konservasi sumber daya perikanan

Upload: ezha-oka

Post on 30-Oct-2015

193 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konservasi

TRANSCRIPT

LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

Disusun oleh :

Nama: Reza Oka Purnama NIM: H1G010006Kelompok: 4Asisten: Delta Putra Ginting

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

201iii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum ini disusun Sebagai Syarat Telah Mengikuti Praktikum dan Sebagai Salah Satu Komponen Nilai Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Perikanan Semester Genap (2012/2013) Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh :

Reza Oka PurnamaH1G010006

diterima dan disahkan pada tanggal: 31 Mei 2013Mengetahui,

AsistenDelta Putra GintingNIM. H1G009036Dosen Pengampu Mata KuliahDra. Nuraina Andriyani, M.SiNIP. 19611208 198703 2 002

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan praktikum mata kuliah Konservasi Sumberdaya Perikanan dengan lancar dan sebaik-baiknya.Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah dan response Konservasi Sumberdaya Perikanan. Dalam penyusunan laporan ini penyusun tidak dapat terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu. Jadi sudah sepantasnya penyusun menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:1. Dosen Konservasi Sumberdaya Perikanan yang telah memberikan bimbingan.2. Delta Putra Ginting selaku asisten kelompok empat yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan.3. Asisten praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan.Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun sebenarnya masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini dan yang selanjutnya. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Purwokerto, 31 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiACARA I1PENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN MAKROBENTOS PADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP1I.PENDAHULUAN21.1.Latar Belakang21.2.Tujuan3II.TINJAUAN PUSTAKA42.1.Konservasi42.2.Makrobenthos4III.MATERI DAN METODE63.1.Materi63.1.1.Objek63.1.2.Alat63.1.3.Bahan63.2.Metode63.2.1.Prosedur Kerja63.3.Waktu dan tempat7IV.HASIL DAN PEMBAHASAN84.1.Hasil84.2.Pembahasan84.2.1.Kepadatan Makrobenthos84.2.2.Keragaman Makrobenthos114.2.3.Temperatur124.2.4.Salinitas134.2.5.pH144.2.6.Oksigen Terlarut15V.KESIMPULAN DAN SARAN175.1.Kesimpulan175.2.Saran17DAFTAR PUSTAKA18ACARA II20PENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN RUMPUT LAUT PADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP20I.PENDAHULUAN211.1.Latar Belakang211.2.Tujuan22II.TINJAUAN PUSTAKA232.1.Konservasi232.2.Rumput laut23III.MATERI DAN METODE263.1.Materi263.1.1.Objek263.1.2.Alat263.1.3.Bahan263.2.Metode263.2.1.Prosedur Kerja263.3.Waktu dan tempat26IV.HASIL DAN PEMBAHASAN274.1.Hasil274.2.Pembahasan27V.KESIMPULAN DAN SARAN305.1.Kesimpulan305.2.Saran30DAFTAR PUSTAKA31ACARA III32PENGAMATAN KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTON PADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP32I.PENDAHULUAN331.1.Latar Belakang331.2.Tujuan34II.TINJAUAN PUSTAKA352.1.Konservasi352.2.Plankton35III.MATERI DAN METODE383.1.Materi383.1.1.Objek383.1.2.Alat383.1.3.Bahan383.2.Metode383.2.1.Prosedur Kerja383.2.1.1.Pengamatan plankton383.3.Waktu dan tempat39IV.HASIL DAN PEMBAHASAN404.1.Hasil404.2.Pembahasan40V.KESIMPULAN DAN SARAN435.1.Kesimpulan435.2.Saran43DAFTAR PUSTAKA44

ACARA IPENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN MAKROBENTOS PADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP

Disusun oleh :Nama: Reza Oka PurnamaNIM: H1G010006

LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPraktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting, karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat (kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh Biologi Konservasi.1.2. TujuanTujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman, kerapatan, atau kelimpahan biota makrozoobentos pada ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. KonservasiKonservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (1994) adalah perairan pasang surut, dan wilayah sekitarnya, termasuk floran dan fauna didalamnya, dan penampakan sejarah serta budaya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentan Konservasi Sumber Daya Ikan dijelaskan bahwa Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan Konservasi Perairan terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan.2.2. MakrobenthosMakrobentos adalah hewan yang hidup di dasar perairan. Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu, tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet air tawar, kijing, kerang, cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam perairan yang berkualitas sedang (Pratiwi et. all., 2004).Makrobentos memiliki peranan ekologis dan struktur spesifik dihubungkan dengan makrofita air yang merupakan materi autochthon. Karakteristik dari masing-masing bagian makrofita akuatik ini bervariasi, sehingga membentuk substratum dinamis yang komplek yang membantu pembentukan interaksi-interaksi makroinvertebrata terhadap kepadatan dan keragamannya sebagai sumber energi rantai makanan pada perairan akuatik. Menurut Welch (1980), kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos.Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Suin, 1989).

