korelasi antara intensitas belajar membaca al...

92
KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL-QURAN DENGAN PRESTASI BELAJAR BACA TULIS AL-QURAN (BTQ) SISWA KELAS VII SMP BAHRUL MAGHFIROH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Agung Setiawan 18100110000010 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: lyphuc

Post on 30-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR

MEMBACA AL-QURAN DENGAN PRESTASI BELAJAR

BACA TULIS AL-QURAN (BTQ)

SISWA KELAS VII SMP BAHRUL MAGHFIROH

KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai Salah Satu Syarat untk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Agung Setiawan

18100110000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

ABSTRAK

Page 3: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak
Page 4: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

ABSTRAK

Agung Setiawan (18100110000010). Korelasi antara Intensitas Belajar Membaca

Al-Quran dengan Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui intensitas belajar membaca

Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) untuk mengetahui prestasi belajar

Baca Tulis Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. (3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-

Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2013/2014. (4) untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara intensitas

belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa

kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian

korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan

apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) intensitas belajar membaca Al-

Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong intensif.

Hal ini, terbukti sembilan siswa memiliki kategori intensitas baik dan 11siswa

memiliki kategori intensitas cukup baik. (2) prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa

VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong baik. Hal ini, terbukti hampir sebagian besar

nilai siswa di atas KKM. (3) terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh. Hal ini, terbukti bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel. (4) Hubungan

antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-

Quran siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh sangat kuat atau tinggi. Hal ini, terbukti

r hitung yang didapat, terdapat pada rentang 0,70 – 0,90.

Kata Kunci: Intensitas, Belajar, BTQ

i

Page 5: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah

memberikan nikmat iman dan Islam. Salawat serta salam semoga selalu tersampaikan

kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah

hingga zaman yang penuh ilmu dan pencerahan seperti sekarang ini.

Setelah berupaya semaksimal mungkin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Hubungan antara Intensitas Belajar Membaca Al-Quran dengan

Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh

Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam pada program studi Pendidikan Agama

Islam.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis alami dalam mencari sumber pustaka

dan data penelitian untuk menyusun skripsi ini. Akan tetapi, banyak pengalaman yang

penulis dapat atas kesulitan dan hambatan tersebut. Alhamdulillah hal tersebut, dapat

teratasi atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Jakarta.

2. Dr. Abdul Madjid Khon, M.A., ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Abdul Gofur, M.A., dosen pembimbing yang telah memberikan arahannya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Dimyati, M.Ag dan Dr. Muhbib Abdul Wahab, M.A., dosen penguji

skripsi sidang munaqasah.

5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu

kepada saya, semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan yang telah kau

berikan.

6. Edi Santoso, kepala SMP Bahrul Maghfiroh, dewan guru, dan siswa kelas

VII yang telah memberikan kesempatan dan membantu memberikan

informasi yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

ii

Page 6: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

7. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa dan pengorbanan yang telah

kau berikan, serta saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi baik

moril maupun materil.

8. Teman-teman seperjuangan di PAI DMS yang selalu membantu dan

memberikan kesan tersendiri di hati penulis. Semoga persahabatan kita

tidak hanya di sini saja. Akan tetapi, selalu tetap terjalin dengan baik di

luar nanti.

9. Seluruh staf akademik di FITK UIN Jakarta yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

Sesungguhnya urutan nama di atas bukan merupakan rangking prioritas. Akan

tetapi, hanya sekadar penulisan teknis saja. Sedangkan mereka yang tidak disebutkan

namanya, bukan tidak memiliki arti, tetapi sebaliknya “semua mempunyai arti di hati

penulis.”

Jakarta, 29 Juni 2014

Agung Setiawan

iii

Page 7: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................................4

C. Pembatasan Masalah...................................................................................................4

D. Perumusan Masalah.....................................................................................................5

E. Tujuan Penelitian.........................................................................................................5

F. Kegunaan Penelitian....................................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat dan Pengertian Intensitas Belajar Membaca Al-Quran...........................7

2. Bentuk-Bentuk Intensitas Belajar Membaca Al-Quran......................................13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Belajar Membaca Al-Quran......14

4. Hakikat dan Definisi Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran...............................23

a. Pengertian Prestasi Belajar............................................................................23

b. Fungsi Prestasi Belajar..................................................................................24

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMP Kelas VII.......25

B. Penelitian yang Relevan...........................................................................................26

C. Kerangka Berpikir.....................................................................................................28

D. Hipotesis Penelitian...................................................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................30

B. Variabel Penelitian.....................................................................................................30

C. Populasi......................................................................................................................30

iv

Page 8: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

D. Metode Penelitian.......................................................................................................30

E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................31

F. Teknik Analisis Data..................................................................................................35

G. Hipotesis Statistik.......................................................................................................37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Bahrul Maghfiroh................................................................38

B. Deskripsi Data............................................................................................................45

C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis..........................................62

D. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................................72

E. Keterbatasan Penelitian..............................................................................................72

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.....................................................................................................................74

B. Implikasi.....................................................................................................................74

C. Saran...........................................................................................................................75

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

v

Page 9: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

Tentang Penulis

Agung Setiawan lahir di Jakarta, 25 Agustus 1990. Penulis

merupakan anak ke-7 dari sembilan bersaudara. Ayah

penulis bernama Sidik bekerja sebagai petani kecil, lulusan

sekolah rakyat dan Ibu bernama Aisyah seorang Ibu rumah

tangga. Penulis memiliki latar belakang pendidikan umum,

yaitu menamatkan pendidikan di SDN Pondok Kacang

Timur 1 pada 2002, SMPN 5 Kota Tangerang Selatan pada

2005, dan SMAN 5 Kota Tangerang Selatan Pada 2008.

Penulis pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Penulis mampu melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tersebut melalui

beasiswa dari Kementrian Agama Republik Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu dan

kualitas guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Karier di dunia pendidikan, penulis

lakoni ketika lulus SMA.

Penulis pada tahun 2009 sudah berprofesi sebagi aid teacher bagi anak berkebutuhan

khusus di SD Mutiara Harapan Islamic Bilingual School Pondok Aren. Pada tahun 2010

sebagai guru kelas di SD Al-Iman Pondok Aren. Pada 2011 sebagai asisten guru di SDI Al-

Azhar 17 Bintaro. Pada 2012 sebagai guru mata pelajaran di SMK Bintang Nusantara

Pondok Aren dan MA Serpong. Pada 2012 sampai dengan sekarang sebagai guru mata

pelajaran di SMP Bahrul Maghfiroh Bintaro dan MI Unwaanul Falah Pondok Aren. Selain

itu, penulis juga aktif sebagai guru private sejak lulus SMA sampai dengan sekarang.

vi

Page 10: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. yang berbeda

dengan makhluk lainnya. Hanya manusialah yang dapat memiliki

keterampilan membaca. Informasi dan ilmu pengetahuan akan didapat

melalui kegiatan membaca. Selain itu, pahala juga akan didapat ketika kita

membaca ayat-ayat Al-Quran. Oleh karena itu, kegiatan membaca Al-

Quran merupakan suatu ibadah. Hal ini, sesuai dengan pendapat yang

diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibn Mas‟ud dalam Manna Khalil Al-

Qattan, “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran. Dia akan

memperoleh suatu kebaikan, itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak

mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu

huruf, dan mim satu huruf.”1

Kemudian sejalan dengan pendapat tersebut,

Abdul Wahab Khalaf dalam Muhaimin berpendapat, “Al-Quran

merupakan firman Allah Swt. yang diturunkan melalui Malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad Saw. dengan bahasa Arab, isinya dijamin

kebenarannya, dan dipandang ibadah dalam membacanya.”2

Quraish Shihab berpendapat, Iqra’ atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi

Muhammad Saw. Kata ini, sedemikian pentingnya sehingga di ulang

dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Perintah membaca

merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan

kepada umat manusia, karena, membaca merupakan jalan yang

mengantar manusia mencapai derajat kemanusiannya yang

sempurna. Sehingga, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa

“membaca” adalah syarat utama guna membangun peradaban.

Selanjutnya, bila diakui bahwa semakin luas pembacaan semakin

tinggi pula peradaban, demikian pula sebaliknya.3

1

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2011), hlm. 27 2

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 83 3

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 167

Page 11: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

2

Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad Saw. yaitu surat

Al-Alaq ayat satu sampai lima, yang artinya yaitu:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.4

Pembiasaan membaca Al-Quran perlu dilakukan sedini mungkin,

yakni ketika anak sudah mengenal huruf Arab. Oleh karena itu, betapa

pentingnya kegiatan membaca Al-Quran. Jadikanlah kegiatan membaca

Al-Quran sebagai kebutuhan bagi umat Islam yang nantinya akan memberi

syafaat bagi yang membacanya. Kemudian dalam kitab terjemahan

Riyadhus Shalihin, disebutkan keutamaan-keutamaan membaca Al-Quran:

1. Dari Abu Umamah ra. Berkata: “Saya mendengar Rasulullah

Saw. bersabda: “ Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya Al-

Quran itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi

syafa‟at kepada orang yang membacanya”. (Riwayat Muslim)

2. Dari “Utsman bin „Affan ra. bersabda, Rasululah Saw. “Sebaik-

baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan

Al-Quran”. (Riwayat Muslim).

3. Dari „Aisyah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Orang

yang membaca Al-Quran dan ia mahir maka nanti akan bersama-

sama malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan orang yang

membaca Al-Quran dan ia merasa susah dalam membacanya

tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”. (Riwayat

Bukhari dan Muslim).

4. Dari Al-Barra‟ bin „Azib ra. berkata: “Ada seseorang membaca

surat Al-Kahfi dan di dekatnya ada seekor kuda yang diikat

dengan tali pada kanan dan kirinya, kemudian orang itu diliputi

semacam awan yang selalu mendekat sehinngga kudanya akan

lari meninggalkan tempat itu. Pada pagi harinya ia datang kepada

Nabi Saw. dan menceritakan apa yang baru saja terjadi,

4Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Penyelenggara

Penerjemah Al-Quran, 2005), hlm. 597

Page 12: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

3

kemudian beliau bersabda: “Itu adalah suatu ketenangan (rahmat)

yang turun karena bacaan Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan

Muslim). 5

Kegiatan membaca Al-Quran tidak hanya di tempat pengajian-

pengajian saja. Kegiatan ini, mulai diterapkan di sekolah-sekolah. Oleh

karena itu, pada zaman sekarang ini kegiatan membaca Al-Quran

merupakan bagian dari mata pelajaran. Pelajaran yang berkaitan dengan

kegiatan membaca Al-Quran dinamakan pelajaran Baca Tulis Al-Quran

(BTQ). Mata pelajaran ini, dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar

samapi menengah. Akan tetapi mata pelajaran ini, hanya muatan lokal.

Ketika kita, membahas tentang mata pelajaran pastilah terkait dengan

prestasi. Seseorang dapat dikatakan berprestasi apabila seseorang tersebut,

dirinya mampu menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belejar seseorang, baik yang

berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar. Fakta di

lapangan terkait hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain

yaitu: pertama pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan belum

dikuasai. Kedua mempunyai kemampuan yang diperlukan, tetapi tidak

ingin melakukannya kerena berbagi sebab.

Penulis berpendapat antara intensitas belajar membaca Al-Quran

dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Jadi, intensitas membaca

Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) mempunyai

hubungan yang sangat erat, yaitu berbanding lurus. Seseorang yang

memiliki intensitas belajar membaca Al-Quran rendah, cendrung prestasi

belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) akan rendah pula. Sebaliknya,

semakin seseorang sering membaca Al-Quran maka prestasi belajar Baca

Tulis Al-Quran (BTQ) akan baik pula. Akan tetapi, kenyataannya sekitar

70% di SMP Bahrul Maghfiroh masih saja ditemukan prestasi yang tidak

sesuai dengan proses. Maksudnya, ada beberapa siswa dalam proses

belajarnya kurang baik akan tetapi prestasinya cukup baik dan sebaliknya.

5Muslich Shabir, Terjemahan Rhiyadhus Shalihin II, (Semarang: PT Karya Toha Putra,

2004), hlm. 54

Page 13: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

4

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul: “Korelasi antara Intensitas Belajar Membaca Al-Quran dengan

Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan. Oleh

karena itu, masalah yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Belum maksimalnya perencanaan, strategi, media, dan evaluasi

pembelajaran yang digunakan oleh guru BTQ SMP Bahrul Maghfiroh

Kota Tangerang Selatan, dalam proses kegiatan belajar mengajar Baca

Tulis Al-Quran.

2. Rendahnya motivasi siswa kleas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan dalam kegiatan belajar membaca Al-Quran.

3. Rendahnya sikap disiplin siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh

Kota Tangerang Selatan, dalam kegiatan belajar membaca Al-Quran.

4. Kurangnya perhatian orang tua siswa kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh Kota Tangerang Selatan terhadap kegiatan siswa dalam

belajar membaca Al-Quran di lingkungan keluarga.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan dan

luasnya masalah yang akan diidentifikasi serta mengingat keterbatasan

waktu. Oleh karena itu, untuk memudahkan penelitian dan terarahnya

penulisan ini, penulis membatasi masalah pada: “Intensitas belajar

membaca Al-Quran dan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)”.

Intensitas belajar membaca Al-Quran yang dimaksud penulis yaitu

kegiatan belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa selain di

sekolah. Selanjutnya, prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) yang

dimaksud penulis yaitu prestasi akademik Baca Tulis Quran (BTQ) siswa

kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2013/2014.

Page 14: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah penulis uraikan. Oleh

karena itu, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan

oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan

Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas

VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014?

3. Apakah terdapat korelasi antara intensitas belajar membaca Al-Quran

dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014?

4. Bagaimanakah korelasi antara intensitas belajar membaca Al-Quran

dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui intensitas belajar membaca Al-Quran yang

dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran (BTQ) siswa

kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara intensitas belajar

membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran

(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

4. Untuk mengetahui bagaimanakah korelasi antara intensitas belajar

membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran

Page 15: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

6

(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini, dikhususkan untuk meneliti korelasi antara intensitas

belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran

(BTQ) siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan

Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini, memiliki beberapa kegunaan

yaitu:

1. Untuk menambah informasi baru bagi penulis dan guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam khususnya guru Baca Tulis Al-Quran (BTQ)

Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2013/2014 tentang keterkaitan antara intensitas belajar

membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran

(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

Selatan.

