disini Patih beserta para

pegawai bawahannya menghadap Sri Sultan pada upacara-upacara tertentu

misalnya Upacara Grebeg. Tiangnya juga berjumlah 64. sekarang 2 diantaranya

diganti 4 pilar besar-besar. Di atas gerbang terlihatlah beberapa hiasan relief

dengan condro sangkolo “poncogono saliro tunggal”, ponco =5, gono = 6, saliro

= 8, tunggal =1. Dibaca dari belakang = 1965, yakni tahun Jawa pada waktu yang

mana Pagelaran ini dimuliakan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Sebelumnya

mempunyai atap anyaman bambu dan disebut “tratag rambat”. Gerbang sebelah

selatan dihiasi pula dengan relief-relied berisikan sebuah suryo sangkolo ”catur

trisulo kembang lata” atau tahun 1934 M.

Antara sayap kanan-kiri Pagelaran ada dua buah bangsal kecil dengan dua

selogilang tempat singgasana Sri Sultan dan Putera Mahkota. Hiasan ukiran di

bangsa ini bagus sekali. Bangsa ini adalah Bangsal Pangrawit tempat Sri Sultan

mengangkat seorang Patih. Dahulu juga untuk memeriksa ”Gelar-gelar”

(slagorde-barisan) prajurit yang hendak diberangkatkan ke medan perang. Juga

untuk menerima laporan-laporan para senopati perang. (Dr. Th. Pgeaud, Majalah

Page 5: kraton cah 8

Jawa 1940). Di tempat ini juga Sri Sultan melihat watangari (toumoi) yang

diadakan di alun-alun utara. Sebuah dataran persis di alun-alun, di bawah rindang

pohon-pohon beringin, di muka pagelaran namanya : Bakung, tempat kuda-kuda.

Kanan-kiri pagelaran ada dua buah bangsal besar beratap klabang

sinander, atap kedua terlepas dari atap pertama, disebut bangsal pangapit atau

bangsal pasewakan. Disinilah panglima-panglima perang menerima perintah-

perintah perang dari Sri Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu.

Kemudian hari dipakai untuk caos (tempat jaga) para Bupati Anom Jaba.

Sekarang untuk keperluan kepariwisataan. Kanan-kiri dan sejajar dengan

Pagelaran terpancang dua buah bangsal kecil disebut Bangsal Pemandengan.

Tapnya berbentuk ”kutuk kemambang”. Bangsal ini disebut juga Bangsal Kori,

tempat abdi dalam Kori yang bertugas menyampaikan permohonan rakyat kepada

Sri Sultan. Maka dari itu bangsal ini dapat disamakan dengan pundak yang

menyokong badan Sri Sultan (Pemerintahan Sri Sultan).

1. Upacara Grebeg

Grebeg ialah upacara keagamaan di kraton, yang diadakan tiga kali

setahun, bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW (Gerbeg

Maulud), Hari Raya Idul Fithri (Grebeg Sawal) dan hari raya Aidil Adha

(Grebeg Besar).

Pada hari itu Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-

gunungan berisikan makanan dan lain-lain kepada rakyat. Upacara semacam

itu disertai dengan upacara panembahan Tuhan Yang Maha Kuasa oleh Sri

Sultan sendiri di sitihinggil – utara dan kemudian pembacaan do’a oleh Kyai

Pengulu untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, keagungan agama dan

kebahagiaan serta keselamatan kraton, nusa dan bangsa pada umumnya.

Setelah keluar dari Regol Sri Manganti, Sri Sultan melihat

dihadapannya Bangsal Ponconiti. Ponco berarti lima, symbol dari panca-

Indriya kita. Niti berarti meneliti, menyelidiki, memeriksa. Di sinilah Sri

Sultan mulai meneliti panca – indriyanya, mempersatukan pikirannya untuk

sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menjunjung tinggi perintahNya.

Karena itulah kanan-kiri Bangsal Ponconiti ditanami pohon-pohon Tanjung.

Halaman di mukanya disebut Kemandungan. Mandung berarti

mengumpulkan. Tanaman yang terlihat di sebelah utara halaman ini adalah

pohon Kepel dan Cengkirgading.

Page 6: kraton cah 8

Kepel atau kempel berarti menjadi padat atau beku. Cengkirgading

berwarna kuning. Warna kuning adalah symbol segala sesuatu yang

mengandung makna Ketuhanan. Jadi semuanya mempunyai arti :

“Kumpulkan dan padatkanlah tuan punya panca-indriya dan fikiran, sebab

tuan akan bersujud di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Melalui Regol

Brajanala, Sri Sultan naik tangga-lantai dan di mukanya terlihatlah olehnya

sebuah tembok dari batu bata disebut “Renteng Mentog Baturana”.

