koperasi dan perdagangan dalam … · web viewbab xi koperasi dan perdagangan dalam negeri a....

94
KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Upload: dangdan

Post on 29-Apr-2019

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

BAB XI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

A. KOPERASI

1.Pendahuluan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 dinyatakan bahwa koperasi adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial, yaitu sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam GBHN tersebut juga dinyatakan bahwa koperasi harus di-gunakan sebagai salah satu wadah utama untuk membina kemampu-an golongan ekonomi lemah. Demikianlah maka koperasi diberi peranan dan ruang gerak yang luas untuk melaksanakan pem-bangunan diberbagai sektor.

Dalam melaksanakan pembinaan koperasi, yang diutamakan adalah koperasi-koperasi primer. Peranan dan kemampuan kope-rasi, terutama KUD, harus disempurnakan dan ditingkatkan se-hingga tumbuh menjadi koperasi primer yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi desa, serta mengantarkan masyarakat desa menuju kemajuan dan kesejahteraan.

Atas dasar pengertian di atas Repelita III menentukan bahwa pembangunan koperasi diarahkan untuk : (1) meningkatkan kemampuan KUD dan koperasi primer lainnya untuk berprakarsa dan berswakarya; (2) meningkatkan kemampuan koperasi sebagai salah satu wadah utama untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah; (3) meningkatkan kemampuan KUD dan koperasi-koperasi primer lainnya sehingga mampu melayani kepentingan anggota; (4) meningkatkan peranan koperasi dalam berbagai sektor; seperti sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor industri, sektor perlistrikan desa, sektor perkreditan dan sebagainya; dan (5) meningkatkan kemampuan KUD dan koperasi primer lainnya untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi-koperasi primer lain dan dengan usaha-usaha bukan koperasi di wilayah atau di daerah masing-masing.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Pembinaan koperasi yang dilaksanakan dalam rangka pening-katan peranan dan kemampuannya sebagai yang disebut di atas dalam Repelita III dicapai dengan jalan melaksanakan dua pro-

661

gram pokok, yaitu Program Pembinaan Kelembagaan dan Program Pengembangan Usaha Koperasi.

a. Pembinaan kelembagaan

Agar koperasi-koperasi primer yang ada sungguh-sungguh dapat memainkan peranannya demi peningkatan kesejahteraan rakyat, terlebih-lebih rakyat yang masih berpendapatan ren-dah, maka kegiatan koperasi harus sungguh-sungguh didasari oleh asas dan sendi-sendi dasar koperasi. Oleh karena itu pembinaan kelembagaan koperasi, yang mencakup pembinaan orga-nisasi, tata laksana dan pengawasan, selama Repelita III memperoleh perhatian utama.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas pembinaan kelembagaan koperasi diarahkan untuk mencapai delapan tujuan. Pertama, meningkatkan penghayatan setiap anggota koperasi agar masing-masing mampu menghayati fungsi koperasi. Kedua, mempertinggi kemampuan para anggota dan para petugas koperasi untuk berko-perasi agar dengan demikian baik partisipasi dan kesediaan anggota maupun pelaksanaan fungsi alat perlengkapan koperasi seperti Rapat Anggota Tahunan, Pengurus dan Badan Pemeriksa semakin meningkat. Ketiga, mempertinggi kemampuan para anggo-ta pengurus dan badan pemeriksa dalam mengelola koperasi yang mereka pimpin. Keempat, mempertinggi kemampuan para manajer dan pembantu manajer serta karyawan yang lain dalam mengelola usaha koperasi sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Ke-lima, menyempurnakan organisasi dan tatalaksana koperasi-ko-perasi yang ada, serta mendorong pembentukan dan pengembangan unit-unit organisasi serta mendorong peningkatan usahanya di masing-masing wilayah koperasi sesuai dengan kebutuhan para anggotanya. Keenam, menyempurnakan iklim berkoperasi melalui usaha mempertinggi kesadaran masyarakat umum akan besarnya peranan yang dapat dimainkan oleh koperasi demi kepentingan para anggota koperasi maupun bagi bangsa sebagai keseluruhan. Ketujuh, mempertinggi pengawasan demi peningkatan tertib or-ganisasi dan tatalaksana koperasi bersangkutan. Kedelapan, menumbuhkan peranan dan tanggungjawab masyarakat untuk ber-peran serta secara nyata dalam pembangunan koperasi.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai tersebut di atas maka usaha pembinaan kelembagaan koperasi dilaksanakan mela-lui empat kegiatan. Pertama, menyelenggarakan konsultasi da-lam rangka penyempurnaan tertib organisasi dan administrasi, rapat anggota tahunan dan rapat pengurus, serta meningkatkan partisipasi anggota dalam pengelolaan koperasi, menyelengga-rakan konsultasi dalam rangka penerapan sistem akuntansi dan

662

audit bagi koperasi-koperasi primer, dan melaksanakan peme-riksaan pembukuan serta membangun Pusat-pusat Administrasi Usaha yang berfungsi sebagai sarana pendidikan, latihan ke-trampilan dan pembinaan audit. Kedua, menyelenggarakan pendi-dikan, kursus-kursus, latihan keterampilan dan penataran bagi para anggota pengurus, anggota badan pemeriksa, para manajer dan pembantu manajer serta para karyawan koperasi lainnya. Ketiga, menyelenggarakan penyuluhan bagi para anggota kopera-si, serta menyelenggarakan kegiatan penerangan bagi masyara-kat umum melalui radio, televisi dan media masa lainnya. Dan keempat, menumbuhkan peranan dan tanggung jawab masyarakat untuk berperan serta secara nyata dalam pembangunan koperasi.

b. Pembinaan usaha

Usaha suatu koperasi pada hakekatnya merupakan usaha ber-sama sesuai dengan kepentingan dan kegiatan ekonomi para ang-gotanya dalam mewujudkan cita-cita mereka, yaitu peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan para anggota koperasi. Agar ko- perasi dapat sungguh-sungguh bermanfaat bagi para anggotanya, maka usaha suatu koperasi harus dilaksanakan secara berdaya-guna. Karena itu selama Repelita III pembinaan usaha koperasi juga memperoleh, perhatian yang sungguh-aungguh.

Pembinaan usaha dimaksudkan untuk, pertama, meningkatkan keterampilan usaha para manajer, para pembantunya dan karya-wan koperasi yang lain dalam mengelola dan mengembangkan usa- ha koperasi sesuai dengan tugas masing-masing. Kedua, mening- katkan kemampuan permodalan koperasi-koperasi yang ada. Keti- ga, meningkatkan kemampuan usaha koperasi agar koperasi-kope- rasi, khususnya KUD, mampu memanfaatkan kesempatan untuk men- jalankan kegiatan usaha di berbagai bidang, masing-masing se- suai dengan kegiatan usaha anggota-anggotanya.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, pembinaan usaha koperasi dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, per-tama, menyelenggarakan pendidikan, kursus-kursus dan latihan keterampilan bagi para anggota pengurus, anggota badan peme-riksa, para manajer dan pembantu manajer serta para karyawan koperasi seperti yang disebutkan dalam uraian mengenai pem-binaan kelembagaan. Kedua, meningkatkan kemampuan dan membe-rikan kesempatan yang lebih luas kepada koperasi, khususnya KUD, untuk melaksanakan kegiatan usaha di bidang pengadaan pangan, penyaluran sarana produksi pertanian, pemasaran ha-sil-hasil perkebunan rakyat, peternakan rakyat, kerajinan rakyat, pemasaran jasa angkutan dan jasa kelistrikan, serta perkreditan, terutama kredit candak kulak. Ketiga, mengusaha

663

kan agar koperasi-koperasi dapat memperoleh kredit dengan syarat yang memadai. Keempat, meningkatkan kerjasama antara koperasi-koperasi primer masing-masing, khususnya antara KUD dan koperasi-koperasi primer yang lain, antara koperasi di satu pihak dan perusahaan-perusahaan negara serta perusahaan swasta di pihak lain dan antara koperasi dan bank. Kelima, meningkatkan konsultasi dalam rangka pengembangan usaha, me-laksanakan pemeriksaan pembukuan dan pengawasan atas kegiat-an-kegiatan usaha secara teratur, serta melaksanakan pembina-an mengenai cara-cara pemanfaatan kredit yang setepat-tepat-nya. Keenam, membangun dan membina Pusat-pusat Pelayanan Ko-perasi di setiap kabupaten yang masing-masing bertugas secara langsung memberikan bimbingan usaha kepada KUD dengan jalan meiyelenggarakan konsultasi usaha kepada KUD yang mendapatkan pelayanan dari Pusat Pelayanan Koperasi. Ketujuh, meningkat-kan status Lembaga Jaminan Kredit Koperasi menjadi Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi sesuai dengan P.P. No. 51 tahun 1981 dengan tujuan, di samping memberikan jaminan kre-dit yang lebih mantap kepada koperasi-koperasi primer/KUD yang memperoleh kredit dari bank, juga meningkatkan dayaguna dan hasil guna kegiatan usaha koperasi/KUD dengan jalan membe-rikan konsultasi di bidang manajemen, pemasaran, pengolahan dan sebagainya agar koperasi benar-benar dapat berswadaya dan mandiri.

c. Penunjang

Kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai yang diuraikan di atas tak akan dapat dilaksanakan dengan berhasil guna apa-bila tidak ada petugas-petugas pembina yang mampu dan tinggi dedikasinya. Oleh karena itu selama Repelita III juga dilak-sanakan pendidikan, kursus-kursus dan latihan keterampilan bagi para pembina yang telah bertugas dan para pembina yang baru. Selanjutnya, untuk memenuhi data-data yang diperlukan untuk penetapan kebijaksanaan serta untuk peningkatan penge-tahuan para pembina, maka selama Repelita III dilaksanakan juga kegiatan-kegiatan penelitian, baik dalam bidang organi-sasi maupun dalam bidang usaha koperasi.

3. Hasil-hasil yang dicapai

Hasil-hasil yang dicapai, dari pelaksanaan pembinaan kope-rasi, yang mencakup baik pembinaan kelembagaan maupun pembi-naan usahanya, selama Repelita III dapat digambarkan sebagai dibawah ini.

a. Hasil-hasil pembinaan kelembagaan koperasi

664

1) Organisasi koperasi

Tabel XI - 1 menunjukkan bahwa jumlah koperasi pada akhir tahun 1978 ada 17.430 buah. Pada tahun 1983, sampai dengan bulan Desember, terdapat 24.791 koperasi. Ini berarti bahwa selama lima tahun tersebut jumlah koperasi telah meningkat sebesar 42,23%.

Perkembangan jumlah KUD secara khusus juga, tampak dari Tabel XI - Y. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah KUD pada tahun 1978 ada 4.444_buah. Pada akhir bulan Desember tahun 1983 KUD berjumlah 6.327 buah, 42,37% lebih tinggi dibanding dengan pada tahun 1978,

Perkembangan organisasi perkoperasian juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah anggotanya. Dari Tabel XI - 2 tampak bahwa anggota koperasi yang, pada tahun 1978 berjumlah 7.610 ribu orang, lima tahun setelah itu meningkat menjadi 13.612 ribu orang. Jumlah anggota KUD juga tampak meningkat. Anggota KUD yang pada tahun 1978 berjumlah 3.116 ribu orang, pada ta- hun 1983 meningkat dengan lebih dari 200% sehingga menjadi 9.539 ribu orang.