2. Sebagai bahan acuan untuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam khususnya guru Baca Tulis Al-Quran (BTQ) dalam

pembelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ), sehingga akan tercapai

hasil yang diinginkan.

3. Bagi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ).

Page 16: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat dan Pengertian Intensitas Belajar Membaca Al-Quran

Secara bahasa kata intensitas dapat diartikan, “keseriusan,

kesungguhan, ketekunan, semangat”.6

Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa kata intensitas diartikan sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan

seseorang secara berulang-ulang dan lebih dari satu kali dengan frekuensi

yang semakin lama semakin meningkat yang di dalamnya mengandung

unsur motivasi, semangat/giat dalam mencapai hasil yang diinginkan.

Selanjutnya menurut Oemar Hamalik, belajar merupakan suatu

proses dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil. Pengertian tersebut

sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar. Bahwa

belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan

pembentukan kebiasaan secara otomatis. Sejalan dengan rumusan

tersebut, ada pula tafsiran lain tentang belajar. Bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan.7

Dibandingkan dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar

itu pada prinsipnya sama. Tujuan belajar yakni mengacu pada perubahan

perilaku hanya berbeda usaha atau cara pencapaiannya. Bila berbicara

tentang definisi belajar maka banyak elemen penting yang mencirikan

definisi tersebut Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting

yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. Di

mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang

lebih baik, tetapi juag ada kemungkinan mengarah kepada

tingkah laku yang lebih buruk.

6 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009), hlm. 252 7

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 36

Page 17: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

8

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan

atau pengalaman.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif

mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu

yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun

psikis seperti: perubahan dalam pengertian, menyelesaikan

suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun

sikap.8

Berkaitan dengan psikologi belajar, maka akan memunculkan

beberapa aliran yang masing-masing mempunyai konsep tersendiri

tentang belajar tersebut. Oemar Hamalik berpendapat mengenai beberapa

teori tersebut yaitu:

a. Psikologi daya

Pandangan ini berpendapat bahwa dalam diri manusia

terdapat berbagai daya. Daya-daya tersebut harus dilatih agar

dapat berfungsi dengan baik, seperti mengingat berpikir,

merasakan, berkehendak, dan sebagainya.

b. Teori Mental State

Menurut J. Herbart, jiwa manusia sesungguhnya terdiri

atas berbagai kesan atau tanggapan. Hal tersbut, dapat masuk

memalui alat indera, berasosiasi satu sama lain, kemudian

membentuk mental atau kesadaran manusia. Kesan tersebut

akan tertanam semakin dalam melalui pelatihan. Pandangan ini,

bersifat materialistis, karena menekankan pada materi atau

bahan-bahan yang dipelajari. Belajar berarti menanamkan

bahan pelajaran sebanyak-banyaknya yang memiliki etika dan

nilai-nilai yang baik.

c. Psikologi Behaviorisme

hlm. 85

8 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003),

Page 18: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

9

Aliran psikologi ini, berangkat dari anggapan bahwa

kesan dan ingatan sesungguhnya merupakan kegiatan

organisme. Manusia tidak dapat diamati, tetapi kelakuan

jasmaniahnyalah yang dapat diamati. Kelakuan itulah yang

dapat menjelaskan segala sesuatu tentang jiwa manusia.

Kelakuan merupakan jawaban terhadap perangsang atau

stimulus dari luar adapun belajar diartikan sebagai

pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (S-R).

Hubungan tersebut dapat diperkuat atau diperlemah,

bergantung pada latihan yang diadakan.

d. Teori Koneksionisme

Teori ini, berdasarkan pandangan psikologi behaviorisme.

Doktrin pokok dari teori ini adalah hubungan antara stimulus

dan respon. Teori ini, dikembanhkan oleh Thorndike dengan

hukum-hukum belajar sebagai berikut:

1) Hukum latihan

Apabila sering dilatih hubungan tersebut akan menguat.

2) Hukum pengaruh

Kuat atau lemahnya hubungan tersebut bergantung pada

pengaruhnya, memuaskan atau tidak.

3) Hukum kesiapan

Unsur kesiapan memengaruhi kepuasan atau kegagalan

dalam belajar.Pada umumnya, teori koneksionisme

berpandangan bahwa lingkungan memengaruhi kelakuan

belajar individu. Pandangan ini, kurang memerhatikan

proses pengenalan dan berpikir. Selain itu, teori ini lebih

mengutamakan pengalaman masa lampau.

4) Psikologi Gestalt

Aliran ini, yanh juga disebut psikologi organismik atau

field theory, bertolak dari suatu keseluruhan. Keseluruhan

Page 19: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

10

bukanlah penjumlahan bagian-bagian, melainkan suatu

kesatuan yang bermakna.9

Kaitan intensitas dengan belajar adalah kehebatan, kesungguhan,

atau giat dalam melakukan belajar baik fisik maupun psikis, sehingga

memperoleh hasil yang maksimal. Berkaitan hal tersebut, Mel Silberman

berpendapat bahwa What I hear, I forget. What I hear, see, and ask

questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What

I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to

another, I master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar

dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan

atau ddiskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang

saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan

dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya

menguasainya.10

Hal ini, menunjukkan bahwa peserta didik dalam melakasanakan

intensitas belajar harus mengoptimalkan indera pendengaran dan

penglihatan. Selain hal tersebut, peserta didik juga harus mendiskusikan

dan mempraktikkan materi yang diberikan oleh gurunya dan jika ingin

menguasi materi tersebut peserta didik harus mampu mengajarkan kepada

teman-temannya. Dengan demikianlah, proses intensitas belajar seperti itu

mampu mengarahkan peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal.

Kegiatan membaca Al-Quran merupakan suatu keterampilan. Oleh

karena itu, keterampilan membaca termasuk dalam teori belajar

behavioristik. menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa teori

behavioristik berkembang menjadi aliran psikologi belajar. Teori ini,

sangat berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik

pendidikan dan pembelajarn yang dikenal sebagain aliran behavioristik.

9

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm. 106 10

Mel Silbermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yoyakarta: Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam, 2002), hlm. 1

Page 20: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

11

Aliran ini, menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai

hasil belajar.11

Menurut Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, “membaca

adalah aktivitas memahami isi bacaan”.12

Sejalan dengan pendapat

tersebut, menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, memberikan

batasan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”.13

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa yang dimaksud membaca menurut

penulis dalam penelitian ini, yaitu membaca Al-Quran. Selanjutnya, dalam

membaca Al-Quran bisa dipahami hanya melafalkan huruf-huruf yang ada

di Al-Quran dan bisa juga memahami isi bacaan tersebut.

Rasyad Hasan Khalil berpendapat, “Al-Quran merupakan kalam

Allah Swt. yang berbahasa Arab diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw. yang dinilai ibadah membacanya, diawali dengan Surah Al-Fatihah

dsan diakhiri dengan Surat An-Naas”.14

Hal tersebut, sejalan dengan

pendapat Sapiudin Shidiq. Beliau menjelaskan Al-Quran adalah lafaz

berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang

dinukilkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dan membacanya

dianggap sebagi ibadah.

Berdasarkan definisi tersebut, ada kata-kata yang perlu dipertegas,

sehingga jelas maksudnya:

a. Lafaz, artinya bahwa Al-Quran baik makna dan lafaznya langsung dari

Allah Swt. Oleh karena itu, apa yang disampaikan oleh Allah Swt.

melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bentuk

makna dan dilafazkan oleh nabi dengan ibaratnya sendiri bukanlah

11 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia,

2011), hlm. 64 12

Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:

FITK PRESS, 2011), hlm. 149 13

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 1979), hlm. 7 14

Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’ Sejarah legislasi Hukum Islam, (Jakarta: Amzah,

2011), hlm. 139

Page 21: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

12

disebut Al-Quran seperti Hadis Qudsi. Oleh karenanya, tidak ada

ulama yang mengharuskan berwudu untuk membaca Hadis Qudsi.

b. Berbahasa Arab, memiliki arti bahwa menerjemahkan, menafsirkan

ayat Al-Quran dengan kata-kata yang semakna (sinonim) atau

mengalihbahasakan Al-Quran kepada bahasa-bahasa lain maka itu juga

bukan disebut Al-Quran. Oleh karena, Al-Quran merupakan bahasa

Arab yang khusus diturunkan dari sisi Allah Swt. Oleh karean itu, salat

yang menggunakan terjemahan tidaklah sah.

c. Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini, mengandung arti

bahwa wahyu-wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada nabi-nabi

terdahulu tidaklah disebut Al-Quran. Akan tetapi, apa yang

dihikayatkan oleh Al-Quran tentang kehidupan dan syariat yang

berlaku bagi umat terdahulu merupakan termasuk Al-Quran.

d. Dinukilkan secara mutawatir. Artinya, bahwa Al-Quran disampaikan

secara pasti yang disepakati kebenaran periwayatannya, sehingga tidak

ada keraguan sedikit pun terhadap ayat-ayat Al-Quran baik dari segi

makna dan turunnya.

e. Ditulis dalam mushaf. Hal ini, memiliki arti bahwa apa-apa yang tidak

ditulis dalam mushaf meskipun wahyu itu diturunkan kepada nabi

termasuk ayat-ayat yang sudah dinasakh tidaklah disebut Al-Quran.

f. Beribadah membacanya. Hal ini, memiliki arti bahwa membaca ayat-

ayat Al-Quran yang diriringi oleh keikhlasan meskipun tidak

mengetahui maknanya akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.15

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan dalam pembahsan

sebelumnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca

Al-Quran adalah sesuatu kegaiatan yang mulia. Walaupun seseorang

hanya membaca saja dengan ikhlas tanpa memahaminya maka dapat

dikatakan ibadah. Terlebih seseorang yang membisakan membaca,

memahami, dan menerapkan informasi yang didapat dari membaca Al-

Quran dalam kehidupannya maka pahala akan berlipat ganda baginya.

15 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 28

Page 22: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

13

2. Bentuk-Bentuk Intensitas Belajar Membaca Al-Quran

Pemahaman penulis terkait pengertian intensitas belajar yang telah

dipaparkan. Oleh karena itu, didapatkan bentuk-bentuk intensitas belajar

dalam membaca Al-Quran seperti:

a. Latihan (Drill)

Drill atau latihan merupakan suatu teknik dalam belajar di mana

peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar ia

memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur

melaksanakannya akan membina peserta didik dalam

meningkatkan penguasaan keterampilan itu bahkan peserta didik

dapat memiliki keterampilan tersebut dengan sempurna. 16

b. Menghafal (Cramming)

Metode menghafal ini, berguna terutama jika tujuannya untuk

dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-

bahan pelajarn yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif

singkat. Hal ini, seperti belajar untuk menghadapi ujian-ujian

semester atau ujian akhir.

c. Mengulang (review) untuk Membatasi Kelupaan

Bahan pelajaran yang telah dipelajari sering kali mudah dilupakan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kelupaan atau hilang sama sekali,

dalam belajar perlu adanya ulangan pada waktu-waktu tertentu atau

setelah akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. Manfaat review

atau ulangan ini, adalah untuk meninjau kembali atau

mengingatkan kembali materi yang pernah dipelajari. Adanya

review ini, sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang

sangat luas dan memerlukan waktu yang cukup lama.17

16 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 125 17

Ngalim Purwanto, op. cit, hlm. 114

Page 23: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

14

Kaitannya dengan inetnsitas belajar membaca Al-Quran. Bentuk-

bentuk intensitas belajar tersebut, bertujuan untuk melancarkan

keterampilan membaca Al-Quran dan mempercepat dalam kegiatan

menghafal Al-Quran. Selian itu, bentuk-bentuk intensitas tersebut juga

sangat membantu seseorang khususnya pesertata didik dalam belajar

membaca Al-Quran untuk penguatan agar tidak lekas hilang bacaan-

bacaan yang sudah dihafalnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Belajar Membaca

Al-Quran

Belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam penjelasan

berikut ini Zikri Neni Iska akan membagi menjadi dua faktor yaitu:18

a. Faktor internal yaitu, faktor yang berasal dari dalam diri.

Faktor internal ini, terinci lagi sebagai berikut:

1) Kesehatan

Merupakan sehat fisik atau tidak berpenyakitan. Pada tubuh diri

manusia, terciptanya kesatuan sistem biologis (keutuhan kerja organ

tubuh manusia). Yusak Burhanuddin dalam bukunya menjelaskan

tentang anak yang sehat. Menurut beliau secara psikologis dan sosial,

konsep sehat bagi anak meliputi kondisi anak yang sangat baik yang

memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, sesuai

dengan tuntutan sosial dan budaya lingkungan sekitar mereka. Anak

dikatakan memiliki tanggung jawab bila ia memperlihatkan tanggung

jawab terhadap perkembangan dirinya sendiri, lingkungan keluarga,

dan teman-teman sebaya.

Hal tersebut bisa dilihat dari cara mereka bergaul dengan

teman-temannya. Keberadaan jiwa anak dalam perkembangannya

banyak berkaitan erat dengan lingkungan dan pendidikan yang mereka

peroleh. Mereka bisa menjadi mudah tersinggung, mudah marah,

kadang membenci orang yang menghambat kemauannya, mudah

18

Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi,(Jakarta: Kizi

Brother‟s, 2011), hlm. 73

Page 24: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

15

kecewa dan lain sebagainya bila situasi lingkungannya mendukung

kondisi emosi mereka.19

2) Intelegensi

Merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang baik kecerdasan

intelektual, kecerdasan emosional (sosial) maupun kecerdasan spiritual

(agama). Selanjutnya Hamdani Bakran Adz-Dzakiey menjelaskan

dalam bukunya tentang kecerdasan (intelegensi). Beliau berpendapat

bahwa kecerdasan atau intelegensi merupakan kemampuan yang

dimiliki oleh manusia untuk memecahkan persoalan-persoalan

hidupnya (problem solving). Persoalan-persoalan tersebut mencakup

persoalan pribadi, keluarga, sosial, ekonomi, dan lainnya. Akan tetapi,

tidak mencakup persoalan-persoalan individu dengan persoalan-

persoalan spiritualnya.20

3) Bakat

Merupakan kemampuan dasar yang dibawa manusia sejak lahir.

