konsultan pajak

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun-tahun terakhir ini pemerintah sangat memperhatikan pembayaran pajak yang ditujukan untuk kepentingan umum. Pemerintah tidak pernah bosan untuk mengingatkan untuk membayar pajak, mensosialisasikan pajak kepada masyarakat, bahkan sekarang pajak sudah diajarkan dari dini. Begitu banyak pengertian pajak dari berbagai tokoh, diantaranya Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk 1

Upload: rama

Post on 04-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konsultan Pajak

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pada tahun-tahun terakhir ini pemerintah sangat memperhatikan pembayaran pajak yang ditujukan untuk kepentingan umum. Pemerintah tidak pernah bosan untuk mengingatkan untuk membayar pajak, mensosialisasikan pajak kepada masyarakat, bahkan sekarang pajak sudah diajarkan dari dini.Begitu banyak pengertian pajak dari berbagai tokoh, diantaranya Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dibagi menjadi dua yaitu, pajak negara dan pajak daerah.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari konsultan pajak?2. Apa saja syarat menjadi konsultan pajak?3. Apa saja materi penguasaan bagi konsultan pajak?4. Apa saja hak dan kewajiban konsultan pajak?5. Apa saja jasa-jasa yang ditawarkan oleh konsultan pajak?6. Apa saja kode etik konsultan pajak Indonesia?

1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari konsultan pajak2. Untuk mengetahui syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi konsultan pajak3. Untuk mengetahui materi penguasaan bagi konsultan pajak4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban konsultan pajak5. Untuk mengetahui jasa-jasa yang ditawarkan oleh konsultan pajak6. Untuk mengetahui kode etik konsultan pajak Indonesia

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Konsultan pajakPengertian Konsultan pajakadalah setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebas memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Sedangkan Profesi konsultan pajak adalah profesi yang dijalankan oleh para profesional yang memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak.2.2 Syarat menjadi Konsultan Pajak1. Warga Negara Indonesia2. Bertempat tinggal di Indonesia3. Memiliki serendah-rendahnya ijazah Strata Satu (S-1) atua setingkat dengan itu dari Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang terakreditasi, kecuali bagi pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.4. Tidak terkait dengan pekerjaan atau jabatan pada Pemerintah/Negara atau Badan usaha Milik Negara/Daerah.5. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.6. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.7. Memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.8. Bersedia menjadi anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan tunduk pada Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.9. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak.Batas usia maksimal untuk menjadi Konsultan Pajak adalah 70 tahunUjian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP)adalah gerbang bagi para praktisi pajakuntuk memperoleh Izin Praktek Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Praktisi pajak yang sudah lulus USKP berhak menyandang gelar BKP (Bersertifikat Konsultan Pajak). USKP diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpajakan (Pusdiklat Pajak). Ujian ini dilaksanakanan paling sedikit 2 kali dalam setahun yang meliputi Sertifikat A, B dan C.Untuk dapat dinyatakan lulus, peserta USKP harus minimalmemenuhi kriteria dibawah ini :1. Penilaian hasil ujian untuk setiap mata ujian dilakukan berdasarkan skala 1 (satu) sampai dengan 100 (seratus).2. Peserta USKP dinyatakan lulus apabila memperoleh nilai paling rendah 60 (enam puluh) untuk setiap mata ujian.3. USKP diselenggarakan dengan sistem kredit dengan batas mengulang dalam kurun waktu 2 (dua) tahun untuk 1 (satu) tingkatan sertifikat.2.3 Materi Penguasaan bagi Konsultan PajakPerpajakan merupakan bagian terpenting bagi para wajib pajak (WP),dimana WP harus memenuhi kewajiban perpajakannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu asasself assesment system.Dalam asas ini, WP diwajibkan untuk menghitung, membayar/menyetor, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak terutang menurut WP sesuai dengan peraturan perpajakan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pelatihan Brevet A dan B Terpadu didesain untuk bisa memberikan pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam bidang perpajakan sehingga dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.Pelatihan Brevet C adalah pelatihan di tingkat lanjutan bagi para praktisi perpajakan yang berniat untuk meningkatkan kualifikasi dan pengetahuan lanjutan di bidang perpajakan.

