konstruksi realitas krisis kemanusiaan terhadap...
TRANSCRIPT
KONSTRUKSI REALITAS KRISIS KEMANUSIAAN TERHADAP
ETNIS UIGHUR DI XINJIANG PADA PEMBERITAAN HARIAN
REPUBLIKA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ikrimah Afifah
11140510000095
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ABSTRAK
Ikrimah Afifah. KONSTRUKSI REALITAS KRISIS KEMANUSIAAN
TERHADAP ETNIS UIGHUR DI XINJIANG PADA PEMBERITAAN
HARIAN REPUBLIKA.
Kasus dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan
oleh pemerintah Cina terhadap etnis Uighur di Xinjiang menjadi sorotan di
berbagai media massa. Beberapa tahun silam, seiring meningkatnya
separatisme di kawasan itu, pemerintah Cina memberlakukan kebijakan
tangan besi. Partai Komunis Cina telah melarang etnis Uighur menggunakan
bahasa etnis daerah setempat dan menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam.
Mereka juga menjalani indoktrinasi dan dipekerjakan secara paksa.
Meski peristiwa yang diliput oleh setiap media massa adalah kasus
yang sama, namun setiap media akan menggunakan sudut pandang yang
berbeda untuk memahami realitas sosial yang terjadi. Salah satu media yang
sangat konsisten memberitakan kasus tersebut adalah Harian Republika.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, timbul pertanyaan
mengenai bagaimana Harian Republika membingkai pemberitaan kasus
pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan
metode analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Terdapat
empat struktur golongan besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Republika
melakukan pembingkaian pada pemberitaan pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur di Xinjiang. Harian Republika membingkai kasus yang dialami
oleh etnis Uighur berkaitan dengan masalah krisis kemanusiaan.
Keberpihakan Harian Republika terhadap etnis Uighur sangat besar, terlihat
dalam penyajian isi berita yang menonjolkan pembelaan terhadap etnis
Uighur. Harian Republika menganggap kasus ini sebagai masalah
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Cina dan berharap kasus
ini dapat segera dituntaskan.
Kata Kunci: HAM, Krisis Kemanusiaan, Etnis Uighur, Framing,
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, Harian Republika
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam juga tak lupa penulis junjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi
seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Selama proses
penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan,
dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Suparto M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Sihabudin Noor, M.A., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
4. Kholis Ridho, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A., selaku Sekretaris
Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Siti Nurbaya, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi,
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan, dan memberikan banyak
pelajaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen pengajar dan staff akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Pimpinan dan karyawan Pepustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku serta
fasilitas lainnya, sehingga penulis mendapat banyak
referensi dalam penelitian ini.
9. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Karna Erwin dan Ibunda
Sati, yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga segala kebaikan kalian dibalas oleh Allah
SWT.
10. Saudara kandung penulis, Luri Yanti dan Dwi Aprini
yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam
bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
iii
11. Jajaran Redaksi Harian Republika, yaitu Yeyen Rostiyani
selaku Redaktur desk Internasional Harian Republika dan
Fahmi selaku staf Sekretaris Redaksi yang telah
memberikan waktu dan bantuan selama proses penelitian.
12. Sahabat terbaik: Arita Ambarani, Nadia Karimah, Sofie
Medina Pasha dan Nur Isrojah Muniroh. Terima kasih
sudah menjadi teman terbaik penulis selama di bangku
perkuliahan hingga saat ini.
13. Lailaturahmah, Siti Afifah, dan Desi Eliska yang menjadi
teman berdiskusi serta penyemangat penulis. Terima kasih
sudah selalu ada dan meluangkan waktunya untuk
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini.
14. Irfan Wahyudin, yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih
untuk segala support dan kebaikannya.
15. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2014, yang telah
berjuang bersama dalam mengikuti perkuliahan. Terima
kasih atas pertemanan, pembelajaran, dan pengalaman
yang diberikan kepada penulis.
16. Keluarga besar Komunitas Edukasi Seni Tari Saman
(SKETSA) UIN Jakarta, yang telah memberikan banyak
pengalaman dan pelajaran berharga kepada penulis.
17. KKN Rosa Bamboosa 33 yang sudah berbagi pengalaman
tak terlupakan. Semoga silaturahmi yang terjalin akan
tetap terjaga.
iv
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
mendukung dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi
dalam menyusun skrispi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan
balasan yang setimpal. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, namun penulis telah
berusaha maksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran atas skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 13 Maret 2020
Ikrimah Afifah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………….....ix
BAB I PENDAHULUAN ...………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ...…………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah ...………………………………………. 5
C. Batasan Dan Rumusan Masalah ...…………………………... 6
1. Batasan Masalah ..………………………………………... 6
2. Rumusan Masalah ..……………………………………… 6
D. Tujuan Penelitian ..………………………………………….. 6
E. Manfaat Penelitian ..………………………………………… 7
1. Manfaat Akademik ..……………………………………... 7
2. Manfaat Praktis ..………………………………………… 7
F. Metodologi Penelitian ..……………………………………... 7
1. Paradigma penelitian ..…………………………………… 7
2. Pendekatan penelitian ..…………………………………... 8
3. Metode penelitian ..………………………………………. 8
4. Subjek dan objek penelitian ..……………………………. 9
5. Tempat dan waktu penelitian ..…………………………... 9
6. Teknik pengumpulan data ..…………………………….. 10
7. Teknik analisis data ..………………………………….... 11
8. Pedoman penulisan skripsi ..……………………………. 12
G. Sistematika penulisan ..…………………………………….. 12
vi
BAB II KAJIAN PUSTAKA .…………………………..…… 15
A. Landasan Teori .…………………………………………… 15
a. Konstruksi Realitas Sosial .…………………………… 15
b. Teori framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki .………………………………. 19
c. Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) .…………………. 26
1. Pengertian HAM .…………………………………. 26
2. Sumber HAM .…………………………………….. 27
3. Pelanggaran HAM …………………………...…… 32
d. Konsep Berita .………………………………………… 32
1. Pengertian Berita .…………………………………. 33
2. Unsur Layak Berita .………………………………. 34
e. Konsep Headline .…………………………………….. 35
1. Pengertian Headline .……………………………… 35
2. Karakteristik Headline .…………………………… 36
B. Kajian Pustaka .……………………………………............. 38
C. Kerangka Berpikir .………………………………………… 40
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Gambaran Umum Harian Republika ……………………. 41
a. Sejarah dan profil Harian Republika ……………….. 41
b. Visi dan Misi Harian Republika …………………….. 43
c. Konsep Harian Republika …………………………… 46
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN …………. 49
BAB V PEMBAHASAN …………………………………… 69
vii
A. Analisis hasil temuan teks dugaan pelanggaran HAM
terhadap etnis Uighur di Xinjiang pada pemberitaan
Harian Republika……………………………….......…. 69
1. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika
edisi 19 Desember 2018 ……………………..…..… 69
2. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika
edisi 20 Desember 2018 ………………………..….. 75
3. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika
edisi 21 Desember 2018 ……………………….…... 80
B. Interpretasi ……………………….…………………… 88
BAB VI PENUTUP ……………….……….………………… 97
A. KESIMPULAN …...………………….……………….…. 97
B. SARAN ……………………….………………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA …...………………..….……………. 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN …...…..……………….…….... ......
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki pada Harian Republika ………………………............. 20
Tabel 4.1 Data pemberitaan kasus dugaan pelanggaran HAM
terhadap etnis Uighur di Xinjiang pada Harian Republika
.............................................................................……..………. 49
Tabel 4.2 Struktur Teks Berita Republika Edisi 19 Desember
2018 ………………………....................................................... 51
Tabel 4.3 Struktur Teks Berita Republika Edisi 20 Desember
2018 ………………………....................................................... 56
Tabel 4.4 Struktur Teks Berita Republika Edisi 21 Desember
2018 ………………………....................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa pekan menjelang akhir 2018 lalu,
pemberitaan mengenai etnis Uighur kembali menjadi
sorotan utama media massa internasional dan nasional,
terkait dengan dugaan kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) yang dilakukan oleh pemerintah Cina
terhadap etnis Uighur di Xinjiang.
Wilayah Xinjiang yang terletak di bagian utara Cina
dihuni oleh mayoritas muslim etnis Uighur dan Kazakh.
Jumlah komunitas muslim tersebut sekitar 10.5 juta jiwa.
Beberapa tahun silam, seiring meningkatnya separatisme
di kawasan itu, pemerintah Cina memberlakukan
kebijakan tangan besi. Dua tahun lalu, ratusan ribu
muslim Uighur ditahan dan dimasukkan kedalam kamp-
kamp reedukasi, dan menurut kabar terbaru, jumlah
tersebut bertambah. PBB melaporkan pada Agustus 2018,
sekitar satu juta warga Xinjiang ditahan dan mendapat
perlakuan buruk.1
Harian Republika sebagai media cetak nasional
konsisten menyoroti kasus tersebut secara mendalam. Hal
ini terlihat dengan seringnya Harian Republika membuat
pemberitaan mengenai etnis Uighur selama akhir
1Harian Republika, Kerja Paksa di Xinjiang, Berita pada Rabu, 19 Desember
2018
1
2
Desember 2018 hingga awal Januari 2019, dan
mengangkat pemberitaan internasional tersebut untuk
dijadikan headline berita dalam tiga hari berturut-turut.
Terhitung sejak tanggal 19-21 Desember 2018. Sementara
itu, media cetak nasional lainnya lebih memilih headline
berita nasional. Penonjolan yang dilakukan oleh Harian
Republika merupakan cara media untuk memberikan
frame atas peristiwa yang terjadi.
Laporan-laporan soal kondisi mengenaskan etnis
Uighur yang mengalami penahanan dalam kamp-kamp
reedukasi di Xinjiang terus bermunculan. Dewan HAM
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, Partai
Komunis Cina telah melarang etnis Uighur menggunakan
bahasa etnis daerah setempat. Larangan bahkan mencakup
persoalan menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam. Selain
itu, merujuk laporan media-media internasional, mereka
juga menjalani indoktrinasi dan dipekerjakan secara paksa
tanpa dibayar, atau upah murah meski memiliki keahlian
lain.2
Uighur menjadi topik perbincangan hangat di media
sosial sejak rapat paripurna DPR RI pada kamis (13/12),
yang diwarnai interupsi dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) terkait kondisi memprihatinkan muslim
Uighur. Sebagian anggota dewan mendesak Presiden Joko
2HarianRepublika, Kerja Paksa di Xinjiang, Berita pada Rabu, 19 Desember
2018
3
Widodo segera mengeluarkan reaksi atas dugaan
pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Cina.3
Ormas-ormas Islam di Indonesia mulai menyoroti
kabar ini, bahkan massa umat Islam dari beragam elemen
usai sholat Jumat (21/12) telah melakukan aksi di depan
Kedutaan Besar Cina di kawasan Mega Kuningan, Jakarta
Selatan. Mereka mengecam perlakuan yang dialami
Muslim Uighur di Xinjiang. Mereka juga meminta
pemerintah Indonesia bersikap lebih tegas memprotes
tindakan pemerintah Cina dan menyerukan kepada
pemerintah Indonesia untuk mengusir duta besar Cina jika
tidak memenuhi desakan umat Islam Indonesia.4
Sementara itu, setelah berbagai media massa
memberitakan kasus tersebut, pihak Kedutaan Besar
(Kedubes) Cina di Jakarta buka suara dan mengakui,
sebagian warga di Uighur dimasukkan dalam pusat-pusat
pendidikan disebut efektif mengikis ekstremisme dan
radikalisme di kalangan muslim Uighur. Sebagian warga
Xinjiang sangat rentan akan penghasutan dan instigasi
oleh terorisme. Berdasarkan situasi tersebut, pemerintah
daerah menyediakan program pelatihan dan pendidikan
3Harian Republika, Pemerintah Diminta Bersikap Soal Uighur, Berita
padaJumat, 14 Desember 2018 4Harian Republika, Solidaritas Mengalir untuk Muslim Uighur, Berita pada
Sabtu, 22 Desember 2018
4
vokasi gratis kepada warga yang terdampak oleh
pemikiran ekstremisme.5
Banyaknya pemberitaan terkait kasus dugaan
pelanggaran HAM yang dialami etnis Uighur pada Harian
Republika, merupakan alasan penulis tertarik memilih
media ini. Selain itu hanya Harian Republika sebagai satu-
satunya media nasional yang memberitakan kasus tersebut
secara mendalam dan menjadikannya sebuah headline.
Hal ini mengindikasikan bahwa Harian Republika
mengganggap penting kasus tersebut. Dalam penelitian
ini, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan
merupakan sebuah upaya untuk mengonstruksi realitas.
Penulis menganggap penelitian ini penting karena
kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur
sampai saat ini masih hangat diperbincangkan di kalangan
masyarakat, kasus tersebut sudah lama terjadi, namun
belum juga mendapatkan titik terang hingga saat ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
maka peneliti tertarik untuk mengusut tuntas makna dan
maksud pada pemberitaan yang dikonstruksi oleh Harian
Republika. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul
“KONSTRUKSI REALITAS KRISIS
KEMANUSIAAN TERHADAP ETNIS UIGHUR DI
XINJIANG PADA PEMBERITAAN HARIAN
REPUBLIKA”.
5Harian Republika, “RRC AKUI DERADIKALISASI”, Berita pada Jumat, 21
Desember 2018
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pemberitaan
dugaan kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada etnis
Uighur pada Harian Republika. Diantaranya:
1. Etnis Uighur merupakan etnis mayoritas muslim di
bagian Utara Cina, Xinjiang. Beberapa tahun silam,
seiring meningkatnya separatisme di kawasan itu,
pemerintah Cina memberlakukan kebijakan tangan
besi. Partai Komunis Cina telah melarang etnis Uighur
menggunakan bahasa etnis daerah setempat dan
menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam. Mereka juga
menjalani indoktrinasi dan dipekerjakan secara paksa.6
2. Kasus dugan pelanggaran HAM yang dialami oleh
etnis Uighur sampai saat ini belum tuntas. Pemerintah
Cina mengklaim kamp reedukasi yang diberikan
kepada etnis Uighur, sebagai hal yang efektif untuk
mengikis ekstremisme dan radikalisme di kalangan
muslim Uighur.
3. Harian Republika membingkai kasus yang dialami
oleh etnis Uighur berkaitan dengan isu krisis
kemanusiaan, dan bukan karena separatisme yang
terjadi disana.
6HarianRepublika, Kerja Paksa di Xinjiang, Berita pada Rabu, 19 Desember
2018
6
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka penulis membatasi
penelitian ini pada pemberitaaan Harian Republika
edisi 19, 20, 21 Desember 2018 yang mengangkat
kasus tentang dugaan pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur di Xinjiang. Berita yang dianalisis terdiri
atas tiga judul berita, diantaranya: Kerja Paksa di
Xinjiang, Hormati Hak Uighur, dan RRC AKUI
DERADIKLASISASI.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana
Harian Republika membingkai pemberitaan kasus
dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di
Xinjiang? Dilihat dari unsur semantik, skrip, tematik
dan retoris pada analisis Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Harian Republika membingkai pemberitaan
kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di
Xinjiang, dilihat dari unsur semantik, skrip, tematik dan
7
retoris pada analisis Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang bagaimana media membingkai
sebuah pemberitaan dan mengonstruksikan realitas sosial,
terkait berita dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur di Xinjiang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
pedoman bagi penelitian selanjutnya, dengan memberikan
gambaran terhadap masyarakat mengenai konstruksi
realitas sosial pemberitaan di sebuah media massa,
khususnya media cetak.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konstruktivis. Paradigma ini memandang
bahwa peneliti bukan sebagai subjek yang berada diluar
objek yang diamati tetapi menjadi bagian dari objek yang
diamati. Sehingga hasil penelitian berasal dari proses
interaksi yang dinamis antara peneliti dengan objek yang
diamati. Menurut Eriyanto, paradigma konstruktivis
8
memandang bahwa tidak ada realitas riil yang dapat
dengan langsung diambil oleh penulis. Realitas bukan
sesuatu yang ada di luar sana, tetapi realitas hanyalah ada
di dalam kerangka teoritik/konsepsi. Realitas dipandang
hanya ada dalam kerangka berfikir, yaitu bagaimana kita
berfikir tentang sesuatu.7
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.8
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9
Penulis menggunakan pendekatan ini untuk memberikan
gambaran bagaimana Harian Republika membentuk
sebuah konstruksi mengenai kasus etnis Uighur di
Xinjiang.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
Analisis Framing dengan model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Penggunaan perangkat analisis
7 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media
(Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang, 2011) h. 56 8 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana,
2006) h.56 9 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
Dan Sastra (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h. 37
9
framing ini dilakukan untuk menjawab pemaknaan dibalik
berita yang dikemas dan bagaimana pesan yang dibingkai
oleh Harian Republika. Analisis Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki terbagi dalam empat struktur besar,
yaitu : struktur semantik, skrip, tematik dan retoris.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah media cetak Harian
Republika. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
berita mengenai kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur di Xinjiang edisi 19-21 Desember 2018.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2019 dan
berlangsung di kantor redaksi Harian Republika Jl.