Braja berarti : senjata

Nala berarti : hati

Renteng berarti : susah atau khawatir atau sangsi

Baturana berarti : batu pemisah

Semuanya mempunyai arti : “Ta” usahlah tuan khawatir atau sangsi,

kalau menjadi alat Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalankan hukum

negara yang adil.

Sri Sultan kemudian naik tangga-lantai membelok ke kanan, tampaklah

olehnya di hadapannya Pohon Jambu Tlampok Arum. Ini mengandung arti :

“Berkatalah selalu yang harum-harum. Bicaralah selalu bijaksana, supaya

nama tuan berbau harum di seluruh dunia”. Sekarang Sri Sultan telah berada

di sitihinggil betul-betul. Di sebelah kiri beliau, Sri Sultan melihat pohon-

pohon Kemuning, ditanam berjejer empat di sebelah selatan Bangsal Witono.

Artinya “Heningkanlah fikiran tuan”. Kemudian baginda naik Bangsal

Witono. Witono asal bahasa Jawa perkataan : wiwitan, artinya : mulailah.

Bangsal Witono itu tempat pusaka-pusaka kraton pada upacara-upacara

Grebeg. Di tebing lantainya sebelah barat terdapat sebuah condrosengkolo

berbunyi “Tinata pirantining Madya Witono” atau tahun 1855 (Jawa) dan di

sebelah timur “Linungid kembar gantraning ron” atau tahun 1926 (Masehi).

Tahun-tahun waktu bangsal ini dimulyakan oleh Sri Sultan H.B. VIII.

Sebelum Sri Sultan duduk di singgasana, singgasana diatur dahulu di

Bangsal Manguntur Tangkil oleh dua orang abdi dalem kraton yang namanya

berawalan Wignya dan Derma. Tiap-tiap pegawai kraton yang telah dilantik,

dapat nama baru dari kraton menurut golongan jabatannya, misalnya

Wignyasekarta, Wignyamanggala dan sebagainya atau Dermosemono,

Dermokalpito dan sebagainya. Awalan Wignya menunjukkan jabatan tukang

membawa “ampilan” Sri Sultan, misalnya tombak, pedang dan lain-lain,

sedang awalan Dermo menunjukkan jabatan ahli ukir-mengukir. Ini

Page 7: kraton cah 8

mempunyai arti : “Hendaknya tuan Wignya (pandai, bisa, mampu) duduk di

singgasana, dihadap oleh rakyat tuan, karena tuan hanya saderma (sekedar)

mewakili Tuhan Yang Maha Kuasa”. Itulah sebabnya maka Sri Sultan

mempunyai gelar : Abdurrachman Sayidin Panatagama Kalifatullah.

2. Rintangan-Rintangan dalam Semadi

Tepat di muka Tratag Sitihinggil dan Bangsal Manguntur Tangkil,

terdapat sebuah bangunan bernama Tarub Hangung. Bangunan ini berdiri di

atas 4 tiang tinggi dari besi (pilar besi) dan mempunyai bentuk empat persegi.

Arti bangunan ini ialah : siapa yang sedang semadi atau gemar semadi, sujud

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berada selalu dalam Keagungan. Menuruti

garis lurus pandangan mata ke utara, kita lalui Pagelaran, tempat dimana patih

dan pegawai bawahannya “sowan” atau duduk menunggu “dawuh” atau

perintah Sri Sultan. Gelar berarti terang. Siapa yang sedang menjalankan

semadi berada dalam suasana terang benderang, karena dapat penerangan dari

Tuhan sendiri.

Di tengah-tengah terlihat gerbang Pagelaran. Arsitektur pagar Pohon

Beringin terdiri dari garis-garis tegak lurus, berbeda dengan pagar Supit-

Urang di alun-alun selatan. Arti dan fungsinyapun berbeda. Sayang sekali

pemandangan “dikotori” oleh tiang-tiang listrik.

Sampailah kita di alun-alun. Menggambarkan suasana “nglangut”

suasana tanpa tepi, suasana hati kita dalam semadi. Pohon Beringin di tengah-

tengah alun-alun menggambarkan suasana, seakan-akan kita terpisah dari diri

kita, seakan-akan kita kembar. Microcosmos bersatu menjadi macrocosmos.

Simpang empat di sebelah utara Pengurakan menggambarkan goda-goda

dalam semadi. Kita tak boleh ke kanan atau ke kiri, tetapi terus ketujuan kita.