Brevet A (Materi Sertifikat A) : Pajak Orang Pribadi1. Pancasila2. PPh Orang Pribadi3. PPh Pasal 21 dan SPT 17214. PPh Pasal 22/23/265. PPN dan SPT Masa PPN6. KUP/PPSP/BPSP7. BM/PBB/BPHTB8. Akuntansi Perpajakan9. SPT PPh Orang Pribadi (1770)10. Kode Etik ProfesiBrevet B (Materi Sertifikat B) : Pajak Badan1. Pancasila2. PPh Badan3. PPh Pasal 21 dan SPT 17214. PPh Pasal 22/23/265. PPN6. KUP/PPSP/BPSP7. BM/PBB/BPHTB8. Akuntansi Perpajakan9. SPT PPh Badan10. SPT Masa PPN11. Kode Etik ProfesiBrevet C (Materi Sertifikat C) : Pajak Internasional1. PPh Badan2. PPh Pasal 21 dan SPT 17213. PPh pasal 22/23/264. PPN5. KUP/PPSP/BPSP6. Perpajakan Internasional7. Akuntansi Perpajakan8. SPT PPh Badan9. SPT Masa PPN10. Kode Etik Profesi

2.4 Hak dan Kewajiban Konsultan Pajak

Hak Konsultan Pajak

Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat A berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia.

Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat B berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat C berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan dan kepada Wajib Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap, dan yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Sedangkan untuk Kewajiban Konsultan Pajak antara lain

Konsultan Pajak wajib memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib:

memiliki Izin Praktek Konsultan pajak yang masih berlaku

memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III-1 dan III-2 Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005.

Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan negara.

Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat wajib mengikuti penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

Konsultan Pajak wajib memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005 dan melampirkan fotokopi Sertifikat Penataran/Pendidikan Penyegaran Perpajakan.

Laporan Tahunan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwin berikutnya.

Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian laporan tahunan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan.

Ketentuan tentang Konsultan Pajak ini diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003 tentang Konsultan Pajak Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005.

2.5 Jasa-jasa yang ditawarkan oleh Konsultan Pajak

1. Jasa Perencanaan PajakPerencanaan manajemen dalam bidang perpajakan (Jasa Pajak) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pajak, memperoleh alternatif terbaik untuk penghematan pajak yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan mempersiapkan anggaran perpajakan.

2. Jasa Konsultan PajakJasa Konsultan dalam bidang perpajakan untuk periode tertentu yang dilaksanakan baik melalui surat maupun tatap muka langsung.

3. Jasa Pengisian SPT PerpajakanJasa pengisian SPT Tahunan dan SPT Masa sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Lihat Jasa Akuntansi dan Pajak Akuntansi

4. Jasa Pendamping Pemeriksaan PajakJasa untuk mendampingi dan mewakili klien dalam menghadapi pemeriksaan oleh aparat perpajakan (Akuntansi Pajak).

5. Jasa Penanganan Kasus PerpajakanJasa untuk mengajukan keberatan, restitusi dan peninjauan kembali ke Dirjen Pajak atau mengajukan gugatan dan naik banding ke Pengadilan Pajak (Pajak Jasak).

6. Jasa Review PerpajakanJasa mereview catatan atau pembukuan klien dalam mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku, mengidentifikasi kewajiban pajak potensial dan merencanakan langkah-langkah untuk mengatasinya.

2.6 Kode Etik Konsultan Pajak Indonesia1. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran profesi Konsultan Pajak, Perkumpulan mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh Kongres/Kongres Luar Biasa yang wajib ditaati oleh setiap anggota Perkumpulan.2. Konsultan Pajak wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Perkumpulan.3. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan.4. Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik Perkumpulan berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan.5. Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila pelanggaran terhadap Kode Etik Perkumpulan mengandung unsur pidana.6. Perubahan Kode Etik Perkumpulan dilakukan di Kongres/Kongres Luar Biasa.7. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan kode etik Perkumpulan.

BAB IIIPENUTUPKesimpulanMenjadi konsultan pajak harus bisa mengamalkan kode etik yang ada, diantaranya yaitu (1) Integritas adalah konsistensi antara apa yang diucapkan (nilai ) dengan apa yang dilakukan. Kepemilikan integritas sama dengan kepemilikan akhlak yang baik atau terpuji (al-akhlaq al-karimah). (2) Independen yang dimaksud di sini adalah mandiri dan objektif. Setiap konsultan pajak harus benar-benar objektif dalam seluruh penugasan yang dilakukannya. (3) Berdedikasi tinggi berarti konsultan pajak memiliki komitmen untuk berbuat yang terbaik dalam menjalankan profesinya. (4) Setiap konsultan pajak wajib menjaga kerahasiaan kliennya dan/atau pemberi kerjanya. Hak dan tanggungjawab untuk memelihara kerahasiaan adalah tanpa batas waktu terhadap informasi dimana Konsultan Pajak diberi kepercayaan oleh kliennya sebagai konsekuensi selama atau setelah melaksanakan penugasan.

REFERENSIhttps://id.scribd.com/doc/261090538/konsultan-pajakhttp://ayutias.blogspot.com/2011/01/sejarah-jasa-konsultan-pajak-menurut.html

9