Warung Buncit Raya No. 37, Pejaten Barat Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, 12510.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Dalam penelitian kualitatif, observasi
digunakan sebagai teknik pengumpulan data.
Observasi menurut Gordon E. Mills adalah sebuah
kegiatan yang terencana dan terfokus untuk
melihat dan mencatat serangkaian perilaku
ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki
tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di
10
balik munculnya perilaku dan landasan suatu
sistem tersebut10
. Penulis melakukan pengamatan
secara sistematis dengan meneliti teks berita
tentang kasus pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur di Xinjiang.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi atau
komunikasi secara langsung antara pewawancara
dengan responden. Data yang dikumpulkan dapat
bersifat fakta, sikap, pendapat, keinginan dan
pengalaman. Dalam penelitian ini, penulis
mengumpulkan data berupa fakta dan pendapat dari
hasil wawancara dengan Yeyen Rostiyani selaku
Redaktur desk Internasional media cetak Harian
Republika.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan,
membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data
tertulis (buku dan jurnal) yang terdapat di
perpustakaan atau instansi lainnya yang dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini. Penulis
mengumpulkan data yang berhubungan dengan
10
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 131
11
analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang
mana menurut mereka framing dibagi menjadi empat
struktur besar, yaitu:
a. Sintaksis, berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan opini,
kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam
bentuk susunan umum berita struktur semantik
ini, dengan demikian dapat diamati dari bagan
berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan
yang diambil, dan sebagainya).
b. Skrip, berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa kedalam
bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana
strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai
oleh wartawan dalam mengemas peristiwa
kedalam bentuk berita.
c. Tematik, berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengungkapkan pandangannya atas
peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau
hubungan antarkalimat yang membentuk teks
secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat
12
bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam
bentuk yang lebih kecil.
d. Retroris, berhubungan dengan bagaimana
wartawan menekankan arti tertentu kedalam
berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan
memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar
yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,
melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan penelitian ini adalah buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
yang digunakan penulis untuk mengikuti aturan tentang
keseragaman penulisan karya ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis,
penulis membaginya menjadi enam bab dan masing-
masing terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai
berikut:
BAB 1 Pendahuluan. Membahas tentang latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Terdiri dari kerangka konsep,
yang terdiri dari: pembahasan mengenai teori konstruksi
13
realitas sosial, teori framing Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki, konsep HAM, berita dan headline.
BAB III Gambaran Umum. Membahas tentang profil
perusahaan media cetak Harian Republika. Meliputi
sejarah, visi dan misi, serta konsep dari Harian Republika.
BAB IV Data dan Temuan Penelitian. Berisi uraian
penyajian data dan temuan penelitian
BAB V Pembahasan. Berisi uraian yang mengaitkan
latar belakang dan teori dari penelitian. Mengaitkan dan
menguraikan hasil analisis dan temuan penulis mengenai
berita dugaan kasus pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur di Xinjiang pada Harian Republika mengunakan
analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
BAB VI Penutup. Pada bagian ini berisikan mengenai
kesimpulan, implikasi, dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Kontruksi Realitas Sosial
Istilah konstruksi atas realitas sosial tentu tidak
bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah
dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckman. Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan
sebuah realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara
subjektif serta dilakukan secara terus menerus.
Peter L. Berger dan Thomas Luckman mengatakan
setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh
manusia. Teori konstruksi sosial menurut mereka adalah
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif
individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,
karena terjadi relasi sosial antara individu dengan
lingkungan atau orang sekitarnya. Kemudian individu
membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang
dilihatnya itu berdasarkan pada pengetahuan yang telah
ada sebelumnya.11
Max weber melihat realitas sosial sebagai perilaku
sosial yang memiliki makna subjektif, karena itu
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, danDiskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2006) h.10
15
16
perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku itu
memiliki kepastian kalau menunjukkan keseragaman
dengan perilaku pada umumnya dalam masyarakat. Pada
kenyatannya realitas sosial itu tidak berdiri sendiri tanpa
kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar
realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna,
manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan
secara subjektif oleh individu lain sehingga
memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas
individu lain dalam institusi sosialnya.12
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas
yang diperkenalkan Berger dan Luckman terjadi melalui
tiga proses sosial, yaitu: eskternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Tiga proses ini terjadi secara stimultan
antar individu dengan individu lainnya dalam
lingkungan masyarakat.
1. Eksternalisasi, merupakan proses penyesuaian
diri atau ekspresi diri manusia baik melalui
kegiatan mental maupun fisik kedalam dunia.
Bagian ini merupakan tahapan mendasar yang
terjadi dari proses interaksi antara individu
dengan masyarakat. Proses ini dianggap bagian
terpenting dalam kehidupan individu untuk
menjadi bagian dari dunia sosio-kulturnya.
12
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008) h.11-12
17
2. Objektivasi, merupakan tahapan kegiatan hasil
eksternalisasi yang dicapai melalui kegiatan
mental maupun fisik, berupa pembentukan
tanda-tanda oleh manusia yang bertujuan
sebagai isyarat dan pemaknaan.
3. Internalisasi, merupakan tahap penafsiran
dunia objektif dalam kesadaran individu,
sehingga subjektifitas individu dipengaruhi
oleh struktur dunia sosial.13
Atas dasar pemahaman itu realitas bersifat
dinamis, dan berawajah ganda atau plural. Dan setiap
orang akan memiliki konstruksi yang berbeda-beda. Hal
tersebut didasari oleh pengalaman, prefensi, pendidikan,
lingkungan, dan pergaulan antara satu individu dengan
individu lainnya, sehingga akan menafsirkan realitas
sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.14
Realitas yang ditampilkan oleh media pada
dasarnya merupakan hasil konstruksi media itu sendiri.
Realitas dalam media massa dikonstruksi melalui tiga
tahap, yaitu tahap konstruksi realitas pembenaran,
kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan sebagai
pilihan konsumtif. Pertama, konstruksi realitas
pembenaran merupakan realitas yang dikonstruksi media
13
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2002) h. 18 14
Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta:Lkis Group, 2002) h. 16-17
18
massa dan apa yang disajikan di media massa seluruhnya
dianggap sebagai suatu kebenaran. Kedua, tahap
kesediaan dikonstruksi oleh media massa, kesediaan
khalayak menjadi konsumen media. Ketiga, tahap
pilihan konsumtif, yaitu ketergantungan individu
terhadap media.15
Saat melakukan konstruksi atas sebuauh realitas,
media massa melakukan tiga tindakan yang berpengaruh
terhadap pembentukan citra atas realitas tersebut, yaitu:
1. Pemilihan kata atau simbol (bahasa)
Ketika media menyajikan sebuauh laporan
mengenai peristiwa, pemilihan kata atau simbol
tertentu akan memengaruhi seseorang dalam
memaknai sebuah realitas.
2. Mekanisme framing
Hal ini dilakukan media untuk menyederhanakan
sebuah berita karena adanya tuntutan teknis.
Dalam menentukan sebuah bingkai, media
memiliki kepentingan internal maupun eksternal
yang bersifat teknis, ekonomis, politik, maupun
ideologis. Dari kepentingan-kepentingan tersebut
dapat dilihat arah media dalam menentukan berita.
3. Adanya agenda setting media
Ketika media menyediakan ruang dan waktu
dalam menampilkan sebuah informasi, maka
15
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h.195-197
19
realitas itu akan mudah diterima oleh khalayak.
Media memiliki kekuatan besar ketika
menyampaikan sebuah peristiwa. Saat media
menganggap penting sebuah peristiwa, maka
masyarakat pun akan melihat peristiwa tersebut
sebagai peristiwa yang dianggap penting.16
b. Teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mengenalkan
model framing sebagai salah satu alternatif dalam
menganalisis teks media. Analisis framing dilihat
sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau
kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan. Framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol, tentu menempatkan “informasi” lebih
daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada
pesan tersebut.17
Melalui tulisan “Framing Analysis: An Approach to
News Discourse”, Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing.18
Pertama struktur sintaksis berhubungan dengan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa kedalam
16
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Study
Critical Discourse Analysis (Jakarta: Granit, 2004), h. 12 17
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 290 18
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
h.175
20
bentuk susunan umum berita yang dapat diamati dari
bagan berita seperti headline, lead, latar informasi,
kutipan narasumber, dan penutup. Kedua struktur skrip
berhubungan dengan bagaimana wartawan menceritakan
peristiwa kedalam bentuk berita dengan melihat
kelengkapan berita melalui unsur 5W+1H yang
digunakan.
Ketiga struktur tematik, berhubungan dengan
bagaimana wartawan menuliskan fakta atas peristiwa
kedalam proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat
yang membentuk teks secara keseluruhan.
Keempat, struktur retoris berhubungan dengan
bagaimana wartawan menekankan arti tertentu dengan
menggunakan pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar
kedalam berita. Struktur tersebut digambarkan dalam
skema berikut:
Tabel 2.1
Skema analisis framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT
FRAMING
UNIT YANG
DAMATI
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Skema berita Headline, lead,
latar informasi,
kutipan, sumber,
pernyataan,
penutup
SKRIP
Cara wartawan
2. Kelengkapan
berita
5W+1H
21
mengisahkan
fakta
TEMATIK
Cara wartawan
menulis fakta
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk
kalimat
6. Kata ganti
Paragraf, proposisi,
kalimat, hubungan
antarkalimat
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
Kata ,idiom,
Gambar/foto,
grafik.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa ada empat struktur
yang dapat diamati untuk menunjukkan framing dari suatu
berita. Struktur pertama, sintaksis yang meliputi judul,
headline, lead, episode, latar dan penutup. Headline
memiliki tingkat kemenonjolan yang tinggi daripada
bagian berita lainnya, sehingga pembaca akan lebih
mengingat headline daripada bagian lainnya. Headline
digunakan media untuk mengonstruksi suatu isu dengan
menekankan makna tertentu yang dianggap penting oleh
media untuk disampaikan kepada pembaca. Dari headline
yang digunakan oleh media, dapat terlihat ke arah mana
kecenderungan berita tersebut ingin dibawa.
Selain headline, lead adalah perangkat sintaksis lain
yang digunakan. Lead adalah paragraf pertama yang
memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan
uraian berita. Lead berita terbagi menjadi beberapa
macam. Pada berita yang ditulis dengan cara piramida
terbalik, lead terbagi menjadi dua macam. Pertama,
22
formal lead, yaitu lead yang mengandung unsur 5W+1H.
Kedua, informallead, yaitu lead yang hanya mengandung
sebagian unsur berita.
Selanjutnya yang termasuk dalam unsur sintaksis
adalah latar. Latar digunakan untuk menentukan ke arah
mana pandangan khalayak dibawa. Latar digunakan
sebagai pembenar gagasan yang ditulis dalam suatu teks,
umumnya latar ditampilkan di awal, supaya memberi
kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.19
Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan
sumber berita. Pengutipan narasumber dilakukan sebagai
bentuk objektifitas informasi yang diberitakan. Dengan
demikian maka informasi yang ditulis oleh wartawan
bukan pendapat individu, melainkan pendapat dari orang
yang memiliki kaitan dengan isi pemberitaan. Media
dalam hal ini dituntut tidak memihak.
Struktur kedua pada model framing Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki adalah skrip, yang
berhubungan dengan cara wartawan mengisahkan
peristiwa kedalam berita. Bentuk umum dari struktur skrip
ini adalah pola 5W+1H; who, what, when, where, why,
dan how. Pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap
berita yang ditampilkan, tetapi kelengkapan berita
menjadi penting sebagai penanda framing. Dalam skrip,
19
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 235
23
wartawan akan memberi tekanan pada bagian yang
dianggap penting di awal, dan dapat menyembunyikan
informasi penting lainnya di akhir agar terkesan kurang
menonjol. Dengan demikian, konstruksi media terhadap
makna yang ingin disampaikan akan terlihat dari pola
yang digunakan.
Struktur ketiga pada model framing Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki adalah tematik, yang
berhubungan dengan bagaimana wartawan menulis fakta
atas peristiwa yang terjadi kedalam proposisi, kalimat atau
hubungan antarkalimat sehingga menjadi berita. Elemen-
elemen yang diamati dari perangkat tematik adalah
koherensi. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar
kata, proposisi, atau kalimat. Koherensi dapat
meghubungkan dua buah kalimat atau proposisi dengan
fakta yang berbeda menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya. Berikut beberapa jenis koherensi;
a. Koherensi sebab-akibat, umumnya ditandai
dengan kata hubung “sebab” atau “karena”.
b. Koherensi penjelas, ditandai dengan kata
hubung “dan” atau “lalu”.
c. Koherensi pembeda, ditandai dengan kata
hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”.20
20
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 302-
303
24
Elemen selanjutnya yang termasuk dalam tematik
adalah detail. Detail berhubungan dengan konrol
informasi yang ditampilkan wartawan. Wartawan akan
menggunakan data-data untuk memberikan detail yang
lengkap mengenai informasi yang dianggap penting
sehingga lebih menonjol.
Bentuk kalimat adalah elemen berikutnya dalam
struktur tematik. Bentuk kalimat bukan hanya persoalan
teknis mengenai kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan
makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Ada beberapa
hal penting untuk melihat bentuk kalimat dalam berita,
yaitu:
a. Bentuk kalimat menentukan apakah subjek
diekspresikan secara eksplisit atau implisit
dalam teks. Kalimat aktif biasanya
digunakan agar seseorang menjadi subjek
dari pernyataannya, sedangkan dalam
kalimat pasif akan menempatkan seseorang
menjadi objek dari pernyataannya.
b. Pemakaian urutan kata-kata seperti proposisi
dalam kalimat.
c. Bentuk kalimat yang digunakan memakai
bentuk deduktif atau induktif.
Elemen berikutnya adalah kata ganti. Kata ganti
digunakan oleh komunikator sebagai alat untuk
25
menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana.
Dalam menentukan sikapnya, seseorang dapat
menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap
resmi komunikator.21
Struktur keempat pada model framing Pan dan
Kosicki adalah retoris, yang digunakan wartawan untuk
menekankan arti yang ingin ditonjolkan dengan
menggunakan pemilihan kata-kata tertentu, grafis, dan
metafora dalam menulis berita. Ada beberapa elemen
struktur retoris yang dipakai oleh wartawan, diantaranya;
Leksikon. Berhubungan dengan pemilihan dan
pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau
menggambarkan suatu peristiwa. Kata meninggal,
memiliki kata lain seperti mati, gugur, meninggal,
terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya.
Dengan demikian, pilihan kata yang dipakai tidak semata-
mata karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis
menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap
fakta/realitas.
Grafis. Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat
lain dibandingkan tulisan lain. Selain itu pemakaian huruf
tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang
dibuat lebih besar. Elemen grafis ini juga muncul dalam
21
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 254
26
bentuk foto, gambar, caption, grafik, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau bagian lain yang ingin
ditonjolkan.