Hal ini sesuai dengan pendapat H.M Arifin. Beliau menjelaskan bahwa

manusia diciptakan oleh Allah Swt. dalam struktur yang paling baik di

antara makhluk Allah Swt. yang lain. Struktur manusia terdiri atas

unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam struktur

jasmaniah dan rohaniah itu, Allah Swt memberikan seperangkat

kemampuan dasar yang memilki kecendrungan untuk berkembang.

Dalam pandagan Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu

disebut dengan fitrah, kata yang berasal dari fatoro yang dalam

pengertian etimologis memiliki arti kejadian. Kata fitrah ini disebutkan

dalam Al-Quran, surat Ar-Ruum ayat 30 yang artinya sebagai berikut:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-

lurusnya, (sesuai dengan kecendrungan aslinya). Itulah fitrah Allah

Swt. yang menciptakan manusia atas fitrah. Itulah agama yang lurus

namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya.”Di samping itu,

terdapat sabda Nabi Muhammad Saw. dengan beberapa riwayat dari

beberapa sahabat yaitu: “Tiap-tiap dilahirkan di atas fitrah maka ibu-

19 Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 83 20

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian Memahami Eksistensi Kecerdasan Kenabian, (Yogyakarta: Daristy, 2006), hlm. 2

Page 25: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

16

bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi,

Nasrani, atau Majusi.21

4) Motivasi

Merupakan suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu

organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) tau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang

menentukan atau membatasi tingkah laku organisme tersebut.22

Menurut penulis dorongan dari dalam diri akan muncul setelah

adanya pengaruh dari luar. H.M Alisuf Sabri menjelaskan dalam

bukunya. Beliau menjelaskan bahwa untuk mendorong atau penguatan

positif agar peserta didik dapat memperkuat usahanya sehingga dapat

mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai maka

perlu adanya bentuk-bentuk motivasi. Adapun bentuk motivasi yang

dapat diberikan oleh pendidik kepada anak didik dapat berupa:

Pertama pujian, yaitu bentuk motivasi yang paling mudah

karena hanya berupa kata-kata. Kata-kata tersebut yaitu seperti baik

sekali, bagus, atau dapat berupa kata-kata yang bersifat sugestif “lain

kali hasilnya pasti akan lebih bagus lagi” dan sebagainya.

Kedua penghormatan, yaitu motivasi yang berbentuk

penghormatan ini, ada dua macam. Pertama berbentuk semacam

penobatan yaitu anak mendapatkan kehormatan diumumkan atau

ditampilkan di depan teman-temannya sekelas atau di sekolahnya.

Kedua penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan atau

kesempatan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, anak yang dapat

menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah yang sulit diperintahkan

mengerjakannya di papan tulis agar dilihat oleh teman-temannya.

Ketiga hadiah, merupakan motivasi yang diberikan dalam bentuk

barang. Misalnya, alat-alat keperluan sekolah seperti pensil, buku tulis,

pulpen, dan sebagainya atau dapat berbentuk barang-barang yang lain

seperti kaos, baju, handuk, alat permainan dan sebagainya. Motivasi

dalam bentuk barang ini, sering mendatangkan pengaruh negatif dalam

21 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasrkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 42 22

Ngalim Purwanto, op. cit, hlm. 62

Page 26: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

17

belajar. Anak belajar bukan karena ingin mengejar pengetahuan, tetapi

semata-mata karena ingin mendapatkan hadiah. Akibatnya apabila

dalam belajarnya tidak memperoleh hadiah maka anak akan menjadi

malas dalam belajarnya.

Keempat tanda penghargaan, merupakan bentuk motivasi dalam

bentuk surat atau sertifikat. Bentuk penghargaan ini, sebagai simbol

tanda penghargaan yang diberikan atas prestasi yang dicapai oleh si

anak. Pada umumnya, motivasi bentuk seperti ini, besar sekali

pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi si anak. Dengan demikian,

dapat menjadikan pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.23

5) Cara Belajar

Merupakan suatu teknik untuk melakukan perubahan ke arah

lebih baik. Menurut penulis cara belajar setiap anak berbeda-beda.

Cara belajar anak tersebut dapat berupa cara belajar audio

(mendengar), visual (melihat), audio visual (mendengar dan melihat),

dan multimedia. Hal tersebut, sangat erat kaitannya dengan media

pembelajaran. Cara belajar anak akan maksimal bila seorang

pendidikan mengetahui dan memfasilitasinya. Selanjutnya Yudi

Munadi dalam bukunya menjelaskan tentang media yang sesuai

dengan cara belajar anak.

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera

pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara

semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini

menerima pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal audio yakni

bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah seperti

bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan

lain-lain.

Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera

penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-

verbal, media cetak-grafis, dan media visual noncetak. Pertama media

visual verbal adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal.

23 H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hlm. 46

Page 27: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

18

Kedua media visual nongrafis adalah media visual yang memuat pesan

nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis

seperti gambar, grafik, diagram, batang, dan peta. Ketiga media visual

non verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga

dimensi, berupa model seperti miniatur, diorama, dan sebagainya.

Media audio visual adalah media yang melibatkan indera

pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan

yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan

nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan

non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan visual

yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio

visual seperti film dokumenter, film drama dan lain-lain.

Multimedia yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam

sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala

sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui

komputer dan internet. Dapat juga melalui pengalaman berbuat dan

pengalaman terlibat. Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah

lingkungan nyata dan karya wisata, sedangkan yang termasuk

pengalaman terlibat adalah permainan dan simulasi, bermain peran dan

forum teater.24

Berdasarkan uraian tersebut, penulis dalam

menggunakan media pembelajaran menyesuaikan dengan materi yang

akan disampaikan dan sebisa mungkin mencakup empat media

tersebut. Misalkan dalam materi yang berkaitan dengan fiqih

contohnya tentang solat, biasanya penulis menggunakan media audio

visual yaitu berupa film. Begitu juga halnya, dengan pembelajaran

sejarah kebudayaan islam biasanya penulis juga menggunkan media

audio visual. Dengan demikian, dapat memaksimalkan kemampuan

seseorang yang akan menuju prestasi yang baik.

24 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2012), hlm. 5

Page 28: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

19

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor belajar yang berasal dari luar diri

(artinya bahwa perilaku belajar terjadi karena faktor luar). Adapun

faktor eksternal ini dapat diuraikan sebgai berikut:

1) Keluarga

Keluarga merupakan orang tua (ayah dan ibunda), kakak, dan

adik. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal.

Hal tersebut, maksudnya terdapat di setiap tempat di mana pun. Dalam

arti sempit, keluarga adalah unit sosial yang terdiri atas dua orang

(suami dan isteri) atau lebih (ayah, ibu, dan anak). Adapun dalam arti

luas, keluarga adalah unit sosial berdasarkan hubungan darah atau

keturunan, yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti sempit.

Menurut Sudarja Adiwikarta dalam Tatang syarifudin, bahwa

fungsi keluarga ada empat yaitu: pertama, sebagai pranata yang

membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita dewasa

berdasarkan pernikahan. Kedua, mengembangkan keturunan. Ketiga,

melaksanakan pendidikan. Keempat, sebagai kesatuan ekonomi.

Salah satu fungsi keluarga adalah untuk melaksanakan

pendidikan. Dalam hal ini, orang tua (ayah dan ibunda) adalah

pengemban tanggung jawab pendidikan anak. Secara kodrati orang tua

bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas kasih sayangnya

orang tua mendidik anak-anaknya. Orang yang berperan sebagai

pendidik bagi anak di dalam keluarga utamanya adalah ayah dan ibu.

Namun demikian, selain mereka, saudara-saudaranya, dan pembantu

rumah tangga pun turut serta membantu untuk mendidik anak. Apa

lagi dalam keluarga luas, bahwa kakek, nenek, paman, bibi, atau siapa

pun yang tinggal serumah dengan anak juga akan turut mempengaruhi

atau mendidik anak yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal itu,

pergaulan pendidikan di dalam keluarga terkadang tidak berlangsung

hanya dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibunda saja).

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat

informal. Hal tersebut, artinya bahwa suatu keluarga dibangun bukan

pertama-tama sebagai pranata pendidikan. Namun demikian, pada

kenyataannya secara wajar di dalam keluarga berlangsung pendidikan

Page 29: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

20

yang diselenggarakan orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan

dalam keluarga terselenggara atas dasar tanggung jawab qodrati dan

atas dasar kasih sayang yang secara naluriah ada pada diri orang tua.

Disamping itu, cara-cara pelaksanaan pendidikan dalam keluarga

berlangsung tidak dengan cara-cara yang formal. Akan tetapi, melalui

cara-cara dan dalam suasana yang wajar.

Seorang anak sejak kelahirannya mendapatkan pengaruh dan

pendidikan dari keluarganya. Pendidikan yang dilakukan dalam

keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi pendidikan

dan kehidupannya di masa yang akan datang. Sekalipun tujuan

pendidikan dalam keluarga tidak dirumuskan secara tersurat. Akan

tetapi, dari apa yang tersirat dapat dipahami bahwa tujuan pendidika

dalam keluarga adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap,

bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Berkaitan

dengan itu, pendidikan dalam keluarga dapat dipandang sebagai

persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya. Adapun isi

pendidika dalam keluarga biasanya meliputi: berbagai pengetahuan

yang mendasar, sikap, nilai dan norma agama, nilai dan norma

masyarakay/budaya, serta keterampilan-keterampilan tertentu.

Berbagai faktor yang ada dan terjadi dalam keluarga akan turut

menentukan kualitas proses dan hasil pendidikan anak. Faktor-faktor

tersebut anatara lain yaitu, pertama jenis keluarga. Kedua gaya

kepemimpinan orang tua. Ketiga kedudukan anak dalam struktur

keanggotaan keluarga. Keempat fasilitas yang ada dalam keluarga.

Kelima hubungan keluarga dengan dunia luar. Keenam status sosial

ekonomi orang tua, dan sebagainya. Semua itu, akan turut

mempengaruhi pendidikan anak dalam keluarga, yang pada akhirnya

akan turut pula mempengaruhi pribadi anak.25

2) Sekolah

Sekolah merupakan tempat anak mendapat ilmu pengetahuan

dan mendapatkan nilai-nilai moral kebaikan dari guru sebagai

25

Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 146

Page 30: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

21

pendidik. Alisuf Sabri dalam bukunya menjelaskan sekolah sebagai

suatu konsep mempunyai dua pengertian. Pertama, sekolah dalam arti

suatu bangunan dengan segala perlengkapannya sebagai lembaga

pendidikan. Kedua, sekolah sebagai proses atau kegiatan belajar-

mengajar.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai pengertian

yang hakiki. Pengertian tersebut yaitu pertama, sekolah merupakan

lembaga sosial formal yang berdasarkan undang-undang negara

sebagai lingkungan pendidikan. Kedua, sekolah adalah lembaga

pendidikan yang yang tersusun rapi. Ketiga, sekolah merupakan suatu

sistem dengan komponen-komponen dan memiliki keterkaitan dengan

sistem-sistem lain. Pola hubungan dengan sistem lain diwarnai dengan

informasi timbal bali, mekanisme umpan balik berpengaruh terhadap

kehidupan sekolah. Keempat, sekolah sebagai pusat pendidikan formal

merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian

pendidikan. Kelima, sekolah sebagai perangkat atau institusi

masyarakat ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang

pasti yang tercermin di dalam falsafah dan tujuan, penjenjangan,

kurikulum, pengadministrasian, dan pengelolanya.

Pada masyarakat tradisonal yang hidupnya masih bersahaja

sekolah belum diperlukan. Oleh karena itu, keluargalah yang

memegang peran utama pendidikan yaitu dalam menyiapkan generasi

muda yang menjadi manusia mandiri. Sekolah mulai berfungsi di

zaman penjajahan Belanda, meskipun fungsinya masih terbatas yaitu

hanya untuk mempersiapkan tenaga-tenaga untuk keperluan kantor

mereka. Pada masa tersebut, sekolah berfungsi sebagai pendidikan

formal yang elitis (pilihan) dan sekolah tersebut sudah melaksanakan

fungsi seleksi dan alokasi. Seleksi artinya menentukan mengenai siapa

yang akan mempelajari apa yang pada akhirnya akan menentukan

posisi lulusan sekolah tersebut.

Pada zaman modern, sekolah menjadi terbukauntuk masyarakat

luas. Melalui prinsip “equal opportunity” atau kesempatan yang sama

bagi semua manusia. Sehingga sekolah yang tadinya “elistis” menjadi

Page 31: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

22

“populis” melalui program wajib belajar. Seperti halnya di Indonesia,

kewajiban belajar bagi anak-anak Indonesia telah ditingkatkan menjadi

sembilan tahun (setingkat SLTP). Selain itu, bahkan ada beberapa

sekolah negeri di Jakarta sudah mulai membebaskan bayaran bagi

peserta didiknya.