Perkembangan kelembagaan suatu koperasi juga dapat dili-hat dari perkembangan kemampuannya dalam menyelenggarakan ra-pat anggota. Jumlah koperasi yang menyelenggarakan rapat ang-gota tahunan pada tahun 1978 mencapai 3.763 koperasi, atau 21,6% dari seluruh koperasi. Lima tahun setelah itu, yaitu pada tahun 1983, sebanyak 13.761 koperasi, atau 55,5% dari jumlah koperasi yang ada, telah mampu melaksanakan rapat ang- gota tahunan (Tabel XI -3).

Untuk pengelolaan usaha koperasi diperlukan sedikit-di kitnya seorang manajer yang mampu dan terampil dalam bidang manajemen. Dari 4.532 KUD yang ada pada tahun 1979, sebanyak 3.558 KUD atau 78,5% dari padanya telah mempunyai manajer. Pada tahun 1983 sebanyak 4.857 KUD, atau 76,8% dari 6.327 KUD yang ada, telah mempunyai manajer. Koperasi bukan KUD yang telah mempunyai manajer pada tahun 1979 ada 460 buah, atau 3,5% dari 13.093 koperasi bukan KUD yang ada. Dan pada tahun 1983, koperasi bukan KUD yang mempunyai manajer ada 942 buah, atau 5% dari 18.464 Koperasi bukan KUD yang ada (Tabel XI-4).

2) Pendidikaa, latihan dan penataran perkoperasian

Kegiatan pendidikan, latihan dan penataran perkoperasian selama Repelita III dilaksanakan bagi anggota pengurus, ang-

665

TABEL XI - 1

PERKEMBANGAN JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA,1)

1978 – 1983

1) Mencakup Primer, Pusat, Gabungan dan Induk 2) Persentasi terhadap tahun 1978

666

GRAFIK XI - 1

PERKEMBANGAN JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA,

1978 – 1983

667

TABEL XI - 2

PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER,1978 - 1983

Posisi padaAkhir Tahun

AnggotaKoperasi UnitDesa (KUD)

(ribu orang)

Perkem-2)

bangandalampersen

AnggotaKoperasiBukan-KUD

(ribu orang)

Perkem-2)

bangandalampersen

Jumlah(ribuorang)

Perkem-2)

bangandalampersen

Anggotarata-rataper KUD/Koperasi

1978 3.116 - 4.494 - 7.610 - 437

1979 3.965 27,2 3.650 -18,8 7.615 0,1 432

1980 4.543 45,8 3.437 -23.5 7.980 4,9 417

1981 5.290 69,8 4.769 6,1 10.059 32,2 475

1982*) 9.352 200,1 3.414 -24,0 12.766 67,8 547

1983 9.539 206,1 4.073 -9,4 13.612 78,9 549

1) Angka diperbaiki2) Persentasi terhadap tahun 1978

GRAFIK XI – 2

PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER, 1978 – 1983

669

TABEL XI - 3

PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA TAHUNAN,

1978 - 1983

Posisi pada Akhir Tahun

Jumlah Koperasi dan

KUD

Rapat Anggota

KUD danKoperasi

Persenkolom 3

terhadap 2

(1) (2) (3) (4)

1978 17.430 3.763 21,59

1979 17.625 7.364 41,78

1980 19.136 10.508 54,91

1981 21.184 11.207 52,90

1982 23.325 11.796 50,57

1983 24.791 13.761 55,51

TABEL XI - 4

KOPERASI DAN KUD YANG TELAH MEMPUNYAI MANAJER,

1978 - 1983

Posisi padaAkhir Tahun

(1)

K U D Koperasi Non KUD

Jumlah KUD(2)

Manajer

(3)

%1)

(4)

Jumlah Koperasi

(5)

Manajer

(6)

%2)

(7)

1979 4.532 3.558 78,51 13.093 460 3,51

1980 4.710 4.052 86,03 14.426 531 3,68

1981 5.176 4.418 85,36 16.008 644 4,02

1982 5.911 4.754 80,43 17.416 880 5,05

1983 6.327 4.857 76,77 18.464 942 5,10

1) Persen kolom 3 terhadap 2 2) Persen kolom 6 terhadap 5

671

gota badan pemeriksa, para kader, manajer dan karyawan kope-rasi. Tabel XI - 5 menunjukkan bahwa banyaknya petugas atau tenaga koperasi, seperti anggota pengurus, anggota badan pe-meriksa dan sebagainya, yang berkesempatan mengikuti pendi-dikan dan latihan keterampilan cukup memadai. Dari tabel ter-sebut tampak bahwa tenaga koperasi yang memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan perkoperasian dalam tahun 1978/79 ber-jumlah 13.915 orang, dalam tahun 1979/80 17.016 orang, dalam tahun 1980/81 25.907 orang, dalam tahun 1981/82 16.306 orang, dalam tahun 1982/83 21.493 orang, dan dalam tahun 1983/84 berjumlah 24.642 orang.

Di samping pendidikan dan latihan keterampilan kader dari lingkungan koperasi seperti tersebut di atas, dalam tahun-tahun tersebut juga diselenggarakan, pendidikan kader koperasi bagi kelompok-kelompok masyarakat yang meliputi pramuka, pondok pesantren, murid sekolah, mahasiswa, buruh, wartawan dan sebagainya. Perkembangan hasil latihan keterampilan yang di-selenggarakan bagi kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat dilihat dalam Tabel XI - 6.

3) Penerangan perkoperasian

Dalam rangka usaha memasyarakatkan koperasi selama lima tahun juga diadakan kegiatan-kegiatan penerangan. Kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan dalam berbagai bentuk, seperti cera- mah, diskusi, pameran, tulisan-tulisan di surat kabar, maja-lah, buku-buku perkoperasian, dan ada pula yang dilakukan da- lam bentuk siaran radio dan televisi. Perkembangan penyelenggaraan kegiatan penerangan dapat dilihat dalam Tabel XI - 7.

Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa selama lima ta-hun terakhir telah banyak hasil yang dicapai dalam usaha pe-ngembangan organisasi, kegiatan pendidikan, latihan dan pena-taran. Di samping itu telah banyak pula diadakan penerangan dalam usaha memasyarakatkan koperasi.

b. Hasil-hasil pembinaan usaha koperasi

Kegiatan bimbingan dan pengembangan usaha koperasi yang dilaksanakan selama Repelita III sebagai keseluruhan telah menghasilkan perkembangan peningkatan nilai usaha koperasi sebagaimana terlihat dalam Tabel XI - 8. Data yang ada, yang telah dituangkan dalam tabel tersebut, menunjukkan bahwa ni-lai usaha KUD dan koperasi-koperasi yang lain yang pada tahun 1978 baru mencapai Rp 162,8 milyar, dalam tahun 1983 telah mencapai Rp. 2.114,4 milyar.

672

TABEL XI - 5

PERKEMBANGAN.JUMLAH KADER DARI_ LINGKUNGANKOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN,

1978/79 - 1983/84

1) Pusat Pelayanan Koperasi2) Pusat Administrasi Usaha

673

TABEL XI - 6

PERKEMBANGAN JUMLAH KADER DARI LINGKUNGANKELOMPOK MASYARAKAT YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN

PERKOPERASIAN,1979/80 - 1983/84

(orang)

R E P E L I T A IIINo. Jenis Pendidikan

1979/80 1980/81 1981/82 1982/83 1983/84

1. Primer KOPINDO 1) 140 140 30 222 1202. Kop. PEPABRI 60 30 30 30 303. Kop. Sekolah 60 60 30 185 4244. Kop. Wanita 60 30 50 60 4375. Kop. Wartawan 30 30 60 30 256. Kop. Simpan Pinjam 60 60 - 120 -7. Kop. Veteran 30 80 - - -8. Kop. HANKAM 30 40 - - -

9. PLKB2) 30. 30 - 30 -10. Pelatih Dewan Koperasi 60 30 - 30 -11. Pengajar Dosen-dosen 20 20 - 30 -12. Kop. Buruh 30 30 30 30 35113. Kop. Werdatama - - - - 3014. Pemuka Gereja - - - 30 -15. Kop. Angkutan - - - 68 -

Jumlah : 610 580 230 865 1.417

1) Terdiri dari koperasi : - Pramuka- Pondok Pesantren- Pemuda dan Pemuda Kosgoro - Mahasiawa

2) Penyuluh lapangan Keluarga Berencana

674

TABEL XI - 7

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENERANGAN PERKOPERASIAN,1979/80 - 1983/84

675

TABEL XI - 8

PERKEMBANGAN SIMPANAN ANGGOTA, MODAL 1)DAN NILAI USAHA KOPERASI,

1978 – 1983

Posisi pada Akhir Tahun

Jumlah Simpanan (Juta Rp)

Perkembangan3)

dalam persenJumlah Modal Usaha

(Juta Rp)Perkembangan3)

dalam persenJumlah Nilai Usaha

(juta Rp)Perkembangan3)

dalam persen

1978 20.074,2 - 92.905,7 - 162.805,0 -

1979 22.081,6 10,0 102.196,2 9,9 491.981,0 202,2

1980 54.638.9 172,2 346.969,4 273,5 1.620.752,6 895,5

1981 80.892,2 303,0 513.683,9 452,9 1.663.360,1 921,7

1982 103.071,02) 413,5 595.403.6 540,9 2.322.077,02) 1.326,3

1983 124.991,0 522,6 537.600,0 478,7 2.114.434,0 1.198,8

1) Tabel diperbaiki2) Angka diperbaiki3) Persentasi terhadap tahun 1978

676

Untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai perkem-bangan usaha KUD dan koperasi-koperasi lainnya selama lima tahun tersebut di bawah ini disajikan uraian yang lebih ter-perinci.

1) Pemasaran pangan

Kesempatan bagi KUD untuk melaksanakan pembelian gabah atau beras dari para petani telah dibuka dalam rangka penga-daan sarana Penyangga Pemerintah dan dimaksudkan untuk menca-pai dua tujuan. Pertama, agar para petani dapat lebih memper-oleh jaminan bahwa mereka akan sungguh-sungguh memperoleh harga yang sesuai dengan harga dasar. Dan kedua, agar KUD memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan usahanya, dan dengan demikian KUD dapat semakin meningkatkan peranannya dalam kegiatan perekonomian pedesaan.

Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, setiap KUD wajib membe-li gabah dan beras yang ditawarkan oleh petani kepadanya de-ngan harga yang sesuai dengan kebijaksanaan harga dasar yang berlaku. Beras dan gabah yang telah dibelinya dari petani ke-mudian dijual kepada Sub Dolog setempat dengan harga yang te-la ditetapkan. Sebagian kecil dari pembelian yang dilakukan dapat dijual di pasaran umum.