Metafora. Dipakai oleh wartawan sebagai strategi untuk
menjadi landasan pembenar atas pendapat
kepadakhalayak. Wartawan akan menggunakan
kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, pribahasa,
pepatah, petuah luhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin
ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya
dipakai untuk memperkuat pesan utama.22
c. Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
1. Pengertian HAM
Hak asasi manusia dapat diartikan dengan kekuasaan
dan tanggung jawab yang dimiliki setiap manusia yang
bersifat mendasar dan fundamental. Secara terminologis,
terdapat beberapa definisi yang diberikan terhadap hak
asasi manusia. Dalam ABC, Teaching Human Rights
disebutkan hak asasi manusia secara umum dapat
didefinisikan sebagai hak-hak yang secara alamiah telah
ada pada manusia dan tanpa hak tersebut manusia tidak
dapat hidup sebagai manusia.
Burhanudin lopa menyetujui definisi di atas tetapi
dengan menambahkan kata “bertanggung jawab” pada
ujung definisi tersebut. Penambahan kata “bertanggung
22
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 258
27
jawab” adalah karena disamping memiliki hak, manusia
juga memiliki tanggung jawab. Kedua definisi di atas
menekankan segi eksistensi hak asasi manusia yang
melekat pada keberadaan manusia dari segi fungsi hak
asasi manusia sebagai perangkat yang menjamin dan
menyempurnakan kehidupan manusia.23
2. Sumber HAM
Abul a‟la al-Maududi menegaskan bahwa
ketika bicara tentang hak asasi manusia dalam Islam,
maka yang dimaksud adalah hak-hak yang diberikan
oleh Tuhan kepada setiap manusia tanpa melihat
perbedaan warga Negara, agama, dan lainnya.Semua
manusia memiliki hak asasi yang pokok semata-mata
karena kemanusiaannya, karena hak-hak ini merupakan
pemberian Tuhan, dan tidak ada yang berhak
mencabutnya selain Tuhan.
Hak asasi manusia juga merupakan bagian
integral dari kepercayaan Islam. Semua muslim dan
penguasa muslim harus menerima, mengakui dan
melaksanakannya. Hak-hak asasi manusia terkandung
dalam syariat Islam, yang didasarkan pada al-Qur‟an
dan al-Sunnah sebagai sumber utama syariat Islam.
a. Hak-hak pokok
Hak-hak pokok adalah hak-hak yang dibutuhkan
manusia untuk menjaga kelangsungan eksistensinya
23
Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,
2004) h. 19
28
dan keselamatan kehidupannya. Apabila hak-hak
pokok ini dilanggar, maka menyebabkan berakhirnya
kehidupan manusia atau kehidupan manusia
akanmengalami kerusakan dan kehancuran yang
parah. Berikut adalah hak-hak yang termasuk dalam
kelompok hak-hak pokok:
1. Hak Hidup
Hak untuk memelihara jiwa atau hak untuk hidup
merupakan sesuatu yang paling pokok dan mendasar
bagi manusia. Aturan-aturan tentang pemeliharaan
jiwa banyak terdapat dalam sumber ajaran Islam,
yakni:
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah
(5):32
س فس ا هي قتل فسا بغ ل ا اسساء هي اجل ذلك كتبا عل ب
هي احاا فكاوا احا الاس عا فساد ف الزض فكاوا قتل الاس جو
لقد جاءتن ز عا ن بعد ذلك ف الزض جو سا ه ت ثن اى كث سلا بالب
ى لوسسف
Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu
hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa
membunuh seseorang, bukan karena orang itu
membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena
berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua
manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang
29
kepada mereka dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di
antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.”
2. Hak Memeluk Agama atau Keyakinan
Surat Al-Baqarah (2):256
فوي كفس شد هي الغ ي قد تبي الس ل إكسا ف الد
ل ثق ة ال فقد استوسك بالعس ؤهي بالل بالطاغت
سوع علن الل فصام لا ا
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
3. Hak Keturunan dan Kehormatan
Surat An-Nisa (4):1
احدة ا أا الاس اتقا زبكن الر خلقكن هي فس
اتقا ساء وا زجال كثسا بث ه جا ا ش خلق ه
كن زقب ا كاى عل الزحام إى الل الر تساءلى ب الل
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
30
bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
4. Hak atas Harta
Surat An-Nisa (4):29
ا ل ي اه ا الر ل ال اى ا كن بالبا الكن ب ا اه تؤكل
كاى بكن فسكن اى الل ا ا ل تقتل كن ى تجازة عي تساض ه تك
وا زح
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.24
b. Hak-hak pendukung
Hak pendukung adalah hak-hak yang bersifat
mendukung dan menyempurnakan hak-hak pokok.
Jika hak pendukung terabaikan, manusia akan
mengalami kesulitan hidup dan tidak sempurna
menikmati hak-hak pokoknya. Berikut adalah hak-hak
yang termasuk dalam kelompok hak-hak pendukung:
24
Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 20-28
31
1. Hak atas keselamatan hidup
Hak atas keselamatan hidup merupakan
konsekuensi logis dari hak untuk hidup. Untuk
berlangsungnya hak hidup, diperlukan
perlindungan terhadap hak hidup dari segala
bahaya yang mengancam keselamatan hidup
tersebut. Oleh karena itu, setiap orang berhak
untuk ditolong demi menjaga keselamatan
hidupnya.
2. Hak beribadah
Hak untuk beribadah merupakan turunan dari
adanya hak untuk menganut suatu agama atau
keyakinan. Ibadah adalah bagian dari manifestasi
keberagamaan seseorang sehingga ibadah
merupakan bagian integral dan penting dari suatu
agama atau keyakinan.
3. Hak tentang unsur atau simbol keagamaan
Setiap agama memiliki simbol-simbol
keagamaan yang sangat disucikan dan dimuliakan.
Unsur atau simbol keagamaan yang dimaksud
adalah Tuhan, tempat ibadah, ritual ibadah, dan
lain-lainnya.
4. Hak untuk bekerja
Manusia harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya agar terjamin kelangsungan
32
hidupnya. Maka dari itu, untuk memenuhi
kebutuhan hidup tersebut, manusia harus bekerja.
5. Hak mengeluarkan pendapat25
Islam memberikan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat dengan syarat hak itu
digunakan untuk menyebarkan kebaikan, bukan
untuk menyebarkan keburukan dan kerusakan.
3. Pelanggaran HAM
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap
perbuatan yang melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi atau mencabut hak asasi
manusia. Akhir-akhir ini, dunia Internasional maupun
Indonesia dihadapkan banyak pelanggaran HAM dalam
wujud teror. Teror sebagai bentuk pelanggaran HAM
yang paling kejam (berat), karena menimbulkan
ketakutan sehingga rasa aman sebagai hak setiap orang
tidak lagi dapat dirasakan. Dalam kondisi ketakutan,
seseorang/masyarakat sulit untuk melakukan hak atau
kebebasan yang lain, sehingga akan menimbulkan
kesulitan dalam upaya mengembangkan kehidupan yang
lebih maju dan bermartabat.
Richard Falk, seorang pemerhati HAM
mengembangkan suatu standar guna mengukur derajat
25
Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 30-35
33
keseriusan pelanggaran hak-hak manusia, kategori
pelanggaran HAM yang berat, diantaranya:
a. Pembunuhan massal (genocide)
b. Pembunuhan sewenang-wenang diluar putusan
pengadilan
c. Penghilangan orang secara paksa
d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan
secara sistematis. 26
d. Konsep Berita
1. Pengertian Berita
Berita adalah informasi atau laporan yang menarik
perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta
berupa kejadian atau ide (pendapat), disusun
sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam
waktu secepatnya.27
Berikut adalah lima sifat
istimewa yang harus dimiliki berita, diantaranya:
1. Akurat
2. Lengkap, adil, dan berimbang
3. Objektif
4. Ringkas dan jelas
5. Hangat28
26
Dwi Sulisworo, Jurnal Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2012 h. 19 27
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008), h.144 28
Hikmat Kusumaningrat, JURNALISTIK Teori dan Praktik (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006) h. 48
34
2. Unsur Layak Berita
Layak berita atau nilai kejadian merupakan
persyaratan awal sebelum menulis berita jurnalistik. Ini
karena tiada guna menulis berita kalau tidak layak
disiarkan surat kabar atau majalah berita.
Hal yang menjadikan suatu kejadian atau peristiwa
sebagai layak berita adalah unsur penting dan menarik
dalam kejadian tersebut. Inilah yang menentukan kejadian
itu akan ditulis sebagai berita jurnalistik. Setiap orang
punya persepsi yang berbeda-beda mengenai hal yang
penting dan menarik baginya. Namun demikian, nilai
berita yang terkandung dalam kejadian akan menjadi
magnet yang menyebabkan pembaca tertarik pada berita
yang ditulis.
Secara umum, kejadian yang dianggap mempunyai
nilai berita atau layak berita adalah yang mengandung
satu atau beberapa unsur berikut ini.29
1. Significance (penting), yaitu kejadian yang
berkemungkinan memengaruhi kehidupan orang
banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat
terhadap kehidupan pembaca.
2. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang
menyangkut angka-angka yang berarti bagi
kehidupan orang banyak, atau kejadian yang
29
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa,
(Yogyakarta:PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI) 1998), h.27
35
berakibat, yang bisa dijumlahkan dalam angka
yang menarik untuk pembaca.
3. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang
menyangkut dengan hal-hal yang baru terjadi atau
baru dikemukakan.
4. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat
bagi pembaca. Kedekatan ini bersifat geografis
maupun emosional.
5. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal
yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca,
seperti orang, benda, atau tempat.
6. Human Interest (manusiawi), yaitu kejadian yang
memberi sentuhan perasaan bagi pembaca,
kejadian yang menyangkut orang biasa dalam
situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi
biasa.
e. Konsep Headline
1. Pengertian Headline
Judul atau kepala berita atau headline menjadi daya
tarik utama sebuah berita. Sebuah berita yang punya nilai
berita yang tinggi sekalipun akan kurang greget di mata
pembaca jika tidak diberi judul yang menarik. Headline
haruslah ditulis dengan bahasa yang singkat, lugas, dan
menarik.
36
Tidak ada ketentuan baku berapa kata sebaiknya untuk
sebuah judul berita. Ada yang mengatakan antara1-7 kata
dan ada yang mengatakan 1-10 kata. Ada beberapa fungsi
headline yaitu:
1. Berfungsi menarik perhatian
2. Berfungsi menggambarkan kandungan berita
3. Berfungsi meringkas isi berita
4. Berfungsi mengesankan pembaca
5. Berfungsi menyentakkan pembaca
2. Karakteristik Headline
Terdapat delapan karakteristik headline, diantaranya:
a. Provokatif
Judul bersifat provokatifmenyangkut judul itu
sendiri maupun efek yang ditimbulkan kepada
pembaca. Judul yang provokatif juga harus
mampu membangkitkan minat pembaca
terhadap berita yang ditulis.
b. Singkat dan padat
Singkat dan padat maksudnya langsung kepada
inti persoalan, tidak bertele-tele dan fokus
dalam penyampaian.
c. Relevan
Judul harus berhubungan dengan isi berita
yang ingin disampaikan oleh penulis. Tidak
ada artinya kalau judul itu menarik namun
37
tidak sesuai dengan isi berita, hal ini sama
dengan pembohongan kepada pembaca.
d. Fungsional
Fungsional artinya setiap pilihan kata dalam
judul berita yang disampaikan harus bermakna
dan tidak dapat diwakili oleh kata lain dalam
judul tersebut.
e. Formal
Bahasa judul berita sebaiknya formal,
disampaikan dengan bahasa resmi.
f. Representatif
Judul berita mewakili dan mencerminkan
berita. Representatif menjadi syarat judul
berita karena berita yang baik sudah diwakili
oleh judulnya.
g. Merujuk pada bahasa baku
Hal ini didorong oleh fungsi media sebagai
media pendidik, maka dari itu harus
menyampaikan berita dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
h. Spesifik
Spesifik berarti judul harus mengandung kata-
kata khusus yang mengandung ruang lingkup
sesuai dengan isi yang disampaikan.30
30
Suhaimi dan Rulli Nasrullah,Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 41-44
38
B. Kajian Pustaka
Dalam menentukan skripsi ini, penulis melakukan
tinjauan pustaka di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu,
penulis juga menemukan rujukan dalam meneliti dari
Repository berbagai kampus melalui internet.
1. “FRAMING PEMBERITAAN KONFLIK ETNIS
MUSLIM UIGHUR CHINA DALAM PORTAL
ONLINE KOMPAS DAN REPUBLIKA EDISI 19
DESEMBER 2018-12 JANUARI 2019”, yang diteliti
oleh M. Wildan Sidqi Purwanto, mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam tinjauan yang dilakukan, penulis
mempunyai persamaan dengan penelitian di atas,
yaitu membahas mengenai konflik yang terjadi pada
etnis Uighur di Xinjiang. Selain itu penelitian ini juga
memiliki persamaan menggunakan perangkat analisis
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Sedangkan perbedaannya terletak pada
media yang diteliti.
2. “ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KONFLIK
TOLIKARA PADA HARIAN KOMPAS DAN
REPUBLIKA”, yang diteliti oleh Nurlaela, mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Persamaan penelitian ini adalah menggunakan
perangkat analisis framing model Zhongdang Pan dan
39
Gerald M. Kosicki. Perbedaannya terletak pada media
yang diteliti serta objek pembahasan berita yang
membahas mengenai konflik etnoreligius Tolikara.
3. “WACANA PEMBERITAAN DISKRIMINASI
TERHADAP MUSLIM UIGHUR DI
REPUBLIKA.CO.ID DAN KOMPAS.COM”, oleh
Winda Yustika Sari dan Udi Rusadi, civitas akademik
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
Penulis mempunyai persamaan dengan penelitian di
atas, yaitu membahas mengenai konflik yang terjadi
pada etnis Uighur di Xinjiang.Namun penelitian ini
juga mempunyai perbedaan, yang terletak pada media
penelitian serta teknik yang digunakan yaitu analisis
wacana Kritis Roger Fowler.
40
C. Kerangka Berpikir
Bagan diatas menggambarkan bahwa penelitian ini
menggunakan analsis framing model Zhongdan Pan dan Gerald
M. Kosicki dengan objek penelitian yaitu berita mengenai dugaan
pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang pada Harian
Republika edisi 19, 20, dan 21 Desember 2018. Dari
pembingkaian berita tersebut akan ditemukan frame yang
dibangun dalam pemberitaan dugaan pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur.
Berita mengenai dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di
Xinjiang pada Harian Republika edisi 19,20, dan 21 Desember 2018
Analisis framing model Zhongdan Pan dan
Gerald M. Kosicki
Mendeskripsikan bagaimana Harian Republika membingkai pemberitaan
kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang
menggunakan struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris
Hasil Analisis:
Pembingkaian berita kasus dugaan pelanggaran HAM
terhadap Etnis Uighur di Xinjiang yang dikonstruksi oleh
Harian Republika
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Harian Republika
a. Sejarah dan Profil Harian Republika31
Harian Umum Republika diterbitkan atas
kehendak mewujudkan media massa yang mampu
mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni
bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di
dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai
perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta
memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.
Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah
dengan tujuan, cita-cita dan program Ikatan Cendikiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5
Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang
disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain,
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program
peningkatan 5K, yaitu: Kualitas Iman, Kualitas Hidup,
Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir.
Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program
ICMI di atas, beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat
yang berdedikasi dan komitmen pada pembangunan
31
Company Profile Harian Umum Republika
41
42
bangsa dan masyarakat Indonesia yang beragam Islam,
membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992.
Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya,
yaitu pengembangan Islamic Center, Pengembangan
Center for Information and Development Studies
(CIDES), dan penerbitan Harian Umum Republika.
Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden
Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus
ICMI Pusat menghadap padanya untuk menyampaikan
rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya
Koran ini akan diberi nama, antara lain, “Republik”.
Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri
dari beberapa menteri, pejabat tinggi Negara,
cendikiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka
antara lain, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko,
Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Tien Soeharto,
Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lain.
Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, presiden RI,
berperan sebagai pelindung yayasan. Sementara Prof. Dr.
Ing. B.J. Habibie yang juga menjabat ketua umum ICMI
dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi
Bangsa.
Untuk mewujudkan programnya, menerbitkan
sebuah Koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan
Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa. Melalui
43
proses, yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan
Republik Indonesia, sebagai modal awal penerbitan
Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor
283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19
Desember 1992.
PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum
Republika, didirikan pada 28 November 1992 di Jakarta.
perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa
ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan
pencetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh
Direksi di bawah Dewan Komisaris yang
anggotanyadipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham,
Direksi, dalam mengelola Perseroan, dibantu oleh
Pembina Manajemen. PT Abdi Bangsa, dalam upaya
penggalian dana untuk pengembangan usahanya,
melakukan penjualan saham kepada masyarakat.
b. Visi dan Misi Harian Republika
Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-
besar penduduk negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi
sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media massa,
dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi
penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan
bersama. Dengan latar belakang tersebut, visi dan misi
44
Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai
berikut;32
1. VISI
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
Membela, melindungi, dan melayani
kepentingan umat
Mengkritisi tanpa menyakiti
Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan
Berwawasan kebangsaan
2. MISI
Politik:
Mengembangkan demokrasi
Optimalisasi peran lembaga-lembaga Negara
Mendorong partisipasi politik semua lapisan
masyarakat
Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam
politik
Penghargaan terhadap hak-hak sipil
Mendorong terbentuknya pemerintahan yang
bersih
Ekonomi:
Mendukung keterbukaan dan demokrasi
ekonomi
Mempromosikan profesionalisme
32
Company Profile Harian Umum Republika
45
Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik
dari pengaruh globalisasi
Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi
Mempromosikan etika dan moral dalam
berbisnis
Mengembangkan ekonomi syariah
Berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro,
dan koperasi (UMKMK)
Budaya:
Kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk
ekspresi kreatif budaya yang berkembang di
masyarakat
Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan
hiburan yang sehat, mencerdaskan,
menghaluskan perasaan, dan mempertajam
kepekaan nurani
Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian
yang merusak moral, akidah, dan mereduksi
nilai-nilai kemanusiaan
Menolak pornografi dan pornoaksi
Agama:
Mensyiarkan Islam
Mempromosikan semangat toleransi
Mewujudkan “Islam rahmatan lil alamin”
dalam segala bidang kehidupan
46
Membela, melindungi, dan melayani
kepentingan umat
Hukum:
Mendorong terwujudnya masyarakat sadar
hukum
Menjunjung tinggi supremasi hukum
Mengembangkan mekanisme checks and
balances pemerintah-masyarakat
Menjunjung tinggi HAM
Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas
c. Konsep Harian Republika
Banyak pendapat yang muncul mengenai Koran
ini. ada yang bilang “beritanya berani”. Sebagian lagi
menyebutnya “sebagai Koran masa depan”. Lainnya,
melihatnya sebagai Koran yang menyajikan gaya
jurnalistik baru. Semua pendapat itu sah-sah saja,
sebenarnya, apa yang kami antarkan adalah fakta yang
memang semestinya ditampilkan. Perbedaannya ada
dalam pengemasan, pendalaman, dan penyajian.
Republika cenderung menyajikannya lebih atraktif, jelas,
dan tuntas sehingga tidak perlu mengernyitkan dahi untuk
memahaminya.
Corak jurnalisme Republika dilandasi keinginan
untuk menyajikan informasi yang selengkapnya bagi para
pembacanya. Republika berupaya mengembangkan corak
jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan
47
gaya penuturannya diupayakan populer, renyah, dan tidak
kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.
Visualisasi dan disain yang menarik dalam bentuk
penonjolan unsur grafis yang informatif (berupa gambar,
foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna juga
merupakan kekuatan surat kabar ini. Hal ini ditunjang
oleh sajian berita yang tuntas pada satu halaman, tanpa
bersambung ke halaman lain. Dengan demikian, pembaca
memiliki waktu lebih banyak untuk melacak berita
maupun informasi di halaman-halaman lain.
Begitu Harian Umum Republika terbit pada 4
januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya
dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah koran ini sudah
mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5
kali lipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata
40.000 eksemplar per hari pada semester pertama tahun
1993. Hingga akhir semester kedua, pada desember 1993,
oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar per
hari.
Harian Umum Republika tersebar di seluruh
Indonesia. Namun, sebagian besar oplahnya beredar di
Jakarta dan Jawa Barat. Di Jakarta 50.31%, jawa barat
17.30%, jawa tengah 6.90%, jawa timur 4.36%, sisanya
tersebar di daerah-daerah lain.33
33
Company Profile Harian Umum Republika
48
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Data pemberitaan kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur di Xinjiang pada Harian Republika
Tabel 4.1
Berita Tanggal Berita Judul Berita
Berita 1 Rabu, 19 Desember 2018 Kerja Paksa di Xinjiang
Berita 2 Kamis, 20 Desember 2018 Hormati Hak Uighur
Berita 3 Jumat, 21 Desember 2018 RRC AKUI
DERADIKALISASI
Berdasarkan data di atas, terdapat tiga berita yang dijadikan
headline oleh Harian Republika terkait pemberitaan kasus dugaan
pelanggaran HAM yang dialami oleh etnis Uighur di Xinjiang.
Penempatan di headline, menunjukkan bahwa kejadian ini
menjadi perhatian media, terlebih Harian Republika menyoroti
perkembangan kasus tersebut dalam tiga hari berturut-
turut.Wilayah Xinjiang yang terletak di bagian utara Cina dihuni
oleh mayoritas muslim etnis Uighur dan Kazakh. Beberapa tahun
silam, seiring meningkatnya separatisme di kawasan itu,
pemerintah Cina memberlakukan kebijakan tangan besi.Etnis
Uighur dilarang menggunakan bahasa etnis daerah setempatdan
menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam. Mereka juga menjalani
indoktrinasi dan dipekerjakan secara paksa tanpa dibayar, atau
upah murah meski memiliki keahlian lain.
49
50
Headline Berita Harian Republika edisi 19 Desember 2018
Tabel 4.2
Struktur Teks Berita Republika Edisi 19 Desember 2018
51
Tabel 4.2
Struktur Teks Berita Republika Edisi 19 Desember 2018
Struktur Unit Temuan pada Teks
Sintaksis Headline Kerja Paksa di Xinjiang
Lead (What lead)
Laporan-laporan soal kondisi
mengenaskan etnis Uighur yang
mengalami penahanan dalam
kamp-kamp reedukasi di
Xinjiang terus bermunculan.
Belakangan, sejumlah media
internasional mengungkapkan,
Pemerintah Cina mempekerjakan
paksa para tahanan etnis Uighur
dan Kazakhs di kamp-kamp
reedukasi tersebut.
Latar
Informasi
Menurut kesaksian-kesaksian
yang dikumpulkan the Associated
Press dan dilansir pada Selasa
(18/12), para tahanan dipaksa
bekerja setelah menjalani
indoktrinasi Partai Komunis
Cina, dilarang menggunakan
bahasa etnis mereka, dan tak
boleh menjalankan ritual-ritual
agama Islam.
Kutipan
Sumber
Dilansir dari the Associated
Press: “Kamp tak membayar
upah sepeser pun”, kata Elyar,
seorang pelarian dari Xinjiang.
Dilansir dari the New York Times:
“Warga yang ditahan jadi sumber
tenaga kerja paksa tak berbayar
atau dibayar dengan upah rendah
bagi pabrik-pabrik tersebut,” kata
Mehmet Volkan Kasicki, seorang
peneliti di Turki yang
52
mengumpulkan kesaksian dari
para tahanan yang sempat
ditemui keluarga mereka. “Kisah
seperti ini terus berdatangan,”
ujar Mehmet.
Penutup Sejauh ini, kecaman terhadap
tindakan Cina di Xinjiang,
kebanyakan datang dari Negara
barat. Senat Amerika Serikat
bahkan telah menyiapkan sanksi
bagi Cina terkait keberadaan
kamp-kamp reedukasi di Uighur.
Sementara itu, Wakil Presiden
Jusuf Kalla pada Senin (17/12)
menyatakan Indonesia tak bisa
mencampuri urusan dalam negeri
Cina.
Skrip 5W+1H What (apa yang terjadi)
Etnis Uighur mengalami
penahanan dalam kamp-kamp
reedukasi di Xinjiang.
Belakangan, sejumlah media
internasional mengungkapkan,
Pemerintah Cina mempekerjakan
paksa para tahanan etnis Uighur
dan Kazakhs di kamp-kamp
reedukasi tersebut.
Who (siapa yang menjadi korban)
Etnis Uighur dan Kazakhs
When(kapan)
-
Where(dimana kejadian tersebut
terjadi)
Xinjiang, Cina
Why(mengapa kejadian tersebut
terjadi)
Pemerintah Cina berkeras bahwa
kamp-kamp yang mereka sebut
“pusat pendidikan vokasional” itu
didirikan untuk menghabisi
53
radikalisme di Xinjiang. Para
tahanan, menurut mereka, dididik
untuk kemudian dipekerjakan.
Media Corong pemerintah Cina,
Global Times, menuliskan dalam
editorial mereka awal Desember
lalu, warga Uighur dan Kazakh
dimasukkan ke dalam kamp agar
bisa diubah menjadi “manusia
normal”.
How (bagaimana perlakuan yang
diberikan oleh Pemerintah Cina
terhadap etnis Uighur)
Para tahanan dipaksa bekerja
setelah menjalani indoktrinasi
Partai Komunis Cina, dilarang
menggunakan bahasa etnis
mereka, dan tak boleh
menjalankan ritual-ritual agama
Islam.
Tematik Detail Sebagian koridor antara kamp
tahanan dan pabrik-pabrik
dilaporkan dipagari kawat duri
dan diawasi dari menara.
Koherensi Para tahanan, merujuk laporan
itu, tak hanya dipaksa
meninggalkan ritual agama
mereka, tetapi juga beralih dari
petani, penjaga toko,
danpedagang menjadi buruh
pabrik. Pabrik-pabrik itu dijuluki
para tahanan sebagai “pabrik
gelap” karena upah sangat
murah yangmereka berikan
kepada pekerja.
Bentuk
kalimat
Laporan-laporan soal kondisi
mengenaskan etnis Uighur yang
mengalami penahanan dalam
kamp-kamp reedukasi di
Xinjiang terus bermunculan.
54
Belakangan, sejumlah media
internasional mengungkapkan,
Pemerintah Cina mempekerjakan
paksa para tahanan etnis Uighur
dan Kazakhs di kamp-kamp
reedukasi tersebut.
Kata ganti “Para tahanan, merujuk laporan
itu, tak hanya dipaksa
meninggalkan ritual agama
mereka, tetapi juga beralih dari
petani, penjaga toko, dan
pedagang menjadi buruh pabrik.
Pabrik itu dijuluki para tahanan
sebagai “pabrik gelap” karena
upah sangat murah yang mereka
berikan kepada pekerja”.
Pemerintah Cina berkeras bahwa
kamp-kamp yang mereka sebut
“pusat pendidikan vokasional” itu
didirikan untuk menghabisi
radikalisme di Xinjiang. Para
tahanan, menurut mereka, dididik
untuk kemudian dipekerjakan.
Retoris Leksikon Beberapa tahun silam, seiring
meningkatnya separatisme di
kawasan itu, Pemerintah Cina
memberlakukan kebijakan tangan
besi. Dua tahun lalu, ratusan ribu
Muslim ditahan ke dalam kamp-
kamp reedukasi.
Grafis Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Terdapat foto seorang wanita
etnis Uighur yang sedang
memegang selembar kertas
bertuliskan “where is my sister?”.
Dalam kertas tersebut, dilengkapi
dengan foto adik perempuannya
yang ditahan di kamp reedukasi.
55
Headline Berita Harian Republika edisi 20 Desember 2018
Tabel 4.3
56
Tabel 4.3
Struktur Teks Berita Republika Edisi 20 Desember 2018
Struktur Unit Temuan pada Teks
Sintaksis Headline Hormati Hak Uighur
Lead (Who lead dan What lead)
Ormas-ormas Islam di Indonesia
mulai menyoroti kabar soal
pelanggaran HAM terhadap
komunitas Muslim Uighur dan
Kazakh di Xinjiang, Republik
Rakyat Cina (RRC). Mereka
meminta Negara itu menjamin
hak-hak beragama umat Islam
yang dilaporkan berbagai
lembaga HAM kian dibatasi
belakangan.
Latar
Informasi
“Pemerintah Cina harus
menghormati hak asasi manusia
universal sebagaimana dijamin
PBB dan menjadi komitmen
dunia pada abad modern ini.
Muslim di Uighur harus dijamin
haknya menjalankan agama
sebagaimana pemeluk agama
lain,” kata Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Haedar Nashir
saat dihubungi, Rabu (19/12).
Kutipan
Sumber
“Pemerintah Cina harus
menghormati hak asasi manusia
universal sebagaimana dijamin
PBB dan menjadi komitmen
dunia pada abad modern ini.
Muslim di Uighur harus dijamin
haknya menjalankan agama
sebagaimana pemeluk agama
lain,” kata Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Haedar Nashir
57
saat dihubungi, Rabu (19/12).
Haedar juga mengingatkan,
jangan sampai ada kesan
Pemerintah Indonesia tutup mata
terhadap penderitaan yang
dialami etnis Uighur dan Kazakh
di Cina. “Pemerintah Indonesia
dapat memainkan peran politik
luar negeri bebas aktif secara
elegan dan mampu menyerap
aspirasi umat Islam Indonesia
dan masyarakat dunia atas
perlindungan nasib muslim
Uighur,” kata Haedar.
Beberapa tahanan yang berhasil
lolos, seperti Mihrigul Tursun (29
tahun), menuturkan, para tahanan
mengalami penyiksaan. “Setiap
saat saya disetrum, seluruh tubuh
saya bergetar hebat dan saya bisa
merasakan sakitnya hingga ke
pembuluh darah”, kata dia saat
bersaksi di Washington, akhir
November lalu.
Sesuai konstitusi pada
pembukaan UUD 1945. Anwar
Abbas juga mengingatkan bahwa
Indonesia tidak boleh tinggal
diam. “Kita jangan takut untuk
melakukan itu karena hal tersebut
merupakan jati diri dan tugas suci
kita sebagai bangsa,”tuturnya.
Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan,
Pemerintah Indonesia sedianya
telah memanggil duta besar RRC
di Jakarta guna menyampaikan
perhatian berbagai pihak atas
situasi di Xinjiang. Ia
memberikan penjelasan terbuka
58
tentang kondisi faktual di
Xinjiang. “Kami berpandangan
bahwa kebebasan beragama
merupakan hak asasi manusia
yang harus senantiasa dilindungi,
dijaga dan dihormati,” kata dia
dalam keterangannya, kemarin.
Penutup Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan,
Pemerintah Indonesia sedianya
telah memanggil duta besar RRC
di Jakarta guna menyampaikan
perhatian berbagai pihak atas
situasi di Xinjiang. Ia
memberikan penjelasan terbuka
tentang kondisi faktual di
Xinjiang.
Skrip 5W+1H What(apa yang terjadi):
Ormas-ormas Islam di Indonesia
mulai menyoroti kabar soal
pelanggaran HAM terhadap etnis
Muslim Uighur dan Kazakh di
Xinjiang, Republik Rakyat Cina
(RRC). Mereka meminta Negara
itu menjamin hak-hak beragama
umat Islam yang dilaporkan
berbagai lembaga HAM kian
dibatasi belakangan.
Who (siapa yang mulai menyoroti
kasus tersebut)
Ormas-ormas Islam: PP
Muhammadiyah, PBNU, MUI
dan Menteri Agama
When (kapan)
-
Where (dimana ormas-ormas
Islam mulai menyoroti kasus
tersebut)
Indonesia
Why (mengapa ormas-ormas
59
Islam mulai menyoroti kasus
tersebut)
Karena mereka ingin pemerintah
Cina menjamin hak beragama
muslim Uighur dan Kazakh
How (Bagaimana cara ormas-
ormas Islam menyoroti kasus
tersebut)
Dengan cara menyuarakan
aspirasi mereka agar pemerintah
Cina menghormati hak asasi
manusia untuk etnis Uighur dan
Kazakh. Selain itu, mereka juga
meminta agar pemerintah
Indonesia segera menindaklanjuti
kasus tersebut.
