kphp model tanah lautkph.menlhk.go.id/.../1496197783rphjp_kphp_tanah_laut.pdftanah laut seluas ±...
TRANSCRIPT
KPHP MODEL TANAH LAUT
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL TANAH LAUT (UNIT VII)
TAHUN 2014 - 2023
KABUPATEN TANAH LAUT
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(UNIT VII KALIMANTAN SELATAN)
Pelaihari - Oktober 2014
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT
DINAS KEHUTANAN UPT KPHP MODEL TANAH LAUT
Jl. A. Syairani No. 36 Telp / Fax. (0512) 21256 PELAIHARI – 70814
Email : [email protected]
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
MODEL TANAH LAUT (UNIT VII)
TAHUN 2014 – 2023
KABUPATEN TANAH LAUT
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
PELAIHARI, OKTOBER 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
MODEL TANAH LAUT TAHUN 2014 – 2023
KABUPATEN TANAH LAUT
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Disusun Oleh :
Heru Wibowo, SP
NIP. 19730723 199903 1 008
Diketahui Oleh :
Kepala Dinas Kehutanan
Propinsi Kalimantan Selatan
Ir. H. Rachmadi Kurdi, MSi
NIP. 19580114 198403 1 007
Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten Tanah Laut
Ir. H. Akhmad Hairin, MP
NIP. 19680129 199303 1 007
Disahkan di : Jakarta
Pada Tanggal :
a.n. Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
Dr. Ir. I. Nyoman Yuliarsana, M.Agr.Sc
NIP. 19560721 198203 1 002
iii
PETA PENETAPAN WILAYAH
KPHP MODEL TANAH LAUT
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Tanah Laut
merupakan KPH Unit VII Propinsi Kalimantan Selatan (Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.78/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010) yang
berada di Kabupaten Tanah Laut. Secara geografis Kabupaten Tanah Laut
terletak antara 03o 30’ – 04o 11’ Lintang Selatan (LS) dan 114o 30’ – 115o
23’ Bujur Timur (BT) dengan batas sebelah Utara Kabupaten Banjar,
sebelah Barat dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.440/Menhut-II/2012 tanggal 09 Agustus 2012, Wilayah KPHP Model
Tanah Laut seluas ± 92.641 hektar yang terdiri dari Hutan Lindung (HL) ±
15.862 hektar, Hutan Produksi Terbatas (HPT) ± 5.289 hektar dan
Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 71.490 hektar.
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPH-JP)
merupakan salah satu yang harus dipersiapkan organisasi KPH sesuai
amanat PP No. 6 tahun 2007 jo. PP No. 3 tahun 2008, Permenhut No.
P.6/Menhut-II/2010 dan Permendagri No.61 Tahun 2010.
RPH-JP merupakan rencana induk pengelolaan hutan untuk
periode 2015 – 2024, dengan tujuan; (1). menetapkan visi dan misi, (2).
menetapkan proyeksi rencana pengembangan, dan (3). menyusun
rencana kegiatan strategis yang terukur dengan tata waktu sesuai skala
prioritas untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari
berlandaskan sinergitas basis ekologi, ekonomi dan sosial.
Kondisi biofisik di KPHP Model Tanah Laut meliputi : (1). DAS, terdiri
dari 8 (delapan) DAS yang berpengaruh terhadap kondisi tata air di
v
Kabupaten Tanah Laut. (2). Iklim tipe iklim C dengan curah antara 2.000 –
2.500 mm/tahun dan suhu berkisar antara 20 º C - 35º C sehingga
Kabupaten Tanah Laut pada umumnya tidak tidak mengalami kekurangan
air; (3). Geologi, dataran wilayah Kabupaten Tanah Laut terbentuk dari
beberapa bahan batuan induk dan batuan beku seperti bahan aluvial,
organik aluvial, endapan dan endapan metamorft (4). Jenis Tanah
didominasi latosol (29,17 %), podsolik (32,98 %), alluvial (32,26 %) dan
organosol (5,59 %) mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah, sedang
sampai baik, termasuk tanah peka erosi; (5). Kelerengan bervariatif dari
klasifikasi landai sampai sangat curam; dan (6). Ketinggian tempat
kawasan hutan bervariasi mengingat lokasi yang bergunung dari
ketinggian 25-800 M dpl, bergelombang, landai, berbukit, sampai terjal
bergunung.
Potensi yang terdapat pada wilayah KPH : (1). Potensi Kayu pada hutan
produksi massa tegakan untuk semua jenis pohon pada seluruh sample
adalah 633,971 m3 dengan nilai volume rata-rata 70,441 m3/ha; (2).
Potensi Non Kayu diantaranya rotan, getah karet, madu dan potensi
lainnya. Untuk poensi non kayu sementara ini belum ada data detail,
sehingga perlu dilakukan inventarisasi; (3). Flora, terdapat berbagai jenis
anggrek dendrobium serta anggrek hutan lainnya akan tetapi belum
pernah dilakukan inventarisasi; (4). Fauna di kawasan masih cukup
banyak dan bervariasi jenisnya, seperti kijang, rusa, kancil, babi hutan,
kucing hutan, monyet dan sebagainya. Potensi ini juga perlu dilakukan
inventarisasi karena data detail kondisi terkini keberadaannya belum
terinventarisir; (5) Potensi Landscape/bentang alam. Kondisi alam yang
berbukit dan bergunung merupakan potensi wisata alam dengan
panorama pemandangan alam dan air terjunnya.
vi
Permasalahan yang dihadapi : (1). Aspek Ekologi; belum dilaksanakan tata
hutan, rendahnya potensi dan kualitas hutan dengan luas kawasan kritis
38.924,03 ha (1/3 luas wilayah KPH); (2). Sosial Ekonomi; sebagian besar
mata pencaharian masyarakat dalam bidang pertanian/perkebunan dan
perdagangan maka desakan terhadap kawasan cukup besar karena
ketersediaan lahan yang minim maka aktivitas masyarakat makin
mengarah ke dalam kawasan hutan; (3). Sosial Budaya; lunturnya nilai-
nilai kearifan lokal, merebaknya budaya jual beli (ganti rugi) garapan
hutan, lemahnya penegakan hukum, rendahnya pengetahuan dan
keterampilan, belum dilibatkannya peran para tokok agama/Tuan Guru
dalam penyuluhan; (4). Aspek Kelembagaan; terbatasnya kualitas dan
kuantitas SDM serta sarana prasarana, belum adanya regulasi yang
mengatur penerimaan dan bagi hasil kemitraan kehutanan pada wilayah
tertentu; walaupun sudah dibentuk kelompok dalam bentuk kelompok tani
hutan akan tetapi belum mempunyai legalitas sah dan belum adanya
koperasi sebagai lembaga usaha ekonomi masyarakat.
Visi KPHP Model Tanah Laut adalah “Terwujudnya Pengelolaan Kawasan
Hutan Yang Optimal, Akuntabel Dan Selaras”. Untuk mewujudkan visi
tersebut maka misi yang dilakukan : (1). Peningkatan dan optimalisasi
sumberdaya manusia dan sarana prasarana. (2). Meningkatkan fungsi dan
manfaat hutan bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
(3). Mewujudkan dan menjamin keberadaan eksistensi sumberdaya hutan
melalui pemanfaatan kawasan hutan. (4). Melaksanakan pengelolaan
sumberdaya hutan sesuai azas kelestarian dan optimalisasi manfaat. (5).
Mencegah peningkatan lahan kritis melalui pola regenerasi hutan dan
lahan yang berwawasan sosial dan lingkungan dengan rehabilitasi hutan
dan lahan. (6). Menjamin distribusi pemanfaatan hasil hutan secara adil
dan merata serta mewujudkan neraca kayu yang seimbang.
vii
Capaian yang ingin dicapai dalam RPHJP KPHP Model Tanah Laut Tahun
2014 -2023 diantaranya : (1). Terbangunnya kelembagaan yang
profesional, efektif dan efisien; (2). Terbangunnya database berbasih blok
dan petak; (3). Teridentifikasi dan terinventarisasinya potensi hutan dan
kawasan hutan wilayah KPH; (4). Terbinanya kelompok tani hutan dan
koperasi sebagai lembaga usaha kelompok; (5). Berkurangnya konflik
tenurial; (6). Menurunya kejadian kebakaran hutan; (7). Terwujudnya
pengembangan obyek wisata dan jasa lingkungan melalui kemitraan;
(8). Terlaksanya reboisasi dan pengkayaan hutan secara partisipatif;
(9). Tersusunya rencana pengembangan usaha KPH dan kemitraan
pemanfaatan kayu dan non kayu serta jasa lainya pada wilayah tertentu;
(10). Tertatanya blok dan petak.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan
untuk terus berkarya dan berbuat yang terbaik dalam kehidupan kita,
khususnya dengan selesainya Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang 10 Tahun KPHP Model Tanah Laut.
Rencana Jangka Panjang ini memuat tentang latar belakang disusunnya
pekerjaan, maksud dan tujuan kegiatan, keadaan umum, analisa data
serta program kerja pengelolaan secara umum dalam kawasan KPHP
Model Tanah Laut.
Semoga RPHJP KPH ini dapat memberikan gambaran dan pemahaman
tentang kondisi KPHP Model Tanah Laut serta dapat melaksanakan RPHJP
KPH ini dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Pleihari, Oktober 2014
Penyusun
ix
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PETA PENATAPAN KPHP MODEL TANAH LAUT ................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................... 1
1.2. Tujuan Pengelolaan ............................................. 5
1.3. Sasaran .............................................................. 5
1.4. Ruang Lingkup .................................................... 5
1.5. Batas Pengertian ................................................. 5
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN ............................................. 8
2.1. Risalah Wilayah KPH .......................................... 8
2.2. Potensi wilayah KPH .......................................... 19
2.3. Sosial Budaya ................................................... 24
2.4. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ...... 28
2.5. Posisi Areal Kerja dalam RTRW dan Pembangunan
Daerah ............................................................... 30
2.6. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ............. 31
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ................... 36
3.1. Pernyataan Visi .................................................. 36
3.2. Pernyataan Misi ............................................... 37
3.3. Pernyataan Tujuan ............................................ 38
x
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ....................................... 39
4.1. Analisa Data dan Informasi ................................ 39
4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah .................................... 48
BAB V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS .......................... 49
5.1. Inventarisasi ..................................................... 49
5.2. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ......... 51
5.3. Pemberdayaan Masyarakat ................................. 51
5.4. Pembinaan dan Pemantauan .............................. 54
5.5. Rehabilitasi Pada Areal Kerja Di Luar Ijin ............. 54
5.6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan
Reklamasi Di Dalam Areal Yang Berijin ................ 57
5.7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan
Dan Konservasi Alam ......................................... 57
5.8. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi Dan
Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin ....................... 58
5.9. Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi Terkait ..... 59
5.10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas
Sumberdaya Manusia ........................................ 59
5.11. Penyediaan Pendanaan ....................................... 60
5.12. Pengembangan Data Base ................................. 60
5.13. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola .................. 61
5.14. Review Rencana Pengelolaan ............................. 61
5.15. Pengembangan Investasi ................................... 62
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 64
6.1. Pembinaan ....................................................... 64
6.2. Pengawasan ..................................................... 64
6.3. Pengendalian .................................................... 65
xi
BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN .......... 66
7.1. Koordinasi Kegiatan ............................................ 66
7.2. Pelaksanaan Kegiatan ......................................... 66
7.3. Pemantauan dan Evaluasi .................................. 66
7.4. Pelaporan ......................................................... 67
BAB III. PENUTUP ................................................................ 68
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tabel Data Iklim ......................................................... 13
Tabel 2. Tabel Rata – rata Curah Hujan dan Hari Hujan
Per Bulan ................................................................... 14
Tabel 3. Tabel Kondisi Penataan Batas Kawasan ......................... 15
Tabel 4. Tabel Pembagian Blok ................................................. 17
Tabel 5. Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan .......... 18
Tabel 6. Tabel Penutupan Lahan .............................................. 19
Tabel 7. Tabel Jumlah dan Penyebaran Penduduk ................. 24
Tabel 8. Tabel Struktur Perekonomian ..................................... 26
Tabel 9. Tabel Presentase pemeluk agama .............................. 26
Tabel 10. Tabel Jumlah Kepala Keluarga menurut tingkat
Sejahtera ................................................................... 27
Tabel 11. Tabel Jumlah sarana kesehatan ................................. 27
Tabel 12. Tabel Persomil KPHP .................................................. 34
Tabel 13. Kondisi Sosial Masyarakat berdasarkan Usia ................. 42
Tabel 14. Tabel Analisa SWOT ................................................... 46
Tabel 15. Tabel Analisa Proyeksi ................................................. 48
Tabel 16. Tabel Rencana Biaya dan Inventarisasi Potensi Tegakan .. 50
Tabel 17. Tabel Pola Pemanfaatan Hutan Dalam Pemberdayaan
Masyarakat ................................................................ 52
Tabel 18. Tabel Rencana dan Biaya Kegiatan Rehabilitasi,
pengayaan, dan perlindungan pembinaan ................ 56
Tabel 19. Tabel Rencana dan Biaya Kegiatan Pemeliharaan dan
Pengamanan ............................................................. 58
Tabel 20. Tabel Kondisi Sumber Daya Manusia .......................... 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar Aspek yang terkait dalam managemen KPHP .... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Peta Wilayah KPHP Model Tanah Laut .......................... 70
Lampiran 2. Peta Penutupan Lahan ................................................ 71
Lampiran 3. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................. 72
Lampiran 4. Peta Sebaran Potensi Wilayah KPHP Model Tanah Laut .. 73
Lampiran 5. Peta Penataan Hutan .................................................. 74
Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan .............................................. 75
Lampiran 7. Peta Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ............. 76
Lampiran 8. Peta Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan .......................... 77
Lampiran 9. Peta Jenis Tanah ......................................................... 78
Lampiran 10. Peta Iklim .................................................................. 79
Lampiran 11. Peta Geologi ................................................................ 80
Lampiran 12. Peta Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu ........... 81
Lampiran 13. Peta Lahan Kritis ........................................................ 82
Lampiran 14. Peta Kelas Lereng ....................................................... 83
Lampiran 15. Peta Transformasi Kawasan Hutan ................................ 84
Lampiran 16. Perijinan penggunaan kawasan ................................... 85
Lampiran 17. Matrik Rencana Usulan Perubahan RTRW ..................... 86
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umum
Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui
(renewable resources), walaupun demikian, degradasi dan
deforestasi telah banyak mengurangi sumberdaya hutan secara
drastis. Sejak tahun 1970, sasaran utama kegiatan pengusahaan
hutan produksi pada waktu itu adalah untuk menghasilkan kayu
bulat secara maksimal untuk tujuan eksport, guna memperoleh
devisa yang sebanyak-sebanyaknya namun kurang memperhatikan
aspek kelestarian sumberdaya hutannya. Sedangkan era tahun
2000an, terjadi banyaknya perubahan fungsi lahan hutan menjadi
kebun, tambang dan lainnya.