Pada masyarakat modern seperti sekarang ini, sekolah sangat

berperan. Peran sekolah antara lain yaitu, untuk mempersiapkan tenaga

kerja yang memiliki pengetahuan dan keahlian khusus. Dengan

demikian, mampu menjawab tantangan spesialisasi yang semakin luas

dan semakin tajam. Sekarang ini, sekolah bersama keluarga berupaya

menyiapkan generasi muda agar dapat memangku jabatan dan mengisi

lapangan kerja yang semakin bervariasi.26

3) Masyarakat

Masyarakat merupakan orang-orang atau publik di luar keluarga

atau sekolah. Sejalan dengan hal tersebut, Alisuf Sabri berpendapat

tentang masyarakat dalam bukunya. Belaiau mengatakan masyarakat

adalah sekumpulan oarang atau sekelompok manusia yang hidup

bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang

relatif sama. Dengan demikian, membuat warga masyarakat itu

menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok. Masyarakat yang

dimaksud sebagai faktor lingkungan di sini, bukan dari segi kumpulan

orang-orangnya. Akan tetapi, dari segi karya manusianya, budayanya,

sistem-sistemnya, serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik secara

formal maupun pemimpin informalnya. Selanjutnya, termasuk di

dalamnya juga kumpulan organisasi pemuda dan sebagainya. Semua

unsur masyarakat tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa

anak dan orang-orang di sekelilingnya, yang pengaruhnya dapat

bersifat positif atau negatif.27

26Alisuf Sabri, op. cit., hlm. 19

27 Alisuf Sabri, op. cit., hlm. 20

Page 32: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

23

4. Hakikat dan Definisi Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

usaha”. Istilah “prestasi belajar” berbeda dengan “hasil belajar”. prestasi

belajar pada umumnya berkaitan dengan pengetahuan, sedangkan hasil

belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.28

Menurut Utami

Munandar, prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.29

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar

merupakan kumpulan hasil bagian-bagian tahap belajar. dengan demikian

hasil belajar merupakan puncak tingkat perkembangan mental secara utuh

atau tingkat kemandirian, tingkat bertanggung jawab atau tingkat

kedewasaan tertentu. Hasil belajar merupakan hasil pembelajaran. Hal ini,

terkait dengan bahan pelajaran. Dari sudut pandang guru, hasil belajar

merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.30

Menurut Suprijono dalam Muhammad Thobroni dan Arif

Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niali-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual, ayitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini, meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

28 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.

12 29 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), hlm. 7 30 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.

251

Page 33: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

24

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi

sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap

merupakan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selain itu, merujuk Lindgren, hasil pembelajaran meliputi

kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar

pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris

atau terpiash, tetapi secara komprehensif.31

b. Fungsi Prestasi Belajar

Zainal Arifin berpendapat bahwa prestasi belajar memiliki

beberapa fungsi yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan

pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari

suatu institusi pendidikan. Indikator internal dalam arti bahwa

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas

suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak

didik. Indikator eksternal dalam arti bahwa tinggi rendahnya

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan

31 Thobroni dan Arif Mustofa, op. cit, hlm. 24

Page 34: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

25

peserta didik di masyrakat. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta

didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan , karena

peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh

materi pelajaran.32

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMP Kelas

VIII

Berdasarkan Musyawarah Guru Mata Oelajaran Pendidikan

Agama Islam Tangerang Selatan. Hal ini, bertolak pada Peraturan

daerah (Perda) Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007. Hal tersebut,

menjelaskan tentang penyelenggaraan pendidikan khusus mata

pelajaran Pendidikan Agama sekurang-kurangnya 3 jam pelajaran

dalam sepekan. Oleh karena itu, mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran

di SMP dalam seminggu menjadapatkan porsi 3 jam pelajaran.33

Berikut ini, adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Baca Tulis Al-Quran Sekolah Menengah pertama Kota Tangerang

Provinsi Banten.

a) Kelas VII Semester Ganjil34

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Menerapkan

hukum bacaan Al

syamsiyah dan Al

Qomariyah

1.1 Menjelaskan hukum bacaan Al

syamsiyah dan Al Qomariyah.

1.2 Membedakan hukum bacaan Al

syamsiyah dan Al Qomariyah

1.3 Menerapkan hukum bacaan Al

syamsiyah dan Al Qomariyah

dalam bacaan surat-surat Al-

32 Tainal Arifin, op. cit, hlm. 13 33

Abay Bayanudin, dkk, Pendidikan Agama Islam Baca Tulis Al-Quran (BTQ) untuk

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII Semester Ganjil, (Jakarta: Duta Karya Ilmu, 2011),

hlm. 3 34

Ibid., hlm. 4

Page 35: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

26

Quran dengan benar.

2. Memahami

penulisan huruf

hijaiyah

2.1 Menjelaskan huruf hijaiyah.

2.2 Menjelaskan cara-cara penulisan

huruf hijaiyah.

2.3 Mempraktikkan penulisan huruf

hijaiyah.

3. Al-Quran Surat

Pilihan

3.1 QS. An-Naas 1-6

3.2 QS. Al-Falaq 1-5

3.3 QS. Al-Ikhlas 1-4

3.4 QS. Al-Lahab 1-5

3.5 QS. An-Nasr 1-3

3.6 QS. Al-Kafiruun 1-6

3.7 QS. Al-Kautsar 1-3

3.8 QS. Al-Ma‟uun 1-7

3.9 QS. Quraisy 1-4

B. Penelitian yang Relevan

Untuk mempermudah penyusunan skripsi, maka peneliti akan

mendeskripsikan beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan judul

skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut adalah:

Pertama: Judul skripsi tentang “Pengaruh Pemberian Tugas

Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di SMK Negeri Purwodadi Kab.

Grobogan”, karya Nur Jamalah (4195118) tahun 2001. Dalam kajian judul

tersebut menekankan pada “Pemberian tugas yang diberikan guru terhadap

siswa pada mata pelajaran PAI akan menumbuhkan tanggung jawab siswa

untuk belajar secara optimal dan sungguh-sungguh”. Hasil dari penelitian

ini yaitu pemberian tugas dengan intensitas belajar agama siswa di SMK

Negeri Purwodadi Kab. Grobogan pemberian tugas yang diberikan guru

kepada siswa termasuk kategori yang baik. Begitu juga keadaan intensitas

belajar agama siswa termasuk kategori yang baik. Jadi pemberian tugas

Page 36: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

27

berpengaruh terhadap intensitas belajar agama siswa. Hal ini dibuktikan

dengan data statistik yang signifikan, artinya ada korelasi positif antara

dan ada korelasi yang signifikan antara pemberian tugas dengan intensitas

belajar agama siswa. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah

intensitas belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah

maupun di rumah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 35

Kedua: Nur Abidin (043111063), “Korelasi antara Minat Belajar

PAI dan Perilaku Keberagamaan Siswa di SMKN 04 Kendal”. (2010),

Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,837 dengan

responden berjumlah 116 siswa yang terdiri dari siswa kelas X, XI, XII

yang dipilih secara acak. Adapun nilai r-tabel (116; 5%) = 0,174 dan r-

tabel (116;1%) = 0,228. Ini berarti r hitung/nilai korelasi > r-tabel, maka

H0 ditolak, akibatnya H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi

yang terjadi antara minat belajar PAI dan perilaku keberagamaan siswa di

SMKN 04 Kendal tahun 2010 tersebut signifikan pada taraf 5% dan 1%

dan menunjukkan juga bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria

sangat kuat, karena 0,80 < r-hitung < 1.41.36

Ketiga: Al Musyafa (053111122), “Korelasi Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial Siswa Kelas VIII SMP N 31

Semarang Tahun 2009/2010”, (2010), Skripsi Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai korelasi antara

prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan perilaku sosial siswa

kelas VIII SMP N 31 Semarang tahun 2009/2010 adalah 0,338 dengan

jumlah responden sebanyak 100 siswa. Sedangkan nilai r-tabel (100; 5%)

35 Nur Jamalah, Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di

SMK Negeri Purwodadi Kab. Grobogan. (Semarang: IAIN Walisongo, 2001) 36

Nur ABidin, Korelasi antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagamaan Siswa di

SMKN 04 Kendal, (Semarang: IAIN Walisongo, 2010)

Page 37: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

28

= 0,195 dan r-tabel (100; 1%) = 0,256 berarti r-hitung > r-tabel, maka H0

ditolak dan menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara prestasi

belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan perilaku sosial siswa tersebut.

signifikan dan menunjukkan pula bahwa hubungan tersebut masuk pada

kriteria lemah, karena 0,20 < r-hitung < 0,399. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa penelitian oleh Nur Abidin mencari korelasi antara minat

belajar PAI dengan perilaku keberagamaan peserta didik, dan penelitian

oleh Al Musyafa mencari korelasi antara prestasi belajar PAI dengan

perilaku sosial peserta didik. Untuk penelitian ini, peneliti akan mencari

korelasi/hubungan antara prestasi belajar pada mata pelajaran PAI dengan

perilaku keberagamaan peserta didik.37

Penulis berpendapat bahwa, terdapat perbedaan penelitian yang

penulis lakukan dengan penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan tersebut

yaitu, bahwa penelitian penulis mencakup: pertama untuk mengetahui

intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014. Kedua untuk mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran

(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan

Tahun Pelajaran 2013/2014. Ketiga untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi

belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Keempat

untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara intensitas belajar

membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)

siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2013/2014.

C. Kerangka Berpikir

Intensitas membaca Al-Quran pada hakikatnya merupakan suatu

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan membaca Al-

Quran. Berdasarkan hal tersebut, antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran pasti memiliki korelasi

37

Al Musyafa, Korelasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial

Siswa Kelas VIII SMP N 31 Semarang Tahun 2009/2010, (Semarang: IAIN Walisongo 2010)

Page 38: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

29

yang berbanding lurus. Maksudnya apabila seorang siswa memiliki

intensitas yang baik dalam kegiatan membaca Al-Quran, maka akan baik

pula prestasi belajar baca tulis Al-Quran yang dicapai dan sebaliknya. Hal

tersebut, bisa terjadi apabila semua aspek ikut berperan aktif untuk

mendukung kegiatan tersebut.

Berdasrkan kerangka berpikir tersebut, maka siswa sebaiknya

konsisten terhadap kegiatan membaca Al-Quran. Karena kegiatan tersebut,

sangat membantu siswa dalam kegiatan belajar baca tulis Al-Quran di

sekolah. Setiap guru, sebaiknya menyesuaikan alat evaluasi pembelajaran

dengan materi khususnya pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran, agar

terungkapnya kemampuan siswa. Selanjutnya, kepada orang tua murid dan

masyarakat hendaknya memantau proses pembelajaran siswa khususnya

pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran, jangan sampai pembelajaran

hanya di sekolah saja.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang

diusulkan. Hipotesis tersebut diperlukan untuk memperjelas masalah yang

diteliti. Hipotesis yang peneliti ajukan yaitu:

Ha :Terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran

dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas

VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun

pelajaran 2013/2014.

Ho :Tidak terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa

kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun

pelajaran 2013/2014.

Page 39: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan, jalan Tegal Rotan Raya nomor 72, Kampung

sSawah Baru, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Objek Penelitian ini,

yaitu peserta didik kelas VII tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini,

dilaksanakan sekitar empat bulan, terhitung mulai bulan April sampai

Juli 2014.

B. Variabel Penelitian

Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti

“ubahan”, “faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-ubah”.

Variabel pada dasarnya bersifat kualitatif namun dilambangkan dengan

angka.38

Variabel penelitian ini, dikaji hubungan antara variabel bebas

dengan terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah intensitas

belajar membaca Al-Quran (X), sedangkan variabel terikat adalah

prestasi belajar baca tulis Al-Quran (BTQ) (Y).

C. Populasi

Dalam metodologi penelitian, kelompok besar objek penelitian

disebut dengan populasi subyek atau populasi penelitian. Dalam

penelitian ini, populasinya seluruh peserta didik kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh tahun pelajarn 2013/2014 yaitu 20 orang.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel,

38 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2011), hlm. 36

Page 40: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

31

gejala atau keadaan.39

Penelitian korelasi yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,

berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.40

Dengan menggunakan metode ini, penulis berharap:

1. Mengetahui intensitas belajar membaca Al-Quran yang

dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran (BTQ) siswa

kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan

Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara intensitas belajar

membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-

Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mengetahui

bagaimanakah hubungan antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)

siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini, penulis menggunakan

berbagai cara:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang

dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis. Penulis dalam penelitian ini,

menggunakan observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan

oleh pengamat, tetapi dalam pengamatan itu pengamat memasuki

dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi

partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat benar-benar

mengikuti kegitan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan

39 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 234 40

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), hlm. 313

Page 41: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

32

demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang

dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.41

Pada tahap

ini, penulis melakukan pengamatan terhadap sekolah dan objek

penelitian.

2. Kuesioner

Kuesioner sering juga dikenal sebagai angket. Pada

dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus

diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner

ini, orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,

pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Ditinjau dari

segi siapa yang menjawab, maka ada bentuk kuesioner langsung

dan tidak langsung.

Dalam hal ini, penulis menggunakan kuesioner langsung

yaitu kuesioner tersebut dikirim dan diisi langsung oleh orang yang

akan dimintakan jawaban tentang dirinya. Selanjutnya, ditinjau

dari segi menjawabnya maka dibedakan atas kuesioner tertutup dan

terbuka. Dalam hal ini, penulis menggunakan kuesioner tertutup

yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban

lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada

jawaban yang dipilih.42

Tujuan dari kuesioner ini, yaitu dapat

mengukur intensitas belajar membaca Al-Quran siswa kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran

2013/2014.

hlm. 31

41 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),

42

Ibid, Suharsimi Arikunto, hlm. 28

Page 42: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

33

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kuesioner

Variabel Indikator

Intensitas belajar membaca

Al-Quran

a. Latihan membaca Al-Quran

b. Menghafal ayat-ayat Al-Quran

c. Mengulangi atau mempelajari

materi Baca Tulis Al-Quran

Penulis dalam membuat keusioner menggunakan 10 pernyataan.