Gambaran mengenai perkembangan jumlah KUD dan kegiatan usahanya dalam pemasaran pangan selama tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat pada Tabel XI - 9. Dalam tabel tersebut disajikan angka-angka yang menunjukkan per-kembangan sumbangan KUD dalam pengadaan dalam negeri yang di lakukan oleh Pemerintah selama lima tahun itu.

Dari angka-angka dalam tabel tersebut tampak bahwa dalam tahun 1978/79 terdapat 2.127 KUD yang ikut serta dalam penga-daan pangan yang berhasil mengumpulkan beras sebanyak 444,5 ribu ton beras untuk sarana penyangga Pemerintah. Dalam tahun 1982/83 sebanyak 3.191 KUD ikut serta melaksanakan pengadaan pangan dan sebagai keseluruhan berhasil mengumpulkan beras sebanyak 1.932,7 ribu ton. Dalam tahun 1983/84 KUD yang ikut serta melaksanakan pengadaan pangan berjumlah 3.391 buah, dan sebagai keseluruhan berhasil mengumpulkan beras sebanyak 851,7 ribu ton.

Sumbangan KUD dalam pembelian beras produksi dalam negeri untuk sarana penyangga Pemerintah, dalam tahun 1978/79 meli-puti 50,45% dari 881 ribu ton, tahun 1982/83 meliputi 99% da

677

TABEL XI - 9

PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS STOCK NASIONAL OLEH KUD,

1978/79 - 1983/84

Pengadaan berasPerjanjian Kredit yang

Ditandatangani

TahunJumlah KUD

Jumlah Beras*)(ribu ton) Jumlah KUD

Jumlah Kredit(juta Rp)

1978/79 2.127 444,5 2.554 17.998,9

1979/80 1.764 357,4 2.925 19.000,0

1980/81 1.865 1.439,9 2.888 20.404,0

1981/82 1.879 1.973,5 2.271 24.794,4

1982/83 3.191 1.932,7 3.191 40.000,0

1983/84 3.391 851,7 2.554 37.736,3

*) Dari data yang ada tidak dapat dibedakan antara yang dilakaanakan oleh KUD masing-masing aecara murni dan yang dilaksanakan dengan kerjasama dengan pengusaha bukan KUD.

678

ri 1.951,3 ribu ton dan dalam tahun 1983/84 meliputi 71,23% dari 1.195,7 ribu ton.

Sebagian kecil dari hasil pembelian beras dari para petani yang dilakukan oleh KUD dijual di pasaran umum. Besarnya penjualan beras ke pasaran umum yang dilakukan oleh KUD dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel XI - 10.

2) Pemasaran palawija

Sejak tahun 1978 KUD secara berangsur-angsur juga diikut sertakan dalam kegiatan pembelian jagung yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar jagung. Kebijaksanaan itu ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka mengusahakan agar para petani produsen jagung dapat memperoleh harga yang layak untuk jagung yang dijualnya.

Banyaknya jagung yang oleh KUD dapat dibeli dengan harga dasar dari para petani dalam tahun 1978/79 berjumlah 4,7 ribu ton, pada tahun 1982/83 32,8 ribu ton dan dalam tahun 1983/84 mencapai 7,9 ribu ton.

Sejak tahun 1979 telah ditetapkan pula harga dasar untuk kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Pola pembelian ketiga jenis komoditi tersebut oleh Pemerintah ditetapkan sama de-ngan pola pembelian jagung, yaitu melalui KUD. Pembelian ke-delai dan kacang hijau yang dilakukan oleh KUD untuk pengada-an Pemerintah masing-masing dalam tahun 1979/80 mencapai 7.142 ton dan 2.248 ton, tahun 1982/83 mencapai 229 ton dan 308 ton dan dalam 1983/84 sampai dengan bulan Mei 1983 ma-sing-masing mencapai 43 ton dan 306 ton.

3) Penyaluran sarana produksi pertanian

Sejak lama KUD juga diberi kesempatan untuk ikut serta melaksanakan penyaluran sarana.produksi pertanian, khususnya pupuk dan obat-obatan pertanian. Perkembangan penyaluran sa-rana produksi pertanian oleh KUD selama Repelita III dapat diikuti dalam Tabel XI - 11. Dari tabel tersebut tampak bahwa sebagai keseluruhan KUD dalam musim tanam 1978/79 berhasil menyalurkan pupuk kepada para petani sebanyak 394 ribu ton atau 30,6% dari 1.287,2 ribu ton. Dalam musim tanam 1982/83 sebanyak 2.874 KUD berhasil menyalurkan 547,9 ribu ton pupuk atau 9,2% dari 5.934,3 ribu ton dan dalam musim tanam 1983/84 berhasil menyalurkan pupuk kepada para petani sebanyak 640,2 ribu.ton, atau 14% dari seluruh penyaluran pupuk dalam musim

679

TABEL XI - 10

PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS UNTUK PASARANUMUM OLEH KUD,

1978/79 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

680

TABEL XI 11

PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK DAN OBAT-OBATAN *)PERTANIAN OLEH KUD,

(Musim Tanam 1978 - Musim Tanam 1983/84)

*) Tabel diperbaiki

681

tanam bersangkutan yang berjumlah 4.554 ribu ton. Obat-obatan pertanian yang berhasil disalurkan kepada para petani dalam musim 1978/79 mencapai 1.615 ribu kg/lt, dalam musim tanam 1982/83 mencapai 3.388 ribu kg/lt, sedangkan dalam musim ta-nam 1983/84 mencapai 6.038 ribu kg/lt.

4) Pemasaran hasil-hasil perkebunan rakyat

Kepada koperasi-koperasi yang berkegiatan dalam perkebun-an rakyat juga telah banyak diberikan pembinaan dalam bidang usaha, terutama kepada koperasi-koperasi yang menangani pema-saran kopra, cengkeh dan tebu rakyat. Hasil dari pembinaan yang diberikan kepada koperasi-koperasi tersebut selama Repe-lita III dapat dilihat dari uraian di bawah ini.

Perkembangan usaha koperasi dalam pemasaran kopra tidak begitu menggembirakan seperti tampak dalam Tabel XI - 12. Se-baliknya usaha koperasi dalam pemasaran cengkeh menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Dari Tabel XI - 13 tampak bahwa hasil kegiatan pemasaran cengkeh yang dilaksanakan oleh kope- rasi makin meningkat. Pembelian cengkeh yang dilakukan oleh koperasi dalam tahun 1978 berjumlah 1,7 ribu ton dengan nilai Rp. 6,8 milyar. Realisasi penjualannya meliputi 1,3 ribu ton dengan nilai Rp. 5,1 milyar. Pada tahun 1983, cengkeh yang berhasil dibeli oleh koperasi berjumlah 20,4 ribu ton dengan nilai Rp.152,9 milyar, dan penjualannya mencapai 19,1 ribu ton dengan nilai Rp.157,4 milyar.

KUD di Jawa sejak tahun 1981 telah memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang tebu rakyat intensi-fikasi (TRI). Pemberian kesempatan kepada KUD untuk berke-giatan di bidang TRI tersebut dimaksudkan untuk melayani pe-tani tebu, terutama dalam perkreditan dan dalam pemasaran gu-la yang merupakan bagian mereka. Kredit yang disalurkan KUD meliputi kredit yang diperlukan para petani tebu untuk peng-garapan tanah, pembibitan, penebangan dan angkutan.

KUD yang bergerak dalam usaha TRI pada tahun 1981/82 ber-jumlah 599 buah, yang lokasinya tersebar di daerah-daerah Ja-wa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta dan Jawa Timur. Jumlah KUD. yang bergerak dalam usaha TRI dalam tahun 1983/84 mening- kat sedikit menjadi 621 buah (Tabel XI- 14).

5) Pembinaan usaha koperasi di bidang perikanan rakyat

Selama Repelita III pembinaan usaha koperasi juga diberi-kan kepada koperasi-koperasi yang bergerak di bidang perika

682

TABEL %I - 12

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN,1978 – 1983

*) Angka diperbaiki

683

TABEL XI - 13

PERKEMBANGAN USAHA KUD DALAM PEMASARAN CENGKEH, 1978 - 1983

Tahun Jumlah KUD

Pembelian. Penjualan

(ton) (juta Rp) (ton) (juta Rp)

1978 35 1.683,8 6.774,8 1.254,8 5.073,4

1979 50 5.763,9 28.312,9 5.728,9 28.962,2

1980 123 11.581,3 76.780,9 11.242,0 87.363,4

1981 165 13.544,7 97.852,5 13.004,6 103.982,8

1982*) 138 24.609,9 84.574,8 18.788,1 150.304,5

1983 264 20.380,5 152.853,8 19.130,4 157.395,2

*)Angka diperbaiki

684

TABEL XI - 14

PERKEMBANGAN PENGADAAN GULA TRI OLEH KUD,1981/82 - 1983/84

Tahun Jumlah KUD Jumlah Gula TRI2)

ton )Rata-rata per KUD

( ton )

1981/82 599 457.068 763

1982/83 651 556.900 855

1983/841) 621 652.200 1.050

1) Angka 8ementara2) Tebu Rakyat Intensifikasi

685

nan rakyat. Dari Tabel XI - 15 terlihat bahwa koperasi yang ikut serta melaksanakan pemasaran ikan pada tahun 1978 ber-jumlah 347 buah. Pada tahun 1983 jumlah tersebut meningkat menjadi 615 buah. Nilai usaha koperasi perikanan pada tahun 1978 mencapai Rp. 2,6 milyar. Pada tahun 1983 nilai usaha ko- perasi itu mencapai Rp. 70,1 milyar. Peningkatan yang sangat menyolok itu antara lain disebabkan oleh meningkatnya pembi-naan koperasi yang berkegiatan dalam usaha-usaha perikanan, oleh adanya bantuan Pemerintah dalam rangka modernisasi nela- yan tradisional, dan karena adanya Keppres No.39/80 yang me-larang kegiatan kapal-kapal trawl.

6) Pembinaan usaha koperasi di bidang peternakan rakyat

Beberapa kegiatan koperasi yang bekerja dalam usaha pe-ternakan, antara lain, adalah pengadaan bibit unggul, penye-diaan makanan ternak dan pemasaran hasil-hasil peternakan. Tabel XI 16 menunjukkan bahwa pada tahun 1978 terdapat 113 koperasi yang bergerak di bidang peternakan. Pada tahun 1983 jumlah itu meningkat menjadi 491 buah. Nilai usaha koperasi di bidang peternakan pada tahun 1978 secara keseluruhan ham-pir mencapai Rp. 0,5 milyar. Pada tahun 1983 nilai usaha itu mencapai Rp.61,0 milyar. Peningkatan yang sangat tinggi itu disebabkan antara lain oleh dilaksanakannya pengadaan sapi dari luar negeri bagi para peternak anggota koperasi.

