konsep wasathiyah dalam al-quran; (studi komparatif …

21
205 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015 KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-TAHRÎR WA AT-TANWÎR DAN AISAR AT-TAFÂSÎR) Dr. Afrizal Nur, MIS 1 Mukhlis Lubis, Lc, MA Abstrak Era globalisasi adalah era ‘diplomasi’, era di mana umat Islam dituntut untuk bersikap moderat (wasathiyah). Umat Islam sebagai umat yang moderat harus mampu mengintegrasikan dua dimensi yang berbeda; dimensi‘theocentris(hablun min Allah) dan anthropocentris(hablun min an-nas).Tuntutan tersebut bukanlah tuntutan zaman, tetapi tuntutan Al-Qur’an yang wajib dilaksanakan. Makna wasathiyah tidak sepantasnya diambil dari pemahaman para ekstremis yang cenderung mengedepankan sikap keras tanpa kompromi (ifrâth), atau pemahaman kelompok liberalis yang sering menginterpretasikan ajaran agama dengan sangat longgar, bebas, bahkan nyaris meninggalkan garis kebenaran agama sekalipun (tafrîth).Makna Islam sebagai agama wasathiyah harus diambil dari penjelasan para ulama, agar tidak memicu ‘missunderstanding’ dan sikap intoleran yang merusak citra Islam itu sendiri. Pemahaman makna wasathiyah yang benar mampu membentuk sikap sadar dalam ber-Islam yang moderat dalam arti yang sesungguhnya (ummatan wasathan), mewujudkan kedamaian dunia, tanpa kekerasan atas nama golongan, ras, ideologi bahkan agama. Kata Kunci : Wasathiyah, Moderat, Ekstremis, Liberalis, Intoleran 1 Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

205 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN;(STUDI KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-TAHRÎR

WA AT-TANWÎR DAN AISAR AT-TAFÂSÎR)

Dr. Afrizal Nur, MIS1

Mukhlis Lubis, Lc, MA

Abstrak

Era globalisasi adalah era ‘diplomasi’, era di mana umat Islamdituntut untuk bersikap moderat (wasathiyah). Umat Islamsebagai umat yang moderat harus mampu mengintegrasikandua dimensi yang berbeda; dimensi‘theocentris’ (hablun minAllah) dan ‘anthropocentris’ (hablun min an-nas).Tuntutantersebut bukanlah tuntutan zaman, tetapi tuntutan Al-Qur’anyang wajib dilaksanakan. Makna wasathiyah tidak sepantasnyadiambil dari pemahaman para ekstremis yang cenderungmengedepankan sikap keras tanpa kompromi (ifrâth), ataupemahaman kelompok liberalis yang seringmenginterpretasikan ajaran agama dengan sangat longgar,bebas, bahkan nyaris meninggalkan garis kebenaran agamasekalipun (tafrîth).Makna Islam sebagai agama wasathiyahharus diambil dari penjelasan para ulama, agar tidak memicu‘missunderstanding’ dan sikap intoleran yang merusak citraIslam itu sendiri. Pemahaman makna wasathiyah yang benarmampu membentuk sikap sadar dalam ber-Islam yang moderatdalam arti yang sesungguhnya (ummatan wasathan),mewujudkan kedamaian dunia, tanpa kekerasan atas namagolongan, ras, ideologi bahkan agama.

Kata Kunci : Wasathiyah, Moderat, Ekstremis, Liberalis,Intoleran

1 Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

Page 2: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 206

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

A. PendahuluanAkhir-akhir ini istilah ‘muslim moderat’sering

dipopulerkan oleh banyak kalangan yang fokus dalam gerakanpembaharuan dakwah Islam. Pada awalnya, istilah ini seringdigunakan para ulama untuk memberikan pencerahan kepadaumat Islam tentang ajaran Islam yang progresif, aktual dan tidakketinggalan zaman. Walau terkesan mengalami distorsi,istilah‘muslim moderat’ mampu membersihkan nama besarIslam saat ini. Citra Islam yang tadinya dicemari oleh ulahoknum tertentu, terklarifikasi dengan dakwah muslim moderatyang santun, ramah dan bersahabat. Banyak ulama tafsir (hadis,dsb.) yang membicarakan istilah tersebut. Pembahasannyaterinspirasi dari kandungan surat al-Baqarah ayat 143:

Artinya: ”Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu(umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadisaksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.

Tulisan ini mengangkat judul ”Konsep Wasathiyahdalam Al-quran”, dengan menggunakan metode studikomparatif antara tafsir At-Tahrîr wa Al-Tanwîr dan tafsir AisarAt-Tafâsîr. Dua tafsir monumental tersebut menarik dijadikanbahan komparasi karena kualitasnya yang sudah diakui banyakulama, dan kapabilitas pengarangnya yang sudah tidakdiragukan lagi.TafsirAt-Tahrîr Wa At-Tanwîr karya Syekh Ibnu‘Asyur (w.1973 M) ini adalah tafsir yang sangat populerdikalangan para ulama, yang mengedepankan rasionalitas,komprehensif dan argumentatif. Tafsir ini banyak memuatpemikiran moderat yang mencerahkan, dapat membebaskanmindset pembacanya dari belenggu kejumudan.

