kontruksi isu toleransi agama dalam media...

235
KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos,) Oleh: Putri Husnul Aprilia 1113051000132 KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M  

Upload: others

Post on 15-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM

MEDIA ONLINE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos,)

Oleh:

Putri Husnul Aprilia

1113051000132

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440H/2019M

 

Page 2: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

2

2

 

Page 3: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

3

3

 

Page 4: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

4

4

 

Page 5: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

i

ABSTRAK

Putri Husnul Aprilia/111305100132

Konstruksi Isu Toleransi Agama pada Media Online

Pemberitaan mengenai kasus toleransi agama memang

tidak ada habisnya, dari tahun ke tahun ada saja kasus toleransi

agama yang muncul ke kepermukaan dan diberitakan oleh media

massa. Media massa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi

realitas dan dapat menggiring perspektif masyarakat ke arah nilai

atau ideologi yang di pahami media. Dalam memaknai toleransi

agama, terdapat perbedaan pembingkaian dan pemaknaan nilai

yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

khalayak. Dengan menyampaikan penafsiran-penafsiran yang

berbeda, secara tidak langsung media menciptakan perbedaan

pemahaman di masyarakat khususnya dalam memahami

toleransi agama. Hal inilah yang terlihat dari empat media online

popular yakni Republika Online, Kompas.com, Tribunnews.com,

dan Detik.com dalam memberitakan isu mengenai toleransi

agama.

Dari penjabaran di atas, maka peneliti memunculkan

pertanyaan dalam penelitian. Bagaimana media Republika

Online, Kompas.com, Tribunnews.com, dan Detik.com tersebut

dalam membingkai pemberitaan mengenai toleransi beragama di

Indonesia?

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian

konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis

framing Robert N. Entman dengan empat elemen framingnya

yakni Problem Identification, Causal Interpretation, Moral

Evaluation, dan Treatment Recommendation.

 

Page 6: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

ii

Berdasarkan hasil temuan yang telah peneliti paparkan,

terlihat perbedaan pembingkaian yang dilakukan oleh keempat

media online Republika Online, Kompas.com, Detik.com dan

Tribunnews.com dalam memberitakan isu toleransi agama.

Republika Online sebagai media yang dipelopori komunitas

muslim dalam konstruksinya memaknai toleransi agama

berdasarkan nilai-nilai. Lain halnya dengan Kompas.com,

Tribunnews.com dan Detik.com memandang toleransi agama

dalam konteks universal yang merujuk kearah nilai-nilai

keberagaman dan Hak asasi manusia (HAM).

Keyword: Framing, Berita, Isu Toleransi Agama.

 

Page 7: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

iii

 

Page 8: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam

yang tak pernah henti melimpahkan rahmat, serta taufik dan

hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam penulis junjungkan

kepada nabi besar Muhammad SAW.

Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan, akhirnya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konstruksi

Isu Toleransi Agama di Media Online” ini. Dalam kesempatan

ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terimaksih sebesar-

besarnya kepada kedua orangtua peneliti, Ibunda Wiwi Sujati dan

Ayahanda Agus Irianto yang telah sabar dalam mendidik,

membiayai dan memberikan kasih sayang serta memanjatkan

untaian doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya. Semoga

Ibunda dan Ayahanda diberikan berkah kesehatan dan

keselamatan di manapun mereka berada oleh Allah SWT.

 

Page 9: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

v

Selain itu, peneliti menyadari bahwa dalam proses

penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan dorongan semangat

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Jakarta, Dr. H. Arief Subhan,

M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.

Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, Dr.Roudhonah, M.Ag. Wakil

Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi,

M.Si.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si

dan Sekretaris, Dra. Hj Musfirah Nurlaily, M.A

yang banyak memberikan kemudahan, masukan,

dan solusi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Dosen pembimbing skripsi, Bintan Humeira, M.Si

yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi

arahan dan sangat sabar dalam membimbing

 

Page 10: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

vi

peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik

dan bermanfaat.

4. Narasumber penelitian, Editor Pemberitaan

Republika Online Karta Mas Raharja Ucu dan

Editor pemberitaan Kompas.com Mba Sabrina

Asril atas kesediaan meluangkan waktu untuk

membantu peneliti melengkapi data penelitian

yang dibutuhkan.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan yang bermanfaat kepada peneliti

sejak awal perkuliahan hingga selesai.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu

peneliti mengurus administrasi selama perkuliahan

dan penelitian skripsi.

7. Keluarga besar yang peneliti sayangi yakni Ayah

Agus Irianto, Ibu Wiwi Sujati, Eyang Sri

Sulistiawati yang selalu memberikan dukungan,

 

Page 11: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

vii

doa, dan kesabaran untuk peneliti dalam proses

penyelesaian skripsi. Om dan tante serta adik-adik

yang selalu memberikan kebahagiaan dan hiburan

untuk peneliti.

8. Teman-teman dekat peneliti, Lulu Mawaddah,

Dina Karomatunisa, Illadiena Zulfa, Anzalia

Silma, Jasmine Nur Fitri, Khaleda Nur

Ayuningtiyas, Oktavia Rahmawati yang telah

berbagi semangat, motivasi, inspirasi, kebahagiaan

serta hiburan kepada peneliti. Semoga tali

silaturahmi kita tetap terjalin.

9. Kakak Senior Umi Kulsum dan Nofia Natasari

yang telah memberikan bantuan dan nasihat untuk

peneliti dalam proses pekerjaan skripsi.

10. General Manager Dedi Fahrudin dan seluruh

teman-teman peneliti di DNK TV yang telah

memberikan kesempatan peneliti mendapatkan

pengalaman di bidang pertelevisian selama tiga

 

Page 12: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

viii

tahun dan teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu.

11. Keluarga Besar KKN Rengasjajar 2016, anggota

kelompok KKN Fromature, Molly, Subhan, Iis,

Widya, Mahda, Mahdi, Cupi, Ubay, Rafli.

Terimakasih sudah memberikan kebahagiaan dan

pengalaman yang sangat berharga.

12. Teman- teman Konsentrasi Jurnalistik angkatan

tahun 2013, Afri, Rara, Firda, Putri Irma, Martini,

dan teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

kebersamaannya selama menempuh perkuliahan.

13. Semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu per satu, namun hal ini tidak

mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih

peneliti.

Peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang berkontribusi dan memberikan dukungan

 

Page 13: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

ix

untuk peneliti. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat

dan kasih saying-Nya kepada kita semua. Peneliti mohon maaf

apabila masih banyak kekeliruan dan kesalahan dalam pembuatan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk

para pembaca. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Februari 2019

Putri Husnul Aprilia

 

Page 14: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. ......................................................................................L

atar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. ......................................................................................B

atasan Masalah dan Rumusan Masalah ............................... 8

C. ......................................................................................T

ujuan Penelitian ................................................................... 9

D. ......................................................................................M

anfaat Penelitian .................................................................. 9

E. ......................................................................................T

injauan Pustaka .................................................................... 10

F. ......................................................................................K

erangka Teori ....................................................................... 15

G. ......................................................................................M

etodelogi Penelitian ............................................................. 19

H. ......................................................................................S

istematika Penulisan ............................................................ 20

 

Page 15: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

xi

BAB II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

KONSEPTUAL .................................................................................... 23

A. ......................................................................................A

nalisis Framing .................................................................... 23

B. ......................................................................................M

edia Online .......................................................................... 37

C. ......................................................................................B

erita ...................................................................................... 40

D. ......................................................................................T

oleransi Agama .................................................................... 46

BAB III : GAMBARAN UMUM ........................................................ 61

A. ......................................................................................P

rofil Republika Online ......................................................... 61

B. ......................................................................................P

rofil Kompas.com ................................................................ 65

C. ......................................................................................P

rofil Detik.com .................................................................... 73

D. ......................................................................................P

rofil Tribunnews.com .......................................................... 85

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA ................................... 91

A. ......................................................................................A

nalisis Framing Roberrt N. Entman Republika Online ....... 91

B. ......................................................................................A

nalisis Framing Roberrt N. Entman Kompas.com .............. 103

 

Page 16: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

xii

C. ......................................................................................A

nalisis Framing Roberrt N. Entman Detik.com ................... 115

D. ......................................................................................A

nalisis Framing Roberrt N. Entman Tribunnews.com ......... 129

E. ......................................................................................I

nterpretasi ............................................................................ 138

BAB V : PENUTUP ............................................................................. 163

A. ......................................................................................K

esimpulan ............................................................................ 163

B. ......................................................................................S

aran ...................................................................................... 165

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perangkat Framing Robert N. Entmant ............................. 17

Tabel 2.1 Dimensi Framing Robert N. Entman ............................... 33

 

Page 17: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

xiii

Tabel 2.2 Perangkat Framing Robert N. Entmant ............................. 34

Tabel 3.1 Redaksi dan Managemen Republika Online ..................... 63

Tabel 3.2 Struktur Republika Online ............................................... 65

Tabel 3.3 Struktur Editorial Kompas.com ....................................... 69

Tabel 3.4 Redaksi Detik.com ............................................................ 76

Tabel 3.5 Redaksi Tribunnews.com .................................................. 86

Tabel 3.6 Struktur Redaksi Tribunnews.com Newsroom

Jakarta .............................................................................................. 88

Tabel 4.1 Pembingkaian Pemberitaan “ Merayakan

Keharmonisan”

Republika Online ............................................................................. 91

Tabel 4.2 Pembingkaian Pemberitaan

“Acara Cap Go Meh Digelar di Masjid, MUI:Astagfirullah!”

Republika Online ............................................................................ 97

Tabel 4.3 Pembingkaian Pemberitaan “Menjaga Toleransi

Lewat Peraturan Daerah” Kompas.com ............................................ 103

Tabel 4.4 Pilkada DKI Dikhawatirkan Timbulkan Intoleransi

di Lingkungan Sekolah Kompas.com .............................................. 111

Tabel 4.5 Pembingkaian Pemberitaan ICMI : Ada Bupati

Tionghoa di Kabupaten 99 Persen Muslim Detik.com .................... 115

Tabel 4.6 Pembingkaian Pemberitaan “Damainya Imlek di

Peunayong, Aceh : Bukti Indahnya Keberagaman Agama”

Detik.com ......................................................................................... 122

 

Page 18: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

xiv

Tabel 4.7 Pembingkaian Pemberitaan “Toleransi dan Jaminan

Hak Kebebasan Beragama Masih Jadi Tantangan di

Indonesia” Tribunnews.com ............................................................. 129

Tabel 4.8 Pembingkaian Pemberitaan “Ketua MPR Sebutkan

Daerah-Daerah yang Patut Dijadikan Contoh Toleransi

Beragama” Tribunnews.com ............................................................ 135

 

Page 19: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

1

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara multikultural yang memiliki

bermacam suku, ras, bahasa, dan agama. Dengan populasi hampir

270.054.853 juta jiwa, Indonesia adalah negara dengan

mayoritas Muslim terbesar di dunia yakni lebih dari 230 juta

jiwa. Meski terkenal sebagai negara dengan berpenduduk

mayoritas muslim, sedikitnya terdapat enam agama yang diakui

oleh negara, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan

Konghucu. Keenam umat agama ini hidup berdampingan dalam

kehidupan sosial bangsa dan negara.

Sebagai negara multikultural toleransi menjadi sikap yang

harus dimiliki setiap individu masyarakat Indonesia. Bagi

Indonesia toleransi adalah jati diri bangsa, hal initerlihat dari

falsafah “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki arti “ Berbeda-

beda namun tetap satu” yang telah menjadi semboyan persatuan.

Toleransi Indonesia pun telah menjadi contoh yang diakui dunia,

seperti yang disampaikan mantan Presiden Amerika Serikat

Barack Obama saat kunjungannya ke Indonesia “ Semangat

negara ini adalah toleransi. Masjid dan gereja bersisian, orang-

orang hidup berdampingan. Indonesia menjadi contoh bagi

negara lainnya. Bhineka tunggal ika,” ujar Obama1. Namun,

1http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/07/01/osekf

7-obama-toleransi-indonesia-jadi-contoh-bagi-negara-lain.

 

Page 20: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

2

tidak dapat dipungkiri bahwa keberagaman yang ada tak jarang

memunculkan perbedaan-perbedaan yang memicu gesekan di

masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus intoleransi yang

muncul di Indonesia dan menjadi pemberitaan di media massa.

Sepanjang tahun 2016 saja, berdasarkan pengaduan yang diterima

Komnas HAM, tercatat ada 97 kasus intoleran. Data ini

meningkat, karena pada 2014 tercatat ada 76 kasus dan 87 kasus

pada 2015. Jawa Barat adalah daerah dengan jumlah aduan

tertinggi. Di urutan kedua adalah DKI Jakarta.2

Pemberitaan mengenai kasus bernuansa agama memang

tidak ada habisnya, dari tahun ke tahun ada saja kasus bernuansa

agama yang muncul ke kepermukaan. Seperti kasus penistaan

agama mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok pada 2016 lalu yang

memicu aksi protes dan demo besar besaran yg dilakukan oleh

organisasi masyarakat Islam di Indonesia. Berbagai kasus seperti

penolakan pembangunan rumah ibadah di beberapa daerah juga

turut menjadi jurnal cerita kasus-kasus intoleransi yang terjadi di

Indonesia. Seperti kasus Masjid As-Syuhada di Kompeks

Aerujang, kota Belitung pada tahun 2015, kasus Masjid Al-

Khairiyah di Eks kampung Teksas Manado pada tahun 2016, dan

kasus penolakan gereja Santa Clara yang terjadi di Bekasi Utara

pada 2017 yang berujung pada kerusuhan antara ormas Islam dan

aparat keamanan. Tak hanya itu, jika menelisik kebelakang

2“Pada 2016 Intoleransi Meningkat”. Diunduh pada 18 Mei 2017

pukul 20:27 WIB dari http://komnasham.go.id/pada-2016-intoleransi-

meningkat.html..

 

Page 21: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

3

terdapat beberapa kasus konflik yang disebabkan perbedaan

agama. Seperti konflik Poso yang terjadi antara umat islam dan

umat kristen. Konflik ini berlangsung dari tahun 1998 hingga

tahun 2000 yang berujung kepada kekerasan dan menyebabkan

banyak korban berjatuhan3. Peristiwa-peristiwa tersebut

menunjukan bahwa toleransi agama di Indonesia memiliki sisi

sensitif yang apabila terjadi gesekan bisa menyebabkan konflik

berkepanjangan.

Sebagai alat pendistribusi informasi, media massa

memiliki peran penting dalam membangun toleransi antar umat

beragama, media memiliki kemampuan untuk memberikan

pemahaman kepada khalayak akan keberagaman yang ada di

muka bumi ini4. Hal ini dikarenakan media massa memiliki

kemampuan untuk mengkonstruksi realitas dan menyebarkan

hasil konstruksinya ke khalayak luas secara simultan. Konstruksi

media ini dapat menggiring opini dan perspektif masyarakat ke

arah nilai atau ideologi yang di pahami media. Dalam

menjalankan praktik jurnalisme media massa memiliki beberapa

fungsi yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun

1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Hal ini dimaksudkan

3 “7 Contoh Konflik Antar Agama yang Pernah Terjadi di Indonesia”.

Diunduh pada 11 Maret 2018 pukul 15:30 WIB, dari

http://hukamnas.com/contoh-konflik-antar-agama

4“Media Berperan Membangun Toleransi Umat

Beragama”https://www2.kemenag.go.id/berita/79895/media-berperan-

membangun-toleransi-umat-beragama , diakses pada 28 Januari 2019 pukul

10:02 WIB

 

Page 22: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

4

agar media massa atau pers dapat menjalankan fungsinya secara

profesional, memenuhi hak, dan kewajibannya5.

Namun, dalam perjalanannya, media massa atau pers

sering melupakan prinsip dan fungsinya. Pergeseran prinsip dan

kode etik ini dikarenakan pengaruh kekusasaan ideologi yang

meliputi industri perusahaan media. Fenomena kebebasan media

atau pers pasca reformasi membuat media memiliki kebebasan

dalam menunjukan keberpihakan. Media yang seharusnya

menjadi alat menyebarkan perdamaian, tak jarang berubah

menjadi alat profokatif para pemilik kepentingan yang cenderung

memanas-manasi sebuah peristiwa, salah satunya adalah

peristiwa konflik keagamaan atau SARA. Seperti yang dikatakan

oleh Mentri Luar Negri Retno Marsudi dalam pemberitaan

Tempo.co (2/11/17) “ Masih ada kebijakan Redaksional yang

sering memanas-manasi ketika terjadi konflik antar kelompok

agama”, disamping peran media yang seharusnya membawa

pesan-pesan damai bagi dunia6. Hal ini menunjukan bahwa

media massa tidak hanya menyampaikan konstruksi realitas,

namun secara tidak langsung mendefinisikan realitas dengan

tujuan untuk mengarahkan publik kearah wacana kepentingan

yang dipahami media. Kecenderungan media dalam memanas-

5 “Pedoman”. Diunduh pada 11 Maret 2018 pukul 14:40 WIB, dari

https://inside.kompas.com/pedoman

6 Shinta Maharani. 2017. “ Menteri Luar Negeri Retno Bicara Media

massa dan Resolusi Konflik”. Di unduh pada 2 november 2017 pukul 8:35

WIB, dari https://nasional.tempo.co/read/1025639/menteri-luar-negeri-retno-

bicara-media-massa-dan-resolusi-konflik

 

Page 23: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

5

manasi suatu peristiwa ini secara tidak langsung memiliki

dampak pada perubahan nilai-nilai di masyarakat dan dapat

memicu timbulnya kebencian terhadap perbedaan atau kepada

kelompok tertentu. Bahasa dan perang wacana yang seringkali

ditampilkan oleh media terhadap suatu peristiwa dapat

mempengaruhi perubahan sikap, prilaku dan tindakan

masyarakat. Hal ini tentu saja dikhawatirkan dapat mengganggu

keutuhan dan persatuan bangsa. Kesalahan media memberitakan

suatu peristiwa akan berakibat pada hubungan antar umat

beragama.

Federasi Jurnalis Internasional UN/UNESCO dalam

seminar Promosi Media Independen dan Pluralis di Sofia,

Bulgaria pada tahun 1997 mengatakan bahwa kecenderungan

media menghadirkan prasangka-prasangka halus dan label

mengenai suatu etnik, agama, atau kelompok tertentu mampu

meningkatkan tindakan intoleransi di masyarakat.

Kecenderungan media ini diakibatkan adanya tekanan yang di

hadapi media massa dari berbagai aspek, mulai dari kompetisi

yang tinggi antar media dalam menarik minat khalayak, hingga

tekanan dan interfensi dari pihak yang memiliki kepentingan

tertentu.7 Selain itu, konstruksi isu yang ditampilkan media

mengenai isu keberagaman, perbedaan, dan toleransi juga

dipengaruhi oleh ideologi perusahaan media. Hal ini

menyebabkan adanya perbedaan pembingkaian dan pemaknaan

7 Federasi Jurnalis Internasional dalam jurnal “Media and Tolerance”,

(UN/UNESCO, Bulgaria: 1997), hal. 2-3.

 

Page 24: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

6

nilai-nilai mengenai keberagaman dan toleransi yang

disampaikan media satu dengan media lain kepada khalayak.

Karena itulah, peneliti tertarik untuk meneliti konstruksi

makna toleransi agama pada media massa khususnya media

online. Peneliti menjadikan media online sebagai objek penelitian

dikarenakan media online merupakan media berbasis teknologi

internet yang memungkinkan masyarakat mengakses berbagai

informasi dengan genggaman tangan. Berbeda dari media massa

yang lain seperti televisi, radio, dan koran. Media online

merupakan media yang dapat menyajikan informasi lebih cepat,

lebih interaktif, dan lebih aktual.

Dalam rangka mengetahui konstruksi media massa dalam

memberitakan toleransi agama di Indonesia, peneliti

menggunakan Analisis Framing Robert N. Entman sebagai

metode penelitian. Analisis Framing merupakan pendekatan yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan atau media

membingkai dan mengkonstruksi suatu peristiwa. Framing

melihat bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan

ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang inilah

yang nantinya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang

ditonjolkan, dan bagian mana yang dihilangkan, serta akan di

bawa kemana berita tersebut. Alasan peneliti menggunakan

framing model Entman dikarenakan pengertian dan definisi

framing yang dirumuskan oleh Entman adalah salah satu

pengertian yang paling banyak digunakan oleh banyak peneliti.

Berbeda dengan Analisis Framing Zhondang yang merinci pada

 

Page 25: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

7

elemen retoris, Framing Entman lebih bergerak pada bagaimana

peristiwa dipahami dan bagaimana pemilihan fakta yang

ditampilkan dalam pemberitaan. Hal ini sesuai dengan maksud

penelitian yang penulis yakni untuk melihat maksud atau

pemaknaan media akan isu toleransi agama

Fokus penelitian ini memaparkan konstruksi media dalam

memberitakan berita bertema toleransi agama. Peneliti memilih

empat media online popular sebagai objek penelitian, yakni

antara lain Republika.co.id, Kompas.com, Tribunnews.com, dan

Detikcom. Keempat media tersebut dipilih karna keempatnya

memiliki keunggulan dan ciri khas yang menonjol dibandingkan

dengan media lain. Republika.co.id dan Kompas.com dikenal

memiliki sudut pandang yang bersebrangan. Hal ini dikarenakan

kedua media tersebut lahir dari latar belakang agama yang

berbeda. Seperti yang telah diketahui, Republika merupakan

koran nasional yang dilahirkan dari kalangan komunitas muslim.8

Begitupun dengan Kompas.com, bentuk situs daring dari koran

Harian Kompas ini merupakan pers yang pada awalnya dibentuk

oleh Partai Katolik untuk menandingi pers komunis yang sedang

berkembang pada masanya. Sedangkan, dua media online lain

yakni Tribunnews.com dan Detik.com dipilih dikarenakan

keduanya memiliki rating pembaca yang paling tinggi dalam situs

Alexa.com. Detik.com menjadi situs pemberitaan yang

menempati peringkat ke-2 dengan traffic web sebesar 17.30%,

8 “Republika”. Di unduh pada 15 November 2017 pukul 09:40 WIB,

dari https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar).

 

Page 26: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

8

dan Tribunnews.com menduduki posisi ke-1 dengan traffic web

sebesar 31.70%. Peringkat tinggi yang ditunjukan keduanya

memperlihatkan bahwa kedua portal ini menjadi portal yang

paling banyak dikunjungi masyarakat. Dengan meneliti Framing

yang dilakukan keempat media online tersebut, penulis berharap

dapat mengetahui kencenderungan pembingkaian yang dilakukan

oleh keempat media dalam mengkonstruksi isu Toleransi

beragama di Indonesia.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis

memutuskan untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul

Konstruksi Isu Toleransi Agama dalam Media Online (

Analisis Framing Robert N. Entman ).

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian pada Analisis

Framing Robert N Entman Pemberitaan Isu Toleransi

Agama di empat media yakni Republika Online,

Kompas.com, Tribunnews.com, dan Detik.com yang terbit

pada bulan Januari-Mei 2017. Hal ini dikarenakan waktu

tersebut bertepatan dengan momen Pilkada DKI Jakarta

yang dalam pelaksanaannya diwarnai dengan sensitifitas

etnis dan agama, serta bertepatan dengan beberapa

perayaan budaya dan agama diantaranya adalah tahun

baru Imlek (28 Januari), dan Cap Go Meh. Dari bulan

Januari hingga Mei sedikitnya terdapat 99 pemberitaan

 

Page 27: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

9

toleransi agama yang dirilis oleh Republika online, 34

pemberitaan Kompas.com, 47 pemberitaan Detik.com,

dan 29 pemberitaan yang dirilis Tribunnews.com. Peneliti

memilih dua pemberitaan dari masing-masing media yang

dapat mewakili dan menunjukan pembingkaian media

online mengenai toleransi agama.

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah :

Bagaimana Republika Online, Kompas.com,

Tribunnews.com, dan Detik.com membingkai

pemberitaan bertema Toleransi Agama?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu :

Untuk mengetahui pembingkaian berita-berita

mengenai Toleransi Beragama pada media online

Republika Online, Kompas.com, Tribunnews.com, dan

Detik.com.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi di bidang akademis terutama ilmu komunikasi

tentang analisis framing media massa. Tak hanya itu,

penulis juga berharap riset ini dapat dijadikan sebagai

bahan informasi, data, serta referensi bagi Mahasiswa di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah, khususnya bagi jurusan Jurnalistik.

 

Page 28: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

10

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana media

mengkonstruksikan makna mengenai toleransi agama

melalui cara pandang yang dibangun oleh media massa.

Selain itu, penelitian ini dapat memberikan

konstribusi pemikiran kepada media massa, khususnya

media online Republika Online, Kompas.com,

Tribunnews.com, dan Detik.com.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap

beberapa penelitian,terdapat penelitian yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan :

1. Penelitian Triyono Lukmantoro (2014)

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas FISIP UNDIP

Semarang, dengan judul “ Retorika Tentang

Toleransi Antar Umat beragama : Analisis Wacana

pada Berita-berita Bertopik Tolerannsi Agama

pada situs Pemberitaan Detik.com dan

Kompas.com”

Penelitian ini ingin melihat bagaimana Retorika

media online Detik.com dan Kompas.com dalam

memberitakan kasus toleransi agama. Peneliti

melakukan penelitian pada pemberitaan peristiwa

toleransi Syiah Sampang. Penelitian ini menggunakan

metode Analisis Wacana Kritis yang dikemukakan

oleh Taeun A. Van Dijk (1993). Objek penelitian ini

 

Page 29: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

11

meliputi berita-berita pada periode tahun 2013 yang

berkaitan dengan permasalahan toleransi antar umat

beragama yang ditampilkan Detik.com dan

Kompas.com.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Konflik

yang terjadi antara penganut Islam Sunni dengan

penganut Islam Syiah di Sampang, Madura, dihadirkan

Detik.com bukan sebatas sebagai konflik sebuah

keluarga, melainkan sebagai persoalan yang memiliki

sebab dan akibat. Sedangkan Kompas.com

menghadirkan pemberitaan tersebut dalam berbagai

sudut pandang pemberitaan. Bukan hanya peristiwa

pengusiran para pengikut Syiah yang menjadi fokus

perhatian Kompas.com, melainkan terdapat sejumlah

pokok persoalan yang menyertainya juga dibicarakan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan penulis terdapat pada tema penelitian

yang di ambil, yakni sama-sama mengangkat tema

“Toleransi Beragama”. Persamaan juga terdapat pada

jenis media massa yang diteliti yakni meneliti media

online sebagai subjek penelitian. Sedangkan perbedaan

terdapat pada metode penelitian dan media online yang

diteliti. Penulis menggunakan Analisis Framing Robert

N. Entman sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Triyono Lukmantoro menggunakan Analisis Wacana

Van Disk sebagai metode penelitian. Selain itu,

Triyono Lukmantoro juga menelisik mengenai

 

Page 30: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

12

Retorika yang digunakan media online dalam

memberitakan kasus toleransi antar agama. Sedangkan

penelitian yang dilakukan penulis bermaksud melihat

perbandingan konstruksi pemberitaan isu Toleransi

antar Agama dalam media online Republika.co.id,

Kompas.com, Tribunnews.com, dan Detik.com

2. Penelitian Zubaidah Fakultas Dakwah

Istitusi Agama Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya yang berjudul “Analisis Framing Seputar

Pemberitaan Pluralisme Pasca Wafatnya Gus Dur

Di Harian Kompas dan Jawa Pos” .

Penelitian ini memaparkan deskripsi atau

pandangan media dalam mengkonstruksi berita

pluralisme pasca wafatnya Gus Dur. Objek penelitian

nya meliputi pemberitaan headline pada media Jawa

Pos dan Harian Kompas.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis terdapat pada tema atau konsep yang diangkat

yakni sama-sama mengangkat wacana keberagamaman

di Indonesia, dalam hal ini penulis meletakan fokus

pada toleransi antar umat beragama. Selain itu

persamaan juga terlihat pada metode penelitian yang

digunakan yakni metode penelitian kualitatif dengan

Analisis

Sedangkan perbedaan terdapat pada model

analisis framing yang digunakan, peneliti

 

Page 31: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

13

menggunakan analisis Robert N. Entman sedangkan

penulis menggunakan pendekatan Zhondang Pan dan

Gerald M. Kosicki. Selain itu perbedaan juga terdapat

pada jenis dan jumlah media yang dijadikan subjek

penelitian. Penulis menggunakan media online sebagai

subjek penelitian sedangkan Penulis menggunakan

media online sebagai subjek penelitian sedangkan

Zubaidah menggunakan media cetak yakni koran

sebagai subjek penelitiannya. Penulis meneliti empat

media online yakni Republika.co.id, Kompas.com,

Tribunnews.com, dan Detik.com.

3. Penelitian Rif’atul Mahmudah (2016)

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Framing

Pemberitaan Insiden Pembakaran Masjid di

Tolikara Pada SKH Kompas dan Republika”

Penelitian ini ingin melihat bagaimana

Framing SKH kompas dan Republika dalam

memberitakan Kerusuhan Tolikara. Peneliti melakukan

penelitian pada pemberitaan KSH Kompas dan

Republika edisi 20-24 Juli 2015. Peneliti beranggapan

bahwa masih banyak masyarakat yang mengkritik

media-media nasional yang di nilai kurang fair (adil)

dalam memberitakan kasus SARA seperti peristiwa

 

Page 32: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

14

Tolikara ini. Penelitian ini menggunakan metode

analisis Framing model Robert N. Entman.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti

menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara KSH

kompas dan Republika dalam membingkai kasus

konflik agama di Tolikara ini. KSH kompas

mengungkapkan bahwa kasus Tolikara merupakan

kasus Hukum dan peristiwa penyerangan yang

dilakukan merupakan hasil dari kesalahpahaman

sehingga tidak ada pihak yang perlu disalahkan, dan

menyajikan solusi terbaik masalah ini adalah saling

memafkan dan mengutamakan toleransi serta

mencegah provokasi. Sedangkan Republika

menganggap kasus ini sebagai kasus hukum yakni

berupa tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap

pemeluk agama lain. Sehingga tindakan tersebut

dianggap sebagai tindakan melanggara Hak asasi

manusia, dan solusi yang disajikan adalah penegakan

hukum yang adil dan trasnparan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan penulis terdapat pada tema

pemberitaan yang digunakan, yakni sama-sama

meneliti pemberitaan mengenai kasus toleransi antara

agama. Sedangkan perbedaan terdapat pada model

analisis framing yang digunakan, peneliti

menggunakan analisis Robert N. Entman sedangkan

 

Page 33: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

15

penulis menggunakan pendekatan Zhondang Pan dan

Gerald M. Kosicki. Selain itu perbedaan juga terdapat

pada jenis dan jumlah media yang dijadikan subjek

penelitian. Penulis meneliti empat media online yakni

Republika.co.id, Kompas.com, Tribunnews.com, dan

Detik.com.

F. Kerangka Teori

Analisis framing menurut Todd Gitlin adalah sebuah

strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan

sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca.

Setiap hari jurnalis berhadapan dengan beragam peristiwa dengan

berbagai pandangan dan kompleksitasnya, melalui framing,

jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks menjadi peristiwa

yang dapat dipahami, dengan perspektif tertentu dan lebih

menarik perhatian khalayak.

Ada dua aspek dalam framing yakni memilih fakta/realitas

dan menuliskan fakta. Dalam proses pemilihan fakta terdapat dua

kemungkinan, apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang

(exlude). Bagian mana yang diberitakan dan bagaimana yang

tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu dilakukan dengan

memilih angle tertentu, memili fakta tertentu, dan melupakan

fakta lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek

lainnya. Peristiwa dilihat hanya dari sisi tertentu. Sehingga,

pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda

antara satu media dengan media lain.

Sedangkan aspek menuliskan fakta berhubungan dengan

bagaimana fakta yang dipilih di sajikan kepada khalayak.

 

Page 34: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

16

Bagaimana fakta yang dipilih ditekankan dengan pemakaian

perangkat tertentu yang mengakibatkan aspek tertentu yang

ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan

perhatian yang besar dibandingkan aspek lainnya.Sehingga

dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan

diingat oleh khalayak.

Hal ini juga terlihat pada pembingkaian media mengenai

isu toleransi agama. Media massa dengan bebas menentukan

bagian mana dari sebuah peristiwa toleransi yang harus

ditonjolkan dan bagian mana yang disembunyikan. Pembingkaian

yang dilakukan setiap media massa berbeda tergantung bagaimana

ideologi dan keyakinan yang dimiliki media mengenai suatu

peristiwa.9

Untuk meneliti dan membongkar bagaimana media massa

khususnya media online Republika Online, Kompas.com,

Detik.com dan Tribunnews.com dalam membingkai pemberitaan

bertema toleransi agama, peneliti menggunakan Analisis Framing

model Robert N. Entmant. Robert N. Entman adalah seorang ahli

yang meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi

media. Dalam konsepsi Entman, framing sering digunakan untuk

menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu

dari realitas oleh media. Framing dipandang sebagai penempatan

informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga suatu isu

9 9 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), Cet. VI, hlm. 80-83

 

Page 35: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

17

mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu lain.10 Perbedaan

analisis framing model Entman dengan analisis framing model

lain yakni model Entman bergerak pada level bagaimana

peristiwa dipahami oleh media dan membongkar bagaimana

pemilihan fakta yang ditampilkan oleh media massa. Berbeda

dengan model framing Pan dan Kosicki yang lebih menekankan

mengenai penggunaan elemen retoris untuk menunjukan

perangkat framing, dan model gamson yang menekankan

mengenai penandaaan dalam bentuk simbolik dan retorika.

Model framing Entman tidak merinci secara detail

mengenai elemen retoris, meski dalam tingkatan analisisnya

Entman tidak sepenuhnya mengabaikan elemen tersebut. Oleh

karena itu, Robert N. Entman menggambarkan framing dengan

empat perangkat yang dimilikinya yakni Problem Identification,

Causal Interpretation, Make Moral Judgment, dan Treatment

Identification.

Tabel 1.1

Perangkat Framing Robert N. Entmant

Define Problem (

Pendefinisian

Masalah)

Bagaimana peristiwa

dimaknai oleh

wartawan. Sebagai

apa? Atau sebagai

masalah apa?

Diagnose Causes Membingkai siapa

10 Robert N Entman dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Robert_N._Entman diakses pada 28 Maret 2018

 

Page 36: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

18

(

Memperkirakan

masalah atau

sumber masalah

)

yang dianggap

sebagai aktor atau

penyebab dari suatu

peristiwa.

Make Moral

Judgment (

Membuat

keputusan moral

)

Memberikan

argumentasi atau

pembenaran pada

pendefinisian

masalah yang sudah

dibuat. Nilai moral

apa yang dipakai

untuk menjelaskan

masalah da

mendelegitimasi

suatu tindakan?

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian)

Jalan apa yang

dikehendaki oleh

wartawan untuk

menyelesaikan

masalah.

Penyelesaian apa

yang ditawarkan

untuk mengatasi

suatu isu atau

masalah?

 

Page 37: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

19

G. Metodelogi Penelitian

1. Metode penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif bersumber dari pandangan

fenomenologis. Pendekatannya berasumsi bahwa “subject matter”

suatu ilmu sosil amat berbeda dengan “subject matter” dari ilmu

fisik/alamiah dan mempersyaratkan tujuan yang berbeda untuk

inkuiri dan seperangkat metode pebelidikan yang berbeda.

Induktif, berisi nilai (subjektif), holistik, dan beroriantasi proses.11

Penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif analitik. Data

yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangann, tidak

dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti melakukan

analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan,

membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil

analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti

yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Penelitian kualitatif

berisfat induktif. Penelitian tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi

dimulai dari lapagan yakni fakta empiris. Penelitian ini lebih

mengutamakan makna. Makna diungkap berkisar pada presepsi

orang mengenai suatu peristiwa.

2. Subjek dan objek penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah

Pemberitaan Pemaknaan Toleransi pada media online. Sedangkan

11Andi Prastowo. Memahami Metode-metode Penelitian (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 50-51

 

Page 38: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

20

objek penelitiannya adalah pembingkaian berita-berita Toleransi

pada media online Republika Online, Kompas.com,

Tribunnews.com, dan Detik.com.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data, peneliti menggunakan

cara-cara seperti :

1. Observasi : Observasi yang dilakukan oleh

peneliti adalah dengan melakukan pengamatan pada artikel berita

mengenai Toleransi Beragama yang dirilis oleh media Republika

Online, Kompas.com, Detik.com dan Tribunnews.com.

2. Wawancara : dalam rangka melengkapi dan

mendukung data penelitian, peneliti juga melakukan wawancara

dengan beberapa key informan yang relevan dengan subtansi

masalah penelitian.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi pendahuluan yang membahas mengenai latar

belakang, batasan, dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

KONSEPTUAL

Berisi landasan teori. Berisi penjelasan paradigma

yang digunakan dalam penelitian, metode analisis isi,

banyaknya populasi dan sampel serta uji reliabelitas.

BAB III : GAMBARAN UMMUM

 

Page 39: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

21

Berisi profil dan sepak terjang media online

Republika.co.id, Kompas.com, Tribunnews.com, dan

Detik.com

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Berisi Analisis hasil temuan dan interpretasi

penelitian.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Berisi

kesimpulan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara

singkat, kemudian saran-saran untuk media yang

bersangkutan dan berkaitan dengan hasil temuan dalam

penelitian.

 

Page 40: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

23

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Analisis Framing

1. Pengertian Framing

Dalam penelitian teks media, analisis framing merupakan

salah satu metode yang digunakan para peneliti untuk

membongkar strategi konstruksi yang dilakukan media massa.

Metode ini digagas pertama kali oleh Beterson pada tahun 1955

yang lebih lanjut dikembangkan oleh Goffman pada tahun 1974.

Goffman melihat framing sebagai kepingan-kepingan prilaku

yang membingkai individu dalam membaca realitas.12

Eriyanto dalam buku Analisis Framing Konstruksi

Ideologi dan Politik Media menyebutkan beberapa ahli yang

turut mendefinisikan Framing yakni antara lain: Todd Gitlin yang

merupakan seorang sosiologis memandang framing sebagai

sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada

khalayak pembaca.13 Sedangkan G.J. Aditjondro mendefinisikan

framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran

12 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), h. 70

13 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 69

 

Page 41: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

24

tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan di

belokan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap

aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah

yang memiliki konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto,

karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. 14

Framing adalah analisis teks yang berada dalam

paradigma penelitian konstruksionis yang digunakan untuk

mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media.15

Dengan menggunakan analisis framing seorang peneliti dapat

melihat bagaimana perspektif yang digunakan wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Perspektif wartawan itulah

yang menentukan bagian mana yang digunakan dan dihilangkan

dari suatu peristiwa dalam penulisan berita. Dalam Paradigma

Konstruksionis realitas sosial tidaklah dipandang sebagai suatu

yang natural melainkan merupakan produk dari kegiatan

konstruksi.16

Dengan framing, media dapat menggiring opini dan

prespektif khalayak kedalam pesan dan nilai-nilai yang

disampaikan pada pemberitaan. Seorang wartawan dapat

menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami

14 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media,h. 65

15 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 3.

