kpr dan kpa bagi wna menjanjikan pembiayaan...

1

Upload: lyhuong

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KPR dan KPA bagi WNA Menjanjikan PEMBIAYAAN KONSUMERbigcms.bisnis.com/file-data/1/1487/6e544f88_Des15-ElnusaTbk.pdf · kalau mau dibeli asing harus di-tu runkan kepemilikannya di

P E R B A N K A NKamis, 25 Februari 2016 23PRODUK BARU

Bisnis/Paulus Tandi Bone

Direktur Credit Card & Personal Loan Bank Mega Dodit Wiweko Probojakti (tengah) didampingi Credit Card & Personal Loans Deputy Regional Head Vonny Ridho (kiri), dan Regional Head Makassar Andrew W berbincang pada acara pertemuan dengan wartawan tentang produk baru Bank Mega, Mega Barcelona di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (23/2). Produk yang akan diluncurkan April mendatang tersebut ditargetkan mampu menggaet 300.000 nasabah pemegang kartu dalam empat tahun ke depan.

Anitana Widya [email protected]

Aturan pembiayaan properti ba gi WNA diharapkan membuka ce lah pasar baru bagi perbankan da lam ekspansi kredit. Apalagi kon disi penyaluran kredit pro per-ti oleh perbankan belum sebaik yang diharapkan.

Per November 2015 penyaluran kre dit properti mencapai Rp616 tri liun atau tumbuh 11,5% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut tercatat me lam bat dibandingkan Oktober 2015 mencapai 12,1% (y-o-y) de ngan nominal Rp612,1 triliun. Per lambatan terutama terjadi pa da KPR, KPA, dan Real Estate.

Head of Mortgage Division PT BCA Tbk. Felicia M. Simon menyatakan pihaknya me ni lai ada peluang bagus dari pro gram KPA untuk WNA untuk di kem-bangkan pihak bank. Secara keseluruhan pihaknya me nyam-but baik PP yang terbit akhir De sember lalu.

“Tentunya PP itu telah melalui per timbangan yang matang untuk men dukung pembangunan serta me ningkatkan peluang bisnis di tengah perubahan kondisi eko-no mi,” katanya, baru-baru ini.

Namun, Felicia menyatakan pi-hak nya tidak mau gegabah, dan cenderung berhati-hati me man-dang peluang dengan melihat juga faktor risiko serta berbagai ke siapan lain yang diperlukan un tuk memastikan kesuksesan dari rencana program.

Adapun sampai dengan kuartal III/2015, persentase penyaluran pem biayaan BBCA untuk pe mi-lik an rumah sebesar 15,9% dari total keseluruhan portofolio kre-dit. Penyaluran kredit tersebut tum buh 9,5% (y-o-y).

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sebagai spe sialis kredit perumahan juga be lum melakukan eksekusi atas ren-cana pembiayaan tersebut. Ke pala Divisi dan Nonsubsidi Consumer Landing BTN Suryanti Agustina mengatakan pi hak nya sebatas menangkap pe luang ter-se but. “Ada pangsa baru di bu-ka pemerintah ini kan di sam but baik,”katanya.

Bank berkode saham BBTN itu mengakui untuk pasar kelas me-nengah atas belum sesuai ha-rapan. Manajemen BBTN ber ha-rap hadirnya kebijakan ini akan men stimulasi perluasan market share di sektor tersebut, seraya meng andalkan daya beli WNA yang diasumsikan lebih besar dari nasabah lokal.

Sinyal positif itu, menurutnya, akan berlanjut dengan realisasi Ma syarakat Ekonomi Asean yang ber korelasi dengan arus masuk pe kerja asing ke Indonesia.

Selama ini, Suryanti mengung-kap kan kendala datang dari para de ve loper yang lebih banyak me-la kukan pembangunan dengan sta tus hak guna bangunan (HGB). Sementara itu, pemerintah meng-atur status kepemilikan bagi WNA sebagai hak pakai.

“Kalau tadinya sudah HGB kalau mau dibeli asing harus di-tu runkan kepemilikannya di hak pakai pasti kan mikir dulu,” te-rangnya.

SELEKTIFDi sisi lain, ujar Suryanti, per-

bank an juga perlu lebih hati-hati dan selektif memilih calon WNA bila tidak ingin merugi. Jang ka waktu WNA menetap di Indo-ne sia harus dalam jangka waktu

yang lama. Bila dalam kurun wak tu kurang dari satu tahun, hak akan menjadi milik negara.

Selain itu, perbankan meng-ha rap kan adanya lembaga yang ber gerak sebagai regulator resmi dalam menangani realisasi skema pem biayaan untuk WNA ini.