Sampailah kita ke pasar Beringharja. Gambaran rintangan-rintangan

atau goda-goda dalam semadi yang hebat. Apakah yang tidak ada di pasar ?

Semua ada : wanita-wanita cantik, makanan lezat, minuman segar, kain bagus

berwarna-warni, bau-bauan yang wangi dan sedap.

Setelah ini kita sampai di Kepatihan. Seorang patih adalah seorang

pegawai tertinggi dari Sri Sultan yang besar sekali kekuasaannya. Memuat arti

godaan dalam semadi berupa kekuasaan, drajat, pangkat dan semat (uang).

Sampailah kita sekarang di akhir tujuan kita, Tugu, symbol dari tempat

Alif Mutakalliman Wachid, badan Ilafi, bersatunya Kawula dan Gusti,

Page 8: kraton cah 8

bersatunya Hamba dan Tuhannya, suatu suasana dalam cita-rasa kita, yang

memberi keyakinan mutlak kita, bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena

kemauan dan izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa. La chaula wala chuata Illa

billahil’alahil alim: tiada ada kekuasaan, selain dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kemudian Sri Sultan memberi isyarat memberangkatkan prajurit-

prajurit kraton, terdiri dari 9 peleton. Ini untuk memperingati jasa-jasa Wali

Sanga, sembilan orang penyebar agama Islam di Jawa.

Selesai prajurit-prajurit berdefile di muka Sri Sultan menyusul keluar

sedekah Sri Sultan berupa gunungan-gunungan, laki-laki dan perempuan,

berisi makan-makanan, jadah dan lain-lain dibawa ke masjid besar

Yogyakarta. Disana oleh Kyai Penghulu dibacakan doa – doa untuk

keselamatan Sri Sultan, kesejahteraan rakyat dan keagungan agama, nusa dan

bangsa.

Perlu juga diterangkan disini, bahwa keluarnya gunung-gunungan dari

kraton menuju ke masjid besar itu sepanjang jalan diberi penghormatan salvo

dari prajurit-prajurit kraton dan dikawal oleh 2 peleton prajurit pula, sampai

ke pintu gerbang masjid besar. Prajurit-prajurit pengawal gunungan ini

beruniform hitam dan satunya putih.

Hitam symbol dari ketepatan hati. Putih symbol dari kesucian.

Kedua peleton itu merupakan symbol dari sifat : tetap suci.

3. Jengkar Dalem

Jengkar dalem artinya pulang ke kraton, menggambarkan pulangnya

kita semua ke alam baka. Setelah meninggalkan Sitihinggil, sampailah Sri

Sultan di Kemandungan lor. Disitu dilihatnya pohon-pohon Keben. Ini

mengandung arti : “Tangkeben (tutuplah!) mata saudara, telinga Saudara, rasa

Saudara, sebab Saudara sebentar lagi akan menginjak zaman sakaratul maut:.

Kemudian masuk Regol Sri Manganti, Dahulu Sri Sultan berkenan

duduk sebentar di Bangsal Sri Manganti, dijemput oleh permaisuri serta putra-

putra Sri Sultan. Ini menggambarkan waktu kita telah menginjak di alam

Barzah. Kemudian datanglah dua orang bupati nayaka kepadanya untuk

mohon perintah Sri Sultan atau untuk menghaturkan minuman kepadanya. Ini

menggambarkan datangnya dua malaekat yang memberi pelajaran-pelajaran

atau petunjuk-petunjuk agama Islam berdasarkan Kitab Al Qur’an di alam

Barzah.

Page 9: kraton cah 8

Di halaman Sri Manganti ada sebuah bangsal lagi, disebut Bangsa Traju

Mas. Ini mengandung arti supaya pandailah kita menimbang-nimbang mana

yang betul, mana yang salah, jangan sampai ingat lagi pada keduniawian,

isteri dan anak-anak yang kita tinggalkan.

Di sebelah selatan Sri Sultan melihat sebuah gedung tinggi, besar, yaitu

gedung, Purwaretna. Ini mempunyai arti : “Kita harus selalu ingat kepada

asal mula kita”.

Gedong tinggi disebelah kanan adalah Gedong Purwaretna. Diatas regol

ada sebuah bulatan atau dengku mengelilingi jagad atau buwana, mengelilingi

dalam bahasa Jawanya : Hamengku. Keduanya dapat dibaca : Hamengku

Buwana, nama Sri Sultan. Dua ekor binatang dibawahnya namanya slira. Slira

adalah delapan. Semua berarti : Hamengku Buwana VIII.

Perhatikanlah patung raksasa putih kanan-kiri regol !