16 Muslim, “Kontruksi Media Tentang Serangan Israel Terhadap

Libanon”. Diunduh pada 11 November 2017, dari

https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/170104/117

 

Page 42: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

25

peristiwa dalam kaca mata tertentu. Hal inilah yang disebut

sebagai kekuatan media dalam menggiring opini dan prespektif

masyarakat.17 Dalam proses framing, media memiliki beberapa

aspek pendukung dalam mengkonstruksi teks pemberitaan, aspek

ini meliputi pemilihan bahasa atau kata, penempatan headline,

dan pemilihan latar tempat suatu berita. Dengan memperhatikan

aspek-aspek ini seorang peneliti mampu membongkar strategi

media dalam mengemas suatu pemberitaan.18

Media memandang peristiwa bukan sebagai sesuatu yang

harus diterima dan didistribusikan kepada khalayak apa adanya,

melainkan sebagai suatu bahan konstruksi yang bisa diolah secara

aktif oleh media berdasarkan ideologi dan nilai-nilai yang

dimilikinya. Realitas yang hadir dalam suatu peristiwa

dikembangkan oleh media sebelum dihadirkan kepada khalayak.

Sehingga, yang menjadi titik perhatian dalam analisis framing

bukanlah apakah media memberitakan dengan cara negatif atau

posistif, melainkan membongkar bingkai yang dikembangkan

oleh media untuk menyajikan realitas dari sebuah peristiwa.19

Framing menurut Eriyanto dalam bukunya Analisis

Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media berasal dari

dua konsepsi, yaitu konsepsi psikologis dan sosiologis. Dalam

konsep psikologis, framing dilihat sebagai strategi wartawan

17 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), h. 27

18 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,(

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 92

19 Op.cit. h. 7

 

Page 43: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

26

mengemas dan menekankan suatu pesan menjadi menonjol, dan

bermakna sehingga menarik perhatian khalayak, sedangkan

dalam konsep sosiologis, media dipandang sebagai struktur

organisasi yang kompleks, dimana suatu pemberitaan dibuat

secara bersama-sama didalam praktik profesional struktur

media.20 Hal ini menunjukan bahwa dalam proses pembuatan

suatu berita, wartawan bukanlah satu-satunya yang memiliki

andil dalam membingkai berita, terdapat faktor-faktor lain yang

ikut mempengaruhinya, salah satunya adalah struktur organisasi

dan kebijakan perusahaan media.

Terdapat dua aspek dalam framing. Pertama, memilih

fakta atau realitas. Proses pemilihan fakta yang dilakukan oleh

media massa umumnya didasari oleh asumsi dan prespektif

wartawan ketika melihat suatu peristiwa. Dalam memilih fakta ini

terdapat dua kemungkinan : apa yang dipilih (include) dan apa

yang dibuang (exlude). Media melihat peristiwa hanya dari sisi

tertentu yang sesuai dengan prespektif yang dikehendakinya.

Sehingga pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa

jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Kedua,

menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana

media memilih fakta dan bagaimana media menyajikannya

kepada khalayak. Bagaimana fakta yang dipilih ditekankan

dengan pemakaian perangkat tertentu: penempatan (headline di

depan atau dibelakang), pengulangan, pemakaian grafis,

20 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media,h, 80

 

Page 44: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

27

pemakaian label, dsb. Akibatnya aspek tertentu yang ditonjolkan

mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan

aspek lainnya. Sehingga dimensi tertentu dari konstruksi berita

menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.21

Representasi yang ditampilkan media massa adalah hasil

dari representasi budaya para redaktur dan desk media massa.

Menurut Burhan Bungin nilai dan norma yang direpresentasikan

oleh redaktur dan desk sebuah media massa tak jarang

dipengaruhi oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya,

sehingga nilai-nilai kapitalisme mendominasi pemberitaan media

massa.22 Dampak nilai-nilai yang ditampilkan media massa inilah

yang ikut mempengaruhi kehidupan sosial-kultural masyarakat.

Kesalahan media massa mengkonstruksi suatu pemberitaan

berujung pada dampak negatif yang timbul di masyarakat.

Dengan menggunakan analisis framing seorang peneliti

berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan

cara menguraikan bagaimana media bercerita dan membingkai

peristiwa. Hal ini dikarenakan cara bercerita yang diperlihatkan

media dalam produk media massa dapat mempengaruhi hasil dari

konstruksi realitas .23 Penelitian analisis framing adalah sebuah

sebuah metode analisis teks kualitatif yang berbeda dibandingkan

dengan analisis kuantitatif. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

21 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media,h. 85

22 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Pranada Media Group,

2006), h.233

23 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 10.

 

Page 45: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

28

Eriyanto dalam bukunya Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi,

dan Politik Media bahwa dalam analisis isi kualitatif, yang

ditekankan adalah isi atau konten dari suatu pesan atau teks

komunikasi. Sedangkan dalam framing, yang menjadi fokus

perhatian adalah pembentukan pesan dari teks dan bagaimana

wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada

pembaca.24

2. Efek Framing

Efek framing yang paling mendasar adalah penyajian

realitas sosial yang kompleks, disajikan kedalam berita sebagai

sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu.

Hal ini dikarenakan media melihat peristiwa secara berbeda

dengan kacamata dan ideologi tertentu yang diyakininya. Hal ini

menyebabkan realitas yang tersaji dihadapan khalayak

merupakan realitas yang telah terbentuk oleh bingkai media. 25

Eriyanto dalam bukunya “Analisis Framing Konstruksi, Ideologi

dan Politik Media” memaparkan dua efek framing media massa:

1. Mobilisasi massa

Framing dapat membentuk opini masyarakat akan

suatu peristiwa. Hal inilah yang menyebabkan framing

memiliki kekuatan dalam memobilisasi masyarakat.

Dengan nilai-nilai yang didistribusikan media dalam teks

pemberitaan memungkinkan timbulnya reaksi

24 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 11.

25 Akbar Ramadhan, Anaisis Framing Pemberitaan Situs

Radikal,Skripsi FIDKOM UIN Jakarta, 2016,hal. 40.

 

Page 46: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

29

dimasyarakat mengenai suatu peristiwa, reaksi ini bisa

berbentuk dukungan maupun penolakan masyarakat

akan sesuatu.26

2. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu

Dengan berbagai perangkat dan strateginya, media

massa juga memiliki peran dalam menafsirkan suatu isu

dan peristiwa yang terjadi kepada masyarakat. Hal inilah

yang mempengaruhi dan menggiring khalayak kedalam

penafsiran yang dihadirkan dalam pembingkaian media

massa.27

3. Framing dan Ideologi

Dalam proses produksi pemberitaan, media dipengaruhi oleh

ideology yang telah disepakati bersama. Eriyanto dalam bukunya

menyebutkan bahwa media memiliki fungsi menjaga nilai-nilai

yang telah disepakati dalam kelompok, dan mengontrol

bagaimana nilai-nilai itu dijalankan. Media disebut sebagai

mekanisme integrasi sosial yang berfungsi untuk

mengintegrasikan masyarakat kedalam tata nilai yag sama. Dalam

hal ini, media bertugas untuk mendefinisikan nilai dan perilaku

yang sesuai dengan nilai kelompok serta mengidentifikasi nilai

26 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), h. 169.

27 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 177.

 

Page 47: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

30

apa yang dianggap menyimpang. Sehingga, nilai-nilai ini dapat

dipahami dan diterima kebenarannya oleh khalayak. 28

Kegiatan wartawan dalam memilih peristiwa mana yang

dihadirkan dan mana yang dikeluarkan dalam pemberitaan adalah

konsensus yang dilakukan untuk menghadirkan sebuah kesatuan

di masyarakat. Kosensus menunjukan bagaimana peristiwa

dipahami dan dimaknai bersama. Melalui konsensus realitas

yang komplek dirubah menjadi realitas yang mudah dikosumsi

dan dipahami oleh khalayak. Konsensus inilah yang

menyebabkan berita dan perilaku yang ditampilkan wartawan

menghasilkan nilai-nilai yang disepakati bersama dalam

komunitas. Sedangkan, kelompok yang memiliki pandangan

berbeda dianggap sebagai kelompok yang menyimpang dan akan

dikeluarkan dari pembicaraan. Pandangan negatif mengenai suatu

kelompok didasari oleh konsensus yang bekerja dalam proses

pemberitaan yang ditampilkan oleh media massa.29

Sebagai negara pluralis, terdapat perbedaan mendasar penerapan

konsensus yang dilakukan oleh media massa Indonesia dengan

media massa yang hidup di negara dengan sistem totaliter, dalam

sistem totaliter apabila terdapat kelompok berbeda yang tidak

memenuhi aturan yang berlaku akan langsung dianggap sebagai

pembangkan. Sebaliknya, di negara kita yang menganut sistem

demokratis/pluralis proses konsensus tidak dijalani dengan jalan

28 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h.145

29 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 147

 

Page 48: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

31

paksaan atau kekerasan namun kelompok yang keluar dari nilai-

nilai yang disepakati tersebut hanya dianggap sebagai kelompok

yang menyimpang. Nilai konsensus yang ada dalam masyarakat

akan mempengaruhi penilaian prilaku atau peristiwa yang ada

dimasyarakat.30

Daniel Hallim sebagaimana yang dikutip Eriyanto dalam

bukunya memandang bahwa dunia jurnalistik terbagi kedalam

tiga bidang yakni bidang penyimpangan (sphere of deviance),

bidang kontroversi (sphere of legitimate controversy) dan bidang

konsensus (sphere of consensus). Bidang-bidang ini

memperlihatkan bagaimana wartawan memahami dan

menempatkan peristiwa kedalam peta ideologis. Dalam bidang

penyimpangan, suatu peristiwa, gagasan, atau prilaku tertetu

dikucilkan dan dianggap sebagai hal yang menyimpang dari nilai-

nilai yang telah disepakati bersama dalam kelompok. Sedangkan,

dalam bidang kontroversi, suatu sikap, gagasan, atau peristiwa

yang dianggap menyimpang tidak langsung dipertetangkan

namun masih menjadi hal yang diperdebatkan atau dipandang

kontroversial di dalam kelompok. Selanjutnya bidang

konsensus menunjukan bagaimana realitas disepakati dan

dipahami bersama sebagai nilai-nilai yang sesuai dengan ideologi

kelompok. Dalam ranah ideologis, cara inilah yang digunakan

media massa untuk membentuk konstruksi dan membuat realitas

yang sama bisa dipahami secara berbeda oleh media tergantung

30 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 149

 

Page 49: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

32

ideologi yang diyakininya.31 Masyarakat atau kelompok yang

memiliki ideologi yang berbeda tentu saja akan meletakan

peristiwa kedalam peta yang berbeda, karena ideologi inilah yang

menempatkan bagaimana sebuah nilai dipahami dan diyakini

bersama untuk digunakan dalam menghadapi berbagai realitas

yang muncul dalam keseharian masyarakat.

4. Framing Model Robert N. Entman

Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang

merumuskan dasar-dasar framing dalam penelitian isi media.

Entman dalam buku Eriyanto Analisis Framing. Kosntruksi,

Ideologi, dan Politik Media membagi framing kedalam dua

dimensi besar, yaitu “ Seleksi Isu” dan “ Penekanan aspek-aspek

realitas”. Hal ini dikarenakan dalam proses konstruksi, media

memiliki kecenderungan untuk menyeleksi isu dan menonjolkan

isu tersebut dengan berbagai strategi wacana yang dimilikinya.

Penonjolan isu bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

adalah dengan menempatkan isu atau informasi tersebut lebih

menonjol dibandingkan dengan yang lain serta melakukan

pengulangan informasi yang dianggap penting dan akrab dengan

khalayak. Dengan begitu suatu informasi akan mendapatkan

alokasi yang lebih besar dibandingkan dengan isu lain sehingga

dapat lebih mudah untuk diterima dan diingat oleh khalayak.

Analisis framing yang diperkenalkan Entman melihat

31 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, 150-151

 

Page 50: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

33

pembingkaian sebagai metode penempatan informasi-informasi

dalam bentuk yang khas dengan tujuan menarik perhatian

khalayak akan isu, nilai, atau peristiwa yang ditampilkan media

massa.32

Tabel 2.1

Dimensi Framing Robert N. Entman

Seleksi Isu Aspek ini berhubungan

dengan pemilihan fakta. Dari

realitas yang kompleks dan

beragam itu, aspek mana yang

diseleksi untuk ditampilkan ?

dari proses ini selalu terkandung

di dalamnya ada bagian berita

yang dimasukan, tetapi ada juga

berita yang dikeluarkan. Tidak

semua aspek atau bagian dari isu

ditampilkan, wartawan memilih

aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan Aspek Aspek ini berhubungan

dengan penulisan fakta. Ketika

aspek tertentu dari suatu

peristiwa/ isu telah dipilih,

bagaimana aspek tersebut ditulis

32 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h. 220.

 

Page 51: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

34

? hal ini sangat berkaitan dengan

pemakaian kata, kalimat,

gambar, dan citra tertentu untuk

ditampilkan kepada khalayak.

Robert N.Entman menuangkan konsep framingnya dalam

sebuah artikel untuk Journal of Political Communication. Dalam

konsepsi Entman, framing dilihat dalam empat elemen yakni

Problem Identification (Pendefinisian Masalah),Causal

Interpretation ( Memperkirakan sumber masalah ), Make Moral

Judgment ( Membuat keputusan moral ), dan Treatment

Recommendation (Menekankan penyelesaian). Konsep framing

yang diperkenalkan oleh Entman pada dasarnnya merujuk kepada

pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi

dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir

tertentu terhadap peristiwa yang diberitakan oleh media. Melalui

keempat konsep framing tersebut seorang peneliti diharapkan

bisa menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai

dan ditandakan oleh wartawan.

Tabel 2.2

Perangkat Framing Robert N. Entman.

Problem

Identification (

Pendefinisian masalah )

Bagaimana suatu

peristiwa/ isu dilihat ?

Sebagai apa? Atau sebagai

 

Page 52: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

35

masalah apa ?

Causal

Interpretation (

Memperkirakan masalah

atau sumber masalah )

Peristiwa itu dilihat

disebabkan oleh apa ?Apa

yang dianggap sebagai

penyebab dari suatu

masalah? Siapa (actor) yang

dianggap sebagai penyebab

masalah ?

Make moral

judgment (Membuat

keputusan moral)

Nilai moral apa yang

disajikan untuk menjelaskan

masalah? Nilai moral apa

yang dipakai untuk

melegitimasi atau

mendelegitimasi suatu

tindakan ?

Treatment

Recommendation

(Menekankan penyelesaian )

Penyelesaian apa

yang ditawarkan untuk

mengatasi masalah/isu?

Jalan apa yang ditawarkan

dan harus ditempuh untuk

mengatasi masalah ?

Problem Identification (pendefinisian masalah) adalah

elemen pertama dari konsep framing Entman. Elemen ini

merupakan elemen paling utama atau bisa disebut sebagai master

frame dari konsep framing Entmant. Elemen ini melihat

 

Page 53: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

36

bagaimana wartawan memahami peristiwa, karna pada dasarnya

peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan dibingkai

dengan cara yang berbeda oleh wartawan sehingga membentuk

pemahaman suatu realitas yang berbeda pula.

Elemen kedua dalam framing Entman adalah Causal

Interpretation (memperkirakan penyebab masalah). Elemen ini

melihat siapa yang dianggap sebagai aktor dari sebuah peristiwa

oleh wartawan. Aktor dalam hal ini tidak hanya ‘orang’ atau

berarti siapa (who?), aktor juga bisa berarti apa yang dianggap

sebagai penyebab atau sumber masalah (what?). Melalui elemen

ini dapat terlihat bagaimana wartawan memahami sebuah

peristiwa dan bagaimana ia menentukan apa dan siapa yang

dianggap sebagai sumber masalah dalam peristiwa.

Elemen selanjutnya adalah Make moral judgment

(membuat pilihan moral) yakni elemen framing yang dipakai

untuk memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang

sudah dibuat. Elemen ini melihat argumentasi yang digunakan

wartawan untuk mendukung gagasan yang ditampilkan dalam

pemberitaan. Umumnya gagasan yang dikutip berhubungan

dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen yang terakhir adalah Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai

apa yang dikehendaki oleh wartawan dan jalan apa yang dipilih

untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat

 

Page 54: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

37

tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang

dipandang sebagai penyebab masalah.

Dalam penelitian isi media, pendekatan analisis framing

memandang pemberitaan sebagai arena perang simbolik antara

pihak-pihak yang berkepentingan dan pokok persoalan wacana.

Masing-masing pihak menyajikan perspektif untuk memberikan

pemaknaan terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak.

Di sini media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-

pihak berkepentingan, latar belakang, dan sudut pandang yang

berbeda-beda. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis

penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing, berkaitan

dengan persoalan yang diberitakan.Setiap pihak juga

menggunakan bahasa-bahasa simbolik atau retorika dengan

konotasi tertentu. Dampak perang simbolik media menghasikan

efek mendukung dan menentang, yang dalam bentuk konkretnya

berupa penggambaran positif mengenai diri sendiri dan

penggambaran dengan nada negatif pihak lawan bicara.33

B. Media Online

Semakin berkembangnya teknologi, media massa

tradisional sudah mulai tergantikan dengan kemunculan media

massa baru salah satunya adalah media online. Media online

merupakan media massa berbasis jaringan teknologi internet.

33 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media, h, 150

 

Page 55: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

38

Mark Poster dalam bukunya The Second Media Age

(1990), menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan

komunikasi jaringan atau dunia maya akan mengubah

masyarakat. Pandangan Mark Poster tersebut memperlihatkan

bahwa kini setiap orang saling terhubung baik kepada rekannya

ataupun kepada informasi yang tersedia di media online. Setiap

orang sudah cukup fasih mencari informasi atau sebuah berita

yang di butukan.34

Menurut Joost van Loon (2006), kata jejaring tidak lagi

mewakili terminologi dalam teknologi informasi saja, melainkan

juga melebar pada terminologi di bidang antropologi, sosiologi,

budaya, dan ilmu-ilmu sosial lainnya yang semakin berkembang

akibat adanya mobilitas dari masyarakat, komoditas, kapital,

tanda-tanda hingga informasi yang berkembang di dunia global.

Oleh karna itu, jejaring tidak hanya melibatkan perangkat seperti

komputer tetapi juga melibatkan individu atau actor networking

(gane and Beer, 2008:16).

Paul Levinson dalam bukunya yang berjudul New Media

menyebutkan setidaknya terdapat 4 layanan yang dapat

dikategorikan dalam new media atau media online :

34 Muhammad Rifefan, “Penggunaan Media Online dalam Memenuhi

Kebutuhan Akademik” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. h.10.

 

Page 56: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

39

1. Website adalah situs online yang menyediakan

berbagai macam berita dalam satu tempat yang terdiri

dari beberapa halaman.

2. Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan

sebagainya yang memberikan keleluasaan pada

penggunannya dalam membagi informasi pribadi dan

melakukan komunikasi menggunakan percakapan

(Chat).

3. Platform seperti Youtube memungkinkan

penggunanya dapat mengunggah dan menikmati

video.

4. Blog merupakan layanan yang memungkinkan kita

menceritakan apa yang terjadi dalam kesehariannya,

sehingga dapat berbagi informasi dengan pengguna

blog lainnya.35

Kehadiran media baru seperti media online bukan untuk

menghapuskan media tradisional, namun meningkatkan

intensitasnya. Teori konvergensi menyatakan bahwa

perkembangan bentuk media terus merentang dari awal siklus

penemuannya. Setiap model media terbaru tersebut merupakan

perpanjangan, atau evolusi, dari model-model terdahulu. Internet

adalah medium baru yang mengkonvergensikan seluruh

35 Muhammad Rifefan, “Penggunaan Media Online dalam Memenuhi

Kebutuhan Akademik” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. h.10.

 

Page 57: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

40

karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. karena itu, hal yang

berubah terdapat pada mode produksi dan perangkat yang

digunakan bukanlah pada subtansi media itu sendiri. 36

Hadirnya media online memperlihatkan perubahan-

perubahan dalam penerapan proses komunikasi. Kecepatan,

aktualitas, harga komunikasi, kapasitas, dan efisiensinya sebagai

sebuah medium adalah keunikan dan kelebihan dari sebuah media

online. Kini khalayak bisa mendapatkan berbagai informasi

secara lebih cepat dan dapat diakses dimana pun mereka berada.

Penerapan bentuk media cyber telah dilakukan oleh

hampir seluruh perusahaan media. Perusahaan media tradisional

kini sudah memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk.

Namun, yang dilakukan media berita tradisional hanyalah sekedar

membentuk edisi online dari medium induk sebelumnya. isi

orisinil sebuah berita diciptakan kembali kedalam versi internet

dengan cara mengintensifkan isi dengan kapabilitas teknis dari

cyberspace. Sejumlah fitur interaktif dengan fungsi-fungsi media

ditambahkan dan isinya diupdate lebih sering dari pada medium

induknya.37

C. Berita

Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit atau

Vritta yang berarti “kejadian” atau “ yang telah terjadi”. Vritta

36 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer (Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta: 2005),h.135

37 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer,h.136

 

Page 58: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

41

dalam bahasa Indonesia sendiri menjadi Berita atau Warta.

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,

‘Berita’ merupakan “Laporan mengenai kejadian atau peristiwa

yang hangat” 38. Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan

‘Berita’yakni antara lain:

Dr. Willard C. Bleyer mendefinisikan berita sebagai

kenyataan baru yang dipilih wartawan untuk dimuat dalam surat

kabar. Lain halnya dengan J.B Wahyudi yang mendefinisikan

berita sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang

memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak,

masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa.

Peristiwa tidak dapat disebut berita, apabila tidak dipublikasikan

secara priodik pada media massa.39

Dja’far H Assegaf menjelaskan bahwa berita adalah

laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih

oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat

menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah

karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia

mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan

ketegangan..40 Dengan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat

38 R. Masri Sareb Putra, Tehnik Menulis Berita dan Feature (PT.

INDEKS Kelompok GRAMEDIA), h. 33

39 Totok Juroto, Manajemen Penerbitan Pers (PT RemajaRosdakarya,

Bandung: 2004), h. 46-47

40 “26 Pengertian Berita Menurut Para Ahli serta Unsur Berita

5W+1H”. Diunduh pada 26 November 2018 pukul 14:14. dari

 

Page 59: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

42

disimpulkan berita merupakan laporan informasi mengenai

sebuah peristiwa, mengandung fakta dan ide yang dapat menarik

masyarakat, bersifat baru, memiliki nilai penting, dan

dipublikasikan oleh media untuk disiarkan kepada khalayak atau

pembaca.

Berita dapat dikategorikan kedalam dua jenis yakni hardnews dan

softnews. Hardnews merupakan jenis berita yang berisi informasi

penting bagi khalayak, kehadirannya tidak bisa ditunda, berita ini

disajikan dengan sistem penulisan piramida terbalik, dimana

informasi paling penting diletakan di awal paragraf berita (dalam

cetak/tulisan online) dan dilanjutkan dengan informasi

pendukung di paragraf-paragraf setelahnya. Hardnews biasanya

berisi mengenai informasi politik, persitiwa kriminal, kejadian

luar biasa seperti bencana alam, dan lain-lain. Hardnews dapat

dikatakan sebagai desain utama dari sebuah pemberitaan.

Sedangkan softnews merupakan berita yang isi nya tidak terlalu

penting namun dapat menimbulkan minat dan keterkarikan

masyarakat. Biasanya berita softnews di isi dengan jenis berita

ragam yang tidak terlalu serius namun tetap mengandung

informasi yang dapat menghibur masyarakat.41

Sebuah pemberitaan tidak hanya berupa tulisan yang berisi

laporan mengenai suatu peristiwa. Berita memiliki nilai-nilai

yang dalam buku Septiawan Santana berjudul Jurnalistik

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-berita-menurut-para-ahli-serta-

unsur-berita-5w-1h/.

41 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Obor Indonesia,

Jakarta: 2005), h. 21

 

Page 60: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

43

Kotemporer mengutip pernyataan Downie JR dan Kaiser

merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan dan

dikonsepsikan. Nilai berita merupakan latar dasar wartawan

dalam melakukan laporan berita. Nilai dalam berita terdiri dari :

1. Timeless.

Sebuah berita seringkali dinyatakan sebagai laporan dari

apa yang baru saja terjadi. Timeless berarti kesegaran

peristiwa yang dilaporkan oleh wartawan kepada

khalayak atau pembaca.

2. Proximity

Proximity ialah kedekatan peristiwa dengan pembaca atau

pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Khalayak

akan tertarik dengan pemberitaan yang menyangkut

kehidupan mereka, seperti keluarga, teman-teman,

daerah terdekat, kota, hobi, dan kebiasaan sehari-hari

yang terjadi di masyarakat.

3. Consequence

Consequence atau konsekuensi memungkinkan sebuah

berita mengubah kehidupan pembacanya. Seperti

pemberitaan mengenai kenaikan harga BBM (Bahan

bakar minyak), masyarakat secara tidak langsung

akan mengikuti pemberitaan tersebut karna terkait

dengan kalkulasi ekonomi kehidupan mereka sehari-

hari.

4. Conflict

Conflict atau Konflik merupakan pemberitaan yang berisi

peristiwa-peristiwa persseteruan yang terjadi seperti

 

Page 61: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

44

perang, demonstrasi, atau kriminal. Berita Konflik

menarik khalayak dikarenakan berisi kejadian-

kejadian yang tidak biasa yang dapat menggugah

kesadaran moral masyarakat.

5. Oddity

Oddity merupakan peristiwa yang tidak biasa terjadi yang

akan menarik perhatian masyarakat. Seperti kelahiran

kembar tujuh, pencalonan tukan sapu sebagai kandidat

calon gubernur, dll.

6. Sex

Sex, nilai ini tidak jarang menjadi salah satu elemen

utama dari sebuah pemberitaan. hal-hal yang berbau

sex seperti pelecehan seksual, homoseksual, dan

lainnya akan mudah menarik perhatian pembaca di

beberapa pemberitaan seperti berita olahraga,

selebritis, atau kriminal bahkan politik sekalipun.

7. Human interest

Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung

kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta,

kebencian, atau humor.

8. Prominence

Ketika orang menjadi terkenal, secara tidak langsung ia

akan menjadi buruan pemberitaan. Unsur keterkenalan

ini tidak hanya menyangkut pada manusia namun juga

terjadi pada tempat-tempat yang memiliki nama yang

sudah dikenal banyak orang.

9. Suspense

 

Page 62: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

45

Elemen ini menunjukan sesuatu yang ditunggu-tunggu

terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Seperti

penantian masyarakat terhadap pelaku bom bali.

Ketegangan masyarakat tetap terjadi selama kasus

tersebut dilaporkan media, khususnya kepada rincian

fakta kejadiannnya beserta wacana politik yang

membayanginya.

10. Progress

Elemen ini adalah elemen yang ditunggu masyarakat

yakni mengenai perkembangan sebuah peristiwa.42

Eriyanto mengutip pernyataan Tuchman dalam bukunya

yang berjudul Making News yang mengilustrasikan ‘Berita’

sebagai “Jendela Dunia”. Melalui berita, kita dapat mengetahui

apa yang terjadi di daerah-daerah seperti Aceh, papua, dan di luar

negeri sekalipun. Melalui berita kita dapat melihat dan

mengetahui kegiatan elite politik dan segala kebijakan yang

dikeluarkannya. Secara tidak langsung kita turut menjadi

pengawas kebijakan politik dan kenegaraan. Namun, apa yang

kita lihat tergantung pada jendela yang dipakai, apakah dengan

jendela itu kita bisa bebas melihat ke luar atau hanya bisa

mengintip di balik jerujinya. Dalam berita, jendela tersebut

disebut sebagai frame atau bingkai.43

42 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Obor Indonesia,

Jakarta: 2005), h. 18-20.

43 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), Cet. VI, hlm. 25-26.

 

Page 63: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

46

D. Toleransi Agama

1. Pengertian Toleransi Agama

Pengertian toleransi menurut kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI), berarti sikap menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda

atau bertentangan dengan pendirian sendiri44. Sedangkan, istilah

toleransi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia, yang

memiliki arti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan

kesabaran. Dalam proses pendefinisian toleransi terdapat

berbagai ahli yang turut menyumbangkan pendapat dan

pandangannya yakni antaralain:

Menurut W.J.S Purwadarminta toleransi adalah sikap atau

sifat meneggang berupa menghargai serta membolehkan suatu

pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang

lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.

Djohan Efendy mengartikan toleransi sebagai sikap

menghargai terhadap kemajemukan, Dengan tidak hanya

mengakui eksistensi dan hak-hak orang lain, melainkan lebih dari

itu yakni terlibat dalam usaha mengetahui dan memahami adanya

kemajemukan.45

44 “Toleran”.Di unduh pada 28 Mei 2017 pukul 21:15 WIB, dari ,

dalam http://www.kbbi.web.id/toleran.

45 Zakky, “Pengertian Toleransi Secara Umum dan Menurut Para Ahli

Beserta Contohnya”. Diunduh pada 14 January 2019 pukul 9:48 WIB dari

https://www.zonareferensi.com/pengertian-toleransi/.

 

Page 64: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

47

Umar Hasyim memandang toleransi sebagai pemberian

kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga

masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur

hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama

dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak

melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas

terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.46

Secara universal toleransi telah menjadi pembahasan yang

disetujui berdasarkan prinsip-prinsip toleransi yang ditanda

tangani negara-negara anggota UNESCO pada 18 November

1995 pada pasal 1 berbunyi : “ Toleransi adalah rasa hormat,

penerimaan dan apresiasi terhadap keragaman budaya dunia kita,

berbagai bentuk ekspresi diri dan cara-cara menjadi manusia. Hal

ini didorong oleh pengetahuan, keterbukaan, komunikasi, dan

kebebasan berpikir, hati nurani dan keyakinan. Toleransi adalah

kerukunan dalam perbedaan. Hal ini tidak hanya kewajiban

moral, juga merupakan persyaratan politik dan hukum. Toleransi,

kebaikan yang membuat perdamaian jadi mungkin, yang

menyumbang penggantian budaya perang dengan budaya

perdamaian.” 47

46 MN Fahmi “ Definisi Toleransi”. Diunduh pada 14 Januari 2019

pukul 9:41 WIB dari http://digilib.uinsby.ac.id/10995/4/bab%202.pdf

47 “ Deklarasi Prinsip-Prinsip Tentang Toleransi Diumumkan dan

Ditandatangani Oleh Negara-Negara Anggota UNESCO pada 16 November

1995” diakses dari Koleksi Pusat Dokumentasi Elsam pada 06 November

2017 pukul 10:00 WIB.

 

Page 65: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

48

2. Toleransi Agama dalam Islam

Dalam ajaran Islam toleransi dikenal dengan istilah Tasamuh.

Tasamuh merupakan etika sosial yang harus dipegang oleh

seorang muslim dalam membina dan membangun toleransi

terhadap perbedaan, baik dalam hal keagamaan maupun dalam

masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.48 Said Aqil Husein Al

Munawar dalam buku Fikih Hubungan Antar Agama

mengartikan bahwa toleransi mengandung sebuah konsensi, yang

berarti kemurahan dan kebaikan hati, bukan didasarkan pada hak.

Toleransi adalah perilaku yang diterapkan ditengah-tengah

perbedaan yang ada tanpa mengorbankan prinsip dan keyakinan

pribadi dengan tujuan untuk mengkormati satu sama lain.49

Terdapat berbagai ahli yang mendefinisikan toleransi

agama. Menurut Ahsanul Khalikin dan Fathuri dalam bukunya

“Toleransi Beragama di Daerah Rawan Konflik”, toleransi

beragama diartikan sebagai sikap lapang dada seseorang untuk

menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk

melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan

agama yang diyakini, tanpa mengganggu atau memaksakan baik

dari orang lain maupun keluarga sekalipun.50

48 Bisri Effendy, Modul Islam dan HAM,(Jakarta: ELSAM, 2010)

h.25-26

49 Said Aqil Husein Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (PT.

Ciputat Press: 2005),h. 13.

50 Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam

Keberagaman ( Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), h. 13.

 

Page 66: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

49

Dalam agama terdapat dua pola dasar hubungan yang

harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara

vertikal dan hubungan secara horizontal. Hubungan secara

vertikal merupakan hubungan antara individu dengan sang khalik

yang dilaksanakan dalam bentuk ibadah dan keimanan yang telah

digariskan oleh setiap agama. Sedangkan hubungan horizontal

meliputi hubungan sesama manusia sebagai mahluk Tuhan.

Hubungan ini tidak terbatas hanya kepada manusia yang memiliki

kesamaan agama, namun berlaku juga kepada semua orang yang

ada di lingkungan sosial kehidupannya. Hubungan Horizontal

inilah yang menjadi refleksi dari tindakan toleransi antar agama

dalam kehidupan sehari-hari51. Berdasarkan hal ini, Islam

sebagai agama paripurna membagi toleransi kedalam dua konsep

yakni toleransi ibadah, dan toleransi muamalah. Toleransi ibadah

adalah bentuk penghormatan atas ajaran, keyakinan (Tauhid) dan

cara peribadahan yang dilakukan umat beragama kepada sang

Khalik. Sedangkan toleransi muamalah mengartur segala bentuk

toleransi yang berkaitan dengan hubungan sosial dan

kemanusiaan. Dalam Islam terdapat batasan dan aturan dalam

melaksanakan toleransi, khususnya menyangkut hal-hal yang

prinsipal yang menyangkut akidah dan tauhid sebagai seorang

muslim. Toleransi tidak diartikan sebagai sikap yang bebas

melainkan memiliki aturan dan batasan yang tidak boleh

dilanggar. Agama tidak pernah berhenti mengatur tata kehidupan

51 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama (Jakarta :

Ciputat Press, 2003), h. 14.

 

Page 67: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

50

manusia karena itu kerukunan dan toleransi antar umat beragama

bukan hanya sekedar hubungan yang pasif, melainkan

diwujudkan dengan saling berbuat baik dan berlaku adil sesama

manusia tanpa mendiskriminasi agama dan kepercayaan.52

Dengan adanya toleransi setiap warga negara memiliki

kebebasan untuk memeluk agama dan menjaga keyakinan serta

menjalankan ibadahnya. Toleransi beragama membutuhkan sifat

kejujuran, kebijaksanaan, dan tanggung jawab agar

menghilangkan rasa egoistis dan menumbuhkan solidaritas

seperti bekerja sama antar umat beragama dalam membangun

kehidupan bermasyarakat yang cinta damai. 53 Dalam

menjalankan toleransi agama diperlukan adanya nilai-nilai

penghayatan agama secara mendalam. Hal ini dikarenakan agama

memiliki pedoman dasar yang dapat digunakan untuk menata

kehidupan harmonis antar manusia baik sesama umat Islam

ataupun umat lainnya. Islam mengajarkan kepada umatnya

beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk menjaga

keharmonisan hubungan antar umat beragama, yakni antara lain :

Pertama,tokoh agama seperti para pendeta, da’i, ataupun

pemuka agama lain perlu menanamkan kepada umatnya bahwa

keberagaman merupakan takdir Allah SWT yang tak bisa

dipungkiri dan harus disyukuri keberadaannya yang dalam Islam

istilah ini dikenal dengan Sunnatullah. Islam tidak membenarkan

adanya sikap merasa paling benar antar umat beragama, hal ini

52 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 16

53 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 17

 

Page 68: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

51

dikarenakan akan menyebabkan kesalahpahama dan

menimbulkan perpecahan. Seperti yang telah tertuang dan dapat

ditemukan dalam Qs, Al-Baqarah (2:62) :

ب رى وٱلص إن ٱلذين ءامنوا وٱلذين هادوا وٱلنص نيوء وٱلء نين منء ءامن ٱل

ز همء ول همء يحء ف علنيء رهمء عند رٱ همء ول خوء لحا فلهمء أجء خر وعمل ص 54٢٦نون ٱلء

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-

orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin,

siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada

Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima

pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada

mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. Surah ini

menerangkan bahwa sikap menganggap diri sebagai umat

beragama yang paling benar atau paling suci adalah sikap yang

ditentang oleh Al-Qur’an.

Kedua, dalam ajaran islam, tidak ada paksaan untuk

menganut agama. Mengingat keberagaman agama merupakan

Sunnatullah dan prinsip kebebasan dalam memeluk suatu agama

adalah salah satu yang diajarkan dalam islam. Seperti yang tertera

pada Qs. Al- Baqarah (2:256) :

فقد من ٱل غوت ويؤءفرء ٱللط فمن يكء غي د من ٱلء شء ين قد تبنين ٱلر راه في ٱلد ل إكء

سمنيع علنيم قى ل ٱنفصا لها وٱ وثء وة ٱلء عرء سك ٱللء تمء 55 ٦٥٢ٱسء

Artinya : “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama

(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan

yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut

54 Al-Baqarah diakes dari Qur.an Add-ins pda 05 January 2019

55 Al-Baqarah diakes dari Qur.an Add-ins pda 05 January 2019

 

Page 69: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

52

dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan

putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Surah ini menunjukan sikap toleransi dalam Islam untuk

selalu menghormati pendapat dan keyakinan orang lain meski

keyakinan tersebut bertentangan dengan keyakinan diri sendiri.

Ketiga, menerapkan metode keberagaman yang toleran

dan rasa menghormati satu sama lain antar umat beragama.

Secara normatif, Islam sebagai agama yang agama mayoritas di

Indonesia telah memberikan tuntutan kebaikan, tidak hanya

berbuat baik kepada sesama muslim, namun juga berlaku baik

pada selain muslim. Allah dalam Surah Al-Mumtahanah (60:8)

berfirman :

ركمء أن ن دي رجوكم م ين ولمء يخء تلوكمء في ٱلد عن ٱلذين لمء يق كم ٱ هى ل ينء

سطنين مقء يحب ٱلء همء إن ٱ سطوا إلنيء وهمء وتقء 56 ٨تبر

“ Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan

berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu

karna agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil”.57

Kerukunan antar umat beragama tidak berarti meleburkan

agama-agama yang ada kepada suatu kebenaran yang sama,

melainkan sebagai sarana untuk mengatur dan mempertemukan

56 Al-Baqarah diakes dari Qur.an Add-ins pda 05 January 2019

57 Mursyid Ali, Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi Bingkai

Sosio-Kultural Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia seri

3,(Departemen Agama RI, Jakarta: 1999), h. 4-5

 

Page 70: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

53

hubungan luar antara golongan umat beragama dalam setiap

proses kehidupan masyarakat. Dengan kerukunan yang tercipta

dapat membina hubungan baik dalam kehidupan sosial

masyarakat sehingga mewujudkan kesatuan pandangan dan

menanamkan sikap tanggung jawab bersama antar umat

beragama.

