konsti pas i
TRANSCRIPT
Konstipasi
Definisi
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatya defekasi dari kebiasaan defekasi normal,
pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, atau
fesesnya keras dan kering. Obstipasi bersinonim dengan konstipasi. (de jong,2004)
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besarberupa berkurangnya frekuensi buang
air besar, sensasi tidak puas, terdapat rasa sakit, perlu extra mengejan atau feses yang keras
(IPD)
Etiologi
Pola hidup: diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak
teratur, kurang olah raga.
Obat-obatan; antikolinergik, penyakit kalsium, aluminium hidroksida, suplemen besi
dan kalsium, opiat (kodein, morfin)
Kelainan struktural kolon; tumor, striktur, hemoroid, abses perineum, megakolon.
Penyakit sistemik; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,
Penyakit neurologik: hirschprung, lesi medula spinalis, neuropati otonom.
Disfungsi otot dasar pelvis.
Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronik.
Irritable bowel syndrom tipe konstipasi
Faktor intrinsik; tumor, invaginasi, volvulus, dan skibala. Sfasme sfingter anus pada
fisura anus atau proktitis
Faktor ekstrinsik; tumor intraabdomen (kista ovarium, perlekatan dan kehamilan).
Obstipasi kadang tanpa keluhan, terutama pada orang lanjut usia.
Pengeluaran feses yang tertumpuk di rektum dalam volume besar dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya hemoroid, fisura anus, dan tukak. Konstipasi juga berperan
dalam proses terjadinya divertikulosis kolon dan volvulus sigmoid.
Pendekatan diagnostik
Anamnesis yang akurat untuk mendeteksi adanya penurunan berat badan, perdarahan
saluran cerna, riwayat kanker dalam keluarga, pola buang air besar sebelumnya.
Pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan sistemik dan lokal, terutama tanda adanya
massa intra abdomen, peristaltik usus dan tidak boleh dilupakan adalah colok dubur.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya inflamasi, tumor, dan tanda
patologis lain.
Data laboratorium penunjang terutama untuk menyingkirkan kelainan sistemik.(CBC,
TSH, glukosa puasa, elektrolit, kalsium)
Kolonoskopi.
Barium enema.
Pemeriksaan transit kolon.
Manometri anorektal.
Pemeriksaaan radiologi kolon dan kolonoskopi kolon merupakan pemeriksaan yang
harus dipertimbangkan pada gejala konstipasi jika rektoskopi tidak menunjukkan
kelainan.
Tatalaksana konstipasi
NON FARMAKOLOGIS
a. Modifikasi diet sehari-hari dan Bulk-Forming Agent
Terapi yang terpenting bagi pasien dengan konstipasi adalah memodifikasi
diet sehari-hari dengan meningkatkan jumlah konsumsi serat. Serat yang dimakan
tidak diserap oleh saluran pencernaan akan memberikan bentuk pada feses. Terapi
konsumsi serat berfungsi untuk meningkatkan frekuensi defekasi. Serat juga berfungsi
untuk menurunkan tekanan intralumunal pada kolon dan rectum.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, harus diterangkan untuk menambah
intake serat secara bertahap dari 20-25 gram per hari sampai satu atau dua minggu.
Diawali dengan mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti buah dan sayur. Jika
pendekatan ini tidak efektif maka dicobakan dengan pemberian suplementasi. Pasien
yang menggunakan suplementasi serat kurang baik, karena memmiliki efek samping
seperti sering buang gas, distensi perut, kembung, rasa yang tidak enak.
Percobaan terapi ini dilakukan selama 1 bulan sebelum dapat
menimbulakan efek pada fungsi bowel. Pasien harus diterangkan mengenai masalah
yang mengkin timbul seperti distensi abdomen dan flatus yang muncul beberapa hari
setelah terapi ini.
b. Biofeedback therapy
Selama biofeedback untuk konstipasi Karena gangguan defekasi, pasien
menerima feedback secara visual dan auditory atau keduanya dalam memfungsikan
sphincter ani dan otot pelvic floor. Biofeedback dapat digunakan untuk melatih pasien
untuk merelaksasi otot pelvic floor mengkoordinasikan dengan maneuver untuk
membantu feses sampai ke rectum. Biofeedback dapat dilakukan dengan
elektromiografi atau cateter manometri. Simulasi pengelauaran feses dengan balon
atau fecom (silicon-filled artificial stool) sering digunakan untuk menekan koordinasi
normal agar proses defekasi dapat bejalan sempurna .
c. Tindakan bedah
Untuk konstipasi yang tidak dapat disembuhkan, reseksi total kolon dan
ileorectostomi harus dianjurkan hanya jika pasien tidak memiliki gangguan defekasi
dan jika seluruh terapi medikamentosa tidak berhasil. Reseksi kolon umumnya
diterapkan pada pasien dengan konstipsi waktu transit yang pendek
Komplikasi pasca operatif yang paling sering adalah obstruksi pada usus
halus, diare dan inkontinensia. Biasanya diare dan inkontinensia diasakan meningkat
pada tahun pertama pasca operasi. Psien dengan dismotilitas saluran cerna bagian atas
atau gangguan psikis tidak dapat sembuh total. Bedah rectal harus dianjurkan pada
pasien dengan rektokel fungsional yang signifikan dan pada wanita yang
membutuhkan tekanan vagina dengan jari untuk membantu defekasi .