Purwa = pertama = asal

Retna = intan, cahaya

Gedong Purwaretna ini bertingkat tiga, gambaran dari Baital Makmur, Baital

Mucharam dan Baital Muchaddas (Betal makmur, Betal mukaram dan Betal

mukaddas). Jendela ada 4, menggambarkan 4 keblat atau 4 tingkat ketauhidan,

yaitu Syari’at, Tharikat, Chakekat dan Ma’rifat.

Kemudian Sri Sultan melihat Regol Danapratapa. Kanan kiri ditanami

pohon Jambu Dersono. Dersono berarti baik, utama. Regol Danapratapa

memberi nasehat kepada kita : “Sebaik-baik manusia, ialah ia yang suka

memberi dengan ikhlas serta suka membrantas hawa nafsunya”.

Arca raksasa di kanan kiri regol menggambarkan nafsu baik dan nafsu

jahat pada tiap-tiap manusia. Pohon Jambu Dersono dengan arca di mukanya

memberi nasehat kepada kita : “Sebaik-baik manusia ialah ia yang dapat

membedakan antara baik dan jahat”.

Setelah melalui Regol Danapratapa, Sri Sultan sampai di Plataran

Kedaton dan naik di Bangsal Kencana. Perkataan “kencana” itu mengandung

sifat-sifat, anasir-anasir yang bercahaya. Bangsal kencana adalah gambaran

bersatunya kawula-gusti. Maka dari itu condrosengkolo berdirinya Bangsal

Kencana ini berbunyi : “Trus satunggal panditaningrat” atau tahun 1719.

Kemudian Sri Sultan masuk ke Gedong Prabayeksa. Di dalam gedong

ini ada sebuah lampu yang tak pernah padam, bernama Kyai Wiji. Praba

artinya cahaya, yeksa berarti besar, jadi, cahaya yang besar / terang.

Page 10: kraton cah 8

Semua di atas itu mengandung arti : Menurut kepercayaan, perjalanan roch di

zaman akherat itu mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuah tempat yang

tetap, yang terang dan langgeng.

Sebelah kanan Gedong Prabayeksa berdirilah sebuah bangunan besar,

bercat kuning. Gedong kuning namanya. Gedong ini ialah gambaran tempat

roch-roch yang telah hening, bening, murni, yaitu sorga langgeng.

Kuning adalah warna segala sesuatu yang bersifat Ketuhanan. Semua di atas

itu hanyalah gambaran-gambaran saja, suatu nasehat dari orang tua kepada

turun-turunannya secara visuil-educatief. Nyatanya, terserah kepada Tuhan

Maha Tahu

C. Gambaran Obyek

1. Krapyak

Krapyak adalah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan,

kalau baginda sedang memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan

ketangkasannya mengepung, memburu atau mengejar rusa.

2. Plengkung

Plengkung adalah pintu gerbang yang ada di dalam beteng yang

menghubungkan komplek kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu

adalah :

1. Plengkung Terunasura atau Plengkung Wajilan

2. Plengkung Jogosura atau Plengkung Ngasem

3. Plengkung Jogoboyo atau Plengkung Tamansari

4. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading

5. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan

3. Tratag

Tratag adalah bangunan yang biasanya digunakan untuk berteduh,

beratapkan anyaman-anyaman bambu dengan tiang-tiang tinggi, tanpa

dinding. Di pemerintahan Sri Sultan H.B.VIII semua tratag kraton

dimuliakannya dan diberi atap seng, tetapi arsitekturnya tetap tak berubah.

Page 11: kraton cah 8

4. Sitihinggil

Sitihinggil adalah sebuah tempat tinggi yang dulu terdapat sebuah

bangunan berbentuk pendopo untuk tempat duduk Sri Sultan. Halaman

sitihinggil ditanami pohon “Soka” dan pohon “Pelem Cempora”. Di kanan-

kiri sitihinggil terdapat kamar mandi.

5. Bangsal

Bangsal adalah bangunan terbuka yang dahulu digunakan sebagai

pesanggrahan Sri Sultan H.B.I di desa Pandak Karangnangka waktu perang

Giyanti. (1746-1755).

6. Selo Gilang

Yang disebut selo gilang yaitu tempat singgasana Sri Sultan. Kanan-kiri

tempat duduk kerabat kraton dan abdi dalem lainnya serta para rakyatnya pria

dan wanita berkumpul menghormati Sri Sultan.

7. Bangsal Pacikeran

Bangsal pacirekan tempat jaga pegawai-pegawai kraton yang tugasnya

melaksanakan keputusan-keputusan hakim, yaitu abdi dalam Singonegoro dan

Mertolutut (algojo-algojo kraton). Menurut KPH. Suryodiningrat sampai

dengan tahun 1926 bangsal-bangsal ini masih dipakai.