Said Aqil Hussein megatakan bahwa dalam Islam hakikat

manusia beragama adalah dengan meyakini adanya Tuhan dan

mengabdi kepada Allah SWT. Hal ini telah menjadi ajaran tauhid

umat Islam. Perbedaan ajaran Islam dengan ajaran agama lainnya

sebenarnya terletak pada Tauhid uluhiyah atau kepercayaan dan

penegasan bahwa tuhan adalah Allah SWT dan Nabi Muhammad

SAW adalah utusan Allah SWT.58 Dalam surah Al-Baqarah ayat

213 pun dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari umat yang

satu, namun karna faktor-faktor yang meliputi manusia itu sendiri

yang menjadikan adanya perbedaan. Seperti yang tercantum

dalam surah al- Baqarah (2:213):

حد ة و ٱلنبني كان ٱلناس أم ب ة فبعث ٱ كت معهم ٱلء رين ومنذرين وأنز ن مب

د تلف فنيه إل ٱلذين أوتوه من ٱعء تلفوا فنيه وما ٱخء ن ٱلناس فنيما ٱخء كم ٱنيء لنيحء حق ما ٱللء

ا ني ت ٱغء بني ن هم ٱلء جاءتء نهۦ وٱ ٱإذء حق تلفوا فنيه من ٱلء ٱلذين ءامنوا لما ٱخء فهدى ٱ نهمء ٱنيء

تقنيم سء ط م دي من ياء إلى صر ٦١٢59يهء

Artinya : “ Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah

timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai

pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka

58 Said Aqil Husein Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (PT.

Ciputat Press: 2005),h. 200

59 Al-Baqarah diakes dari Qur.an Add-ins pda 05 January 2019

 

Page 71: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

54

Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia

tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih

tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada

mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-

keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.

Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada

kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan

kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang

dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”.60

Pada intinya, agama adalah salah satu kebutuhan

mendasar manusia dalam menjalani kehidupan. Kebutuhan itu

didorong dari kesadaran akan kebenaran yang diyakini dan

sekaligus diterapkan dalam proses kehidupan.61 Perbedaan yang

terdapat dalam agama-agama memang tidak bisa dihidari dan

disadari betul oleh masyarakat sebagai suatu yang alamiah. Oleh

sebab itu, perbedaan itu harus disikapi dengan sikap saling

menghormati keyakinan masing-masing tanpa adanya

diskriminasi dan iterfensi satu sama lain. Sikap ini harus

didukung dengan pemahaman yang benar mengenai subtansi

ajaran agamanya sehingga sebagai umat beragama kita dapat

memperkuat keimanan sebagaimana yang kita yakini dan

menyadari akan adanya keyakinan yang diimani pemeluk agama

lain sebagai takdir Allah SWT.

60 Said Aqil Husein Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (PT.

Ciputat Press: 2005), 201.

61 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, 202.

 

Page 72: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

55

Sebagai negara majemuk, kesadaran akan keberagaman

agama merupakan keharusan bagi masyarakat Indonesia.

Mengingkari atau menolak keberagaman yang ada adalah bentuk

penolakan akan kebenaran sejarah, dan semangat persatuan yang

dijunjung tinggi bangsa. Pemahaman akan pentingnya kesatuan

sebagai sebuah negara yang beragam dapat mewujudkan

kehidupan beragama dan bernegara yang sejuk dan damai.62

Dengan kerukunan antar umat beragama, Indonesia memiliki

identitas yang kuat dihadapan negara-negara lain sekaligus

menjadi contoh penerapan toleransi dan kerukunan ditengah

perbedaan yang ada dimasyarakat.63

3. Toleransi dan Media Massa

Pada praktiknya, kehadiran media massa memiliki peran

dalam mengedukasi nilai-nilai toleransi di masyarakat. Ade

Armando dalam buku Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis

karya Anis Malik Thoha melihat bahwa selama ini media kurang

memperhatikan kasus-kasus intoleransi yang terjadi. Penelusuran

di berbagai situs media memperlihatkan bahwa kasus bernuansa

agama seperti kasus penindasan hak beragama tidak diberitakan

secara luas oleh media massa. Hanya terdapat beberapa media

saja yang memberikan ruang, itupun tidak ditempatkan secara

menonjol. Kasus-kasus tersebut umumnya hanya ditampilkan

dalam format ‘hard news’, secara singkat dan padat tanpa

62 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama,h.210-211.

63 Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 5-6.

 

Page 73: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

56

dibarengi oleh penjelasan konteks masalah yang terjadi. Dalam

hal ini, Ade Armando melihat bahwa media massa yang

sebenarnya memiliki kemampuan lebih untuk menyoroti berbagai

kasus intoleransi yang terjadi, justru malah mereduksi fungsinya

menjadi lebih terbatas. Media massa yang diharapkan bisa

menjadi perekat persatuan bangsa, justru memilih menghindar

sehingga membiarkan keretakan antar umat beragama terus

berlangsung.64

Pembahasan mengenai peran media dalam toleransi juga

dibahas oleh Federasi jurnalis internasional UN/UNESCO dalam

seminar Promosi Media Independen dan Pluralis di Sofia,

Bulgaria pada tahun 1997 merilis jurnal berjudul Media dan

Toleransi. Dalam jurnal tersebut, Federasi Jurnalis Internasional

melihat bahwa media memiliki pengaruh dalam meningkatkan

sikap rasisme dan ekstremis politik. Kecenderungan media

menghadirkan prasangka-prasangka halus dan label mengenai

suatu etnik, agama, atau kelompok tertentu mampu meningkatkan

tindakan intoleransi di masyarakat. Kecenderungan media ini

sebagai akibat adanya tekanan yang dihadapi media massa dari

berbagai aspek, mulai dari kompetisi yang tinggi antar media

dalam menarik minat khalayak, hingga tekanan dan interfensi

dari pihak yang memiliki kepentingan tertentu.65

64 Anis Malik Thoha, “Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis”(

Gema Insani, Depok: 2005), hal. 20

65 Federasi Jurnalis Internasional dalam jurnal “Media and

Tolerance”, (UN/UNESCO, Bulgaria: 1997), hal. 2-3.

 

Page 74: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

57

Terdapat istilah popular dalam ranah pemberitaan media

yakni bad news is good news. Istilah ini menunjukan bahwa

dalam praktiknya media lebih menyoroti pemberitaan-

pemberitaan yang memiliki unsur konflik di dalamnya. Hal ini

dibuktikan dengan kecenderungan media dalam memberitakan

kasus intoleransi yang pernah terjadi seperti kasus Poso, Ambon,

Ahmadiyah, kasus Sampang, dan kasus bermuatan konflik antar

agama lain. Media membingkai kasus tersebut dengan war

journalism yakni dengan menonjolkan konflik yang

mengakibatkan berita tersebut semakin panas. Pembingkaian

media ini secara tidak langsung membawa pembaca untuk larut

dalam pemberitaan sehingga peristiwa yang seharusnya bersifat

lokal menjadi meluas dan megundang pihak lain dalam jangkauan

yang lebih luas untuk larut kedalam konflik yang sama66.

Dari penjelasan diatas media massa yang seharusnya

menjadi tumpuan dalam merekatkan masyarakat ditengah

perbedaan yang ada, namun dalam praktiknya media kebanyakan

justru menampilkan war journalism dengan menonjolkan konflik

dari suatu peristiwa. Selain itu, ideologi organisasi media juga

turut serta mempengaruhi pemaknaan toleransi agama di media

massa. Perbedaan ideologi inilah yang menyebabkan toleransi

agama diartikan secara berbeda-beda oleh masing-masing media.

Nina Sibal seorang representatif dari United Nation

Educational dalam press release UNESCO yang berjudul “Role

66 Moch. Choirul Arif dalam jurnal komunikasi Islam UIN Sunan

Ampel Surabaya yang berjudul “Toleransi Umat Beragama dalam Konstruksi

Wartawan Surabaya”, h, 223

 

Page 75: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

58

of Media In Promotion of Tolerance and Peace Stressed as Third

Commmittee Continues Review of Human Right” mengatakan

bahwa idependensi media massa menjadi kunci bagi toleransi dan

perdamaian. Menurut Sibal, saat ini peran media dalam

mempengaruhi sikap kekerasan menjadi perdebatan dan perhatian

global. Namun tak dapat dipungkiri di lain sisi media juga

mampu berperan dalam membangun perdamaian di daerah

konflik.67

Penelitian mengenai peran media massa terhadap toleransi

sudah banyak dilakukan baik oleh peneliti di dalam negeri

maupun luar negri. Mayoritas penelitian-penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan bahwa produk yang ditampilkan oleh

media massa khususnya yang berkaitan dengan perbedaan dan

keberagaman memiliki pengaruh dalam pembentukan toleransi

maupun intoleransi di masyarakat. Seperti yang ditunjukan pada

penelitian Barmark Pazhwak bahwa di Pakistan, media

cenderung menggambarkan wanita, etnik, dan keyakinan

minoritas dengan prespektif negatif. Media yang seharusnya

menjadi kunci pengembangan toleransi, perdamaian, dan

keberagaman sosial, malah membangun gagasan dan praktik

diskriminasi di masyarakat secara nasional.68

67 UNESCO, “Role of Media In Promotion of Tolerance and Peace

Stressed as Third Commmittee Continues Review of Human Right”. Diunduh

pada 08 Februari 2019 pukul 16:27 dari

https://www.un.org/press/en/1998/19981109.gash3502.html

68 Barmark Pazhwak, “Diversity, Peace and Tolerance ini Pakistan’s

Media”. Diunduh pada 06 Februari 2019 pukull 21:51 WIB dari

 

Page 76: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

59

Jessi Mccabe dari Wayne State University pada

penelitiannya yang berjudul “Online News Media Use and

Political Tolerance” melihat bahwa media online dan media

tradisional memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

pengembangan toleransi. Penggunaan media online mendorong

dan mengharuskan pengguna untuk membuka dan menavigasi

informasi secara selektif berdasarkan pilihan pribadi, sedangkan

pada media tradisional khalayak mau tidak mau mengikuti

pemberitaan yang disajikan media massa saat itu. Penetian ini

menunjukan bahwa berkembangnya toleransi salah satunya

dipengaruhi oleh berbagai ide dan prespektif yang dipaparkan

oleh media massa. Mccabe melihat bahwa pemberitaan dengan

berbagai sudut pandang yang berbeda justru dapat meningkakan

toleransi kepada orang lain. Sedangkan, pemberitaan yang

ditampilkan secara selektif justru akan mengurangi pemahaman

masyarakat mengenai toleransi itu sendiri.69

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa

memiliki pengaruh yang besar dalam membangun kualitas

toleransi di masyarakat. Prespektif yang ditampilkan media massa

mengenai perbedaan dan keberagaman berpengaruh terhadap

kuatnya pemahaman toleransi dimasyarakat. Dengan kekuatan

yang dimilikinya, media massa bisa menjadi alat pemersatu dan

https://www.usip.org/publications/2011/08/diversity-peace-and-tolerance-

pakistans-media

69 Jessi Mccabe, “Online News Media Use and Political Tolerance”,

(Wayne State University: 2010), h. 37-46.

 

Page 77: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

60

perdamaian di daerah konflik. Sedangkan di lain sisi kekuatan

yang dimiliki media juga mampu meningkatkan intoleransi dan

diskriminasi itu sendiri.

 

Page 78: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

61

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Republika Online

Republika online hadir kehadapan khalayak dua tahun

setelah Harian Republika terbit yakni sejak 17 Agustus 1995.

Republika Online merupakan portal berita yang menyajikan

informasi secara teks, audio, dan video yang terbentuk

berdasarkan teknelogi hypermedia dan hiperteks.70

Republika adalah Koran nasional yang dilahirkan oleh

kalangan komunitas muslim bagi publik Indonesia. Dipimpin

oleh eks wartawan Tempo, Zaim Uchrowi, penerbitan harian

Republika merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat

Islam yang teralh menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu diketuai BJ

Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin

penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah.

Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.71

70 Republika Online, “Profil, Republika Online”. Diunduh tanggal

12/08/2018, https://www.republika.co.id/page/about

71 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Republika, Wikipedia Bahasa

Indonesia. Diunduh tanggal 12/08/2018,

https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

 

Page 79: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

62

Pada awalnya Republika berdiri di bawah perusahaan PT

Abdi Bangsa, namun setalah BJ Habibie tidak langi menjadi

presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku

pemegang saha mayoritas, pada akhir tahun 2000, Republika

beralih kepemilikan di bawah kelompok Mahaka Media. PT Abdi

Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan induk, dan Republika

berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu

anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka

Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf Digest

Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak FM, Gen

FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan Alif TV.

Walaupun berganti kepemilikan, Republika tidak

mengalami perubahan, baik visi maupun misi. Visi Republika

adalah Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan Kerakyatan.

Sedangkan Misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru

yang maju, cerdas, dan beradab. Harus diakui, ada perbedaan

gaya dibandingkan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan

independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara

bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi semakin

profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas

muslim.

Direktur utama Republika saat ini adalah Erick

Thohir yang juga merupakan ketua umum Asosiasi Televisi

Swasta Indonesia (ATVSI) periode 2010 - 2013. Hingga kini,

Republika telah mengalami berkali-kali pergantian pemimpin

redaksi. Pemimpin redaksi yang pertama adalah Parni Hadi, lalu

 

Page 80: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

63

Andi Makmur Makka, Zaim Uchrowi, Tommy Tamtomo, Yayat

Supriyatna, Asro Kamal Rokan, Ikhwanul Kiram Mashuri,

Nasihin Masha, dan saat ini adalah Irfan Junaidi.72

Tabel 3.1

Redaksi dan Managemen Republika Online

Pimpinan Redaksi Irfan Junaidi

Wakil Pemimpin

Redaksi

Nur Hasan Murtiaji

Redaktur

Pelaksana ROL

Elba Damhuri

Wakil Direktur

Pelaksana ROL

Joko Sadewo

Asisten Redaktur

Pelaksana ROL

Didi Purwadi, Muhammad

Subarkah, Budi Rahardjo

Tim Redaksi Agung Sasongko, Bayu

Hermawan, Bilal Ramadhan,

Esthi Maharani,Hazliansyah,

Ilham Tirta, Indira Rezkisari,

Israr Itah, Winda Destiana

Putri, Yudha Manggala

Putra, M.Amin Madani,

72 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Republika, Wikipedia Bahasa

Indonesia. Diunduh tanggal 12/08/2018,

https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

 

Page 81: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

64

Sadly Rachman, Ririn

Liechtiana, Fian Firatmaja,

Ani Nursalikah, Dwi

Murdaningsih, Nidia Zuraya,

Nur Aini, Teguh Firmansyah,

Andi Nur Aminah, Karta

Raharja Ucu, Andri Saubani,

Agus Yulianto, Reiny

Dwinanda,Wisnu Aji

Prasetiyo,Fakhtar Khairon

Lubis,Ratna Puspita,Endro

Yuwanto

Tim Sosmed Fanny Damayanti, Asti Yulia

Sundari, Dian Alfiah, Inarah

Tim IT dan Desain Mohamad Afif, Abdul Gadir,

Nandra Maulana Irawan,

Mardiah, Kurnia Fakhrini

Kepala Support

dan GA

Slamet Riyanto

Tim Support Riky Romadon Firmasnyah

Sekred Erna Indriyanti

 

Page 82: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

65

Tabel 3.2

Struktur PT Republika Media Mandiri

B. Profil Kompas.com

Kompas.com pertama kali hadir di internet pada 14

september 1995.pada awalnya, Kompas Online atau KOL yang

diakses dengan alamat kompas.co.id hanya menampilkan replika

dari berita-berita harian Kompas yang terbit dengan tujuannya

untuk memberikan layanan kepada para pembaca

harian Kompas di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh

jaringan distribusi Kompas.

Komisaris utama Erick Thohir

Wakil Komisaris Utama Muhammad Lutfi

Direktur Utama Agoosh Yoosran

Wakil Direktur Utama Mira Rahardji Djarot

Direktur Oprasional Arys Hilman Nugraha

Direktur Marketing Ronggo Sadono

Manager Senior

Keuangan, SDM,

Umum

Ruwito Brotowidjoyo

Manager Senior

Pengembangan Klien

Yulianingsih Yamin

 

Page 83: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

66

Pada awal tahun 1996 alamat Kompas Online berubah

menjadi www.kompas.com. Dengan alamat baru ini Kompas

Online menjadi semakin populer buat para pembaca setia

harian Kompas di luar negeri. Melihat potensi dunia digital yang

besar, Kompas Online kemudian dikembangkan menjadi sebuah

unit bisnis tersendiri di bawah bendera PT Kompas Cyber Media

(KCM) pada 6 Agustus 1998. Sejak saat itu, Kompas Online lebih

dikenal dengan sebutan KCM. Di era ini, para pengunjung KCM

tidak lagi hanya mendapatkan replika harian Kompas, tapi juga

mendapatkan update perkembangan berita-berita terbaru yang

terjadi sepanjang hari.

Pada 29 Mei 2008, Kompas Online me-rebranding dirinya

menjadi Kompas.com, merujuk kembali pada brand Kompas yang

selama ini dikenal selalu menghadirkan jurnalisme yang sarat

makna. Kanal-kanal berita ditambah. Produktivitas sajian berita

ditingkatkan demi memberikan sajian informasi yang update dan

aktual kepada para pembaca. Rebranding Kompas.com ingin

menegaskan bahwa portal berita ini ingin hadir di tengah

pembaca sebagai acuan bagi jurnalisme yang baik di tengah

derasnya aliran informasi yang tak jelas kebenarannya.

Dengan tagline Jernih Melihat Dunia, Kompas.com ingin

memosisikan diri sebagai media yang selalu menyajikan

informasi dalam perspektif yang obyektif, utuh, independen, tidak

bias oleh berbagai kepetingan politik, ekonomi, dan kekuasaan.

Oleh karena itu, Kompas.com tidak hanya menyajikan informasi

 

Page 84: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

67

terkini dalam bentuk berita hardnews

yang update mengikuti nature-nya media online, tapi juga berita

utuh dalam berbagai perspektif untuk menjelaskan duduknya

perkara sebuah persoalan yang kerap simpang siur.

Reportase disajikan Kompas.com dalam berbagai bentuk,

mulai dari hardnews, softnews/feature, wrap-up, berbagai isu

disajikan tiap pagi, liputan khusus yang memberikan

kelengkapan update informasi tiap saat, hingga liputan mendalam

berupa long-form. Laporan mendalam atau indepth di sajikan

kompas.com dalam bentuk multimedia story telling yang dikenal

sebagai Visual Interaktif Kompas (VIK).

Disaat media online lain berlomba menyajikan informasi

secara cepat, Kompas.com dengan adagium jurnalistik lama yang

diembannya yakini "Get it first, but first get it right" kompas.com

memandang bahwa kecepatan bukanlah tujuan utama.

Kompas.com berusaha menyajikan kebenaran informasi kepada

khalayak sebagai prioritas utama.Di era digital dan media sosial

saat ini, ketika kebenaran sulit ditemukan di antara lautan

informasi, menemukan kebenaran menjadi sangat

relevan. Kompas.com tidak ingin menjadi bagian dari kegaduhan

(noise) di media sosial. Kompas.com berupaya memberi jawaban

atas kegaduhan-kegaduhan itu (voice). Oleh sebab itu,

tim Kompas.com terbiasa bekerja untuk memfilter informasi,

baik informasi di lapangan maupun informasi di media sosial,

apakah fakta ataukah hoaks. Kami ingin

memastikan, Kompas.com bisa menjadi referensi pembaca untuk

 

Page 85: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

68

memvalidasi apakah sebuah informasi itu hoaks atau bukan.

Demi mendapatkan kebenaran jurnalistik itu kompas.com

melakukan verifikasi atas fakta dan data yang kami dapatkan di

lapangan atau di media sosial. Ada tiga hal yang menjadi

perhatian dalam proses verifikasi: observasi lapangan,

narasumber, dan data. Observasi lapangan adalah prioritas

pertama yang di lakukan kompas untuk mendapatkan fakta

orisinal. fakta tersebut kemudian didalami dengan mencari

narasumber yang dapat dipercaya.

Dalam praktiknya, setiap

wartawan Kompas.com memastikan narasumber yang dikutip

adalah sumber pertama yang berada saat peristiwa terjadi.

Informasi dari sumber kedua dan ketiga diperlakukan dengan

sikap skeptis.Selanjutnya, semua informasi dari narasumber wajib

dicek dan cek ulang ke pihak-pihak yang terkait dengan topik

yang dibahas.Kredibilitas narasumber menyangkut latar

belakang, rekam jejak, dan kredibilitasnya juga menjadi perhatian

utama demi mendapatkan pandangan yang obyektif dari mereka.

Kompas.com menyertakan sumber resmi lembaga sebagai

pemberi informasi (misal berupa link siaran pers atau link ke

sebuah data) di dalam tubuh berita sebagaimana diatur dalam

kode etik jurnalistik. Untuk data, Kompas.com memastikan data

yang diperoleh berasal dari sumber resmi yang kredibel, apakah

lembaga pemerintah atau lembaga internasional. Data yang

ditampilkan menyebutkan sumber data maupun tautan (link)

sumber tersebut. Kompas.com juga didukung lembaga riset

 

Page 86: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

69

mandiri yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) Kompas yang selama puluhan tahun teruji dengan data

yang obyektif, valid, dan independen73.

Tabel 3.3

Struktur Editorial Kompas.com74

Editor in Chief Wisnu Nugroho

Managing Editor Amir Sodikin

Assistant Managing

Editor

Johanes Heru Margianto,

Ana Shofiana Syatiri,

Laksono Hari Wiwoho,

Moh. Latip, Aris

Fertonny Harvenda

Editors Agustinus Wisnubrata,

Sandro Gatra, Bayu

Galih Wibisono, Sabrina

Asril, Inggried Dwi

Wedhaswary, Krisiandi,

Icha Rastika, Egidius

Patnistik, Kurnia Sari

Aziza, Dian Maharani,

Caroline Sondang

73 Kompas, “About Us”. Diunduh pada 04 December 2019 dari

https://inside.kompas.com/about-us.

74 Kompas.com, about us dalam https://inside.kompas.com/about-us,

diakses pada 04 December 2018 pukul 21:16 WIB

 

Page 87: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

70

Andhikayani Damanik,

Reni Susanti, Farid

Assifa, Erlangga

Djumena, Ervan

Hardoko, Glori Kyrious

Wadrianto, Bambang

Priyo Jatmiko, Aprillia

Ika, Hilda Hastuti,

Kistyarini, Taslimah

Widianti Kamil, Irfan

Maullana, Aris Fertonny

Harvenda, Agung

Kurniawan, Azwar

Ferdian, Lusia Kus Anna

Maryati, Bestari Kumala

Dewi, I Made Asdhiana,

Shierine Wangsa

Wibawa, Muhammad

Reza Wahyudi, Reska

Koko Nistanto, Aloysius

Gonsaga AE, Jalu Wisnu

Wirajati, Yunanto Wiji

Utomo, Eris Eka Jaya,

Palupi Annisa Auliani

Reporters Fabian Januarius

 

Page 88: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

71

Kuwado, Ihsanuddin,

Dani Prabowo,

Ambaranie Nadia

Kemala Movanita, Abba

Gabrillin, Nabilla

Tashandra, Kristian

Erdianto, Rakhmat Nur

Hakim, Robertus

Belarminus, Alsadad

Rudi, Jessi Carina, Andri

Donnal Putera, Kahfi

Dirga Cahya, Akhdi

Martin Pratama, Nibras

Nada Nailufar, David

Oliver Purba, Nursita

Sari, Yoga Sukmana,

Sakina Rakhma Diah

Setiawan, Pramdia

Arhando Julianto, Iwan

Supriyatna, Achmad

Fauzi, Arimbi

Ramadhiani, Ridwan Aji

Pitoko, Andi Muttya

Keteng, Tri Susanto

Setiawan, Dian Reinis

Kumampung, Ira Gita

 

Page 89: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

72

Natalia Sembiring,

Donny Apriliananda,

Febri Ardani Saragih,

Ghulam Muhammad

Nayazri, Stanly Ravel

Pattiwaelapia, Aditya

Maullana, Setyo Adi

Nugroho, Wahyu Adityo

Prodjo, Sri Anindiati

Nursastri, Silvita

Agmasari, Anggita

Muslimah, Oik Yusuf

Araya, Yoga Hastyadi

Widiartanto, Fatimah

Kartini Bohang, Ferril

Dennys Sitorus, Nugyasa

Laksamana, Antonius

Tjahjo Sasongko, Jodhi

Yudono

Photographers Roderick Adrian Mozes,

Heribertus Kristianto

Purnomo, Dino

Oktaviano Sami Putra,

Ari Prasetyo, Garry

Andrew Lotulung,

 

Page 90: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

73

Andreas Lukas A., Lulu

Cinantya

Administrative &

Scretary

Adinda Dwi Putri, Ira

Fauziah

Content Marketing Josephus Primus, Sri

Noviyanti, Mikhael

Gewati, Erwin Kusuma

Oloan Hutapea, Dimas

Wahyu Trihardjanto

C. Profil Detik.com

Detik.com mulai hadir dengan sajian lengkap pada 9 Juli

1998. Didirikan oleh beberapa praktisi media seperti Budiono

Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan (eks

wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo),

dan Didi Nugrahadi. Semula detik.com focus pada berita politik,

ekonomi, dan teknologi informasi, namun setelah situasi politik

mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detikcom mulai

menghadirkan berita hiburan dan olahraga Detik.com unggul

dalam penyajian berita-berita baru atau breaking news dan

menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Dengan menjual

breaking news dan berita-berita terupdate detik.com sukses

menjadi situs inofrmasi digital popular dikalangan pengguna

internet.

 

Page 91: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

74

Kesuksesan detik.com sebagai situs pemberitaan dapat

dilihat dari perkembangan jumlah pengunjungnya, pada awal

kemunculannya yakni pada Juli 1998 situs detikcom per harinya

menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah

situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan Internet). Sembilan

bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali

lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau

6.420.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni

1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari

dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detikcom mencapai

2,5 juta lebih per harinya. selain itu, detik.com juga menjadi salah

satu situs yang memiliki page view (jumlah halaman yang

diakses) tinggi. Page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per

harinya. sekarang detik.com menempati posisi ke enam tertinggi

dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia

Detik.com berdiri dibawah perusahaan milik Chairul Tanjung

yakni CT Corp atau Trans Corp sejak 3 Agustus 2011 . Chairul

Tanjung, pemilik CT Corp membeli detikcom secara total (100

persen) dengan nilai US$60 juta atau Rp 521-540 miliar. Sebelum

diakuisisi oleh CT Corp, saham detikcom dimiliki oleh Agranet

Tiger Investment dan Mitsui & Co. Agranet memiliki 59% saham

di detikcom, dan sisanya dimiliki oleh Tiger 39%, dan Mitsui 2%.

Detik.com merupakan salah satu portal berita yang

memiliki situs beragam. Situs-situs tersebut antara lain :

 

Page 92: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

75

detikNews (news.detik.com) Berisi informasi berita

politik-peristiwa

detikFinance (finance.detik.com) Memuat berita ekonomi

dan keuangan

detikFood (food.detik.com) Informasi tentang resep

makanan dan kuliner

detikHot (hot.detik.com) Berisi info gosip artis/selebriti

dan infotainment

detiki-Net (inet.detik.com) Memuat informasi teknologi

informasi

detikSport (sport.detik.com) Berisi info olahraga termasuk

sepak bola

detikHealth (health.detik.com) Memuat info dan artikel

kesehatan

20detik (tv.detik.com/20detik/) Memuat original konten

video mulai dari news sampai lifestyle

detikFoto (foto.detik.com) Memuat berita foto

detikOto (oto.detik.com) Memuat informasi mengenai

otomotif

detikTravel (travel.detik.com) Memuat informasi tentang

liburan dan pariwisata

 

Page 93: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

76

detikEvent (event.detik.com) Memuat event-event yang

diadakan dan kerjasama dengan Detikcom

detikForum (forum.detik.com) Tempat diskusi online

antar komunitas pengguna Detikcom

blogDetik (blog.detik.com) Tempat pengakses mengisi

info atau artikel, foto, video di halaman blog pribadi

Wolipop (wolipop.detik.com) Berisi informasi tentang

wanita dan gaya hidup

Iklan Baris (iklanbaris.detik.com) Berisi Iklan yang

langsung diisi konsumen

Pasangmata (pasangmata.detik.com) Informasi berita dari

pengguna dan dimoderasi oleh Admin75

Tabel 3.4

Redaksi Detik.com76

Direktur

Pemberitaan

: Ahmad Ridwan Dalimunthe

Pemimpin : Iin Yumiyanti

75 Wikipedia, “Detik.com”. Diunduh pada 11 Februari 2019 Pukul

22:26 WIB dari https://id.wikipedia.org/wiki/DetikCom

76 Detik.com, “Redaksi”. Diunduh pada diakses pada 11 Februari

2019 Pukul 22:26

WIB dari https://www.detik.com/dapur/redaksi.

 

Page 94: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

77

Redaksi/Penanggung

Jawab

Wakil Pemimpin

Redaksi

: Andi Abdullah Sururi, Ardhi

Suryadhi, Elvan Dany Sutrisno

Kepala Peliputan Ahmad Toriq (Jakarta), Triono

Wahyu Sudibyo (Daerah dan Luar

Negeri)

DetikNews : Fajar Pratama (Redaktur Pelaksana),

Hestiana Dharmastuti (Wakil

Redaktur Pelaksana)

Aditya Fajar Indrawan, Aditya

Mardiastuti, Andi Saputra, Bagus

Prihantoro Nugroho, Bahtiar Rifai,

Bisma Alief, Danu Damarjati,

Dhani Irawan, E Mei Amelia

Rahmat, Edward Febriyatri

Kusuma, Elza Astari Retaduari,

Erwin Dariyanto, Ferdinan,

Herianto Batubara, Idham Khalid,

Indah Mutiara Kami, Jabbar

Ramdhani, Kartika Sari Tarigan, M

Taufiqurrahman, Nathania Riris

Michico, Nograhany Widhi K, Novi

 

Page 95: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

78

Christiastuti Adiputri, Ray Jordan,

Rina Atriana, Rita Uli Hutapea,

Rivki, Ahmad Ziaul Fitrahudin,

Muhammad Fida Ul Haq, Niken

Purnamasari, Andhika Prasetia,

Noval Dhwinuari Antony, Bartanius

Dony A, Arief Ikhsanudin, Ibnu

Haryanto, Gibran Maulana, Haris

Fadhil, Galang Aji Putro, Ahmad

Bil Wahid, Dewi Irmasari, Heldania

Utri Lubis, Kanavino, Cici Marlina

DetikFinance : Angga Aliya ZRF (Redaktur

Pelaksana)

Hans Henricus B.S.A, Dana

Aditiasari, Zulfi Suhendra, Ardan

Adhi Chandra, Eduardo

Simorangkir, Fadhly Fauzi

Rachman, Hendra Kusuma, Danang

Sugianto, Puti Aini Yasmin, Sylke

Febrina Laucereno, Trio

Hamdani, Selfie Miftahul

Jannah, Achmad Dwi Afriyadi

DetikSport : Doni Wahyudi (Redaktur

Pelaksana), Kris Fathoni (Wakil

Redaktur Pelaksana)

 

Page 96: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

79

Amalia Dwi Septi, Femi Diah N,

Fredy Meylan Ismawan, Lucas

Aditya, Mercy Raya, Mohammad

Resha Pratama, Novitasari Dewi

Salusi, Okdwitya Karina Sari, Rifqi

Ardita Widianto

DetikHot : Nurul Ken Yunita (Redaktur

Pelaksana), Nugraha Rodiana

(Wakil Redaktur Pelaksana)

Asep Syaifullah,Delia Arnindita

Larasati, Desy Puspasari, Devy

Octafiani, Dicky Ardian, Komario

Bahar, Mahardian Prawira Bhisma,

Mauludi Rismoyo, Prih Prawesti,

Tia Agnes Astuti, Febriyantino Nur

Pratama, Dyah Paramita Saraswati,

Hanif Hawari, Veynindia Esaloni

DetikInet : Achmad Rouzni Noor II (Redaktur

Pelaksana), Fino Yurio Kristo

(Wakil Redaktur Pelaksana)

Anggoro Suryo Jati,Rachmatunnisa,

Josina, M. Alif Goenawan, Adi Fida

Rahman

DetikHealth : AN Uyung Pramudiarja (Redaktur

Pelaksana)

 

Page 97: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

80

Firdaus Anwar, M Reza

Sulaiman, Radian Nyi Sukmasari,

Rahma Lillahi Sativa, Suherni

Wolipop : Eny Kartikawati (Redaktur

Pelaksana), Hestianingsih (Wakil

Redaktur Pelaksana)

Alissa Safiera, Daniel Ngantung,

Kiki Oktaviani, Rahmi

Anjani, Mohammad Abduh

DetikFood : Odilia Winneke (Redaktur

Pelaksana)

Lusiana Mustinda, Maya Safira,

Andi Annisa Dwi Rahmawati

DetikTravel : Fitraya Ramadhanny (Redaktur

Pelaksana), Afif Farhan (Wakil

Redaktur Pelaksana)

Johanes Randy, Kurnia Yustiana,

Wahyu Setyo Widodo, Ahmad

Masaul Khoiri

DetikOto : Dadan Kuswaraharja (Redaktur

Pelaksana), M. Luthfi Andika

(Wakil Redaktur Pelaksana)

Khairul Imam Ghozali, Dina

Rayanti, Rangga Rahadiansyah

 

Page 98: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

81

DetikX : Irwan Nugroho (Redaktur

Pelaksana), Sapto Pradityo (Wakil

Redaktur Pelaksana)

Aryo Bhawono, Deden Gunawan,

Ibad Durrohman, Melisa Mailoa , M

Rizal Maslan, Pasti Liberti Mappapa

DetikFoto : Dikhy Sasra (Redaktur Pelaksana)

Rachman Haryanto, Agus Purnomo,

Aries Suryono, Agung Pambudhy,

Ari Saputra, Grandyos Zafna,

Rengga Sancaya, M. Ridho Suhandi

20Detik : Gagah Wijoseno (Redaktur

Pelaksana), Fuad Fariz (Wakil

Redaktur Pelaksana)

M. Abdurrosyid, Achmad Triyanto,

Adil Pradipta Huwa, Aji Bagoes

Risang, Anggoro Fajar

Purnomo, Billy Triantoro, Budi

Setiawan, Deny Fitrianto, Didik

Dwi, Esty Rahayu Anggraini,

Fahrur Rozi, Ihsan Dana, Lintang

Jati Rahina, Ichsan Luthfi,

Iswahyudy, Marisa, Isfari Hikmat

Muhammad Zaky Fauzi Azhar,

Nandya Bachtiar, Niza Sari Pratiwi,

 

Page 99: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

82

Nugroho Tri Laksono, Okta

Marfianto, Rahma Yoga Wedar,

Raisha Anazga, Septiana Ledysia,

Suci Seto, Tri Aljumanto, Wirsad

Hafiz, Yandra Wijaya

Brand Newsroom : Mega Putra Ratya (Head), Niken

Widya Yunita

Redaktur Bahasa : Habib Rifai, Hadi Prayuda

Biro Daerah dan

Luar Negeri

Jawa Timur : Budi Sugiharto (Kepala Biro)

Surabaya : Budi Hartadi, Fatichatun

Nadiroh, Imam Wahyudiyanta, Rois

Jajeli, Zainal Effendi, Nila Ardiani

Banyuwangi : Putri Akmal

DI Yogyakarta : Bagus Kurniawan (Kepala Biro)

Yogyakarta : Sukma Indah

Permana, Ati Dirgawati

Jawa Barat : Erna Mardiana (Kepala Biro)

Bandung: Avitia Nurmatari, Baban

Gandapurnama, Mukhlis Dinillah

 

Page 100: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

83

Purwakarta : Tri Ispranoto

Jawa Tengah : Muchus Budi

Rahayu (Solo), Angling Adhitya

Purbaya (Semarang)

Riau : Chaidir Anwar Tanjung (Pekanbaru)

Sulawesi Selatan : Muhammad Nur

Abdurrahman (Makassar)

Research and

Development

: Sudrajat (Head), Dwi Arif

Ikhwanto, Dedi Irawan, Nita

Rachmawati, Andhika

Akbaryansyah, Edi Wahyono, Fuad

Hasim, Luthfy Syahban, Mindra

Purnomo, Zaki Alfarabi

Community dan

Pasangmata.com

: Meliyanti Setyorini (Head) , Ai

Chintia Ratnawati, Ardi Cahya

Rosyadi, Marwan, M Fayyas,

Radiyanto, Sari Amalia, Stefanus

Agung Pratomo, Winati Suhestia

Sekretaris Redaksi : Marina Deviyanti (Head), M Sidik,

Febby Kusuma Dewi, Satika

Putriana, Tisna Rias Pratiwi, Siti

 

Page 101: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

84

Nurhasanah

Alamat Redaksi : Gedung Transmedia - Lantai 8-9

Jln. Kapten Tendean kav. 12-14A,

Jakarta Selatan, 12790 Telp: (021)

7918 7722 (Hunting)

Fax. (021) 7918

7727 Email: redaksi[at].detik.com

Kontak Iklan : Telp: (021) 7918 7722

Email: sales[at]detik.com

Alamat Biro

Yogyakarta

: Jl Gayam No. 5, Ruko Mutiara 1

Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

55225

Telp: (0274) 292 3597

Alamat Biro Jawa

Timur

: Jl. Mangkunegoro No. 8 Surabaya

Telp/ Fax: (031) 99531416

Email: redaksi[at]detiksurabaya.com

Alamat Biro Jawa

Barat

: Management Office Trans Studio

Bandung P3, Jl Gatot Subroto no

289, Bandung 40273

Email: redaksi[at]detikbandung.com

 

Page 102: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

85

D. Profil Tribunnews.com

Tribnnews.com adalah situs berita yang dikelola oleh PT

Tribun Digital Online yang merupakan divisi Koran Daerah

Kompas Gramadia (Group of Regional Newspaper) berlokasi di

Gedung Group of Regional Newspaper Kompas Gramedia, Jl

Palmerah Selatan No 3, Jakarta Pusat Tribunnews.com

menyajikan jenis pemberitaan yang cukup lengkap yakni meliputi

berita nasional, regional, internasional, olahraga, ekonomi dan

bisnis, serta berita selebritis dan lifestyle. Tribunnews.com

merupakan situs induk bagi lebih dari 20 situs berita daerah

Tribun Network. Situs pemberitaan ini menyajikan halaman

digital paper dari Koran-koran Tribun Network. Berbeda dari

epaper lain yang merupakan replica dari edisi cetak, digital paper

Tribunnews.com adalah Koran yang hanya terbit secara online

dalam format digital tanpa adanya versi cetak.77

Tribunnews menyediakan wadah bagi masyarakat untuk

ikut serta dalam berbagi informasi ataupun menyampaikan

gagasan dan pengalaman empiris yang bermanfaat bagi

kehidupan bangsa melalui dua rubrik Tribunnews, yaitu

Tribuners dan Citizen Reporter. . Tribunnews juga mengelola

forum diskusi serta beberapa komunitas online, seperti melalui

Facebook, Twitter, dan Google+. Sesuai dengan perkembangan

zaman, Tribunnews juga menyediakan Tribunnews mobile

dengan alamat m.tribunnews.com, sehingga memudahkan para

77 Tribunnews.com, “About Us”. Diunduh pada 04 Agustus 2019 dari

http://www.tribunnews.com/about-us.