Dalam rangka pengembangan usaha koperasi di bidang peter-nakan, telah dibina pula koperasi-koperasi yang berkegiatan dalam produksi dan pemasaran susu. Koperasi-koperasi tersebut berhasil menyelenggarakan kegiatan pemasaran susu hasil pro-duksi para peternak kecil dengan cara dan syarat yang mengun-tungkan bagi para peternak anggotanya. Perkembangan jumlah koperasi susu dan nilai usahanya selama lima tahun dapat di lihat pada Tabel XI - 17. Pada tahun 1978 jumlah koperasi su-su baru mencapai 11 buah dengan anggota sebanyak 2.174 peter- nak. Pada tahun 1983 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 173 buah dengan anggota sebanyak 41.732 peternak. Selanjutnya sapi betina yang dikelola oleh.para anggota koperasi susu pa-da tahun 1978 berjumlah 16,5 ribu ekor. Dalam tahun-tahun berikutnya jumlah sapi tersebut meningkat terus sehingga pada tahun 1983 mencapai 117,5 ribu ekor. Susu yang dikelola pema- sarannya oleh koperasi pada tahun 1978 berjumlah 3,8 juta li- ter atau 6,1% dari produksi susu dalam negeri yang berjumlah 62 juta liter. Pada tahun 1983 jumlah tersebut meningkat men-jadi 130 juta liter, atau 90,9% dari seluruh produksi susu dalam negeri yang pada tahun itu berjumlah 143 juta liter.

686

TABEL XI - 15

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI PERIKANAN RAKYAT,

1978 – 1983

Tahun Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Nilai Usaha (Juta Rp)

1978 347 51.793 2.648,9

1979 369 62.237 3.902,2

1980 370 63.481 3.980,2

1981 449 94.013 57.129,4

1982 585 120.414 71.432,1

1983 615 133.802 70.070,0

687

TABEL XI - 16

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI DI•BIDANG PETERNAKAN,

1978 - 1983

Tahun Jumlah KoperasiJumlah Anggota

(orang)Nilai Usaha(Juta Rp)

1978 113 7.096 477,4

1979 124 7.450 525,1

1980 124 10.900 1.470,0

1981 215 34.173 28.800,0

1982 *) 469 45.281 4Q.969,8

1983 491- 48.383 61.046,5

*) Angka diperbaiki

688

TABEL XI - 17

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI SUSU/KUD UNIT SUSU,1978 – 1983

1) Angka diperbaiki2) Produksi susu sapi betina yang dalam kondisi laktasi rata-rata

per ekor dalam setiap harinya.

689

(7) Perkembangan usaha koperasi industri kecil/kerajinan rakyat.

Kemajuan-kemajuan usaha koperasi kerajinan rakyat selama Repelita III dapat dilihat dalam Tabel XI - 18. Koperasi yang bergerak dalam usaha kerajinan rakyat pada tahun 1978 berjum-lah 318 buah. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah itu mening-kat terus sehingga pada tahun 1983 ada 675 koperasi yang be-kerja dalam usaha kerajinan rakyat. .

Nilai usaha koperasi kerajinan rakyat pada tahun 1978 mencapai Rp.22,5 milyar. Pada tahun 1983 nilai usaha itu me-ningkat menjadi Rp.210,1 milyar.

8) Pembinaan usaha perkreditan

Selama tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1983/84 pembina-an usaha koperasi juga meliputi bidang perkreditan, terutama, perkreditan bagi penduduk pedesaan yang mempunyai usaha kecil-kecilan. Perkreditan itu disebut Kredit Candak Kulak atau di-singkat KCK. Gambaran mengenai perkembangan pelaksanaan ke-giatan KCK selama Repelita III disajikan pada Tabel XI - 19. Dari tabel tersebut tampak bahwa sebanyak 1.596 Koperasi dan KUD ikut serta menyelenggarakan KCK pada akhir Desember 1978, dengan nasabah sebanyak sekitar 2 juta orang dan Kredit yang diberikan mencapai Rp. 13,9 milyar. KUD yang berhasil menye-lenggarakan KCK pada bulan Desember 1983 berjumlah 4.286 bu-ah, dan nasabah yang mendapat kesempatan untuk memperoleh kredit berjumlah 12,2 juta orang, sedangkan jumlah kredit yang diberikan kepada para nasabah mencapai Rp.145,7 milyar.

KCK dapat diperoleh dengan prosedur yang sederhana dan dengan bunga yang ringan. Dengan demikian penyelenggaraan KCK oleh KUD sangat besar manfaatnya bagi sebagian besar rakyat di daerah-daerah pedesaan yang pada umumnya termasuk golongan ekonomi lemah, terutama bagi para pedagang kecil/bakul.

Untuk memperoleh gambaran mengenai penyebaran pelaksanaan KCK di daerah-daerah dapat dilihat Tabel XI - 20. Dalam tabel tersebut ditunjukkan jumlah KUD yang melaksanakan KCK, jumlah nasabah yang memperoleh manfaat dari padanya dan jumlah kre-dit yang telah dikeluarkan di setiap Daerah Tingkat I. Dari tabel tersebut tampak bahwa kegiatan KCK juga telah dilaksa-nakan di Timor Timur, walaupun jumlah koperasi, nasabah dan kreditnya masih sangat sedikit. Pelaksanaan KCK yang menonjol terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Koperasi yang ikut serta dalam pelaksanaan KCK di Jawa Timur pada

690

TABEL XI - 18

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT,

1978 – 1983

Tahun Jumlah Koperasi

Jumlah Anggota Nilai Usaha (juta Rp)

1978 318 32.348 22.498,3

1979 324 33.398 23.333,1

1980 334 39.286 100.676,4

1981 384 58.022 148.691.2

1982 644 59.536 208.167,6

1983 675 65.201 210.147,3

691

TABEL XI - 19PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK, *)

1978 – 1983

Pelaksanaan Pemberian Kredit

Posisi padaAkhir Desember

Jumlah Koperasi

Jumlah Nasabah

Jumlah Kredit (Juta Rp)

1978 1.596 2.289.873 13.879,2

1979 2.400 4.395.986 30.396,9

1980 3.050 6.429.675 50.150,6

1981 3.621 8.485.051 80.447,1

1982 3.621 10.819.152 113.688,5

1983 4.286 12.235.014 145.684,2

*) Tabel diperbaiki sesuai dengan posisi padaakhir bulan Desember tahun bersangkutan

692

TABEL XI - 20

DATA PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAKDI MASING-MASING DAERAH TINGKAT I,

Per Akhir Desember 1983

693

akhir Desember 1983 berjumlah 742 buah dengan nasabah hampir mendekati 3 juta orang dan kredit yang diberikan mencapai Rp.33,8 milyar. Di Jawa Tengah, 625 koperasi dengan nasabah lebih dari 3 juta orang ikut serta, dan kredit yang diberikan mencapai Rp. 31,2 milyar. Sedang di Jawa Barat yang ikut serta ada 601 koperasi dengan nasabah sekitar 2 juta orang; kredit yang dikelolanya meliputi Rp.17,5 milyar.

9) Pemasaran jasa angkutan

Pembinaan koperasi yang menangani jasa angkutan juga te-lah digalakkan sejak permulaan Repelita III. Koperasi-kopera-si yang bergerak dalam usaha angkutan ada yang berkegiatan dalam jasa angkutan darat, ada yang dalam angkutan laut, dan ada yang bergerak dalam angkutan sungai. Dewasa ini ada 165 koperasi dengan anggota sebanyak 29.362 orang yang berkegiat-an dalam usaha angkutan, yang lokasi dan wilayah usahanya tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai keseluruhan anggota-anggotanya memiliki sekitar 7.352 buah kendaraan, yang terdi- ri dari armada angkutan darat dan sungai 5.550 buah, dan ar-mada angkutan laut 1.802 buah.

10) Pemasaraa jasa kelistrikan

Sebagai proyek perintis dalam tahun 1978 telah didirikan tiga koperasi listrik pedesaan, yaitu Koperasi Listrik Pede-saan "Sinar Siwo Mego" di kabupaten Lampung Tengah, Koperasi Listrik Pedesaan "Sama Botuna" di kabupaten Luwu, dan Kopera- si Listrik Pedesaan "Sinar Ainjani" di kabupaten Lombok Ti-mur. Ketiga proyek ini hingga sekarang belum selesai pem-bangunannya karena sulitnya mendapatkan generator set yang diperlukan. Apabila ketiga proyek tersebut selesai dibangun, maka Koperasi "Sinar Siwo Mego" diharapkan akan dapat menye-diakan listrik untuk 23.000 rumah di 108 desa di Lampung Te-ngah, Koperasi "Sama Botuna" akan dapat melistriki 15.000 bu-ah rumah di 65 desa di Luwu, Sulawesi Selatan, dan Koperasi "Sinar Rinjani akan dapat menyediakan listrik untuk 23.500 rumah di 34 desa di Lombok Timur. Ketiga koperasi listrik pe-desaan tersebut direncanakan menangani pembangkitan tenaganya maupun distribusinya.

Di samping itu pengembangan listrik pedesaan oleh kopera-si juga dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara. Secara bertahap, sesuai dengan kemampuannya, koperasi-koperasi yang ada, khususnya Koperasi-koperasi Unit Desa, juga diberi kesempatan berperanan dalam listrik pedesa-an, sehingga koperasi-koperasi akan turut bertanggung jawab

694

sebagai distributor listrik di pedesaan dengan memanfaatkan tenaga listrik yang dibangkitkan dan disediakan oleh PLN. Be- berapa koperasi dan KUD telah berperan sebagai distributor listrik di pedesaan dengan memanfaatkan tenaga listrik yang dibangkitkan dan disediakan oleh PLN. Koperasi dan KUD yang berkegiatan di bidang listrik pedesaan pada tahun 1982/83 berjumlah 118 buah yang tersebar di daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Barat. Pada tahun 1983/84, jumlah koperasi dan KUD yang bergerak di bidang lis-tik pedesaan kerjasama dengan PLN meningkat menjadi 298 buah yang tersebar di 20 Propinsi. Di samping itu terdapat 38 buah koperasi yang berkegiatan dibidang kelistrikan desa atas dasar swadaya.

11) Permodalan Koperasi

Salah satu sumber permodalan koperasi adalah simpanan anggota. Tabel XI-8 menunjukkan bahwa simpanan anggota kope-rasi secara keseluruhan pada tahun 1978 berjumlah Rp.20,1 milyar. Pada tahun 1983 simpanan itu telah meningkat menjadi Rp.125,0 milyar.

Di samping diperoleh dari simpanan anggota, modal kopera-si juga diperoleh melalui pinjaman dari Bank Pemerintah. Se-bagai contoh, setiap KUD yang turut serta dalam pengadaan be- ras untuk sarana penyangga Pemerintah memperoleh kredit dari bank dengan syarat-syarat ringan. Untuk kegiatan itu plafond kredit yang disediakan untuk semua KUD setiap tahun berkisar antara Rp.18,0 milyar dan Rp.40,0 milyar.