Tafsir Ibnu ‘Asyur terkenal dengan kekayaan khazanahilmiahnya, lebih berorientasi kepada pendapat mainstream umatIslam yang pro kedamaian, walau dalam perbedaan, bukanpenyimpangan. Sikap toleran terhadap perbedaan --worldview

Page 3: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

207 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

dan metode--beliau tunjukkan dalam bentuk penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang sering mengarah kepada pembahasan ilmumaqasid; suatu disiplin ilmu yang sangat moderat yang lebihfokus membahas garis-garis besar tujuan syariat. (Ibnu ‘Asyur:At-Tahrîr Wa At-Tanwîr, 1984, Juz. I, h.7-8)

Sementara itu, sebagai penyeimbang dan pebandingnya,yang sesuai menurut penulis adalah tafsir Aisar At-Tafâsîr karyaSyekh Jabir al-Jazâ’iri (w. 1999 M). Walau tidak seluaspembahasan tafsir Ibnu ‘Asyur, selain tafsir al-Jazâ’iri initermasuk tafsir mukhtasar, yaitu tafsir yang lebih singkat, padatdan tepat, sehingga mampu menarik perhatian ulama dan umatIslam karena susunannya yang sistematis, mudah dipahami, danmemiliki kecenderungan ke pemikiran ‘salafi’ modern. (Al-Jazâ’iri: 1990, Jil. 1, h. 6) Studi komparasi pada tulisan ini tidakbermaksud untuk membanding-bandingkan kualitas tafsir ataumufasirnya, tetapi justeru menggali lebih dalam lagi khazanahkeilmuan yang terpendam di dalam kedua kitab tafsir tersebut,khususnya hal-hal yang berkaitan dengan modernisasi dantoleransi.

Tulisan ini berusaha mengurai konsep wasathiyah dalamAl-Qur’an dari sudut pandang ahli tafsir, untuk menemukanpoin penting yang mampu meminimalisir ‘misunderstanding’dan sikap intoleran yang rawan terjadi pada daerah-daerahtertentu akibat minimnya pemahaman umat tentang maknawasathiyah yang sebenarnya. Signifikansi akademikpembahasan ini akan sangat terasa –khususnya pada saat ini--apabila kita melihat ke arah positif (baca: dampak positif) yangditimbulkan oleh sikap moderat, untuk melahirkan masyarakatyang toleran, rukun dan cinta damai.

B. Definisi al-WasathiyahAl-Asfahaniy mendefenisikan “ wasathan” dengan

“sawa’un” yaitu tengah-tengah diantara dua batas, atan dengankeadilan, yang tengah-tengan atau yang standar atau yang biasa-biasa saja, wasathan juga bermakna menjaga dari bersikap ifrathdan tafrith. kata-kata wasath dengan berbagai derivasinya dalamal-Qur’an berjumlah 3kali yaitu surat al-Baqarah ayat 143, 238,surat al-Qalam ayat 48. (Al-Asfahaniy, 2009 : 869). Sedangkan

Page 4: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 208

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

makna yang sama juga terdapat dalam Mu’jam al-Wasit yaitu“Adulan” dan “Khiyaran” sederhana dan terpilih. ( Dzul Faqqar‘Ali 1972 : 1031)

Ibnu ‘Asyur mendefinisikan kata ”wasath” dengan duamakna. Pertama, definisi menurut etimologi,kata wasath berarti sesuatu yang ada di tengah, atau sesuatuyang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding.Kedua, definisi menurut terminologi bahasa,makna wasath adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasarpola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan dalamhal tertentu. Adapun makna ”ummatan wasathan” pada surat al-Baqarah ayat 143 adalah umat yang adil dan terpilih.Maksudnya, umat Islam ini adalah umat yang paling sempurnaagamanya, paling baik akhlaknya, paling utama amalnya.Allahswt.telah menganugerahi ilmu, kelembutan budi pekerti,keadilan, dan kebaikan yang tidak diberikan kepada umat lain.Oleh sebab itu, mereka menjadi ”ummatan wasathan”, umatyang sempurna dan adil yang menjadi saksi bagi seluruhmanusia di hari kiamat nanti. (Ibnu ‘Asyur:At-Tahrîr Wa At-Tanwîr, 1984, Juz. II, h. 17-18).

Makna yang sama juga dinyatakan al-Jazâ’iri dalamtafsirnya, beliau menafsirkan kata ”ummatan wasathan” dalamAl-Qur’an sebagai umat pilihan yang adil, terbaik dan umatyang memiliki misi yaitu meluruskan. Menurut al-Jazairiykarena umat Islam sebagai umat pilihan dan lurus bermaknajuga sebagaimana kami memberikan petunjuk kepadamu denganmenetapka seutama-utama qiblat yaitu ka’bah yaitu qiblat nyanabi Ibrahim, oleh karenanya maka kami jadikan juga kaliansebaik-baik umat dan umat yang senantiasa selalu meluruskan,maka kami memberikan kelayakan kepada kamu sebagai saksiatas perbuatan manusia yakni umat lainnya pada hari kiamatapabila umat tersebut mengingkari risalah yang disampaikannya,sementara sebaliknya mereka tidak bisa menjadi saksi untukkalian, karena Rasullah yang bertindak sebagai saksi untukkalian sendiri , inilah bentuk pemuliaan dan karunia Allahkepada kamu (Al-Jazâ’iri: 1990, Jil. 1, h. 125-126).

