konsep syariah dalam mengelola bisnis...

16
KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah Diajukan sebagai Pengganti Ujian Akhir Ekonomi Manajerial Syariah (EMS) Dosen : Dr. Yulizar D. Sanrego. Disusun oleh: Fajar Adi (NPM : P.056132123-14EK) Magister Manajemen Syariah Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor Februari 2014

Upload: lenhan

Post on 16-Feb-2018

259 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN

Makalah

Diajukan sebagai Pengganti Ujian Akhir

Ekonomi Manajerial Syariah (EMS)

Dosen : Dr. Yulizar D. Sanrego.

Disusun oleh:

Fajar Adi

(NPM : P.056132123-14EK)

Magister Manajemen Syariah

Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis

Institut Pertanian Bogor

Februari 2014

Page 2: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

1

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi ekonomi dari bidang pertanian yang sangat

besar. Hal ini karena Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup

besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kondisi biofisik lahan

(fisiografi, bentuk wilayah, lereng dan iklim), dari 188,2 juta hektar total daratan

Indonesia, lahan yang sesuai untuk pertanian adalah seluas 100,7 juta hektar, yaitu

24,5 juta hektar sesuai untuk lahan basah (sawah), 25,3 juta hektar sesuai untuk

lahan kering tanaman semusim, dan 50,9 juta hektar sesuai untuk lahan kering

tanaman tahunan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

Namun, potensi yang besar tersebut tidak dapat dioptimalkan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Sebagai negara agraris, Indonesia

mengimport beras, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang sangat

besar. Pada tahun 2011, Indonesia mengimpor beras sebanyak 800.000 ton

(bisniskeuangan.kompas.com, 2014). Untuk sayur-sayuran, tahun 2010 Indonesia

mengimpor tomat sebanyak 10.429 ton, bawang merah 64.247 ton, bawang putih

367.007 ton, cabe 18.358 ton dan kentang 50.384 ton dan sayuran lainnya

mencapai 266.436 ton (bisniskeuangan.kompas.com, 2014). Untuk impor buah-

buahan, pada tahun 2010 mencapai 601.965 ton dengan nilai 591,68 juta dolar AS

(Medanbisnisdaily.com, 2014).

Hal tersebut diperparah dengan kondisi semakin menurunnya minat untuk

bertani di Indonesia. Jumlah petani pada 2011 turun 2,16 juta orang dan bila

dilihat usia petani saat ini sudah didominasi dengan rentang usia 55-60 tahun

(Bisnis.com, 2014). Dari data tersebut kondisi pertanian sangat mengkhwatirkan

dan perlu adanya para penerus atau regenerasi. Tetapi pada saat sekarang ini

sudah sangat sedikit para pemuda yang memilih bidang pertanian sebagai sumber

mata pencaharian mereka (Maheka, 2011).

Balitbang Pertanian dalam Bachrein (2006) mengatakan bahwa usaha tani

haruslah dipandang sebagai suatu komersial yang otonom, berorientasi pasar dan

bertujuan untuk meraih hasil usaha (laba). Oleh karena itu, petani adalah Manajer

yang bebas dalam mengelola usaha taninya.

Page 3: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

2

Menurut Sørensen et al (2010), manajer pertanian haruslah dapat

mengelola keuangan, memesan input produksi, mengelola pembayaran gaji/upah

para staf/operator, dan mengelola peralatan dan lahan agar dapat memproduksi

produk pertanian dan menjualnya ke konsumen. Dalam diagram dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Situasi saat ini dilihat dari sudut pandang manajer pertanian

dan aktivitas sistem pertanian untuk produksi tanaman.

(Sumber : Sørensen et al., 2010 : p. 43)

Dari Gambar 1. diatas dapat dilihat bahwa manajer pertanian harus

menjalankan konsep manajemen bisnis dalam mengelola bisnis pertanian.