 

Page 103: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

86

pembaca dan memungkinkan untuk memperoleh berita

dimanapun dan kapanpun.

Portal Berita Tribunnews menurut Alexa menempati

posisi pertama diatas detik.com dan Kompas.com Portal Berita

ini didukung oleh 500 wartawan dari 22 surat kabar di 19 kota.78

Tabel 3.5

Redaksi Tribunnews.com79

Director : Herman Darmo, Sentrijanto

General

Manager

: Dahlan Dahi

Board of Editor : Herman Darmo, Febby Mahendra Putra,

Achmad Subechi, Dahlan Dahi

78 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Tribunnews.com”, Wikipedia

Bahasa Indonesia, Diunduh pada 04/08/2018,

https://id.wikipedia.org/wiki/Tribunnews.com

79 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Tribunnews.com”, Wikipedia

Bahasa Indonesia, Diunduh pada 04/08/2018,

https://id.wikipedia.org/wiki/Tribunnews.com

 

Page 104: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

87

Editor in Chief : Dahlan Dahi

News Manager : Yulis Sulistyawan

Assistant

Content

: Yudie Thirzano

Editor : Agung Budi Santoso, Anita

Kusumawardhani, Antonius

Bramantoro, Choirul Arifin, Dewi

Agustina, Fajar Anjungroso,

Hasanuddin Aco, Hendra Gunawan,

Husein Sanusi, IGN Sawabi, Johnson

Simanjuntak, Hasiolan Eko Purwanto

Gultom, Ravianto, Sanusi, Choirul

Arifin, Sugiyarto, Samuel Febriyanto,

Yogi Gustaman, Adi Suhendi, Eko

Sutriyanto, Willem Jonatan

Editor Image : Dani Permana, FX Ismanto

 

Page 105: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

88

Editor Video : Bian Harnansa, Sapto Nugroho

Tabel 3.6

Struktur Redaksi Newsroom Jakarta80

Editor : Ade Mayasanto, Rahmad Hidayat, Deny

Budiman, Dodi Esvandi, Willy

Widianto, Muhammad Barir o

Reporter : Abdul Qodir Zaelani, Adiatmaputra

Fajar Pratomo, Danang Setiaji,

Deodatus S Pradipto, Eri Komar Sinaga,

Ferdinand Waskita, Glery Lazuardi,

Imanuel Nicolas Manafe, Muhammad

Zulfikar, Nurmulia Rekso Purnomo,

Srihandriatmo Malau, Theresia

Felesiani, Wahyu Aji, Taufik Ismail,

Seno Tri Sulistiyono, Achmad Rafiq,

Reynas Abdila, Fahdi Fahlevi, Ruth

Vania, Dennis Destryawan , Ruth Vania

Christine, Amriyono Prakoso

Fotografer

(Jakarta)

: Herudin, Jeprima, Irwan Rismawan Dahi

80 Ibid

 

Page 106: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

89

Reporter/

Forografer

(Daerah)

Tribun Network

 

Page 107: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

91

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Framing Robert N. Entman Republika Online

Tabel 4.1

Analisis Pemberitaan “ Merayakan Keharmonisan”,

Rilis : 30 January 2017

PERANGKAT ANALISIS MERAYAKAN

KEHARMONISAN

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Imlek Ada peleburan batas-batasan

agama danbudaya dalam

perayaan Imlek

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Etnis Tionghoa muslim yang

menganggap bahwa Imlek hanya

perayaan budaya

Moral Evaluation

(Membuat pilihan moral)

Imlek dijadikan sarana untuk

menjalin komunikasi dan

silaturahmi.

Treatment Recommendation Masyarakat khusunya muslim

tionghoa harus tahu batasan

 

Page 108: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

92

(Menekankan penyelesaian) mana yang diperbolehkan

dalam merayakan Imlek

Problem Identification (Pendifinisian masalah),

merupakan elemen pertama dalam analisis framing Entman.

Elemen ini melihat bagaimana wartawan memahami sebuah

peristiwa yang nantinya akan dikemas menjadi pemberitaan.

Dalam elemen ini Republika Online melihat bahwa terdapat

peleburan batasan agama dan budaya dalam perayaan Imlek. Hal

ini terlihat dalam penggalan teks pemberitaan berikut :

“Bagi warga keturunan Tionghoa, perayaan Imlek

adalah hari besar yang paling dinanti. Sejatinya, perayaan

Imlek adalah penanda bermula hari pertama di bulan

pertama dalam penanggalan Tionghoa. Untuk merayakan

awal yang baru, mereka merayakan kemeriahan itu dalam

berbagai jamuan dan keriaan. Perayaan Imlek seolah

melebur batas agama dan status sosial dalam kemeriahan

yang sangat khas.” – paragraph ke-681

Melalui pemberitaan ini Republika Online ingin

menunjukan bahwa masyarakat Indonesia masih belum bisa

membedakan batasan-batasan agama dan budaya dalam perayaan

Imlek. Hal ini dikarenakan kemeriahan perayaan Imlek yang

sangat kental dengan unsur budaya seperti pertunjukan barongsai,

dan pertunjukan kebudayaan china lainnya yang bisa dinikmati

oleh seluruh lapisan masyarakat dan tidak terbatas bagi etnis

81 Endah Hapsari, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada 03

Januari 2018 pukul 19:30 WIB, dari

https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/17/01/30/okkr4613-

merayakan-keharmonisan.

 

Page 109: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

93

Tionghoa saja. Namun, disatu sisi Imlek juga identik dengan

berbagai ritual keagamaan seperti sembahyang di vihara atau

klenteng dan menyediakan sesajian tertentu untuk para leluhur.

Kegiatan inilah yang dilarang dan tidak bisa dilakukan oleh umat

Islam.

Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah),

dalam Causal Interpretation terlihat bagaimana wartawan

mengidentifikasi sumber masalah baik siapa saja yang dianggap

sebagai aktor dalam sebuah peristiwa (who), atau apa yang

menjadi penyebab masalah? (what).

Identifikasi Republika Online mengenai Imlek sebagai

perayaan budaya dan bukan perayaan agama ditunjukan dengan

adanya etnis Tionghoa mualaf yang masih merayakan Imlek

dengan status barunya sebagai seorang muslim. Terdapat tiga

etnis Tionghoa muslim yang dihadirkan Republika Online dalam

pemberitaan yakni antara lain Muhammad Andriansyah (28

tahun), Yurike (25), Syarif Siangan Tanudjaya yang merupakan

tokoh Muslim Tionghoa. Ketiga narasumber menceritakan

bagaimana mereka merayakan Imlek dengan statusnya sebagai

seorang muslim. Melalui pendapat Syarif Siangan Tajudjaya

Republika online menyatakan bahwa tidak ada larangan bagi

umat muslim untuk merayakan Imlek. Hal ini dikarenakan

Republika Online melihat bahwa Imlek adalah perayaan budaya

dan bukan perayaan agama. Seperti yang terlihat pada teks

berikut :

 

Page 110: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

94

"Kita sebagai etnis Tionghoa merayakan Imlek tidak

ada kaitannya dari segi agama. Imlek merupakan

perayaan tahun baru etnis Tionghoa, siapa pun etnis

Tionghoa ikut merayakan," kata Syarif kepada

Republika, Rabu (25/1).82

Bagi para etnis Tionghoa, Imlek adalah perayaan budaya

yang siapapun boleh ikut merayakannya. Hal inilah yang

membuat perayaan Imlek dapat meleburkan perbedaan agama

dan status sosial. Tanpa memandang agama atau status sosial

apapun, semua etnis Tionghoa atau masyarakat lain pun dapat

ikut serta dalam perayaan Imlek.

Moral Evaluation (Membuat pilihan moral), elemen ini

digunakan untuk membenarkan argumentasi pada pendefinisian

masalah yang telah dibuat. Terdapat suatu gagasan atau nilai yang

disampaikan kepada khalayak melalui teks pemberitaan,

umumnya gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu

yang familiar oleh khalayak.

Republika Online melihat Imlek sebagai ajang

silaturahmi, komunikasi dan toleransi. Hal ini ditunjukan oleh

narasumber etnis Tionghoa muslim yang dihadirkan Republika

Online dalam pemberitaan. Ketiga narasumber mengatakan

bahwa tujuan mereka merayakan Imlek semata-mata untuk

menjalin silaturahmi dan komunikasi dengan sanak keluarga

82 Endah Hapsari, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada 03

Januari 2018 pukul 19:30 WIB dari

https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/17/01/30/okkr4613-

merayakan-keharmonisan.

 

Page 111: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

95

sesama etnis Tionghoa. Seperti pernyataan Syarif Siangan

Tajudjaya pada teks pemberitaan berikut ;

“Tokoh Muslim Tionghoa yang menjadi pembina

mualaf, Syarif Siangan Tanudjaya mengatakan, bagi

Muslim Tionghoa perayaan Imlek semata-mata untuk

menjalin komunikasi dengan etnis Tionghoa, khususnya

dengan keluarga yang non-Muslim. Jadi, Imlek sebagai

salah satu sarana menjalin komunikasi.”83

Selain itu, Republika Online juga melihat bahwa perayaan

Imlek bisa dijadikan sebagai ajang dakwah dan menunjukan

toleransi dalam Islam. Hal ini ditunjukan Republika Online

melalui pernyataan salah satu narasumber etnis Tionghoa mualaf

Muhammad Andriansyah pada lead pemberitaan :

“Perayaan Imlek tahun ini tampaknya menjadi

perayaan yang berbeda untuk Muhammad Andriansyah

(28 tahun). Inilah kali pertama dia merayakan Imlek

dengan status barunya sebagai seorang Muslim. Pada

Agustus tahun lalu, dia resmi memeluk agama Islam.

Maka itu, saat Imlek tahun ini, Andriansyah pun

merayakannya dengan mengemban misi tersendiri.

''Imlek bisa menjadi sarana dakwah untuk mensyiarkan

Islam,'' ujarnya.”

“Bagi dia, kehadiran Muslim Tionghoa di tengah

perayaan menunjukkan kebersamaan. Hal tersebut juga

menunjukkan umat Islam yang toleran.”84

Dengan turut serta dalam perayaan Imlek, secara tidak

langsung para etnis Tionghoa Muslim dapat memperkenalkan

83 Ibid

84 Ibid

 

Page 112: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

96

Islam kepada sanak keluarga yang non muslim dan

memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang toleran. Islam

bukanlah agama yang kaku dan tidak melarang umatnya untuk

merayakan budaya Imlek apalagi dengan tujuan untuk

bersilaturahmi kepada sanak saudara yang non muslim.

Treatment Recomendation( Menekankan Penyelesaian ),

solusi yang ditampilkan Republika Online dalam pemberitaan ini

adalah mengenai pelaksanaan toleransi yang memiliki batasan.

Meski tidak ada larangan bagi etnis Tionghoa muslim merayakan

Imlek, namun dalam pelaksanaannya etnis Tionghoa muslim

harus mengetahui batasan yang bisa dilakukan dan hal-hal yang

harus dihindari dalam perayaan Imlek. Seperti yang terlihat pada

penggalan teks berikut :

“Kendati begitu, Andriansyah telah menetapkan

batasannya. Untuk dia, Muslim Tionghoa yang ikut

merayakan Imlek tetap ada batasan. Sebagai seorang

Muslim, dia menghormati dan mengucapkan selamat

tahun baru bagi etnis Tionghoa. Namun, tidak mengikuti

ritual keagamaan yang biasa dilakukan kalangan non-

Muslim saat Imlek.”

“Misalnya, bila saat perayaan Imlek dihidangkan

makanan dan ternyata di antara makanan tersebut ada

makanan yang tidak boleh dimakan menurut ajaran Islam,

dia bakal menolak mentah-mentah. "Setelah memeluk

Islam, sekarang saya enggak makan kalau ikut ke

perayaan Imlek," katanya.”85

85 Ibid

 

Page 113: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

97

Sebagai seorang muslim, etnis tionghoa muslim yang

turut serta merayakan Imlek harus menghindari hal-hal yang

dilarang dalam Islam seperti memakan makanan yang tidak halal,

dan menghindari ritual-ritual agama lain yakni sembahyang di

vihara dan memberikan sesembahan tertentu untuk para leluhur.

Solusi inilah yang ditampilkan Republika Online untuk para

pembaca khususnya etnis Tionghoa muslim dalam merayakan

Imlek. Dalam Islam terdapat aturan dan batasan dalam

melakukan toleransi, inilah salah satu hal yang ditonjolkan oleh

Republika Online dalam pemberitannya. Republika Online

menggolongkan toleransi agama bukan sebagai sikap menerima

dan menghormati umat agama lain dalam artian yang bebas dan

tanpa batas. Namun, toleransi dilakukan dengan cara yang baik

dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam di dalamnya.

Tabel 4.2

Analisis Pemberitaan “Acara Cap Go Meh Digelar di Masjid,

MUI:Astagfirullah!”, Rilis : 18 Februari 2017

PERANGKAT ANALISIS Acara Cap Go Meh Digelar

di Masjid, MUI:

Astagfirullah!

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Acara Cap Go Meh di Masjid

adalah praktik toleransi yang

keluar batas.

 

Page 114: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

98

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Masyarakat dan pemerintah

kurang memahami batasan

toleransi.

Moral Evaluation

(Membuat pilihan moral)

Masjid sebagai tempat Ibadah

sangat dijaga kecuciannya

sehingga tidak bisa dikaitkan

dengan toleransi muamalah

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Pemerintah diaharapkan untuk

membuat acara yang religious

dan menghindari acara-acara

profokattif untuk menjaga

kerukunan dan toleransi antar

umat beragama.

Problem Identification (Pendefinisian masalah), dalam

pemberitaan ini Republika Online menuliskan tentang tanggapan

MUI mengenai rencana pelaksanaan Acara Cap Go Meh di

Masjid Agung Semarang. Republika Online mengidentifikasi

bahwa pelaksanaan Acara Cap Go Meh di Masjid Agung

semarang adalah praktik toleransi yang keluar batas. Hal ini

ditunjukan Republika Online melalui pernyataan Anton Tabah

Digdoyo berikut :

"Saya langsung istighfar mohon ampun pada

Allah, kok sampai segitunyaminta toleransi?" kata mantan

jendral petinggi Polri ini saat

dihubungi Republika.co.id, Sabtu (18/2).

 

Page 115: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

99

“Anton yang juga Wakil Ketua Komisi Hukum

MUI Pusat ini mengatakan dalam budaya Jawa ada ajaran

luhur ngono yo ngono nanging ojo ngonoyang artinya

tindakan berlebihan dan semena-mena bisa merubah

simpati masyarakat. "Maknanya sangat dalam, ini harus

saling memahami sehingga bisa saling menjaga hati. Good

will," ujarnya.”86

Dengan melaksanakan Acara Cap Go Meh di Masjid

Republika Online menilai bahwa panitia dan aparat pemerintahan

bertindak intoleran karna tidak menghargai aturan dalam Islam.

Hal ini terlihat pada penggalan teks berikut :

“Anton meminta semua umat bisa menghargai

aturan Islam, karena Islam agama terakhir yang paripurna

ajarannya karena lebih detail dari agama-agama lain.

Bahkan masalah buang air kecil pun, Anton mengatakan

diatur adabnya dalam Islam.”87

Dalam pemberitaan ini, Republika Online menampilkan

penolakannya terhadap rencana Acara Cap Go Meh di Masjid.

Penolakan ini diperllihatkan Republika Online mulai dari

penggunaan judul pemberitaan yakni “Acara Cap Go Meh

Digelar di Masjid, MUI:Astagfirullah!”. Penggunaan kata

“Astagfirullah” pada judul memperlihatkan penolakan Republika

Online pada masalah yang terjadi. Hal ini dikarenakan kata

86 Andi Nur Amniah, “ Acara Cap Go Meh Digelar di Masjid MUI:

Astagfirulah!” dalam https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/17/02/18/oljl40384-acara-cap-go-meh-digelar-di-masjid-mui-

astaghfirulah, diakses pada 20 Januari 2018 pukul 12:00 WiB

87 Ibid

 

Page 116: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

100

“Astagfirullah” dalam Islam memiliki arti “Aku memohon ampun

kepada Allah” sering digunakan umat Islam ketika melakukan

kesalahan atau melihat sesuatu kekeliruan.

Causal Interpretation (Memperkirakan penyebab

masalah), dalam pemberitaan ini Republika Online melihat

bahwa intoleransi yang terjadi disebabkan oleh kurangnya

pemahaman aparat pemerintah dan masyarakat umum mengenai

batasan toleransi. Seperti yang terlihat dalam penggalan teks

berikut :

“Mantan ajudan presiden ke dua ini menuturkan

ajaran Islam sangat detil tentang masjid sebagai ranah

ibadah bukan muamalah. Sehingga jangan dikaitkan

dengan toleransi. Karena kata dia, toleransi itu saling

hormati dalam beribadah bukan lalu boleh apa saja.”88

Melalui pemberitaan ini Republika Online membagi

toleransi kedalam dua jenis yaitu toleransi muamalah dan

toleransi ibadah. Toleransi muamalah adalah toleransi yang

dilakukan antar manusia sebagai bagian dari lingkungan sosial

seperti membantu antar tetangga, gotong royong dalam

membangun negara, dan saling melindungi antar sesama

masyarakat. Sedangkan toleransi ibadah adalah bentuk

penghormatan akan ibadah dan keyakinan umat agama lain tanpa

mencampuri atau mengusik ajaran yang diimani oleh umat agama

tersebut. Oleh sebab itu, pelaksanaan acara Cap Go Meh di

Masjid merupakan salah satu bentuk intoleransi karena Masjid

bukanlah ranah muamalah melainkan ranah ibadah umat Islam

88 Ibid

 

Page 117: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

101

yang tidak boleh diganggu karna sangat dijaga kesuciannya

dalam Islam.

Make Moral Judgment (Membuat pilihan moral), dalam

pemberitaan ini Republika Online menunjukan kepada pembaca

bahwa masjid sebagai tempat ibadah umat Islam yang sangat

dijaga kesuciannya. Terdapat aturan dan adab yang harus dipatuhi

ketika seseorang ingin memasuki masjid. Hal ini terlihat dari

beberapa penggalan teks berikut :

“Anton menuturkan sebuah bangunan masjid

dalam Islam bukan bangunan biasa tapi termasuk rumah

Allah. Sehingga ada etika dan tata cara tersendiri untuk

masuk ke dalam masjid. Di antaranya harus suci dari

hadas kecil maupun besar. "Apalagi ketika umat Muslim

berada di dalam masjid tidak setiap orang boleh masuk

masjid," katanya lagi.

"Tentang masjid rumah Allah khusus untuk

agungkan dan muliakan Allah dijelaskan antara lain

dalam Alquran surat 24 ayat 36. Dijelaskan oleh Nabi

SAW dalam gadits Musilm nomor 1.070 dan nomor 4.867

yang sangat menggetarkan hati kita," katanya.

“Mantan ajudan presiden ke dua ini menuturkan

ajaran Islam sangat detil tentang masjid sebagai ranah

ibadah bukan muamalah. Sehingga jangan dikaitkan

dengan toleransi. Karena kata dia, toleransi itu saling

hormati dalam beribadah bukan lalu boleh apa saja.”89

Pentingnya menjaga kesucian masjid sebagai tempat

ibadah umat Islam sangat ditekankan oleh Republika Online. Hal

ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca

89 Ibid

 

Page 118: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

102

bahwa dalam Islam terdapat etika dan aturan yang tidak boleh

diabaikan. Masjid sebagai ranah Ibadah tidak boleh dikaitkan

dengan penerapan toleransi muammalah. Oleh sebab itu,

pemerintah dan masyarakat diharapkan bisa mengerti dan

menghormati aturan-aturan yang diyakini dalam Islam.

Treatment Recomendation (Menekankan penyelesaian),

elemen ini memerlihatkan jalan apa yang dipilih untuk

menyelesaikan masalah. Dalam pemberitaan ini Republika

Online meminta pemerintah untuk tidak melaksanakan acara-

acara yang bersifat profokatif. Seperti yang dapat dilihat dalam

paragraf akhir pemberitaan berikut :

“Menurut Anton yang juga Ketua Penanggulangan

Penodaan Agama itu, festival semacam itupun sejujurnya

tak lazim jika diadakan di negara atau kota mayoritas

Muslim. Seharusnya dia mengatakan, pemerintah

setempat jika membuat acara buatlah acara yang religius

dan tidak provokatif sehingga kerukunan toleransi selalu

terjaga.”90

Melalui pernyaaan tersebut, Republika Online meminta

pemerintah untuk lebih menghargai umat Islam dengan tidak

menyelenggarakan acara-acara yang dapat memprofokasi

masyarakat. Peran pemerintah sebagai pembuat keputusan atau

take holder dinilai menjadi solusi bagi intoleransi yang

berkembang di masyarakat. Pemerintah dirasa perlu lebih

memahami mengenai toleransi yang sebenarnya, dan tidak

mencampurkan toleransi ibadah dan muamalah. Pemerintah juga

90 Ibid

 

Page 119: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

103

diharapkan dapat lebih memahami batasan toleransi dan

menghormati ajaran Islam sebagai agama paripurna terlebih

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk

beragama Islam terbesar di dunia.

B. Analisis Framing Entmant Kompas.com

Tabel 4.3

Pembingkaian Pemberitaan “Menjaga Toleransi Lewat

Peraturan Daerah”, Rilis : 29 Maret 2017

PERANGKAT ANALISIS Menjaga Toleransi

Lewat Peraturan

Daerah

Problem

Identification(Pendefinisian

masalah )

Peraturan Daerah Diskriminatif

melanggar Hak Asasi

Manusia dan Kebebasan

beribadah dan beragama

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Besarnya wewenang yang

dimiliki pemda tidak jarang

disalahgunakan sehingga

menghasilkan sejumlah

kebijakan yang justru

mengancam persatuan dan

kesatuan.

Moral Evaluation (Membuat pilihan

moral)

Masyarakat harus memiliki

nilai toleransi yang

 

Page 120: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

104

tertanam di diri masing-

masing.

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Harapan besar disematkan ke

pemerintah agar bertindak

tegas terhadap praktik

intoleran.

Problem Identification (Pendefinisian masalah), dalam

pemberitaan ini Kompas.com menuliskan mengenai Peraturan

Diskriminatif yang terdapat di daerah-daerah. Kompas.com

menilai bahwa kehadiran Perda diskriminatif telah melanggar

Hak Asasi Manusia. Hal ini ditunjukan Kompas.com di beberapa

teks pemberitaan, salah satunya terlihat dalam penggalan teks

berikut:

“Ancaman terhadap persatuan terjadi di sejumlah

daerah dalam bentuk tindakan intoleran. Peraturan

daerah diharapkan menjadi tumpuan pencegahan.” –

paragraph ketiga

“Salah satu bentuknya adalah dengan

menerbitkan peraturan daerah (perda).Besarnya

wewenang yang dimiliki pemda tidak jarang

disalahgunakan sehingga menghasilkan sejumlah

kebijakan yang justru mengancam persatuan dan

kesatuan.”91 Paragraph kelima

91 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan” dalam

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lew

at.peraturan.daerah?page=all, diakses pada 20 January 2018 pukul 11:37

 

Page 121: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

105

Kompas.com melihat permasalahan Perda Diskriminatif

sebagai bentuk pelanggaran atas Hak Asasi Manusia. Penilaian

ini diperlihatkan Kompas.com dengan menggunakan data yang

berasal lembaga yang bergerak dalam bidang HAM seperti

Komnas HAM, DUHAM, dan Wahid Insitute. Seperti yang

terdapat dalam penggalan teks berikut :

“Sejak awal Desember 2015, Komnas HAM

melakukan kajian terhadap kebijakan daerah yang

diskriminatif di enam daerah, Kota Bekasi, Kota Bogor,

Kota Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten

Cianjur, dan Kabupaten Kuningan.”- Paragraf keenam

“Kajian Komnas HAM dilakukan untuk

memetakan perda-perda intoleran di wilayah tertentu.” –

Paragraf ketujuh

“Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pekan lalu

memperlihatkan bahwa publik menolak kehadiran perda

yang mengancam harmonisasi kehidupan bangsa dan

bernegara.” – Paragraf kedelapan

Terlihat dalam teks diatas, Kompas.com selalu menarik

permasalahan dalam pemberitaan kepada nilai-nilai hak asasi

manusia khususnya dalam ranah kebebasan beribadah dan

beragama (KBB). Perhatian besar Kompas.com dalam menyoroti

kehadiran Perda Diskriminatif ditunjukan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Litbang Kompas sendiri mengenai tanggapan

masyarakat akan kehadiran perda diskriminatif.

Hasil kajian ini dihadirkan Kompas.com dalam bentuk

diagram yang diletakan ditengah pemberitaan. Penggunaan

diagram merupakan salah satu cara media untuk menekankan

 

Page 122: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

106

pesan dalam pemberitaan, diagram memungkinkan data bisa

dilihat lebih mudah dan menarik perhatian pembaca.

Gambar 4.1

Dalam hal ini Kompas.com secara khusus mensorot Perda

yang mengatur hal-hal yang berkenaan dengan hak teologis

warga negara. Seperti yang terdapat pada penggalan

paragrafberikut :

“Bentuk-bentuk obyek pengaturan yang ditolak

adalah hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan.”

“Misalnya, perda-perda yang membatasi kegiatan

ibadah ataupun mempersulit pembangunan rumah

ibadah kelompok minoritas.”92

Causal Interpretation ( memperkirakan penyebab

masalah), dalam hal ini Kompas.com melihat bahwa wewenang

besar yang diemban oleh Pemerintah Daerah sebagai penyebab

masalah dalam pemberitaan. Hal ini dapat dilihat dari penggalan

paragraf berikut :

“Peraturan daerah diharapkan menjadi tumpuan

pencegahan.Setelah reformasi, pemerintah daerah

92 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada diakses pada 20 January 2018 pukul 11:37 WIB

dari https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lewat.peraturan.daerah?page=all

 

Page 123: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

107

(pemda) memiliki wewenang yang lebih besar untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

atau yang dikenal sebagai otonomi daerah.Salah satu

bentuknya adalah dengan menerbitkan peraturan daerah

(perda).Besarnya wewenang yang dimiliki pemda tidak

jarang disalahgunakan sehingga menghasilkan sejumlah

kebijakan yang justru mengancam persatuan dan

kesatuan.”93

Melalui teks diatas, Kompas.com melihat bahwa

wewenang besar yang diberikan kepada Pemerintah Daerah untuk

mengatur daerahnya secara keseluruhan justru disalah gunakan

untuk membuat kebijakan dan peraturan yang mendiskriminasi

umat minoritas. Seperti yang terdapat dalam penggalan teks

berikut :

“Salah satu bentuknya adalah dengan menerbitkan

peraturan daerah (perda). Besarnya wewenang yang

dimiliki pemda tidak jarang disalahgunakan sehingga

menghasilkan sejumlah kebijakan yang justru mengancam

persatuan dan kesatuan.”

“Akan tetapi, tidak jarang kebijakan yang dikeluarkan

pemda justru mempertajam perbedaan dan intoleran. Hal

ini tentu mengundang sorotan dan penolakan oleh pegiat

HAM.”94

Kompas.com menilai bahwa pemerintah daerah lebih

berpihak kepada umat mayoritas dan mengesampingkan hak-hak

93 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada diakses pada

20 January 2018 pukul 11:37 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lew

at.peraturan.daerah?page=all

94 Ibid

 

Page 124: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

108

umat minoritas. Padahal seharusnya peraturan daerah berfungsi

sebagai penampung keragaman daerah serta penyalur aspirasi

masyarakat di daerah tanpa terkecuali. 95 Penyalahgunaan

wewenang yang dilakukan oleh Pemda dalam membuat perda

dikriminatif merupakan tindakan melanggar konstitusi. Penilaian

ini dilakukan Kompas.com dengan menghadirkan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan

perundang-undangan mengatur berbagai asas dalam setiap materi

muatan sebuah peraturan perundang-undangan. Dalam undang-

undang ini tercantum asas-asas dalam pembuatan materi sebuah

peraturan perudang-undangan yang dihadirkan kompas.com

sebagai berikut :

“Asas-asas tersebut antara lain Bhinneka Tunggal Ika,

kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan,

serta kemanusiaan.”

“Asas-asas tersebut berarti peraturan perundang-

undangan, termasuk perda, harus memperhatikan

keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan serta

melindungi HAM.”96

Melalui pemberitaan ini Kompas.com menilai bahwa

pemerintah daerah tidak bisa mengemban wewenang besar yang

dimilikinya dengan baik.

95 Febrian Chandra,http://www.sangkoeno.com/2014/07/kedudukan-

fungsi-hierarki-dan-materi.html, diakses pada 14/08/2018 pukul 21:06 WIB

96 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada diakses pada

20 January 2018 pukul 11:37 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lew

at.peraturan.daerah?page=all

 

Page 125: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

109

Moral Evaluation (membuat pilihan moral), Kompas.com

melihat bahwa hadirnya Perda diskriminatif disebabkan oleh

kurangnya pemahaman pemerintah daerah maupun masyarakat

mengenai nilai-nilai toleransi. Hal ini ditunjukan dalam

penggalan teks berikut :

“Di sisi lain, masyarakat juga harus memiliki nilai

toleransi yang tertanam di diri masing-masing.”97

Pemahaman mengenai toleransi sangat penting untuk

menghindari masyarakat dari segala macam bentuk perbuatan

intoleransi. Toleransi memungkinkan terciptanya rasa persatuan

dan keharmonisan antar masyarakat meski hidup ditengah-tengah

perbedaan yang ada. Penerapan toleransi juga harus didukung

dengan pemahaman mengenai keberagaman. oleh sebab itu,

melalui pemberitaan ini Kompas.com juga menekankan

mengenai pentingnya implementasi dan pemahaman tolerasi

dengan penekanan akan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika. Sebagai

salah satu semboyan bangsa, Bhineka tunggal ika mencerminkan

semangat persatuan ditengah perbedaan yang ada di masyarakat

Indonesia. Dengan memahami nilai-nilai Bhineka tunggal ika dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari akan

membuat masyarakat sadar akan pentingnya persatuan bangsa

dan menghindari masyarakat dari perbuatan intoleransi yang

memecah belah.

97 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada diakses pada

20 January 2018 pukul 11:37 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lew

at.peraturan.daerah?page=all

 

Page 126: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

110

Treatment Recommendation (Menekankan

penyelesaian), dalam elemen ini Kompas.com melihat bahwa

Pemerintah Pusat memiliki wewenang untuk membatalkan atau

merevisi perda intoleransi. Hal ini disampaikan Kompas.com

pada penggalan paragraph berikut :

“Pemerintah pusat sendiri memiliki wewenang

membatalkan atau merevisi perda jika bertentangan

dengan peraturan yang lebih tinggi.”

“Pada Juni tahun lalu, pemerintah melalui

Kementerian Dalam Negeri membatalkan 3.143 perda

(Kompas, 14/6/2016).”

“Sayangnya, pemerintah pusat belum menaruh

perhatian besar terhadap perda intoleran. Mayoritas

perda yang dibatalkan mengenai perizinan dan

investasi.”98

Pemerintah pusat memiliki wewenang yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pemerintah daerah. Oleh sebab itu,

pemerintah pusat diharapkan bisa membatalkan dan mencegah

munculnya peraturan daerah intoleran. Hal ini dikarenakan

pemerintah memiliki kewajiban untuk mengayomi dan

melindungi warganya tanpa memandang suku, ras, dan agama.

Namun, pada praktiknya Kompas.com melihat bahwa selama ini

pemerintah pusat pun masih kurang memperhatikan kehadiran

peraturan daerah diskriminatif itu sendiri.

98 Ida Ayu, “ Merayakan Keharmonisan”. Diunduh pada diakses pada

20 January 2018 pukul 11:37 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lew

at.peraturan.daerah?page=all

 

Page 127: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

111

Tabel 4.4

Pembingkaian Pemberitaan “Pilkada DKI Dikhawatirkan

Timbulkan Intoleransi di Lingkungan Sekolah”, Rilis : 01

Mei 2017

PERANGKAT ANALISIS Pilkada DKI Dikhawatirkan

Timbulkan Intoleransi di

Lingkungan Sekolah

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Adanya benih-benih intoleransi

pada siswa

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Politik praktis dan kontroversi

pada Pilkada DKI

Moral Evaluation (Membuat

pilihan moral)

Benih intoleransi ini muncul

karena berbagai faktor seperti

tingkat pemahaman akan nilai

kebangsaan yang sempit di

sekolah, penanaman nilai

agama yang eksklusif, hingga

faktor keluarga yang masih

kuat ikatan primordialnya.

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Benih-benih intoleransi perlu

diatasi dengan pendidikan

kebinekaan.

 

Page 128: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

112

Problem Identification (Pendefinisian masalah), dalam

elemen ini Kompas.com melihat bahwa permasalahan terdapat

pada adanya benih-benih intoleransi pada siswa sekolah. Hal ini

disampaikan kompas.com dengan menampilkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kemedikbud berikut ini :

“Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Kemendikbud, ada potensi intoleransi terjadi di sekolah

karena ada 8,2 persen yang menolak Ketua OSIS dengan

agama yang berbeda. Selain itu, ada pula 23 persen yang

merasa nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu

agama.”99 – Paragraf kedua

Melalui penggalan teks diatas, Kompas.com

mengidentifikasi bahwa sikap siswa yang memilih pemimpin

berdasarkan latar belakang agama yang dipeluknya adalah salah

satu bibit intoleransi pada siswa. Hal ini menunjukan bahwa

Kompas.com melihat toleransi sebagai bentuk penerimaan akan

keberagaman atau pluralitas, dimana tidak memasukan agama

pada segala bentuk proses demokrasi, baik dalam lingkup kecil

seperti sekolah ataupun dalam lingkup demokrasi besar yakni

negara.

Causal Interpretation (Memperkirakan penyebab

masalah), politik praktis pada ajang Pilkada DKI Jakarta dinilai

99 Estu Suryowati, “ Pilkada DKI Dikhawatirkan Timbulkan

Intoleransi di Lingkungan Sekolah”. Diunduh pada 20 January 2018 pukul

11:39 WIB, dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/02/14210661/pilkada.dki.dikhawati

rkan.timbulkan.intoleransi.di.lingkungan.sekolah.

 

Page 129: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

113

Kompas.com sebagai salah satu penyebab munculnya intoleransi

pada siswa. Hal ini terlihat pada penggalan paragraf berikut :

"Mereka terbuka mengatakan bahwa mereka korban '98.

Mereka bilang bisa melewati itu semua, tetapi tidak bisa

membayangkan bagaimana dengan anak-anaknya," kata

Henny. Politik praktis tidak secara langsung mengganggu

kegiatan belajar-mengajar. Namun, lanjut Henny, hal itu

berdampak terhadap kemerdekaan berpikir anak-anak.

Henny juga menyampaikan, beberapa waktu lalu ia

mendapatkan laporan penelitian dari Kemendikbud di

sekolah-sekolah di Singkawang dan Salatiga mengenai

toleransi, kesetaraan dan kerja sama. "Ada keengganan

anak dipimpin ketua OSIS yang berbeda agama," kata

Henny.100

Terlihat dari paragraf diatas, bahwa Kompas.com

menyamakan kondisi dan suasana pilitik pada Pilkada DKI

dengan peristiwa yang menimpa Indonesia ada tahun 1998.

Dimana ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan

perpecahan yang berujung kerusuhan masa pada saat itu. Ajang

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 memang diwarnai berbagai

macam kontroversi dan sensitifitas, hal ini dikarenakan kasus

penistaan agama yang menjerat mantan Gubernur Jakarta yakni

Basuki Tjahya Purnama atau Ahok. Latar belakang Ahok yang

merupakan seorang keturunan Tionghoa dan beragama non

muslim menyebabkan kasus ini erat dengan isu keagaaman dan

etnis. Hal inilah yang menyebabkan Kompas.com menyamakan

kasus ini dengan peristiwa tahun 1998 yang pada peristiwa

100 Ibid

 

Page 130: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

114

tersebut juga melibatkan konflik antara pribumi dan etnis China

di Indonesia.

Moral Evaluation (Membuat pilihan moral),

pendefinisian moral pada pemberitaan ini terlihat dari penggalan

paragraf berikut :

“Penelitian itu mengungkapkan benih intoleransi

ini muncul karena berbagai faktor seperti tingkat

pemahaman akan nilai kebangsaan yang sempit di

sekolah, penanaman nilai agama yang eksklusif, hingga

faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya.”101

Melalui penggalan teks diatas, Kompas.com melihat

bahwa intoleransi tidak muncul dengan begitu saja pada diri

individu tanpa adanya faktor yang memicunya. Salah satu faktor

yang menjadi penyebab adalah kurangnya pemahaman dan

pendidikan mengenai keberagaman. Oleh sebab itu,

diperlukannya upaya dalam meningkatkan wawasan mengenai

nilai-nilai keberagaman dan nasionalisme di diri masing-masing

masyarakat untuk mencegah segala bentuk tindakan intoleransi.

Treatment Recomendation (Menekankan penyelesaian),

solusi yang ditawarkan kompas.com pada pemberitaan ini adalah

dengan meningkatkan edukasi dan pendidikan kebhinekaan. Ini

terdapat pada paragraf penutup pada pemberitaan berikut :

“Ada tujuh pertanyaan yang ditanyakan kepada responden

terkait dengan nilai kebinekaan yang mereka anut.

Hasilnya, memang menunjukkan masyarakat di

Singkawang dan Salatiga cukup toleran.Namun,

101 Ibid

 

Page 131: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

115

penelitian ini memotret masih adanya benih-benih

intoleransi di lingkungan pendidikan yang perlu diatasi

dengan pendidikan kebinekaan”.

“Benih-benih intoleransi itu tampak pada masih adanya

siswa maupun guru yang menganggap Ketua OSIS harus

dari agama mayoritas, pemimpin harus yang seagama,

memilih teman yang seagama atau pun satu etnis, hingga

tidak mengucapkan selamat hari raya kepada orang yang

berbeda agama. Penelitian itu mengungkapkan benih

intoleransi ini muncul karena berbagai faktor seperti

tingkat pemahaman akan nilai kebangsaan yang sempit di

sekolah, penanaman nilai agama yang eksklusif, hingga

faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya”.102

Kompas.com melihat bahwa kurangnya pemahaman dan

pengetahuan mengenai kebhinekaan dinilai sebagai salah satu

penyebab rentanya siswa terpapar tindakan intoleransi. Dengan

menanamkan nilai-nilai kebhinekaan diharapkan para siswa

memiliki pengetahuan dan kesadaran bahwa mereka hidup di

negara yang beragam, dan dapat menjadikan perbedaan sebagai

kekuatan untuk untuk membangun bangsa.