8. Tarub Agung

Tarub Agung yaitu tempat pembesar-pembesar menunggu rombongan

untuk bersama-sama masuk kraton.

9. Bangsal Sitihinggil

Dahulu memang sebuah tratag, berapat anyaman bambu, tetapi pada

tahun 1926 dimulikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menjadi sebuah

bangsal yang sangat megah. Hiasan relief di tebing sebelah muka

menggambarkan bangsal yang sangat megah. Hiasan relief di tebing sebelah

muka menggambarkan sebuah condrosasongkolo ”Pendito cokor nogo wani”

(1857) dan dibelakangnya sebuah suryosasongkolo ”Gono asto kembang

lata” (1926). Disinilah tempat pangeran-pangeran serta tamu-tamu Sri Sultan

Page 12: kraton cah 8

duduk pada upacara-upacara kebesaran misalnya garebeg, penobatan Sri

Sultan dan sebagainya.

10. Bangsal Manguntur Tangkil

Tempat Singgasana Sri Sultan. Belakang singgasana ada sebuah

bangunan besar berbentuk pendapa berlantai marmer dihiasi ukir-ukiran indah

sekali disebut Bangsal Wilopo.

11. Bangsal Wilopo

Pada upacara garebeg disinilah tempat pusaka-pusaka kraton. Pada

tebing belakang dari lantai tengah bangsal Wilopo bertulis sebuah

condrosangkolo ”Tinoto purantining madya Wilono’ (1855) dan sebuah

suryosangkolo ”Linungit kembar gatraning ron” (1925). Kedua-duanya

menunjukkan tahun dimuliakannya bangsal ini oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono VIII.

12. Bangsal Bale Bang

Dahulu dipakai untuk menyimpan gamelan Sekati. Disebelah barat

terletak Bale Angun-angun, disini dahulu disimpan sebuah pusaka kraton

Kanjeng Kyai Sura Angun-angun, sebuah tombak untuk membunuh banteng.

Di sitihinggil inilah Sri Sultan dinobatkan. Selogilang di sebelah kanan

Bangsal Tangklik agak ke muka adalah tempat untuk putra mahkota.

13. Kemandungan Lor (Kaben)

Sebelum sampai Kaben kita lalui sebuah tembok pemisah yang tebal da

tinggi yaitu Benteng Mentok Baturetno kalau kita sudah sampai pintu gerbang

Brojolono, terbentanglah di mukakita halaman Kemandungan Lor.

Dinamakan oleh rakyat Keben karena disini terdapat pohon-pohon Keben.

Di tengah-tengah halaman terpancang bangsal Ponconiti, dihias dengan ukir-

ukiran kayu yang indah. Bangsal ini dahulu dipakai untuk mengadili sesuatu

perkara dengan hukuman mati.

Sidang pengadilan dipimpin oleh Sri Sultan sendiri. Tetapi menurut

GPH Mangkukusomo sejak pemerintah Sri Sultan HB. VIII (Jaman Raffles)

tidak dipakai lagi. Tamu-tamu kraton turun dari kendaraannya di Bale Anti

Wahana sebelah selatan bangsal Ponconiti.

Page 13: kraton cah 8

14. Srimanganti

Melalui pintu gerbang (regol) Srimanganti kita sampai halaman

Srimanganti, bagian Kraton III. Di halaman ini terdapat dua bangsal yaitu

bangsa Srimanganti disebelah barat dan Trajumas di sebelah timur. Di bangsal

Srimanganti sekarang disimpan pusaka-pusaka kraton berupa gamelan seperti

Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilogo, juga masyhur dengan nama

Gamelan sekali. Hanya sekali dalam setahun di halaman kita dapat mendengar

gamelan ini pada bulan Maulud, 7 hari lamanya di halaman Masjid Besar

untuk memperingati naluri pada zaman masuknya Islam di Jawa. Pada waktu

itu Sunan Kalijaga memberi dakwah Islam dengan memukul gamelan di

Masjid Demak. Kyai Guntur Laut seperangkat gamelan kraton, hanya

dibunyikan untuk menghormati Sri Sultan atau tamu resmi/agung. Kyai Kebo

Ganggang adalah seperangkat gamelan kraton yang dibunyikan pada upacara

sunatan putra-putra Sri Sultan. Kyai Tanda Lawak adalah sebuah tandu Sri

Sultan Hamengkubuwono I.

