konten-7-8-ananta

4
Selama fermentasi berlangsung pH mempengaruhi pertumbuhan Bacillus Thuringiensis. Nilai pH berada pada selang 6-8 dengan pengukuran yang dilakukan selama formulasi dan pemanenan. Secara umum, mikroba Bacillus Thuringiensis dapat tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,5 dengan pertumbuhan optimum pada pH 6,5-7,5 (Darwis dkk 2009). Nilai ini juga sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukan selama pembuatan insektisida dengan mikroba Bacillus Thuringiensis. Data yang diperoleh, nilai pH meningkat dari 7 menjadi 8 (pada kultivasi cair) dan 6 menjadi 7 (pada kultivasi padat). Pengukuran kekeruhan atau Optical Density (OD) merupakan salah satu metode langsung untuk mengetahui pertumbuhan sel (Darwis dkk 2009). Pengukuran OD pada uji produk insektisida ini menggunakan panjang gelombang 660 nm. Hasil yang diperoleh dari uji produk bioinsektisida dengan menggunkan mikroba Bacillus Thuringiensis yaitu grafik nilai OD dan grafik nilai biomassa cair dan padat. Berdasarkan grafik perolehan nilai OD hari kedua merupakan titik optimal (maksimum) pertumbuhan Bacillus Thuringiensis yaitu sebesar 0,471. Hal ini disebabkan oleh kekeruhan (Optical Density) yang ditunjukkan pada sampel pada pengamatan hari kedua memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dibandingkan dengan pengamatan hari-hari lainnya. pertumbuhan yang diperoleh dari grafik yaitu stationer dimana pertumbuhannya meningkat terus dari hari ke-nol hingga hari kedua dan menurun drastis hingga hari keempat Laju pertumbuhan sel dapat dihitung berdasarkan massa sel dan jumlah sel. Hasil biomassa kering bioinsekisida menggunakan substrat cair menunjukkan nilai menurun dengan persamaan y = 0,0525x + 0,8506 dengan nilai R 2 yang kurang valid yaitu 0,50. Sedangkan pada biomassa kering bioinsektisida menggunakan substrat padat menunjukkan nilai yang fluktuatif dengn

Upload: bagas-ari-wicaksono

Post on 18-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Selama fermentasi berlangsung pH mempengaruhi pertumbuhan Bacillus Thuringiensis. Nilai pH berada pada selang 6-8 dengan pengukuran yang dilakukan selama formulasi dan pemanenan. Secara umum, mikroba Bacillus Thuringiensis dapat tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,5 dengan pertumbuhan optimum pada pH 6,5-7,5 (Darwis dkk 2009). Nilai ini juga sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukan selama pembuatan insektisida dengan mikroba Bacillus Thuringiensis. Data yang diperoleh, nilai pH meningkat dari 7 menjadi 8 (pada kultivasi cair) dan 6 menjadi 7 (pada kultivasi padat). Pengukuran kekeruhan atau Optical Density (OD) merupakan salah satu metode langsung untuk mengetahui pertumbuhan sel (Darwis dkk 2009). Pengukuran OD pada uji produk insektisida ini menggunakan panjang gelombang 660 nm. Hasil yang diperoleh dari uji produk bioinsektisida dengan menggunkan mikroba Bacillus Thuringiensis yaitu grafik nilai OD dan grafik nilai biomassa cair dan padat. Berdasarkan grafik perolehan nilai OD hari kedua merupakan titik optimal (maksimum) pertumbuhan Bacillus Thuringiensis yaitu sebesar 0,471. Hal ini disebabkan oleh kekeruhan (Optical Density) yang ditunjukkan pada sampel pada pengamatan hari kedua memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dibandingkan dengan pengamatan hari-hari lainnya. pertumbuhan yang diperoleh dari grafik yaitu stationer dimana pertumbuhannya meningkat terus dari hari ke-nol hingga hari kedua dan menurun drastis hingga hari keempatLaju pertumbuhan sel dapat dihitung berdasarkan massa sel dan jumlah sel. Hasil biomassa kering bioinsekisida menggunakan substrat cair menunjukkan nilai menurun dengan persamaan y = 0,0525x + 0,8506 dengan nilai R2 yang kurang valid yaitu 0,50. Sedangkan pada biomassa kering bioinsektisida menggunakan substrat padat menunjukkan nilai yang fluktuatif dengn y = -0,025x + 3,2792 dengan nilai R2 yang jauh dari valid yaitu 0,2866. Biomassa tertinggi terlihat pada hari kedua dengan nilai ln biomassa padat sebesar 3,82. Seharusnya bobot kering biomassa tertinggi menunjukkan jumlah sel tertinggi (Darwis dkk 2009). Akan tetapi data yang diperoleh tidak menunjukkan kevalidan tersebut. Sehingga tidak dapat diperoleh waktu yang tepat untuk menunjukkan bahwa pertumbuhan Bacillus Thuringiensis yang paling optimal. VSC merupakan analisis untuk mengetahui jumlah spora hidup yang terkandung serbuk campuran spora kristal. VSC ditentukan dengan metode Mummigatti dan Raghunathan (1990) yaitu dengan melakukan sederatan pengenceran dan dicawankan pada medium nutrient agar. Hasil yang diperoleh pada kelompok 3 di hari kedua nilai VSC yang paling tinggi yaitu TBUD dengan penegnceran 104 , 45 dengan pengenceran 105 dan 14 dengan pengenceran 106. Hal ini belum sesuai dengan pendapat Sukmadi et al (1997) dimana spora terbentuk pada saat eksponensial mulai berakhir.Tahapan hilir atau pemanenan atau pemurnian terhadap produk bioinsektisida dengan mikroba Bacillus Thuringiensis antara lain dengan pengeringan (metode oven) dan penumbukan (penghalusan) sehingga mengasilkan produk bioinsektisida kering. Prinsip pemurnian bioinsektisida yaitu dengan melakukan pemanasan untuk mendapatkan spora mikroba Bacillus Thuringiensis karena kemampuan spora yang tahan terhadap panas. Spora dipisahkan dari inti sel, sehingga yang diperoleh adalah spesifik spora yang diinginkan. Pada tahapan pengeringan suhu yang digunakan kurang lebih sebesar 50 0C dimana pada suhu ini spora mikroba Bacillus Thuringiensis tidak mengalami kerusakan. Tahapan selanjutnya adalah tahap penumbukan untuk menghasilkan produk bioinsektisida dalam bentuk serbuk dengan menggunakan alat tumbuk atau alat penghalus. Produk ini nantinya dapat dicampurkan dengan air (dengan formulasi yang tepat) sebelum akhirnya digunakan sebagai bahan bioinsektisida pada tanaman.

Daftar PustakaDarwis A.Z., Khaswar S., Ummi S. 2009. Kajian Produksi Bioinsektisida dari Bacillus thuringiensis supsp israelensis pada Media Tapioka. [Jurnal] Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 14 (1), 1-5.Mummigati, S.G. dan Raghunathan. 1990. Influence of Media Composition on The Production of Deltaendotoxin by Bacillus thuringiensis var israelensis. J. Invertebr. Pathol.55 : 147-151.Sukmadi, B. Haryanto, B dan Ratna, S.H. 1997. Pengaruh Konsentrasi Dekstrosa Pada Produksi Bahan Aktif Bionsektisida B.t subsp aizawai. Majalah BPPT No LXXII : 17 23.