TERAPI FARMAKOLOGIS
Klasifikasi obat
Klasifikasi awal untuk obat yang digunakan pada pasien konstipasi adalah
laxative dan cathartic. Secara umum produk ini menginduksi untuk terjadinya
defekasi dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan diare, termasuk skeresi
elektrolit, menurunkan abrobsi dan elektrolit, meningkatkan osmolaritas intraluminal,
dan menignkatkan tekanan hydrostatic di usus.
Klasifikasi obat laxative yaitu: (a) golongan obat yang dapat menyebabkan
pelunakan feses dalam 1-3 hari (bulk forming laxative, docusate, lactulose);
(b)golongan obat yang dapat melunakan dalam 6-12 jam (diphenylmethane
derivatives dan anthraquinone derivatives); (c) golongan obat yang dapat
menefakuasi feses dalam waktu 1-6 jam (saline cathartics, castor oil, dan
polyethylene glycol-electrolyte lavage solution)
a. Emollient laxative
o Merupakan agen surfaktan, docusat dalam garam
o Bekerja dengan menfasilitasi pencampuran air dengan material lemak
sehingga meningkatkan sekresi usus kecil dan usus besar.
o melunakan feses selama 1-4 hari
o tidak efektif untuk mengobati tapi untuk mencegah terjadinya keaadaan
seperti ini.
b. Lubricant
o mineral oil yang biasa digunakan sebagai lubricant laxative dengan
penggunaan sehari-hari
o diambil dari petroleum refining, yang bekerja dengan melapisi stool dan
mempermudah keluarnya
o dapat diberikan melalui per oral atau per rectal dengan dosis 15-45 ml.
memberikan efek 2-3 hari setelah pemakaian.
o Memiliki efek samping yang ;lebih besar karena dapat terjadi benda asing
di jaringan lymphoid.
c. Lactulose dan Sorbitol
o Laktulose adalah disakarida yang digunkan secara per oral atau per rectal
o Di metabolism oleh bakteri dan mempengaruhi osmotic sehingga cairan
tertahan di kolon
o Cairan yang tertahan menybabkan terjadinya penurunan pH dan
meninigkatkan peristaltic kolon.
o Sorbitol adalah monosakarida, memberikana efek osmotik
o Direkomendasikan untuk konstipasi fungsional
d. diphenylmethane derivatives dan anthraquinone derivatives
o bisacodyl golongan diphenylmethane derivatives.
o Stimulasi mucosal nerve plexus
o Dapat digunakan untuk abdominal cramping
o Senna atau sennasoid adalah golongan anthraquinone derivatives
o Stimulasi plexus aurbach
e. Saline cathartics
o Tersusun atas ion-ion yang kurang diabasorbsi sperti magnesium, sulfate,
phosphate, dan citrate, yang memberikan eefek osmotic pada penahanan air
di sal. Cerna.
o Magnesium menstimulasi pengeluaran hormone CCK yang berfungsi untuk
stimulasi motilitas usus dan sekresi cairan
o Dapat diberikan secara per rectal
o Digunakan untuk acute efacuation
f. Castor oil
o Dimetabolisme di sal.cerna menjadi ricinoleic acid, yang menstimulasi
proses sekresi, menurunkan absorbsi glukosa dan promotes intestinal
motility, terutama di usus halus.
o Bekerja menggerakkan usus setelah 1-3 jam
o Tidak digunakansecara rutin, karena strong purgative action
g. Glycerin
o Merupakan obat perangsang, yang mempengaruhi osmotic rectum
o Onset kerjanya kurang dari 30 menit
o Merupakan laxative yang sangat aman, meskipun dapat menybabkan iritasi
rectal
o Untuk intermitten konstipasi khususnya pada anak
h. polyethylene glycol-electrolyte lavage solution
o digunakan untuk membersihkan sal.cerna sebelum dilakukan operasi
o digunakan sebanyak 4 liter, diberikan selama 3 jam utnuk mendapatkan
complete evacuation
OBSTIPASI
definisi
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi
dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi).
Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan
selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal. Gejala
obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang
disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Penyebab dari obstipasi ada 2 yaitu:
Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus akibat adanya kanker dalam
dinding usus.
Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan
usus oleh massa intraabdomen.
Macam-macam obstipasi:
- obstipasi obstruksi total memilki ciri-ciri tidak keluarnya feses atau flatus, dan pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat
pada rectum.
- obstipasi obstruksi parsial memilki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama
beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi
parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
Pendekatan diagnose
Anamnesa menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
menstimulasi terjadinya obstipasi, dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya,
nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting. Contoh: adanya penurunan
berat bedan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat
obstruksi neoplasma.
Pemeriksaan fisik
pemeriksaan abdomen seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi untuk
melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi
kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus.
pemeriksaan region femorak dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia
atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon, sigmoid.
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan
rectum yang mungkin meneybabkan obstruksi dan memberikan gambaran
tentang isi rectum.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb, urin dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa udara
menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara
menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara
menandakan obstruksi parsial.
Pemeriksaan elektrolit darah, hematocrit, hitung leukosit.
Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan menentukan sebab obstipasi.
Penanganan obstipasi
1. Perawatan medis meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh,
nasogastric decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi,
dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.
2. Mengatasi obstruksi sesuai penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus
akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan
tindakan segera, dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus
karena peningkatan tekanan feses yang besar.
3. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat
diberikan makanan cair dan obat-obatan.
SUMBER:
1. BUKU AJAR ILMU BEDAH
2. IPD FKUI
3. FARMAKOLOGI GODMEN & GILMEN
4. WWW.ROME CRITERIA.ORG
5. CONTOH MAKALAH OBSTIPASI