15. Bangsal Trajumas

Bangsal Trajumas disimpan bermacam-macam Tandu Jempono,

Plongko, Joli, Meja Hias dan lain-lain. Melalui gerbang Danapertapa

sampailah kita di halaman kraton bagian IV dan yang terpenting, oleh karena

Sri Sultan Putra Mahkota berdiam disini. Pintu gerbang Danapertapa inipun

dihias dengan sangat indah, menggambarkan sebuah suryosangkolo ”jagad

ing asta neng wiwara narpati” (1921) dan di sebelah belakangnya sebuah

condrosangkolo ”Esti sara esti aji” (1858). Hiasan sebelah muka

menggambarkan juga nama Sri Sultan dan cita-citanya, yaitu memakmurkan

rakyat dan negaranya. ”Pepetan” (hiasan) semacam ini disebut

”Sangkalmemet”. Paling atas nama Sri Sultan digambarkan dengan jagad

dilingkari oleh bulatan (jagad = buana, lingkaran = wengku = mengku) jadi

Hamengku Buwana. Sengkalan memet (chronogram) ini menunjukkan tahun

waktu Sri Sultan HB. VIII memulai memegang tampuk pemerintah. ”Daun

Kluwih” (luwih = lebih) ”padi” dan ”kapas” lambang sandang pangan =

kemakmuran. Di muka gerbang sebelah kiri kanan berdiri dua buah patung

raksasa kembar simbol penjaga kraton atau penjaga diri manusia pribadi, yaitu

bahwa nasib baik dan buruk. Pada hakikatnya baik dan buruk itu sama, tinggal

kita memilih mana yang kita sukai tanggung jawab sendiir.

Page 14: kraton cah 8

16. Regol Danpertapa

Dalam Regol Danpertapa di dinding belakang sebuah lambang kraton

Yogyakarta. Sebelah atas adalah mahkoda Sri Sultan, dibawahnya kanan kiri

”Sumping” kerajaan. Kedua sayap menggambarkan sikap waspada dan

bijaksana. Di tengah terlukis nama Sri Sultan dengan hurug Jawa : HB =

Hamengku Buwana. Warna simbol keemasan berarti warna segala apa yang

mengandung keagamaan. Dasar merah berarti berani. Semuanya sesuai

dengan gelar Sri Sultan = Sayidin Panatagama Kalifatullah.

17. Plataran Kraton

Plataran ini ditanami pohon-pohon sawo kecik. Dengan daun-daunnya

yang rindah pohon sawo memberi suasana aman dan tenteram. Di sebelah

barat menghadap ke timur berdirilah Bangsal Kencana berbentuk pendapa

dilingkari dengan emper (kaki lima) pada keempat sisinya. Bentuk semacam

ini disebut bentuk Sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati,

plafonnya dihias ukir-ukiran amat ndah, warna tiang dan bentuk bangsal

merupakan suatu keserasian (harmoni) yang amat indah. Pada upacara-

upacara kebesaran Sri Sultan duduk di Singgasana di tengah-tengah keempat

tiang utamanya (Saka Guru) menghadap ke timur. Bangsal ini dikelilingi

tratag, berlantai marmer bertiang besi dan beratap seng. Disinilah dahulu

diadakan latihan-latihan beksan (tari Jawa) oleh abdi dalem dan kerabat

keraton. Tempat dimuka tratag. Disinilah pula pemain beksa bersiap-siap

menunggu gilirannya. Juga dipakai tempat gamelan kalau ada tamu agung.

Tratag di sebelah barat bangsal kencana adalah tempat latihan penari-penari

putri.

18. Bangsal Proboyakso

Tempat penyimpanan pusaka-pusaka kraton. Di dalamnya ada lampu

yang tak pernah padam, Kyai WijiNamanya. Menurut KPH. Brontodiningrat

lampu ini adalah simbol dari sinar yang tak pernah padam. Sedang menurut

Dr. Th. Pigeaud simbol dari ”Het Light van once geest” (sinar semangat jiwa

kita). Di sebelah utara angsal Proboyakso terlihat sebuah gedung besar

menghadap timur berwarna gading dihias ukir-ukiran sangat indah/halus.

Arsitek gedung, warna gedung dan hiasannya merupakan suatu keharmonisan

Page 15: kraton cah 8

yang amat indah sekali. Gedung ini disebut menurut warnanya ialah ”gedong

kuning” tepat bersemayam Sri Sultan.

Belakang Gedong Kuning dan Gedong Proboyakso adalah Kaputren. Di

muka Gedong Kuning agak sedikit ke utara berdiri sebuah gedung bertingkat

menghadap ke bangsal kencana, disebut Gedung Purworetno ialah kantor

Sekretaris Pribadi Sri Sultan. Di sebelahnya ada ruangan untuk berhias tamu-

tamu kraton, diberi nama Panti Sumbaga.

