konservasi lahan gambut

16
i TUGAS PAPER TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN KONSERVASI HUTAN GAMBUT DI KAWASAN MAWAS, KALIMANTAN TENGAH OLEH : RIMA SARI ARISNAWATI NIM H1E112034 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2015

Upload: rima-arisnawati

Post on 13-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 1/16

i

TUGAS PAPER

TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN

KONSERVASI HUTAN GAMBUT DI KAWASAN MAWAS,

KALIMANTAN TENGAH

OLEH :

RIMA SARI ARISNAWATI

NIM H1E112034

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 2/16

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas kehendak dan izin-

 Nya jualah penulis dapat menyelesaikan paper ini sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi

Konserevasi Lingkungan dengan tepat waktu. Dalam paper ini akan disajikan beberapa

 pembahasan yang berhubungan dengan kasus degradasi hutan rawa gambut di kawasan

Mawas, Kalimatan Tengah serta upaya-upaya konservasi yang diterapkan di kawasan

tersebut.

Dalam penulisan paper ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari

 berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

dan semua pihak yang memberikan bantuan moril dan senantiasa mendoakan.Tak lupa

 penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu DR. Nopi Stiyati P, S.Si. MT. selaku dosen

mata kuliah.

Penulis sangat menyadari bahwa paper ini banyak terdapat kekurangan. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang ada pada penulis

oleh karena itu setiap kritik serta saran yang bersifat membangun penulis akan menerimanya

dengan senang hati. Penulis berharap semoga paper ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Banjarbaru, Mei 2015

Penulis

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 3/16

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan .......................................................................................................... 3

Bab III Kesimpulan .......................................................................................................... 11

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 12

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 4/16

1

BAB I

PENDAHULUAN

Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau

musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus

secara fisik, kimiawi, dan biologis. Konservasi rawa adalah pengelolaan rawa sebagai

sumber air yang berdasarkan pertimbangan teknis, sosial ekonomis dan lingkungan,

 bertujuan menjamin dan memelihara kelestarian keberadaan rawa sebagai sumber air

dan meningkatkan fungsi serta pemanfaatannya. konservasi rawa bertujuan untuk

mempertahankan keseimbangan ekosistem rawa sebagai sumber air, mengatur

 perlindungan dan pengawetan rawa sebagai sumber air, mengatur pemanfaatan rawa

sebagai sumber air dan mengatur pengembangan rawa sebagai sumber daya lainnya

(PP No.27/1991).

Luas lahan rawa gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta hektar atau sekitar

10,8 persen dari luas daratan Indonesia. Dari luasan tersebut sekitar 7,2 jutahektar atau

35%-nya terdapat di Pulau Sumatera. Lahan rawa gambut merupakan bagian dari

sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam

 banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan / keanekaragaman

hayati, pengendali iklim (melalui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan

karbon) dan sebagainya (Wetland1, 2009).

Banyak lahan rawa gambut, misalnya hutan rawa gambut di Sumatra dan

Kalimantan, yang telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan akasia. Hal

tersebut akan memerlukan penebangan tumbuhan hutan (baik secara legal maupun

ilegal), kadang-kadang api untuk membuka lahan, serta drainase untuk menurunkan

tinggi muka air. Konversi seperti ini akan menurunkan hutan rawa gambut yang sehat -rumah bagi berbagai jenis satwa yang langka dan terancam punah seperti Orang utan

dan Badak Sumatra  – menjadi areal perkebunan monokultur yang tidak memiliki nilai

keanekaragaman Hayati (Wetland2, 2009).

Lahan rawa gambut menjadi sangat penting, karena disatu sisi lahan gambut

dapat menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, tetapi disisi lain degradasi

hutan gambut akan melepaskan karbon dalam jumlah yang sangat besar ke atmosfir,

khususnya melalui pengeluaran air dan kebakaran. Perhatian dari berbagai pihak seperti

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 5/16

2

 pemerintah, LSM hingga organisasi internasional telah diberikan, karena dampak yang

ditimbulkannya telah memberikan pengaruh secara global. Oleh karena itu perlu

dilakukan konservasi terhadap lahan rawa gambut. Salah satu contoh kasus adalah

degradasi lahan rawa gambut di kawasan Mawas Kalimantan Tengah. Kawasan Mawas

adalah kawasan hutan rawa gambut yang terletak di Blok A-Utara dan Blok E eks PLG

dan berada di Wilayah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito Selatan Provinsi

Kalimantan Tengah (Konsorsium CKPP, 2008).