C. Analisis Framing Entmant Detik.com

Tabel 4.5

Pembingkaian Pemberitaan ICMI : Ada Bupati

Tionghoa di Kabupaten 99 Persen Muslim, Rilis : 01 Januari

2017

PERANGKAT ANALISIS ICMI : Ada Bupati

Tionghoa di Kabupaten 99

102 Ibid

 

Page 132: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

116

Persen Muslim

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Jimly menilai bahwa masyarakat

Indonesia terlalu pendek cara

berpikirnya karna hanya

memikirkan Pilkada saja.

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Pola pikir masyarakat dan

sikap seorang pemimpin yang

menimbulkan antipati

masyarakat.

Moral Evaluation (Membuat

pilihan moral)

1. Pilkada hanyalah ajang

sesaat dan masih ada masalah-

masalah lain yang lebih

penting di hadapi Indonesia.

2. Tidak ada masalah

dengan latar belakang agama

dan etnis dalam pemilihan

pemimpin daerah.

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

cendekiawan harus ikut

membimbing bangsa agar

persatuan tetap tercipta.

Problem Identification (Pendefinisian masalah), pada

pemberitaan ini, Detik.com menuliskan mengenai pandangan

 

Page 133: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

117

Ketua Umum ICMI Jimly Asshidiqie mengenai konstroversi dan

sensitifitas yang terjadi di Pilkada DKI. Jimly melihat bahwa

masyarakat Indonesia cenderung berpikiran pendek mengenai

Pilkada saja. Hal ini ditampilkan detik.com pada penggalan teks

lead berikut :

“Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengingatkan agar

masyarakat Indonesia tidak berpikir pendek tentang

pemilihan kepala daerah (pilkada) saja. Jimly menyebut

musim pilkada saat ini cukup membahayakan

persatuan.”103

Berbagai kontroversi dan sensitifitas yang terjadi pada

Pilkada DKI sangat menarik perhatian masyarakat Indonesia

sehingga masyarakat sangat focus dengan masalah yang ada

Pilkada saja. Isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan

(SARA) yang tengah gencar dalam musim pilkada memang

menimbulkan berbagai kontroversi dan sensitifitas di masyarakat.

Jimly mengatakan bahwa pola pikir yang pendek akan membuat

masyarakat mudah terbawa konflik sesaat yang berpotensi

memecah belah dan mengancam persatuan bangsa.

Causal Interpretation (Memperkirakan penyebab

masalah), pada pemberitaan ini Detik.com mengidentifikasi

bahwa pola pikir masyarakat dan sikap seorang pemimpin yang

103 Heldania Ultri Lubis, “ ICMI : Ada Bupati Tionghoa di

KAbupaten 99 Persen Muslim “. Diunduh pada 20 Januari 2018 pukul 11:50

WIB, dari https://news.detik.com/berita/3386774/icmi-ada-bupati-tionghoa-di-

kabupaten-99-persen-muslim.

 

Page 134: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

118

memicu munculnya sensitifitas dan kontroversi di Pilkada

sebagai penyebab masalah dalam pemberitaan. Hal ini terlihat

dari awal lead pemberitaan :

“Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengingatkan agar

masyarakat Indonesia tidak berpikir pendek tentang

pemilihan kepala daerah (pilkada) saja. Jimly menyebut

musim pilkada saat ini cukup membahayakan persatuan.”

"Karena masyarakat kita terlalu pendek cara

berpikirnya. Hanya gara-gara kasus pilkada, orang di

dunia ini seputar pilkada saja. Padahal kan masih panjang

negara kita ini. Ini nanti kalau sudah selesai pilkada, agak

turun suhunya. Kita dorong mudah-mudahan demikian,"

kata Jimly di kantor pusat program ICMI, Jalan

Proklamasi 53, Jakarta Pusat, Selasa104

Melalui teks diatas Detik.com mengidentifikasi

“Masyarakat” sekaligus “Pemimpin” sebagai penyebab masalah

dalam pemberitaan. Hal ini ditunjukan dengan pernyataan Jimly

Assidiqqie yang mentargetkan “masyarakat” dalam beberapa

pernyataan yang disajikan. Seperti yang terdapat pada lead ,

dalam pernyataan tidak langsungnya Jimly mengingatkan

“masyarakat” agar tidak berpikir pendek terhadap Pilkada saja,

dan kata “karna masyarakat” juga terlihat digunakan di awal

pernyataan Jimly Asshidiqqie. Kata “karena” dalam kamus besar

bahasa Indonesia adalah kata hubung yang berguna untuk

menandai sebab atau alasan. Dengan menggunakan kata “karena

masyarakat” terlihat bahwa Detik.com menilai masyarakat

sebagai salah satu aktor penyebab masalah dalam pemberitaan.

104 Ibid

 

Page 135: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

119

Selain itu, Detik.com juga melihat bahwa “sikap seorang

pemimpin” juga memiliki andil dalam konflik yang terjadi.

Menurut Jimly sifat atau prilaku yang ditampilkan pemimpin

memiliki dampak kepada kepercayaan dan pola pikir masyarakat

Hal ini terlihat dalam penggalan teks berikut :

"Cendekiawan harus membimbing bangsa kita

dengan intelektualitas, bukan hanya membimbing sebatas

pilkada. Pilkada itu urusan sepele nih, ya kan. Lihat saja

nanti. Yang disukai oleh rakyat, itulah yang akan menang.

Lihat saja, pemimpin harus mencari simpati rakyat, bukan

mencari antipati rakyat," ucapnya.105

Detik.com menilai bahwa etnisitas dan latar belakang

agama bukanlah penyebab utama konflik dan kontroversi yang

terjadi pada Pilkada DKI, melainkan disebabkan oleh pola pikir

masyarakat dan sikap personal seorang pemimpin yang memicu

antipasti masyarakat.

Moral Evaluation (Membuat pilihan moral), dalam

pemberitaan ini Detik.com menunjukan kepada pembaca bahwa

bangsa Indonesia masih memiliki masalah-masalah lain yang

lebih penting dibandingkan Pilkada. Pilkada dipandang Jimly

hanyalah ajang sepele diantara masalah-masalah besar lain yang

sedang dihadapi bangsa. Hal ini terlihat pada penggalan teks

berikut :

"Karena masyarakat kita terlalu pendek cara

berpikirnya. Hanya gara-gara kasus pilkada, orang di

dunia ini seputar pilkada saja. Padahal kan masih panjang

105 Ibid

 

Page 136: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

120

negara kita ini. Ini nanti kalau sudah selesai pilkada, agak

turun suhunya. Kita dorong mudah-mudahan demikian,"

kata Jimly di kantor pusat program ICMI, Jalan

Proklamasi 53, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2017)106.

Pilkada bukanlah masalah yang harus dipikirkan berlarut-

larut oleh masyarakat. Berbagai sensitifitas dan kontroversi yang

terjadi di Pilkada dipandang Jimly hanya masalah sepele dan

biasa terjadi diajang demokrasi seperti pemilihan kepala daerah

dan pemilihan umum. Jimly juga memberikan contoh mengenai

pelaksanaan pilkada daerah lain yang lebih aman, damai dan

tentram. Menurutnya tidak ada masalah dengan perbedaan etnis

dan agama dalam pemilihan seorang pemimpin. Hal ini

dicontohkan Jimly dalam penggalan teks berikut :

"Saya beri tahu Saudara, tahun lalu, 2015, di

Kabupaten Sula 99 persen muslim, yang terpilih adalah

pengusaha Tionghoa yang beragama Protestan jadi

bupati. Itu Kabupaten Sula di Maluku Utara. Tidak ada

masalah dengan etnisitas, tidak ada masalah, nggak ada

masalah dengan agama. Tapi, kalau orang tidak suka,

mau diapain? Jadi, kalau si A terpilih, bukan karena

etnis, bukan karena agama, tapi karena orang suka," kata

Jimly.107

Melalui teks diatas, Jimly melihat bahwa sikap seorang

pemimpinlah yang menjadi perhatian dan inti dalam proses

pemilihan kepala daerah. Berbagai kontroversi dan sensitifitas

yang muncul dalam Pilkada bukan disebabkan karna perbedaan

etnis atau agama, namun lebih disebabkan oleh pola pikir

106 Ibid

107 Ibid

 

Page 137: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

121

masyarakat itu sendiri dan sikap pemimpin yang justru

menimbulkan konflik.

Treatment Recommendation (Menekankan

penyelesaian), kontroversi dan sensitifitas agama yang

mengiringi pelaksanaan pemilihan daerah atau pilkada khususnya

Pilkada DKI Jakarta menyebabkan masyarakat ikut larut kedalam

drama politik yang mengancam persatuan bangsa Indonesia.

Solusi penyelesaian yang ditawarkan Detik.com dalam

pemberitaan ini terlihat pada paragraf ketiga dalam pemberitaan

berikut :

“Jimly mengaku ada kekhawatiran tentang perpecahan

kelompok setelah pilkada nantinya. Menurut Jimly,

cendekiawan harus ikut membimbing bangsa agar

persatuan tetap tercipta.”

"Cendekiawan harus membimbing bangsa kita dengan

intelektualitas, bukan hanya membimbing sebatas pilkada.

Pilkada itu urusan sepele nih, ya kan. Lihat saja nanti.

Yang disukai oleh rakyat, itulah yang akan menang. Lihat

saja, pemimpin harus mencari simpati rakyat, bukan

mencari antipati rakyat," ucapnya.108

Detik.com menilai peran cendikiawan sebagai aktor

pembimbing masyarakat sangat dibutuhkan untuk meredam

tingginya sensitifitas masyarakat. Cendikiawan sebagai tokoh

yang memiliki intelektualitas tinggi memiliki peran dalam

mengedukasi masyarakat bahwa Pilkada hanyalah ajang sesaat

yang pasti dialami negara demokratis seperti Indonesia.

108 Ibid

 

Page 138: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

122

Tabel 4.6

Analisis Pemberitaan “Damainya Imlek di Peunayong,

Aceh : Bukti Indahnya Keberagaman Agama”, Rilis : 29

Januari 2017

PERANGKAT

ANALISIS

Damainya Imlek di Peunayong,

Aceh : Bukti Indahnya

Keberagaman Agama

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Perbedaan tidak menghalangi

persaudaran antar etnis dan umat

beragama di Aceh

Causal Interpretation

(Memperkirakan

penyebab masalah)

Sejarah persaudaraan yang kuat

antara etnis Tionghoa dan Aceh

Moral Evaluation

(Membuat pilihan

moral)

Meski Aceh berstatus daerah syariat

Islam, kenyamanan beribadah

masyarakat non-muslim amat

terjamin.

Treatment

Recommendation

Menekankan penyelesaian)

Keberadaan rumah ibadah di

ibukota Provinsi Aceh ini

memiliki izin resmi dari

pemerintah, sehingga tetap

dijaga keberadaannya oleh

masyarakat, tidak pernah

diusik.

Melihat Aceh secara dekat

 

Page 139: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

123

karna Aceh tidak seperti yang

dibayangkan dan

digambarkan orang.

Problem Identification ( Pendefinisian Masalah ), dalam

pemberitaan ini Detik.com memperlihatkan mengenai

keharmonisan perayaan Imlek di peunayong Aceh. Aceh adalah

salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam

sebagai landasan hukum menunjukan jalinan persaudaraan yang

sangat erat antara penduduk asli Aceh dengan warga etnis

Tionghoa dalam perayaan Imlek. Seperti yang terlihat di

beberapa penggalan teks berikut :

“Prosesi ibadah berjalan lancar dengan aparat

kepolisian dan TNI berjaga-jaga di pintu masuk Vihara.

Selain warga etnis Tionghoa, tak ada yang diizinkan

masuk ke dalam. Warga pribumi memenuhi di luar pagar

melihat langsung jalannya ibadah. Mereka berdiri tertib

tidak mengusik ketenangan umat Budha.”

“Berjarak ratusan meter dari Vihara Dharma

Bhakti, suara tabuh gendang menggema di

belakangViharaSakyamunniPeunayong Banda Aceh. Satu

Barongsai meliuk-liuk menghibur ratusan warga. Sorak

riuh penonton terdengar mengiringi aksi barongsai yang

mengundang decak kagum warga.”109

109 Agus Setyadi, “Damainya Imlek di Peunayong, Aceh : Bukti

Indahnya Keberagaman Agama”. Diunduh pada 20 January 2018 pukul 11:55

WIB ,darihttps://travel.detik.com/travel-news/d-3408408/damainya-imlek-di-

peunayong-aceh-buktiindahnya-keberagaman-agama.

 

Page 140: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

124

Melalui teks diatas, Detik.com menunjukan sikap saling

menghormati yang ditunjukan masyarakat asli Aceh kepada etnis

Tionghoa yang sedang beribadah. Sedangkan di lain sisi,

masyarakat asli Aceh juga turut menikmati pementasan budaya

khas Imlek yakni barongsai. Sikap tersebut menunjukan

pemahaman toleransi yang ditunjukan masyarakat Aceh yakni

dengan tidak mengusik ibadah satu sama lain namun tetap

berbaur dan berinteraksi dalam suasana perayaan budaya yang

disajikan.

Persaudaraan yang erat antar masyarakat Aceh juga

ditunjukan oleh Detik.com melalui narasumber yang disajikan

dalam pemberitaan. Detik.com membagi pemberitaan kedalam

tiga sub judul yang masing-masing sub judul diwakili oleh satu

tokoh. Seperti yang terlihat dalam teks berikut :

“Rati Puspasari, Gadis Pribumi Berjilbab Merah” –

sub judul

“Kru pertunjukan barongsai tidak hanya warga

etnis China saja. Satu gadis pribumi berjilbab merah, baju

dan celana berwarna serupa ikut ambil bagian. Ia terlihat

lihai memainkan alat musik simbal. Dara bernama Rati

Puspasari (19) ini sudah empat tahun bergabung dengan

tim barongsai Golden Dragon”

“Pementasan barongsai itu menandakan jalinan

persaudaraan dan toleransi yang kentaldiPeunayong,

yangmerupakanpecinannya Aceh. Di kota yang terletak

dipinggirKrueng Aceh itu, hidup beragam etnis dengan

 

Page 141: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

125

beragam agama dan kepercayaan. Tidak terdengar ada

kericuhan antar umat beragama di sini.”110

Melalui teks diatas, detik.com menunjukan bahwa

perbedaan agama dan etnis tidak menghalangi jalinan

persaudaraan di masyarakat Aceh. Hal ini ditunjukan dengan

penggunaan kata “ pribumi “ yang menunjukan identitas etnis dan

“ Berjilbab merah” yang secara tidak langsung menunjukan

identitas agama narasumber yang berbeda dengan mayoritas etnis

Tionghoa dalam perayaan Imlek. Perbedaan agama dan etnis

seakan melebur dengan ikatan persaudaraan yang kuat di dalam

masyarakat peunayong.

Causal Intrepretation (Memperkirakan Penyebab

Masalah), dalam elemen ini Detik.com menunjukan bahwa

persaudaraan dan toleransi yang kuat di masyarakat peunayong

Aceh dikarenakan toleransi sudah terbangun semenjak awal

kedatangan etnis Tionghoa ke Aceh. Hal ini ditampilkan

detik.com dalam teks pemberitaan berikut :

“Menurut sejarah, hubungan antara Aceh dan

China telah terjalin sejak abad ke 17 masehi. Saat itu, para

pedagang dari China silih berganti datang ke Aceh.

Mereka adalah pedagang musiman dan ada juga yang

permanen. Mereka tinggal di perkampungan China di

ujung kota dekat pelabuhan.”

“Rumah mereka berdekatan satu sama lainnya.

Lokasi yang dulu digunakan etnis China sebagai tempat

menurunkan barang sebelum didistribusikan kini dikenal

110 Ibid

 

Page 142: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

126

dengan nama Peunayong. Kata Peunayong sendiri berasal

dari "Peu payong" yang berarti memayungi, melindungi.

Dalam sebuah hikayat disebutkan bahwa, Peunayong

merupakan tempat Sultan Iskandar Muda memberikan

perlindungan atau menjamu tamu kerajaan yang datang

dari Eropa dan Tiongkok.”

“Hal itulah yang menyebabkan masyarakat Banda

Aceh melabelkan Peunayong sebagai kampung China.

Kerukunan umat beragama di sana hingga kini masih

terjaga. Saat bulan Ramadan, misalnya, warga etnis

Tionghoa ikut menjajakan penganan berbuka. Begitu juga

saat hari-hari besar agama lain, warga non muslim tetap

leluasa merayakannya.”111

Melalui teks diatas, Detik.com memperlihatkan bahwa

toleransi dan persaudaraan di peunayong Aceh tidak terbangun

begitu saja, namun telah menjadi bagian sejarah masyarakat

peunayong Aceh. Meski Aceh menerapkan Syariat Islam sebagai

landasan hukum, namun hal tersebut tidak menghalangi toleransi

antara umat beragama di Aceh.

Moral Evaluation ( Membuat pilihan moral ), penilaian

moral yang ditampilkan oleh Detik.com dalam pemberitaan ini

adalah bahwa penerapan Syariat Islam tidak menghalangi

kebebasan beribadah umat non muslim di Aceh. Seperti yang

ditunjukan dalam penggalan teks berikut :

“Meski Aceh berstatus daerah syariat Islam,

kenyamanan beribadah masyarakat non-muslim amat

terjamin. Penduduk Aceh memang mayoritas muslim,

namun ada juga Nasrani, Budha, dan Hindu. Bedasarkan

sensus penduduk 2010 yang dilakukan Badan Pusat

111 Ibid

 

Page 143: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

127

Statistik (BPS), sebanyak 4.413.244 atau 98,18 persen

penduduk Aceh beragama Islam. Sedangkan pemeluk

Kristen berjumlah 50.309 jiwa, Katolik 3.315 jiwa, Budha

7.062 jiwa, Hindu 136 jiwa, dan Khong Hu Chu 36

jiwa.” 112

Detik.com menunjukan bahwa penerapan syariat Islam

tidak berarti mengekang dan membatasi ibadah umat agama lain.

Hal ini dibuktikan dengan keharmonisan dan jaminan kebebasan

beribadah umat agama lain di Aceh. Hal ini ditegaskan Detik.com

sebagai penutup pemberitaan berikut ini :

“Toleransi umat beragama di Aceh, kata Aky,

menjadi tolak ukur bagi warga di luar tanah Rencong.

Menurutnya, orang di luar Aceh terus memantau

kerukunan antar umat beragama di daerah yang resmi

menerapkan syariat Islam sejak 2002 silam.”113

Melalui teks diatas, Detik.com meluruskan bahwa Aceh

tidak seperti presepsi masyarakat luar Aceh yang mengganggap

penerapan Syariat Islam menjadikan Aceh sebagai daerah yang

kaku, ketat, anti keberagaman budaya dan agama. Namun

sebaliknya, dengan penerapan syariat Islamnya, Aceh mampu

menunjukan keharmonisan dan toleransi yang kental di dalam

masyarakat. Hal inilah yang harus dijadikan tolak ukur dan

contoh bagi daerah-daerah lain diluar Aceh.

Treatment Recommendation (Menekankan

penyelesaian), dalam pemberitaan ini Detik.com menilai bahwa

toleransi yang terjaga di masyarakat juga disebabkan oleh

112 Ibid

113 Ibid

 

Page 144: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

128

kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah setempat. Seperti yang

terlihat dalam teks berikut :

“Keberadaan rumah ibadah di ibukota Provinsi

Aceh ini memiliki izin resmi dari pemerintah, sehingga

tetap dijaga keberadaannya oleh masyarakat, tidak pernah

diusik.”114

Teks diatas menunjukan bahwa pemerintah memiliki

peran dalam mengatur dan menjaga keharmonisan di masyarakat.

Kebijakan yang dibuat Pemerintah untuk melindungi hak-hak

kebebasan beribadah umat minoritas akan membuat masyarakat

menyadari bahwa keberagaman dan perbedaan yang ada adalah

hal yang harus diterima dan dilindungi keberadaannya.

Selain itu, dalam pemberitaan ini Detik.com juga meminta

masyarakat luar Aceh untuk mengubah pandangannya mengenai

kota Aceh. Hal ini terlihat dari teks berikut :

"Saya punya pengalaman ada teman datang dari

Lampung sekitar 20 orang. Mereka kaget begitu datang ke

Aceh tidak seperti yang dibayangkan dan digambarkan

orang. Begitu mereka turun kapal dari Sabang hanya satu

kata yang mereka sebut "ternyata orang Aceh ramahnya

minta ampun". Begitu kata mereka katanya," beber Aky.

"Itu membuat persepsi orang itu dan mereka akan

sampaikan ternyata Aceh itu luar biasa," jelas

Aky. (msl/msl)115

114 Ibid

115 Ibid

 

Page 145: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

129

Masyarakat diharapkan tidak mempercayai prespektif

negatif mengenai kota Aceh tanpa mengkonfirmasi

kebenarannya langsung. Hal ini karena prespektif negatif

tersebut muncul dari ketidaktahuan masyarakat mengenai Aceh

dan penerapan Syariat Islamnya.

D. Analisis Framing Entmant Tribunnews.com

Tabel 4.7

Pembingkaian Pemberitaan “Toleransi dan Jaminan

Hak Kebebasan Beragama Masih Jadi Tantangan di

Indonesia”, Rilis : 5 januari 2017.

PERANGKAT

ANALISIS

Toleransi dan Jaminan Hak

Kebebasan Beragama Masih

Jadi Tantangan di Indonesia.

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Alamsyah M Dja’far menilai bahwa

toleransi dan jaminan hak

kebebasan bergama dan

berkeyakinan masih menjadi

tantangan di Indonesia.

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

1. Intoleransi berbasis agama

terjadi karena dipicu factor

kesenjangan pengetahuan,

ekonomi dan politik.

2. Aparat pemerintah kadang

bertindak melampaui

kewenangannya dan berlaku

 

Page 146: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

130

diskriminatif

Moral Evaluation (Membuat

pilihan moral)

Zulkifli Hasan menyebutkan

bahwa intoleransi dan ujaran

kebencian meningkat menjelang

momen politik

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

komitmen dan usaha semua pihak

mengatasi intoleransi

Problem Identification (Pendefinisian masalah), Dalam

pemberitaan ini, Tribunnews.com menyajikan pendapat dan

pandangan Alamsyah M Dja’far mengenai kondisi toleransi di

Indonesia. Alamsyah M Dja’far menilai bahwa saat ini toleransi

dan jaminan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB)

masih tantangan bagi bangsa. Hal ini terlihat dari lead

pemberitaan berikut :

“Program Officer Advokasi dan Riset Wahid

Foundation Alamsyah M Dja’far menilai toleransi dan

jaminan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan

(KBB) masih menghadapi tantangan di Indonesia.”116

Penggunaan kata “masih menghadapi tantangan” pada

lead diatas menunjukan bahwa Alamsyah M Dja’far tidak

116 Muhammad Zulfikar, “Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan

Beragama Masih Jadi Tantangan di Indonesia”. Diunduh pada 20 Januari 2018

Pukul 11:41 WIB,

dari http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/01/05/toleransi-dan-

jaminan-hak-kebebasan-beragama-masih-jadi-tantangan-di-indonesia.

 

Page 147: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

131

sepenuhnya menilai toleransi di Indonesia dalam kondisi yang

buruk, namun masih terdapat beberapa masalah toleransi yang

harus diperbaiki. Hal ini ditandai dengan maraknya tindakan

intoleransi seperti ujaran kebencian atau hate speech di media

sosial. Seperti yang terlihat pada penggalan teks berikut :

“Dikatakannya, sepanjang tahun 2016, sejumlah

peristiwa intoleransi dan pelanggaran masih terjadi.

Beragam ujaran kebencian atau hate speech juga semakin

berkembang terutama di media sosial.”117

Causal Interpretation (Memperkirakan penyebab

masalah), dalam pemberitaan ini Tribunnews.com melihat

terdapat dua hal yang menyebabkan intoleransi di masyarakat

yakni masih adanya kesenjangan pengetahuan, ekonomi dan

politik dimasyarakat dan adanya perundang-undangan

diskriminatif. Seperti yang ditampilkan Tribunnews.com dalam

penggalan teks berikut :

“Bisa juga dipahami intoleransi berbasis agama

terjadi karena dipicu factor kesenjangan pengetahuan dan

ekonomi sekaligus, termasuk pengaruh konflik luar

negeri”

“Dalam kasus pelanggaran hak beragama, seperti

pelarangan atau perusakan tempat ibadah termasuk juga

aksi sweeping oleh ormas tertentu, kata Alamsyah, dapat

pula dipengaruhi sejumlah peraturan perundang-undangan

yang diskriminatif dan hingga kini belum dihapus.”118

117 Ibid

118 Ibid

 

Page 148: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

132

Tribunnews.com melihat kondisi toleransi di Indonesia

masih mengkhawatiran. Tingginya kesenjangan pengetahuan,

politik, dan ekonomi di masyarakat serta mudahnya masyarakat

Indonesia terpengaruh konflik yang terjadi di luar negeri menjadi

faktor krusial yang dapat mengganggu keharmonisan bangsa.

Selain itu, masih adanya peraturan perundang-undangan

diskriminatif menjadi penyebab lain yang memicu tindakan

intoleransi di masyarakat. Dalam hal ini, Tribunnews.com

menilai bahwa pemerintah malah menjadi salah satu aktor yang

memicu tindakan intoleransi dan dikriminasi itu sendiri dengan

membuat kebijakan-kebijakan yang dinilai diskriminatif.

Moral Evaluation (Membuat pilihan moral), dalam

eleman ini Tribunnews.com melihat bahwa intoleransi cenderung

meningkat pada momen-momen pesta demokrasi seperti Pilkada

ataupun Pilpres. Seperti yang terdapat dalam penggalan teks

berikut :

“ Intoleransi dan pelanggarann dipengaruhi

banyak factor, mulai dari sosial, ekonomi maupun politik.

Banyak kajian misalnya yang menyebut jika ujaran

kebencian meningkat menjelang momen-momen politik

seperti pilkada maupun Pilpres,” kata Alamsyah dalam

diskusi ‘Potret Toleransi di Indonesia Tahun 2017’ di

Balai Kartini, Jakarta (5/1/2017).” 119

Menjelang Pemilu atau Pilkada, isu etnis dan agama kerap

dijadikan komoditas politik untuk mendukung atau menolak

calon pemimpin. Di negara majemuk seperti Indonesia isu SARA

119 Ibid

 

Page 149: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

133

menjadi isu sensitif yang bisa menimbulkan konflik

berkepanjangan. Sebagai negara yang menjunjung tinggi ideologi

demokrasi, permasalahan toleransi menjadi tantangan terberat

yang dihadapi Indonesia.120 Melalui penggalan teks diatas

Tribunnews.com mencoba menghimbau pembaca untuk tidak

terpengaruh dengan isu-isu yang memecah belah pada ajang

Pilkada maupun Pilpres.

Treatment Recommendation (Menekankan

penyelesaian), penyelesaian masalah pada pemberitaan ini

diletakan Tribunnews.com pada akhir peberitaan. Seperti yang

terlihat pada penggalan teks berikut :

"Modal mengatasi tantangan-tantangan ini

cukup besar. Asal ada komitmen dan usaha semua

pihak sinergi semua pemangku kepentingan

seperti organisasi masyarakat sipil, pegiat

perdamaian, tokoh agama, pemerintah menjadi

salah satu kunci mengatasi tantanggan toleransi

dan KBB," tandasnya.121

Tribunnews.com menganggap intoleransi sebagai masalah

yang harus di atasi bersama. Perlu adanya upaya dari semua

120Jeffrie Geovanie, “Demokrasi Membutuhkna toleransi”. Diunduh

pada 03 November 2018 pukul 10:20 WIB, dari

https://geotimes.co.id/kolom/demokrasi-membutuhkan-toleransi/.

121 121 Muhammad Zulfikar, “Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan

Beragama Masih Jadi Tantangan di Indonesia”. Diunduh pada 20 Januari 2018

Pukul 11:41 WIB

dari http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/01/05/toleransi-dan-

jaminan-hak-kebebasan-beragama-masih-jadi-tantangan-di-indonesia.

 

Page 150: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

134

pihak dalam memperbaiki kondisi toleransi di Indonesia. Pihak

yang dimaksud dalam hal ini adalah para tokoh yang memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol masyarakat

seperti pemerintah, organisasi masyarakat, dan tokoh agama.

Tabel 4.8

Pembingkaian Pemberitaan “Ketua MPR Sebutkan

Daerah-Daerah yang Patut Dijadikan Contoh Toleransi

Beragama” , Rilis : 01 Februari 2017

PERANGKAT ANALISIS Ketua MPR Sebutkan

Daerah-Daerah yang Patut

Dijadikan Contoh

Toleransi Beragama

Problem Identification

(Pendefinisian masalah )

Zulkifli Hasan mengatakan

bahwa Pilkada yang

bermasalah hanya terjadi di

Jakarta.

Causal Interpretation

(Memperkirakan penyebab

masalah)

Zulkifli Hasan mengatakan

bahwa perbedaan agama tidak

menjadi masalah dalam

pemilihan pemimpin di

daerah lain.

Moral Evaluation (Membuat

pilihan moral)

Di Kabupaten Sula terdapat

93 persen penduduk muslim

dengan bupati beragama

 

Page 151: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

135

Kristen.

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Zulkifli Hasan menghimbau

daerah-daerah lain untuk tidak

ikut-ikutan polemik yang

terjadi di Pilkada DKI Jakarta.

Problem Identification (Pendefinisian Masalah), Dalam

pemberitaan ini Tribunnews.com menuliskan mengenai

pernyataan Ketua MPR Zulkifli Hasan saat berkunjung ke

Kupang, NTT. Zulkifli Hasan mengatakan bahwa konflik antar

entis dan agama dalam pemilihan seorang pemimpin daerah

hanya terjadi di Jakarta. Seperti yang terlihat pada penggalan

teks berikut :

“Pilkada yang bermasalah, lanjut Zulkifli, hanya

terjadi di Jakarta, sehingga ia meminta warga di daerah

jangan meniru apa yang terjadi di Jakarta.”122

Dengan kata “ Jangan meniru” Zulkifli menjadikan

Pilkada DKI Jakarta sebagai contoh buruk pelaksanaan Pilkada.

Hal ini dikarenakan munculnya isu SARA dalam perhelatan

Pilkada DKI Jakarta yang disebabkan oleh kasus penistaan agama

yang melibatkan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama

122 Malvyandie Haryadi, “Ketua MPR Sebutkan Daerah-daerah yang

Patut Dijadikan Contoh Toleransi Beragama”. Diunduh pada 20 Januari 2018

pukul 11:45 WIB ,dari http://www.tribunnews.com/nasional/2017/02/01/ketua-

mpr-sebutkan-daerah-daerah-yang-patut-dijadikan-contoh-toleransi-beragama.

 

Page 152: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

136

atau Ahok. Pentas demokrasi daerah yang seharusnya berjalan

kondusif, kali ini dipenuhi oleh sensitifitas yang sempat membuat

kegaduhan nasional. Suasana gaduh dan munculnya kontroversi

dalam pemilihan daerah di Indonesia dinilai Zulkifli bersumber

dan hanya terjadi di daerah DKI Jakarta.

Causal Interpretation ( Memperkirakan Penyebab

Masalah), dalam elemen ini Tribunnews.com melihat bahwa di

daerah lain perbedaan etnis dan agama tidak menjadi masalah

dalam proses pemilihan seorang pemimpin. Hal ini diperlihatkan

Tribunnews.com dengan mencontohkan pelaksanaan Pilkada di

daerah lain yang tetap kondusif dan aman meski terdapat

perbedaan kepercayaan dan etnis di dalamnya. Seperti yang

terdapat dalam penggalan teks berikut:

“Menurut Zulkifli, bentuk toleransi yang baik di

provinsi yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan

Australia itu yakni mayoritas masyarakatnya beragama

Katolik, namun ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) NTT beragama muslim yang bernama Anwar

Pua Geno.”

“Dimana-mana, selalu saya jadikan NTT sebagai

contoh, karena mayoritas beragama Katolik, tapi ketua

DPRD-nya muslim. Tidak ada masalah dan aman-aman

saja dan tidak ada ribut di sini,” kata Zulkifli saat

memberikan sambutan dalam acara pelantikan badan

pengurus pusat organisasi Uni Timor Aswain (Untas) di

Hotel Ima Kupang, NTT, Selasa (31/2/2017) kemarin.”123

Menurut Zulkifli contoh toleransi yang baik adalah ketika

masyarakat bisa mempercayai seorang pemimpin bukan karna

123 Ibid

 

Page 153: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

137

latar belakang kepercayaan dan etnis yang dimilikinya, namun

karna sikap dan kinerja yang ditunjukan seorang pemimpin

tersebut. Dengan begitu, masyarakat dan pemimpin dapat

bersinegri bersama dalam proses pembangunan daerah.

Moral Evaluation ( Pemilihan Moral ), pendefinisian

moral pada pemberitaan ini terdapat pada penggalan paragraf

berikut :

“Ada juga di Kabupaten Sula itu 93 persen

penduduknya beragama muslim, tapi bupatinya Kristen.

Sebelumnya bupatinya muslim, tetapi pembangunan tidak

maju-maju, sehingga rakyat marah dan memilih bupati

yang beragama Kristen. Di sana aman-aman saja dan

rakyat senang dan tidak ada masalah. Di Kalimantan

Barat itu gubernurnya Kristen sudah 10 tahun, tapi tidak

ada masalah,” ucapnya.124

Penggunaan kata sambung “tetapi” dalam teks diatas

merupakan koherensi pertentangan. Kata tersebut menunjukan

penekanan Tribunnews.com bahwa latar belakang agama seorang

pemimpin tidak menjamin dirinya bisa menjalankan tugas dengan

baik dan amanah. Latar belakang agama bukanlah alasan utama

masyarakat memilih seorang pemimpin, kepercayaan terhadap

kinerja dan sikap baik seorang pemimpinlah yang dapat

menggerakan hati masyarakat. Melalui hal ini, secara tidak

langsung Tribunnews.com menghimbau kepada para pemimpin

untuk bersikap lebih bijak dan amanah dalam mengemban jabatan

yang dipercayakan masyarakat.

124 Ibid

 

Page 154: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

138

Treatment Recomendation( Penyelesaian Masalah),

dalam pemberitaan ini Tribunnews.com menghimbau daerah lain

di luar Jakarta untuk tidak terpengaruh dan tidak ikut-ikutan

kontroversi yang terjadi dalam Pilkada DKI. Seperti yang

terdapat pada akhir pemberitaan berikut:

“Kita janganlah ikut-ikutan Jakarta. Biarkan

mereka menyelesaikan persoalannya sendiri. Mudah-

mudahan setelah selesai PilkadaJakarta, bisa aman

tenteram dan bergandengan tangan yang erat kembali,”

katanya.125

Daerah lain diharapkan bisa menjaga kualitas toleransi

dan menghindari konflik-konflik yang berpotensi membawa

perpecahan di masyarakat. Melalui pernyataan diatas

Tribunnews.com juga menyisipkan harapan untuk ibu kota

Jakarta agar bisa kembali kondusif dan dapat menyatukan rasa

persaudaraan kembali setelah Pilkada usai.

E. Interpretasi

Sebagai media yang hidup di negara majemuk seperti

Indonesia, isu toleransi agama memiliki news value (nilai berita)

yang membuat isu ini layak disajikan kepada khalayak. Berikut

beberapa nilai berita yang terkandung dalam isu toleransi agama

yakni proximity (kedekatan), Konflik, dan Human Interest.

Proximity adalah unsur kedekatan peristiwa yang terjadi dengan

pembaca dalam kehidupan keseharian mereka. Selanjutnya isu

toleransi agama terkadang memunculkan unsur konflik yang

125 Ibid

 

Page 155: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

139

menampilkan perseteruan antar individu atau kelompok

dikarenakan perbedaan kepercayaan. Adanya konflik merupakan

salahsatu hal yang menarik minat khalayak untuk mengikuti

sebuah pemberitaan, semakin rumit dan besar konflik semakin

besar juga keterarikan khalayak terhadap isu tersebut. Selain itu,

pembahasan mengenai toleransi agama tak jarang juga

memunculkan kisah-kisah yang memainkan emosi pembaca

(human interest). Pada unsur Human Interest, pembaca diajak

untuk ikut merasakan emosi yang ditampilkan dalam

pemberitaan, seperti kebahagiaan, kebanggaan, simpati, ataupun

kebencian.126

Berdasarkan hasil temuan yang telah peneliti paparkan,

terlihat konstruksi yang dilakukan oleh keempat media online

Republika Online, Kompas.com, Detik.com dan Tribunnews.com

dalam memberitakan isu toleransi agama. Republika Online

sebagai media yang dipelopori komunitas muslim dalam

konstruksinya memaknai toleransi agama berdasarkan nilai-nilai

islam dengan membedakan pelaksanaan toleransi ibadah dan

toleransi muamalah. Lain halnya dengan Kompas.com,

Tribunnews.com dan Detik.com memandang toleransi agama

dalam konteks universal yang merujuk kearah nilai-nilai

keberagaman dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam dua pemberitaan Republika Online yang berjudul

“ Merayakan Keharmonisan” dan “Acara Cap Go Meh Digelar di

126 Septiawan Santana K, “Jurnalisme Kontemporer”, ( Jakarta :2005,

Yayasan Obor Indonesia), h. 18-19

 

Page 156: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

140

Masjid, MUI:Astagfirullah!” terlihat tiga sudut pandang yang

digunakan Republika Online dalam mengkonstruksi pemberitaan

bertema toleransi agama yakni antara lain : Pertama, Republika

Online mempresentasikan Islam sebagai agama yang toleran. Hal

ini dilakukan Republika Online dengan menghadirkan tiga

narasumber etnis tionghoa muslim pada pemberitaan berjudul

“Merayakan Keharmonisan”. Dalam konstruksinya, Republika

Online melihat potret etnis tionghoa muslim yang mengunjungi

dan bersilaturahmi dengan sanak keluarganya saat hari raya Imlek

sebagai bentuk toleransi yang ditunjukan umat Islam kepada non

muslim. Hari raya Imlek dipandang Republika Online sebagai

kesempatan para etnis tionghoa muslim untuk mendakwahkan

dan memperkenalkan ajaran Islam yang toleran. Melalui

pembingkaiannya Republika Online menggolongkan Imlek

sebagai perayaan budaya yang tidak ada larangan bagi umat

Islam untuk menjalankannya, asalkan tidak melanggar ajaran dan

batasan-batasan dalam Islam.