19. Bangsal Mandalasana

Sebuah bangsal tempat pemain musik. Di sebelah selatan bangsal

Kencana kita lihat sebuah bangsal berbentuk limasan berlantai marmer yang

menghadap ke timur yaitu bangsal Manis. Di atas pagar kuncungnya di

sebelah barat dan timur yaitu bangsal Manis. Di atas pagar kuncungnya di

sebelah barat dan timur ada hiasan ukiran kayu menggambarkan dua naga di

tengahnya ada raksasa. Di dahi raksasa ada lintahnya. Inipun condrosangkolo

yaitu tahun dibuatnya bangsal ini, bunyinya ”Werduyakso nogo rojo” werdu

= lintah = 3, yakso = 5, nogo = 8, rojo = mahkota = 1 (1853). Bangsal ini

dipakai untuk pesta-pesta. Sekarang untuk membersihkan pusaka-pusaka

kraton pada bulan Suro.

20. Gedung-gedung dalam Kraton

Gedung PatehanSebuah gedung untuk mempersiapkan minuman teh

bagi tamu-tamu, disampingnya adalah gedung kas kraton. Kedua gedung ini

menghadap ke utara. Kemudian gedung siliran untuk menyimpan lampu-

lampu. Gedung surang bayang untuk menyimpan minuman dan alat makan,

dan kemudian dua buah gedung untuk menyimpan gamelan, yaitu sebelah

selatan untuk menyimpan gamelan slendro dan yang utara gamelan polog.

Ditengah-tengah kedua gedung gamelan ada gerbang, Regol Gapura untuk

masuk ke Ksatriyan, semuanya menghadap ke barat.

Gedung Pemerintah Agung Kraton, untuk mengatur administrasi kraton.

Melalui pintu gerbang gapura dan regol ksatriyan, kita sampailah di

kasatriyan, yang dahulu adalah tempat putra Mahkota dan keluarganya. Oleh

karena sekarang tidak ada putra mahkota, bagian ini dipergunakan untuk

keperluan kesenian. Pada hari-hari tertentu disini diadakan latihan beksan,

Page 16: kraton cah 8

memukul gamelan dan siaran-siaran karawitan kraton yang dipancarkan RRI

Nusantara II.

Sebelum sampai di dalam sesungguhnya kita melalui bangunan-

bangunan danbekas kandang kuda, sekarang dirombak jadi untuk menyimpan

gamelan-gamelan dan inventaris kraton, serta tempat bacaan Banjar Wilopo

namanya (Bibliotheek).

Sebuah gedung dimana dahulu disimpan pakaian kuda yaitu Gedung

Kapa, sekarang dijadikan museum kraton. Gedung pringgondani, sekarang

dipakai untuk menyimpan lukisan-lukisan Raden Shaleh dan beberapa potret

tentang perkawinan putra-putri Sri Sultan.

Kembali ke halaman Pelataran Kedaton, di sebelah selatan ada sebuah

pintu gerbang disebut Regol Kemagangan. Magang berarti calon. Di

halaman ini dahulu calon-calon prajurit diuji ketangkasannya dalam

mempergunakan tombak, dihadiri oleh pangeran-pangeran serta kerabat

kraton lainnya. Bangunan-bangunan ini di dua sudut selatan adalah untuk

membuang gunungan. Sedekah makan dibuat gunung pada hari garebeg,

halaman ini adalah bagian ke V kompleks kraton.

Regol Kemagangan di sebelah dalam dihiasi dengan condrosangkolo

juga, dua ekor naga berlilitan satu sama lain dalam bahasa Jawa ”Dwi nogo

roso tunggal” dwi = 2, nogo = 8, roso = 6, tunggal 1 =. Dibaca dari belakang

1682 tahun Jawa yaitu tahun didirakannya Kraton Ngayogyakarta.

Di bagian luar regol, menghadap ke selatan terlihat di atas dinding

kanan kiri sebuah dekorasi terdiri dari seekor naga merah dalam keadaan siap

menerkam. Dekorasi ini sebuah condrosengkolo yang harus dibaca ”Dwi

nogo roso”.

D. Koleksi Kraton

Pembangunan Kraton pertama tahun 1750, disana banyak isi dan koleksi

yang menarik yang perlu kita ketahui. Karena halamannya luas dan terbagi

menjadi beberapa ruangan maka koleksi kraton banyak sekali antara lain:

1. Gmm. Dorojatun sewaktu masih kecil + 6 tahun, menjadi putra mahkota yang

nantinya akan menjadi pengganti sultan.