Pinjaman dari bank yang diperlukan untuk membiayai usaha lain dapat diperoleh koperasi dengan jaminan dari Lembaga Ja-minan Kredit Koperasi (LJKK) yang sejak tahun 1981 ditingkat- kan statusnya menjadi Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (PERUM PKK). Jumlah jaminan dan kredit yang memper-oleh jaminan dari Lembaga/Perum tersebut dalam tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel XI-21. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jaminan kredit yang dikelu-arkan pada tahun 1978/79 berjumlah Rp.22,0 milyar. Pada tahun 1083/84 jaminan kredit itu telah meningkat sehingga mencapai Rp.117,2 milyar. Nilai kredit yang dijamin oleh Lembaga/Perum tersebut pada tahun 1978/79 mencapai Rp.147,8 milyar. Pada ta- hun 1982/83 nilai kredit yang dijamin meningkat sehingga men-capai Rp.270,9 milyar. Pada tahun•1983/84 nilai kredit yang dijamin hampir mencapai Rp.130,0 milyar.

695

TABEL XI - 21

PERKEMBANGAN JAMINAN DAN JUMLAH KREDIT YANG DIJAMIN

OLEH LJKK 1) PERUM P.K.K.,2)

1978/79 - 1983/84

Posisi Pada Akhir Tahun

KUD/Koperasi Penerima Kredit

Jaminan (Juta Rp)

Nilai Kredit

(Juta Rp)

1978/79 19.030 21.956,1 147.779,5

1979/80 17.034 17.460,8 114.509,5

1980/81 12.201 46.780,0 162.735,9

1981/82 7.435 104.526,7 209.519,7

1982/83 11.334 127.700,7 270.879,0

1983/84 2.105 117.202,0 129.663,0

1) Lembaga Jaminan Kredit Koperasi2) Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi

696

Dengan makin meningkatnya simpanan anggota koperasi dan makin meningkatnya kredit dari Bank Pemerintah yang diperoleh dengan syarat-syarat ringan serta berkat semakin besarnya jum1ah kredit dari Bank yang diperoleh dengan jaminan LJKK/ PEMUM PKK, maka modal usaha koperasi selama tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1983/84 juga semakin meningkat. Gambaran mengenai perkembangan modal koperasi selama Repelita III da-pat dilihat dalam Tabel XI-8. Modal koperasi yang pada tahun 1978 baru berjumlah Rp.92,9 milyar, pada tahun 1983 telah me-ningkat menjadi Rp.537,6 milyar.

c. Hasil-hasil kegiatan penunjang

Untuk melaksanakan pembinaan koperasi secara teratur, ma-ka selama Repelita III juga dilaksanakan kursus-kursus bagi para petugas Departemen Koperasi yang bertugas sebagai pem-bina, baik bagi para petugas pembina yang telah bertugas mau-pun bagi para pembina yang masih baru. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan akan data yang diperlukan untuk menetapkan kebijaksanaan, baik kebijaksanaan jangka pendek maupun kebi-jaksanaan jangka panjang, setiap tahun juga diselenggarakan kegiatan penelitian perkoperasian, baik dalam bidang organi-sasi maupun dalam bidang usaha. Uraian singkat mengenai ha-sil-hasil pembinaan bagi para pembina dan penelitian-pene-litian yang telah dilakukan selama Repelita III adalah sebagai berikut.

1) Pendidikan tenaga pembina koperasi

Pembinaan tenaga-tenaga dari lingkungan koperasi pada umumnya diberikan oleh pembina-pembina dari lingkungan Peme-rintah, oleh karena itu tenaga pembina tersebut juga perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Pendidikan, kursus dan latihan yang diselenggarakan bagi para pembina da-ri lingkungan Departemen Koperasi meliputi bidang-bidang ke-pemimpinan, akuntansi, perkreditan, auditing, perstatistikan dan sebagainya.

Perkembangan jumlah tenaga pembina yang telah berkesem-patan mengikuti.kursus dari tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel XI-22. Dari tabel tersebut tanpak bahwa pembina koperasi yang telah memperoleh kesempat-an mengikuti kursus dalam tahun 1978/79 berjumlah 2.414 orang, dan pada tahun 1983/84 berjumlah 2.819 orang.

697

TABEL XI - 22PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA DARI LINGKUNGAN

PEMERINTAH YANG NENPEROLEH PENDIDIKAN PEMBINAPERKOPERASIAN,

1978/79 - 1983/84(orang)

1) Pengelola Pusat Latihan dan Penataran Perkoperasian

2) Angka diperbaiki

698

2) Penelitian perkoperasian

Penelitian perkoperasian yang dilaksanakan dalam tahun 1979/80 meliputi, antara lain, penelitian mengenai faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan fungsi manajer KUD, dan Study kelayakan mengenai usaha penyaluran bahan pokok oleh KUD di daerah-daerah transmigrasi.

Penelitian yang telah dilaksanakan dalam tahun 1980/81, antara lain, mencakup penelitian mengenai Pola pembinaan dan pengembangan koperasi di bidang perikanan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara; "feasibility study" mengenai "Cooperative Network" sebagai Lembaga pemasaran penunjang usaha peningkatan produksi palawija di Jawa Timur, Lampung Sulawesi Selatan; kemungkinan pengembangan Administrasi usaha Koperasi menuju ke Federasi Audit Koperasi di Jawa Ba-rat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara; kerjasama antara koperasi dengan badan-badan usaha lain, dan mengenai usaha-usaha untuk memupuk dan memperkuat permodalan koperasi.

Dalam tahun 1981/82, penelitian yang dilaksanakan menca-kup penelitian mengenai dayaguna pengadaan pangan melalui KUD dan non KUD penelitian hasih-hasil latihan dan penataran perkoperasian; penelitian mengenai dayaguna penyediaan bahan baku oleh koperasi di bidang industri kecil dan kerajinan rakyat; penelitian tentang persoalan dan manfaat kerjasama antar koperasi; dan pengkajian mengenai pelaksanaan kredit candak kulak dan manfaatnya bagi masyarakat.

Penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 1982/83 mencakup penelitian mengenai dayaguna pengadaan pangan oleh KUD di Ja-wa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Barat; penelitian mengenai efisi-ensi kegiatan usaha KUD menuju swadaya di Jawa Timur; dan pe-ne1itian terapan untuk memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perkoperasian (Pendekatan sosial ekonomi KUD) Jawa Barat.

Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 1983/84 mencakup antara lain survai kajian pelaksanaan Pro-gram Tabu Rakyat Intensifikasi melalui KUD di D.I. Yogyakarta dan Jawa Timur; penelitian tentang Peranan KUD dalam kegiatan Pasca Panen di Jawa Timur dan Sulawes1i Selatan; dan Peneliti- an tentang Pemupukan Permodalan Koperasi di beberapa propinsi.

699

B. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Tujuan pembangunan perdagangan dalam negeri dalam Repe-lita III adalah, pertama, meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyaluran sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Ke-dua, meningkatkan peranan pedagang nasional, khususnya peda-gang kecil golongan ekonomi lemah di dalam kegiatan perda-gangan pada khususnya dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Un-tuk dapat mencapai tujuan tersebut maka pembangunan perda-gangan dalam negeri diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut. Pertama, penyempurnaan prasarana pemasaran, baik prasarana fisik maupun prasarana kelembagaan. Kedua, meningkatkan kemampuan usaha lembaga dan badan pemasaran agar dapat melaksanakan kegiatannya dengan dayaguna yang semakin meningkat. Ketiga, memperluas pasaran untuk mendukung kegiat-an produksi dalam negeri. Keempat, meningkatkan pembinaan usaha pedagang kecil golongan ekonomi lemah.

1. Kebijakasanan dan langkah-langkah

Uaaha untuk mewujudkan sasaran-sasaran tersebut dalam Re-pelita III umumnya dan khususnya tahun kelima (1983/84) telah dilakukan berbagai kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai berikut

a. Menjaga kemantapan harga

Sasaran-sasaran perdagangan dalam negeri sebagaimana di-cantumkan dalam Repelita III tidak akan terwujud, apabila harga bahan-bahan produksi, barang-barang konsumsi dan harga jasa selalu bergejolak. Dalam Repelita III usaha untuk meman-tapkan harga-harga tersebut telah dilakaanakan melalui se-rangkaian tindakan seperti dikemukakan di bawah ini.

1) Meningkatkan dayaguna dan hasilguna psnyaluran barang

Untuk mengusahakan mantapnya harga-harga telah diusahakan agar persediaan barang dan jasa dapat memenuhi kebutuhan ma-syarakat pada tingkat harga yang wajar, yaitu dengan cara me-ngembangkan dan menyebarkan persediaan di pusat-pusat yang lebih dekat dengan daerah-daerah konsumsi. Di samping itu, juga telah ditingkatkan koordinasi yang efektip antara sek-tor-sektor industri, pemasaran dan angkutan agar pengadaan dapat diselenggarakan menurut jadwal waktu dan jumlah barang yang sesuai dengan kebutuhan. Semakin baiknya stabilisasi harga pada tahun 1983/84 disebabkan karena semakin diting-katkannya usaha-usaha : (i) Pengadaan barang dan bahan yang

700

cukup mantap sehingga memungkinkan jarang terjadinya kelang-kaan barang di pasaran umum; (ii) penyediaan cadangan yang terkendali sehingga jika terjadi gejolak harga yang menyolok pada saat tertentu disatu tempat, maka dengan cepat dapat di-ambil tindakan yang antara lain berupa operasi pasar; (iii) pengaturan penyaluran sehingga dapat memperlancar arus barang dari sumber pengadaan ke konsumen; dan (iv) kebijaksanaan un- tuk memantapkan harga yaitu dengan menetapkan harga dasar dan harga pedoman setempat untuk beberapa komoditi.

Di samping itu juga dalam rangka memantapkan pengadaan harga di pasaran untuk beberapa bahan pokok, bahan baku/ penolong dan barang penting yang mempunyai posisi strategis maka sampai tahun 1983/84 pemerintah tetap menjalankan kebi-jaksanaan pengadaan sarana penyangga nasional.

Di samping kebijaksanaan yang telah disebutkan di atas, di lakukan pula usaha-usaha untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyaluran barang dan bahan serta dalam tahun 1983/84 lebih disempurnakan dan dimantapkan pelaksanaan tata-niaga untuk beberapa komoditi antara lain pupuk, besi beton, semen, kayu, kertas, cengkeh, kopra/minyak kelapa, minyak ke-lapa sawit, garam, gula pasir dan susu. Uraian mengenai pe-nyempurnaan dan pemantapan pelaksanaan tataniaga komoditi-ko-moditi tersebut dapat diikuti pada uraian mengenai kebijaksa-naan meningkatkan dayaguna pemasaran bahan-bahan tertentu.

2) Pengadaan dan penyaluran bahan kebutuhan pokok

Pengadaan dan penyaluran bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir dan tepung terigu sepenuhnya ditangani oleh Bulog, sedang penyaluran garam dilakukan oleh penyalur yang ditunjuk oleh Perum Garam dan untuk komoditi pokok lainnya pengadaan dan penyalurannya dapat dilakukan dengan bebas. Kebijaksanaan ini dimakaudkan untuk menghindari agar jangan sampai terjadi gejolak penyediaan dan harga di dalam pengada- an dan penyaluran sembilan bahan pokok tersebut. Kebijaksana-an tersebut sampai tahun terakhir Repelita III terus diting-katkan pelaksanaannya.