Dari paparan di atas, kita dapat melihat adanya titik temuantara makna ummatan wasathan yang dikemukakan oleh Ibnu

Page 5: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

209 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

‘Asyur dan al-Jazâ’iri. Tidak ada pertentangan makna satu samalain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa wasathiyahadalah sebuah kondisi terpuji yang menjaga seseorang darikecenderungan menuju dua sikap ekstrem; sikap berlebih-lebihan (ifrâth) dan sikap muqashshir yang mengurang-ngurangisesuatu yang dibatasi Allah swt. Sifat wasathiyah umat Islamadalah anugerah yang diberikan Allah swt.secara khusus. Saatmereka konsisten menjalankan ajaran-ajaran Allah swt, makasaat itulah mereka menjadi umat terbaik dan terpilih. Sifat initelah menjadikan umat Islam sebagai umat moderat; moderatdalam segala urusan, baikurusan agama atau urusan sosial didunia.

Wasathiyah (pemahaman moderat) adalah salah satukarakteristik Islam yang tidak dimiliki oleh agama-agama lain.Pemahaman moderat menyeru kepada dakwah Islam yangtoleran, menentang segala bentuk pemikiran yang liberal danradikal.Liberal dalam arti memahami Islam dengan standarhawa nafsu dan murni logika yang cenderung mencaripembenaran yang tidak ilmiah.

Radikal dalam arti memaknai Islam dalam tatarantekstual yang menghilangkan fleksibilitas ajarannya, sehinggaterkesan kaku dan tidak mampu membaca realitas hidup. Sikapwasathiyah Islam adalah satu sikap penolakan terhadapekstremisme dalam bentuk kezaliman dan kebatilan. Ia tidak lainmerupakan cerminan dari fitrah asli manusia yang suci yangbelum tercemar pengaruh-pengaruh negatif. (Ibnu ‘Asyur, Ushûlan-Nizhâm al-Ijtimâ‘î fi al-Islâm, 1979 :17).

C. ‘Islam Moderat’ versus ‘Muslim Moderat’: SebuahDistorsi IstilahDalam sejarah keilmuan Islam, tidak dikenal istilah

‘Islam moderat’, ‘Islam Arab’, Islam Liberal, Islam Progressifataupun ‘Islam Nusantara’, karena Islam adalah agama samawiyang diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. untukmensukseskan misi kedamaian secara universal. Islam --sebagaisatu agama-- sangat tidak pantas didiskreditkan oleh istilah-istilah parsial yang mereduksi keagungan makna Islam itusendiri.(Ibnu ‘Asyur: At-Tahrîr Wa At-Tanwîr, 1984, Juz. III, h.

Page 6: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 210

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

189). Hal senada juga disampaikan Al-Jazâ’iri, beliaumenambakan bahwasanya Islam adalah agama pilihan yangbersifat universal, semua ajarannya wajib ditaati dandilaksanakan.Setiap muslim harus mampu membuktikankeagungan hokum dan ajaran Islam di tengah-tengahmasyarakat non muslim, agar mereka mampu membedaakanantara seruan kebenaran dengan bisikan kebatilan. (Al-Jazâ’iri,1990 : 297)

Umat Islam harus berhati-hati dalam ‘peperangan istilah’yang dimunculkan inteletual Barat. Akhir-akhir ini, istilah”moderat” menjadi kata-kata yang bertendensi mengangkat satukelompok tertentu dan menjatuhkan sekelompok yang lain.Kata-kata ini biasanya digunakan sebagai antonim bagifundamentalisme dan absolutisme.Bahkan, tanpa disadari, istilahwasathiyah sering digunakan untuk mengkategorikan orang-orang yang bertindak dan berpikir secara liberal dalamberagama.Sementara kelompok yang secara konsistenmenjalankan ajaran Islam dianggap sebagai tidak moderat.

Dari berbagai pernyataan para politisi dan intelektualBarat terkait klasifikasi Islam menjadi ‘Islam moderat’ dan‘Islam Radikal’, akan ditemukan bahwa yang mereka maksud‘Islam Moderat’ adalah Islam yang tidak anti Barat (baca: antikapitalisme); Islam yang tidak bertentangan dengan sekularismeBarat, serta tidak menolak berbagai kepentingan Barat.Substansinya, ‘Islam Moderat’ adalah Islam sekular, yang maumenerima nilai-nilai Barat, serta mau berkompromi denganimperialisme Barat dan tidak menentangnya.Kelompok yangdisebut ‘Islam Moderat’ ini mereka anggap sebagai ‘Islam yangramah’ dan bisa jadi mitra Barat.

Sebaliknya, menurut Barat, yang disebut ‘Islam radikal’atau ‘ekstremis’ adalah Islam yang menolak ideologiKapitalisme-Sekular, anti demokrasi, dan tidak mauberkompromi dengan Barat. Dengan kata lain, ‘Islam radikal’adalah muslim yang setia dengan pandangan hidup dan nilai-nilai Islam, serta taat pada ideologi dan syariat Islam. Atau,orang radikal adalah orang yang ingin menerapkan Islam kafah.Bagi Barat, kelompok Islam ini bukan saja dianggap sebagai

Page 7: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

211 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

Islam yang ‘keras’ dan anti-Barat, tetapi juga dianggap sebagaiancaman buat peradaban mereka.(Muhammad Rizieq, 2011:46)

Jelas, klasifikasi demikian menggambarkan carapandang Barat terhadap Islam dan kaum Muslim sesuai ideologimereka. Karena itu, umat Islam wajib menyadari, bahwasanyaharus ada demarkasi (pembatasan) makna antara Islam –sebagaiagama-- dengan term moderat, gabungan dua kata tersebutsangat mediskreditkan makna Islam yang memiliki maknanyayang begitu luas, karena dibatasi oleh istilah hasil ijtihadmanusia yang tidak apple to apple. Adapun pemilahan muslimmenjadi moderat dan radikal dimaksudkan sebagai bentukklarifikasi ke masyarakat ineternasional bahwasanya dakwahIslam sangat bersahabat, ramah, dan toleran. Muslim moderatberusaha mereaslisasikan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya,tanpa paksaan apalagi kekerasan atas nama agama (mazhab,dll.). Dengan demikian dapat dipahami, Islam adalah satu tidakada duanya; tidak bisa dikotak-kotakkan, sedangkan umatmuslim adalah umat yang kreatif dan inovatif, mayoritas merekaadalah kelompok yang moderat ala Al-Qur’an, sedangkanminoritasnya terbagi-bagi, ada yang moderat versi Barat, danadapula yang anti sikap moderat yang sangat intoleran terhadapperbedaan pendapat (keyakinan, dll.).

