korosi

28
MATERIAL TEKNIK .:KOROSI:. OLEH : AGUS KURNIAWAN 208131002 CANDRA BILLY AGAM 208131006 DIKRI FADILAH 208131008 EBIN 208131009 IMAM IBRAHIM 208131013 ROBBI RAHMAN F 208131020 TAUFIK NASRUL A 208131023 YOGI TRIGUNA Y 208131024 1 MEA TEKNIK MANUFAKTUR

Upload: taufik-nasrul-albi

Post on 12-Jun-2015

25.265 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

korosi adalah..

TRANSCRIPT

Page 1: KOROSI

MATERIAL TEKNIK

.:KOROSI:.

OLEH :

AGUS KURNIAWAN 208131002

CANDRA BILLY AGAM 208131006

DIKRI FADILAH 208131008

EBIN 208131009

IMAM IBRAHIM 208131013

ROBBI RAHMAN F 208131020

TAUFIK NASRUL A 208131023

YOGI TRIGUNA Y 208131024

1 MEA

TEKNIK MANUFAKTUR

Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA

Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman.com, E-mail :

[email protected]

Page 2: KOROSI
Page 3: KOROSI

Abstrak

Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan – peralatan

industri diperlukan melalui pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis berpengaruh

terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir, pH dan kadar oksigen memberikan

batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi.

PENDAHULUAN

Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat

aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan

telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas

mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga

pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai

contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada

permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu,

korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri,

industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun

1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan

perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut,

banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian

untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan

perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan

orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam

pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan

tanah di sekitar kita.

MIKROBA KOROSI

Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada

habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan

Page 4: KOROSI

kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang

panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta

nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain

bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material

di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya

berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam

bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan

tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik

dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya

membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di

permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit

mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau

logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan

berdasarkan kadar oksigen yaitu :

1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen

2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.

3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.

4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-

jenis bakteri yang berkembang yaitu :

1. Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen

atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan

klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung

metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-

daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini

mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H 2S atau

Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter

menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen

dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi

hidrogen.

Page 5: KOROSI

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit

atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik

dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral

dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

3. Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+¿¿ atau Fe3+¿¿ dimana deposit

berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle

(gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja.

Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-

variabel yaitu :

1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung

karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang

berlainan

2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan

kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat

3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme

4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada

Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah

metabolismenya menjadi bakteri anaerob

5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini

menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.

Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel

diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan

depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses

inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi

mikroba tidak terjadi dengan absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local

Page 6: KOROSI

lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi

aktifitas korosi.

Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang

dihubungkan dengan korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang

mekanisme mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316,

umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, hanya melihat indikasi

produksi asam atau serangan sulfide terlihat pada Gambar

KOROSI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang

korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam

bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang

mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.

Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida

atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk

pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan

lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau

secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada

bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang sistim

elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia

antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang

ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada

Page 7: KOROSI

dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung

dengan lingkungan berair dan oksigen. 

Pada umumnya suatu peralatan elektronik mengandung komponen logam yang

mempunyai waktu hidup atau masa pakai tertentu. Korosi pada komponen-komponen

tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat berkurangnya masa produktif peralatan

elektronik. Korosi bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya

hubungan pendek (konsluiting) yang dapat mengarah kepada terjadinya kecelakaan. Masalah

korosi peralatan elektronik merupakan salah satu sumber yang dapat memicu kegagaan

operasional serta keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh sebab itu, masalah ini sudah

selayaknya mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan.

 Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis

logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam

seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini.

Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak

dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi

rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada perkakas logam ukuran

besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik

peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer, serta peralatan-peralatan

canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan

industri maupun di dalam rumah tangga. 

Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju

sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan

masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi

juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga

menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian

suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan

setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-

mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan

lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara

yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari

GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5

persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung

Page 8: KOROSI

seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi

juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta

kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.

Penyebab Korosi

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang

berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian

bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik

pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran

udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam,

baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. 

Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses

korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi

peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta

persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini

umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan

kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal,

bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam

kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku

di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana

penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan

pelepasan bahan ini ke udara. 

Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas

asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila

dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan

penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx)

dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah

menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel

kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan

bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas

tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab

itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut

Page 9: KOROSI

di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk

komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses

korosi tidak dapat dihindari lagi. 

Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat

mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik

komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan

sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor

pada komponen elektronik. Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran

tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin

mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang

terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang

menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi

juga korban nyawa. 

MEKANISME KOROSI

Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia

melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi

redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi

anodik di daerah anodik. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi

atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :

M --> Mn+¿¿ + ne

Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam

pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :

Fe-->Fe2+¿¿ + 2e

Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi katodik diindikasikan melalui

penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.

Page 10: KOROSI

Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi selama

proses korosi logam yaitu :

Pelepasan gas hydrogen : 2 H−¿¿ + 2e --> H 2

Reduksi oksigen : O2 + 4 H−¿¿ + 4e --> H 2O

O2 + H 2O4 --> 4 OH−¿¿

Reduksi ion logam : Fe3+¿¿+ e --> Fe2+¿¿

Pengendapan logam : 3 Na+¿¿ + 3 e --> 3 Na

Reduksi ion hydrogen :O2 + 4 H+¿¿ + 4 e -->2 H 2O

O2+ 2 H 2O + 4e --> 4 OH−¿¿

Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka. Reaksi korosi

tersebut sebagai berikut :

NaCl.H2O

2 Fe + O2 -------------------> Fe2 O3

Page 11: KOROSI

KLASIFIKASI KOROSI

Korosi Atmosferik.

Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat pada

pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil

interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan

oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam

yang terkandung di udara.

Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi :

Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan,

dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2.

Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi

kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.

Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang

dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat.

Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya

mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.

Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki

timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau

gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif

berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi

atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat

berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja,

misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos, atau tangga tangki timbun yang

berkarat.

Mekanisme Korosi Atmosferik

Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan

logam yang membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini kemudian

melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak sebagai elektrolit

tempat terjadinya reaksi korosi.

Page 12: KOROSI

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik

Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua

tempat di dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan

yang lain. Parameter atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah

kelembaban udara relatif, temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta

kandungan polutan dalam udara ambien.

Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida,

sehingga kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis

dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu lokasi/lingkungan berdasarkan

ISO 9223. SO2 berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di

permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju

korosi atmosferik. Ion klorida dalam salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di

permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya adalah peningkatan laju

korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan memiliki kadar SO2 dan ion klorida

sangat tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut

akan memiliki karakter atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi.

Pengamatan Korosi Atmosferik

Korosi atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu

dengan mengukur parameter atmosferik, serta exposure test menggunakan sampel logam.

Data parameter atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur ambien, curah hujan,

dan kadar polutan (misalnya kadar SO2 dan ion klorida di udara) dapat diperoleh melalui

pengukuran di udara ambien. Selanjutnya laju korosi untuk masing-masing logam diketahui

dengan mengidentifikasi data exposure test dari masing-masing lingkungan (rural,

laut/pantai, industri). Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui jenis logam yang sesuai

untuk lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat diturunkan suatu persamaan matematis

antara parameter atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat exposure test.

Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah

metode mengikuti standar ISO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai standar ISO

9225 dan 9226, dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan sesuai standar ISO 9223 dan

selanjutnya dapat menentukan material yang cocok dengan kondisi atmosferik setempat serta

menentukan metode pengendalian korosi yang sesuai. Metode lain yang dapat juga digunakan

Page 13: KOROSI

untuk pengamatan korosi atmosferik adalah PACER LIME, yang dikembangkan untuk

manajemen perawatan sistem struktur pesawat terbang.

Jika tidak tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik dengan parameter atmosferik

(karena umumnya korelasi atau data korosi berdasarkan atmosferik jarang dijumpai), maka

kerusakan akibat korosi atmosferik harus diperkirakan dengan pengukuran langsung. Cara

termudah untuk melakukan pengukuran korosi atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari

hasil paparan, dapat dianalisa untuk kehilangan berat, densitas dan kedalaman pit, dan

analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa digunakan adalah kupon panel datar yang

dipaparkan pada rak paparan. Jenis spesimen lain yang biasa digunakan juga adalah U-bend

atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik yang diamati.