3),Perdagangan perintis

Dalam rangka menjamin pengadaan barang-barang pokok dan penting di daerah-daerah yang sukar dijangkau seperti Maluku, Riau Kepulauan, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya sejak tahun 1981 dilakukan perdagangan perintis. Di samping untuk menstabilkan dan menyeimbangkan harga bahan dan barang, kebi

701

jaksanaan tersebut juga dimaksudkan untuk mempercepat laju pembangunan di daerah-daerah tersebut. Berkaitan dengan kebi-jaksanaan tersebut khusus untuk propinsi Irian Jaya sejak ta- hun 1982/83 telah diberi subsidi angkutan.

b. Menyempurnakan prasarana pemasaran

Penyempurnaan prasarana pemasaran yang telah dilakukan dalam Repelita III meliputi hal-hal sebagai diuraikan di ba-wah ini.

1) Penyempurnaan prasarana fisik

Untuk penyediaan tempat berjualan yang wajar dan terjang-kau oleh para pedagang golongan ekonomi lemah, sejak tahun 1976/77 bagi setiap Pemerintah Daerah Tingkat II telah dise-diakan kredit tanpa bunga melalui Inpres Pembangunan dan Pe-mugaran Pasar. Selain itu, sejak tahun 1979 disediakan kredit melalui Inpres Pertokoan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II yang akan membangun dan atau memugar pusat pertokoan/perbe-lanjaan/perdagangan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut da- lam Repelita III terus dilanjutkan sedang pelaksanaannya da-lam tahun 1983/84 semakin dimantapkan.

2) Penyempurnaan prasarana kelembagaan

Dalam rangka penyempurnaan prasarana kelembagaan, dalam Repelita III telah dilaksanakan kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai di bawah ini.

a) Undang-undang Metrologi Legal

Untuk mewujudkan dan menjamin tertib ukur sejak 1 April 1981 telah diberlakukan Undang-undang Metrologi Legal. Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan pelayanan kemetrologian yang meliputi tera, tera ulang, pengawasan, pe-nyuluhan dan pemberian izin tanda pabrik serta pemberian izin tipe akan lebih melindungi umum, konsumen dan produsen. Seba- gai tindak lanjut pelaksanaan undang-undang tersebut telah ditetapkan pula Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1983 ten-tang Tarif Biaya Tera.

b) Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan

Dalam rangka peningkatan pengembangan dunia usaha dalam Repelita III, maka pada bulan Pebruari 1982 dikeluarkan Un-dang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

702

Di dalam Undang-undang tersebut antara lain ditentukan : (i) Daftar Perusahaan adalah daftar yang mencatat bahan-bahan ke-terangan yang dibuat secara benar mengenai setiap perusahaan; (ii) Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak; (iii) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusa-han; (iv) Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Pe-rusahaan adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan men-jalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia menu-rut, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan Dikecualikan dari wajib daftar ialah setiap perusahaan negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan Perusa- han Kecil Perorangan.

c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Dalam rangka menciptakan iklim yang sehat bagi pengem-bangan dunia usaha dan merangsang para usahawan/pedagang di dalam berusaha, dalam Repelita III sistem perizinan usaha perdagangan telah disempurnakan. Untuk lebih memantapkan ke-giatan-kegiatan perdagangan pada bulan April 1982 dikeluarkan ke utusan Menteri Perdagangan dan Koperasi yang menyangkut penyempurnaan perizinan di bidang usaha perdagangan. Di dalam ke utusan tersebut antara lain ditetapkan : (i) Setiap pengusa-ha yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan ja-sa wajib memiliki SIUP sesuai dengan bidang usaha dan golong-an usahanya; (ii) SIUP dapat diberikan secara otomatis kepada perusahaan milik negara, koperasi dan perusahaan dagang kecil golongan ekonomi lemah; (iii) SIUP merupakan syarat pokok di dalam melaksanakan kegiatan usaha perdagangan; dan (iv) Masa berlaku SIUP selama 5 tahun.

d) Informasi pasar

Dalam rangka meningkatkan dayaguna pemasaran dalam Repe-lita III diselenggarakan informasi pasar. Dalam tahun 1983/84 pelaksanaan informasi pasar tersebut telah meliputi penyebar-an informasi mengenai aspek pemasaran komoditi-komoditi hasil pertanian, hasil perkebunan rakyat, hasil industri rakyat dan hasil kerajinan rakyat.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional dan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Selama Repelita III usaha-usaha untuk meningkatkan pera-nan pedagang nasional dan pedagang golongan ekonomi lemah da-lam bidang perdagangan terus ditingkatkan. Langkah-langkah yang dilaksanakan meliputi hal-hal sebagai berikut

703

1) Pengakhiran kegiatan asing dalam bidang perdagangan

Dalam rangka meningkatkan peranan pedagang nasional dalam Repelita III, pelaksanaan Peraturan Pemerintah mengenai Peng-akhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan yang telah dikeluarkan dalam Repelita II, terus ditingkatkan. Di dalam peraturan tersebut antara lain ditetapkan: (i) Peng-akhiran kegiatan usaha dagang asing dapat dilakukan dengan cara mengalihkan kegiatannya ke bidang usaha industri/produk lain, atau menunjuk perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur/agen dari hasil produksinya, atau menunjuk perwakil- an perusahaan dagang asing sebagai agen penjualan, agen pab-rik dan pembelian, atau membubarkan perusahaannya; (ii) Per-usahaan asing dan perusahaan asing domestik di bidang pro-duksi yang masih melakukan kegiatan perdagangan harus meng-akhiri kegiatan perdagangan tersebut dengan cara menunjuk perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur/agen nasio-nal maupun penyalur/agen daerah.

2) Perizinan usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing.

Selain kebijaksanaan tersebut di atas dikeluarkan pula pengaturan mengenai perizinan usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing, yang antara lain menetapkan bahwa: (i) Pe-rusahaan perdagangan.asing tidak diperkenankan melakukan ke-giatan-kegiatan perdagangan dalam arti melakukan perikatan/ transaksi penjualan; (ii) Kegiatan-kegiatan usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing dibatasi pada: (a) melakukan ke- giatan memperkenalkan dan memajukan barang-barang dan (b) me- lakukan penelitian pasar dan pengawasan penjualan.

3) Keppres 14 A/1980

Dalam rangka membantu pengusaha golongan ekonomi lemah, Pemerintah telah memberi kemudahan-kemudahan melalui Keppres 14 tahun 1979 yang disempurnakan dengan Keppres No.l4 A tahun 1980 dan Keppres No. 18 tahun 1981. Dalam tahun 1983/84 pelak- sanaan Keppres No. 18 tahun 1981 tersebut semakin ditingkat-kan. Di dalam Keppres tersebut antara lain ditetapkan bahwa Departemen/Lembaga dalam melaksanakan pemborongan/pembelian memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (i) Pem-borongan/pembelian yang bernilai sampai dengan Rp.20 juta di-laksanakan oleh pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah se-tempat melalui SPK atau surat perjanjian/kontrak; (ii) Pembo-rongan/pembelian yang bernilai di atas Rp. 20.juta sampai de- ngan Rp.50 juta diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan

704

golongan ekonomi lemah setempat; (iii) Pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp.50 juta sampai dengan Rp.1O0 juta diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan setempat dengan memberikan kelonggaran kepada pemborong/rekanan golongan eko- nomi lemah sebesar 10% di atas harga penawaran yang memenuhi syarat dari peserta yang tidak termasuk dalam golongan ekon- omi lemah; (iv) Apabila dalam pelelangan untuk pemborongan/ pembelian yang terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian (kontrak) ditetapkan kewajiban pemborong/rekanan tersebut un- tuk bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi le-mah setempat, antara lain dengan sub kontraktor atau leveran- sir barang, bahan dan jasa.

4) Memberikan_pembinaan kepada pedagang kecil golongan ekonomi lemah.

Dalam rangka meningkatkan keterampilan berusaha, jiwa ke-wiraswastaan, manajemen usaha, permodalan dan penyediaan tem-pat berusaha bagi pedagang kecil golongan ekonomi lemah, dalam Repelita III pemerintah tetap memberikan pembinaan be-rupa penataran, penyuluhan dan bimbingan konsultasi kepada para pedagang. Dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1983/84 pelaksanaan kebijaksanaan tersebut semakin di-tingkatkan. Di samping itu, kekurangan dalam permodalan telah diatasi dengan memberikan bantuan berupa kredit dengan ting-kat bunga yang rendah seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) dan kredit mini. Demikian ,pula, sejak tahun 1982/83 di Medan dan Bandung telah dise-lenggarakan Pusat Pembinaan dan Pelayanan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah yang tujuannya untuk memberikan pelayanan in-formasi dan bimbingan bagi pengembangan usaha golongan eko-nomi lemah. Penyelenggaraan Pusat Pembinaan dan Pelayanan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah di dua kota tersebut dalam tahun 1983/84 semakin dimantapkan.

5) Memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri.

Dalam Repelita III telah dijalankan kebijaksanaan bahwa Departemen/Lembaga Pemerintah dalam pengadaan/pembelian ba-rang-barang/peralatan harus mengutamakan hasil produksi dalam negeri. Selain itu, dalam Repelita III telah diselenggarakan pula pusat-pusat pameran dagang untuk produksi barang-barang dalam negeri di beberapa kota besar, sedang penyelenggaraan

705

pameran dagang tersebut dalam tahun 1983/84 telah meliputi kota-kota Jakarta, Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Sura-baya, Denpasar, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Kupang. Dalam kaitannya untuk memperluas pasaran produksi buah-buahan dan sayuran dalam negeri telah diberlakukan larangan impor komo-diti-komoditi: tersebut secara bertahap. Demikian pula, untuk membantu perluasan pemasaran bagi pedagang golongan ekonomi lemah telah dilaksanakan proyek-proyek Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Hasil Industri Kecil dan Kerajinan, serta proyek Peningkatan Informasi Pasar.

d Meningkatkan dayaguna pemasaran bahan-bahan tertentu

Dalam Repelita III di beberapa tempat yang keadaan dan sarana atau prasarana perhubungannya belum lancar masih di-hadapi permasalahan di dalam pengadaan dan penyaluran be-berapa komoditi, sehingga di tempat-tempat tersebut terjadi gejolak harga yang cukup besar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah• telah mengeluarkan beberapa pengaturan tataniaga beberapa komoditi sebagai di bawah ini.

1) Pupuk

Dalam rangka ikut mengamankan program Pemerintah di bidang produksi pangan, telah diusahakan pemantapan pengadaan dan penyaluran kebutuhan pupuk dan pestisida untuk para peta- ni di daerah pedesaan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tahun 1983 PT Pusri dan PT Pertani sebagai penanggung jawab penyaluran sampai ke lini IV telah menunjuk KUD/PUSKUD seba-gai penyalur. Peranan KUD/PUSKUD dalam penyaluran pupuk dan pestisida diharapkan secara bertahap dapat menggantikan peranan penyalur swasta dan Persero Niaga, sehingga dalam tahun 1985 seluruhnya akan dilaksanakan oleh KUD/PUSKUD.