Febianto (2010) mengatakan bahwa dalam setiap kegiatan proses manajemen

bisnis, ada beberapa aspek Syariah yang harus diperhatikan. Kegiatan-kegiatan

yang meliputi: Keuangan, Pemasaran, Sumber Daya Manusia, dan Manajemen

Operasi, harus mengikuti aturan Syariah, disebut Fiqh Muamalah.

Page 4: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

3

Lebih lanjut Febianto (2010) menyebutkan bahwa Fiqh Muamalah adalah

hukum Islam yang mengatur hubungan antara manusia dan manusia dan semua

tindakan mereka dan interkoneksi (kegiatan apa pun diizinkan kecuali ada

ketentuan yang melarangnya). Senada dengan pendapat tersebut, Muhammad

(2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Label Halal dan Spritualitas Bisnis”

menyimpulkan bahwa nilai fundamental dalam bisnis yang sering terabaikan

adalah nilai spiritual. Lantaran pelaku bisnis terjebak pada adigium, bahwa

wilayah bisnis dan agama adalah wilayah yang berbeda.

Demikian juga dengan bisnis pertanian, merupakan suatu usaha yang tidak

lepas dari etika dan moral bisnis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kajian yang

lebih spesifik tentang konsep Islam (syariah) dalam mengelola bisnis pertanian.

Sehingga berdasarkan berbagai uraian diatas, maka disusunlah makalah ini

dengan judul : ”Konsep Syariah Dalam Mengelola Bisnis Pertanian”.

1.2. Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja konsep syariah yang dapat

digunakan dalam mengelola bisnis pertanian, di lihat dari aspek-aspek fungsi

manajemen bisnis, yaitu aspek keuangan, pekerja (SDM) dan produksi.

1.3. Ruang Lingkup Penulisan

Tulisan ini dibatasi dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Aspek-aspek fungsi manajemen bisnis dibatasi hanya pada pengelolaan

keuangan, pekerja (SDM) dan produksi dan dikaji secara spesifik dengan

konsep syariah.

2. Aspek pemasaran tidak dikaji dalam tulisan ini, karena secara spesifik

pemasaran syariah merupakan isu yang sedang berkembang saat ini dan

sesuatu yang menarik dikaji secara khusus.

3. Pada aspek pengelolaan keuangan dengan konsep syariah, dibatasi hanya

pada proses untuk mendapatkan pembiayaan usaha.

Page 5: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

4

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Konsep Syariah

Istilah ”Syariah” digunakan untuk menunjukkan penggunaan sistem Islami

dalam melakukan aktivitas ekonomi. Pemberian label “Syariah” pada suatu entitas

bisnis, bukan hanya sekedar klaim pihak pengelola semata, karena “Syariah” oleh

para ahli hukum Islam, diartikan sebagai “seperangkat peraturan atau ketentuan

dari Allah untuk manusia yang disampaikan melalui Rasul-Nya” (Al-Sahdili

dalam P3EI UII, 2013).

Bisnis yang didirikan sesuai syar‟i bertujuan untuk mencapai Falah

sebagai tujuan hidup setiap insan Muslim. Sehingga dalam berbagai aktivitas

pengelolaan bisnis secara Syariah tidak hanya memandang aspek materil, namun

justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks duniawi, Falah

merupakan konsep yang multi dimensi dan memiliki implikasi pada aspek

perilaku individual atau mikro dan perilaku kolektif atau makro (Khan dalam

P3EI UII, 2013).

Maslahah merupakan tujuan antara untuk mencapai Falah. Menurut P3EI

UII (2013) Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non-

material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang

paling mulia. Menurut As-Syatibi dalam P3EI UII (2013), mashlahah dasar

kehidupan manusia terdiri dari 5 (lima) hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs),

intelektual („aql), keluarga dan keturunan (nash) dan harta (maal).