III. MATERI DAN METODE3.1. Materi3.1.1. ObjekObjek yang dipelajari dalam praktikum ini adalah makrozoobentos (epifauna dan infauna)3.1.2. AlatAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah transek, meteran, ekman grab/pipa paralon, plastik tempat sampel bentos, kamera, saringan bentos, buku identifikasi makrozoobentos, makrofitobenthos, kaca pembesar dan mikroskop, baki sortir dan pinset, alat tulis. kertas pH, hand refractometer, thermometer, gelas ukur 100 ml dan 250 ml, erlemeyer,botol sampel (neril dan botol film), pipet tetes, stopwatch, label, dan tissue.3.1.3. BahanBahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengawet bentos (larutan formalin dan larutan lugol).3.2. Metode3.2.1. Prosedur Kerja3.2.1.1. Pengamatan makrozoobentos Pada transek 1x1 m diamati jumlah dan jenis epifauna yang terdapat pada permukaan substrat, jika belum mengetahui jenisnya maka sampel tadi diambil untuk kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi formalin serta label. Untuk memudahkan dalam analisis secara kuantitatif, penggunaan kamera foto akan sangat membantu. Pada transek 1x1 m tersebut juga diambil sampel substrat (infauna) , menggunakan ekmen grab atau corer (pipa paralon) kemudian disaring dengan saringan bentos Sampel yang tertinggal dalam saringan disortir biotanya kemudian diawetkan dengan larutan formalin Jika tidak teridentifikasi di lapangan maka identifikasi dilakukan di laboratorium Dicatat jenis dan jumlah organismenya kemudian dihitung keanekaragamannya.3.3. Waktu dan tempatPraktikum dilaksanakan di Pantai Permisan Pulau Nusakambangan, waktu pelaksanaan praktikum pada hari kamis tanggal 9 Mei 2013 dan tanggal 14 Mei 2013 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilTabel 1. Data makrobenthosNoSpesiesJumlahTotal(N)Kepadatan(Ind/m2)Keragaman

Infauna1,79

1Scholelepis savamata110

2Eunicid worm110

Epifauna

1.Lirularia indescens111

2.Astele armilatum111

3.Parathelphusa convexa111

4.Siphonaria diemenensis111

5.Haustus vinosum331

6.Astele rubiginosum111

Total61,79

Tabel 2. Data faktor fisikaParameterMakrobenthosRumput Laut

St 1St 2St 3St 1St 2St 3

Suhu (oC)292929313131

Salinitas (ppm)323232323232

pH888999

Oksigen Terlarut (ppm)2,283,5

4.2. Pembahasan4.2.1. Kepadatan MakrobenthosMakrobentos atau makroinvertebrata adalah hewan tidak bertulang belakang yang dapat dilihat tanpa menggunakan kaca pembesar. Makroinvertebrata air merupakan komponen biotik pada ekosistem perairan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi suatu perairan. Selain itu makroinvertebrata air memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Rahayu et al.,2009):a. Sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya, sehingga akan mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya,b. Ditemukan hampir di semua perairan,c. Jenisnya cukup banyak dan memberikan respon yang berbeda akibat gangguan yang berbeda,d. Pergerakannya terbatas, sehingga dapat sebagai penunjuk keadaan lingkungan setempat,e. Tubuhnya dapat mengakumulasi racun, sehingga dapat sebagai petunjuk pencemaran,f. Mudah dikumpulkan dan diidentifikasi paling tidak sampai tingkat famili,g. Pengambilan contoh mudah dilakukan, karena memerlukan peralatan sederhana, murah dan tidak berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.Makrozoobentos terdapat di seluruh badan sungai mulai dari hulu sampai ke hilir. Keberadaan makrobentos yang hidupnya menetap dengan waktu yang relatif lama, maka makrobentos ini dapat digunakan sebagai indikator perairan. Yaitu sebagai penduga kualitas air dapat digunakan untuk kepentingan pendugaan pencemaran baik yang berasal dari point source pollution maupun diffuse source pollution (Handayani, 2001).Odum (1993) menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrobentos. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrobentos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator tingkat pencemaran suatu perairan.