Tematik Detail Beberapa tahanan yang berhasil
lolos, seperti Mihrigul Tursun
(29), menuturkan, para tahanan
mengalami penyiksaan. “Setiap
saat saya disetrum, seluruh tubuh
saya bergetar hebat dan saya bisa
merasakan sakitnya hingga ke
pembuluh darah”.
Koherensi Sekjen Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Anwar Abbas
menyampaikan, masalah di
Xinjiang adalah masalah dalam
negeri Cina. Namun, bukan
berarti pemerintah Cina bisa
menginjak hak asasi masyarakat
Uighur.
Bentuk
kalimat
Ormas-ormas Islam di Indonesia
mulai menyoroti kabar soal
pelanggaran HAM terhadap
komunitas Muslim Uighur dan
Kazakh di Xinjiang, Republik
Rakyat Cina (RRC). Mereka
meminta Negara itu menjamin
hak-hak beragama umat Islam
60
yang dilaporkan berbagai
lembaga HAM kian dibatasi
belakangan.
Kata ganti Ormas-ormas Islam di Indonesia
mulai menyoroti kabar soal
pelanggaran HAM terhadap
komunitas Muslim Uighur dan
Kazakh di Xinjiang, Republik
Rakyat Cina (RRC). Mereka
meminta Negara itu menjamin
hak-hak beragama umat Islam
yang dilaporkan berbagai
lembaga HAM kian dibatasi
belakangan.
Haedar menilai, RRC tak
semestinya menebar ketakutan
kepada penduduk setempat yang
kebetulan bukan etnis minoritas
di Cina. “Kalau terdapat unsur-
unsur radikal atau separatisme,
sebagaimana diisukan perlu
pendekatan politik yang elegan
dan tidak dengan kekerasan”, ujar
dia.
Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan,
Pemerintah Indonesia sedianya
telah memanggil duta besar RRC
di Jakarta guna menyampaikan
perhatian berbagai pihak atas
situasi di Xinjiang. Ia
memberikan penjelasan terbuka
tentang kondisi faktual di
Xinjiang. “Kami berpandangan
bahwa kebebasan beragama
merupakan hak asasi manusia
yang harus senantiasa dilindungi,
dijaga dan dihormati,” kata dia
dalam keterangannya, kemarin.
Retoris Leksikon -
61
Grafis Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar dan diberi
ketebalan.
Terdapat foto dua anak
perempuan kakak beradik yang
sedang memberikan kesaksian
perihal ibu mereka yang hilang.
Terdapat grafik lini masa
Xinjiang, dengan tulisan bercetak
tebal dan diberi warna merah.
62
Headline Berita Harian Republika edisi 21 Desember 2018
63
Tabel 4.4
Struktur Teks Berita Republika Edisi 21 Desember 2018
Struktur Unit Temuan pada Teks
Sintaksis Headline RRC AKUI DERADIKALISASI
Lead (Who lead dan What lead)
Pihak Kedutaan Besar (Kedubes)
Cina di Jakarta mengakui,
sebagian warga di Uighur
dimasukkan dalam pusat-pusat
pendidikan di Xinjiang. Pusat-
pusat itu disebut efektif mengikis
ekstremisme dan radikalisme di
kalangan Muslim Uighur.
Latar
Informasi
Juru Bicara Kedubes RRC di
Jakarta, Xu Hangtian, dalam
keterangan resminya kemarin
mengatakan, sebagian warga
Xinjiang sangat rentan akan
penghasutan dan instigasi oleh
terorisme. Berdasarkan situasi
tersebut, pemerintah daerah
menyediakan program pelatihan
dan pendidikan vokasi gratis
kepada warga yang terdampak
oleh pemikiran ekstremisme.
Kutipan
Sumber
“Konten pelajarannya adalah
bahasa Mandarin, ilmu
pengetahuan hukum,
keterampilan kerja, dan
pendidikan deradikalisasi.” Kata
Xu Hangtian dalam
keterangannya.
“Pemerintah sangat prihatin
apabila ada pelanggaran HAM.
Kalau itu terjadi, walau pihak
Cina selalu membantah tidak
demikian, tapi kita prihatin”. Ujar
64
Jusuf Kalla di kantornya, Kamis
(20/12).
Jusuf Kalla menambahkan
kekerasan yang dialami Muslim
Uighur harus dilihat dari dua sisi.
“Ada 12 orang yang ikut perang
di Poso itu orang Uighur. Kita
juga memahami agar dibedakan
apa yang terjadi, bisa juga
radikalisme, malah radikalisme
sampai ke Indonesia,” kata Jusuf
Kalla.
Penutup Sementara itu, Wakil Presiden RI
Jusuf Kalla mengatakan, Menteri
Luar Negeri RI Retno Marsudi
telah memanggil duta besar Cina
untuk Indonesia pada Senin
(17/12) lalu. Dalam pertemuan
itu, kata Wapres, Menlu Retno
telah menyampaikan keprihatinan
Indonesia terhadap peristiwa
yang terjadi di Xinjiang.
Skrip 5W+1H What(apa yang terjadi):
Pihak Kedutaan Besar (Kedubes)
Cina di Jakarta mengakui,
sebagian warga di Uighur
dimasukkan dalam pusat-pusat
pendidikan itu disebut efektif
mengikis ekstremisme dan
radikalisme di kalangan muslim
Uighur.
Who (siapa yang mengakui hal
tersebut)
Juru Bicara Kedubes RRC di
Jakarta, Xu Hangtian
When(kapan)
-
Where(dimana)
-
Why (mengapa warga Uighur
65
dimasukkan dalam pusat-pusat
pendidikan tersebut)
Sebagian warga Xinjiang sangat
rentan akan penghasutan dan
instigasi oleh terorisme.
Berdasarkan situasi tersebut,
pemerintah daerah menyediakan
program pelatihan dan
pendidikan vokasi gratis kepada
warga yang terdampak oleh
pemikiran ekstremisme.
How(bagaimana dampak yang
ditimbulkan setelah warga
Uighur dimasukkan ke dalam
pusat-pusat pendidikan tersebut)
Xu Hangtian mengklaim, selama
21 bulan belakangan, tidak
pernah terjadi serangan teroris
dan kekerasan di Xinjiang.
Jumlah perkara tindak pidana dan
gangguan keamanan umum
menurun secara drastis.)
Tematik Detail Ia menuturkan ada 10 suku di
Xinjiang yang mayoritasnya
menganut agama Islam. Jumlah
penduduk di sana sebanyak
sekitar 14 juta jiwa. Sementara,
ada 24,4 ribu masjid di wilayah
Xinjiang atau sekitar 70 persen
dari jumlah total masjid di Cina.
Pada oktober lalu, stasiun televisi
Negara CCTV melansir video
rekaman kegiatan di barak-barak
tersebut. dalam salah satu
adegan, tampak sejumlah murid
dengan seragam biru.
Koherensi Warga Uighur yangdiwawancarai
lembaga-lembaga HAM
internasional juga mengatakan,
menolak minum alkohol,
66
mengonsumsi babi, membaca
Alquran, mengenakan jilbab
panjang, memanjangkan janggut,
memiliki buku berbahasa Arab
dan sajadah, serta menghubungi
orang asing karena seluruhnya
bisa berujung penahanan.
Bentuk
kalimat
Pihak Kedutaan Besar (Kedubes)
Cina di Jakarta mengakui,
sebagian warga di Uighur
dimasukkan dalam pusat-pusat
pendidikan itu disebut efektif
mengikis ekstremisme dan
radikalisme di kalangan Muslim
Uighur.
Kata ganti “Konten pelajarannya adalah
bahasa Mandarin, ilmu
pengetahuan hukum,
keterampilan kerja, dan
pendidikan deradikalisasi.” Kata
Xu Hangtian dalam
keterangannya. Menurut dia,
kursus yang bisa dipilih dalam
lembaga pendidikan vokasi itu
termasuk produksi pakaian,
topim pengolahan makanan,
perakitan produk elektronik,
tipografi dan pencetakan, serta
niaga elektronik (e-commerce).
Juru Bicara Kementrian Luar
Negeri Cina, Hua Chunying, juga
menyangkal laporan media-
media internasional terkait
kondisi di Xinjiang. “Laporan itu
adalah serangan-serangan jahat
dan membelokkan kenyataan,”
kata dia di Beijing, kemarin.
Seorang mantan tahanan bersaksi
di Kongres AS, pekan lalu, ia
mendapat penyiksaan berupa
67
penyetruman hingga
mempertimbangkan bunuh diri
dalam barak.
Retoris Leksikon Menurut dia, para teroris berkali-
kali melakukan tindakan
kekerasan dan teror di Cina,
termasuk kerusuhan 2009 di
Urumqi yang mengakibatkan 197
korban jiwa dan lebih dari 1700
orang terluka.
Grafis Judul dicetak dengan ukuran
huruf lebih besar, diberi
ketebalan, dan diberi warna
merah.
Terdapat foto gerbang menuju
salah satu kamp reedukasi di
Xinjiang. Dari foto tersebut,
terlihat ada gerbang tinggi yang
dilengkapi dengan kawat berduri.
Terdapat profil Xinjiang yang
yang dicetak dengan huruf
kapital dan diberi warna merah.
Selain itu, juga ditampilkan
beberapa lembaga yang
memaparkan kasus pelanggaran
HAM terhadap etnis Uighur.
68
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis hasil temuan teks dugaan pelanggaran HAM
terhadap etnis Uighur di Xinjiang pada pemberitaan
Harian Republika
Wilayah Xinjiang yang terletak di bagian utara Cina
dihuni oleh mayoritas muslim etnis Uighur dan Kazakh.
Jumlah komunitas muslim tersebut sekitar 10.5 juta jiwa.
Beberapa tahun silam, seiring meningkatnya separatisme di
kawasan itu, pemerintah Cina memberlakukan kebijakan
tangan besi. Penulis akan membahas tentang konstruksi yang
dibangun oleh Harian Republika mengenai berita dugaan
pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang
menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerrald M.
Kosicki melalui empat struktur golongan besar, yaitu sintaksis,
skrip, tematik dan retoris. Keempat struktur tersebut
membentuk rangkaian tema yang dapat menunjukkan
kecenderungan atau kecondongan media dalam mengonstruksi
dan membingkai pesan.
1. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika edisi 19
Desember 2018
Harian Republika menyuguhkan headline berita “Kerja
Paksa di Xinjiang”, diangkat dari laporan sejumlah media
Internasional yang mengungkapkan bahwa pemerintah Cina
mempekerjakan paksa etnis Uighur dan Kazakh dalam kamp-
kamp reedukasi di Xinjiang. Berdasarkan kutipan tersebut,
69
70
Harian Republika ingin menyampaikan pesan kepada pembaca
bahwa telah terjadi kerja paksa yang dilakukan oleh
pemerintah Cina terhadap etnis Uighur. Headline tersebut
termasuk dalam kriteria headline provokatif, karena mampu
membangkitkan minat pembaca untuk mengetahui lebih dalam
perihal kerja paksa yang dialami oleh etnis Uighur. Selain itu,
headline tersebut juga memengaruhi pembaca untuk percaya
bahwa pemerintah Cina adalah dalang dibalik sistem kerja
paksa yang diberikan kepada etnis Uighur.
Lead yang ditampilkan oleh Harian Republika mencakup
what lead. Diawali dengan informasi perihal kondisi
mengenaskan yang menimpa etnis Uighur dan Kazakh
sebagaimana dilaporkan oleh sejumlah media internasional.
Mereka dipekerjakan paksa oleh Pemerintah Cina dalam
kamp-kamp reedukasi di Xinjiang. Pesan yang ingin
disampaikan pada paragraf ini adalah agar masyarakat
khususnya pembaca dapat mengetahui bahwa kasus yang
menimpa etnis Uighur bukan masalah sepele, karena telah
terjadi masalah krisis kemanusiaan yang mengarah pada
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Latar informasi yang ditampilkan Harian Republika
merujuk pada kesaksian-kesaksian yang dikumpulkan The
Associated Press dan dilansir pada Selasa (18/12). Mereka
menyatakan bahwa para tahanan dipaksa bekerja setelah
menjalani indoktrinasi Partai Komunis Cina, dilarang
menggunakan bahasa etnis mereka, dan tak boleh menjalankan
71
ritual-ritual agama Islam. Pernyataan tersebut sangat jelas
menggambarkan bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan
pemerintah Cina kepada etnis Uighur.
Kutipan Sumber yang ditampilkan Harian Republika
yaitu seorang pelarian dari Xinjiang Elyar dan Mehmet Volkan
Kasicki peneliti di Turki.Kutipan pertama yang diambil Harian
Republika, dilansir dari media asing the Associated Press.
Lansiran tersebut berisi tentang pernyataan dari seorang
pelarian dari Xinjiang Elyar. Dalam hal ini, Elyar mengatakan
sebanyak 10 ribu tahanan atau 10 hingga 20 persen dari
pesakitan di lokasi itu dipaksa bekerja di pabrik. Mereka
dibayar hanya sekitar sepersepuluh dari yang biasanya mereka
dapatkan sebelum ditahan. Berikut kutipan narasumber:
“Kamp tak membayar upah sepeser pun”
Sedangkan kutipan kedua yang diambil Harian
Republika, dilansir dari media asing the Newyork
Times.Lansiran tersebut berisi tentang pernyataan dari Mehmet
Volkan Kasicki peneliti di Turki. Berikut kutipan narasumber
tersebut:
“Warga yang ditahan jadi sumber tenaga kerja paksa tak
berbayar atau dibayar dengan upah rendah bagi pabrik-pabrik
tersebut,” kata Mehmet Volkan Kasicki, seorang peneliti di
Turki yang mengumpulkan kesaksian dari para tahanan yang
sempat ditemui keluarga mereka. “Kisah seperti ini terus
berdatangan,” ujar Mehmet.
72
Pada bagian penutup, Harian Republika menuliskan
berita bahwa pesan yang ingin disampaikan pada bagian
penutup adalah sejauh ini, kecaman terhadap tindakan Cina di
Xinjiang, kebanyakan datang dari Negara barat. Senat
Amerika Serikat bahkan telah menyiapkan sanksi bagi Cina
terkait keberadaan kamp-kamp reedukasi di Uighur.
Sementara itu, wakil presiden Jusuf Kalla pada Senin (17/12)
menyatakan Indonesia tak bisa mencampuri urusan dalam
negeri Cina. Dari kalimat tersebut, terlihat Harian Republika
berharap pemerintah Indonesia juga bisa segera mengambil
sikap untuk kasus ini, karena kecaman kebanyakan datang dari
Negara barat saja.
Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why,
dan how yang terdapat pada berita Harian Republikaedisi 19
Desember 2018 tidak lengkap. Tidak terdapat penjelasan unsur
when didalamnya. Harian Republika ingin mengarahkan
pembaca bahwa kerja paksa yang dialami etnis Uighur
dilakukan oleh pemerintah Cina, terlihat dalam penekanan
pada unsur what, why dan how.
Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam
Harian Republika edisi 19 Desember 2018 menerangkan kata
benda yaitu, sebagian koridor antara kamp tahanan dan pabrik-
pabrik dilaporkan dipagari kawat duri dan diawasi dari
menara.
73
Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu tetapi,
dan karena yang terdapat pada kalimat berikut:
“Para tahanan, merujuk laporan itu, tak hanya dipaksa
meninggalkan ritual agama mereka, tetapi juga beralih dari
petani, penjaga toko, dan pedagang menjadi buruh pabrik.
Pabrik-pabrik itu dijuluki para tahanan sebagai “pabrik gelap”
karena upah sangat murah yangmereka berikan kepada
pekerja”.
Koherensi pertama menggunakan koherensi pembeda
yang ditandai dengan kata “tetapi”. Kata tersebut
menunjukkan bahwa para tahanan tidak punya pilihan lain
selain beralih profesi menjadi buruh pabrik, setelah
sebelumnya mereka sudah dipaksa untuk meninggalkan ritual
agama mereka.
Selanjutnya koherensi kedua menggunakan koherensi
sebab-akibat yang ditandai dengan kata“karena”. Kata tersebut
menjelaskan julukan “pabrik gelap” yang diberikan oleh para
tahanan (sebab) karena memberikan upah murah kepada
pekerja (akibat).