2.2. Konsep Syariah Dalam Mengelola Bisnis

Febianto (2010) menyimpulkan bahwa bisnis Islam dapat didefinisikan

sebagai segala macam kegiatan bisnis yang tidak terbatas (dalam hal kuantitas)

kepemilikan barang atau jasa termasuk keuntungan, tetapi dapat terbatas dalam

hal cara mendapatkan dan cara penggunaan (sesuai dengan hukum Syariah Islam).

Bisnis Islam yang dikendalikan oleh hukum Syariah cukup jauh berbeda dengan

bisnis non-Islam, dalam hal cara untuk mendapatkan kekayaan dan bagaimana

menggunakannya.

Page 6: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

5

Antonio (2007) mengatakan bahwa Rasulullah SAW merupakan seorang

pelaku bisnis yang sangat berhasil di zamannya. Ada dua prinsip utama yang patut

dicontoh dari perjalanan bisnis beliau. Pertama, ternyata uang bukanlah modal

utama dalam berbisnis. Kedua, modal utama dalam usaha adalah membangun

kepercayaan dan dapat dipercaya (al-amin).

2.3. Bisnis Pertanian

Pertanian mempunyai arti yang strategis dalam perekonomian nasional,

karena menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan ialah bahan

pangan (Purwanto et al, 2010). Sedangkan wirausaha adalah orang yang pandai

atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun

operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta

memasarkannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sembara, 2009).

Safarudin dan Faizaty (2010) menuturkan bahwa kewirausahaan juga diharapkan

tidak hanya mampu memanfaatkan keberadaan sumber daya yang ada di sektor

pertanian, namun juga mampu memberikan nilai tambah (value added).

Kewirausahaan berbasis pertanian inilah yang disebut Agricultural Entrepreneur.

Menurut Herman et al. (2008), sektor pertanian hingga kini masih menjadi

andalan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Walaupun terjadi krisis

ekonomi, sektor pertanian telah terbukti menunjukkan pertumbuhan yang positif

dibanding sektor yang lain. Oleh karena itu, sektor pertanian tetap menjanjikan

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para petani.

Page 7: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

6

III. Pembahasan

3.1. Konsep Syariah Islam dalam mengelola Keuangan pada Bisnis

Pertanian

Dalam mengelola keuangan, secara sederhana adalah bagaimana

mengelola dana yang masuk dan dana yang akan digunakan. Untuk mengelola

dana yang akan masuk, tidak terlepas dari pembiayaan dari pihak luar. Menurut

Beik dan Hafiduddin (2008) salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi

oleh sektor pertanian di Indonesia, bila ditinjau dari kegiatan manajemen

keuangan yaitu ketersediaan kredit (pembiayaan).

Salah satu akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan sektor pertanian

adalah akad salam. Menurut Sabiq (2009), Bai‟ Salam merupakan bentuk jual beli

sesuatu dalam tanggungan yang dijelaskan dengan harga yang dibayar dimuka.

Ulama fiqh menyebutnya dengan istilah bai‟u al-mahâwij, karena Bai‟ Salam

termasuk jenis jual beli yang tidak nyata dan atas dasar tuntutan kebutuhan orang

yang bertransaksi. Bagi yang memiliki uang, dia membutuhkan pembelian barang.

Sementara orang yang memiliki barang, dia membutuhkan uang sebelum barang

tersebut ada ditangannya, untuk dibelanjakannya baik untuk dirinya sendiri dan

bagi tanamannya sampai panen. Untuk orang yang membeli disebut muslim atau

rabbu as-silm. Sementara pembeli disebut muslam ilaih. Barang yang dijual

dinamakan muslam fûh. Dan, alat penukarnya disebut dengan ra‟su as-salam.

Lebih lanjut Sabiq (2009) menyatakan bahwa pemberlakuan salam didasarkan

pada Al-Qur’an, sunnah dan ijma’.

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] Ayat 282 :

Artinya : ”Wahai orang-orang beriman! Apabila kamu melakukan utang

piutang untuk waktu yang hendak ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya”.

Page 8: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

7

Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW. bersabda : ”Barangsiapa melakukan salaf, hendaknya

dia melakukannya dengan takaran tertentu, dan batas waktu yang

diketahui”.

Menurut Kaleem (2008) kontrak Bai‟ Salam sepenuhnya telah dapat

diterima oleh perbankan modern. Masalah dapat diselesaikan melalui kontrak

Salam paralel dimana bank masuk ke dalam dua kontrak yang terpisah - pertama

dengan penjual dan kedua dengan pembeli komoditas. Kerjanya sebagai penengah

antara kedua pihak. Satu-satunya syarat adalah bahwa kontrak-kontrak dengan

kedua pihak harus sepenuhnya independen satu sama lain. Kaleem (2008)

mengusulkan 2 (dua) model dari salam untuk pembiayaan sektor pertanian

dibawah perbankan Islam (syariah), yaitu:

1. Model 1. Bank Islam menunjuk perantara (middleman) sebagai agen dari

pihak bank. Perantara mengidentifikasi petani potensial dari daerahnya.

Pinjaman tersebut hanya diberikan kepada petani apabila ada rekomendasi

dan jaminan pribadi dari pihak perantara. Bank memberikan kredit

langsung ke petani dan juga mengembangkan sistem umpan balik

langsung untuk memantau tanaman. Bank juga dapat menuntut jaminan

pribadi dari para petani (bila diperlukan). Pada waktu panen, perantara

juga bertanggung jawab untuk mengumpulkan tanaman dari petani,

menjual di pasar dan mengembalikan saham bank sebagai perjanjian.

2. Model 2. Bank Islam dan pabrik (penggilingan) melakukan akad

Deminishing Musyarakah. Kemudian pabrik (penggilingan)

mengidentifikasi petani potensial dilingkungan mereka dan memberikan

merekomendasikan kepada petani agar mendapatkan pinjaman dari bank.

Bank memberikan kredit langsung ke petani dan juga mengembangkan

sistem umpan balik langsung untuk memantau tanaman. Bank juga dapat

menuntut jaminan pribadi dari para petani (bila diperlukan) dan juga

bertanggung jawab untuk mengangkut hasil panen ke pabrik. Setelah hasil

panen telah diterima oleh bank-pabrik maka pabrik akan memberikan

pembagian hasil kepada bank sesuai dengan syarat dan ketentuan yang

telah diperjanjikan.

Page 9: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

8

Gambar 2.a. Model 1 Skema Salam. Gambar 2.b. Model 2 Skema Salam.

(Sumber : Kaleem, 2008 : p.13) (Sumber : Kaleem, 2008 : p.14)

Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000

Tentang JUAL BELI SALAM adalah sebagai berikut:

Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran:

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,

barang, atau manfaat.

2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.

3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Kedua : Ketentuan tentang Barang:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

3. Penyerahannya dilakukan kemudian.

4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.

5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai

kesepakatan.

Page 10: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

9

Ketiga : Ketentuan tentang Salam Paralel:

Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari, dan

tidak berkaitan dengan akad pertama.

Keempat : Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya:

1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas

dan jumlah yang telah disepakati.

2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,

penjual tidak boleh meminta tambahan harga.

3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan

pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan

harga (diskon).

4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati

dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan

ia tidak boleh menuntut tambahan harga.

5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan,

atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka

ia memiliki 2 (dua) pilihan yaitu : (a) membatalkan kontrak dan meminta

kembali uangnya, dan (b) menunggu sampai barang tersedia.

Kelima : Pembatalan Kontrak:

Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua

belah pihak.

Keenam : Perselisihan:

Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka persoalannya

diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan

melalui musyawarah.

3.2. Konsep Syariah Islam dalam Mengelola Pekerja pada Bisnis Pertanian

Aqd al-ijarah adalah prinsip syariah Islam untuk kontrak kerja pribadi

(Azid, 2008). Sabiq (2009) menyebutkan bahwa kata ijarah berasal dari kata ajr

yang berarti imbalan. Dalam syariat, yang dimaksud dengan ijarah adalah akad

untuk mendapatkan manfaat sebagai imbalan. Ijarah (penyewaan) disyariatkan

berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ ulama.

Page 11: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

10

Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf [43] Ayat : 32

Artinya : ”apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami

telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan

dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian

yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat

mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik

dari apa yang mereka kumpulkan”.

Hadits, Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

”Berilah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering”.

Ijma’ para ulama, atas diberlakukannya penyewaan ini, seluruh umat

sudah sepakat. Dan jika ada ulama yang mengingkarinya, maka hal itu

tidak memiliki dasar.

Jalil dan Sabri (2007) menyatakan bahwa Mugharasah (berbagi-tanam),

ini adalah jenis kemitraan pertanian dimana tanah dan tanaman disumbangkan

oleh satu pihak dan pekerjaan penanaman disediakan oleh pihak lain. Menurut

AAOFI, Usmani dalam Jalil dan Sabri (2007) ’joint commercial enterprise‟

('patungan perusahaan komersial') atau kesepakatan bersama oleh dua atau lebih

orang untuk berkontribusi pada modal kemitraan dan berbagi dalam keuntungan

atau kerugian (profit or loss) merupakan kontrak kemitraan (contract

partnership).

Page 12: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

11

3.3 Konsep Syariah Islam dalam Mengelola Produksi pada Bisnis

Pertanian

Heizer dan Render (2008) menyatakan bahwa Manajemen Operasi

(produksi) merupakan sekumpulan aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk

barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Konsep syariah dalam

mengelola input dalam bisnis pertanian, yaitu :

1. Pupuk

Ada dua pilihan untuk mengelola input berupa pupuk dalam

pertanian, yaitu pertanian dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk

anorganik. Scialabba dan Hattam (2003) menyebutkan bahwa pertanian

organik (organic agriculture) didefinisikan sebagai proses yang

menggunakan metode yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dari

tahapan produksi pertanian. Oleh karena itu, konsep syariah sangat

diperhatikan dalam pertanian organik ini, karena sangat memperhatikan

keberlanjutan lingkungan. Allah SWT. menciptakan bumi dan seisinya

mempunyai suatu tujuan tertentu. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an

Surat Ad-Dukhan [44] Ayat 38-39 :

Artinya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa

yang ada di antara keduanya dengan bermain-main (38); Kami tidak

menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan

mereka tidak mengetahui (39)”.

2. Alat-alat Pertanian (Equipment)

Bai‟ al-murabahah merupakan jual beli dengan harga pembelian

ditambah dengan keuntungan yang diketahui (Sabiq, 2009). Jadi alat-alat

pertanian oleh petani dibeli melalui lembaga keuangan syariah dengan aqd

bai‟ al-murabahah. Omar dan Iqbal dalam Kholis (2008) menemukan

bahwa salah satu aplikasi keuangan syariah yang paling poluler adalah

murabahah. Tamkin dalam Kholis (2008) menjelaskan bahwa dalam

Page 13: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

12

literatur fiqh, legalitas bai‟ al-murabahah tidak dipertanyakan lagi oleh

para ahli hukum.

Sedangkan konsep syariah Islam untuk penyewaan alat pertanian

adalah ijarah. Menurut Bakhtiari (2009), ijarah be sharte tamlik (lease

purchase) adalah mode pembiayaan dari perbankan syariah dengan

membeli properti atau aset lain yang dibutuhkan oleh perusahaan

(pengusaha) dan menyewakan aset tersebut kepada mereka. Harga dari

aset ditentukan pada dasar cost-plus. Jadi dengan aqd al-ijarah be sharte

tamlik, petani dapat menyewa alat pertanian dari lembaga keuangan

syariah, dengan janji dari pihak penyewa (lembaga keuangan syariah)

bahwa aset (alat pertanian) tersebut dapat ditransfer kepemilikannya dari

pihak yang menyewakan kepada penyewa (petani), dengan syarat masing-

masing aqd harus independen.

3. Lahan Pertanian (Field)

Sabiq (2009) menyatakan bahwa, dalam konsep Islam,

menyewakan (al-ijarah) tanah hukumnya boleh. Tanah yang disewakan

harus dijelaskan peruntukkannya, apakah untuk pertanian atau dibangun

(di atasnya) suatu bangunan. Jika penyewaan tanah diperuntukkan

pertanian, maka harus ada penjelasan mengenai tanaman apa yang akan

ditanami di atas tanah tersebut, kecuali jika pemilik tanah mengizinkan

kepada penyewa untuk menanam apapun yang diinginkannya.

Pemilik tanah yang tidak memiliki kemampuan mengelola

pertanian, maka sebaiknya bekerja sama dengan pengusaha tani yang

memiliki kemampuan mengelola pertanian. Menurut Sabiq (2009) ditinjau

dari sisi kebahasaan, muzara‟ah berarti kerja sama untuk menggarap tanah

dengan imbalan dari apa yang dihasilkan oleh tanah yang digarapnya.

Pengertian muzara‟ah dalam pembahasan ini adalah pemberian hak untuk

menanami tanah yang dimiliki kepada orang lain dengan syarat bahwa dia

akan mendapatkan apa yang dihasilkan dari tanahnya, baik setengah,

sepertiga atau lebih banyak dan lebih sedikit dari hasil yang diperolehnya,

sesuai kesepakatan bersama antara orang memiliki tanah dan yang

menggarapnya.

Page 14: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

13

IV. Penutup

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan konsep syariah

dalam mengelola bisnis pertanian adalah sebagai berikut :

1. Pada aspek pengelolaan keuangan, pembiayaan atau pendanaan bisnis

pertanian dengan konsep syariah dapat menggunakan akad Salam.

2. Pada aspek pengelolaan pekerja, dengan konsep syariah maka dapat

menerapkan upah (ujrah) yang adil bagi pekerja dan dengan menerapkan

prinsip bagi hasil dengan pekerja (profit and loss sharing).

3. Pada aspek produksi, input dalam proses produksi adalah dengan

menggunakan pupuk organik, pengadaan alat dan mesin pertanian dengan

akad bai‟ murabahah dan untuk pengadaan lahan (bila tidak memiliki

lahan sendiri) dapat dengan akad ijarah (sewa lahan) atau dengan akad

muzara‟ah (bagi hasil tanah garapan).

4.2. Saran

Berdasarkan Pembahasan dan Kesimpulan diatas, maka saran dari makalah

ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam mengelola bisnis, khususnya bisnis pertanian, agar meraih tujuan

Falah melalui pencapaian mashlahah yaitu mendapatkan manfaat

(keuntungan dunia) dan berkah (keuntungan akhirat) dari hasil usaha,

maka sebaiknya dalam mengelola bisnis pertanian dapat menggunakan

konsep syariah.

2. Pada penulisan berikutnya disarankan untuk menambahkan aspek

Pemasaran, sebagai salah satu fungsi manajemen. Aspek Pemasaran belum

menjadi bagian dalam penulisan makalah ini karena, konsep pemasaran

syariah masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji secara khusus.

Page 15: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

14

Daftar Pustaka

Antonio, Syafii Muhammad. 2007. Muhammad SAW – The Super Leader Super

Manager. Prophetic Leadership and Management Centre. Jakarta. p.96.

Azid, Toseef. 2008. Appraisal of the Status on Research on Labor Economics in

The Islamic Framework. Bahauddin Zakariya University, Multan.

Pakistan.