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 6/16

3

BAB II

PEMBAHASAN

Kondisi lahan rawa di Indonesia

Lahan gambut dunia berperan penting terutama dalam menyimpan lebih dari

30% karbon terrestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi, serta

memelihara keanekaragaman hayati. Luas lahan gambut dunia yang berkisar 38 juta ha

terdapat lebih 50% berada di Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas

25.6 juta ha, tersebar di Pulau Sumatera 8.9 juta ha (34.8%), Pulau Kalimantan 5.8 juta

ha (22.7%) dan Pulau Irian 10.9 juta ha (42.6%). Di wilayah Sumatera, sebagian besar

gambut berada di pantai Timur, sedangkan di Kalimantan ada di Provinsi Kalimantan

Barat, Tengah dan Selatan (Driessen et al , 1974, dalam Setiadi, 1995).

Hasil studi menunjukan luas lahan gambut di Kalimantan Tengah mencapai

3.01 juta ha atau 52.2% dari seluruh luasan gambut di Kalimantan. Gambut di

Kalimantan Tengah tersebut 1/3 nya merupakan gambut tebal (ketebalan ≥3 meter).

Berdasarkan tipe kedalaman, estimasi distribusi lahan gambut di Kalimantan Tengah

meliputi: sangat dangkal/sangat tipis mencapai 75,990 ha (3%); sedangkal/tipis

mencapai 958,486 ha (32%); sedang mencapai 462,399 ha (15%); dalam/tebal mencapai

574,978 ha (19%); sangat dalam/sangat tebal mencapai 661,093 ha (22%) dan dalam

sekali/tebal sekali mencapai 277,694 ha (9%) (Puslittanak, 2005).

Sebagian besar lahan gambut masih berupa tutupan hutan dan menjadi habitat

 bagi berbagai spesies fauna dan tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut

menyimpan karbon (C) dalam jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air

yang tinggi sehingga berfungsi sebagai penyangga hidrologi areal sekelilingnya.

Konversi lahan gambut akan mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambuttersebut. Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai penambat

( sequester ) karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca di

atmosfir, walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-3 mm gambut

 per tahun atau setara dengan penambatan 0-5,4 t CO2 ha-1 tahun-1 (Agus, 2009).

Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik yang terbentuk dari

akumulasi bahan organik yang berlangsung selama bertahun-tahun, disertai dengan

genangan air dan tumbuhnya berbagai jenis vegetasi yang telah beradaptasi. Di dalam

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 7/16

4

hutan rawa gambut (HRG) terdapat berbagai keanekaragaman hayati, termasuk berbagai

 jenis flora dan fauna. Keunikan ekosistem hutan rawa gambut tersebut menjadikan

hutan rawa gambut sebagai ekosistem yang rentan “ fragile”,  mudah mengalami

kerusakan akibat berbagai bentuk gangguan seperti konversi, pembalakan liar,

 perambahan dan kebakaran hutan yang berlangsung secara berulang. Hutan rawa

gambut yang telah mengalami kerusakan dan gangguan sangat sulit untuk pulih baik

secara alamiah maupun buatan melalui rehabilitasi dan restorasi ke dalam bentuk asli

dan kondisi awalnya (Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, 2013).

Perluasan pemanfaatan lahan gambut meningkat pesat di beberapa propinsi yang

memiliki areal gambut luas, seperti Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Antara tahun 1982 sampai 2007 telah dikonversi seluas 1,83 juta ha atau 57% dari luas

total hutan gambut seluas 3,2 juta ha di Provinsi Riau. Laju konversi lahan gambut

cenderung meningkat dengan cepat, sedangkan untuk lahan non gambut peningkatannya

relatif lebih lambat (WWF, 2008).

Kondisi hutan rawa di Mawas, Kalimatan Tengah

Kawasan Mawas adalah kawasan hutan rawa gambut yang terletak di Blok A-

Utara dan Blok E eks PLG dan berada di Wilayah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten

Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Kawasan ini merupakan habitat dari sekitar

3.000 orangutan liar beserta keanekaragaman hayati lainnya, dan terdapat sekitar 53

Desa dan dusun dengan perkiraan sekitar 29.000 kepala keluarga. Sebagai dampak

 proyek PLG, kawasan tersebut telah menjadi Ekosistem Hutan Rawa Gambut yang

terdegradasi dan sangat rentan terhadap segala ancaman yang dapat merusak kelestarian

ekosistem hutan rawa gambut tersebut (Barkah, 2012).

Hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah telah terdegradasi berat oleh pembalakan dan drainase. Permintaan global terhadap kayu Meranti dan Ramin

menyebabkan perusakan bagian besar dari hutan-hujan yang kaya kehati tersebut. Untuk

kegiatan pembalakan, saluran drainase digali untuk transportasi kayu, mengakibatkan

 pengeringan areal hutan dan kematian vegetasi hutan rawa. Areal yang dikeringkan

tersebut pada musim kering akan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan dan gambut

(CKPP,2007).

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 8/16

5

Lahan gambut di Kalimantan Tengah telah menderita akibat proyek

 pengembangan salah-arah, dikenal sebagai Proyek PLG. Proyek ini ditujukan untuk

menjadikan Kalimantan Tengah sebagai lumbung pangan untuk Indonesia. Lahan seluas

1,5 juta hektar dibalak dan dikeringkan oleh jaringan saluran drainase-dalam yang

 panjangnya mencapai 4.600 km. Proyek tersebut dimulai pada tahun 1996 dan

mengalami kegagalan karena gambut tidak sesuai untuk tumbuh padi. Meski demikian,

drainase tetap diteruskan dan menjadikannya sebagai wilayah bencana, menderita akibat

kebakaran tahunan yang kadang mencakup ratusan ribu hektar selama berbulan-bulan

(CKPP,2007).

Banyak masyarakat dari bagian lain di Indonesia bermigrasi ke daerah tersebut,

membantu mengembangkan proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) yang

 bertujuan mengkonversi 1,5 juta ha. lahan menjadi areal pertanian, atau merupakan

 bagian dari skema transmigrasi. Mereka saat ini mencoba bertahan hidup diatas tanah

gambut miskin, pada lingkungan yang telah terdegradasi berat. Tingkat kemiskinan di

wilayah tersebut 2  –   4 kali lipat lebih tinggi dibanding wilayah lain di Indonesia.

Kebakaran di lahan gambut yang terjadi secara berulang-ulang telah berpengaruh

terhadap kegiatan pembangunan dan kesempatan ekonomi di wilayah tersebut

(Konsorsium CKPP, 2008).

Produksi padi nampaknya hanya cocok dilakukan pada sebagian kecil dari

seluruh areal. Meskipun demikian, sebagian besar tumbuhan kayu diatasnya telah

ditebangi. Kegagalan telah menyebabkan banyak penduduk yang kemudian pindah

kembali, sementara masyarakat yang memutuskan untuk tetap tinggal kemudian harus

menghadapi resiko banjir yang dihasilkan dari tanah yang mengalami subsiden. Saat ini,

wilayah yang telah dikeringkan dan kayunya telah dibabat menjadi sangat rentan

terhadap kebakaran hutan dan lahan gambut. Lebih lanjut, disamping permasalahanyang kasat mata ini, juga terdapat permasalahan lain yang tidak terlihat, seperti subsiden

tanah dan oksidasi yang berlangsung secara cepat di lahan gambut (Konsorsium CKPP,

2008).

Kawasan Mawas sangat penting ditinjau dari segi konservasi, karena merupakan

habitat bagi sekitar 3.000 orangutan liar. Dari seluruh potensi di dunia, habitat rawa

gambut di kalimantan merupakan kawasan terluas yang memiliki nilai konservasi tinggi

untuk mendukung keragaman hayati lahan basah. Di kawasan tersebut, tercatat 16 jenis

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 9/16

6

mamalia yang dilindungi, dan 10 jenis masuk kategori IUCN serta 12 jenis masuk

dalam kategori CITES. Dari jumlah tersebut, Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii),

Bekantan ( Nasalis larvatus), Beruang madu ( Helarctos malayanus), Berang-berang

( Lutra-lutra) dan Macan Dahan ( Neofelis nebulosa), masuk dalam semua kategori.

Selain itu, juga teridentifikasi sebanyak 12 jenis ikan dan 143 jenis burung dari 33

family (keluarga), yang diantaranya 32 jenis masuk ke dalam kategori IUCN dan 12

 jenis masuk dalam kategori CITES. Sebanyak 4 ordo amfibia dan reptilia ditemukan di

kawasan tersebut yang mencakup 39 species amfibia dan 79 species reptilian (Barkah,

2012).