Tahun ini, untuk sektor non sub-sidi, BTN mengharapkan tar get baru mencapai Rp23 triliun de-ngan pertumbuhan sekitar 20%. Sementara KPR subsidi men capai pertumbuhan Rp14 triliun.

Bank lain dengan pangsa pa sar besar untuk KPR, yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk mengaku te-ngah menyiapkan produk KPR yang ditujukan kepada WNA dan di ha rapkan dapat terealisasi pada kuar tal pertama tahun ini.

Apalagi bank berkode saham BNGA telah memiliki beragam

pro duk KPR untuk masyarakat luas. Nantinya, pihaknya tak akan merombak banyak untuk pro duk KPR WNA

Head of Retail Banking Product PT Bank CIMB Niaga Budiman Tan jung menambahkan ke sem-patan itu akan terbuka kare na pi haknya menargetkan per tum-buh an penyaluran yang le bih ting gi. Tentunya dengan te tap ber-pa tokan kondisi makro eko no mi dan pasar properti pada 2016.

Namun Budiman enggan ber-ko mentar lebih jauh soal soal pro duk tersebut.

Hingga kuartal III/2015, CIMB Niaga telah menyalurkan KPR se-besar Rp23,06 triliun. Jumlah ini memberikan kontribusi se be sar 45% terhadap total kredit Kon-sumer CIMB Niaga yang men ca-pai Rp51,40 triliun.

Kebijakan ini akan menstimulasi per luas-an market share di sek tor tersebut, sera ya meng andalkan daya beli WNA yang di asum-si kan lebih besar dari na sa bah lokal.

JAKARTA — Perbankan tengah mengkaji prospek KPR dan KPA sejalan dengan

terbitnya PP Nomor 103 Tahun 2015 tentang kepemilikan hunian oleh orang asing yang

berkedudukan di Indonesia.

PEMBIAYAAN KONSUMER

KPR dan KPA bagi WNA Menjanjikan

BISNIS/TUTUN PURNAMASumber: Bank Indonesia 2015, Data diolah.

Ekspansi Pembiayaan Properti

(Rp Triliun)

104,6

103,2Real Estate

172,6

173,5

Konstruksi

337,3

335,4KPR

Growth (y-o-y)

19,3%

20,2%

15,9%

16,8%

7,2%

7,6%

Oktober 2015

November 2015

RISET PERBANKAN

Bank RI Berpotensi Paling Untung

JAKARTA — Beberapa analis menilai kualitas aset perbankan Indonesia pada tahun ini masih meng khawatirkan, tetapi pros peknya berpeluang lebih baik pada 2016. Bah kan, berpotensi men-jadi yang paling mengun-tung kan di dunia.

Ivan Tan, analis utama Standard & Poor's Rating Ser vice, menjelaskan pi-hak nya masih mem per-ta hankan outlook stabil untuk perbankan Indo-ne sia. Meskipun, masih da lam tantangan cukup be rat pada tahun ini.

“Kualitas aset bank ma sih menjadi tantangan pada 2016,” tulisnya da lam riset yang dirilis pada akhir pekan lalu.

Di sisi lain, margin bank juga dinilai akan ber ada di bawah tekanan pada tahun ini. Namun, ruang penurunan su ku bu nga acuan atau BI Rate dengan si tua si makro ekonomi Indo ne sia pada tahun ini bisa meningkatkan te-kan an kualitas kredit per-bank an.

Dia menuturkan da lam pandangannya, kua li-tas aset perbankan Indo-nesia masih akan me-nu run pada tahun ini, te tapi dalam level yang ma sih bisa diantisipasi. De ngan potensi risiko itu, perbankan Indonesia di-pre diksi masih bisa men-ja di yang paling mengun-tung kan di dunia.

“Kami proyeksikan return on asset perbankan Indo nesia sebesar 2% pada tahun ini. Angka itu sa ngat baik bila melihat stan dar dunia,” tuturnya.

Sementara itu, Lim Sue Lin, analis DBS Vickers Secu ri ties, memaparkan per bankan Indonesia ber po tensi positif untuk jang ka dekat seiring de-ngan penurunan BI

Rate. Pasalnya, situasi itu cenderung membuat bank bisa mengurangi be ban bunga deposito di-ban ding kan pinjaman.

“Hal itu bisa men do-rong net interest margin [NIM] perbankan naik, ter utama untuk bank yang mempunyai porsi de po sito yang tinggi se-per ti PT Bank Danamon Indo nesia Tbk., PT Bank Ta bungan Negara Tbk., dan PT Bank Tabungan Pen siun Nasional Tbk.,” papar nya.