Bentuk kalimat yang terdapat dalam Harian Republika
yaitu bentuk kalimat deduktif, dimana inti kalimat (umum)
ditempatkan di awal paragraf, kemudian dilengkapi dengan
kalimat keterangan tambahan (khusus) yang diposisikan
kemudian. Harian Republika ingin memberikan penonjolan
pada inti kalimat laporan-laporan soal kondisi mengenaskan
74
etnis Uighur yang mengalami penahanan dalam kamp-kamp
reedukasi di Xinjiang. Selanjutnya dipaparkan keterangan
tambahan yang merupakan penyebab dari kalimat inti tersebut,
yaitu karena sejumlah media internasional mengungkapkan
bahwa Pemerintah Cina mempekerjakan paksa para tahanan
etnis Uighur dan Kazakhs di kamp-kamp reedukasi tersebut.
Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang
digunakan oleh wartawan yaitu: kata ganti “mereka”yang
digunakan dalam berita ini sebagai kata ganti para tahanan dan
pemerintah Cina.
Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan
dalam penulisan berita ini yaitu kebijakan tangan besi pada
kalimat:
“Wilayah Xinjiang, yang terletak di bagian utara Cina
dihuni oleh mayoritas Muslim dari etnis Uighur dan Kazakh.
Beberapa tahun silam, seiring meningkatnya separatisme di
kawasan itu, Pemerintah Cina memberlakukan kebijakan
tangan besi. Dua tahun lalu, ratusan ribu Muslim ditahan ke
dalam kamp-kamp reedukasi.”
Pemilihan kata “kebijakan tangan besi” digunakan
wartawan yang memiliki arti sebagai kekuasaan (tindakan)
keras oleh Pemerintah Cina terhadap etnis Uighur.
Harian Republika menampilkan unsur retoris berupa
judul yang dicetak dengan ukuran huruf lebih besar dan diberi
75
ketebalan. Kemudian juga terdapat foto seorang wanita etnis
Uighur yang sedang memegang selembar kertas bertuliskan
“where is my sister?”.Dalam kertas tersebut, dilengkapi
dengan foto adik perempuannya yang ditahan di kamp
reedukasi dan hingga kini tak bisa dihubungi.
2. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika edisi 20
Desember 2018
Harian Republika menyuguhkan headline berita “Hormati
Hak Uighur”, diangkat dari pernyataan Haedar Nashir yang
mengatakan bahwa muslim di Uighur harus dijamin haknya
menjalankan agama sebagaimana pemeluk agama lain. Pesan
yang ingin disampaikan pada paragraf ini adalah agar
masyarakat khususnya pembaca menyadari bahwa hak etnis
Uighur telah dirampas, khususnya hak beragama karena
mereka dilarang untuk menjalankan ritual agama Islam.
Lead yang ditampilkan oleh Harian Republika mencakup
who lead dan what lead. Berita diawali dengan informasi
perihal ormas-ormas Islam di Indonesia mulai menyoroti kabar
soal pelanggaran HAM terhadap komunitas Muslim Uighur
dan Kazakh di Xinjiang, Republik Rakyat Cina (RRC). Pesan
yang ingin disampaikan pada paragraf ini adalah agar
masyarakat mengetahui, bahwa ormas Islam di Indonesia
sudah mulai menyoroti kasus pelanggaran HAM terhadap
muslim Uighur. Harian Republika ingin masyarakat menyadari
tentang bagaimana kabar etnis Uighur di Xinjiang.
76
Latar informasi yang ditampilkan Harian Republika
membahas tentang pernyataan Ketua Umum PP
Muhammadiyah Haedar Nashir bahwa muslim di Uighur harus
dijamin haknya menjalankan agama sebagaimana pemeluk
agama lain. Dia juga meminta Pemerintah Cina harus
menghormati hak asasi manusia universal sebagaimana
dijamin PBB dan menjadi komitmen dunia pada abad modern
ini.
Kutipan Sumber yang ditampilkan Harian Republika
yaitu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir,
seorang tahanan etnis Uighur yang lolos Mihrigul Tursun,
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, dan
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Berikut kutipan
pertama narasumber dari Ketua Umum PP Muhammadiyah
Haedar Nashir:
“Pemerintah Cina harus menghormati hak asasi manusia
universal sebagaimana dijamin PBB dan menjadi komitmen
dunia pada abad modern ini. Muslim di Uighur harus dijamin
haknya menjalankan agama sebagaimana pemeluk agama lain”
Haedar juga mengingatkan, jangan sampai ada kesan
Pemerintah Indonesia tutup mata terhadap penderitaan yang
dialami etnis Uighur dan Kazakh di Cina:
“Pemerintah Indonesia dapat memainkan peran politik luar
negeri bebas aktif secara elegan dan mampu menyerap aspirasi
umat Islam Indonesia dan masyarakat dunia atas perlindungan
nasib muslim Uighur”
77
Kutipan kedua yang diambil Harian Republika berasal
dari seorang tahanan yang lolos Mihrigul Tursun. Dalam hal
ini Mihrigul menuturkan para tahanan sering mengalami
penyiksaan. Berikut kutipan narasumber:
“Setiap saat saya disetrum, seluruh tubuh saya bergetar hebat
dan saya bisa merasakan sakitnya hingga ke pembuluh darah”
Kutipan ketiga yang diambil Harian Republika berasal
dari Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas
yang menyatakan bahwa sesuai konstitusi pada pembukaan
UUD 1945, Indonesia tidak boleh tinggal diam menyikapi
kasus pelanggaran HAM yang menimpa etnis Uighur. Berikut
kutipan narasumber:
“Kita jangan takut untuk melakukan itu karena hal tersebut
merupakan jati diri dan tugas suci kita sebagai bangsa”
Kutipan keempat yang diambil Harian Republika berasal
dari pernyataan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
yang mengatakan, Pemerintah Indonesia sedianya telah
memanggil duta besar RRC di Jakrta guna menyampaikan
perhatian berbagai pihak atas situasi di Xinjiang. Berikut
kutipan narasumber:
“Kami berpandangan bahwa kebebasan beragama merupakan
hak asasi manusia yang harus senantiasa dilindungi, dijaga
dan dihormati”
Dari berbagai kutipan di atas, secara tidak langsung juga
menyiarkan bahwa Harian Republika setuju dengan ucapan
narasumber yang menilai bahwa hak etnis Uighur harus
dihormati dan dilindungi dari perlakuan buruk yang dilakukan
78
oleh pemerintah Cina. Selain itu, mereka berharap pemerintah
Indonesia segera mengambil sikap untuk kasus ini.
Pada bagian penutup, Harian Republika menuliskan
berita bahwa pesan yang ingin disampaikan pada bagian
penutup adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
mengatakan, Pemerintah Indonesia sedianya telah memanggil
duta besar RRC di Jakarta guna menyampaikan perhatian
berbagai pihak atas situasi di Xinjiang. Ia memberikan
penjelasan terbuka tentang kondisi faktual di Xinjiang.
Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why,
dan how yang terdapat pada berita Harian Republika edisi 20
Desember 2018 tidak lengkap. Tidak terdapat penjelasan unsur
when didalamnya. Harian Republika ingin mengarahkan
pembaca bahwa ormas-ormas Islam di Indonesia mulai
bergerak untuk menyoroti kabar soal pelanggaran HAM
terhadap komunitas Muslim Uighur. Mereka meminta Negara
itu menjamin hak-hak beragama umat Islam, hal ini terlihat
dalam penekanan pada unsur what, why dan how.
Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam
Harian Republika edisi 20 Desember 2018 menerangkan kata
sifatyaitu, beberapa tahanan yang berhasil lolos, seperti
Mihrigul Tursun (29), menuturkan, para tahanan mengalami
penyiksaan. “Setiap saat saya disetrum, seluruh tubuh saya
bergetar hebat dan saya bisa merasakan sakitnya hingga ke
pembuluh darah”.
79
Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu Namun yang
terdapat dalam kalimat berikut:
“Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas
menyampaikan, masalah di Xinjiang adalah masalah dalam
negeri Cina. Namun, bukan berarti pemerintah Cina bisa
menginjak hak asasi masyarakat Uighur”.
“Namun” merupakan koherensi sebab-akibat yang
menjelaskan bahwa masalah yang ada dalam negeri Cina
(sebab) tidak bisa dijadikan alasan pemerintah Cina untuk
menginjak hak asasi masyarakat Uighur (akibat).
Terdapat bentuk kalimat deduktif, dimana inti kalimat
ditempatkan di awal paragraf. Harian Republika ingin
memberikan penonjolan pada inti kalimat ormas-ormas Islam
di Indonesia yang mulai menyoroti kabar soal pelanggaran
HAM terhadap komunitas Muslim Uighur dan Kazakh di
Xinjiang. Selanjutnya menjabarkan penyebabnya, yaitu karena
mereka meminta pemerintah Cina untuk menjamin hak-hak
beragama umat Islam yang dilaporkan berbagai lembaga HAM
kian dibatasi belakangan.
Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan
oleh wartawan yaitu kata ganti “mereka” sebagai kata ganti
ormas Islam, kata ganti “dia” yang digunakan sebagai kata
ganti Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan
kata ganti “ia” yang digunakan sebagai kata ganti Menteri
Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Harian Republika menampilkan unsur retoris berupa
judul yang dicetak dengan ukuran huruf lebih besar dan diberi
80
ketebalan. Lalu terdapat foto dua anak perempuan kakak
beradik yang bersaksi di Islamabad, Pakistan. Mereka
memberi kesaksian perihal ibunda mereka yang hilang. Sang
kakak memakai kerudung berwarna oranye dan raut wajahnya
terlihat sedih karena hal tersebut. Selain itu Harian Republika
juga menampilkan grafik lini masa Xinjiang, dengan tulisan
bercetak tebal dan diberi warna merah. Lini masa tersebut,
menampilkan peristiwa penting yang terjadi di Xinjiang.
3. Analisis hasil temuan teks berita Harian Republika edisi 21
Desember 2018
Harian Republika menyuguhkan headline berita “RRC
AKUI DERADIKALISASI”, yang diangkat dari pernyataan
Juru Bicara Kedubes RRC di Jakarta yaitu Xu Hangtian. Dia
menyatakan bahwa konten pelajaran yang diberikan di dalam
kamp meliputi bahasa mandarin, ilmu pengetahuan hukum,
keterampilan kerja, dan pendidikan deradikalisasi. Kata
deradikalisasi diartikan sebagai upaya/strategi untuk
menetralisir paham-paham yang dianggap radikal.Pesan yang
ingin disampaikan pada paragraf ini adalah agar pembaca
mengetahui, bahwa Juru Bicara Kedubes RRC di Jakarta, Xu
Hangtian telah memberikan tanggapan terkait pemberitaan
pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur yang dilakukan oleh
pemerintah Cina.
Lead yang ditampilkan oleh Harian Republika mencakup
who lead dan what lead. Berita diawali dengan informasi
perihal Pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Cina di Jakarta yang
81
mengakui bahwa sebagian warga di Uighur dimasukkan dalam
pusat-pusat pendidikan, disebut efektif untuk mengikis
ekstremisme dan radikalisme di kalangan muslim Uighur.
Pesan yang ingin disampaikan pada paragraf ini adalah agar
masyarakat mengetahui, bahwa pada akhirnya ada tanggapan
dari Pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Cina yang menyatakan
bahwa benar adanya etnis Uighur dimasukkan ke dalam pusat
pelatihan dan pendidikan sebagaimana yang diberitakan
sejumlah media. Namun, pengakuan mereka hanya sebatas itu
saja dan belum menanggapi kasus terkait pelanggaran HAM
yang terjadi disana.
Latar informasi yang ditampilkan Harian Republika
membahas tentang pernyataan Juru Bicara Kedubes RRC di
Jakarta, Xu Hangtian, yang mengatakan bahwa sebagian
warga Xinjiang sangat rentan akan penghasutan dan instigasi
oleh terorisme. Berdasarkan situasi tersebut, maka pemerintah
daerah menyediakan program pelatihan dan pendidikan vokasi
gratis kepada warga yang terdampak oleh pemikiran
ekstremisme. Pernyataan tersebut sangat jelas menjawab
persoalan perihal alasan pemerintah Cina memasukkan etnis
Uighur kedalam kamp reedukasi.
Kutipan Sumber yang ditampilkan Harian Republika
yaitu Juru Bicara Kedubes RRC di Jakarta Xu Hangtian dan
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Berikut kutipan narasumber
dari Juru Bicara Kedubes RRC di Jakarta Xu Hangtian. Dalam
hal ini Xu Hangtian menjelaskan konten pelajaran yang
82
diberikan kepada etnis Uighur dalam kamp reedukasi. Berikut
kutipan narasumber:
“Konten pelajarannya adalah bahasa Mandarin, ilmu
pengetahuan hukum, keterampilan kerja, dan pendidikan
deradikalisasi.”
Kutipan kedua yang diambil Harian Republika berasal
dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Dalam hal ini Jusuf Kalla
menyampaikan keprihatinannya terhadap etnis Uighur. Berikut
kutipan narasumber:
“Pemerintah sangat prihatin apabila ada pelanggaran HAM.
Kalau itu terjadi, walau pihak Cina selalu membantah tidak
demikian, tapi kita prihatin”
Pada bagian penutup, berita ini ditutup dengan
pernyataan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang telah
menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap kasus yang
menimpa etnis Uighur di Xinjiang.
“Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan, Menteri Luar
Negeri RI Retno Marsudi telah memanggil duta besar Cina
untuk Indonesia pada Senin (17/12) lalu. Dalam pertemuan itu,
kata Wapres, Menlu Retno telah menyampaikan keprihatinan
Indonesia terhadap peristiwa yang terjadi di Xinjiang”
Pesan yang ingin disampaikan pada bagian penutup ini
adalah Wakil Presiden RI Jusuf Kalla telah menyuarakan
keprihatinan Indonesia atas krisis kemanusiaan yang terjadi di
Xinjiang. Dia juga mengatakan kekerasan yang dialami oleh
muslim Uighur harus dilihat dari dua sisi ada 12 orang yang
ikut perang di Poso itu orang Uighur. Kita juga memahami
83
agar dibedakan apa yang terjadi, bisa juga radikalisme, malah
radikalisme sampai ke Indonesia,”
Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why, dan
how yang terdapat pada berita Harian Republika edisi 21
Desember 2018 tidak lengkap. Tidak terdapat penjelasan unsur
when dan where didalamnya. Harian Republika ingin
mengarahkan pembaca kepada pernyataan yang diberikan oleh
Juru Bicara Kedubes Cina di Jakarta, Xu Hangtian. Pernyataan
tanggapan tersebut mengenai alasan pemerintah Cina
mendirikan kamp reedukasi untuk etnis Uighur.
Penulis menemukan unsur detail yang ada dalam Harian
Republika edisi 21 Desember 2018. Diantaranya kalimat yang
menerangkan terdapat 10 suku di Xinjiang dengan mayoritas
penganut agama Islam. Jumlah penduduk di sana sebanyak
sekitar 14 juta jiwa. Sementara, ada 24,4 ribu masjid di
wilayah Xinjiang atau sekitar 70 persen dari jumlah total
masjid di Cina. Selanjutnya juga terdapat detail yang
menerangkan kata benda dalam kalimat:
“Pada oktober lalu, stasiun televisi Negara CCTV melansir
video rekaman kegiatan di barak-barak tersebut. Dalam salah
satu adegan, tampak sejumlah murid dengan seragam biru
mengucapkan secara serentak, “Saya harus beradab setiap
saat, jujur, menghormati tetua, mematuhi hukum, berpakaian
rapi, mencintai pekerjaan, rajin dan hemat. “ Saya adalah
warga Negara yang mematuhi hukum dan peraturan.” Dalam
kelas tersebut tampak sejumlah kamera pengawas.”
84
Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu dandan
karena yang terdapat dalam kalimat berikut:
“Uighur yang diwawancarai lembaga-lembaga HAM
internasional juga mengatakan, menolak minum alkohol dan
mengonsumsi babi, membaca Alquran, mengenakan jilbab
panjang, memanjangkan janggut, memiliki buku berbahasa
Arab dan sajadah, serta menghubungi orang asing karena
seluruhnya bisa berujung penahanan”.