Gambar 1. Grafik Kepadatan MakrobenthosSampel makrobenthos diambil dari setiap stasiun yang telah ditetapkan dengan menggunakan transek 1 x 1 m. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 1, di stasiun makrobenthos untuk infauna ditemukan 1 jenis Scholelepis savamata dan 1 jenis Eunicid worm, sedangkan pada stasiun rumput laut tidak ditemukan satu pun spesies makrobenthos, hal ini dikarenakan tekstur daerahnya berpasir dibandingkan dengan stasiun rumput laut yang berbatu sehingga sulit sekali untuk menemukan makrobenthos. Stasiun makrobenthos untuk epifauna ditemukan 1 jenis spesies Lirularia indescens,Astele armilatum, Parathelphusa convexa, Siphonaria diemensis,Haustus vinosum, dan Astele rubiginosum. Pada stasiun rumput laut ditemukan 1 jenis spesies Gelichium micropterum, Patellada insignis, dan Ptilocrinus pinnatus, serta ditemukan 1 jenis spesies rumput laut Ulva lactuca. Makrobenthos yang diperoleh di stasiun pertama lebih banyak daripada di stasiun rumput laut, yaitu pada stasiun rumput laut sebanyak 3 individu dan pada stasiun pertama 10 individu.Arus merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan makrobenthos (Odum, 1971). Pada umumnya makrobenthos mempunyai kepadatan yang tinggi pada daerah arus deras. Arus deras memiliki tipe substrat bebatuan yang dapat di gunakan makrobenthos sebagai tempat menempel atau melekat. Pada arus yang tenang jarang terdapat makrobentos karena tidak ada tempat untuk menempel atau melekatkan diri. Pada perairan laut permisan ini banyak ditemukannya pecahan-pecahan batu yang digunakan makrobentos melekat.4.2.2. Keragaman MakrobenthosBenthos merupakan organisma air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan (Odum, 1994). Berdasarkan ukuran tubuhnya, benthos dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, makrobenthos (>2mm), meiobenthos (0,2-2 mm), dan mikrobenthos ( 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobenthos (Hynes, 1978).

Gambar 4. Grafik pH Perairan Pantai PermisanBerdasarkan grafik di atas di atas nilai pH di perairan permisan di area makrobentos 8 dan area rumput laut yaitu 9. Nilai pH di perairan permisan dalam kondisi perairan baik bagi kehidupan organisme akuatik karena nilai pH yang ideal dalam pemeliharaan organisme akuatik berkisar antara 7,5 8,5 (Sahri, 2003). Kemampuan organisme air dalam mentolerir pH dipengaruhi oleh suhu, O2, alkalinitas, anion/kation, jenis dan stadia organisme (Odum, 1971).4.2.6. Oksigen TerlarutOksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik (buangan organik) (Connel dan Miller, 1995).

Gambar 5. Grafik data oksigen terlarutBerdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai oksigen terlarut pada area makrobentos adalah 2,28 mg/L sedangkan pada daerah rumput laut 3,5 mg/L. Berdasarkan standar baku mutu kualitas air konsentrasi oksigen terlarut diperairan yang masih baik adalah > 8 mg/L (Effendy, 2003).Polutan biologi yang dapat terurai akan memakai oksigen selama penguraian, jadi hal yang mengurangi tingkat DO dalam air yaitu aktifitas yang dilakukan organism pengurai. Apabila tingkat polusi tinggi maka dapat menyebabkan tingkat oksigen terlarut menjadi nol (non aerobik) sehingga dapat menimbulkan kematian bagi ikan dan organisme dalam air (Ayers and Westcot, 1976).