Meskipun begitu, dia me nilai masih harus ber-ha ti-hati terhadap pros-pek perbankan Indo ne-sia. Kualitas aset masih men jadi sesuatu yang di-kha watirkan pada tahun ini di tengah asumsinya kalau semester II/2016 per bankan Indonesia su dah mulai stabil.

“Lalu, rencana Bank Indo nesia [BI] dan Oto ri-tas Jasa Keuangan [OJK] un tuk menjadikan bunga kre dit single digit dengan mem buat tim ad hoc dan atur an baru OJK terkait cap NIM sebesar 4% bisa berdampak negatif ter-hadap perbankan,” ujar-nya.

Situasi itu mungkin bisa membuat per tum-buh an kredit perbankan Indo nesia bisa sebesar 14% pada tahun ini, te-ta pi situasi itu tidak akan cukup untuk me nge lola mo mentum per tum buh-an NIM.

Adapun, secara umum Bank Indonesia mencatat kre dit macet atau NPL in-dus tri perbankan Tanah Air pada akhir tahun lalu mencapai level 2,5% (gross) dan 1,2% (net) atau turun dibandingkan bu lan sebelumnya yang men capai 2,7% (gross) dan 1,3% (net). (Surya

Rianto)

FUNGSI INTERMEDIASI

Pasar Kredit Infrastruktur Terbuka Lebar

JAKARTA — Sejumlah bank memilih fokus di pe nya luran kredit sektor infra struktur tahun ini. Pang sa pasar yang masih ter buka lebar serta cash flow yang aman jadi alasan.

Direktur Treasuri PT Bank ANZ Indonesia Sonny Samuel me nga-ta kan pihaknya punya ko mi tmen tinggi untuk me nya lurkan kredit infra-struktur di Indonesia. Oleh karena itu mereka gencar menjalin ko mu ni-kasi dan kerja sama de-ngan pihak pemerintah mau pun swasta.

"Tahun lalu pem bia-ya an infrastruktur kami tumbuh 9%. Pada dasar-nya kami fokus untuk funding project infrastruk-tur di Indonesia. Ada banyak," katanya usai pe-nan da tanganan kontrak ker ja sama pembiayaan in frastruktur dengan In ter national Finance Cor po ration (IFC) di Jakar ta, Senin (22/2).

Menurutnya, ke bu tuh-an infrastruktur di Indo-nesia masih sangat besar. Sektor-sektor yang me na-rik antara lain kelistrikan dan pelabuhan.

Dalam kerja sama de-ngan IFC tersebut, total dana yang disalurkan da lam bentuk sindikasi se banyak US$150 juta ke-pada PT Indonesia In fra-structure Finance (IIF). Dalam sindikasi ini ANZ di tunjuk sebagai pe mim-pin.

Besarnya potensi pa sar di sektor ini ter gam-bar dari data yang di-pa parkan IIF. Investasi di bidang infrastruktur Indo nesia saat ini baru ber ada di angka 3% dari ke se luruhan produk do-mes tik bruto. Jauh di ba wah India (7,5%) dan China (10%).

Selain kerja sama de-ngan IIF, anak usaha bank asal Australia ini juga baru saja deal dalam pem biayaan power plant ber nilai US$300 juta un tuk jangka waktu 7 tahun.

Direktur Utama Deuts-che Bank Indonesia Ku nar dy Lie pernah mem-pre diksi perekonomian Indo nesia akan stabil pada tahun ini seiring de ngan investasi infra-struktur pemerintah yang di rea lisasikan pada tahun ini.

Namun, ujarnya, per-lam batan ekonomi global yang masih berlanjut bisa mem berikan dampak ter ha dap perekonomian Indo nesia saat ini, ter ma-suk industri perbankan.

“Kami pun masih ber-eks pek tasi tantangan pada ta hun ini masih sama se perti tahun lalu. Un tuk itu, kami akan te rus me nge lola profil risi ko se baik mungkin,” ujar nya beberapa waktu lalu.

Tahun ini, Deutsche Bank masih akan mem be-ri kan pinjaman sindikasi pada proyek infrastruktur di Indonesia, tetapi de-ngan syarat cocok dengan pro fil risiko perseroan.

Begitu pula dengan PT UOB Indonesia juga ber upaya un tuk men-ja ga kua litas kre dit nya. Anak usa ha bank asal Singapura itu pun me-ni lai proyek infrastruktur men jadi wadah pe nya-lur an kredit yang cukup aman.

Iwan Satawidinata, Wa kil Direktur Utama UOB Indonesia, me ni lai de ngan melihat per lam-bat an ekonomi global yang masih belum pulih. Per seroan memilih untuk tetap berhati-hati. (Abdul

Rahman/Surya Rianto)

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, Investor Daily: 25 Feberuari 2016