Banyak penyebab terjadinya degradasi dan deforestasi tersebut.
Salah satunya yang mempunyai peranan penting adalah hampir
semua kawasan hutan di luar Pulau Jawa seolah-olah tidak diketahui
jelas siapa pemilik dan pengelola kawasan tersebut, hal ini
membuktikan bahwa belum nampaknya format pengelolaan hutan
berkelanjutan yang diikuti dengan pekerjaan nyata di lapangan,
sehingga terjadi pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak
terkendali dan penyerobotan lahan hutan oleh sektor lain (pertanian,
perkebunan, pemukiman, dan lain-lain).
Melihat situasi lemahnya pengelolaan kawasan hutan negara di
tingkat lapangan (kenyataanya open access) yang secara jelas
menjadi penyebab berbagai kelemahan dan kegagalan pelaksanaan
program pembangunan kehutanan, maka Kementerian Kehutanan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
2
segera mewujudkan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (PHB) seperti
yang diamanatkan UU Nomor : 41/1999 pada sebagian besar
kawasan hutan khususnya di luar Pulau Jawa melalui Peraturan
Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 jo. PP Nomor : 3 Tahun 2008
tentang Pembangunan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan), yang
mana dalam peraturan tersebut telah disebutkan dengan jelas bahwa
hutan di Indonesia memiliki tiga fungsi pokok yaitu; hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Pada kawasan yang
didominasi hutan konservasi dibentuk unit Kesatuan Pengelolaan
Hutan Konservasi (KPHK), pada kawasan yang didominasi hutan
produksi dibentuk unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
dan pada kawasan yang didominasi hutan lindung dibentuk unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL).
Aspek Perencanaan
Perencanaan pengelolaan kawasan adalah konsep, arah dan strategi
pengelolaan yang didukung oleh keadaan ril pontensi dan konsidi
kawasan sekarang untuk mencapai pengelolaan berkelanjutan.
Perencanaan merupakan suatu masalah bagaimana mengubah posisi
pada saat ini ke posisi yang diinginkan pada waktu yang yang akan
datang. Perencanaan menentukan keadaan posisi/prestasi sekarang
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang
diinginkan.
Kegiatan penataan hutan dalam KPH seperti yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 meliputi tata batas,
inventarisasi hutan, pembagian ke dalam blok atau zona, pembagian
petak dan anak petak dan pemetaan. Perencanaan pengelolaan
hutan dalam KPH seperti yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012 tentang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
3
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), maka dibagi atas dua
perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan
jangka pendek. Perencanaan jangka panjang memuat unsur-unsur;
tujuan yang akan dicapai KPH; kondisi yang dihadapi; dan strategi
serta kelayakkan pengembangan pengelolaan hutan, yang meliputi
tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan perlindungan hutan dan
konservasi alam. Perencanaan jangka pendek pengelolaan meliputi;
tujuan pengelolaan hutan lestari dalam skala KPH yang
bersangkutan; evaluasi hasil rencana jangka pendek sebelumnya;
target yang akan dicapai; basis data dan informasi; kegiatan yang
akan dilaksanakan; status neraca sumber daya hutan; pemantauan
evaluasi, dan pengendalian kegiatan; dan partisipasi para pihak.
Kesatuan Pengusahaan Hutan Produksi (KPHP)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 230/Kpts-
II/2003 Tentang Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
menyebutkan bahwa secara definisi KPHP adalah suatu kesatuan
manajemen terkecil dari kawasan hutan produksi yang dikelola
berdasarkan azas kelestarian dan azas perusahaan, agar kegiatan-
kegiatan pengusahaan hutan dapat terselenggara dengan baik.
KPHP berfungsi sebagai:
• Satu kesatuan kelestarian, yaitu untuk tempat
diselenggarakannya pengaturan hasil yang telah memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan dan manfaat sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan, sehingga setiap tahun dari kesatuan
ini akan diperoleh hasil yang sama (sustained yield principle)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
4
atau dengan banyaknya hasil yang terus meningkat (progressive
sustained yield principle).
• Satu kesatuan usaha (bisnis) yang berarti bahwa kesatuan ini
dalam setiap daurnya harus diperoleh keuntungan (finansial dan
ekonomi) atau setidak-tidaknya diperoleh pendapatan yang sama
dengan pengeluaran (biaya) yang diperlukan untuk seluruh
kegiatan pengusahaan hutan.
Wujud KPHP itu sendiri idealnya berupa suatu hamparan lahan hutan
yang secara geografis terpusat (tidak terpencar) yang terdiri dari
satu atau lebih tipe tegakan, mengandung atau akan ditanami
tumbuhan pohon (vegetasi) berada dalam satu kesatuan Daerah
Aliran Sungai (DAS), dan biasanya berbentuk kesatuan kepemilikan
dan/atau kesatuan perencanaan pengelolaan hutan untuk keperluan
menerapkan suatu preskripsi manajemen hutan dengan tujuan
pengusahaan hutan yang tertentu.
Pada prinsipnya perencanaan ini akan mencakup beberapa elemen
penting dalam pengelolaan kawasan KPHP yakni ;
• Isu-isu kawasan yang menyangkut pemanfaatan kawasan sesuai
dengan karakteristik dan tujuan pengelolaan (zonasi).
• Institusi pengelola; kewenangan institusi, struktur organisasi,
SOP, job description, institusi mitra (masyarakat, unit
manajemen, regulator)
• Pengembangan ekonomi; dalam hal ini pemanfaatan sumber
daya dan kawasan hutan sebagai sumber daya ekonomi daerah.
• Isu-isu lingkungan; seperti perlindungan daerah aliran sungai,
catchment area, perlindungan flora dan fauna, penyerap karbon
dll
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
5
• Sosial kemasyarakatan; menyangkut peran serta masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat
dan lain-lain.
• Rehabilitasi; menyangkut perbaikan lahan-lahan kritis dalam
kawasan.
1.2. Tujuan Pengelolaan
Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan 10 (sepuluh) tahun Unit
KPHP Model Tanah Laut untuk diperolehnya landasan dan arahan
umum bagi pengelolaan sumber daya kawasan hutan produksi dan
lindung berbasis lingkungan dengan memperhatikan aspek usaha,
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
1.3. Sasaran
Sasaran penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHP Model Tanah Laut mencakup arahan rencana pengelolaan
potensi sumber daya kawasan hutan produksi dan lindung untuk
jangka waktu 10 tahun dengan memperhatikan aspek-aspek
ekonomis dan sosial yang berwawasan lingkungan.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang
KPHP ini merupakan pengumpulan data-data sekunder kawasan, cek
lapangan untuk mendapatkan data-data primer dan penggalian
masalah sosial ekonomi, analisis spasial dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis dan pembuatan peta-peta zonasi serta
penyusunan dokumen perencanaan yang meliputi seluruh kawasan
Unit KPHP Model Tanah Laut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
6
1.5. Batasan Pengertian
• Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam dan lingkungannya dimana yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
• Kawasan Hutan sebagai Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
• Pengelolaan Hutan merupakan kegiatan yang meliputi tata hutan
dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan
hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi
hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.
• Pemanfaatan hutan sebagai kegiatan untuk memanfaatkan
kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan
hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
• Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk
kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah
status dan fungsi pokok kawasan hutan.
• Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan upaya untuk
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan
dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya
dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
• Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
• Perlindungan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
7
yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
• Tata Batas dalam wilayah KPH adalah penataan batas dalam
wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.
• Inventarisasi hutan merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan
data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan
serta lingkungannya secara lengkap.
• Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
• Petak merupakan bagian dari blok dengan luasan tertentu dan
menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat
perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama.
• Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH sebagai
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
• Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL
sebagai KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar
terdiri dari kawasan hutan lindung.
• Kesatuan pengelolaan hutan produksi selanjutnya disebut KPHP
sebagai KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar
terdiri dari kawasan hutan produksi.
• Wilayah tertentu merupakan wilayah hutan yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk
mengembangkan usaha pemanfaatannya.
• Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung
jawab di bidang kehutanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
8
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN
2.1 Risalah Wilayah KPH
(a) Informasi letak,
Kabupaten Tanah Laut merupakan Kabupaten yang terletak
paling selatan dari Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota
Pelaihari. Kabupaten Tanah Laut luas wilayahnya 3.631,53 km²
(SK Gubernur) atau hanya 9,71% dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan dengan 11 Kecamatan.
Secara geografis Kabupaten Tanah Laut terletak antara 03o 30’
– 04o 11’ Lintang Selatan (LS) dan 114o 30’ – 115o 23’ Bujur
Timur (BT) dengan batas sebelah Utara Kabupaten Banjar,
sebelah Barat dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah
Bumbu. Berdasarkan letak KPHP Model Tanah Laut, kondisi fisik
daratan, topografi, geologi, jenis tanah dan iklim tentunya
sangat berpengaruh terhadap pengelolaan wilayah di kemudian
hari.
Keadaan Fisik Lokasi
Keadaan wilayahnya terdiri dari dataran tinggi dan bergunung-
gunung, dataran rendah, serta pantai dan rawa. Jenis tanahnya
sangat beragam yaitu latosol (29,17 %), podsolik (32,98 %),
alluvial (32,26 %) dan organosol (5,59 %). Dari segi
pemanfaatannya, lahan tersebut terdiri dari pemukiman,
persawahan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, alang-
alang/semak dan hutan. Melihat dari luas wilayah yang ada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
9
dengan penggunaan lahan seluas 92.814 ha (24.6 %) untuk
kawasan hutan, 71.288 ha (19,2 %) untuk lahan perkebunan,
51.122 ha (13,7 %) untuk lahan sawah dan tegalan serta
sisanya 4.157 ha (1,11 %) untuk kawasan pemukiman dan lain-
lain, maka Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan beragam
potensi yang masih dan dapat dikelola untuk kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat
Topografi
Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut
didominasi oleh dataran rendah yang landai, yang membentang
dari Barat ke Timur, mulai dari arah Selatan (Pantai Laut Jawa)
kearah Utara (pedalaman), dan bergelombang hingga
bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan
Kabupaten Banjar. Secara umum dapat dikatakan bahwa
topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat di bagi atas 2
(dua) bagian besar, yaitu:
1. Bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai
hingga berombak. Bentangan daerah ini memanjang dari
Timur ke Barat dengan lebih melebar di bagian Barat yang
terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai, muara
sungai dan Pantai Laut Jawa.
2. Bagian utara, merupakan daerah yang bergelombang,
berbukit dan bergunung sampai ke perbatasan dengan
Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat beberapa
puncak, yaitu:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
10
• Puncak Gunung Kemuning (750 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Belerang (921 m dpl)
• Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
• Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
• Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
• Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 dpl)
• Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah
Kabupaten Tanah Laut dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu
kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter, 100 - 500
meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter.
Kelas ketinggian (elevasi) lahan yang paling luas di Kabupaten
Tanah Laut adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu mencapai
58.240 Ha (15.6 % dari luas daratan). Kelas ketinggian yang
paling kecil luasnya adalah kelas elevasi di atas 1.000 meter
dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas daratan). Kelas elevasi
ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali
Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang
sedangkan kelas elevasi ketinggian di atas 500 meter terdapat
di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-Bati.
Kemiringan/kelerengan suatu lahan berkaitan dengan kepekaan
tanah terhadap erosi tanah, Semakin tinggi/terjal lerengnya
maka tanah semakin peka terhadap erosi. Bila dilihat dari
kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
dibedakan dalam 5 (lima) kelompok, yaitu sebagai berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
11
1. Kelerengan 0o – 8o, sebagian besar tersebar di wilayah
selatan membentang dari bagian Barat hingga Timur,
dengan luas 71.675,29 Ha (77,37 % dari luas KPHP)
2. Kelerengan 8o – 15o, sebagian besar tersebar di wilayah
bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga
Timur, dengan luas 6.199,93 Ha (6,69 % dari luas KPHP).
3. Kelerengan 15o – 25o, sebagian besar tersebar di wilayah
bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga
Timur, dengan luas 6.893,52 Ha (7,44 % dari luas KPHP)
4. Kelerengan 25o – 45o, sebagian besar tersebar di wilayah
bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga
Timur, dengan luas 6.900,90 Ha (7,45 % dari luas KPHP)
5. Kelerengan > 45o, sebagian besar tersebar di wilayah bagian
Tengah dan Utara, membentang dari bagian Barat hingga
Timur, dengan luas 10.690 Ha (1,05 % dari luas KPHP)
Terlihat bahwa wilayah KPHP Model Tanah Laut didominasi
Kelerengan 0o – 8o, sebagian besar tersebar di wilayah selatan
membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas
71.675,29 Ha.
Geologi
Morfologi wilayah di Kabupaten Tanah Laut dapat dibagi
menjadi 4 (empat) satuan morfologi yaitu satuan morfologi
dataran, dataran bergelombang, perbukitan dan pegunungan.
Satuan morfologi dataran menempati bagian ujung Selatan dan
ujung Barat. Ketinggian berkisar antara 0 – 10 mdpl. Satuan ini
berupa endapan alluvium rawa dan pantai yang tersusun dari
batuan sediment kwarter. Satuan morfologi dataran
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
12
bergelombang menempati bagian Barat dan Selatan, yaitu ;
sekitar jalur jalan raya Bati-bati – Pelaihari – Asam-asam;
Pelaihari – Batakan dan Pelaihari – Takisung. Ketinggian
berkisar antara 10 – 50 mdpl. Satuan ini tersusun oleh batuan
sediment kwarter dan tersier. Satuan morfologi perbukitan
menempati bagian tengah merupakan kaki dari Pegunungan
Meratus. Ketinggian berkisar antara 50 – 250 mdpl. Satuan ini
tersusun oleh batuan metamorf dan sediment serta sebagian
kecil batuan beku. Sebagai salah satu sektor penting dalam
perekonomian, pertambangan diharapkan dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanah laut. Terdapat
beraneka ragam deposit bahan tambang seperti : Batu bara,
Bijih besi, Mangan, Bijih Nikel, Batu Kromit dan Emas.
Tanah
Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah
jenis tanah podsolik, latosol, alluvial dan gleisol. Kabupaten
Tanah Laut didominasi oleh jenis tanah Aluvial, Podsolik dan
Latosol sedangkan jenis tanah Gleisol hanya sebagian kecil
saja, dan tersebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan
Kurau, Bati-Bati, Takisung, Tambang Ulang, Pelaihari dan
Panyipatan.