Selanjutnya, pernyataan-pernyataan tersebut memiliki tiga alternatif

pilihan yang akan diberi tanda oleh responden sesuai dengan kenyataan

yang dialami responden. Tiga alternatif pilihan tersebut yaitu:

Tabel 3.2

Penskoran Alternatif Pilihan dalam Kuesioner

Alternatif Pilihan Skor

Pilihan (a) Tiga

Pilihan (b) Dua

Pilihan (c) Satu

Tidak menjawab Nol

Setelah kuesioner tersebut penulis analisis. Oleh karena itu, untuk

mengetahui kriteria intensitas tersebut berkategori sangat baik, cukup baik,

dan kurang baik. Penulis berpatokan pada:

Tabel 3.3

Ukuran Kategori Intensitas Belajar Membaca Al-Quran

Kategori Skor

Baik 21-30

Cukup baik 11-20

Kurang baik 1-10

Page 43: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

34

3. Tes Perbuatan, Tes Menjodohkan, dan Tes Menulis Secara tidak

Langsung.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrument Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran

Variabel Indikator

Prestasi Belajar Baca Tulis Al-

Quran

a. Membaca

b. Menghafal

c. Mengartikan

d. Menulis

Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut

jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau

perbuatan.43

Penulis menggunakan tes ini, yaitu untuk mengukur

keterampilan membaca dan kemampuan menghafal ayat-ayat Al-

Quran. Berikut ini, aspek penilaian dan penskoran yang penulis

gunakan, yaitu:

Tabel 3.5

Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca dan Mengahafal

Ayat-Ayat Al-Quran

Aspek Penilaian Skor

Kelancaran Maksimal (30)

Kefasihan Maksimal (30)

Tajwid Maksimal (40)

Matching test dapat diganti dengan istilah

mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau

menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan

satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai

jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta

didik ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga

sesuai atau cocok dengan pertanyaan.44

Penulis menggunakan tes

43 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 149 44

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 172

Page 44: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

35

ini, untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengartikan

ayat-ayat Al-Quran. Pedoman penilaian yang penulis gunakan

yaitu sebagai berikut:

x Skor Ideal (100)

Tabel 3.6

Instrumen Penilaian Mengartikan Ayat-Ayat Al-Quran

Jumlah Skor yang Didapat Nilai

Tes menulis secara tidak langsung yaitu penulis

memerintahkan peserta didik untuk menulis ayat-ayat Al-Quran

dari beberapa surat-surat Al-Quran yang telah penulis sajikan.

Penulis menggunakan tes ini, yaitu untuk mengukur keterampilan

menulis ayat-ayat Al-Quran. Berikut ini, aspek penilaian dan

penskoran yang penulis gunakan, yaitu:

Tabel 3.7

Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Ayat-Ayat Al-Quran

Aspek Penilaian Skor

Kebenaran Maksimal (25)

Bentuk Maksimal (25)

Kerapian Maksimal (50)

F. Teknik Analisis Data

Mengingat penelitian ini, bersifat deskriptif korelatif. Oleh

karena itu, penulis dalam mengolahnya menggunakan teknik analisis

sederhana dan korelasi. Teknik dalam menggali informasi terkait dengan

intensitas belajar membaca Al-Quran dilakukan dengan cara memberikan

tanda silang pada daftar kuesioner, yakni pada item-item yang disetujui

Page 45: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

36

responden. Adapun prestasi belajar yang dijadikan tolok ukur dalam

penelitian ini, adalah prestasi belajar Baca Tulis Quran yang didapatkan

oleh siswa setelah mengikuti tes yang diberikan penulis. Data-data yang

terkumpul dari hasil kuesioner kemudian dideskripsikan dan disnalisis

menggunakan teknik analisis sederhana. Adapun rumus yang digunakan

dalam mencari prosentasenya adalah dengan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan:

P = Angka prosentase untuk setiap jawaban

F = Frekuensi setiap jawaban

N = Banyaknya responden

100% = Bilangan tetap

Selanjutnya data tersebut diformulasikan ke dalam dua variabel.

Variabel tersebut yaitu, variabel terikat (intensitas belajar membaca Al-

Quran) dan variabel bebas (prestasi belajar baca tulis Quran). Oleh karena

itu, penulis menggunakan teknik koefisien korelasi bivariat, yaitu teknik

statistik yang dapat digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan

antara dua variabel tersebut. Adapun teknik korelasinya yaitu dengan

menggunakan korelasi produk momen yaitu rumus untuk mencari antar

dua variabel. Rumus tersebut yaitu;

rxy

nXY (X )(Y )

{n X 2 ( X )

2 }{nY

2 (Y )

2 }

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” product moment

N = Number of Cases

∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑ X = Jumlah seluruh skor X

∑ Y = Jumlah seluruh skor Y

Page 46: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

37

Setelah nilai rxy diketahui, untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yang sedang diteliti, penulis berpatokan pada tingkat koefisien

korelasi (r), yaitu:

Tabel 3.8

Beasrnya “r” product moment

(rxy)

Interpretasi

0,00-0,20

Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat korelasi, akan

tetapi korelasi itu sangan lemah atau

sangat rendah sehingga korelasi itu

diabaikan (dianggap tidak ada

korelasi antara variabel X dan

Variabel Y).

0,20-0,40

Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang lemah atau

rendah.

0,40-0,70

Antara variabel X dan Variabel Y

terdapat korelasi yang sedang atau

cukupan

0,70-0,90

Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang kuat atau

tinggi.

0,90-1,00

Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau

sangat tinggi.45

G. Hipotesis Statistik

Terima Ha apabila r tabel < r hitung

Terima Ho apabila r tabel > r hitung

45 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 193

Page 47: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Bahrul Magfiroh Kota Tangerang Selatan

1. Latar Belakang SMP Bahrul Maghfiroh

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan berdiri pada tahun

2010 yang berda di bawah naungan Yayasan Bahrul Maghfiroh. SMP ini

baru berdiri empat tahun dan belum terakreditasi. SMP ini merupakan

lembaga pendidikan yang melayani pendidikan bagi anak-anak yang orang

tuanya mengalami keterbatasan ekonomi sehingga tidak bisa

menyekolahkan anaknya baik ke sekolah negeri maupun swasta lainnya.

SMP Bahrul Maghfiroh sangat dibutuhkan oleh para orang tua wali

murid, karena mereka tanpa harus mengeluarkan satu rupiah-pun (gratis)

dapat menyekolahkan anaknya. Di samping itu murid SMP Bahrul

Maghfiroh harus menginap, karena SMP Bahrul Maghfiroh berada di

dalam lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh. Sehingga murid

mendapatkan bekal ilmu dunia dan akhirat. SMP Bahrul Maghfiroh

memiliki visi dan misi. Visi SMP Bahrul Maghfiroh yaitu “Terwujudnya

Insan Cerdas Berakhlakul Karimah”. Sedangkan misi SMP bahrul

Maghfiroh yaitu:

a. Mengembangkan kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan

IPTEK.

b. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan.

c. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

d. Mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan bakat dan

minat.

e. Mewujudkan manajemen partisipatif dilandasi azas kekeluargaan.

Page 48: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

39

2. Kegiatan Pengembangan Diri Siswa SMP Bahrul Maghfiroh

Kegiatan pengembangan diri bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepeda peserta didik guna mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan minat setiap peserta

didik serta kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dilakukan

melalui kegiatan layanan konseling (berkaitan dengan masalah pribadi

dalam kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta

didik), kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pembiasaan di sekolah.

Jenis pengembangan diri di SMP bahrul Maghfiroh Kota tangerang

Selatan, diantaranya yaitu:

a. Bidang akademik

1) Pembinaan olimpiade sains (Matematika, IPA, dan IPS)

2) Pembinaan karya ilmiah remaja

3) Pembinaan english club

4) Pembinaan keagamaan (bahasa Arab dan hafalan Juz 30)

b. Bidang non akademik

1) Pembinaan dan kegiatan kewiraan (OSIS, Pramuka, dan

Paskibra)

2) Pembinaan dan kegiatan olah raga prestasi (footsal, bulu

tangkis, tenis meja, voly)

3) Pembinaan dan kegiatan seni budaya (marawis, hadroh,

kaligrafi, muhadoroh)

4) Pembinaan dan kegiatan kerohanian.

3. Peraturan Akademik SMP Bahrul Maghfiroh

a. Peserta didik hadir di sekolah paling lambat 10 menit sebelum KBM

dimulai.

b. Peserta didik yang tidak hadir harus memberitahukan kepada pihak

sekolah secara langsung atau tertulis.

c. Peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran, apabila

kehadirannya kurang dari 80% hari efektif belajar berdasarkan rekap

kehadiran setiap akhir bulan atau mendapat izin dari kepala sekolah.

Page 49: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

40

d. Peserta didik wajib mengikuti ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian

sekolah dan ujian nasional.

e. Peserta didik yang tidak tuntas KKM pada penilaian harian akan

diberikan kesempatan maksimal dua kali remedial.

f. Peserta didik dinyatakan naik kelas atau lulus apabila memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan.

g. Peserta didik memiliki hak yang sama dalam pelayanan dan

penggunaan fasilitas sekolah sesuai peraturan dan tata tertib yang

berlaku.

h. Peserta didik berhak mendapatkan layanan konsultasi dari guru mata

pelajaran, wali kelas, dan guru bimbingan konseling.

4. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan SMP Bahrul Maghfiroh

a. Kriteria kenaikan kelas

Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila:

1) Telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada

semua mata pelajaran.

2) Tidak terlibat narkoba, miras, tawuran, tindakan asusila dan

kriminal.

3) Tidak pernah melawan guru secara fisik dan non fisik.

4) Kehadiran dalam proses pembelajaran tiap semester minimal

80%.

Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama

apabila;

1) Belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada lebi

dari tiga mata pelajaran.

2) Pernah terlibat narkoba, miras, tawuran, tindakan asusila dan

kriminal.

3) Pernah pernah melawan guru secara fisik dan non fisik.

4) Ketidakhadiran dalam proses pembelajaran tanpa keterangan

lebih dari 20% per semester.

Page 50: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

41

b. Kelulusan

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 27 ayat (1), peserta

didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan

dasar dan menengah setelah:

1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok

mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

3) Lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4) Lulus ujian nasional.

5. Hak Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

Setiap peserta didik berhak untuk:

a. Mendapat pengajaran, pendidikan, dan pelatihan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

b. Mendapat bimbingan dan konseling sesuai dengan dengan kebutuhan

dan aturan.

c. Menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.

d. Menyampaikan informasi saran dan kritik yang berguna bagi

sekolah.

6. Kewajiban Peserta Didik SMP bahrul Maghfiroh

a. Kegiatan Proses Pembelajaran

1) Setiap peserta didik wajib mengikuti seluruh program

pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah.

2) Setiap peserta didik wajib mengikuti minimal satu kegiatan

ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah.

3) Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan penilaian hasil

belajar sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

Page 51: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

42

b. Waktu Sekolah

Kegiatan di sekolah dimulai pukul 07.00

1) Peserta didik sudah berada di sekolah maksimal 10 menit

sebelum bel pertama.

2) Peserta didik yang terlambat hanya diperkenankan masuk kelas

setelah mendapat izin dari guru piket.

3) Bila 10 menit setelah bel masuk ternyata guru belum datang,

maka ketua kelas wajib melapor kepada guru piket.

4) Peserta didik tidak diperbolehkan keluar kelas selama waktu

belajar, kecuali dengan seizin guru.

5) Pada waktu istirahat peserta didik dilarang berada di dalam

kelas.

6) Apabila peserta didik akan meninggalkan sekolah karena sakit

atau alasan lain, harus mendapat izin dari guru piket/kepala

sekolah.

c. Absensi Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

Peserta didik yang berhalanagn hadir karena sakit atau alasan

lain wajib memberikan surat keterangan dari orang tua kepada guru

piket/kepala sekolah.

d. Kegiatan Upacara Bendera SMP Bahrul Maghfiroh

1) Setiap peserta didik wajib mengikuti upacara pada hari-hari yang

sudah ditetapkan oleh sekolah.

2) Peserta didik wajib mengenakan pakaian seragam lengkap

dengan atribut upacara.

3) Peserta didik yang terlambat atau tidak memakai atribut lengkap

berbaris di luar barisan yang semestinya.

4) Peserta didik wajib mengikuti upacara dengan tertib sampai

seluruh proses upacara selesai.

Page 52: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

43

e. Kegiatan Kebersihan SMP Bahrul Maghfiroh

1) Peserta didik wajib menjaga kebersihan diri, pakaian, alat-alat

belajar, kelas, gedung sekolah, dan lingkungan sekitar.

2) Peserta didik wajib membuang sampah pada tempat yang telah

disediakan.

3) Peserta didik wajib melaksanakan tugas piket kelas yang sudah

ditentukan.

4) Peserta didik wajib mengikuti kegiatan Jumat Bersih (jumsih)

yang dilakukan secara berkala.

f. Tingkah Laku Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

1) Peserta didik harus bersikap hormat dan sopan terhadap guru

dan pegawai sekolah serta sesama peserta didik.

2) Peserta didik harus menciptakan suasana damai dan tentram,

menjaukan diri dari pertengkaran, pertentangan dan permusuhan

serta perkelahian.

3) Peserta didik wajib menjaga nama baik sekolah dimana pun

mereka berada.

4) Peserta didik wajib membawa perlengkapan belajar dan wajib

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

5) Peserta didik hanya diperbolehkan membawa benda-benda yang

diperlukan untuk belajar ke sekolah.

g. Pembinaan Rohani Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

1) Kegiatan pembelajaran diawali dan diakhiri dengan doa

bersama dengan tertib dan khidmat.

2) Peserta didik muslim diwajibkan untuk membaca Al-Quran

selama 10 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

3) Peserta didik diwajibkan untuk solat sunah duha berjamaah di

masjid lingkungan sekolah.

4) Peserta didik diwajibkan untuk solat wajib lima waktu secara

berjamaah di masjid lingkungan sekolah.

5) Puasa sunah pada hari senin dan kamis.

Page 53: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

44

h. Larangan-Larangan Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

Peserta didik dilarang:

1) Memakai cat rambut, memanjangkan kuku.

2) Berambut panjang dan memakai gel rambut.

3) Memakai aksesoris seperti kalung, cincin, dan gelang.

4) Makan dan minum saat proses pembelajaran.

5) Menggunakan HP.

6) Membawa buku bacaan dan media lainnya yang bertentangan

dengan norma susila, agama, dan moral.

7) Membawa dan menghisap rokok baik di lingkungan sekolah

maupun di luar sekolah.

8) Merusak sarana dan prasarana sekolah.

9) Membawa senjata tajam dan alat-alat yang dapat dipakai untuk

berkelahi.

10) Terlibat dalam perkelahian atau mengganggu ketertiban umum.