Berdasarkan tingkat kerusakannya, Kawasan Mawas dapat digolongkan kedalam

3 tingkat kerusakan, yaitu :

  Kerusakan berat, yang terjadi pada sebagian besar Blok A-Utara,  berupa

kerusakan pada gambut (sedikit pada lapisan atas), kondisi tata air dan tutupan

hutan menjadi areal tidak berhutan (areal terbuka) diakibatkan oleh pembukaan

lahan, kebakaran serta pembukaan kanal.

  Kerusakan sedang, banyak terjadi sepanjang tepi sungai di blok E, berupa

kerusakan pada kondisi gambut (gambut dangkal dan bekas terbakar) serta

 perubahan pada komposisi jenis tanaman

  Kerusakan ringan, pada sebagian besar areal Blok E, berupa kerusakan pada

komposisi jenis asli hutan rawa gambut dan system tata air, diakibatkan oleh

adanya penebangan dan pembukaan kanal kecil (tatas).

Sedangkan berdasarkan klasifikasi degradasi, Kawasan Mawas digolongkan

kedalam :

  Hutan Rawa Gambut Primer yang terdegradasi  : Hutan rawa gambut yang

sudah terganggu akibat penebangan, kebakaran dan lain‐lain tetapi kondisi serta

kompoisisi vegetasi hutan rawa gambut asli masih ada, seperti pada sebagian

 besar Blok E

  Hutan Sekunder  : Hutan rawa gambut yang telah berubah menjadi hutan

dengan dominasi jenis vegetasi sekunder, terutama disebabkan karena kebakaran

yang berulang, dan telah berubah menjadi hutan kerangas

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 10/16

7

  Lahan gambut yang terdegradasi : Hutan rawa gambut yang tutupannya telah

 berubah menjadi areal terbuka, semak belukar dan atau tutupan hutan dibawah

10%, yaitu pada areal Blok A.

Pasca proyek PLG, secara umum terdapat 3 faktor utama yang menjadi pemicu

terjadinya kerusakan Kawasan Mawas, antara lain :

  Pembukaan kanal dan tatas, yang digunakan sebagai sarana akses dan sarana

transportasi hasil hutan termasuk penebangan liar yang menyebabkan

ketidakstabilan kondisi tata air

  Penebangan liar

  Kebakaran

(Rencana Induk Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Eks-PLG, 2008)

Strategi koservasi

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menyadari mengenai kepentingan lahan

gambut dalam penyediaan jasa ekosistem bagi kehidupan manusia, serta akibat yang

ditimbulkannya serta terputusnya penyediaan jasa ekosistem akibat degaradasi hutan

dan lahan gambut. Karena itu, pemerintah telah mengeluarkan suatu langkah penting

 berupa dikeluarkannya Instruksi Presiden (No . 2/2007) mengenai konservasi dan

 pembangunan berkelanjutan wilayah ex-PLG di Propinsi Kalimantan Tengah.

Pemerintah Propinsi, pada saat yang sama, juga telah memulai proses pembuatan

Rencana Induk (Master Plan) untuk wilayah tersebut, dengan tujuan untuk

merehabilitasi salah satu lahan gambut yang kerusakannya terbesar di Indonesia

tersebut. Penyusunan tersebut dilaksanakan dengan dukungan dari para pakar dalam

dan luar negeri (CKPP,2007).

Konservasi di kawasan Kalimatan Tengah mengedepankan pengelolaan berbasis

masyarakat. Dimana, masyarakat setempat dilibatkan secara aktif. Upaya  –  upaya yang

dilakukan antara lain :

1. 

Pencegahan Kebakaran

Pendekatan berorientasi kemasyarakatan untuk pengendalian kebakaran

lahan gambut di Eks-PLG telah dikembangkan oleh Universitas Palangkaraya

(CIMTROP) melalui proyek-proyek STRAPEAT dan RESTORPEAT yang

didanai Uni Eropa serta proyek CKPP yang didanai Belanda. Pemadam

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 11/16

8

kebakaran dengan melibatkan partisipasi masyarakat perlu terus ditingkatkan

dan dikaitkan dengan kelembagaan yang efektif dan lebih luas terhadap

 pencegahan, pengelolaan dan pengurangan kebakaran. Selain itu, petani

membutuhkan alternatif lain yang mudah dijalankan selain pembakaran dalam

 pembukaan lahan  –  “kebijakan anti pembakaran” harus dipusatkan pada  sektor

swasta dan kontraktor pemerintah, tetapi perlu dipastikan petani untuk tidak

menyulut kebakaran. Selain itu juga diterapkan pemantauan kebakaran dengan

menggunakan satelit memungkinkan tanggapan cepat oleh regu pemadam

kebakaran (RPK) di lapangan dari masyarakat di berbagai desa.