Kedua, Republika online melihat bahwa terdapat

kesalahpahaman mengenai penerapan toleransi yang dilakukan

oleh pemerintah dan masyarakat kepada umat Islam. Hal ini

terlihat dari pemilihan kata dan diksi pada pemberitaan “Acara

Cap Go Meh Digelar di Masjid, MUI:Astagfirullah!”. Kalimat

“Astagfirullah!” yang memiliki arti “aku memohon ampun

kepada Allah” yang digunakan Republika Online dalam judul

merupakan kalimat yang biasa di ucapkan umat Islam ketika

melakukan kesalahan atau melihat kekeliruan. Dalam framing

 

Page 157: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

141

penggunaan dan pemilihan kata-kata atau diksi yang ditampilkan

dalam pemberitaan tidak hanya sekedar teknis jurnalistik, namun

merupakan bentuk politik bahasa, dimana bahasa dapat

menciptakan realitas dan mengarahkan khalayak pada cara pikir

dan keyakinan tertentu.127 Dalam hal ini Republika Online

tampak ingin menunjukan bahwa Acara Cap Go Meh di Masjid

menurut prespektif MUI merupakan sebuah tindakan keliru yang

keluar batas. Sebagai lembaga yang menjadi rujukan umat Islam,

penggunaan MUI dan pemilihan diksi “Atagfirullah!” dalam

judul merupakan salah satu bentuk politis bahasa yang ditunjukan

Republika Online untuk mengarahkan khalayak kepada prespektif

yang diyakini oleh media. Dengan strategi ini Republika Online

ingin menyampaikan bahwa pelaksanaan acara Cap Go Meh di

Masjid adalah salah satu bentuk tindakan intoleransi. Hal ini

dikarenakan Masjid adalah tempat Ibadah yang dijaga

kesuciannya, dengan melaksanakan Acara Cap Go Meh di Masjid

tentu saja akan mengganggu prosesi ibadah umat Islam.

Republika Online tampak menggunakan narasumber-

narasumber kredibel yang mampu mendukung frame mereka.

Terlihat dari teks pemberitaan, Republika Online menghadirkan

Anton Tabah Digdoyo sebagai narasumber yang memiliki

kredibilitas tinggi dengan berbagai latar belakang jabatan yang

pernah didudukinya seperti Dewan Pakar ICMI Pusat, mantan

jendral petinggi Polri, Wakil Ketua Komisi Hukum MUI Pusat,

mantan ajudan presiden, dan ketua penanggulangan penodaan

127 Ibid, h. 200

 

Page 158: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

142

agama. Penyebutan berbagai latar belakang jabatan pada

narasumber menunjukan bahwa Republika Online ingin meraih

simpati dan kepercayaan para pembaca akan pesan atau nilai

yang disampaikan pada pemberitaan. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh Stuart Hall bahwa penggunaan kelompok elit yang

diidentifikasi sebagai sumber yang kredibel oleh media tidak

hanya sebatas sumber untuk memperoleh informasi, namun

sumber bisa menjadi pendefinisi utama dari realitas yang

ditampilkan media (Primary Definers)128.

Ketiga, Republika Online tidak setuju dengan penerapan

toleransi saat ini yang dinilai lebih menjurus kearah relativisme

agama, yakni paham yang menganggap semua agama memiliki

kebenaran ajaran yang sama termasuk ketika menyangkut

pelaksanaan toleransi itu sendiri. Hal ini ditunjukan Republika

Online melalui pernyataan narasumber dalam pemberitaan.

dimana rencana pelaksanaan Acara Cap Go Meh di Masjid dinilai

sebagai bentuk permohonan toleransi yang keluar batas yang

dilakukan oleh pemerintah setempat kepada umat Islam.

Pemerintah dinilai Republika Online tidak mengerti batasan-

batasan toleransi dalam Islam. Pendangan ini dikonfirmasi oleh

Republika Online melalui pernyataan Karta Raharja Ucu selaku

Editor pemberitaan Republika Online saat diwawancarai berikut :

“Sebenarnya kalo boleh disampaikan sih, kita

boleh toleransi ya tapi jangan segitunya, ada nilai-nilai

128 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002), h. 162

 

Page 159: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

143

yang tidak boleh dilewati, jangan lompat pager lah

ibadaratnya. Kan gak mungkin ibadah jumatan di gereja..

contohnya gini deh, kan biasanya kalo mereka

melakukan misa natal itu di katedral, itu biasanyakan

buat tempat parker itu mereka di Istiqlal, dan

kebalikannya pas kita sholat id ngga ada parkir itu pasti

ditempatkan digereja. Nah itu kan toleransi secara sosial,

artinya gini dia membantu umat lain untuk beribadah tapi

tidak mengganggu atau membantu secara akidah

mereka.”129

Melalui pernyataan diatas tampak bahwa Republika Online

mendukung adanya toleransi agama dalam ranah sosial

kemasyarakat yakni saling menghormati, melindungi, dan

membantu sebagai sesama manusia, namun menolak toleransi

agama dalam ranah ibadah dan akidah.

Dalam proses konstruksi yang dilakukannya pada judul

“Acara Cap Go Meh Digelar di Masjid, MUI:Astagfirullah!”

Republika.co.id hanya menggunakan Anton Tabah Digdoyo

sebagai narasumber tunggal dan tidak mencantumkan pernyataan

dari pihak pemerintah dan panitia acara Cap Go Meh sebagai

pihak yang dipersalahkan. Terlihat bahwa Republika.com

mengabaikan unsur dua sisi atau cover both side dalam

pemberitaannya, dan menjadikan pendapat narasumber tunggal

sebagai alat pendefinisi masalah dan pembuat keputusan dalam

pemberitaan tanpa memberikan ruang konfirmasi bagi pihak yang

di persalahkan. Hal ini berbeda dengan pernyataan Editor

Republika Online ketika di wawancarai :

129 Wawancara Pribadi dengan Editor Repubublika Online Karta

Raharja Ucu pada 28 November 2018

 

Page 160: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

144

“Oh iya sudah pasti, karna biasanya dari budgeting itu,

editor atau bahkan user yang bakal ambil berita itu

biasanya dia minta narsumnya, entah lembaga terkait,

lembaga keagamaan, organisasi masa, atau organisasi

masa misalkan yang di luar islam terkait keagamaan

tertentu, atau misalkan kita soal benturan lah misalkan,

benturan penjagaan gereja dan toleransi agama islam dan

Kristen lah misalkan itu kita dua lembaga terkait.

Tujuannya untuk keberimbangan berita cover both side

setelah itu biasanya ada keberimbangan juga dari

kepolisian.”130

Republika Online mengkonstruksikan toleransi sebagai

sikap saling menghormati dan mengharfai antar umat beragama,

namun tidak dalam pengertian yang bebas dan tanpa aturan.

Toleransi memiliki batasan yang harus dijaga. Dalam

pemberitaan, terlihat Republika Online membagi Toleransi

kedalam dua ranah yang harus dipisahkan yakni toleransi

muamalah dan toleransi ibadah. Namun di lain sisi, Republika

Online tidak menampik akan adanya keberagaman agama dalam

kehidupan sosial masyarakat dan menganjurkan terjalinnya

komunikasi antar umat beragama. Seperti yang dikatakan oleh

Editor pemberitaan Republika Online berikut :

“Kalo kami itu memandang toleransi sebagai toleransi

sosial itu diperbolehkan tapi toleransi secara akidah itu

tidak diperbolehkan, itu yang mau diperjuangkan

Republika itu. Artinya gini ketika ada umat agama lain

melakukan ritual ibadahnya ya kita tidak boleh

mengganggu, umat Islam tidak boleh mengganggu bahkan

harusnya dilindungilah. Tapi batasan melindungi itu yah

kita tidak boleh ikut-ikutan. Toleransi secara sosial ya kita

130 Wawancara Pribadi dengan Editor Repubublika Online Karta

Raharja Ucu pada 28 November 2018

 

Page 161: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

145

ketika ada umat agama lain izin ibadahnya sudah direstui

oleh pihak lain seperti kepolisian kan itu harus meminta

izin juga penjagaan segala macam yaa republika

memandang kalo misalkan toleransi secara akidah ya

ngga bisa, toleransi secara sosial ya bisa. Mereka

menjalankan ibadahnya yaudah silahkan tapi jangan

mengganggu ajarann kira juga. Ya untukmu agamamu

untukku agama ku.131

“Republika itukan rumpunnya umat Islam yah. Kalo

secara umum itu Republika rumahnya masyarakat

Indonesia lah, secara khusus Republika rumahnya umat

Islam. Artinya Umat Islam tidak memandang umat agama

lain sebagai musuh, Jadinya Republika memandang

toleransi beragama yah kita harus menjalankan toleransi

agama apalagi di Indonesia tidak hanya Islam aja tapi ada

agama-agama lain yang diakui oleh Negara gitu kan dan

Republika menjalankan konstitusi itu.”132

Dari kutipan diatas nampak jelas bahwa Republika Online

memandang toleransi berdasarkan nilai-nilai keislaman dengan

menekankan mengenai penerapan toleransi sosial atau muamalah

dan menolak toleransi akidah yang menjurus kepada relativisme

agama. Sebagai media yang memiliki latar belakang dari

komunitas muslim, pembingkaian Republika Online mengenai

isu Toleransi agama sangat wajar karena visi yang diemban

131Wawancara Pribadi dengan Editor Repubublika Onle Karta Raharja

Ucu pada 28 November 2018

132 Wawancara Pribadi dengan Editor Repubublika Onle Karta

Raharja Ucu pada 28 November 2018

 

Page 162: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

146

Republika yaitu untuk menjadi media Modern, Moderat, Muslim

dan Kebangsaan dan Kerakyatan133.

Lain halnya dengan pembingkaian yang dilakukan

Kompas.com dan Tribunnews.com. Kedua media ini terlihat

memiliki fokus yang sama dalam membingkai dan memaknai isu

toleransi beragama yakni menyoroti tantang Hak Kebebasan

Beribadah dan Berkeyakinan umat minoritas. Hal ini dikarenakan

kedua media ini berdiri di bawah organisasi perusahaan yang

sama yakni PT. Kompas Gramedia Group. Dalam proses

produksi berita, organisasi media memiliki peran dalam

mengkategorisasikan dan menyeleksi peristiwa yang akan

diberitakan. Organisasi media tidak hanya mempunyai struktural

pola kerja, tetapi juga mempunyai ideologi professional. Ideologi

professional ini menentukan nilai-nilai pada pemberitaan,

peristiwa apa yang layak diberitakan dan bagaimana peristiwa itu

akan dikemas. Praktik organisasi dan idoleogi professional

menentukan rutinitas yang terjadi dalam pemberitaan, bagaimana

seorang wartawan dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam

prespektif tertentu.134

Terdapat empat sudut pandang yang terlihat dari dua

pemberitaan Kompas.com yang berjudul “Menjaga Toleransi

Lewat Peraturan Daerah” dan “Pilkada DKI Dikhawatirkan

Timbulkan Intoleransi di Lingkungan Sekolah” : Pertama,

133 Redaksi Republika,“Republika”. Diunduh pada 18 Januari 2019

pukul 16:48 WIB. dari https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar).

134 Ibid, 113-119.

 

Page 163: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

147

Kompas.com menilai bahwa terdapat ketidakadilan yang

dilakukan oleh pemerintah kepada umat keyakinan minoritas. Hal

ini terlihat dari konstruksi yang dilakukan Kompas.com pada

pemberitaan “Menjaga Toleransi Dengan Peraturan Daerah”.

Kompas.com melihat bahwa Otoritas yang diberikan oleh

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur

sendiri daerahnya sering disalahgunakan dengan pembuatan

Perda diskriminatif. Kesan ini ditampilkan kompas.com dengan

cara menghadirkan beberapa data berupa diagram hasil jejak

pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas mengenai

kehadiran Peraturan Daerah Diskriminatif. Survey yang

dilakukan oleh Litbang Kompas menunjukan keseriusan media

Kompas dalam menyoroti persmasalahan Hak Kebebasan

Beribadah dan Beragama umat minoritas. Dalam proses

penyajian data Kompas.com menyadari bahwa penggunaan tabel

atau diagram akan lebih memudahkan pembaca memahami fakta

yang disajikan dan memberikan kesan validitas pada pesan yang

disampaikan.

Kedua, Kompas.com melihat permasalahan toleransi

agama sebagai salah satu bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi

Manusia. Hal ini terlihat dari data yang ditampilkan dalam

pemberitaan yang mayoritas berasal dari lembaga sosial yang

begerak di bidang HAM. Seperti penggunaan data Indek Kerja

HAM variable kebebasan beragama dan berkeyakinan yang

menunjukan terjadinya penurunan toleransi masyarakat yang

terjadi pada tahun 2015 ke 2016 yakni 2,57 ke 2,47. Selain, itu

 

Page 164: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

148

Kompas.com juga menggunakan pernyataan lembaga seperti

DUHAM, Wahid Instittute, dan Setara Institute untuk

mendefinisikan realitas dalam pemberitaan.

Ketiga, toleransi dimaknai Kompas.com dari sudut

pandang humanisme dan universal yakni sebagai sikap lahiriyah

yang sudah dimiliki manusia sejak lahir berupa rasa untuk saling

menghormati atas keyakinan satu sama lain tanpa melihat agama

mana yang paling benar atau mana yang paling salah. Hal ini

dikonfirmasi kompas.com dalam wawancara yang peneliti

lakukan :

“Kalo toleransi agama sebenarnya kaya pribadi kita ,

sebenarnya kita dari lahir kita sudah punya itu jadi.

Kalo kita toleransi agama ya lebih menghargai aja, apa

keyakinan dia tidak mengganggu tidak mengganggu

keyakinan orang lain. Dan kita tidak sampai ke masuk

ke ajaran dia ini benar atau salah, jadi yaudah kita

hargai aja oh dia percaya keyakinannya begini ngga

papa dia percaya dengan kita jadi jangan sampai

kepercayaan dia itu menganggu umat lainnya. Jadi

tidak malah membenturkan oh ini dia salah kaya

misalnya kelompok Ahmadiyah atau akbp viladefia.

Kita tetep mengangkat kelompok minoritas itu sebagai

isu yaah ini bahwa ada kelompok ini jangan diganggu

soal kepercayaan mereka apa yaudah biarkan mereka

berjalan asalkan mereka tidak mengganggu kelompok

lainnya, jadinya kita tidak mengusik kearah keyakinan-

keyakinan. Jadi lebih kearah kemanusiaanya lebih

diangkat lebih universal.”135

135 Wawancara Pribadi dengan Editor Kompas.com Sabrina Asril

pada 03 Januari 2019

 

Page 165: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

149

Pandangan Kompas.com mengenai penerapan toleransi

terlihat pada pemberitaan yang berjudul “Pilkada DKI

Dikhawatirkan Timbulkan Intoleransi di Lingkungan Sekolah”.

Dalam pemberitaan ini Kompas.com menggolongkan bahwa

memilih seorang pemimpin berdasarkan latar belakang agama

merupakan salah satu bentuk intoleransi. Hal ini dilakukan

Kompas.com dengan menghadirkan hasil survey yang dilakukan

oleh Kemendikbud pada bulan Juli-September 2016 mengenai

bibit intoleransi pada siswa bahwa terdapat 8,2 persen siswa yang

menolak pemimpin yang berbeda agama. Kompas.com

menonjolkan fakta tersebut sebagai bukti adanya bibit intoleransi

yang disebabkan karena adanya politik praktis dan isu SARA

dalam ajang Pilkada DKI Jakarta. Melalui penonjolan fakta ini

terlihat pandangan Kompas.com mengenai penerapan toleransi

agama dalam konteks politik, dimana tidak menjadikan latar

belakang agama sebagai landasan untuk menolak atau menerima

seorang pemimpin.

Peneliti melihat terdapat kejanggalan pada data dan fakta

yang disajikan pada pemberitaan. Data yang disajikan

merupakan penelitian yang dilakukan jauh sebelum ajang Pilkada

DKI dilaksanakan yakni pada bulan Juli-September 2016

sedangkan Kompas.com menjadikan hasil penelitian ini sebagai

dampak adanya isu agama dan politik praktis Pilkada DKI

Jakarta. Ketika dikonfirmasi, Kompas.com menyatakan bahwa

terdapat kesalahan dalam penyajian berita, kesalahan ini

disebabkan karena kurangnya ketelitian wartawan dalam

 

Page 166: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

150

mengkonfirmasi kebenaran fakta yang disampaikan oleh

narasumber pemberitaan. Sehingga dalam akhir pemberitaan ini

Kompas.com mencantumkan catatan redaksi mengenai perubahan

pada pemberitaan. Hal ini dikonfirmasi Kompas.com melalui

Sabrina Asril selaku editor pemberitaan berikut:

“Jadi sebenarnya pemberitaan itu ada koreksi, memang

kita ada kesalahan karna ternyata reporternya itu di data

awalnya salah. Makanya berita terbarunya dibawahnya

kita kasih catatan redaksi dan ada tambahan penelitiannya

lebih lengkap. Pas kita cek memang ini murni kekeliruan

kita, ternyata itu bukan penelitian si narasumbernya

bahwa dia hanya mengutip penelitian orang lain. Pas kita

krosceklah ke orang yang benar-benar punya

penelitiannya bahwa ternyata penelitiannya adalah bahwa

mayoritas memang masing memegang toleransi namun

ada benih-benih walaupun angka mereka masih yang

kecil”136

Melalui wawancara yang dilakukan, kompas.com

menyatakan bahwa pemberitaan ini dirilis semata-mata untuk

menunjukan fakta kepada khalayak akan adanya bibit intoleransi

pada siswa walaupun presentasinya kecil. Hal ini sesuai dengan

teori dalam framing yang melihat adanya dua aspek yang

mempengaruhi pembentukan pemberitaan yakni pemilihan fakta

dan penulisan fakta. Dalam bukunya Analisis Framing Konstruksi

Media Massa Eriyanto melihat bahwa pemilihan fakta yang

dilakukan oleh media didasarkan pada asumsi wartawan dalam

melihat sebuah peristiwa. Pada proses ini terdapat fakta yang

ditampilkan dan terdapat pula yang disembunyikan. Proses ini

136 Wawancara Pribadi dengan Editor Kompas.com Sabrina Asril

pada 03 Januari 2019

 

Page 167: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

151

merupakan seleksi yang dilakukan oleh media untuk

menonjolkan pesan yang dikehendakinya.137 Hal ini senada

dengan pernyataan editor Kompas.com Sabrina Asril berikut :

“…Kadang-kadangkan penelitian itu bisa

framing, subjektif penelitinya jugakan padahal secara

mayoritas tidak masalah namun dia menganggat bahwa

ada concern disitu, padahal setelah kita lihat angkanya

kecil, makanya kita agak bingung juga nih gimana.

Yaudah ngga papa kita potret juga, bahwa memang ada

fakta kecemasan itu walaupun kecil makanya di lead nya

langsung di ubah walaupun sebagian kecil ini bisa saja

menjadi benih dan itu rombak abis pemberitaannya.”138

Meskipun, Kompas.com mengakui bahwa terdapat

kekeliruan dalam melakukan pengutipan informasi dalam

pemberitaan, namun peneliti mengasumsikan hal ini sebagai salah

satu strategi media dalam membelokan realitas dengan cara

menghadirkan data yang sebenarnya tidak memiliki keterkaitan

langsung dengan kondisi yang sedang terjadi dalam pemberitaan.

Seperti yang dikatakan oleh G.J. Aditjondro bahwa framing

sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang

suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan di belokan

secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek

tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang memiliki

137 Ibid,69

138 Wawancara Pribadi dengan Editor Kompas.com Sabrina Asril

pada 03 Januari 2019

 

Page 168: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

152

konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat

ilustrasi lainnya. 139

Di lain sisi, Kompas.com juga tidak menampik bahwa

toleransi agama di masyarakat berada dalam kondisi yang baik.

Mayoritas masyarakat masih menjunjung tinggi keberagaman

sebagai karakteristik bangsa Indonesia. Dalam hal ini

Kompas.com berusaha memenuhi unsur dua sisi atau Cover Both

Side yang menjadi salah satu kewajiban media dalam

memberitakan sebuah peristiwa, namun upaya ini tidak menutupi

konstruksi dan penonjolan yang dilakukan Kompas.com pada

pemberitaan yang disajikan.

Sudut pandang yang keempat, Kompas.com menekankan

mengenai nilai-nilai persatuan sebagai mana yang terdapat dalam

semboyan Bhineka Tunggal Ika. Pengembalian kepada nilai-nilai

Bhineka Tunggal Ika diperlihatkan Kompas.com dengan cara

menempatkan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada lead

pemberitaan “Menjaga Toleransi Agama Lewat Peraturan

Daerah”. Pemahaman dan penanaman nilai-nilai persatuan dalam

Bhineka Tunggal Ika dalam setiap Individu masyarakat Indonesia

dibingkai oleh Kompas.com sebagai salah satu solusi dalam

menghadapi intoleransi.

Pembingkaian yang hampir sama juga diperlihatkan

Tribunnews.com dalam pemberitaannya yakni “Ketua MPR

139 Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011),h. 60

 

Page 169: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

153

Sebutkan Daerah-Daerah yang Patut Dijadikan Contoh Toleransi

Beragama” dan “Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan

Beragama Masih Jadi Tantangan di Indonesia.” Terdapat tiga

sudut pandang yang terlihat dari pemberitaan Tribunnews.com

yakni:

Pertama, Tribunnews.com melihat bahwa toleransi dan

kebebasan beragama masih menjadi masalah di Indonesia. Hal ini

diperlihatkan Tribunnews.com dalam pemberitaan yang berjudul

“Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan Beragama Masih Jadi

Tantangan di Indonesia.” yang secara langsung menunjukan

permasalahan yang diangkat dalam pemberitaan. Selain itu,

dalam pemberitaan ini Tribunnews.com menghadirkan

narasumber yang berasal dari lembaga Wahid Foundation. Wahid

Foundation adalah lembaga sosial yang dipelopori oleh Alm.

Abdurrahman Wahid atau Gusdur yang bergerak dalam

pengembangan toleransi dan keberagaman masyarakat

Indonesia140. Wahid Foundation digunakan Tribunnews.com

sebagai pendifinisi realitas dalam pemberitaan, hal ini terlihat

dengan penempatan pernyataan narasumber Alamsyah M Dja’far

selaku Program Officer Advokasi dan Riset Wahid Foundation

pada lead permberitaan yang menyatakan bahwa toleransi dan

kebebasan beragama di Indonesia masih menjadi masalah yang

harus diatasi. Dalam framing pemilihan kata dan pemilihan

narasumber dalam pemberitaan merupakan salah satu perangkat

140 “Tentang kami”. Diunduh pada 27 Januari 2019 pukul

11:22 WIB dari http://wahidfoundation.org/index.php/page/index/About-Us,

 

Page 170: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

154

media dalam mengkonstruksi realitas yang bertujuan untuk

mengarahkan prespektif pembaca kedalam nilai-nilai yang

disampaikan dalam pemberitaan. Melalui pemberitaan ini terlihat

kesamaan sudut padang antara Tribunnews.com dan Kompas.com

yakni sama-sama mensoroti tentang hak kebebasan beribadah dan

beragama (KBB).

Kedua, Tribunnews.com melihat bahwa intoleransi

disebabkan oleh adanya kesenjangan ekonomi, politik, dan

pengetahuan yang ada di masyarakat. Dalam konstruksinya

Tribunnews.com tidak melihat perbedaan ras, etnis dan agama

sebagai pemicu munculnya intoleransi, namun melihat bahwa

terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi toleransi di

Indonesia. Seperti yang ditemukan dalam pemberitaan

Tribunnews.com yang berjudul “Ketua MPR Sebutkan Daerah-

Daerah yang Patut Dijadikan Contoh Toleransi Beragama”.

Melalui pernyataan narasumber Zulkifli Hasan mengenai

kabupaten Sula yang mayoritas masyarakat memeluk agama

Islam dipimpin oleh bupati yang beragama Kristen,

Tribunnews.com mengkonstruksikan bahwa latar belakang agama

bukanlah penyebab munculnya konflik intoleransi di ajang

demokrasi. Munculnya intoleransi lebih dikarenakan ada faktor-

faktor lain seperti kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik yang

mempengaruhi masyarakat.

Pemberitaan ini juga dirilis oleh Kompas.com di hari yang

sama yakni pada tanggal 1 February 2017, namun terdapat

perbedaan pengemasan judul yang ditampilkan. Tribunnews.com

 

Page 171: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

155

menggunakan kata “ Patut dijadikan contoh Toleransi Beragama”

sedangkan Kompas.com menampilkan judul “ Ketua MPR

Sebutkan Daerah-daerah yang Jadi Contoh Toleransi yang Baik”.

Perbedaan kata-kata pada judul tidak mengubah makna yang

ditampilkan kedua media secara signifikan, perbedaan terdapat

pada judul yang digunakan Tribunnews.com lebih

memperlihatkan penekanan dan penegasan dengan penggunaan

kata “Patut”. Hal ini menunjukan bahwa dalam proses konstruksi

dan penyampaian nilai-nilai pemberitaan keduanya dipengaruhi

oleh ideologi perusahaan yang menaunginya yakni PT. Kompas

Gramedia Group. Perbedaan keduanya hanya terdapat pada

pemilihan kata atau diksi yang dihadirkan kedalam teks

pemberitaan.

Ketiga, Tribunnews.com melihat bahwa pemerintah masih

bertindak diskriminatif terutama menyangkut hak teologi warga

negara. Hal ini dilakukan Tribunnews.com dalam pemberitaan

“Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan Beragama Masih Jadi

Tantangan di Indonesia. Dalam pemberitaan ini, Tribunnews.com

juga membahas mengenai adanya perda diskriminatif sebagai

salah satu factor pemicu tindakan intoleransi dimasyarakat.

Seperti hal nya Kompas.com, Tribunnews.com juga menuntut

akan kesetaraan hak kebebasan beribadah dan beragama antara

umat mayoritas dan minoritas. Penilaian kedua media yang lebih

menonjolkan nilai-nilai humanism dan HAM merupakan hal yang

wajar dikarenakan dari segi segmentasi pembaca media Kompas

Gramedia terkenal didukung oleh masyarakat pembaca yang

 

Page 172: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

156

menerima HAM Universal seperti demokrasi dan pluralisme.141

Hal ini senada dengan pernyataan Editor Kompas.com Sabrinal

Asril ketika diwawancarai berikut ini :

“Yah kalo kita sih, di Indonesia ini kan pasti ada

yang mayoritas dan minoritas tetep punya hak. Ngga

melulu yang minoritas ini harus di mengikuti mayoritas,

ya artinya kalo dia kaya begitu hak dia lama-lama

tergerus juga dong. Jadinya dua kelompok ini hidup

bersama tanpa benturan. Jadi yang mayoritas tetep

diberitakan. Tapikan selama ini mayoritas ini tidak punya

masalah besarkan karna sebagai mayoritas mereka punya

wakil-wakilnya di otoritas, di pejabat, dipemerintahan,

artinya kepentingan mereka sejauh ini lumayan

terpenuhi. Sementara kelompok minoritas a channel

saluran mereka untuk mengungkapkan hak mereka lebih

susah dibandingka nkelompok mayoritas. Nah media

berperan untuk memperhatikan hak mereka. Misalkan

Ahmadiyah kita beritakan bukan soal ajaran kepercayaan

mereka yang kita bela, tapi lebih kepada hak-hak mereka

sebagai penduduk warga Negara untuk tinggal di

Komplek rumah yang mereka miliki dengan upaya

mereka. Kita tidak membahas mereka salah atau benar,

tapi lebih ke mereka punya hak yang sama untuk

dilindungi dan selama mereka tidak mengganggu

kelompok lainnya mah.”142

Sebagai media massa nasional, Kompas.com dan

Tribunnews.com merasa memiliki tanggung jawab untuk

memperhatikan hak-hak umat minoritas khususnya mengenai hak

141Armando, Ade, dkk, Media dan Integrasi Sosial : Jembatan antar

Umat Beragama, ( Center for the Study of Religion and Culture, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah :2011),h.27

142 Wawancara Pribadi dengan Editor Kompas.com Sabrina Asril

pada 03 Januari 2019

 

Page 173: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

157

kebebasan beribadah dan beragama. Hal ini dikarenakan

Indonesia tidak hanya ditinggali oleh satu agama, terdapat enam

agama yang diakui oleh negara dengan mayoritas masyarakat

memeluk agama Islam. Keduanya menilai umat minoritas

kekurangan ruang untuk menyampaikan aspirasi mereka

khususnya menyangkut hak-hak mereka sebagai warga negara

Indonesia. Kompas.com dan Tribunnews.com mengartikan

toleransi agama sebagai sikap saling menghormati, menghargai,

melindungi, dan mengakui adanya keberagaman antar umat

beragama sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia.

Sedangkan, Detik.com dalam pemberitaannya memaknai

toleransi agama sebagai jati diri bangsa Indonesia yang tidak

perlu diragukan lagi. Hal lni terlihat dari konstruksi Detik.com

dalam dua pemberitaan yang berjudul “ICMI : Ada Bupati

Tionghoa di Kabupaten 99 Persen Muslim” dan “Damainya

Imlek di Peunayong, Aceh, Bukti Indahnya Keberagaman

Agama”, terlihat beberapa sudut pandang Detik.com dalam

mengemas pemberitaan mengenai toleransi agama seperti berikut

:

Pertama, Detik.com melihat bahwa perbedaan latar

belakang ras dan agama bukanlah penyebab munculnya

intoleransi. Kesan ini diperlihatkan Detik.com dengan pemilihan

diksi dalam pemberitaan pada pemberitaan “ICMI : Ada Bupati

Tionghoa di Kabupaten 99 Persen Muslim”. Penggunaan kata

“Tionghoa” yang disandingkan dengan “99 Persen Muslim”

menunjukan bahwa perbedaan RAS dan Agama bukan menjadi

 

Page 174: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

158

masalah dalam pemilihan kepala daerah. Penggunaan lembaga

ICMI pada judul merupakan salah satu strategi konstuksi

Detik.com untuk mengarahkan prespektif pembaca kepada

penilaian yang ditampilkan dalam pemberitaan. Hal ini

dikarenakan ICMI atau Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

adalah salah satu organisasi muslim yang menjadi rujukan bagi

mayoritas masyarakat Indonesia. Sebagaimana dalam analisis

Framing, judul adalah aspek yang memiliki fungsi Framing yang

kuat, judul dapat mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti

kemudian digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan

mengkonstruksi isu. 143

Kedua, dalam mengkonstruksi pemberitaan, Detik.com

berusaha bersikap netral dengan melihat permasalahan dari dua

sisi yakni menempatkan masyarakat dan pemimpin sebagai aktor

penyebab masalah dalam pemberitaan. Terlihat dengan

penggunaan kata “masyarakat”, “masyarakat kita” dan “bangsa

kita” dalam pemberitaan. Penggunaan kata “kita” sendiri dalam

KBBI Online merujuk pada pronominal persona pertama jamak,

yang mengartikan diri orang yang berbicara dengan orang yang

diajak bicara. Kata “kita” juga merupakan kata yang

menggambarkan “kepemilikan bersama”. Dengan menggunakan

kata “kita” tampak bahwa Detik.com tidak secara khusus

menunjuk satu pihak sebagai penyebab masalah, namun

menempatkan semua golongan baik masyarakat biasa maupun

143 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan POlitik

Media ( Yogyakarta; LkiS, 2001), h. 257-258.

 

Page 175: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

159

pemimpin untuk instropeksi diri dan lebih bijak dalam

menanggapi sebuah peristiwa. Berbeda dengan tiga media

sebelumnya yang melihat adanya masalah pada penerapan

toleransi. Dalam kedua pemberitannya Detik.com meletakan

permasalahan pada faktor psikologis masyarakat Indonesia yang

masih lemah dalam menanggapi sebuah peristiwa dan sikap

pemimpin yang menimbulkan antipati masyarakat. Detik.com

melihat bahwa sensitifitas yang saat ini muncul hanyalah masalah

musiman yang biasa terjadi dan akan mereda ketika ajang

demokrasi telah usai.

Ketiga, Islam sebagai agama mayoritas menjunjung

tinggi nilai toleransi. Hal ini terlihat pada pemberitaan yang

berjudul “Damainya Imlek di Peunayong, Aceh, Bukti Indahnya

Keberagaman Agama”. Terlihat dari judul yang disajikan,

Detik.com menggunakan kata yang menunjukan indahnya

keberagaman ditengah-tengah perayaan Imlek. Hari raya Imlek

merupakan perayaan tahun baru warga keterunan china atau

tionghoa, sedangkan Aceh merupakan salah satu kota di

Indonesia yang terkenal dengan penerapan Syariat Islam.

Detik.com membingkai syariat Islam bukan sebagai penghalang

bagi toleransi beragama seperti yang dipresepsikan masyarakat

pada umumnya. Hal ini ditunjukan Detik.com dengan

menampilkan potret harmonis perayaan Imlek di kota Aceh yang

menerapkan Syariat Islam sebagai contoh indahnya keberagaman

agama di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan detik.com

 

Page 176: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

160

dalam Skripsi yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan Aksi

Teror di Islamic Center of Quebec, Canada:

“ Detik selama ini mengutip pernyataan dari

tokoh-tokoh muslim MUI, Muhammadiyah dan yang

lainnya yang menonjolkan bahwa Islam itu agama yang

rahmatan lilalamin. Islam itu juga lakum dinukum

waliyadiin. Toleransi itu ada di Islam, bukan malah

mengangkat kelompok-kelompok yang anti NKRI.”144

Sebagai media yang hidup di negara mayoritas muslim,

detik.com sadar mengenai segmentasi pembacanya yang

mayoritas beragama Islam. Hal ini diakui detik.com dalam

wawancara yang dilakukan oleh Farihunisa pada skripsi yang

berjudul Aksi Teror di Islamic Center of Quebec, Canada

berikut:

“Mungkin Islam, karena kondisi Negara kita ini

mengistimewakan agama Islam, dan kita mengikuti objek

yang digunakan. Karna banyak sumber yang tersedia

mayoritas Islam”145

Dalam konstruksinya detik.com menggunakan beberapa

istilah dalam teks pemberitaan yakni antara lain penggunaan kata

“ Pribumi” sebagai bentuk labeling pada masyarakat asli Aceh

yang disandingkan dengan masyarakat etnis Tionghoa. Dengan

menggunakan kata ini Detik.com menekankan kategori rasial

144 Wawancara yang dilakukan oleh Farihunnisa pada Skripsi yang

berjudul Analisis Framing Pemberitaan Aksi Teror di Islamic Center of

Quebec, Canada Dalam Republika Online dan Detik.com”

145 Wawancara yang dilakukan oleh Farihunnisa pada Skripsi yang

berjudul Analisis Framing Pemberitaan Aksi Teror di Islamic Center of

Quebec, Canada Dalam Republika Online dan Detik.com”

 

Page 177: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

161

dalam pemberitaan yakni menekankan kepada perbedaan antar

ras dalam konteks yang positif yakni menyatukan antara kedua

ras yang berbeda kedalam satu kesatuan keharmonisan dalam

kehidupan bermasyarakat.146

Melalui konstruksi yang dilakukan tampak bahwa

Detik.com memaknai toleransi sebagai sikap penerimaan dan

penghormatan akan keberagaman baik RAS, Suku, atau Agama

yang ada di Indonesia. Perbedaan yang ada dipandang Detik.com

sebagai sebuah karakteristik bangsa yang tidak perlu diragukan

lagi. Pemaknaan Detik.com mengenai toleransi agama ini hampir

sama dengan pandangan yang ditunjukan oleh Kompas.com dan

Tribunnews.com. Perbedaan ketiganya terdapat pada fokus

permasalahan yang diangkat dalam pemberitaan. Detik.com

berusaha bersikap netral dengan tidak menyalahkan salah satu

pihak baik dari masyakat ataupun pemerintah. Detik.com lebih

mengajak masyarakat untuk intropeksi diri atas peristiwa yang

terjadi. Sedangkan, Kompas.com dan Tribunnews.com melihat

bahwa pemerintah memiliki andil atas intoleransi dan

diskriminasi yang terjadi di masyarakat khususnya kepada umat

keyakinan minoritas. Berbeda dengan Republika Online yang

melihat pemerintah dan masyarakat keliru dalam memahami dan

memprakitkan toleransi agama. Hal ini menunjukan bahwa

dalam proses konstruksi realitas, media memiliki kemampuan

untuk mengkonstruksi citra dan menghadirkannya kepada

146 “Rasialisme” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Rasialisme,

diakses pada 10 November 2018 pukul 14:12 WIB

 

Page 178: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

162

khalayak, sebagaimana yang dikatakan oleh Burhan Bungin

dalam bukunya Kontruksi Media Massa bahwa pembentukan

citra adalah salah satu tujuan adanya konstruksi yang dilakukan

media.

 

Page 179: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

163

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan mengenai

analisis framing pemberitaan isu toleransi agama pada media

online Republika.co.id, Kompas.com, Detik.com dan

Tribunnews.com yang rilis pada awal 2017 dengan menggunakan

metode Robert N. Entman. Dari keempat media yang diteliti

terlihat bagaimana prespektif media dalam melihat dan memaknai

toleransi agama yakni antara lain:

Republika.co.id melihat toleransi agama dalam prespektif

ajaran Islam yakni sebagai sikap saling menghormati,

menghargai, dan bersilaturahmi antar umat agama dengan

membagi toleransi kedalam dua ranah yakni akidah dan

muamalah. Republika secara tegas menolak konsep toleransi

yang cenderung menjerumus kearah relativisme agama yang

menganggap semua agama sama rata dengan menekankan konsep

toleransi yang memiliki batas.

Sedangkan Detik.com Kompas.com dan Tribunnews.com

memandang toleransi agama dalam artian yang universal yakni

sebagai kesadaran dan penerimaan akan adanya keberagaman

agama sebagai realitas sosial tanpa mencampur adukan keyakinan

yang satu dan keyakinan yang lain. Namun terdapat perbedaan

dalam pembingkaian yang dilakukan oleh ketiga media.

Kompas.com dan Tribunnews.com meletakan perhatian besar

 

Page 180: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

164

terhadap hak-hak masyarakat minoritas terutama menyangkut

kebebasan beribadah dan beragama. Persamaan keduanya tidak

lain dikarenakan keduanya berdiri dibawah naungan perusahaan

yang sama yakni PT. Kompas Gramedia. Kedua media ini

memandang permasalahan toleransi dari segi Humanisme dan

HAM yang patut dijaga dan dilindungi. Keduanya juga menuntut

pemerintah lebih adil dan perhatian terhadap hak-hak

berkeyakinan masyarakat minoritas.