Selain itu, dengan semakin lancarnya sarana/prasarana perhubungan dan fasilitas pergudangan di lini III dan lini IV, maka pada bulan Nopember 1983 ketentuan jumlah stok minimal pupuk dan pestisida di lini III dan lini IV untuk masing-masing kelompok wilayah diubah menjadi

706

707

Dengan dijalankannya pola kebutuhan tersebut penyediaan pupuk dan pestisida bagi para petani terutama dalam tahun 1983/84 dapat lebih terjamin.

2) Besi baja

Dalam rangka menjamin pengadaan dan memantapkan harga be-si baja, pada tahun 1979 dikeluarkan Keputusan Presiden No. 36. Di dalam keputusan tersebut antara lain ditetapkan agar PT. Krakatau Steel : (i) bertindak sebagai pusat pengadaan besi baja, senyawa besi yang sejenis dengan itu dan bahan ba- ku untuk industri besi baja; (ii) bertindak sebagai badan yang dapat melakukan pembelian dari dalam negeri atau,impor besi baja, senyawa besi baja sejenis dengan itu dan bahan ba- ku untuk industri besi baja dan industri lain yang memerlukan bahan-bahan tersebut; dan (iii) sebagai badan yang mendistri- busikan bahan-bahan tersebut secara teratur, berencana dan berkesinambungan dengan tingkat harga yang layak dan terken-dalikan.

3) Semen

Untuk menjaga kemantapan harga dan menjaga kelancaran penyediaan semen, dalam bulan Oktober 1982 dikeluarkan ke-tentuan-ketentuan (i) Di beberapa daerah Persero-persero Niaga agar melakukan penyaluran semen langsung kepada pe-ngecer; (ii) Penyaluran antar pulau semen hasil produksi dalam negeri dari daerah-daerah basis pabrik dikurangi agar dapat memenuhi keperluan daerahnya masing-masing; dan (iii) Penambahan pengadaan dengan semen impor untuk tempat-tempat yang harga semennya bergejolak.

Selain kebijaksanaan tersebut di atas, dalam rangka stabilisasi harga semen juga dilakukan kebijaksanaan Harga Pedoman Setempat (HPS). Berkaitan dengan hal itu pada bulan Januari 1984 telah ditetapkan sebanyak 33 macam HPS untuk seluruh wilayah Indonesia.

4) K a y u

Dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu di dalam negeri, terutama bagi pengusaha industri pengolahan kayu, pada ta-hun 1980 dikeluarkan SKB Menteri Pertanian, Menteri. Perin-dustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi yang mene-tapkan hal-hal berikut : (i) Pengusaha yang hendak meng-ekspor kayu bulat berkewajiban untuk menyediakan kayu guna memenuhi kebutuhan dalam negeri; dan (ii) Kayu yang disedia-

708

kan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat berbentuk ka-yu bulat, kayu gergajian dan atau kayu lapis. Pelaksanaan ngaturan tataniaga kayu tersebut dalam tahun 1983/84 tetap lanjutkan.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan pemasaran kayu di da1am negeri untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkat-kan nilai tambah serta sekaligus memperlancar usaha kelesta-rian hutan, maka dalam tahun 1985 tidak lagi diadakan ekspor kayu bulat.

5) Kertas

Kebutuhan kertas dalam negeri belum sepenuhnya dapat penuhi dari ;produksi dalam negeri terutama kertas koran, kertas khusus dan kertas industri (sack kraft) yang belum diproduksi di dalam negeri. Kebutuhan kertas dalam negeri setiap tahunnya kurang lebih 850 ribu ton. Untuk mencukupi butuhan tersebut sampai tahun terakhir Repelita III Pe-merintah tetap:menjalankan kebijaksanaan mengimpor kertas.

6) Kopra/Minyak Kelapa dan Minyak Kelapa Sawit

Pengaturan tataniaga kopra dan minyak kelapa dimaksud-kan antara lain untuk mengusahakan kelangsungan pengadaan bahan baku minyak goreng serta mengusahakan tingkat harga yang wajar dan stabil, karena harga komoditi tersebut terus naik baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sedang tujuan pengaturan tataniaga minyak kelapa sawit selain untuk menjamin penyediaan minyak kelapa sawit untuk butuhan dalam negeri, juga untuk memantapkan harganya. Se-lanjutnya, sehubungan dengan berkembangnya industri pengolah-an minyak kelapa sawit dan mulai berproduksinya perkebunan kelapa-sawit di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung, pada bulan Januari 1983 telah dilakukan penyem-purnaan pedoman/petunjuk pengaturan tataniaga minyak kelapa sawit. Penyempurnaan pengaturan tataniaga minyak kelapa sawit tersebut antara lain meliputi: (i) Penetapan dan pengarahan alokasi minyak kelapa sawit untuk pabrik/industri yang mema-kai bahan baku tersebut; (ii) Syarat-syarat penyerahan minyak kelapa sawit dari produsen kepada pabrik/industri; (iii) Pe-netapan harga pembeliaa minyak kelapa sawit oleh pabrik/in-dustri; (iv) Pengangkutan minyak kelapa sawit dan hasil-ha-silnya dari produsen ke konsumen; dan (v) Pengamanan pelaksa-naan yang menyangkut hal-hal yang harus dipatuhi oleh produ-sen dan pabrik/industri.

709

Selain kebijaksanaan tersebut di atas, dalam rangka menjamin kebutuhan minyak kelapa sawit dalam negeri dan penyesuaian dengan perkembangan harganya yang terjadi di luar negeri, pada bulan Januari 1984 telah dilakukan perubahan tarip pajak ekspor dan tarip pajak ekspor tambahan untuk minyak kelapa sawit masing-masing menjadi 5% dan 37,18%.

7) C e n g k e h

Untuk meningkatkan pendapatan para petani cengkeh dan me-ningkatkan kegiatan pemasaran komoditi tersebut, pada tahun 1980 telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi yang antara lain menetapkan : (i) Harga pembeli-an cengkeh oleh KUD dari petani serendah-rendahnya adalah Rp.6.500,-/kg dan harga lelang untuk cengkeh yang diantar pu- laukan serendah-rendahnya Rp. 7.000,-/kg. Selanjutnya menje-lang akhir tahun 1980 harga pembelian cengkeh oleh KUD dari petani tersebut dinaikkan menjadi Rp. 7.500,-/kg, sedang har-ga lelang untuk cengkeh yang diantar pulaukan dinaikkan men-jadi Rp.8.000,-/kg; (ii) Pengangkutan antar pulau cengkeh harus dilengkapi dengan bukti pembayaran lelang dan bukti pembayaran sumbangan rehabilitasi cengkeh (SRC) dan disertai dengan surat keterangan asal (SKA) yang berfungsi sebagai su- rat jalan; dan (iii) Pembelian cengkeh langsung dari petani dilaksanakan oleh KUD yang telah. diseleksi dan selanjutnya KUD tersebut membawa hasil pembeliannya ke pelelangan yang dilakukan oleh PUSKUD.

8) G a r a m

Dalam rangka usaha meningkatkan produksi garam serta me-ningkatkan pendapatan petani garam, dalam Repelita III telah diadakan penyesuaian harga dasar pembelian garam produksi da-lam negeri. Dalam bulan Juni 1981 diberlakukan Surat Keputus-an Menteri Perdagangan dan Koperasi dimana didalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa harga dasar garam dalam bentuk cu-rai di ladang petani adalah kualitas I Rp.17,-/kg, kualitas II Rp. 14,-/kg. dan kualitas III Rp. 10,-/kg. Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi pada bulan Mei 1982 harga dasar pembelian garam tersebut dinaikkan men-jadi sebagai berikut : kualitas I Rp.25,-/kg, kualitas II Rp.21,-/kg dan kualitas.III Rp. 17,-/kg. Ketentuan harga da-sar pembelian garam tersebut sampai tahun 1983/84 masih di-berlakukan.

Selain itu dalam rangka memantapkan tataniaga garam beryodium, dalam tahun 1983/84 telah ditempuh pula langkah-

710

langkah : (i) memberikan prioritas pengadaan garam beryo-dium kepada, 15 daerah gondok endemik; (ii) mengadakan mo-nitoring harga den stok dalam rangka mengamankan serta me-ngusahakan tingkat harga yang wajar dan stabil; dan (iii) pembinaan terhadap penyalur garam yang telah ditunjuk oleh Perum Garam/Pedagang Antar Pulau Garam.

9) Gula pasir

Untuk mengatasi lonjakan harga gula pasir yang pernah terjadi dibeberapa tempat, maka pada akhir tahun 1980 di-tetapkan kebijaksanaan mengenai tataniaga gula pasir pro-duksi dalam negeri. Dalam kebijaksanaan tersebut antara lain ditetapkan : (i) Semua gula pasir hasil produksi dalam negeri dibeli dan disalurkan oleh Bulog; dan (ii) Pengadaan tebu da- ri kelompok tani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dan penye-tornnya kepada pabrik gula dilakukan oleh KUD.

Untuk melengkapi kebijaksanaan tersebut dan dalam rangka mempertahankan harga gula pasir sesuai dengan daya beli ma-syarakat dan menjamin kesesuaian tingkat pendapatan petani tebu dan pabrik gula, pada bulan Juli 1983 dikeluarkan Kepu-tusan Menteri Keuangan tentang penetapan harga gula pasir produksi dalam negeri dan gula pasir ex impor. Dalam keputus-an tersebut ditetapkan harga jual gula Bulog af pabrik per kuintal adalah sebagai berikut : SHS I: Rp.45.600,-; SHS II: Rp.45.425,93; HS I: Rp.45.251,85 dan HS II : Rp 45.077,78.

10) Susu

Selama Repelita III berbagai usaha telah dilaksanakan un-tuk menjamin keseimbangan antara Industri Pengolahan Susu dan harga susu. Pada bulan Juli 1982 telah dikeluarkan SKB Men-teri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Men- teri Pertanian mengenai usaha-usaha untuk meningkatkan pro-duksi, pengolahan dan pemasaran susu produksi dalam negeri. Untuk, melengkapi kebijaksanaan tersebut, pada bulan Agustus 1982 dikeluarkan lagi Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi yang antara lain mengatur: (1) pelaksanaan impor dan penunjukkan importir; (ii) penetapan jumlah dan jenis bahan baku susu yang dapat diimpor; (iii) perbandingan antara peng- adaan bahan baku susu dalam negeri dan susu impor. Selanjut-nya perbandingan pengadaan ini pada bulan Juli 1983 dirubah menjadi satu berbanding lima, sedang sebelumnya perbandingan-nya adalah satu berbanding enam.

711

2. Hasil-hasil pelaksanaan

Sebagai pelaksanaan dari kebijaksanaan dan langkah-lang-kah di bidang perdagangan dalam negeri, telah diperoleh hasil seperti di bawah ini.

a. Menjaga kemantapan harga

Hasil dari pelaksanaan kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam usaha menjaga kemantapan harga dapat diuraikan sebagai berikut.