2.  Restorasi Hidrologi

Perbaikan sistem tata air pada lahan gambut merupakan faktor yang

sangat penting dalam upaya rehabilitasi dan restorasi. Mengingat sifat gambut

yang “kering tak balik ”, maka lahan gambut yang sudah dibuka dan telah

didrainase dengan membuat kanal atau parit/tatas, kandungan airnya menurun

secara berlebihan. Penurunan air permukaan akan menyebabkan lahan gambut

menjadi kekeringan. Gambut yang sudah mengalami kekeringan yang ekstrim,

akan sulit menyerap air kembali, dan memiliki bobot isi yang sangat ringan

sehingga mudah hanyut terbawa air hujan, strukturnya lepas-lepas seperti

lembaran serasah, mudah terbakar, dan sulit ditanami kembali. Kondisi ini yang

 pada akhirnya dapat memicu kerusakan yang lebih besar.

Penyekatan saluran drainase adalah merupakan perangkat praktis

terpenting untuk mengurangi tingkat pengeringan. Peningkatan kesadartahuan

masyarakat lokal merupakan langkah awal dalam penyekatan saluran. Banyak

saluran dimiliki dan dioperasikan oleh penduduk dan digunakan untuk

transportasi hasil hutan. Proyek bekerja dengan masyarakat lokal untukmembangun dan memelihara bendungan. Sejauh ini 12 bendungan besar dan

ratusan bendungan kecil telah dibangun, merestorasi hidrologi areal seluas

10.000 hektar di Taman Nasional Sebangau dan lebih dari 50.000 hektar di ex-

PLG serta mintakat penyangga Mawas. Hal tersebut telah mengurangi emisi

CO2 sekitar 4 juta ton/tahun (Barkah, 2012).

3.  Reforestasi dan penghijauan

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 12/16

9

Rehabilitasi hutan rawa gambut melalui kegiatan reforestasi, reforestasi

atau penanaman kembali merupakan kegiatan untuk memperbaiki kondisi

tutupan hutan pada kawasan yang telah terdegradasi. Teknis penanaman yang

dilakukan disesuaikan dengan tingkat kerusakan dan zonasi kawasan. Dalam hal

ini, lebih fokus pada lahan yang telah terdegradasi, dimana pada lokasi yang

 berdekatan dengan pemukiman digunakan jenis tanaman multifungsi (MPTs)

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sedangkan pada zona perlindungan

digunakan jenis penting terutama tanaman jenis pakan orangutan.

Sejauh ini proyek telah menanam kembali sekitar 1.000 hektar dengan

750.000 bibit pohon asli rawa gambut yang memiliki nilai komersial. Termasuk

diantaranya pohon Jelutung yang getahnya digunakan dalam industri permen

karet internasional. Seluruh kegiatan penanaman dilakukan sesuai dengan

rencana reforestasi berbasis masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan

sumber mata pencaharian jangka panjang

4. 

Konservasi hayati

Kawasa Mangas adalah habitas asli orang hutan, sehingga wilayah

dikembangkan menjadi pusat konservasi orang hutan sehingga pemerintah

melakukan pengembangan fasilitas serta pengembangan rencana pengelolaan

dan peningkatan penegakan hukum dan patroli pembalakan liar. Termasuk

diantaranya lokakarya dengan pemangku kepentingan lokal dan desa untuk

membantu perencanaan, desain dan pelaksanaannya.

5.  Peningkatan pelatihan dan penyadartahuan

Memfasilitasi lokakarya dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran

 penduduk mengenai penyebab dan akibat dari degradasi lahan gambut. Hal

tersebut juga memberikan solusi praktis terhadap masalah yang muncul,khususnya terkait dengan Pencegahan kebakaran, pengentasan kemiskinan dan

 peningkatan kesehatan publik. Serta pembentukan pusat pengetahuan mengenai

isu lahan gambut, mengumpulkan dan meningkatkan akses terhadap pustaka

sains terkait isu lahan gambut serta memungkinkan ilmuwan serta mahasiswa

setempat untuk secara aktif terlibat dalam riset dan pemantauan lahan gambut.