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan1. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Lirularia indescens, Astele armilatum, Parathelphusa convexa,Siphonaria diemensis, Haustus vinosum, Astele rubiginosum memiliki nilai kepadatan tertinggi yaitu 1 individu/m2 sedangkan spesies Scholelepis savamata dan Eunicid worm yang termasuk jenis infauna memiliki nilai kepadatan terendah yaitu 0 individu/m2. Nilai indeks keragamannya yaitu 1,79 termasuk setengah tercemar. Faktor yang mempengaruhi keberadaan makrobentos di dalam suatu perairan antara lain cemaran organik, derajat keasaman, temperatur, kedalaman dan kandungan oksigen dalam perairan tersebut.5.2. SaranDalam pratikum, diharapkan pratikan lebih teliti dalam pengambilan makrobenthos mungkin masih ada jenis makrobenthos lain yang belum terambil.

DAFTAR PUSTAKAAminin.2008. Pengaruh Aplikasi Pupuk Tambak Organik Nusantara (Ton) Dengan Dosi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Keanekaragaman Plankton Di Lahan Tambak. Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.Barnes, R.S.K. 1978. Estuarine Biology. The Institute of Biologis Studies in Biology Edward Arnold (Publiser). London.Brower JE, Zar JH, Ende von CN. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology Dubuque. WCB Publishers.Clark, R.B. 1986. Marine Pollution. Claredon Press. Oxford.Connel DW, and Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer Y, Sehati. Penerjemah. Jakarta . UI Press.Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas air. Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 259 hal.Hutabarat, S dan Evans, S.M. 1989. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI, JakartaHynes, H.B.N. 1978. The Ecology of Running Waters. University of Toroto press. Toronto. 555 p.Lee, C.D., S. E. Wang and C. L. Kuo. 1978. Benthic macroinvertebrates and fish as biological indicators of water quality, with reference to community diversity index. International Conference on Water Pollution Control in Developing Countries, Bangkok. Thailand.Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. JakartaNybakken JW. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Penerjemah M Eidman et.al . Terjemahan dari Marine biology an ecologycal approach. PT Gramedia Pustaka Utama. JakartaOdum, 1971. Fundamentals of Ecology. Sounders. Toronto.Pennak, R.W. 1978. Freswater Invertebrates of the United States. Second ed. A Willey Interscience Publication. Jhon Willey and Sons, Inc. New York, 462pPescod, M.B. 1973. Investigation of ration effluent and stream of tropical countries. Bangkok. AIT. 59 halSiregar,A.S.. 2009. Diktat Kuliah Limnologi Universitas Jenderal Seodirman: Purwokerto.Sukarno, 1981. Terumbu Karang di Indonesia. Permasalahan dan Pengelolaannya LON-LIPI. Jakarta.Supriharyono. 1978. Kondisi Kualitas Air di Saluran-saluran di daerah-daerah persawahan, persawahan-pemukiman dan pemukiman, Delta Upang Sumatera Selatan. Program Pasca Sarjana IPB. BogorWelch, D.S. 1952. Limnology. Mc Graw-Hill Book Co. Inc. New York.

ACARA IIPENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN RUMPUT LAUTPADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP

Disusun oleh :Nama: Reza Oka PurnamaNIM: H1G010006

LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPraktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting, karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat (kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh Biologi Konservasi.1.2. TujuanTujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman, kerapatan, atau kelimpahan biota (vegetasi alga) pada ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. KonservasiKonservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (1994) adalah perairan pasang surut, dan wilayah sekitarnya, termasuk floran dan fauna didalamnya, dan penampakan sejarah serta budaya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentan Konservasi Sumber Daya Ikan dijelaskan bahwa Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan Konservasi Perairan terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan.2.2. Rumput lautSalah satu potensi biota laut perairan Indonesia adalah rumput laut (seaweed). Rumput laut ini tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati yang kemudian disebut dengan thallus, karenanya secara taksonomi dikelompokkan ke dalam Divisio Thallophyla. Empat kelas cukup besar dalam Divisio ini adalah Chlorophyeae (alga hijau), Phaehphyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah), dan Cyanophyceae (alga biru-hijau) (Winarno, 1996). Rumput laut secara umum terdiri dari holdfast yaitu bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada substrat dan thallus yaitu bentuk-bentuk pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan. Tidak semua rumput laut bisa diketahui memiliki holdfast atau tidak. Rumput laut memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallusnya. Nutrisi terbawa oleh arus air yang menerparumput laut akan diserap sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembang biak. Perkembangbiakan rumput laut melalui dua cara yaitu generatif dan vegetatif. Rumput laut umumnya hidup di daerah tropis. Memiliki sifat benthic (melekat) dan sering disebut sebagai benthic algae. Hidup sebagai fitobentos dengan melekatkan thallusnya pada substrat pasir, lumpur berpasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu atau kayu. Kondisi perairan yang cocok pada umumnya adalah yang jernih dengan arus dan gelombang yang tidak begitu kuat. Perkembangbiakan rumput laut dapat terjadi melalui dua cara, yaitu secara vegetatif melalui thallus dan secara generatif melalui thallus dipploid yang menghasilkan spora (Hariyati, 2008).Suhu lingkungan berperan penting dalam proses fotosintesa, dimana semakin tinggi intensitas matahari dan semakin optimum kondisi temperatur, maka akan semakin nyata hasil fotosintesanya (Lee, et al. 1999). Kecukupan sinar matahari sangat menentukan kecepatan rumput laut untuk memenuhi kebutuhan nutrien seperti karbon (C), nitrogen (N) dan posfor (P) untuk pertumbuhan dan pembelahan selnya. Rumput laut memiliki toleransi terhadap kisaran suhu yang spesifik karena adanya enzim, dan akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai dengan suhu di laut yaitu pada kisaran suhu 20 - 30C (Luning, 1990).Mutu dan banyaknya cahaya berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan rumput laut (Kadi dan Atmadja, 1988). Menurut Archibold (1995), bahwa persaingan untuk mendapatkan cahaya dianggap sebagai faktor paling penting yang mempengaruhi penyebaran species rumput laut. Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi di perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus (Sirajuddin, 2008).