D. Ciri-Ciri Ummatan WasathanSebagai jawaban atas berkembangnya paham dan

gerakan kelompok yang intoleran, rigid, dan mudahmengkafirkan (takfiri), maka perlu dirumuskan ciri-ciriUmmatan Wasathan untuk memperjuangkan nilai-nilai ajaranIslam yang moderat dalam kehidupan keagamaan,kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Sikap moderatadalah bentuk manifestasi ajaran Islam sebagai rahmatan lil‘alamin; rahmat bagi segenap alam semesta.Sikap moderat perludiperjuangkan untuk lahirnya umat terbaik (khairu ummah).(Ibnu ‘Asyur, Maqâshid al-Syari‘ah,2001 : 268)

Page 8: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 212

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

Pemahaman dan praktik amaliah keagamaan seorangmuslim moderat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1- Tawassuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahamandan pengamalan yang tidak ifrâth (berlebih-lebihandalam beragama) dan tafrîth (mengurangi ajaran agama);

2- Tawâzun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman danpengamalan agama secara seimbang yang meliputisemua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi,tegas dalam menyatakan prinsip yang dapatmembedakan antara inhiraf ,(penyimpangan,) danikhtilaf (perbedaan);

3- I’tidâl (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatupada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhikewajiban secara proporsional;

4- Tasâmuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormatiperbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagaiaspek kehidupan lainnya;

5- Musâwah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatifpada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisidan asal usul seseorang;

6- Syûra (musyawarah), yaitu setiap persoalan diselesaikandengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakatdengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atassegalanya;

7- Ishlâh (reformasi), yaitu mengutamakan prinsipreformatif untuk mencapai keadaan lebih baik yangmengakomodasi perubahan dan kemajuan zaman denganberpijak pada kemaslahatan umum (mashlahah ‘ammah)dengan tetap berpegang pada prinsip al-muhafazhah ‘alaal-qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah(melestarikan tradisi lama yang masih relevan, danmenerapkan hal-hal baru yang lebih relevan);

8- Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitukemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebihpenting harus diutamakan untuk diimplementasikandibandingkan dengan yang kepentingannya lebih rendah;

9- Tathawwur wa Ibtikâr (dinamis dan inovatif), yaituselalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan

Page 9: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

213 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakanhal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umatmanusia;

10- Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjunjung tinggiakhlak mulia, karakter, identitas, dan integritas sebagaikhairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan danperadaban.Untuk menjadi seorang yang berpikir dan bersikap

moderat tidak harus menjauh dari agama (ateisme), tetapi jugatidak menghujat keyakinan orang lain. Mungkin sikap seperti inisering bermunculan karena adanya pengaruh globalisme danneolibralisme. Orang seperti ini selalu menghujat keyakinanorang lain dengan mengklaim dirinya yang paling benarkemudian yang lainnya sesat dan kafir. Inilah virus yangsekarang memorak-porandakan kesatuan umat Islam.Sikapseperti ini adalah sikap ekstrem dalam agama.(Arsulan, th: 53)

Moderat ala Islam menuntut seorang muslim agarmampu menyikapi sebuah perbedaan, dalam artian bahwa apayang menjadi perbedaan dari tiap-tiap agama maupun alirantidaklah perlu disama-samakan, dan apa yang menjadipersamaan diantara masing-masing agama ataupun aliran tidakboleh dibeda-bedakan atau dipertentangkan. Perbedaan adalahbagian dari sunatullah yang tidak bisa dirubah dandihapuskan.Ini sudah menjadi takdir Allah swt., tinggal manusiasaja yang harus belajar bagaimana merealisasikan dirinyasendiri.

Islam hanya mengajarkan untuk mengajak seseorang kejalan Allah swt, melalui cara yang bijak, suri tauladan sertadialog yang baik dan santun (Q.S an-Nahl 125), tanpa dibarengidengan rasa permusuhan dan kebencian lantaran adanya sebuahperbedaan. Inilah konsep yang semestinya dilaksanakan olehumat yang paling baik di antara seluruh umat manusia. Islamselalu mengedepankan perintah untuk saling menghormati danmengasihi tanpa melihat latar belakang keyakinan yang dianutseseorang, serta melarang para pemeluknya untuk memaksakankehendak, apalagi menggunakan jalan kekerasan dalammenyikapi suatu perbedaan keyakinan. Jadi, jika seorangmuslim menyimpan rasa benci atas adanya perbedaan keyakinan

Page 10: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 214

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

yang dianutnya maka sesungguhnya orang tersebut telahmelanggar ajaran Islam.