6.  Pengembangan kebijakan

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 13/16

10

Memberikan dukungan untuk meningkatkan kebijakan lokal, nasional

dan internasional terkait dengan lahan gambut Kalimantan tengah secara khusus

dan lahan gambut tropis umumnya. Pemda Kalimantan tengah telah memberikan

komitmennya terhadap pembangunan dan pelaksanaan kebijakan “Green

Government”, menempatkan  prioritas tinggi untuk konservasi lahan gambut,

restorasi dan pembangunan berkelanjutan. Presiden Indonesia telah

mengeluarkan Inpres No. 2/2007 yang menyatakan bahwa 80% ex-PLG harus

direstorasi dan dikonservasi, termasuk juga pembangunan berkelanjutan. Pada

tingkat global, konsorsium proyek telah mampu menempatkan isu degradasi

lahan gambut dalam agenda UN-FCCC dan Konvensi Kehati (CKPP,2007).

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 14/16

11

BAB III

KESIMPULAN

1. 

Kawasan Mawas hutan rawa gambut yang terletak di Blok A-Utara dan Blok E

eks PLG dan berada di Wilayah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito

Selatan Provinsi Kalimantan Tengah yang terdegradasi dan sangat rentan

terhadap segala ancaman yang dapat merusak kelestarian ekosistem hutan rawa

gambut tersebut.

2.  Faktor utama yang menjadi pemicu terjadinya kerusakan Kawasan Mawas,

antara lain : pembukaan kanal dan tatas, yang digunakan sebagai sarana akses

dan sarana transportasi hasil hutan termasuk penebangan liar yang menyebabkan

ketidakstabilan kondisi tata air, penebangan liar dan kebakaran lahan gambut.

3.  Upaya  –   upaya yang dilakukan antara lain; pencegahan kebakaran, restorasi

hidrologi, reforestasi dan penghijauan, konservasi hayati, peningkatan pelatihan

dan penyadartahuan pada masyarakat setempat serta pengembangan kebijakan

 pengelolaan lingkungan.

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 15/16

12

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2009. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek Lingkungan.

Puslitbang Konservasi Dan Rehabilitasi, Balai Penelitian Tanah Dan World

Agroforestry Centre (Icraf). Bogor.

Barkah. 2012. Pengalaman Yayasan Bos Dalam Restorasi Ekosistem Hutan Rawa

Gambut Di Kawasan Mawas Kalimantan Tengah. Yayasan Penyelamatan

Orangutan Borneo.

Central Kalimantan Petland Project (CKPP). 2007. Fact_CKPP_Indonesia.pdf. CKPP:

2006-2007. Website: www.ckpp.org

Konsorsium Ckpp. 2008. Tanya & Jawab Seputar Gambut Di Asia Tenggara,

Khususnya Di Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1991 Tentang Rawa.

Lembaran Negara Dan Tambahan Lembaran Negara Tahun 1991

Puslittanak (Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat). 2005. Tabel Perkiraan Luas Dan

Penyebaran Lahan Gambut Di Kalimantan Tengah Dari Berbagai Sumber.

Puslittanak, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Bogor.

Rencana Induk Rehabilitasi Dan Revitalisasi Kawasan Eks-PLG. 2008. Ringkasan

Laporan Utama. Rencana Induk Rehabilitasi Dan Revitalisasi Kawasan Eks-

Proyek Pengembangan Lahan Gambut Di Kalimantan Tengah. Kerjasama

Antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Kalimantan Tengah Dan Pemerintah

Belanda.

Setiadi, B. 1995. Beberapa Aspek Agronomi Budidaya Kedelai Di Lahan Gambut:

Suatu Kajian Tanggapan Tanaman Terhadap Amelioran. Ringkasan Desertasi

UGM. Yogyakarta.

Wetland International2. 2009. Tanya Jawab

http://Indonesia.Wetlands.Org/Infolahanbasah/Tanyajawab/Tabid/2837/Langu

age/Id-Id/Default.Aspx

7/23/2019 Konservasi Lahan Gambut

http://slidepdf.com/reader/full/konservasi-lahan-gambut 16/16

13

Wetlands International1, 2009. Peta Sebaran Gambut.

http://Indonesia.Wetlands.Org/Infolahanbasah/Petasebarangambut/Tabid/2834

/Language/Id-Id/Default.Aspx. Diakses 15 Mei 2015

World Wild Found. 2008. Deforestation, Forest Degradation, Biodiversity Loss And

Co2 Emision In Riau, Sumatra, Indonesia: One Indonesian Propinve’s Forest

And Peat Soil Carbon Loss Over A Quarter Century And It’s Plans For The

Future. WWF Indonesia Technical Report. www.wwf.or.id.