7. Sanksi Umum Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh

Peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, akan dikenakan

sanksi berupa:

a. Peringatan dengan lisan atau teguran.

b. Peringatan tertulis dengan memanggil orang tua atau wali.

c. Pembinaan yang bersifat edukatif seperti: membuat rangkuman

materi pelajaran, membersihkan mesjid, halaman, dan lingkungan

sekolah.

d. Membuat surat perjanjian.

e. Memberhentikan sementara atau skorsing dengan pemberian tugas.

f. Dikeluarkan dari sekolah untuk pelanggaran berat.

Page 54: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

45

B. Deskripsi Data

Penulis pada bagian ini, akan mendeskripsikan hasil temuan.

Selanjutnya untuk lebih terperinci dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Butir Soal Kuesioner Intensitas Belajar Membaca

Al-Quran Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang

tahun pelajaran 2013/2014

No

Reponden

Nomor Kuesioner

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1

3

3

1

2

2

2

2

3

2

2

22

2

2

3

3

2

2

1

2

2

3

3

2

23

3

3

3

3

1

2

1

2

2

3

3

3

23

4

4

3

2

1

2

1

1

1

2

2

2

17

5

5

3

3

1

2

1

2

1

3

3

2

21

6

6

3

3

2

1

0

2

1

2

2

2

18

7

7

3

3

2

1

0

1

1

3

2

2

18

8

8

3

3

1

2

1

2

2

3

2

2

21

9

9

3

3

3

2

1

2

1

3

3

2

23

10

10

3

3

1

2

1

2

1

2

2

2

19

11

11

2

2

1

2

1

2

1

3

2

2

18

12

12

2

3

1

2

1

1

2

3

2

2

19

13

13

3

3

1

2

2

1

1

3

3

2

21

14

14

2

3

1

2

1

1

1

3

2

2

18

15

15

3

3

1

2

1

1

1

3

3

2

20

16

16

3

3

2

2

1

2

2

3

3

2

23

17

17

3

3

1

3

1

2

1

3

2

2

21

Page 55: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

46

18

18

3

3

2

2

1

1

1

1

2

2

18

19

19

3

3

1

2

1

2

1

2

2

2

19

20

20

2

3

1

2

1

1

1

3

2

2

18

Tabel 4.2

Kategori Intensitas Belajar Membaca Al-Quran

Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang tahun

pelajaran 2013/2014

No

No. Reponden

Jumlah

Skor Angket

Kategori

Intensitas

1 1 22 Baik

2 2 23 Baik

3 3 23 Baik

4 4 17 Cukup Baik

5 5 21 Baik

6 6 18 Cukup Baik

7 7 18 Cukup Baik

8 8 21 Baik

9 9 23 Baik

10 10 19 Cukup Baik

11 11 18 Cukup Baik

12 12 19 Cukup Baik

13 13 21 Baik

14 14 18 Cukup Baik

15 15 20 Cukup Baik

16 16 23 Baik

Page 56: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

47

17 17 21 Baik

18 18 18 Cukup Baik

19 19 19 Cukup Baik

20 20 18 Cukup Baik

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sembilan responden

memiliki intensitas baik dan 11 responden memiliki intensitas cukup baik.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa intensitas belajar membaca Al-Quran

siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun

pelajaran 2013/2014 tergolong intensif.

Selanjutnya penulis mendeskripsikan data tersebut ke dalam

persentase. Langkah-langkanya yaitu skor atas item pernyataan

dimasukkan ke dalam tabel yang di dalamnya terdapat persentase dengan

teknik analisis data. Oleh karena itu, didapatkan kesimpulan atas masalah

yang diteliti. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.3

Saya membaca Al-Quran.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu 16 80 %

b. Kadang-kadang 4 20 %

c. Tidak pernah -

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak

80 %, kadang-kadang 20%. Hal ini, membuktikan bahwa siswa kelas VII

SMP Bahrul Maghfiroh sangat intensif dalam membaca Al-Quran. Dalam

sebuah hadis dikatan Dari Abu Umamah ra. Berkata: “Saya mendengar

Rasulullah Saw. bersabda: “ Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya Al-

Page 57: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

48

Quran itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa‟at

kepada orang yang membacanya”. (Riwayat Muslim)

Tabel 4.4

Saya membaca Al-Quran dalam seminggu .... hari.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Lebih dari lima 18 90 %

b. Dua sampai empat 2 10%

c. Satu -

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lebih dari lima

sebanyak 90% dan dua samapi empat sebanyak 10%. Hal ini,

membuktikan bahwa siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh hampir

setiap hari membaca Al-Quran. Dalam hadis dikatan, siapa yang membaca

satu huruf dalam Al-Quran maka akan dibalas oleh Allah Swt dengan 10

kebajikan.

Tabel 4.5

Saya membaca Al-Quran dalam sehari .... kali.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Lebih dari 10 1 5 %

b. Lima sampai 10 5 25 %

c. Satu sampai 5 14 70 %

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lebih dari 10

sebanyak 5 %, lima sampai 10 sebanyak 25%, dan satu sampai. Hal ini,

membuktikan hampir semua siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh

membaca Al-Quran setelah melaksanakan solat wajib. Dengan membaca

Page 58: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

49

Al-Quran hati menjadi tentram, karena salah satu fungsi Al-Quran adalah

sebagai obat yaitu menentramkan hati bagi pembacanya.

Tabel 4.6

Saya menghafal ayat-ayat Al-Quran (Juz 30)

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu 1 5 %

b. Kadang-kadang 17 85 %

c. Tidak pernah 2 10 %

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak 5

%, kadang-kadang 85%, dan tidak pernah 10%. Hal ini terbukti sebagian

besar siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki hafalan ayat-ayat Al-Quran.

Dalam hadis dikatakan dari „Aisyah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda:

“Orang yang membaca Al-Quran dan ia mahir maka nanti akan bersama-

sama malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan orang yang membaca Al-

Quran dan ia merasa susah dalam membacanya tetapi ia selalu berusaha

maka ia mendapat dua pahala”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tabel 4.7

Saya menghafal ayat-ayat Al-Quran (Juz 30) dalam sehari .... kali.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Lebih dari 10 - -

b. Lima sampai sepuluh 2 11%

c. Satu sampai lima 16 89 %

Jumlah 18 99 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lima sampai

sepuluh sebanyak 11% dan satu sampai lima sebanyak 89%. Hal ini,

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghafal ayat-ayat Al-Quran

Page 59: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

50

dalam sehari satau samapai lima kali dalam menghafal. Dalam hadis

dikatakan dari Al-Barra‟ bin „Azib ra. berkata: “Ada seseorang membaca

surat Al-Kahfi dan di dekatnya ada seekor kuda yang diikat dengan tali

pada kanan dan kirinya, kemudian orang itu diliputi semacam awan yang

selalu mendekat sehinngga kudanya akan lari meninggalkan tempat itu.

Pada pagi harinya ia datang kepada Nabi Saw. dan menceritakan apa yang

baru saja terjadi, kemudian beliau bersabda: “Itu adalah suatu ketenangan

(rahmat) yang turun karena bacaan Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan

Muslim). Hadis tersebut menyatakan bahwa Allah Swt memberikan

rahmat bagi orang yang membaca Al-Quran. Apalagi bagi yang menghafal

ayat-ayat Al-Quran, maka lebih dari itu yang akan ia dapatkan.

Tabel 4.8

Saya sudah menghafal .... juz.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. 16 sampai 30 - -

b. Satu sampai 15 12 60 %

c. Kurang dari satu 8 40 %

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab satu sampai 15

sebanyak 60% dan kurang dari satu sebanyak 40%. Hal ini, menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki hafalan Al-

Quran minimal satu juz yaitu juz ke 30. Hafalan merupakan tradisi yang

dilakukan orang-orang Arab untuk menjaga kemurnian ayat-ayat Al-

Quran. Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki hafalan ayat-ayat Al-

Quran, sesungguhnya mereka secara tidak langsung menjaga kemurnian

ayat-ayat Al-Quran.

Page 60: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

51

Tabel 4.9

Saya sudah menghafal .... surat.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Lebih dari 80 - -

b. 31 sampai 79 6 30 %

c. Satu sampai 30 14 70 %

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab 31 sampai 79

sebanyak 30% dan satu sampai 30 sebanyak 70%. Hal ini, menunjukkan

bahwa hampir sebgaian besar, siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki

hafalan hampir 30 surat. Semakin banyak hafalan yang dimiliki, maka

sesungguhny semakin besar kontribusi seseorang untuk menjaga

kemurnian ayat-ayat Al-Quran.

Tabel 4.10

Saya membawa Al-Quran ketika belajar membaca Al-Quran.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu 15 75 %

b. Kadang-kadang 4 20 %

c. Tidak pernah 1 5 %

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak

75%, kadang-kadang sebanyak 20%, dan tidak pernah sebanyak 5%. Hal

ini, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar, siswa SMP Bahrul

maghfiroh sangat disiplin dan peduli akan pentingnya sumber belajar. Al-

Quran merupakan pedoman hidup umat Islam dan merupakan sumber

Page 61: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

52

belajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran BTQ. Oleh karena itu,

sumber belajar ini sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Tabel 4.11

Saya mengerjakan tugas pelajaran BTQ (Baca Tulis Al-Quran) yang

diberikan oleh guru.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu 7 35 %

b. Kadang-kadang 13 65 %

c. Tidak pernah - -

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak

35% dan kadang-kadang sebanyak 65%. Hal ini, menunjukkan bahwa

hampir sebagain besar, siswa memiliki tanggung jawab yang baik. Dalam

hadis dikatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan setiap

pemimpin akan diminkan pertagungjawaban. Selain itu, bahwa pendidikan

juga memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki

tanggung jawab.

Tabel 4.12

Saya mengulangi atau mempelajari lagi materi pelajaran Baca Tulis

Al-Quran yang diberikan oleh guru.

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu 1 5 %

b. Kadang-kadang 19 95 %

c. Tidak pernah - -

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak

5% dan kadang-kadang 95%. Hal ini, menunjukkan bahwa hampir semua

Page 62: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

53

siswa memiliki sikap perduli terhadap materi-materi yang diberikan oleh

guru. Berkaitan hal tersebut, Mel Silberman berpendapat bahwa What I

hear, I forget. What I hear, see, and ask questions about or discuss with

someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I

acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. Apa yang

saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.

Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau ddiskusikan dengan

beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat,

diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.

Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan data terkait prestasi

belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ). Setela Penjelasan lebih terperinci

dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.13

Data Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran

No

No.

Responden

Aspek Penilaian

Jumlah

Nilai

Membaca

Mengartikan

Menghafal

Menulis

1

1 89 90 86 85 350

88

2

2 85 95 81 75 336

84

3

3 86 95 84 91 356

89

4

4 78 40 76 71 265

66

5

5 86 74 81 84 325

81

6

6 79 72 78 82 311

78

7

7 77 74 73 76 300

75

8

8 84 97 82 89 352

88

9

9 84 95 84 70 333

83

10

10 79 90 72 85 326

82

11

11 78 83 74 70 305

76

12

12 75 79 72 76 302

76

Page 63: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

54

13

13 85 84 81 75 325

81

14

14 75 88 71 72 306

77

15

15 78 81 76 83 318

80

16

16 83 95 82 79 339

85

17

17 87 100 83 82 352

88

18

18 73 74 71 68 286

72

19

19 78 59 75 67 279

70

20

20 75 79 70 80 304

76

Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan hasil prestasi belajar

Baca Tulis Al-Quran siswa, dalam setiap aspek penialain. Penjelasan lebih

terperinci dapat dilihat di bawah ini:

Responden nomor satu untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 89. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 27, kefasihan 26, dan tajwid 36. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 26, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek mengartikan

ayat-ayat Al-Quran mendapatkan nilai 90. Penilaian aspek keterampilan

menulis mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kebenaran 23, bentuk 22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut

siswa sangat menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran.

Hal ini, terbukti baik teori maupun keterampilan, siswa tersebut telah

menguasainya dengan mendapatkan nilai akhir 88.

Responden nomor dua untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 34. Penilaian aspek keterampilan

menghafal mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan

skor: kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 32. Penilaian aspek

mengartikan mendapatkan nilai 95. Penilaian aspek keterampilan menulis

mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kebenaran 20, bentuk 20, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut

siswa sangat menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran

Page 64: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

55

pada aspek membaca, mengartikan, dan menghafal. Akan tetapi pada

aspek keterampilan menulis perlu ditingkatkan lagi.

Responden nomor tiga untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 26, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 35. penilaian aspek mengartikan

95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor yang didapat berjumlah 41.

Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan nilai 91. Hal tersebut

didapatkan berdasarkan skor: kebenaran 23, bentuk 23, dan kerapian 45.

Berdasarkan data tersebut siswa sangat mengusai kompetensi mata

pelajaran Baca Tulis Al-Quran baik teori maupun keterampilan. Hal ini,

terbukti siswa tersebut mendapatkan nilai akhir 89.

Responden nomor empat untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 24, dan tajwid 31. Responden nomor empat

untuk penilaian aspek menghafal mendapatkan nilai 76. Hal tersebut

didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 24, kefasihan 22, dan tajwid 30.

Responden nomor empat untuk penilaian aspek mengartikan mendapatkan

nilai 40. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor yang didapat

yaitu 17. Responden nomor empat untuk penilaian aspek keterampilan

menulis mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kebenaran 18, bentuk 18, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut siswa

belum menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal

ini, terbukti siswa tersebut mendapatkan nilai akhir sebesar 66. Nilai

tersebut kurang dari kriteria ketuntasan minimal. Jika diamati, aspek yang

kurang dikuasai siswa yaitu terdapat pada aspek mengartikan.

Responden nomor lima untuk penilaian aspek membaca

mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal

Page 65: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

56

mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor: kebenaran 20, bentuk

22, dan kerapian 42. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat mengusai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat yaitu 81. Akan tetapi untuk aspek

mengartikan agar ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek yang diujikan

hanya aspek mengartikan saja yang nilainya paling rendah.