E. Aktualisasi Makna WasathiyahWasathiyah (sikap moderat) dalam Islam, tidak hanya

terbatas pada suatu aspek kehidupan tertentu saja, melainkanmencakup seluruh aspek kehidupan, terstruktur rapi dalamsetiap aspek dan terbentang seluas cakrawala kehidupan. Diantara aspek-aspek sikap moderat adalah sebagai berikut:

1- Kemoderatan akidah yang sesuai dengan fitrah.Akidah Islam merupakan akidah yang sesuai denganfitrah, baik dalam hal toleransi, kejelasan, konsistensi,keseimbangan hingga tingkat kemudahannya. AkidahIslam jauh dari tindakan penyangkalan orang-orang yangtidak beriman dan penyerupaan golongan yangmenetapkan wujud bagi Allah swt. Akidah Islam selamatdari penyimpangan kaum Yahudi yang menyatakanbahwa tangan Allah swt terbelenggu; dan daripenyekutuan kaum Nasrani yang mengatakan bahwa IsaAl-Masih adalah putra Allah; serta dari kegersangan akalkaum materialis yang mengingkari hal-hal ghaib. (Ibnu‘Asyur, 1979 : 47)

2- Moderat dalam Pemikiran dan Pergerakan. Hal initercermin dalam akidah (keyakinan) yang sesuai denganfitrah dan ibadah yang mendorong pada upayapemakmuran dunia. (ibid : 23)

3- Moderat dalam syiar-syiar yang mendorong upayapemakmuran. Kewajiban-kewajiban dalam Islam tidakbanyak dan tidak pula sulit memberatkan. Begitu pula,kewajiban-kewajiban Islam tidak mungkin bertentangandengan tuntutan hidup, seperti berkerja untuk memenuhikebutuhan; bekerja keras untuk mewujudkankemakmuran;dan berkorban untuk memimpin umat gunamembangun peradaban.Sikap moderat dalam syiar-syiarIslam juga tercermin dalam kaidah-kaidah perundang-undangan Islam.Di antara kaidah-kaidah tersebut adalah:ةتجلبالتیسیر -المشق (kesulitan menuntut adanyakemudahan).

Page 11: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

215 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

رورةتبیحالمحظورات الض - (Keadaan darurat menyebabkanbolehnya hal-hal yang dilarang).ررين الض -ارتكابأخف (Dalam keadaan darurat, bolehmelakukan perkara haram yang paling ringanmadharatnya). (ibid : 27)

4- Moderat dalam metode (manhaj). Hal ini tercerminpada hal-hal berikut:a. Sudut pandang yang universal. Risalah Islam

adalah risalah yang terbentang luas hingga meliputiseluruh masa dan mengatur seluruh kehidupan umat;dan menancap dalam hingga mencakup seluruhurusan duniawi dan ukhrawi.Islam --sebagaimanayang dituduhkan oleh kaum sekuler-- tidak hanyaterbatas pada aspek akidah dan ibadah saja,melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islamikut andil dan berkontribusi melalui risalah agamauntuk memperbaiki kehidupan masyarakat,tatananpolitik negara, pembentukan umat, kebangkitanbangsa, dan reformasi kehidupan. Islam adalahagama yang sangat sempurna, karena Islam adalahakidah dan syariat; dakwah dan negara; perdamaiandan jihad; kebenaran dan kekuatan; ibadah danmuamalah (transaksi). (ibid :41-42)

b. Perioritas dalam pemahaman. Sudut pandang yangbenar tentang Islam melahirkan pemahaman bahwatidak semua perintah dalam Islam berada padatingkat urgensi yang sama. Namun, sebagian adayang wajib dan ada juga yang sunnah; ada yangmanfaatnya meluas kepada pihak lain dan ada pulayang manfaat hanya terbatas bagi pelakunya; adayang bersifat menyeluruh dan ada pula yang bersifatparsial. Sedangkan sudut pandang yang moderat,menuntut kita untuk mendahulukan perkara yangwajib atas perkara yang sunnah; perkara yangbermanfaat luas atas perkara yang manfaatnyaterbatas; dan perkara yang universal atas perkarayang parsial.Mengetahui perkara yang utama,melaksanakannya dan mendahulukannya atas perkara

Page 12: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 216

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

yang memiliki tingkat urgensi lebih rendah, termasukperkara yang sangat penting. (ibid : 61-62)

c. Bertahap dalam membangun.Tujuan utamadakwah adalah menggapai idealism dan leveltertinggi dalam menerapkan agama Islam dalamrealitas kehidupan manusia. Namun, persepsi yangmoderat menuntut untuk memahami realitaskehidupan dan memikirkan tahapan-tahapannyamulai dari kondisi yang ada hingga kondisi yangdicanangkan dan diharapkan. Periodisasi menuntutkita untuk mengetahui skala prioritas kerja kita;menuntut kita untuk mengurutkan yang harusdidahulukan agar segala upaya kita tidak melintasjauh dari realitas, tidak kehilangan pengaruh, tidakmenjadi penghalang manusia untuk menuju jalanAllah Swt., tidak menyimpang dari nilai Islam dansunnah Rasulullah Saw. Kewajiban shalat, puasa danzakat melalui proses periodisasi hingga sampai padatingkatnya yang bersifat final. Pengharaman khamr(mimuman keras) dan kewajiban memerdekakanbudak, semuanya memperhatikan aspek periodisasi.Para ulama menetapkan bahwa penerapan syariatIslam harus memperhatikan aspek periodisasi;berbeda dengan pemikiran yang harus bersifatuniversal dan menyeluruh. Ada perbedaan antarateori dan sudut pandang dengan penerapan danpelaksanaan. (ibid :221-222)

d. Saling melengkapi dalam perilaku. Islam adalahagama yang moderat dalam akhlak dan perilaku, diantara sikap kaum idealis yang berkhayal bahwamanusia adalah malaikat sehingga merekamenentukan nilai-nilai etika yang tidak mungkindigapai, dan sikap kaum realistis yang menganggapmanusia sebagai hewan sehingga merekamenginginkan perilaku-perilaku yang tidak layakbaginya. Kelompok pertama terlalu berperasangkabaik terhadap fitrah manusia sehinggamenganggapnya sebagai kebaikan murni; sedangkan