Koherensi pertama menggunakan koherensi penjelas yang
ditandai dengan kata “dan”. Kata penghubung tersebut
digunakan untuk menjelaskan beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan oleh etnis Uighur.
Koherensi kedua menggunakan koherensi sebab-akibat
yang ditandai dengan kata “karena”. Kata penghubung tersebut
menjelaskan bahwa apabila etnis Uighur melakukan hal yang
dilarang oleh pemerintah Cina (sebab), maka mereka akan
ditahan (akibat).
Bentuk kalimat yang terdapat dalam Harian Republika
yaitu bentuk kalimat deduktif, dimana inti kalimat (umum)
ditempatkan di awal paragraf, kemudian dilengkapi dengan
kalimat keterangan tambahan (khusus) yang diposisikan
kemudian. Harian Republika ingin memberikan penonjolan
pada inti kalimat Pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Cina di
Jakarta yang mengakui bahwa sebagian warga di Uighur
dimasukkan dalam pusat-pusat pendidikan di Xinjiang.
Selanjutnya menjabarkan penyebabnya, yaitu karena pusat-
85
pusat tersebut efektif untuk mengikis ekstremisme dan
radikalisme di kalangan Muslim Uighur.
Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan
oleh wartawan yaitu kata ganti “dia” sebagai kata ganti Juru
Bicara Kedubes RRC di Jakarta, Xu Hangtian dan Juru Bicara
Kementrian Luar Negeri Cina, Hua Chunying. Selain itu juga
terdapat kata ganti “ia” sebagai kata ganti mantan tahanan
kamp reedukasi.
Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan dalam
penulisan berita ini yaitu teror pada kalimat:
“Menurut dia, para teroris berkali-kali melakukan tindakan
kekerasan dan teror di Cina, termasuk kerusuhan 2009 di
Urumqi yang mengakibatkan 197 korban jiwa dan lebih dari
1700 orang terluka”.
Pemilihan kata “teror” digunakan wartawan yang
memiliki arti sebagai tindakan yang merusuhkan,
mengintimidasi, mengintai di Cina.
Harian Republika menampilkan unsur retoris berupa
judul yang dicetak dengan ukuran huruf lebih besar, diberi
ketebalan, dan diberi warna merah yang bermaksud untuk
mendukung arti penting suatu pesan. Selain itu untuk menarik
perhatian pembaca agar terpusat pada kata tersebut.
Harian Republika juga melengkapi judul tersebut dengan
foto gerbang menuju salah satu kamp reedukasi di Xinjiang.
Dalam foto terlihat ada gerbang tinggi yang dilengkapi dengan
kawat berduri. Kemudian Harian Republika juga menampilkan
profil Xinjiang yang dicetak dengan huruf kapital dan diberi
86
warna merah, serta dilengkapi dengan pemaparan beberapa
lembaga yang membahas mengenai kasus pelanggaran HAM
terhadap etnis Uighur, diantaranya:
1. AMNESTY INTERNATIONAL (2018)
Anggota-anggota keluarga dilaporkan hilang tanpa
jejak setelah ditahan.
Imigrasi etnis mayoritas Han ke Xinjiang
menimbulkan diskriminasi etnis Uighur dan
Kazakh
2. KOMITE PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RASIAL
PBB (2018)
Terjadi penahanan ekstrayudisial dalam jumlah
besar
Terjadi pembatasan ekspresi beragama Islam
Terjadi pemantauan skala besar terhadap etnis
Uighur
Sekitar 1 juta warga Uighur ditahan di kamp
reedukasi
3. HUMAN RIGHTS WATCH (2018)
Terjadi upaya pemusnahan identitas keislaman dan
kesukuan Uighur.
Terjadi indoktrinasi paksa dan penyiksaan dalam
kamp reedukasi.
Penggunaan teknologi pemantauan massal untuk
mengontrol kelakukan warga Xinjiang.
4. KEJAKSAAN RAKYAT XINJIANG (2017)
87
Penangkapan di Xinjiang yang dihuni 1.5 persen
populasi di Cina mencapai 21 persen penangkapan
nasional.
Terjadi peningkatan 731 persen (221. 882 orang)
penangkapan di Xinjiang pada 2017 dibandingkan
tahun sebelumnya (27. 404 orang).
88
B. Interpretasi
Pemberitaan mengenai kasus dugaan pelanggaran HAM
yang dialami oleh etnis Uighur di Xinjiang tak luput dari
sorotan media massa internasional dan nasional. Pemberitaan
ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, karena
berkaitan dengan isu separatisme dan krisis kemanusiaan yang
terjadi di Xinjiang. Harian Republika sebagai media nasional
tak luput konsisten untuk mengangkat kasus ini dan
menjadikan headline dalam tiga hari berturut-turut. Berikut
interpretasi penulis perihal kasus pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur di Xinjiang pada pemberitaan Harian Republika:
1. Isu separatisme dan krisis kemanusiaan yang terjadi
pada kalangan etnis Uighur, dilatarbelakangi oleh
persoalan separatis dari sebagian kecil warga setempat
yang menganut paham radikal. Mereka ingin merdeka
dan memisahkan diri dari RRC. Mereka yang
berpikiran radikal hingga menganut separatisme
mempunyai pedoman bahwa „perjuangan mereka
benar‟(jihad). Sebagaimana berita yang beredar,
perlakuan Cina terhadap muslim Uighur atas isu
tersebut menuai kontroversi. Cina, Negara yang
berideologi komunisme, dilaporkan telah
mengoperasikan kamp-kamp reedukasi untuk etnis
Uighur dan Kazakhs di Xinjiang. Sebagian warga di
Uighur dimasukkan dalam pusat-pusat pendidikan
yang disebut efektifuntuk mengikis ekstremisme dan
radikalisme di kalangan muslim Uighur. Seiring
89
dengan meningkatnya separatisme di kawasan itu,
pemerintah Cina memberlakukan kebijakan tangan
besi. Dua tahun lalu, ratusan ribu muslim Uighur
ditahan dan dimasukkan kedalam kamp-kamp
reedukasi. Partai Komunis Cina telah melarang etnis
Uighur menggunakan bahasa etnis daerah setempat
dan menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam. Mereka
juga menjalani indoktrinasi serta penyiksaan.
2. Berawal dari adanya kabar tentang kebijakan tangan
besi yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap
etnis Uighur, menimbulkan problematika baru yaitu
kasus pelanggaran HAM, karena banyaknya perlakuan
buruk yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap
etnis Uighur. Harian Republika menilai kasus yang
menimpa etnis Uighur termasuk pada masalah krisis
kemanusiaan yang mengarah pada pelanggaran HAM.
Masalah krisis kemanusiaan tersebut yang pada
akhirnya dibangun oleh Harian Republika untuk
mengonstruksi pemberitaan kasus pelanggaran HAM
terhadap etnis Uighur di Xinjiang.
3. Framing yang dikonstruksi Harian Republika pada
kasus ini berkaitan dengan masalah krisis
kemanusiaan, hal itu terlihat dari judul “Kerja Paksa
di Xinjiang” dan “Hormati Hak Uighur”.Adapun
alasan Harian Republika melakukan framing atas
masalah krisis kemanusiaan, seperti yang disampaikan
90
oleh Yeyen Rostiyani, selaku Redaktur desk
Internasional Harian Republika:
“Kita banyak mendengar terdapat kamp-kamp
reedukasi kejuruan pendidikan kembali,
merekonstruksi kembali pendidikan, atau pemahaman
mereka ini yang kita khawatirkan ada penghapusan
identitas diri mereka sebagai muslim etnis Uighur di
Xinjiang, jadi nomor satu adalah kemanusiaan
masalah hak asasi manusia”.
“Pertama ini kan masalah kasus kemanusiaan, yang
kedua rada rumit karena ternyata separatisme
disana.Uighur itu ada sebagian orangnya yang ingin
memisahkan diri menjadi Turmekistan. Akhirnya
kalau memang itu masalah separatisme, kita tidak
akan ikut campur karena itu masalah internal didalam
Negara Cina. Jadi kita tidak membela separatisme,
melainkan HAM”.
4. Keberpihakan Harian Republika terhadap etnis Uighur
sangat besar terlihat dari penyajian isi berita yang
menonjolkan pembelaan terhadap etnis Uighur.Harian
Republika menganggap kasus ini sebagai masalah
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah
Cina kepada etnis Uighur, dan berharap kasus ini
dapat segera dituntaskan.
5. Harapan penyelesaian masalah yang ditampilkan
Harian Republika setelah adanya pemberitaan terkait
kasus pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur adalah
91
agar menyadarkan warga Indonesia pada isu tersebut,
dan berharap ada tanggapan dari pemerintah Indonesia
serta pemerintah Cina. Harapan untuk pemerintah
Indonesia dan pemerintah Cina ditampilkan Harian
Republika lewat kutipan berita sebagai berikut:
“Pemerintah Indonesia dapat memainkan peran politik
luar negeri bebas aktif secara elegan dan mampu
menyerap aspirasi umat Islam Indonesia dan
masyarakat dunia atas perlindungan nasib muslim
Uighur”.
“Pemerintah Cina harus menghormati hak asasi
manusia universal sebagaimana dijamin PBB dan
menjadi komitmen dunia pada abad modern ini.
Muslim di Uighur harus dijamin haknya menjalankan
agama sebagaimana pemeluk agama lain”.
Kutipan berita di atas sejalan dengan pendapat
Yeyen Rostiyani yang menyatakan bahwa:
“Semoga menyadarkan masyarakat Indonesia ada isu
itu, dan pemerintah Cina melihat semakin besarnya
tekanan di dunia internasional soal Uighur. Sehingga
lebih berhati-hati untuk tidak melakukan pelanggaran
HAM. Masalah ini bisa diselesaikan dengan damai
kembali lagi pada porsinya dan perhatian kepada
HAM nya urusan separatisme itu urusan Cina”.
6. Peristiwa yang akan dijadikan berita bergantung pada
kepentingan media terhadap peristiwa yang terjadi.
Kemudian subjek yang mengonstruksi realitas,
92
menyesuaikan dengan visi misi dan ideologi media.
Lalu ditentukan ke arah mana tujuan media
tersebut.Sama hal nya seperti Harian Republika,
diposisikan sebagai subjek yang mengonstruksi
pemberitaan etnis Uighur, kemudian menyesuaikan
pemberitaan itudengan visi misi serta ideologi media.
Berikut pernyataan dari Yeyen Rostiyani, yang
mengatakan bahwa:
“Jadi kita tidak membela separatisme, melainkan
HAM. Disini kita harus pintar memilih yang tepat
sesuai visi misi Republika.Itu sebabnya ketika ada
orang Uighur yang tinggal di pengasingan, datang ke
Republika dia berbicara menceritakan pengalamannya
dalam kamp tersebut. Itu kita saring banget dengan
baik, mana yang bagian separatisme dan mana bagian
gagasan dia tentang HAM.Itu adalah tugas kita
memilah. Informasi yang mereka sampaikan sama
seperti yang diberitakan oleh media dan sumber-
sumber asing, lagi-lagi itu terverifikasi”.
“Kalau tentang kontennya, kita melihat bahwa ini
adalah masalah krisis kemanusiaan. Jadi kebetulan
etnis Uighur adalah mayoritas muslim, dan memang
konsumen pembaca Harian Republika adalah muslim,
jadi itu seperti ada benang merahnya”.
Kedua pernyataan di atas, cukup menggambarkan
bagaimana kepentingan Harian Republika dalam
mengonstruksi pemberitaan kasus etnis Uighur. Salah
93
satunya karena Harian Republika mencoba
mengedepankan misi media yang sangat menjunjung
tinggi HAM. Selain itu, juga terlihat bagaimana
Harian Republika sebagai media yang bernafaskan
Islam, selalu memberikan konten sesuai ajaran Islam.
Dalam kasus ini, Harian Republika memberitakan
kasus pelanggaran HAM yang dialami oleh etnis
Uighur, dan berpihak pada mereka sebagai muslim
karena telah mendapat perlakuan buruk dari
pemerintah Cina. Berlatar belakang hal tersebut,
Harian Republika mencoba untuk melayani
kepentingan umat dengan memberikan konten muslim
untuk konsumen Harian Republika yang notabene
muslim.
7. Hak-hak asasi manusia terkandung dalam syariat
Islam, yang didasarkan pada al-Qur‟an dan al-Sunnah
sebagai sumber utama syariat Islam. Dari hal tersebut
dapat dipahami bahwa HAM dalam Islam bertujuan
untuk mengarahkan martabat dan kehormatan bagi
umat manusia, serta dicanangkan untuk menghapus
segala penindasan dan ketidakadilan.
Kasus pelanggaran HAM merupakan tindakan yang
tidak dibenarkan dalam agama apapun. Al-Qur‟an
telah memberikan pengajaran kepada manusia untuk
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan
menghormati manusia yang lainnya. Hal tersebut
tentunya harus dijadikan sebagai patokan dalam
94
mengatur kehidupan bermasyarakat, hal tersebut
seperti yang tertulis dalam surat Al-Maidah Ayat 834
:
ل جسهكن شآى شداء بالقسط اهي لل ا أا الري آها كا ق
خبس بوا إى الل اتقا الل أقسب للتق أل تعدلا اع دلا م عل ق
تعولى
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.35
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk
selalu menjunjung tinggi qimah insaniyyah atau nilai-
nilai kemanusiaan dalam setiap interaksi dengan
manusia lain. Setiap manusia harus berbuat baik
kepada manusia lain yang mengalami musibah, tanpa
membedakan agama, suku bangsa, warna kulit, atau
derajat pangkat.
34
Maskur, FENOMENA KEKERASAN: PERSPEKTIF HAM dan Al-Qur’an,
Volume 3 Nomor 1, Oktober 2016, h. 98-99 35https://tafsirweb.com/1892-surat-al-maidah-ayat-8.html
95
Dari penjelasan yang dipaparkan, penulis menarik
kesimpulan bahwa keberpihakan Harian Republika terhadap
kasus pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang
sangat besar, terlihat dalam penyajian isi berita yang
menonjolkan pembelaan terhadap etnis Uighur. Harian
Republika menganggap kasus ini sebagai masalah pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh pemerintah Cina dan berharap
kasus ini dapat segera dituntaskan. Framing pemberitaan
pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur dikonstruksi oleh
Harian Republika berkaitan dengan krisis kemanusiaan. Meski
kasus tersebut seiring dengan adanya isu separatisme, namun
Harian Republika lebih condong kepada masalah krisis
kemanusiaan dan tidak ingin mencampuri urusan internal
Negara Cina. Harian Republika menilai kamp-kamp reedukasi
yang diberikan oleh pemerintah Cina kepada etnis Uighur,
dikhawatirkan akan menghapus identitas diri etnis Uighur
sebagai muslim. Maka dari itu, Harian Republika
mengonstruksi kasus ini dengan latar belakang adanya
masalah krisis kemanusiaan yang mengarah pada pelanggaran
HAM.
96
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab
permasalahan mengenai bagaimana framing kasus dugaan
pelanggaran HAM terhadap etnis Uigur di Xinjiang yang
dikonstruksi oleh Harian Republika. Setiap media
memiliki pandangan tersendiri dalam menilai sebuah
peristiwa yang akan dijadikan berita. Peristiwa yang akan
dijadikan berita bergantung pada kepentingan media
terhadap peristiwa yang terjadi. Kemudian subjek yang
mengonstruksi realitas, disesuaikan dengan visi misi
media dan ideologi. Lalu ditentukan ke arah mana tujuan
media tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan
metode analisis framing Zhongdang Pan dan Geralds M.
Kosicki, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Harian Republika terlihat melakukan pembingkaian dalam
memberitakan kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap
etnis Uighur di Xinjiang. Pembingkaian yang dibentuk
berkaitan dengan cara media mengonstruksi fakta yang
ada, sesuai arah pemberitaan yang dikehendakinya.
Berikut kesimpulan penulis:
1. Framing yang dikonstruksi Harian Republika pada
kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur di Xinjiang berkaitan dengan isu krisis
97
98
kemanusiaan. Meski kasus tersebut seiring dengan
adanya isu separatisme, namun Harian Republika
lebih condong untuk memberitakan kasus ini dengan
berlatar belakang masalah krisis kemanusiaan. Harian
Republika menilai kamp-kamp reedukasi yang
diberikan oleh pemerintah Cina kepada etnis Uighur,
dikhawatirkan akan menghapus identitas diri etnis
Uighur sebagai muslim. Maka dari itu, Harian
Republika mengonstruksi kasus ini dengan latar
belakang adanya masalah krisis kemanusiaan yang
mengarah kepada masalah pelanggaran HAM.
2. Keberpihakan Harian Republika terhadap kasus yang
menimpa etnis Uighur sangat besar, terlihat dalam
penyajian berita dengan menonjolkan isi yang sangat
membela etnis Uighur. Harian Republika menganggap
kasus ini sebagai masalah pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh pemerintah Cina dan berharap kasus
ini dapat segera dituntaskan.
3. Konsistensi Harian Republika dalam memberitakan
kasus etnis Uighur, selain untuk memberikan
informasi dan edukasi terhadap masyarakat, juga
karena berharap agar pemerintah Indonesia dapat
membantu menyelesaikan kasus tersebut. Hal ini
terlihat dengan ditampilkannya kritik berbagai ormas
Islam kepada pemerintah Indonesia untuk segera
mengambil sikap atas kasus ini. Selanjutnya
pemberitaan ini juga sebagai salah satu kritik terhadap
99
pemerintah Cina agar menyadari adanya tekanan dari
dunia internasional terhadap Uighur, agar masalah ini
bisa diselesaikan dengan damai.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis
menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan
pemberitaan kasus pelanggaran HAM terhadap etnis
Uighur pada Harian Republika.
1. Sebagai media Islam terbesar di Indonesia,
diharapkan Harian Republika mampu membuat
isi berita yang lebih menarik, dengan lebih
memperhatikan unsur berita.
2. Harian Republika diharapkan lebih objektif
dan kritis dalam pemberitaanya terlebih untuk
berita internasional, agar terus menjadi media
yang memberikan pencerahan serta
pengetahuan untuk masyarakat.
3. Kepada pembaca, hendaknya mengerti fungsi
dari media massa, karena berita merupakan
sebuah konstruksi realitas yang dibentuk
media itu sendiri, sesuai ideologi dan
perspektif yang dimilkinya. Oleh sebab itu,
pembaca harus lebih pintar dalam menyikapi
berita yang disajikan oleh media, dan tidak
sekedar menerima berita hanya dari satu
sumber saja.
100
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
danDiskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Company Profile Harian Umum Republika
Effendi Onong Uchjana. 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks
Media.Yogyakarta: LKis Group
Eriyanto. 2011.Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan
Politik Media. Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik di Media Massa:
Sebuah Study Critical Discourse Analysis. Jakarta: Granit
Harian Republika, Kerja Paksa di Xinjiang, Berita pada Rabu, 19
Desember 2018
Harian Republika, Pemerintah Diminta Bersikap Soal Uighur,
Berita padaJumat, 14 Desember 2018
Harian Republika, Solidaritas Mengalir untuk Muslim Uighur,
Berita pada Sabtu, 22 Desember 2018
Harian Republika, “RRC AKUI DERADIKALISASI”, Berita pada
Jumat, 21 Desember 2018
101
102
Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus
Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif
.Jakarta: Rajawali Pers
Ikhwan. 2004.Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta:Logos
Wacana Ilmu
Kriyantono, Rachmat.2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Kusumaningrat, Hikmat. 2006. JURNALISTIK Teori dan Praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
M. Hikmat, Mahi.2011. Metode Penelitian: Dalam Perspektif
Ilmu Komunikasi Dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mondry.2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor:
Ghalia Indonesia
Siregar, Ashadi.1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita
untuk Media Massa. Yogyakarta:PENERBIT KANISIUS
(Anggota IKAPI)
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Suhaimi, M.Si dan Rulli Nasrullah, M.Si. 2009.Bahasa
Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
Jurnal
Sulisworo, Dwi. 2012. Hibah Materi Pembelajaran Non
Konvensional Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Maskur. 2016. FENOMENA KEKERASAN: PERSPEKTIF HAM
dan Al-Qur’an, Volume 3 Nomor 1
Internet
https://tafsirweb.com, diakses pada 27 Januari 2020
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Naeasumber : Yeyen Rostiyani
Jabatan : Redaktur desk Internasional Harian
Republika
Tempat : Kantor Harian Republika ( Jl. Warung
Buncit Raya No. 37 Jakarta, 12510)
Hari/Tanggal : Kamis, 21 November 2019
Pukul : 16.30
1. Jika dibandingkan dengan media mainstream
lainnya, Harian Republika paling banyak
memberitakan kasus terkait etnis Uighur.
Seberapa pentingkah kasus itu menurut Harian
Republika, sehingga dijadikan headline dalam tiga
hari berturut-turut?
Iya sangat penting sekali karena kita ingin tahu
bagaimana kabar saudara kita di Negara lain, di
wilayah lain dan ini harus kita perhatikan untuk jadi
pelajaran, perhatian, dan edukasi kepada warga
Indonesia bahwa ada kejadian disana dan jangan
sampai terjadi di Indonesia.
2. Bagaimana Harian Republika mengonstruksi
pemberitaan tersebut?
Kalau tentang kontennya, kita melihat bahwa ini
adalah masalah krisis kemanusiaan. Jadi kebetulan
mereka adalah mayoritas muslim, dan memang
konsumen pembaca Harian Republika adalah muslim,
jadi itu seperti ada benang merahnya. Tetapi yang
nomor satu karena ini masalah kemanusiaan. Kita
banyak mendengar terdapat kamp-kamp reedukasi
kejuruan pendidikan kembali, merekontruksi kembali
pendidikan, atau pemahaman mereka ini yang kita
khawatirkan ada penghapusan identitas diri mereka
sebagai muslim etnis Uighur di Xinjiang, jadi nomor
satu adalah kemanusiaan masalah hak asasi manusia.
3. Mengingat ini adalah berita Internasional,
bagaimana Harian Republika sebagai media
nasional berani untuk memberitakan kasus
tersebut? Mengingat ada beberapa isi berita yang
diambil dari lansiran media asing, apalagi untuk
dijadikan headline.
Kita memang ada langganan dua media asing, yaitu
Router dengan AP. Router mewakili Eropa, Inggris.
Kemudian AP mewakili Amerika, ditambah lagi
dengan bahan-bahan lain seperti The Guardian, The
Independence, CNN, BBC, New York Times, Al
Jazeera, nah ini semua kita pilih dan saring
bagaimana mereka mewakili semua wilayah. Al
Jazeera mewakili Timur Tengah, dan relatif objektif
ya itu kan ada tolak ukurnya, kita cek bagaimana
korelasinya misalnya ada signifikansinya bagaimana
dengan berita-berita lain. Kalau misalnya berita itu
sama, kita anggap itu terverifikasi. Kalau BBC dan
sebagainya, memang kualitasnya juga bagus. Kalau
kita kan langganannnya dengan Router dan AP, kita
anggap sudah cukup mewakili kantor berita dan kita
liat validitasnya bisa terjaga. Itu memang semua ini
second hand information dan cara ceknya dengan
membandingkan, seiring berjalannya waktu akan
kelihatan kredibilitas sebuah sumber berita yang
second hand information seperti apa. Tapi sejauh ini
teruji relatif baik sumber yang valid.
4. Bagaimana prosedur yang harus dilakukan untuk
berlangganan dengan media asing tersebut?
Kalau berlangganan itu kantor, yang kita langganan
kan dua yaitu AP dan Router. Dan yang lainnya hanya
kita kutip sebagian, untuk memverifikasi dan
membandingkan kebenaran berita antar media.
5. Bagaimana kriteria pemilihan narasumber yang
akan diwawancarai?
Kalau untuk berita internasional, karena kita rata-rata
menggunakan second hand information, dalam bentuk
tulisan yang sudah jadi. Jadi harus terverifikasi dan
yang pertama langganan dulu, seperti yang tadi dua
langganan itu jadi sumber utama, dan bahan lain
melengkapi.
6. Apakah dalam rapat redaksi terdapat pro dan
kontra untuk mengangkat kasus ini untuk
dijadikan headline?
Kalau untuk konten Xinjiang tidak ada pro dan kontra.
Jadi kalau kenapa berita Xinjang dijadikan headline,
karena ada berita lain yang tak terlalu mendesak. Tapi
kalau tentang kasus Xinjiang menarik dan selalu tetap
menarik. Jadi pro dan kontra sebatas bersaing dengan
berita yang lain yang lebih mendesak.
7. Bagaimana proses persiapan menggali berita
tersebut?
Pertama harus selalu browsing, itu sebabnya desk
Internasional itu kan orang pikir cuma
menerjemahkan, padahal tidak. Pertama dia harus
memahami bahasa Inggris dengan baik, agar tidak ada
salah penafsiran . Kedua juga, bisa memahami bahasa
Indonesia dengan baik, diksi-diksi nya harus tepat,
karena untuk kata-kata tertentu misalnya ada teroris,
itu kita punya bahasa sendiri, punya istilah sendiri.
Atau misalnya militan dan sebagainya, nah itu
pelabelan, kita harus hati-hati. Bahasa Inggris atau
bahasa Indonesia kemudian juga memahami
background dan sejarah isu itu tentang Xinjiang.
Kalau orang yang tidak memahami sejarahnya,
biasanya hasilnya akan berbeda. Dengan tiga modal
ini, kemudian langsung kita browsing, mana angle
terbaik kita ramu, jadi ada kalanya dari sebuah sumber
kita ambil ada bagian atasnya, dan dilengkapi dengan
bagian lain dari sumber lain. Jadi bisa dalam satu
berita itu ada kadang tujuh sampai delapan sumber ,
dan itu kadang tidak jarang juga tidak disebutkan
semua, kalau bisa dibilang itu seperti skripsi mini
karena kita selalu harus selalu riset.
8. Dengan menggunakan judul “Hormati Hak
Uighur” apakah bisa dikatakan bahwa Harian
Republika lebih condong kepada etnis Uighur?
Iya condong kepada nilai kemanusiaan, karena ada
background nya, kita melihat ada penindasan dan
ketidakadilan, ada hak mereka yang tertindas maka
kita berpihak pada itu. Jadi memang tugas jurnalistik
itu sangat erat pada nilai kemanusiaan, nilai kebenaran
dan keadilan.
9. Bagaimana pendapat anda dengan adanya kasus
etnis Uighur yang telah lama terjadi namun hingga
kini belum kunjung selesai?
Pertama ini kan masalah kasus kemanusiaan, yang
kedua rada rumit karena ternyata separatisme disana.
Uighur itu ada sebagian orangnya yang ingin
memisahkan diri menjadi Turmekistan. Akhirnya
kalau memang itu masalah separatisme, kita tidak
akan ikut campur karena itu masalah internal didalam
Negara Cina. Kalau kita membela separatisme nya,
maka apa yang akan terjadi dengan Indonesia, sama
dengan ada orang yang ingin membela papua lepas
kan juga menjadi masalah. Jadi kita tidak membela
separatisme, melainkan HAM. Disini kita harus pintar
memilih yang tepat sesuai visi misi Republika. Itu
sebabnya ketika ada orang Uighur yang tinggal di
pengasingan, datang ke Republika dia berbicara
menceritakan pengalamannya dalam kamp tersebut.itu
kita saring banget dengan baik, mana yang bagian
separatisme dan mana bagian gagasan dia tentang
HAM. Itu adalah tugas kita memilah. Informasi yang
mereka sampaikan sama seperti yang diberitakan oleh
media dan sumber-sumber asing, lagi-lagi itu
terverifikasi.
10. Apa efek dari pemberitaan kasus pelanggaran
HAM yang menimpa etnis Uighur?
Yang kita tahu dari online, kita menjadi referensi
apabila orang-orang ingin tahu tentang Uighur,
biasanya mengikuti Republika. Karena disaat media
lain tidak memberikan perhatian pada isu ini, maka
Republika yang menyajikan. Jadi yang membedakan
Republika dengan media lain yaitu selalu
memberitakan tentang muslim, sementara media lain
tidak. Tapi untuk standar jurnalistik, cover both side,
dan verifikasi sama seperti mereka.
11. Menurut Harian Republika sendiri bagaimana
sikap pemerintah dalam menanggapi kasus ini?
apakah sudah sesuai harapan dari Republika?
Sebenarnya pemerintah bisa bersuara atas nama
kemanusiaan, tapi kelihatannya mereka juga lebih
bersikap hati-hati karena adanya tumpang tindih pada
isu separatisme. Sejauh ini memang belum ada
tindakan langsung, kita juga tidak mempunyai
organisasi dengan Cina dalam hal regional. Jadi
kelihatannya pemerintah Indonesia lebih menanti, wait
and see dan melihat apa yang terjadi.
12. Apakah kedubes Cina sudah memberikan
tanggapan?
Sudah memberikan keprihatinan tapi untuk yang lain
tidak.
13. Apa harapan Harian Republika setelah menulis
berita mengenai kasus etnis uighur?
Semoga menyadarkan masyarakat Indonesia ada isu
itu, dan pemerintah Cina melihat semakin besarnya
tekanan di dunia internasional soal Uighur. Sehingga
lebih berhati-hati untuk tidak melakukan pelanggaran
HAM. Masalah ini bisa diselesaikan dengan damai
kembali lagi pada porsinya dan perhatian kepada
HAM nya urusan separatisme itu urusan Cina.
14. Bagaimana latar belakang pendidikan, agama,
budaya dan politik redaktur dalam mengedit
berita?
Nama lengkap saya Yeyen Rostiyani, saya lahir di
Kuningan 3 Oktober 1971. Pendidikan terakhir saya
MA jurusan Internasional Politics & Security Studies,
Univ. of Bradford (UK). Kalau untuk pandangan
politik, saya gak punya afiliasi ke haluan manapun.
Jadi aku moderat, semaksimal mungkin wartawan
berada di “tengah”, jadi moderat.
Struktur Organisasi dan Redaksional Harian Republika
Adapun struktur organisasi Harian Republika sebagai berikut:1
Struktur Organisasi Harian Republika
Posisi Jabatan Nama
Komisaris Utama Muhammad Lutfi
Komisaris R. Harry Zulnardy, Adrian
Syarkawi, Tjuk Agus Minahasa,
Agoosh Yoosran
Direktur Utama Mira Rahardjo Djarot
Direktur Operasional Arys Hilman Nugraha
Direktur Konten Irfan Junaidi
Manajer Senior Keuangan,
SDM, dan Umum
Ruwito Brotowidjojo
Manajer Iklan dan
Pengembangan Daerah
Indra Wisnu Wardhana
Manajer Produksi Nurrokhim
Manajer Promosi dan Event HR Kurniawan
Manajer TI Mohamad Afif
1Data diambil dari Harian Republika Edisi 4 januari 2020
Struktur Redaksional Harian Umum Republika
Posisi Jabatan Nama
Pemimpin Redaksi Irfan Junaidi
Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji
Redaktur Pelaksana Koran Subroto
Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman
Redaktur Pelaksana Online Elba Damhuri
Redaktur Senior Agung P Vazza
Wakil Redaktur Pelaksana Firkah Fansuri, Heri Ruslan,
Kumara Dewatasari, Joko
Sadewo
Asisten Redaktur Pelaksana Priyantono Oemar, Stevy
Maradona, Ferry Kisihandi,
Mansyur Faqih, Didi Purwadi,
Muhammad Subarkah, Budi
Raharjo, Edwin Dwi Putranto
Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf
Perwakilan Jawa Barat Rachmat Santosa Basarah
(Kepala Perwakilan), Irfan
Fitrat Pribadi (Kepala Redaksi)
Perwakilan DI- jateng dan jatim Haryadi B Sisanto (Kepala
Perwakilan), Yusuf Assidiq
(Kepala Redaksi)
Wartawan Senior Harun Husein, Nurul S
Hamami, Selamat Ginting, Siwi
Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat
Hadi Sucipto
Kepala Desain Sarjono
Kepala Infografis Muhammad Ali Imron
Kepala Penyunting Bahasa Ririn Liechtiana
Kepala Digital Desi Purwo Wijianto
Wawancara bersama Redaktur desk Internasional Harian
Republika, Yeyen Rostiyani.