Iklim
Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah
karena tidak terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun
merata sepanjang tahun dengan bulan-bulan relative basah
antara bulan Desember – Februari dan bulan-bulan relative
kering antara bulan Juni – Agustus. Berdasarkan hasil
penelitian, curah hujan bagian timur/pantai sebesar 2,324
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
13
mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dan di
bagian barat sampai dengan perbatasan kabupaten curah hujan
berkisar antara 2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayah timur
berkisar antara 2.000 – 2.500 mm/tahun berdasarkan data
curah hujan rata-rata bulanan dan perhitungan evapotranspilasi
bulanan, maka Kabupaten Tanah Laut setiap bulannya tidak
mengalami kekurangan air.
Kabupaten Tanah Laut memiliki suhu maksimum rata-rata
berkisar antara 34,0º C sampai 35,0º C dan suhu minimum
rata-rata berkisar antara 20,1º C sampai 22,2º C dengan rata-
rata temperatur udara setiap bulan berkisar antara 26,0º C
sampai 27,3º C.
Tabel 1. Data Iklim
Bulan Kelembaban %
Rata-rata
Kecepatan
(Knots/ Jam)
Penyinaran Matahari
(%)
8 jam 12 jam
Januari 80,8 3,00 15,8 12,8
Februari 77,1 2,30 22,1 19,2 Maret 80,4 2,20 18,8 14,5 April 82,0 2,60 11,4 8,5 Mei 80,6 2,40 15,4 11,7
Juni 85,2 1,70 11,9 9,9
Juli 84,3 1,80 27,7 21,8
Agustus 83,8 2,20 9,4 7,8 September 84,7 1,90 17,4 14,2
Oktober 82,2 2,20 9,4 7,5
Nopember 84,2 1,80 8,2 7,0
Desember 81,7 3,70 13,8 10,8
Sumber Data : Tanah Laut Dalam Angka 2011
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
14
Tabel 2. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Per Bulan
Tahun 2010
Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari
Hujan
Januari 198,0 11,0
Februari 141,0 9,0
Maret 68,0 6,0
April 62,0 6,0
Mei 215,0 8,0
Juni 202,0 10,0
Juli 195,0 13,0
Agustus 201,0 12,0
September 202,0 9,0
Oktober 210,0 9,0
Nopember 488,6 14,0
Desember 263,0 10,0
Sumber Data : : Tanah Laut Dalam Angka 2011
(b) Luas,
Wilayah Unit KPHP Model Kabupaten Tanah Laut secara
administrasi terletak menyebar di tujuh kecamatan Kabupaten
Tanah Laut, antara lain Kecamatan Bajuin, Kecamatan Batu
Ampar, Kecamatan Jorong, Kecamatan Kintap, Kecamatan
Pelaihari, Kecamatan Panyipatan dan Kecamatan Tambang
Ulang. Batas-batas KPHP Tanah Laut, sesuai Surat Penetapan
dari Menteri Kehutanan Nomor : SK.440/Menhut-II/2012 pada
tanggal 9 Agustus 2012, Luas KPHP Tanah Laut meliputi
Kawasan Hutan Lindung seluas ± 15.862 hektar, Kawasan
Hutan Produksi seluas ± 71.490 hektar, Kawasan Hutan
Produksi Terbatas seluas ±5.289 hektar dengan jumlah total
seluas ± 92.641 hektar.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
15
(c) Batas,
Batas Wilayah KPH berdasarkan analisa peta, secara
keseluruhan sesuai dengan peta penunjukan kawasan hutan
kalimantan selatan.
Seiring berjalannya waktu, berdasarkan analisa peta terjadi
perubahan luasan kawasan hutan yang disebabkan oleh adanya
perubahan sebagai berikut :
1. Berubahnya batas kabupaten tanah laut – kabupaten tanah
bumbu, dan
2. Telah dilaksanakannya tata batas dan penetapan kawasan
hutan pada beberapa areal.
Berdasarkan data dari dinas kehutanan kabupaten tanah laut,
telah dilakukan penataan batas pada beberapa lokasi sebagai
berikut:
Tabel 3. Kondisi Penataan Batas Kawasan Hutan
No Wilayah Kawasan Lokasi/Kec. Luas (Ha) Keterangan
I Hutan Lindung
1. Gn Langkaras Desa Ambungan/
Pelaihari 1.357,965 Penetapan
2. Gn. Batu Desa Tebing
Siring/ Bajuin 309,760 Penetapan
3. Gn. Damarwulan Desa Panggung/
Pelaihari
60,009 Penetapan
4. Pancar Desa Tebing
Siring/ Pelaihari 21,975 Penetapan
5. Gn. Bukit Panti Desa Sungai Jelai/
Tambang Ulang 609,099 Penetapan
6. Gn. Belanda Desa Martadah/
Tambang Ulang
109,795 Penetapan
7. Gn. Lintang I Desa Martadah/
Tambang Ulang 1.275,148 Penetapan
8. Gn. Lintang II Desa Martadah/
Tambang Ulang 44,602 Penetapan
9. Gn. Lintang III Desa Martadah/
Tambang Ulang
47,528 Penetapan
10. Gn. Batukora Desa Pamalongan
/ Kec. Bajuin 2.188 Tata Batas
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
16
11. Gn. Batubesawar Desa Sungai
Bakar/ Kec. Bajuin
2.316,527 Tata Batas
12. Gn. Bukit Batagah/
Damargusang Desa Bentok Darat/ Kec. Bati-
Bati
297,984 Tata Batas
13. Gn. Dadaringan Desa Sungai
Riam/ Kec.
Pelaihari
1.699,45 Tata Batas
14. Gn. Talok Dalam Desa Panyipatan/
Kec. Panyipatan
726,508 Tata Batas
15. Gn. Birah Desa Tanjung
Dewa/ Kec.
Panyipatan
1.589,018 Tata Batas
16. HL. Kurau Desa Raden/ Kec.
Kurau 171,616 Penunjukan
17. HL. Tambang
Ulang
Desa Pulau Sari
dan Desa Tb. Ulang/ Kec. Tb.
Ulang
106,644 Penunjukan
18. Gn. Keramaian Desa Panjaratan /
Kec. Pelaihari
720,529 Penunjukan
19. HL. Batu Ampar Desa Jilatan dan Desa Tajau
Pecah/ Kec. Batu
Ampar
255,302 Penunjukan
II Hutan Produksi
Tetap
1. HP Tanjung Desa Tanjung/
Kec. Bajuin 456,83 Penunjukan
2. HP Sabuhur
Panyipatan
Desa Sabuhur/
Kec. Jorong dan Desa Panyipatan/
Kec. Panyipatan
27.484,50 Penunjukan
3. HP Asam –Asam Kintap
Desa Asam-asam/ Kec. Jorong dan
Desa Kintap/ Kec. Kintap
40.389,27 Penunjukan
4. HP Pandan Sari Desa Pandan Sari/
Kec. Kintap
2.478,24 Penunjukan
5. HP Pamalongan Desa
Pamalongan/ Kec.
Bajuin
844,76 Penunjukan
III Hutan Produksi
Terbatas
1. HPT Kintap Kec. Kintap 5.283,34 Tata Batas
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
17
(d) Pembagian blok/ zona
Pembagian blok pada KPH Tanah laut digolongkan menjadi 2
golongan, sebagaimana tabel 4 berikut :
Tabel 4. Pembagian Blok Pada KPH
No Kawasan/Blok Luas (Ha) Ket.
I Kawasan Hutan Lindung
a. Blok Inti/Perlindungan 4.823,11
b. Blok Pemanfaatan 8.740,62
c. Blok Khusus 2.297,48
II Kawasan Hutan Produksi
a. Blok Inti/Perlindungan 5.560,66
b. Blok Pemberdayaan 7.053,65
c. Blok Khusus 1.000
d. Blok Wilayah Tertentu 12.240,55
Dari wilayah kph yang tidak dibebani ijin, dibuat menjadi petak-
petak pengelolaan sebanyak 632 petak
(e) Aksesibilitas kawasan,
Kabupaten Tanah Laut memiliki beberapa sarana dan prasarana
penunjang diantaranya jalan darat dan pelabuhan. Panjang
jalan menurut jenis permukaan di Kabupaten Tanah Laut tahun
2009 - 2010 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 . Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten
Tanah Laut Tahun 2007 - 2009.
No. Jenis Permukaan 2009 2010
1. Aspal 415,05 435,48
2. Kerikil 268,76 257,53
3. Tanah 162,84 153,64
4. Tidak dirinci 56,39 56,39
J u m l a h 903,04 903,04
Sumber : Tanah Laut Dalam Angka 2011.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
18
Adapun jalan di dalam kawasan hutan berupa jalan tanah
dengan dan tanpa pengerasan sepanjang ± 178 Km, yang pada
umumnya merupakan jalan eks HPH.
(f) Sejarah wilayah KPHP
Wilayah KPHP Tanah Laut merupakan kawasan hutan lindung,
kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan produksi
terbatas yang berada di Kabupaten Tanah Laut.
Sejarah pembentukan KPHP Tanah Laut adalah sebagai berikut:
1. Penetapan KPH wil VII Kalimantan Selatan
Wilayah KPHP Tanah Laut berdasarkan peta penetapan
wilayah KPHL/KPHP Propinsi Kalimantan Selatan sesuai
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.78/Menhut-II/2010
tanggal 10 Pebruari 2010 merupakan Unit VII Propinsi
Kalimantan Selatan.
2. Organisasi KPHP Model Tanah Laut
Organisasi KPHP Model Tanah Laut dibentuk dengan
Peraturan Bupati Nomor : 48 Tahun 2011 tentang
Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tanah Laut
3. Usulan KPHP Tanah Laut menjadi KPHP Model
Sesuai dengan Surat Bupati Kabupaten Tanah Nomor :
522/369/Dishut/2012 tanggal 26 Maret 2012 tentang Usulan
KPHP Tanah Laut, Luas Wilayah KPH Model adalah
93.368,294 ha.
4. Penetapan KPHP Model Tanah Laut
KPHP Tanah Laut dikuatkan dengan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.440/Menhut-II/2012 tentang
Penetapan Wilayah KPHP Model Tanah Laut Kabupaten
Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
19
2.2 Potensi Wilayah KPH
(a) Informasi penutupan vegetasi, Tabel 6. Penutupan Lahan KPHP
Kriteria Penutupan Lahan Luas
HL Tubuh Air 4,02
Semak Belukar 3.099,73
Semak Belukar Rawa 16,43
Hutan Lahan Kering Sekunder / Bekas
Tebangan 1.265,31
Hutan Tanaman 1.082,91
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1.446,20
Perkebunan / Kebun 250,56
Pertanian Lahan Kering 8.210,03
Rawa 5,17
Sawah 24,65
Tanah Terbuka 396,85
Tambang 59,35
15.861,21
HP Tubuh Air 0,10
Semak Belukar 16.979,41
Semak Belukar Rawa 4.771,19
Hutan Mangrove Primer 37,22
Hutan Lahan Kering Primer 255,08
Hutan Lahan Kering Sekunder / Bekas
Tebangan 10.508,51
Hutan Tanaman 22.431,22
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1.594,46
Perkebunan / Kebun 3.758,33
Pertanian Lahan Kering 4.026,81
Tanah Terbuka 3.638,04
Tambang 3.657,31
71.657,67
HPT Semak Belukar 2.980,91
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 2.118,57
Tambang 190,29
5.289,77
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
20
(b) Informasi Kondisi Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1)
Hutan mempunyai peranan penting dalam mengkonservasi
DAS. Dengan semakin berkurangnya hutan, maka timbul
berbagai masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan
mempunyai sifat:
• Meredam tingginya debit sungai pada musim hujan, dan
berpotensi memelihara kestabilan aliran air sungai pada
musim kemarau
• Mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air
meresap ke dalam tanah dan mengalirkannya secara
perlahan ke sungai. Selain itu, lapisan serasahnya juga
melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran
permukaan sehingga erosi pada tanah hutan sangat
rendah.
• Mempunyai banyak pori makro dan pipa di dalam tanah
yang memungkinkan pergerakan air secara cepat ke
dalam tanah.
Karena sifat-sifat hutan yang mengutungkan tersebut, maka
hutan perlu dipertahankan. Apabila hutan sudah terlanjur
dibuka (terutama pada bagian DAS yang peka erosi),
penggunaan lahannya perlu diusahakan supaya mendekati
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
21
bentuk hutan. Sistem agroforestri pada dasarnya ditujukan
untuk mengembalikan berbagai fungsi hutan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melintasi/berada di wilayah
KPH terdapat 9 DAS, terdiri dari :
1. DAS Maluka,
2. DAS Tabunio,
3. DAS Takisung,
4. DAS Senipah,
5. DAS Sebuhur,
6. DAS Swarangan,
7. DAS Asam-Asam,
8. DAS Kintap, dan
9. DAS Satui.
Berdasarkan macam – macam DAS dibedakan menjadi dua :
• DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang
besar, adapun sungai yang memiliki DAS seperti ini
cenderung mengalami luapan air yang besar apabila
terjadinya hujan di daerah hulu.
• DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya
tampungnya pun kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu,
tidak terjadi luapan air yang tidak terlalu hebat.
Bentuk DAS ada tiga jenis, yaitu:
• Bentuk Bulu Ayam: DAS bentuk bulu ayam memiliki debit
banjir sekuensial dan berurutan. Memerlukan waktu yang
lebih pendek untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi
yang lebih curam daripada bentuk lainnya.
• Bentuk Kipas: DAS berbentuk kipas memiliki debit banjir
yang terakumulasi dari berbagai arah sungai dan memiliki
waktu yang lebih lama daripada bentuk bulu ayam untuk
mencapai mainstream. Memiliki topografi yang relatif landai
daripada bulu ayam.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
22
• Bentuk parallel / Kombinasi: DAS bentuk kombinasi memiliki
debit banjir yang terakumulasi dari berbagai arah sungai di
bagian hilir. Sedangkan di bagian hulu sekuensial dan
berurutan.
Berdasarkan definisi diatas, DAS yang terdapat di KPH
mayoritas termasuk dalam DAS kurus dengan bentuk
parallel/kombinasi.
Secara umum kondisi DAS di KPH bentuknya sempit dengan
daya tampung kecil, bagian hulu curam makin ke hilir makin
landai. Bentuk DAS bagian hulu bulu ayam makin ke hilir
membentuk kipas.