Page 13: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

217 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

kelompok kedua berburuk sangka terhadap fitrahmanusia sehingga menganggapnya sebagaikeburukan murni. Pada hakikatnya, manusia adalahgumpalan tanah dan tiupan ruh yang dititipi akal,jasad dan jiwa oleh Allah Swt.. Kemudian Allah Swt.menjadikan nutrisi akal berupa pengetahuan; nutrisitubuh berupa makanan; nutrisi jiwa berupapenyucian; dan nutrisi perasaan adalah seni yangluhur. Maka orang yang berakal adalah orang yangmampu memenuhi semua kebutuhan fitrahnya sesuaidengan perintah AllahSwt.. Sebaliknya, orang yanglalai adalah orang yang menyia-nyiakan satu darisekian kebutuhan fitrahnya,sehingga tatanannyamenjadi rusak dan fungsi penciptaannya menjaditidak stabil. (ibid : 32)

5- Sikap Moderat dalam Pembaharuan dan Ijtihad:a. Terhubung dengan sumber asal (sejarah masa lalu).

Wasathiyah (sikap moderat) termasuk karakter Islamyang utama; karena nilai inilah yang senantiasamenghubungkan kaum muslimin dengan prinsipdasar mereka. Kondisi hidup mereka saat ini tidaklahterputus dari sejarah masa lalu mereka dan terhubungkuat dengan sejarah hidup para generasi salehterdahulu. Kendati begitu, masa kini kaum musliminbukan gadaian masa lalu, dan bukan pula tahananyang terbelenggu oleh hasil karya generasi terdahulu.Karena zaman sekarang bukanlah zaman dulu,lingkungan saat ini bukanlah lingkungan saat itu danpermasalahan sekarang bukanlah permasalahan masasilam.Generasi shalih terdahulu hanyalah berijtihaduntuk memecahkan permasalahan mereka saat itu.Maka kita tidak boleh membebani mereka denganapa yang bukan urusan mereka, untuk menyelesaikanpermasalahan kita saat ini.

b. Terhubung dengan masa kini (duniakontemporer). Dalam pandangan Islam, kehidupanselalu mengalami perubahan dan perputaran. Olehkarena itu,sikap moderat Islam menolak berpisah dari

Page 14: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 218

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

masa kini dan mengabaikan peristiwa yang terjadi didalamnya. Kemoderatan Islam juga menolakmembungkus ijtihad yang dipengaruhi oleh sebuahkondisi atau lingkungan dengan baju keabadian danpemeliharaan dari kesalahan dan perubahan, tanpaada ijtihad lain yang juga dipengaruhi olehlingkungan dan kondisi yang berbeda denganlingkungan ijtihad sebelumnya. Hal ini karena nilaimurunah (fleksibelitas) dan sa’ah (keleluasan) tidakakan bermakna jika nash dzanni –baik penetapanatau pemahamannya-- berubah melalui proses ijtihadmenjadi nash qath`i berkaitan dengan hak selainmujtahid. Di sisi lain, seluruh nash qath`i harus tetapterjaga dan tidak boleh mengalami perubahan ataupergantian hingga berubah -karena proses ijtihad-menjadi nash dzanni. Keterikatan dengan masa kiniberlandaskan identifikasi terhadap interval waktubagi setiap pemahaman(hasil ijtihad); jugaberlandaskan pemisahan antara pemahaman yangberkaitan dengan waktu atau tempat tertentu denganpemahaman yang bersifat mutlak. KemoderatanIslam menjelaskan bahwa teks-teks syariat (Al-Qur’an & sunah) adalah terbatas. Sedangkanperistiwa selalu berganti-ganti dan pengalaman (hasilpercobaan) tidak tetap dan selalu berubah. Maka,wadah yang mereka miliki belum penuh untukmemuat tambahan-tambahan yang bermanfaat(ijtihad-ijtihad baru). Hukum harus selaluberkembang sejalan dengan perubahan kondisi danpergantian keadaan, masa, ruang dan situasi dalamsetiap masa dan wilayah, agar tetap sesuai denganmaksud syariat pada masa tersebut tanpa menafikankorelasi dengan hukum asal. Oleh karena itu, kitamenjumpai Islam menyeru kaum muslimin untukberhubungan dengan masa kini (dunia kontemporer)dan mengambil peradaban bangsa lain selama tidakbertentangan dengan nilai-nilai moral, nilai-nilaipokok akidah, pemahaman, pemikiran, kurikulum

Page 15: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

219 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

pendidikan dan arahan-arahan syariat umat Islam.Hal ini, karena setiap “hikmah” adalah sesuatu yanghilang dari setiap mukminin yang harus dicari. Dimanapun hikmah ini ditemukan, dialah yang palingberhak atasnya, tidak penting dari mana hikmahtersebut muncul. Jalaninilah yang ditempuh oleh paragenerasi saleh terdahulu ketika mereka berhubungandengan umat lain. Sikap mereka terhadapkebudayaan umat lain adalah sikap seorang yangmemahami kaidah asal dan standar hukumagamanya. Sikap inilah yang mereka tujukkan ketikamengambil, menolak, membantah, menerima,membenarkan atau mengingkari kebudayaan umatlain.