Sedangkan Detik.com menilai tidak ada masalah dengan

toleransi masyarakat Indonesia. Detik.com dalam pemberitaannya

mengajak masyarakat serta pemimpin untuk sama-sama

intropeksi diri atas permasalahan yang terjadi. Detik.com melihat

toleransi sebagai jati diri dan karakteristik bangsa Indonesia yang

tidak perlu untuk diragukan lagi, Detik.com melihat

permasalahan yang ada dikarenakan sikap dan pola pikir

masyarakat itu sendiri yang mencederai toleransi Indonesia

Di luar dari apa yang dikonstruksi oleh keempat media

terhadap isu toleransi agama, kita harus mengetahui bahwa

toleransi agama dapat dimaknai secara berbeda tergantung

preskpektif yang diyakini oleh individu atau perusahaan media.

Terdapat dua prespektif yang terlihat dari penelitian ini yakni

toleransi agama dalam prespektif Islam dan toleransi agama

dalam prespektif universal.

 

Page 181: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

165

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat

beberapa poin yang dapat peneliti sarankan adalah :

1. Saran kepada media online;

Portal berita Online sebagai bagian dari media massa

memiliki peran yang sangat besar sebagai control sosial di

masyarakat.. Perbedaan media dalam menafsirkan dan

memaknai suatu isu atau peristiwa memiliki dampak bagi

pola pikir masyarakat. Ideologi dan kepentingan yang

merangkul setiap perusahaan media membuat media tidak

memiliki batasan yang sama dalam menyampaikan suatu

nilai di masyarakat. Oleh karena itu, pemberitaan

mengenai toleransi agama yang disajikan hendaklah

bersifat mendidik dan mengarahkan masyarakat kepada

persatuan.

2. Saran yang ditunjukan kepada mahasiswa/ secara

umum ;

Masyarakat sebagai konsumen media massa

diharapkan lebih cerdas dan bijak dalam memandang suatu

isu dan peristiwa yang diberitakan oleh media, hal ini

dikarenakan media-media memiliki ideologi dan nilai yang

berbeda-beda dalam membingkai suatu peristiwa atau isu.

Jangan sampai karna perbedaan pandangan ini mayarakat

larut kedalam arus konflik yang berujung kedalam

perpecahan dimasyarakat.

 

Page 182: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:

LKiS Yogyakarta, 2002.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakary, 2009.

Rifefan, Muhammad. “Penggunaan Media Online dalam Memenuhi Kebutuhan

Akademik” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam

Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosadakarya,

2008.

Effendy, Bisri. Modul Islam dan HAM. Jakarta: ELSAM, 2010.

Khalikin, Ahsanul dan Fathuri. Toleransi Beragama di Daerah Rawan Konflik.

Jakarta : Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang

Kehidupan Agama, 2016.

Abdullah, Masykuri. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keberagaman.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001.

Al Munawar, Said Agil. Fiqih Hubungan Antar Agama.Jakarta : Ciputat Press, 2003.

Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2011.

Nasrullah, Rulli, Metode Penelitian Media, Modul Mata Kuliah Riset Media,Modul

pembelajaran Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

Armando, Ade, dkk, Media dan Integrasi Sosial : Jembatan antar Umat Beragama,

Center for the Study of Religion and Culture, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2011.

 

Page 183: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Santana, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta:

2005.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenadamedia Group,

2008.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Pranada Media Group, 2006.

Putra, Masri Sareb. Tehnik Menulis Berita dan Feature I. PT. INDEKS Kelompok

GRAMEDIA.

Juroto, Totok. Manajemen Penerbitan Per.PT RemajaRosdakarya, Bandung: 2004.

Jumroni dan Suhaemi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006.

Ali, Mursyid. Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi Bingkai Sosio-Kultural

Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia seri 3. Departemen

Agama RI, Jakarta: 1999

Thoha, Anis Malik.Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Gema Insani, Depok:

2005

Ramadhan, Akbar. “Anaisis Framing Pemberitaan Situs Radikal”.Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Jakarta, 2016.

Husein Al Munawar, Said Aqil. Fikih Hubungan Antar Agama. PT. Ciputat Press:

2005.

Mccabe, Jessi,”Online News Media Use and Political Tolerance”, Disertasi

Komunikasi Wayne State University Amerika, 2010.

Farihunnisa, “Analisis Framing Pemberitaan Aksi Teror di Islamic Center of

Quebec, Canada”,Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negri Jakarta, 2018

 

Page 184: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Moch. Choirul Arif. Toleransi Umat Beragama dalam Konstruksi Wartawan

Surabaya. Jurnal komunikasi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. 223

Federasi Jurnalis Internasional, Media and Tolerance.Bulgaria:UN/UNESCO: 1997.

Internet

Fira Nursyahbani, Obama : Toleransi Indonesia Jadi Contoh Bagi Negara Lain, di

akses 02/11/2017,

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/07/01/osekf7-obama-

toleransi-indonesia-jadi-contoh-bagi-negara-lain.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Pada 2016 Intoleransi Meningkat, di akses

pada 18 Mei 2017, http://komnasham.go.id/pada-2016-intoleransi-

meningkat.html

Hukamnas.com, 7 konflik antar Agama yang pernah terjadi di Indonesia, di akses

pada 11/03/2018, http://hukamnas.com/contoh-konflik-antar-agama

Kemenag.co.id, Media Berperan Membangun Toleransi Umat Beragama, di akses

pada 28/01/2019 https://www2.kemenag.go.id/berita/79895/media-berperan-

membangun-toleransi-umat-beragama,

Media, Kompas Cyber, Pedoman, diakses

11/03/2018,https://inside.kompas.com/pedoman

Shinta Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Bicara Media Massa dan Resolusi

Konflik, diakes 02/11/17, https://nasional.tempo.co/read/1025639/menteri-

luar-negeri-retno-bicara-media-massa-dan-resolusi-konflik

Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas, Republika, di akes 15/11/2017,

https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

Nuramalina Prihatiny, Pengertian Media Massa, diakes 22/05/2017,

www.kompasiana.com /nur.amalina22/pengertian-media-massa

Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses tanggal 28/05/2017KBBI,

http://www.kbbi.web.id/toleran

 

Page 185: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Romeltea,Fungsi Media Massa, diakses 15/12/2017, http://romeltea.com/media-

massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi/

Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas, Media massa, diakses 15/12/2017,

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa

Samhis Setiawan, 26 Pengertian Berita Menurut Para Ahli serta Unsur Berita

5W+1H, diakses 26/11/2018, https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-

berita-menurut-para-ahli-serta-unsur-berita-5w-1h/

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia, diakses 03/02/2019, https://www.komnasham.go.id (di akses pada

03 February 2019).

Husein Al Munawar, Said Aqil. Fikih Hubungan Antar Agama. PT. Ciputat Press:

2005.

Zakky, Pengertian Toleransi Secara Umum dan Menurut Para Ahli Beserta

Contohnya, diakses 14/01/2019, https://www.zonareferensi.com/pengertian-

toleransi/

MN Fahmi. Definisi Toleransi, diakses 15/12/2017,

http://digilib.uinsby.ac.id/10995/4/bab%202.pdf

Achmad, Nur. Pluralitas Agama Kerukunan dalam keragaman. Kompas, 2001.

UNESCO, Role of Media In Promotion of Tolerance and Peace Stressed as Third

Commmittee Continues Review of Human Right, diakses 08/02/2019,

https://www.un.org/press/en/1998/19981109.gash3502.html

Barmark Pazhwak, Diversity, Peace and Tolerance ini Pakistan’s Media, diakes

06/02/2019, https://www.usip.org/publications/2011/08/diversity-peace-and-

tolerance-pakistans-media

Republika Online, Profil, Republika Online, diakses tanggal 12/08/2018,

https://www.republika.co.id/page/about

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Republika, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses

tanggal 12/08/2018, https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)

 

Page 186: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kompas.com, About Us, diakses tanggal 04/08/2018,

https://inside.kompas.com/about-us

Tribunnews.com, About Us, diakses tanggal 04/08/2018,

http://www.tribunnews.com/about-us

Wikipedia, Detik.com, diakses 11/02/2019 dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/DetikCom,

1 Detik.com, Redaksi, diakses 11/02/2019, dalam

https://www.detik.com/dapur/redaksi diakses

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Tribunnews.com, Wikipedia Bahasa Indonesia,

diakses tanggal 04/08/2018, https://id.wikipedia.org/wiki/Tribunnews.com

Febrian Chandra, Kedudukan, Fungsi. Hirearki, dan Materi Muatan Peraturan Daerah,

di akses tanggal 14/08/2018, http://www.sangkoeno.com/2014/07/kedudukan-

fungsi-hierarki-dan-materi.html

Jeffrie Geovanie, Demokrasi Membutuhkna toleransi, di akses tanggal 03/11/2018,

https://geotimes.co.id/kolom/demokrasi-membutuhkan-toleransi/

Wahid Foundation,Tentang kami,diakses 27/01/2019,

http://wahidfoundation.org/index.php/page/index/About-Us,

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Rasialisme, diakses 10/11/2018,

https://id.wikipedia.org/wiki/Rasialisme

Elsam, Deklarasi Prinsip-Prinsip Tentang Toleransi Diumumkan dan Ditandatangani

Oleh Negara-Negara Anggota UNESCO, pada 16 November 1995” diakses

06/11/2017, http://referensi.elsam.or.id/2014/10/deklarasi-prinsip-prinsip-

tentang-toleransi/

Muslim,Kontruksi Media Tentang Serangan Israel Terhadap Libanon diakses

11/11/2017

,https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/170104/117

Lain-lain

Hasil wawancara dengan dengan Editor Repubublika Online Karta Raharja Ucu pada

28 November 2018

Hasil wawancara dengan Editor Kompas.com Sabrina Asril pada 03 Januari 2019

 

Page 187: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Al-Baqarah, diakes 05 January 2019, Qur.an Add-ins

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 188: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

 

Page 189: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

 

Page 190: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Berita Republika Online

 

Page 191: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Merayakan Keharmonisan Senin 30 Jan 2017 11:00 WIB

Red:

Perayaan Imlek tahun ini tampaknya menjadi perayaan yang berbeda untuk

Muhammad Andriansyah (28 tahun). Inilah kali pertama dia merayakan Imlek

dengan status barunya sebagai seorang Muslim. Pada Agustus tahun lalu,

dia resmi memeluk agama Islam. Maka itu, saat Imlek tahun ini, Andriansyah

pun merayakannya dengan mengemban misi tersendiri. ''Imlek bisa menjadi

sarana dakwah untuk mensyiarkan Islam,'' ujarnya.

Bagi dia, kehadiran Muslim Tionghoa di tengah perayaan menunjukkan

kebersamaan. Hal tersebut juga menunjukkan umat Islam yang toleran.

Pria yang juga masuk dalam jajaran pengurus Mualaf Center Bandung

mengungkapkan, umat Islam tidak melarang mereka merayakan Imlek sesuai

kebudayaan Tionghoa. Ia juga berencana berkumpul bersama keluarganya

yang non-Muslim saat Imlek. "Yang penting kita toleran, datang ke keluarga

(saat Imlek) dan mengucapkan selamat. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak

menolak dan melarang," ujarnya.

 

Page 192: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kendati begitu, Andriansyah telah menetapkan batasannya. Untuk dia,

Muslim Tionghoa yang ikut merayakan Imlek tetap ada batasan. Sebagai

seorang Muslim, dia menghormati dan mengucapkan selamat tahun baru

bagi etnis Tionghoa. Namun, tidak mengikuti ritual keagamaan yang biasa

dilakukan kalangan non-Muslim saat Imlek.

Misalnya, bila saat perayaan Imlek dihidangkan makanan dan ternyata di

antara makanan tersebut ada makanan yang tidak boleh dimakan menurut

ajaran Islam, dia bakal menolak mentah-mentah. "Setelah memeluk Islam,

sekarang saya enggak makan kalau ikut ke perayaan Imlek," katanya.

Bagi warga keturunan Tionghoa, perayaan Imlek adalah hari besar yang

paling dinanti. Sejatinya, perayaan Imlek adalah penanda bermula hari

pertama di bulan pertama dalam penanggalan Tionghoa. Untuk merayakan

awal yang baru, mereka merayakan kemeriahan itu dalam berbagai jamuan

dan keriaan. Perayaan Imlek seolah melebur batas agama dan status sosial

dalam kemeriahan yang sangat khas.

Tak terkecuali bagi warga Muslim Tionghoa. Seperti Andriansyah, Yurike (25)

juga merayakan Imlek dengan statusnya sebagai seorang Muslim.

Sejak 2014 lalu, ketika masih kuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung, dia

memutuskan untuk menjadi mualaf. Kendati telah menjadi seorang Muslim,

 

Page 193: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

dia tetap rajin mengikuti perayaan Imlek. Dia pun tetap menjalin silaturahim

dengan keluarga dan kerabat meski berbeda keyakinan. Tahun ini juga

Yurike tetap ikut perayaan Imlek.

Meski demikian, menurut dia, ikut perayaan Imlek tetap dalam batasan

tertentu. Jika anggota keluarga lain yang non-Muslim sedang melakukan

ritual, sebagai Muslim dia memilih tidak mengikuti ritual tersebut. Dengan

begitu, dia turut merayakan Imlek tanpa melanggar ajaran Islam.

Tokoh Muslim Tionghoa yang menjadi pembina mualaf, Syarif Siangan

Tanudjaya mengatakan, bagi Muslim Tionghoa perayaan Imlek semata-mata

untuk menjalin komunikasi dengan etnis Tionghoa, khususnya dengan

keluarga yang non-Muslim. Jadi, Imlek sebagai salah satu sarana menjalin

komunikasi.

"Kita sebagai etnis Tionghoa merayakan Imlek tidak ada kaitannya dari segi

agama. Imlek merupakan perayaan tahun baru etnis Tionghoa, siapa pun

etnis Tionghoa ikut merayakan," kata Syarif kepada Republika, Rabu (25/1).

Ia menerangkan, meski ikut merayakan Imlek, Muslim Tionghoa tidak

sembahyang di wihara dan melaksanakan ritual-ritual lainnya, seperti yang

biasa dilakukan warga non-Muslim pada hari Imlek. Para Muslim Tionghoa

tetap merayakan Imlek dengan tujuan untuk menghormati. Mereka

 

Page 194: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

berkunjung ke rumah saudara dan menjalankan tradisi yang ada di

lingkungan etnis Tionghoa.

Ketua Umum Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) ini menjelaskan,

walaupun telah menjadi mualaf, mereka tetap melakoni tradisi dan budaya

sebagai seorang keturunan Tionghoa. Syaratnya, tidak melanggar akidah

dan syariat Islam. Misalnya, saat menghadiri perayaan Imlek di tempat

kerabat, Muslim Tionghoa melihat dulu apa yang dihidangkannya.

"Kalau yang dihidangkan ternyata yang diharamkan menurut ajaran agama

(Islam), kita tentu tidak memakannya. Tapi, kita hadir ke rumahnya, turut

merayakan tahun baru Imlek," ujarnya.

Ia mengungkapkan, Imlek juga bisa sebagai sarana dakwah yang berarti

bahwa Islam tetap bertoleransi dan mampu selaras dengan etnis dan budaya

lainnya.

Syarif menilai, Imlek bisa menjadi sarana komunikasi dan dakwah. Dia pun

tetap menghadiri perayaan Imlek, termasuk pada tahun ini. Baginya, Imlek

tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. Terlebih Imlek adalah perayaan

tahun baru etnis Tionghoa dari musim gugur ke musim semi. "Saya punya

tante, bibi, kakak perempuan yang merayakan Imlek, padahal dia (kakak)

beragama Katolik, tapi dia merayakan Imlek," katanya menjelaskan.

 

Page 195: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kendati begitu, bagi pria berusia 66 tahun ini, Imlek kali ini terkesan sedikit

berbeda. Untuknya, tahun ini ada keprihatinan dalam kemeriahan Imlek.

Adanya isu seperti kehadiran tenaga asing asal Cina hingga persoalan

seperti dominasi perekonomian membuatnya gelisah.

"Padahal, kalau saya sebagai orang Indonesia dari etnis Tionghoa, saya

yakin etnis Tionghoa peranakan yang sudah turun-temurun di sini

(Indonesia), saya kira tidak punya pikiran ke arah sana," katanya.

Ia menjelaskan, etnis Tionghoa yang sudah menetap lama di Indonesia tidak

punya jalan komunikasi dengan negara leluhur. Namun, untuk etnis Tionghoa

yang baru satu sampai dua generasi tinggal di Indonesia, boleh jadi masih

punya kampung halaman di Cina. Namun, agaknya Syarif tidak akan

membiarkan kegelisahannya itu menyurutkan antusiasmenya merayakan

Imlek. Dia sendiri memang tidak menyiapkan perayaan khusus Imlek. Selama

ini pun dia lebih sering merayakan Imlek di rumah orang tuanya.

Kini, setelah menjadi Muslim selama 41 tahun, Syarif tetap memilih untuk

tidak menggelar pesta di rumah saat Imlek. "Saya sekarang merayakannya

dengan cara menghadiri (perayaan Imlek) di tengah-tengah keluarga,

komunitas Tionghoa yang merayakan, kita mengucapkan selamat," katanya.

N ed: endah hapsari

 

Page 196: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/17/01/30/okkr4613-merayakan-keharmonisan

Acara Cap Go Meh Digelar di Masjid, MUI: Astaghfirulah!

Sabtu 18 Feb 2017 06:26 WIB

Rep: c62/ Red: Andi Nur Aminah

Masjid Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang

 

Page 197: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Foto: Antara/Aditya Pradana Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pakar ICMI Pusat Anton Tabah

Digdoyo mengaku sangat kaget mendengar Cap Go Meh akan digelar di

Masjid Agung Semarang. Acara budaya Cina itu rencananya digelar Ahad

(19/2) setelah mendapat persetujuan pemerintah setempat dan juga aparat.

"Saya langsung istighfar mohon ampun pada

Allah, kok sampai segitunyaminta toleransi?" kata mantan jendral petinggi

Polri ini saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (18/2).

Anton yang juga Wakil Ketua Komisi Hukum MUI Pusat ini mengatakan

dalam budaya Jawa ada ajaran luhur ngono yo ngono nanging ojo

ngonoyang artinya tindakan berlebihan dan semena-mena bisa merubah

simpati masyarakat. "Maknanya sangat dalam, ini harus saling memahami

sehingga bisa saling menjaga hati. Good will," ujarnya.

Anton menuturkan sebua bangunan masjid dalam Islam bukan bangunan

biasa tapi termasuk rumah Allah. Sehingga ada etika dan tata cara tersendiri

untuk masuk ke dalam masjid. Di antaranya harus suci dari hadas kecil

maupun besar. "Apalagi ketika umat Muslim berada di dalam masjid tidak

setiap orang boleh masuk masjid," katanya lagi.

 

Page 198: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Anton menjelaskan, tidak sembarang orang bisa masuk ke masjid.

Jangankan bukan Muslim, orang Muslim saja yang dalam kondisi tidak suci

dilarang masuk masjid. Misalnya, dalam keadaan jinabat (usai berhubungan

pasutri belum mandi besar) atau wanita Muslimat yang dalam keadaan haid

atau nifas juga dilarang masuk masjid.

"Jadi ada aturan-aturan spesifik termasuk orang-prang non-Muslim dilarang

masuk masjid. Nah ini apalagi mau acara budaya Cap Go Meh," katanya.

Anton meminta semua umat bisa menghargai aturan Islam, karena Islam

agama terakhir yang paripurna ajarannya karena lebih detail dari agama-

agama lain. Bahkan masalah buang air kecil pun, Anton mengatakan diatur

adabnya dalam Islam.

"Tentang masjid rumah Allah khusus untuk agungkan dan muliakan Allah

dijelaskan antara lain dalam Alquran surat 24 ayat 36. Dijelaskan oleh Nabi

SAW dalam gadits Musilm nomor 1.070 dan nomor 4.867 yang sangat

menggetarkan hati kita," katanya.

Mantan ajudan presiden ke dua ini menuturkan ajaran Islam sangat detil

tentang masjid sebagai ranah ibadah bukan muamalah. Sehingga jangan

dikaitkan dengan toleransi. Karena kata dia, toleransi itu saling hormati dalam

beribadah bukan lalu boleh apa saja.

 

Page 199: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

"Saya heran kok Cap Go Meh mau di masjid. Apa ini korelatif dengan festival

kuliner babi panggang juga di Semarang beberapa hari yang lalu," katanya.

Menurut Anton yang juga Ketua Penanggulangan Penodaan Agama itu,

festival semacam itupun sejujurnya tak lazim jika diadakan di negara atau

kota mayoritas Muslim. Seharusnya dia mengatakan, pemerintah setempat

jika membuat acara buatlah acara yang religius dan tidak provokatif sehingga

kerukunan toleransi selalu terjaga.

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/02/18/oljl40384-acara-cap-go-meh-digelar-di-masjid-mui-astaghfiru

Berita Kompas.com

Menjaga Toleransi Lewat Peraturan Daerah

Kompas.com - 29/03/2017, 10:17 WIB

 

Page 200: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Mural berjudul Toleransi di Bawah Batu karya seniman Eko Nugroho di dinding kolong Tol

Bintaro, Jakarta, Selasa, (12/11/2013). Gambar mural ini merupakan bagian dari Jakarta

Biennale ke-15 yang mengambil tema Siasat.(KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Berbeda-beda tetapi

tetap satu, di dalam kebenaran tidak ada kerancuan.

Semboyan bangsa Indonesia ini menggambarkan kekayaan perbedaan,

tetapi tetap bisa bersatu.

Ancaman terhadap persatuan terjadi di sejumlah daerah dalam bentuk

tindakan intoleran. Peraturan daerah diharapkan menjadi tumpuan

pencegahan.

Setelah reformasi, pemerintah daerah (pemda) memiliki wewenang yang

lebih besar untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

atau yang dikenal sebagai otonomi daerah.

Salah satu bentuknya adalah dengan menerbitkan peraturan daerah (perda).

Besarnya wewenang yang dimiliki pemda tidak jarang disalahgunakan

sehingga menghasilkan sejumlah kebijakan yang justru mengancam

persatuan dan kesatuan.

 

Page 201: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Sejak awal Desember 2015, Komnas HAM melakukan kajian terhadap

kebijakan daerah yang diskriminatif di enam daerah, Kota Bekasi, Kota

Bogor, Kota Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, dan

Kabupaten Kuningan.

Kajian Komnas HAM dilakukan untuk memetakan perda-perda intoleran di

wilayah tertentu.

Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pekan lalu memperlihatkan bahwa

publik menolak kehadiran perda yang mengancam harmonisasi kehidupan

bangsa dan bernegara.

Hanya sejumlah kecil responden yang menyetujui keberadaan perda yang

mendukung intoleransi.

Jajak Pendapat Kompas soal Toleransi (KOMPAS)

Perda intoleran

Sorotan publik ditujukan kepada sejumlah perda yang menurut mereka

secara substansi bisa memicu tindakan intoleran.

Mayoritas responden menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keberadaan

sejumlah perda tersebut.

 

Page 202: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Bentuk-bentuk obyek pengaturan yang ditolak adalah hal-hal yang berkaitan

dengan keyakinan.

Misalnya, perda-perda yang membatasi kegiatan ibadah ataupun

mempersulit pembangunan rumah ibadah kelompok minoritas.

Pemda memiliki wewenang membuat perda dalam rangka penyelenggaraan

otonomi daerah dan kondisi khusus daerahnya.

Akan tetapi, tidak jarang kebijakan yang dikeluarkan pemda justru

mempertajam perbedaan dan intoleran. Hal ini tentu mengundang sorotan

dan penolakan oleh pegiat HAM.

Padahal, konstitusi menjamin setiap penduduk memeluk dan beribadah

menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Sayangnya,

pengamalan pasal ini masih terasa jauh.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan mengatur berbagai asas dalam setiap materi muatan

sebuah peraturan perundang-undangan.

Asas-asas tersebut antara lain Bhinneka Tunggal Ika, kesamaan kedudukan

dalam hukum dan pemerintahan, serta kemanusiaan.

Asas-asas tersebut berarti peraturan perundang-undangan, termasuk perda,

harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan

serta melindungi HAM.

Meskipun demikian, masih terdapat sebagian kecil responden yang

menyatakan setuju terhadap perda intoleran.

Aturan-aturan hukum kadang memfasilitasi pelanggaran terhadap kebebasan

berkeyakinan.

 

Page 203: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Bentuk pelanggaran tidak hanya berupa intimidasi, tetapi juga bisa sampai

berujung kekerasan. Perda bukannya mengantisipasi pelanggaran HAM,

tetapi justru memperkeruh suasana.

Pemerintah seharusnya mengayomi dan melindungi warganya tanpa

memandang suku, agama, atau ras.

Pemerintah pusat sendiri memiliki wewenang membatalkan atau merevisi

perda jika bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Pada Juni tahun lalu, pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri

membatalkan 3.143 perda (Kompas, 14/6/2016).

Sayangnya, pemerintah pusat belum menaruh perhatian besar terhadap

perda intoleran. Mayoritas perda yang dibatalkan mengenai perizinan dan

investasi.

Tindakan

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) mengartikan tindakan

intoleransebagai tindakan yang menghalangi orang dalam menikmati

kebebasan dasar yang tertuang dalam DUHAM.

Wahid Institute menyatakan, intoleransi keagamaan mencakup prasangka

negatif yang sewaktu-waktu dapat menjelma dalam aksi intimidasi atau

kekerasan.

Hasil Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama yang dilakukan

Kementerian Agama pada 2015 menunjukkan nilai rata-rata kerukunan umat

beragama adalah 75,36.

Nilai ini sebenarnya masuk ke dalam kategori tinggi. Sayangnya, nilai secara

nasional ini tidak mencerminkan apa yang terjadi di daerah.

 

Page 204: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Konflik pendirian rumah ibadah banyak terjadi di sejumlah daerah. Konflik ini

terjadi di daerah yang memiliki tingkat kerukunan di bawah rerata nasional

(Kompas, 6/1).

Setara Institute mencatat pada 2016 terdapat 208 peristiwa intoleran dan 270

tindakan intoleran.

Skor kebebasan beragama/berkeyakinan dalam Indeks Kinerja HAM 2016

adalah nomor dua terendah, yakni hanya 2,47. Itu pun turun dari 2,57 pada

2015.

Penilaian publik terhadap kondisi keharmonisan kehidupan berbangsa dan

bernegara saat ini cenderung berimbang meski lebih banyak proporsi

responden yang mengatakan belum harmonis.

Sebanyak 48,3 persen responden menyatakan sudah harmonis, sedangkan

51 persen menyatakan belum.

Situasi politik yang terjadi akhir-akhir ini juga turut andil memperkeruh

keharmonisan di Indonesia. Politisasi agama dalam pilkada cukup

berpengaruh mempertajam perbedaan.

Namun, hasil jajak pendapat pada pertengahan Januari lalu menyatakan

separuh responden mendukung pluralisme di negara ini.

Publik yakin bahwa kemelut politik tidak berbahaya bagi kelangsungan

negara ini.

Peran negara

Mayoritas responden (85 persen) menyatakan khawatir terhadap kasus-

kasus intoleran yang terjadi selama ini.

 

Page 205: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Publik menganggap peristiwa ini bisa merusak keharmonisan di masyarakat.

Peran negara sangat dibutuhkan di tengah kondisi seperti saat ini.

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah mengeluarkan

Nawacita, sembilan agenda prioritas. Salah satunya adalah memperteguh

kebinekaan.

Sebanyak 67,2 persen responden menyatakan, kinerja pemerintah belum

memadai dalam menangani kasus-kasus intoleran di masyarakat.

Harapan besar disematkan ke pemerintah agar bertindak tegas terhadap

praktik intoleran.

Senada dengan hasil ini, hasil jajak pendapat pada minggu lalu juga

menyatakan separuh responden menilai pemerintah belum memadai dalam

meredam ketegangan hubungan antar-pemeluk agama.

Peran pemuka agama juga dinilai sangat penting oleh publik. Namun, saat ini

peran mereka masih belum maksimal.

Alih-alih menyejukkan suasana, beberapa pemuka agama larut dalam

politisasi agama demi kepentingan sesaat.

Lebih dari separuh responden menyatakan peran pemuka agama belum

memadai dalam merajut tenun kebangsaan.

Di sisi lain, masyarakat juga harus memiliki nilai toleransi yang tertanam di

diri masing-masing.

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika seyogianya diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Negara ini akan menginjak usia 72 tahun, tentunya perbedaan

yang sudah ada sejak awal tak bisa memecah belah sampai kapan pun.

(LITBANG KOMPAS/IDA AYU GRHAMTIKA SAITYA)

 

Page 206: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Jajak Pendapat Kompas tentang Kebebasan Beragama (KOMPAS) Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2017, di halaman 5 dengan judul "Menjaga Toleransi Lewat Peraturan

Daerah". Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menjaga Toleransi Lewat Peraturan

 

Page 207: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Daerah", https://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/10170511/menjaga.toleransi.lewat.peraturan.daerah?page=all

Home/News/Nasional

Pilkada DKI Dikhawatirkan Timbulkan

Intoleransi di Lingkungan Sekolah

ESTU SURYOWATI

Kompas.com - 02/05/2017, 14:21 WIB

Warga melintas di dekat mural yang menyuarakan semangat kebersamaan dalam

perbedaan di Jalan Kramat Jaya Baru, Jakarta Pusat, Senin (31/3/2014). Mural tersebut

menjadi media bagi warga sekitar untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di tengah

perbedaan suku, agama, warna kulit, dan jender.(Kompas/WAWAN H PRABOWO)

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu agama yang diangkat dalam

pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta dikhawatirkan guru dan orangtua bisa

berdampak kepada para siswa. Mereka tidak ingin perpecahan yang

terjadi saat tahun 1998 kembali terulang.

 

Page 208: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kemendikbud, ada potensi

intoleransi terjadi di sekolah karena ada 8,2 persen yang menolak

Ketua OSIS dengan agama yang berbeda. Selain itu, ada pula 23

persen yang merasa nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu

agama.

Meski demikian, mayoritas masih menjunjung tinggi nilai toleransi

dengan menghargai adanya perbedaan agama maupun etnis di

lingkungan sekolah.

"Pilkada DKI Jakarta ini, satu momentum, yang imbasnya ke mana-

mana," kata Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo dalam sebuah

diskusi peringatan Hari Pendidikan Nasional yang digelar Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia, di Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Henny mengatakan, beberapa pekan lalu ia sempat berkunjung ke

sebuah agenda dengan guru-guru dan orangtua murid di Bandung. Di

sana, kata Henny, beberapa orangtua mengatakan kondisi politik

hampir serupa dengan kejadian tahun 1998.

"Mereka terbuka mengatakan bahwa mereka korban '98. Mereka bilang

bisa melewati itu semua, tetapi tidak bisa membayangkan bagaimana

dengan anak-anaknya," kata Henny.

Politik praktis tidak secara langsung mengganggu kegiatan belajar-

mengajar. Namun, lanjut Henny, hal itu berdampak terhadap

kemerdekaan berpikir anak-anak.

Henny juga menyampaikan, beberapa waktu lalu ia mendapatkan

laporan penelitian dari Kemendikbud di sekolah-sekolah di Singkawang

dan Salatiga mengenai toleransi, kesetaraan dan kerja sama.

"Ada keengganan anak dipimpin ketua OSIS yang berbeda agama,"

kata Henny.

Hasil penelitian Kemendikbud

Pernyataan Henny soal potret intoleransi seperti itu berkaca pada hasil

penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengambangan

 

Page 209: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Juli-September

2016.

Penelitian mengambil sampel di dua sekolah di Singkawang dan dua

sekolah di Salatiga. Total responden yang dilibatkan mencapai 160

orang yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, dinas pendidikan,

hingga akademisi.

Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui teknik pengumpulan data

berupa wawancara, pengisian kuesioner, observasi, dan focus group

discussion (FGD).

Hasilnya, mayoritas lingkungan pendidikan di kedua wilayah itu cukup

toleran terhadap perbedaan.

Hal ini ditunjukan pada jawaban atas pertanyaan seperti memberikan

ucapan selamat hari raya kepada teman sekolah yang berbeda agama.

Sebanyak 57,5 persen sangat setuju; 30,6 persen setuju; 10 persen

ragu-ragu; 1,3 persen tidak setuju; dan 0,6 persen sangat tidak setuju.

Pertanyaan lainnya seperti OSIS sebaiknya diketuai siswa dari agama

mayoritas, sebagian besar menjawab tidak setuju. Rinciannya, 36,3

persen sangat tidak setuju; 42,5 persen tidak setuju; 13,1 persen ragu-

ragu; 6,3 persen setuju; 1,9 persen sangat setuju.

Selain itu, pertanyaan seperti kenyamanan dipimpin oleh seseorang

dengan agama yang sama dijawab tidak setuju oleh mayoritas

responden. Rinciannya yakni 16,8 persen sangat tidak setuju dan 34,8

persen tidak setuju. Sementara 19,3 persen setuju dan 3,7 persen

sangat tidak setuju. Sebanyak 25,5 persen mengaku ragu-ragu.

Ada tujuh pertanyaan yang ditanyakan kepada responden terkait

dengan nilai kebinekaan yang mereka anut. Hasilnya, memang

menunjukkan masyarakat di Singkawang dan Salatiga cukup toleran.

Namun, penelitian ini memotret masih adanya benih-benih intoleransi di

lingkungan pendidikan yang perlu diatasi dengan pendidikan

kebinekaan.

 

Page 210: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Benih-benih intoleransi itu tampak pada masih adanya siswa maupun

guru yang menganggap Ketua OSIS harus dari agama mayoritas,

pemimpin harus yang seagama, memilih teman yang seagama atau

pun satu etnis, hingga tidak mengucapkan selamat hari raya kepada

orang yang berbeda agama.

Penelitian itu mengungkapkan benih intoleransi ini muncul karena

berbagai faktor seperti tingkat pemahaman akan nilai kebangsaan yang

sempit di sekolah, penanaman nilai agama yang eksklusif, hingga

faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya.

Catatan Redaksi:

Tulisan ini sudah diperbarui dengan menambah data dari

Kemendikbud soal potret keberagaman di tingkat sekolah. Penyajian

data ini dimaksudkan agar pembaca mendapat gambaran yang lebih

menyeluruh. Judul berita ini juga diubah dari yang sebelumnya "

Intoleransi terjadi di Sekolah, Siswa Tolak Ketua OSIS Beda Agama"

menjadi "Pilkada DKI Dikhawatirkan Timbulkan Intoleransi di

Lingkungan Sekolah" Video Pilihan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pilkada DKI

Dikhawatirkan Timbulkan Intoleransi di Lingkungan

Sekolah", https://nasional.kompas.com/read/2017/05/02/14210661/pilk

ada.dki.dikhawatirkan.timbulkan.intoleransi.di.lingkungan.sekolah.

Penulis : Estu Suryowati

 

Page 211: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Berita Tribunnews.com

Toleransi dan Jaminan Hak Kebebasan Beragama

Masih Jadi Tantangan di Indonesia

Kamis, 5 Januari 2017 13:48 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Officer Advokasi dan Riset Wahid

Foundation, Alamsyah M Dja'far menilai toleransi dan jaminan hak kebebasan

beragama dan berkeyakinan (KBB) masih menghadapi tantangan di Indonesia.

Dikatakannya, sepanjang tahun 2016, sejumlah peristiwa intoleransi dan pelanggaran

masih terjadi. Beragam ujaran kebencian atau hate speech juga semakin berkembang

terutama di media sosial.

"Intoleransi dan pelanggaran dipengaruhi banyak faktor, mulai dari sosial, ekonomi

maupun politik. Banyak kajian misalnya yang menyebut jika ujaran kebencian

meningkat menjelang momen-momen politik seperti pilkada maupun Pilpres," kata

Alamsyah dalam diskusi 'Potret Toleransi di Indonesia Tahun 2017' di Balai

Kartini, Jakarta, Kamis (5/1/2017).

"Bisa juga dipahami intoleransi berbasis agama terjadi karena dipicu faktor

kesenjangan pengetahuan dan ekonomi sekaligus, termasuk pengaruh konflik di luar

negeri," kata Alamsyah.

Dalam kasus pelanggaran hak beragama, seperti pelarangan atau perusakan tempat

ibadah termasuk juga aksi sweeping oleh ormas tertentu, kata Alamsyah, dapat pula

dipengaruhi sejumlah peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan hingga

kini belum dihapus.

Dikatakannya, pada saat yang sama, aparat pemerintah kadang bertindak melampui

kewenangannya atau berlaku diskriminatif, terutama menyangkut perkara teologis

warga negara.

 

Page 212: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

"Modal mengatasi tantangan-tantangan ini cukup besar. Asal ada komitmen dan

usaha semua pihak sinergi semua pemangku kepentingan seperti organisasi

masyarakat sipil, pegiat perdamaian, tokoh agama, pemerintah menjadi salah satu

kunci mengatasi tantanggan toleransi dan KBB," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Toleransi dan Jaminan Hak

Kebebasan Beragama Masih Jadi Tantangan di

Indonesia, http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/01/05/toleransi-dan-

jaminan-hak-kebebasan-beragama-masih-jadi-tantangan-di-indonesia.

Penulis: Muhammad Zulfikar

Editor: Sanusi

 

Page 213: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Ketua MPR Sebutkan Daerah-daerah yang Patut

Dijadikan Contoh Toleransi Beragama

Rabu, 1 Februari 2017 10:10 WIB

Zulkifli Hasan saat memberikan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk Pelajar

berprestasi dan masyarakat desa di Kupang, NTT Selasa (31/1/2017).

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Zulkifli Hasan mengaku selalu menyebutkan sejumlah daerah yang memiliki toleransi

tinggi dalam berbagai kesempatan saat mengunjungi beberapa daerah di Indonesia.

Misalnya, ia selalu menyebutkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah

contoh toleransi yang baik antarumat beragama.

Menurut Zulkifli, bentuk toleransi yang baik di provinsi yang berbatasan dengan

Negara Timor Leste dan Australia itu yakni mayoritas masyarakatnya beragama

Katolik, namun ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT beragama

muslim yang bernama Anwar Pua Geno.

“Dimana-mana, selalu saya jadikan NTT sebagai contoh, karena mayoritas beragama

Katolik, tapi ketua DPRD-nya muslim. Tidak ada masalah dan aman-aman saja dan

tidak ada ribut di sini,” kata Zulkifli saat memberikan sambutan dalam acara

pelantikan badan pengurus pusat organisasi Uni Timor Aswain (Untas) di Hotel Ima

Kupang, NTT, Selasa (31/2/2017) kemarin.

 

Page 214: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Zulkifli mengaku, selain NTT, ada beberapa daerah lainnya juga selalu ia jadikan

contoh toleransi yang baik, yakni Kabupaten Sula, Maluku Utara dan Provinsi

Kalimantan Barat.

“Ada juga di Kabupaten Sula itu 93 persen penduduknya beragama muslim, tapi

bupatinya Kristen. Sebelumnya bupatinya muslim, tetapi pembangunan tidak maju-

maju, sehingga rakyat marah dan memilih bupati yang beragama Kristen. Di sana

aman-aman saja dan rakyat senang dan tidak ada masalah. Di Kalimantan Barat itu

gubernurnya Kristen sudah 10 tahun, tapi tidak ada masalah,” ucapnya.