Harga besi beton dalam Repelita III pada umumnya dapat dikatakan mantap, hal ini disebabkan pengadaan di dalam negeri telah dapat memenuhi kebutuhan, sedang penyalurannya dapat berjalan dengan lancar. Keadaan tersebut tampak pada Tabel XI - 23 mengenai perkembangan harga.besi beton. Selain itu, di Indonesia saat ini terdapat 29 pabrik besi beton dengan kapasitas 947.000 ton.

Harga semen dibeberapa tempat pada waktu-waktu tertentu memang telah terjadi lonjakan-lonjakan harga, namun hal ini umumnya dapat teratasi dengan makin mantapnya pengadaan dan penyaluran semen, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor. Walaupun harga semen selama Repelita III mengalami ke-naikan, namun pada umumnya dapat dikendalikan. Kenaikan harga semen pada.tahun 1983/84 dibanding dengan, tahun sebelumnya, antara lain disebabkan pengaruh kenaikan harga BBM. Selama Repelita III telah diimpor semen sebanyak 1.683,8 ribu ton, dari jumlah tersebut dalam tahun 1983/84 diimpor semen seba-nyak 215,0 ribu ton. Perkembangan harga semen selama Repelita III di beberapa kota besar dapat diikuti pada Tabel XI - 24.

Sebagaimana tampak pada Tabel XI - 25 harga minyak goreng dalam Repelita III pada umumnya cukup stabil, sekalipun pa-sarannya terutama dalam tahun 1982/83 mengalami kelesuan sebagai akibat pengaruh resesi dunia.

Dengan dijalankaanya kebijakaanaan tataniaga gula pasir sejak akhir tahun 1980, harga gula;paair selama Repelita III dapat terkendalikan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XI - 26.

Dalam Repelita III penyediaan dan penyaluran minyak tanah dapat dikatakan mantap, sehingga setiap kali kebutuhan me-ningkat selalu dapat diimbangi dengan pengadaan dan penyalur-an yang baik. Pada umumnya harga minyak tanah selama Repelita

712

TABEL XI - 23

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA,

19T8/79 - 1983/84

(Rp/kg)

R E P E L I T A III

Bulan 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83 1983/84

April 124,98 248,55 241,57 290,00 325,00 350,00

Juli 124,98 248,34 287,65 285,00 325,00 375,00

Oktober 124,98 248,30 287,54 285,00 320,00 375,00

Januari 192,56 235,65 287,54 320,00 350,00 415,00

714

TABEL XI - 24PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

(Rp/karung)

715

GRAPIK XI - 4PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

716

TABEL XI - 25PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1978/79 - 1983/84

( Rp/botol )

717

GRAFIK XI - 5PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1978/79 - 1983/84

( Rp/Hotol )

718

TABEL XI - 26PERKEMBANGAN RATA RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

(Rp/kg)

719

GRAFIK XI - 6PERKEMBANGAN RATA RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

(Rp/kg)

720

III stabil, sedangkan harga minyak tanah yang terjadi selama periode itu karena penyesuaian dengan kenaikan harga BBM demikian pula kenaikan harga minyak tanah pada tahun 1983/84 dibandingkan dengan tahun sebelumnya disebabkan karena penyesuaian dengan kenaikan BBM tersebut. Hal ini tam-pak dari perkembangan harga minyak tanah yang terdapat dalam Tabel XI - 27.

Selama Repelita III kebutuhan tekstil di dalam negeri da-pat dipenuhi dari hasil produksi di dalam negeri. Namun demi-kian karena pengaruh resesi dunia pasaran tekstil akhir-akhir ini mengalami kelesuan. Perkembangan harga tekstil ka-sar pada Tabel XI - 28.

b. Menyempurnakan prasarana pemasaran

Dalam Repelita III hasil pelaksanaan Inpres Pembangunan dan Pemugaran Pasar meliputi 1.374 buah pasar yang dibangun dan atau dipugar, sedang dalam tahun 1983/84 meliputi 132 bu-ah. Pembangunan dan pemugaran pasar Inpres tersebut dilaksa-nakan baik di ibukota kabupaten/kotamadya maupun di luar ibu-kota kabupaten/kotamadya. Selain itu, dalam rangka pelaksana-an Inpres Pertokoan dalam Repelita III telah dibangun kios sebanyak 8.879 buah, sedang dalam tahun 1983/84 dibangun kios sebanyak 901 buah. Pembangunan Inpres Pertokoan ini terdapat di daerah-daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kemetrologian yang semakin luas, telah dilakukan usaha pengadaan tenaga ahli me-trologi. Dalam usaha pengadaan tenaga ahli metrologi tersebut sampai dengan tahun 1983/84 telah dididik sebanyak 653 orang.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.3 Tahun 1982 tertang Wajib Daftar Perusahaan, sampai dengan tahun 1983/84 sudah terdaftar sebanyak 126.006 perusahaan, yang terdiri dari 9.706 PT, 261 Koperasi, 21.312 CV, 762 Firma, 93.856 Perusahaan Perorangan dan 109 Badan Usaha lainnya.

Dalam rangka pembinaan organisasi/asosiasi yang meliputi organisasi usaha niaga/asosiasi nasional yang bergerak di bi-dang perdagangan dan jasa, organisasi kerjasama ekonomi anta-ra pengusaha Indonesia dengan pengusaha asing, telah dilaku-kan pendaftaran terhadap organisasi/asosiasi tersebut. Sampai dengan akhir tahun 1983 telah terdaftar sebanyak 787 organi-sasi/asosiasi.

721

TABEL XI - 27PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

(Rp/botol)

*) Rp/liter

722

GRAPIK XI - 7PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

723

TABEL XI - 28PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 - 1983/84

(Rp/meter)

724

GRAPIK XI - 8PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

725

Dengan dilaksanakannya sistem perizinan usaha perdagangan yang disederhanakan jumlah perusahaan yang memperoleh SIUP terus meningkat. Jumlah perusahaan yang mendapat SIUP pada tahun 1979 sebanyak 331.126 perusahaan. Dalam tahun 1983 jum-lah tersebut meningkat menjadi 788.556 perusahaan yang terdi-ri dari 37.423 perusahaan besar, 213.195 perusahaan menengah dan 537.938 perusahaan kecil.

Penyelenggaraan informasi pasar telah memberikan man-faat bagi pedagang/produsen di dalam mengembangkan usaha-nya. Penyelenggaraan informasi pasar tersebut dalam tahun 1982/83 baru meliputi 15 propinsi, tetapi dalam tahun 1983/84 sudah meliputi 24 propinsi.

c. Meningkatkan peranan pedagang nasional dan pedagang golongan ekonomi lemah

Dalam Repelita III pelaksanaan kebijaksanaan Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan, juga telah memberikan kesempatan. berusaha bagi pengusaha/pedagang nasio-nal. Keadaan ini tergambar dari perkembangan perusahaan yang terdaftar di seluruh Indonesia, dimana pada tahun 1979 ter-daftar sebayak 331.126 perusahaan, kemudian jumlah tersebut pada tahun 1983 meningkat menjadi 763.146 perusahaan.

Selain hal tersebut perkembangan pengakhiran kegiatan usaha dagang asing sampai dengan tahun 1983 telah memberikan hasil sebagai berikut. (i) Dari 14.028 perusahaan asing yang ada pada tahun 1977 tinggal 136 perusahaan yang masih dalam proses pewarganegaraan; (ii) Tercatat sebanyak 209 perwakilan perusahaan perdagangan asing; (iii) Sebanyak 186 perusahaan PMA yang telah menunjuk,perusahaan perdagangan nasional seba-gai penyalur hasil produksinya; dan (iv) Sebanyak 1.379 peru- sahaan nasional ditunjuk sebagai agen barang-barang hasil produksi luar negeri.

Selama Repelita III perusahaan/pedagang yang ikut me-manfaatkan pusat-pusat. pameran dagang telah mencapai 5.780 perusahaan, dari jumlah tersebut dalam tahun 1983/84 men-cakup 1.360 perusahaan. Hal. ini menunjukkan bahwa fasilitas pameran dagang tersebut benar-benar telah dimanfaatkan oleh para pengusaha/pedagang dalam rangka.memperluas pasaran ba-rang-barang produksi dalam negeri. Penyelenggaraan pusat-pu-sat pameran dagang tersebut juga dimanfaatkan sebagai pusat informasi pasar bagi barang-barang hasil produksi dalam nege-ri.

726

TABEL XI – 29PEMBINAAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH

1978/79 - 1983/84(orang)

727

TABEL XI - 30

REALISASI PENYALURAN PUPUK,MUSIM TANAM 1978 - 1983/84

(ribu ton)

Jenis Pupuk

Musim Tanam UREA TSP

1978 407,7 116,3

1978/79 611,9 151,3

1979 521,7 125,9

1979/80 852~3 224,9

1980 712,7 186,4

1980/81 1.166,2 372,0

1981 827,7 262,4

1981/82 1.327,4 470,5

1982 795,4 266,5

1982/83*) 1.258,5 444,2

1983 872,5 293,8

1983/84 2.449,3 938,4

Keterangan :

*) Angka diperbaiki

728

Jumlah pedagang golongan ekonomi lemah yang ditatar danmendapat kesempatan berkonsultasi selama Repelita III masingmasing sebanyak 10.321 orang dan 9.614 orang, sedang darijumlah tersebut dalam tahun 1983/84 masing-masing sebanyak3.010 orang dan 3.010 orang. Pelaksanaan penataran dan kesemtan berkonsultasi bagi pedagang golongan ekonomi lemah tersebut tidak hanya terbatas di ibukota propinai dan ibukotakabupaten/kotamadya, melainkan juga sampai di kota-kota keca- matan.

Perkembangan pedagang golongan ekonomi lemah yang di tatar dan mendapat kesempatan berkonsultasi dapat dilihat pada Tabel XI - 29.

d. Meningkatkan dayaguna pemasaran bahan-bahan tertentu.

Perkembangan jumlah penyaluran pupuk dan pestisida dalamRepelita III tampak dalam Tabel XI - 30. Dari tabel tersebuttampak bahwa pupuk urea dan TSP yang telah disalurkan selama MT 1979-MT 1983/84 masing-masing berjumlah 10.783,7 ribu ton dan 3.585,0 ribu ton. Sedang dari jumlah tersebut yang disa-lurkan dalam MT 1983/84 masing-masing 2.449,3 ribu ton dan 8,4 ribu ton.

Dalam rangka pelaksanaan tataniaga cengkeh sejak tahun 1980 hingga tahun 1983 telah diantar pulaukan cengkeh sebesar 74,7 ribu ton. Dari jumlah tersebut yang diantar pulaukan pa-da tahun-tahun 1982 dan 1983 masing-masing sebesar 19,6 ribu ton dan 19,1 ribu ton.

Dalam Repelita III pengadaan dan penyaluran kopra/minyak kelapa dapat dijalankan secara mantap. Selama periode l979-1983 telah diantar pulaukan kopra dan minyak kelapa (se- tara kopra) sebesar 1.544,3 ribu ton, sedang dari jumlah ter-sebut yang diantar pulaukan dalam tahun 1983 ada sebesar 104,2 ribu ton (periode Januari - April).

729