III. MATERI DAN METODE3.1. Materi3.1.1. ObjekObjek yang dipelajari dalam praktikum ini adalah tanaman lamun, makrozoobentos (epifauna dan infauna), makrofitobentos, alga dan fitoplankton3.1.2. AlatAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah transek, meteran, plastik tempat sampel bentos, kamera, buku identifikasi lamun, makrofitobenthos, dan fitoplankton, , baki sortir dan pinset, alat tulis, label, dan tissue.3.1.3. BahanBahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengawet (larutan formalin dan larutan lugol).3.2. Metode3.2.1. Prosedur KerjaPengamatan vegetasi rumput laut dilakukan dengan cara membuat transek kuadrat 1X1 m dengan 3 kali ulangan, kemudian vegetasi rumput laut yang ada pada transek tersebut dicatat jumlah dan spesies vegetasinya. Sampel kemudian diidentifikasi untuk menentukan nama spesies dengan menggunakan pustaka.3.3. Waktu dan tempatPraktikum dilaksanakan di Pantai Permisan Pulau Nusakambangan, waktu pelaksanaan praktikum pada hari kamis tanggal 9 Mei 2013 dan tanggal 14 Mei 2013 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilTabel 3. Data rumput lautNo.KlasifikasiGambar

1

Kingdom : PlantaeDivisi : ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : UlvalesFamily : UlvaceaeGenus : UlvaSpesie : Ulva lactuca

2Kingdom : PlantaeKingdom: PlantaeDivisi : ChlorophytaClassis: ChlorophyceaeOrdo : SiphonocladalesFamily: SiphonocladaceaeGenus: BoergeseniaSpesies: Boergesenia forbesii

3

Kingdom :PlantaeDevisi :RhodophytaKelas :RhodophyceaeOrdo :GelidialesFamily :GelidiaceaeGenus :GelidiumSpecies :Geidium micropterum