(c) Potensi kayu,
Berdasarkan hasil survey, melalui kegiatan Inventarisasi KPHP
Model Kabupaten Tanah Laut pada 9 plot di tiga Kecamatan di
Kabupaten Tanah Laut, antara lain 3 plot di Kecamatan Bajuin,
3 plot di Kecamatan Batu Ampar, 3 plot di Kecamatan Kintap,
yang masing-masing luasnya 1 Ha dengan metode Sistematik
Sampling dengan Awal Random (Systematic Sampling with
Random Start) dengan jarak antara plot sejauh 625 meter,
massa tegakan untuk semua jenis pohon pada seluruh sample
adalah 633,971 m3 dengan nilai volume rata-rata 70,441
m3/ha.
(d) Potensi non kayu,
Potensi non kayu yang ada di KPH belum bisa diketahui secara
detil mengingat belum pernah dilakukan inventarisasi, untuk itu
dalam rencana pengelolaan ini kegiatan inventarisasi akan
dilakukan dalam waktu dekat (tahun 2015). Untuk informasi
potensi non kayu yang terdapat di wilayah KPH, terdapat rotan,
getah karet, madu, dan sebagainya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
23
Untuk meningkatkan potensi non kayu, baik KPH maupun Dinas
Kehutanan akan mengembangkan budidaya lebah madu
sebagai produk unggulan kabupaten. Disamping itu juga
direncanakan untuk pengembangan gaharu dan minyak atsiri
(Ylang-ylang, kayu putih, sereh wangi dan nylam)
(e) Keberadaan flora dan fauna langka, serta
Dari kegiatan lapangan dan informasi dari masyarakat, pada
KPH masih terdapat potensi flora maupun fauna baik yang
langka maupun endemik setempat. Mengingat sampai saat ini
belum ada dilakukan inventarisasi flora dan fauna maka kondisi
rill dan detil flora dan fauna di KPH belum terinventarisir.
(f) Potensi jasa lingkungan
Jasa lingkungan yang ada di KPH berupa sumber air, akan
tetapi sampai saat ini belum ada penelitian/data
kecukupan/debit air yang berasal dari wilayah KPH. Untuk itu
kedepannya akan dilakukan inventarisasi potensi air dan kondisi
ketersediaan air pada KPH.
(g) Wisata alam
Bentang alam hutan lindung yang ada pada KPHP Tanah Laut
yang bergelombang dan berbukit-bukit merupakan suatu
potensi wisata alam. Kegiatan wisata alam yang biasa dilakukan
berupa Trail adventure yang berada/melintasi wilayah
perbukitan di KPH.
Selain daripada itu di wilayah KPH juga terdapat potensi wisata
berupa :
1. Wisata Alam Gunung Keramaian
2. Goa Macan / Liang Babau
3. Air Terjun Bajuin
4. Air Terjun Balangdaras
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
24
5. Air Terjun Hamindrai
6. Air Terjun Habulu
7. Air Terjun Lalaran
2.3 Sosial Budaya
(a) Demografi
Kabupaten Tanah Laut yang terdiri dari 11 kecamatan pada
tahun 2010 berdasarkan hasil SP2010 mempunyai jumlah
penduduk 293.333 jiwa dilihat dari perbandingan per-
kecamatan maka yang terbanyak penduduknya adalah
Kecamatan Pelaihari dengan tingkat kepadatan penduduknya
sendiri mencapai 165 jiwa per km2 (Tanah Laut Dalam Angka
Tahun 2011). Untuk lebih jelas mengenai jumlah dan
penyebaran penduduk tiap-tiap kecamatan di wilayah
Kabupaten Tanah Laut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Setiap Kecamatan di Wilayah Kabupaten Tanah Laut
No.
Kecamatan
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Luas Daerah
(Km2)
Desa
1 Panyipatan 21.151 336,00 10
2 Takisung 27.998 343,00 12
3 Kurau 11.578 127,00 11
4 Bumi Makmur 11.831 141,00 11
5 Bati – Bati 38.645 234,75 14
6 Tambang Ulang 14.925 160,75 9
7 Pelaihari 63.895 379,45 20
8 Bajuin 15.957 196,30 9
9 Batu Ampar 23.233 548,10 14
10 Jorong 29.002 628,00 11
11 Kintap 38.118 537,00 14
Kabupaten Tanah Laut 296.333 3.631,35 135
Sumber: Tanah Laut dalam Angka Tahun 2011
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
25
Berdasarkan data tersebut diatas jumlah penduduk Kecamatan
Pelaihari paling banyak yakni sekitar 63.895 jiwa dengan luas
daerah 379,45 km2, sedangkan Kecamatan Karau memiliki
jumlah penduduk paling sedikit yakni sekitar 11.578 jiwa
dengan luas daerah 127,00 km2.
Berdasarkan hasil analisa pada peta administrasi Kabupaten
Tanah Laut dan Peta Penunjukan Kawasan hutan menurut
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.435/Menhut-II/2009
tanggal 23 Juli 2009, maka diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Secara umum semua pemukiman dan desa yang termasuk
dalam kawasan hutan sudah dikeluarkan dari kawasan hutan
(enclave) sehingga tidak ada lagi desa atau kampung yang
berstatus kawasan hutan.
b. Identifikasi desa atau pemukiman ini dilakukan karena belum
ada batas desa definitif desa yang resmi dari pemerintah
Kabupaten Tanah Laut maupun dari pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan
c. Penentuan pemukiman atau desa yang dekat dengan
kawasan hutan adalah yang termasuk dalam radius paling
sedikit 0,1 km dari batas wilayah kawasan hutan
Walaupun sudah tidak ada lagi pemukiman atau desa yang
berada dalam kawasan hutan namun tetap mempunyai
interaksi dengan hutan baik dalam hal pemanfaatan kawasan
untuk perladangan, perkebunan, dan peternakan (kandang
sapi). Hasil identifikasi yang dilakukan Fakultas Kehutanan
Unlam (2011), ada 34 desa di sekitar kawasan hutan yang
memiliki interaksi yang kuat dengan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
26
(b) Sosial-Ekonomi
Secara Sosial Ekonomi, masyarakat di Kabupaten Tanah Laut
mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani dan
pedagang. Adapun struktur perekonomian masyarakat
Kabupaten Tanah Laut disajikan pada tabel .
Tabel 8. Struktur Perekonomian Kabupaten tanah Laut
No Sektor Ekonomi Persentase (%) Ket
1 Pertanian 28,44
2 Perdagangan 22,77
3 Industri 19,72
4 Pertambangan 10,79
5 Jasa 10,35
6 Keuangan 3,71
7 Bangunan 2,00
8 Angkutan 1,80
9 Listrik dan Air 0,15
(c) Sosial-Budaya
Tabel 9. Presentase pemeluk agama di Kabupaten Tanah Laut
No Pemeluk Agama Persentase (%) Ket
1 Islam 98,09
2 Katolik 0,34
3 Protestan 1,04
4 Hindu 0,43
5 Budha 0,09
6 Lainnya 0,01
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
27
(d) Kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat
Tabel 10. Jumlah Kepala Keluarga menurut tingkat Sejahtera
Tahun Pra - Sejahtera Sejahtera
I
Sejahtera
II
Sejahtera
III
Sejahtera
Plus Jumlah
2002 5.712 21.741 22.855 11.617 353 62.278
2003 5.188 22.016 24.547 11.572 319 63.642
2004 4.856 21.988 27.159 11.060 344 65.407
2005 4.661 22.556 27.152 11.773 347 66.489
2006 5.868 17.089 23.322 22.317 696 69.292
2007 5.319 16.379 25.516 24.839 499 72.552
2008 5.156 14.871 27.588 27.060 839 20.372
2009 5.115 15.348 30.698 27.012 814 78.988
2010 6.102 14.898 30.409 29.051 1.258 81.718
2011 5.789 14.882 30.480 32.604 1.189 84.944
Tabel 11. Jumlah sarana kesehatan menurut kecamatan
No Kecamatan Puskesmas Pustu Posyandu Pusling
1 Panyipatan 2 4 24 2
2 Takisung 1 9 28 1
3 Kurau 2 6 26 2
4 Bumi Makmur 0 0 0 0
5 Bati-bati 2 4 26 2
6 Tambang Ulang 1 2 19 1
7 Pelaihari 2 11 48 2
8 Bajuin 2 6 23 2
9 Batu Ampar 1 7 22 1
10 Jorong 2 7 25 2
11 Kintap 2 4 32 2
Jumlah 17 60 273 17
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
28
2.4 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
(a) Pemanfaatan Hutan;
IUPHHK-HTI yang terdapat di wilayah KPHterdiri dari 2
perusahaan, yaitu :
1. IUPHHK-HT PT. Inhutani III
Dasar perijinan adalah Keputusan Menteri Kehutanan
No.SK.358/Menhut-II/2005 tentang Pemberian IUPHHK – HT
kepada PT. Inhutani III Unit Pelaihari atas areal hutan
produksi seluas 27.500 hektar di Propinsi Kalimantan Selatan
tanggal 13 Oktober 2005. Berdasarkan administrasi wilayah,
lokasi berada di Kecamatan Jorong dan Kecamatan
Panyipatan.
2. IUPHHK-HT PT. Hutan Rindang Banua
Dasar perijinan adalah Keputusan Menteri Kehutanan No.
352/Menhut-II/2014 tentang Perubahan kedua atas
kepmenhut No. 196/Kpts-II/1998 tanggal 27 Pebruari 1998
tentang pemberian HPHTI pulp atas areal hutan seluas
268.585 hektar di Propinsi Dati I Kalimantan Selatan kepada
PT. Menara Hutan Buana. Berdasarkan overlay dari lokasi ijin
tersebut terhadap wilayah Kabupaten Tanah Laut, total
luasan ijin sekitar 64.335,05 hektar dengan rincian berada di
dalam kawasan hutan 29.678,21 Hektar dan berada di luar
kawasan hutan sekitar 34.656,84 Hektar. Wilayah IUPHHK-
HT PT. Hutan Rindang Banua berada di Kecamatan Jorong
dan Kecamatan Kintap.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
29
(b) Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan berupa Ijin Prinsip, IPPKH (Ijin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan) eksplorasi dan eksploitasi yang
terdapat di wilayah KPH diantaranya :
1. PT. Arutmin Indonesia
2. PT. Jorong Barutama Gresstone
3. PT. Wahana Baratama Minning
4. PT. Amanah Anugerah Adi Mulya,
5. PT. Indoasia Cemerlang
6. PT. Mandiri Citra Bersama
7. PT. Indonesia Mineral & Coal Minning
8. PT. Ananda Puteri Lestari
9. PT. Mitra Cakra Akabdi
10. CV. Rizki Dinda
11. CV. Fariz Motor
12. PT. Pelsart Tambang kencana
13. PD. Baratala Tuntung Pandang
14. PT. Surya Sakti Darma Kencana (SSDK)
15. CV. Wira Bara Sakti
16. PT. Intibuana Indah Selaras
17. CV. Geo Minning Resources
18. CV. Mineral General Resorces
19. KUD Tani Jaya Murni
20. PT. Duta Dharma Utama
Adapun kondisi perijinan penggunaan kawasan secara detil di
sajikan pada lampiran 16 dokumen RPHJP ini.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
30
(c) Penggunaan lainnya
Penggunaan kawasan di wilayah kerja KPH lainnya berupa
perkebunan masyarakat, pertambangan tanpa ijin dan
perkebunan besar swasta nasional (PBSN).
Untuk perkebunan swasta yang berada di dalam wilayah KPH
ada yang sudah memiliki ijin berupa HGU dan Ijin
pencadangan/Ijin Lokasi. Kondisi perkebunan yang berada di
dalam kawasan pada umumnya terjadi karena adanya
perubahan kawasan hutan dari non kawasan menjadi kawasan
hutan. Wilayah perkebunan yang bersinggungan dengan
keberadaan KPH (sebagian berada di dalam kawasan hutan),
diantaranya :
1. PBN PT. Perkebunan Nusantara XIII
2. PBSN PT. Bridgestone Kalimantan Plantation
3. PBSN PT. Sentosa Sukses Utama
4. PBSN PT. Sinar Surya Jorong
5. PBSN PT. Gawi Makmur Kalimantan.
6. PBSN PT. Smart Tbk. (Sinar Mas Group)
7. PBSN PT. Kintap Jaya Wattindo.
8. PBSN PT. Indoraya Everlatex
9. PBSN PT. Malindo Jaya Diraja
2.5 Posisi Areal Kerja dalam RTRWP dan perspektif tata ruang
wilayah provinsi, kabupaten, dan pembangunan daerah.
Mengingat sampai saat ini kondisi RTRWP/K masih dalam tahap
revisi, maka untuk batas-batas kawasan hutan mengacu pada
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 435/Menhut-II/2009 tentang
penunjukan kawasan hutan Propinsi Kalimantan Selatan. KPH
sebagai unit pelaksana teknis tingkat tapak juga mengacu pada
keputusan tersebut. Berdasarkan draft rencana revisi RTRWP/K,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
31
terdapat wilayah KPH yang diusulkan untuk di keluarkan dari
kawasan dan ada yang disesuaikan dengan hasil tata batas. Hal ini
karena menurut pemerintah daerah terdapat wilayah-wilayah
kawasan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di
lapangan. Rencana perubahan wilayah kawasan hutan yang berada
di dalam wilayah kerja KPH sebagaimana matrik yang ada pada
lampiran rencana pengelolaan ini.
2.6 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
(a) Isu Strategis
Landasan Kebijakan.
KPHP dibentuk dengan tujuan menata dengan baik kawasan
hutan agar terjamin kelestariannya, sebagai landasan kebijakan
pembentukan KPHP maka Menteri Kehutanan mengeluarkan
keputusan Nomor : 200/Kpts-II/1991 tentang penetapan
pembentukan KPHP melalui proses identifikasi, delineasi, dan
rancang bangun untuk kemudian ditetapkan, ditata dan
disiapkan rencana jangka panjang sebelum dilaksanakan di
lapangan. Keputusan menteri tersebut kemudian ditindak lanjuti
dengan keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan
Nomor : 383/Kpts/IV-Prog/1994 tentang Petunjuk Teknis
Pembentukan KPHP dan surat edaran Direktur Jenderal
Pengusahaan Hutan Nomor : 1855/Kpts-IV/Prog/1994 tentang
Identifikasi dan Delineasi Kawasan Hutan Produksi Dalam
Rangka Pembentukan KPHP. SK Menteri Kehutanan tersebut
kemudian dilengkapi dan disempurnakan dengan Kepmenhut
Nomor : 257/Kpts-IV/1995 tentang Pedoman Pembentukan
KPHP dan perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
200/Kpts-II/1991.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
32
Arah Kebijakan Nasional
Usaha untuk memperbaiki keadaan hutan Indonesia
memberikan kemajuan paska masa eksploitasi besar- besaran
era tahun 70 an hingga akhir tahun 90-an dengan
dicanangkannya program penyelesaian masalah kehutanan
melalui program-program prioritas. Pada tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 telah direncanakan pencapaian rencana
strategik dalam 5 kebijakan prioritas melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK.456/Menhut-VII/2004. Kemudian
dipertegas dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.10/Menhut-II/2011 tentang 6 Kebijakan Prioritas Bidang
Kehutanan Dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet
Indonesia Bersatu II yang meliputi; Pemantapan Kawasan
Hutan, Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung DAS,
Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan,
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Revitalisasi Pemanfaatan
Hutan dan Industri Kehutanan serta Pemberdayaan Masyarakat
di Sekitar Hutan. Dalam 6 kebijakan prioritas tersebut
semuanya sangat releven dengan tujuan dari implementasi
pembentukan KPHP.