Responden nomor enam untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 24, dan tajwid 31. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 31. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup mengusai

kompetensi pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat yaitu 78. Akan tetapi, perlu ditingkatkan

lagi pada aspek mengartikan, karena dari empat aspek yang diujikan aspek

tersebut yang memiliki nilai terendah.

Responden nomor tujuh untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 77. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 20, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 73. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 21, kefasihan 20, dan tajwid 32. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 76. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

20, dan kerapian 36. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai

Page 66: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

57

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat yaitu 75. Akan tetapi, perlu ditingkatkan

lagi pada aspek mengahafal, karena dari empat aspek yang diujikan aspek

tersebut yang memiliki nilai terendah.

Responden nomor delapan untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 25, dan tajwid 34. penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 33. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 97. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 42. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 89. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 23, bentuk

24, dan kerapian 42. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

semua aspek yang diujikan mendapatkan nilai yang sangat baik dan nilai

akhir yang didapatkan yaitu 88.

Responden nomor sembilan untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 26, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 26, kefasihan 24, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk

18, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 83. Akan tetapi, untuk

keterampilan menulis perlu ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek

yang diujikan aspek tersebut yang mendapatkan nilai terendah yaitu 70.

Responden nomor 10 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

Page 67: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

58

kelancaran 24, kefasihan 24, dan tajwid 31. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 29. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 90. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 39. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 23, bentuk

22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 82. Akan tetapi, untuk

kemampuan menghafal perlu ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek

yang diujikan aspek tersebut yang mendapatkan nilai terendah yaitu 72.

Responden nomor 11 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 22, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 31. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 36. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk

17, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 76. Sebaiknya siswa tersebut

perlu meningkatkan intensitas belajar, khususnya pada aspek keterampilan

membaca, menulis, dan menghafal. Karena ketiga aspek tersebut yang

mendapatkan nilai cukup baik yaitu 78, 70, dan 74.

Penilaian aspek keterampilan membaca mendapatkan nilai 75. Hal

tersebut didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 23, kefasihan 22, dan

tajwid 30. Penilaian aspek menghafal mendapatkan nilai 72. Hal tersebut

didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 21, kefasihan 22, dan tajwid 29.

Penilaian aspek mengartikan mendapatkan nilai 79. Hal tersebut

didapatkan berdasarkan jumlah skor yang didapat yaitu 34. Penilaian

aspek keterampilan menulis mendapatkan nilai 76. Hal tersebut didapatkan

Page 68: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

59

berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk 20, dan kerapian 36. Berdasarkan

data tersebut, siswa cukup menguasai kompetensi pada mata pelajaran

Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti siswa tersebut mendapatkan ilai

akhir yaitu 76. Sebaiknya siswa tersebut perlu meningkatkan intensitas

belajar, khususnya pada aspek keterampilan membaca, menulis,

danmenghafal. Karena ketiga aspek tersebut yang mendapatkan nilai

cukup baik yaitu 75, 76, dan 72.

Responden nomor 13 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 36. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

20, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran dan memiliki

intensitas belajar yang baik. Hal ini, terbukti dengan nilai akhir yang

didapat yaitu 81. Akan tetapi, untuk aspek keterampilan menulis perlu

ditingkatkan kembali intensitas belajarnya. Karena aspek keterampilan ini

yang mendapatkan nilai terendah yaitu 75, dari empat aspek yang diujikan.

Responden nomor 14 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 20, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 88. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 38. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk

20, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut siswa cukup menguasai

pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti siswa tersebut

mendapatkan nilai akhir yaitu 77. Akan tetapi, perlu ditingkatkan kembali

Page 69: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

60

intensitas belajar khusus untuk aspek keterampilan membaca, menulis, dan

menghafal. Karena ketiga aspek tersebut mendapatkan nilai 75, 72, dan 71.

Hal ini, menunjukkan bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan

ketiga aspek tersebut cukup baik.

Responden nomor 15 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 23, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 23, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 35. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 22, bentuk

23, dan kerapian 38. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 80. Akan tetapi perlu

ditingkatkan kembali intensitas belajar khusus untuk aspek keterampilan

membaca dan menghafal. Karena dari empat aspek yang diujikan kedua

aspek tersebut yang mendapat nilai cukup rendah yaitu 78 dan 76.

Responden nomor 16 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 33. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

20, dan kerapian 39. Berdasarkan data tersebut siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 85. Akan tetapi perlu

ditingkatkan kembali intensitas belajar khusus aspek keterampilan

menulis. Karena dari empat aspek yang diujikan aspek tersebut yang

mendapatkan nilai cukup rendah yaitu 79.

Page 70: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

61

Responden nomor 17 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 87. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 36. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 100. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut siswa sangat menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini terbukti

dengan nilai akhir yang didapatkan yaitu 88.

Responden nomor 18 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 73. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 20, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 68. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk

16, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat 72. Jika dibandingkan dengan nilai siswa

lainnya. Siswa ini, berada diurutan ketiga terakhir. Oleh karena itu, siswa

perlu meningkatkan kembali intensitas belajar pada keempat aspek

tersebut..

Responden nomor 19 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 31. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 22, kefasihan 23, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 59. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 24. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

Page 71: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

62

nilai 67. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 16, bentuk

17, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat 70. Jika dibandingkan dengan nilai siswa

lainnya. Siswa ini, berada diurutan kedua terakhir. Oleh karena itu, siswa

perlu meningkatkan kembali intensitas belajar pada keempat aspek

tersebut.

Responden nomor 20 untuk penilaian aspek keterampilan

membaca mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 23, kefasihan 22, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal

mendapatkan nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:

kelancaran 21, kefasihan 20, dan tajwid 29. Penilaian aspek mengartikan

mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor

yang didapat yaitu 34. penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan

nilai 80. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk

20, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai

kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti

dengan nilai akhir yang didapat 76. Akan tetapi, perlu ditingkatkan

kempali intensitas belajar pada aspek keterampilan membaca,

mengartikan, dan menghafal. Karena dari empat aspek yang diujikan,

aspek tersebut mendapatkan nilai cukup rendah.

C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Setelah data kuesioner dan prestasi bwlajar Baca Tulis Al-Quran

terkumpul. Selanjutnya penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas

terhadap data tresebut. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat di bawah

ini:

Page 72: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

63

Tabel 4.14

Uji Validitas Kuesioner

No

Reponden

No Angket Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

1

3

3

1

2

2

2

2

3

2

2

22

2

2

3

3

2

2

1

2

2

3

3

2

23

3

3

3

3

1

2

1

2

2

3

3

3

23

4

4

3

2

1

2

1

1

1

2

2

2

17

5

5

3

3

1

2

1

2

1

3

3

2

21

6

6

3

3

2

1

0

2

1

2

2

2

18

7

7

3

3

2

1

0

1

1

3

2

2

18

8

8

3

3

1

2

1

2

2

3

2

2

21

9

9

3

3

3

2

1

2

1

3

3

2

23

10

10

3

3

1

2

1

2

1

2

2

2

19

11

11

2

2

1

2

1

2

1

3

2

2

18

12

12

2

3

1

2

1

1

2

3

2

2

19

13

13

3

3

1

2

2

1

1

3

3

2

21

14

14

2

3

1

2

1

1

1

3

2

2

18

15

15

3

3

1

2

1

1

1

3

3

2

20

16

16

3

3

2

2

1

2

2

3

3

2

23

17

17

3

3

1

3

1

2

1

3

2

2

21

18

18

3

3

2

2

1

1

1

1

2

2

18

19

19

3

3

1

2

1

2

1

2

2

2

19

20

20

2

3

1

2

1

1

1

3

2

2

18

21

r Hitung

0,438

0,417

0,262

0,325

0,391

0,561

0,600

0,494

0,734

0,344

22

t Hitung

3,121

3,013

2,251

2,560

2,884

3,841

4,109

3,429

5,350

2,651

23 t Tabel (95%)

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

1,734

24

Keterangan

Valid

valid

Valid

Valid

valid

Valid

valid

valid

valid

Valid

Page 73: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

64

Tabel 4.15

Uji Reliabilitas Kuesioner

No

No.

Responden

No. Angket Ganjil

jumlah

No

No.

Responden

No. Angket Genap

jumlah

1 3 5 7 9 2 4 6 8 10

1 1 3 1 2 2 2 10 1 1 3 2 2 3 2 12

2 2 3 2 1 2 3 11 2 2 3 2 2 3 2 12

3 3 3 1 1 2 3 10 3 3 3 2 2 3 3 13

4 4 3 1 1 1 2 8 4 4 2 2 1 2 2 9

5 5 3 1 1 1 3 9 5 5 3 2 2 3 2 12

6 6 3 2 0 1 2 8 6 6 3 1 2 2 2 10

7 7 3 2 0 1 2 8 7 7 3 1 1 3 2 10

8 8 3 1 1 2 2 9 8 8 3 2 2 3 2 12

9 9 3 3 1 1 3 11 9 9 3 2 2 3 2 12

10 10 3 1 1 1 2 8 10 10 3 2 2 2 2 11

11 11 2 1 1 1 2 7 11 11 2 2 2 3 2 11

12 12 2 1 1 2 2 8 12 12 3 2 1 3 2 11

13 13 3 1 2 1 3 10 13 13 3 2 1 3 2 11

14 14 2 1 1 1 2 7 14 14 3 2 1 3 2 11

15 15 3 1 1 1 3 9 15 15 3 2 1 3 2 11

16 16 3 2 1 2 3 11 16 16 3 2 2 3 2 12

17 17 3 1 1 1 2 8 17 17 3 3 2 3 2 13

18 18 3 2 1 1 2 9 18 18 3 2 1 1 2 9

19 19 3 1 1 1 2 8 19 19 3 2 2 2 2 11

20 20 2 1 1 1 2 7 20 20 3 2 1 3 2 11

Penulis dalam melakukan perhiungan uji reliabilitas yaitu dengan

cara pembelahan ganjil-genap atas butir-butir angket. Selanjutnya didapat r

hitung sebesar 0, 597 kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar

0,468. Nilai r tabel didapat berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

Page 74: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

65

df = N-Nr

= 20-2

= 18

5% = 0,468

Penulis mendapatkan perbandingan antara r hitung dengan r tabel

yaitu r hitung (0,597) > r tabel (0,468). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan angket tersebut reliabilitas, karena r hitung lebih besar dari

pada r tabel.

Tabel 4.16

Uji Validitas Aspek Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Quran

No

No.

Responden

Aspek Penilaian

Jumlah

Nilai

Membaca

Mengartikan

Menghafal

Menulis

1 1 89 90 86 85 350 88

2 2 85 95 81 75 336 84

3 3 86 95 84 91 356 89

4 4 78 40 76 71 265 66

5 5 86 74 81 84 325 81

6 6 79 72 78 82 311 78

7 7 77 74 73 76 300 75

8 8 84 97 82 89 352 88

9 9 84 95 84 70 333 83

10 10 79 90 72 85 326 82

11 11 78 83 74 70 305 76

12 12 75 79 72 76 302 76

13 13 85 84 81 75 325 81

14 14 75 88 71 72 306 77

15 15 78 81 76 83 318 80

16 16 83 95 82 79 339 85

17 17 87 100 83 82 352 88

18 18 73 74 71 68 286 72

19 19 78 59 75 67 279 70

20 20 75 79 70 80 304 76

21 r Hitung 0,805 0,879 0,755 0,718

Page 75: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

66

22 t Hitung 6,422 8,336 5,617 5,162

23

t Tabel (95%)

1,734

1,734

1,734

1,734

24 Keterangan VALID VALID VALID VALID

Tabel 4.17

Uji Reliabilitas Aspek Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran

No

No.

Responden

No. Ganjil

Jumlah

No

No.

Responden

No. Genap

Jumlah

1

3

2

4

1

1

89

86

175

1

1

90

85

175

2

2

85

81

166

2

2

95

75

170

3

3

86

84

170

3

3

95

91

186

4

4

78

76

154

4

4

40

71

111

5

5

86

81

167

5

5

74

84

158

6

6

79

78

157

6

6

72

82

154

7

7

77

73

150

7

7

74

76

150

8

8

84

82

166

8

8

97

89

186

9

9

84

84

168

9

9

95

70

165

10

10

79

72

151

10

10

90

85

175

11

11

78

74

152

11

11

83

70

153

12

12

75

72

147

12

12

79

76

155

13

13

85

81

166

13

13

84

75

159

14

14

75

71

146

14

14

88

72

160

15

15

78

76

154

15

15

81

83

164

16

16

83

82

165

16

16

95

79

174

17

17

87

83

170

17

17

100

82

182

Page 76: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

67

18

18

73

71

144

18

18

74

68

142

19

19

78

75

153

19

19

59

67

126

20

20

75

70

145

20

20

79

80

159

Penulis dalam melakukan perhiungan uji reliabilitas yaitu dengan

cara pembelahan ganjil-genap atas butir-butir angket. Selanjutnya didapat r

hitung sebesar 0,710 kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,468.

Nilai r tabel didapat berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

df = N-Nr

= 20-2

= 18

5% = 0,468

Penulis mendapatkan perbandingan antara r hitung dengan r tabel

yaitu r hitung (0,710) > r tabel (0,468). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan aspek penilaian prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)

memiliki reliabilitas.

Selanjutnya untuk menguji apakah ada hubungan antara intensitas

belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran

siswa. Penulis dalam melakukan pengujian menggunakan rumus korelasi

product moment, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama penulis menyajikan data intensitas belajar membaca Al-

Quran. Penulis mendapatkan data tersebut berdasarkan tes kuesioner.

Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Page 77: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

68

Tabel 4.18

Data Kuesioner

No

Reponden No Angket

Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 22

2 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 23

3 3 3 3 1 2 1 2 2 3 3 3 23

4 4 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 17

5 5 3 3 1 2 1 2 1 3 3 2 21

6 6 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 18

7 7 3 3 2 1 1 1 1 3 2 2 18

8 8 3 3 1 2 1 2 2 3 2 2 21

9 9 3 3 3 2 1 2 1 3 3 2 23

10 10 3 3 1 2 1 2 1 2 2 2 19

11 11 2 2 1 2 1 2 1 3 2 2 18

12 12 2 3 1 2 1 1 2 3 2 2 19

13 13 3 3 1 2 2 1 1 3 3 2 21

14 14 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 18

15 15 3 3 1 2 1 1 1 3 3 2 20

16 16 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 23

17 17 3 3 1 3 1 2 1 3 2 2 21

18 18 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 18

19 19 3 3 1 2 1 2 1 2 2 2 19

20 20 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 18

Selanjutnya penulis menampilkan prestasi belajar baca tulis Al-

Quran siswa. Penulis mendapatkan data tersebut berdasarkan tes dengan

empat aspek yaitu, membaca, menghafal, mengartikan, dan menulis ayat-

ayat Al-Quran. Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Page 78: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

69

Tabel 4.19

Data Prestasi Belajar

No

Nomor

Responden

Aspek Penilaian

Jumlah

Nilai Membaca

Mengartikan

Menghafal

Menulis

1 1 89 90 86 85 350 88

2

2 85 95 81 75 336

84

3 3 86 95 84 91 356 89

4 4 78 40 76 71 265 66

5 5 86 74 81 84 325 81

6 6 79 72 78 82 311 78

7 7 77 74 73 76 300 75

8

8 84 97 82 89 352

88

9 9 84 95 84 70 333 83

10 10 79 90 72 85 326 82

11 11 78 83 74 70 305 76

12 12 75 79 72 76 302 76

13 13 85 84 81 75 325 81

14

14 75 88 71 72 306

77

15 15 78 81 76 83 318 80

16 16 83 95 82 79 339 85

17 17 87 100 83 82 352 88

18 18 73 74 71 68 286 72

19 19 78 59 75 67 279 70

20

20 75 79 70 80 304

76

Kemudian data yang terdapat pada tabel hasil tes kuesioner dan

prestasi belajar baca tulis Al-Quran dimasukkan ke dalam tabel

perhitungan. Hal ini, bertujuan untuk memperoleh angka indeks korelasi

intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-

Quran siswa. Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Page 79: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

70

Tabel 4.20

Perhitungan Variabel (X) dan (Y)

No Nomor

Responden Angket

(X) Prestasi

BTQ (Y)

X.Y 2 X Y

2

1

1

22

88

1936

484

7744

2

2

23

84

1932

529

7056

3

3

23

89

2047

529

7921

4

4

17

66

1188

324

4356

5

5

21

81

1701

441

6561

6

6

18

78

1482

361

6084

7

7

18

75

1425

361

5625

8

8

21

88

1848

441

7744

9

9

23

83

1909

529

6889

10

10

19

82

1558

361

6724

11

11

18

76

1368

324

5776

12

12

19

76

1444

361

5776

13

13

21

81

1701

441

6561

14

14

18

77

1386

324

5929

15

15

20

80

1600

400

6400

16

16

23

85

1955

529

7225

17

17

21

88

1848

441

7744

18

18

18

72

1296

324

5184

19

19

19

70

1330

361

4900

20

20

18

76

1368

324

5776

N = 20

∑X= 400 ∑Y= 1595

∑X.Y= 32103 ∑X2

=8080 ∑Y2

=127975

Page 80: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

71

Setelah data-data tersebut diperoleh, selanjutnya penulis mengolah

data tersebut. Hal ini, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca

tulis Al-Quran serta mengetahui kuat atau lemahnya hubungan tersebut.

Adapun koefisiennya adalah sebagai berikut:

N = 20

∑X = 400

∑Y = 1.595

∑X.Y = 32.103

∑X2

= 8.080

∑Y2

= 127.975

r nXY (X )(Y )

xy

rxy =

{n X 2 ( X )

2 }{nY

2 (Y )

2 }

rxy =

rxy =

rxy =

rxy =

rxy = 0,82

Page 81: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

72

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Selanjutnya untuk menguji hipotesis alternatif dan hipotesis nihil.

Oleh karean itu, dilakukan dengan cara membandingkan “r” pada tabel

product moment terlebih dahulu merumuskan hipotesis alternatif dan

hipotesis nihil yaitu:

Ha : terdapat hubungan antara variabel X dengan Y.

Ho : tidak terdapat hubungan antara variabel X dengan Y.

Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

df = N – nr

= 20 – 2

= 18

5% = 0,468

Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata

dengan df sebesar 18 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh 0,468. Hal

ini, menunjukkan bahwa r tabel pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari

pada r hitung (0,468<0,820). Oleh karena itu, pada taraf signifikansi 5%

hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini,

menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% terdapat korelasi yang

signifikan antara variabel X dan Y. Oleh karena, r hitung yang didapat,

terdapat pada rentang 0,70-0,90. Hal ini, menunjukkan bahwa variabel X

dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

Simpulan yang diperoleh yaitu antara intensitas belajar membaca

Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran berbanding lurus.

Hal ini, menunjukkan bahwa semakin intensif siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar membaca Al-Quran maka prestasi belajar baca tulis Al-

Quran akan meningkat dan sebaliknya.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini, antara lain yaitu:

1. Penelitian ini, hanya meneliti keadaan intensitas belajar siswa,

prestasi siswa, korelasi antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII

Page 82: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

73

SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan, dan keadaan

hubungan korelasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini, tidak

sampai pada tahap perbaikan prestasi belajar siswa.

2. Penelitian ini, melibatkan populasi yang sangat sedikit yaitu 20

siswa. Oleh karena itu, hasilnya belum dapat digeneralisasikan

pada kelompok populasi dengan jumlah yang besar.

3. Sulitnya menemukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang

berada di bawah lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren,

khususnya di daerah Kota Tangerang Selatan.

Page 83: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

74

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis

lakukan di bagian sebelumnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa

simpulan yaitu:

1. Intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas

VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong intensif. Hal ini, terbukti

sembilan siswa memiliki kategori intensitas baik dan 11siswa memiliki

kategori intensitas cukup baik.

2. Prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa VII SMP Bahrul Maghfiroh

tergolong baik. Hal ini, terbukti hampir sebagian besar nilai siswa di

atas KKM.

3. Terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan

prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul

Maghfiroh. Hal ini, terbukti bahwa r hitung lebih besar dari pada r

tabel.

4. Hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi

belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh

sangat kuat atau tinggi. Hal ini, terbukti r hitung yang didapat, terdapat

pada rentang 0,70 – 0,90. Maksudnya yaitu semakin intensif siswa

belajar membaca Al-Quran maka prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran

(BTQ) akan semakin baik pula.

B. Implikasi

Hasil penelitian tentang hubungan antara intensitas belajar membaca Al-

Quran dengan prestasi belajara baca tulis Al-Quran merupakan bukti

ilmiah akan pentingnya intensitas belajar membaca Al-Quran. Intensitas

membaca Al-Quran dapat bermanfaat untuk meningkatakan prestasi

belajar baca tulis Al-Quran siswa.

Page 84: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

75

C. Saran

1. Penulis menyarankan kepada siswa sebaiknya siswa konsisten terhadap

kegiatan belajar membaca Al-Quran. Karena kegiatan tersebut, sangat

membantu siswa dalam kegiatan belajar baca tulis Al-Quran di sekolah.

2. Penulis menyarankan kepada guru sebaiknya menyesuaikan alat

evaluasi pembelajaran dengan materi khususnya pada mata pelajaran

baca tulis Al-Quran, agar terungkapnya kemampuan siswa.

3. Penulis menyarankan kepada orang tua murid dan masyaraka,

hendaknya memantau proses pembelajaran siswa khususnya pada mata

pelajaran baca tulis Al-Quran, jangan sampai pembelajaran hanya di

sekolah saja.

Page 85: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Nur. Korelasi antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagaman Siswa di

SMKN 04 Kendal. Semarang: IAIN Walisongo, 2010.

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. Psikologi Kenabian Memahami Eksistensi Kecerdasan

Kenabian. Yoyakarta: Daristy, 2006.

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2011.

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta 2010.

Bayanudin, Abay, dkk. Pendidikan Agama Islam Baca Tulis Al-Quran (BTQ) untuk

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII Semester Ganjil. Jakarta: Duta

Karya Ilmu, 2011.

Burhanuddin, Yusak. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Penyelenggara

Penerjemah Al-Quran, 2005.

Dimiyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009.

Fitriyah, Mahmudah dan Gani, Ramlan Abdul. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:

FITK Press, 2011.

Page 86: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

Hamalik, Oeamar. Dasar-Dasar Penegmbangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2009.

. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Iska, Zikri Neni. Perkembangan Peserta Didik Persepektif Psikologi. Jakarta; Kizi

Brother’s, 2011.

Jamalah, Nur. Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di

SMK Negeri Purwodadi Kab. Grobogan. Semarang: IAIN Walisongo, 2001.

Khalil, Rasyad Hasan. Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam. Jakarta: Amzah,

2011.

Muhaimin, dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2007.

Musyafa, Al. Korelasi Belajar Penddidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial Siswa

Kelas VIII SMPN 31 Semarang Tahun 2009/2010. Semarang: IAIN Walisongo,

2010.

Munadi, Yudi. Media Pemblajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada

Press, 2012.

Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999.

N.K, Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003.

Sabri, H.M Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.

Shabir, Muslish. Trejemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra,

2004.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1999.

Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2011.

Silbermen, Mel. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:

Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam, 2002.

Page 87: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011.

Syarifudin, Tatang. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa, 1979.

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta:

Ar-Rizzmedia, 2011.

Page 88: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

UJI REFERENSI

Nama : Agung Setiawan

NIM : 18100110000010

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi :Hubungan Antara Intensitas Belajar Membaca

Al-Quran dengan Prestasi Belajar Baca Tulis Al-

Quran Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh

Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran

2013/2014

Dosen Pembimbing : Abdul Gofur, M.A

No

Nama Buku

Bab No. Foot

Note

Hlm

Paraf

1

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran.

Psikologi Kenabian Memahami

Eksistensi Kecerdasan Kenabian.

Yoyakarta: Daristy, 2006.

II

15

15

2

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi

Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: Pustaka

Litera Antar Nusa, 2011.

I

1

1

3

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam

Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009.

II

16

16

4

Arifin, Zainal. Evaluasi

Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2012.

II

23, 27

23, 25

5

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2009.

III

4

32

Page 89: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

6

Arikunto, Suharsimi. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,

2005

III

2

31

7

Arikunto, Suharsimi. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

2010.

III

3

31

8

Bayanudin, Abay, dkk. Pendidikan

Agama Islam Baca Tulis Al-Quran

(BTQ) untuk Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Kelas VII Semester

Ganjil. Jakarta: Duta Karya Ilmu,

2011.

II

29

15

9

Burhanuddin, Yusak. Kesehatan

Mental. Bandung: Pustaka Setia,

1999.

II

14

15

10

Departemen Agama RI. Al-Quran

dan Terjemahannya. Jakarta:

Penyelenggara Penerjemah Al-

Quran, 2005.

I

2

2

11

Dimiyati dan Mudjiono. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta, 2009.

II

25

23

12

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2009.

II

1

7

13

Fitriyah, Mahmudah dan Gani,

Ramlan Abdul. Disiplin Berbahasa

Indonesia. Jakarta: FITK Press,

2011.

II

7

11

14

Hamalik, Oeamar. Dasar-Dasar

Penegmbangan Kurikulum.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2009.

II

4

10

15

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara, 2012.

II

2

7

16

Iska, Zikri Neni. Perkembangan

Peserta Didik Persepektif

Psikologi. Jakarta: Kizi Brother’s,

2011.

II

13

14

Page 90: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

17

Khalil, Rasyad Hasan. Tarikh

Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum

Islam. Jakarta: Amzah, 2011.

II

9

11

18

Muhaimin, dkk. Kawasan dan

Wawasan Studi Islam. Jakarta:

Kencana, 2007.

I

1

1

19

Munadi, Yudi. Media Pemblajaran

sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:

Gaung Persada Press, 2012.

II

19

18

20

Munandar, Utami.

Mengembangkan Bakat dan

Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1999.

II

24

23

21

N.K, Roestiyah. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,

2005.

II

11

13

22

Purwanto, Ngalim. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2003.

II

3, 12, 17

8, 13, 16

23

Sabri, H.M Alisuf. Ilmu

Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman

Ilmu Jaya, 1999.

II

18, 21

17, 22

24

Shabir, Muslish. Trejemahan

Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT

Karya Toha Putra, 2004.

I

3

3

25 Shihab, Quraish. Membumikan Al-

Quran. Bandung: Mizan, 1999.

I

1

1

26 Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh.

Jakarta: Kencana, 2011.

II

10

12

27

Silbermen, Mel. Active Learning

101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Yayasan Pengkajian

dan Pengembangan Ilmu-Ilmu

Pendidikan Islam, 2002.

II

5

10

28

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik

Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011.

III

1

30

29

Syarifudin, Tatang. Landasan

Pendidikan. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik

Indonesia, 2009.

II

20

20

Page 91: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak

30

Tarigan, Henry Guntur. Membaca

sebagai suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa,

1979.

II

8

11

31

Thobroni, Muhammad dan

Mustofa, Arif. Belajar dan

Pembelajaran Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran

dalam Pembangunan Nasional.

Yogyakarta: Ar-Rizzmedia, 2011.

II

6, 26

11, 24

32

Abidin, Nur. Korelasi antara Minat

Belaja PAI dan Perilaku

Keberagaman Siswa di SMKN 04

Kendal. Semarang: IAIN

Walisongo, 2010.

II

31

27

33

Musyafa, Al. Korelasi Belajar

Penddidikan Agama Islam dan

Perilaku Sosial Siswa Kelas VIII

SMPN 31 Semarang Tahun

2009/2010. Semarang: IAIN

Walisongo, 2010.

II

32

28

34

Jamalah, Nur. Pengaruh Pemberian

Tugas Terhadap Intensitas Belajar

Agama Siswa di SMK Negeri

Purwodadi Kab. Grobogan.

Semarang: IAIN Walisongo, 2001.

II

30

27

Jakarta, 29 Juni 2014

Pembimbing Skripsi

Abdul Gofur, M.A

NIP.150282506

Page 92: KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR MEMBACA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43671/1/AGUNG... · apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak