konstruksi dramatik wayang krucil kyai songsong di lamongan
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : WELLY SURYANDOKO, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
KONSTRUKSI DRAMATIK WAYANG KRUCIL KYAI SONGSONG DI LAMONGAN
Welly Suryandoko, S.Pd
Abstrak
Wayang merupakan seni yang adi luhung dan dapat berkembang mengikuti perubahan siklus
budaya masyarakat di Indonesia, yang cikal bakalnya bermula dari kepercayaan hyang atau
danyang melalui proses akulturasi dengan budaya Hindu dan Budha berkembang mengikuti
sebuah tatanan masyarakat baik sebagai sebuah ritual, tuntunan dan tontonan, hal tersebut yang
memompa kreatifitas para seniman tradisi untuk mengembangkan seni tersebut, muncullah
berbagai macam jenis wayang di Indonesia saat ini lewat sebuah tangan kreatif dan sebuah
keinginan. jenis-jenis dapat dilihat mulai dari wayang beber, wayang purwa, wayang rontal,
wayang kertas, wayang beber kertas, wayang demak, wayang keling, wayang jengglong, wayang
kidung kencana, wayang purwa gedog, wayang kulit purwa Cirebon, wayang kulit purwa jawa
timur, wayang golek, wayang krucil, wayang sabrangan, wayang rama, wayang kaper, wayang
taspirin, wayang kulit betawi dan wayang tambun, wayang ukur, wayang dolanan (mainan),
wayang batu atau wayang candi, wayang sandosa, wayang wong, wayang madya, wayang gedog,
dan wayang klithik, dari segi cerita, bentuk dan penokohan terdapat sebuah kesamaan dan
perbedaan walaupun sumber awal cerita, bentuk dan penokohan berasal dari india yaitu
Ramayana dan Mahabarata.Sampai pada munculnya kitab menak, kitab manik maya, kitab
sudamala, cerita panji dan cerita wali. Mengikuti tatanan masyarakat yang berlaku seperti ketika
para wali menyebarkan Islam ke wilayah Asia bagian timur tepatnya wilayah Jawa. Wali Allah
akhirnya melakukan penyebaran Agama Islam dengan menggunakan media dikarenakan ketika
Wali masuk wilayah Jawa masyarakat memeluk kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu dan
Budha, sehingga menggunakan media Wayang dalam mensyiarkan agama Islam. Di daerah
Lamongan pesisir pantai utara kecamatan Paciran Sunan Drajat menggunakan media wayang
untuk media dakwah islam dengan mengusung cerita menak.
Kata Kunci: Wayang
1
Pendahuluan
Istilah wayang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah: Boneka tiruan orang yang terbuat
dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh
dalam pertunjukan drama trdisional. Biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.
Menurut Bausastra Jawi adalah bentuk atau rupa yang terjadi disebabkan dari barang yang
terkena sorot, perwujudan orang atau barang lainnya yang dibuat dari kulit.
Wayang Krucil adalah wayang yang berukuran kecil yang menggunakan bahan kayu pipih (dua
dimensi) yang memiliki bentuk mirip dengan wayang gedog Wayang klithik atau krucil.Kedua
kata ini menunjukan boneka-boneka kayu kecil yang pipih yang diukir dalam relief serta di cat,
tetapi lengan-lengan yang digerakkan dibuat dari kulit.Reportoar lakon-lakoan berdasarkan pada
cerita panji dan legenda Damarwulan dan Menakjingga.Saat ini, wayang klihtik kurang popular
di jawa tengah, namun wayang ini masih popular di jawa timur terutama di tempat cerita- cerita
panji yang menjadi tema-tema bagi lakon-lakon wayang klithik itu berasal dari wayang golek
adalah bentuk ketiga.Wayang ini dipertunjukan dengan boneka-boneka dari kayu, tiga dimensi,
dan diberi busana. Reportoar di Jawa Tengah terdiri atas lakon-lakon yang berdasarkan pada
cerita-cerita tentang seoarang pangeran Arab yaitu Amir Hamzah adalah seorang paman nabi
Muhammad SAW, yang petualangan-petualangannya dihubungkan dengan karya sastra Jawa
Serat Menak. Di Jawa Barat, yaitu Sunda, tokoh ksatria-ksatria dalam Ramayana dan
Mahabarata. Sementara wayang golek sangat popular di Jawa barat, Yogyakarta dan Jaw
Tengah, pertunjukan wayang golek tidak dikenal di Bali ( Purwadi, 2006:231-232).
Cerita dan Sejarah Wayang Krucil Kyai Songsong
Cerita
Raden Panji Asmoro bangun Putra Mahkota Kerajaan Jenggolo Manik telah dipertunangkan
dengan Dewi Sekartaji putri kerajaan Kediri.Kedua raja (Jenggolo Manik dan Kediri) masih
saudara sekandung kakak beradik.Keduanya bercita-cita mempersatukan kembali kerajaan
Jenggolo Manik Kediri seperti pada masa leluhurnya yaitu Prabu Airlangga Raja kerajaan
Kahuripan.
2
Prabu Lembu Amiluhur Raja Jenggala Manik amat terkejut sewaktu mendengar berita
bahwa puteranya Raden Panji Asmara Bangun telah mengawini wanita dari kalangan rakyat
jelata yang bernama Dewi Reni atau Dewi Angraeni.Sang Raja Prabu Lembu Amiluhur amat
murka dan merasa aib bila masalah tersebut didengar oleh Prabu Lembu Amijaya Raja Kediri.
Utusan prabu Lembu Amijaya dari Kediri telah datang di Kerajaan Jenggala Manik,
membawa surat yang isinya mempertanyakan perkawinan Panji dan Dewi Angraeni, serta
mempertanyakan apakah perkawinan Panji dengan Dewi Sekartaji telah dibatalkan secara
sepihak?
Para lembu Amiluhur membalas surat tersebut, isinya ia meminta maaf atas kelalaian
tersebut. Dikatakan pula bahwa perkawinan Panji dengan Dewi Reni diluar sepengetahuannya.
Dalam surat balasan itu dikatakannya bahwa perkawianan Panji dengan Dewi Sekartaji tidak
dibatalkan. Ia berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut.
Permaisuri Lambu Amiluhur amat bersedih hati.Sang Ibunda Panji amat menbenci
Dewi Reni. Oleh karena itu ia meminta ke Prabu Lembu Amiluhur agar Dewi Reni dilenyapkan.
Dewi Reni dianggap sebagai sumber kericuhan di kerajaan.Setelah Dewi Reni
dilenyapkan.Diharapkan Raden Panji dapat dikawinkan dengan Puteri Kediri Sekartaji
Candrakirana. Dengan berat hati Prabu Lembu Amilihur menyetujui permintaan sang permaisuri.
Lalu dipanggilnya Udapati Kertala (kakak Raden Panji dari Ibu yang lain) untuk melaksanakan
tugas penting yaitu melenyapkan Dewi Reni. Udapati Kertala merasa berat melaksanakan tugas
kerajaan tersebut.Ia amat menyayangi Panji dan ikut merasa berbahagia melihat pasangan Dewi
Reni dan Panji yang amat rukun tetapi Udapati Kartala pun tidak berani menolak perintah Prabu
Lembu Amiluhur. Ia memberitahu Panji dengan ungkapan sandi (bahasa penuh makna dan
rahasia) yakni ayahandanya sedang sakit. Raja menitahkan agar mencari obat kepada sang Wiku
(*) Putri Dyah Kilisuci di Gunung Penanggguangan obat itu bernama “Tlutuhing Kayu Kastuba,
Roning Sandilata” (getah kayu kastuba, daun sandilata).
Panji Asmara Bangun meninggalkan istrinya, mempercayakan keselamatan istrinya
ke Udapati Kertala menuju ke Penanggungan. Dewi Reni ternyata amat cerdas, ia memahami
bahasa sandi (bahasa rahasia) tersebut. Yang dimaksud degan getah daun kestuba adalah
darahnya sendiri dan Daun Sandilata adalah tubuhnya sendiri.kehendak raga ialah kametian
Dewi Reni sendiri.
3
Udapati kertala mengajak Dewi Reni ke hutan. Dewi Reni tidak takut menghadapi
kematian, sebab ia menyadari bahwa dirinya telah menjadi penghalang perkawinan Panji dan
Sekartaji, Juga penghalang persatuan kerajaan Jenggala dengan Kerajaan Kediri. Udapati dengan
was-was dan penuh ketakutan menghunus keris dengan cekatan ia menubruk Udapati, akhirnya
keris terhunus menancap ke dada Dewi Reni. Udapati sangat takut berlari meninggalkan jenazah
Dewi Reni di hutan.
Pada waktu itu.Raden panji berhasil menghadap dengan Kilisuci (Sang Wiku
Putri).Sang Wiku (Biksu/pertapa telah memerintahkan Panji agar segera pulang ke Kerajaan
Jenggala.Dalam perjalanan pulang, Panji memeluk jenazah istrinya ditengah hutan. Ketika Panji
akan memeluk jenazah istrinya tersebut, jenazah hilang musnah, dari kejauhan terdengar suara
gaib sang Dewi Reni. Ia rela meninggal dunia demi perkawinan Panji dan Sekartaji, telah
menjadi kehendak Dewa, Dewi Reni akan menjelma (Inkarnasi)menjadi bulan purnama (bahasa
jawa kuno Candrakirana), kemudian akan menyatukan dirinya dengan Dewi Sekartaji. Kelak
dewi Sekartaji disebut Dewi Candrakirana.Peristiwa kerajaan Kediri, Sekartaji telah mendengar
bahwa kekasihnya telah mengawini Dewi Reni, ia meninggalkan kerajaan Bali dan tahta menjadi
Raja disana.
Panji Asmara Bangun sangat sedih hatinya karena istrinya telah meninggal dunia,
demikian pula Sekartaji telah menghilang dari kerajaan Kediri.Untuk melampiaskan segala
kesedihannya, Panji mengembara bersama Prajurit Jenggala dan berusaha menaklukan setiap
kerajaan yang dijumpainya.Akhirnya Reden Panji menghadapi Raja Bali. Sewaktu Panji akan
berperang melawan Raja Bali , ia merasa tidak berdaya. Di pihak lain, Raja Bali takut
menghadapi Panji kemudian berlari menuju pura. Di pura itulah Raja Bali mengis tersedu-
sedu.Melihat wajah Raja Bali, Panji terbayang wajah Dewi Reni dengan kekuasaan para Dewa
pada waktu itu pula bulan memancarkan cahaya terang (Bulan Purnama). Raja bali melepaskan
busananya (pakaian Raja Bali) dan Panji semakin yakin bahwa yang dihadapinya adalah Dewi
Sekartaji. Panji memeluk Dewi, sejak itu pula Dewi Sekartaji diberi nama Dyah Candrakirana.
Seluruh Negara bersuka cita, karena Panji menemukan Sekartaji, kemudian dilangsungkan
pernikahan Panji dan Sekartaji, maka bersatulah kerajaan Jenggala dan Kediri.Cerita lainnya
ialah cerita menak.
Cerita Menak di mulai dengan cerita tentang Nabi Muhammad.Bertanya kepada
pamannya (Abas) tentang kepahlawanan riwayat Amir Hamzah (Amir Ambyang/ Wong
4
Agung).Amir Hamzah adalah paman dari Nabi Muhammad.Yang dalam cerita terkenal sebagai
tokoh yang gagah berani yang beragama Islam dengan Prabu Nuserwan yang masih
Kafir.Permusuhan antara Wong Agung dengan Prabu Nuserwan tiada henti-hentinya karena
Wong Agung menikah dengan Dewi Muninggar, Anak perempuan Nuserwan. Hingga terjadi
peperangan antara sang menantu dengan mertua. Namun jika sang mertua kalah, dia selalu pergi
mengungsi dan meminta perlindungan pada raja lain yang mempunyai adik perempuan.
Peperangan dimulai lagi.Dalam peperangan ini mula-mula Wong Agung kalah.Ia ditolong oleh
adik putri Raja. Sang Putri lalu menjadi permaisuri Wong Agung,.Timbul lagi peperangan dan
Raja Nuserwan kalah.Raja Nuserwan lalu tunduk kepada Wong Agung, kemudian memeluk
Agama Islam. Nuserwan lari lagi kekerajaan lain dengan pola yang seirama namun cerita dibuat
berbeda.demikian begitu seterusnya cerita menak itu (Poerbatjaraka, 1957 : 122-123)
Sejarah
Subatang kayu mengapung di pantai utara Jawa tepatnya di pesisir kota Lamongan, yang
sekarang ini disebut dengan pantai tanjung kodok yang berdekat dengan area Wisata Bahari
Lamongan, kayu tersebut dikerubungi oleh ribuan ikan namun kayu tetap bisa melawan arus,
hingga menuju kesebuah perahu nelayan yang sedang mencari ikan, awak perahu kemudian
mengangkat kayu kedalam perahu, akan tetapi ikan-ikan yang yang mendorong kayu tersebut
ikut terbawa masuk kedalam perahu, perahu hamper karam sebab banyaknya ikan yang berada
didalam perahu tersebut, awak perahu membakar kemenyan dengan seketika ikan tersebut
melompat kembali kedalam laut. Perahu tanpa layar dan tanpa didayung menepi dengan
sendirinya ke Pantai tepatnya diperbatasan Banjar Anyar, Banjar wati. Di sana terdapat seorang
lelaki tua bernama Pangeran Sabda Suling, oleh nelayan kayu tersebut diserahkan kepada orang
tua itu kemudian kayu dibawa pulang. Sesampainya dirumah kayu diletakkan di dekat Gedogan
Jaran, Pangeran Sabda Suling memiliki Gamel yang bernama Ratmo, oleh Ratmo kayu tersebut
digunakan untuk alas mencacah pakan Kuda. Ketika kayu terkena pisau yang digunakan untuk
mencacah, kayu tersebut mengeluarkan darah yang dari bentuk dan baunya menyerupai darah
manusia, Gamel tersebut takut melihat hal itu kemudian melaporkan kepada Pangeran Sabda
Suling.Oleh pangeran dibuatlah kayu tersebut menjadi Wayang, dari kayu itu dapat dibuat
menjadi dua Wayang laki-laki dan perempuan yang bernama Songsong dan Rengganis.Tempat
untuk membuat Wayang berada di kuburan Banjarwati, Pager Kulon yang terdapat
5
sumurnya.Setelah selesai dibuat Wayang diserahkan kepada Eyang banyu keluarga dari Mayang
Madu yang merupakan mertua dari Kanjeng Sunan Drajat. Setiap malam Eyang Banyu selalu
bermimpi agar dapat mencarikan teman dari kedua Wayang yang didapatkannya, Oleh Eyang
Wayang itu di gendong kemana-kemana dengan tujuan mencari teman dari wayang tersebut, hal
itu dilakukan sampai bertahun-tahun namun belum juga ditemukan. Ketika dia sampai di Sedayu
Eyang banyu membeli tembakau di sebauh tokoh milik orang China sembari terus menggendong
Wayang tersebut, penjual bertanya kepada Eyang, yang berada di gendongannya itu benda apa?
Sang Eyang Banyu menjawab, bahwa yang ada pada gendongannya adalah Wayang, kemudian
wayang diperlihatkan kepada Orang China tersebut, penjual Chinapun berkata bahwa dia juga
mempunyai Wayang yang serupa dengan Wayang tersebut.Wayang milik Orang China itu
diberikan kepada Eyang banyu sebab Orang China sekeluarga takut, sebab setiap hari digunakan
bermain oleh anaknya waktu siang.Namun, ketika malam wayang tersebut berada diatap
rumahnya, hal itu berjadi berulang kali. Wayang diterima Eyang Banyu kemudian dibawah
pulang, diberi nama Wandan dan Renggani. Orang-orang ahli tirakat menamkan jumlah wayang
berjumlah embat buah yang bernama
1. Surak (Penerang Hujan)
2. Glidik (Penagih orang atau nadzar)
3. Sabuk (Penagih orang atau nadzar)
4. Gambuh (menjaga peralatan wayang)
Makna Songsong berarti pelindung atau penangkis, Kyai Wandan yang menjadi sesepuh Wayang
tersebut kemudian orang-orang pintar menambahkan jumlah wayang lebih banyak lagi hingga
dapat digunakan untuk melakukan pergelaran Wayang.Sunan Drajat mensyiarkan Agama Islam
dengan media Wayang dengan Eyang Banyu dengan para Santri Sunan Drajat, didukung juga
dengan Gamelan milik Sunan Drajat yaitu gamelan Singo Mengkok pada abad XIV.Wayang
beserta perangkatnya dibawa menuju Selatan Bengawan Solo tepatnya di daerah
Sungegeneng.Awal perjalanan Dakwah dimulai dudaerah Sungegenang tersebut.
Konstruksi Estetika Wayang Krucil Kyai Songsong
Dhalang Ki Sudikno memiliki tipe bervariasi dari mulai Dhalang Guna, Dhalang Purba,
Dhalang Populer, Dhalang Sejati dan Dhalang Wasesa. Hal ini dibuktikan dengan eksistensinnya
didalam dunia pekeliran ini, dengan minat masyarakat yang masih mengaggap Dhalang Ki
6
Sudikno dengan Wayang Krucil Kyai Songsongnya merupakan bagian dari perjalanan Islam di
Lamongan, Ki Sudikno memainkan Wayang tersebut salah satunya juga karena permintaan dari
masyarakat untuk menggelar wayang dengan lakon yang dibawahan bisa melalui permintaan
masyarakat, juga tawaran dari Ki Sudikno jika masyarakat tidak terlalu paham tentang lakon
pewayangan. Namun, cerita yang disampaikan memiliki nilai yang dapat disampaikan kepada
penonton, kepiawaian dalam mengolah dialog agar mudah disampaikan kepada masyarakat
umum dan kepandaiaannya dalam memainkan wayang tersebut sehingga Wayang Krucil tersebut
nampak hidup.Antra kreatifitas Dhalang, rasa Dhalang ketika bermain dan perpaduan kekuatan
Dhalang dan kekuatan dalam wayang tersebut sehingga keduanya saling member timbale balik
akhirnya sebuah pergelaran Wayang Krucil Kyai Songsong dapat dinikmati hingga saat ini.
Sesaji
Menjelang pergelaran Wayang Krucil wayang dikeluarkan dari kotak wayang dengan
menggunakan sesaji gunanya adalah untuk menghormati wayang tersebut, Wayang diangkat
dari kotak kemudian diangkat hingga kepala Dhalang sebagai penghormatan kepada pembuat
wayang tersebut. Sedangkan sesaji yang digunakan adalah:
1. Pohon pisang beserta buahnya
2. Tebu
3. Jambe suluh
4. Kelapa
5. Telur ayam
6. Benang dan jarum
7. Cermin
8. Beras 2,5 Kg
9. Tikar dan bantal
10. Tumpeng sewu(Satu tumpeng besar ditengah dan disekelilingnya terdapat seribu
tumpeng kecil) jumlah tumpeng yang mengelilingi tumpeng besar dapat kurang dari jumlah
seribu tumpeng.
11. Bubur Merah
12. Bubur Putih
13. Bubur Dedeg
7
14. Kupat dan Lepet
15. Ayam panggang
16. Puloh
17. Korok Gringsing
18. Alat-alat dapur (Kendil, pengaron, entong dll)
19. Banyu tiga tempat (Sumur, telaga, laut)
20. Kembang 7 warna dan terletak pada satu pekarangan atau kembang setaman.
21. Menyan
Kelir
Gambar 1
Ki Sudigno dan wayang Krucil Kyai Songsong
(Dokumentasi Welly Suryandoko 2011)
Kelir adalah selembar tabir yang terbuat dari kain putih pada umumnya terbuat dari kain blacu,
dalam wayang Krucil Kyai Songsong menggunakan dua bagian, bagian kanan dan bagian kiri
sedangkan bagian tengah terdapat duang untuk memainkan wayang, tepat didepan blencong,
sehingga wayang dapat disaksikan dari depan atau dari belakang tanpa menggunakan blencong.
Kain dari sisi kanan dan kiri masing-masing berukuran 1,5 meter dapat disaksikan pada gambar
1 dan 2. Di bagian pembatas tengah terdapat bulu merak sebagai penghias dapat dilihat pada
gambar 3.
8
1 2
3
Larapan
Gambar 2
Ki Sudigno dan Wayang Kyai Songsong
(Dokumentasi Welly Suryandoko 2011)
Pada gambar dengan kode nomor 1 adalah Larapan tempat menancapkan
‘Sogol” dan “gapit” , kayu terdiri dari lubang-lubang untuk memasukkan wayang kedalamnya
sesuai dengan jumlah wayang krucil tersebut terdapat tiga tingkat kayu, larapan tingkat pertama
dari bawah jumlah wayang lebih banyak kedudukan wayangnya pun lebih rendah para
Punggawa atau paseban, larapan tingkat ke dua dari bawah jumlah wayang lebih sedikit untuk
menancapkan golongan wayang katongan, Putran dan Putren, Larapan tingkat ketigapaling atas,
yang terletak didekaat kelir sebagi tempat memainkan Wayang Krucil Kyai Songsong. Tiga
tingkat tesebut memiliki makna filosofis manusia yaitu lahir, hidup dan mati.Panjang masing-
masing kayu sekitar 3 meter.Kayu memiliki kesamaan fungsi dengan Gedebog dalam Wayang
Purwa yaitu untuk menancapkan wayang agar tidak mudah goyang, Dengan demikian larapan
merupakan satu kesatuan dalam pertunjukan Wayang.
9
1
Kotak Wayang
Gambar 3
Kothak Wayang Krucil Kyai Songsong
(Dokumentasi Welly Suryandoko 2011)
Kothak wayang adalah sebuah kotak yang terbuat dari kayu nangka atau kayu suren dengan
ukuran panjang kurang lebuh 180 cm dan lebar 75 cm. Kothak ini untuk menyimpan Wayang
setelah pertunjukan Wayang. tetapi pada pergelaran wayang merupakan bagian integral dalam
pertunjukan yang diletakkan pada sisi kiri dalang,. Fungsi Kothak mempunyai fungsi ganda,
yang pertama untuk menimbulkan suara Dhodongan dan keprak, dengan cara Dhalang memukul
kotak dengan alat pemukul yang disebut cempala, sehingga menimbulkan suara Dhodogan dan
yang kedua cara mengepyak dengan kaki kanan pada kepingan tembaga yang diletakkan pada
muka kotak yang disebut Kepyak (terdiri dari tiga keeping) sehingga menimbulkan suara Keprak.
Tema
Wayang Krucil Kyai Songsong ini terdapat dua pakem cerita yaitu cerita Menak dan cerita Panji
selebihnya dapat menggunakan cerita sesuai dengan keinginan masyarakat, Dalam penelitian ini
penulis memfokuskan bahasan pada lakon Menak sebab banyak tuntunan yang dapat diambil
dalam cerita tersebut selain tuntunan Islam juga sebuah perjuangan dalam menyebarkan Agama
Islam terhadap orang-orang yang tidak beragama Islam. Dalam cerita menak wayang krucil ini
bertemakan tentang “Penyadaran bagi kaum Kafir”Dalam cerita Menak terdapat berbagi macam
jenis lakon Menak diantaranya Menak Biraji, Menak Cina, Menak Demis, Menak Gandrung,
Menak Jaminambar, Menak Jamintron, Menak Kalakodrat, Menak Kanda Bumi, Menak Kanin,
Menak kanjun, Menak Kaos, Menak Kawuri, Menak Kuristam, Menak Kustub, Menak Lakat,
Menak Lare, Menak Malebari, Menak Ngrajak, Menak Purwakanda, Menak Sarehas, Menak
Serandil, Menak Sorangan, Menak Sulub, dan Menak Talsamat. Berbagai jenis judul lakon
10
dalam Menak ini, memiliki inti cerita bahwa didalamnya tertadapat sebuah proses penyadaran
yang dilakukan oleh Amir Ambyah kepada tokoh-tokoh yang berada pada cerita diatas, proses
penyadaran terhadap para pemimpin yang kafir itu dilakukan dengan cara perang. Tentulah
dengan dukungan tokoh lain yang membantu Amir Ambyah dalam melakukan penyebaran
Agama Islam, yang menjadi bahasan di dalam penelitian ini adalah Amir Ambyah melawan
Prabu Nuserwan yag kafir sedangkan diadalah mertua dari Amir Ambyah. Dengan perang dan
proses penyadaran yang dilakukan Amir Ambyah akhirnya prabu tersebut masuk islam.
Plot
Dalam sebuah pertunjukan wayang terdapat peralihan-peralihan adengan dan babak dengan
menggunakan Gunungan dan Gending sehingga terjadi sebuah potongan adegan yang disambung
setelah Gunungan dan Gending tersebut, Cerita Menak di mulai dengan cerita tentang Nabi
Muhammad. Bertanya kepada pamannya (Abas) tentang kepahlawanan riwayat Amir Hamzah
(Amir Ambyang/ Wong Agung).Amir Hamzah adalah paman dari Nabi Muhammad.Yang dalam
cerita terkenal sebagai tokoh yang gagah berani yang beragama Islam dengan Prabu Nuserwan
yang masih Kafir.Permusuhan antara Wong Agung dengan Prabu Nuserwan tiada henti-hentinya
karena Wong Agung menikah dengan Dewi Muninggar, Anak perempuan Nuserwan. Hingga
terjadi peperangan antara sang menantu dengan mertua. Namun jika sang mertua kalah, dia
selalu pergi mengungsi dan meminta perlindungan pada raja lain yang mempunyai adik
perempuan. Peperangan dimulai lagi.Dalam peperangan ini mula-mula Wong Agung kalah.Ia
ditolong oleh adik putri Raja. Sang Putri lalu menjadi permaisuri Wong Agung,.Timbul lagi
peperangan dan Raja Nuserwan kalah.Raja Nuserwan lalu tunduk kepada Wong Agung,
kemudian memeluk Agama Islam. Nuserwan lari lagi kekerajaan lain dengan pola yang seirama
namun cerita dibuat berbeda.demikian begitu seterusnya cerita menak itu (Poerbatjaraka, 1957 :
122-123). Beberapa adegan dan beberapa perubahan babak, sehingga plot cerita Wayang Krucil
Kyai Songsong adalah Episodik.
Penokohan
Tokoh Wayang Krucil Kyai Songsong dengan cerita menak ini dari:
1. Kyai Songsong
2. Wandan
11
3. Renggani
4. Rengganis
5. Umar Maya
6. Umar Madi
7. Amir Ambyah
8. Siti Muninggar
9. Imam Suwongso
10. Jayesman
11. Dewi Bestari
12. Patih Bestak
13. Raja Nusirwan
14. Dondon
15. Kekeng
Dimensi Fisiologis
Penulis belum dapat memperoleh gambar secara keseluruhan penokohan yang terdapat dalam
wauang tersebut dikarenakan persoalan ritual yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
mengeluarkan, ketika telah megeluarkan dari kotak wayang maka harus dimainkan, dibutuhkan
dana yang tidak sedikit untuk menggelar pertunjukan Wayang Krucil Kyai Songsong, satu kali
pentas di kediaman Ki Sudigno sebesar lima juta rupiah. Penulis hanya mendapatkan gambar
dibawah ini
12
1 2
Gambar 4
Ki Sudigno dan Wayang Krucil Kyai Songsong
(Dokumentasi Welly Suryandoko 2011)
1. Kyai Songsong
a. Wajah Wayang luruh adalah wayang yang bentuk wajahnya menunduk
b. Mata Nggabahan bentuk matanya seperti gabah atau butir padi dengan jaitan
c. Bentuk Hidung Wali Miring
d. Wayang ini termasuk kedalam Wayang Rapekan kebanyakan adalah sebangsa patih dan
punggawa
2. Wandan
a. Wayang adalah wayang yang nglangak/andangak(Menengadahkan kepala).
b. Mata Nggabahan bentuk matanya seperti gabah atau butir padi dengan jaitan
c. Wayang ini termasuk kedalam Wayang Rapekan kebanyakan adalah sebangsa patih dan
punggawa
d. Hidung Bentuk bentulan, bentuk hidungnya seperti pangot kecil.
Dimensi Psikologi
Dalam kajian dimensi Psikologis yang sifat baik dimiliki oleh semua tokoh kecuali Raja
Nusirwan karena dia yang melawan Amir Ambyah karena dianggap keyakinannya tidak
sesuai.Sedangkan Amir Ambyah dan lainnya berada dijalan Allah SWT, berada pada jalan yang
benar sehingga sifat baik ada pada mereka. Sedangkan pada Kyai Songsong dan Wandan adalah:
1. Kyai Songsong
a. Tingkah lakunya halus
b. Tajam
c. Tangguh
13
d. Trampil
2. Wandan
a. Tingkah lakunya halus
b. Tajam
c. Tangguh
Dimensi sosiologis
Kyai Songsong dan Wandan merupakan tokoh sesepuh dalam wayang krucil tersebut, memiliki
kedudukan yang tinggi, karena dianggap memiliki nilai sejarah dan pendahulu dari macam
penokohan dalam Wayang Krucil tersebut.
Phatet
Phatet dipandang sebagai sebuah pembagian pembabakan alur lakon berdasarkan nilai Kejawen
yang disebut ‘sangkan paraning dumadi panjing suruping sukma’ (Solichin, 2010: 187). Phatet
dalam pergelaran Wayang Krucil Kyai Songsong ini menggunakan Phatet Nem, Pathet
Sanga,dan Phatet Manyurakarena Gamelan yang digunakan saat ini adalah gamelan gubahan,
menggunakan gamelan yang digunakan untuk pergelaran wayang kulit milik Ki Sudigno.
Struktur waktu pergelaran wayang krucil dalam semalam suntuk, secara konvensional dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Klenengan : Pukul 20.30 – 21.00 (30 menit)
Talu : Pukul 21.00 – 21.20 (20 menit)
Pathet nem : Pukul 21.20 -24.00 (160 menit)
Pathet Sanga : Pukul 24.00 -03.00 (180 menit)
Pathet Manyura : Pukul 03.00 – 04.30 (90 menit)
Stuktur pakem konvensi mendiskripsikan waktu beragam. Namun, dalam pergelaran Wayang
Krucil Kyai Songsong dapat dilaksanakan dalam waktu 3 jam dengan menggunakan Pathet
nem,Sanga dan Manyura.Karena Wayang Krucil memiliki cirri-ciri kekeluargaan, spontanitas,
kesederhanaan, humorisdan kerakyatan. Sehingga pergelaran tersebut bersifat langsung dan
bersumber dari berbagai aspek,
1. Pathet Nem
Makna Phatet nem tidak hanya tersirat dalam pemaknaan kata Nem yang bersinonim dengan
nem/mudha, namun juga termasuk juga pada penyusunan musikalitas gending. Hal itu bahwa
14
seleh larasgending-gending pada Phatet Nem sangat lengkap yakni gong 6,5,3,2 adalah seleh
terbanyak dalam phatet.
2. Pathet Sanga
Secara musikal setelah gong baku gending-gending pada Pathet Sanga adalah 5 dan 1. Pada
paket karawitan memaknai angka 5 dan 1 juga sebagai angka-angka kesempurnaan. Bahwa
kehadiran individu, baik secara lahir meupun batin, selalu menjadi pancerdari 4 unsur, baik
dalam arti kiblat, maupun 4 unsur ragawi dan nafsu manusia yang berwujud Bumi, geni,
banyu dan angin, ataupun lauwamahn amarah, supiyah, maupun mutmainah.
3. Pathet Manyura
Dari segi bahasa, kata ‘Manyura’ yang adalah sinonim dari burung merak yang mengandung
makna bahwa masa tua itu adalah masa-masa wana prastha artinya waktu manusia belajar
manusia belajar meninggalkan nikmat duniawi, kemudian ngedhep keblatong pati atau
marak marang gusti. Makna ini diwadahi dalam unsure musikalitas gending bernada 3,
artinya manusia telah sampai pada fase(tingkat) ketiga dari perjalanan purwa, madya dan
wasana.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa wayang krucil secara
struktur mengalami perubahan dari bentuk gamelan hingga pada cerita, namun pada nilai moral
yang diberikan kepada masyarakat terasa hingga saat ini.Dapat dilihat perkembangan wayang
krucil kyai songsong ini digunakan sebagai media ruwatan bagi masyarakat. Perkembangan
struktur wayang krucil kyai songsong ini adalah pada bentuk gamelan, cerita dan nilai moral
yang tersampaikan, sebab tuntunan yang dibawah oleh sunan Drajat dahulu adalah sebagai media
dakwah islam sehingga cerita yang diangkat hanya cerita tentang timur tengah .bentuk dan nilai
itu akan terus berkembang apabila pelaku dan masyarakat selalu eksis mempertahankan dan
mengembangkan wayang krucil kyai songsong sebagai peninggalan sunan drajat di daerah
Lamongan, jawa timur dan Indonesia pada umumnya untuk menambah khasanan seni tradisional
nusanntara.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Stukturalisme, Levi-Strauss. Mitos dan Karya Sastra.
Yogyakarta: Galang Press.
El saptaria, Rikrik, 2006Paduan Praktis acting untuk Film dan Teater Actng handbook,
Bandung, rekayasa sains.
Harymawan, RMA, 1988, Drama Turgi. Bandung. CVRosyda.
Lindsay, Jennifer _terjemahan Nin Bakdi Sumanto, 1991, Klasik Kitsch Kontemporer Studi
tentang Pertunjukan, Yogyakarya: Gajah Mada University
Press.
Poerbatjaraka, RM Ngabehi, Prof, 1968, Tjerita Pandji Dalam Perbandingan, Djakarta, PT
Gunung Agung.
Purwadi, M.hum, Prof, 2006, Seni Karawitan Jawa Ungkapan Keindahan dalam Musik gamelan,
Yogyakarta, Hanan Pustaka.
--------------------------, 2006, Babad Tanah Jawa, Yogyakarta, Panji Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha, Prof, Dr, 2007, Estetika Sastra dan Budaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Sedyawati, Edy, 1981, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarta: Sinar Harapan
Soetarno, 2010, Teater Wayang Asia, Solo:ISI Press
Soetrisno R, 2008, Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia, Surabaya: SIC
Sudikan, Setya Yuwana, 2000, Wayang Krucil Sebagai Seni Pertunjukan Rakyat, Surabaya:
Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur
16
Sumardjo, Jakob dkk, 2010, Seminar Nasional Estetika Nusantara, Surakarta, ISI Press.
Wibisana, Bayu, 2010, Teater rakyat Jawa, Klaten
Widyawati R, Widyawati, 2008, Ensiklopedi Wayang, Yogyakarta : Daftar Pustaka.
Yasadipura, R, Ng, 1982, Menak Lakat I, Jakarta, Balai Pustaka.
-----------------------, 1982, Menak Lakat II, Jakarta, Balai Pustaka.
-----------------------, 1983, Menak Cina, Jakarta, Balai Pustaka.
------------------------1983 Menak Kanin, Jakarta, Bali Pustaka.
Yasasusastra, J Syahban, 2011, Mengenal Tokoh Pewayangan Biografi Bentuk dan
Perwatakannya, Yogyakarta: Pustaka Mahardika.
17