Bachrein, Saeful. 2006. Penelitian Sistem Usaha Pertanian di Indonesia. Analisis

Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 2 : 109-130.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah

Pengembangan Agribisnis : Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Bakhtiari, Sadegh. 2009. Islamic Microfinance, Providing Credit to the Poor : a

Case Study of Iran. International Economics Studies Vol. 34. No.1. pp. 99-

107.

Beik, Irfan Syauqi dan Didin Hafiduddin. 2008. Enhancing The Role of Sukuk on

Agriculture Sector Financing in Indonesia : Proposed Model. Islamic

Research and Training Institute- Islamic Development Bank. Saudi

Arabia.

Bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/07/17260926/Beras.Impor.Thailand.ak

an.Masuk.Oktober. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014.

Bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/08/17023953/Impor.Sayuran.Meningk

at. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014.

Bisnis.com/articles/jumlah-petani-turun-2-16-orang. Diakses pada tanggal 5

Februari 2014.

Febianto, Irawan. 2010. Shariah Compliant Model of Business Entities. Faculty of

Economic University of Padjadjaran. Bandung.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2008. Operation Management. 9th

edition, Prentice

Hall.

Herman et al. 2008. Kapasitas Petani dalam Mewujudkan Keberhasilan Usaha

Pertanian : Kasus Petani Sayuran di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten

Malang Provinisi Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan vol. 4 No. 1. ISSN :

1858-2664. Institut Pertanian Bogor.

Page 16: Konsep Syariah dalam Mengelola Bisnis Pertanianfajar14ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/...Bisnis-Pertanian1.pdf · KONSEP SYARIAH DALAM MENGELOLA BISNIS PERTANIAN Makalah

15

Jalil, Abdullah dan Hisham Sabri. 2007. Islamic Equity Financing For SMEs

Development. Fakulti Ekonomi Muamalat Kolej Universiti Islam.

Malaysia.

Kaleem, Ahmad. 2008. Application of Islamic Banking Instrument (Bay‟ Salam)

For Agriculture Financing in Pakistan. Islamic Finance for Micro and

Medium Enterprises. Islamic Research and Training Institute- Islamic

Development Bank. Saudi Arabia.

Kholis, Nur. 2008. Murabahah Mode Of Financing For Micro And Medium Sized

Enterprises: A Case Study Of Baitul Mal Wattamwil (BMT), Yogyakarta,

Indonesia. Islamic Finance for Micro and Medium Enterprise. Islamic

Research and Training Institute Islamic Development Bank dan Centre for

Islamic Banking, Finance and Management Universiti Brunei Darussalam.

Maheka, Lusiana Kurnia. 2011. Dampak Keberadaan Pasar Induk “Puspa Agro”

terhadap Social Ekonomi Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa

Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Surabaya.

Medanbisnisdaily.com/news/read/2011/08/10/49804/indonesia_kebanjiran_buah_i

mpor/#.Tx-ffmU_lww. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014.

Muhammad. 2009. Label Halal dan Spiritualitas Bisnis : Interpretasi atas Bisnis

Home Industry. Jornal Salam Volume 12 No. 2.

Purwanto et al. 2010. Visi Pertanian Indonesia 2030. Departemen Agronomi dan

Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

Indonesia (UII) Yogyakarta. 2013. Ekonomi Islam. Raja Grafindo. Jakarta.

Sabiq, Sayyid. 2009. Fiqih Sunnah Jilid 5. Cakrawala Publishing. Jakarta.

Scialabba, Nadia El-hage dan Caroline Hattam. 2003. Organic Agriculture,

Environment and Food Security. FAO. Roma

Sembara. 2009. Analisis Penurunan Minat terhadap Bidang Studi Pertanian

dengan Konsep Kewirausahaan Berbasis Agribisnis sebagai Alternasif

Solusi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sørensen et al. 2010. Conceptual Model of a Future Farm Management

Information System. Computer and Electronics in Agriculture 72(2010)

37-47. Elsevier Allright reserved.