4.2. PembahasanRumput laut adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini dapat menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut (Kordi, 2011). Tumbuhan ini memiliki rhizoma, akar, daun, bunga, dan jaringanjaringan yang dilapisi lignin sebagai penyalur bahan makanan, air dan gas. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Adapun yang membeda-kan dengan tumbuhan di darat adalah pada rumput laut tidak ditemukan adanya stomata (Susetiono, 2004).Selain itu, ekosistem rumput laut yang berada pada terumbu karang dan di sekitar area perairan estuari berperan sebagai tempat terkumpulnya nutrien, penyaring nutrien dan pemasukan unsur-unsur zat hara bagi lingkungan perairan di sekitarnya (Short, 1987 in Susetiono, 2004). Menurut Kiswara (1996) jenis rumput laut yang di temukan di perairan Indonesia jumlahnya mencapai 13 jenis. Di seluruh dunia jumlah spesies rumput laut 58 spesies yang terdiri dari 12 genera, 4 famili dan 2 ordo (Kuo dan McComb, 1989 in Kordi, 2011).Hasil pengambilan sampel di perairan laut Permisan di dapatkan 3 jenis rumput laut Ulva lactuca, Boergesenia forbesii, dan Gelidium micropterum. Substrat di lokasi penelitian sebagian besar didominasi pasir, lumpur dan pecahan karang mati. Kondisi substrat ini sangat cocok dengan pertumbuhan ekosistem rumput laut. Seperti yang dinyatakan oleh Hutomo et all, (1988) in Kordi, (2011) menyatakan bahwa ekosistem rumput laut akan tumbuh dengan baik di daerah yang terlindung, bersub-strat pasir, lumpur, pecahan karang mati, serta dekat sedimen yang bergerak secara horizontal.Upaya konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kondisi kualitas air agar pertumbuhan rumput laut tidak terganggu dan diberlakukannya zona khusus untuk konservasi, sehingga zona tersebut benar benar steril dari aktifitas manusia atau pengunjung. Selain itu, upaya konservasi juga dapat dilakukan dengan cara budidaya rumput laut yang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dari hasil pengamatan kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO) maka dapat diketahui cocok atau tidak untuk kehidupan rumput laut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum pengambilan rumput laut dapat disimpulkan : Terdapat 3 jenis rumput laut Ulva lactuca, Boergesenia forbesii, dan Gelidium micropterum.5.2. SaranUntuk pengambilan sampel rumput laut lebih baik dilakukan pada saat air surut agar tidak kesulitan dalam pencarian sampel rumput laut.

DAFTAR PUSTAKAArchibold, O.W. 1995. Ecology of World Vegetation. Chapmann & Hall. New York 510 p.Hariyati, R. 2008. Optimalisasi Faktor Lingkungan terhadap Jumlah Spora Terlepas pada Gelidium sp. Buletin Anatomi dan Fisiologi XVI(2) : 46-53.Kadi A.dan Atmaja WS. 1988. Rumput Laut (Algae). Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumberdya Alam Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. LIPI Jakarta. 71 hal.Kiswara, W. 1996. Inventory of Seagrass in Kuta and Gerupuk Bays, Lombok Indonesia. Seagrass Biology: Procedings of an international workshop. p. 27-32.Kordi, K.H.G.M. 2011. Ekosistem Lamun (seagrass) : fungsi, potensi, penge-lolaan. Jakarta: Rineka Cipta, 191 hal.Lee, TM. Chang, YC. Lin, YH. 1999. Differences in Physyiological Responses between Winter and Summer (Gracilaria) Tenuistipitaa to Varying Temperatur. Bot. Bull. Acad. Sin. 49 : 93 100.Luning K. 1990. Seaweed. The Enviromental Biogeografy and Ecophysiology. Charles Yarish and Hugh Kirkman (Editor). John Wiley & Son, Inc. Canada 527 p.Sirajuddin, M. 2008. Analisis ruang ekologi untuk pengelompokkan zona pengembangan budidaya rumput laut (Euchema cottonii) di teluk waworada kabupaten bima. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2008Susetiono, 2004. Fauna Padang Lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. 106 hal.Winarno, F. G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

ACARA IIIPENGAMATAN KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTONPADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP

Disusun oleh :Nama: Reza Oka PurnamaNIM: H1G010006

LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPraktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting, karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat (kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh Biologi Konservasi.1.2. TujuanTujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman, kerapatan, atau kelimpahan plankton pada ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.