Otonomi Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor : P 6 Tahun 2007
pemerintah daerah diberikan kewenangan yang cukup luas,
pada pasal 8 menyiratkan bahwa organisasi KPHL dan KPHP
dalam suatu wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten/kota bersangkutan, sedangkan
organisasi KPHL dan KPHP lintas kabupaten kota ditetapkan
oleh pemerintah provinsi. Dalam hal ini hak, wewenang dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
33
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan yang menjadi inti otonomi daerah
tampaknya diberi tempat dalam pembentukan KPH. Selain itu,
pemerintah daerah juga diberi kewenangan untuk
mengeluarkan berbagai izin di seluruh kawasan hutan, seperti
IUPK, IUPJL, IUPHHBK, dan IPHHK. Bupati diberi kewenangan
untuk mengeluarkan izin-izin tersebut dalam KPH yang berada
dalam wilayah kabupaten, dan gubernur untuk KPH lintas
kabupaten. Namun demikian, tentu saja baik pembentukan
organisasi maupun pengeluaran izin didasarkan atas standar
dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, seperti
yang juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor : P 6
Tahun 2007. Dalam pemberian izin-izin tersebut, baik menteri,
gubernur, maupun bupati harus menyampaikan tembusan
kepada kepala KPH dan kepala pemerintahan pada tingkat yang
berbeda.
(b) Kendala
Dalam rangka menunjang keberlangsungan KPH sebagai suatu
unit organisasi tingkat tapak yang melaksanakan pengelolaan
wilayah, tentunya sangat diperlukan dukungan dari semua
pihak. Dukungan yang diperlukan dapat dari Pemerintah Pusat
berupa regulasi dan NSPK yang mendukung beroperasinya KPH
yang sampai saat ini terkadang masih belum sepenuhnya
mendukung keleluasaan KPH dalam kegiatannya.
Pemerintah Propinsi juga sangat diperlukan dukungannya,
terutama dalam dukungan teknis, biaya dan tenaga ahli dalam
membantu berjalannya KPH yang merupakan suatu Unit dalam
organisasi pemerintah daerah.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
34
Pemerintah Daerah/Kabupaten pada dasarnya sudah
mendukung dalam anggaran, akan tetapi untuk penambahan
tenaga/pegawai di KPH sampai saat ini juga mengalami
kesulitan mengingat rekrutmen pegawai masih tergantung
dengan formasi dan alokasi dari Pemerintah Pusat.
(c) Permasalahan
Dalam pembangunan KPH dukungan dana sangat diperlukan
mengingat sangat besarnya dana yang diperlukan untuk
mencapai suatu kondisi KPH yang ideal (tertata dan dapat
menghasilkan produk). Untuk itu perlu adanya
sharing/perimbangan anggaran baik dari pemerintah pusat,
pemerintah propinsi maupun dari pemerintah daerah.
Dalam operasional KPH sangat tergantung dengan kondisi SDM
yang ada di KPH baik jumlah (kuantitas) dan juga kompetensi
(kualifikasi kualitas). Kondisi SDM di KPHP Tanah Laut sampai
saat ini berjumlah 7 orang, sebagaimana tabel berikut :
Tabel 12. Personil KPHP Tanah Laut
No Jabatan Jumlah Keterangan
1 Kepala KPH 1 PNS
2 KSBTU 1 PNS
3 Ka.RPH 1 PNS
4 Tenaga Teknis 4 Kontrak
(SKMA 2 org, Basarhut 2 org)
Jumlah 7
Untuk kewilayahan, pada KPHP cukup banyak permasalahan
yang kompleks dan sudah terjadi sejak lama, utamanya adalah
tidak konsistennya perubahan kawasan dan belum semua ditata
batas. Padahal, pada beberapa wilayah yang sudah di tata
batas pun masih banyak terdapat permasalahan, apalagi pada
wilayah kawasan yang belum di tata batas. Hal ini menimbulkan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
35
kurang mantapnya batas kawasan dan lemahnya legitimasi
kawasan hutan. Disamping itu juga belum sadarnya masyarakat
akan fungsi kawasan hutan itu sendiri hingga banyak aktivitas
masyarakat di dalam kawasan hutan yang dapat mengganggu
fungsi utama dari kawasan hutan.
Berdasarkan analisa dan pengamatan di lapangan, fungsi
kawasan hutan di dalam wilayah KPH terkadang masih
dianggap rancu bila melihat kondisi sebenarnya. Sehubungan
dengan hal tersebut Pemerintah Daerah melalui mekanisme
perubahan RTRW berencana mengajukan usulan perubahan
kawasan hutan yang tentunya juga akan berpengaruh terhadap
luasan wilayah KPHP Tanah Laut. Adapun rencana perubahan
kawasan hutan yang pernah di rencanakan pemerintah daerah
sebagaimana matrik yang terdapat pada lampiran 17 Rencana
pengelolaan ini.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
36
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
3.1. Visi KPHP Model Tanah Laut
Unit Pelaksana Teknis KPHP Model Tanah Laut secara hierarki
merupakan unit pelaksana teknis di bawah Dinas Kehutanan Tanah
Laut, sehingga alokasi anggaran pelaksanaan KPHP masih menjadi
tanggung jawab Dinas Kehutanan Tanah Laut. Secara organisasi
KPHP Tanah Laut belum merumuskan visi dan misi sendiri sehingga
visi dan misi KPHP Tanah Laut masih mengacu kepada visi dan misi
Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut.
Yang menjadi Visi adalah “Terwujudnya Pengelolaan
Kawasan Hutan Yang Optimal, Akuntabel Dan Selaras”
Dalam visi ini, yang dimaksudkan dengan optimal adalah bahwa
dalam pengelolaan hasil hutan di usahakan secara optimal dan
dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya yang ada.
Akuntabel mempunyai maksud bahwa dalam semua kegiatan KPH
kedepannya harus terencana, terukur, terorganisir dan profesional
sehingga dapat meningkatkan fungsi dan manfaat hutan secara
lestari bagi pemerintah daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Selaras dimaksudkan bahwa dalam pengelolaan wilayah KPH tetap
memperhatikan kebijakan pemerintah pusat, daerah dan kabupaten
sehingga terjadi keselarasan program kerja bidang kehutanan dari
semua pihak.
KPHP Tanah Laut pada tahun 2024 diharapkan dapat memberikan
kontribusi positf bagi peneriman Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
dengan cara-cara yang tidak melangar ketentuan pengelolan hutan
yang lestari dan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan
hutan. Secara sumberdaya manusia (SDM) KPHP Model Tanah Laut
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
37
yang secara manajerial dan teknis diharapkan mampu melakukan
pengelolan hutan yang efisien dan efektif.
3.2. Misi KPHP Model Tanah Laut
Guna mencapai visi tersebut, diperlukan Misi – Misi sebagai berikut :
• Peningkatan dan optimalisasi sumberdaya manusia dan sarana
prasarana. Misi ini bertujuan untuk memenuhi jumlah maupun
kualitas/kompetensi pegawai dalam melaksanakan pengelolaan
hutan. Disamping itu sarana dan prasarana penunjang juga perlu
ditingkatkan untuk menunjang operasional pengelolaan kawasan
hutan agar tetap terjaga kelestariannya.
• Meningkatkan fungsi dan manfaat hutan bagi kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan. Misi ini mengandung
maksud agar fungsi hutan yang salah satunya adalah
meningkatkan tata air tanah akan memberikan manfaat bagi
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat luas melalui program
Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm),
Hutan desa (HD) dan kegiatan kemitraan lainnya.
• Mewujudkan dan menjamin keberadaan eksistensi sumberdaya
hutan melalui pemanfaatan kawasan hutan. Misi ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas kawasan hutan sebagai dasar
penyiapan prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara
lestari.
• Melaksanakan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai azas
kelestarian dan optimalisasi manfaat. Misi ini dimaksudkan dalam
pengelolaan hutan agar sesuai dengan pola-pola pelestarian
sehingga keberlanjutan dan manfaat fungsi hutan tersebut dapat
dioptimalkan.
• Mencegah peningkatan lahan kritis melalui pola regenerasi hutan
dan lahan yang berwawasan sosial dan lingkungan dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
38
rehabilitasi hutan dan lahan. Misi ini bertujuan untuk mengurangi
lahan kritis di dalam wilayah KPH dengan cara penanaman,
reboisasi dan penghijauan dengan kemitraan bersama masyarakat
sehingga keberadaan kawasan hutan tetap terjaga dan
masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.
• Menjamin distribusi pemanfaatan hasil hutan secara adil dan
merata serta mewujudkan neraca kayu yang seimbang. Misi ini
mempunyai tujuan agar hasil hutan dapat dimanfaatkan seadil-
adilnya tanpa mengorbankan kelangsungan ketersediaan bahan
baku sehingga perlu pengkajian ketersediaan potensi bahan baku
kayu dan kebutuhan akan kayu bagi industri kehutanan.
3.2. Capaian/Tujuan
Sedangkan capaian/tujuan yang diharapkan dapat diperoleh setelah
2023, diantaranya :
• Terbangunnya kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien;
• Terbangunnya database berbasis blok dan petak;
• Teridentifikasi dan terinventarisasinya potensi hutan dan kawasan
hutan wilayah KPH;
• Terbinanya kelompok tani hutan dan koperasi sebagai lembaga
usaha kelompok;
• Berkurangnya konflik tenurial;
• Menurunya kejadian kebakaran hutan;
• Terwujudnya pengembangan obyek wisata dan jasa lingkungan
melalui kemitraan;
• Terlaksanya reboisasi dan pengkayaan hutan secara partisipatif;
• Tersusunya rencana pengembangan usaha KPH dan kemitraan
pemanfaatan kayu dan non kayu serta jasa lainya pada wilayah
tertentu;
• Tertatanya blok dan petak.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
39
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
4.1 Analisis Data dan Informasi
4.1.1 Ekologi
Hasil analisa GIS yang didasarkan pada data kondisi
bio-geo-fisik wilayah dan potensi sumber daya hutan serta
data Digital Elevation Model (DEM) mendapatkan informasi
tentang Daerah Aliran Sungai (dapat sebagai batas wilayah
ekologis) dan pola alirannya, sebaran dan potensi sumber
daya hutan, dan area lain yang bernilai konservasi.
Dari hasil analisa data daerah aliran sungai, pola
aliran, jalan yang ada, dan luas petak yang ideal dapat
dibuat batas-batas petak sebagai unit managemen terkecil.
Jumlah petak yang dibuat pada KPH Model Tala ini
mencapai 673 buah dengan luasan yang bervariasi
dengan total luas 41.215,8 ha. Selanjutnya petak-petak
tersebut dikelompokkan kedalam unit yang lebih besar yang
disesuaikan dengan rencana jangka panjang yang didisain
yaitu selama 10 tahun. Dengan demikian, diharapkan dalam
1 tahun volume kerja mencapai lebih kurang 4.121 ha.
Disamping itu, areal yang telah ditentukan sebagai
kawasan lindung berdasarkan analisa GIS dan peraturan
RTRW dikeluarkan untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi jika
tidak berpenutupan. Hasil analisa data survey potensi hutan
didapat sebagai berikut:
• massa tegakan di wilayah Unit KPHP Model Tanah Laut
untuk semua jenis pohon, diperoleh nilai volume total
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
40
dari seluruh sample yang diinventarisasi adalah
633,971 m3 dengan nilai volume rata-rata 70,441
m3/ha. Untuk varian total diperoleh nilai 4166,591 dan
varian rata-rata adalah 462,955.
• Analisa pendugaan nilai maksimum dan minimum
untuk volume pohon dengan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh nilai minimum 20,770 m3/ha dan nilai
maksimum 120,058 m3/ha.
Flora dan fauna yang langka berdasarkan hasil
inventarisasi lapangan tidak ditemukan, sehingga kegiatan-
kegiatan yang sifatnya konservasi flora dan fauna langka
tidak dilakukan.
4.1.2 Ekonomi
4.1.2.1 Potensi ekonomi sumber daya alam
Dari data statistik diketahui bahwa komoditas
utama perkebunan yang dikembangkan oleh
masyarakat pada kecamatan Pelihari adalah Karet
seluas 719 ha dengan produksi 174,03 ton,
Kelapa Dalam seluas 333 ha dengan produksi
106,95 ton, Kelapa Hibrida seluas 31 ha dengan
produksi 12,03 ton dan Kelapa Sawit 3 588 ha
dengan produksi 2 215,10 ton. Pada kecamatan
Tambang Ulang yaitu budidaya Karet 662,5 ha
dengan produksi 150,5 ton pertahun, Kelapa Sawit
892 ha dan Kelapa Lokal 67 ha dengan produski
22,6 ton pertahun. Pada kecamatan Panyipatan
yaitu budidaya Karet 829 ha dengan produksi
175,75 ton, Kelapa dalam 363 ha dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
41
produksi 145,95 ton dan Kelapa hibrida 3 ha
dengan produksi 0,93 ton. Pada Kecamatan Batu
Ampar mengembangkan budidaya Karet 824 ha
dengan produksi 164,8 ton, Kelapa dalam 45 ha
dengan produksi 54 ton dan Kelapa hibrida 94
ha dengan produksi 112,8 ton, selain itu cengkeh
112 ha dengan produksi 50,4 ton. Pada
kecamatan Jorong yaitu budidaya Karet 974 ha
dengan produksi 194,55 ton, Kelapa Hibrida 74 ha
dengan produksi 15,57 ton dan Kelapa lokal 176
ha dengan produksi 33,03 ton. Pada kecamatan
Kintap yaitu budidaya Karet 891 ha dengan
produksi 132,60 ton, Kelapa Hibrida 48 ha
dengan produksi 8,83 ton dan Kelapa lokal 40
ha dengan produksi 286,00 ton.