c. Nilai Moderat dalam Hukum:- Menghormati kaidah-kaidah pokok. Nilai

moderat Islam mengagungkan seluruh kaidahpokok yang melandasi bangunan hukum Islam;menjaganya dari tangan-tangan yang hendakmempermainkannya, merubah ataumenyelewengkannya, seperti yang menimpaajaran agama-agama terdahulu-; memeliharanyadari segala upaya mengkosongkannya dari maknadan pemahaman yang dikandungnya. Hukum-hukum permanen Islam yang tercermin dalammaqasid syariat kulliyah (maksud syariat Islamyang bersifat umum), kewajiban-kewajiban yangbersifat rukun,hukum-hukum yang bersifatqath`i, nilai-nilai akhlak dan lain sebagainya,semuanya merupakan kaidah pokok yang tidakboleh diremehkan.

- Memberikan kemudahan dalam perkaracabang. Kebalikan dari penghormatan terhadapkaidah kaidah pokok, nilai moderat memberikankemudahan dalam melaksanakan masalah furu’(perkara cabang). Hal ini dimaksudkan untukmenolak kesulitan dan menghilangkan kesukaran.Ini merupakan metode Nabi Saw. yang

Page 16: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 220

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

berlandaskan prinsip mengambil perkaratermudah di antara dua pilihan yang diberikan.Masalah-masalah cabang ini terdapat dalam hal-hal yang tidak dijelaskan oleh nash(dalil) syariatatau hokum- hokum yang bersifat temporal, fikihprioritas, siyasahsyar`iyyah (politik Islam),zara`i` (hal-hal yang bisa menjadi sebab terjadikemungkaran), fikih realita,perubahan fatwa danlain sebagainya.

d. Interaksi yang tidak terbawa arus. Nilai ModeratIslam tidak menjadikan seorang muslim memandangumat lain dengan penuh kerendahan dan kehinaanatau melihat mereka dengan penuh kekaguman. Akantetapi, menjadikannya mampu berinteraksi denganmereka sesuai dengan arahan berikut:- Meyakini adanya keberagaman peradaban,

wawasan budaya, perundang-undangan, politikdan sistem sosial.

- Berupaya untuk meningkatkan cakrawalakomunikasi peradaban antar bangsa; diantaranya: mengambil faedah atau hikmah daribangsa lain berkaitan dengan metode ilmiahtentang kosmologi, sistem administrasi yangmaju, penghargaan terhadap nilai waktu dankeadilan. Semuanya dalam bingkai iklim yangkondusif dan seruan membangun koalisi socialyang masif di atas landasan sikap salingberkontribusi secara adil dalam kemaslahatan danupaya meredam teriakan para ekstremis darikedua belah pihak, yangberlebihan dan yangmelalaikan.

- Memiliki perhatian terhadap karya-karya tulisyang akan diberikan kepada kaum non muslim.Dalam hal ini, perlu difokuskan pada pembahsantentang dalil-dalil aqli yang dikemukakanbersama teks-teks dalil syariat (Al-Qur’an danSunnah).

Page 17: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

221 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

- Menyeru untuk merintis kajian fikih minoritasbuat kaum muslimin yang hidup di masyarakatnon muslim sesuai dengan kadar dan dayakemampuan yang dapat memelihara eksistensidan identitas kaum muslimin, sehingga tidakterisolasi atau larut dalam peradaban umat lain.

- Konsentrasi pada nilai-nilai positif dalammenjalin hubungan dengan umat lain.

- Berupaya untuk membangun kebersamaan danmenjunjung tinggi nilai-nilai universal yangdisepakati bersama. Sebab setiap peradabanterbagi-bagi sesuai dengan kadar nilai-nilaiuniversal, seperti: nilai keadilan, persamaan dankebebasan. Para ahli hikmah dari setiap agamaberhak untuk mendapatkan ucapan terimakasihdan penghargaan.

- Bekerja untuk memberikan kontribusi terhadapupaya menyelesaikan problematika bangsa lain,khususnyamasyarakat Barat, mulai dari masalahbroken home,disintegrasi sosial, degradasi moral,penyimpangan seksual hingga masalah rasismedan fanatisme golongan. Kemudian upaya kerasuntuk mempublikasikan kontribusi-kontribusitersebut.

e. Sikap toleransi yang tidak menghinakan diri.Sikap toleransi yang baik, interaksi luhur dan akhlakmulia yang ditunjukkan oleh Islam terhadap orangyang menentang, tidak boleh dipandang denganpandangan yang salah; kemudian diasumsikan bahwaIslam dan kaum muslimin adalah lemah dan hinayang menyebabkan mereka lebur dalam eksistensiumat lain; hanyut dalam arus peradaban dan orientasiumat lain.Kaum muslimin adalah umat yang mampuberdiritegak untuk menikmati keistimewaan merekayang sangateksklusif. (Ibnu ‘Asyur, 2001 : 183-188)

Page 18: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 222

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

F. PenutupDari uraian dan penjelasan yang penulis kutip dari duamufassir diatas. maka sangat jelas sekali signifikansiperbedaan pengembangan makna “Wasthan” darikeduannya, berikut ini catatan-catatan penulis terhadapkedua mufassir tersebut :