I. II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. KonservasiDefinisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (1994) adalah perairan pasang surut, dan wilayah sekitarnya, termasuk floran dan fauna didalamnya, dan penampakan sejarah serta budaya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentan Konservasi Sumber Daya Ikan dijelaskan bahwa Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan Konservasi Perairan terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan.2.2. PlanktonPlankton adalah suatu organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan hidupnya melayang atau bergerak sedikit dan terombang-ambing oleh arus di perairan bebas (Hutabarat, 2000). Menurut Welch (1952), plankton air tawar dibedakan menjadi limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton adalah plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup di perairan mengalir (Odum, 1971). Keberadaan plankton di perairan mengalir dipengaruhi oleh lingkungan sungai yang seringkali komposisinya berubah yang berkaitan dengan pergerakan air, kekeruhan, suhu, dan nutrien (Hynes, 1972).Hunter (1970) dalam Basmi (1988) juga mengungkapkan bahwa melimpahnya fitoplankton di suatu perairan berkaitan dengan pemanfaatan unsure hara dan radiasi sinar matahari. Selain itu, suhu, lingkungan, dan pemangsaan oleh zooplankton juga ikut berperan. Besar kecilnya konsentrasi nutrient sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan itu sendiri maupun masukan dari luar. Plankton terbagi kedalam dua jenis yaitu fitoplankton yang merupakan organisme plankton bersifat tumbuhan dan zooplankton yang merupakan plankton bersifat hewanik. Selain itu berdasarkan siklus hidupnya dikenal hiloplankton, yaitu plankton yang seluruh hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton, yaitu plankton yang jasatnya sebagian dari siklus hidupnya bersifat planktonik.Keanekaragaman spesies merupakan karakteristik yang unik dari tingkat komunitas dalam organisasi biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas (Soegianto, 1994). Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relative merata. Dengan kata lain bahwa individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Indeks keragaman (H) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

NILAI (H)KERAGAMAN

0 < H < 2,302Rendah

2,302 < H < 6,907Sedang

H > 6,907Tinggi

Sedangkan klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H) yaitu (Barus, 2002):DERAJAT PENCEMARINDEKS DIVERSITAS (H)

Tidak tercemar>2.0

Tercemar ringan1.6 -2.0

Tercemar sedang1.0 2.0

Tercemar berat/parah2 maka perairan tersebut tidak tercemar atau sangat tercemar ringan bila indeks 2,0-1,6 maka perairan tersebut tercemar ringan.Keberadaan plankton dalam suatu perairan dipengaruhi oleh kecepatan arus, kekeruhan air, dan suhu (Hutabarat, 2001). Menurut Odum (1994), bahwa indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukkan lokasi tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan plankton dan indeks keanekaragaman yang rendah menunjukkan lokasi tersebut kurang cocok bagi pertumbuhan plankton. Keanekaragaman yang rendah ini disebabkan karena daerah Pantai Permisan merupakan daerah pantai yang menjadi daerah pertemuan antara air tawar dengan air laut dengan kondisi yang ekstrem. Oleh karena itu hanya spesies-spesies tertentu saja yang dapat hidup dalam kondisi ekstrem.

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Grammatophora sp. memiliki nilai kelimpahan tertinggi 39 individu/L sedangkan spesies (Fragilaria sp., Bosrihia sp., Nitzchia sp., Tricaratium sp., Synedra sp., Chaetoceros sp., Pennate sp., dan Calanus sp.) memiliki nilai kelimpahan terendah 19 individu/L. Nilai keanekaragaman plankton di Pantai Permisan adalah 2.1639. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai keaneragaman rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi plankton yaitu salinitas, suhu, intensitas cahaya, sirkulasi air, ketersediaan makanan, dan predator sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman plankton yaitu sifat fisika kimia perairan seperti: suhu, penetrasi cahaya, DO, BOD, pH, dan kandungan Nitrat dan Fospat.5.2. SaranUntuk pengambilan air untuk penyaringan plankton harus lebih hati-hati agar tubuh plankton yang didapat tidak hancur.

DAFTAR PUSTAKAAminin.2008. Pengaruh Aplikasi Pupuk Tambak Organik Nusantara (Ton) Dengan Dosi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Keanekaragaman Plankton Di Lahan Tambak. Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.Hutabarat, S dan Evans, S.M. 1989. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI, JakartaLee, C.D., S. E. Wang and C. L. Kuo. 1978. Benthic macroinvertebrates and fish as biological indicators of water quality, with reference to community diversity index. International Conference on Water Pollution Control in Developing Countries, Bangkok. Thailand.Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. JakartaNybakken JW. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Penerjemah M Eidman et.al . Terjemahan dari Marine biology an ecologycal approach. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Odum, 1971. Fundamentals of Ecology. Sounders. Toronto.Pennak, R.W. 1978. Freswater Invertebrates of the United States. Second ed. A Willey Interscience Publication. Jhon Willey and Sons, Inc. New York, 462p.Pescod, M.B. 1973. Investigation of ration effluent and stream of tropical countries. Bangkok. AIT. 59 hal.Siregar,A.S.. 2009. Diktat Kuliah Limnologi Universitas Jenderal Seodirman: Purwokerto.Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah: H. Muhammad Eidman, PT Gramedia, Jakarta.