Analisa prediksi potensi pasokan kayu di KPHP VII
Tanah Laut berdasarkan laporan Rencana Jangka
Panjang Pengembangan Industri Lestari Berbasis
Kayu Di Propinsi Kalimantan Selatan, ITTO PD
397/06 Rev.3 (I) Sustainable Development of The
Wood Based Industry in South Kalimantan Tahun
2010 dengan asumsi bahwa seluruh ruang untuk
produksi kayu telah dapat dimanfaatkan secara
maksimum oleh suatu pengusahaan hutan,
mencapai 635.031 m3/tahun dimana hal ini belum
termasuk pasokan dari kebun dan hutan rakyat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
42
4.1.2.2 Perkembangan usaha dan investasi
Dalam kawasan KPHP terdapat beberapa investasi
dalam bidang kehutanan, dimana investasi
tersebut bergerak di bidang pembangunan hutan
tanaman industri baik untuk tujuan sumber kayu
serat bagi industri pulp ataupun kayu
pertukangan. Investasi di dalam kawasan KPHP
adalah IUPHHK PT. Hutan Rindang Banua dan PT.
Inhutani III.
4.1.3 Sosial Masyarakat
Keadaan sosial masyarakat berdasarkan struktur usia
sebagaimana tabel 13. berikut :
No Usia Status Jumlah Jiwa Ket
1 Kecamatan Pelaihari
0 - 14 Belum Produktif 22.593
15 - 59 Produktif 45.518
60 – 70+ Kurang Produktif 10.250
2 Kecamatan Tambang Ulang
0 - 14 Belum Produktif 4.362
15 - 59 Produktif 8.393
60 – 70+ Kurang Produktif 619
3 Kecamatan Panyipatan
0 - 14 Belum Produktif 7.006
15 - 59 Produktif 12.800
60 – 70+ Kurang Produktif 1.362
4 Kecamatan Batu Ampar
0 - 14 Belum Produktif 6.211
15 - 59 Produktif 13.095
60 – 70+ Kurang Produktif 1.392
5 Kecamatan Jorong
0 - 14 Belum Produktif 8.302
15 - 59 Produktif 16.492
60 – 70+ Kurang Produktif 1.093
6 Kecamatan Kintap
0 - 14 Belum Produktif 9.933
15 - 59 Produktif 17.876
60 – 70+ Kurang Produktif 1.378
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
43
Potensi usia produktif pada kawasan KPH Model Tala
ini mencapai 114.174 orang. Berdasarkan hasil survey
sosial di lapangan, permasalahan sosial yang paling
mendasar adalah penguasaan dan pengakuan lahan oleh
masyarakat banyak terjadi di kawasan KPHP model Tala ini.
Lahan-lahan hutan tersebut digunakan masyarakat untuk
kepentingan perumahan, perladangan, perkebunan rakyat
dan penggembalaan ternak bahkan sistem kandang dalam
areal yang luas. Sehingga, potensi gangguan terhadap
pelaksanaan pengelolaan hutan ke depan perlu menjadi
perhatian, tetapi dengan adanya pendekatan secara intensif
ke masyarakat diharapkan gangguan ini menjadi minimal.
4.1.4 Permasalahan lainnya
Permasalahan lainnya yang ditemukan di lapangan
seperti adanya penebangan liar (Bangli), pertambangan
tanpa ijin (PETI) dan penggunaan kawasan hutan bagi
peruntukannya lainnya (peternakan, perkebunan).
Kegiatan-kegiatan ini jelas akan mengganggu proses
pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
4.1.5 SWOT
Pada ruang-ruang yang tidak dibebani Ijin usaha
pemanfaatan dalam kawasan KPHP akan dilakukan arahan
pengelolaan berdasarkan analisa SWOT yang mencakup
beberapa aspek yaitu ekologi (penutupan lahan), ekonomi
dan sosial kemasyarakatan. Dalam ilustrasi diagram berikut
digambarkan tentang fungsi yang harus dijalankan oleh
managemen Unit KPHP Model Tanah Laut dengan berbagai
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
44
permasalahan yang harus diselesaikan agar Unit KPHP
Model Tanah Laut dapat berjalan optimal dan
berkelanjutan.
Rencana Pengelolaan Unit KPHP Model Tanah Laut 45
Gambar 1. Aspek-aspek yang terkait
dalam managemen KPHP
PEMEGANG HAK
PENGELOLAAN
• Status perijinan
• Progress operasional
• Klaim areal
KAWASAN
• Penataan (BKPH, petak)
• Ruang kegiatan (rehabilitasi,
perlindungan , produksi,
pemberdayaan masyarakat)
MASYARAKAT
• Kelembagaan
• Persepsi, sikap dan
partisipasi
• Skema pemberdayaan
(HKM, HTR, HD, KBR)
SUMBER DAYA MANUSIA
• Quantity & Quality
• Fasilitas
• Anggaran
KPHP Tanah Laut
• Rehabilitasi
• Pembinaan
• Konservasi
• Produksi (kayu, HHBK, jasa)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
46
Tabel 15. Analisa SWOT Unit KPHP Model Tanah Laut
INTERNAL
EKSTERNAL
Strength:
• Terdapat IUPHHK-HT
(50% dari total areal
KPHP)
• Masih terdapat tutupan
lahan hutan primer dan
sekunder
• Terdapat pemukiman di
dalam dan sekitar KPHP
• Terdapat kawasan
lindung
• Terdapat Potensi
Ekowisata
Weaknesses:
• Terdapat kawasan
hutan lindung
• Areal terbuka perlu
rehabilitasi 12.406 ha
oleh managemen KPHP
• organisasi KPHP belum
berjalan lancar
Opportunities:
• Minat investasi HTI
cukup besar
• Tersedia dana
rehabilitasi dari
pemerintah pusat dan
daerah serta
perusahaan kehutanan
dan pertambangan
• Memiliki potensi pasar
karbon
• Terdapat unit penelitian
kehutanan (BPK)
• Adanya kebijakan pusat
dan daerah yang
mendorong partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan hutan
Strategi SO:
• Mendorong unit
IUPHHK-HT untuk
pelaksanaan PHPL
• Memfasilitasi konflik
antara masyarakat
dengan pihak
kehutanan dan IUPHHK
• Mempertahankan areal
tutupan lahan hutan
primer dan sekunder
• Pemberdayaan
masyarakat perdesaan
hutan dalam
pengelolaan hutan
berkelanjutan
• Mempertahankan
kawasan hutan lindung
untuk kepentingan
ekologi, sosial,
ekowisata dan carbon
trade
• Kerjasama riset
rehabilitasi lahan
Strategi WO:
• Promosi investasi di
bidang hutan tanaman
• Memperlancar jalannya
pelaksanaan KPHP
• Program
pengembangan HHBK
dan rehabilitasi lahan
dengan masyarakat
• Perencanaan program
rehabilitasi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
47
Threaths:
• Potensi mineral yang
berimbas pada minat
investasi bidang
tambang
• Aksesibilitas cukup
masif
• Klaim penggunaan dan
penguasaan kawasan
hutan oleh masyarakat
untuk kegiatan
peladang berpindah,
perkebunan rakyat
(karet dan sawit), dan
penggembalaan sapi
• Penebangan liar dan
pertambangan tanpa
izin sangat tinggi
Strategi ST:
• Membatasi skema
pinjam pakai kawasan
• Memfasilitasi konflik
antara masyarakat
dengan unit
managemen
• Intensifikasi Penyuluhan
Kehutanan sampai
tingkat grass root
• Penataan hutan secara
partisipatif
• Penegakan hukum
tanpa pandang bulu
Strategi WT:
• Memperkuat kegiatan
perlindungan dan
rehabilitasi hutan
• Pengembangan
kegiatan perhutanan
sosial
• Mempertahankan fungsi
kawasan lindung
• Melaksanakan tata
batas luar
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
48
4.2 Proyeksi Kondisi Wilayah
Berdasarkan hasil sintesa data dan analisa SWOT, maka
disusun strategi dan proyeksi pengelolaan KPHP Tanah Laut dalam
10 tahun mendatang untuk dapat melaksanakan pengelolaan hutan
berkelanjutan, sebagai berikut;
Tabel 15. Analisa Proyeksi
STRATEGI PROYEKSI
• Mendorong unit IUPHHK-HT untuk pelaksanaan PHPL
• Promosi investasi di bidang hutan tanaman
• Membatasi skema pinjam pakai kawasan • Memperkuat kegiatan perlindungan
hutan • Inventarisasi & Pengembangan HHBK • Memfasilitasi konflik antara masyarakat
dengan unit managemen melalui penataan hutan secara partisipatif dan pengembangan pola kemitraan
• Pengembangan kegiatan perhutanan sosial
• Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan kehutanan
• Penganggaran kegiatan rehabilitasi lahan dalam RPH oleh UPT Kehutanan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta pihak swata pemegang konsensi pertambangan dan kehutanan
• Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan
• Intensifikasi Penyuluhan Kehutanan sampai tingkat grass root
• Mempertahankan kawasan hutan lindung untuk kepentingan ekologi, sosial, ekowisata dan carbon trade
• Upaya penegakan hukum (law enforcement)
• Pemegang hak pengelolaan areal telah beroperasi dan berproduksi
• Kawasan lindung dalam KPHP tetap terjaga dan terpelihara dari aktifitas ilegal
• Program rehabilitasi telah berjalan dengan progresif
• Telah terbentuk mekanisme penyelesaian konflik lahan dengan masyarakat
• Telah memproduksi HHBK yang bernilai ekonomis tinggi
• Masyarakat telah dilibatkan dalam kegiatan kehutanan
• Tidak ada aktifitas ilegal dalam KPHP • Tidak terjadi aktifitas ilegal dalam
KPHP • Sebagai kawasan tujuan wisata alam • Menjadi KPHP penghasil HHBK
bernilai ekonomis tinggi • Ada investor baru bidang hutan
tanaman • KPHP Model Tala menjadi benchmark
kegiatan rehabilitasi lahan • Masyarakat telah diberdayakan dalam
kegiatan kehutanan • Areal padang alang-alang dan belukar
telah direhabilitasi • Skema pinjam pakai kawasan
dipertimbangkan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
49
V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS
5.1. Inventarisasi
Secara umum, tujuan inventarisasi pada tahap awal untuk
mengetahui potensi isi ruang secara keseluruhan, seperti aspek bio-
fisik, sosial ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan hasil survai,
melalui kegiatan Inventarisasi KPHP Model Kabupaten Tanah Laut
pada 9 plot di tiga Kecamatan di Kabupaten Tanah Laut, antara lain
3 plot di Kecamatan Bajuin, 3 plot di Kecamatan Batu Ampar, 3 plot
di Kecamatan Kintap, yang masing-masing luasnya 1 Ha dengan
metode Sistematik Sampling dengan Awal Random (Systematic
Sampling with Random Start) dengan jarak antara plot sejauh 625
meter, massa tegakan untuk semua jenis pohon pada seluruh
sample adalah 633,971 m3 dengan nilai volume rata-rata 70,441
m3/ha.
Rencana inventarisasi lanjutan merupakan inventarisasi
potensi per petak per tahun, untuk mengetahui lebih rinci potensi
bio-fisik, sosekbud dan lingkungan dalam petak dan anak petak.
Untuk potensi dan sebaran tegakan, lebih dahulu dilakukan
startifikasi awal untuk bahan survey lapagan. Output inventarisasi
ini untuk menentukan apakah area tersebut merupakan hutan
produktif atau tidak. Jika hutan tersebut tidak produktif dan dengan
kelas lereng 0-15% maka perlu dilakukan rehabilitasi dengan atau
tanpa terasering, atau jika kelas lereng lebih >15% areal tidak
dibolehkan ditebang hasbis, cukup dilakukan pengayaan. Dalam hal
ini, jika area tersebut merupakan hutan produktif maka perlu
dipelihara dan diperkaya hingga masak tebang, kemudian dapat
dilakukan penebangan yang didahului dengan permohonan ijin
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
50
kepada menteri. Adapun rencana kegiatan inventarisasi disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 16. Rencana Biaya dan Inventarisasi Potensi Tegakan Pada Unit KPHP
Model Tanah Laut berdasarkan luasan
Th.
Keg. Penutupan
RPH
Luas Biaya I II III
HL HP HPT HL HL HP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ht 614.5 614.5 153,625,000.0
2 Hs 667.8 1.4 669.2 167,300,000.0
Ht 14.1 14.1 3,525,000.0
3 Hs 592.5 169.0 761.5 190,375,000.0
4 Hs 4.8 1655.1 1659.9 414,975,000.0
Ht 369,6 369.6 92.400.000,0
5 Hp 0.3 0.3 75,000.0
Hs 503.0 503.0 125,750,000.0
Ht 590.4 84.5 674.9 168,725,000.0
6 Ht 849.2 849.2 212,300,000.0
7 Hp 0.1 0.1 25,000.0
Hs 3513.1 3513.1 878,275,000.0
Ht 109.8 109.8 27,450,000.0
8 Hs 1287.2 1287.2 321,800,000.0
9 Ht 9.7 9.7 2,425,000.0
10 Hp
Hs 2088.7 2088.7 522,175,000.0
Keterangan :
Hp Hutan Lahan Kering Primer
Hs Hutan Lahan Kering Sekunder / Bekas Tebangan
Ht Hutan Tanaman
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
51
5.2. Pemanfaatan Hutan Pada wilayah Tertentu
Wilayah Tertentu merupakan suatu wilayah hutan yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan
pemanfaatannya, berada di luar ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan.
Di dalam areal kerja KPHP Model Tanah Laut berdasarkan analisa
peta di ketahui jumlah luasan wilayah tertentu pada kawasan hutan
produksi sekitar 14.056,20 hektar. Dari luasan tersebut, seluas
1.057,06 hektar direncanakan untuk pemanfaatan hutan tanaman
dan sisanya seluas 12.999,14 hektar masih berupa hutan alam
maka direncanakan pemanfaatan hutan alam.
Mengingat untuk melakukan kegiatan penanaman pada hutan
tanaman dan pemanfaatan pada hutan alam memerlukan dana
yang sangat besar maka direncanakan akan dilakukan dengan pola
kemitraan KPH dengan masyarakat maupun KPH dengan pihak
ketiga lainnya. Data terakhir potensi hutan alam yang ada sekitar
70 m3/ha dengan taksiran total potensi 909.939,80 m3. Dari potensi
yang demikian besar tentunya KPH dapat menjadi salah satu
pemasok bahan baku kayu dan juga dapat meningkatkan
pendapatan daerah dan negara.