1. Al-Jaza’iriy : sebagai mufassir yang tetap konsistenmempertahankan nilai-nilai luhur tafsir ma’tsur,indikatornya adalah masih tetap dengan penafsiran yangdikemukakan oleh para ulama-ulama seniornya sepertiIbnu Katsir yang menafsirkan ayat ini denganmengaitkannya dengan qiblat Ibrahim : beliaumenyatakan : “ sesungguhnya kami mengubah arahkiblat kalian ke kiblat Ibrahim a.s dan kami pilih kiblatitu untuk kalian agar kami dapat menjadikan kalian umatpilihan, agar pada hari kiamat kelak kalian menjadi saksiatas umat-umat yang lain, sebab semua umat akanmengakui keutamaan mereka. yang dimaksud dengankata “wasath” disini adalah pilihan yang terbaik.sebagaimana yang diungkapkan bahwa orang-orangQuraisy adalah orang Arab pilihan, baik dari segi nasabataupun tempat tinggal. artinya adalah yang terbaik.Ketika Allah menjadikan umat ini sebagai ummatan“Wasthan” maka dia memberikan kekhususan kepadanyadengan syari’at yang paling sempurna, jalan yang palinglurus, dan paham yang paling jelas. (Ibnu Katsir 1 :451)

2. Ibnu ‘ Asyur, beliau menjelaskan secara luas tentang“ummatan wasthan” dengan melihat konteks dan realitashari ini, meskipun banyak hal-hal yang menurut hematpenulis perlu menjadi catatan untuk dikritisi karenaberpotensi menimbulkan multi persepsi dan kontroversiditengah-tengan masyarakat, diantara point-poit pentingtersebut adalah :a. Kemoderatan Islam menjelaskan bahwa teks-teks

syariat (Al-Qur’an & sunah) adalah terbatas.Sedangkan peristiwa selalu berganti-ganti danpengalaman (hasil percobaan) tidak tetap dan selaluberubah

Page 19: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

223 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

b. Para ahli hikmah dari setiap agama berhak untukmendapatkan ucapan terimakasih dan penghargaan.

Dari kedua poit penting ini menurut hemat penulisadalah akibat terlalu rasionalnya pemahaman ‘Asyur tentangkonsep “ummatan Wasthan” dari Ibnu Asyur sehingga terjebakkedalam bahasa-bahasa yang memiliki makna ambigu. danterhadap pemahaman lainnya menurut penulis adalah terobosanbagus dari Ibnu ‘Asyur tenyang konsep “ummatan Washatan”.

Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam adalah umatterbaik yang dikeluarkan seluruh umat manusia. Mereka adalahumat yang moderat sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.,“Demikianlah Kami telah menjadikan kalian (umat Islam)sebagai umat yang pertengahan (adil dan terbaik) agar menjadisaksi atas (perbuatan) manusia.” (q.s. Al-Baqarah: 143). Jikalaukata “al-wasath” dalam ayat ini bermakna adil, terbaik dankeutamaan, maka betapa manusia sangat membutuhkan orangyang dapat mengkristalkan makna-makna ini dalam realitakehidupan agar dapat menyelematkan mereka dari kegersanganmaterilistik dan jeratan lumpur tanah yang hina.

Dunia tidak akan mengenal kebahagiaan danketenteraman kecuali setelah kaum muslimin berada dibarisanterdepan, sebagai pemimpin umat dan guru dunia. Apakah kaummuslimin telah berhasil merealisasikan hal itu?Tidak diragukanlagi, jawabannya adalah iya. Allah :

Artinya : “Tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya,walaupun orang-orang kafir membencinya.”(q.s. As-Shaf: 8).

Namun semua itu mememerlukan kerja keras yangdikorbankan dan keringat yang dicucurkan. Tidak ada jalanuntuk mengubah kondisi eksternal selain melakukan perubahankondisi internal dalam diri kita.Allah Swt.berfirman,“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaumhingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

Page 20: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an Afrizal Nur dan Mukhlis 224

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

sendiri.”(q.s. Ar-Ra’du: 11).Firman Allah Swt. pastibenar.Seluruh janji-Nyajuga benar.Tidak ada taufik (petunjuk)selain dari-Nya.Hanya kepada-Nya kita bertawakal dan hanyakepada-Nyakita akan kembali.

Page 21: KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF …

225 Afrizal Nur dan Mukhlis Konsep Wasathiyah dalam Al-Qur’an

An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015

Daftar Pustaka

Al-Alamah al-Raghib al-Asfahaniy, Mufradat al-FadzulQur’an, Darel Qalam, Beirut, 2009,

Al-Jazâ’iri, Jâbir, Aisar At-Tafâsîr li Kalâm al-‘Aliy al-Kabîr, Jeddah: Racem Advertising, 1990, Cet. III

Arsulan, Al-Amir Syukaib, Limâzâ Ta’akhkhara al-Muslimûn?, Qatar: Wazâratu al-Tsaqâfah wa al-Funûn wa at-Turâts, th

Ibnu ‘Âsyûr, Muhammad at-Thahir,At-Tahrîr wa al-Tanwir, Tunis: ad-Dar Tunisiyyah,1984

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Azhim, jilid 1, MaktabahSyamilah

--------------.Maqâshid al-Syari‘ah,Yordania: Dâr an-Nafa’is, 2001, Cet. II

--------------. Ushûl an-Nizhâm al-Ijtimâ‘î fi al-Islâm,Tunis: As-Sharikah at-Tûnisiyyah li at-Tauzî‘,1979

Rizieq,Muhammad,Hancurkan Liberalisme TegakkanSyariat Islam, Jakarta Selatan: Suara Islam, 2011, Cet. I

Dzul Faqqar ‘Ali, Mu’jam al-Wasith. 1973, ZIB, Kairo.