Zulkifli juga menyinggung Pemilihan Kepala Daerah serentak 2015 lalu pada 260

daerah di seluruh Indonesia. Meski pilihannya berbeda, tetapi semuanya aman dan

berjalan lancar.

Pilkada yang bermasalah, lanjut Zulkifli, hanya terjadi di Jakarta, sehingga ia

meminta warga di daerah jangan meniru apa yang terjadi di Jakarta.

“Kita janganlah ikut-ikutan Jakarta. Biarkan mereka menyelesaikan persoalannya

sendiri. Mudah-mudahan setelah selesai Pilkada Jakarta, bisa aman tenteram dan

bergandengan tangan yang erat kembali,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ketua MPR Sebutkan

Daerah-daerah yang Patut Dijadikan Contoh Toleransi

Beragama, http://www.tribunnews.com/nasional/2017/02/01/ketua-mpr-sebutkan-

daerah-daerah-yang-patut-dijadikan-contoh-toleransi-beragama.

Editor: Malvyandie Haryadi

 

Page 215: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Berita Detik.com

detikTravel Travel News Detail Artikel Minggu, 29 Jan 2017 17:30 WIB

TRAVEL NEWS

Damainya Imlek di Peunayong, Aceh: Bukti Indahnya Keberagaman Agama

Agus Setyadi detikTravel

Share 0 Tweet 0 Share 0 4 komentar

Foto: Agus Setyadi

Jakarta - Asap pembakaran dupa memenuhi seisi ruangan Vihara Dharma

Bhakti Banda Aceh. Aromanya yang khas menusuk hidung. Warga

etnis Tionghoa datang silih berganti untuk beribadah dan memanjatkan

doa. Mereka bersuka cita merayakan Imlek 2568 atau tahun baru

China 2017.

Dupa beragam ukuran memenuhi vihara yang membuat asap sisa-sisa

pembakarannya mengepul dan membuat mata perih. Di salah satu

sudut Vihara, panitia Imlek sibuk melayani warga yang hendak

beribadah. Di sana mereka mengambil peralatan seperti dupa, lilin

 

Page 216: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

atau lainny lalu berdoa, dan meninggalkan lokasi.

Prosesi ibadah berjalan lancar dengan aparat kepolisian dan TNI

berjaga-jaga di pintu masuk Vihara. Selain warga etnis Tionghoa, tak

ada yang diizinkan masuk ke dalam. Warga pribumi memenuhi di luar

pagar melihat langsung jalannya ibadah. Mereka berdiri tertib tidak

mengusik ketenangan umat Budha.

Berjarak ratusan meter dari Vihara Dharma Bhakti, suara tabuh gendang

menggema di belakangViharaSakyamunniPeunayong Banda Aceh.

Satu Barongsai meliuk-liuk menghibur ratusan warga. Sorak riuh

penonton terdengar mengiringi aksi barongsai yang mengundang

decak kagum warga.

Rati Puspasari (19) (Agus Setyadi/detikTravel)

Rati Puspasari, Gadis Pribumi Berjilbab Merah

Kru pertunjukan barongsai tidak hanya warga etnis China saja. Satu

gadis pribumi berjilbab merah, baju dan celana berwarna serupa ikut

ambil bagian. Ia terlihat lihai memainkan alat musik simbal. Dara

 

Page 217: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

bernama Rati Puspasari (19) ini sudah empat tahun bergabung

dengan tim barongsai Golden Dragon.

"Dulu awalnya iseng-iseng lihat orang ini tampil. Terus diajak gabung,

karena menarik saya ikut gabung," kata Rati saat ditemui detikTravel,

Sabtu (28/1/2017).

Selama bergabung sebagai anggota aktif, Rati sudah empat kali ikut

dalam pertunjukan pada perayaan imlek. Ia menjadi bagian dari tim

barongsai binaan Yayasan Hakka Aceh sejak 2013 silam. Selama itu

pula, ia pernah ikut ajang perlombaan di beberapa provinsi di

Indonesia.

Pementasan barongsai itu menandakan jalinan persaudaraan dan

toleransi yang kentaldiPeunayong, yangmerupakanpecinannya Aceh.

Di kota yang terletak dipinggirKrueng Aceh itu, hidup beragam etnis

dengan beragam agama dan kepercayaan. Tidak terdengar ada

kericuhan antar umat beragama di sini.

Warga sedang berdoa (Agus Setyadi/detikTravel)

 

Page 218: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kho Khie Siong, Ketua Umum Perkumpulan Hakka Banda Aceh

Umat minoritas bebas beribadah menurut agama masing-masing

meski provinsi berjuluk Serambi Mekkah menerapkan syariat Islam.

Mereka di sana saling menghormati satu sama lain dan tidak saling

mengusik. Di dekat Vihara Buddha Sakyamuni terdapat dua vihara

lainnya, yaitu Maitri dan Dewi Samudera. Ketiga vihara ini

berdampingan dengan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat. Di

dekatnya lagi ada Gereja Methodist. Lalu, tak jauh dari situ, di ujung

Jalan Panglima Polem berdiri megah sebuah masjid.

"Toleransi dalam ibadah keagamaan untuk akar rumput masyarakat

umum tidak ada gesekan sama sekali," kata Ketua Umum

Perkumpulan Hakka Banda Aceh Kho Khie Siong saat ditemui.

Di pusat pasar Peunayong Banda Aceh, pedagang dari berbagai etnis

berbagi lapak. Mereka saling berinteraksi di antara lalu lalang para

pembeli. Suasana Gang Pasar Sayur, di Jalan WR. Supratman,

Peunayong, Banda Aceh, selalu ramai saban hari. Meski berbeda

etnis, pembeli di sana tidak membeda-bedakan saat berbelanja.

Menurut sejarah, hubungan antara Aceh dan China telah terjalin sejak

abad ke 17 masehi. Saat itu, para pedagang dari China silih berganti

datang ke Aceh. Mereka adalah pedagang musiman dan ada juga

yang permanen. Mereka tinggal di perkampungan China di ujung kota

dekat pelabuhan.

Rumah mereka berdekatan satu sama lainnya. Lokasi yang dulu

digunakan etnis China sebagai tempat menurunkan barang sebelum

didistribusikan kini dikenal dengan nama Peunayong. Kata Peunayong

 

Page 219: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

sendiri berasal dari "Peu payong" yang berarti memayungi, melindungi.

Dalam sebuah hikayat disebutkan bahwa, Peunayong merupakan

tempat Sultan Iskandar Muda memberikan perlindungan atau

menjamu tamu kerajaan yang datang dari Eropa dan Tiongkok.

Warga China di Banda Aceh merupakan generasi ke-4 atau ke-5 dari

buyut mereka yang datang pada abad 19. Mereka adalah suku Khek,

yang berasal dari Provinsi Kwantung, Tiongkok. Mereka belum

bercampur dengan suku Kong Hu Cu, Hai Nan, dan Hok Kian.

"Penduduk China paling banyak tinggal di Peunayong," jelas Kho Khie

Siong.

Hal itulah yang menyebabkan masyarakat Banda Aceh melabelkan

Peunayong sebagai kampung China. Kerukunan umat beragama di

sana hingga kini masih terjaga. Saat bulan Ramadan, misalnya, warga

etnis Tionghoa ikut menjajakan penganan berbuka. Begitu juga saat

hari-hari besar agama lain, warga non muslim tetap leluasa

merayakannya.

Kehidupan masyarakat etnis China dan suku asli Aceh terbilang

harmonis. Kho yang lahir dan dibesarkan di Aceh ini tidak pernah

merasakan adanya tekanan dari masyarakat Aceh saat melaksanakan

ibadah. Di Banda Aceh, belum pernah ada keributan antara satu

agama dengan agama lainnya.

"Tidak pernah ribut antara agama Islam dengan agama Hindu, Budha,

dan Kristen. Tidak pernah," jelas pria yang akrab disapa Aky ini.

Selain Peunayong, kampung keberagaman di Banda Aceh yaitu

 

Page 220: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kampung Mulia dan Kampung Laksana. Di sana, juga dihuni ragam

pemeluk agama baik Islam, Nasrani, dan Budha dan berbagai etnis.

Khusus di Kampung Mulia, terdapat rumah ibadah antar umat

beragama dalam jarak tidak terlalu jauh.

Selain masjid sebagai rumah ibadah warga mayoritas, juga terdapat

tiga gereja masing-masing Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat

(GPIB) yang bersebelahan dengan Gereja Methodis Indonesia (GMI)

di Jalan Pocut Baren, dan gereja adat Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) di Jalan Pelangi. Kemudian ada pula tiga vihara di dalamnya.

Meski Aceh berstatus daerah syariat Islam, kenyamanan beribadah

masyarakat non-muslim amat terjamin. Penduduk Aceh memang

mayoritas muslim, namun ada juga Nasrani, Budha, dan Hindu.

Bedasarkan sensus penduduk 2010 yang dilakukan Badan Pusat

Statistik (BPS), sebanyak 4.413.244 atau 98,18 persen penduduk

Aceh beragama Islam. Sedangkan pemeluk Kristen berjumlah 50.309

jiwa, Katolik 3.315 jiwa, Budha 7.062 jiwa, Hindu 136 jiwa, dan Khong

Hu Chu 36 jiwa.

Penduduk Kota Banda Aceh berjumlah 223.446 jiwa. Dari jumlah itu,

sebanyak 216.941 jiwa memeluk Islam, 1.571 beragama Kristen, 431

Katolik, 2.535 memeluk Budha, 3 orang beragama Khong Hu Chu, dan

50 jiwa beragama Hindu.

Sebaran terbanyak pemeluk Kristen, Katolik, Budha, dan Islam yaitu di

Peunayong, Kampung Mulia dan Kampung Laksana. Ketiga desa ini

terletak di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.

Di Banda Aceh terdapat empat gereja yakni GPIB, GMI, HKBP, dan

 

Page 221: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Gereja Khatolik Hati Kudus yang masing-masing memiliki sekolah

sendiri. Selanjutnya untuk umat Budha ada empat rumah ibadah, yaitu

Vihara Sakyamuni, Vihara Maitri, Vihara Dewi Samudra, dan Vihara

Dharma Bhakti. Sedangkan bagi umat Hindu juga memiliki Kuil Palani

Andawer di Jalan Teugku Dianjong, Keudah, atau hanya berjarak

puluhan meter dari Masjid Jamik Keudah.

Keberadaan rumah ibadah di ibukota Provinsi Aceh ini memiliki izin

resmi dari pemerintah, sehingga tetap dijaga keberadaannya oleh

masyarakat, tidak pernah diusik. Seorang warga Tionghoa, Hendry,

mengatakan sudah tinggal di Aceh sejak lahir. Masyarakat Aceh dan

China saling berkunjung satu sama lain untuk membangun

silaturrahmi.

"Kamisalingbersilaturrahmi," jelasnya.

Seorang warga berdoa dengan disertai penyalaan dupa (Agus Setyadi/detikTravel)

Zaini Abdullah, Gubernur Aceh

 

Page 222: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Gubernur Aceh Zaini Abdullah, dalam beberapa kesempatan sempat

menyinggung soal toleransi di Tanah Rencong. Zaini mencontohkan,

di Banda Aceh berdiri gereja sejak puluhan tahun silam yang letaknya

tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Keberadaan rumah ibadah

umat Kristiani tersebut tidak pernah diganggu oleh masyarakat

mayoritas.

Selain itu, di kawasan Peunayong juga terdapat kuil dan kelenteng.

Umat non-muslim juga bebas beribadah di sana. Hal ini, jelas Zaini,

membuktikan toleransi di Aceh sangat tinggi.

"Toleransi di Aceh cukup tinggi. Saat Aceh di bawah kepemimpinan

Sultan Iskandar Muda, juga sudah berhubungan dengan semua

negara, bukan hanya dengan negara Islam saja," kata Zaini dalam

pertemuan dengan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia

merangkap Latvia, Bagas Hapsoro di Pendopo Gubernur, Kamis (7/1)

tahun lalu.

Untuk menjaga hubungan antara warga Tionghoa dengan penduduk

pribumi, Yayasan HAKKA pada perayaan tahun baru Imlek 2566 atau

2015 lalu mendeklarasikan Peunayong sebagai kampung

keberagamaan. Sejak pendeklarasian itu, mereka kerap menggelar

pertunjukan berkolaborasi dengan kesenian lokal.

Beberapa waktu lalu, pernah ada pertunjukan barongsai tampil dengan

Seudati, Rapai Geleng dan sejumlah tarian Aceh lainnya. HAKKA

Banda Aceh juga berkominten untuk terus membangun keberagaman

dan toleransi dengan masyarakat Aceh.

 

Page 223: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Pada tahun baru Imlek kali ini yang dinamakan dengan ayam api, Aky

berharap toleransi umat agama di Aceh khususnya dan Indonesia

umumnya terus ditingkatkan. Ia juga mempunyai harapan agar

perekonomian Indonesia semakin baik ke depannya.

"Jangan ada keributan apalagi dalam hal keagamaan. itu sangat

mengganggu sekali perkembagan ekonomi kita," ungkap Aky.

Toleransi umat beragama di Aceh, kata Aky, menjadi tolak ukur bagi

warga di luar tanah Rencong. Menurutnya, orang di luar Aceh terus

memantau kerukunan antar umat beragama di daerah yang resmi

menerapkan syariat Islam sejak 2002 silam.

"Saya punya pengalaman ada teman datang dari Lampung sekitar 20

orang. Mereka kaget begitu datang ke Aceh tidak seperti yang

dibayangkan dan digambarkan orang. Begitu mereka turun kapal dari

Sabang hanya satu kata yang mereka sebut "ternyata orang Aceh

ramahnya minta ampun". Begitu kata mereka katanya," beber Aky.

"Itu membuat persepsi orang itu dan mereka akan sampaikan ternyata

Aceh itu luar biasa," jelas Aky. (msl/msl)

imlek aceh banda aceh

 

Page 224: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

https://travel.detik.com/travel-news/d-3408408/damainya-imlek-di-peunayong-aceh-

buktiindahnya-keberagaman-agama

Selasa 03 Januari 2017, 16:17 WIB

ICMI: Ada Bupati Tionghoa di

Kabupaten 99 Persen Muslim Heldania Ultri Lubis - detikNews Share 0TweetShare 01 komentar

Ketum ICMI Jimly Asshiddiqie (Agung Pambudhy/detikcom)

 

Page 225: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Jakarta - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly

Asshiddiqie mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak berpikir pendek

tentang pemilihan kepala daerah (pilkada) saja. Jimly menyebut musim

pilkada saat ini cukup membahayakan persatuan.

"Karena masyarakat kita terlalu pendek cara berpikirnya. Hanya gara-gara

kasus pilkada, orang di dunia ini seputar pilkada saja. Padahal kan masih

panjang negara kita ini. Ini nanti kalau sudah selesai pilkada, agak turun

suhunya. Kita dorong mudah-mudahan demikian," kata Jimly di kantor pusat

program ICMI, Jalan Proklamasi 53, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2017).

Jimly mengaku ada kekhawatiran tentang perpecahan kelompok setelah

pilkada nantinya. Menurut Jimly, cendekiawan harus ikut membimbing

bangsa agar persatuan tetap tercipta.

"Cendekiawan harus membimbing bangsa kita dengan intelektualitas, bukan

hanya membimbing sebatas pilkada. Pilkada itu urusan sepele nih, ya kan.

Lihat saja nanti. Yang disukai oleh rakyat, itulah yang akan menang. Lihat

saja, pemimpin harus mencari simpati rakyat, bukan mencari antipati rakyat,"

ucapnya.

Kemudian, Jimly menyebut isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan

(SARA) tengah gencar dalam musim pilkada. Menurutnya, toleransi

masyarakat Indonesia sebenarnya telah terbukti, tetapi malah beberapa pihak

memanfaatkan hal itu untuk kepentingan sendiri.

"Saya beri tahu Saudara, tahun lalu, 2015, di Kabupaten Sula 99 persen

muslim, yang terpilih adalah pengusaha Tionghoa yang beragama Protestan

 

Page 226: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

jadi bupati. Itu Kabupaten Sula di Maluku Utara. Tidak ada masalah dengan

etnisitas, tidak ada masalah, nggak ada masalah dengan agama. Tapi, kalau

orang tidak suka, mau diapain? Jadi, kalau si A terpilih, bukan karena etnis,

bukan karena agama, tapi karena orang suka," kata Jimly.

"Maka jadilah pemimpin yang tidak menimbulkan antipati dari rakyatnya,

jadilah pemimpin untuk semua golongan, tidak bisa hanya jadi pemimpin

untuk diri sendiri," Jimly menegaskan.

TRANSKRIP WAWANCARA REPUBLIKA ONLINE

Narasumber : Karta Raharja Ucu ( Editor )

Tempat dan waktu wawancara : Kantor Republika, 28 November 2018

1. Bagaimana Strategi Republika Online menyajikan berita dengan baik

sehingga layak untuk diberitakan?

Kalo di Republika kami punya defisi namanya newsroom kalo ditempat lain itu

sebutannya kaya korlip, hmm.. Kordinator liputan. Kalo ditempat lain kordinator

liputannya per desk, kami tidak per desk tapi dijadiin satu payungnya newsroom.

Nah, newsroom pagi-pagi itu bagi-bagi desk. Biasanya isu itu dilakukan kalo di

Koran itu dia budgetingnya dari malam, malam siang dan finishing. Nah kalo online,

eee.. dia sama tapi biasanya dia ada perubahan. Kalo Koran dia sudah terencana dari

malam karna kalo diakan eee… harus membuat halaman korannya sesua space. Nah,

kalo online karna di spacenya tidak terbatas nah itu dia lebih fleksible, artinya gini

malam ada budgeting, misalkan nih untuk isu harian biasanya dikerjakan sama

reporter user itu khusus untuk ROL ada 12 sampai 13 orang. Diluar itu ada desk-desk

lain, nasional, politik, jabodetabek itu yang megang khusus ada kordinator liputannya

khusus. Pemberitaannya itu biasanya dari budgetingnya itu. Misalkan untuk toleransi

 

Page 227: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

agama nih, ada peristiwa pemboman tolong dong besok diliput, atau ada natal tolong

dong diliput. Itu H-1 untuk isu harian bahkan isu mingguan.

2. Bagaimana Republika Online mempertimbangkan dan menentukan

konten pemberitaan ?

3. Bagaimana Republika Online menentukan narasumber pada setiap

pemberitaan? terutama ketika meliput berita bertema Toleransi Agama?

Oh iya sudah pasti, karna biasanya dari budgeting itu, editor atau bahkan user yang

bakal ambil berita itu biasanya dia minta narsumnya, entah lembaga terkait, lembaga

keagamaan, organisasi masa, atau organisasi masa misalkan yang di luar islam terkait

keagamaan tertentu, atau misalkan kita soal benturan lah misalkan, benturan

penjagaan gereja dan toleransi agama islam dan Kristen lah misalkan itu kita dua

lembaga terkait. Tujuannya untuk keberimbangan berita cover both side setelah itu

biasanya ada keberimbangan juga dari kepolisian.

4. Bagaimana proses produksi pemberitaan Republika Online? apakah ada

tahap editing ?

Sesuai prosedur juga, reporter yang dilapangan menyediakan bahan beritanya dikirim

ke kantong newsroom atau newswrap namanya. Editor ROL atau editor Koran bisa

ambil di kantong newsroom atau newswrap. Itu biasanya terkumpul di satu situ..

5. Bagaimana Republika Online menyiapkan materi pemberitaan?

6. Apakah wartawan Republika Online dibebaskan dalam menentukan

sudut pandang dalam pemberitaan ?

Kan ada budgeting sesuai budgeting, tapi kami tidak membatasi reporter dilapangan

untuk mengkreasikan apa yang mereka ambil. Misalkan anglenya, itukan tergantung

ya. Misalkan gini, anglenya si wartawan pengennya mengenai toleransi beragama itu

ormas A menjaga .. apa .. gereja misalkan. Menjaga gereja itu bagi ormas Islam yang

A ini bagus secara toleransi. Tapi ternyata untuk ormas islam yang lain oh ngga perlu

dijaga dong karna dia sudah punya ormas sendiri, nah.. tergantung reporter

dilapangan. Ketika reporter dilapangan ngebentuk tidak apa-apa bisa jadi kebijakan

kantor tidak mengambil itu. Jadi berdasarkan kebijakan lembaga berdasarkan

budgeting juga. Nah biasanya diarkan ke reportenya tolong yaah ambil anglenya

 

Page 228: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

seperti ini, atau kita sebagai media massa tidak memihak manapun. Kita tuh, sebab

republika khususnya yah tidak memihak atau tidak menjudge salah satu..

7. Apakah Republika Online memiliki waktu tertentu untuk menggugah

berita?

8. Apa saja ketentuan atau Visi misi pemberitaan di Republika Online ?

Itu seperti yang saya bilang, visinya kita itu, kita menjadi media massa yang

bahasanya itu bikin adem, jadi kita tetap di posisi netral. Contoh misalkan kita di

pilpres itu kita tetap netral, pemberitaan kita tetap dari dua calon, dua sudut pandang.

Toleransi agama dua-duanya tetap diambil.

9. Bagaimana pertimbangan Republika Online dalam memilih diksi untuk

memberitakan sebuah peristiwa ?

10. Apakah Kompas.com memiliki criteria tersendiri dalam mengutik

dalam pernyataan narasumber?

Tergantung kode etik juga sih, kan kode etik itu ada beberapa pasal yah, salah

satunya kan misalkan narasumber memberikan pernyataan SARA misalkan atau

beliau mengucapkan ucapan yang kotor ya tidak bisa kita muat atau narasumber

misalkan kasus pelecehan seksual narasumber memberikan keterangan secara detail

kronologis itu biasanya tidak dimuat. Jadi ada rules nya itu ya di kode etik.

11. Bagaimana Republika Online memaknai toleransi agama itu sendiri? dan

bagaimana Republika Online memandang isu toleransi yang akhir-akhir ini

menjadi topik hangat dimasyarakat?

Republika itukan rumpunnya umat Islam yah. Kalo secara umum itu Republika

rumahnya masyarakat Indonesia lah, secara khusus Republika rumahnya umat Islam.

Artinya Umat Islam tidak memandang umat agama lain sebagai musuh, Jadinya

Republika memandang toleransi beragama yah kita harus menjalankan toleransi

agama apalagi di Indonesia tidak hanya Islam aja tapi ada agama-agama lain yang

diakui oleh Negara gitu kan dan Republika menjalankan konstitusi itu.

12. Ada pandangan yang diperlihatkan oleh Republika mengenai toleransi

saat ini yang menjurus kea rah relativisme agama, itu bagaimana ?

 

Page 229: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

Kalo kami itu memandang toleransi sebagai toleransi sosial itu diperbolehkan tapi

toleransi secara akidah itu tidak diperbolehkan, itu yang mau diperjuangkan

Republika itu. Artinya gini ketika ada umat agama lain melakukan ritual ibadahnya

ya kita tidak boleh mengganggu, umat Islam tidak boleh mengganggu bahkan

harusnya dilindungilah. Tapi batasan melindungi itu yah kita tidak boleh ikut-ikutan.

Toleransi secara sosial ya kita ketika ada umat agama lain izin ibadahnya sudah

direstui oleh pihak lain seperti kepolisian kan itu harus meminta izin juga penjagaan

segala macam yaa republika memandang kalo misalkan toleransi secara akidah ya

ngga bisa, toleransi secara sosial ya bisa. Mereka menjalankan ibadahnya yaudah

silahkan tapi jangan mengganggu ajarann kira juga. Ya untukmu agamamu untukku

agama ku. ( Mengenai pemberitaan Cap Go Meh di Mesjid), ya harusnya kalo itu

acara perayaan umat agama lain ya kenapa harus di masjid kan harusnya ada tempat

lain, atau kalo tidak punya tempat lain ya tidak harus dirumah ibadah. Sebenarnya

kalo boleh disampaikan sih, kita boleh toleransi ya tapi jangan segitunyaa, ada nilai-

nilai yang tidak boleh dilewati, jangan lompat pager lah ibadaratnya. Kan gak

mungkin ibadah jumatan di gereja.. contohnya gini deh, kan biasanya kalo mereka

melakukan misa natal itu di katedral, itu biasanyakan buat tempat parker itu mereka

di Istiqlal, dan kebalikannya pas kita sholat id ngga ada parkir itu pasti ditempatkan

digereja. Nah itu kan toleransi secara sosial, artinya gini dia membantu umat lain

untuk beribadah tapi tidak mengganggu atau membantu secara akidah mereka.

13. Kalau di Republika Online sendiri ada kepentingan politik atau tidak?

14. Bagaimana Republika Online mengkonstruksi berita tentang isu

Toleransi agama?

 

Page 230: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

TRANSKRIP WAWANCARA KOMPAS.COM

Narasumber : Sabrina Asril ( Editor )

Tempat dan waktu wawancara : Kantor Menara Kompas lt.5, 01 Januari 2019

1. Bagaimana Strategi Kompas.com menyajikan berita dengan baik

sehingga layak untuk diberitakan?

Sebenarnya standar kaya dasar-dasar jurnalistik pada umumnya sih, jadi kita melihat

bahwa memang kita skalanya nasional pokonya ada kepentingan masyarakat luas

disini, entah kausus kekerasan, atau segala macem deh apa ada peraturan baru,

kebijakan baru, jadi apakah itu dinilai penting untuk masyarakat, penting untuk

pelaku bisnis, penting untuk otoritas pejabat nah itu yang bisa kita angkat. Jadi ada

nilai valuenya ya yang dinilai penting masyarakat , otoritas apakah pelaku bisnis atau

ada ngo yang perlu disitu. Jadi sebenarnya orang belom tau apa-apa tapi kita

munculkan sebagai concern, jadi ini ada concern disini . kaya kompas cetak yang

mengangkan sampah plastic, yang kaya gitu-gitu jadinya.. ya itu selain masalah value

important nya ya soal itu sih tokohnya yang terlibat disitu siapa. Misalkan ada berita-

berita kaya misalkan kalo ini sih lebih ke entertainment yaah, misalkan ada berita

perceraian nah, sebenarnyakan perceraian itu privasi yaah, tapi karna dia itu tokoh

 

Page 231: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

masyarakat jadi pemberitaan perceraian itu kita angkat tapi tidak sampai menguak2

maslaah apa sih apakah karna dia selingkuh atau bagaimana tidak sampai digoreng-

goreng kesana, tapi lebih ke faktanya, pas ada persidangan diikuti persidangannya,

kalo misalkan mereka mau kasih komentar ya kaish komentar ya kalau engga ya kita

juga harus hargai privasi mereka. Atau mungkin kasus perselingkuhan pejabat, kita

ngga mengangkat kaya esek-eseknya itu namun karna dia posisinya pejabat. Misalkan

mentri siapa gitu,, kaya kemarin misalkan ada kasus pecabulan dewan pengawas

masih dugaan sih, dewan pengawan bpjs ketenaga kerjaan pecabulan ke staff

khususnya .. nah itukan kita angkat karna di tokoh ada kasus hukumnya juga

disitukan, nah itu sih lebih ke value2 yang kesitu sih kita angkat.

2. Bagaimana Kompas.com mempertimbangkan dan menentukan konten

pemberitaan ?

3. Bagaimana Kompas.com menentukan narasumber pada setiap

pemberitaan? terutama ketika meliput berita bertema Toleransi Agama?

4. Bagaimana proses produksi pemberitaan Kompas.com? apakah ada

tahap editing ?

Kalau kita dikompas.com kita ada dibagi perdesk, jadi kalo di news itu ada regional,

nasional, megapol. Nah satu desk itu ada editor dan assiten editor, jadi disatu desk itu

ada 5 atau 6 editor di satu kepalanya itu. Nah jadi dibawahnya ada reporter,

tergantung sih itu ada yang sepuluh ada yang lima, ya tergantunglah lot kerjanya, kalo

di nasional ada sepuluh reporter, biasanya tiap hari kita framing isu, bukan framing

isu sih tapi ploting agenda pada saat itu, misalkan sekarang soal isu kabar bohong ada

sepuluh container surat suara yang katanya sudah dicoblos. Nah itukan hebohkan ,

tapi pas di cek kesana ternyata hoaks. Ya kaya gitu hari ini biasanya masuk ke listing,

biasanya kita tiap pagi itu penugasan temen-temen reporter, jadi editor pagi itu kasih

penugasan ploting, kamis tanggal segini siapa kesini. Diatasnya kita sudah kasih, hari

ini kita focus ke isu misalnya isu soal 7 kontainer itu, teru sosal dana kampanye

sumber dana kampanye. Kasus misalnya soal persidangan komisi 7 kaya gitu-gitu,

jadi sudah ada pemetaannya hari itu gituu. Habis itu biasanya reporter jalan sudah ada

agenda2 yang terjadwal kan naah, kalo misalkan kita ada follow up isu apa kita

 

Page 232: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

tinggal hubungin reporter untuk hubungin narsumnya. Mereka bikin tulisannya, jadi

kalau dikita mereka yang mewawancarai mereka juga yang menulis. Jadi ada juga di

beberapa media lain mereka hanya melaporkan, dikita tidak begitu jadi wartawan

yang ada dilapangan juga bertanngung jawab atas tulisannya dia. Kan mereka yang

mengerti suasananya kan. Jadi setelah mereka selesai menulis mereka kasih ke kita,

kita editing , dari situ ada proses juga namanya edit bahasa, terus udah terus tayang..

tapi edit bahasnya itu setelah tayang, itu juga kalo ada major inilah correction gituloh.

5. Bagaimana Kompas.com menyiapkan materi pemberitaan?

6. Apakah wartawan Kompas.com dibebaskan dalam menentukan sudut

pandang dalam pemberitaan ?

Kita sih untuk yang berita2 faktual kita sangat membatasi, apalagi soal isu sensitive

seperti SARA itu sangat kita batasi, ee opini pribadi kita, jadi kita lebih ke pendapat

omongan otoritas, polisi. Jadi kita tidak memasukan kalimat-kalimat yang subjektif

gitu, ka nada pilihan2 kata yang subjektif kita bisa lihat dari situkan.. itu sih yang

biasanya diiniin sih biasanya dipoles lagi di editor.

7. Apakah Kompas.com memiliki waktu tertentu untuk menggugah berita?

Sehari bisa, kita editor ditargeting 18 berita dalam sehari tapikan reporter dilapangan

ditargetkan itu 8 dan mereka biasanya selalu melampaui target jadi sepuluhlah,

sepuluh kali.. rata2 bisa seratus isu lah dalam sehari. Kan kalo dionline kangitu kan

dipecah2 gitu jadi banyaaak gitu.

8. Apa saja ketentuan atau Visi misi pemberitaan di Kompas.com ?

Aku sudah di beberapa media magang sih sebelumnya, di relax, udah lama sih jaman

dulu udah ngga ada lagi sekarang. Kalo di online yang sebelumnya aku itu kayanya

lebih ke traffic gitukan, kalo disini kita yang aku rasain kita ngejarnya bukan Cuma

traffic tapi validasi berita. Misalnya soal ahok cerai, itu kan sebenarnya juga privasi

tapikan dia tokoh jadi kita tetep angkat. Nah waktu itu juga pertama gimana nih kita

naikin isu ini atau engga tapi ya karna dia tokoh ya dinaiikin dan ngga ada orang

yang ngomong tapi sumber terpecayanya dan temen juga melihat dilapangan bahwa

ada form cerai itu. Oh oke fix .. jadinya kita ngga pernah naikin berita tanpa

omongan, jadi kita valid dulu dapetinnya, pasti ini.

 

Page 233: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

9. Bagaimana pertimbangan Kompas.com dalam memilih diksi untuk

memberitakan sebuah peristiwa ?

10. Apakah Kompas.com memiliki criteria tersendiri dalam mengutik

dalam pernyataan narasumber? Terutama untuk kasus toleransi agama?

Nah itu untuk kasus-kaus sara ya itu terutama di nasional sih kita ngebatasin buat

untuk kasus-kasus sara itu memang sensitive banget. Jadi kita utamai pertama

penegakan hukumnya, jadi isu sara itu jangan digiring sebagai persinggungan antar

kelompok karna bisa makin melebarkan gitu kan kalo kita makin panas-panasin nih

dua kelompok ini . kita lebih mengkecilkan isu itu sebagai oknum. Misalnya ini ada

kadang-kadangkan isu sara misalkan kaya di Ambon ternyata kaya senggolan dipasar

senggolan antara supir Angkot dan pemuda , jadi lebih keawal permasalahannya..

misalkan kaya kepembakaran bendera oleh banser nu kemaren , nah itukan kalo NU

iniin kelompok Islam yang lain gitu membakar bendera kelompok Islam yang lain,

kesannya kan panaskan. Jadinya kita Cuma mengkecilkan yaudah si oknum banser itu

kita dorong untuk proses hokum sementara untuk yang lainnya diminta tenang dan

yang lainnya menjaga kerukunan gitu kan, ya caranya kita milih narsumnya juga

milih-milih, jadi bukan nattsum yang malah memprofokasi tapi narsum yang bisa

lebih bikin adem. Misalkan tokoh-tokoh agamanya kaya yang lebih inilah apa lebih

guyub bukannya malah manas-manasin gitu solusinya tuh damai bukannya.

11. Bagaimana Kompas.com memaknai toleransi agama itu sendiri? dan

bagaimana Kompas.com memandang isu toleransi yang akhir-akhir ini menjadi

topik hangat dimasyarakat?

Kalo toleransi agama sebenarnya kaya pribadi kita , sebenarnya kita dari lahir kita

sudah punya itu jadi. Kalo kita toleransi agama ya lebih menghargai aja, apa

keyakinan dia tidak mengganggu tidak mengganggu keyakinan orang lain. Dan kita

tidak sampai ke masuk ke ajaran dia ini benar atau salah, jadi yaudah kita hargai aja

oh dia percaya keyakinannya begini ngga papa dia percaya dengan kita jadi jangan

sampai kepercayaan dia itu menganggu umat lainnya. Jadi tidak malah

membenturkan oh ini dia salah kaya misalnya kelompok Ahmadiyah atau akbp

viladefia. Kita tetep mengangkat kelompok minoritas itu sebagai isu yaah ini bahwa

 

Page 234: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

ada kelompok ini jangan diganggu soal kepercayaan mereka apa yaudah biarkan

mereka berjalan asalkan mereka tidak mengganggu kelompok lainnya, jadinya kita

tidak mengusik kearah keyakinan-keyakinan. Jadi lebih kearah kemanusiaanya lebih

diangkat lebih universal.

12. Kesetaraan mayoritas dan minoritas berdasarkan framing kompas?

Yah kalo kita sih, di Indonesia ini kan pasti ada yang mayoritas dan minoritas tetep

punya hak. Ngga melulu yang minoritas ini harus di mengikuti mayoritas, ya artinya

kalo dia kaya begitu hak dia lama-lama tergerus juga dong. Jadinya dua kelompok ini

hidup bersama tanpa benturan. Jadi yang mayoritas tetep diberitakan. Tapikan selama

ini mayoritas ini tidak punya maslah besarkan karna sebagai mayoritas mereka punya

wakil-wakilnya di otoritas, di pejabat, dipemerintahan, artinya kepentingan mereka

sejauh ini lumayan terpenuhi. Sementara kelompok minoritas istilahnya channel

saluran mereka untuk mengungkapkan hak mereka lebih susah dibandingka

kelompok mayoritas. Nah media berperan untuk meiniin hak mereka, tapi yaah kita

menyuarakan hak merepa tapi ya tidak misalkan ahmadiyah kita bukan soal ajaran

kepercayaan mereka yang kita bela, tapi lebih kepada hak-hak mereka sebagai

penduduk warga Negara untuk tinggal di Komplek rumah yang mereka miliki dengan

upaya mereka. Kita tidak membahas mereka salah atau benar, tapi lebih ke mereka

punya hak yang sama untuk dilindungi yaudah kalau mereka tidak mengganggu

kelompok lainnya mah..

13. Menurut Kompas.com ada ngga sihi pengaruh Pilkada 201 kemarin

dengan intoleransi ?

Ada sih menurut aku, soalnya sampai saat ini masih ada kaya benih-benihnya gitu,

maksudnya aku Islam tapi kok ngeliat di media sosial dari 201 kok Hate Speech

masih banyak, terus kayanya dulu ngga kenapa-napa gitu, biasa-biasa aja kok

sekarang jadi masalah. Jadi kayanya gimana ya kaya kuat-kuatan, sama-sama ya yang

kristennya juga gini yang Islamnya juga begini, kalo aku sih ngeliatnya masih kasus

yang menimpa ahok di 2016 itu masih banget tuh menyisakan ya ketidak puasan,

yang satu tidak puas ahok berasa dizalimin, yang satu tidak puas kok agama gue di

injak-injak. Ya mulai dari situlah, masing-masing kelompok menguatkan identitasnya

 

Page 235: KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM MEDIA ONLINErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47022/1/PUTRI HUSNUL... · yang disampaikan media satu dengan media lain kepada

masing-masing, padahal sebenarnya identitas itu boleh tapi kalo dibenturkan gak ada

yang bener dan ngga ada yang salah ya yaudaah.

14. Mengenai data survey yang ada di pemberitaan ?

Itu sebenarnya agak susah sih, jadi sebenarnya pemberitaan itu ada koreksi,

memang kita ada kesalahan karna ternyata reporternya itu di apa data awalnya

makanya berita terbarunya itu dibawahnya kita kasih catatan redaksi dan ada

tambahan penelitiannya lebih lengkap. Karna diakan mencontohkan hasil penelitian,

Cuma karna salah, reporternya juga miss jadinya berita itu ramai di media sosial,

rame banget itu viral banget beritanya karna waktu itu lagi moment pilkada gitu.

Terus setelah itu pas udah rame gitu kita cek lagi penelitian kesiapa. Pas kita cek

memang ini murni kekeliruan kita, ternyata itu bukan penelitian si narasumbernya

bahwa dia hanya mengutip penelitian orang lain. Pas kita krosceklah ke orang yang

benar-benar punya penelitiannya bahwa ternyata penelitiannya adalah bahwa

mayoritas memang masing memegang toleransi namun ada miss bahwa benih2

walaupun angka mereka masih yang kecil menurut penelitinya ini juga perlu di

waspadai karna takutnya benih-benih yang angkanya kecil ini bisa berkembang kalao

dibumbu2in sama ya kalo sekarang ini yah kan banyak hate specch segala macem dan

itu semakin menguatnya politik identitas , kadang2kan penelitian ini framing,

subjektif penelitinya jugakan padahal secara mayoritas tidak masalah namun dia

menganggat bahwa ada concern disitu, padahal setelah kita lihat angka kecil disitu,

makanya kita agak bingung juga nih gimana. Yaudah ngga papa kita potret juga,

bahwa memang ada fakta kecemasan itu walaupun kecil makanya di leadnya

langsung di ubah walaupun sebagian kecil ini bisa saja menjadi benih dan itu rombak

abis pemberitaannya.