2. Pecis, topi upacara dan tanda pangkat gubernur milik Sri Sultan.

3. Tongkat Komando Gubernur Provinsi DIY.

4. Seragam pramuka milik Sri Sultan.

Page 17: kraton cah 8

5. Berbagai pakaian, Mantek milik Sri Sultan.

6. Banyak piagam tanda kehormatan (laha putra), sebagai Bintang RI Angkatan

perang.

7. Ada lambang-lambang dari Swiss, Malaysia, Jepang, Thailand dan lain-lain.

8. Guci dari keramik berwarna hijau tua berhias lukisan wanita dan pria

memakai pakaian tradisional/cina.

9. Hiasan meja yaitu vas bunga dari bahan porselin.

Memasuki ruangan lain yaitu tempat yang berisi batik. Di depan ruangan itu

ada patung orang yang sedang membatik. Banyak terdapat motif batik yang

beraneka ragam.

1. Batik Semen Romo

2. Batik Parang Seling Kawangundil

3. Batik Kontemporer

4. Batik Kawang Seling Tritik

5. Batik Kokasono

6. Batik Perang Seling Yondo Suli, dan lain-lain.

Di dalam ruangan itu selain beragam batik juga ada topeng motif batik,

sumur (set) yang ditutupi. Ada sepeda pada masa lalu salah satu alat angkut untuk

membawa batik. Tembulan yang akan dibawa ketempat prosesing batik (Hibah

dari GBPH H. Yudaningrat).

Macam-macam hiasan di ruangan itu:

1. Stempel untuk batik cao

2. Berbagai macam lilin batik

3. Malam konte

4. Malam lonceng

5. Crampung dan foto berbusana batik, dan lain-lain.

Ada juga bahan-bahan pewarna yang digunakan untuk membuat batik dan

proses pembuatan batik. Bahan pewarna antara lain kayu suwing, mahoni, ratus,

terak bunga srigading dan kayu jambal.

Page 18: kraton cah 8

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan study wisata dengan tujuan Kraton Yogyakarta dapat

ditarik kesimulan sebagai berikut:

1. Menambah wawasan tentang tempat-tempat hiburan yang belum banyak

diketahui.

2. Mendidik kita untuk mencintai kebudayaan sendiri dan mengembangkannya.

3. Mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan.

4. Mendorong kita untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada negara lain

B. Saran

Setelah terselesaikan karya tulis study wisata kami selaku penulis

menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Dalam melakukan study tour harus selalu mempersiapkan diri dengan matang

agar tidak sakit setelah sampai tempat tujuan/ketika berangkat.

2. Hendaklah selalu dengan guru dan pembimbing agar tidak tersesat.

3. Dalam pembuatan sebuah laporan study wisata ini bersifat kelompok.

Hendaklah seluruh kelompok bekerja sama dan jangan terpaku pada salah satu

anak saja agar hasilnya maksimal.

4. Dalam membuat laporan study wisata pengetahuan yang cukup, maka dari itu

jangan hanya terpaku pada satu buku panduan saja. Tetapi carilah

pengetahuan dari buku-buku lain sehingga laporan yang dibuat akan lebih

maksimal dan usaha menentukan keberhasilan pula.

Page 19: kraton cah 8

BAB IV

PENUTUP

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang selalu memberi kita petunjuk. Kami tim

penyusun telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas karya tulis ini sebagai salah

satu syarat untuk menempuh UAS dan UAN dengan sederhana dan dengan

kemampuan kami seadanya. Sebagai upaya untuk menciptakan situasi yang lebih baik

dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia menuju pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya, maka diharapkan kita semua untuk bersama-sama

mengerti dan menghayati maksud yang terkandung dalam pelaksanaan “KARYA

WISATA”.

Dengan begitu kami berharap untuk lebih bisa membangun diri sendiri,

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Page 20: kraton cah 8

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: kraton cah 8

LAMPIRAN-LAMPIRAN

a. Foto-Foto Koleksi

Page 22: kraton cah 8
Page 23: kraton cah 8
Page 24: kraton cah 8
Page 25: kraton cah 8
Page 26: kraton cah 8
Page 27: kraton cah 8
Page 28: kraton cah 8
Page 29: kraton cah 8
Page 30: kraton cah 8
Page 31: kraton cah 8
Page 32: kraton cah 8
Page 33: kraton cah 8

b. Denah/Peta

Page 34: kraton cah 8
Page 35: kraton cah 8
Page 36: kraton cah 8

c. Dokumen-dokumen

Logo Kraton Yogyakarta