Kelemahan untuk metode kupon yang konvensional adalah memerlukan waktu paparan

yang sangat panjang untuk memperoleh data yang sah; tidak jarang waktu paparan dapat

mencapai 20 tahun atau lebih. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan beberapa variasi

spesimen kupon, seperti helical coil (sesuai dengan ISO 9226). Kelebihan dari helical coil

adalah rasio luas berbanding berat yang lebih tinggi daripada kupon panel akan memberikan

sensitivitas pengukuran laju korosi yang lebih baik.

Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat

dililitkan pada sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji

CLIMAT (Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas

pengukuran yang lebih baik. Umumnya spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium

yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini

memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan industri dan laut/pantai. Pada

tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada kawat

aluminium.

Page 14: KOROSI

PENANGGULANGAN KOROSI

Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk

melindungi logam digunakan banyak cara, yang semuanya ditujukan agar logam tidak cepat

rusak karena korosi. Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih cepat pada

logam dibandingkan karena pengaruh yang lain. Karena itu timbul berbagai penelitian untuk

melindungi logam ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya

dengan melapis permukaan logam dengan mengecat sampai cara cara yang paling modern

dengan membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.

 Cara cara penanggulangan korosi antara lain:

1. Melapis permukaan logam dengan cat.

2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.

3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing   Plant .

4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.

5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.

Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan

kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi

paling cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang

paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan

untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi

getas seperti baja dan sebagainya.

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun

dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak

negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik

menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk

memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat

banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu

kegiatan industri.

Page 15: KOROSI

Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu, antara

lain:

1. Perancangan geometris alat atau benda kerja

2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan

3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau

coating

4. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau

inhibisi

5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari

reaksi oksidasi oleh lingkungan

6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan

7. Pemeliharaan kebersihan.

Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalian

lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi

berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjang

lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah

korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan. Pemantauan korosi perlu

dilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program

perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi

melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara

dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin

dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan

terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya

pengendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat,

mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu

diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam

kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi

peralatan elektronik, antara lain adalah :

 Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran,

penguapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan

bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya

Page 16: KOROSI

kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk

menghindari efek yang lebih luas. 

Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan

kebersihan dalam perusahaan.

Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan

yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan

korosi. Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan di

ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahan

korosif ke lingkungan. 

Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke

dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang

terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan

komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.

Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan akibatnya perlu juga diberikan

kepada karyawan yang bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar mereka selalu

menjaga dan mau mengikuti instruksi-instruksi yang digariskan dalam kaitannya dengan

perawatan peralatan elektronik. 

Pengendalian Korosi Atmosferik

Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan korosi

atmosferik, yaitu coating dan pemilihan material yang sesuai, atau gabungan keduanya. Dari

hasil penentuan karakteristik atmosfer dan pengukuran laju korosi di tempat peralatan

industri minyak bumi berada atau akan dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating

yang sesuai untuk membangun konstruksi peralatan yang tahan terhadap korosi atmosferik.

Penentuan ini tentunya juga mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil

analisis, seringkali terjadi penggunaan logam yang tidak terlalu tahan korosi atmosfer

(misalnya baja karbon) namun dilindungi sistem coating lebih ekonomis daripada baja

paduan yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem coating.

Page 17: KOROSI

KESIMPULAN

Korosi adalah suatu gejala kimia yang menyerang logam dan mengakibatkan

kerusakan pada logam tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi, yaitu :

1. Kelembaban udara

2. Elektrolit

3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)

4. Adanya O2

5. Lapisan pada permukaan logam

6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

Korosi dapat dicegah dengan cara :

1. Melapis permukaan logam dengan cat.

2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.

3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing   Plant .

4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.

5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.

Page 18: KOROSI

DAFTAR PUSTAKA

http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/10/makalah-ilmiah-ku-korosi-

material-logam.html

http://rhien-article.blogspot.com/2007/07/korosi-atmosferik.html

Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), “Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat Proteksi Katodik, Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung.

www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/korosi.htm

sgu2008.wordpress.com/2008/02/12/korosi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi

Page 19: KOROSI

JURNAL

MASALAH –MASALAH DI LAPANGAN

Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan

oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :

a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi

Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)

menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama

instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi katodik

dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun

dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5,

hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu

adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi

katodik yang berlebihan terekspos.

Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan

mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit

berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47

mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan karakter bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar

b. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.

Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami

masalah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup

besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan

oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan

tembaga saat beberapa bulan pembelian.

Page 20: KOROSI

Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dalam,

kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting

sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit

yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat kelarutan logam.