5.3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat desa hutan disesuaikan dengan kegiatan
perlindungan, pembinaan, pengayaan dan rehabilitasi serta
kegiatan lainnya yang sedang berjalan. Dalam hal ini, melibatan
masyarakat dalam proses kegiatan tersebut secara intens mulai dari
perencanaan hingga evaluasi untuk memudahkan dan
memperlancar realisasi kegiatan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
52
Bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat di dalam dan
sekitar hutan dapat diimplementasikan dalam bentuk Hutan Desa,
Hutan Kemasyarakatan, dan Kemitraan dengan merujuk kepada
Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan
dan Penggunaan Kawasan Hutan. Selain itu kegiatan pemberdayaan
masyarakat di dalam dan sekitar hutan, yang di dalam kawasan
tersebut terdapat kegiatan bisnis non-kehutanan dapat pula
diimplementasikan dalam pola-pola kemitraan di bawah “payung”
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Community Development.
Tabel 17. Pola Pemanfaatan Hutan Dalam Pemberdayaan Masyarakat di
Sektor Kehutanan
Pola
Pemanfaatan
Hutan
Lokasi Jenis
Pemanfaatan Jenis Kegiatan
1 2 3 4
Hutan Desa Kawasan
Hutan
Lindung
Pemanfaatan
kawasan
Budidaya tanaman obat., tanaman hias,
jamur, perlebahan, penangkaran satwa
liar dan hijauan makanan ternak.
Pemanfaatan jasa
lingkungan
Pemanfaatan jasa aliran air, Wisata
alam, perdagangan karbon.
Pemungutan hasil
hutan bukan
kayu.
Pemungutan rotan, madu, getah, buah
atau biji, daun, gaharu, kulit kayu,
tanaman obat, dan umbi-umbian
dengan jumlah paling banyak 20 (dua
puluh) ton untuk setiap kepala
keluarga.
Kawasan
Hutan
Produksi
Pemanfaatan
kawasan
Budidaya tanaman obat, tanaman hias,
jamur, perlebahan, penangkaran satwa,
budidaya sarang burung walet.
Pemanfaatan dan
pemungutan hasil
hutan kayu.
Usaha pemanfaatan/pemungutan hasi
hutan kayu alam, usaha pemanfaatan
hasil hutan kayu restorasi hutan alam.
Pemanfaatan dan
pemungutan
hasil hutan bukan
kayu.
Pemanfaatan / pemungutan rotan,
sagu, nipah, bambu, yang meliputi
kegiatan penanaman. pemanenan,
pengayaan, pemeliharaan,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
53
Pola
Pemanfaatan
Hutan
Lokasi Jenis
Pemanfaatan Jenis Kegiatan
1 2 3 4
pengamanan, dan pemasaran hasil.
Pemanfaatan getah, kulit kayu, daun,
buah atau biji, gaharu yang meliputi
kegiatan pemanenan, pengayaan,
pemeliharaan, pengamanan, dan
pemasaran hasil.
Hutan
Kemasyarakatan
(HKm)
Hutan
Lindung
Pemanfaatan
kawasan
Budidaya tanaman obat, tanaman hias,
jamur, perlebahan, penangkaran satwa,
budidaya sarang burung walet.
Pemungutan hasil
hutan bukan
kayu.
Pemungutan rotan, madu, getah, buah
atau biji, daun, gaharu, kulit kayu,
tanamanobat, dan umbi-umbian
dengan jumlah paling banyak 20 (dua
puluh) ton untuk setiap kepala
keluarga.
Hutan
Produksi
Pemanfaatan
kawasan
Budidaya tanaman obat, tanaman hias,
jamur, Budidaya lebah, Penangkaran
satwa, Budidaya sarang burung walet.
Pemanfaatan dan
pemungutan
hasil hutan kayu.
Usaha pemanfaatan/pemungutan hasil
hutan kayu pada hutan alam dan hutan
tanaman.
Pemanfaatan dan
pemungutan
hasil hutan bukan
kayu.
Usaha pemanfaatan/pemungutan hasil
hutan bukan kayu pada hutan alam
dan hutan tanaman.
Pola Kemitraan
(HTR)
Kawasan
Hutan
Lindung
Kemitraan
Pemanfaatan
kawasan
Kemitraan Budidaya tanaman obat,
tanaman hias, jamur, Budidaya lebah,
Penangkaran satwa, Budidaya sarang
burung walet.
Kemitraan
Pemungutan hasil
hutan bukan
kayu.
Pemungutan rotan, madu, getah, buah
atau biji, daun, gaharu, kulit kayu,
tanaman obat, dan umbi-umbian
dengan jumlah paling banyak 20 (dua
puluh) ton untuk setiap kepala
keluarga.
Hutan
Produksi
Kemitraan
pemanfaatan
kawasan
Kemitraan Budidaya tanaman obat,
tanaman hias, jamur, Budidaya lebah,
Penangkaran satwa, Budidaya sarang
burung walet.
Kemitraan
Pemanfaatan dan
pemungutan
Kemitraan usaha pemanfaatan/
pemungutan hasil hutan kayu pada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
54
Pola
Pemanfaatan
Hutan
Lokasi Jenis
Pemanfaatan Jenis Kegiatan
1 2 3 4
hasil hutan kayu hutan alam dan hutan tanaman
Kemitraan
pemanfaatan dan
pemungutan
hasil hutan bukan
kayu.
Kemitraan usaha pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu pada hutan alam;
dan hutan tanaman
5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berijin
Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan pada areal yang berijin dilakukan KPH dengan
periode tertentu, triwulan, semester maupun tahunan. Pembinaan
dan pemantauan ini merupakan kontrol terhadap para pemegang
ijin yang telah diberi kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya
dalam areal yang telah ditetapkan sehingga kegiatannya dapat
terkendali sesuai aturan dan prosedur yang berlaku. Hal ini juga
untuk memonitor perkembangan aktivitas perijinan yang diberikan
dan membatasi terjadinya penyalahgunaan ijin yang diberikan.
Walaupun demikian, kewenangan KPH hanya sebatas pengawasan
dan monitoring sesuai RKU/RKT dari pihak yang telah memiliki ijin.
Untuk ijin pemanfaatan yang terdapat di KPH Tanah Laut berupa
IUPHHK-HTI sebanyak 2 perusahaan, sedangkan Ijin Penggunaan
Kawasan berupa IPPKH terdapat 6 perusahaan.
5.5. Rehabilitasi Pada Areal Kerja Di Luar Ijin
Kegiatan rehabilitasi, pengayaan, pembinaan dan perlindungan
disajikan seperti pada Tabel 17. Kegiatan dilapangan yang terkait
dengan penanaman yakni penanaman pada areal perlindungan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
55
(kawasan lindung), penanaman untuk pengayaan pada areal hutan
sekunder dan penanaman untuk rehabilitasi.
Kegiatan rehabilitasi dan pengayaan merupakan kegiatan
rehabilitasi lahan di dalam dan di luar kawasan dengan
menggunakan sumber anggaran DAK DR pemerintah pusat, DR
merupakan singkatan dari dana reboisasi yang digunakan untuk
membiayai program rehabilitasi hutan dan lahan (hutan yang rusak
dan lahan kritis). Reboisasi adalah upaya menghutankan kembali
lahan kritis yang tidak produktif di dalam kawasan hutan.
Rehabilitasi hutan dan lahan dalam pengertian memperbaiki dan
memulihkan kondisi hutan dan lahan melalui penanaman kembali.
Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi
kerusakan hutan yang dikhawatirkan berdampak pada masalah
ekologi dan sosial ekonomi terutama masyarakat di sekitar hutan.
Program ini merupakan tanggung jawab pemerintah bersama
masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka menunjang kegiatan
tersebut maka pemerintah menyediakan dana yang berfungsi
sebagai perangsang.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
56
Tabel 18. Rencana dan Biaya Kegiatan rehabilitasi, pengayaan, dan
perlindungan pembinaan per tahun
Keterangan : a=Perlindungan; b=Pembinaan; c=Pengayaan; d=Rehabilitasi
Untuk membiayai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan sumber
dana berasal dari konvergensi kegiatan pemerintah pusat, dana
alokasi khusus (DAK) dan dana pihak ketiga lainnya. Rehabilitasi
lahan pada hutan sekunder adalah kegiatan pengayaan atau
dibiarkan tumbuh secara alami yang diperlukan adalah
pemeliharaan dan pengamanan. Jika dilakukan pengayaan, maka
luas areal yang ditanami untuk pengayaan diasumsikan 30% dari
luas areal.
RPH ThnHL HP HPT
Totala b c d b c d b d
I 1 937.2 706.0 122.5 315.6 2081.3 3,882.1
2 161.5 665.4 761.8 52.4 1.1 354.2 5.3 1.2 2002.9 4,245.43 439.0 594.9 260.5 424.7 169.3 42.0 1930.4 1,149.5
4 4.8 1847.0 281.4 2133.2 1,069.3
5 604.2 564.5 1327.8 2496.5 5,045.6
6 1047.1 1003.0 2050.1 3,811.4
7 245.2 3487.7 133.6 3866.5 507.7
8 596.9 1247.4 1448.0 9.6 510.0 3811.9 7,440.49 856.2 238.5 2027.2 700.6 3822.5 3,568.6
10 2135.2 1607.3 76.3 1416.2 5235.0 11,489.3
0.0
II 1 677.5 677.5 0.0
2 553.9 80.3 634.2 305.1
3 646.0 44.4 690.4 168.74 526.1 0.0 526.1 0.0
5 637.3 637.3 0.0
6 458.9 458.9 0.0
0.0
III 1 5.2 1324.4 1329.6 0.0
2 1421.2 193.5 1614.7 735.33 976.5 976.5 0.0
4 4.0 1308.2 1312.2 0.0
5 549.7 766.3 1316.0 2,911.9
6 387.6 756.9 4.0 1148.5 2,876.2
Total 9.2 11005.0 1265.1 3569.7 3953.2 9452.2 6751.4 2118.4 2628.0 40752.2 49,206.6
*Biaya (Rp.) dlm juta
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
57
Kegiatan pembinaan dilakukan pada lokasi yang terdapat kegiatan
pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
kawasan hutan. Kegiatan pembinaan seperti rekayasa sosial,
penyiapan kelembagaan masyarakat (Kelompok tani hutan dan
kelembagaan desa) dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
pembangunan hutan berbasis masyarakat dan lain-lain. Selain itu
perlu dilakukan fasilitasi kegiatan fisik seperti alokasi pendanaan
untuk pengadaan bibit (agroforestri), penyiapan lahan, penanaman
dan pemeliharaan paling tidak sampai tahun ke-3.
Kegiatan perlidungan dapat berupa kegiatan rehabilitasi dan
perlidungan pada kawasan lindung.
5.6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Di
Dalam Areal Yang Berijin
Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di dalam
areal yang berijin di dalam wilayah KPHP Model Tanah Laut hanya
bersifat pengawasan dan monitoring. Hal ini karena rehabilitasi dan
reboisasi hutan dalam kawasan yang sudah dibebani ijin
sepenuhnya dibebankan kepada pemegang ijin untuk melakukan
rehabilitasi dan reboisasi dimana sudah ada rencana rehabilitasi dan
reklamasi pada areal ijinnya.
5.7. Rencana Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Setelah kegiatan penanaman dilakukan, maka peran kegiatan
pemeliharaan dan pengamanan menjadi sangat penting untuk
menjaga agar asset ini tidak rusak. Kegiatan pemeliharaan dan
pengamanan mengikuti tabel 17 di atas, hanya hanya berbeda
biaya satuan dan tahun kegiatan, maksudnya tanaman tahun
pertama dipeliharan pada tahun kedua, dan seterusnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
58
Diasumsikan biaya pemeliharaan dan pengamanan adalah 20% dari
biaya penanaman. Dengan demikian, berikut ini disajikan tabel
rencana dan biaya kegiatan pemeliharaan dan pengamanan.
Tabel 19. Rencana dan Biaya Kegiatan Pemeliharaan dan Pengamanan
5.8. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi
Antar Pemegang Ijin
Dalam penyelenggaraan koordinasi dan sinkronasi antar pemegang
ijin, KPH selaku pemangku wilayah akan bertindak sebagai
fasilitator dan mediator dalam merundingkan berbagai
permasalahan yang terjadi antar pemegang ijin. Mediasi dan
fasilitasi KPH akan dilakukan;
• Bila terjadi tumpang tindih kawasan
• Pelaksanaan tata batas bersama antar pemegang ijin
• Klaim atas lahan oleh masyarakat dalam kawasan
RPH ThnHL HP HPT
Totala b c d b c d b d
I 2 937.2 706.0 122.5 315.6 2081.3 388.2
3 161.5 665.4 761.8 52.4 1.1 354.2 5.3 1.2 2002.9 424.5
4 439.0 594.9 260.5 424.7 169.3 42.0 1930.4 115.0
5 4.8 1847.0 281.4 2133.2 106.9
6 604.2 564.5 1327.8 2496.5 504.6
7 1047.1 1003.0 2050.1 381.1
8 245.2 3487.7 133.6 3866.5 50.89 596.9 1247.4 1448.0 9.6 510.0 3811.9 744.0
10 856.2 238.5 2027.2 700.6 3822.5 356.9
II 2 677.5 677.5 0.0
3 553.9 80.3 634.2 30.5
4 646.0 44.4 690.4 16.9
5 526.1 0.0 526.1 0.0
6 637.3 637.3 0.0
III 2 5.2 1324.4 1329.6 0.0
3 1421.2 193.5 1614.7 73.5
4 976.5 976.5 0.0
5 4.0 1308.2 1312.2 0.0
6 549.7 766.3 1316.0 291.2
Biaya (Rp.) dlm juta
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
59
• Pelaksanaan program-program tanggung jawab sosial pemegang
ijin terhadap masyarakat
5.9. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder
Terkait
Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Stakeholders terkait,
merupakan salah satu prasyarat keberhasilan KPHP dalam
mewujudkan visi dan misi pengelolaannya, mengingat adanya
keterbatasan-keterbatasan baik dari sisi SDM dan Kelembagaan,
Kewenangan serta Akses Pendanaan. Kedepannya KPH akan
berkoordinasi dengan pihak perkebunan baik pemerintah maupun
swasta mengingat sudah banyak wilayah KPH yang menjadi kebun,
disamping itu menjajaki program perusahaan perkebunan demi
menyokong kegiatan di dalam KPH.
5.10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Saat ini ketersedian SDM untuk pelaksanaan pengelolaan Unit KPHP
Model Tanah Laut seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 19. Kondisi Sumber Daya Manusia di Unit KPHP Model Tanah Laut
No Jabatan Struktural Staff Kekurangan
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Struktural Staff
1 Kepala 1 1 1 0 0 1
2 KSBTU 1 1 2 0 0 2
3 Ka.RPH 3 1 9 0 2 9
4 Ka.Seksi 3 0 9 0 3 9
Jumlah 8 3 21 0 5 21
Sumber: Kolom realisasi adalah sesuai dengan Perbub 48 tahun 2011. Kolom rencana adalah usulan sesuai kebutuhan sementara KPH Model
Tanah Laut.
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat masih terdapat kekurangan
tenaga dalam pelaksanaan pekerjaan KPH. Meskipun demikian,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
60
tenaga yang tersedia tersebut juga masih memerlukan 'upgrade'
kemampuan, terutama dalam hal membangun dan memperkaya isi
database yang telah dibuat agar dapat menjadi sebuah alat
Decision Support System (DSS). DSS inilah salah alat bantu yang
cukup efektif dalam membantu KKPH dan KRPH dalam mengelola
KPH.
Agar memiliki kompetensi sebagaimana tersebut di atas, maka
organisasi KPH harus diisi oleh personel yang memiliki kompetensi
di bidang pengelolaan hutan, yaitu yang memenuhi syarat
kompetensi kerja yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi
(LSP) di bidang kehutanan atau pengakuan oleh Menteri
(penjelasan Pasal 8 ayat (1) PP 6/2007). Ketentuan mengenai
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) mengacu pada UU No 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
5.11. Penyediaan Pendanaan
Pendanaan dalam penyelenggaraan KPH menurut pada pasal 10 PP
6/2007 sebagai berikut :
• Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai kewenangannya bertanggung jawab
terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya.
• Dana bagi pembangunan KPH bersumber dari APBN, APBD dan
sumber dana lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan
peraturan dan perundang-undangan.
5.12. Pengembangan Database
Database merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam sebuah
organisasi KPH, database ini berguna untuk memantau dinamika
perkembangan situasi yang ada dalam wilayah pengelolaan KPH,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
61
sehingga perencanaan pengelolaan dan pembangunan dalam
wilayah KPH dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika
perkembangan dalam wilayah pengelolaan. Database yang
dimaksud tidak sekedar database biasa, tetapi diarahkan menjadi
sebuah database management system (DBMS) dan nantinya
diarahakan menjadi DSS.
Pengembangan database yang akan dilakukan oleh KPHP antara
lain;
• Terbangunnya sistem database berbasis GIS, dimana tujuannya
adalah agar tersedia data numerik dan data spasial kehutanan
dalam wilayah pengelolaan KPHP.
• Inventarisasi potensi hutan kayu dan non kayu dalam wilayah
pengelolaan KPHP
• Inventarisasi kondisi sosial dan ekonomi wilayah pengelolaan
KPHP.
5.13. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola
Rencana rasionalisasi wilayah kelola KPHP akan dilakukan
dikemudian hari apabila terjadi perubahan kawasan hutan dan
terbitnya perijinan pada kawasan wilayah kelola KPHP. Hal ini untuk
menjamin keakuratan data, batas dan kekuatan hukum wilayah
kelola KPH.
5.14. Review Rencana Pengelolaan
Review pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam
pengelolaan kawasan oleh unit KPHP dilakukan melalui monitoring
antara target dan realisasi yang dicapai untuk semua kegiatan
dalam kawasan. Terutama jika banyak target yang tidak terealisasi
maka managemen KPHP dapat mengkaji kendala-kendala yang
menyebabkan tidak terealisasinya target-target tersebut, sehingga
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
62
dapat dirumuskan kembali strategi dan prioritas untuk pencapaian
target rencana. Sebaiknya pengkajian ini dilakukan setiap tahun
terhadap target dan realisasi, namun minimal pengkajian ini
dilakukan 5 tahun sekali.
5.15. Pengembangan Investasi
Sesuai dengan fungsi dari KPH menurut Pasal 9 ayat (1) PP No
6/2007 yang salah satu diantaranya “Membuka peluang investasi
guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan”, maka
managemen Unit KPHP Model Tanah Laut memiliki peluang untuk
melakukan promosi investasi bidang kehutanan dalam kawasan
kelola utamanya pada petak-petak yang belum memiliki ijin
pemanfaatan. Pengembangan investasi ini bukan hanya terbatas
pada produk kehutanan kayu namun dapat pula berupa hasil hutan
bukan kayu bernilai ekonomis tinggi lainnya seperti gaharu, nilam
dan lain-lain agar terjadi pemanfaatan berlapis seluruh sumber
daya hutan dalam ruang Unit KPHP Model Tanah Laut ini.
Untuk bisnis KPH, direncanakan berupa kayu dan non kayu (HHBK).
Komoditas kayu yang ada di KPHP Tanah Laut berupa kayu alam
yang berasal dari hutan produksi seluas ± 12.999,14 hektar dan
rencana produksi kayu dari hutan tanaman seluas 1.057,06 hektar.
Potensi kayu alam berdasarkan hasil survei biogeofisik tahun 2012
nilai volume rata-rata 70,441 m3/ha. Jika di kalikan dengan luasan
yang ada total potensi kayu alam sekitar 909.939,80 m3. Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa potensi kayu di KPHP Tanah
Laut cukup besar, akan tetapi karena akses jalan belum ada serta
kondisi wilayah yang berbukit menuju lokasi dimaksud maka belum
bisa dilakukan pemanfaatan dan bahkan ada beberapa lokasi yang
tidak direkomendasikan untuk di manfaatkan. Untuk itu kedepannya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
63
perlu dilaksanakan inventarisasi lebih detil lagi untuk menentukan
potensi sebenarnya yang dapat di manfaatkan.
Potensi kayu tanaman eks kegiatan kehutanan di wilayah tertentu
KPH belum ada mengingat kawasan tertentu pada hutan produksi
masih mayoritas berupa hutan sekunder dengan wilayah yang
memungkinkan untuk dilakukan penanaman sekitar 1.057,06 Ha,
adapun jenis yang cocok di budidayakan berupa Sengon, Mahoni
dan Jabon.
Untuk HHBK pada wilayah tertentu belum terinventarisir hingga
perlu di lakukan inventarisasi untuk mengetahui HHBK yang dapat
dimanfaatkan/diproduksi. Walau demikian pihak Dinas Kehutanan
dan KPHP sedang mengembangkan tanaman atsiri (ylang – ylang)
dan madu hutan budidaya sebagai produk HHBK unggulan.
Disamping itu juga akan dikembangkan komoditas gaharu dan
minyak atsiri sereh wangi, kayu putih dan nilam.
Untuk lebih terencananya bisnis KPH maka perlu dibuat secara
khusus Rencana Bisnis yang lebih detil yang dapat menunjukan
potensi sebenarnya dan analisa usaha serta prospek berdasarkan
jenis komoditas.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
64
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
6.1. Pembinaan
Secara internal kawasan pengelolaan managemen di Unit KPHP
Model Tanah Laut memiliki fungsi pembinaan sesuai PP Nomor : 6
Tahun 2007 terutamanya pembinaan terhadap masyarakat dalam
kawasan ataupun pembinaan terhadap unit managemen yang
memiliki ijin pemanfaatan kawasan. Wujud pembinaan itu sendiri
dapat berupa arahan teknis pelaksanaan kegiatan kepada unit
managemen dalam kawasan ataupun sebagai fasilitator masyarakat
dalam kawasan dalam hal sinergi pembangunan kehutanan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat.
Unit KPHP Model Tanah Laut merupakan sebuah organisasi yang
berbentuk Unit Pelaksana Teknis sehingga dalam melaksanakan
kegiatannya memerlukan dukungan pembinaan dari instansi lain
yang berada di atasnya secara hierarki seperti Dinas Kehutanan
Propinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah
Laut, Bappeda Propinsi Kaliamantan Selatan, Bappeda Kabupaten
Tanah Laut, serta beberapa balai kehutanan yang ada di daerah
seperti BPKH Wilayah V dan BP2HP Wilayah XI. Berdasarkan tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing institusi tersebut terdapat
fungsi pembinaan terhadap unit pelaksana teknis.
6.2. Pengawasan
Secara organisasi Unit KPHP Model Tanah Laut merupakan unit
pelaksana teknis daerah milik Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah
Laut, karena masih relatif baru dan belum berdiri sendiri maka
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
65
organisasi ini sepenuhnya masih merupakan tanggung jawab Dinas
Kehutanan Kabupaten Tanah Laut baik secara koordinasi kegiatan
dan penganggaran. Segala bentuk rencana kegiatan Unit KPHP
Model Tanah Laut harus melalui koordinasi dengan Dinas Kehutanan
Kabupaten Tanah Laut. Organisasi Unit KPHP Model Tanah Laut
memiliki tanggung jawab pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
target yang telah direncanakan, sehingga sebagai pengawas
langsung kegiatan KPHP yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah
Laut, selain institusi lain yang memiliki relevansi kegiatan KPHP
secara hierarki seperti Dinas Kehutanan Propinsi, Bappeda, BPKH,
BPDAS dan BP2HP.
Akan tetapi sebagai organisasi pemangku kawasan hutan produksi
memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap unit-unit
managemen baik unit managemen HTI ataupun pertambangan yang
beroperasi di dalam kawasan KPHP.
6.3. Pengendalian
Idealnya segala bentuk operasional kegiatan Unit KPHP Model Tanah
Laut harus mengikuti tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi yang
diemban sebagai sebuah organisasi, namun sebagai organisasi baru
yang belum mandiri maka tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi
yang diemban masih mengacu kepada organisasi induk yaitu Dinas
Kehutanan Kabupaten Tanah Laut. Kegiatan operasional Unit KPHP
Model Tanah Laut secara anggaran dikendalikan oleh pos-pos
anggaran yang telah dianggarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten
Tanah Laut, serta besarnya wewenang kegiatan operasional
lapangan dikendalikan oleh tugas pokok dan fungsi serta visi dan
misi Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
66
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
7.1. Koordinasi Kegiatan
Dalam pengelolaan KPHP secara keseluruhan ada beberapa kegiatan
utama menjadi prioritas yaitu; rehabilitasi lahan, pemantapan
kawasan, pemberdayaan masyarakat, pusat penelitian & ilmu
pengetahuan dan produksi hasil hutan kayu & non kayu. Dalam
pelaksanaannya pengelolaan KPHP ini selain menjadi otoritas UPT
namun juga melibatkan beberapa institusi yang memiliki
kewenangan, relevansi dan kepentingan pada masing-masing
kegiatan utama tersebut.
Untuk kegiatan rehabilitasi lahan UPT berkoordinasi dengan Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). Kegiatan pemantapan
kawasan utamanya tentang tata batas UPT berkoordinasi dengan
Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) dan Dinas Kehutanan.
Kegiatan penegakan hukum dalam kawasan UPT berkoordinasi
dengan Kepolisian dan satuan POLHUT.
7.2. Pelaksana Kegiatan
UPT sebagai otoritas pengelola KPHP bertindak sebagai pelaksana
berbagai kegiatan yang direncanakan dan dianggarkan sesuai
dengan tahun anggaran berjalan.
7.3. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi kegiatan pengelolaan KPHP tingkat
kabupaten dilakukan oleh Bupati melalui Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten Tanah Laut. Pada tingkat propinsi kegiatan pemantauan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
67
dan evaluasi dilakukan oleh Gubernur melalui Kepala Dinas
Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan dan Bappeda Propinsi
Kalimantan Selatan. Pada tingkat nasional pemantauan dan evaluasi
dilakukan oleh Menteri Kehutanan melalui UPT Kementerian
Kehutanan yang relevan di Kalimantan Selatan seperti BPDAS Barito,
BP2HP Wilayah XI, BKSDA dan BPKH Wilayah V.
7.4. Pelaporan
Segala kegiatan pengelolaan baik kemajuan kegiatan,
masalah/kendala kegiatan serta hasil-hasil kegiatan dilaporkan
secara berkala oleh UPT kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah
Laut selaku instansi diatas UPT KPHP secara hierarki.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
68
VIII. PENUTUP
Secara umum keadaan KPHP pada saat ini, ada beberapa hal yang
penting untuk mempercepat pelaksanaan Unit KPHP Model Tanah Laut di
lapangan agar lebih terarah dan tepat sasaran antara lain:
• 'Upgrade' potensi SDM tenaga pelaksana KPHP, agar dapat
membaca, memahami, mengerti dan dapat mengaplikasi rencana
yang telah tertuang dalam database berbasis GIS yang telah
dibuat.
• Meningkatkan potensi SDM tenaga pelaksana KPHP bagaimana
agar dapat mengembangkan database ini menjadi sebuah
database management system hingga lebih jauh lagi menjadi DSS
dalam KPHP Model ini.
• Identifikasi dan assessment detail untuk masing-masing RPH yang
telah direncanakan dari segi tata ruang, potensi kawasan, sosial
ekonomi masyarakat serta ekologi sehingga dapat ditentukan titik
berat dan prioritas pengelolaan kawasan untuk masing-masing
RPH.
• Analisa kebutuhan sumber daya manusia pengelola untuk masing-
masing RPH beserta sarana dan prasarananya guna
memperhitungkan perkiraan beban tetap anggaran tahunan
pemerintah dalam pengelolaan Unit KPHP Model Tanah Laut.
• Sosialisasi secara menyeluruh dan intensif kepada masyarakat
dalam kawasan dan pemangku kewenangan administratif dalam
kawasan (kecamatan, kelurahan/desa) tentang keberadaan
managemen di Unit KPHP Model Tanah Laut guna memberikan
penjelasan tentang posisi masyarakat dalam kawasan KPHP serta
memperjelas hal-hal yang dapat dilakukan bersama antara
masyarakat dalam kawasan dengan managemen KPHP. Apabila
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tahun 2014 - 2023 KPHP Model Tanah Laut (Unit VII Kalimantan Selatan)
69
diperlukan dapat dilakukan kegiatan pemetaan partisipatif dengan
masyarakat untuk mengurangi konflik klaim atas lahan di masa
mendatang.
• Identifikasi interest dan persepsi masyarakat di dalam kawasan
tentang pola-pola pencaharian sehari-hari agar dapat bersinergi
dengan program-program kehutanan yang akan dilaksanakan oleh
managemen KPHP.
• Pembentukan kelembagaan masyarakat serta pelatihan-pelatihan
yang perlu oleh managemen KPHP dengan tujuan agar masyarakat
setempat dapat menjadi mitra KPHP dalam pengelolaan kawasan
Unit KPHP Model Tanah Laut.